Pengembangan Silabus bahasa

18

Click here to load reader

description

This paper contains a practical guidance for language teacher to develop a syllabus for a language program. It includes a brief description of syllabus types and steps in developing syllabus including preparation, implementation, and evaluation.

Transcript of Pengembangan Silabus bahasa

Page 1: Pengembangan Silabus bahasa

1

Pengembangan Silabus Bahasa

Muhammad Farkhan([email protected])

Language syllabus can be defined as a general outline of language teachingprogram which guides a teacher what to teach and how to teach in a languageprogram. It, of course, should consist of the approach to apply, materials to teach,the techniques to implement, learning resources to use, and the methods ofevaluation apply. Therefore, it should be developed as completely as possible toprovide the teacher with a good teaching guidance. Developing language syllabusinvolves three main stages: preparation, data collection and analysis, and finishing.Preparation refers to the understanding of philosophical and social factors. Datacollection and analysis refers to the activities of designing an instrument, collectingthe data using the designed instrument, and analyzing the collected data using theprinciple and theories adopted. Finishing refers to the establishment of syllabus asstipulated by the intended language program.

Pengembangan silabus bahasa merupakan salah satu aspek dari penyelenggaraanprogram bahasa, yang berhubungan dengan upaya-upaya penyediaan dan pengadaanpedoman atau panduan bagi guru untuk melaksanakan pengajaran dan pembelajaranbahasa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, supaya tujuan yang telah ditetapkandapat terwujud. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan oleh beberapa pihak, seperti gurubaik secara individual maupun kelompok, lembaga-lembaga penyelenggara programbahasa, atau pemerintah.

Pengembangan silabus bahasa bukan merupakan kegiatan yang bersifat instan, yanglangsung jadi dalam waktu singkat, tetapi kegiatan yang membutuhkan suatu prosespanjang yang meliputi beberapa tahapan, seperti analisis terhadap silabus yang sedangdigunakan, analisis kebutuhan siswa, dan ujicoba silabus yang dihasilkan. Apa danbagaimana silabus bahasa dikembangkan akan dibahas secara mendalam pada makalahini.

A. Pengertian SilabusPemilihan dan pengurutan materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkansebelumnya. Kesalahan dalam pemilihan dan pengurutan materi pelajaran akan berakibatpada kegagalan pencapaian tujuan yang telah digariskan sebelumnya. Pemilihan danpengurutan materi pelajaran merupakan salah satu ciri dari suatu metode yang tercatatdalam suatu dokumen yang biasanya dinamakan dengan silabus. Silabus merupakanketerangan yang mendetail mengenai muatan dan filsafat kurikulum yang masih bersifat

Page 2: Pengembangan Silabus bahasa

2

lebih umum agar dapat diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan belajar di dalam kelassehingga tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai dengan mudah. Ini menunjukkanbahwa silabus merupakan penjabaran dari apa yang telah ditetapkan dalam kurikulum,khususnya berkenaan dengan materi pelajaran yang harus diberikan kepada siswa. Silabusmerupakan bagian kecil dari keseluruhan program sekolah, sedangkan kurikulummerupakan seluruh program dan aktivitas sekolah yang meliputi apa yang akan dipelajarisiswa, bagaimana mempelajarinya, sistem evaluasi, dan berbagai fasilitas lainnya.36

Berdasarkan pandangan itu, dapat dikatakan bahwa silabus merupakan bagian yangtidak terpisahkan dari kurikulum. Silabus merupakan keterangan dan penjelasan yang lebihrinci dan operasional mengenai berbagai unsur pembelajaran yang dapat dijadikan sebagaipedoman untuk menerjemahkan dan mewujudkan apa yang terkandung dalam kurikulumke dalam bentuk langkah-langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus sesuaidengan tingkatan siswa. Mengenai hal ini, Dubin dan Olshtain mengatakan “a syllabus is amore detailed and operational statement of teaching and learning elements whichtranslates the philosophy of the curriculum into a series of planned steps leading towardsmore narrowly defined objectives at each level.”1

B. Pendekatan dalam Pengembangan Silabus BahasaSebagai salah satu komponen metode, silabus bahasa memiliki perang yang relatif

besar untuk menerjemahkan asumsi-asumsi yang mendasari suatu metode. Bagaimanaasumsi-asumsi tersebut dapat diterjemahkan dalam bentuk materi pelajaran dan kegiatanbelajar yang dapat memberikan kepada siswa pengalaman menggunakan bahasa sasaranbanyak ditentukan oleh silabus bahasa yang dipakai. Oleh karena itu, silabus bahasa harusdisusun sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan ciri dan karekterisktik metodenya.Apabila metode komunikatif yang akan digunakan, maka silabus bahasa yangdikembangkan adalah silabus bahasa komunikatif; atau jika metode yang digunakan adalahSituasional, maka silabus bahasa yang harus diterapkan adalah silabus bahasa situasional,bukan silabus bahasa lain. Dengan kata lain, silabus bahasa harus linear dengan metodeyang digunakan.

Kesesuaian silabus bahasa dengan metode pengajaran dan pembelajaran bahasa dapatterwujud melalui suatu proses yang disebut dengan pengembangan silabus. Salah satuupaya pengembangan silabus yang dapat dilakukan adalah pemahaman terhadappendekatan yang mungkin dapat diterapkan. Secara umum pendekatan dalampengembangan silabus bahasa dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkansudut pandang yang berbeda, seperti berdasarkan bagaimana materi pelajaran dipilih dandiurut, waktu penyusunan; keterlibatan siswa dalam penyusunan silabus, dan berdasarkantujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan bagaimana materi pelajaran dipilih dan diurut, terdapat dua pendekatan,yaitu sintetik dan analitik. Pendekatan sintetik mengarah pada proses pemilihan danpengurutan materi pelajaran berdasarkan pandangan yang menganggap bahwa bahasa ituterdiri dari beberapa komponen yang dapat dipelajari secara terpisah, dan tahap demitahap. Wilkins mengatakan “A synthetic language teaching strategy is one in which thedifferent parts of language are taught separately and step by step so that acquisition is aprocess of gradual accumulation of parts until the whole structure of language has been

1Theodore S. Rodgers, “Syllabus Design, Curriculum Development, and PolicyDetermination,” The Second Language Curriculum, Ed. Robert Keith Johnson(Cambridge: CUP, 1989), h. 26.

Page 3: Pengembangan Silabus bahasa

3

built up.”2 Dalam pandangan itu, kemampuan berbahasa dipandang sebagai akumulasipenguasaan seluruh komponen bahasa yang telah dipelajari seseorang secara bertahapyang biasanya terjadi pada tingkat akhir dari program bahasa yang diikuti siswa.Menguatkan pandangan tersebut, Yalden mengatakan “The learner is exposed at any onetime only to a limited sample of the target language and the sample is carefully controlledby the teaching situation. The learner’s job is thus to resynthesize language that has beentaken apart and presented to him in a small pieces; this synthesis generally takes placeonly in final satages of learning, at the so called advanced level.”3

Sesuai dengan dua pandangan di atas, pengembangan silabus bahasa harus dimulaidengan kajian yang mendalam terhadap seluruh komponen dan keterampilan berbahasa,sehinga dapat ditentukan komponen bahasa mana yang lebih sederhana, lebih kompleks,dan komponen mana yang menjadi prasyarat bagi komponen bahasa lainnya. Berdasarkanhasil kajian tersebut dapat ditentukan materi-materi pelajaran bahasa yang sesuai dengantingkat kemampuan siswa; dan pengorganisasian materi-materi terrsebut sesuai dengantingkat kesulitannya, dimana materi-materi pelajaran yang mudah dan sederhana diberikanlebih awal daripada materi-materi pelajaran yang lebih sulit dan kompleks. Adapun silabusbahasa yang dikembangkan berdasarkan pendekatan sintetik antara lain adalah silabusgramatikal, leksikal, dan silabus struktural lainnya.

