PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI SEBAGAI BAGIAN GEOSTRATEGIS NKRI

download PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI SEBAGAI BAGIAN GEOSTRATEGIS NKRI

of 11

description

ABSTRACT:Geographical Names or topographical names known also as place names or toponym is one of the basic information related to geographical features or phenomenon. Standardization on geographical names in Indonesia lead by Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi according to Presidential Regulation Number 112 Year 2006. A list of geographical names called gazetteer, now has transform into gazetteer as spatial identifier as intuitive access to other informations. The availability of official and standardized geographical names should be use as geospatial information reference.Indonesian National Gazettteer as the basic informationin development and geostrategy of NKRI.KEYWORDS: Geographical Names, Toponymy, Gazetteer, GeostrategicABSTRAK:Nama geografis atau nama rupabumi dikenal juga dengan nama tempat atau pula toponim merupakan informasi dasar yang melekat pada obyek atau fenomena geografis.Pembakuan nama rupabumi di Indonesia dilaksanakan oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi (TNPNR) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Daftar nama rupabumi yang dikenal dengan gasetir, kini mengalami pergeseran paradigma menjadi spatial identifier yang merupakan akses intuitif ke berbagai informasi lainnya. Ketersediaan nama rupabumi yang telah dibakukan diharapkan dapat menjadi acuan resmi dan terwujudnya Gasetir Nasional sebagai informasi dasar bagi pembangunan dan geostrategis NKRI.KATA KUNCI: Nama Rupabumi, Toponimi, Gasetir, Geostrategis

Transcript of PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI SEBAGAI BAGIAN GEOSTRATEGIS NKRI

  • PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI SEBAGAI BAGIAN GEOSTRATEGIS NKRI

    Aji PutraPerdana*

    Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponimi, Badan Informasi Geospasial, Jl. Raya Jakarta-Bogor KM46,

    Cibinong 16911 [email protected],[email protected]

    ABSTRACT: Geographical Names or topographical names known also as place names or toponym is one of the basic information related to geographical features or phenomenon. Standardization on geographical names in Indonesia lead by Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi according to Presidential Regulation Number 112 Year 2006. A list of geographical names called gazetteer, now has transform into gazetteer as spatial identifier as intuitive access to other informations. The availability of official and standardized geographical names should be use as geospatial information reference.Indonesian National Gazettteer as the basic informationin development and geostrategy of NKRI.

    KEYWORDS: Geographical Names, Toponymy, Gazetteer, Geostrategic

    ABSTRAK: Nama geografis atau nama rupabumi dikenal juga dengan nama tempat atau pula toponim merupakan informasi dasar yang melekat pada obyek atau fenomena geografis.Pembakuan nama rupabumi di Indonesia dilaksanakan oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi (TNPNR) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Daftar nama rupabumi yang dikenal dengan gasetir, kini mengalami pergeseran paradigma menjadi spatial identifier yang merupakan akses intuitif ke berbagai informasi lainnya. Ketersediaan nama rupabumi yang telah dibakukan diharapkan dapat menjadi acuan resmi dan terwujudnya Gasetir Nasional sebagai informasi dasar bagi pembangunan dan geostrategis NKRI.

    KATA KUNCI: Nama Rupabumi, Toponimi, Gasetir, Geostrategis

    * Corresponding author.

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Nama adalah sebuah identitas yang diberikan

    pada suatu obyek atau fenomena tertentu

    untuk memudahkan manusia saling

    berinteraksi danberkomunikasi. Nama

    geografis adalah nama-nama yang melekat

    pada unsur-unsur geografis, baik unsur alami

    maupun buatan manusia. Nama dipelajari

    melalui sebuah ilmu yang disebut dengan

    onomastika(studi yang mempelajari berbagai

    jenis nama), sedangkan nama geografis atau

    dikenal pula dengan toponim atau nama

    tempat, dan di Indonesia dikenal dengan nama

    rupabumi dipelajari dalam sebuah cabang

    onomastika yaitu toponimi.

