New BAB II DESKRIPSI TEORIeprints.unisnu.ac.id/1429/2/BAB II.pdf · 2017. 10. 26. · 3. Pedoman...
Transcript of New BAB II DESKRIPSI TEORIeprints.unisnu.ac.id/1429/2/BAB II.pdf · 2017. 10. 26. · 3. Pedoman...
-
20
BAB II
DESKRIPSI TEORI
A. Manajemen pembelajaran
1. Pengertian manajemen
a. Menurut Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard seperti yang dikutipoleh
H.B Siswanto (2006: 2) memberikan batasan manajemen, yaitu:
“as working with and through and through individuals and groupto accomplish organizational goals(sebagai suatu usaha yangdilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untukmencapai tujuan organisasi).”
b. Menurut George R. Terry seperti yang dikutip oleh mulida memberikan
pengertian sebagai berikut:
“Management is adistinctprocess consisting of planning,organizing, actuating, and controlling performen to determineand accomplish stated objektives by the use of human being andother resources.” (Mulida,2014 : 6)
Menurut George R. Terry dan leslie W. Rue seperti yang dikutip oleh
G.A. Ticoalu (2015 : 9-10), menjelaskan lima fungsi utama manajemen,
Penting untuk diingat, bahwa manajemen adalah suatu bentuk kerjamanajer
dalam melakukan pekerjaanya, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu, yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen, terdiri dari:a).Planning -
menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan
datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan
itu.b). Organizing – mengelompokkan dan menentukan berbagaikegiatan
penting dan memberikan kekuasaaan untuk melaksanakan kegiata-kegiatan
itu.c).Staffing – menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia,
-
21
pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan.d). Motivating –
mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan.e).
Controlling – mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan
sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan
korektif dimana perlu.
Untuk kepentingan lebih lanjut dalam penelitian ini tidak mengacu
kepada kelima fungsi manajemen diatas secara utuh, karena yang
dikehendakidalam penelitian ini adalah manajemen inaction dalam
pembelajaran.Peneliti berpendapat manajemen in action adalah sebagai suatu
usaha yang dilakukan dengan (planning, actuatingandevaluating), untuk
mengubah sekumpulan orang menjadi kelompok yang efektif, sesuai tujuan
pembelajaran.
2. Pengertian pembelajaran
a. Menurut Gagne sebagaimana yang dikemukakan oleh Margaret E. Bell
Gredler(1991:207) seperti yang dikutip oleh Nazarruddin (2007:
16)bahwa istilah pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses
belajar yang sifatnya internal.
b. Menurut UU Sisdiknas NO:20 tahun 2003 menjelaskan pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
c. Menurut Permendikbud NO:103 tahun 2014 pembelajaran adalah proses
interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
-
22
Dari keterangan diatas peneliti berkesimpulan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi lahir batin antara peserta didik
dengan pendidik, antar peserta didik dengan peserta didik yang lain dan
berbagai sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
3. Pengertian manajemen pembelajaran
MenurutPatriaPuspawati manajemen pembelajaran adalah upaya
pendidik dalam merencanakan, melaksanakan dan menfasilitasi proses
pembelajaran serta mengevaluasi hasil pembelajaran.
Seorang pendidik harus memiliki ketrampilan dalam pengelolaan
(manajemen) pembelajaran yang meliputi tiga tahap kegiatan yaitu: (1)
membuat perencanaan pembelajaran (2) melakukan proses pembelajaran dan
(3) melaksanakan evaluasi pembelajaran (Patria Puspawati, 2008 : 23).
Sedangkan menurut H.E. Mulyasa (2015: 8) dalam makalah berjudul
pengembangan kurikulum MPDI sesuai KKNI dan SNPT 27/11/2015
menyatakan bahwa manajemen pembelajaran secara mikro meliputi
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Peran manajemen pembelajaran sangatlah penting bagi proses belajar
mengajar daripada materi pelajaran, karena selengkap apapun materi
pembelajaran, jika manajemenyang dipilih tidak tepat, maka pembelajaran
tidak akan berhasil. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran diperlukan tiga
langkah penting manajemen pembelajaran,yaitu: perencanaan, pelaksanaan
dan sistem evaluasi hal tersebut dijelaskan secara rinci dalam KMA No. 165
Tahun 2014, sebagai berikut :
a. Perencanaan pembelajaran
-
23
Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
1) Hakikat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana
pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi
pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPPmencakup:
a) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; b) materi pokok;
c) alokasi waktu; d) tujuan pembelajaran, KD dan indikator
pencapaian kompetensi; e) materi pembelajaran; metode
pembelajaran; f) media, alat dan sumber belajar; g) langkah-langkah
kegiatan pembelajaran; dan h) penilaian otentik.
Setiap guru disetiap satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPPuntuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru
kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya
untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan
RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun
pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu
dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP
dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.
Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri
dan atau secara bersama-sama melalui Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan
disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala
-
24
sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara
berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah
dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.
2) Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP
adalah sebagai berikut:
a) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan
berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional
ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk
direalisasikan dalam pembelajaran.
b) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang
dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan
baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar,
bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan atau lingkungan peserta didik.
c) Mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam menjalani proses
pembelajaran, sehingga seluruh peserta didik memiliki
pengalaman belajar secara langsung.
d) Sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 untuk menghasilkan
peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti
belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan
berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi,
-
25
minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian,
semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.
e) Mengembangkan budaya membaca dan menulis bagi seluruh
peserta didik.
f) Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam
bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
g) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut dari keseluruhan
proses dan pengalaman pembelajaran selama menjalani proses
pembelajaran.
h) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran
remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian
dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik
dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai
dengan kelemahan peserta didik.
i) Keterkaitan dan keterpaduan antara proses dan nilai-nilai yang
dipelajari peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
j) RPP disusun dengan memerhatikan keterkaitan dan keterpaduan
antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalamanbelajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk
sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.
-
26
k) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai wahana
membelajarkan peserta didik agar efktif dan efisien dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
l) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan
efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
3) Komponen dan sistematika RPP
RPP paling sedikit memuat: a). tujuan pembelajaran, b). materi
pembelajaran, c). metode pembelajaran, d). sumber belajar, dan e).
penilaian. Komponen-komponen tersebut secara operasional
diwujudkan dalam bentuk format berikut ini:
Madrasah :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Materi Pokok :
Alokasi Waktu :
A. Kompetensi Inti (KI)
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. _____________ (KD pada KI-1)
2. _____________ (KD pada KI-2)
3. _____________(KD padaKI-3)
IndikatorPencapaian:____________
_____________ (KD pada KI-4)
Indikator Pencapaian: _______________
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran (Rincian dari Materi Pokok)
E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
-
27
1.Media
2.Alat/Bahan
3.Sumber Belajar
G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Kesatu:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup(…menit)
2. Pertemuan Kedua:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup(…menit), dan seterusnya.
Penilaian
H. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian
2. Bentuk instrumen dan Instrumen
3. Pedoman penskoran
Catatan:KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus
dikembangkan dalam indikator, karena keduanya dicapai melalui
proses pembelajaran secara tidak langsung. Indikator harus
dikembangkan untuk KD-KI-3 dan KD-KI-4 yang dicapai melalui
proses pembelajaran langsung in class ataupun out class.
4) Langkah-Langkah Pengembangan RPP
a) Mengkaji Silabus
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap
silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada
-
28
Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan
keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus
dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam
pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik
ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi,
yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih
lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik
aktif belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan
indikator KD dan penilaiannya.
b) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang
pencapaian KD dengan mempertimbangkan: 1)potensi peserta
didik; 2)relevansi dengan karakteristik daerah, 3)tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik; 4)kebermanfaatan bagi peserta didik;5)struktur
keilmuan; 6)aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi
pembelajaran; 7)relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan; dan 8)alokasi waktu.
c) Menentukan Tujuan
Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD
ataudiorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada
-
29
indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience (peserta
didik) dan Behavior (aspek kemampuan).
d) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik
melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat
pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup
yang perlu dikuasai peserta didik.Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
(1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
(2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial
yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan
kegiatan seperti di silabus.
(3) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan
skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik
aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan:
Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih
lanjut menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan
-
30
konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk
pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk
melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa
pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh
peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh
guru, dan pelatihan lanjutan.
e) Penjabaran Jenis Penilaian
Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya.
Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan
nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuransikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan
atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh
karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk
menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara
penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses
dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut:
-
31
(1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4.
(2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa
yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
(3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator
ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan peserta didik.
(4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran
berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
ketuntasan.
