PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW ...

32
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik) Rif’iy Qomarrullah* 1 Abstrak A numbers of researches have been many times conducted in relation to the cooperative instruction with the jigsaw base. This research was conducted by expanding the instruction instrument characterized by the jigsaw type cooperative instruction model as one of alternatives in coping with the physical educational instruction problem. The lack of communication could have effect on the student activities and the learning achievements of physical education in the school, and then it could be formulate the problems as follows: what are the student responses to the application of jigsaw type cooperative instruction instrument?, what are the student learning outcomes in the form of product and process in the jigsaw type cooperative instruction? The specific purposes of this research was to describe the student responses to the application of jigsaw type cooperative instruction instrument, describe the student learning outcomes in the form of product and process in the jigsaw type cooperative instruction. In this research used the classroom action research (CAR) design. Subjects in this research were the students of class XB at the Al Ikhlas Vocational Senior High School of Panceng Gresik amounted to 31 students (17 male and 14 female). Data collection technique in this research used the observation, questionnaire, field record, test and, documentation methods. The fundamental material used in this research was the squat style long jump. The times used were 6 times of encounters. Results are as follows: 1.) Produced FCE recapitulation learning success rate indicates the long jump squat style categories very good results, it shows that students are very pleased with the use type of jigsaw cooperative learning model. 1 Alumni S1 Pend. OR FIK Unesa

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Rif’iy Qomarrullah,

Transcript of PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW ...

Page 1: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

(Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Rif’iy Qomarrullah*1

Abstrak

A numbers of researches have been many times conducted in relation to the cooperative instruction with the jigsaw base. This research was conducted by expanding the instruction instrument characterized by the jigsaw type cooperative instruction model as one of alternatives in coping with the physical educational instruction problem. The lack of communication could have effect on the student activities and the learning achievements of physical education in the school, and then it could be formulate the problems as follows: what are the student responses to the application of jigsaw type cooperative instruction instrument?, what are the student learning outcomes in the form of product and process in the jigsaw type cooperative instruction?

The specific purposes of this research was to describe the student responses to the application of jigsaw type cooperative instruction instrument, describe the student learning outcomes in the form of product and process in the jigsaw type cooperative instruction.

In this research used the classroom action research (CAR) design. Subjects in this research were the students of class XB at the Al Ikhlas Vocational Senior High School of Panceng Gresik amounted to 31 students (17 male and 14 female). Data collection technique in this research used the observation, questionnaire, field record, test and, documentation methods. The fundamental material used in this research was the squat style long jump. The times used were 6 times of encounters.

Results are as follows: 1.) Produced FCE recapitulation learning success rate indicates the long jump squat style categories very good results, it shows that students are very pleased with the use type of jigsaw cooperative learning model. 2.) Percentage of observation and mastery learning show student learning outcomes of learning processes and products in the long jump squat style good category. Therefore, the type of jigsaw cooperative learning can help teachers of physical education in the learning process.

The writer hope that this research can be made as reference by the related parties such as teachers, parents, and the further researchers in developing the ability to socially interact with the surrounding environment and can improve the student activities and student learning outcomes in the school by means of jigsaw type cooperative instruction.

1 Alumni S1 Pend. OR FIK Unesa

Page 2: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Kata kunci: kooperatif tipe jigsaw, pendidikan jasmani, prestasi belajar.

Pendahuluan

Tokoh seperti Bacon dan Decrates yang melahirkan tradisi empiris, mereka

mulai mencoba bahwa dunia nyata ke dalam hukum-hukum yang pasti. Hukum-

hukum ini digunakan untuk membantu memprediksi, mengontrol dan

memanfaatkan lingkungan alam. Bahkan manusia diperlakukan sebagai alam yang

dibawa kepada hukum prediksi dan kontrol. Hal-hal yang bersifat kemanusiaan

menjadi objek penelitian seperti alam (Lutan, 2000: 78).

Pada sisi lain, ilmu yang diperoleh berdasarkan fakta-fakta yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat dan ditemukan oleh masyarakat sendiri, tidak ilmiah

dan murahan. Hal inilah yang menjadi perdebatan para ilmuan sosial sehingga

muncul model penelitian alternatif yang diberi nama penelitian tindakan (action

reseach). Tokoh dibalik munculnya penelitian tindakan ini adalah seorang bangsa

Jerman keturunan Yahudi yang bernama Kurt Lewin. Dialah orang yang pertama

memperkenalkan penelitian tindakan (Lutan, 2000: 92).

Adanya suasana diskusi yang dinamis menjadi dasar munculnya suatu

tindakan, sehingga bersamaan dengan lahirnya teori tindakan, lahir pula teori

dinamika kelompok (group dinamic) yang diadopsi oleh berbagai kalangan dalam

upaya memacu terjadinya perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial, termasuk

dalam dunia pendidikan yang diaplikasikan dalam tindakan kelas oleh para guru.

