PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

21
74 PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4.0 Rifqy Tazkiyyaturrohmah Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin Ponorogo Email: [email protected] Endang Sriani Institut Agama Islam Negeri Salatiga Email: [email protected] Abstract: Nowadays the industrial world is entering a new era called Industrial Revolution 4.0. The implementation of the fourth generation industry must be followed by the establishment of a healthy and sustainable ecosystem in order that it might be effective and able to drive all sectors, particularly economic and business sectors in Indonesia. The phenomenon of fintech is the delivery of product and financial services through the technological platform and innovative business model. In the Industrial Revolution 4.0, creative economic actors and Sharia financial institution should be able to think creatively and optimally to face all the challenges and opportunities created from this era. This research is a qualitative study using a descriptive approach, with the intention of interpreting phenomena that occur and is carried out by involving various existing methods. The results of this study, that there are several opportunities and challenges faced by Islamic banks in Indonesia in facing the 4.0 industrial revolution in the scope of financial technology (fintech). The main challenge facing sharia banks in facing the industrial revolution 4.0 is how to develop products and services to spur productivity and competitiveness in the economic and business industries. As for the opportunities owned by Islamic banking to develop products and services to deal with industry 4.0, namely, firstly qualified human resources, secondly technological sophistication, thirdly products needed by the community in the face of the industrial revolution 4.0 . Abstrak: Dunia industri tengah memasuki era baru yang disebut Revolusi Industri 4.0. Implementasi industri generasi keempat itu tentunya harus diikuti dengan pembentukan ekosistem yang sehat dan berkesinambungan, agar efektif dan dapat menggerakkan seluruh sektor di Indonesia khususnya sektor ekonomi dan bisnis. Fenomena fintech merupakan penyampaian produk dan layanan keuangan melalui percampuran platform teknologi dan model bisnis inovatif. Dalam Revolusi Industri 4.0, seharusnya para pelaku ekonomi kreatif dan lembaga keuangan syariah bisa berpikir out of the box secara maksimal untuk menghadapi segala tantangan serta peluang yang tercipta dari era ini. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Hasil penelitian ini adalah ada beberapa peluang serta tantangan yang dihadapi oleh bank syariah di Indonesia dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dalam lingkup financial technology (fintech). Tantangan utama yang dihadapi bank syari’ah dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah bagaimana mengembangkan produk serta layanan untuk memacu produtivitas serta daya saing di industri ekonomi dan bisnis. Sedangkan untuk peluang yang dimiliki oleh perbankan syariah untuk mengembangkan produk serta layanan untuk menghadapi industri 4.0 yaitu, yang pertama SDM yang mumpuni, kedua kecanggihan teknologi, ketiga produk- produk yang di butuhkan masyarakat dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Kata kunci: Revolusi Industri 4.0, Fintech, Bank Syariah

Transcript of PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

Page 1: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

74

PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4.0

Rifqy Tazkiyyaturrohmah

Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin Ponorogo

Email: [email protected]

Endang Sriani

Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Email: [email protected]

Abstract:

Nowadays the industrial world is entering a new era called Industrial Revolution 4.0. The implementation

of the fourth generation industry must be followed by the establishment of a healthy and sustainable

ecosystem in order that it might be effective and able to drive all sectors, particularly economic and

business sectors in Indonesia. The phenomenon of fintech is the delivery of product and financial services

through the technological platform and innovative business model. In the Industrial Revolution 4.0,

creative economic actors and Sharia financial institution should be able to think creatively and optimally

to face all the challenges and opportunities created from this era. This research is a qualitative study

using a descriptive approach, with the intention of interpreting phenomena that occur and is carried out

by involving various existing methods. The results of this study, that there are several opportunities and

challenges faced by Islamic banks in Indonesia in facing the 4.0 industrial revolution in the scope of

financial technology (fintech). The main challenge facing sharia banks in facing the industrial revolution

4.0 is how to develop products and services to spur productivity and competitiveness in the economic and

business industries. As for the opportunities owned by Islamic banking to develop products and services

to deal with industry 4.0, namely, firstly qualified human resources, secondly technological

sophistication, thirdly products needed by the community in the face of the industrial revolution 4.0.

Abstrak:

Dunia industri tengah memasuki era baru yang disebut Revolusi Industri 4.0. Implementasi industri

generasi keempat itu tentunya harus diikuti dengan pembentukan ekosistem yang sehat dan

berkesinambungan, agar efektif dan dapat menggerakkan seluruh sektor di Indonesia khususnya sektor

ekonomi dan bisnis. Fenomena fintech merupakan penyampaian produk dan layanan keuangan melalui

percampuran platform teknologi dan model bisnis inovatif. Dalam Revolusi Industri 4.0, seharusnya para

pelaku ekonomi kreatif dan lembaga keuangan syariah bisa berpikir out of the box secara maksimal untuk

menghadapi segala tantangan serta peluang yang tercipta dari era ini. Penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif, dengan maksud menafsirkan fenomena yang

terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Hasil penelitian ini adalah ada

beberapa peluang serta tantangan yang dihadapi oleh bank syariah di Indonesia dalam menghadapi

revolusi industri 4.0 dalam lingkup financial technology (fintech). Tantangan utama yang dihadapi bank

syari’ah dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah bagaimana mengembangkan produk serta layanan

untuk memacu produtivitas serta daya saing di industri ekonomi dan bisnis. Sedangkan untuk peluang

yang dimiliki oleh perbankan syariah untuk mengembangkan produk serta layanan untuk menghadapi

industri 4.0 yaitu, yang pertama SDM yang mumpuni, kedua kecanggihan teknologi, ketiga produk-

produk yang di butuhkan masyarakat dalam menghadapi revolusi industri 4.0.

Kata kunci: Revolusi Industri 4.0, Fintech, Bank Syariah

Page 2: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

75

A. Pendahuluan

Perkembangan era teknologi masa sekarang berkembang pesat sedemikian rupa

dan mendominasi aspek-aspek kehidupan manusia. Saat ini kita sedang dihadapkan

dengan industri 4.0, dimana segala hal berkaitan erat dengan teknologi. Industri 4.0

ditandai dengan digitalisasi, yang mana pemanfaatan teknologi pada semua lini. Pada

industri 4.0 ada 5 hal yang mencakup yiatu Artificial Intelligence (AI), Internet of

Things (IOT), human-machine interface, teknologi robotik dan sensor serta teknologi

percetakan tiga dimensi (3D).1 Kelima teknologi tersebut menjadi tanda bahwa di era ini

industri akan memasuki dunia virtual serta penggunaan mesin-mesin automasi yang

terintegrasi dengan internet.

Revolusi industri 4.0 membuat batas antara dunia digital, fisik dan biologis

semakin tipis bahkan hilang. Profesor Klaus –pendiri forum ekonomi dunia-mengatakan

bahwa revolusi 4.0 dapat berdampak buruk bagi pemerintah yang gagap dan tidak bisa

memanfaatkan perkembangan teknologi yang cepat.2 Pemanfaatan teknologi di berbagai

bidang salah satunya di bidang ekonomi, mendorong kita berfikir keras untuk

mengeluarkan inovasi-inovasi produk agar tidak tertelan seiring perkembangan zaman.

