pengaruh pelatihan dan pembinaan terhadap pengembangan ...
Transcript of pengaruh pelatihan dan pembinaan terhadap pengembangan ...
20 | P a g e
PENGARUH PELATIHAN DAN PEMBINAAN
TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA
PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN
Raden Rudi Alhempi*
Wismar Harianto**
Abstract
One company has been paying attention to small business development is
PT. Telkom Pekanbaru Branch through its Community Development Centre
(CDC) to run the Partnership Program and Community Development (CSR)
by providing financial assistance as well as nonfinancial assistance such as
training and coaching for small business. However, performance of partners
in making repayment of loans granted by the CDC PT. Telkom Pekanbaru
Branch is still high. This study aims to determine the effect of training and
coaching to small business development in the Community Development
Partnership Program (CSR) by the Community Development Centre PT
Telkom Pekanbaru Branch. The study population is all of which amounts to
277 people with a sample of 73 people Data from this study are primary data
using questionnaires as research instruments. Data analysis techniques that
used in this research is descriptive and inferential statistical analysis using
SPSS. The result show that training and coaching jointly or individually have
a significant influence on the development of small business. Coaching is a
variable that has the highest donation or the value of job satisfaction in small
business.
Keywords: Training, Coaching, Small business development, Community
development centre (CDC)
_________________________ * dan ** STIE dan STIH Persada Bunda Pekanbaru, Jl. Diponegoro No 42 ,
Pekanbaru 28116. (E-mail : [email protected]).
Media Riset Bisnis & Manajemen, Vol. 13, No. 1, April 2013 pp. 20 - 38
20
21 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
Latar Belakang
Belajar dari pengalaman pahit yang pernah dialami Indonesia pada
masa lalu, perekonomian Indonesia pada masa pra krisis dimana lebih
menitikberatkan pembangunan ekonomi yang mengarah pada perusahaan-
perusahaan besar, hal ini terbukti telah membawa perekonomian Indonesia
ke jurang krisis yang semakin mendalam. Demikian pula halnya pada waktu
Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997, dimana yang
menyelamatkan perekonomian Indonesia pada waktu itu adalah kontribusi
yang terbesar berasal dari usaha kecil. Artinya usaha kecil bisa dikatakan
siap dan tahan terhadap krisis ekonomi dan bisa menjadi katub pengaman
bagi dampak krisis, sebagai contoh dampak krisis seperti pengangguran dan
pemutusan hubungan kerja.
Berdasarkan dari pengalaman yang lalu maka pemerintah pada saat
ini lebih memfokuskan pada pembangunan ekonomi yang mengarah pada
ekonomi kerakyatan, dengan lebih menggairahkan pada pelaku ekonomi
yang berasal dari usaha kecil. Dalam hal ini pemerintah telah mengeluarkan
undang-undang dan keputusan-keputusan yang mengatur tentang
pengembangan usaha kecil, salah satu diantaranya adalah Keputusan Mentri
Keuangan Indonesia Nomor: 316/KMK.016/1994, tentang Pedoman
Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dan Bagian
Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Untuk memperjelas hal di atas, Pemerintah mengeluarkan Keputusan
Mentri Keuangan Republik Indonesia yang berikutnya No:
6OJKMK.061/1996 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi
melalui Pemanfaatan Dana dan Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), dimana perlu penyesuaian-penyesuaian terhadap besarnya bagian
pemerintah atas laba BUMN untuk pembinaan usaha kecil dan koperasi.
Selanjutnya dalam UU No.25 tahun 2000 mengenai Program
Pembangunan Nasional (Propenas) sektor usaha kecil dan menengah, usaha
mikro dan koperasi menjadi prioritas pembangunan yang diharapkan menjadi
tulang punggung perekonomian. Kemudian pada tanggal 17 Juni 2003
Pemerintah melalui Kementerian BUMN menerbitkan Keputusan Menteri
BUMN No. 236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil
dan pelaksanaan bina lingkungan yang lebih komprehensif yang sesuai
dengan pengembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial masyarakat
sekitar BUMN.
Salah satu perusahaan yang telah menaruh perhatiannya terhadap
pengembangan usaha kecil adalah PT. Telkom Cabang Pekanbaru melalui
unit Community Development Centre (CDC) untuk menjalankan Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Bentuk dan perhatian perusahaan
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 22
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
ini terhadap pengembangan usaha kecil adalah dengan memberikan bantuan
finansial sekaligus bantuan non finansial berupa pelatihan dan pembinaan
bagi usaha kecil yang menerima bantuan kredit modal kerja dalam bentuk
finansial Usaha kecil yang menerima bantuan pinjaman dalam bentuk
financial disebut dengan mitra binaan PT. Telkom Cabang Pekanbaru.
Jenis usaha yang terbanyak yang menjadi mitra binaan CDC PT.
Telkom Cabang Pekanbaru adalah jenis usaha perdagangan dan diikuti oleh
jenis usaha jasa. Tingkat kemacetan mitra binaan dalam melakukan
pengembalian pinjaman yang diberikan oleh CDC PT. Telkom Cabang
Pekanbaru masih cukup besar dengan tingkat kemacetan terbesar adalah
pada tahun 2003 yaitu sebanyak 30%, walaupun terjadi penurunan pada
tahun 2005 namun pada tahun 2007 tingkat kemacetan meningkat kembali
yaitu sebesar 22%, secara rata-rata tingkat kemacetan pengembalian
pinjaman periode 2003-2007 masih cukup besar yaitu sebesar 18%.
