optik rev-1
-
Upload
hanna-n-izzati -
Category
Documents
-
view
143 -
download
1
description
Transcript of optik rev-1
Surface Area Analyzer
A. Penjelasan Alat
Surface Area Analyzer (SAA) merupakan salah satu alat utama dalam
karakterisasi material. Alat ini khususnya berfungsi untuk menentukan luas
permukaan material, distribusi pori dari material dan isotherm adsorpsi suatu gas
pada suatu bahan.
Alat ini prinsip kerjanya menggunakan mekanisme adsorpsi gas,
umumnya nitrogen, argon dan helium, pada permukaan suatu bahan padat yang
akan dikarakterisasi pada suhu konstan biasanya suhu didih dari gas tersebut. Alat
tersebut pada dasarnya hanya mengukur jumlah gas yang dapat diserap oleh suatu
permukaan padatan pada tekanan dan suhu tertentu. Secara sederhana, jika kita
mengetahui berapa volume gas spesifik yang dapat diserap oleh suatu permukaan
padatan pada suhu dan tekanan tertentu dan kita mengetahui secara teoritis luas
permukaan dari satu molekul gas yang diserap, maka luas permukaan total
padatan tersebut dapat dihitung.
Tentunya telah banyak teori dan model perhitungan yang dikembangkan
para peneliti untuk mengubah data yang dihasilkan alat ini berupa jumlah gas
yang diserap pada berbagai tekanan dan suhu tertentu (disebut juga isotherm)
menjadi data luas permukaan, distribusi pori, volume pori dan lain sebagainya.
Misalnya saja untuk menghitung luas permukaan padatan dapat digunakan BET
teori, Langmuir teori, metode t-plot, dan lain sebagainya. Yang paling banyak
dipakai dari teori – teori tersebut adalah BET (lihat pada kategori dasar teori).
1
Gambar 1. SAA (Surface Area Analyzer)
Gambar 1 diatas adalah contoh alat SAA dari perusahaan Quantachrome
dengan seri Autosorb-1. Gambar A adalah port untuk keperluan degassing. Seri
ini memiliki 2 port untuk keperluan itu. Tampak satu port sedang dipakai untuk
degassing sampel yang diletakkan dalam tabung dan diselimuti bagian bawah
tabung dengan mantel pemanas. Gambar B adalah port analisa yang pada gambar
baru tidak terpakai. Gambar C adalah kontainer untuk menampung zat pendingin.
Jika kita memakai gas nitrogen maka kita perlu memakai nitrogen cair dengan
suhu sekitar 77 K. Jika memakai argon maka kita perlu argon cair. Sehingga
mungkin ini menjadi kendala juga ketika akan mengoperasikan alat ini di
Indonesia yang belum punya banyak instalasi gas dalam kondisi cairnya.
Sedangkan gambar D adalah panel yang menunjukkan layout dari proses analisa
dilengkapi indikator – indikator lampu yang dapat menandakan setiap valve dalam
posisi dibuka atau ditutup.
B. Persiapan Sampel
Preparasi sampel untuk analisa luas permukaan cukup sederhana. Namun
juga tergantung dari seri alat, biasanya seri lama mengharuskan bahan dipeletkan
terlebih dahulu agar tidak menghasilkan debu yang dapat merusak alat. Namun
pada versi baru alat sudah diberi pengaman sehingga sampel berbentuk serbuk
2
langsung dapat dianalisa. Hanya saja perlu diperhatikan jika sampel terlalu ringan
maka akan terjadi peristiwa elutriasi pada saat tabung sampel dikenai tekanan
vakum yang dapat mempengaruhi hasil analisa. Solusinya disamping dipeletkan,
dapat juga dengan memakai tabung sampel yang sesuai. Biasanya alat ini
memberikan banyak alternatif bentuk tabung yang spesifik untuk kondisi sampel
tertentu. Beberapa jenis tabung sampel disajikan pada gambar dibawah ini.
Tabung yang memiliki tempat sampel besar biasanya dipakai untuk serbuk
sedangkan yang kecil untuk pelet atau serbuk yang tidak mudah melayang.