(5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman
belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya,
jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi
lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses
misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil
melakukan observasi lapangan.
f) Menentukan Alokasi Waktu
-
32
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu matapelajaran per
minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan
oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut
dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.
g) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan atau bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak
dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial,
dan budaya.
b. Pelaksanaan pembelajaran.
Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu
pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik
secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah
dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;
mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas
yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan
-
33
tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan menyampaikan
garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, me-nyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi
pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti
menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan matapelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya,
mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk
pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk
melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat
melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru
atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan
pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada
peserta didik.
Dalam setiap kegiatan guru harus memerhatikan kompetensi
yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi,
disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum
dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin
relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium,
-
34
studio, lapangan, per-pustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum
menggunakan-nya peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan
dengan menerapkannya.
Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar
(learning event) yang diuraikan dalam tabel di atas.
a) Mengamati, dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara
luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan
pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar,
dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memerhatikan (melihat,
membaca, men-dengar) hal yang penting dari suatu benda atau
objek.
b) Menanya, dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan
secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa
yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu
membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit
sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep,
prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.Pertanyaan yang
bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan
pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik
mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan
-
35
kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih
dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang
ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber
yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c) Mengumpulkan dan mengasosiasikan, tindak lanjut dari bertanya
adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagaisumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik
dapat membaca buku yang lebih banyak, memerhatikan fenomena
atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.
Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi
tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses
informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan
bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang
ditemukan.
d) Mengkomunikasikan hasil, kegiatan berikutnya adalah
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan
pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru
sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik
tersebut.
-
36
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan Penutup, dalam kegiatan penutup guru bersama-sama
dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran, melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,
dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI.KI-1
berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2
berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang
pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang
penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan
ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang
tercantum dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak
diajarkan langsung, tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan
pembelajaran.
c. Sistem evaluasi dan tindaklanjut pembelajaran
1. Pengertian Dasar
Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan
-
37
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik, penilaian dalam pengertian ini mencakup penilaian
otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
madrasah, yang diuraikan secara ringkas sebagai berikut:
a. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),
proses,dan keluaran (output) pembelajaran.
b. Penilaian diri (self assessment) merupakan penilaian yang
dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk
membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
c. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang
dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar
peserta didik termasuk penugasan perseorangan atau kelompok di
dalam (in class) atau di luar kelas (out class) khususnya pada
perubahan sikap/perilaku dan keterampilan peserta didik.
d. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam
proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan
hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
e. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara
periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah
-
38
menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih sesuai
perencanaan yang dibuat antara pendidik dan peserta didik.
f. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
setelah melaksanakan 8–9 minggu kegiatan pem-belajaran.
Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh kompetensi dasar pada periode tersebut.
g. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di
akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua kompetensi dasar pada semester yang
sudah berjalan.
h. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK
merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan
pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi
tersebut.
i. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK
merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan
UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi
tersebut.
-
39
j. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan
pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam
rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang
dilaksanakan secara nasional.
k. Ujian Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan
oleh satuan pendidikan.
2. Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar penilaian dan tidak
dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara
terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
secara berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang dilakukan efisien dan efektif
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak internal madrasah maupun eksternal untuk aspek teknik,
prosedur, dan hasilnya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan
pendidik. Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan penilaian, maka
-
40
direkomendasikan menggunakan pendekatan penilaian acuan
kriteria (PAK). penilaian acuan kriteria merupakan penilaian
pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal merupakan kriteria
ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang
akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Kriteria
ketuntasan minimal memiliki konsekuensi ganda yaitu, bagi
pendidik dituntut untuk sungguh-sungguh dalam melaksanakan
tugas mengajar dan bagi peserta didik dituntut untuk bersungguh-
sunggguh dan optimal dalam menjalani proses pembelajaran.
3. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian
a. Ruang Lingkup Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara
berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi
relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.
Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi,
kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi
program, dan proses.
b. Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
1) Penilaian kompetensi sikap
-
41
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap
melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”
(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen
yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan
penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan
pada jurnal berupa catatan pendidik.
a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan
secara berkesinambungan dengan menggunakan
indera, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku peserta didik yang diamati
langsung oleh pendidik saat proses pembelajaran.
b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan
berupa lembar penilaian diri yang berisi cheklist aspek
kepribadian.
c) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik
penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian
-
42
antarpeserta didik yang berisi cheklist tentang aspek
yang dinilai.
d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di
luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan
tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku.
2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan yang
dicapai peserta didik melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Sebelum melaksanakan penilaian kompetensi
pengetahuan, pendidik telah menyiapkan instrumen
penilaian yang meliputi; 1) Instrumen tes tulis berupa soal
pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benarsalah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran. 2) Instrumen tes lisan berupa daftar
pertanyaan yang akan ditanyakan pada peserta didik
berserta pedoman penskoranya. 3) Instrumen penugasan
berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas yang akan dikerjakan peserta didik.
3) Penilaian Kompetensi Keterampilan
Untuk mengetahui kompetensi keterampilan,
seorang pendidik harus menilai kompetensi keterampilan
melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut
-
43
peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian
portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek
atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
Adapun penjelasan masing-masing instrument penilaian
keterampilan yaitu: 1) Tes praktik adalah penilaian yang
menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu
aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang
meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan
secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. 3)
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan
dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik
dalam bidang tertentu yang bersifat reflektifintegratif untuk
mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau
kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap
lingkungannya. Instrumen penilaian kompetensi
keterampilan harus memenuhi persyaratan berikut yaitu:
1)substansi yang merepresentasikan kompetensi yang
dinilai; 2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis
sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan 3)
-
44
penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4. Mekanisme dan Prosedur Penilaian
a. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan,
pemerintah dan/atau lembaga mandiri.
b. Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian
mutu tingkat kompetensi, ujian madrasah, dan ujian nasional.
Penjelasan lebih rinci masing-masing bentuk penilaian sebagai
berikut:
1) Penilaian otentik dilakukan oleh pendidik secara berkelanjutan.
2) Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali
sebelum ulangan harian.
3) Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab
atau tema pelajaran.
4) Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan
proses pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.
5) Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester,
dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan
pendidikan.
6) Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan
pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII
-
45
(tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5), dengan menggunakan
kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat
kompetensi pada akhir kelas VI (tingkat 3), kelas IX (tingkat
4A), dan kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.
7) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan dengan metode
survei oleh Pemerintah pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV
(tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), kelas XI (tingkat 5) dan
kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.
8) Ujian madrasah dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
9) Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
10) Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh
pendidik sesuai dengan silabus dan dijabarkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
11) Kegiatan ujian madrasah dilakukan dengan langkah-langkah:
a) menyusun kisi-kisi ujian; b) mengembangkan (menulis,
menelaah, dan merevisi) instrumen; c) melaksanakan ujian; d)
mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan
peserta didik; dan e) melaporkan dan memanfaatkan hasil
penilaian.
12) Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang
diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS).
-
46
13) Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik
sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik
yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran
remedial. 7. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan
pendidikan dilaporkan dalam bentuk nilai dan deskripsi
pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah.
5. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian
a. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik Penilaian hasil
belajar oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta
didik serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Penilaian
hasil belajar oleh pendidik memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai
acuan dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian pada
awal semester. Setelah menetapkan kriteria penilaian,
pendidik memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator dan
mengembangkan instrumen serta pedoman penyekoran sesuai
dengan teknik penilaian yang dipilih.
2) Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali
dengan penelusuran dan diakhiri dengan tes dan atau nontes.
Penelusuran dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya
untuk mengeksplorasi pengalaman belajar sesuai dengan
kondisi dan tingkat kemampuan peserta didik.
-
47
3) Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan
dengan mengacu pada indikator dari kompetensi dasar setiap
mata pelajaran yang diintegrasikan dalam tema yang sudah
diselaraskan secara konseptual dan metodologis.
4) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk
mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar, dikembalikan
kepada peserta didik disertai balikan (feedback) berupa
komentar yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada
pihak terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran.
5) Laporan hasil penilaian oleh pendidik dapat berbentuk: 1) nilai
dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil
penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk
penilaian hasil pembelajaran tematik-terpadu khususnya pada
tingkat dasar, 2) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian
kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.
6) Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada
kepala madrasah dan pihak lain yang terkait (waka.
kurikulum, wali kelas, pendidik Bimbingan dan Konseling,
dan orangtua/wali) pada periode yang ditentukan.
7) Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh
semua pendidik selama satu semester, hasilnya diakumulasi
dan dinyatakan dalam bentuk deskripsi kompetensi oleh wali
kelas/pendidik kelas.