Pelaksanaan pelatihan usaha kecil di PT. Telkom Cabang Pekanbaru
beberapa tahun terakhir ini telah banyak dilakukan. Melalui proses pelatihan
dan pembinaan para pelaku usaha kecil tersebut yang dimaksudkan dapat
meningkatkan pengembangan usaha. Bila dilihat dari realita dilapangan
usaha kecil binaan PT. Telkom Cabang Pekanbaru boleh dikata belum
berkembang sesuai yang diharapkan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada Latar Belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: (1) Apakah pelatihan dan pembinaan secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap pengembangan usaha kecil
pada Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) yang di jalankan oleh
Community Development Centre PT. Telkom Cabang Pekanbaru?. (2)
Apakah pelatihan dan pembinaan secara parsial berpengaruh terhadap
pengembangan usaha kecil pada Program Kemitraan Bina Lingkungan
(PKBL) yang di jalankan oleh Community Development Centre PT. Telkom
Cabang Pekanbaru?.
Tinjauan Pustaka
Pelatihan
Menurut Bernardin & Russell (dalam Gomes, 2000: 197), pelatihan
adalah setiap usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada pekerjaan
tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang
ada kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan dengan
peningkatan keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan
23 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
atau tugas tertentu sehingga lebih menekankan pada keterampilan (skill).
Pelatihan merupakan cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja
aktual, dengan penekanan pada pengembangan skill, knowledge, dan ability.
Selanjutnya Soeprihanto (2001) menyatakan bahwa “Pelatihan adalah
kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara
meningkatkan pengetahuan dari keterampilan operasional dalam
menjalankan suatu pekerjaan, dan dapat dikatakan juga bahwa pelatihan
merupakan suatu proses pembinaan pengertian dan pengetahuan terhadap
sekelompok fakta, aturan serta metode yang terorganisasikan dengan
mengutamakan pembinaan kejujuran dan keterampilan operasional”.
Pembinaan Usaha Kecil
Widjaja (2002) menjelaskan bahwa definisi dan Pembinaan adalah
suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian,
diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara pertumbuhan
tersebut yang disertai usaha usaha perbaikan, menyempurnakan, dan
mengembangkannya.
Salah satu definisi, pembinaan adalah suatu proses atau
pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan
mendirikan, menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai
usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan, dan mengembangkannya (Rasyid
et al., 2002).
Sasaran dari pembinaan usaha kecil adalah untuk mengembangkan
usaha kecil menjadi usaha besar. Ada dua aspek pembinaan usaha kecil: (a)
Sumber daya manusia dapat ditingkatkan dengan usaha sendiri atau dari
dorongan pihak luar, (b) Pengelolaan dalam arti praktek bisnis yang terdiri
dari beberapa hal yang antara lain: Perencanaan, Pelaksanaan, dan
Pengawasan (Hidayat, 2001).
Kegiatan pembinaan tidak terlepas adanya faktor pendukung dan
faktor penghambat, seperti yang di katakan oleh Dewi (2008) bahwa :
“Faktor pendukung berupa ketersediaan dana, jalinan kerjasama dengan
instansi lain, ketersediaan sarana dan prasarana sedangkan faktor
penghambat berupa keterbatasan sumber daya manusia pengusaha,
ketidakmampuan pengusaha mengernbalikan pinjaman, keterbatasan jumlah
pegawai dan keterbatasan informasi”. Usaha Kecil Sampai dengan sekarang
masih terdapat beberapa perbedaan mengenai pengertian usaha kecil, baik
menurut undang-undang, perbankan, Biro Pusat Statistik, dan lembaga-
lembaga lainnya. Apa yang menjadi batasan usaha kecil masih susah untuk
dijelaskan. Penentuan batasan usaha kecil, orang cenderung melihat kepada
modal awal, asset, dan pendapatan. Berikut ini beberapa batasan usaha kecil
dilihat dari modal awal, asset, pendapatan, dan jumlah tenaga kerja. (1)
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 24
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
Suatu usaha dinyatakan sebagai usaha kecil jika (Kanisius, 2000) : (a) Usaha
perdagangan atau jasa yang mempunyai modal tidak lebih dari
Rp.800.000.000,-., (b) Usaha produksi/industri atau jasa konstruksi,
mempunyai modal tidak lebih dari Rp.200.000.000,-. (2) Menurut Bank
Indonesia, usaha kecil adalah suatu usaha yang mempunyai total asset
maksimal Rp.600.0000.000,- tidak termasuk rumah dan tanah yang
ditempati. (3) Menurut Biro Pusat Statistik : (a) Usaha rumah tangga yaitu
mempunyai 1-5 tenaga kerja, (b) Usaha kecil yaitu mempunyai 6-19 tenaga
kerja, (c) Usaha menengah yaitu yang mempunyai 20-99 tenaga kerja, (d)
Usaha besar yaitu mempunyai 100-lebih dari tenaga kerja. (4) Di dalam
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha Kecil, telah ditentukan
bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
memiliki kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) atau hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah), serta kepemilikannyapun telah ditetapkan pula dalam
Pasal 5 undang-undang tersebut yaitu usaha kecil harus dimiliki oleh Warga
Negara Indonesia.