Fenomena fintech adalah penyampaian produk dan layanan keuangan melalui

percampuran platform teknologi dan model bisnis inovatif. Asal usul fintech berasal dari

Silicon Valley,3 kemudian meluas ke New York, London, Singapura, Hongkong dan

beberapa kota global lainnya.

Financial Technology (fintech) sendiri didefinisikan sebagai bisnis berbasis

teknologi yang bersaing dan atau berkolaborasi dengan lembaga keuangan. Proses

fintech berkisar dari menciptakan software untuk memproses kegiatan yang biasa

dilakukan lembaga keuangan untuk meningkatkan pengalaman konsumen dan

mempersingkat proses pembayaran menjadi lebih efisien, atau memungkinkan

1 Annisa Dea Widiarini, “Milenial, Siap-siap Sambut Revolusi Industri 4.0”, Kompas.com, https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/03/17521731/milenial-siap-siap-sambut-revolusi-industri-40, diakses tanggal 25 Oktober 2018 2 Ona Gae Luna, “Revolusi Industri dan Indonesia 4.0”, Kumparan, https://kumparan.com/nona-gae-

luna1519199971381/revolusi-industri-dan-indonesia-4-0, diakses tanggal 25 Oktober 2018 3 Silikon Valley adalah julukan bagi daerah selatan dari San Fransisco Bay Area, California Amerika

Serikat. Julukan ini diraih karena daerah ini memiliki banyak perusahaan yang bergerak dibidang

komputer dan semikonduktor. Perusahaan-perusahaan yang sekarang menghuni silikon valley antara lain

adalah Adobe System, Apple Computer, Cisco System, eBay, Google, Hewlett-Packard, Intel dan Yahoo!

Page 3: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

76

konsumen memenuhi kebutuhan finansial mereka (menabung, melakukan investasi,

melakukan pembayaran).4

Menurut OJK pada tahun 2016 lalu, kebutuhan pembiayaan (pinjaman) nasional

mencapai Rp. 1.600 triliun. Tapi hanya sekitar Rp. 6.00 triliun saja yang dapat dilayani

oleh perbankan dan industri keuangan lainnya. Ini menjadi peluang besar bagi pelaku

start-up fintech untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia, tak heran kalau sektor

ini pun kebanjiran pemain. Hingga akhir Juni 2018, OJK sudah mencatat ada 64

perusahaan fintech berbasis peer-to-peer (P2P) lending5 dan masih ada puluhan yang

mengantre di belakang.

Selain dikeluarkan oleh perusahaan mandiri (perusahaan start-up), ada beberapa

fintech yang juga bekerja sama dengan perbankan dalam inovasi produknya. Seperti

Bank Mandiri yang bekerja sama dengan OVO perusahaan penyedia pembayaran

digital,6 kemudian BRI yang juga menggandeng GO-PAY untuk memperkuat layanan

perbankan.7 Selain saling bekerja sama, ada pula industri perbankan yang mengeluarkan

produk fintech sendiri. Sebut saja D-Mobile milik PT. Bank Danamon Indonesia Tbk,

produk ini memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan transaksi

perbankan melalui smartphone yang terhubung dengan jaringan.8

Di Indonesia juga terdapat beberapa perusahaan start-up yang mengeluarkan

fintech syariah seperti contohnya Zahir Capital Hub yang mana merupakan layanan

fintech syariah yang di kembangkan oleh PT. Zahir Internasional. Zahir Capita Hub

menawarkan layanan yang pintar dan mudah bagi perusahaan untuk mendapatkan

4 Ian Pollari, “The Rise of Fintech Opportunities and Challenges”, The Finsia Journal of Applied

Finance, ISSUE 3, 2016 5 Nindya Aldila, “Índonesia Negara Paling Siap Kembangkan Fintech Syariah”, Finansial Bisnis,

http://finansial.bisnis.com/read/20180707/89/813959/indonesia-negara-paling-siap-kembangkan-fintech-

syariah, diakses tanggal 24 Oktober 2018 6 Liputan6.com, “Perluas Layanan Transaksi Nontunai, Bank Mandiri Gandeng OVO”, Liputan6,

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3414757/perluas-layanan-transaksi-nontunai-bank-mandiri-

gandeng-ovo, diakses tanggal 22 Oktober 2018 7 Ropesta Sitorus, “BRI Gandeng GO-PAY Perluas Penetrasi Layanan Perbankan”, Finansial Bisnis,

http://finansial.bisnis.com/read/20180306/90/746094/bri-gandeng-go-pay-perluas-penetrasi-layanan-

perbankan, diakses tanggal 22 Oktober 2018 8 Siti Kamilla, “Mengenal Produk Fintech Keluaran Bank di Indonesia“,

https://kreditgogo.com/artikel/Digital-Banking/Mengenal-Produk-Fintech-Keluaran-Bank-di-

Indonesia.html, diakses tanggal 25 Oktober 2018

Page 4: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

77

investasi permodalan dari mitra syariah yang kredibel dan terpercaya, sesuai dengan

koridor syariah.9

Sejauh ini DSN MUI telah mendorong kerjasama antar perusahaan fintech

syariah dengan perbankan syariah melaui fatwa DSN-MUI no: 117/DSN-MUI/II/2018

tentang layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi berdasarkan prinsip syariah,

yang mana itu akan mendorong percepatan peningkatan pangsa pasar keuangan syariah

di Indonesia.10

Melihat kenyataan tersebut, sayang sekali jika perbankan syariah tidak ikut andil

dalam mengembangkan produknya dalam bentuk produk-produk yang berbasis

teknologi, karena dalam era Revolusi Industri 4.0 perkembangan teknologi akan sangat

menunjang perkembangan sebuah lembaga yang melek teknologi, lebih lagi bank

syariah akan kehilangan pangsa pasarnya jika tidak dengan segera memenuhi kebutuhan

pasar saat ini dan mendatang.

B. Pengertian Revolusi Industri 4.0

Konsep dari revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor

Klaus Schwab -seorang Ekonom terkenal asal Jerman- dalam bukunya yang berjudul

The Fourth Industrial Revolution yang menyebutkan bahwa konsep itu telah mengubah

hidup dan kerja manusia. Industrialisasi dunia dimulai pada akhir abad ke-18 dengan

ditemukannya alat tenun mekanis pertama pada tahun 1784. Saat itu industri

diperkenalkan dengan fasilitas produk mekanis menggunakan tenaga air dan uap.