-
48
b. Pelaksanaan dan pelaporan penilaian oleh satuan pendidikan
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan peserta didik yang meliputi
kegiatan berikut:
1) Menentukan kriteria minimal pencapaian tingkat kompetensi
dengan mengacu pada indikator kompetensi dasar tiap mata
pelajaran;
2) Mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat
kompetensi, dan ujian akhir madrasah;
3) Menyelenggarakan ujian madrasah dan menentukan kelulusan
peserta didik dari ujian madrasah sesuai dengan POS Ujian
Madrasah;
4) Menentukan kriteria kenaikan kelas, sesuai ketentuan standar
yang telah ditetapkan dan disyahkan pemberlakuannya;
5) Melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat
kompetensi kepada orangtua/wali peserta didik dalam bentuk
buku rapor;
6) Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan
pendidikan kepada bidang pendidikan madrasah ke-menterian
agama kabupaten/kota dan instansi lain yang terkait;
7) Melaporkan hasil ujian kompetensi kepada orangtua/wali
peserta didik dan bidang pendidikan madrasah kementerian
agama kabupaten/kota dan provinsi.
-
49
8) Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
melalui rapat kelulusan sesuai dengan kriteria: a)
menyelesaikan seluruh program pembelajaran; b) mencapai
tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, dengan ketentuan
kompetensi sikap (spiritual dan sosial) termasuk kategori baik
dan kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal sama
dengan KKM yang telah ditetapkan; c) lulus ujian madrasah
dan ujian madrasah berstandar nasional; dan d) lulus Ujian
Nasional.
9) Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
(SKHUN) dan Surat Keterangan Hasil Ujian Madrasah
Berstandar Nasional (SKHUMBN) setiap peserta didik bagi
satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional; dan Ujian
Madrasah Berstandar Nasional.
10) Menerbitkan ijazah untuk setiap peserta didik yang lulus dari
satuan pendidikan bagi satuan pendidikan yang telah
terakreditasi.
c. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pemerintah Penilaian hasil
belajar oleh Pemerintah dilakukan melalui Ujian Nasional, Ujian
Madrasah Berstandar Nasional dan Ujian Mutu Tingkat Kompetensi,
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1) Ujian Nasional
-
50
a) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UN didukung oleh suatu
sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta
pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil.
b) Hasil Ujian Nasional digunakan untuk: a) salah satu syarat
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; b) salah satu
pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan
berikutnya; c) pemetaan mutu; dan d) pembinaan dan
pemberian bantuan untuk peningkatan mutu.
c) Dalam rangka standardisasi UN diperlukan acuan berupa kisi-
kisi bersifat nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah,
sedangkan soalnya disusun oleh Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah dengan komposisi tertentu yang ditentukan
oleh Pemerintah.
d) Sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari
satuanpendidikan, kriteria kelulusan UN ditetapkan setiap
tahun oleh Pemerintah.
e) Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu
program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis
dan membuat peta daya serap UN dan menyampaikan hasilnya
kepada pihak yang berkepentingan.
2) Ujian Madrasah Berstandar Nasional PAI dan Bahasa Arab
-
51
a) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UMBN didukung oleh
suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta
pelaksanaan harus dengan aman, jujur, dan adil.
b) Hasil UMBN digunakan untuk:
(1) bahan pertimbangan dalam penentuan pemetaan mutu
madrasah;
(2) salah satu syarat ketentuan kelulusan;
(3) umpan balik dalam perbaikan program pembelajaran di
Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan
Madrasah Aliyah;
(4) alat pengendali mutu pendidikan;
(5) pendorong peningkatan mutu pendidikan pada Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.
3) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi
a) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan oleh Kementertian
Agama bersama Pemerintah pada seluruh satuan pendidikan
yang bertujuan untuk pemetaan dan penjaminan mutu
pendidikan di suatu satuan pendidikan.
b) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan sebelum peserta
didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu, sehingga
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses
pembelajaran.
c) Instrumen, pelaksanaan, dan pelaporan ujian mutu Tingkat
Kompetensi mampu memberikan hasil yang komprehensif
-
52
sebagaimana hasil studi lain dalam skala nasional ataupun
internasional.
Jadi, manajemen dalam arti luas sama dengan
administrasi dalam arti luas yang menyangkut fungsi-fungsi
manajemen. Manajemen dalam arti sempit sama dengan
manajemen sekolah. (Husaini usman, 2014 : 19-20).
Berdasarkan uraian diatas peneliti berkesimpulan bahwa
pengertian manajemen pembelajaran adalahsuatu upaya
perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasiuntuk memperoleh
pengetahuan secara simple mudah di laksanakan sesuai situasi
dan kondisi masing-masing lingkungan belajar.
B. Pembelajaran bahasa Arab
1. Bahasa Arab
Bahasa Arab adalah alat utama untuk memahami al-Qur’an, as-
Sunah dan berbagai kitab produk ulama’ yang ditulis dalam bahasa Arab,
oleh sebab itu bahasa Arab mutlak harus dikuasai oleh mereka yang ingin
mempelajari Islam secara komprehensif. Mahmud Yunus (1954: 26)
mengatakan bahwa mempelajari bahasa Arab amat penting sekali bagi kaum
muslimin, karena ibadah sholat dengan bahasa Arab, kitab suci al-Qur’an
dalam bahasa Arab, begitu pula kebanyakan buku-buku agama Islam ditulis
orang dalam bahasa Arab. Maka bahasa Arab diajarkan di madrasah-
madrasah dan pesantren-pesantren sejak dahulu berupa ilmu Sharaf, Nahwu,
-
53
Balagoh dan lain sebagainya. Secara rinci tujuan pembelajaran bahasa Arab
menurut Mahmud Yunus (1954: 27) adalah:
a. Supaya paham dan mengerti apa-apa yang dibaca dalam sembahyang
dengan pengertian yang mendalam.
b. Supaya mengerti membaca al-Qur’an, sehingga dapat mengambil dan
pelajaran dari padanya, bukan seperti Beo1 saja.
c. Supaya dapat belajar agama Islam dalam buku-buku yang banyak dikarang
dalam bahasa Arab, sepeti Ilmu Tafsir, Hadis, Fiqih dan sebagainya.
d. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab, untuk
berhubungan dengan kaum muslimin diluar negeri, karena bahasa Arab itu
sebenarnya bahasa umat Islam diseluruh dunia.
Pada umumnya dilembaga-lembaga pendidikan Islam Indonesia
selama ini, pelajaran bahasa Arab merupakan materi pelajaran yang sulit,
sehingga menjadi momok bagi kebanyakan pelajar dan santri dimadrasah
maupun pesanten.
Paling tidak ada dua problem kesulitan, yaitu pertama, problem
linguistik, seperti mengenai tata bunyi, kosa kata, pola kalimat dan tulisan,
kedua; problem non linguistik, yaitu yang menyangkut segi sosiokultural
dan sosio budaya (Depag RI, 1976 : 76). Kedua problem tersebut perlu
dicari pemecahannya dengan merumuskan modifikasi pembelajaran
bahasa Arabyang baru, simple, dan praktis, sehingga dapat menghilangkan
image negatif bagi para pelajar dan santri.
1Beo adalah jenis burung yang jika dilatih untuk mengucapkan suatu kata atau kalimat, sepertisalam dan lain-lain akan dapat menirukannya, tetapi tidak tau maksudnya
-
54
Bahasa Arab menurut Depag RI, dalam buku team penyusun buku
pedoman bahasa Arab adalah : “Termasuk rumpun bahasa Semit selatan,
yang digunakan oleh orang-orang yang mendiami semenanjung Arabia di
bagian barat daya benua Asia. Setelah mengalami perkembangan berabad-
abad bahasa Arab kini menjadi bahasa resmi dibeberapa negara, seperti
Aljazair, Irak, Lebanon, Libia, Maroko, Mesir, Arab Saudi, Sudan,
Tunisia, Syuriah, Yordania dan negara-negara lain di Semenanjung
Arabia. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tertua di dunia,
meskipun pertumbuhan awalnya tidak diketahui dengan pasti. Teks bahasa
Arab tertua dapat ditemukan baru dimulai setelah abad ketiga masehi, dan
bahasa Arab kita kenal sekarang ini dapat diperoleh hanya dari masa dua
abad sebelum Islam datang, yang disebut dengan Sastra Jahili (al-Adab al-
Jahili). (Depag RI, 1976 : 31)
Teks bahasa Arab klasik yang sampai kepada kita dapat dibagi
menjadi dua, yaitu pertama, bahasa yang sudah tidak dipakai (al-
Arabiyyahal-Ba’iddah) yakni bahasa yang pernah digunakan oleh orang
Arab yang tinggal di bagian utara Hijaz, berdekatan dengan wilayah
Armenia.Oleh karena pembaurannya dengan bahasa Armenia begitu jauh,
maka lama kelamaan bahasa Arab yang asli menjadi punah sebelum
datangnya Islam.Ia tinggal berupa ukiran-ukiran di daerah tersebut,
sehingga dikenal dengan al-Arabiyyah al-Nuqusyi. Kedua, bahasa Arab
yang masih hidup (al-Arabiyyah al-Baqiyyah), yaitu bahasa yang sampai
sekarang masih digunakan orang-orang Arab sebagai bahasa sastra, bahasa
-
55
lisan, dan bahasa tulisan bahasa ini tumbuh di negeri Hijaz dan Nejd,
kemudian berkembang ke seluruh negara-negara Arab.