Berbeda dengan pandangan sintetik, pendekatan analitik lebih mengarah pada suatuproses pemilihan dan pengurutan materi pelajaran berdasarkan tujuan yang ingin dicapaidan kemampuan berbahasa yang dapat memenuhi tujuan tersebut. Bahasa tidak lagidipandang berdasarkan unsur-unsur linguistiknya secara terpisah, tetapi dilihat bagaimanabahasa itu digunakan untuk menyampaikan maksud dan tujuan seseorang kepada oranglain. Wilkins mengatakan “Anlytic syllabuses are organized in terms of the purposes forwhich people are learning language and the kinds of language performace that arenecessary to meet those purposes.”4 Sesuai dengan pandangan tersebut, materi pelajarandalam silabus bahasa harus disusun berdasarkan tujuan-tujuan atau alasan untuk apaseseorang menggunakan bahasa. Secara tegas, Nunan mengatakan bahwa materi pelajaranharus dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan komunikatif untuk apa bahasa itudigunakan.5 Menambahkan pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, Yaldenmengingatkan agar dalam kegiatan belajar, bahasa harus selalu disajikan sesuai dengankonteks penggunaannya, sehingga makna atau tujuan komunikatif yang terkandung didalamnya dapat dipahami secara jelas, baik melalui bahasa lisan maupun tulis. “Analyticapproaches are based on the notion of a general competence in language, and as we haveseen are concerned with language as context-dependent.”6 Berdasarkan beberapapendangan di atas, dapat dikatakan bahwa pendekatan atau strategi analitik cenderungmenghasilkan silabus bahasa komunikatif dengan berbagai variasinya; sedangkan strategisintetik cenderung melahirkan silabus bahasa struktural dengan berbagai variasinya.

Selain berdasarkan sudut pandang bagaimana materi pelajaran diseleksi dandigradasi, silabus bahasa dapat juga dikembangkan berdasarkan waktu pelaksanaanya.Dalam hal ini, terdapat dua pendekatan atau strategi yang saling bertolak belakang, yaitupendekatan apriori dan posteori. Pendekatan apriori mengacu pada proses pengembangan

2 D.A. Wilkins, Notional Syllabuses (London: Oxford University Press, 1976), h. 2.3 Janice Yalden, The Communicative Syllabus: Evolution, design, & implementation

(Oxford: Pergamon Press Ltd., 1983), h. 21.4 Wilkins, op. cit. h. 13.5 David Nunan, Syllabus Design (Oxford: Oxford University Press, 1988), h. 28.6 Yalden, op. cit., h. 41.

Page 4: Pengembangan Silabus bahasa

4

silabus bahasa dimana seleksi dan gradasi materi pelajaran, termasuk komponen-komponen silabus lainnya, dilakukan sebelum suatu program bahasa dilaksanakan.7

Berbeda dengan pendekatan apriori, pendekatan posteori merupakan proses pengembangansilabus bahasa dimana organisasi materi pelajaran dan komponen silabus lainnya dilakukansetelah suatu program bahasa selesai dilakukan. Mengenai startegi ini, Richards danRogers mengatakan “It would be necessary to record the lessons and later determine whatitems of language had been covered. This would be an a posteori approach to syllabusspecification; that is the syllabus would be determined from examining lesson protocols.”8

Pengembangan silabus bahasa berdasarkan pendekatan itu menuntut kecerdasasandan kreativitas yang tinggi dari seorang guru sebagai pelaku utamanya. Guru harus dapatmengantisipasi materi-materi pelajaran yang harus diberikan kepada siswa setelah selesaimengajarkan materi lain, baik berdasarkan tingkat kesulitan maupun kebutuhan berbahasasiswa. Selain itu, guru juga dituntut untuk selalu mencatat seluruh materi pelajaran yangtelah diberikan kepada siswa untuk mempermudah penyusunan kembali seluruh materipelajaran menjadi silabus bahasa. Dibandingkan dengan pendekatan apriori, pendekatanposteori ini lebih sulit dan berat untuk diterapkan mengingat guru dituntut untukmenggunakan seluruh kemampuan kognitif dan profesionalnya. Jika tidak mampu, silabusyang dihasilkan tentu tidak dapat memenuhi kriteria silabus yang baik. Perbedaan lainyang relatif tajam terletak pada wilayah penggunaannya. Silabus apriori dapat digunakanoleh seluruh sekolah dalam satu wilayah yang luas karena penyusunanya dilakukan olehpemerintah atau institusi tertentu dengan mempertimbangkan seluruh karakteristik siswasecara umum. Sebaliknya, silabus posteori hanya dapat digunakan oleh satu kelas sajakarena penyusunannya dilakukan oleh guru kelas berdasarkan karakteristik siswa secarakhusus.

Sudut pandang lain yang mendasari pengembangan silabus bahasa adalah sasaranyang ingin dicapai. Dalam hal ini, silabus bahasa dapat dikembangkan berdasarkanpendekatan berorientasi pada produk (product–oriented approach) dan pendekatanberorientasi pada proses (process-oriented approach). Pendekatan berorientasi padaproduk merupakan proses pengembangan silabus bahasa di mana seleksi dan gradasimateri pelajaran dilakukan berdasarkan apa yang harus dikuasai siswa setelah mengikutiprogram bahasa. Apa yang harus dikuasai siswa, menurut Nunan, dibedakan menjadi dua,yakni pengetahuan bahasa dan keterampilan berbahasa.9 Pengetahuan bahasa yang harusdikuasai siswa dapat berupa kaedah-kaedah bahasa, seperti simple present tense, presentcontinous tense, demontrative adjectives; subjective pronouns, dan conditional sentences.Kaedah-kaedah bahasa tersebut dipilih dan diurut berdasarkan tingkat kesulitannya dankemampuan siswa. Kaedah bahasa yang sederhana diberikan kepada siswa tingkat pemuladan kaedah bahasa yang lebih kompleks diberikan kepada siswa tingkat tinggi. Adapunketerampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa dapat berupa sub-sub keterampilkanberbahasa mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, seperti menemukan informasitertentu dalam teks, memperoleh gambaran umum tentang isi bacaan, menulis suratpribadi, membuat surat bisnis, menyajikan laporan secara lisan, dan menangkap seluruhmaksud yang terkandung dalam suatu pidato. Keterampilan-keterampilan berbahasa yangmenjadi sasaran program bahasa dipilih dan diurut berdasarkan kebutuhan berbahasasiswa.

7 Jack C. Richards and Theodore S. Rogers, Approaches and Methods in LanguageTeaching (Cambridge: CUP, 1986), h. 21.

8 Ibid.9 Nunan, Op. Cit., h. 25.

Page 5: Pengembangan Silabus bahasa

5

Pengetahuan bahasa dan keterampilan berbahasa sebagaimana digambarkan di atas,baik secara terpisah maupun terpadu, dapat dijadikan sebagai sasaran suatu programbahasa. Pengetahuan bahasa sebagai dasar seleksi dan gradasi materi pelajaran akanmenghasilkan silabus bahasa struktural/gramatikal dan leksikal; sebaliknya keterampilanberbahasa atau sub-sub keterampilan berbahasa lain akan menghasilkan beberapa silabusbahasa, seperti silabus membaca, silabus fungsional, dan silabus nosional. Adapunintegrasi antara pengetahuan dan keterampilan berbahasa juga akan menghasilkanbeberapa silabus bahasa, seperti silabus struktural-fungsional, dan silabus fungsional-nosional.

Berbeda dengan pendekatan yang berorientasi pada produk, pendekatan yangberorientasi pada proses merupakan pengembangan silabus bahasa yang menempatkanbagaimana proses pengajaran dan pembelajaran dilakukan sebagai pijakan dalam seleksidan gradasi materi pelajaran. Proses, menurut Dubin dan Olshtain, dipahami sebagaiseluruh aktivitas belajar yang dikembangkan guru untuk membantu siswa menguasaimateri pelajaran.10 Memperjelas pandangan tersebut, Nunan mendefinisikan proses sebagaiseluruh tindakan belajar yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau materi pelajaran.Dalam hal ini, tindakan belajar yang dapat dikembangkan guru dapat berbentuk drill,latihan tertulis, bermain peran, belajar menemukan sendiri, dan lain-lain.11

Berdasarkan dua pandangan di atas, tampak sangat jelas bahwa silabus bahasa yangdibangun di atas landasan pendekatan berbasis proses, menempatkan aktivitas belajar padaposisi yang sangat strategis. Oleh karena itu, pengembang silabus bahasa dituntut untukmemilih bentuk-bentuk kegiatan belajar mana yang sesuai dengan materi pelajaran yangharus dikuasai siswa. Pemilihan bentuk kegiatan belajar juga harus disesuaikan dengantingkat kemampuan berbahasa siswa. Bermain peran, umpamanya, lebih cocok untukditerapkan pada pengembangan kemampuan berbicara siswa yang sudah memiliki latarbelakang bahasa sasaran yang relatif lebih baik. Drill lebih sesuai untuk pengembanganpenguasaan gramatika bahasa sasaran pada seluruh tingkat program bahasa. Denganmengkaji bentuk-bentuk kegiatan belajar yang ada, dan kesesuaiannya dengan materipelajaran dan tingkat kemampuan berbahasa siswa, guru bahasa atau pengembang silabusbahasa dapat membangun silabus bahasa sesuai dengan program bahasa yang akandijalankan. Adapun silabus bahasa yang didasari oleh pendekatan ini antara lain adalahsilabus berbasis tugas dan silabus prosedural.