Gambar 2. Wadah sampel
Alat ini hanya memerlukan sampel dalam jumlah yang kecl. Biasanya
berkisar 0.1 sampai 0.01 gram saja. Persiapan utama dari sampel sebelum
dianalisa adalah dengan menghilangkan gas – gas yang terserap (degassing). Alat
surface area analyzer ini terdiri dari dua bagian utama yaitu Degasser dan
Analyzer. Degasser berfungsi untuk memberikan perlakuan awal pada bahan uji
sebelum dianalisa. Fungsinya adalah untuk menghilangkan gas – gas yang
terserap pada permukaan padatan dengan cara memanaskan dalam kondisi vakum.
Biasanya degassing dilakukan selama lebih dari 6 jam dengan suhu berkisar antara
200 – 300C tergantung dari karakteristik bahan uji.
Namun jika tidak ada waktu degassing selama 1 jam juga sudah memenuhi
yang biasanya alat ini dilengkapi dengan metode pengecekan kesempurnaan
proses degassing dengan menekan tombol tertentu pada komputer pengendali.
Kemudian setelah dilakukan degassing maka bahan uji dapat dianalisa. Proses
degassing dilakukan dengan cara menutup ujung tabung berisi sampel dengan
3
mantel pemanas dan ujung atas dihubungkan dengan port degas seperti pada
gambar dibawah ini.
Gambar 3. Pengkondisian sampel
C. Proses Analisa
Setelah sampel selesai didegas, maka dapat langsung dianalisa. Sebelum
analisa tentunya perlu ditimbang berat sampel setelah degas. Supaya benar –
benar diketahui berat sampel sebenarnya setelah dibersihkan dari gas – gas yang
terjerap. Kemudian yang perlu dilakukan sebelum nenjalankan analisa biasanya
adalah mengisi kontainer pendingin dengan gas cair. Kemudian mengeset kondisi
alalisa. Waktu analisa bisa berkisar antara 1 jam sampai lebih dari 3 hari untuk
satu sampel. Jika hanya ingin mengetahui luas permukaan maka kita hanya
membutuhkan 3 – 5 titik isotherm sehingga proses analisa menjadi singkat.
Namun jika kita ingin mengetahui distribusi pori khususnya material yang
mengandung pori ukuran mikro (< 20A) maka memerlukan 2 – 3 hari untuk satu
kali analisa dengan menggunakan gas nitrogen sebagai adsorbennya. Sebenarnya
waktu analisa bisa dipersingkat jika kita menggunakan jenis gas lain misalnya
CO2.
Sebenarnya alat ini sangat mudah dioperasikan karena bersifat ototmatis.
Untuk memulai analisa setelah mengisi data – data mengenai berat sampel dan
berapa titik amalisa yang diinginkan dilakukan dengan memencet tombol pada
software di komputer pengendali. Proses analisa selesai secara otomatis akan
kembali ke posisi semula.
D. Contoh Hasil Analisa
4
Hasil analisa disajikan dalam grafik ataupun tabulasi. Alat ini dilengkapi
dengan perangkat lunak yang dapat menghitung hampir semua data yang
diperlukan seperti: luas permukaan, volume pori, distribusi pori dengan berbagai
metode perhitungan.dibawah ini contoh tampilan isotherm dari karbon aktif
dengan perhitungan PSD nya ditampilkan dalam grafik.
Gambar 4. Hasil analisa
Alat ini harganya relatif mahal lebih dari 800 juta rupiah untuk dapat
memilikinya. Kemudian biaya operasionalnya cukup mahal juga karena
membutuhkan gas dalam fase cair. Namun sepengetahuan penulis di Indonesia
sudah ada beberapa institusi penelitian yang memilikinya meski masih seri lama
dari alat ini.
(http://materialcerdas.wordpress.com/alat-karakterisasi/surface-area-analyzer/)
5
SPEKTROMETER FTIR ( Fourier Transform Infa Red)
Spektroskopi inframerah merupakan salah satu alat yang banyak dipakai
untuk mengidentifikasi senyawa, baik alami maupun buatan. Dalam bidang fisika
bahan, seperti bahan-bahan polimer, inframerah juga dipakai untuk
mengkarakterisasi sampel. Suatu kendala yang menyulitkan dalam
mengidentifikasi senyawa dengan inframerah adalah tidak adanya aturan yang
baku untuk melakukan interpretasi spektrum. Karena kompleksnya interaksi
dalam vibrasi molekul dalam suatu senyawa dan efek-efek eksternal yang sulit
dikontrol seringkali prediksi teoretik tidak lagi sesuai. Pengetahuan dalam hal ini
sebagian besar diperoleh secara empiris dan pengalaman.
