New BAB II DESKRIPSI TEORIeprints.unisnu.ac.id/1429/2/BAB II.pdf · 2017. 10. 26. · 3. Pedoman...

112
20 BAB II DESKRIPSI TEORI A. Manajemen pembelajaran 1. Pengertian manajemen a. Menurut Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard seperti yang dikutipoleh H.B Siswanto (2006: 2) memberikan batasan manajemen, yaitu: as working with and through and through individuals and group to accomplish organizational goals(sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi).” b. Menurut George R. Terry seperti yang dikutip oleh mulida memberikan pengertian sebagai berikut: “Management is adistinctprocess consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performen to determine and accomplish stated objektives by the use of human being and other resources.(Mulida,2014 : 6) Menurut George R. Terry dan leslie W. Rue seperti yang dikutip oleh G.A. Ticoalu (2015 : 9-10), menjelaskan lima fungsi utama manajemen, Penting untuk diingat, bahwa manajemen adalah suatu bentuk kerjamanajer dalam melakukan pekerjaanya, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen, terdiri dari:a).Planning - menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.b). Organizing mengelompokkan dan menentukan berbagaikegiatan penting dan memberikan kekuasaaan untuk melaksanakan kegiata-kegiatan itu.c).Staffing menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia,

Transcript of New BAB II DESKRIPSI TEORIeprints.unisnu.ac.id/1429/2/BAB II.pdf · 2017. 10. 26. · 3. Pedoman...

  • 20

    BAB II

    DESKRIPSI TEORI

    A. Manajemen pembelajaran

    1. Pengertian manajemen

    a. Menurut Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard seperti yang dikutipoleh

    H.B Siswanto (2006: 2) memberikan batasan manajemen, yaitu:

    “as working with and through and through individuals and groupto accomplish organizational goals(sebagai suatu usaha yangdilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untukmencapai tujuan organisasi).”

    b. Menurut George R. Terry seperti yang dikutip oleh mulida memberikan

    pengertian sebagai berikut:

    “Management is adistinctprocess consisting of planning,organizing, actuating, and controlling performen to determineand accomplish stated objektives by the use of human being andother resources.” (Mulida,2014 : 6)

    Menurut George R. Terry dan leslie W. Rue seperti yang dikutip oleh

    G.A. Ticoalu (2015 : 9-10), menjelaskan lima fungsi utama manajemen,

    Penting untuk diingat, bahwa manajemen adalah suatu bentuk kerjamanajer

    dalam melakukan pekerjaanya, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan

    tertentu, yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen, terdiri dari:a).Planning -

    menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan

    datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan

    itu.b). Organizing – mengelompokkan dan menentukan berbagaikegiatan

    penting dan memberikan kekuasaaan untuk melaksanakan kegiata-kegiatan

    itu.c).Staffing – menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia,

  • 21

    pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan.d). Motivating –

    mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan.e).

    Controlling – mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan

    sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan

    korektif dimana perlu.

    Untuk kepentingan lebih lanjut dalam penelitian ini tidak mengacu

    kepada kelima fungsi manajemen diatas secara utuh, karena yang

    dikehendakidalam penelitian ini adalah manajemen inaction dalam

    pembelajaran.Peneliti berpendapat manajemen in action adalah sebagai suatu

    usaha yang dilakukan dengan (planning, actuatingandevaluating), untuk

    mengubah sekumpulan orang menjadi kelompok yang efektif, sesuai tujuan

    pembelajaran.

    2. Pengertian pembelajaran

    a. Menurut Gagne sebagaimana yang dikemukakan oleh Margaret E. Bell

    Gredler(1991:207) seperti yang dikutip oleh Nazarruddin (2007:

    16)bahwa istilah pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara

    peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses

    belajar yang sifatnya internal.

    b. Menurut UU Sisdiknas NO:20 tahun 2003 menjelaskan pembelajaran

    adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

    pada suatu lingkungan belajar.

    c. Menurut Permendikbud NO:103 tahun 2014 pembelajaran adalah proses

    interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan

    sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

  • 22

    Dari keterangan diatas peneliti berkesimpulan bahwa

    pembelajaran adalah proses interaksi lahir batin antara peserta didik

    dengan pendidik, antar peserta didik dengan peserta didik yang lain dan

    berbagai sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

    3. Pengertian manajemen pembelajaran

    MenurutPatriaPuspawati manajemen pembelajaran adalah upaya

    pendidik dalam merencanakan, melaksanakan dan menfasilitasi proses

    pembelajaran serta mengevaluasi hasil pembelajaran.

    Seorang pendidik harus memiliki ketrampilan dalam pengelolaan

    (manajemen) pembelajaran yang meliputi tiga tahap kegiatan yaitu: (1)

    membuat perencanaan pembelajaran (2) melakukan proses pembelajaran dan

    (3) melaksanakan evaluasi pembelajaran (Patria Puspawati, 2008 : 23).

    Sedangkan menurut H.E. Mulyasa (2015: 8) dalam makalah berjudul

    pengembangan kurikulum MPDI sesuai KKNI dan SNPT 27/11/2015

    menyatakan bahwa manajemen pembelajaran secara mikro meliputi

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

    Peran manajemen pembelajaran sangatlah penting bagi proses belajar

    mengajar daripada materi pelajaran, karena selengkap apapun materi

    pembelajaran, jika manajemenyang dipilih tidak tepat, maka pembelajaran

    tidak akan berhasil. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran diperlukan tiga

    langkah penting manajemen pembelajaran,yaitu: perencanaan, pelaksanaan

    dan sistem evaluasi hal tersebut dijelaskan secara rinci dalam KMA No. 165

    Tahun 2014, sebagai berikut :

    a. Perencanaan pembelajaran

  • 23

    Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu

    perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan

    rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

    1) Hakikat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana

    pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi

    pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPPmencakup:

    a) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; b) materi pokok;

    c) alokasi waktu; d) tujuan pembelajaran, KD dan indikator

    pencapaian kompetensi; e) materi pembelajaran; metode

    pembelajaran; f) media, alat dan sumber belajar; g) langkah-langkah

    kegiatan pembelajaran; dan h) penilaian otentik.

    Setiap guru disetiap satuan pendidikan berkewajiban

    menyusun RPPuntuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru

    kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya

    untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan

    RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun

    pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu

    dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP

    dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.

    Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri

    dan atau secara bersama-sama melalui Musyawarah Guru Mata

    Pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan

    disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala

  • 24

    sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara

    berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah

    dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.

    2) Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP

    Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP

    adalah sebagai berikut:

    a) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan

    berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional

    ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk

    direalisasikan dalam pembelajaran.

    b) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang

    dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan

    baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar,

    bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan

    khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,

    dan atau lingkungan peserta didik.

    c) Mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam menjalani proses

    pembelajaran, sehingga seluruh peserta didik memiliki

    pengalaman belajar secara langsung.

    d) Sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 untuk menghasilkan

    peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti

    belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan

    berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi,

  • 25

    minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian,

    semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.

    e) Mengembangkan budaya membaca dan menulis bagi seluruh

    peserta didik.

    f) Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk

    mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam

    bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

    g) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut dari keseluruhan

    proses dan pengalaman pembelajaran selama menjalani proses

    pembelajaran.

    h) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,

    penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran

    remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian

    dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik

    dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai

    dengan kelemahan peserta didik.

    i) Keterkaitan dan keterpaduan antara proses dan nilai-nilai yang

    dipelajari peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

    j) RPP disusun dengan memerhatikan keterkaitan dan keterpaduan

    antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

    penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

    pengalamanbelajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan

    pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk

    sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.

  • 26

    k) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai wahana

    membelajarkan peserta didik agar efktif dan efisien dalam

    mencapai tujuan pembelajaran.

    l) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi

    informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan

    efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

    3) Komponen dan sistematika RPP

    RPP paling sedikit memuat: a). tujuan pembelajaran, b). materi

    pembelajaran, c). metode pembelajaran, d). sumber belajar, dan e).

    penilaian. Komponen-komponen tersebut secara operasional

    diwujudkan dalam bentuk format berikut ini:

    Madrasah :

    Mata Pelajaran :

    Kelas/Semester :

    Materi Pokok :

    Alokasi Waktu :

    A. Kompetensi Inti (KI)

    B. Kompetensi Dasar dan Indikator

    1. _____________ (KD pada KI-1)

    2. _____________ (KD pada KI-2)

    3. _____________(KD padaKI-3)

    IndikatorPencapaian:____________

    _____________ (KD pada KI-4)

    Indikator Pencapaian: _______________

    C. Tujuan Pembelajaran

    D. Materi Pembelajaran (Rincian dari Materi Pokok)

    E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)

    F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

  • 27

    1.Media

    2.Alat/Bahan

    3.Sumber Belajar

    G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

    1. Pertemuan Kesatu:

    a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)

    b. Kegiatan Inti (...menit)

    c. Penutup(…menit)

    2. Pertemuan Kedua:

    a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)

    b. Kegiatan Inti (...menit)

    c. Penutup(…menit), dan seterusnya.

    Penilaian

    H. Penilaian

    1. Jenis/teknik penilaian

    2. Bentuk instrumen dan Instrumen

    3. Pedoman penskoran

    Catatan:KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus

    dikembangkan dalam indikator, karena keduanya dicapai melalui

    proses pembelajaran secara tidak langsung. Indikator harus

    dikembangkan untuk KD-KI-3 dan KD-KI-4 yang dicapai melalui

    proses pembelajaran langsung in class ataupun out class.