Peralatan kerja yang pada awalnya tergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya

digeser dengan mesin tersebut. Pada masa ini dianggap sebagai kelahiran revolusi

industri 1.0.11

Masuk abad ke-20 yang menandai lahirnya revolusi industri 2.0, kala itu

pengenalan produk massal berdasarkan pembagian kerja. Lini produksi pertama saat itu

9 Jeko I. R, “Bentuk Capital Hub, Zahir Bidik Industri Fintech Syariah, Liputan6,

https://www.liputan6.com/tekno/read/3630229/bentuk-capital-hub-zahir-bidik-industri-fintech-syariah,

diakses tanggal 25 Oktober 2018 10 Dwi Murdaningsih, “MUI Dorong Kerjasama Fintech Syariah dan Perbankan Syariah”,

Republika, https://republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/18/07/06/pbg330368-mui-dorong-

kerjasama-fintech-syariah-dan-perbankan-syariah diakses tanggal 25 Oktober 2018 11 Tim Viva, “4 Tahap Revolusi Industri Sampai ke Era 4.0”, Viva,

https://www.viva.co.id/digital/digilife/1040470-4-tahap-revolusi-industri-sampai-ke-era-4-0 diakses

tanggal 25 Oktober 2018

Page 5: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

78

melibatkan rumah potong hewan di Cincinati, Ohio pada tahun 1870.12 Pada tahun 1970

dianggap sebagai kelahiran industri 3.0 ditandai dengan penggunaan elektronik dan

teknologi informasi guna otomatisasi produksi. Pada industri generasi ketiga ini muncul

alat pengontrol logika terprogram pertama (PLC), yakni modem 084-969. Sistem

otomatisasi berbasis komputer pun membuat mesin industri tidak lagi dikendalikan

manusia.13

Sampailah pada masa sekarang, yaitu zaman revolusi industri 4.0 yang di tandai

dengan cyber-physical. Saat ini industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk

konektivitas manusia, mesin dan data, dan semua sudah ada di mana-mana. Istilah ini

juga dikenal dengan Internet of Things (IoT). IoT sendiri termasuk dalam lini cakupan

dari industri 4.0. Pada industri 4.0 ada 5 hal yang mencakup yaitu Artificial Intelligence

(AI), Internet of Things (IoT), human-machine interface, teknologi robotik dan sensor

serta teknologi percetakan tiga dimensi (3D).

Industri 4.0 sendiri memang sudah terlihat pada kehidupan sehari-hari kita

seperti hadirnya smartphone yang didukung teknologi sensor, komunikasi yang serba

digital, penggunaan teknologi internet pada semua aspek-aspek kehidupan dan lain

sebagainya. Bahkan pada tahun 2017 lalu sebuah robot humanoid14 bernama Sophia

12 Ibid 13 Ibid 14 Robot humaoid adalah robot yang penampilan keseluruhannya dibentuk berdasarkan tubuh manusia,

mampu melakukan interaksi dengan peralatan maupun lingkungan yang dibuat-untuk-manusia. Secara

umum robot humanoid memiliki tubuh dengan kepala, dua buah lengan dan dua buah kaki, meskipun ada

Page 6: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

79

yang berbasis teknologi AI (Artificial Intellegence) diperkenalkan pada dunia dan pada

tahun yang sama menjadi robot pertama yang meraih kewarganegaraan dari sebuah

negara (Arab Saudi).15 Hal ini membuktikan bahwa kita tidak bisa menolak hadirnya

revolusi industri 4.0, karena semakin kita menolak semakin kita akan tertinggal jauh.

Presiden Joko Widodo berbicara tentang revolusi industri 4.0 yang diperkirakan

3.000 kali lebih cepat dari revolusi industri generasi pertama.16 Revolusi industri 4.0 ini

tentunya memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap dunia industri seperti

hadirnya robot dibidang konstruksi yang mampu membangun rumah kurang dari 24 jam

dengan teknologi 3D printing, tangan robot yang bisa mengelas material dengan cepat

dan merakit berbagai jenis kendaraan dan lain-lain.

Revolusi digital dan era disrupsi merupakan istilah lain dari industri 4.0, disebut

revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi di semua bidang.

Industri 4.0 di katakan era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas di

sebuah bidang akan membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi

tidak linier. Salah satu karakteristik unik dari industri 4.0 adalah pengaplikasian

Artificial Intellegence (AI) dengan bentuk pengaplikasiannya tersebut adalah

penggunaan robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih murah, efektif

dan efisien.17

Lompatan besar terjadi dalam sektor industri di era revolusi industri 4.0, di mana

teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Pada era ini model

bisnis pun ikut mengalami perubahan besar, tidak hanya dalam proses produksi

melainkan juga di seluruh rantai nilai industri.18 Industri 4.0 diprediksi memiliki potensi

manfaat yang besar. Sebagian besar pendapat mengenai potensi manfaat industri 4.0

adalah mengenai perbaikan kecepatan-fleksibilitas produksi, peningkatan layanan

pula beberapa bentuk robot humanoid yang hanya berupa sebagian dari tubuh manusia misalnya dari

pinggang ke atas. Beberapa robot humanoid juga memiliki 'wajah', lengkap dengan 'mata' dan 'mulut'.

Android merupakan robot humanoid yang dibangun untuk secara estetika menyerupai manusia. 15 Sophia (robot), Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Sophia_(robot) diakses tanggal 25 oktober

2018 16 Ray Jordan, “Jokowi: Anak Muda Harus Siap dengan Revolusi Industri 4.0, Detik.com,

https://news.detik.com/berita/4035590/jokowi-anak-muda-harus-siap-dengan-revolusi-industri-40 diakses

tanggal 25 Oktober 2018 17 Muhammad Yahya, “Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan

Indonesia”, disampaikan pada Sidang Terbuka Luar Biasa Senat Universitas Negeri Makassar tanggal 14

Maret 2018 18 Venti Eka Satya, “Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0”, Info Singkat, Vol. X, No.

09/I/Puslit/Mei/2018

Page 7: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

80

kepada pelanggan dan meningkatkan pendapatan. Terwujudnya potensi manfaat

tersebut akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian suatu negara.19 Jadi

mau tidak mau, suka tidak suka kita memang harus siap untuk menghadapi industri 4.0

agar tidak di gilas oleh kemajuan zaman.

C. Hal-hal yang Harus Dipersiapkan dalam Revolusi Industri 4.0

Industri 4.0 merupakan sebuah pendekatan untuk mengontrol proses produksi

dengan melakukan sinkronisasi waktu dengan melakukan penyatuan dan penyesuaian

waktu. Industri 4.0 digunakan pada tiga faktor yang saling terkait yaitu; 1) digitalisasi

dan interaksi ekonomi dengan teknik sederhana menuju jaringan ekonomi dengan teknik

kompleks; 2) digitalisasi produk dan pelayanan; dan 3) model pasar baru.20

Kehadiran revolusi industri 4.0 yang sedang berlangsung saat ini memang

menimbulkan prokontra di tengah masyarakat. Di satu sisi, sebagian masyarakat

berpendapat bahwa kemajuan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intellegence) di

sektor industri merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat dibendung. Namun

tidak dapat dipungkiri pula bahwa revolusi industri ini justru menjadi ancaman

pengangguran massal di masa depan.

Kabar baiknya ialah kehadiran Revolusi Industri 4.0 tidak sepenuhnya

berdampak negatif seperti yang dikhawatirkan sebelumnya. World Economic Forum

memprediksi empat isu yang akan yang akan mempengaruhi pekerjaan pada masa

depan. Pertama, teknologi AI dan robot akan menciptakan lebih banyak pekerjaan,

bukan pengangguran massal. Memang benar bahwa otomatisasi akan menyebabkan

beberapa pekerjaan akan hilang, namun di sisi lain adalah hal ini justru membawa

peluang pekerjaan baru di bidang yang lain. Para ahli ekonomi percaya bahwa yang

terjadi pada masa depan bukan kurangnya lowongan pekerjaan, tapi kurangnya

kemampuan yang sesuai dengan jenis pekerjaan pada masa depan.

