Marketing Politik

123
Teori Marketing Politik Posted: 6 September 2010 in Uncategorized Tag:andika mongilala , marketing politik , Teori Marketing Politik 1 5 Votes Marketing Politik Marketing politik juga menyediakan perangkat teknik dan metode marketing dalam dunia politik (Firmanzah, 2007) Menurut Firmanzah (2008:203), dalam proses Political Marketing, digunakan penerapan 4Ps bauran marketing, yaitu: Produk (product) berarti partai, kandidat dan gagasan- gagasan partai yang akan disampaikan konstituen.produk ini berisi konsep, identitas ideologi. Baik dimasa lalumaupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik. Promosi (promotion) adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah partai yang di mix sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pemilihan media perlu dipertimbangkan.

description

fsgcxxcfSumber-sumber rekrutmen adalah pelamar langsung, lamaran tertulis, lamaranberdasarkan informasi, orang lain, jalur iklan, perusahaan penempatan tenaga kerja,perusahaan pencari tenaga kerja profesional, lembaga pendidikan, organisasi profesi,serikat pekerja, dan melalui balai latihan kerja milik pemerintah.oSumber-sumber rekrutmen adalah pelamar langsung, lamaran tertulis, lamaranberdasarkan informasi, orang lain, jalur iklan, perusahaan penempatan tenaga kerja,perusahaan pencari tenaga kerja profesional, lembaga pendidikan, organisasi profesi,serikat pekerja, dan melalui balai latihan kerja milik pemerintah.oSumber-sumber rekrutmen adalah pelamar langsung, lamaran tertulis, lamaranberdasarkan informasi, orang lain, jalur iklan, perusahaan penempatan tenaga kerja,perusahaan pencari tenaga kerja profesional, lembaga pendidikan, organisasi profesi,serikat pekerja, dan melalui balai latihan kerja milik pemerintah.oSumber-sumber rekrutmen adalah pelamar langsung, lamaran tertulis, lamaranberdasarkan informasi, orang lain, jalur iklan, perusahaan penempatan tenaga kerja,perusahaan pencari tenaga kerja profesional, lembaga pendidikan, organisasi profesi,serikat pekerja, dan melalui balai latihan kerja milik pemerintah.ovSumber-sumber rekrutmen adalah pelamar langsung, lamaran tertulis, lamaranberdasarkan informasi, orang lain, jalur iklan, perusahaan penempatan tenaga kerja,perusahaan pencari tenaga kerja profesional, lembaga pendidikan, organisasi profesi,serikat pekerja, dan melalui balai latihan kerja milik pemerintah.o

Transcript of Marketing Politik

Page 1: Marketing Politik

Teori Marketing PolitikPosted: 6 September 2010 in Uncategorized Tag:andika mongilala, marketing politik, Teori Marketing Politik1 5 Votes

Marketing PolitikMarketing politik juga menyediakan perangkat teknik dan metode marketing dalam dunia politik (Firmanzah, 2007)Menurut Firmanzah (2008:203), dalam proses Political Marketing, digunakan penerapan 4Ps bauran marketing, yaitu:Produk (product) berarti partai, kandidat dan gagasan-gagasan partai yang akan disampaikan konstituen.produk ini berisi konsep, identitas ideologi. Baik dimasa lalumaupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan sebuah produk politik.Promosi (promotion) adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah partai yang di mix sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, pemilihan media perlu dipertimbangkan.Harga (Price), mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai citra nasional. Harga ekonomi mencakup semua biaya yang dikeluarkan partai selama periode kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga persepsi psikologis misalnya, pemilih merasa nyaman, dengan latar belakang etnis, agama, pendidikan dan lain-lain . Sedangkan harga citra nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat memberikan citra positif dan dapat menjadi kebanggaan negara.Penempatan (place), berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah partai dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih. Ini berati sebuah