    4) Langkah-Langkah Pengembangan RPP

    a) Mengkaji Silabus

    Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap

    silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada

  • 28

    Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan

    keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus

    dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam

    pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik

    ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi,

    yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah

    dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih

    lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang

    dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik

    aktif belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan

    indikator KD dan penilaiannya.

    b) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

    Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang

    pencapaian KD dengan mempertimbangkan: 1)potensi peserta

    didik; 2)relevansi dengan karakteristik daerah, 3)tingkat

    perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual

    peserta didik; 4)kebermanfaatan bagi peserta didik;5)struktur

    keilmuan; 6)aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi

    pembelajaran; 7)relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan

    tuntutan lingkungan; dan 8)alokasi waktu.

    c) Menentukan Tujuan

    Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD

    ataudiorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada

  • 29

    indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience (peserta

    didik) dan Behavior (aspek kemampuan).

    d) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

    Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan

    pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

    melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,

    lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

    KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui

    penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat

    pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup

    yang perlu dikuasai peserta didik.Hal-hal yang harus diperhatikan

    dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai

    berikut:

    (1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan

    kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat

    melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

    (2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial

    yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan

    kegiatan seperti di silabus.

    (3) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan

    skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik

    aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan:

    Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih

    lanjut menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan

  • 30

    konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan

    informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk

    pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk

    melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa

    pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh

    peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh

    guru, dan pelatihan lanjutan.

    e) Penjabaran Jenis Penilaian

    Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya.

    Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan

    indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan

    nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,

    pengukuransikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan

    atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh

    karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk

    menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara

    penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar

    dan menengah. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk

    memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses

    dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis

    dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang

    bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu

    diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut:

  • 31

    (1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi

    yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4.

    (2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa

    yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses

    pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang

    terhadap kelompoknya.

    (3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang

    berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator

    ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD

    yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui

    kesulitan peserta didik.

    (4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.

    Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran

    berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang

    pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program

    pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi

    ketuntasan.

    (5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman

    belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya,

    jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi

    lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses

    misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil

    melakukan observasi lapangan.

    f) Menentukan Alokasi Waktu

  • 32

    Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada

    jumlah minggu efektif dan alokasi waktu matapelajaran per

    minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan,

    kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD.

    Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan

    perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan

    oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut

    dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.

    g) Menentukan Sumber Belajar

    Sumber belajar adalah rujukan, objek dan atau bahan yang

    digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak

    dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial,

    dan budaya.

    b. Pelaksanaan pembelajaran.

    Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu

    pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan

    inti, dan kegiatan penutup.

    1) Kegiatan Pendahuluan

    Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik

    secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah

    dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;

    mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas

    yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan

  • 33

    tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan menyampaikan

    garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan

    dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.

    2) Kegiatan Inti

    Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

    tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, me-nyenangkan,

    menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi

    pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

    kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

    perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti

    menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta

    didik dan matapelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya,

    mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk

    pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk

    melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat

    melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru

    atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan

    pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada

    peserta didik.

    Dalam setiap kegiatan guru harus memerhatikan kompetensi

    yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi,

    disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum

    dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin

    relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium,

  • 34

    studio, lapangan, per-pustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum

    menggunakan-nya peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan

    dengan menerapkannya.

    Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar

    (learning event) yang diuraikan dalam tabel di atas.

    a) Mengamati, dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara

    luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan

    pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar,

    dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan

    pengamatan, melatih mereka untuk memerhatikan (melihat,

    membaca, men-dengar) hal yang penting dari suatu benda atau

    objek.

    b) Menanya, dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan

    secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa

    yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu

    membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:

    pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit

    sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep,

    prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.Pertanyaan yang

    bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

    Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan

    pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk

    mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik

    mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan

  • 35

    kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya

    dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih

    dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat

    dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari

    informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang

    ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber

    yang tunggal sampai sumber yang beragam.

    c) Mengumpulkan dan mengasosiasikan, tindak lanjut dari bertanya

    adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari

    berbagaisumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik

    dapat membaca buku yang lebih banyak, memerhatikan fenomena

    atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.

    Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi

    tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses

    informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan

    informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan

    bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang

    ditemukan.

    d) Mengkomunikasikan hasil, kegiatan berikutnya adalah

    menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam

    kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan

    pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru

    sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik

    tersebut.

  • 36

    3) Kegiatan Penutup

    Kegiatan Penutup, dalam kegiatan penutup guru bersama-sama

    dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan

    pelajaran, melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang

    sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan

    umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan

    kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program

    pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas

    individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,

    dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

    Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI.KI-1

    berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2

    berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang

    pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang

    penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan

    ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang

    tercantum dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak

    diajarkan langsung, tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan

    pembelajaran.

    c. Sistem evaluasi dan tindaklanjut pembelajaran

    1. Pengertian Dasar

    Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai

    mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta

    didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan

  • 37

    pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar

    peserta didik, penilaian dalam pengertian ini mencakup penilaian

    otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan

    harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat

    kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian

    madrasah, yang diuraikan secara ringkas sebagai berikut:

    a. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara

    komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),

    proses,dan keluaran (output) pembelajaran.

    b. Penilaian diri (self assessment) merupakan penilaian yang

    dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk

    membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah

    ditetapkan.

    c. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang

    dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar

    peserta didik termasuk penugasan perseorangan atau kelompok di

    dalam (in class) atau di luar kelas (out class) khususnya pada

    perubahan sikap/perilaku dan keterampilan peserta didik.

    d. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur

    pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam

    proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan

    hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

    e. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara

    periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah

  • 38

    menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih sesuai

    perencanaan yang dibuat antara pendidik dan peserta didik.

    f. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

    pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik

    setelah melaksanakan 8–9 minggu kegiatan pem-belajaran.

    Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang

    merepresentasikan seluruh kompetensi dasar pada periode tersebut.

    g. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

    pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di

    akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang

    merepresentasikan semua kompetensi dasar pada semester yang

    sudah berjalan.

    h. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK

    merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan

    pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.

    Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang

    merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi

    tersebut.

    i. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK

    merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah

    untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan

    UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang

    merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi

    tersebut.

  • 39

    j. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan

    pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam

    rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang

    dilaksanakan secara nasional.

    k. Ujian Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian

    kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan

    oleh satuan pendidikan.

    2. Prinsip dan Pendekatan Penilaian

    Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan

    dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

    a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar penilaian dan tidak

    dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

    b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara

    terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan

    secara berkesinambungan.

    c. Ekonomis, berarti penilaian yang dilakukan efisien dan efektif

    dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

    d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

    pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

    e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada

    pihak internal madrasah maupun eksternal untuk aspek teknik,

    prosedur, dan hasilnya.

    f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan

    pendidik. Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan penilaian, maka

  • 40

    direkomendasikan menggunakan pendekatan penilaian acuan

    kriteria (PAK). penilaian acuan kriteria merupakan penilaian

    pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan

    minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal merupakan kriteria

    ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan

    dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang

    akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Kriteria

    ketuntasan minimal memiliki konsekuensi ganda yaitu, bagi

    pendidik dituntut untuk sungguh-sungguh dalam melaksanakan

    tugas mengajar dan bagi peserta didik dituntut untuk bersungguh-

    sunggguh dan optimal dalam menjalani proses pembelajaran.

    3. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian

    a. Ruang Lingkup Penilaian

    Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi

    sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara

    berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi

    relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.

    Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi,

    kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi

    program, dan proses.

    b. Teknik dan Instrumen Penilaian

    Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian

    kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

    1) Penilaian kompetensi sikap

  • 41

    Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap

    melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”

    (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen

    yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan

    penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala

    penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan

    pada jurnal berupa catatan pendidik.

    a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan

    secara berkesinambungan dengan menggunakan

    indera, baik secara langsung maupun tidak langsung

    dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi

    sejumlah indikator perilaku peserta didik yang diamati

    langsung oleh pendidik saat proses pembelajaran.

    b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara

    meminta peserta didik untuk mengemukakan

    kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks

    pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan

    berupa lembar penilaian diri yang berisi cheklist aspek

    kepribadian.

    c) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik

    penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk

    saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.

    Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian

  • 42

    antarpeserta didik yang berisi cheklist tentang aspek

    yang dinilai.

    d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di

    luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan

    tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang

    berkaitan dengan sikap dan perilaku.

    2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan

    Pendidik menilai kompetensi pengetahuan yang

    dicapai peserta didik melalui tes tulis, tes lisan, dan

    penugasan. Sebelum melaksanakan penilaian kompetensi

    pengetahuan, pendidik telah menyiapkan instrumen

    penilaian yang meliputi; 1) Instrumen tes tulis berupa soal

    pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benarsalah,

    menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi

    pedoman penskoran. 2) Instrumen tes lisan berupa daftar

    pertanyaan yang akan ditanyakan pada peserta didik

    berserta pedoman penskoranya. 3) Instrumen penugasan

    berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan

    secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik

    tugas yang akan dikerjakan peserta didik.