Kedua, setiap kota akan saling berkompetisi memperebutkan sumber daya

manusia dengan talenta terbaik. Persaingan untuk mendapatkan talenta terbaik tidak lagi

19 Hoedi Prasetyo, “Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan Riset”, J@ti Undip:

Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018 20 Muhammad Yahya, “Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan

Indonesia”, disampaikan pada Sidang Terbuka Luar Biasa Senat Universitas Negeri Makassar tanggal 14

Maret 2018

Page 8: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

81

berlangsung hanya antar perusahaan, namun akan meningkat menjadi antarkota. Seiring

dengan perkembangan teknologi yang memungkinkan bekerja dari jarak jauh,

masyarakat akan lebih memilih untuk tinggal di kota dengan lingkungan ramah

teknologi dibandingkan dengan tinggal di tempat terdekat dengan kantor.

Ketiga, sebagian besar tenaga kerja negara maju akan menjadi pekerja bebas

(freelance) sebelum 2027. Para pekerja freelance ini akan didominasi oleh generasi

milenial. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan dipercaya akan lebih memilih merekrut

para pekerja freelance dibandingkan pekerja tetap untuk mengisi kekosongan talenta

(talent gap) yang mereka butuhkan.

Keempat, sistem pendidikan berubah dari pendekatan parsial menjadi holistik.

Pelajaran matematika, seni dan ilmu pengetahuan yang selama ini dipandang sebagai

disiplin ilmu yang terpisah dinilai sudah tidak relevan dalam mengisi kebutuhan

kompetensi pekerjaan pada masa depan. Sekolah-sekolah akan mulai mengadopsi

kurikulum berbasis tugas (project-based curriculum) sebagai jembatan untuk

meruntuhkan sekat-sekat yang selama ini menjadi penghalang generasi berpikir

kreatif.21

Ada beberapa hal yang menjadi konsentrasi kita dalam menghadapi revolusi

industri 4.0. Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, ada 4 langkah strategis

agar Indonesia mengimplementasikan industri 4.0 yaitu pertama, pihak kementerian

tengah mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus belajar dan meningkatkan

keterampilannya dan untuk memahami penggunaan teknologi Internet of Things (IoT)

atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri. Kedua,

pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri

kecil dan menengah (IKM) sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program

e-smart IKM. Program ini merupakan upaya untuk memperluas pasar dalam rantai nilai

dunia dan menghadapi industri 4.0. Ketiga, industri nasional diharapkan dapat

menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity,

21 Joe Kaeser, “The World is Changing, Here‟s How Companies must adapt”, World Economic Forum,

https://www.weforum.org/agenda/2018/01/the-world-is-changing-here-s-how-companies-must-adapt/

diakses tanggal 28 Oktober 2018

Page 9: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

82

Cloud dan Augmented Reality. Keempat, inovasi teknologi melalui pengembangan

startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis.22

Industri 4.0 memang lebih menyasar kalangan generasi milenial, generasi yang

saat ini di anggap paling melek dan paham dengan perkembangan teknologi. Generasi

milenial sendiri sering di sebut dengan generasi “Y” yaitu generasi yang lahir antara

kurun waktu 1980-an akhir hingga awal 2000-an.23 Generasi ini umumnya ditandai

dengan peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media dan

teknologi digital. Jika dilihat dari kurun waktunya pun generasi milenial pada saat ini

sedang berada di usia produktif, sehingga sangat memungkinkan untuk mempersiapkan

SDM dari kalangan generasi milenial dalam menghadapi revolusi industri 4.0.

Seperti yang disampaikan oleh Rektor IAIN Salatiga pada acara seminar

internasional,24 “...pada tahun 2030-2036 para generasi yang saat ini berusia 20-21

tahun akan menjadi orang yang produktif yang disebut sebagai bonus demografi. Bonus

demografi bagi masyarakat Indonesia adalah pada tahun 2030 dengan prosentase

jumlah tenaga usia produktif yang sangat besar yang memiliki potensi untuk

meningkatkan ekonomi..”

D. Peluang dan Tantangan Revolusi Industri 4.0 bagi Perbankan Syariah

Perbankan di Indonesia dalam perjalanan panjangnya telah mengalami berbagai

fase revolusi Industri. Perkembangan demi perkembangan kemudian mengantarkan

pada sebuah era yang kini disebut era revolusi industri 4.0, seperti yang disampaikan

oleh Presiden Joko Widodo, revolusi industri 4.0 telah mendorong inovasi-inovasi

teknologi yang memberikan dampak disrupsi atau perubahan fundamental terhadap

kehidupan masyarakat.

Disrupsi tidak hanya diartikan fenomena perubahan hari ini (today change)

tetapi juga mencerminkan makna perubahan hari esok (the future change).25 Prof

Clayton M. Christensen, ahli administrasi bisnis dari Harvard Business School,

22 Empat Strategi Indonesia Masuk Revousi Industri Keempat, Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia, http://www.kemenperin.go.id/artikel/17565/Empat-Strategi-Indonesia-Masuk-Revolusi-

Industri-Keempat diakses tanggal 26 oktober 2018 23 Milenial, Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Milenial diakses tanggal 26 Oktober 2018 24 Rektor IAIN Salatiga, “Tantangan dan Peluang Revolusi Industri 4.0”, disampaikan ketika membuka

seminar internasional dengan tema “The Contribution of The Millennial Generation in Creating Halal

Economy in The Revolution of Industry 4.0” tanggal 26 September 2018 25 Rhenal Kasali (2017). Meluruskan Pemahaman soal Disruption.

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/05/05/073000626/meluruskan.pemahaman.soal. disruption

Page 10: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

83

menjelaskan bahwa era disrupsi telah mengganggu atau merusak pasar-pasar yang telah

ada sebelumnya tetapi juga mendorong pengembangan produk atau layanan yang tidak

terduga pasar sebelumya, menciptakan konsumen yang beragam dan berdampak

terhadap harga yang semakin murah.26

Revolusi Industri 4.0 menawarkan kepada kita tentang peluang sekaligus

ancaman akan keberlangsungan usaha yang telah mapan sekalipun, tidak terkecuali

lembaga perbankan Syariah. Namun pada dasarnya, ada beberapa manfaat yang dapat

diperoleh dengan perubahan ini. Yang pertama terkait optimalisasi produk yang

mendorong optimalisasi keuntungan usaha. Kemampuan memanfaatkan teknologi ini

dapat digunakan pula sebagai media menawarkan jasa-jasa perbankan tanpa harus turun

langsung ke lapangan.

Manfaat kedua terkait orientasi, maksudnya dalam Revolusi Industri 4.0 dapat

menciptkana pasar fleksibel yang berorientasi pada nasabah akan membantu masyarakat

dalam mengakses produk-produk perbankan secara cepat dan mudah. Dalam hal ini,

percepatan dan kemudahan dalam mengakses produk perbankan khususnya terkait

pembiayaan yang selama ini dirasa sulit dan berbelit-belit karena proses administrasi

maka akan sangat terbantu dengan adanya sistem digitalisasi.

Manfaat yang ketiga dari adanya Revolusi Industri 4.0 bagi bank Syariah

selanjutnya adalah mendorong adanya pendidikan dan penelitian. Bahwa perkembangan

zaman tidak memberikan peluang bagi mereka yang stagnan dan tidak mau belajar. Pun

demikian dengan bank syariah, kendati sudah memiliki ribuan nasabah yang setia,

bukan tidak mungkin para nasabah lambat laun akan berpindah jika bank tersebut tidak

berkembang mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan praktis nasabah.