Sejarah perkembangan bahasa Arab dapat dibagi atas enam
periode, yaitu :
a. Periode Jahiliyah, periode ini merupakan tahap pembentukan dasar-
dasar bahasa Arab, yang diawali dengan kegiatan perlombaan dan
diskusi-diskusi mengenai karya sastra, baik syair (Puisi) maupun
pidato (Khatbah)di lembaga al-Aswaq.
b. Periode Permulaan Islam, yaitu mulai lahirnya agama Islam sampai
berdirinya daulah BaniUmayyah. Datangnya Islam dan turunnya al-
Qur’an dalam bahasa Arab standard, membuat kedudukan Bahasa
Arab menjadi sangat penting dan menarik perhatian masyarakat luas,
terutama bagi pemeluk agama Islam.
c. Periode BaniUmayyah, yakni ditandai dengan intensifnya asilimasi
orang-orang Arab Islam dengan penduduk asli diberbagai wilayah,
sehingga melahirkan suatu dialek khusus yang mereka pergunakan
sehari-hari dan berbeda dengan bahasa percakapan orang-orang Arab.
d. Periode Bani Abasiyyah, periode ini bahasa Arab tetap mempunyai
posisi dan berperan seperti semula, dimana bahasa Arab Badui
dipandang dan dinilai sebagai bahasa yang bermutu tinggi dan
dikagumi.
e. Periode sesudah abad kelima hijriah, merupakan masa kemunduran
Bahasa Arab, karena tidak lagi menjadi bahasa politik dan administrasi
pemerintahan, melainkan hanya sebagai bahasa agama semata.
-
56
f. Periode Zaman Baru, pada periode ini bahasa Arab mulai bangkit
kembali yang ditandai dengan usaha pengembangan kaum intelektual
di mesir, sebagai akibat pengaruh golongan intelektual Eropa yang
datang bersama serbuan Napoleon pada tahun 1798 M. Mereka
membangun berbagai sarana untuk mendorong perkembangan ilmu
pengetahuan di Mesir, seperti lembaga ilmu pengetahuan,
perpustakaan, sekolah, surat kabar, laboratorium penelitian, percetakan
Arab dan lain sebagainya. (Depag RI, 1976 : 36-49)
Mengenai fungsi bahasa, Menurut Roman Jakobsen seperti
yang di kutip oleh Kinayati (2006 : 52) secara rinci menyatakan ada
enam macam fungsi bahasa, yaitu:
a. Fungsi referensial, yaitu pengantar suatu pesan
b. Fungsi emotif, pengungkap keadaan pembicara
c. Fungsi konatif, pengungkap keinginan pembicara yang langsung
atau segera dilakukan atau dipikirkan oleh sang penyimak.
d. Fungsi metalingual, penerapan terhadap sandi atau kode yang
digunakan.
e. Fungsi fatis, pembuka, pembentuk pemeliharaan hubungan atau
kontak antara pembicara dengan penyimak.
f. Fungsi puitis, penyandi pesan.
Bahasa Arab merupakan bahasa kitab suci al-quran yang
merupakan sumber pokok ajaran islam, sehingga ia mempunyai
fungsi khusus, yaitu bahasa Agama.
Ma’mun Efendi Nur,(2001 : 9-10) menyampaikan :
-
57
“Bahasa Arab mempunyai keistimewaan yang tidakdimiliki bahasamanapun di dunia, karena ia bukan hanya bahasabangsa Arab saja dan kaum muslimin. Allah SWT telahmemuliakan dan meninggaikan kedudukan bahasa Arabdenganmenjadikanya sebagai bahasa kitab suci-Nya (al-Qur’an) sekaligusbahasa dialog antara Allah dengan kekasihnya yang terpilih ( NabiMuhammad) SAW. oleh karena sebab itu belajar Bahasa Arab danmengajarkanya menjadi wajib syar’i bagi orang yang inginmengibarkan bendera dakwah (Islamiyah) menuju ridla AllahSWT.”
Pengajaran bahasa Arab di Indonesia, baik di pesantren,
madrasah, sekolah maupun perguruan tinggi, pada hakikatnya ada
dua tujuan perencanaan, yakni pertama, sebagai alat untuk
memahami kandungan teks dalam kitab-kitab tentang berbagai
disiplin ilmu. kedua, untuk menghasilkan ahli bahasa dan sastra
Arab yang profesional yang mampu berkomunikasi, mengarang
dan mengajar bahasa Arab. secara lebih rinci tujuan perencanaan
pengajaran bahasa Arab adalah:
a. Agar siswa (murid / santri ) dapat memahami al-Quran dan al-
Hadist sebagai sumber hukum dan ajaran islam.
b. Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan
kebudayaan yang ditulis dalam bahasa Arab.
c. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam Bahasa Arab
d. Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian
lain(suplementary)
e. Untuk membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar
profesional.(Tayar yusuf, 1989 : 1)
-
58
Bahasa Arabmerupakan kebutuhan yang amat urgen dan
banyak manfaatnya bagi umat Islam di setiap masa dan generasi
penerus.
Al- Fauzan,(2002:4). Menyebutkan tujuh hal mengenai
pentingnya pembelajaranbahasaArab, yakni :
a. Bahasa Arab merupakan bagian dari agama
b. Pengetahuan tentang bahasa Arabakan menjaga diri dari
perkara syubhat dan bid’ah.
c. Pengetahuan tentangbahasa Arab juga menjadi kemudahan
dalam hidup.
d. Ia merupakan simbol identitas Islam bagi pemeluknya
e. Kejayaan bahasa Arab akan membawa kemulaan Islam dan
umatnya
f. Bahasa Arab menjadi perangkat paling kuat antara umat Islam
g. Pembelajaran bahasa Arab merupakan media terpenting dalam
rangka melestarikan budaya dan peradaban Islam.
Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo Jawa
Timur secaralebih khusus menetapkanpentingnya perencanaan
pembelajaranbahasa Arab di lembaganya untuk mencapai tujuh
keterampilan (maharah) secara seimbang bagi para santrinya,
yaitu:
a. Muharah al-Muhadatsah,yakni keterampilan berbicara atau
berkomunikasi denganbahasa Arab dalam bentuk bercakap-
cakap
-
59
b. Maharah al_Qira’ah wa al-mutala’ah, ialah kemampuan
santri untuk membaca dan menelaah teks-teks Arab dengan
pemahaman yang menyeluruh
c. Maharah al-Khitabah, adalah kemampuan santri dalam
menulis dan mengarang baik surat, karya ilmiah maupun
berita, yaitu yang meliputi Insya’ dan imla
d. Maharah al-istima’, adalah kemampuan santri dalam
memahami orang yang berbicara dengan bahasa Arab
(mendengar)
e. Maharah al Tafkir, adalah kemampuan santri untuk
mengungkapkan pikiran, ide, analisis dan konsep dengan
menggunakan bahasa Arab lewat diskusi musyawaroh
maupun seminar.
f. Maharah al-Tadris, ialah kemampuan santri untuk
keterampilan mengajar bahasa Arab (praktek mengajar)
g. Maharah Al-Khitabah, adalah keterampilan berpidato
dalam menyampaikan pemikiran, informasi, pendapat dan
nasihat-nasihat di hadapan orang banyak.(Nuryani, 2006 :
186-187)
Ketujuh rumusan perencanaan pembelajaran Bahasa
Arab tersebut adalah khusus bagi pondok pesantren gontor dan
pesantren lain yang sejenis. Pondok-pesantren tradisional dan
madrasah-madrasah pada umumnya tujuan khusus
perencanaan pembelajaran bahasa Arab dilembaga-lembaga
-
60
tersebut adalah: mutala’ah (membaca), imla’ (dekte), insya’
(mengarang) dan qawa’id (nahwu-saraf). (Tayar yusuf dan
Syaiful Anwar 1985 : 190).
2. Pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren
Praktek teknik pengajaran bahasa Arab di Indonesia, seperti
dipesantren, madrasah-madrasah maupun PTAI masih menitikberatkan pada
metode gramatika- terjemah saja, dengan ciri-ciri teknik sebagai berikut:
a. Penjelasan tentang kaidah-kaidah tata bahasa kepada murid/santri dengan
disuruh menghafal.
b. Menghafal kosa kata tertentu, yang kemudian dirangkaikan menurut
kaidah-kaidah tata bahasa.
c. Menterjemahkan kata demi kata dan kalimat demi kalimat bahasa arab ke
dalam bahasa pelajar.
d. Latihan untuk kemahiran menggunakan bahasa Arab secara lisan (aktif)
sangat kecil, bahkan hampir tidak ada.
e. Belum menggunakan alat-alat peraga atau alat bantu maupun
gambar.(Depag R.I 1976 : 104)
Namun ada juga lembaga pendidikan di Indonesia yang telah
menerapkan metode pembelajaran bahasa Arab secara komprehensif
dengan target berhasilnya berbagai kemahiran. Misalnya pondok pesantren
modern di Gontor, Jawa Timur telah menerapkan direct method (al-
Tariqohal-Muabsyirah) dengan tahapan teknik pembelajaran sebagai
berikut:
-
61
a. Mula-mula guru mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan jelas dan
terang, yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
b. Murid menirukan dari yang mudah hingga yang sulit, dimulai nama-
nama benda, Zaraf, hurufjer, hitungan, warna dan kemudian kata
kerja. Hal ini berlangsung selama lima bulan dengan diulang-ulang.
c. Tata bahasa (nahwu-sharaf) disampaikan secra lisan, bukan
menghafal, dengan memberikan contoh-contoh sebelum
menyampaikan kaidah-kaidah tertentu.
d. Buku dipakai dengan cara guru memberi contoh membaca dengan
jelas, kemudian ditirukan oleh santri.
e. Memperbanyak latihan-latihan, pendengaran, pengucapan, menirukan
dan menulis, tetapi tidak boleh menggunakan sistem terjemah. (Azhar
Arsyad, 2004 : 127)
Mempelajari kitab kuning di Madrasah Diniyah dan
Pesantren, pada umumnya mengikuti pola tradisional, yaitu : “Model
sorogan dan model bandongan atau weton. Secara teknis, sorogan
bersifat individual, yakni santri menghadap Kyai seseorang demi
seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajari. Bandongan
(weton)” lebih bersifat pengajaran klasikal, yaitu santri mengikuti
pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan
pelajaran secara kuliah dan terjadwal.Kedua metode tersebut,
dilakukkan dengan pembacaan kitab yang dimulai dengan matan,
syarah dengan analisis gramatikal, peninjauan morfologi dan uraian
sematik.Kyai sebagai pembaca dan penerjemah, bukan sekedar
-
62
membaca teks, melainkan juga memberikan interpretasi (pandangan)
pribadi, baik mengenai isi maupun bahasanya.(Saifuddin Zuhri, 1979 :
101-102)
P. Dirdjosantojo,(1999 : 149) secara lebih detail
menerangkan, bahwa:
“Sistem sorogan bersifat individual, pelaksanaanya persisseperti pengajian anak-anak dilanggar. Sistem ini seringdilakukan untuk menolong santri yang tertinggal dalammengikuti pelajaran, atau untuk menolong santri yang barumasuk dan juga dalam beberapa kasus dipakai Kyai untukmengajarkan secara mendalam suatu kitab kepada santrikhusus.”
Metodebandongan atau weton adalah kyai membaca salah
satu kitab, menerjemahkannya dalam bahasa jawa, dan kemudian
memberi keterangan terhadap kata-kata sulit.Sementara santri duduk
bersila mengitarinya dengan menyimak kitab masing-masing, sambil
mencatat terjemahan dan penjelasan ala kadarnya yang diberikan kyai
di sela-sela teks aslinya.
Nampaknya rumusan kedua metode ini, secara gamblang
ditulis dalam buku “praksis pembelajaran pesantren” oleh M. Dian
Nafi’ dkk (2007 : 67-69) sebagai berikut :
a. Metode bandongan dilakukkan dengan cara kiai/guru
membacakan teks-teks kitab yang berbahasa Arab,
menerjemahkannya kedalam bahasa lokal, dan sekaligus
menjelaskan maksud yang terkandung dalam kitab tersebut.
Metode ini dilakukan dalam rangka memenuhi kompetensi
kognitif santri dan memperluas referensi keilmuan bagi mereka.
-
63
b. Metode sorogan adalah semacam metode CBSA (cara belajar
siswa aktif), dimana santri aktif memilih kitab kuning yang akan
dibaca dan diterjemahkan di depan kiai. Sementara itu kiai
mendengarkan, dan kemudian mengoreksi bacaan dan terjemahan
para santri, jika diperlukan. Metode sorogan ini juga efektif untuk
memilih kompetensi psikomotorik santri, karena dalam membaca
dan menerjemahkan kitab, para santri dapat menerapkan ilmu
alat, seperti nahwu (gramatika), saraf (morfologi) dan lain-lain
yang selama ini telah mereka pelajari secara teoritis.
c. Metode mempelajari kitab kuning di pesantren secara teknis,
biasanya adalah kiai duduk ditempat yang lebih tinggi, di atas
kursi yang dilandasi bantal, dan para santri duduk
mengelilinginya. Para santri di harapkan bersikap hormat dan
sopan ketika mendengarkan uraian-uraian yang disampaikan kiai.
Kitab-kitab yang yang diajarkan kiai adalah berbahasa Arab,
sehingga yang namanya “ngaji” adalah kegiatan mempelajari
kitab berbahasa Arab, itu juga yang disebut “ngaji kitab”. Oleh
karena santri kebanyakan belum mengerti bahasa jawa yang agak
berbeda dari yang umum digunakan di masyarakat. Ia agak kuno,
tetapi tidak dapat disebut “bahasa jawa kawi”. Ada pola-pola
yang pasti dalam cara menerjemahkan kitab kuning itu, yakni
mengikuti posisi kata-kata Arab yang bersangkutan dalam
kalimat.Misalnya kasus normatif (mubtada’) akan selalu
diterjemahkan dengan pendahuluan “utawi”, kasus sebagai
-
64
(khabar) diterjemahkan dengan pendahuluan “iku”, kasus sebagai
penderita (maf’ul) diterjemahkan dengan pendahuluan “ing”, dan
seterusnya. Para santri mengikuti dengan cermat terjemahan kiai
itu, dan mereka mencatat pada kitabnya, dibawah kata-kata yang
terjemahkan. Kegiatan mencatat ngesahi (mengesahkan
pengertian dan gramatika) dan juga di sebut njenggoti
(menggantung seperti jenggot di bawah kata-kata yang
diterjemahkan).(Nur Cholis Majid, 1997 : 22-23)
Jumlah kitab kuning sebenarnya mencapai ribuan judul
dari berbagai disiplin ilmu, baik yang kecil maupun yang berjilid-
jilid tebal. Namun yang umum diajarkan di pesantren jawa
khususnya dan pesantren indonesia pada umumnnya berkisar
pada kitab-kitab sebagai berikut :
a. Bidang tata bahasa, yaitu ilmu saraf, kitabnya; kailani, al-
Maqsud, amsilah al-Tasrifiyah, dan al-bina’. Ilmu nahwu,
kitab-kitabnya: jurumiyah, mutammimah, asymawi, alfiyah
matan, ibnu aqli, dahlan alfiyah, qatrun nada, ‘awamil,
qawaidul I’rab, nahwu al- Wadih dan qawaidul lugoh.
b. Bidang sastra Arab atau balagah, kitabnya jauharul maknun
dan uqudul juman.
c. Bidang tajwid, kitabnya yaitu tuhfatul atfal dan hidayatus
sibyan.
d. Ilmu mantiq, kitabnya sullamul munawaruq dan idahul
mubham serta isaguji.(Martin, 1995 : 149)
-
65
e. Bidang fiqih, kitab-kitabnya adalah : fath al-mu’in, I’anat at-
talibin, fath al-qarib, kifayatul akhyar, bajuri, iqna’, minhajat-
talibin, tahrir, riyad al-badiahsullam al-munajat, uqud al-
lujain, sittina masalah, muhazzab, bugyat al-mustarsyidin,
mabadi fiqhiyah, fiqh wadih, dan sabil al muhtadin.
f. Ilmu usul fiqih, kitabnya yaitu, waraqat, lataif al isyarat,
jam’ul jawami, luma’, al-asybah wa an-nazair, al-bayan, dan
bidayat al-mujtahid.