Pendekatan terakhir dalam pengembangan silabus bahasa adalah pendekatanberbasis bidang kajian (subject matter-based approach). Pendekatan ini menempatkanbidang ilmu atau kajian sebagai dasar dalam seleksi dan gradasi materi pelajaran. Tidaksemua materi pelajaran diberikan kepada siswa, tetapi hanya materi yang benar-benarrelevant dan dibutuhkan siswa dalam bidang kajian yang sedang digelutinya.12 Dapatdikatakan, bahwa silabus bahasa yang dibangun berdasarkan pendekatan tersebutmerupakan silabus bahasa untuk tujuan khusus, seperti silabus bahasa untuk fisika, biologi,dokter, perawat, pramugari, pilot, tentara, polisi, dan ekonomi. Bidang-bidang kajian ataukeahlian seperti itulah yang menjadi ciri pembeda antara silabus bahasa untuk tujuankhusus dengan silabus bahasa lainnya.

C. Jenis-Jenis Silabus Bahasa

10 Fraida Dubin and Elite Olshtain, Course Design (Cambridge: CUP, 1986), h. 46.11 Nunan, Op. Cit., h. 12.12 Keith Johnson, An Introduction to Foreign Language Learning and Teaching (Harlow:

Pearson Education Limited, 2001), h. 229.

Page 6: Pengembangan Silabus bahasa

6

Berdasarkan beberapa pendekatan dalam pengembangan silabus bahasa sebagaimanadijelaskan di atas, berikut ini diuraikan beberapa jenis silabus bahasa yang dapat diadopsidan diadpsi untuk kepentingan program bahasa yang akan dikembangkan. Tentu saja,penggunaan salah satu jenis silabus bahasa harus didasari oleh tujuan yang harus dicapaidan latar belakang kemampuan berbahasa para siswa yang akan mengikutinya.

1. Silabus Struktural (Structural Syllabus)Silabus struktural merupakan silabus bahasa yang relatif lama digunakan dalam

program pengajaran bahasa, jauh sebelum silabus-silabus bahasa lain muncul pada eramodern ini. Silabus itu memanfaatkan butir-butir gramatikal yang membentuk sebuahkaedah bahasa sebagai pijakan dalam pemilihan dan pengurutan materi pelajaran. Olehkarena itu, silabus tersebut berisikan daftar butir-butir gramatikal yang diurut berdasarkantingkat kesulitan dan kompleksitasnya, dari materi yang mudah dan sederhana menuju kemateri yang sulit dan kompleks, sehingga membantu siswa secara bertahap menguasaisistem gramatikal bahasa sasaran.13 Silabus struktural disebut juga dengan silabusgramatikal karena dasar dan landasan pemilihan dan pengurutan materi pelajaran adalahsama, yaitu butir-butir gramatikal bahasa sasaran.

2. Silabus Leksikal (Lexical Syllabus)Landasan teoretis yang mendasari silabus leksikal tidak berbeda dengan silabus

struktural, yakni linguistik struktural yang memandang bahasa terbentuk dari beberapakomponen yang saling terkait, seperti fonem, morfem, leksikon, dan sintaksis. Perbedaanantara keduanya terletak pada komponen bahasa apa yang menjadi landasan pemilihan danpengurutan materi pelajaran. Silabus leksikal memanfaatkan daftar kata atau leksikondalam suatu bahasa sasaran sebagai pijakan pemilihan dan pengurutan materi pelajaran.Pengurutan dan pemilihan butir-butir kosakata dapat dilakukan berdasarkan beberapaprinsip, seperti tingkat kesulitan atau kompleksitasnya, frekuensi penggunaannya, dantopik yang memayunginya. Berdasarkan tingkat kompleksitasnya, kosakata dapat dipilihdan diurut dari kosakata yang mudah menuju kosakata yang sulit; berdasarkan frekuensipenggunaannya, kosakata dapat dipilih dan diurut dari kosakata yang paling seringdigunakan dalam komunikasi menuju kosakata yang jarang digunakan dalam komunikasi;dan berdasarkan topiknya, kosakata dapat dipilih dan diurut dari kosakata yang berkaitandengn aspek kehidupan yang lebih dekat dengan siswa menuju kosakata yang berhubungandengan aspek kehidupan yang jauh dari siswa. Selain prinsip-prinsip tersebut, peilihan danpengurutan kosakata dalam silabus leksikal dapat dilakukan berdasarkan sudut pandangatau prinsip-prinsip lain sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3. Silabus Situasional (Situational Syllabus)Silabus situasional (situational syllabus) berpandangan bahwa komunikasi dengan

bahasa selalu terjadi pada konteks sosial yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu,pembalajaran bahasa akan menjadi lebih bermakna bila selalu dikaitkan dan tidak bolehterlepas dari konteks dimana alat komunikasi ini digunakan. Silabus tersebut menjadikankonteks atau situasi di mana bahasa itu digunakan sebagai pijakan dalam pemilihan danpengurutan bahan pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa. Mengenai pentingnyaaspek situasi dalam silabus itu Wilkins mengatakan “According to this view languagealways occurs in a social context and it should not be divorced from its context when it is

13 Jeremy Harmer, The Practice of English Language Teaching 3rd ed. (Harlow, Essex:Pearson Education Limited, 2003), h.296.

Page 7: Pengembangan Silabus bahasa

7

being taught. … The situational syllabus therefore is based upon predictions of thesituasion in which the learners is likely to operate through the foreign language.”14

Dalam silabus situasional, materi pelajaran tidak lagi berbentuk unsur-unsur bahasayang lepas dari konteksnya, tetapi berbentuk bahasa sebagai alat komunikasi yang lekatdengan situasi penggunaanya, seperti di restauran, di sekolah, di lapangan terbang,bermain bola, mendaki gunung, dan menonton opera. Di sini, tidak dijumpai bahwapenjelasan pola kalimat tertentu harus didahului oleh penjelasan pola kalimat lainnya.Penjelasan mengenai unsur gramatika ini dibiarkan mengalir mengikuti situasi yang terjadidi dalam kelas. Akhirnya, dapat dikatakan bahwa silabus situasional merupakan silabusbahasa yang berisikan bahan pelajaran yang dipilih dan diurutkan berdasarkan situasi dimana bahasa itu digunakan.

4. Silabus Nosional (Notional Syllabus)Selain silabus situasional, Wilkins juag memperkenalkan silabus bahasa lain yang

disebut dengan silabus nosional (notional syllabus). Landasan utama silabus ini berbedadengan silabus gramatikal maupun silabus situasional. Silabus ini berpijak pada nosi atauapa yang dapat disampaikan oleh seseorang melalui bahasa, bukan pada bagaimana, dimana, atau kapan bentuk bahasa digunakan. Bentuk bahasa, dalam hal ini gramatika ataustruktur bahasa, dijadikan sebagai alat untuk mengungkapkan makna atau nosi. Pemilihandan pengurutan materi pelajaran disesuaikan dengan nosi-nosi yang berkaitan erat dengankebutuhan seseorang untuk melakukan komunikasi. Secara umum, nosi-nosi tersebut dapatdibedakan menjadi dua kategori, yaitu kategori semantik-gramatikal (semantico-grammatical categories) dan kategori fungsi komunikatif (categories of communicativefunctions) termasuk didalamnya kategori modalitas (modality) atau sikap pembicara.15

Kategori semantik-gramatikal yang merupakan unsur-unsur gramatika suatu bahasamemuat nosi-nosi yang berkaitan dengan waktu (time), seperti durasi, hubungan waktu,frekuensi, urutan peristiwa, usia, dan saat melakukan perbuatan; kuantitas (quantity),seperti jumlah tertentu dan taktertentu; ruang (space), seperti lokasi atau tempatterjadinya peristiwa; kasus (case), seperti agentif, objektif, datif; atau diksi (diction),seperti kata benda, kata kerja, anafora. Adapun kategori fungsi komunikatif dan modalitasmemuat fungsi-fungsi komunikatif suatu ujaran, antara lain: keputusan dan evaluasi(judgement and evaluation), seperti membuktikan, memaafkan; suasi (suation), sepertimerayu, memerintah, memarahi; argumen argument), seperti setuju, tidak setuju,melanggar; eksposisi dan inkuiri (rationat inquiry and exposition), seperti meyimpulkan,membandingkan; emosi personal (personal emotions), seperti sedih, senang, gembira; danrelasi emosional (emotional relations), seperti pemberian salam, simpati, trima kasih,pujian. Kedua kategori tersebut harus diperhatikan secara terpadu tidak terpisah-pisah,karena keduanya muncul secara bersamaan pada saat komunikasi berlangsung. Dengankata lain, nosi gramatikal tidak bisa dipisahkan dari fungsi komunikatif karena hanyamelalui nosi gramatikal tersebut fungsi komunikatif dapat dipahami atau disampaikan.