Dari beragai manfaat yang diperoleh dengan adanya Revolusi Industri tersebut,

maka muncullah peluang yang dimiliki oleh bank Syariah dalam mengembangkan

produk-produknya agar up to date sesuai perkembangan pasar. Beberapa peluang yang

penulis rumuskan antara lain:

a. Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni

Dari segi sumber daya manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Deputi

Gubernur BI, Hendar menjadi permasalahan semua pihak, tak hanya dari kalangan

akademisi dan praktisi, tapi juga dari regulator dan lembaga multilateral. BI bekerja

26 https://id.wikipedia.org/wiki/Inovasi_disruptif

Page 11: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

84

sama dengan Islamic Research and Training Institute–Islamic Development Bank

(IRTI–IDB) menyelenggarakan Seminar “Pengembangan Sumber Daya Manusia

(Human Capital Development)”. Dalam seminar itu, sepenuhnya dibahas

“Mencetak Sumber Daya Manusia yang Kompetitif bagi Pemberdayaan Ekonomi

(Producing Competitive Human Capital for Economic Empowerment)”.27

Masih kata Hendar, program pengembangan berbasis teknologi harus

dilaksanakan, mengingat ini adalah era teknologi digital. Di bidang teknologi

keuangan, banyak perusahaan start-up yang menyediakan jasa keuangan dengan

biaya lebih murah dan persyaratan lebih mudah. Ditambah lagi saat ini perusahaan

start-up juga mulai merambah keuangan syariah sebagai model bisnisnya.

Kenyataan ini tentu harus mendapatkan penanganan yang serius dari stakeholder

perbankan syariah jika tidak ingin mengalami nasib yang sama seperti perusahaan-

perusahaan transport konvensional yang mulai ditinggalkan pelanggannya karena

tergantikan transportasi berbasis online.

Sistem perekrutan sumber daya perbankan syariah saat ini sudah sepatutnya

menjadikan kemampuan teknologi sebagai standar wajib yang harus dimiliki

pelamar, bukan hanya sekedar kemampuan komunikasi dan pemasaran, bukan juga

hanya sekedar kemampuan dalam penguasaan dalil-dalil syar’i. Dalam Revolusi

Industri 4.0 ini menjadikan kemampuan penguasaan teknologi sebagai ukuran

dalam penguasaan pangsa pasar yang selama ini telah mapan.

b. Kecanggihan Teknologi

Pada point sebelumnya telah dibahas mengenai sumber daya manusia yang

melek teknologi, langkah selanjutnya yang menjadi tugas bank syariah adalah

mengenai kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh industri keuangan ini. Untuk

menunjang keberhasilan produk berbasis teknologi, sudah tentu diperlukan sistem

informasi teknologi yang handal yang dapat diakses dengan mudah oleh

masyarakat.

Disamping kemudahan akses, sistem informasi ini harus dapat merekam

informasi pribadi masyarakat yang meng-apply produk ini guna mengantisipasi jika

27 Hendar, Keynote Speech dalam Seminar "Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Capital

Development)" oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan Islamic Research and Training Institute-

Islamic Development Bank (IRTI–IDB) pada tanggal 13 Mei 2016 di Jakarta.

Page 12: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

85

ada hal-hal yang tidak diinginkan, seperti misalnya dapat dilakukan penyelesaian

sengketa jika nasabah melakukan wan prestasi.

Kecanggihan teknologi informasi adalah hal yang paling dominan dalam

pengembangan industri perbankan syariah berbasis digital. Teknologi software dan

big data28 dapat dijadikan sebagai analis resiko terhadap calon nasabah, hal ini

bukanlah suatu yang sulit bagi teknologi, karena hampir setiap orang memiliki

media sosial yang menyimpan data-data pribadi mereka.

c. Produk-produk yang dibutuhkan oleh Masyarakat

Produk-produk perbankan yang selama ini dikenal oleh masyarakat akan

kesulitan untuk mengaksesnya, pada era digital saat ini perbankan harus berani

berevolusi menjadi sebuah lembaga yang menyediakan kemudahan dan kemurahan

dalam memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Mengingat saat ini banyak

kegiatan bank dalam hal pembiayaan yang diambil alih oleh perusahaan-perusahaan

start-up melalui program financial technologi atau fintech. Sebagai lembaga

intermadiate, bank harusnya mampu memberikan jawaban atas keinginan

nasabahnya untuk menghadirkan produk yang digitalable. Dengan demikian akan

banyak ruang-ruang yang kembali di isi oleh lembaga keuangan bank Syariah ini.

Fintech merupakan inovasi layanan keuangan dengan menggunakan teknologi

agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses produk dan layanan keuangan serta

melemahkan barier to entry. Perkembangan fintech saat ini mengubah pola model bisnis

keuangan dimana melemahnya barier to entry memberikan peran bagi fintech dalam

memunculkan perilaku unregulated yang menjalankan model bisnis layaknya

perusahaan atau instansi regulated. Perkembangan fintech didunia sudah dimulai sejak

tahun 1800-an dengan munculnya telegraf dan semakin berkembang pada tahun-tahun

selanjutnya khususnya pada era digital saat ini.29

Mengapa harus fintech? Seperti yang telah diketahui bersama bahwa para pelaku

ekonomi saat ini banyak yang meninggalkan uang tunai dalam transaksi pembayaranya,

28 Big data atau maha data adalah segala himpunan data (data set) dalam jumlah yang sangat besar, rumit

dan tak terstruktur sehingga menjadikannya sukar ditangani apabila hanya menggunakan perkakas

manajemen basis data biasa atau aplikasi pemroses data tradisional belaka (wikipedia) 29 Aam Slamet Rusydiana, “Bagaimana Mengembangkan Industri Fintech Syariah di Indonesia?

Pendekatan Interpretive Structural Model (ISM), Jurnal Al-Muzara’ah, Vol 6 No.2 2018

Page 13: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

86

mereka memilih menggunakan sistem ekonomi modern yang berbasis internet. Mungkin

selama ini jika masyarakat membutuhkan modal untuk memulai bisnis, mereka akan

datang ke bank untuk mengajukan pembiayaan namun sekarang sudah mulai berubah,

masyarakat dapat mengakses kredit atau pembiayaan melalui layanan keuangan seperti

crowdfunding, mobile payment atau jasa keuangan lainnya yang ada dalam perusahaan

start-up.30

Jika sebelumnya layanan perbankan modern hanya berpusat di kota-kota besar

sehingga menyebabkan perputaran uang hanya berada di kota-kota besar saja. Dengan

memanfaatkan teknologi yang berkembang pesat saat ini bahkan sampai ke daerah,

dapat dimanfaatkan oleh lembaga perbankan ini untuk menyebarluaskan peredaran uang

ke pelosok daerah pula melalui produk-produk pembiayaannya. Misalnya saja,

perbankan syariah meluncurkan sebuah aplikasi untuk produk semisal perusahaan start-

up dengan akad mudharabah atau qardh. Dengan demikian, pelaku industri yang berada

di daerah sekalipun dapat mengakses produk tersebut tanpa harus datang ke kota.

Dengan kemudahan akses produk ini diharapkan pelaku UMKM di daerah memperoleh

manfaat dengan tetap menggunakan jasa perbankan syariah.