g. Bidang aqidah, kitabnya terdiri dari ummul barahin, sanusi,
dasuki, syarqawi, kifayatul ‘awam, tijanud darari, aqidatul
awam, nuruz zalam, jauharotul tauhid, tuhfatul murid, fathul
majid, jawahirul kalamiyah, husnul hamidiyah dan aqidatul
islamiyah.(Martin, 1995 : 154-155)
h. Bidang tafsir, kitabnya ialah tafsir jalalin, tafsir munir, tafsir
ibnu kasir, tafsir baidawi, jam’ul bayan (tabari), tafsir maragi,
tafsir al-manar dan tafsir depag.
i. Bidang ilmu tafsir, kitabnya al-itqan dan itmanud dirayah.
j. Bidang hadis dan ilmu hadits, kitabnya bulughul maram,
sulubus salam, riyadus salihin, sahih bukhari, tajridus
sarih,jawahirul bukhori, sahih muslim, syarah ar-bain
nawawi, majalisus saniya, durratun nashihin, tanqihul qoul,
mukhtarul ahadis, usfuriyah, baiquniyah dan minhaful murgis.
k. Bidang akhlaq/tasawuf, kitabnya meliputi Ta’limulmuta’allim,
wasaya, akhlaklilbanat, akhlaklilbanin, Nasaihulibad,
-
66
Ihya’ulummuddin, Sairus-salikin, Bidayat al-hidayah,
irsyadulibad, muraqilubudiyah, Hidayatus-salikin,
minhajuttalibin, sirajuttalibin, syarahhikam, hidayatulazkiya’,
kifayatulatqiya’, risalatulmu’awanah, nasaiuddiniyah dan al-
azkar.
l. Bidangsejarah hidup nabi, kitabnya ialah khulashahnurulyaqin,
barzanji dan dardir.”(Martin, 1995 : 158-168)
3. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Arab
Uraian tentang tujuan pembelajaran bahasa Arab baik yang bersifat
umum maupun khusus, sangat penting dalam menentukan isi atau materi
pelajaran, juga erat hubungannya dengan metode pengajaran yang hendak
dipergunakan. Mengenai ruang lingkup pelajaran, yang pertama-tama
dipertimbangkan adalah tingkat atau jenjang pembelajaran, apakah tingkat
dasar, tingkat menegah atau tingkat lanjutan.
Ruang lingkup pengajaran bahasa Arab tingkat permulaan dan
menengah perlu dilaksanakan dengan model all in one system,yaitu
menyatukan berbagai pembahasan dalam satu sistem pengajaran dengan tidak
memisah-misahkan satu sama lain. Pada kedua tingkat tersebut diusahakan
materinya meliputi lima aspek, yaitu;
a. al-Kitabah (menulis) dan imla’ (dikte) yaitu pelajaran yang bertujuan
mencapai kemahiran menulis alphabet dan mengejanya. Kemahiran ini
harus dicapai secepatnya pada tahap-tahap permulaan proses pengajaran
ditingkat permulaan. Termasuk dalam aspek ini adalah pengajaran tata
-
67
bunyi (phonology) dan pengucapan. Perlujuga untuk mencapai
kemampuan menangkap dan mengerti lafaz Arab yang diucapkan orang
lain dan menuliskannya dengan tepat dan benar, maka diajarkan imla’
(dikte). Kecuali untuk tujuan tersebut, imla’ juga berperan untuk tujuan
kemahiran mendengar.
b. al-Muhaddatsah (percakapan), yakni pelajaran untuk mencapai
kemahiran berbicara dengan bahasa Arab dan menyimak pembicaraan
orang lain. Meteri ini berupa bentuk pola-pola kalimat dari ungkapan-
ungkapan yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari, seperti
kalimat tanya dan jawabannya.
c. al-Qira’ah (membaca), adalah pelajaran untuk mencapai kamampuan
membaca dengan keras rangkaian kalimat-kalimat dengan cepat dan
benar, serta bertujuan untuk mampu mengerti apa yang dibaca yang
dikenal dengan istilah mutala’ah. oleh sebab itu bahan bacaan harus
mengandung struktur tata bahasa, perbendaharaan kosa kata dan sesuai
dengan tingkat dan usia pelajar.
d. al-Qowaid (tata bahasa), ialah pelajaran tata bahasa yang meliputi
nahwu dan sorof . materi ini diajarkan sekaligus dalam pelajaran al-
qira’ah sesuai dengan pengurutan dan gradasi yang direncanakan. Materi
qowa’id ini sebenarnya untuk mencapai kemampuan mengutarakan
pikiran dan perasaan dengan bahasa yang benar, dan juga supaya mampu
memahami apa yang didengar dan dibaca.
e. al-Insya’ (komposisi), yaitu pelajaran mengarang atau menyusun kalimat
dengan tujuan mencapai kamahiran menyatakan fikiran dan perasaan
-
68
dalam bentuk kalimat yang dituangkan dalam tulisan(karangan) ataupun
lisan. Materi ini diawali dengan latihan menyusun kalimat, mengubah
kalimat, dan merangkai kata-kata yang tersedia menjadi kalimat yang
tepat.
Selain materi tersebut, untuk tingkatan menengah perlu
ditambah kaidah-kaidah pokok mengenai sastera Arab dan latihan
menggunakan kamus-kamus bahasa Arab. bagi tingkat lanjutan, materi
pembelajarannya adalah memperdalam materi-materi tingkat menegah
untuk mrningkatkan kemampuan yang telah dimiliki siswa ditambah
dengan materi sastra Arab (balagah) secara lebih mendetail dengan
bacaan teks-teks sastra Arab. Pada tingkat lanjutan ini materi qowaiid
dan balagah sebaiknya dipisah sendiri-sendiri supaya pembahasannya
bisa spesifik dan mendalam.(Depag R.I 1976 : 126)
Materi bahasa Arab yang dipelajari di Madrasah diniyah dan
pesantren- pesantren Indonesia meliputi: a) Nahwu (Gramatika), b) Saraf
(Morfologi), c) Insya’ (Mengarang), f) Mahfuzat ( kata-kata mutiara). g)
Balagah (Sastera), h) Mantiq (Logika), i) Arud (Irama Bahasa), j) Khat
(Kaligrafi), dan k) al-Adabal–Muqarin ( Sastera Perbandingan).
Uraian di atas,menggambarkan betapa luasnya materi bahasa
Arab yang menyangkut berbagai spesifikasi keilmuan.Oleh sebab itu,
untuk mengusai bahasa Arab secara sempurna memerlukan keseriusan
yang tinggi bagi murid/santri maupun guru/ustaz dalam proses
pembelajaran.
-
69
4. Pembelajarankaidah-kaidahbahasaArab
Dalam metode tata bahasa-terjemah, bahasa disajikan dalam bab – bab;
atau pelajaran – pelajaran ketatabahasaan singkat yang masing – masing
memuat beberapa butir atau kaidah tata bahasa yang disusun serta
diilustrasikan dengan contoh – contoh. Ciri – ciri ketatabahasaan memang
menjadi fokus perhatian dalam buku pelajaran yang tidak disembunyikan atau
ditutup – tutupi oleh sang guru pada pelajaran.
Istilah – istilah teknis ketatabahasaan tidak dihindari. Siswa diharapkan
dapat menelaah, mengkaji serta menghafalkan kaidah tertentu beserta contoh
– contohnya. Misalnya, paradigma ism, fi’il, harf, atau adawat. Latihan –
latihan terdiri dari kata – kata, frase – frase, kalimat – kalimat dalam bahasa
ibu yang diterjemahkan oleh siswa ke dalam bahasa sasaran dengan bantuan
daftar kosakata dwibahasa untuk mempraktikkan butir atau kelompok butir
ketatabahasaan tertentu.
Latihan – latihan lainya dirancang untuk mempraktikkan terjemahan
dari bahasa sumber (Arab) ke dalam bahasa target (Indonesia), atau
sebaliknya. Kalau siswa telah memperoleh kemajuan, dia dapat maju dan
beralih dari penerjemahan kalimat – kalimat terpisah ke arah penerjemahan
teks – teks bahasa Arab yang koheren ke dalam bahasa Indonesia, atau dari
teks – teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab.
Supaya kita memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai metode
tata bahasa terjemah, pada bagian berikut ini dikemukakan sebuah contoh
pembelajaran bahasa yang menggunakan metode ini.
-
70
Sebelum pelajaran dimulai, para siswa sudah duduk di tempat masing –
masing dengan buku terbuka, siap menanti pelajaran baru. Pada halaman
depan buku mereka terdapat sebuah “bacaan pilihan”, yang didahului oleh
beberapa kosakata bahasa Arab dengan padanan katanya dalam bahasa
Indonesia. Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru dengan mengucapkan
beberapa kosakata, yang harus dihafalkan oleh siswa, lalu menjelaskan
maknanya dengan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sementara itu
para siswa mencatat kata – kata baru pada saat guru membacakan
terjemahanya.