5. Silabus Fungsional (Functional Syllabus) Model silabus bahasa lain yang sangat erat kaitannya dengan model silabus nosional

14D. A. Wilkins, “Grammatical, Situational and Notional Syllabuses,” The CommunicativeApproach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit dan K. Johnson (Oxford: OxfordUniversity Press, 1979), h. 83.

15 Suzanne Salimbene, “From Structurally Based to Functionally Based Approaches toLanguage Teaching, “A Forum Anthology, Ed. Anne Covell Newton (New York:English Language Programs Division USIA, 1988), h.50.

Page 8: Pengembangan Silabus bahasa

8

adalah silabus fungsional (functional syllabus). Silabus ini menitik-beratkan perhatiannyapada fungsi-fungsi komunikatif bahasa yang dijadikan sebagai landasan dalam pemilihandan pengurutan materi pelajaran. Tujuan pembelajaran bahasa dideskripsikan dalam bentukfungsi-fungsi komunikatif yang dibutuhkan oleh siswa, seperti mengundang ke pesta ulangtahun, meminta informasi, meminta maaf, menyatakan pendapat, memberikan petunjuk,berterima kasih, dan meminta pertolongan. Penetapan fungsi-fungsi itu berpengaruhterhadap pemilihan dan pengurutan materi pelajaran yang berupa gramatika dan bentuk-bentuk bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan fungsi-fungsi tersebut. Dengan katalain, pemilihan dan pentahapan fungsi-fungsi komunikatif dilakukan setelah tujuanpembelajaran ditetapkan; barulah diikuti oleh penetapan bentuk-bentuk bahasa yang sesuaidan tepat. Ini menunjukkan bahwa model silabus fungsional tidak menolak keberadaan dankeberartian materi gramatikal dalam pembelajaran bahasa, tetapi penyajiannya harusdilakukan secara terpadu mengikuti fungsi-fungsi komunikatif bahasa yang sedangdibahas.23 Karena sifatnya yang berada di luar aspek kebahasaan, fungsi-fungsikomunikatif bahasa yang merupakan meteri inti dari keseluruhan materi pelajaran tidakdapat ditentukan dan diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya tetapi harus ditentukanberdasarkan kebutuhan siswa dalam berkomunikasi. Fungsi-fungsi ini secara umumdikelompokkan menjadi lima kelompok besar, yaitu fungsi personal (personal),interpersonal (interpersonal), direktif (directive), referensial (referential), dan imaginatif(imaginative).16

6. Silabus Struktural-Fungsional (Structural-Functional Syllabus)Silabus Struktural-fungsional merupakan model silabus bahasa yang berusaha

untuk menjembatani antara pembelajaran bahasa yang menekankan aspek gramatikadengan pembelajaran yang menitik-beratkan pada aspek penggunaan bahasa sebagai alatkomunikasi. Model silabus itu tetap mempertahan pemisahan antara materi pelajaran yangberupa komponen kebahasaan, seperti gramatika dan kosakata, dengan bahan pelajaranyang berbentuk fungsi-fungsi komunikatif bahasa.17

Pemilihan dan pengurutan materi pelajaran komponen kebahasaan tetap dilandasioleh prinsip tingkat kesulitan dan kompleksitasnya. Materi yang lebih mudah danmenentukan pemahaman materi yang lebih sulit ditempatkan pada posisi awal, dansebaliknya materi yang lebih sulit selalu berada pada posisi terbelakang; sedangkan materipelajaran yang berbentuk fungsi-fungsi komunikatif dipilih dan diurutkan berdasarkankomponen kebahasaan yang telah diberikan sebelumnya. Oleh karena itu, model silabus inidianggap relatif lebih mudah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.Penyampaian materi komponen kebahasaan dilakukan secara terpisah sebelum fungsi-fungsi komunikatif diberikan. Bila komponen kebahasaan dianggap sudah dikuasai olehsiswa, barulah disampaikan fungsi-fungsi komunikatif yang dapat dituangkan ataudisampaikan melalui bentuk-bentuk bahasa berdasarkan gramatika yang sudah dipelajari.

7. Silabus Struktur-Fungsi (Structure-Function Syllabus)Model silabus lain yang masih memandang aspek struktur bahasa sebagai bagian

penting dari materi pelajaran yang harus diberikan kepada siswa adalah Silabus strukturdan fungsi. Meskipun menggunakan istilah yang hampir sama, model silabus itu berbeda

16 Mary Finocchiaro, “The Functional-Notional Syllabus: Promise, problems, practices,” AForum Anthology, ed. Anne Covell Newton (New York: English Language ProgramsDivision USIA, 1988), h. 41.

17 Yalden, op. cit., h. 110.

Page 9: Pengembangan Silabus bahasa

9

dengan model silabus sebelumnya. Model silabus yang menggambarkan pentahapanstruktural dalam kerangka yang komunikatif ini tidak memisahkan antara komponenkebahasaan, seperti gramatika dan kosakata dengan fungsi-fungsi komunikatif bahasa,tetapi justru mengikatkan keduanya dalam bentuk yang sangat integratif. Tata bahasa ataustruktur dijadikan sebagai pijakan utama dalam pemilihan dan pengurutan materi pelajaranyang dibungkus dengan materi fungsi komunikatif. Dalam silabus itu, tata bahasa yangdigunakan sebagai inti silabus disusun dalam bentuk rentetan tahapan yang menyerupaitangga; bahan-bahan pokok lain harus dikaitkan dengan rentetan ini. Dengan demikian,aspek-aspek fungsi komunikatif, seperti jabaran nosional, fungsional, dan situasional dapatdipandang sebagai spiral yang melilit inti yang pada dasarnya berkenaan dengan tatabahasa.

Meskipun tata bahasa dijadikan sebagai pendoman pemilihan dan pengurutan materipelajaran, model silabus tersebut tidak mengarahkan pada pengembangan pembelajaranbahasa yang menempatkan tata bahasa sebagai sesuatu yang lebih penting dan harusdikuasai daripada fungsi-fungsi komunikatif bahasa. Model silabus struktur-fungsimenjadikan pembelajaran tata bahasa atau bentuk-bentuk bahasa menjadi lebih bermaknakarena selalu dikaitkan dengan penjelasan mengenai nosi yang melatarbelakanginya,fungsi bahasa yang termuat di dalamnya, dan situasi dimana bentuk-bentuk bahasa itudigunakan. Di sinilah letak keterpaduan antara komponen kebahasaan dan fungsi-fungsikomunikatif bahasa yang sejak dini dapat dikembangkan dalam kelas-kelas bahasa.

8. Silabus Komunikatif (Fully Communicative Syllabus)Model silabus bahasa lain yang juga dapat diterapkan pada pengajaran dan

pembelajaran bahasa adalah silabus komunikatif yang memusatkan perhatiannya padapenggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Pemilihan dan pengurutan materi pelajarantidak lagi menjadi suatu masalah yang serius dan kompleks mengingat pembelajaranbahasa yang direncanakan lebih diarahkan pada pengembangan kemampuan komunikatifsaja. Pemilihan dan pentahapan materi pelajaran menjadi sangat terbuka dan fleksibeltergantung pada kebutuhan komunikasi yang dirasakan oleh siswa. Situasi komunikasidapat dijadikan sebagai pijakan utama dalam pemilihan dan pengurutan materi pelajarandengan melibatkan siswa sebagai nara sumber. Situasi komunikasi mana yang akandigunakan didiskusikan terlebih dahulu dengan siswa. Siswa lebih banyak menentukan danmemegang kendali terhadap seluruh materi yang berkaitan dengan kebutuhan dan minatmereka. Berdasarkan situasi-situasi komunikatif yang ditentukan, siswa dapatmengembangkan kemampuan komunikatifnya secara lebih bebas. Siswa dapatamenggunakan berbagai macam strategi dan bentuk bahasa untuk mengungkapkan fungsi-fungsi komunikatif yang ingin disampaikan kepada orang lain melalui kegiatan belajaryang lebih komunikatif. Oleh karena itu, Model silabus ini lebih cocok diterapkan padakelas-kelas bahasa dimana siswanya sudah mimiliki latar belakang bahasa sasaran yangmemadai. Siswa tidak lagi diributkan dengan pembelajaran struktur bahasa, tetapi siswadengan bekal yang sudah dimilikinya diarahkan pada penggunaan bahasa sasaran secarakomunikatif. Untuk kelas-kelas bahasa tingkat pemula, penggunaan silabus ini tidak tepat,mengingat mereka masih belum banyak menguasai komponen kebahasaan yangdibutuhkan.18