    3) Penilaian Kompetensi Keterampilan

    Untuk mengetahui kompetensi keterampilan,

    seorang pendidik harus menilai kompetensi keterampilan

    melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut

  • 43

    peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu

    dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian

    portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek

    atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

    Adapun penjelasan masing-masing instrument penilaian

    keterampilan yaitu: 1) Tes praktik adalah penilaian yang

    menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu

    aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

    2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang

    meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan

    secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. 3)

    Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan

    dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik

    dalam bidang tertentu yang bersifat reflektifintegratif untuk

    mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau

    kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya

    tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang

    mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap

    lingkungannya. Instrumen penilaian kompetensi

    keterampilan harus memenuhi persyaratan berikut yaitu:

    1)substansi yang merepresentasikan kompetensi yang

    dinilai; 2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis

    sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan 3)

  • 44

    penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif

    sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

    4. Mekanisme dan Prosedur Penilaian

    a. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan

    menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan,

    pemerintah dan/atau lembaga mandiri.

    b. Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik,

    penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah

    semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian

    mutu tingkat kompetensi, ujian madrasah, dan ujian nasional.

    Penjelasan lebih rinci masing-masing bentuk penilaian sebagai

    berikut:

    1) Penilaian otentik dilakukan oleh pendidik secara berkelanjutan.

    2) Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali

    sebelum ulangan harian.

    3) Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab

    atau tema pelajaran.

    4) Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan

    proses pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.

    5) Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester,

    dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan

    pendidikan.

    6) Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan

    pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII

  • 45

    (tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5), dengan menggunakan

    kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat

    kompetensi pada akhir kelas VI (tingkat 3), kelas IX (tingkat

    4A), dan kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.

    7) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan dengan metode

    survei oleh Pemerintah pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV

    (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), kelas XI (tingkat 5) dan

    kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.

    8) Ujian madrasah dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan.

    9) Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan.

    10) Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh

    pendidik sesuai dengan silabus dan dijabarkan dalam rencana

    pelaksanaan pembelajaran (RPP).

    11) Kegiatan ujian madrasah dilakukan dengan langkah-langkah:

    a) menyusun kisi-kisi ujian; b) mengembangkan (menulis,

    menelaah, dan merevisi) instrumen; c) melaksanakan ujian; d)

    mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan

    peserta didik; dan e) melaporkan dan memanfaatkan hasil

    penilaian.

    12) Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang

    diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS).

  • 46

    13) Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik

    sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik

    yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran

    remedial. 7. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan

    pendidikan dilaporkan dalam bentuk nilai dan deskripsi

    pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah.

    5. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian

    a. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik Penilaian hasil

    belajar oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan

    bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta

    didik serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Penilaian

    hasil belajar oleh pendidik memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

    1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai

    acuan dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian pada

    awal semester. Setelah menetapkan kriteria penilaian,

    pendidik memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator dan

    mengembangkan instrumen serta pedoman penyekoran sesuai

    dengan teknik penilaian yang dipilih.

    2) Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali

    dengan penelusuran dan diakhiri dengan tes dan atau nontes.

    Penelusuran dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya

    untuk mengeksplorasi pengalaman belajar sesuai dengan

    kondisi dan tingkat kemampuan peserta didik.

  • 47

    3) Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan

    dengan mengacu pada indikator dari kompetensi dasar setiap

    mata pelajaran yang diintegrasikan dalam tema yang sudah

    diselaraskan secara konseptual dan metodologis.

    4) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk

    mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar, dikembalikan

    kepada peserta didik disertai balikan (feedback) berupa

    komentar yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada

    pihak terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran.

    5) Laporan hasil penilaian oleh pendidik dapat berbentuk: 1) nilai

    dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil

    penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk

    penilaian hasil pembelajaran tematik-terpadu khususnya pada

    tingkat dasar, 2) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian

    kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.

    6) Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada

    kepala madrasah dan pihak lain yang terkait (waka.

    kurikulum, wali kelas, pendidik Bimbingan dan Konseling,

    dan orangtua/wali) pada periode yang ditentukan.

    7) Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh

    semua pendidik selama satu semester, hasilnya diakumulasi

    dan dinyatakan dalam bentuk deskripsi kompetensi oleh wali

    kelas/pendidik kelas.

  • 48

    b. Pelaksanaan dan pelaporan penilaian oleh satuan pendidikan

    penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk

    menilai pencapaian kompetensi lulusan peserta didik yang meliputi

    kegiatan berikut:

    1) Menentukan kriteria minimal pencapaian tingkat kompetensi

    dengan mengacu pada indikator kompetensi dasar tiap mata

    pelajaran;

    2) Mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester,

    ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat

    kompetensi, dan ujian akhir madrasah;

    3) Menyelenggarakan ujian madrasah dan menentukan kelulusan

    peserta didik dari ujian madrasah sesuai dengan POS Ujian

    Madrasah;

    4) Menentukan kriteria kenaikan kelas, sesuai ketentuan standar

    yang telah ditetapkan dan disyahkan pemberlakuannya;

    5) Melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat

    kompetensi kepada orangtua/wali peserta didik dalam bentuk

    buku rapor;

    6) Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan

    pendidikan kepada bidang pendidikan madrasah ke-menterian

    agama kabupaten/kota dan instansi lain yang terkait;

    7) Melaporkan hasil ujian kompetensi kepada orangtua/wali

    peserta didik dan bidang pendidikan madrasah kementerian

    agama kabupaten/kota dan provinsi.

  • 49

    8) Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan

    melalui rapat kelulusan sesuai dengan kriteria: a)

    menyelesaikan seluruh program pembelajaran; b) mencapai

    tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, dengan ketentuan

    kompetensi sikap (spiritual dan sosial) termasuk kategori baik

    dan kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal sama

    dengan KKM yang telah ditetapkan; c) lulus ujian madrasah

    dan ujian madrasah berstandar nasional; dan d) lulus Ujian

    Nasional.

    9) Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional

    (SKHUN) dan Surat Keterangan Hasil Ujian Madrasah

    Berstandar Nasional (SKHUMBN) setiap peserta didik bagi

    satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional; dan Ujian

    Madrasah Berstandar Nasional.

    10) Menerbitkan ijazah untuk setiap peserta didik yang lulus dari

    satuan pendidikan bagi satuan pendidikan yang telah

    terakreditasi.

    c. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pemerintah Penilaian hasil

    belajar oleh Pemerintah dilakukan melalui Ujian Nasional, Ujian

    Madrasah Berstandar Nasional dan Ujian Mutu Tingkat Kompetensi,

    dengan memperhatikan hal-hal berikut:

    1) Ujian Nasional

  • 50

    a) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UN didukung oleh suatu

    sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta

    pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil.

    b) Hasil Ujian Nasional digunakan untuk: a) salah satu syarat

    kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; b) salah satu

    pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan

    berikutnya; c) pemetaan mutu; dan d) pembinaan dan

    pemberian bantuan untuk peningkatan mutu.

    c) Dalam rangka standardisasi UN diperlukan acuan berupa kisi-

    kisi bersifat nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah,

    sedangkan soalnya disusun oleh Pemerintah Pusat dan/atau

    Pemerintah Daerah dengan komposisi tertentu yang ditentukan

    oleh Pemerintah.

    d) Sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari

    satuanpendidikan, kriteria kelulusan UN ditetapkan setiap

    tahun oleh Pemerintah.

    e) Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu

    program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis

    dan membuat peta daya serap UN dan menyampaikan hasilnya

    kepada pihak yang berkepentingan.

    2) Ujian Madrasah Berstandar Nasional PAI dan Bahasa Arab

  • 51

    a) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UMBN didukung oleh

    suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta

    pelaksanaan harus dengan aman, jujur, dan adil.

    b) Hasil UMBN digunakan untuk:

    (1) bahan pertimbangan dalam penentuan pemetaan mutu

    madrasah;

    (2) salah satu syarat ketentuan kelulusan;

    (3) umpan balik dalam perbaikan program pembelajaran di

    Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan

    Madrasah Aliyah;

    (4) alat pengendali mutu pendidikan;

    (5) pendorong peningkatan mutu pendidikan pada Madrasah

    Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.

    3) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi

    a) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan oleh Kementertian

    Agama bersama Pemerintah pada seluruh satuan pendidikan

    yang bertujuan untuk pemetaan dan penjaminan mutu

    pendidikan di suatu satuan pendidikan.

    b) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan sebelum peserta

    didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu, sehingga

    hasilnya dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses

    pembelajaran.

    c) Instrumen, pelaksanaan, dan pelaporan ujian mutu Tingkat

    Kompetensi mampu memberikan hasil yang komprehensif

  • 52

    sebagaimana hasil studi lain dalam skala nasional ataupun

    internasional.

    Jadi, manajemen dalam arti luas sama dengan

    administrasi dalam arti luas yang menyangkut fungsi-fungsi

    manajemen. Manajemen dalam arti sempit sama dengan

    manajemen sekolah. (Husaini usman, 2014 : 19-20).

    Berdasarkan uraian diatas peneliti berkesimpulan bahwa

    pengertian manajemen pembelajaran adalahsuatu upaya

    perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasiuntuk memperoleh

    pengetahuan secara simple mudah di laksanakan sesuai situasi

    dan kondisi masing-masing lingkungan belajar.