Selanjutnya, dengan bahasa Indonesia, guru menyuruh beberapa orang
siswa untuk membaca bahan bacaan pilihan dalam buku dengan suara
nyaring. Bila siswa melakukan kesalahan, maka dalam seketika guru
langsung memperbaiki kesalahan tersebut, dan siswa akan langsung
melanjutkan bacaanya tanpa mengulangi koreksi yang diberikan oleh guru.
Setelah siswa selesai membaca, guru akan memerintahkan murid yang lain
untuk membaca secara bergantian. Setelah beberapa menit, ketika siswa
terlihat sudah mulai bosan, guru mulai membacakan beberapa kalimat dengan
suara nyaring kepada para siswa dan kemudian memberikan kesempatan
beberapa menit kepada mereka untuk membaca bagian tersebut dalam hati.
Setelah menyelesaikan bacaan, siswa diminta untuk menerjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia, beberapa kalimat yang baru saja mereka baca.
Bila perlu, guru sendiri akan memberi bantuan kepada setiap siswa yang
menemui kesulitan dalam menerjemahkan beberapa kalimat. Ketika para
siswa sudah menyelesaikan bacaan dan menerjemahkan paragraf, guru
-
71
bertanya kepada mereka tetap dengan menggunakan bahasa Indonesia
apakah ada diantara mereka yang mempunyai pertanyaan terkait dengan
makna suatu kata atau isi bacaan. Pertanyaan dari siswa dan jawaban dari
guru sama – sama dalam bahasa Indonesia.
Kalau para siswa tidak memiliki pertanyaan lagi, guru akan meminta
mereka untuk menulis jawaban atas soal – soal pemahaman yang disajikan
pada akhir bacaan. Soal – soal itu dalam bahasa Arab dan para siswa
diperintahkan untuk menulis jawaban atas soal – soal itu dalam bahasa Arab
juga. Mereka mengerjakan nomor pertama bersama – sama sebagai contoh.
Seorang siswa akan membaca soal pertama dengan suara nyaring, lalu siswa
yang lain akan menjawab pertanyaan itu. Kalau salah, guru akan langsung
mengoreksinya, dan kalau benar para siswa secara sendiri – sendiri akan
melanjutkan pekerjaan yaitu menyelesaikan sisa pertanyaan.
Sebagai tambahan di luar pertanyaan – pertanyaan yang terkait dengan
informasi yang terkandung dalam bacaan paragraf, para siswa menjawab dua
jenis pertanyaan yang lain. Jenis pertanyaan yang pertama, mereka harus
membuat kesimpulan – kesimpulan yang didasarkan pada pemahaman
mereka terhadap bahan bacaan. Dan jenis pertanyaan yang lain adalah yang
menuntut para siswa untuk menghubungkan isi bacaan tersebut dengan
pengalaman hidup mereka sendiri.
Setelah separuh jam, guru dengan tetap berbicara dalam Bahasa
Indonesia, meminta para siswa untuk berhenti dan memeriksa pekerjaan
mereka. Satu persatu siswa akan membaca satu soal lalu membaca jawaban
yang mereka buat. Jika dia benar, guru akan menyuruh siswa yang lain untuk
-
72
membaca pertanyaan berikutnya. Jika siswa itu salah, maka guru akan
memilih seorang siswa yang lain untuk memberikan jawaban yang benar.
Sambil memberitahukan kegiatan berikutnya, guru meminta para siswa
untuk membuka halaman buku mereka yang biasanya menyediakan daftar
kosakata untuk latihan kosakata. Pengantar bagian latihan dari buku mereka
menjelaskan kepada para siswa bahwa itu adalah kata – kata yang diambil
dari bacaan yang baru saja mereka baca. Mereka juga diberitahu bahwa
sebagian dari kata – kata itu adalah kata ulangan dan sebagian yang lain
adalah kata – kata yang baru bagi mereka.para siswa diperintahkan untuk
memberi padanan bahasa Indonesia untuk kata – kata baru tersebut.latihan ini
dikerjakan oleh siswa didalam kelas secara bersama – sama. Jika tidak
seorang siswapun yang mengetahui terjemahan suatu kata, maka guru yang
memberitahukanya.
Berikutnya guru melanjutkan pembelajaran dengan penjelasan tentang
kaidah tata bahasa. Di papan tulis, guru telah membuat kerangka penggunaan
suatu “kaidah” bahasa Arab; yang contoh – contohnya diambil dari bahan
bacaan sebelumnya. Kaidah – kaidah dijelaskan secara rinci dalam bahasa
Indonesia. Kalau para siswa tidak terbiasa dengan suatu istilah
ketatabahasaan yang dipakai dalam penjelasan, maka guru akan memberikan
waktu tambahan untuk mengajarkan istilah tersebut. Para siswa menyalin
kaidah – kaidah, penjelasan berikut contoh – contoh dan ketentuan –
ketentuan khusus dalam buku tulis mereka.
Sisa waktu pelajaran dipergunakan untuk mengerjakan tugas – tugas
tertulis, biasanya yang ada kaitanya dengan tata bahasa, dari bahasa Indonesia
-
73
ke bahasa Arab yang sedang dipelajari, atau sebaliknya. Para siswa yang tidak
dapat menyelesaikan tugas – tugas ini, sebelum kelas berakhir mereka
diminta untuk mengerjakan serta menyelesaikannya di rumah, di samping
menghafalkan kosakata untuk kepentingan pelajaran membaca bagian
berikutnya.(Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, 2010 : 45-48
Menurut sistem lama, gramatika (Qawa’id) adalah merupakan materi
yang harus disajikan secara prioritas, sebelum mempresentasikan materi
pelajaran yang lainnya. Khususnya di dalam pembelajaran bahasa Arab.
Namun setelah bahasa Arab berkembang, maka posisi gramatika (Qawa’id)
beralih fungsi, tidak lagi seperti semula. Bahkan menurut pendapat terbaru
tegas Mahmud Yunus, gramatika (Nahwu dan Sharaf) itu disajikan secara
sambilan dalam pembelajaran membaca (muthala’ah), bercakap-cakap
(muhadatsah), dan hafalan (mahfudzat) pada tingkat ibtidaiyah. Sesudah itu
tegas Mahmud Yunus lebih lanjut, baru diajarkan nahwu dan sharaf sesuai
dengan metode yang teratur.
Gramatika (Qawa’id) secara etimologis adalah dasar, pedoman, asas,
peraturan. Dapat juga diartikan rumusan asas-asas yang menjadi hukum.
Disamping memiliki pengertian undang-undang baku yang dihimpun secara
terikat. Sedangkan pengertian Qawa’id (Gramatika) secara terminologis
adalah sebuah premis umum yang dikonsiderasikan dengan seluruh spesisnya.
Pemahaman yang hampir senada dipaparkan oleh Amin Ali al-Sayyid, bahwa
Qawa’id (Gramatika) adalah sebuah paradigma yang bersifat universal
disimpulkan dari perkataan orang Arab. Jadi, dari beberapa paradigma di atas
dapat dipahami bahwa Qawa’id merupakan aturan-aturan baku yang telah
-
74
menjadi konsensus para linguis, dan harus diikuti oleh pemakai bahasa serta
dikonsenderasikan dengan penutur aslinya.
Adapun tujuan pembelajaran Qawa’id secara umum adalah “agar
siswa dapat memahami dan memberi pemahaman terhadap lawan bicaranya
tentang pembicaraan atau tulisan secara baik dan benar”. Dengan demikian,
bukan berarti gramatika itu sebagai tujuan langsung, akan tetapi hanya
sebagai medium untuk mencapai tujuan dimaksud.
Teknik Pembelajaran Gramatika (Qawa’id). Gramatika dalam proses
pembelajarannya bisa dilakukan melalui al-Tadrib al-lughawi (Latihan
Bahasa). Dan teknik pembelajaran gramatika melalui proses al-Tadrib al-
Lughawi ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Melatih peserta didik menggunakan kalimat dan lafal yang benar.
b. Membentuk kebiasaan peserta didik berbahasa yang baik melalui proses
peniruan.
c. Pendidik memperkaya peserta didik dengan lafal dan struktur bahasa.
d. Peserta didik mampu mengetahui benar dan salah suatu pembicaraan
yang diekspresikan atau ditulis.
e. Pendidik mengajarkan beberapa problema gramatika secara praktikal.