FTIR merupakan salah satu sat Spektrofotometer infa merah yang
digunakan untuk mengidentifikasi jenis ikatan kimia ( gugus fungsional) suatu
sample. Pada dasarnya Spektrofotometer fourier infa red ( di singkat FTIR)
adalah sama dengan Spektrofotometer Infa Red Dispersi, yang membedakannya
adalah pengembangan pada sistim optiknya sebelum berkas sinar infa merah
melewati contoh. Dasar pemikiran dari spekttrofotometer Fourier Transform Infa
Red adalah persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean Transform Joseph
Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika dari perancis.
Skema prinsip kerja FTIR dapat ditunjukan pada gambar dibawah ini
Gamabar 1 skema Spektrofotometer FTIR
6
Spectrum FTIR berada pada kisaran bilangan darin10-13.000 cm1(noerdin,
1986). Penggunaan spektrofotometer FTIR yang ditunjukan untuk identivokasi
suatu senyawa.spektrum ii ditimbulkan oleh adanya interaksi antara vibrasi
molekul dengan radiasi elektromagnetik.
Deteksi dan analisis inti denga FTIR memanfaatkan interferometer
Michelson yang mengandung adanya frekwensi dalam sinyal
gangguan.Interferometer Michelson mengubah komponen tertentu dalam sinyal
menjadi berbagai intesitas radiasi yang mencapai detector. Sinyal atas radiasi
yang menjangkau sejumlah bilangan gelombang yang luas dan intesitas yang
berisolasi seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Keuntungan prosedur ini adalah kepekaannya lebih besar karena detector
monitor seluruh spectrum secara bersamaan, bukan hanya sau frekwensi setiap
saat,
Gambar 2 interferometer Michelson
Interferometer Michelson terdiri dari sebuah pemecah berkas (beam
splitter) yang datang dari sumber serta dua buah cermin,yang satu dapat
digerakan (mowable mirror) dan satu tetap ( fixed mirror ) cahaya yang datang
dari sumber terbagi oleh beam splitter ke cermin tetap dan cermin yang dapat
bergerak. Berkas caaya darikedua cermin dengan selisih lintasan p digabungkan
kembali oleh beam splitter.sinyal yang didetksi oleh detector berosilasi saat kedua
komponen bergantian masuk dan saat keluar dan keluar fase p berubah. Jika
7
radiasi mempunyai bilangan gelombang (k) maka sinyal terdeteksi bervariasi
terhadap p adalah:
I(p)= Ik cos 2 Π(v)p………………………………………..(1)
Jadi interferometer mengubah komponen tertentu dalam sinyal menjadi
berbagai nilai inesitas radiasi yang menujuu sampel. Inesitas tersebut kemudian
dideteksi oleh detector. Sinyal yang seebnarnya terdiri atas radiasi yang
menjangkau sejumlah bilangan gelombang yang luas. Inetsitas total yang terbaca
oleh detector merupakan jumlah semua intesitas yng berosilasi adalah:
I ( p )=∫0
∞
I ( v )cos2∏ ¿ ¿ k p dῡ [v] cos 2∏ kρ ∂k
………………………………..(2)
Variasi itensif I(v) dengan bilangan gelombang :
I (k )=∫0
∞
I ( v )cos2∏ ¿ ¿ kρ ∂k
……………………………………………………………(3)
Dimana v=1λ , dengan λ adalah panjang gelombangn
Detektor meneruskan informasinya ke perekam yang menghasilkan
spektrum. Data diproses ditransfer menggunakan software menggunakan software
tertentu. Hasil FTIR berupa spectrum infra merah yang menunjukkan hubungan
antara transmitansi (T) dan bilangan gelombang, dimana spektrum transmisi
ditentukan melalui (Atkins,1999):
% T = I/Io …………………………………………………..(4)
Bila suatu zat pada sampel menyerap foton-foton radiasi, maka banyaknya
foton yang berhasil sampel akan lebih rendah daripada jumlah foton mula-mula.
Serapan atau absorbsi ini akan diamati sebagai penurunan itensitas atau kuantitas
8
radiasi yang ditunjukkan dalam melewati % T dan nampak sebagai sumur (deep),
yang disebut puncak serapan (absorbtion peak).
CARA KERJA ALAT SPEKTROFOTOMETER
• Cara kerja alat spektrofotometer FTIR yang dilengkapi dengan cermin
yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam.