Menurut Hafsah (2004), bahwa upaya untuk Pengembangan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) pada hakekatnya merupakan tanggungjawab
bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati
permasalahan yang dihadapi oleh UKM, maka kedepan perlu diupayakan
hal-hal sebagai berikut : (a) Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif;
pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain
dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta
penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
(b) Bantuan Permodalan; pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus
dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM, untuk membantu
peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal,
sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal
ventura. Pembiayaan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebaiknya
menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada, maupun non
bank. Lembaga Keuangan Mikro bank antara Lain: BRI unit Desa dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Sampai saat ini BRI memiliki sekitar 4.000 unit
yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari kedua LKM ini sudah tercatat
sebanyak 8.500 unit yang melayani UKM. Untuk itu perlu mendorong
pengembangan LKM. Yang harus dilakukan sekarang mi adalah bagaimana
mendorong pengembangan LKM ini berjalan dengan baik, karena selama ini
LKM non koperasi memiliki kesulitan dalam legitimasi operasionalnya. (c)
Perlindungan Usaha; jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha
tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus
mendapatkan perlindungan dan pemerintah, baik itu melalui undang-undang
niaupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan
25 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
(win-win solution). (d) Pengembangan Kemitraan; perlu dikembangkan
kemitraan yang saling membantu antara UKM, atau antara UKM dengan
pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk
menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Disamping itu juga untuk
memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan
demikian UKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku
bisnis lainnya, baik dan dalam maupun luar negeri. (e) Pelatihan; pemerintah
perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek kewiraswastaan,
manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam
pengembangan usahanya. Disamping itu juga perlu diberi kesempatan untuk
menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan teori melalui
pengembangan kemitraan rintisan. (f) Membentuk Lembaga Khusus; perlu
dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya
menumbuhkembangkan UKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi
dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal yang
dihadapi oleh UKM. (g) Memantapkan Asosiasi; asosiasi yang telah ada
perlu diperkuat, untuk meningkatkan perannya antara lain dalam
pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk
pengembangan usaha bagi anggotanya. (h) Mengembangkan Promosi; guna
lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dengan usaha besar
diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang
dihasilkan. Disamping itu perlu juga diadakan talk show antara asosiasi
dengan mitra usahanya. (i) Mengernbangkan Kerjasama yang Setara; perlu
adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi antara pemerintah dengan
dunia usaha (UKM) untuk menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang
terkait dengan perkembangan usaha.
Tinjauan Empiris
Penelitian yang dilakukan oleh Leach et al., (2000), dampak
pelatihan pada pengembangan usaha mikro perempuan dilakukan selama
1997-1998 dan didanai oleh DFID (Divisi Pendidikan dan ESCOR).
Penelitian dilakukan dalam empat program (di Ethiopia, India, Peru dan
Sudan) didukung oleh dua LSM berbasis di Inggris, yaitu ACORD dan
Menengah Teknologi menunjukan bahwa perempuan miskin membutuhkan
pelatihan untuk mengemhangkan keterampilan dan self confidence untuk
memungkinkan mereka untuk beroperasi dan untuk bertahan hidup di sektor
informal. Akses ke kredit adalah penting tetapi tidak cukup untuk perempuan
miskin. Proyek-proyek belajar mengungkapkan banyak contoh wanita yang
akan tidak mampu untuk mengembangkan bisnis mereka dan meningkatkan
pendapatan mereka tanpa pelatihan, khususnya dalam keterampilan bisnis
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 26
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
dasar. Namun, dampak pelatihan dan peningkatan pendapatan pada aspek
lain dan mereka bisnis dan kehidupan, yaitu akses dan kontrol sumber daya,
status, dan kualitas hidup, tidak dipotong jelas. Tidak hanya dampak tersebut
sangat beragam dalam kekuatan tapi bisa negatif maupun positif. Hubungan
antara pelatihan dan pemberdayaan perempuan ekonomi dan sosial karena
itu kompleks. Penelitian ini juga menemukan bahwa di mana pelatihan ini
dirancang dengan baik dan dikirimkan itu bisa mengakibatkan pendapatan
meningkat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peningkatan harga diri
dan dalam beberapa kasus meningkatkan status dalam rumah tangga dan
masyarakat. Hal ini khususnya kasus di mana telah memberikan pelatihan
analisis gender dan kepercayaan-komponen bangunan Keuntungan khusu
dan pelatihan di mana ia disampaikan secara efektif adalah bahwa ia
dikembangkan ditingkatkan strategi bertahan hidup pada wanita, sehingga
mereka bisa mengatasi lebih baik di saat krisis.
Penelitian yang dilakukan oleh Bahannoer (2009) mengenai
Perkembangan dan Pembinaan Usaha Kecil menunjukkan bahwa PT.
Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan merupakan salah satu
perusahaan BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) yang menyalurkan kredit kepada usaha kecil dan
menengah dan memberikan pembinaan yang bertujuan mengembangkan
usaha kecil dan menengah. Sehingga diambil beberapa kesimpulan bahwa
mitra binaan yang telah diberikan kredit mengalami perkembangan, ini dapat
dilihat dan peningkatan laba, dan berani bersaing di pasar global melalui
promosi-promosi dan pameran yang digelar atau yang diadakan oleh pihak
PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan.
Amalia (2008) melakukan penelitian pada PT. Telkom Divre V
tentang Pengaruh CSR terhadap Citra Perusahaan PT. Telkom Divre V
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat dan positif antara CSR
“Pembinaan UKM dengan Citra PT.Telkom Divre V (Koefisien korelasi
sebesar +0,712). Selain itu, juga ditemukan pengaruh antara CSR Tembinaan
UKM dengan Citra PT. Telkom Divre V sebesar 0,605.