Produk selanjutnya yang dapat dikembangkan oleh bank syariah berbasis

teknologi adalah murabahah. Maka produk ini dipastikan akan diminati oleh banyak

orang mengingat pengguna e-commerce di Indonesia sangat berkembang pesat. Ilustrasi

dari produk ini adalah, bank syariah bekerjasama dengan e-commerce yang ada di

Indonesia untuk dapat digunakan sebagai media pembayaran nasabah/pembeli online

melalui aplikasi bank syariah tersebut. Dengan demikian bank syariah tidak perlu

khawatir ditinggalkan oleh nasabah, sebaliknya bank syariah akan lebih luas

cakupannya.

Disamping peluang-peluang yang dimiliki tentunya ada beberapa tantangan yang

harus dihadapi dalam revolusi Industri 4.0. Implementasi IoT dalam berbagai elemen

kehidupan termasuk industri keuangan bank, bukan tidak mungkin kesenjangan

masyarakat akan semakin kentara. Dengan IoT, banyak peran manusia yang akhirnya

akan tergantikan dengan mesin robot.

Selanjutnya mengenai keamanan data penggunaan IoT, dalam perbankan prinsip

kehati-hatian mengenai data nasabah sangat dijaga. Dengan menggunakan IoT yang

30 Adrian Teja, “Indonesian Fintech Business: New Innovations or Foster and Collaborate in Business

Ecosystems?”, The Asian Journal of Technology Management, Vol 10 No 1 (2017)

Page 14: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

87

memanfaatkan big data tersebut, bukan tidak mungkin banyak pihak yang mungkin saja

dapat meretasnya untuk kepentingan lain. Dan tentu saja ini sangat merugikan bagi

pihak bank maupun nasabah. Oleh sebab itu, keamanan data dalam revolusi Industri 4.0

harus menjadi perhatian utama.

Selain kedua tantangan tersebut, tantangan yang selanjutnya adalah mahalnya

biaya yang diperlukan. Teknologi semakin canggih akan semakin menunjang

keberhasilan usaha dalam revolusi Industri 4.0, akan tetapi semakin canggih teknologi

berarti pula semakin mahal biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkannya.

E. Pengaturan dan Pengawasan Fintech di Perbankan Syariah

Pengaturan dan pengawasan bisnis fintech di Indonesia dilakukan oleh dua

lembaga negara independen yaitu Bank Indonesia (BI) dan juga Otoritas Jasa Keuangan

(OJK). BI sendiri mengatur dan mengawasi usaha jasa berupa “Sistem Pembayaran

berbasis Teknologi Finansial” yang mana fokus pengawasannya di bidang inovasi bisnis

dalam hal moneter seperti jenis pembayaran.31 Sedangkan OJK bertugas mengatur dan

mengawasi bisnis teknologi finansial di luar moneter dan sistem pembayaran, seperti

usaha jasa “Peer to peer (P2P) Landing, investasi, crowdfunding (pendanaan), insuransi

teknologi hingga market support atau perusahaan agregator.32

Bi dan OJK mendorong perkembangan bisnis fintech guna meningkatkan

partisipasi masyarakat. Berdasarkan hasil survei Bank Dunia tahun 2017, sekitar 95 juta

penduduk Indonesia belum memiliki rekening. Padahal jumlah pengguna internet di

Indonesia lebih dari 50%.33 Peneliti Center for Indonesian Studies (CIPS) Novani

Karina menyebutkan salah satu hal penting terkait literasi keuangan elektronik adalah

penguasaan teknologi, sehingga masyarakat akan semakin paham bahwa akses internet

adalah salah satu faktor pendukung untuk mendorong masyarakat beralih ke transaksi

keuangan nontunai. Transaksi keuangan elektronik dapat menjadi salah satu alternatif

pemerintah untuk dapat meningkatkan financial inclusion yang merupakan suatu bentuk

31 Mochamad Januari Rizki, “Ini Bocoran Isi Peraturan OJK Tentang Fintech”, Hukumonline,

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5b164bea68f21/ini-bocoran-isi-peraturan-ojk-tentang-fintech

diakses tanggal 29 oktober 2018 32 Iswi Hariyani dan Cita Yustisia Serfiani, “Perlindungan Hukum dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Jasa

PM-Tekfin”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 14 No. 03 – September 2017 : 333-346 33 Survei World Bank, http://www.worldbank.org/in/news/press-release/2015/04/15/massive-drop-in-

number-of-unbanked-says-new-report diakses tanggal 29 Oktober 2018

Page 15: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

88

pendalaman layanan keuangan dengan menggunakan digitalisasi dan ditargetkan

mencapai 75% sampai akhir tahun 2019.34

Pengaturan dan pengawasan transaksi fintech di Indonesia kini semakin kuat

dengan diterbitkannya regulasi baik dari BI maupun OJK sendiri. BI menerbitkan

Peraturan BI nomor 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial,

sedangkan OJK menerbitkan Peraturan OJK nomor 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi

Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan. Untuk fintech syariah, Dewan Syariah

Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) memiliki kewenangan mengeluarkan

Fatwa DSN-MUI No: 117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis

Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah, yang mana itu dapat dijadikan acuan

maupun dasar hukum bagi transaksi bisnis fintech syariah di Indonesia.

Selain ketiga payung hukum yang telah penulis sebutkan di atas, untuk transaksi

bisnis fintech kita juga bisa merujuk pada UU No. 19 Tahun 2016 perihal perubahan

atas UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No. 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maupun Surat Edaran Bank Indonesia No.

14/17/DASP tentang Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/10/DASP

perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Jadi

kita bisa mengkolaborasikan beberapa aturan yang berkaitan dengan transaksi bisnis

fintech maupun fintech syariah sesuai yang dibutuhkan.

Untuk fintech syariah memang harus betul-betul mengikuti koridor syariah,

seperti prinsip-prisnip sahnya suatu akad, serta memenuhi syarat dan rukun sah hukum

yang berlaku. Transaksi bisnis fintech syariah ini juga tetap di awasi oleh Dewan

Pengawas Syariah (DPS) sebagai pihak yang di anggap mumpuni dalam bidang

ekonomi dan bisnis syariah. Pada dasarnya fintech syariah harus merujuk pada salah

satu prinsip fiqh muamalah yaitu „an taradhin yaitu asas kerelaan para pihak yang

melakukan akad. Asas kerelaan sendiri dinyatakan dalam pasal 1320 KUH Perdata yang

menyebutkan “Supaya terjadi perjanjian yang sah, perlu dipenuh empat syarat:

kesepakatan mereka yang mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat suatu

perjanjian, suatu pokok persoalan tertentu, suatu sebab yang tidak dilarang”.35

34 Muhammad Faisal, “95 Juta Penduduk Indonesia Tidak Punya Rekening, Keuangan Lektronik Perlu

Sosialisasi”, Waspada Medan, http://waspadamedan.com/index.php/2018/04/25/95-juta-penduduk-

indonesia-tidak-punya-rekening-keuangan-elektronik-perlu-sosialisasi/ diakses tanggal 29 Oktober 2018 35 33 Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Page 16: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

89

Dari beberapa regulasi yang telah di sebutkan di atas memang lebih banyak

menitikberatkan pada perlindungan konsumen. Dalam hal ini hak-hak nasabah memang

sangat di lindungi dan di jaga oleh regulasi tersebut. Sehingga ketika nasabah merasa

dirugikan maka nasabah bisa mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan. Bagaimana

jika yang melakukan pelanggaran adalah dari pihak nasabah? Contoh pelangaran yang

dilakukan oleh nasabah adalah kredit macet. Maka kita bisa merujuk pada Surat Edaran

Bank Indonesia No. 14/17/DASP tentang Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia

No. 11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu, yang mana ketika nasabah terkena masalah kredit macet maka

pihak penyelenggara fintech dapat melakukan penagihan sesuai ketentuan yang ada di

surat edaran tersebut. Ketika pihak nasabah tidak koperatif atau tidak ada itikad baik

maka pihak penyelenggara fintech dapat mengajukan gugatan wanprestasi ke

Pengadilan.