    Toponimi adalah ilmu yang mempelajari nama

    tempat (toponim), mulai dari asal usulnya,

    arti,maknanya, penggunaannya dan

    tipologinya. Kata toponimi itu sendiri berasal

    dari bahasa Yunani yang merupakan

    gabungan dari kata tpos () ("place" atau

    "tempat") dan noma () ("name" dan

    "nama"). Lalu apa itu toponim?, toponimi

    adalah ilmunya, toponim adalah istilah umum

    untuk suatu tempat atau entitas geografis.

    Terkait hal tersebut, ada beberapa tipe spesifik

    dari toponim; diantaranya ialah odonim atau

    nama jalan; hidronim atau nama tubuh perairan

  • dan oronim atau nama gunung, bukit,

    pegunungan dan perbukitan.

    Nama geografis mencakup informasi mengenai

    nama, tata cara penulisan, pengucapan, asal

    bahasa, sejarah, jenis unsur, koordinat (lokasi),

    wilayah administrasi, nama dan nomor lembar

    peta yang menyajikan nama tersebut, status,

    aksesibilitas data, serta potensi unsur

    geografis tersebut.Kesemua yang terkandung

    dalam sebuah nama geografis sebagai akses

    intuitif ke berbagai informasi merupakan

    bagian yang penting dalam gatra geografis

    sebagai modal ketahanan nasional. Akan

    tetapi, bukan sembarang nama geografis yang

    dikumpulkan begitu saja yang dapat menjadi

    modal dalam geostrategis suatu bangsa. Nama

    geografis yang telah dibakukan secara resmi

    oleh otoritas penamaan nasional yang

    didasarkan pada resolusi internasional itulah

    nama geografis yang dapat menjadi modal

    utama dan informasi mendasar bagi

    kedaulatan bangsa dari aspek kewilayahan.

    Nama bukan sekedar tulisan di dalam

    lembaran peta semata. Sebuah peta Negara

    Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang

    menggambarkan wilayah kedaulatan NKRI

    baik di darat maupun di laut apabila tidak ada

    nama geografis di dalamnya maka layaknya

    peta buta yang dijadikan ajang pembelajaran

    untuk pengenalan suatu wilayah. Nama

    geografis yang baku dari sisi tata cara

    penulisan hingga peletakan posisi (koordinat)

    nama geografis pada sebuah Peta NKRI

    memegang peranan yang penting dalam

    memandang peta sebagai informasi

    geostrategis yang menggambarkan letak dan

    kondisi geografis NKRI dengan segala potensi

    yang dimilikinya.

    Proses pengumpulan nama geoagrafis

    bukanlah suatu proses yang mudah, meskipun

    pengumpulan nama tersebut telah menjadi

    bagian tak terpisahkan dari kegiatan pemetaan

    rupabumi di Indonesia. Nama yang telah

    dikumpulkan dikelola dalam sebuah daftar

    nama dan basisdata yang dikenal dengan

    gasetir.Kegiatan pemetaan rupabumi dan

    penyusunan gasetir rupabumi yang dilakukan

    oleh Bakosurtanal yang kini telah

    bertransformasi menjadi Badan Informasi

    Geospasial (BIG) menjadi bagian tak

    terlepaskan untuk mendukung kegiatan

    pembakuan nama rupabumi.

    Pembakuan nama rupabumi di Indonesia

    dilaksanakan oleh Tim Nasional Pembakuan

    Nama Rupabumi (TNPNR) yang dibentuk

    berdasarkan Peraturan Presiden Republik

    Indonesia Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim

    Nasional Pembakuan Nama Rupabumi.

    TNPNR ini sebagai lembaga otoritas

    penamaan rupabumi nasional di Indonesia

    yang tugasnya diantaranya ialah mewujudkan

    gasetir nasional. Untuk mewujudkannya maka

    dibentuklah kelembagaan di daerah yaitu

    Panitia Pembakuan Nama Rupabumi (PPNR)

    Provinsi dan Kabupaten/Kota serta disusunlah

    beberapa pedoman pembakuan nama

    rupabumi.