    B. Pembelajaran bahasa Arab

    1. Bahasa Arab

    Bahasa Arab adalah alat utama untuk memahami al-Qur’an, as-

    Sunah dan berbagai kitab produk ulama’ yang ditulis dalam bahasa Arab,

    oleh sebab itu bahasa Arab mutlak harus dikuasai oleh mereka yang ingin

    mempelajari Islam secara komprehensif. Mahmud Yunus (1954: 26)

    mengatakan bahwa mempelajari bahasa Arab amat penting sekali bagi kaum

    muslimin, karena ibadah sholat dengan bahasa Arab, kitab suci al-Qur’an

    dalam bahasa Arab, begitu pula kebanyakan buku-buku agama Islam ditulis

    orang dalam bahasa Arab. Maka bahasa Arab diajarkan di madrasah-

    madrasah dan pesantren-pesantren sejak dahulu berupa ilmu Sharaf, Nahwu,

  • 53

    Balagoh dan lain sebagainya. Secara rinci tujuan pembelajaran bahasa Arab

    menurut Mahmud Yunus (1954: 27) adalah:

    a. Supaya paham dan mengerti apa-apa yang dibaca dalam sembahyang

    dengan pengertian yang mendalam.

    b. Supaya mengerti membaca al-Qur’an, sehingga dapat mengambil dan

    pelajaran dari padanya, bukan seperti Beo1 saja.

    c. Supaya dapat belajar agama Islam dalam buku-buku yang banyak dikarang

    dalam bahasa Arab, sepeti Ilmu Tafsir, Hadis, Fiqih dan sebagainya.

    d. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab, untuk

    berhubungan dengan kaum muslimin diluar negeri, karena bahasa Arab itu

    sebenarnya bahasa umat Islam diseluruh dunia.

    Pada umumnya dilembaga-lembaga pendidikan Islam Indonesia

    selama ini, pelajaran bahasa Arab merupakan materi pelajaran yang sulit,

    sehingga menjadi momok bagi kebanyakan pelajar dan santri dimadrasah

    maupun pesanten.

    Paling tidak ada dua problem kesulitan, yaitu pertama, problem

    linguistik, seperti mengenai tata bunyi, kosa kata, pola kalimat dan tulisan,

    kedua; problem non linguistik, yaitu yang menyangkut segi sosiokultural

    dan sosio budaya (Depag RI, 1976 : 76). Kedua problem tersebut perlu

    dicari pemecahannya dengan merumuskan modifikasi pembelajaran

    bahasa Arabyang baru, simple, dan praktis, sehingga dapat menghilangkan

    image negatif bagi para pelajar dan santri.

    1Beo adalah jenis burung yang jika dilatih untuk mengucapkan suatu kata atau kalimat, sepertisalam dan lain-lain akan dapat menirukannya, tetapi tidak tau maksudnya

  • 54

    Bahasa Arab menurut Depag RI, dalam buku team penyusun buku

    pedoman bahasa Arab adalah : “Termasuk rumpun bahasa Semit selatan,

    yang digunakan oleh orang-orang yang mendiami semenanjung Arabia di

    bagian barat daya benua Asia. Setelah mengalami perkembangan berabad-

    abad bahasa Arab kini menjadi bahasa resmi dibeberapa negara, seperti

    Aljazair, Irak, Lebanon, Libia, Maroko, Mesir, Arab Saudi, Sudan,

    Tunisia, Syuriah, Yordania dan negara-negara lain di Semenanjung

    Arabia. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tertua di dunia,

    meskipun pertumbuhan awalnya tidak diketahui dengan pasti. Teks bahasa

    Arab tertua dapat ditemukan baru dimulai setelah abad ketiga masehi, dan

    bahasa Arab kita kenal sekarang ini dapat diperoleh hanya dari masa dua

    abad sebelum Islam datang, yang disebut dengan Sastra Jahili (al-Adab al-

    Jahili). (Depag RI, 1976 : 31)

    Teks bahasa Arab klasik yang sampai kepada kita dapat dibagi

    menjadi dua, yaitu pertama, bahasa yang sudah tidak dipakai (al-

    Arabiyyahal-Ba’iddah) yakni bahasa yang pernah digunakan oleh orang

    Arab yang tinggal di bagian utara Hijaz, berdekatan dengan wilayah

    Armenia.Oleh karena pembaurannya dengan bahasa Armenia begitu jauh,

    maka lama kelamaan bahasa Arab yang asli menjadi punah sebelum

    datangnya Islam.Ia tinggal berupa ukiran-ukiran di daerah tersebut,

    sehingga dikenal dengan al-Arabiyyah al-Nuqusyi. Kedua, bahasa Arab

    yang masih hidup (al-Arabiyyah al-Baqiyyah), yaitu bahasa yang sampai

    sekarang masih digunakan orang-orang Arab sebagai bahasa sastra, bahasa

  • 55

    lisan, dan bahasa tulisan bahasa ini tumbuh di negeri Hijaz dan Nejd,

    kemudian berkembang ke seluruh negara-negara Arab.

    Sejarah perkembangan bahasa Arab dapat dibagi atas enam

    periode, yaitu :

    a. Periode Jahiliyah, periode ini merupakan tahap pembentukan dasar-

    dasar bahasa Arab, yang diawali dengan kegiatan perlombaan dan

    diskusi-diskusi mengenai karya sastra, baik syair (Puisi) maupun

    pidato (Khatbah)di lembaga al-Aswaq.

    b. Periode Permulaan Islam, yaitu mulai lahirnya agama Islam sampai

    berdirinya daulah BaniUmayyah. Datangnya Islam dan turunnya al-

    Qur’an dalam bahasa Arab standard, membuat kedudukan Bahasa

    Arab menjadi sangat penting dan menarik perhatian masyarakat luas,

    terutama bagi pemeluk agama Islam.

    c. Periode BaniUmayyah, yakni ditandai dengan intensifnya asilimasi

    orang-orang Arab Islam dengan penduduk asli diberbagai wilayah,

    sehingga melahirkan suatu dialek khusus yang mereka pergunakan

    sehari-hari dan berbeda dengan bahasa percakapan orang-orang Arab.

    d. Periode Bani Abasiyyah, periode ini bahasa Arab tetap mempunyai

    posisi dan berperan seperti semula, dimana bahasa Arab Badui

    dipandang dan dinilai sebagai bahasa yang bermutu tinggi dan

    dikagumi.

    e. Periode sesudah abad kelima hijriah, merupakan masa kemunduran

    Bahasa Arab, karena tidak lagi menjadi bahasa politik dan administrasi

    pemerintahan, melainkan hanya sebagai bahasa agama semata.

  • 56

    f. Periode Zaman Baru, pada periode ini bahasa Arab mulai bangkit

    kembali yang ditandai dengan usaha pengembangan kaum intelektual

    di mesir, sebagai akibat pengaruh golongan intelektual Eropa yang

    datang bersama serbuan Napoleon pada tahun 1798 M. Mereka

    membangun berbagai sarana untuk mendorong perkembangan ilmu

    pengetahuan di Mesir, seperti lembaga ilmu pengetahuan,

    perpustakaan, sekolah, surat kabar, laboratorium penelitian, percetakan

    Arab dan lain sebagainya. (Depag RI, 1976 : 36-49)

    Mengenai fungsi bahasa, Menurut Roman Jakobsen seperti

    yang di kutip oleh Kinayati (2006 : 52) secara rinci menyatakan ada

    enam macam fungsi bahasa, yaitu:

    a. Fungsi referensial, yaitu pengantar suatu pesan

    b. Fungsi emotif, pengungkap keadaan pembicara

    c. Fungsi konatif, pengungkap keinginan pembicara yang langsung

    atau segera dilakukan atau dipikirkan oleh sang penyimak.

    d. Fungsi metalingual, penerapan terhadap sandi atau kode yang

    digunakan.

    e. Fungsi fatis, pembuka, pembentuk pemeliharaan hubungan atau

    kontak antara pembicara dengan penyimak.

    f. Fungsi puitis, penyandi pesan.

    Bahasa Arab merupakan bahasa kitab suci al-quran yang

    merupakan sumber pokok ajaran islam, sehingga ia mempunyai

    fungsi khusus, yaitu bahasa Agama.

    Ma’mun Efendi Nur,(2001 : 9-10) menyampaikan :

  • 57

    “Bahasa Arab mempunyai keistimewaan yang tidakdimiliki bahasamanapun di dunia, karena ia bukan hanya bahasabangsa Arab saja dan kaum muslimin. Allah SWT telahmemuliakan dan meninggaikan kedudukan bahasa Arabdenganmenjadikanya sebagai bahasa kitab suci-Nya (al-Qur’an) sekaligusbahasa dialog antara Allah dengan kekasihnya yang terpilih ( NabiMuhammad) SAW. oleh karena sebab itu belajar Bahasa Arab danmengajarkanya menjadi wajib syar’i bagi orang yang inginmengibarkan bendera dakwah (Islamiyah) menuju ridla AllahSWT.”

    Pengajaran bahasa Arab di Indonesia, baik di pesantren,

    madrasah, sekolah maupun perguruan tinggi, pada hakikatnya ada

    dua tujuan perencanaan, yakni pertama, sebagai alat untuk

    memahami kandungan teks dalam kitab-kitab tentang berbagai

    disiplin ilmu. kedua, untuk menghasilkan ahli bahasa dan sastra

    Arab yang profesional yang mampu berkomunikasi, mengarang

    dan mengajar bahasa Arab. secara lebih rinci tujuan perencanaan

    pengajaran bahasa Arab adalah:

    a. Agar siswa (murid / santri ) dapat memahami al-Quran dan al-

    Hadist sebagai sumber hukum dan ajaran islam.

    b. Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan

    kebudayaan yang ditulis dalam bahasa Arab.

    c. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam Bahasa Arab

    d. Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian

    lain(suplementary)

    e. Untuk membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar

    profesional.(Tayar yusuf, 1989 : 1)

  • 58

    Bahasa Arabmerupakan kebutuhan yang amat urgen dan

    banyak manfaatnya bagi umat Islam di setiap masa dan generasi

    penerus.