(Zulhannan, 2014 : 112-113)
Di dalam kajian linguistik modern dikenal beberapa teori tata bahasa,
antara lain :
a. Teori tradisional; yang dianut oleh sebagian besar buku-buku tata bahasa
Arab.
-
75
b. Teori konstituen langsung; yang memandang bahwa setiap kalimat terdiri
atas dua komponen pembentuknya, masing-masing komponen itu pun
terdiri atas dua sub-komponen. dst.
c. Teori tagmemik; yang menganggap bahwa kontruksi kalimat suatu
bahasa dapat diklasifikasikan melalui dua perspektif, yaitu sharfiyah dan
nahwiyah/fungsional. Jenis kontruksi bahasa dapat diketahui berdasarkan
posisinya dalam sebuah pola kalimat.
d. Teori transformasional; yang menganggap bahwa, setiap kalimat terdiri
dari struktur lahir dan struktur batin. Struktur batin menampakkan
wujudnya dalam bentuk struktur lahir melalui kaidah-kaidah
transformasi.
Keempat teori tersebut di atas masing-masing mempunyai andil
dalam pengajaran struktur bahasa, di antaranya adalah, melalui teori
tradisional, dapat diketahui jenis-jenis kata (isim, fi’il, harf) dan berbagai
macam fungsi gramatikal (fa’il, maf’ul, mubtada’, khabar, dsb). Teori
konstituen langsung dapat digunakan untuk menganalisis kalimat dan
mengganti komponen-komponennya. Teori tagmetik mempunyai andil
dalam menyajikan pola-pola kalimat yang menjadi dasar latihan
penguasaan struktur bahasa. Teori transformasional memberikan
landasan teoritis jenis-jenis latihan tertentu, mengubah kalimat positif
menjadi kalimat negatif, jumlah ismiyah menjadi jumlah fi’liyah, dsb.
Setiap kalimat terdiri atas makna gramatikal dan makna leksikal.
Makna gramatikal sebuah kalimat dapat diketahui melalui:
a. Urutan (nazhm al-kalimat)
-
76
b. Bentuk kata (al-shighah al-sharfiyah)
c. Intonasi (al-tanghim)
d. Partikel/kata tugas (al-kalimat al-wazhifiyah)
Guru harus berupaya agar siswa menyadari peranan “alat-alat
sintaksis” itu dalam memahami makna kalimat secara
keseluruhan.Walaupun jumlah kalimat yang terdapat pada setiap bahasa
tidak terbatas, tetapi sebenarnya kalimat-kalimat tersebut tersusun atas
pola-pola yang jumlahnya terbatas setiap kalimat. Dengan demikian,
tersusun atas suatu pola tertentu, tetapi satu pola kalimat dapat
diwujudkan menjadi kalimat-kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
Jumlah pola kalimat yang terdapat dalam suatu bahasa bersifat relatif,
tergantung pada teori linguistik yang menjadi pijakannya.
Pengajaran struktur bahasa sebenarnya merupakan pengajaran
pola-pola kalimat. Strategi yang paling baik mengajarkan pola-pola
kalimat adalah dengan melalui latihan-latihan, misalnya melalui:
Penggantian tetap
Penggantian berpindah
Penggantian sederhana
Penggantian ganda
Penggantian stimulus lisan
Penggantian stimulus gambar
Penggantian stimulus konkrit
Penggantian stimulus tak-pengaruh
Penggantian stimulus berpengaruh
-
77
Penggantian kumulatif
Penggantian tak-kumulatif
Latihan sirkuler
Latihan berantai
Latihan empat langkah
Latihan menggabungkan
Latihan menambahkan
Latihan menyempurnakan
Latihan mengubah
Latihan perluasan
Latihan substitusi
Latihan melengkapi
Latihan mengurutkan
Latihan pilihan ganda
Latihan melengkapi harakat
Latihan revisi bentuk
Agar lebih bermakna, tata bahasa disajikan dalam konteks,
misalnya melalui :
Penggunaan contoh-contoh konkrit
Penggunaan nama-nama siswa
Penggunaan kalimat-kalimat yang sesuai dengan realita
Aktivitas nyata yang dilakukan guru dan siswa diruang kelas
untuk menghubungkannya dengan struktur bahasa yang baru, di
-
78
antara struktur yang sebaiknya dihubungkan dengan situasi konkrit
adalah: struktur istifham (introgatif), struktur nida’ (vokatif), struktur
tafdhil (komparatif), dan struktur bersyarat.
Guru diperkenankan memberikan kaidah umum yang
mendasari sebuah struktur konsep-konsep gramatika seperti istilah
fi’il, mubtada’ khabar tidak perlu diperkenalkan kepada siswa
tingkat pemula. Guru sebaiknya membandingkan struktur baru yang
akan diajarkan dengan struktur yang telah siswa pahami sebelumnya.
Guru harus memperhatikan aspek bentuk dan makna sekaligus ketika
mengajarkan struktur, latihan struktur diberikan secara lisan
kemudian secara tulisan. Guru harus memilih latihan yang sesuai
dengan bentuk struktur bahasa yang akan diajarkan. Guru harus
memvariasi teknik pengajaran. Guru harus senantiasa mengadakan
muraja’ah (review) terhadap struktur yang telah diajarkan, jika
siswanya banyak, latihan-latihan/pengulangan klasikal dan
kelompok hendaknya yang dominan, sedangkan jika siswa sedikit,
fokuskan pada latihan individual. Guru sebaiknya menuliskan
struktur baru didepan papan tulis dan menggunakan media
audio/visual yang memadai dalam memperkenalkan struktur baru,
guru harus menggunakan kosa kata yang sudah dipahami siswa.
Langkah-langkah menyajikan struktur bahasa dengan sistem
terpisah (nazariyyat al-furu’) adalah sebagai berikut:
a. Guru menuliskan contoh kalimat yang mengandung struktur
baru di papan tulis
-
79
b. Guru memberikan garis atau menuliskan dengan kapur/spidol
warna pada bagian struktur yang hendak diajarkan
c. Guru “menjelaskan” makna yang ditunjukkan struktur baru
dengan teknik yang sesuia
d. Guru “menjelaskan” bentuk (sighat) struktur baru yang sedang
diajarkan
e. Guru membandingkan struktur baru dengan struktur “sejenis”
yang telah dikuasai siswa sebelumnya
f. Guru memberikan contoh lain untuk lebih memantapkan
penguasaan struktur baru
g. Guru menugaskan siswa untuk memberikan contoh lain sesuai
struktur yang sedang diajarkan
h. Guru dengan siswa bersama-sama membuat generalisasi
i. Guru memberikan latihan-latihan secara lisan kemudian secara
tulisan mengenai struktur baru
j. Guru mengecek kembali penguasaan siswa terhadap struktur
yang telah diajarkan. (Aziz Fachrurrozi dan Mukhshon Nawawi,
2010 : 22-26)
5. MetodepembelajaranbahasaArab
Metode pengajaran mempunyai sejarah panjang dan berliku dalam
kajian pengajaran bahasa. Sejarah pengajaran bahasa telah banyak diwarnai
oleh berbagai gagasan mengenai apa bahasa itu dan bagaimana bahasa itu
dipelajari. Penerapan teori mengenai hakikat bahasa dan belajar bahasa
dalam bidang pengajaran bahasa berdampak pada munculnya beraneka
ragam metode pengajaran bahasa secara silih berganti. Keanekaragaman
metode pengajaran bahasa adalah refleksi dari keragaman cara pandang
filosofis menyangkut hakikat bahasa dan proses belajar bahasa. Keragaman
ini bahkan sering terkesan saling berlawanan.
-
80
Pergulatan pemikiran itu di antaranya dapat dilacak dari berbagai
istilah yang muncul dalam kaitannya dengan metode pengajaran bahasa,
misalnya tersebarlah banyak istilah yang dipakai para ahli dalam
menganalisis pengajaran bahasa.Istilah-istilah seperi pendekatan (approach),
rancang bangun (design), metode praktik, prinsip, prosedur, strategi, taktik,
dan teknik sering menghiasi berbagai literature.Istilah-istilah tersebut
meruncing menjadi tiga istilah pokok, yaitu pendekatan, metode dan teknik.
Karena itu terasa penting sejak awal kita mendiskusikan beberapa
persoalan semisal apakah ketiga terminology tersebut berbeda atau justru
sama? Kenyataannya ketiga istilah tersebut sering dipahami secara tumpang
tindih dalam pengajaran bahasa. Orang sering kali menyebut salah satu dari
tiga istilah tersebut tetapi yang dimaksud adalah yang lain. Bahkan, orang-
orang cenderung menggunakan istilah metode untuk menyebut ketiga istilah
tersebut.Sebagian orang berpikir bahwa ketiga istilah tersebut mengacu
pada satu konsep y