    Mengapa diperlukan pembakuan nama

    geografis atau nama rupabumi? Sebagai

    contoh: Nama nama gunung, seperti Gunung

    Semeru (ditulis dengan dua kata terpisah,

    karena gunung adalah elemen generik dari

  • bentuk rupabumi dan Semeru nama dirinya,

    atau elemen spesifik). Di sisi lain, ada kota

    yang menggunakan kata gunung di dalam

    nama dirinya dan menulisnya dalam kaedah

    bahasa Indonesia yang benar, yaitu Kota

    Gunungsitoli (ditulis sebagai satu kata

    Gunungsitoli karena elemen generiknya

    bukan gunung tetapi Kota). Hal yang serupa

    juga sama saat menulis nama-nama kota

    Tanjungpinang, Pangkalpinang, Bukittinggi,

    Ujungpandang, Muarajambi. Akan tetapi dapat

    kita lihat, misalnya kota pelabuhan di Jakarta

    ditulis Tanjung Priok, yang tentunya hal ini

    tidak konsisten dalam bahasa Indonesia.

    Seharusnya ditulis Tanjungpriok atau

    Tanjungperiuk, Tanjungperak, Tanjungemas,

    dan sebagainya. Semua harus ditulis dalam

    satu kata karena bukan nama suatu tanjung.

    Contoh lain lagi seperti: Cimahi (kota), tetapi Ci

    Tarum ditulis dua kata, karena Ci adalah

    elemen generik dari sungai, demikian Wai

    Seputih (sungai) dan Waikambas (daerah

    konservasi gajah). Wai dan buka Way yang

    selama ini ditulis secara resmi, karena wai

    artinya air atau sungai yang berasal dari

    bahasa Polynesia (Perdana,dkk. 2011).

    Gambar 1. Peta NKRI Edisi Tahun 2013 (Sumber: BIG,

    2013)

    Hasil dari pembakuan nama rupabumi yang

    disusun ke dalam sebuah Gasetir Nasional dan

    diharapkan dapat menjadi acuan informasi

    kewilayahan NKRI. Selain itu, TNPNR juga

    memiliki tujuan untuk menyediakan data dan

    informasi mengenai nama geografis yang

    akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal

    ini tentunya selaras dengan cita-cita lahirnya

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4

    Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (UU

    IG).Nama geografis atau nama rupabumi

    merupakan salah satu informasi geospasial

    dasar yang disajikan dalam peta dasar sebagai

    mana yang tertuang di dalam UU

    IG.Keberadaan UU IG ini semakin memperkuat

    arti pentingnya sebuah nama geografis yang

    baku sebagai bagian dari geostrategis NKRI.

    1.2 Tujuan

    Tulisan ini memberikan gambaran pembakuan

    nama rupabumi yang diharapkan dapat

    menjadi penguat jati diri bangsa dan

    memantapkan ketahanan nasional melalui data

    kewilayahan yakni gasetir nasional.

    2. BAHAN DAN METODE

    2.1 Gasetir Rupabumi sebagai bahan

    verifikasi dan pembakuan nama rupabumi

    Nama rupabumi yang disajikan dalam Peta

    Rupabumi Indonesia menjadi bahan dasar

    proses verifikasi dan pembakuan nama

    rupabumi (Mayasari, dkk., 2011). Perolehan

    nama rupabumi dilakukan dari hasil kegiatan

    survei kelengkapan lapangan (Gambar 2).

    Perkembangan teknologi, informasi, dan

    komunikasi geospasial semakin membantu di

  • dalam penyiapan peta manuskrip kegiatan

    pemetaan rupabumi, misalnya ketersediaan

    data sekunder dari berbagai sumber yang

    beraneka ragam (crowd-sources) dapat

    digunakan sebagai informasi sementara yang

    tetap harus dicek di lapangan (Perdana, dkk.,

    2012).

    Saat ini kegiatan pengumpulan nama rupabumi

    melibatkan dan berkoordinasi dengan Panitia

    Pembakuan Nama Rupabumi Provinsi dan

    Kabupaten/Kota sehingga nama geografis

    yang dikumpulkan dalam kegiatan pemetaan

    rupabumi dapat dipertanggungjawabkan,

    sehingga dapat mengakselerasi proses

    verifikasi dan pembakuan nama rupabumi oleh

    TNPNR dan PPNR.