Menurut Wardhani (2008: 1.14), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Menurut Rustam (2004: 1), penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan

penelitian tindakan kelas itu terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain:

1. Inovasi pembelajaran.

Page 3: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

2. Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan ditingkat kelas.

3. Peningkatan profesionalisme guru (Aqib, 2006: 18).

Berita dari dunia pendidikan kita sangat mengejutkan: disebutkan bahwa

hampir separuh dari lebih kurang 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar.

Kualifikasi dan kompetensinya tidak mencukupi untuk mengajar di sekolah. Yang

tidak layak mengajar atau menjadi guru berjumlah 912.505, terdiri dari 605.217

guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA, dan 63.961 guru SMK (Dalton,

2009: 1). Dalam pengembangan perangkat pembelajaran yang diperlukan saat ini

adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif yaitu antara lain mengembangkan

pembelajaran yang berorientasi pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, salah

satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Lie A., 1994: 47) dalam

Masryono (2008: 10) menyatakan bahwa, jigsaw merupakan salah satu tipe

metode pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Sejumlah riset telah banyak

dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar jigsaw. Riset

tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam

pembelajaran semacam itu memperoleh prestasi yang lebih baik, dan mempunyai

sikap yang lebih baik pula terhadap pembelajaran.

Dari uraian di atas, perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK)

dengan penerapan pembelajaran yang bercirikan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan

pembelajaran pendidikan jasmani.

Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di

rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa berupa proses dan produk pada

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw serta mengetahui hasil belajar siswa berupa

proses dan produk pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Belajar dan Pembelajaran

Page 4: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Belajar dapat diartikan sebagai suatu tahapan aktivitas yang menghasilkan

perubahan tingkah laku dan mental yang relatif tetap sebagai bentuk respon

terhadap suatu situasi atau sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan (Sya’roni, 2007: 1; Ratumanan 2004:1; dan 1994: 128). Sedangkan

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya menciptakan kondisi yang

memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik sesuai kebutuhan dan minatnya

(Ratumanan 2004: 3; Wikipedia, 2009: 1; dan Rustantiningsih, 2008: 3)

Tujuan belajar sebagaimana diungkapkan oleh Benyamin S. Bloom, dkk

(1977), mereka menghasilkan system klasifikasi yang dikenal dengan istilah

Taxonomy of Educational Objectives dimana tujuan belajar itu sendiri terbagi

menjadi tiga domainatau ranah, yaitu: 1) Domain kognitif, 2) Domain afektif, dan

3) Domain psikomotor. Kemudian tujuan pembelajaran pada hakikatnya mengacu

pada hasil yang diharapkan. Ini berarti bahwa dalam merencanakan pembelajaran,

tujuan pembelajaran ditetapkan lebih dulu, selanjtutnya semua kegiatan

pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai

faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun luar

diri (faktor eksternal) individu. Yang tergolong faktor internal adalah: a) Faktor

jasmaniah (fisiologi), b) Faktor psikologis, dan c) Faktor kematangan fisik

maupun psikis. Yang termasuk faktor eksternal, ialah: a) Faktor sosial, b) Faktor

budaya, dan c) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai bagian integral dari pendidikan

secara keseluruhan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan

perubahan holistik yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan

aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi (Model Silabus KTSP SMK, 2007: 63;

Mahendra, 2003: 3; dan Samsudin, 2008: 2)

Peneliti menentukan lompat jauh karena faktor kematangan keahlian yang

dimiliki. Selain itu pembelajaran akan berlangsung baik, karena materi lompat

jauh mudah untuk dilaksanakan dan membutuhkan media yang relatif sederhana.

Page 5: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Selain itu secara geografis letak sekolah yang berbatasan langsung dengan bibir

pantai, sehingga mempermudah pembelajaran lompat jauh. Mulai dari modifikasi

lapangan lompat, karakteristik peserta didik, peralatan yang ada dan luas lahan

yang sangat menunjang. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dijelaskan

pengertian lompat jauh sebagai berikut:

Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang

lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat

dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki/anggota tubuh lainnya

dengan keseimbangan yang baik (Widya, 2004: 65). Lompat jauh merupakan

salah satu cabang atletik. Tujuan lompat jauh adalah melompat sejauh-jauhnya

yang diawali dengan gerakan awalan lari (Tim Abdi Guru, 2007: 48). Sedangkan

penentuan lompat jauh gaya jongkok adalah karena gaya ini paling mudah

dipahami dan gerakannya bersifat anatomis, sehingga lebih mudah diajarkan

kepada peserta didik, serta berdasarkan pengalaman dan keterampilan yang

dimiliki oleh peneliti, sehingga akan mempermudah dalam penyampaian

pembelajaran kepada siswa. Sebagai salah satu nomor lompat, lompat jauh terdiri

unsur-unsur: awalan, tumpuan, melayang dan mendarat. Keempat unsur ini,

merupakan suatu kesatuan, yaitu urutan gerak lompat yang tidak terputus. Dengan

demikian dapat dipahami bahwa hasil lompatan itu dipengaruhi oleh: kecepatan

lari awalan, kekuatan kaki tumpu dan koordinasi waktu melayang di udara dan

mendarat di bak lompat (Yusuf, 1992: 64).

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam pembelajaran kooperatif, dikenal adanya macam-macam tipe,

diantaranya: 1. Tipe Student Team Achievement Division (STAD), 2. Tipe Teams

Games Tournaments (TGT), 3. Tipe Team Assisted Individualization (TAI), 4.

Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC), 5. Tipe Jigsaw, dan 6.

Belajar Bersama (Learning Together) (Ratumanan, 2004: 135).

Dari sekian banyak model pembelajaran, peneliti berkecenderungan

memilih model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan tujuan untuk

meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif,

mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik

Page 6: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

melalui aktivitas kelompok. Keunggulan kooperatif tipe jigsaw adalah

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan

juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Meningkatkan  bekerja sama

secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Doantarayasa, 2008:

1). Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat saling ketergantungan

positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa

mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di

antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri

dari dua orang atau lebih (Emildadiany, 2008: 3; Kardi, 2003: 15; Ratumanan,

2004: 142; dan Arends, 2008: 13).

Para anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (antar ahli), saling membantu satu dengan lainnya untuk mempelajari topik yang diberikan (ditugaskan) kepada mereka. Kemudian siswa-siswa tersebut kembali kepada kelompok masing-masing (kelompok asal) untuk menjelaskan kepada teman-teman satu kelompok tentang apa yang telah dipelajarinya. Dengan demikian anggota kelompok ahli adalah wakil-wakil dari kelompok asal. Mereka bertanggungjawab mempelajari suatu topik tertentu di kelompok ahli, dan kemudian kembali ke kelompok asal masing-masing untuk menjelaskan kepada rekan-rekannya di kelompok asal (Ratumanan, 2004: 143; dan Muhfida, 2010: 7).

Tim Asal (Lima atau enam anggota yang dikelompokkan secara heterogen

Expert Teams

(Setiap expert team memiliki satu anggota dari masing-masing tim asal)

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X

X X

Page 7: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Gambar 2.7 Tim-tim Jigsaw (Arends, 2008: 14)

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Desain penelitian

tindakan menurut Jean Moniff (1992: 12) dalam Mahardika ( 2008: 56) terdiri dari

beberapa bentuk desain yang disusun oleh para ahli. Desain dasar penelitian

tindakan oleh Lewin, dimana dia menggambarkan langkah-langkah tindakan

seperti sebuah spiral. Setiap siklus memiliki empat tahap yaitu:

1. Perencanaan.

2. Pelaksanaan.

3. Pengamatan atau observasi.

4. Refleksi.

Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 8: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Gambar 1. Sikus PTK

Sebelum pelaksanaan siklus guru mempersiapkan instrumen berupa:

1. Catatan yang meliputi “Persiapan, pelaksanaan dan penelitian”.

2. Lembar evaluasi.

3. Lembar observasi.

4. Angket (lembar kuesioner FCE).

Penelitian ini dilakukan dengan tiga siklus, adapun uraian kegiatan pada tiap

siklus adalah sebagai berikut:

a. Siklus I

1) Perencanaan

Mempersiapakan konsep materi yang akan dijadikan bahan

pembelajaran yaitu :

Komptensi Dasar : Mempraktikkan keterampilan atletik dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat dan percaya diri.

Indikator : Melakukan teknik nomor lompat jauh gaya jongkok.

Materi/Pokok Pembelajaran : Lompat jauh gaya jongkok.

2) Tindakan

a) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok.

Page 9: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

b) Guru menjelaskan maksud pembelajaran secara berkelompok.

c) Guru memanggil ketua kelompok dan masing-masing diberi materi

pembelajaran.

d) Masing-masing kelompok mengamati dan mendiskusikan materi sesuai

dengan tugasnya secara kelompok.

e) Setelah selesai diskusi, ketua kelompok menyampaikan hasil

pembahasan kelompok.