9. Silabus Proporsional (Proportional Syllabus)Model-model silabus bahasa sebagaimana dijelaskan di atas pada dasarnya dapat

18 Ibid, h.116-7.

Page 10: Pengembangan Silabus bahasa

10

dibedakan ke dalam tiga kelompok besar. Kelompok pertama mencakup silabus bahasastruktural yang lebih banyak menfokuskan pada pengembangan gramatika dan strukturbahasa sasaran (atau disebut silabus tipe A). Kelompok kedua meliputi silabus bahasafungsional atau nosional yang lebih mengutamakan pengembangan wacana dankemampuan komunikatif yang terkendali (atau disebut silabus tipe B). Kelompok ketigamemuat silabus bahasa komunikatif penuh yang lebih banyak menitik-beratkan padapengembangan komunikatif siswa (atau disebut silabus tipe C).19

Selain ketiga kelompok silabus tersebut, terdapat silabus bahasa lain yang berusahamengakomodasi ketiga kelompok silabus tersebut ke dalam sebuah model silabus yangdikenal dengan sebutan silabus proporsional atau silabus penekanan beragam (Variable-focus syllabus). Model ini memandang pemilihan dan pentahapan materi pelajaran harusdisesuaikan dengan kemampuan siswa atau tingkatan kelas siswa. Bagi siswa yang beradapada tingkat pemula dan belum memiliki latar belakang bahasa sasaran yang memadai,silabus yang lebih tepat adalah tipe A. Sedangkan bagi siswa yang termasuk dalam kelasmenengah dan sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bahasa sasaran, silabusyang lebih tepat adalah tipe B. Adapun bagi siswa yang termasuk ke dalam kelas yanglebih tinggi dan sudah memiliki latar belakang bahasa sasaran yang relatif baik, silabusyang lebih tepat adalah tipe C. Perbedaan penekanan pada bahan pelajaran yang akandisampaikan kepada siswa merupakan esensi utama dari silabus proporsional. Dengan katalain, makin rendah tingkat kelas seseorang, makin banyak materi komponen kebahasaan,dan makin sedikit materi fungsi-fungsi komunikatif bahasa yang diterima dandipelajarinya; sebaliknya makin tinggi tingkat kelas seseorang, makin sedikit materikomponen kebahasaan dan makin banyak materi fungsi-fungsi komunikatif bahasa yangditerima dan dipalajarinya.

10. Silabus Berbasis Topik (Topic-based Syllabus)Silabus berbasis topik tidak mendasari pemiliham dan pengurutan materi pelajaran

pada aspek gramatikal dan fungsional bahasa sasaran, tetapi pada topik-topik yangberkaitan dengan kehidupan siswa, seperti olah raga, sastra, cuaca, musik, dansebagainya.20 Topik-topik tersebut dapat dikembangkan secara luas menjadi beberapa subtopik yang saling terkait. Topik olah raga, umpamanya, dapat dikembangkan menjadibeberapa sub topik, seperti senam, renang, sepak bola, bola basket, dan atletik.

Pengembangan materi pelajaran bahasa dan fungsi-fungsi bahasa berdasarkan topikterpilih dapat menimbulkan konsekuensi tersendiri, seperti pengulangan materi yang samapada topik-topik lain. Artinya, materi Simple Present dan fungsi bahasa mengajak berlatihbersama atau menolak ajakan berlatih, umpamanya, bisa muncul berulang kali padabeberapa sub topik olah raga lainnya. Olah karena itu, pengembang silabus atau gurudituntut untuk lebih jeli dalam melihat permasalahan itu, sehingga siswa tidak merasabosan dengan materi pelajaran yang sama.11. Silabus Berbasis Tugas (Task-Based Syllabus)

Silabus berbasis tugas merupakan silabus bahasa yang mengandung materi pelajaranyang diorganisir berdasarkan tugas-tugas atau kegiatan belajar yang harus dilakukan siswadalam mempelajari bahasa sasaran. Secara umum, tugas dapat diartikan sebagai pekerjaanyang dilakukan seseorang untuk dirinya sendiri atau orang lain dengan mengharapkan

19J . P. B. Allen, Functional-Analytic Course Design and The Variable Focus Curriculum,“The Practice of Communicative Teaching,” ed. Christopher Brumfit (Oxford:Pergamon Press, 1986)., h.4.

20 Harmer, op. cit., h. 298.

Page 11: Pengembangan Silabus bahasa

11

imbalan atau tidak mengaharapkan imbalan sama sekali, seperti mengecat pagar, mengisiformulir, membeli sepatu, dan memesan tiket pesawat terbang. Dengan kata lain dapatdikatakan, tugas merupakan seratus satu macam pekerjaan yang dilakukan seseorang setiaphari.21 Adapun tugas dalam konteks pembelajaran bahasa diartikan sebagai akativitas yangdilakukan seseorang sebagai hasil dari proses memahami bahasa. Mengenai hal ini,Richards, Platt, dan Weber mengatakan “Task is an activity or action which is carried outas the result of processing or understanding language (e.i. as a response). For example,drawing a map while listening to an instruction and performing a command ... A taskusually requires the teacher to specify what will be regarded as successful completion ofthe task.”22 Sesuai dengan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa tugas merupakantindakan yang dilakukan oleh seseorang sebagai hasil dari proses pemahaman bahasa lisanyang didengar atau bahasa tulis yang dipahami. Selanjutnya, tugas tersebut harus dirincisecara jelas agar siswa dapat melaksanakannya sesuai dengan harapan yang ingin dicapai.Kegagalan dalam mendeskripsikan tugas-tugas secara jelas berarti mempersulit prosesbelajar bahasa yang dikembangkan di dalam dan di luar kelas. Untuk mempermudah tugasyang harus dilakukan siswa, guru dapat memanfaatkan topik atau tema materi pelajaransebagai dasasr elaborasi tugas-tugas tersebut.

D. Format SilabusMateri pelajaran yang sudah ditentukan berdasarkan model-model silabus yang

dipedomani menuntut suatu penyusunan dan pengorganisasian dalam bentuk sebuahdokumen tertulis atau format yang baku. Ini dimaksudkan untuk memperjelas mana materipelajaran yang harus diberikan kepada siswa sebelum atau sesudah materi pelajarantertentu diberikan. Dubin dan Olhstain memperkenalkan lima format silabus bahasa yangdapat digunakan: format linear; format modular; format siklikal; format matriks; danformat cerita.23

1. Format Linear (Linear Format) Format linear merupakan bentuk silabus bahasa yang sudah cukup lama dikenal dan

digunakan dalam kelas bahasa, khususnya untuk materi-materi yang diurutkan berdasarkantingkat kesulitan dan kompleksitasnya. Bisanya materi yang dianggap mudah dansederhana mendahului materi yang dianggap lebih sulit dan kompleks. Oleh karena itu,pengurutan materi pelajaran harus dilakukan secara cermat dan hati-hati agar dapatmenghasilkan suatu urutan yang logis di mana materi yang lebih sulit tidak akan munculsebelum materi lain yang lebih mudah atau materi yang menjadi prasyaratnya diberikan.Dengan kata lain, materi pelajaran yang diberikan pada level terakhir merupakan suatuakumulasi dari keseluruhan materi pelajaran yang telah diberikan pada level-levelsebelumnya yang dapat dianggap sebagai prasyarat untuk level tersebut.

Agar gradasi materi pelajaran tercermin dengan mudah, silabus format linearmemanfaatkan tabel yang terdiri dari beberapa kolom dan baris sesuai dengan komponensilabus. Lajur kolom biasanya digunakan untuk menampilkan seluruh komponen silabus,

21 M. H. Long, “A role for instruction in second language acquisition” Modelling andAssessing Second Language Acquisition, Hyltenstam, K dan M.Pienemann, eds.(Clevedon: Multilingual Matters, 1985), h. 89.

22J . Richards, T. Platt, dan H. Weber, A dictionary of Applied Linguistics (London:Longman, 1985), h. 289.