Page 2: Marketing Politik

partai harus dapat memetakan struktur serta karakteristik masyarakat baik itu geografis maupun demografis.Menggunakan 4Ps marketing dalam dunia politik menjadikan marketing politik tidak hanya sebatas masalah iklan, tetapi lebih komprehensif. Marketing politik menyangkut cara sebuah institusi politik atau PARPOL ketika menformulasikan produk politik, menyusun program publikasi kampanye dan komunikasi politik, Strategi segmentasi untuk memenuhi kebutuhan lapisan masyarakat sampai ke perhitungan harga sebuah produk politik (Firmanzah, 2008: 211).Jadi, inti dari political marketing adalah mengemas pencitraan, publik figur dan kepribadian (Personality) seorang kandidat yang berkompetisi dalam konteks Pemilihan Umum (PEMILU) kepada masyarakat luas yang akan memilihnya (Ibham: 2008). Dalam hal ini tujuan marketing dalam politik adalah bagaimana membantu PARPOL untuk lebih baik dalam mengenal masyarakat yang diwakili atau menjadi target dan kemudian mengembangkan isu politik yang sesuai dengan aspirasi mereka.Konsep pemasaran atau marketing yang selama ini dikenal dengan bauran pemasaran konvensional Jerome McCarthyn (1957), yaitu terdiri komponen ‘4-Ps’ (product, price, place and promotion), kini telah berkembang menjadi dan sekaligus mempopulerkan salah satu pelaksanaan kegiatan bidang pemasaran politik atau yang disebut dengan political marketing. Pengembangan selanjutnya mengenai konsep pemasaran tersebut ke bidang lainnya secara lebih aplikatif, kreatif dan inovatif oleh pakar pemasaran moderen, Kotler pada tahun 1980-an yang merambah ke bidang selain program pemasaran yang bertujuan komersial, maupun non komersial yakni pemasaran bidang sosial atau kesejahteraan sosial, lalu berkembang lagi menjadi konsep komunikasi pemasaran terpadu dan hingga ke aktivitas pemasaran bidang politik. Didukung berkembangnya sistem pemerintahan Indonesia yang demokratis seperti sekarang ini, maka fungsi dan peranan saluran media massa baik cetak maupun media elektronik, radio, internet dan ditambah dengan banyaknya saluran stasiun televisi yang bermunculan baik secara nasional atau TV lokal daerah ikut menggiatkan atau menyebarluaskan pesan-pesan, pemberitaan atau informasi melalui berbagai bentuk komunikasi pemasaran, dan pemasaran politik, program kampanye politik melalui saluran media publikasi, public relations, promosi, kontak personal dan kreativitas periklanan politik (political advertising) yang terpapar secara luas tanpa sekat atau bahkan melampaui batas-batas negeri atau borderless country kepada seluruh para pemirsanya tanpa terkecuali. Dikaitkan dengan pembahasan penyebarluaskan arus informasi dalam era globalisasi tersebut terdapat mitos yang mampu menciptakan ketiadaan ruang, jarak dan waktu sebagai akibat kebebasan masyarakat memperoleh informasi secara bebas, langsung tanpa tekanan, tidak ada lagi batasan teritorial, tidak ada lagi sesuatu peristiwa atau kejadian tanpa kecuali yang dapat ditutup-ditutupi oleh setiap negara, lembaga lainnya dan termasuk upaya perorangan ingin menyembunyikan sesuatu informasi demi kepentingan sepihak. Pendekatan kampanye politik atau political campaign approach untuk mendukung penggiatan pemasaran politik atau political marketing activity tersebut sebagai upaya selain bertujuan untuk:Membentuk preferensi bagi pihak setiap pemilih dalam menentukan suaranya, tujuan lainnya adalah;

Page 3: Marketing Politik

Ingin merangkul simpati pihak kelompok-kelompok atau the third influencer of person and groups seperti tokoh masyarakat, agama, adat, eksekutif dan artis atau selebritis terkenal lainnya.Memiliki daya tarik bagi kalangan media massa baik cetak maupun elektronik, termasuk memanfaatkan penggunaan atribut kanpanye, poster, spanduk, iklan politik di media-massa, termasuk melalui situs atau blog internet untuk mempengaruhi pembentukan opini publik dan citra secara positif demi kepentingan membangun populeritas tinggi atau menebar pesona sang kandidat dan aktivitas parpol yang bersangkutan sebagai kontestan yang siap berlaga dalam setiap siklus pelaksanaan Pemilihan UmumMenurut Kotler and Neil (1999:3), bahwa konsep political marketing, atau pengertian Political Marketing adalah:“Suatu penggiatan pemasaran untuk menyukseskan kandidat atau partai politik dengan segala aktivitas politiknya melalui kampanye program pembangunan perekonomian atau kepedulian sosial, tema, isu-isu, gagasan, ideologi, dan pesan-pesan bertujuan program politik yang ditawarkan memiliki daya tarik tinggi dan sekaligus mampu mempengaruhi bagi setiap warga negara dan lembaga/organisasi secara efektif.”Khususnya pelaksanaan konsep political marketing tersebut yang pernah dimanfaatkan oleh salah satu pemimpin dunia yaitu, pasangan Bill Clinton dan Al Gore tahun 1990-1992 dalam persaingan antar kontestan menjadi kandidat atau calon Presiden dan Capres Amerika Serikat. Sebagai kampiun demokrasi dan sekaligus menjadi menjadi tonggak penting sejarah dalam penerapan konsep -konsep pemasaran politik secara efektif untuk berkompetisi dalam Pemilu secara bebas dan langsung meraih suara terbanyak, tahapan selanjutnya berhasil memenangkan pertarungan dan terpilih menjadi Prisiden AS ke-45, periode 1993 – 2001.Menurut Baines (terjemahan dari Nursal 2004:8) bahwa :“Perkembangan political marketing yaitu pelaksanaannya dimulai dari negara-negara maju dengan sistem demokrasi seperti pemerintah Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan dan hingga negara berkembang seperti Indonesia”.Tidak terlepas peranan Charles Baker telah menciptakan suatu konsep iklan politik sebagai alat media promosi pemasaran politik, dan definisi pemasaran politik kini telah banyak mengalami perubahan-perubahan dari konsep dan tujuannya,yaitu :Menurut konsep Shama (1975) & Kotler (1982) yang memberikan penekanan pada proses terjadinya transaksi antara pemilih dan kandidat.Lock & Harris (1996) yang mengusulkan agar pihak political marketing memperhatikan positioning and segmentation para kandidat atau parpol.O’Leary & Iradela (1976), yaitu perhatiannya dalam penggunaan marketing-mix untuk mempromosikan partai-partai politik kepada khalayak sasarannya.Wring (1997) lebih memperhatikan penggunaan survei atau riset opini publik dan termasuk analisis lingkungan.Menurut Lees-Marshment (2005: 5–6), produk partai politik terdiri atas delapan komponen.kepemimpinan (leadership) yang mencakup kekuasaan, citra, karakter, dukungan, pendekatan,hubungan dengan anggota partai, dan hubungan dengan media.anggota parlemen (members of parliament) yang terdiri atas sifat kandidat, hubungan dengan konstituen.

