PASAR UANG 22-Oct-18 26-Oct-18 WTD YTD - ekon.go.id · Filipina 2,805.9 -1,751.5 Per 31 Juli / 26...
Transcript of PASAR UANG 22-Oct-18 26-Oct-18 WTD YTD - ekon.go.id · Filipina 2,805.9 -1,751.5 Per 31 Juli / 26...
“Do the one thing you think you cannot do. Fail at it. Try again. Do better the second time. The only people who
never tumble are those who never mount the high wire. This is your moment. Own it.” -Oprah Winfrey
Rilis Mingguan (22 – 26 Oktober 2018)
10/22 Malaysia Foreign Reserves (Oct 15) $102.8b $103.0b
10/26 CPI YoY (Sep) 0.3% 0.2%
10/23 Singapore CPI YoY (Sep) 0.7% 0.7%
10/26 Unemployment Rate SA (3Q) 2.1% 2.0%
Industrial Production YoY
(Sep)-0.2% 3.7%
10/26 Thailand Foreign Reserves (Oct 19) $203.6b $203.2b
10/23 EU Consumer Confidence (Oct A) -2.7 -2.9
10/24Markit Eurozone Maufacturing
PMI (Oct P)52.1 53.2
10/26 US GDP Annualized QoQ (3Q A) 3.5% 4.2%
Personal Consumption (3Q A) 4.0% 3.8%
10/23South
AfricaLeading Indicator (Aug) 104.9 105.4
CPI YoY (Sep) 4.9% 4.9%
10/23 Turkey Consumer Confidence Index (Oct) 57.3 59.3
10/25 Capacity Utilization (Oct) 75.4% 76.2%
10/25South
KoreaGDP YoY (3Q P) 2.0% 2.8%
10/26 Consumer Confidence (Oct) 99.5 100.2
Aliran Dana Asing
YTD (Juta USD)Bond Saham
Periode
(Bond/Saham)
Indonesia 1,644.5 -4,059.1 Per 26 Oktober 2018
Malaysia -4,036.9 -2,504.3 Per 30 Sep / 26 Okt 2018
Thailand 7908.8 -8,385.5 Per 26 Oktober 2018
Vietnam 1,792.3 Per 26 Oktober 2018
Filipina 2,805.9 -1,751.5 Per 31 Juli / 26 Okt 2018
China 72,157.3 7,860.7 Per 30 September 2018
India -8,554.8 -5,249.4 Per 26 Oktober 2018
US 314,872 -66,609 Per 31 Agustus 2018
EdisiXXXVIII/XI/2018
Ket: Aliran Dana Masuk/Aliran Dana Keluar
Ket: A (Advance), P (Preliminary)
22-Oct-18 26-Oct-18 WTD YTD 22-Oct-18 26-Oct-18 WTD YTD
IDRUSD 15187 15217 -0.20% -10.92% BRENTUSD/BAREL 79.83 77.62 -2.77% 28.47%
YENUSD 112.82 111.91 0.81% 0.70% TEMBAGAUSD/LB 278.55 274.10 -1.60% 9.40%
EUROUSD 0.87 0.88 -0.55% -5.02% BATU BARAUSD/MT 110.10 109.65 -0.41% 8.78%
YUAN USD 6.95 6.94 0.06% -6.29% EMASUSD/OZ 1222.10 1233.53 0.94% -5.32%
POUNDUSD 0.77 0.78 -1.04% -5.02% GAS ALAMUSD/MMBTu 3.14 3.19 1.50% -99.97%
22-Oct-18 26-Oct-18 WTD YTD 22-Oct-18 26-Oct-18 WTD YTD
INDONESIAIHSG 5837.3 5784.9 -0.90% -8.98% CPOMYR/MT 2145 2046 -4.62% -16.28%
JEPANGNIKKEI 22614.8 21184.6 -6.32% -6.94% KAKAOUSD/MT 2220 2251 1.40% 18.97%
SINGAPURASTI 3078.1 2972.0 -3.45% -12.66% GULAUSD/LB 377.0 372.9 -1.09% -5.52%
ASDOW JONES 25317.4 24688.3 -2.48% -0.13% GANDUMUSD/BAREL 508.0 505 -0.54% 18.33%
HONGKONGHSI 26153.2 24717.6 -5.49% -17.39% KEDELAIUSD/BUSHEL 858.50 845 -1.57% -11.22%
22-Oct-18 26-Oct-18 WTD YTD
YIELD SBN10% 8.64 8.69 0.52% 37.49%
PUAB RATE% 7.08 7.03 -0.71% 20.70%
OVERNIGHT% 5.76 5.71 -0.81% 46.37%
FA SAHAMJUTA USD -4.24 25.61 703.77% 3.02%
FA SBNJUTA USD 35.50 260.76 634.54% 594.80%
PASAR VALAS PASAR KOMODITAS MINERAL
PASAR SAHAM PASAR KOMODITAS PERTANIAN
PASAR UANG
-21,42
-17,85
-17,46
-17,39
-12,90
-12,66
-8,98
-7,11
-6,33
-4,75
Shanghai SHCOMP Index
Korea Stock KOSPI Index
Philippines PSEi Index
Hongkong Hanseng Index
Vietnam Hanoi Index
Singapore STI Index
Indonesia JCI
Thailand SET Index
FTSE Malaysia KLCI Index
India NSE Nifty 50 Index
PERINGKAT SAHAM ASIA (%) YTD – s.d 26 OKTOBER 2018
-13,06
-10,92
-10,39
-6,92
-6,29
-3,12
-1,48
0,70
Indian Rupee
Indonesian Rupiah
Vietnam Dong
Philippine Peso
Chinese Renminbi
Malaysian Ringgit
Thai Bath
Japanese Yen
PERINGKAT NILAI TUKAR ASIA (%) YTD – s.d 26 OKTOBER 2018
Menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap barang
dan jasa yang dicerminkan oleh perkembangan laju inflasi
merupakan salah satu fungsi dan tugas Bank Indonesia
sebagai otoritas moneter di Indonesia. Jika dibandingkan
dengan negara lain dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
(s.d tahun 2017), Indonesia memiliki tingkat inflasi relatif
tinggi dibandingkan dengan negara peers, seperti
Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Inflasi domestik
yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
inflasi di negara tetangga, dikhawatirkan akan
menyebabkan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak
kompetitif sehingga akan memberikan tekanan pada nilai
tukar. Ketidakstabilan harga pada akhirnya dapat
menciptakan ketidakpastian bagi fundamental ekonomi
yang akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
untuk berinvestasi, konsumsi dan juga produksi di mana
dapat menganggu aktivitas perekonomian dalam jangka
panjang. Oleh karenanya, pencapaian target inflasi yang
rendah dan stabil merupakan kerangka dasar tujuan
kebijakan ekonomi makro di berbagai negara maju dan
berkembang.
Dalam rangka mencapai target inflasi yang rendah dan
stabil, sama halnya di berbagai negara, Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi
sebagai sasaran utama atau yang dikenal dengan Inflation
Target Framework sejak Juli 2005. Data historis realisasi
inflasi tahunan (%YoY) selama tahun 2005 sampai dengan
2018 bulan September (lihat Grafik 1) menunjukan
perubahan yang sangat signifikan. Di tahun 2005 inflasi
aktual Indonesia masih berada di luar target yang
ditetapkan (6±1%) yaitu dengan level tertinggi 17,11
persen. Namun demikian, dari tahun ke tahun angka
inflasi berangsur turun menyesuaikan target yang
ditetapkan walaupun pada tahun 2008, 2010, dan 2013 –
2014 melampaui target karena dipengaruhi oleh adanya
gejolak eksternal yakni krisis keuangan global, taper
tantrum di tahun 2013, serta periode the end of commodity
super cycle. Sejak tahun 2015, inflasi Indonesia mulai
mengalami tren yang menurun dan lebih rendah namun
cukup terkendali yaitu berada di dalam rentang sasaran
inflasi nasional.
2013 2014 2015 2016 2017 2018*
Indonesia 8.08 8.36 3.35 3.02 3.61 2.88
ASEAN
Singapura 1.37 -0.08 -0.64 0.16 0.36 0.72
Malaysia 3.22 2.66 2.68 1.74 3.51 0.33
Thailand 1.67 0.60 -0.86 1.13 0.78 1.33
Filipina 3.77 1.91 0.75 2.23 2.91 6.70
BRIC
Tiongkok 2.50 1.50 1.60 2.10 1.80 2.50
India 9.46 4.28 5.61 3.41 5.21 3.77
Negara Maju
Kawasan Euro 0.98 -0.08 0.17 1.16 1.66 2.19
Amerika Serikat
1.51 0.66 0.66 2.08 2.11 2.27
Inggris 2.00 0.50 0.20 1.60 3.00 2.40
Tabel 1. Tingkat Inflasi Negara –Negara di Dunia,
2013-2018* (% YoY)
Sumber: CEIC, 2018 (Data Diolah)
17,11
6,6
6,59
11,06
2,78
6,96
3,78
3,65
8,088,36
3,353,02
3,61
2,88
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017
Grafik 1. Realisasi dan Sasaran Inflasi, 2005-2018* (%YoY)
Realisasi Inflasi Batas Atas Batas Bawah
Sumber: CEIC, 2018 (Data Diolah)Ket. * : Inflasi s.d September 2018
TANTANGANPENGENDALIAN INFLASI DI INDONESIA
Oleh: Cornelia Ayu (Tenaga Analis, Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran)
Berbagai sumber kliping beriita
Penetapan target sasaran inflasi menjadi penting karena
akan mempengaruhi ekspektasi masyarakat di masa
mendatang. Selain dari sisi supply (cost push inflation) dan
sisi demand (demand pull inflation), ekspektasi inflasi
harus dijaga karena faktor ini akan menentukan inflasi inti
yang merupakan komponen inflasi persisten dalam
disagregasi inflasi. Inflasi dikatakan bersifat persisten
apabila semakin tinggi derajat persistensi ditunjukan
dengan semakin lambannya waktu penyesuaian tingkat
inflasi kembali menuju keseimbangannya. Sebaliknya,
semakin cepat penyesuaian maka semakin rendah derajat
persistensinya (Marques, 2005). Faktor ekspektasi inflasi
dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku
ekonomi dalam mengambil keputusan yang bersifat
adaptif atau forward looking. Secara nyata, ekspektasi
inflasi ini tercermin dari perilaku masyarakat ketika
menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
Pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang
dalam mekanisme supply-demand dapat meningkatkan
angka inflasi lebih tinggi, terlebih ditambah dengan
kenaikan upah menjelang hari raya yang diduga akan
mendorong permintaan masyarakat.