Rerangka Konseptual
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
model Rerangka konseptual yang diajukan adalah sebagai berikut:
27 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
Gambar 1
Rerangka Konseptual
Rerangka Kerja Hipotesis
Untuk lebih memahami penelitian ini, maka dibuat Rerangka
hipotesis seperti Gambar 2 berikut ini. Adapun yang menjadi Rerangka kerja
hipotesis dalam penelitian ini adalah (Hamalik, 2000) :
Gambar 2
Rerangka Kerja Hipotesis
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 28
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
Hipotesis
Berdasarkan Perumusan Masalah dan Rerangka Kerja Hipotesis
tersebut, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Pelatihan dan pembinaan berpengaruh secara simultan terhadap
perkembangan usaha kecil pada program kemitraan bina lingkungan.
H2: Pelatihan dan pembinaan berpengaruh secara parsial terhadap
perkembangan usaha kecil pada program kemitraan bina lingkungan.
Metodologi
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Community Development Centre (CDC)
PT. Telkom Cabang Pekanbaru, perusahaan yang bergerak di bidang
telekomunikasi. PT. Telkom Cabang Pekanbaru merupakan salah satu
BUMN yang ditetapkan pemerintah untuk melaksanakan Program Kemitraan
Bina Lingkungan (PKBL).
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai dengan
September 2009, waktu yang digunakan untuk penelitian selama 2 (dua)
bulan namun demikian data yang diperlukan dalam penelitian itu merupakan
proses yang berlangsung selama kurun waktu sekitar 2 (dua) tahun, sesuai
dengan standar paket yang berjalan selama 2 tahun setiap periode.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha kecil di Pekanbaru
yang menjadi mitra binaan dan yang telah mengikuti Pelatihan dan
Community Development Centre PT. Telkom Cabang Pekanbaru, sebanyak
277 usaha.Dalam penelitian ini, penentuan sampel menggunakan teknik
purposive sampling artinya ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan
penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan terlebih dahulu. Agar
sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat mewakili populasi maka
dapat ditentukan jumlah sampel yang dihitung dengan menggunakan rumus
Slovin (Umar, 2004). Diperoleh jumlah responden penelitian sebanyak
73,475 dibulatkan menjadi 73 responden.
29 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
Pengumpulan Data
Data dapat diperoleh melalui dua sumber, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara mentah dan
langsung dari objek penelitian (responden). Teknik pengumpulan datanya
dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner dirancang dengan mengacu pada
tujuan penelitian yang dijabarkan dalam operasionalisasi variabel penelitian.
Data sekunder diperoleh dengan pencatatan langsung dari dokumen, laporan
yang telah dibuat oleh perusahaan/instansi.
Variabel Penelitian
(1) Pelatihan (X1) : setiap usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu
pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya (Comes, 2000). (2)
Pembinaan (X2): pengukuran dan koreksi semua kegiatan dalam rangka
memastikan bahwa tujuan-tujuan dan rencana-rencana organisasi dapat
terlaksana dengan baik (Sabardi, 1992). (3) Perkembangan usaha (Y): hasil
dicapai seseorang menurut ukuran berlaku untuk pekerjaan bersangkutan
(Bernadin & Rusel, 1993).
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Berdasarkan hasil uji validitas dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa korelasi terendah adalah sebesar 0,333 dan tertinggi 0,814. Dengan
demikian seluruh item yang diuji adalah valid karena memiliki r > 0,3,
sehingga dapat digunakan analisis tahap selanjutnya.
Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas intrumen dengan
menggunakan alpha Cronbach adalah 0,860, 0,882 dan 0,886. Dengan
demikian nilai alpha seluruhnya adalah reliable karena memiliki alpha diatas
0,600 sehingga seluruh variabel yang diteliti adalah reliable dan dapat
digunakan dalam tahap analisis.
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependent, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis). Penggunaan
analisis regresi berganda dimaksudkan untuk memperoleh nilai prediksi yang
tidak bias. Sehingga analisis tersebut harus memenuhi asumsi-asumsi klasik
yang mendasari model regresi, meliputi: (1) Normalitas - Model yang
sempurna adalah model yang bisa menghasilkan nilai estimasi pada Y yang
sama persis dengan nilai Y asal (nilai residual = 0). Akan tetapi hal ini
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 30
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
adalah sulit, hanya bisa diharapkan bahwa nilai residual yang akan menyebar
normal dengan nilai rata-rata = 0. Artinya frekuensi nilai residual di sekitar
nol memiliki frekuensi yang cukup besar pada nilai-nilai selisih yang
ekstrem (jauh di bawah nol atau jauh di atas nol). (2) Multikolinearitas -
Untuk mengetahui apakah ada dua atau lebih item yang saling berkaitan atau
berhubungan linier erat yang sempurna di antara beberapa atau semua item
independent. Bila hal ini tidak ditemukan berarti tidak terdapat
multikolinieritas. (3) Heteroskedastisitas - Uji Heteroskedastisitas menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dan residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka discbut homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Asumsi Klasik
(1) Multikolinier - Dari pengolahan data diketahui dan kedua variabel bebas
dalam penelitian ini memilki VIF < 10, sehingga dapat dikatakan tidak
terdapat gejala multikolinearitas antara variabel bebas dalam penelitian ini.