    Al- Fauzan,(2002:4). Menyebutkan tujuh hal mengenai

    pentingnya pembelajaranbahasaArab, yakni :

    a. Bahasa Arab merupakan bagian dari agama

    b. Pengetahuan tentang bahasa Arabakan menjaga diri dari

    perkara syubhat dan bid’ah.

    c. Pengetahuan tentangbahasa Arab juga menjadi kemudahan

    dalam hidup.

    d. Ia merupakan simbol identitas Islam bagi pemeluknya

    e. Kejayaan bahasa Arab akan membawa kemulaan Islam dan

    umatnya

    f. Bahasa Arab menjadi perangkat paling kuat antara umat Islam

    g. Pembelajaran bahasa Arab merupakan media terpenting dalam

    rangka melestarikan budaya dan peradaban Islam.

    Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo Jawa

    Timur secaralebih khusus menetapkanpentingnya perencanaan

    pembelajaranbahasa Arab di lembaganya untuk mencapai tujuh

    keterampilan (maharah) secara seimbang bagi para santrinya,

    yaitu:

    a. Muharah al-Muhadatsah,yakni keterampilan berbicara atau

    berkomunikasi denganbahasa Arab dalam bentuk bercakap-

    cakap

  • 59

    b. Maharah al_Qira’ah wa al-mutala’ah, ialah kemampuan

    santri untuk membaca dan menelaah teks-teks Arab dengan

    pemahaman yang menyeluruh

    c. Maharah al-Khitabah, adalah kemampuan santri dalam

    menulis dan mengarang baik surat, karya ilmiah maupun

    berita, yaitu yang meliputi Insya’ dan imla

    d. Maharah al-istima’, adalah kemampuan santri dalam

    memahami orang yang berbicara dengan bahasa Arab

    (mendengar)

    e. Maharah al Tafkir, adalah kemampuan santri untuk

    mengungkapkan pikiran, ide, analisis dan konsep dengan

    menggunakan bahasa Arab lewat diskusi musyawaroh

    maupun seminar.

    f. Maharah al-Tadris, ialah kemampuan santri untuk

    keterampilan mengajar bahasa Arab (praktek mengajar)

    g. Maharah Al-Khitabah, adalah keterampilan berpidato

    dalam menyampaikan pemikiran, informasi, pendapat dan

    nasihat-nasihat di hadapan orang banyak.(Nuryani, 2006 :

    186-187)

    Ketujuh rumusan perencanaan pembelajaran Bahasa

    Arab tersebut adalah khusus bagi pondok pesantren gontor dan

    pesantren lain yang sejenis. Pondok-pesantren tradisional dan

    madrasah-madrasah pada umumnya tujuan khusus

    perencanaan pembelajaran bahasa Arab dilembaga-lembaga

  • 60

    tersebut adalah: mutala’ah (membaca), imla’ (dekte), insya’

    (mengarang) dan qawa’id (nahwu-saraf). (Tayar yusuf dan

    Syaiful Anwar 1985 : 190).

    2. Pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren

    Praktek teknik pengajaran bahasa Arab di Indonesia, seperti

    dipesantren, madrasah-madrasah maupun PTAI masih menitikberatkan pada

    metode gramatika- terjemah saja, dengan ciri-ciri teknik sebagai berikut:

    a. Penjelasan tentang kaidah-kaidah tata bahasa kepada murid/santri dengan

    disuruh menghafal.

    b. Menghafal kosa kata tertentu, yang kemudian dirangkaikan menurut

    kaidah-kaidah tata bahasa.

    c. Menterjemahkan kata demi kata dan kalimat demi kalimat bahasa arab ke

    dalam bahasa pelajar.

    d. Latihan untuk kemahiran menggunakan bahasa Arab secara lisan (aktif)

    sangat kecil, bahkan hampir tidak ada.

    e. Belum menggunakan alat-alat peraga atau alat bantu maupun

    gambar.(Depag R.I 1976 : 104)

    Namun ada juga lembaga pendidikan di Indonesia yang telah

    menerapkan metode pembelajaran bahasa Arab secara komprehensif

    dengan target berhasilnya berbagai kemahiran. Misalnya pondok pesantren

    modern di Gontor, Jawa Timur telah menerapkan direct method (al-

    Tariqohal-Muabsyirah) dengan tahapan teknik pembelajaran sebagai

    berikut:

  • 61

    a. Mula-mula guru mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan jelas dan

    terang, yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.

    b. Murid menirukan dari yang mudah hingga yang sulit, dimulai nama-

    nama benda, Zaraf, hurufjer, hitungan, warna dan kemudian kata

    kerja. Hal ini berlangsung selama lima bulan dengan diulang-ulang.

    c. Tata bahasa (nahwu-sharaf) disampaikan secra lisan, bukan

    menghafal, dengan memberikan contoh-contoh sebelum

    menyampaikan kaidah-kaidah tertentu.

    d. Buku dipakai dengan cara guru memberi contoh membaca dengan

    jelas, kemudian ditirukan oleh santri.

    e. Memperbanyak latihan-latihan, pendengaran, pengucapan, menirukan

    dan menulis, tetapi tidak boleh menggunakan sistem terjemah. (Azhar

    Arsyad, 2004 : 127)

    Mempelajari kitab kuning di Madrasah Diniyah dan

    Pesantren, pada umumnya mengikuti pola tradisional, yaitu : “Model

    sorogan dan model bandongan atau weton. Secara teknis, sorogan

    bersifat individual, yakni santri menghadap Kyai seseorang demi

    seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajari. Bandongan

    (weton)” lebih bersifat pengajaran klasikal, yaitu santri mengikuti

    pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan

    pelajaran secara kuliah dan terjadwal.Kedua metode tersebut,

    dilakukkan dengan pembacaan kitab yang dimulai dengan matan,

    syarah dengan analisis gramatikal, peninjauan morfologi dan uraian

    sematik.Kyai sebagai pembaca dan penerjemah, bukan sekedar

  • 62

    membaca teks, melainkan juga memberikan interpretasi (pandangan)

    pribadi, baik mengenai isi maupun bahasanya.(Saifuddin Zuhri, 1979 :

    101-102)

    P. Dirdjosantojo,(1999 : 149) secara lebih detail

    menerangkan, bahwa:

    “Sistem sorogan bersifat individual, pelaksanaanya persisseperti pengajian anak-anak dilanggar. Sistem ini seringdilakukan untuk menolong santri yang tertinggal dalammengikuti pelajaran, atau untuk menolong santri yang barumasuk dan juga dalam beberapa kasus dipakai Kyai untukmengajarkan secara mendalam suatu kitab kepada santrikhusus.”

    Metodebandongan atau weton adalah kyai membaca salah

    satu kitab, menerjemahkannya dalam bahasa jawa, dan kemudian

    memberi keterangan terhadap kata-kata sulit.Sementara santri duduk

    bersila mengitarinya dengan menyimak kitab masing-masing, sambil

    mencatat terjemahan dan penjelasan ala kadarnya yang diberikan kyai

    di sela-sela teks aslinya.

    Nampaknya rumusan kedua metode ini, secara gamblang

    ditulis dalam buku “praksis pembelajaran pesantren” oleh M. Dian

    Nafi’ dkk (2007 : 67-69) sebagai berikut :

    a. Metode bandongan dilakukkan dengan cara kiai/guru

    membacakan teks-teks kitab yang berbahasa Arab,

    menerjemahkannya kedalam bahasa lokal, dan sekaligus

    menjelaskan maksud yang terkandung dalam kitab tersebut.

    Metode ini dilakukan dalam rangka memenuhi kompetensi

    kognitif santri dan memperluas referensi keilmuan bagi mereka.

  • 63

    b. Metode sorogan adalah semacam metode CBSA (cara belajar

    siswa aktif), dimana santri aktif memilih kitab kuning yang akan

    dibaca dan diterjemahkan di depan kiai. Sementara itu kiai

    mendengarkan, dan kemudian mengoreksi bacaan dan terjemahan

    para santri, jika diperlukan. Metode sorogan ini juga efektif untuk

    memilih kompetensi psikomotorik santri, karena dalam membaca

    dan menerjemahkan kitab, para santri dapat menerapkan ilmu

    alat, seperti nahwu (gramatika), saraf (morfologi) dan lain-lain

    yang selama ini telah mereka pelajari secara teoritis.

    c. Metode mempelajari kitab kuning di pesantren secara teknis,

    biasanya adalah kiai duduk ditempat yang lebih tinggi, di atas

    kursi yang dilandasi bantal, dan para santri duduk

    mengelilinginya. Para santri di harapkan bersikap hormat dan

    sopan ketika mendengarkan uraian-uraian yang disampaikan kiai.