Laju inflasi Indonesia memiliki karakteristik yang cukup
bergejolak di mana tidak hanya dipengaruhi oleh sisi
permintaan, melainkan juga dari sisi penawaran dan faktor
lain yang bersifat tidak terprediksi atau shock. Faktor dari
sisi penawaran berkaitan dengan biaya produksi,
ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi barang,
maupun kebijakan pemerintah terkait impor ataupun
harga komoditas strategis, seperti bahan bakar dan
komoditas energi lainnya sering kali menjadi pemicu
utama terjadinya gejolak harga. Pengaruh dari shock
berupa kebijakan pemerintah terhadap BBM bersubsidi,
tarik listrik, tarif angkutan merupakan inflasi yang dikenal
sebagai komponen administered prices. Pencapaian
sasaran inflasi dengan mempertimbangkan sisi penawaran
sulit dikendalikan melalui instrumen kebijakan moneter
Bank Indonesia yang lebih menyasar tekanan dari sisi
permintaan. Instrumen yang dimaksud misalnya seperti BI
7 DRR, Giro Wajib Minimum (GWM) dan Operasi Moneter
Terbuka. Agar tercapainya sasaran inflasi maka diperlukan
kerjasama dan koordinasi antara Pemerintah dan Bank
Indonesia melalui kebijakan makroekonomi yang
terintegrasi baik dari kebijakan fiskal, moneter maupun
sektoral.
Sasaran inflasi juga ditetapkan secara bersama antara
Bank Indonesia dan Pemerintah. Mekanisme penetapan
sasaran inflasi lebih lanjut diatur berdasarkan Nota
Kesepakatan Mekanisme Penetapan Sasaran, Pemantauan
dan Pengendalian Inflasi yang ditandatangani oleh
Gubernur Bank Indonesia dan Pemerintah yang diwakili
oleh Menteri Keuangan yang menjabat pada saat itu.
Penandatanganan Nota Kesepakatan merupakan
pelaksanaan amanat pasal 10 UU No. 1 Tahun 2004
(Siaran Pers No. 6/75/BGub/Humas). Dalam UU tersebut
dinyatakan bahwa sasaran laju inflasi ditetapkan oleh
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia.
Wujud nyata koordinasi antara Pemerintah dan Bank
Indonesia dalam mengendalikan inflasi di Indonesia secara
khusus yaitu dengan dibentuknya Tim Pengendalian Inflasi
(TPI) pada tahun 2005 . Pembentukan TPI pada mulanya
beranggotakan Bank Indonesia bersama dengan beberapa
Kementerian dan Lembaga di Pemerintah Pusat, yakni: 1)
Kementerian Keuangan, 2) Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, 3) Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, 4) Badan Urusan Logistik, 5) Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 6) Kementerian
Perhubungan, 7) Kementerian Pertanian, 8) Kementerian
Perdagangan, dan 9) BPS. Sementara Kelompok Kerja
Nasional (Pokjanas) TPID merupakan sinergi antara Bank
Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dan Kementerian Dalam Negeri. Kemudian
di tahun 2008 dibentuklah sebuah forum koordinasi TPI
dan Pokjanas TPID di tingkat nasional serta di tingkat
daerah. Karakteristik spasial Indonesia menjadi tantangan
tersendiri akan pentingnya dukungan daerah dalam
mengendalikan inflasi nasional. Hal ini mengingat
kontribusi inflasi daerah (diluar Jakarta) menyumbang
hampir 81% terhadap inflasi nasional (SBH 2012).