23 Dubin dan Olhstain, Op. Cit. h. 51-63

Page 12: Pengembangan Silabus bahasa

12

seperti tujuan, topik, skill, dan metode. Lajur baris dimanfaatkan untuk menampilkangradasi materi pelajaran sesuai dengan tingkat kesulitannya. Silabus format linear tersebuttentu saja memberikan banyak kemudahan bagi guru untuk mengembangkan materipelajaran di dalam kelas atau di luar kelas. Guru dapat melihat secara cepat materi manayang harus disampaikan sebelum atau sesudah materi lain.

2. Format Modular (Modular Format)Format modular merupakan silabus bahasa yang pemilihan dan pengorganisasian

materi pelajaran yang harus diberikan kepada siswa tidak didasarkan pada tingkat kesulitandan kompleksitasnya, tetapi didasarkan pada tema-tema yang dipilih dan ditentukanberdasarkan kebutuhan berbahasa siswa. Silabus format modular merupakan silabusbahasa yang fleksibel di mana tema yang satu tidak harus menjadi prasyarat untukpenyajian tema lain. Tema menjadi titik sentral pengorganisasian komponen kebahasaandan fungsi-fungsi komunikatif bahasa. Meskipun di dalam perencanaan, komponenkebahasaan dan fungsi-fungsi komunikatif bahasa disusun secara terpisah, penyajiankomponen kebahasaan dan fungsi-fungsi komunikatif bahasa tersebut harus dilakukansecara terpadu dan komprehensif.

Berbeda dengan format linear, silabus format modular tidak menggunakan tabeldengan kolom dan barisnya untuk menampilkan materi pelajaran yang dibutuhkan siswa.Silabus tersebut hanya memanfaatkan sebuah daftar sederhana yang memuat beberapapedoman atau garis-garis besar pengembangan materi pelajaran yang dapat dilakukan olehguru. Pedoman tersebut paling tidak harus memuat daftar tema, tujuan yang harus dicapai,dan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan telah ditetapkan. Di tangan gurulah,pengembangan materi pelajaran dibebankan. Apa yang harus disampaikan dan bagaimanamenyampaikannya kepada siswa sepenuhnya terletak di tangan guru.

3. Format Siklikal (Cyclical Format)Format siklikal merupakan silabus bahasa yang pemilihan dan pengorganisasian

materi pelajaran yang harus diberikan kepada siswa didasarkan pada tingkat kesulitan dankompleksitas atau kebutuhan berbahasa siswa dengan beberapa kali pengulangankemunculannya. Komponen kebahasaan yang sama dapat disajikan tiga kali tetapi dengantingkat kesulitan yang berbeda, atau fungsi-fungsi komunikatif bahasa yang sama dapatdiberikan secara berulang-ulang berdasarkan tingkat kebutuhan berbahasa siswa atautingkat kesulitan struktur bahasa yang mendasarinya. Agar gradasi materi pelajaranmenjadi lebih jelas, silabus tersebut juga memanfaatkan tabel dengan sejumlah kolom danbaris yang digunakan untuk menampilkan materi pelajaran yang sudah ditentukan. Selainitu, penggunaan kolom dan baris dimaksudkan untuk menampilkan perbedaankomprehensif antara materi pelajaran yang muncul secara berulang kali, tiga kaliumpamanya, sesuai dengan tingkat kesulitan atau kebutuhan berbahasa siswa. Tentu sajahal tersebut akan banyak memberikan kemudahan bagi guru untuk kegiatan belajar yangdapat membantu siswa mencapai tujuan.

4. Format Matriks (Matrix Format)Format matriks merupakan silabus bahasa yang pemilihan dan pengorganisasian

materi pelajaran yang harus diberikan kepada siswa tidak didasarkan pada tingkat kesulitandan kompleksitasnya, tetapi didasarkan pada tema-tema atau situasi yang dipilihberdasarkan kebutuhan berbahasa siswa. Sesuai dengan namanya, silabus tersebutmemanfaatkan matriks yang digunakan untuk menampilkan secara komprehensif materipelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan tingkatnya. Matriks tersebut

Page 13: Pengembangan Silabus bahasa

13

diisi dengan materi pelajaran yang sudah dipilih untuk tingkat dan periode belajar tertentu.Bentuk silabus tersebut merupakan silabus bahasa yang sangat fleksibel dimanapengorganisasian materi pelajaran dilakukan secara bebas dalam sebuah matriks tanpamemperhatikan apakah materi pelajaran yang satu merupakan prasyarat untuk materipelajaran lain. Oleh karena itu, penyajian materi pelajaran kepada siswa di dalam atau diluar kelas dapat dilakukan secara random tanpa ada ketergantungan antara satu materipelajaran dengan materi pelajaran lain. Guru dapat dengan bebas memilih dan memberikanmateri pelajaran kepada siswa selama materi tersebut sudah tersusun dalam matriks yangtelah dibuat.

5. Format Cerita (Story-Line Format)Format cerita merupakan silabus bahasa yang pemilihan dan pengorganisasian materi

pelajaran yang harus diberikan kepada siswa tidak didasarkan pada tingkat kesulitan dankompleksitasnya atau kebutuhan berbahasa siswa, tetapi didasarkan pada alur cerita yangdibangun selama masa belajar tertentu, seperti satu semester atau satu caturwulan. Alurcerita memegang peranan penting dalam silabus dan merupakan landasan utama dalampengembangan materi pelajaran yang harus dilakukan guru di dalam atau di luar kelas.Materi pelajaran komponen kebahasaan dan fungsi-fungsi komunikatif bahasa diberikanberdasarkan pada tema-tema yang mungkin muncul dalam cerita tersebut. Penyajian materipelajaran harus dilakukan secara berurutan dari tahap awal sampai akhir agarpengembangan alur cerita dapat dilakukan secara komprehensif.

Secara sederhana pengembangan materi pelajaran pada format silabus cerita dapatdielaborasikan sebagai berikut. Pertama, cerita pendek atau novel yang digunakan sebagaidasar pengembangan materi pelajaran dapat dibuat sendiri atau diadopsi dari karya-karyasastra yang terdapat di pasaran. Kedua, cerita tersebut dikaji dan diteliti untuk ditentukanmateri pelajaran komponen kebahasaan dan fungsi-fungsi komunikatif bahasa. Ketiga,cerita dengan komponen bahasa dan fungsi komunikatif bahasa yang dikandung dipilahdan dibagi sesuai dengan periode belajar yang tersedia untuk dihasilkan bentuk silabusyang diharapkan.

E. Langkah-langkah dalam Pengembangan SilabusSebagaimana telah diketahui bahwa silabus merupakan acuan yang digunakan untuk

menerjemahkan apa yang telah digariskan dalam sebuah kurikulum yang masih bersifatgeneral. Silabus mengandung materi pelajaran yang harus disampaikan kepada siswamelalui proses pembelajaran, baik di dalam maupun diluar kelas. Mengingat fungsinyayang demikian penting, penyusunan dan pengembangan silabus bahasa harusmemperhatikan beberapa aspek berkenaan dengan proses pengembangan silabus itusendiri, dalam hal ini langkah-langkah dalam pengembangan silabus.

Secara umum, langkah-langkah dalam pengembangan silabus bahasa dapatdiklasifikasikan ke dalam tiga tahap yang masing-masing memiliki beberapa subtahap.Pertama, tahap persiapan yang memuat beberapa kegiatan dimaksudkan untuk menggalifaktor-faktor filosofis dan sosial yang berhubungan erat dengan silabus bahasa yang akandibuat. Kedua, tahap pengambilan dan analisis data dengan beberapa kegiatan yangmenyertainya dimaksudkan untuk mendapatkan data akurat yang menunjang penentuansilabus. Ketiga, tahap penyelesaian dimaksudkan untuk memperoleh bentuk akhir silabusyang dibuat.

Page 14: Pengembangan Silabus bahasa

14

1. PersiapanPersiapan merupakan kegiatan pendahuluan yang berupaya untuk memberikan

pijakan dasar terhadap langkah-langkah berikutnya dalam pengembangan silabus yangbaik. Tahap itu meliputi identifikasi faktor filosofis dan sosial, serta kajian terhadapsilabus yang sudah ada.