3) Pengamatan atau observasi

a) Observer melakukan pengamatan sesuai dengan format yang sudah

disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi

selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

b) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

4) Refleksi

Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian

dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi, yaitu guru

mencoba merenungkan atau mengingat dan menghubung-hubungkan

kejadian dalam interaksi kelas, mengapa itu terjadi, dan bagaimana hasilnya.

Hasil refleksi akan membuat guru menyadari tingkat keberhasilan dan

kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan.

Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi guru dalam merencanakan

dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya. Refleksi I dapat

dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan untuk mengkaji dan

menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan jalan

mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun

kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.

Kemudian, setelah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak hasil

refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus

II.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan tindakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

Page 10: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

a) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus II yang belum teratasi dan

penetapan alternatif pemecahan masalah.

b) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

c) Pengembangan program tindakan II.

2) Tindakan

Tindakan II berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran

yang telah direvisi untuk mengatasi masalah pada siklus I yang belum

tuntas.

Selama proses belajar pada siklus kedua ini juga akan dilakukan

observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran.

3) Pengamatan atau observasi

a) Observer melakukan pengamatan sesuai dengan format yang sudah

disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi

selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

c) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

4) Refleksi

Refleksi II juga dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan untuk

mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus II dengan jalan

mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun

kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan berhasil

tidaknya keseluruhan tindakan implementasi pembelajaran di dalam kelas

terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Apabila pada siklus II tujuan PTK

sudah dapat tercapai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan, maka

tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Tetapi apabila tujuan belum

tercapai, maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Kemudian, setelah

mendapat persetujuan dari kedua belah pihak hasil refleksi tersebut

digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus III.

Guru dapat membuat jurnal atau catatan seluruh kegiatan PTK yang

telah dilakukannya. Catatan tersebut dapat digunakan untuk menyusun suatu

Page 11: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

karya ilmiah yang dapat disebarluaskan menjadi suatu inovasi, dan dapat

dimanfaatkan oleh guru-guru lainnya dalam melaksanakan PTK.

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan

mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.

c. Siklus III

1) Perencanaan

a) Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan tindakan dengan langkah-

langkah Identifikasi masalah yang muncul pada siklus II yang belum

teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

b) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

c) Pengembangan program tindakan III.

sebagai berikut:

2) Tindakan

Pelaksanaan program tindakan III mengacu pada identifikasi masalah

yang muncul pada siklus II, adapun pembelajaran yang dilaksanakan adalah:

a) Guru mengajak siswa untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan dan

penampilannya selama kerja kelompok.

b) Guru melakukan evaluasi terhadap materi atau pokok bahasan yang telah

dipelajari siswa atau kelompok secara individual.

3) Pengamatan atau observasi

a) Observer melakukan pengamatan sesuai dengan format yang sudah

disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi

selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

b) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

4) Refleksi

a) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus III berdasarkan data

yang terkumpul.

b) Membahas hasil skenario pembelajaran pada siklus III.

Siklus ini berhenti, setelah minimal 75% siswa memenuhi kriteria

ketuntasan minimal (KKM) (Arikunto, 2006: 344), yaitu sedikitnya 23

siswa dari 31 siswa telah dinyatakan tuntas.

Page 12: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penelitian menentukan

menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan, Maret s.d Mei. Waktu dari

perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II

Tahun Pelajaran 2009/2010.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel berdasarkan teknik purposive

sampling (Maksum, 2006: 43). Berdasarkan cara tersebut, maka penelitian ini

dilaksanakan di kelas XB SMK Al Ikhlash yang berlokasi di Jalan Raya Pasir

Putih Mulyorejo Dalegan Panceng Gresik Jawa Timur. Jumlah siswa 31 orang,

yang terdiri dari: 17 laki-laki dan 14 perempuan. Setelah data-data yang diperoleh

terkumpul, langkah selanjutnya adalah:

1. Merekap data kuesioner FCE yang diperoleh dalam penelitian dan

memasukkan hasil rekap data kuesioner FCE ke dalam tabel Formative Class

Scoring.

2. Merekap keseluruhan data ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus

persentase sebagai berikut:

Persentase = X 100%

Keterangan:n = Jumlah KelasN = Jumlah Total (Maksum, 2007: 8)

Dari persentase tersebut data yang diperoleh dideskripsikan dengan kalimat.

Untuk mempermudah penafsiran terhadap hasil analisis persentase digunakan

klasifikasi persentase berupa penafsiran dengan kalimat bersifat kualitatif, sebagai

berikut: 75%-100% baik, antara 60%-74% cukup, <60% kurang baik (Arikunto,

2006: 344).