    Gambar 2. Pengumpulan dan Penyusunan Gasetir dalam

    Proses Pemetaan RBI (Sumber: Mayasari, dkk., 2012)

    Pembentukan basisdata nama geografis yang

    seamlessdilakukan sejak tahun 2004 hingga

    sekarang untuk menghasilkan gasetir

    rupabumi yang dapat dengan mudah

    dimanfaatkan oleh TNPNR dan PPNR

    (Perdana, dkk., 2011a). Proses penyusunan

    gasetir rupabumi sebagaimana dapat diihat

    dalam Gambar 3, mempergunakan nama

    geografis yang disajikan dalam Peta Rupabumi

    Indonesia skala menengah (1:25.000 dan

    1:50.000). Gasetir rupabumi merupakan contoh

    gasetir ringkas yang memuat nama geografis,

    nama lokal, posisi geografis, informasi

    ketinggian, wilayah administrasi, nama dan

    nomor lembar peta.

    Gambar 3. Tahapan Penyusunan Gasetir Rupabumi

    (Sumber: Mayasari, dkk., 2012)

    Gasetir Rupabumi bersumber dari Peta RBI

    skala 1:25.000 dan 1:50.000, selain itutersedia

    daftar nama rupabumi peta RBI 1:10.000 yang

    merupakan satu rangkaian bagian dari

    kegiatan pemetaannya (Gambar 4).

    Gambar 4. Indeks Peta RBI Skala 1:50.000, 1:25.000,

    dan 1:10.000 (Sumber: Hendrayana, 2012)

  • Sebaran nama rupabumi yang telah terkelola

    dalam basisdata nama rupabumi dengan

    sumber data peta RBI skala menengah area

    cakupannya sebagaimana dapat dilihat pada

    gambar 5. Beberapa wilayah yang belum

    tercakup dikarenakn sumber data skala

    menengah yang masih dalam proses

    pengerjaan untuk wilayah sumatera dan belum

    digabungkannya data untuk pembentukan

    gasetir di sebagian wilayah papua.

    Gambar 5. Status Gasetir Rupabumi per 2012

    2.2 Kegiatan Verifikasi dan Pembakuan

    Nama Geografis

    Di era globalisasi informasi, semua orang

    dapat mencari nama tempat dengan begitu

    mudahnya. Akan tetapi, keakuratan informasi

    yang diperolehnya sangat tergantung pada

    sumber data dari nama geografis tersebut.

    Nama geografis yang tersaji di dalam beberapa

    sajian peta atau situs online yang

    menggambarkan permukaan bumi dengan

    nama sebagai informasi kunci untuk pencarian

    sebuah lokasi atau tempat dapat menjadi alat

    bantu atau malah menyesatkan. Hal ini dapat

    terjadi apabila sumber data yang dipergunakan

    belum merupakan nama geografis yang telah

    diverifikasi.

    Banyak nama rupabumi dari berbagai sumber

    sajian informasi di dunia maya tampaknya

    perlu mendapat perhatian dan dikontrol oleh

    otoritas pembakuan nama (Perdana, dkk.,

    2012). Sedianya data tersebut dapat dijadikan

    sebagai data sekunder untuk kemudian

    diverifikasi sesuai dengan pedoman dan

    prosedur verifikasi dan pembakuan nama

    rupabumi yang telah disusun oleh TNPNR.

    Verifikasi dan pembakuan nama rupabumi

    dilakukan untuk mempertahankan nama

    sebagai identitas yang unik, konsistensi dan

    akurasi serta arti, makna dan sejarah di balik

    sebuah nama (Perdana, dkk., 2011a;

    Mayasari, dkk., 2011). Tahapan proses

    inventarisasi nama rupabumi hingga verifikasi

    dan pembakuannya sebagaimana dijelaskan

    dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

    39 Tahun tentang Pedoman Umum

    Pembakuan Nama Rupabumi (Gambar 6).