Koordinasi hingga ke tingkat daerah dilakukan antara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia bersama Satuan Kerja
Perangjat Daerah (SKPD) di Pemerintah Daerah serta
instansi terkait lainnya. TPID yang dibentuk sejak tahun
2008 hingga kini terus berkembang pesat dan jumlahnya
meningkat dari tahun ke tahun. Sampai dengan tahun
2018, masih terdapat 10 (sepuluh) daerah yang belum
membentuk TPID, diantaranya beberapa kabupaten di
Provinsi Maluku Utara dan Papua Barat. Pembentukan
TPID diseluruh daerah terus diupayakan dalam
menindaklanjuti Arahan Presiden. Dasar kelembagaan
hukum pembentukan dan kelembagaan Tim Pengendalian
Sumber: Bank Indonesia Institute, 2015
Inflasi Nasional (TPIN) telah diperkuat dengan
ditetapkannya Keputusan Presiden No. 23/ 2017. TPIN
meliputi Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan
Kabupaten/ Kota. Menteri Koordinator Perekonomian
sebagai Ketua TPIP bertanggungjawab melaporkan hasil
pelaksanaan tugasnya kepada Presiden secara triwulanan
atau sewaktu – waktu.
Upaya pembentukan TPID merupakan bentuk
pengendalian inflasi daerah melalui pendekatan
kelembagaan terutama dalam mengatasi permasalahan
struktural di sektor riil. Dengan demikian, penanganan
permasalahan Inflasi tidak lagi hanya menjadi wewenang
otoritas moneter, melainkan multi sektor dan lintas
lembaga. Berbagai aspek permasalahan seperti
perhubungan/ distribusi, perdagangan/ tata niaga,
produksi/ pasokan barang – barang manufaktur dan
pertanian turut melibatkan koordinasi dan kerjasama yang
erat antar Dinas atau Satuan SKPD atau lembaga terkait di
bawah pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah Pusat
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
6486
183
396
445
507524 532Grafik 2. Perkembangan Jumlah TPID s.d 2018
34 Provinsi
498 Kab/Kota
2018
secara nasional berkoordinasi antara otoritas moneter dan
fiskal dalam rangka pengendalian inflasi berskala nasional
yang akan diimplementasikan di setiap daerah. Sementara
itu, Pemerintah Daerah dibawah kerangka otonomi daerah
berwenang menyusun kebijakan sesuai dengan
karakteristik daerah masing – masing. Setiap tahunnya,
kegiatan TPID akan dievaluasi bersama oleh tim penilai dari
TPIP dengan kriteria evaluasi yang terus disempurnakan
untuk lebih mendorong peningkatan kualitas kinerja TPID
dan komitmen kepala daerah serta lebih memberikan
apresiasi kepada daerah yang berhasil mengendalikan
inflasinya. Pencapaian realisasi inflasi daerah dalam kurun
waktu 2015 – 2017 ditunjukan pada Gambar 1 di bawah ini.
Koordinasi yang terus diperkuat antara Pemerintah
Provinsi/ Kabupaten/ Kota diperlukan guna mengantisipasi
tekanan inflasi yang pada dasarnya disebabkan oleh 4K
(Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran
Distribusi dan Komunikasi Efektif). Melalui Tim
Pengendalian Inflasi Nasional, era baru pengendalian inflasi
di Indonesia dari sabang hingga merauke diharapkan terus
efektif menjaga stabilisasi harga sampai dengan di tingkat
daerah.Sumber:
• Warjiyo, Perry, dan Solikin. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta: PPSK Bank Indonesia.
• Publikasi Moneter tentang Koordinasi Pengendalian Inflasi. www.bi.go.id (Diakses pada tanggal 30 Oktober 2014)
• Bank Indonesia (2018). Inflasi. Premium Database Indonesia. CEIC. Diakses pada 30 Oktober 2018.
• Inflation. Global Macroeconomic Indicators. CEIC. Diakses pada 30 Januari 2018.
• Badan Pusat Statistik Indonesia. 2018. Indeks Harga Konsumen. Diakses pada 30 Januari 2018.
• Pokjanas TPID. 2014. Buku Petunjuk TPID. Jakarta: Bank Indonesia.
• Utari, G.A Diah dkk. 2015. Inflasi Di Indonesia: Karakteristik Pengendaliannya. Jakarta: Bank Indonesia Institute.
• Marques, Carlos Robalo. 2004. Inflation Persistence: Facts or Artefacts?. Working Paper Series No. 371.
Gambar 1. Perkembangan Historis Inflasi Daerah 2015 – 2017 (% YoY)