Hasil Penelitian

1. Data Formative Class Evaluation (FCE)

Data FCE adalah data yang diperoleh dari hasil pengisian angket FCE

yang bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran dikjasor dari sisi

pendapat siswa yang meliputi tentang: hasil, kemauan, metode dan kerja sama

pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Data yang disajikan diperoleh

dari pengisian angket FCE siswa yang dilakuka dalam tiga siklus.

Page 13: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Hasil rata-rata skor FCE siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 1. Hasil Rekap Data Pengolahan FCE Siswa pada Tiap Siklus

Keterangan:A : HasilB : KemauanC : MetodeD : Kerjasama

Dari tabel di atas diketahui bahwa pembelajaran pada siklus I

menunjukkan hasil kategori sedang, siklus II menunjukkan hasil kategori baik,

sedangkan pada siklus III menunjukkan kategori hasil yang sangat baik. Hal ini

dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran dikjasor menurut pendapat siswa

terjadi peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus III.

Dari hasil rekapitulasi FCE tingkat keberhasilan model pembelajaran

yang digunakan dapat dilihat dalam beberapa aspek, diantaranya: aspek hasil

dengan rata-rata sangat baik, aspek metode dan kerjasama yang mempunyai

rata-rata baik tiga kali siklus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diminati oleh siswa. Penerapan

suatu model pembelajaran dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa, letak

geografis sekolah, materi ajar dan tingkat pendidikan peserta didik.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa menurut pendapat siswa, guru

yang baik adalah guru yang mampu memberikan sesuatu yang mengesankan

pada siswa dan memberikan pengalaman gerak baru. Selain itu guru juga harus

mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga tercipta suasana yang kondusif

dan siswa dapat melakukan tugas gerak dengan sungguh-sunguh, senang dan

tidak merasa terpaksa.

2. Data Lembar Observasi Kelas Dikjasor

Hasil pengamatan sikap lembar observasi dari kegiatan guru dan siswa

yang meliputi: tugas gerak, feed back, evaluasi, belajar, gerak, kegembiraan,

Page 14: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

dan kerjasama (Wijaya, 2006: lampiran 3 halaman 23). Observer dilakukan

oleh tiga orang pengamat, yang terdiri dari:

1. Drs. Nur Salim, S.H. Kepala Sekolah

2. Rofiqul Amin, S. Pd Guru Bahasa Indonesia

3. Al Muhtarom, S.E Kepala Tata Usaha di SMK Al Ilkhlash Panceng Gresik.

Pengambilan data dilakukan saat proses pembelajaran pada tiga siklus,

kemudian hasil ketiga observer tersebut dikumpulkan dan di rata-rata untuk

mendapatkan kesimpulan.

Tabel 2. Hasil Pengamatan pada Tiap Siklus

Selain menggunakan lembar observasi, untuk mengetahui kemampuan

pembelajaran guru, maka digunakan alat penilaian kemampuan guru (APKG).

Dari tabel di atas dapat diketahui persentase keberhasilan pembelajaran hasil

pengamat ke-3 observer pada masing-masing siklus yaitu:

a. Siklus I

Persentase keberhasilan proses pembelajaran pada masing-masing

tahapan adalah sebagai berikut: pada awal pembelajaran sebesar 39,15%;

pada proses pembelajaran sebesar 43,02%; pada akhir pembelajaran sebesar

54,22%; persentase keberhasilan secara keseluruhan pada pertemuan

pertama adalah sebesar 45,46% (kategori kurang baik).

b. Siklus II

Persentase keberhasilan proses pembelajaran pada masing-masing

tahapan adalah sebagai berikut: pada awal pembelajaran sebesar 73,60%;

pada proses pembelajaran sebesar 77,04%; pada akhir pembelajaran sebesar

79,08%; persentase keberhasilan secara keseluruhan pada pertemuan

pertama adalah sebesar 76,57% (kategori baik).

c. Siklus III

HARI/ AWAL PROSES AKHIR

TANGGAL PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN

1 SIKLUS I Selasa, 20 April 2010 39.15% 43.02% 54.22% 45.46% Kurang Baik

4 SIKLUS II Selasa, 11 Mei 2010 73.60% 77.04% 79.08% 76.57% Baik

6 SIKLUS III Selasa, 18 Mei 2010 79.83% 80.27% 82.51% 80.87% Baik

64.19% 66.78% 71.94% 67.64% CukupRerata

KEGIATANNO. RATA-RATA KATEGORI

Page 15: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Persentase keberhasilan proses pembelajaran pada masing-masing

tahapan adalah sebagai berikut: pada awal pembelajaran sebesar 79,83%;

pada proses pembelajaran sebesar 80,27%; pada akhir pembelajaran sebesar

82,51%; persentase keberhasilan secara keseluruhan pada pertemuan

pertama adalah sebesar 80,87% (kategori baik).

d. Rata-rata keseluruhan

Persentase keberhasilan proses pembelajaran pada masing-masing

tahapan adalah sebagai berikut: pada awal pembelajaran sebesar 64,19%;

pada proses pembelajaran sebesar 66,78%; pada akhir pembelajaran sebesar

71,94%; persentase keberhasilan secara keseluruhan pada pertemuan

pertama adalah sebesar 67,64% (kategori cukup).