    Kitab-kitab yang yang diajarkan kiai adalah berbahasa Arab,

    sehingga yang namanya “ngaji” adalah kegiatan mempelajari

    kitab berbahasa Arab, itu juga yang disebut “ngaji kitab”. Oleh

    karena santri kebanyakan belum mengerti bahasa jawa yang agak

    berbeda dari yang umum digunakan di masyarakat. Ia agak kuno,

    tetapi tidak dapat disebut “bahasa jawa kawi”. Ada pola-pola

    yang pasti dalam cara menerjemahkan kitab kuning itu, yakni

    mengikuti posisi kata-kata Arab yang bersangkutan dalam

    kalimat.Misalnya kasus normatif (mubtada’) akan selalu

    diterjemahkan dengan pendahuluan “utawi”, kasus sebagai

  • 64

    (khabar) diterjemahkan dengan pendahuluan “iku”, kasus sebagai

    penderita (maf’ul) diterjemahkan dengan pendahuluan “ing”, dan

    seterusnya. Para santri mengikuti dengan cermat terjemahan kiai

    itu, dan mereka mencatat pada kitabnya, dibawah kata-kata yang

    terjemahkan. Kegiatan mencatat ngesahi (mengesahkan

    pengertian dan gramatika) dan juga di sebut njenggoti

    (menggantung seperti jenggot di bawah kata-kata yang

    diterjemahkan).(Nur Cholis Majid, 1997 : 22-23)

    Jumlah kitab kuning sebenarnya mencapai ribuan judul

    dari berbagai disiplin ilmu, baik yang kecil maupun yang berjilid-

    jilid tebal. Namun yang umum diajarkan di pesantren jawa

    khususnya dan pesantren indonesia pada umumnnya berkisar

    pada kitab-kitab sebagai berikut :

    a. Bidang tata bahasa, yaitu ilmu saraf, kitabnya; kailani, al-

    Maqsud, amsilah al-Tasrifiyah, dan al-bina’. Ilmu nahwu,

    kitab-kitabnya: jurumiyah, mutammimah, asymawi, alfiyah

    matan, ibnu aqli, dahlan alfiyah, qatrun nada, ‘awamil,

    qawaidul I’rab, nahwu al- Wadih dan qawaidul lugoh.

    b. Bidang sastra Arab atau balagah, kitabnya jauharul maknun

    dan uqudul juman.

    c. Bidang tajwid, kitabnya yaitu tuhfatul atfal dan hidayatus

    sibyan.

    d. Ilmu mantiq, kitabnya sullamul munawaruq dan idahul

    mubham serta isaguji.(Martin, 1995 : 149)

  • 65

    e. Bidang fiqih, kitab-kitabnya adalah : fath al-mu’in, I’anat at-

    talibin, fath al-qarib, kifayatul akhyar, bajuri, iqna’, minhajat-

    talibin, tahrir, riyad al-badiahsullam al-munajat, uqud al-

    lujain, sittina masalah, muhazzab, bugyat al-mustarsyidin,

    mabadi fiqhiyah, fiqh wadih, dan sabil al muhtadin.

    f. Ilmu usul fiqih, kitabnya yaitu, waraqat, lataif al isyarat,

    jam’ul jawami, luma’, al-asybah wa an-nazair, al-bayan, dan

    bidayat al-mujtahid.

    g. Bidang aqidah, kitabnya terdiri dari ummul barahin, sanusi,

    dasuki, syarqawi, kifayatul ‘awam, tijanud darari, aqidatul

    awam, nuruz zalam, jauharotul tauhid, tuhfatul murid, fathul

    majid, jawahirul kalamiyah, husnul hamidiyah dan aqidatul

    islamiyah.(Martin, 1995 : 154-155)

    h. Bidang tafsir, kitabnya ialah tafsir jalalin, tafsir munir, tafsir

    ibnu kasir, tafsir baidawi, jam’ul bayan (tabari), tafsir maragi,

    tafsir al-manar dan tafsir depag.

    i. Bidang ilmu tafsir, kitabnya al-itqan dan itmanud dirayah.

    j. Bidang hadis dan ilmu hadits, kitabnya bulughul maram,

    sulubus salam, riyadus salihin, sahih bukhari, tajridus

    sarih,jawahirul bukhori, sahih muslim, syarah ar-bain

    nawawi, majalisus saniya, durratun nashihin, tanqihul qoul,

    mukhtarul ahadis, usfuriyah, baiquniyah dan minhaful murgis.

    k. Bidang akhlaq/tasawuf, kitabnya meliputi Ta’limulmuta’allim,

    wasaya, akhlaklilbanat, akhlaklilbanin, Nasaihulibad,

  • 66

    Ihya’ulummuddin, Sairus-salikin, Bidayat al-hidayah,

    irsyadulibad, muraqilubudiyah, Hidayatus-salikin,

    minhajuttalibin, sirajuttalibin, syarahhikam, hidayatulazkiya’,

    kifayatulatqiya’, risalatulmu’awanah, nasaiuddiniyah dan al-

    azkar.

    l. Bidangsejarah hidup nabi, kitabnya ialah khulashahnurulyaqin,

    barzanji dan dardir.”(Martin, 1995 : 158-168)

    3. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Arab

    Uraian tentang tujuan pembelajaran bahasa Arab baik yang bersifat

    umum maupun khusus, sangat penting dalam menentukan isi atau materi

    pelajaran, juga erat hubungannya dengan metode pengajaran yang hendak

    dipergunakan. Mengenai ruang lingkup pelajaran, yang pertama-tama

    dipertimbangkan adalah tingkat atau jenjang pembelajaran, apakah tingkat

    dasar, tingkat menegah atau tingkat lanjutan.

    Ruang lingkup pengajaran bahasa Arab tingkat permulaan dan

    menengah perlu dilaksanakan dengan model all in one system,yaitu

    menyatukan berbagai pembahasan dalam satu sistem pengajaran dengan tidak

    memisah-misahkan satu sama lain. Pada kedua tingkat tersebut diusahakan

    materinya meliputi lima aspek, yaitu;

    a. al-Kitabah (menulis) dan imla’ (dikte) yaitu pelajaran yang bertujuan

    mencapai kemahiran menulis alphabet dan mengejanya. Kemahiran ini

    harus dicapai secepatnya pada tahap-tahap permulaan proses pengajaran

    ditingkat permulaan. Termasuk dalam aspek ini adalah pengajaran tata

  • 67

    bunyi (phonology) dan pengucapan. Perlujuga untuk mencapai

    kemampuan menangkap dan mengerti lafaz Arab yang diucapkan orang

    lain dan menuliskannya dengan tepat dan benar, maka diajarkan imla’

    (dikte). Kecuali untuk tujuan tersebut, imla’ juga berperan untuk tujuan

    kemahiran mendengar.

    b. al-Muhaddatsah (percakapan), yakni pelajaran untuk mencapai

    kemahiran berbicara dengan bahasa Arab dan menyimak pembicaraan

    orang lain. Meteri ini berupa bentuk pola-pola kalimat dari ungkapan-

    ungkapan yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari, seperti

    kalimat tanya dan jawabannya.

    c. al-Qira’ah (membaca), adalah pelajaran untuk mencapai kamampuan

    membaca dengan keras rangkaian kalimat-kalimat dengan cepat dan

    benar, serta bertujuan untuk mampu mengerti apa yang dibaca yang

    dikenal dengan istilah mutala’ah. oleh sebab itu bahan bacaan harus

    mengandung struktur tata bahasa, perbendaharaan kosa kata dan sesuai

    dengan tingkat dan usia pelajar.

    d. al-Qowaid (tata bahasa), ialah pelajaran tata bahasa yang meliputi

    nahwu dan sorof . materi ini diajarkan sekaligus dalam pelajaran al-

    qira’ah sesuai dengan pengurutan dan gradasi yang direncanakan. Materi

    qowa’id ini sebenarnya untuk mencapai kemampuan mengutarakan

    pikiran dan perasaan dengan bahasa yang benar, dan juga supaya mampu

    memahami apa yang didengar dan dibaca.

    e. al-Insya’ (komposisi), yaitu pelajaran mengarang atau menyusun kalimat

    dengan tujuan mencapai kamahiran menyatakan fikiran dan perasaan

  • 68

    dalam bentuk kalimat yang dituangkan dalam tulisan(karangan) ataupun

    lisan. Materi ini diawali dengan latihan menyusun kalimat, mengubah

    kalimat, dan merangkai kata-kata yang tersedia menjadi kalimat yang

    tepat.

    Selain materi tersebut, untuk tingkatan menengah perlu

    ditambah kaidah-kaidah pokok mengenai sastera Arab dan latihan

    menggunakan kamus-kamus bahasa Arab. bagi tingkat lanjutan, materi

    pembelajarannya adalah memperdalam materi-materi tingkat menegah

    untuk mrningkatkan kemampuan yang telah dimiliki siswa ditambah

    dengan materi sastra Arab (balagah) secara lebih mendetail dengan

    bacaan teks-teks sastra Arab. Pada tingkat lanjutan ini materi qowaiid

    dan balagah sebaiknya dipisah sendiri-sendiri supaya pembahasannya

    bisa spesifik dan mendalam.(Depag R.I 1976 : 126)

    Materi bahasa Arab yang dipelajari di Madrasah diniyah dan

    pesantren- pesantren Indonesia meliputi: a) Nahwu (Gramatika), b) Saraf

    (Morfologi), c) Insya’ (Mengarang), f) Mahfuzat ( kata-kata mutiara). g)

    Balagah (Sastera), h) Mantiq (Logika), i) Arud (Irama Bahasa), j) Khat

    (Kaligrafi), dan k) al-Adabal–Muqarin ( Sastera Perbandingan).

    Uraian di atas,menggambarkan betapa luasnya materi bahasa

    Arab yang menyangkut berbagai spesifikasi keilmuan.Oleh sebab itu,

    untuk mengusai bahasa Arab secara sempurna memerlukan keseriusan

    yang tinggi bagi murid/santri maupun guru/ustaz dalam proses

    pembelajaran.

  • 69

    4. Pembelajarankaidah-kaidahbahasaArab

    Dalam metode tata bahasa-terjemah, bahasa disajikan dalam bab – bab;

    atau pelajaran – pelajaran ketatabahasaan singkat yang masing – masing

    memuat beberapa butir atau kaidah tata bahasa yang disusun serta

    diilustrasikan dengan contoh – contoh. Ciri – ciri ketatabahasaan memang

    menjadi fokus perhatian dalam buku pelajaran yang tidak disembunyikan atau

    ditutup – tutupi oleh sang guru pada pelajaran.

    Istilah – istilah teknis ketatabahasaan tidak dihindari. Siswa diharapkan

    dapat menelaah, mengkaji serta menghafalkan kaidah tertentu beserta contoh

    – contohnya. Misalnya, paradigma ism, fi’il, harf, atau adawat. Latihan –

    latihan terdiri dari kata – kata, frase – frase, kalimat – kalimat dalam bahasa

    ibu yang diterjemahkan oleh siswa ke dalam bahasa sasaran dengan bantuan

    daftar kosakata dwibahasa untuk mempraktikkan butir atau kelompok butir

    ketatabahasaan tertentu.