    Gambar 6. Prosedur Inventarisasi, Verifikasi dan

    PembakuanNama Rupabumi (Sumber: Permendagri

    Nomor 39 Tahun 2008)

  • 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Road Map dan Kemajuan Proses

    Pembakuan Nama Rupabumi

    Terbentuknya Tim Nasional Pembakuan Nama

    Rupabumi berdasarkan PERPRES No.

    112/2006 sebagai implementasi resolusi PBB

    I/4, Rekomendasi B: bahwa pada tahap awal

    dalam standarisasi internasional nama-nama

    geografis, setiap negara harus mempunyai

    otoritas nasional nama-nama geografis. Hal ini

    sebagai titik tolak dalam pembakuan nama-

    nama geografis secara nasional dan

    pengelolaan nama-nama geografis secara

    berkelanjutan sejalan dengan perubahan

    dinamika masyarakat.

    Kegiatan pembakuan nama rupabumi yang

    diselenggarakan oleh TNPNR dengan

    dukungan PPNR Provinsi dan Kabupaten/Kota

    telah memiliki road map (Gambar 7). Dimulai

    dari tahun 2005 hingga 2009 telah dilakukan

    verifikasi dan verifikasi nama pulau, tahun

    2009-2011 dilakukan verifikasi nama wilayah

    administrasi, dan tahun 2012-2014 verifikasi

    nama rupabumi unsur alami. Tahun 2015-2017

    akan dilakukan verifikasi nama rupabumi unsur

    buatan dan tahun 2018-2020 verifikasi nama

    rupabumi warisan budaya.

    Gambar 7. Road Map Verifikasi Nama Rupabumi TNPNR

    Gambar 7. Proses Verifikasi Data Nama Rupabumi

    Sumber data yang dipergunakan dalam

    verifikasi yang utama ialah gasetir rupabumi,

    dilengkapi dengan hasil inventarisasi yang

    telah dilakukan oleh PPNR Provinsi bersama

    dengan PPNR Kabupaten/Kota, serta dari data

    sekunder pendukung lainnya (Gambar 7).

    Ketiga sumber data tersebut dapat

    dipergunakan dalam proses verifikasi nama

    rupabumi, sehingga diharapkan dapat

    diperoleh hasil yang komprehensif, andal, dan

    dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan

    verifikasi ini menghadirkan PPNR, pemangku

    pemerintahan daerah terkait, hingga sesepuh

    di daerah tersebut yang dapat menjadi

    narasumber mengenai asal, arti, dan sejarah

    sebuah nama. Contoh hasil verifikasi baik

    berupa form isian maupun basisdata nama

    rupabumi verifikasi dapat dilihat pada Gambar

    8.Pembakuan nama wilayah administrasi telah

    selesai dilaksanakan di 33 Provinsi, termasuk

  • di dalamnya 339 kabupaten, 98 kota, dan 6693

    kecamatan. Hasil verifikasi ini perlu

    ditindaklanjuti terlebih pasca pemekaran

    beberapa wilayah, misalnya seperti lahirnya

    Provinsi Kalimantan Utara.

    Contoh Hasil Verifikasi Nama Wilayah Administrasi

    Contoh Hasil Verifikasi Nama Rupabumi Unsur Alami

    Gambar 8. Contoh Form dan Basisdata Verifikasi Nama

    Rupabumi

    Verifikasi nama pulau yang dilakukan oleh

    TNPNR dan PPNR Provinsi dan

    Kabupaten/Kota telah ditelaah datanya oleh tim

    kerjapembakuan nama pulau-pulau,

    penghitungan panjang garis pantai, dan luas

    wilayah Indonesia terdiri dari para pakar

    pemerintahan dan akademisi.Tim kerja ini

    menyepakati apa yang telah disampaikan oleh

    Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi

    dalam Sidang ke X Konferensi PBB tentang

    Pembakuan Nama Rupabumi (UNCSGN) di

    New York, USA yang dilaksanakan pada

    tanggal 30 Juli sampai 12 Agustus 2012 bahwa

    Indonesia menyampaikan dalam Country

    Report: pulau-pulau yang telah dibakukan

    namanya ialah 13.466 pulau sesuai dengan

    RPP tentang Gasetir Pulau di Indonesia.