Page 4: Marketing Politik

keanggotaan (membership) dengan komponen-komponen kekuasaan, rekrutmen, sifat (karakter ideologi, kegiatan, loyalitas, tingkah laku, dan hubungan dengan pemimpin.staf (staff), termasuk di dalamnya peneliti, para profesional, dan penasihat.simbol (symbol) yang mencakup nama, logo, lagu/ himne.konstitusi (constitution) berupa aturan resmi dan konvensi.kegiatan (activities), di antaranya konferensi, rapat partai.kebijakan (policies) berupa manifesto dan aturan yang berlaku dalam partai. Jika kita cermati dengan saksama, kedelapan produk tersebut tidak lain tidak bukan adalah ”isi perut” partai politik.Seandainya kedelapan produk itu yang dipasarkan kepada konstituen, dengan sendirinya akan berlangsung proses pendidikan politik. Konstituen menjadi mengerti apa yang menjadi gagasan, karsa, dan karya serta orang-orang sebuah parpol. Bilamana semua parpol melakukan hal yang sama tentu khalayak dapat membandingkan isi perut antarparpol; partai mana yang lebih menjanjikan perubahan dan partai mana yang hanya membual saja. Dampak pemasaran politik bersifat resiprokal artinya politik mempengaruhi pemasaran yang pada akhirnya fungsi pemasaran akan mempengaruhi opini untuk membangun dukungan politik (Candif & Hilger 1982)Dalam pemasaran politik dikenal salah satunya adalah publisitas politik. Publisitas merupakan upaya mempopulerkan diri kandidat atau institusi partai yang bertarung. Ada empat bentuk publisitas yang dikenal dalam khazanah komunikasi politik,dikenal sebagai pure publicity yakni mempopulerkan diri melalui aktivitas masyarakat dengan setting sosial yang natural atau apa adanya. Misalnya saja, bulan Ramadhan dan Idul Fitri merupakan siklus aktivitas tahunan sehingga menjadi realitas yang apa adanya. Kandidat bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memasarkan dirinya. Misalnya dengan mengucapkan “Selamat Menjalani Bulan Ramadhan” atau “Selamat Tahun Baru Imlek” dengan embel-embel nama atau photo kandidat. Semakin banyak jenis bentuk pure publicity yang digarap, maka akan semakin populer kandidat.free ride publicity yakni publisitas dengan cara memanfaatkan akses atau menunggangi pihak lain untuk turut mempopulerkan diri. Misalnya saja dengan tampil menjadi pembicara di sebuah forum yang diselenggarakan pihak lain, menjadi sponsor gerakan anti narkoba, turut berpartisipasi dalam pertandingan olahraga di sebuah daerah kantung pemilih dan lain-lain.tie-in publicity yakni dengan memanfaatkan extra ordinary news (kejadian sangat luar biasa). Misalnya saja peristiwa tsunami, gempa bumi atau banjir bandang. Kandidat dapat mencitrakan diri sebagai orang atau partai yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi sehingga imbasnya memperoleh simpati khalayak. Sebuah peristiwa luar biasa, dengan sendirinya memikat media untuk meliput. Sehingga partisipasi dalam peristiwa semacam itu, sangat menguntungkan kandidat.paid publicity sebagai cara mempopulerkan diri lewat pembelian rubrik atau program di media massa. Misalnya, pemasangan advertorial, Iklan spot, iklan kolom, display atau pun juga blocking time program di media massa. Secara sederhananya dengan menyediakan anggaran khusus untuk belanja media.Sejak era reformasi dan kemudian disusul sistem pemilihan presiden dan kepala daerah secara langsung, terdapat fenomena yang tidak pernah ada pada masa orde baru yaitu marketing politik. Marketing politik merupakan akibat logis dari dibukanya