• Dengan demikian radiasi demikian radiasi infa merah akan menimbulkan
perbedaan jarak yang yang ditempuh menuju yang bergerak dan jarak
cermin yang ditempuh menuju cermin yang bergerak dan jarak cermin
yang diam disebut sebagai retardasi dan hubungan antara intesitas radiasi
IR yang diterima detector terhadap retardasi di sebut interferogram.
• Pada sistim optic FTIR di gunakan LASER (Light Amplilifaction by
Stimulated Emmission of radiation) yang berfunsi sebagai radiasi yang
diinterferensikan dengan radiasi infa red agar sinyal radiasi infa merah
yang diterima oleh detector secara utuh dan lebih baik.
• Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adala TGS ( Tetra
Glycerine Sulphate ) atau MCT ( Mercuri Cadmium Telluride). Detektor
MCT lebih banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan
dibandingan detector TGS,yaitu ynag memberikan respon yang lebih baik
pada frekwnsi modulasi tinggi, lebih sensitive,lebih cepat, tidak
dipengaruhi oleh temperature,sangat selektif terhadap energy vibarasi yang
diterima dari infa merah.
KEUNTUNGAN ALAT SPEKTROFOTOMETER
Secara keseluruhan,analisis menggunakan spektrofotometer FTIR
memiliki dua kelebihan utama dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu:
Light Amplilifaction by Stimulated Emmission of radiation). Yang sebagai
radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infa
merah yang diterima oleh detector secara utuh dan lebih baik.
9
1. Dapat di gunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya secara
simultan sehingga analisis dapat dilakuakan lebih cepat daripada
menggunakan cara sekunsial atau scanning.
2. Sensitifitas dari metoda Spektrofotmeter FTIR lebih besar daripada cara
disperse, sebab radiasi yang masuk ke sistim detector lebih banyak karena
tanpa harus melalui celah ( stiles).( Giwangka S,2006).
10
Temperature Programmed Desorption
Spekstroskopi Desorpsi Termal (TDS), juga dikenal sebagai Temperature
Programmed Desorption (TPD) adalah metode mengamati molekul bahan yang
terserap dari permukaan ketika suhu permukaan meningkat. Ketika molekul
datang dalam kontak dengan permukaan, mereka menyerap ke atasnya,
meminimalkan energi mereka dengan membentuk ikatan kimia dengan
permukaan.
Energi ikat bervariasi dengan kombinasi adsorbat dan permukaan. Jika
permukaan dipanaskan, pada satu titik, energi dipindahkan ke spesies yang
teradsorpsi akan menyebabkannya terserap. Suhu di mana hal ini terjadi dikenal
sebagai suhu desorpsi. Jadi TDS menunjukkan informasi mengenai energi ikat.
TDS juga memperoleh jumlah molekul teradsorpsi pada permukaan dari
intensitas puncak spektrum TDS, dan jumlah total spesies teradsorpsi ditunjukkan
oleh integral dari spektrum (http//:.id.wikipedia.org)
Tehnik Temperature Programmed Desorption (TPD), merupakan metode
yang penting untuk determinasi dari parameter termodinamika dan kinetika dari
proses desorpsi dan dekomposisi reaksi. Sebuah sampel dipanaskan dengan suatu
program suhu β (t) =dT/dt (dengan temperatur T selalu menjadi fungsi linear
terhadap waktu t) dan tekanan parsial dari atom dan molekul berkembang dari
sampel yang diukur seperti spectrometer massa.
Di dalam teknik TPD, kemampuan kemisorpsi untuk senyawa-senyawa
probe dapat diuji untuk mendapatkan sifat-sifat katalis tertentu, seperti : kekuatan
keasaman dan kebasaan katalis bahkan dapat juga digunakan untuk menentukan
jumlah situs asam atau basa didalam katalis.
11
Kemampuan desorpsi atau adsorpsi suatu katalis dapat diketahui dengan
melakukan penghitungan pada puncak spektra TPD yang merupakan puncak
desorpsi. Sedangkan untuk menentukan jumlah situs asam-basa, dapat ditentukan
dari jumlah molekul yang teradsorpsi dalam situs asam.
TPD merupakan suatu tehnik karakterisasi katalis yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan adsorpsi atau desorpsi suatu katalis. Selain itu, TPD juga
dapat digunakan untuk tingkat keasaman atau kebasaan suatu katalis. Salah satu
contoh katalis yang biasa digunakan adalah CuO.