    Secara umum yang dilaporkan bahwa prioritas

    nasional penamaan nama-nama pulau telah

    selesai dilaksanakan terkait dengan

    Rekomendasi B Resolusi I/4, tentang

    Pengumpulan Nama-nama Geografi.

    Penamaan pulau dilaksanakan sebagai

    prioritas sejak adanya konflik sejumlah pulau.

    Daftar nama pulau yang disampaikan termasuk

    pulau yang berada di sungai, pulau yang

    berada di danau, dan pulau di laut. Hal ini

    semakin memperkuat bahwa Negara Kesatuan

    Republik Indonesia adalah Negara Kepulauan.

    Meskipun nama pulau tersebut belum secara

    resmi disusun ke dalam sebuah gasetir

    nasional.

    Selain informasi tersebut, berbagai hasil dan

    kemajuan pelaksanaan proses verifikasi dan

    pembakuan nama rupabumi di Indonesia

    senantiasa dilaporkan dalam SidangUnited

    Nations Group of Experts on Geographical

    Names(UNGEGN) dan PertemuanUnited

    Nations Conference on Standardization of

    Geographical Names(UNCSGN).2. UNGEGN

    dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan

    Ekonomi dan Sosial Persatuan Bangsa-

    Bangsa (UN-ECOSOC) No. 715 A (XVII) 23

    April 1959 dan 1314 (XLIV) 31 Mei 1968.

    Tujuan dibentuknya UNGEGN adalah untuk

    memajukan usaha pembakuan nama-nama

    rupabumi internasional khususnya negara-

    negara anggota Persatuan Bangsa-Bangsa

    (PBB). UNGEGN adalah salah satu dari 7

  • badan tetap kepakaran PBB yang melakukan

    pertemuan 3 kali dalam setiap 5 tahun dan

    setiap 5 tahun sekali UNGEGN

    menyelenggarakan konferensi tentang

    standarisasi nama-nama geografis (UNCSGN).

    UNGEGN terdiri dari pakar-pakar kartografi,

    linguistik, sejarah, geografi, antropologi dan

    lain-lain yang berasal dari negara anggota

    PBB.Indonesia tergabung dalam Divisi Asia

    South East dan tergabung dalam beberapa

    kelompok kerja di UNGEGN.

    Berdasarkan hasil pertemuan UNGEGN di

    Wina, Austria maka Indonesia menjadi pilot

    studi Pemanfaatan Gasetir untuk Perlindungan

    Sosial. Ide utamanya ialah bahwa gasetir

    merupakan salah satu spatial identifier yang

    dapat digunakan sebagai akses intuitif

    terintegrasi sehingga dapat sebagai acuan

    informasi geospasial dan non-spasial.

    Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Badan

    Informasi Geospasial Asep Karsidi dalam

    Sidang UNGEGN ke-27 di New York bahwa

    basisdata geospasial toponim atau gasetir

    memiliki peranan yang penting dan sebagai

    kunci bagi informasi karena di era global yang

    tak lagi kenal batas memerlukan Common

    Gazetteer. Oleh karenanya, Indonesia harus

    dapat memiliki nama rupabumi yang baku dan

    disusun dalam sebuah gasetir nasional

    sehingga dapat digunakan sebagai acuan oleh

    berbagai pihak serta menunjukkan kedaulatan

    NKRI melalui nama geografis sebagai bagian

    geostrategis NKRI. Terwujudnya Gasetir

    Nasional menunjukkan nama-nama geografis

    yang andal, akurat, dan dapat

    dipertanggungjwabkan yang secara lokasi

    berada pada wilayah kedaulatan NKRI. Hal ini

    semakin penting terutama untuk nama-nama

    geografis, misalnya nama pulau terdepan yang

    berbatasan dengan negara tetangga.