Artinya antara kedua variabel bebas yang diteliti tidak saling berhubungan
sehingga tepat digunakan sebagai variabel bebas dalam model. (2)
Heteroskedastisitas - Dari pengolahan data berbentuk grafik telihat bahwa
data menyebar secara acak atau tidak membentuk sebuah pola yang dapat
memberikan arti tertentu, dengan demikian disimpulkan bahwa model yang
digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi klasik. (3) Normalitas -
Dari pengolahan data berbentuk grafik dapat diketahui bahwa sebaran data
berada disekitar garis diagonal pada model regresi sehingga dikatakan model
regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi kenormalan. (4) Lineritas -
Dari pengolahan data berbentuk grafik dapat diketahui bahwa plot
antara nilai residual dan nilai prediksi tidak membentuk pola tertentu (acak)
pada model regresi pada Perkembangan Usaha Kecil, sehingga dapat
dikatakan model regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi linearitas.
Pengujian Hipotesis
(1) Uji t, untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel
bebas terhadap variabel tergantung secara parsial, dengan membandingkan
hasil t sig < maka hipotesis ditolak. (2) Uji F, untuk mengetahui tingkat
signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung secara
simultan, dengan rnembandingkan hasil Fsig dengan . Apabila Fsig > maka
hipotesis diterima dan apabila Fsig < maka hipotesis ditolak.
31 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan umur maka sebagian besar responden yang berumur
kurang dari 30 tahun yang ditunjukkan dengan nilai 30% dan yang paling
sedikit adalah reponden yang berumur diatas 40 tahun dengan nilai 10%.
Berdasarkan tingkat pendidikan, maka tingkat pendidikan reponden yang
terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 61
orang ditunjukkan dengan nilai 83%, kemudian disusul tingkat pendidikan
SMP sebanyak 7 orang dengan nilai sebesar 10% dan tingkat pendidikan
responden yang paling sedikit adalah S1 dimana didapatkan nilai 7% atau
sebanyak 5 orang.
Dari total 73 usaha kecil terdiri dari enam jenis usaha yaitu: 28 usaha
atau (38%) adalah jenis Perdagangan, 7 usaha atau (10%) jenis usaha jasa, 7
(10%) jenis usaha industri, 5 usaha atau 7% jenis usaha industri, dan 13
usaha atau (18%) adalah jenis usaha perkebunandan 13 jenis usaha (18%)
adalah usaha peternakan.
Lama usaha di bawah 5 tahun adalah sebanyak 2 usaha atau (3%),
antara 5-10 tahun sebanyak 41 usaha atau (56%), antara 11-15 tahun
sebanyak 22 usaha (30%), antara 16-20 tahun sebanyak 6 usaha atau (8%),
dan di atas 20 tahun sebanyak 2 atau (3%).
Jumlah tenaga kerja pada usaha kecil sebelum pelatihan di bawah 5
orang sebanyak 53 usaha atau (73%), dan antara 5-10 orang sebanyak 20
usaha atau (27%). Jumlah tenaga kerja pada usaha kecil setelah pelatihan, di
bawah 5 orang sebanyak 24 usaha atau (33%), antara 5-10 orang sebanyak
37 usaha atau (50%), dan di atas 10, orang sebanyak 12 usaha kecil atau
(17%)
Laba usaha rata-rata perbulan pada usaha kecil sebelum menerima
pelatihan, kurang dari Rp.1.000.000,- adalah sebanyak 3 usaha atau (4%),
antara Rp.1.000.001,- - Rp.2.000.000,- adalah sebanyak 41 usaha atau
(56%), antara Rp.2.000.001,- - Rp.3.000.000,- adalah sebanyak 22 usaha
atau (30%), dan antara Rp.3.000.001,- - Rp.4.000.000,- adalah sebanyak 7
usaha atau (10%).
Laba usaha rata-rata per bulan pada usaha kecil setelah menerima
pelatihan, kurang dari Rp.1.000.000,- adalah tidak ada lagi, antara
Rp.1.000.001,- - Rp.2.000.000,- adalah sebanyak 12 usaha atau (17%),
antara Rp.2.000.001,- -Rp.3.000.000,- adalah sebanyak 32 usaha atau (43%),
antara Rp.3.000.001,- - Rp.4.000.000,- adalah sebanyak 15 usaha atau
(20%), antara Rp.4.000.001,- - Rp.5.000.000,- adalah sebanyak 12 usaha
atau (17%), dan lebih dari Rp.5.000.000,- adalah sebanyak 2 usaha atau
(3%).
Jumlah penjualan barang dan jasa per bulan pada usaha kecil sebelun
menerima pelatihan, kurang dari Rp.5.000.000,- adalah sebanyak 5 usaha
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 32
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
atau (6,8%), antara Rp.5.000.001,- - Rp10.000.000,- adalah sebanyak 24
usaha atau (33,3%), antara Rp.10.000.001,- - Rp15.000,000,- adalah
sebanyak 32 usaha atau (43,3%), antara Rp.15.000.001,- - Rp20.000.000,-
adalah sebanyak 10 usaha atau (13,3%), dan di atas Rp.20.000.000,- adalah
sebanyak 2 usaha atau (3,3%).
Jumlah penjualan barang dan jasa per bulan pada usaha kecil setelah
menerima pelatihan, kurang dari Rp.5.000.000,- adalah tidak ada lagi, antara
Rp.5.000.000,- - Rp.10.000.000,- adalah sebanyak 19 usaha atau (26%),
antara Rp.10.000.001,- -Rp.15.000.000,- adalah sebanyak 29 usaha atau
(40%), antara Rp.15.000.001,- -Rp.20.000.000,- adalah sebanyak 17 usaha
atau (23%), dan di atas Rp.20.000.000 adalah sebanyak 8 usaha atau (11%).
Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa tanggapan responden atas
variabel didapatkan nilai sebesar 4,18 artinya sebagian besar atau rata-rata
jawaban responden pada kuesioner berkisar antara 4 dan 5 yaitu setuju dan
sangat setuju dengan pelatihan yang mereka dapat. Untuk responden yang
menyatakan setuju karena program pelatihan sangat dirasakan manfaatnya
terutama dalam materi pengembangan usaha dan manajemen organisasi
usaha. Dengan adanya program pelatihan sebahagian besar peserta
mendapatkan materi dari para trainer tentang pengelolaan usaha yang
berhasil dan sukses sampai dengan teknik pendiversifikasian usaha.
Sedangkan responden yang menyatakan setuju dengan alasan bahwa
program pelatihan berguna dan bermanfaat terutama dalam pengelolaan
keuangan dan manajemen organisasi usaha. Hal tersebut penting artinya bagi
pemilik usaha kecil secara berkesinambungan memperoleh keuntungan
dalam jangka panjang.
Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa tanggapan responden atas
variabel didapatkan nilai sebesar 4,16 artinya sebagian besar atau rata-rata
jawaban responden pada kuesioner berkisar antara 4 dan 5 yaitu setuju dan
sangat setuju dengan pembinaan yang mereka dapat. Selanjutnya dapat
dijabarkan alasan responden diatas, bahwa yang menyatakan sangat setuju
sebanyak disebabkan karena alasan bahwa program pembinaan yang
dilaksanakan oleh CDC PT Telkom merupakan program sangat penting
dalam upaya peningkatan informasi khususnya pengembangan usaha kecil
dengan kegiatan Sosialisasi dukungan inforrnasi penyediaan permodalan,
pemantauan pengelolaan penggunaan dana dan pemerintah bagi Usaha Kecil.
Sedangkan yang menyatakan setuju dengan alasan bahwa program
pembinaan dapat meningkatkan jaringan kerjasama antar lembaga, dan
adanya program monitoring yang berkelanjutan, program evaluasi dan
pelaporan sosialisasi serta pemberian bantuan permodalan dan pemasaran.
Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa tanggapan responden atas
variabel didapatkan nilai sebesar 4,23 artinya sebagian besar atau rata-rata
jawaban responden pada kuesioner berkisar antara 4 dan 5 yaitu setuju dan
33 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
sangat setuju dengan perkembangan usaha mereka disebabkan oleh adanya
pelatihan dan pembinaan. Tanggapan responden diatas dapat dijabarkan
bahwa responden yang menyatakan sangat setuju dengan alasan bahwa
pengembangan usaha kecil dapat meningkatkan motivasi mitra binaan secara
keseluruhan, yang didukung dengan adanya pemantauan unit usaha yang
didukung dengan kegiatan konseling terhadap mitra binaan. Adapun yang
menjawab setuju dengan alasan bahwa pengembangan usaha kecil sangat
membantu meningkatkan motivasi mitra binaan, dan dengan kegiatan
pemantauan bagi setiap unit usaha secara maksimal dapat meningkatkan
pengembangan usaha secara langsung di lapangan.
Uji Hipotesis Pertama
Dari nilai R2 menunjukkan nilai sebesar 0,894 atau 89,4,8% artinya
bahwa variabel Y dipengaruhi sebesar 89,4% oleh Pelatihan (Xl) dan
Pembinaan (X2), sedangkan sisanya 10,6% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar 2 variabel bebas tersebut.
Adapun model persamaan regresi linier berganda yang diperoleh
adalah sebagai berikut: Y = 0,460 + 0,534 X1 + 0,477 X2
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Fhitung sebesar 294,612
(signifikansi F = 0,000). Jadi Fhitung> Ftabel (294,612> 2,920) atau Sig F < 5%
(0,000 < 0,05). Artinya bahwa secara bersama-sama variabel bebas yang
terdiri dan variabel Felatihan (X1) dan Pembinaan (X2) berpengaruh
signifikan terhadap variabel Perkembangan Usaha Kecil (Y). Hal ini berarti
bila Platihan dan Pembinaan ditingkatkan secara bersama-sama maka akan
berdampak pada peningkatan Perkembangan Usaha Kecil. Sebaliknya
Pelatihan dan Pembinaan menurun secara bersama-sama akan
mengakibatkan peningkatan perkembangan Usaha Kecil. Dengan demikian
hipotesis pertama yang menduga secara bersama-sama variabel Pelatihan
(Xl) dan Pembinaan (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel
Perkembangan Usaha Kecil (Y) terbukti kebenarannya. Jadi untuk hipotesis
pertama Ho ditolak dan H1 diterima.
Uji Hipotesis kedua
(a) Uji t terhadap variabel Pelatihan (X1) didapatkan thitung sebesar 5,124
dengan signifikansi t sebesar 0,000. Karena t hitung lebih besar dari t tabel(5,124
> 2,042) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0,000 <0,05), maka secara
parsial variabel Pelatihan (Xl) berpengaruh sgnifikan terhadap vaniabel
Perkembangan Usaha Kecil (Y) bila variabel Pembinaan (X2) tetap nilainya.