Hasil pengamatan selama tiga siklus di atas menunjukkan bahwa pada

tahap awal pembelajaran, tahap proses pembelajaran, dan tahap akhir

pembelajaran semuanya mengalami peningkatan. Dari hasil tersebut dapat

dikatakan bahwa proses pembelajaran pada siklus I dapat dikategorikan

cukup, siklus II dapat dikategorikan baik, dan siklus III dapat dikategorikan

baik. Oleh karena itu proses pembelajaran berlangsung diharapkan para

guru lebih menerangkan kedisiplinan yang tinggi dan pemberian materi

tugas harus jelas, singkat dan tepat. Ciri kelas dari pembelajaran yang

efektif diantaranya adalah menggunakan waktu dengan tepat, penyampaian

materi pembelajaran yang jelas dan mudah dimengerti.

3. Data Ketuntasan Belajar

Data ketuntasan hasil belajar menunjukkan tingkat keberhasilan belajar

diukur meliputi tiga komponen, yaitu: a) komponen psikomotor (gerak)

mempunyai bobot 50%, b) komponen kognitif (pengetahuan) mempunyai

bobot 30%, c) komponen afektif (sikap) mempunyai bobot 20%. Dalam

penelitan ini ke-tiga komponen ketuntasan hasil belajar di atas diambil pada

saat siswa melakukan tugas gerak siklus I, II dan III. Ketuntasan hasil belajar

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) menggunakan

standar penilaian KKM dengan nilai minimum sebesar 65. Dengan demikian

keberhasilan atau ketuntasan hasil belajar pada tiap siklus dapat dicapai apabila

Page 16: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

siswa mampu mendapatkan hasil belajar di atas nilai 65. Berikut ini adalah

tabel ketuntasan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa:

Tabel 3. Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas

Berdasarkan data di atas diperoleh pengertian bahwa persentase

ketuntasan dalam tiga siklus yang dilaksanakan peneliti dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Siklus I hari Selasa 20 April 2010 diantara 31 siswa yang pada kelas XB

SMK Al Ikhlash Panceng Gresik mencapai ketuntasan minimal sebanyak 7

siswa (22,58%) masuk kategori tuntas, dan sebanyak 24 siswa (77,42%)

masuk kategori tidak tuntas.

b. Evaluasi siklus II yang dilaksanakan hari Selasa 11 Mei 2010 diantara 31

siswa yang pada kelas XB SMK Al Ikhlash Panceng Gresik mencapai

ketuntasan minimal sebanyak 15 siswa (48,39%) masuk kategori tuntas, dan

sebanyak 16 siswa (51,61%) masuk kategori tidak tuntas.

c. Evaluasi siklus III yang dilaksanakan hari Selasa 18 Mei 2010 diantara 31

siswa yang pada kelas XB SMK Al Ikhlash Panceng Gresik mencapai

ketuntasan minimal sebanyak 25 siswa (80,65%) masuk kategori tuntas, dan

sebanyak 6 siswa (19,35%) masuk kategori tidak tuntas.

Dari hasil tersebut siklus dapat berakhir karena > 75% siswa memenuhi

KKM, bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

menunjukkan hasil yang baik dan dapat membantu guru dalam peningkatan

prestasi belajar lompat jauh dengan persentase ketuntasan 80,65% pada siklus

III.

Pembahasan

T TT T TT Terendah Tertinggi

1 Siklus I Selasa, 20 Apri 2010 7 24 22.58% 77.42%32 80

2 Siklus II Selasa, 11 Mei 2010 15 16 48.39% 51.61%47 88

3 Siklus III Selasa, 18 Mei 2010 25 6 80.65% 19.35%36 90

Hari/TanggalJumlah Siswa Persentase Nilai

KegiatanNo.

Page 17: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Pembahasan ini akan membahas penguraian penelitian tentang peningkatan

prestasi hasil belajar pendidikan jasmani melalui model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw pada materi lompat jauh gaya jongkok. Dalam pelaksanaan

pembelajaran penjasorkes di sekolah secara umum peran guru masih sangat

dominan sehingga siswa hanya menerima pelajaran dan mereka tidak dapat

belajar dengan tahap perkembangannya. Oleh karena itu maka perlu diberikan

suatu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar,

dimana siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran.

Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif di mana

pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan

mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu

maupun pengalaman kelompok. Kunci pembelajaran tipe jigsaw ini adalah

interdependensi setiap siswa terhadap anggota kelompok yang memberikan

informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tes dengan baik.

Pembelajaran atletik khususnya lompat jauh merupakan salah satu cabang

olahraga yang masuk dalam kurikulum pendidikan di sekolah, oleh karena itu

dalam rangka menumbuhkan peningkatan kualitas siswa pada pembelajaran

lompat jauh gaya jongkok diperlukan bentuk-bentuk model pengajaran yang

bervariasi dan menarik bagi siswa agar menimbulkan rasa senang dan gembira

sehingga kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat jauh menjadi meningkat.

Teknik dasar lompat jauh terdiri dari: a) awalan, b) tumpuan atau tolakan, c)

melayang, d) pendaratan.

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian untuk mengetahui

kualitas proses dan hasil belajar pendidikan jasmani melalui model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw. Dalam hal ini pengukuran dilakukan pada beberapa tolak

ukur meliputi: a) pendapat siswa FCE, b) observasi (pengamatan), c) penilaian

ketuntasan belajar, d) perbandingan hasil belajar per-siklus.

Sesuai rumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil penelitian tentang

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melalui model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw, dapat diketahui sebagai berikut:

Page 18: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Tabel 4. Perbandingan FCE, Lembar Observasi, dan Ketuntasan BelajarKegiatan FCE Lembar Observasi Ketuntasan BelajarSikus I 3 45.46% 22.58%Sikus II 4 76.57% 48.39%Sikus III 5 80.87% 80.65%

Tabel 5. Perbandingan Kategori FCE, Lembar Observasi, dan Ketuntasan BelajarKegiatan FCE Lembar Observasi Ketuntasan BelajarSikus I Sedang Kurang Baik Kurang BaikSiklus II Baik Baik Kurang BaikSiklus III Sangat Baik Baik Baik

Berdasarkan tabel di atas diperoleh pengertian bahwa terjadi peningkatan

tiap siklus, dan pada siklus III dari ketiga instrumen penelitian yang digunakan

peneliti untuk penelitian, pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut pendapat siswa berada dalam

kategori sangat baik, dari lembar observasi dan tingkat ketuntasan belajar

menunjukkan kategori baik, oleh karena itu siklus dapat berakhir. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dapat membantu guru

dalam pembelajaran. Selain itu, ketuntasan belajar dengan persentase yang cukup

tinggi membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran ini dalam

pembelajaran penjas di SMK Al Ikhlash Panceng Gresik khususnya pembelajaran

lompat jauh sangat efektif untuk diterapkan. Hal ini sebaiknya pemberian

pembelajaran model kooperatif ini dijadikan sebagai acuan bagi para guru

pendidikan jasmani dalam usaha meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya

yang lain.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, maka pemberian

pembelajaran harus berpedoman pada teori dan prinsip pembelajaran yang benar.

Oleh karena itu merupakan tuntunan dan kebutuhan bagi seorang guru pendidikan

jasmani yang menguasai sumber informasi terbaru yang dapat dipercaya mengenai

pembelajaran lompat jauh agar dalam pembelajaran lebih efektif dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Simpulan

Page 19: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Hasil penelitian tentang peningkatan prestasi hasil pendidikan jasmani

melalui model pembelajaran tipe jigsaw, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari data hasil rekapitulasi FCE tingkat keberhasilan pembelajaran lompat jauh

gaya jongkok menunjukkan kategori hasil sangat baik, hal tersebut

menunjukkan bahwa siswa sangat senang dengan penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Dari data hasil rekapitulasi lembar observasi dan ketuntasan belajar

menunjukkan hasil belajar siswa berupa proses dan produk pada pembelajaran

lompat jauh gaya jongkok termasuk kategori baik. Oleh karena itu

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat membantu guru dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Guru

Penggunaan model pembelajaran tipe jigsaw dapat digunakan sebagai salah

satu alternatif rujukan dalam pengembangan proses pembelajaran di sekolah.

2. Orang tua

Orang tua dapat juga menerapkan model pembelajaran kooperatif sebagai

proses pembelajaran dirumah. Seperti halnya ketika menyelesaikan pekerjaan

rumah, orang tua dan anak saling bekerja sama dalam melaksanakan tugas di

rumah.

3. Peneliti Lain

Agar kedepan dapat terjadi perubahan yang lebih baik, maka peneliti lain

diharapkan:

a. Memahami karakteristik setiap tipe yang ada dalam pembelajaran

kooperatif.

b. Sebelum eksperimen dilakukan, hendaknya peneliti memahami dan

memperhatikan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif serta

kondisi yang ada pada diri subjek penelitian.