    3.2 Publikasi Gasetir Nasional bagian

    Geostrategis NKRI

    Konsep dan semangat bahwa

    dipublikasikannya Gasetir Nasional sebagai

    bagian penting dari Geostrategis NKRI harus

    terus digencarkan agar akselerasi penyediaan

    informasi geospasial dasar, dalam hal ini nama

    rupabumi yang baku dan dikeluarkan oleh

    lembaga otoritas nama yang resmi (TNPNR)

    segera terwujud. Sebuah skema proses yang

    disampaikan oleh Kepala BIG (Gambar 9)

    menunjukkan bahwa toponim yang terkelola

    dalam gasetir menjadi data utama dalam

    proses diseminasi informasi geospasial di era

    perkembangan teknologi, informasi,

    komunikasi geospasial. Tersedianya nama

    rupabumi yang selaras dengan ketersediaan

    citra satelit tegak resolusi tinggi yang

    menggambarkan kenampakan muka bumi

    menjadi informasi yang komplit untuk disajikan

    dalam geoportal nasional. Harapannya berbagi

    pakai data dapat berjalan dengan nama

    rupabumi yang baku sebagai acuan bagi

    berbagai analisa, diantaranya yang sekarang

    sedang booming ialah social media.Kenapa

    nama rupabumi semakin penting? Analisa

    terhadap informasi yang bertaburan di dalam

    dunia maya social media dapat menjadi salah

    satu isu untuk pengambilan kebijakan terkait

    respon publik terhadap suatu kebijakan yang

    diambil oleh pemerintah. Adanya informasi

  • tentang nama tempat atau posisi yang terikat

    dalam media tersebut, dapat membantu

    analisa spasial terhadap fenomena yang

    sedang terjadi. Hal ini mengingat Indonesia

    sebagai salah satu negara terbesar pengguna

    media sosial online tersebut.

    Gambar 9. Proses Publikasi Informasi Geospasial

    Gambar 10. Pengembangan Pemanfaatan Gasetir

    Nasional dan Integrasi dengan Informasi Lainnya

    Banyaknya data geospasial yang

    menggunakan Spatial Identifier yang saling

    terkait dengan berbagai informasi lainnya perlu

    memiliki referensi tunggal.Gasetir adalah

    bentuk khusus dari suatu Spatial Identifier yang

    di dalamnya merepresentasikan nama, jenis

    unsur dan koordinat lokasi serta informasi

    terkait lainnya. Gambar 10 di atas

    menggambarkan rancangan optimalisasi nama

    rupabumi sebagai salah satu informasi

    geospasial dasar dan sekaligus linked-data

    dengan informasi spasial dan non-spasial

    melalui InaGeoportal.

    4. KESIMPULAN

    TNPNR dan PPNR Provinsi dan

    Kabupaten/Kota masih memiliki tugas yang

    cukup berat untuk menyelesaikan dan

    menyempurnakan hasil verifikasi dan

    pembakuan nama rupabumi. Dukungan

    ketersediaan informasi geospasial dasar dalam

    bentuk peta rupabumi Indonesia pada skala

    yang memadai dibutuhkan oleh TNPNR untuk

    kelancaran proses verifikasi. Publikasi Gasetir

    Nasional melalui geoportal nasional adalah hal

    yang dinanti untuk terwujudnya nama rupabumi

    baku sebagai acuan atau referensi tunggal

    informasi geospasial di Indonesia. Hal tersebut

    akan menjawab tantangan one map, one gate,

    one solution. Tentusaja kesemua hal tersebut

    memerlukan sinergisme dan koordinasi yang

    kuat antar Kementerian dan/atau Lembaga

    terkait serta peningkatan peran aktif

    pemerintah daerah serta partisipasi

    masyarakat. Kesadaran spasial perlu

    ditingkatkan tidak hanya di kalangan

    kepemimpinan namun hingga masyarakat

    menjadikan kesadaran spasial sebagai bagian

    dari kehidupan sehari-hari dan hal ini akan

    berdampak luar biasa dengan meningkatnya

    perhatian terhadap lingkungan sekitar, dimulai

    dari mengenal nama geografis unsur rupabumi

    di lingkungan sekitar kita.