Identifikasi faktor filosofis dan sosial merupakan penelusuran terhadap nilai-nilaikehidupan yang diyakini oleh kelompok masyarakat tertentu di dalam menjalankan rodakehidupan. Di Indonesia, umpamanya, faktor filosofis itu bersinggungan langsung dengannilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan nilai-nilai agama yang diyakini oleh warganegaranya. Nilai-nilai tersebut diperlukan untuk memberikan warna tersendiri terhadappenentuan dan perumusan tujuan umum penyelenggaraan program bahasa. Selain itu,perlu diketahui faktor-faktor kemasyarakatan, baik yang berhubungan secara langsungmaupun tidak langsung dengan pembelajaran bahasa yang akan dilaksanakan. Faktor-faktor tersebut meliputi penentuan status bahasa sasaran, apakah sebagai bahasa pertama,kedua, atau bahasa asing; kajian terhadap pola penggunaan bahasa sasaran di dalam duniapendidikan, bursa kerja, dan proses globalisasi; sikap individu dan kelompok masyarakatterhadap bahasa sasaran; dan kebijakan politis pemerintah terhadap bahasa sasaran. Kajianterhadap faktor-faktor tersebut akan menghindari terjadinya ketidaksesuaian antara harapanmasyarakat dengan apa yang akan diberikan kepada siswa.

Melengkapi informasi yang berhubungan dengan aspek filosofis dan sosial tersebut,pengembang silabus perlu juga membekali diri dengan informasi yang berhubungandengan silabus yang sudah ada dan digunakan oleh masyarakat. Kajian tersebut akanmemberikan masukan berharga mengenai keunggulan dan kelemahan-kelemahannya. Apasaja keunggulan silabus yang perlu dipertahankan atau diadopsi; serta apa sajakelemahannya yang perlu ditinggalkan dan diabaikan.

2. Pengambilan dan Analisis DataDalam pengembangan silabus bahasa, pengambilan dan analisis data merupakan

kegiatan yang berhububungan dengan penelusuran terhadap, umpamanya sikap, minat,motivasi, dan kebutuhan berbahasa siswa sebagai salah satu subjek dari program bahasayang akan dilaksanakan. Karena keterkaitan yang erat dengan kebutuhan berbahasa siswa,tahap pengembangan silabus tersebut biasanya disebut juga dengan analisis kebutuhan(need analysis) yang melibatkan dua kegiatan utama, yakni pengambilan data dan analisisdata.

Pengambilan data berkaitan dengan upaya-upaya yang harus dilakukan pengembangsilabus untuk memperoleh informasi yang sesungguhnya mengenai data objektif dansubjektif siswa, sehingga keputusan yang dibuat dapat mencerminkan apa yang menjadikeinginan dan kebutuhan siswa terhadap bahasa sasaran yang akan dipelajarinya. Dataobjektif merupakan informasi real yang berhubungan aspek personal siswa, seperti nama,umur, orang tua, status sosial, dan latar belakang kemampuan berbahasa; sedangkan datasubjektif berkenaan dengan informsi mengenai hubungan antara bahasa sasaran yang akandipelajari dengan siswa yang akan mempelajarinya, seperti tujuan belajar bahasa yangingin dicapai, materi pelajaran yang ingin dikuasai, cara belajar yang dilakukan, peranyang ingin dimainkan, dan alat-lat bantu pengajaran yang akan digunakan. Data objektifdan subjektif tidak akan diperoleh secara tepat dan akurat, kecuali digunakan alatpengambil data atau instrumen yang baik. Instrumen yang digunakan dapat berbentukinterview atau angket. Secara subtansial, interview dan angket merupakan dua instrumenyang sama, tetapi hanya berbeda pada cara melakukannya, interview secara lisan danangket secara tulis. Interview dan angket dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup.

Page 15: Pengembangan Silabus bahasa

15

Secara terbuka berarti responden diberikan kesempatan yang luas untuk menyatakanpendapat dan gagasannya; sedangkan secara tertutup berarti responden tidak diberikankebebasan untuk memberikan pendapat dan gagasannya, tetapi mereka hanya diberikankesempatan untuk memilih beberapa alternatif jawaban yang tersedia. Tidak tertutupkemungkinannya interview dan angket dapat juga dilaksanakan secara semi terbuka.Artinya, selain diberikan alternatif jawaban, responden juga diberikan kesempatan untukmengemukakan pendapat dan gagasannya bila ingin menambahkan atau tidak menyetujuialternatif jawaban yang tersedia. Cara lain yang juga dapat digunakan untuk memperolehdata adalah diskusi kelompok (group discussion). Diskusi kelompok merupakan salah satucara pengambilan data yang dilakukan secara berkelompok dengan menghadirkanbeberapa responden untuk dimintai pendapatnya secara lisan mengenai, umpamanyaseluruh informasi yang berhubungan dengan penyelenggaraan pengajaran bahasa sasaran.Ketika diskusi berlangsung, pengembang perlu juga memperhatikan bagaimana caramereka mengutarakan keinginan dan pendapatnya mengenai permasalahan yang diajukan.Informasi tersebut sangat berguna untuk melihat aspek psikologis responden, sepertikeseriusan, sikap, dan rasa ingin tahu, sehingga diperoleh gambaran yang lebihkomprehensif tentang keinginan mereka dalam belajar bahasa sasaran.

Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif sesuai dengan bagian-bagian yang muncul dalam silabus, seperti tujuan belajar, materi pelajaran, kegiatanbelajar, metode dan teknik, sistem evaluasi, alat bantu pengajaran, dan sumber-sumberbelajar. Setelah data dikelompokkan sesuai dengan komponen silabus tersebut, datadianalisis berdasarkan tingkat kebutuhan siswa. Makin banyak siswa yang memilikipandangan yang sama mengenai suatu aspek, makin tinggi tingkat kebutuhan aspektersebut, atau makin perlu aspek tersebut untuk diberikan.

Perumusan tujuan belajar merupakan langkah yang dapat memberikan warnatersendiri terhadap program bahasa yang akan dilaksanakan. Tujuan belajar menjiwai apayang harus siswa pelajari dan begaimana mempelajarinya, termasuk di dalamnyabagaimana kegiatan evaluasi dilakukan. Secara hirarkis, tujuan ini dapat dibedakanmenjadi tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuanpembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus di mana tujuan yang lebih tinggiselalu menjiwai tujuan yang lebih rendah. Pada lembaga pendidikan formal kebebasanuntuk merumuskan tujuan sangatlah terbatas, karena tujuan pendidikan nasional, tujuaninstitusional, tujuan kurikuler, bahkan tujuan pembelajaran umumpun telah ditentukan dandirumuskan oleh pemerintah, sehingga guru atau lembaga pendidikan hanya memilikikesempatan untuk merumuskan tujuan pembelajaran khusus. Pada lembaga pendidikannonformal kebebasan dalam perumusan tujuan terbuka lebih besar, guru atau lembagadapat merumuskan tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran umum dankhsusus secara lebih mandiri dengan tetap berpedoman pada tujuan pendidikan nasionalyang telah dirumuskan oleh pemerintah.

Pemilihan materi pelajaran merupakan tahapan yang berkenaan dengan apa yangharus dipelajari dan mana yang harus diberikan terlebih dahulu atau setelah materi lainnya.Pemilihan materi dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan berbahasa siswa sehinggaapa yang menjadi keinginan siswa dapat terpenuhi; sedangkan pegurutan materi dapatdilakukan dengan memperhatikan prinsip materi yang lebih mudah mendahului materiyang lebih sulit, atau berdasarkan prinsip-prinsip lain, seperti kebutuhan berbahasa siswa,tema, dan situasi.

Pemilihan kegiatan belajar yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materipelajaran dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan keinginan siswa terhadap bentukkegiatan belajar tertentu, atau dengan melihat kesesuaian antara materi pelajaran dengan

Page 16: Pengembangan Silabus bahasa

16

bentuk-bentuk kegiatan belajar yang teridentifikasi dalam pengumpulan data. Artinya,bentuk kegiatan belajar yang banyak diinginkan siswa tidak pasti menjadi pilihan utama,kecuali bila memang benar-benar sesuai dengan materi yang akan diberikan.

Pemilihan metode dan teknik juga tidak harus didasarkan pada kecenderungan siswaterhadap metode atau teknik tertentu, tetapi harus dilihat dari sisi kesesuaian metode atauteknik dengan materi pelajaran. Umpamanya, materi pelajaran keterampilan berbicara akanmenjadi lebih menarik bila diberikan melalui metode bermain peran atau diskusikelompok. Dengan melihat karakteristik materi pelajaran, pemilihan metode atau teknikmenjadi lebih mudah, sehingga dapat membantu siswa menguasai materi pelajaran.