F. Penyelesaian Sengketa Financial Technology pada Bank syariah

Dalam penyelenggaraan bisnis termasuk bank syariah tentu berpeluang terjadi

konflik atau sengketa antar pelaku usaha, baik dari bank dengan nasabah maupun

investor dengan pihak bank. Kaitannya dengan sengketa fintech, UU ITE no. 11 tahun

2008 memberikan amanat bagi setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap pihak

yang menyelenggarakan sistem elektronik dan/atau menggunakan teknologi informasi

yang menimbulkan kerugian. Pihak yang dirugikan dapat mengajukan gugatan perdata

secara perwakilan melalui peradilan kepada pihak penyelenggara sistem elektronik

dan/atau menggunakan teknologi informasi yang mengakibatkan kerugian masyarakat,

atau masyarakat juga bisa menyelesaikan sengketa melalui alternatif penyelesaian

sengketa dan arbitrase.36

Banyak pihak yang kini mengkritisi penyelesaian sengketa jalur litigasi karena

peradilan dianggap tidak efektif karena Peran dan fungsi peradilan dianggap mengalami

beban yang terlampaui padat (overloaded). Lamban dan buang waktu (waste of time).

Biaya mahal (very expensive) dan kurang tanggap (unresponsive) terhadap kepentingan

umum. Atau dianggap terlampau formalistik (formalistic) dan terlampau teknis

(technically).37

36 Lihat pasal 38 dan pasal 39 UU no. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 37 Ariani, Nevey Varida. (2012). “Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis di Luar Pengadilan”, Jurnal

RechtsVinding Media Pembinaan Hukum Nasional. 1(2), hlm. 278.

Page 17: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

90

Menurut Erman Rajagukguk, masyarakat khususnya kaum bisnis lebih

menyukai penyelesaian sengketa di luar pengadilan disebabkan tiga alasan, yaitu

Pertama, penyelesaian sengketa di pengadilan adalah terbuka, kaum bisnis lebih

menyukai sengketa mereka diselesaikan tertutup, tanpa diketahui oleh publik. Kedua,

sebagian masyarakat, khususnya orang bisnis menganggap hakim tidak selalu ahli

dalam permasalahan sengketa yang timbul. Ketiga, penyelesaian sengketa di Pengadilan

akan mencari pihak mana yang salah dan yang benar, sedangkan putusan penyelesaian

sengketa di luar pengadilan akan dicapai melalui kompromi.38

Melihat kenyataan tersebut, OJK telah menerbitkan Peraturan OJK nomor 1/

POJK.07/ 2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa

Keuangan. Peraturan OJK tersebut disusul keluarnya Keputusan OJK nomor Kep-01/

D.07/ 2016 tanggal 21 Januari 2016 yang mengesahkan pembentukan 6 (enam)

Lembaga APS yaitu:

1. Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia

(LAPSPI)

2. Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI)

3. Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI)

4. Badan Arbitrase dan Mediasi Perusahaan Penjaminan Indonesia

(BAMPPI)

5. Badan Mediasi Pembiayaan dan Pegadaian Indonesia (BMPPI)

6. Badan Mediasi Dana Pensiun (BMDP).

Dalam Undang-undang no. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa, ada beberapa metode atau jenis penyelesaian sengketa di luar

pengadilan yang dapat dipilih para pihak yang bersengketa, yaitu: Arbitrase, konsultasi,

negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

Akan tetapi perlu pembaharuan dalam penyelesaian sengketa bisnis yang

menggunakan teknologi Informasi, karena APS yang biasa dilakukan saat ini kurang

tepat diterapkan karena para pihak tidak saling bertemu. Oleh karena itu lebih tepat jika

sengketa ini diselesaikan dengan lembaga APS online atau Penyelesaian sengketa

Daring (PSD) yang khusus menangani sengketa dalam fintech seperti yang diamanatkan

dalam pasal 41 UU no. 11 tahun 2008 bahwa masyarakat dapat berperan meningkatkan

38 Eman Rajagukguk, Arbitrase dalam Putusan Pengadilan, (Jakarta: Chandra Pratama, 2001), hlm. 30.

Page 18: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

91

pemanfaatan teknologi informasi melalui penggunaan dan penyelenggaraan sistem

elektronik dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan UU ITE. Peran masyarakat

yang dimaksud adalah diselenggarakan melalui lembaga yang dibentuk oleh

masyarakat. Lembaga tersebut dapat memiliki fungsi konsultasi dan mediasi.

Sidang atau penyelesaian sengketa dapat dilakukan para pihak tanpa harus

bertemu atau menggunakan PSD. PSD adalah hasil kolaborasi antara Alternatif

Penyelesaian Sengketa (APS) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Penyelesaian sengketa dilakukan via internet sehingga prosesnya cepat, mudah dan

murah. PSD telah dipraktekkan di AS, Canada, Uni Eropa, Australia, China, Jepang,

Hongkong, Singapura dan India. PSD atau ODR (Online Dispute Resolution) juga

dinamakan “internet Dispute Resolution (iDR)”, “Electronic Dispute Resolution

(EDR)”, “electronic ADR (e-ADR)” dan “online ADR (oADR)”.

Di Indonesia sendiri sudah dipraktikkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dalam

bentuk pemeriksaan persidangan jarak jauh (video Conference) yang dituangkan dalam

PMK no. 18 tahun 2009 tentang pedoman pengajuan permohonan elektronik (electronic

Filing) dan pemeriksaan persidangan jarak jauh (Video Conference). Maka, bukan hal

yang sulit bagi OJK untuk membuat POJK terkait PSD mengingat semakin merebaknya

bisnis online saat ini.

G. Kesimpulan

Ada empat (4) langkah strategis agar Indonesia mengimplementasikan industri

4.0 yaitu pertama, pihak kementerian tengah mendorong agar angkatan kerja di

Indonesia terus belajar dan meningkatkan keterampilannya dan untuk memahami

penggunaan teknologi Internet of Things (IoT). Kedua, pemanfaatan teknologi digital

untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM)

sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart IKM. Ketiga,

industri nasional diharapkan dapat menggunakan teknologi digital seperti Big Data,

Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud dan Augmented Reality. Keempat, inovasi

teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis.

Memasuki Revolusi Industri 4.0, Perbankan memiliki peluang yang besar dalam

bidang Sumber Daya Manusia yang mumpuni sehingga dengan mudah mengaplikasikan

teknologi, yang kedua peluang dalam penggunaan teknologi canggih yang dengan

Page 19: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

92

mudah bisa didapatkan oleh lembaga perbankan Syariah, dan yang ketiga adalah

produk-produk perbankan Syariah yang banyak diminati nasabah akan dengan mudah

terakses melalui internet.

Tantangan yang lebih kepada ancaman dari Revolusi Industri 4.0 adalah dengan

IoT, banyak peran manusia yang akhirnya akan tergantikan dengan mesin robot.