  • 5. UCAPAN TERIMA KASIH

    Terimakasih penulis haturkan kepada Kepala

    Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim,

    Kepala Bidang Pemetaan Rupabumi Skala

    Besar, Kepala Bidang Pemetaan Rupabumi

    Skala Kecil dan Menengah, Kepala Bidang

    Toponim, serta rekan-rekan di Pusat Pemetaan

    Rupabumi dan Toponim. Tak lupa pula terima

    kasih kepada Tim Penyusun Peta NKRI,

    Kementrian Dalam Negeri Direktorat Jenderal

    Pemerintahan Umum Direktorat Wilayah

    Administrasi dan Perbatasan Subdit Toponimi

    dan Data Wilayah, Tim Pelaksana, dan

    Sekretariat Tim Nasional Pembakuan Nama

    Rupabumi serta Panitia Pembakuan Nama

    Rupabumi Provinsi dan Kabupaten/Kota se-

    Indonesia.

    6. DAFTAR PUSTAKA

    ------------, 2011. [Undang-undang Nomor 4

    Tahun 2011 tentang Informasi Geospasia],

    Jakarta, Indonesia.

    ------------, 2006. [Peraturan Presiden Nomor

    112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional

    Pembakuan Nama Rupabumi], Jakarta Pusat,

    Indonesia.

    Hendrayana, E., 2012. Inventarisasi Data Dan

    Target Pemetaan RBI 2013 2015. Rapat

    Koordinasi Pusat Pemetaan Dasar Rupabumi,

    19 April 2012 IICC, Bogor, Indonesia.

    Mayasari, R., Perdana, A.P., dan Firdaus, W.,

    2011. The Use of Topographic Map Scale

    1:25.000 in Geographical Names Validation in

    West Java, Indonesia, 10th Annual Asian

    Conference & Exhibition on Geospatial

    Information Technology & Applications, ASIA

    GEOSPATIAL FORUM Geospatial

    Convergence-Paradigm for Future, 17-19

    Oktober 2011, Hotel Mulia Senayan, Jakarta,

    Indonesia.

    R. Mayasari, A.P. Perdana, A.K. Mulyana.,

    2012. "Status Terkini Gasetir Rupabumi dan

    Pemanfaatannya bagi Kegiatan Tim Nasional

    Pembakuan Nama Rupabumi". Prosiding

    Seminar Internasional dan Forum Ilmiah

    Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia. BADAN

    INFORMASI GEOSPASIAL and IKATAN

    SURVEYOR INDONESIA

    Perdana, A.P., Juniati, E., Mayasari, R., dan

    Santoso, W.E., 2011a. Peluang dan

    Tantangan dalam Penyusunan Basisdata

    Nama-nama Rupabumi (Gasetir) untuk

    Mendukung Pengelolaan Wilayah, The 2nd

    National Symposium on Geoinformation

    Science Membangun Informasi Geospasial

    untuk Pengelolaan dan Pengembangan

    Wilayah, 27-28 Oktober 2011 Gedung

    PascaSarjana, Gadjah Mada University,

    Yogyakarta, Indonesia.

    Perdana, A.P., Santoso, W.E., dan Martha, S.,

    2011b. Pentingnya Toponimi dalam

    Pengelolaan Wilayahdan Manajemen Bencana

    di Indonesia, The 2nd National Symposium on

    Geoinformation Science Membangun

    Informasi Geospasial untuk Pengelolaan dan

  • Pengembangan Wilayah, 27-28 Oktober 2011

    Gedung PascaSarjana, Gadjah Mada

    University, Yogyakarta, Indonesia.

    Perdana, A.P., Hendrayana, E., and Santoso,

    W.E., 2012. The Important f Toponym in the

    Middle of Maps and Imagery for Disaster

    Management, The XXIICongress of the

    International Society for Photogrammetric and

    Remote Sensing ICA and TC IV/8 Maps,

    Imagery and Crowd Sourcing for Disaster

    Management, 25 August 1 September 2012,

    Melbourne Convention and Exhibition Center,

    Melbourne, Australia.

    Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponimi

    (PPRT) Badan Informasi Geospasial (BIG).,

    2012. Petunjuk Survey Kelengkapan

    Lapangan dan Pengolahan Data Lapangan.

    Draft.

    Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi.,

    2012. The progress work of toponymic geo-

    database for preparing National Gazetteer.

    Tenth United Nations Conference on the

    Standardization of Geographical Names, New

    York, 31 July 9 August 2012.