(b) Uji t terhadap variabel Pembinaan (X2) didapatkan t hitung sebesar 5,444
dengan signifikansi t sebesar 0,000. Karena thitung lebih besar dari t tabel
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 34
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
(5,444> 2,042) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0,000 < 0,05), maka
secara parsial variabel Pembinaan (X2) berpengaruh signifikan terhadap
variabel Perkembangan Usaha Kecil (Y) bila variabel Pelatihan (X1) tetap
nilainya.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa secara parsial variabel
Pelatihan (X1) dan Pembinaan (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel Perkembangan Usaha Kecil (Y). Hal ini berarti bila Pelatihan dan
Pembinaan, ditingkatkan secara parsial maka akan berdampak pada
peningkatan Perkembangan Usaha Kecil dan sebaliknya bila Pelatihan dan
Pembinaan menurun secara parsial maka mengakibatkan penurunan
Perkembangan Usaha Kecil. Dengan demikian hipotesis kedua yang
menduga secara parsial variabel Pelatihan (X1) dan Pembinaan (X2),
berpengaruh signifikan terhadap variabel Perkembangan Usaha Kecil (Y)
terbukti kebenarannya. Jadi untuk hipotesis kedua Ho ditolak dan Hi
diterima.
Dari hasil penelitian ini dinyatakan bahwa variabel Pelatihan dan
Pembinaan berpengaruh signifikan terhadap variabel Perkembangan Usaha
Kecil secara simultan. Artinya peningkatan Pelatihan dan Pembinaan, secara
bersama-sama berdampak terhadap peningkatan Perkembangan Usaha Kecil
dan sebaliknya penurunan Pelatihan dan Pembinaan berdampak pula
terhadap penurunan Perkembangan Usaha Kecil. Temuan ini sama dengan
hasil penelitian oleh Rofhanda (2008) yang meneliti Pengaruh Pelatihan dan
Pembinaan terhadap Perkembangan Usaha Kecil di Unit Kerja PT. Telkom
Div Infratel Netre Sumbagut Medan hasil penelitian ini menyatakan bahwa
variabel Pelatihan, dan Pembinaan, berpengaruh signifikan terhadap variabel
Perkembangan Usaha Kecil secara simultan.
Secara parsial, ditemukan bahwa Pelatihan berpengaruh secara
signifikan terhadap Perkembangan Usaha Kecil. Temuan ini sesuai dengan
penelitian Brahmasari & Suprayetno (2008) yang meneliti Pengaruh
Motivasi Kerja, Pelatihan dan Budaya Organisasi Terhadap Perkembangan
Usaha Kecil yang menemukan bahwa Pelatihan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Perkembangan Usaha Kecil. Artinya hasil dari
pelaksanaan Pelatihan yang dijalankan mempunyai dampak yang selalu
positif atau baik bagi perkembangan usaha kecil, sebab semakin sering
pelaksanaan aktivitas Pelatihan dilakukan, maka akan berdampak pada
meningkatnya perkembangan usaha kecil.
Selanjutnya, secara parsial, ditemukan bahwa Pembinaan
berpengaruh secara signifikan terhadap Perkembangan Usaha Kecil. Hal ini
sejalan dengan temuan Lubis (2004) yang meneliti tentang pengaruh
Pembinaan terhadap Perkembangan Usaha Kecil, Pembinaan mempunyai
pengaruh yang lebih kuat dan memberikan kontribusi yang lebih tinggi
35 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
terhadap Perkembangan Usaha Kecil, disimpulkan bahwa bila semakin
intensif pembinaan dilakukan maka akan semakin tinggi pula kemungkinan
perkembangan usaha kecil ke arah yang lebih maju.
Simpulan, Implikasi Manajerial, Keterbatasan Penelitian dan Saran
untuk Penelitian Selanjutnya
Setelah diadakan pembahasan dan penganalisaan terhadap data hasil
penelitian pada usaha kecil mitra binaan Community Development Centre
(CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru, maka dapat disimpulkan dan
pengaruh pelatihan dan pembinaan terhadap Perkembangan Usaha Kecil
adalah sebagai berikut: (1) Pelatihan dan pembinaan secara serentak atau
simultan maupun secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perkembangan usaha kecil pada usaha kecil mitra binaan Community
Development Centre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru. (2) Pembinaan
merupakan variabel yang memiliki sumbangan atau nilai yang tertinggi
terhadap perkembangan usaha kecil terutarna dalam memotivasi mitra
binaan. (3) Pemantauan terhadap unit usaha yang dijalankan dilakukan
terhadap mitra binaan dengan cara dibimbing, diarahkan dan berbagi
pengalaman untuk mengembangkan usaha yang sedang dijalankan dimana
mitra binaan bisa berbuat dan bekerja lebih teliti dan terarah serta dapat
mengoreksi kelemahan-kelemahan yang selama ini terjadi sehingga dapat
mengembangkan usaha yang sedang dijalankan.
Atas dasar kesimpulan yang ditarik dan hasil penelitian ini dapat
diajukan beberapa saran sebagai berikut: (1) Bagi Community Development
Centre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru bisa menjadikan acuan dalam
pelaksanaan program kernitraan bina lingkungan (PKI3L) untuk
pengembangan usaha kecil pada masa yang akar datang. (2) Bagi Community
Development Cenfre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru hendaknya
secara kontiniu mengontrol usaha mitra binaan agar tidak mengalihkan jenis
usaha yang dijalankan yaitu sesuai dengan usulan pada tahap awal pengajuan
proposal pinjaman, kecuali untuk peningkatan pengembangan unit usaha. (3)
Bagi Usaha kecil sebagai mitra binaan hendaknya menerapkan materi-materi
pelatihan dan pengarahan yang dilakukan pada saat pembinaan sehingga
tujuan pelatihan dan pembinaan tersebut, yaitu mengembangkan usaha kecil
bisa tercapai.(4) Bagi mitra binaan, Ilmu yang diperoleh dan pelatihan dan
pembinaan agar diberikan juga kepada para karyawannya karena tanpa
karyawan yang berkualitas usaha keel tidak bisa berkembang dengan baik.