Keamanan data penggunaan IoT, dalam perbankan prinsip kehati-hatian mengenai data

nasabah sangat dijaga. Dengan menggunakan IoT yang memanfaatkan big data tersebut,

bukan tidak mungkin banyak pihak yang mungkin saja dapat meretasnya untuk

kepentingan lain. tantangan yang selanjutnya adalah mahalnya biaya yang diperlukan.

Pengaturan dan pengawasan bisnis fintech di Indonesia dilakukan oleh dua

lembaga negara independen yaitu Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan BI nomor

19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial, dan OJK melalui

Peraturan OJK nomor 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor

Jasa Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan.

Daftar Pustaka

Buku:

Rajagukguk, Eman. Arbitrase dalam Putusan Pengadilan. Jakarta: Chandra Pratama,

2001.

Jurnal:

Aam Slamet Rusydiana, “Bagaimana Mengembangkan Industri Fintech Syariah di

Indonesia? Pendekatan Interpretive Structural Model (ISM), Jurnal Al-

Muzara’ah, Vol 6 No.2 2018

Adrian Teja, “Indonesian Fintech Business: New Innovations or Foster and Collaborate

in Business Ecosystems?”, The Asian Journal of Technology Management, Vol

10 No 1 (2017) Ariani, Nevey Varida. Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis di Luar Pengadilan.

Jurnal RechtsVinding Media Pembinaan Hukum Nasional. 1(2), (2012).

Eka Satya, Venti. Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0. Info Singkat. Vol. X, No.

09/I/Puslit/Mei/2018

Hariyani, Iswi dan Cita Yustisia Serfiani. Perlindungan Hukum dan Penyelesaian

Sengketa Bisnis Jasa PM-Tekfin. Jurnal Legislasi Indonesia. Vol. 14 No. 03 –

September 2017 : 333-346

Pollari, Ian. The Rise of Fintech Opportunities and Challenges. The Finsia Journal of

Applied Finance. ISSUE 3, 2016.

Page 20: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

93

Prasetyo, Hoedi Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan Riset,

J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri. Vol. 13, No. 1, Januari 2018,

Web:

Aldila, Nindya. “Índonesia Negara Paling Siap Kembangkan Fintech Syariah”,

Finansial Bisnis,

http://finansial.bisnis.com/read/20180707/89/813959/indonesia-negara-paling-

siap-kembangkan-fintech-syariah

Dea Widiarini, Annisa. “Milenial, Siap-siap Sambut Revolusi Industri 4.0”.

Kompas.com. https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/03/17521731/milenial-

siap-siap-sambut-revolusi-industri-40

Empat Strategi Indonesia Masuk Revousi Industri Keempat, Kementerian Perindustrian

Republik Indonesi, http://www.kemenperin.go.id/artikel/17565/Empat-

Strategi-Indonesia-Masuk-Revolusi-Industri-Keempat

Faisal, Muhammad. “95 Juta Penduduk Indonesia Tidak Punya Rekening, Keuangan

Lektronik Perlu Sosialisasi”, Waspada Medan,

http://waspadamedan.com/index.php/2018/04/25/95-juta-penduduk-indonesia-

tidak-punya-rekening-keuangan-elektronik-perlu-sosialisasi/

http://www.worldbank.org/in/news/press-release/2015/04/15/massive-drop-in-number-

of-unbanked-says-new-report

https://id.wikipedia.org/wiki/

Januari Rizki, Mochamad. “Ini Bocoran Isi Peraturan OJK Tentang Fintech”,

Hukumonline, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5b164bea68f21/ini-

bocoran-isi-peraturan-ojk-tentang-fintech

Jeko I. R, “Bentuk Capital Hub, Zahir Bidik Industri Fintech Syariah, Liputan 6,

https://www.liputan6.com/tekno/read/3630229/bentuk-capital-hub-zahir-bidik-

industri-fintech-syariah

Jordan, Ray. “Jokowi: Anak Muda Harus Siap dengan Revolusi Industri 4.0, Detik.com,

https://news.detik.com/berita/4035590/jokowi-anak-muda-harus-siap-dengan-

revolusi-industri-40

Kaeser, Joe. “The World is Changing, Here‟s How Companies must adapt”. World

Economic Forum. https://www.weforum.org/agenda/2018/01/the-world-is-

changing-here-s-how-companies-must-adapt/

Kamilla, Siti. “Mengenal Produk Fintech Keluaran Bank di Indonesia“, Kreditgogo.

https://kreditgogo.com/artikel/Digital-Banking/Mengenal-Produk-Fintech-

Keluaran-Bank-di-Indonesia.html,

Kasali, Rhenal. “Meluruskan Pemahaman soal Disruption”. Kompas.

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/05/05/073000626/meluruskan.pemaham

a n.soal. disruption

Liputan6.com. “Perluas Layanan Transaksi Nontunai, Bank Mandiri Gandeng OVO”.

Liputan 6, https://www.liputan6.com/bisnis/read/3414757/perluas-layanan-

transaksi-nontunai-bank-mandiri-gandeng-ovo

Page 21: PELUANG DAN TANTANGAN BANK SYARIAH DI ERA INDUSTRI 4

94

Murdaningsih, Dwi. “MUI Dorong Kerjasama Fintech Syariah dan Perbankan Syariah”.

Republika.https://republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-

ekonomi/18/07/06/pbg330368-mui-dorong-kerjasama-fintech-syariah-dan-

perbankan-syariah

Sitorus, Ropesta. “BRI Gandeng GO-PAY Perluas Penetrasi Layanan Perbankan”,

Finansial Bisnis, http://finansial.bisnis.com/read/20180306/90/746094/bri-

gandeng-go-pay-perluas-penetrasi-layanan-perbankan

Tim Viva, “4 Tahap Revolusi Industri Sampai ke Era 4.0”, Viva,

https://www.viva.co.id/digital/digilife/1040470-4-tahap-revolusi-industri-

sampai-ke-era-4-0

Peraturan dan Undang-undang:

Fatwa DSN-MUI No: 117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis

Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah

Peraturan BI nomor 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial

Peraturan OJK nomor 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital di

Sektor Jasa Keuangan

PMK no. 18 tahun 2009 tentang pedoman pengajuan permohonan elektronik (electronic

Filing) dan pemeriksaan persidangan jarak jauh (Video Conference).

Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/17/DASP tentang Perubahan atas Surat Edaran

Bank Indonesia No. 11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran dengan Menggunakan Kartu

UU No. 19 Tahun 2016 perihal perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik

UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Lain-lain:

Hendar, Keynote Speech dalam Seminar "Pengembangan Sumber Daya Manusia

(Human Capital Development)" oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan

Islamic Research and Training Institute – Islamic Development Bank (IRTI –

IDB) pada tanggal 13 Mei 2016 di Jakarta.

Rektor IAIN Salatiga, “Tantangan dan Peluang Revolusi Industri 4.0”, disampaikan

ketika membuka seminar internasional dengan tema “The Contribution of The

Millennial Generation in Creating Halal Economy in The Revolution of Industry

4.0” tanggal 26 September 2018

Yahya, Muhammad. “Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan

Pendidikan Kejuruan Indonesia”, disampaikan pada Sidang Terbuka Luar Biasa

Senat Universitas Negeri Makassar tanggal 14 Maret 2018