Gambar spektrum TPD H2 dan CO pada suatu katalis
Untuk menentukan kemampuan desorpsi atau adsorpsi suatu katalis dapat
diketahui dengan melakukan penghitungan dari puncak desorpsi yang didapat dari
spektra TPD. Salah satu contoh spektra TPD adalah pada gambar di atas. Pada
gambar itu terlihat bahwa desorpsi H2 dan CO menghasilkan dua buah puncak
utama. Puncak pertama muncul pada suhu rendah (±1000C) dan puncak yang
kedua muncul pada suhu tinggi (±3000C). Pada gambar terlihat pula bahwa
desorpsi H2 menghasilkan puncak yang lebih besar dibandingkan desorpsi CO.
Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antara katalis dengan H2 lebih kuat
dibandingkan dengan CO sehingga H2 relatif lebih banyak teradsorpsi
dibandingkan CO.
12
13
SPEKTROSKOPI UV-VIS
A. Pendahuluan
Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis
kimia dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari
berbagai selektifitas fungsi polimer campuran, pemodifikasi dan aditif
digunakan untuk plastik dan elastomer. Spektroskopi infra merah, metoda
pengukuran fotometer UV, gas dan liquid kromatografi dan spektroskopi masa
bersama sama dengan dari metoda pengukuran termoanalisis (DSC-TGA)
merupakan alat yang teliti sebagai pilihan untuk analisis kwalitatif dan
kwantitatif bahan.
Analisis Spektroskopi didasarkan pada interaksi radiasi dengan spesies
kimia. Berprinsip pada penggunaan cahaya/tenaga magnek atau listrik untuk
mempengaruhi senyawa kimia sehingga menimbulkan tanggapan.Tanggapan
tersebut dapat diukur untuk menetukan jumlah atau jenis senyawa. Cara
interaksi dengan suatu sampel dapat dengan absorpsi, pemendaran
(luminenscence) emisi, dan penghamburan (scattering) tergantung pada sifat
materi.Teknik spektroskopi meliputi spektroskopi UV-Vis, spektroskopi
serapan atom, spektroskopi infra merah, spektroskopi fluorensi, spektroskopi
NMR, spektroskopi massa.
Spektroskopi UV-Vis merupakan teknik spektroskopi pada daerah
ultra violet dan sinar tampak. Dari spektrum absorpsi dapat diketahui panjang
gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa.
Contoh : Analisis protein, asam amino, kinetika enzim. Pada prinsipnya
spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang
mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan
cahaya.Cahaya yang digunakan merupakan foton yang bergetar dan menjalar
14
secara lurus dan merupakan tenaga listrik dan magnet yang keduanya saling
tagak lurus. Tenaga foton bila mmepengaruhi senyawa kimia, maka akan
menimbulkan tanggapan (respon), sedangkan respon yang timbul untuk
senyawa organik ini hanya respon fisika atau Physical event. Tetapi bila
sampai menguraikan senyawa kimia maka dapat terjadi peruraian senyawa
tersebut menjadi molekul yang lebih kecil atau hanya menjadi radikal yang
dinamakan peristiwa kimia atau Chemical event.
B. Pengertian
Spektrofotometer UV-sinar tampak (visible) adalah analisa kuantitatif
dan kualitatif spesies kimia dengan pengukuran absorbansi atau transmittansi
dalam spektroskopi. Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara
spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya
berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat
yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai
sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling
populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk
sample berwarna juga untuk sample tak berwarna.
Gambar 1. Spektrofotometer UV-VIS
15
Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat dengan teknik
spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini
digunakan guna mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh
suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis
sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam
larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber-Beer dapat menyatakan
hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Di
bawah ini adalah persamaan Lamber-Beer ;
A = - log T
= ε b c
Dengan; A = absorban,
T = transmitan,
ε = absortivitas molar (Lcm-1.mol-1),
b = panjang sel (cm), dan
c = konsentrasi zat (mol/L).
Spektrum absorpsi yang diperoleh dari hasil analisis dapat
memberikan informasi panjang gelombang dengan absorban maksimum dari
senyawa atau unsur. Panjang gelombang dan absorban yang dihasilkan
selama proses analisis digunakan untuk membuat kurva standar. Konsentrasi
suatu senyawa atau unsur dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada
panjang gelombang dengan absorban maksimum. Dari kurva standar
kalibrasi, diperoleh persamaan garis
Y = ax + b
Dimana; Y merupakan serapan dan
x adalah konsentrasi unsur atau senyawa.