Page 20: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Daftar PustakaAdisasmita, M. Y . 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta: Ditjen Dikti.Ahmadi, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.Arend, R. I. 2008. Learning To Teach (Belajar Untuk Pembelajaran).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.Bloom, Benyamin S. (Ed). 1977. Taxonomy of Educational Objectives: Book I:

Cognitive Domain. New York: Longman Inc.BSNP. 2007. Model Silabus KTSP SMK. Jakarta: Depdiknas.BSNP. 2007. Model Penilaian Kelas KTSP SMK. Jakarta: Depdiknas.BSNP. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Jasmani olahraga

dan Kesehatan. Jakarta: DepdiknasDalton, Wilian. 2009. Menuju Guru Pendidikan Jasmani Yang Profesional

(Online), (http://wiliandalton.blogspot.com/2009/03/menuju-guru-pendidikan-jasmani-yang.html , diakses 21 April 2009).

Doantarayasa. 2008: Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Online), (http://ipotes.wordpress.com/2008/05/15/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw/, diakses 8 Maret 2008)

DIT. PSMK. 2008. Teknik Penyusunan RPP. Jakarta: Depdiknas.DIT. PSMK. 2008. Pengembangan Silabus. Jakarta: Depdiknas.DIT. PSMK. 2008. Bimtek Penyusunan KTSP SMK. Jakarta: Depdiknas.Emildadiany, Novi. 2008. Cooperative Learning Teknik Jigsaw (Online),

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/, diakses 8 Maret 2009).

Lutan, Rusli, dkk. 2000. Penelitian Penjaskes. Jakarta: Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Ditjen Dikdasmen.

Kardi, Suparman,dkk. 2003. Pengantar Pada Pengajaran dan Pengelolaan Kelas. Surabaya: Unesa University Press.

Mahardika, I. M. S. 2008. Metodologi Penelitian. Surabaya: Penkep FIK Unesa.Mahendra, Agus. 2003. Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Ditplb Depdiknas.Maksum, Ali. 2006. Diktat Mata Kuliah Metodologi Penelitian Dalam Olahraga.

Surabaya: FIK Unesa.Maksum, Ali. 2006. Payung Penelitian Pendidikan Jasmani dan Mekanisme

Pengajuan Skripsi Mahasiswa. Makalah disampaikan dalam Semiloka Identifikasi Masalah-Masalah Penelitian Pendidikan Jasmani Menuju Penelitian Payung tanggal 17 April 2006 di FIK Unesa. Surabaya 2006.

Maksum, Ali. 2007. Statistik Dalam Olahraga. Surabaya: FIK Unesa.Maryono. 2008. Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat NTB (Online), (http://www.geocities.com/maryono_80/BABI.doc, diakses 8 Maret 2009).

Muhfida. 2010. Model Pembelajaran. (Online), (http://www.muhfida.com/, diakses 10 Maret 2010).

Ratumanan, Tanwey Gerson. 2004. Belajar Dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.

Rustam, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen Dikti.

Page 21: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW  (Studi Pada Siswa Kelas X SMK Al Ikhlash Panceng Gresik)

Rustantiningsih. 2008. Implikasi Pendidikan, Pembelajaran dan Pengajaran (Online), (http://re-searchengines.com/rustanti30708.html, diakses 21 April 2009).

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/MI. Jakarta: Prenada Media Group.

Satori, Djama’an. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung:

Nusa Media.SMK Al Ikhlash. 2009. Kurikulum SMK Al Ikhlash. Gresik: YPP Al Ikhlsh.SMK Al Ikhlash. 2009. Silabus Mapel Penjasorkes. Gresik: YPP Al Ikhlash.Syah, Muhibin. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Sya’roni, Irham. 2007. Hakikat Belajar (Online), (http://pojokpenjas.

wordpress.com/2007/11/27/hakikat-belajar/, diakses 3 Maret 2009).Tim Penyusun Pertama. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya:

Unesa University Press.Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penialian Skripsi. Surabaya: Unesa

University Press.Tim Bina Karya Guru. 2006. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas III. Jakarta:

Erlangga.Tim Abdi Guru. 2007. Penjasorkes Untuk Kelas V. Jakarta: Erlangga.Wardhani, I.G.A.K, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas

Terbuka.Widya, M.D.A. 2004. Belajar Berlatih Gerak-gerak Dasar Atletik Dalam

Bermain. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Wikipedia, 2009. Pembelajaran (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/

Pembelajaran, diakses 11 Juni 2009).Wijaya, Agus Made, dkk. 2006. Hibah Penelitian, Asisten Deputi Bidang

Pemberdayaan Olahraga Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Surabaya: Unesa.