(5) Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi guna
pengembangan penelitian di bidang pelatihan dan pembinaan usaha kecil.
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 36
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
Daftar Pustaka
Amalia, D. (2008). Pengaruh CSR terhadap Citra Perusahaan PT. Telkom
Divre V. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen
Petra, Surabaya.
Bernardin, H.J., Russel, E.A. (1993). Human resource Management, An
Experiential Approach. Mc. Graw Hill International Edition,
Singapore:
Mac Graw Hill Book Co.
Burhanuddin, R. (2004). Evaluasi Program Pendidikan Dan Latihan Pada
Koperasi Pondok Pesantren. Jurnal Pengkajian Koperasi Dan UKM.
2 (1).
Dajan, A. (2000). Pengantar Metode Statistik. Jilid 2. Pustaka LP3ES,
Jakarta.
Bahannoer, Noni. (2009). Perkembangan dan Pembinaan Usaha Kecil.
http://1ibrary.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?opti
on=com_journal_review&id=14387&task=view
Dessler, G. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesembilan.
PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Dwi, R.B.P. (2002). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan
Usaha Skala Kecil: Studi tentang faktor Demografi Wirausaha,
Perilaku Inovatif, dan Inovasi Organisasi dan Wirausaha yang
Berhasil. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Indonesia,
Jakarta.
Fiona, L., Saiwa, A., Helen, A., Judy, el-B., Nora, C., Kibre, K., Viv, L.,
Shashikala, S. (2000). The Impact of Training on Women’s Micro-
Enterprise Development. Education Research Paper. 40 : 139.
Hafsah, M. J. (2004). Upaya Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah
(UKM). Infokop. XX (25).
Hamalik, O. (2000). Manajemen Pelatihan Ketenaga Kerjaan. PT. Bumi
Aksara, Jakarta.
Heidrajchman., Saud, H. (2002). Manajemen Personalia. BPFE, Yogyakarta.
37 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
Hidayat, H. S. (2003). Pengaruh Lembaga Keuangan Mikro Terhadap
Prestasi Industri Kedil Rumah Tangga Di Kabupaten Merangin
(Studi Kasus di Kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin). Infokop.
XXIII (2).
Hidayat, S. (2001). Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. PT. Pustaka Quantum,
Jakarta.
Husein, U. (2004). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Cetakan ke-6. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Macpherson ., Allison, W. (2007). Training Commitment and Performance
in Manufacturing SMEs. Journal of Small Business and Enterprise
Development. 14 (2) : 321-338.
Kamaruddin, A. (2006). Proyeksi Pengembangan Kebutuhan Wirausaha baru
dalarn Rangka Kesiapan Menuju Liberalisasi Perdagangan dan
Investasi. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM. 1 (2).
Karistus, M. T. (2000). Membuka Usaha Kecil. Jakarta.
Komarsyah, D. (2007). Pengaruh Program Kemitraan Terhadap Efisiertsi
Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Usaha Kedil Mitra PT. Pos Indonesia
Cabang Lampung). Tesis. Universitas Lampung.
Kuncoro, M. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Mathis, R. L., John H. J. (2002). Manajemen Sumber Daya. Buku Dua.
Salemba Empat, Jakarta.
Murti. (2005). Mitra Usaha Kecil Dan Menengah Mencapai Sukses.
http://www.smecda.com
Musselman., Sumanto., Meredith. (2003). Ciri-ciri kewirausahaan.
http://www.smecda.com.
Nguyen, Ng. T., Ngo, V. T., Dirk, B. (2008). The impact of training on firm
performance: Case of Vietnam. Working Paper . 7th International
Conference of the Academy of Human Resource Development (Asia
Chapter), to be held in Bangkok, Thailand, from November 3-6.
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 38
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
Ni, P. W. S. (2005). Dinamika Pengembangan UMKM di Indonesia.
http://www.smacda.com.
Rasyid, A. S., Rahardjo., Sjafri, S. (2002). Reinterpretasi Konsep
Pembinaan Masyarakat Terasing Menuju Konsep Pemberdayaan
Berorientasi Kearifan Lokal. Jurnal Penelitian Ilmu Sosial. 3 (2).
Ratna, T. D. (2008). Strategi dalam menumbuhkan dan mengembangkan
usaha kecil dan menengah melalui pembinaan oleh dinas industri,
perdagangan, koperasi dan penanaman modal di Kabupaten
Ponorogo. Infokop. Jakarta.
RN, A. (2005). Pengaruh Pelatihan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada
Direktorat Produksi PT. Pupuk Iskandar Muda, Medan. Skripsi.
Sastrahadiwiryo, B. S. (2002). Manajemen Tenaga, Kerja Indonesia. PT.
Bumi Aksara, Jakarta.
Siagian. (2002). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta, Jakarta.
Su, D. (2003). Impact of Training on Firm Performance: A Look at
manufacturing SMEs in Viet Nam. National Economics University
Hanoi Catherine Ashley Cotleur.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. CV. Alia Betha, Bandung.
Suprihanto, J. (2001). Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan.
BPFE, Yogyakarta.
Suryana. (2003). Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat Dan Proses Menuju
Sukses. Salemba Empat, Jakarta.
Susanto, A.B. (2006). Saatnya Mengembangkan UMKM. Majalah Info Bank.
Tambunari, T. (1999). Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia.
Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Widjaja, A.W. (2002). Administrasi Kepegawaian: Suatu Pengantar.
Jakarta: Rajawali Press.