Page 5: Marketing Politik

sistem politik yang demokratis, dimana pemilih bebas menentukan pilihan. Politik yang demokratis kini analog dengan kompetisi dalam dunia bisnis, dimana kandidat harus memperebutkan calon pemilih (konsumen) sebagai khalayak sasaran. Salah satu alat yang lazim digunakan dalam marketing politik adalah iklan, disamping berbagai toolskomunikasi lainnya.Menurut Yulianti (2004), iklan politik televisi muncul pertama kali tahun 1952 dan selalu sarat dengan kontroversi. Contoh, iklan politik Lyndon B Johnson tahun 1964, yang kondang disebut iklan “Bunga Daisy”. Dalam spot iklan ditayangkan seorang gadis cilik tengah memetik bunga aster (daisy) saat sebuah bom atom meledak dengan jamur api maha dahsyat membumbung tinggi. Iklan politik itu dimaksudkan untuk menyebarkan ketakutan rakyat mengenai kecenderungan Barry Goldwater, lawan politik Johnson, untuk memulai sebuah perang nuklir dengan Uni Soviet. Iklan politik itu hanya ditayangkan sekali pada 7 September 1964 di televisi CBS sebab Goldwater mengancam menggugat Johnson dengan tuduhan fitnah dan pencemaran nama baik. Meski dicabut, iklan itu berulang-ulang ditayangkan dalam pemberitaan setelah kontroversi menjadi perdebatan publik. “Bunga Daisy” merupakan satu dari ratusan iklan politik sepanjang lebih dari 50 tahun sejarah perkembangannya. Iklan politik selalu menarik perhatian publik AS selama 13 kali pemilihan presiden, meski diperlukan uang luar biasa besar. Pada kampanye Pemilu 1988, tiap calon presiden mengeluarkan dana rata-rata 228 juta dollar AS untuk belanja iklan politik. Jumlah ini sekitar 8,4 persen dari biaya kampanye keseluruhan.Di Indonesia iklan politik semakin penting digunakan para politisi dalam pemilihan kepala daerah maupun pemilihan presiden, tetapi juga tak lepas dari kontroversi. Pakar politik Arbi Sanit misalnya menilai langkah sejumlah tokoh politik yang mengiklankan dirinya di media massa saat ini untuk menghadapi pemilu 2009 merupakan bentuk kecurangan kepada masyarakat. Sebab menurutnya lewat iklan itu masyarakat tak dapat menilai kapasitas seseorang. Lebih jauh Arbi, seperti dikutip Kompas mengatakan: “Lewat iklan itu, masyarakat hanya diajak untuk memilih orang yang populer. Ini menjebak rakyat karena pemimpin tidak cukup bermodalkan popularitas tetapi harus memiliki pengalaman dan terbukti teruji. Di Indonesia iklan membuat orang dapat berubah citra dalam waktu singkat. Seharusnya, orang itu juga harus membuktikan kemampuannya, misalnya membuat partainya memenangi pemilu. Iklan oleh aktivis parpol terbukti efektif mempengaruhi rakyat. Ini terlihat pada Pemilu 2004. Momen itu (Pemilu 2004) yang memancing adanya kesalahan jalan politik kita, terutama lewat iklan.”Berbeda dengan Arbi Sanit, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir yang juga gencar melakukan iklan politik mengatakan, PAN dan kader yang dimilikinya memang harus mempromosikan diri. Apalagi, sistem pemilihan presiden langsung mengharuskan seseorang harus dikenal luas masyarakat sebelum rakyat menentukan pilihan. Sementara Calon presiden lain Wiranto, menyangkal jika iklan tentang kemiskinan yang dibuatnya belakangan ini bertujuan politis (Kompas, 22 Mei 2008).Membahas iklan politik memang menarik, apalagi di Indonesia bidang ini belum banyak dikaji. Selain kontroversi yang meliputinya, isu lain adalah seberapa efektif sebenarnya iklan politik untuk menjaring massa pemilih. Tanpa kajian yang jelas tentu para kandidat hanya menghabiskan dana milyaran rupiah dengan percuma untuk memproduksi dan menayangkan iklan. Pembahasan berikut akan melihat sampai dimana potensi iklan sebagai alat marketing politik.