    Latihan – latihan lainya dirancang untuk mempraktikkan terjemahan

    dari bahasa sumber (Arab) ke dalam bahasa target (Indonesia), atau

    sebaliknya. Kalau siswa telah memperoleh kemajuan, dia dapat maju dan

    beralih dari penerjemahan kalimat – kalimat terpisah ke arah penerjemahan

    teks – teks bahasa Arab yang koheren ke dalam bahasa Indonesia, atau dari

    teks – teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab.

    Supaya kita memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai metode

    tata bahasa terjemah, pada bagian berikut ini dikemukakan sebuah contoh

    pembelajaran bahasa yang menggunakan metode ini.

  • 70

    Sebelum pelajaran dimulai, para siswa sudah duduk di tempat masing –

    masing dengan buku terbuka, siap menanti pelajaran baru. Pada halaman

    depan buku mereka terdapat sebuah “bacaan pilihan”, yang didahului oleh

    beberapa kosakata bahasa Arab dengan padanan katanya dalam bahasa

    Indonesia. Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru dengan mengucapkan

    beberapa kosakata, yang harus dihafalkan oleh siswa, lalu menjelaskan

    maknanya dengan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sementara itu

    para siswa mencatat kata – kata baru pada saat guru membacakan

    terjemahanya.

    Selanjutnya, dengan bahasa Indonesia, guru menyuruh beberapa orang

    siswa untuk membaca bahan bacaan pilihan dalam buku dengan suara

    nyaring. Bila siswa melakukan kesalahan, maka dalam seketika guru

    langsung memperbaiki kesalahan tersebut, dan siswa akan langsung

    melanjutkan bacaanya tanpa mengulangi koreksi yang diberikan oleh guru.

    Setelah siswa selesai membaca, guru akan memerintahkan murid yang lain

    untuk membaca secara bergantian. Setelah beberapa menit, ketika siswa

    terlihat sudah mulai bosan, guru mulai membacakan beberapa kalimat dengan

    suara nyaring kepada para siswa dan kemudian memberikan kesempatan

    beberapa menit kepada mereka untuk membaca bagian tersebut dalam hati.

    Setelah menyelesaikan bacaan, siswa diminta untuk menerjemahkan

    ke dalam bahasa Indonesia, beberapa kalimat yang baru saja mereka baca.

    Bila perlu, guru sendiri akan memberi bantuan kepada setiap siswa yang

    menemui kesulitan dalam menerjemahkan beberapa kalimat. Ketika para

    siswa sudah menyelesaikan bacaan dan menerjemahkan paragraf, guru

  • 71

    bertanya kepada mereka tetap dengan menggunakan bahasa Indonesia

    apakah ada diantara mereka yang mempunyai pertanyaan terkait dengan

    makna suatu kata atau isi bacaan. Pertanyaan dari siswa dan jawaban dari

    guru sama – sama dalam bahasa Indonesia.

    Kalau para siswa tidak memiliki pertanyaan lagi, guru akan meminta

    mereka untuk menulis jawaban atas soal – soal pemahaman yang disajikan

    pada akhir bacaan. Soal – soal itu dalam bahasa Arab dan para siswa

    diperintahkan untuk menulis jawaban atas soal – soal itu dalam bahasa Arab

    juga. Mereka mengerjakan nomor pertama bersama – sama sebagai contoh.

    Seorang siswa akan membaca soal pertama dengan suara nyaring, lalu siswa

    yang lain akan menjawab pertanyaan itu. Kalau salah, guru akan langsung

    mengoreksinya, dan kalau benar para siswa secara sendiri – sendiri akan

    melanjutkan pekerjaan yaitu menyelesaikan sisa pertanyaan.

    Sebagai tambahan di luar pertanyaan – pertanyaan yang terkait dengan

    informasi yang terkandung dalam bacaan paragraf, para siswa menjawab dua

    jenis pertanyaan yang lain. Jenis pertanyaan yang pertama, mereka harus

    membuat kesimpulan – kesimpulan yang didasarkan pada pemahaman

    mereka terhadap bahan bacaan. Dan jenis pertanyaan yang lain adalah yang

    menuntut para siswa untuk menghubungkan isi bacaan tersebut dengan

    pengalaman hidup mereka sendiri.

    Setelah separuh jam, guru dengan tetap berbicara dalam Bahasa

    Indonesia, meminta para siswa untuk berhenti dan memeriksa pekerjaan

    mereka. Satu persatu siswa akan membaca satu soal lalu membaca jawaban

    yang mereka buat. Jika dia benar, guru akan menyuruh siswa yang lain untuk

  • 72

    membaca pertanyaan berikutnya. Jika siswa itu salah, maka guru akan

    memilih seorang siswa yang lain untuk memberikan jawaban yang benar.

    Sambil memberitahukan kegiatan berikutnya, guru meminta para siswa

    untuk membuka halaman buku mereka yang biasanya menyediakan daftar

    kosakata untuk latihan kosakata. Pengantar bagian latihan dari buku mereka

    menjelaskan kepada para siswa bahwa itu adalah kata – kata yang diambil

    dari bacaan yang baru saja mereka baca. Mereka juga diberitahu bahwa

    sebagian dari kata – kata itu adalah kata ulangan dan sebagian yang lain

    adalah kata – kata yang baru bagi mereka.para siswa diperintahkan untuk

    memberi padanan bahasa Indonesia untuk kata – kata baru tersebut.latihan ini

    dikerjakan oleh siswa didalam kelas secara bersama – sama. Jika tidak

    seorang siswapun yang mengetahui terjemahan suatu kata, maka guru yang

    memberitahukanya.

    Berikutnya guru melanjutkan pembelajaran dengan penjelasan tentang

    kaidah tata bahasa. Di papan tulis, guru telah membuat kerangka penggunaan

    suatu “kaidah” bahasa Arab; yang contoh – contohnya diambil dari bahan

    bacaan sebelumnya. Kaidah – kaidah dijelaskan secara rinci dalam bahasa

    Indonesia. Kalau para siswa tidak terbiasa dengan suatu istilah

    ketatabahasaan yang dipakai dalam penjelasan, maka guru akan memberikan

    waktu tambahan untuk mengajarkan istilah tersebut. Para siswa menyalin

    kaidah – kaidah, penjelasan berikut contoh – contoh dan ketentuan –

    ketentuan khusus dalam buku tulis mereka.

    Sisa waktu pelajaran dipergunakan untuk mengerjakan tugas – tugas

    tertulis, biasanya yang ada kaitanya dengan tata bahasa, dari bahasa Indonesia

  • 73

    ke bahasa Arab yang sedang dipelajari, atau sebaliknya. Para siswa yang tidak

    dapat menyelesaikan tugas – tugas ini, sebelum kelas berakhir mereka

    diminta untuk mengerjakan serta menyelesaikannya di rumah, di samping

    menghafalkan kosakata untuk kepentingan pelajaran membaca bagian

    berikutnya.(Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, 2010 : 45-48

    Menurut sistem lama, gramatika (Qawa’id) adalah merupakan materi

    yang harus disajikan secara prioritas, sebelum mempresentasikan materi

    pelajaran yang lainnya. Khususnya di dalam pembelajaran bahasa Arab.

    Namun setelah bahasa Arab berkembang, maka posisi gramatika (Qawa’id)

    beralih fungsi, tidak lagi seperti semula. Bahkan menurut pendapat terbaru

    tegas Mahmud Yunus, gramatika (Nahwu dan Sharaf) itu disajikan secara

    sambilan dalam pembelajaran membaca (muthala’ah), bercakap-cakap

    (muhadatsah), dan hafalan (mahfudzat) pada tingkat ibtidaiyah. Sesudah itu

    tegas Mahmud Yunus lebih lanjut, baru diajarkan nahwu dan sharaf sesuai

    dengan metode yang teratur.

    Gramatika (Qawa’id) secara etimologis adalah dasar, pedoman, asas,

    peraturan. Dapat juga diartikan rumusan asas-asas yang menjadi hukum.

    Disamping memiliki pengertian undang-undang baku yang dihimpun secara

    terikat. Sedangkan pengertian Qawa’id (Gramatika) secara terminologis

    adalah sebuah premis umum yang dikonsiderasikan dengan seluruh spesisnya.

    Pemahaman yang hampir senada dipaparkan oleh Amin Ali al-Sayyid, bahwa

    Qawa’id (Gramatika) adalah sebuah paradigma yang bersifat universal

    disimpulkan dari perkataan orang Arab. Jadi, dari beberapa paradigma di atas

    dapat dipahami bahwa Qawa’id merupakan aturan-aturan baku yang telah

  • 74

    menjadi konsensus para linguis, dan harus diikuti oleh pemakai bahasa serta

    dikonsenderasikan dengan penutur aslinya.

    Adapun tujuan pembelajaran Qawa’id secara umum adalah “agar

    siswa dapat memahami dan memberi pemahaman terhadap lawan bicaranya

    tentang pembicaraan atau tulisan secara baik dan benar”. Dengan demikian,

    bukan berarti gramatika itu sebagai tujuan langsung, akan tetapi hanya

    sebagai medium untuk mencapai tujuan dimaksud.