Pemilihan alat bantu pengajaran juga tidak berbeda dengan pemilihan metode atauteknik. Alat bantu pengajaran yang sesuai dengan materi pelajaran akan membantu siswamenguasai materi pelajaran secara lebih mudah dan efesien. Oleh karena itu, pemilihan alatbantu pengajaran tidak harus didasarkan pada pilihan siswa, kecuali pilihan tersebut sesuaidengan karakteristik materi pelajaran. Pengembangan keterampilan mendengarkan,umpamanya, akan menjadi lebih efektif dan efisien bila digunakan multimedia yangmendukung daripada tepe recorder saja.

Pemilihan sumber-sumber belajar menjadi sangat penting karena melalui sumberbelajar yang tepat siswa akan dapat memperoleh pengalaman berbahasa yang sebenarnya.Pengalaman berbahasa sasaran tersebut akan terpenuhi bila sumber belajar yang digunakandisesuaikan dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan, seperti materi pengembanganketerampilan membaca dapat berbentuk iklan-iklan, brosur, atau manual. Selain itu,sumber belajar harus dilihat dari sudut autentitasnya. Sumber belajar yang autentikmemberikan pengalaman berbahasa yang lebih nyata dan sesungguhnya daripada sumberbelajar nonautentik. Hal ini dapat dipahami karena sumber belajar autentik tidak didesainuntuk kepentingan belajar bahasa sasaran, tetapi untuk kepentingan berbahasa sebagai alatkomunikasi yang sebenarnya.

Penetapan alat evaluasi merupakan tahapan akhir dari kegiatan analisis kebutuhan.yang berhubungan dengan bentuk dan alat evalusai yang akan digunakan untuk mengukurkemajuan belajar siswa. Agar didapatkan informasi yang akurat, alat evaluasi yangdigunakan harus disesuaikan dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan, pendekatanatau metode pembelajaran yang diterapkan, dan materi pelajaran yang telahdikembangkan. Umpamanya, untuk mengukur kemampuan siswa menulis surat resmidiperlukan alat ukur yang berbentuk tes esai tulis; sedangkan untuk mengukur kemampuanberbicara siswa dapat digunakan alat ukur tes lisan dalam bentuk bermain peran ataudiskusi kelompok. Dengan kata lain, tujuan belajar harus menjadi pijakan utama di dalampenentuan alat evaluasi yang akan digunakan.

3. PenyelesainSetelah analisis data dilakukan pengembangan silabus mulai memasuki tahap

penyelesain. Tahap tersebut melibatkan lima sub-kegiatan yang dimulai dengan penentuanjenis silabus dan diakhiri dengan penyusunan bentuk akhir silabus.

Penentuan jenis silabus dilakukan dengan melihat rumusan tujuan belajar yang ingindicapai; dan bagaimana organisasi materi pelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuantersebut dilakukan. Bila tujuan yang ingin dicapai adalah pengembangan kemampuankomunikasi dan materi pelajaran diorganisasi berdasarkan situasi-situasi yangmelatarbelakangi peristiwa komunikasi, silabus yang dapat digunakan adalah SilabusSituasional. Sebaliknya, jika organisasi materi pelajaran dilakukan secara terpadu antaramateri struktur bahasa dan fungsi bahasa, silabus yang harus digunakan adalah silabusStruktur-Fungsi. Tidak berbeda dengan penentuan jenis silabus, penentuan format silabus

Page 17: Pengembangan Silabus bahasa

17

juga didasari oleh pengorganisasian materi pelajaran. Bila materi pelajaran dikembangkanberdasarkan tema-tema tertentu format silabus yang digunakan adalah Silabus Tematis;atau bila pengorganisasian materi pelajaran dilakukan berdasarkan alur cerita tertentu,format silabus yang dapat digunakan adalah silabus alur cerita. Untuk meningkatkanefektivitas dan efesiensi pengembangan silabus penentuan jenis silabus dan format silabusdapat dilakukan secara bersamaan karena keduanya saling terkait dan didasari olehlandasan yang sama, yakni pengorganisasian materi pelajaran.

Sosialisasi silabus merupakan bagian dari tahap penyelesaian yang dimaksudkanuntuk memperkenalkan silabus yang telah dihasilkan kepada masyarakat luas. Tentu saja,sosialisasi tersebut tidak dapat terlaksana kecuali bila silabus yang diharapkan telahdisusun sesuai dengan hasil analisis kebutuhan. Sosialisasi silabus baru dapat dilakukanmelalui seminar dengan mengundang para pakar untuk mengkaji dan memberikanmasukan berharga terhadap silabus baru. Selain seminar, ujicoba silabus juga merupakanupaya sosialisai yang dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik dari masyarakatpengguna secara langsung. Bila memungkinkan, sosialisasi silabus baru dapat dilakukanmelalui seminar dan ujicoba, sehingga umpan balik yang diterima tidak saja berbentukteoretis dari para pakar, tetapi juga berbentuk aplikatif dari masyarakat pengguna.

Revisi silabus merupakan bagian dari tahap penyelesaian yang berkaitan denganupaya perbaikan silabus yang telah dibuat. Berdasarkan informasi yang diperoleh, bagian-bagian silabus yang mengandung kelemahan atau kekurangan diperbaiki atau digantisehingga silabus yang dihasilkan menjadi lebih baik. Umpamanya, perumusan tujuanbelajar yang tidak sesuai dengan alasan siswa mempelajari bahasa sasaran diganti rumusantujuan yang mencerminkan alasan siswa mempelajari bahasa sasaran; atau materi pelajaranyang tidak berkaitan dengan tujuan belajar perlu diganti dengan materi yang lebih sesuaidan manarik minat belajar siswa.

Penyusunan bentuk akhir silabus merupakan bagian akhir dari tahap penyelesainyang berhubungan dengan pengetikan, editing, dan pembuatan lay out silabus. Sesuaidengan catatan-catatan perbaikan pada tahap revisi, disusunlah bentuk akhir silabus yangsiap digunakan di dalam penyelenggaraan program bahasa yang diinginkan. Hal yang perludiperhatikan dalam tahap ini adalah kemudahan bagi para pengguna silabus untukmembaca, memahami, dan menafsirkan isi silabus ke dalam bentuk kegiatan belajar, baikdi dalam kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu, penggunaan istilah yang mudahdipahami dan kalimat yang efektif menjadi tuntutan yang tidak dapat dihindari. Kesulitanyang dialami pengguna silabus merupakan bencana bagi silabus itu sendiri dan programbahasa yang menyertainya.

ReferensiTheodore S. Rodgers, “Syllabus Design, Curriculum Development, and Policy

Determination,” The Second Language Curriculum, Ed. Robert Keith Johnson(Cambridge: CUP, 1989), h. 26.

D.A. Wilkins, Notional Syllabuses (London: Oxford University Press, 1976), h. 2.Janice Yalden, The Communicative Syllabus: Evolution, design, & implementation

(Oxford: Pergamon Press Ltd., 1983), h. 21.David Nunan, Syllabus Design (Oxford: Oxford University Press, 1988), h. 28.Jack C. Richards and Theodore S. Rogers, Approaches and Methods in Language

Teaching (Cambridge: CUP, 1986), h. 21.Fraida Dubin and Elite Olshtain, Course Design (Cambridge: CUP, 1986), h. 46.Keith Johnson, An Introduction to Foreign Language Learning and Teaching (Harlow:

Pearson Education Limited, 2001), h. 229.Jeremy Harmer, The Practice of English Language Teaching 3rd ed. (Harlow, Essex:

Page 18: Pengembangan Silabus bahasa

18

Pearson Education Limited, 2003), h.296.D. A. Wilkins, “Grammatical, Situational and Notional Syllabuses,” The Communicative

Approach to Language Teaching, eds. C. J. Brumfit dan K. Johnson (Oxford: OxfordUniversity Press, 1979), h. 83.

Suzanne Salimbene, “From Structurally Based to Functionally Based Approaches toLanguage Teaching, “A Forum Anthology, Ed. Anne Covell Newton (New York:English Language Programs Division USIA, 1988), h.50.

Mary Finocchiaro, “The Functional-Notional Syllabus: Promise, problems, practices,” AForum Anthology, ed. Anne Covell Newton (New York: English Language ProgramsDivision USIA, 1988), h. 41.

J . P. B. Allen, Functional-Analytic Course Design and The Variable Focus Curriculum,“The Practice of Communicative Teaching,” ed. Christopher Brumfit (Oxford:Pergamon Press, 1986)., h.4.

M. H. Long, “A role for instruction in second language acquisition” Modelling andAssessing Second Language Acquisition, Hyltenstam, K dan M.Pienemann, eds.

J . Richards, T. Platt, dan H. Weber, A dictionary of Applied Linguistics (London:Longman, 1985), h. 289.