Page 6: Marketing Politik

Potensi Iklan PolitikMenurut Linda Lee Kaid dalam Putra (2007), iklan politik adalah proses komunikasi dimana seorang sumber (biasanya kandidat dan atau partai politik) membeli atau memanfaatkan kesempatan melalui media massa guna meng-exposure pesan-pesan politik dengan sengaja untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku politik khalayak.Iklan sendiri dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk komunikasi yang terdiri atas informasi dan gagasan tentang suatu produk yang ditujukan kepada khalayak secara serempak agar memperoleh sambutan baik. Iklan berusaha untuk memberikan informasi, membujuk dan meyakinkan (Sudiana, 1986:1).Seperti halnya dengan iklan komersial, tujuan iklan politik tak lain adalah mempersuasi dan memotivasi pemilih untuk memilih kandidat tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut iklan politik tampil impresif dengan senantiasa mengedepankan informasi tentang siapa kandidat (menonjolkan nama dan wajah kandidat), apa yang telah kandidat lakukan (pengalaman dan track record kandidat, bagaimana posisinya terhadap isu-isu tertentu (issues posisition) dan kandidat mewakili siapa (group ties). Isi (content) Iklan politik senantiasa berisi pesan-pesan singkat tentang isu-isu yang diangkat (policy position), kualitas kepemimpinan (character), kinerja (track record-nya) dan pengalamannya. Iklan politik, sebagaimana dengan iklan produk komersial yang tak hanya memainkan kata-kata (word), tetapi juga, gambar, suara dan musik.Secara umum, ada sembilan tahapan proses terkait dengan pembuatan dan penyiaran iklan, baik iklan media cetak maupun media elektronik (Johnson, 2001 dalam Nursal 2004: 254), yakni:Riset tentang unsur-unsur mana dari bagian produk politik yang akan disampaikan untuk mendukung positioning kontestan, disampaikan dengan cara apa, melalui media mana, dan berapa durasi atau luas halaman dan frekuensi pemasangan iklan tersebut. Riset ini dapat dilakukan dengan focus group analysis, benchmark survey, dan targeting analysis.Keputusan pembelian, yakni membuat komitmen pembelian ruang atau waktu terhadap media-media yang dipilih. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembelian ruang atau waktu media ini adalah masalah optimalisasi penggunaan uang. Isu penting dalam hal ini adalah bagaimana menggunakan waktu tayang atau ruang media secara efisien melalui kesepakatan bisnis yang saling menguntungkan antara kon-testan dengan pihak media.Mengembangkan konsep kreatif iklan yang meliputi desain pesan, penggunaan talent, visual kunci, suara kunci, dan berbagai aspek kreatif lainnya. Konsep ini didiskusikan secara mendalam sampai dirasa sempurna.Memproduksi iklan dengan beberapa varianMenguji respon para pembaca atau pemirsa terhadap iklan yang telah diproduksi tersebut melalui suatu riset. Tahap ini untuk mengetahui responden mana yang paling mernberikan respon yang diharapkan, dan mendapat masukan mengenai perbaikan konsep kreatif dan eksekusi iklan.Produksi final iklan adalah menyempurnakan hasil produksi sesuai dengan masukan dari hasil uji respon respondenPeluncuran iklan dengan sebuah konferensi pers untuk mendapat gaung komunikasi yang luasMenyiarkan iklan

Page 7: Marketing Politik

Menganalisis dampak iklan yang ditayangkan. Hasil analisis ini memungkinkan untuk meneruskan, mengubah. atau menghentikan konsep iklan.Iklan politik. khususnya iklan audiovisual, memainkan peranan Strategis dalam political marketing. Nursal (2004: 256) mengutip Riset Falkowski & Cwalian (1999) dan Kaid (1999) menunjukkan, iklan politik berguna untuk beberapa hal berikut:Membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidatMembantu para pemilih untuk terlepas dari ketidak-pastian pilihan karena mempunyai kecenderungan untuk memilih kontestan tertentu.Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan.Mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentuMempengaruhi opini publik tentang isu-isu nasionalMemberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih terhadap kandidat dan even-even politikUntuk mencapai sasaran obyektifnya iklan politik, harus menjawab lima pertanyaan dasar yang diajukan oleh Beaudry dan Schaerier (1986). Pertama, apa pesan tunggal yang paling penting untuk disampaikan kepada para pemilih. Kedua, siapa para pemilih yang dapat dipersuasi untuk memilih anda. Ketiga, metode apa yang paling efektif digunakan agar pesan anda sampai kepada pendukung potensial. Keempat, kapan saat terbaik untuk menyampaikan pesan anda kepada audiens yang dibidik. Kelima, sumberdaya apa yang tersedia untuk menyampaikan pesan kepada audiens yang diinginkan (Nursal, 2004:230)Gaya iklan yang efektif di Amerika dan Asia berbeda karena adanya perbedaan kultur. Menurut Yukio Nakayama (Cakram, Januari 2002), ada delapan kata kunci agar sebuah iklan dapat menyentuh perhatian khalayak:Emosi. Iklan yang mampu menggugah emosi pemirsanya biasanya akan diterima secara lebih utuh oleh khalayak sasaran. Mereka akan lebih mudah menjadi bagian dari iklan yang disajikan.Empati. Dengan upaya membangun empati dalam iklan, pemirsa akan digerakkan untuk berpihak pada pesan yang akan disampaikan. Hal ini bukan suatu hal yang mudah, diperlukan cara penyampaian pesan yang relevan dan dapat dipercaya.Obsesi. Perlihatkan dalam iklan bahwa obsession, dan semangat untuk meraih sesuatu. Konsumen (para pemilih) akan tergerak untuk meraih hal-hal yang positif dan mengalahkan suatu tantangan.Mimpi. Ini merupakan harapan yang selalu hadir dalam kehidupan manusia. Mimpi seringkali menjadi pendorong semangat untuk mencapai sesuatu. Kita selalu mempunyai harapan dan mimpi yang membuat kita selalu menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.Kecerdasan. Konsumen (para pemilih) menghargai kecerdasan yang muncul dari iklan-iklan yang disaksikannya. Pemirsa bukanlah orang-orang yang bodoh, mereka menghargai iklan-iklan yang tampil cerdas dan mampu membuat mereka berseru: aha!Moral. Sisi moral merupakan bagian penting dari kehidupan anak manusia. Kejelian mengolah hal ini membuat sebuah ikian akan terus dikenang.Realitas. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, yang tak dapat kita tolak, membuat iklan betul-betul scbagai realitas. Suatu hal yang nyata dan terjadi di sekitar kita.Tenderness. Sikap kasih dan pengertian merupakan hal penting yang mampu membuat konsumen ikut bersama pesan yang disampaikan.