Berdasarkan sistem optiknya terdapat 2 jenis spektrofotometer.
16
Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang
dilewatkan melalui cuvet. Blanko, larutan standar dan contoh diperiksa
secara bergantian
Gambar 2. Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
Spektrofotometer double beam (berkas ganda)
Pada alat ini sinar dari sumber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh
cermin yang berputar (chopper).
Berkas pertama melalui cuvet berisi blanko
Berkas kedua melalui cuvet berisi satndar atau contohnya blanko dan
contoh diperiksa secara bersamaan seperti terlihat pada gambar.
Blanko berguna untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase
atau Io dari sumber cahaya. Dengan adanya blanko dalam alat kita
tidak lagi mengontrol titik nolnya pada waktu-waktu tertentu, hal ini
berbeda jika pada single beam.
Gambar 3. Spektrofotometer double beam (berkas ganda)
C. Instrumentasi UV-Vis
17
Spektroskofi UV-VIS memiliki instrumentasi yang terdiri dari lima
komponen utama, yaitu ;
Sumber radiasi
sumber energy cahaya yang biasa untuk daerah tampak dari
spectrum itu maupun daerah ultraviolet dekat dan inframerah dekat adalah
sebuah lampu pijar dengan kawat ranbut terbuat dari wolfram. Pada
kondisi operasi biasa, keluaran lampu wolfram ini memadai dari sekitar
235 atau 350 nm ke sekitar 3 µm. energy yang dipancarkan olah kawat
yang dipanaskan itu beraneka ragam menurut panjang gelombangnya.
Panas dari lampu wolfram dapat merepotkan; sringkali rumah lampu itu
diselubungi air atau didinginkan dengan suatu penghembus angin untuk
mencegah agar sampel ataupun komponen lain dari instrument itu menjadi
hangat.
Wadah sampel
kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan
kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam
berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energy
cahaya dalam daerah spektral yang diminati: jadi sel kaca melayani daerah
tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah
ultraviolet. Dalam instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang
diginakan sebagai wadah sampel. Penting bahwa tabung-tabung semacam
itu diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada salah
satu sisi tabunga dan tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh dalam
instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus
diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya menembus larutan, dengan
meniscus terletak seluruhnya diatas berkas. Umumnya sel-sel ditahan pada
posisinya dengan desain kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan
berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel (dari)
instrument itu reprodusibel.
Monokromator
18
Monokromator ini adalah piranti optis untuk memencilkan suatu
berkas radiasi dari sumber berkesinambungan, berkas mana mempunyai
kemurnian spectral yang tinggi dengan panjang gelombang yang
diinginkan. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk, kemudian
disejajarkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga suatu berkas sejajar
jatuh ke unsure pendispersi, yang berupa prisma atau suatu kisi difraksi.
Dengan memutar prisma atau kisi itu secara mekanis, aneka porsi
spectrum yang dihasilkan oleh insur disperse dipusatkan pada celah keluar,
dari situ, lewat jalan optis lebih jauh, porsi-porsi itu menjumpai sampel.
Detektor
Detector dapat memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai
panjang gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang
telah melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk
menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak senyawa-
senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang.
Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom
dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan
pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang
diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati
melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang
digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi
berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap dengan sangat kuat bagian-
bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol, menyerap
pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang
dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai
pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih
besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut.
Rekorder
Dan di dalam rekorder signal tersebut direkam sebagai spektrum yang
berbentuk puncak-puncak. Spektrum absorpsi merupakan plot antara
absorbans sebagai ordinat dan panjang gelombang sebagai absis.
19
D. Prinsip Kerja UV-Vis
Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai
tenaga yang mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan
cahaya.Cahaya yang digunakan merupakan foton yang bergetar dan menjalar
secara lurus dan merupakan tenaga listrik dan magnet yang keduanya saling
tagak lurus. Tenaga foton bila mmepengaruhi senyawa kimia, maka akan
menimbulkan tanggapan (respon), sedangkan respon yang timbul untuk
senyawa organik ini hanya respon fisika atau Physical event. Tetapi bila
sampai menguraikan senyawa kimia maka dapat terjadi peruraian senyawa
tersebut menjadi molekul yang lebih kecil atau hanya menjadi radikal yang
dinamakan peristiwa kimia atau Chemical event.
Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk cairan berwarna. Sehingga
sampel yang akan diidentifikasi harus diubah dalam senyawa kompleks.
Analisis unsur berasal dari jaringan tanaman, hewan, manusia harus diubah
dalam bentuk larutan, misalnya destruksi campuran asam (H2SO4+ HNO3 +
HClO4) pada suhu tinggi. Larutan sample diperoleh dilakukan preparasi tahap
berikutnya dengan pereaksi tertentu untuk memisahkan unsur satu dengan
lainya, misal analisis Pb dengan ekstraksi dithizon pada pH tertentu. Sampel
Pb direaksikan dengan amonium sitrat dan natriun fosfit, pH disesuaikan
dengan penambahan amonium hidroksida kemudian ditambah KCN dan
NH2OH.HCl dan ekstraksi dengan dithizon.
20
Gambar 4. Skema cara kerja UV-Vis
Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber
radiasi diteruskan menuju monokromator, Cahaya dari monokromator
diarahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi, Detektor
menerima cahaya dari sampel secara bergantian secara berulang – ulang,
Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya,
perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah terprogram.
E. Aplikasi dari UV-Vis
Studi Fotoelektrokimia Lapisan Tipis CdS Hasil Deposisi Metode CBD
Lapisan tipis CdS dideposisi pada substrat gelas berlapis TCO
dengan metode CBD (Chemical Bath Deposition) menggunakan bahan
dasar CdCl2 sebagai sumber ion Cd2+ dan (NH2)2 SC (Thiourea) sebagai
sumber ion S2-. Karakterisasi XRD lapisan tipis yang diperoleh
memperlihatkan puncak-puncak karakteristik CdS polikristal dengan
struktur kubik (zincblende). Absorbansi dan transmitansi optik dengan
spektroskopi UV-VIS memperlihatkan daerah absorbsi pada rentang
cahaya tampak (300 nm - 500 nm) dengan maksimum pada sekitar 330
nm. Karakterisasi fotoelektrokimia dilakukan di dalam sel elektrokimia
yang berisi elektrolit 1M NaOH dan elektrolit mengandung kompleks
iodida. Respon arus foto (photocurrent) elektroda CdS di dalam sel
fotoelektrokimia memperlihatkan kebergantungan pada panjang
gelombang cahaya datang dan bersesuaian dengan absorbansi optik
spektroskopi UV-VIS. Lebar celah pita energi (energy bandgap)
ditentukan melalui kurva (Jphhv)2 vs hv (energi foton), diperoleh lebar
pita energi sebesar 2.45 eV. Hubungan rapat arus foto terhadap energi
foton cahaya (hv) juga diperlihatkan dari kurva Jph vs hv.
Meneliti Pengaruh Kelembaban Terhadap Absorbansi Optik Lapisan
Gelatin
21
Penelitian ini menyajikan studi tentang pengaruh kelembaban
terhadap absorbansi optik lapisan gelatin. Cahaya yang melewati atau
diserap film gelatin dideteksi menggunakan spektrometer dengan panjang
gelombang antara 292 nm sampai 591 nm dalam rentang daerah ultraungu
(UV) – cahaya tampak (visible). Absorbansi optik lapisan gelatin dipindai
(di-scan) dengan perlakuan variasi kelembaban udara (kelembaban nisbi,
RH). Film gelatin dideposisi menggunakan spin-coater pada kecepatan
putar tertentu di atas substrat kaca.
Absorbansi optik lapisan gelatin diamati menggunakan teknik
spektroskopi dengan mengukur absorbansi dalam rentang UV-Vis.
Absorbansi optik lapisan gelatin dipindai (scan) dari panjang gelombang
292 nm sampai dengan 591 nm yaitu dalam rentang cahaya ultraungu
(UV) – cahaya tampak (visible). Hasil pengukuran nilai absorbansi untuk
setiap panjang gelombang dalam rentang pengukuran. Dari spektrum
absorbansi tersebut diketahui serapan optik lapisan gelatin berada pada
daerah ultraungu (UV), antara 292 nm sampai 355 nm.
HASIL SPEKTROSKOPI UV-VIS
22