    Teknik Pembelajaran Gramatika (Qawa’id). Gramatika dalam proses

    pembelajarannya bisa dilakukan melalui al-Tadrib al-lughawi (Latihan

    Bahasa). Dan teknik pembelajaran gramatika melalui proses al-Tadrib al-

    Lughawi ini memiliki tujuan sebagai berikut:

    a. Melatih peserta didik menggunakan kalimat dan lafal yang benar.

    b. Membentuk kebiasaan peserta didik berbahasa yang baik melalui proses

    peniruan.

    c. Pendidik memperkaya peserta didik dengan lafal dan struktur bahasa.

    d. Peserta didik mampu mengetahui benar dan salah suatu pembicaraan

    yang diekspresikan atau ditulis.

    e. Pendidik mengajarkan beberapa problema gramatika secara praktikal.

    (Zulhannan, 2014 : 112-113)

    Di dalam kajian linguistik modern dikenal beberapa teori tata bahasa,

    antara lain :

    a. Teori tradisional; yang dianut oleh sebagian besar buku-buku tata bahasa

    Arab.

  • 75

    b. Teori konstituen langsung; yang memandang bahwa setiap kalimat terdiri

    atas dua komponen pembentuknya, masing-masing komponen itu pun

    terdiri atas dua sub-komponen. dst.

    c. Teori tagmemik; yang menganggap bahwa kontruksi kalimat suatu

    bahasa dapat diklasifikasikan melalui dua perspektif, yaitu sharfiyah dan

    nahwiyah/fungsional. Jenis kontruksi bahasa dapat diketahui berdasarkan

    posisinya dalam sebuah pola kalimat.

    d. Teori transformasional; yang menganggap bahwa, setiap kalimat terdiri

    dari struktur lahir dan struktur batin. Struktur batin menampakkan

    wujudnya dalam bentuk struktur lahir melalui kaidah-kaidah

    transformasi.

    Keempat teori tersebut di atas masing-masing mempunyai andil

    dalam pengajaran struktur bahasa, di antaranya adalah, melalui teori

    tradisional, dapat diketahui jenis-jenis kata (isim, fi’il, harf) dan berbagai

    macam fungsi gramatikal (fa’il, maf’ul, mubtada’, khabar, dsb). Teori

    konstituen langsung dapat digunakan untuk menganalisis kalimat dan

    mengganti komponen-komponennya. Teori tagmetik mempunyai andil

    dalam menyajikan pola-pola kalimat yang menjadi dasar latihan

    penguasaan struktur bahasa. Teori transformasional memberikan

    landasan teoritis jenis-jenis latihan tertentu, mengubah kalimat positif

    menjadi kalimat negatif, jumlah ismiyah menjadi jumlah fi’liyah, dsb.

    Setiap kalimat terdiri atas makna gramatikal dan makna leksikal.

    Makna gramatikal sebuah kalimat dapat diketahui melalui:

    a. Urutan (nazhm al-kalimat)

  • 76

    b. Bentuk kata (al-shighah al-sharfiyah)

    c. Intonasi (al-tanghim)

    d. Partikel/kata tugas (al-kalimat al-wazhifiyah)

    Guru harus berupaya agar siswa menyadari peranan “alat-alat

    sintaksis” itu dalam memahami makna kalimat secara

    keseluruhan.Walaupun jumlah kalimat yang terdapat pada setiap bahasa

    tidak terbatas, tetapi sebenarnya kalimat-kalimat tersebut tersusun atas

    pola-pola yang jumlahnya terbatas setiap kalimat. Dengan demikian,

    tersusun atas suatu pola tertentu, tetapi satu pola kalimat dapat

    diwujudkan menjadi kalimat-kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.

    Jumlah pola kalimat yang terdapat dalam suatu bahasa bersifat relatif,

    tergantung pada teori linguistik yang menjadi pijakannya.

    Pengajaran struktur bahasa sebenarnya merupakan pengajaran

    pola-pola kalimat. Strategi yang paling baik mengajarkan pola-pola

    kalimat adalah dengan melalui latihan-latihan, misalnya melalui:

    Penggantian tetap

    Penggantian berpindah

    Penggantian sederhana

    Penggantian ganda

    Penggantian stimulus lisan

    Penggantian stimulus gambar

    Penggantian stimulus konkrit

    Penggantian stimulus tak-pengaruh

    Penggantian stimulus berpengaruh

  • 77

    Penggantian kumulatif

    Penggantian tak-kumulatif

    Latihan sirkuler

    Latihan berantai

    Latihan empat langkah

    Latihan menggabungkan

    Latihan menambahkan

    Latihan menyempurnakan

    Latihan mengubah

    Latihan perluasan

    Latihan substitusi

    Latihan melengkapi

    Latihan mengurutkan

    Latihan pilihan ganda

    Latihan melengkapi harakat

    Latihan revisi bentuk

    Agar lebih bermakna, tata bahasa disajikan dalam konteks,

    misalnya melalui :

    Penggunaan contoh-contoh konkrit

    Penggunaan nama-nama siswa

    Penggunaan kalimat-kalimat yang sesuai dengan realita

    Aktivitas nyata yang dilakukan guru dan siswa diruang kelas

    untuk menghubungkannya dengan struktur bahasa yang baru, di

  • 78

    antara struktur yang sebaiknya dihubungkan dengan situasi konkrit

    adalah: struktur istifham (introgatif), struktur nida’ (vokatif), struktur

    tafdhil (komparatif), dan struktur bersyarat.

    Guru diperkenankan memberikan kaidah umum yang

    mendasari sebuah struktur konsep-konsep gramatika seperti istilah

    fi’il, mubtada’ khabar tidak perlu diperkenalkan kepada siswa

    tingkat pemula. Guru sebaiknya membandingkan struktur baru yang

    akan diajarkan dengan struktur yang telah siswa pahami sebelumnya.

    Guru harus memperhatikan aspek bentuk dan makna sekaligus ketika

    mengajarkan struktur, latihan struktur diberikan secara lisan

    kemudian secara tulisan. Guru harus memilih latihan yang sesuai

    dengan bentuk struktur bahasa yang akan diajarkan. Guru harus

    memvariasi teknik pengajaran. Guru harus senantiasa mengadakan

    muraja’ah (review) terhadap struktur yang telah diajarkan, jika

    siswanya banyak, latihan-latihan/pengulangan klasikal dan

    kelompok hendaknya yang dominan, sedangkan jika siswa sedikit,

    fokuskan pada latihan individual. Guru sebaiknya menuliskan

    struktur baru didepan papan tulis dan menggunakan media

    audio/visual yang memadai dalam memperkenalkan struktur baru,

    guru harus menggunakan kosa kata yang sudah dipahami siswa.

    Langkah-langkah menyajikan struktur bahasa dengan sistem

    terpisah (nazariyyat al-furu’) adalah sebagai berikut:

    a. Guru menuliskan contoh kalimat yang mengandung struktur

    baru di papan tulis

  • 79

    b. Guru memberikan garis atau menuliskan dengan kapur/spidol

    warna pada bagian struktur yang hendak diajarkan

    c. Guru “menjelaskan” makna yang ditunjukkan struktur baru

    dengan teknik yang sesuia

    d. Guru “menjelaskan” bentuk (sighat) struktur baru yang sedang

    diajarkan

    e. Guru membandingkan struktur baru dengan struktur “sejenis”

    yang telah dikuasai siswa sebelumnya

    f. Guru memberikan contoh lain untuk lebih memantapkan

    penguasaan struktur baru

    g. Guru menugaskan siswa untuk memberikan contoh lain sesuai

    struktur yang sedang diajarkan

    h. Guru dengan siswa bersama-sama membuat generalisasi

    i. Guru memberikan latihan-latihan secara lisan kemudian secara

    tulisan mengenai struktur baru

    j. Guru mengecek kembali penguasaan siswa terhadap struktur

    yang telah diajarkan. (Aziz Fachrurrozi dan Mukhshon Nawawi,

    2010 : 22-26)

    5. MetodepembelajaranbahasaArab

    Metode pengajaran mempunyai sejarah panjang dan berliku dalam

    kajian pengajaran bahasa. Sejarah pengajaran bahasa telah banyak diwarnai

    oleh berbagai gagasan mengenai apa bahasa itu dan bagaimana bahasa itu

    dipelajari. Penerapan teori mengenai hakikat bahasa dan belajar bahasa

    dalam bidang pengajaran bahasa berdampak pada munculnya beraneka

    ragam metode pengajaran bahasa secara silih berganti. Keanekaragaman

    metode pengajaran bahasa adalah refleksi dari keragaman cara pandang

    filosofis menyangkut hakikat bahasa dan proses belajar bahasa. Keragaman

    ini bahkan sering terkesan saling berlawanan.

  • 80

    Pergulatan pemikiran itu di antaranya dapat dilacak dari berbagai

    istilah yang muncul dalam kaitannya dengan metode pengajaran bahasa,

    misalnya tersebarlah banyak istilah yang dipakai para ahli dalam

    menganalisis pengajaran bahasa.Istilah-istilah seperi pendekatan (approach),

    rancang bangun (design), metode praktik, prinsip, prosedur, strategi, taktik,

    dan teknik sering menghiasi berbagai literature.Istilah-istilah tersebut

    meruncing menjadi tiga istilah pokok, yaitu pendekatan, metode dan teknik.

    Karena itu terasa penting sejak awal kita mendiskusikan beberapa

    persoalan semisal apakah ketiga terminology tersebut berbeda atau justru

    sama? Kenyataannya ketiga istilah tersebut sering dipahami secara tumpang

    tindih dalam pengajaran bahasa. Orang sering kali menyebut salah satu dari

    tiga istilah tersebut tetapi yang dimaksud adalah yang lain. Bahkan, orang-

    orang cenderung menggunakan istilah metode untuk menyebut ketiga istilah

    tersebut.Sebagian orang berpikir bahwa ketiga istilah tersebut mengacu

    pada satu konsep y