Page 8: Marketing Politik

Lebih jauh iklan politik juga berfungsi membentuk image kandidat. Iklan sebagai bagian dari marketing politik adalah serangkaian aktivitas untuk menanamkan image politik di benak masyarakat dan meyakinkan publik mengenainya. Menurut Peteraf dan Shanley (1997) image bukan sekadar masalah persepsi atau identifikasi saja, tetapi juga memerlukan pelekatan (attachment) suatu individu terhadap kelompok atau group. Pelekatan ini dapat dilakukan secara rasional maupun emosional. Image politik, menurut Herrop (1990), dapat mencerminkan tingkat kepercayaan dan kompetensi tertentu partai politik. Di sini, image politik didefinisikan sebagai konstruksi atas representasi dan persepsi masyarakat (publik) akan suatu partai politik atau individu mengenai semua hal yang terkait dengan aktivitas politik.Image politik seperti terlihat dalam produk iklan tidak selalu mencerminkan realitas obyektif. Suatu image politik juga dapat mencerminkan hal yang tidak real atau imajinasi yang terkadang bisa berbeda dengan kenyataan fisik. Image politik dapat diciptakan, dibangun dan diperkuat. Image politik dapat melemah, luntur dan hilang dalam sistem kognitif masyarakat. Image politik memiliki kekuatan untuk memotivasi aktor atau individu agar melakukan suatu hal. Di samping itu, image politik dapat memengaruhi pula opini publik sekaligus menyebarkan makna-makna tertentu. Misalnya, katakanlah suatu partai politik memiliki image sebagai partai yang tiradisional, di mana nilai-nilai tradional lokal menjadi tujuan perjuangan. Image tersebut dapat memotivasi aktor-aktor politik dalam partai tersebut untuk selalu mengacu pada hal-hal yang bersifat tradisional. Selain itu, masyarakat awam pun niscaya memposisikan partai tersebut sebagai institusi yang memperjuangkan nilai-nilai tradisional. Perlu dicatat di sini bahwa ciri tradisional sering dibedakan dengan modern. Ketika suatu partai politik dicap sebagai tradisionalis, otomatis partai tersebut memiliki sistem nilai yang bertolak belakang dengan ide-ide modern.Linda Kaid (dalam Putra, 2007) lebih lanjut menjelaskan, ada tiga pengaruh iklan televisi terhadap para pemilih, yakni pengetahuan pemilih, persepsi terhadap kontestan, dan preferensi pilihan. Pengaruh pertama ditunjukkan oleh identifikasi nama kontestan atau kandidat yang disebut sebagai brand name recognition. Untuk identifikasi nama, iklan lebih efektif dibandingkan komunikasi melalui pemberitaan, khususnya untuk kandidat atau kontestan baru. Para pemilih juga lebih mudah mengetahui isu-isu spesifik dan posisi kandidat terhadap isu tertentu melalui iklan dibandingkan dengan pemberitaan. Pemilih yang tingkat keterlibatannya sedikit dalam kampanye lebih terpengaruh oleh iklan politik.Pengaruh kedua adalah efek pada evaluasi kandidat atau kontestan. Iklan televisi memberi dampak signifikan terhadap tingkat kesukaan terhadap kontestan atau kandidat, khususnya terhadap policy serta kualitas kandidat yang meliputi kualitas instrumental, dimensi simbolis. dan feno-tipe optis (karakter verbal dan nonverbal). Dampak tersebut bisa negatif dan bisa pula positif. Tingkat pengaruh tersebut tergantung pada konsep kreatif, eksekusi produksi, dan penempatan iklan tersebut.Pengaruh ketiga adalah preferensi pilihan. Berbagai stu-di eksperimental menunjukkan, iklan politik mempunyai pengaruh terhadap preferensi pilihan, khususnya bagi pe-milih yang menetapkan pilihan pada saat-saat terakhir. Variabel penting yang mempengaruhi preferensi tersebut adalah formasi citra dan tingkat awareness para pemilih terhadap kontestan. Pemilih yang keteriibatannya dalam dunia politik rendah lebih mudah dipengaruhi oleh iklan politik dibandingkan pemilih yang keteriibatannya lebih tinggi.

Page 9: Marketing Politik

Dari sisi sifat pesan, iklan dapat juga digolongkan menjadi iklan positif dan iklan negatif. Iklan positif adalah iklan yang memuat keunggulan dari sebuah kontestan yang dipasarkan Sedangkan iklan negatif adalah iklan tentang kelemahan pesaing. Iklan negatif lebih cepat menarik per-hatian pemilih ketimbang iklan positif. Namun demikian, iklan negatif tidak selalu memberi citra positif kepada pi-hak yang menggunakan. Karena itu, penggunaan iklan negatif harus memperhitungkan risikonya.Nursal (2004: 234) mengadaptasi Kotler (1995) dan Peter dan Olson (1993), ada beberapa tahap respon pemilih terhadap stimulasi tersebut:Awareness, yakni bila seseorang dapat mengingat atau menyadari bahwa sebuah pihak tertentu merupakan sebuah kontestan Pemilu. Dengan jumlah kontestan Pemi-lu yang banyak, membangun awareness cukup sulit dila-kukan, khususnya bagi partai-partai bam. Seperti sudah menjadi hukum besi political marketing, secara umum para pemilih tidak akan menghabiskan waktu dan ener-ginya untuk menghafal nama-nama kontestan tersebut. Yang terang, seorang pemilih tidak akan memilih kontestan yang tidak memiliki Brand awareness.Knowledge, yakni ketika seorang pemilih mengetahui beberapa unsur penting mengenai produk kontestan tersebut, baik substansi maupun presentasi. Unsur-unsur itu akan diinterpretasikan sehingga membentuk makna politis tertentu dalam pikiran pemilih. Dalam pemasaran produk komersial, tahap ini disebut juga sebagai tahap pembentuk brand association dan perceived quality.Liking, yakni tahap di mana seorang pemilin menyukai kontestan tertentu karena satu atau lebih makna politis yang terbentuk di pikirannya sesuai dengan aspirasinya.Preference, tahap di mana pemilih menganggap bahwa satu atau beberapa makna politis yang terbentuk sebagai interpretasi terhadap produk politik sebuah kontestan tidak dapat dihasilkan secara lebih memuaskan olch kontestan lainnya. Dengan demikian, peniilih tersebut memiliki kecenderungan unluk memilih kontestan tersebut.Conviction, pemilih tersebut sampai pada keyakinan untuk memilih kontestan tertentu.Sedangkan tipe-tipe pemilih dapat dibedakan sebagai berikut (Firmanzah, 2007):Pemilih RasionalPemilih memiliki orientasi tinggi pada “policy-problem-solving” dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya.Pemilih KritisPemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menuntaskan permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang bersifat ideologis.Pemilih TradisionalPemilih dalam jenis ini memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal usul, faham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik. Untuk Indonesia, pemilih jenis ini masih merupakan mayoritas.Pemilih SkeptisPemilih keempat adalah pemilih yang tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan

Page 10: Marketing Politik

kebijakan sebagai sesuatu yang penting. Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang, karena ikatan ideologis mereka memang rendah sekali. Mereka juga kurang memedulikan “platform” dan kebijakan sebuah partai politik.Kritik terhadap Iklan PolitikAl Ries dan Laura Ries (2002) melalui karyanya yang menyentak kalangan periklanan, The Fall of Advertising and the Rise of PR, menyebut era periklanan tengah berakhir. Iklan gagal menyajikan kredibilitas di hadapan pemirsa dan meningkatkan penjualan produk. Ries dan Ries sendiri bukan antiperiklanan; keduanya meletakkan periklanan sebagai kelanjutan public relations (PR). PR-lah yang membentuk merek (citra), yang selanjutnya diperteguh iklan. Jadi, memercayai iklan untuk meyakinkan pemirsa akan kredibilitas isi tayangannya menjadi pekerjaan sia-sia.Iklan adalah murni wilayah komersial, siapa pun bisa beriklan asal mampu membayar. Logis jika partai besar dengan sumber dana berlimpah lebih mampu beriklan ketimbang parpol gurem. Ketika beriklan, parpol menjual program dan gagasan, sama dengan perusahaan yang ingin menjual produk. Namun, banyaknya iklan tidak menjamin produk kian laku. Juga dalam kampanye pemilu, membeli iklan di media bukan otomatis membeli suara pemilih. Meningkatnya dukungan suara tidak sepenuhnya disebabkan keberhasilan teknik beriklan, terlebih lagi untuk iklan politik. Preferensi pemirsa tidak secara linier berubah dengan adanya iklan-iklan yang menggunakan teknik atau kreativitas tinggi. Oleh karena itu, logis bila mayoritas pemirsa-pemilih (ada yang menyebut angka 70 persen) sudah menentukan akan memilih siapa dalam pemilu presiden. Fenomena keterisolasian iklan dari preferensi pemilih berlaku tidak hanya di negara yang ikatan primodial dan paternalismenya kuat, tetapi juga ditemui di negara- negara yang memiliki tradisi kuat berdemokrasi.Iklan dibuat sebagai alat memengaruhi dukungan publik. Namun, karena realitas keterisolasian iklan dengan preferensi pemilih, tujuan ini tidak efektif untuk memperluas dukungan suara. Kecuali, memperteguh pendapat pemilih yang telah mengikatkan emosinya. Jadi, iklan bukan pada posisi untuk memengaruhi, melainkan menguatkan pendirian-pendirian pemilih yang memiliki ikatan tradisional tertentu dengan capres (Putra, 2007).Maulana (2004) melihat ada modal utama yang bisa disajikan oleh iklan politik yaitu kredibilitas. Karena tidak memiliki kredibilitas, iklan-iklan politik rapuh untuk gagal. Seolah dengan iklan, kredibilitas dapat diraih. Inilah faktor utama yang menyebabkan iklan-iklan politik di televisi tidak mendapatkan hasil efektif. Menurutnya bila dihubungkan dengan keterbukaan informasi, iklan politik kita juga menjadi kurang relevan karena disitu rakyat masih dipersepsikan bodoh. Lambat atau cepat, keterbukaan informasi akan memengaruhi transformasi pola memilih. Rakyat kritis menghilangkan eksistensi iklan sebagai pendulang suara. Alih-alih dipercayai, iklan dipandang sebagai alat manipulasi; motif iklan tersingkap, yakni sebagai penopeng kandidat. Klaim-klaim positif yang disajikan melalui iklan bukannya meneguhkan pilihan rakyat, tetapi membalikkan persepsi yang dikehendaki kandidat. Citra yang dibangun di media pada akhirnya mampu ditangkap sebagai representasi fakta yang bertujuan untuk menguntungkan kandidat. Di sini berlaku penegasian; apa yang disajikan positif dipersepsi dan disimpulkan negatif.Stanley (2004) misalnya mencontohkan meskipun iklan yang sering ditampilkan pada pemilu 2004 adalah si moncong putih ternyata PDI-P gagal memimpin perolehan suara pada pemilu lalu. Ini menunjukkan walaupun sukses menampilkan iklan hal itu

Page 11: Marketing Politik

belum tentu berdampak signifikan pada perolehan suara. Orang-orang partai masih dituntut bekerja keras di lapangan untuk memenangkan partai. Iklan politik yang ada saat ini sama sekali tidak ada yang positif. Sama sekali tidak mendidik. Tidak banyak yang menjelaskan komitmen partai terhadap berbagai persoalan yang masih dialami bangsa ini. Iklan-iklan itu hanya mengajak pemilih mencoblos tanda gambar. Tidak memilih nama orang. Wajar kalau orang awam tidak tahu jika ada yang baru dalam pemilu lalu. Lebih jauh Stanley mengkritik kualitas iklan politik kita:”Iklan politik itu seharusnya lebih banyak berbicara tentang bagaimana audience harus memilih. Visi dan misinya bagaimana dan seperti apa. Iklan politik yang ditampilkan saat ini belum membahas masalah segmentasi. Siapa segmen pemilih dan sebagainya. Ini sebagai akibat iklan politik tidak dapat dimengerti oleh partai politik dan tim kreatif. Teman-teman partai tidak punya gambaran tentang segmen pendukung mereka siapa dan apa yang mau mereka capai dalam kampanye melalui media itu. Semuanya jadi tidak jelas. Mereka bisa saya katakan miskin ide komprehensif. Mereka tidak punya kemampuan membahasakan ide yang seharusnya brillian. Jadi, yang keluar ya yang enteng-enteng saja. Parahnya, teman-teman di tim kreatif–yang sebenarnya memiliki kemampuan menciptakan produk iklan yang baik–tidak mengetahui apa keinginan partai. Yang ada akhirnya sekadar saling percaya. Pokoknya percaya bahwa tim kreatif mampu membuat iklan PDI-P yang pas. Akibatnya, ya muncullah iklan si moncong putih.”Belakangan ini pakar politik menemukan kenyataan bahwa opini publik dibentuk oleh mood, emosi dan perasaan individu. Berangkat dari kenyataan maka iklan-iklan politik belakangan ini umumnya lebih mengeksploirasi faktor emosi ketimbang menjual isu-isu atau kebijakan-kebijakan kandidat. Fenomena iklan dalam kampanye Pilkada seharusnya memberikan ruang terbuka bagi pemilih untuk belajar menjadi pemilih yang cerdas. Namun sayang sekali iklan politik belum mengajak warga untuk berpikir cerdas (Putra, 2007).Sedangkan dengan sinis Hikmat Budiman (Koran Tempo, 27 Maret 2004) mengatakan Iklan komersial memang tidak pernah dirancang untuk memaparkan kebenaran seperti para pendidik, melainkan justru melakukan surogat, mengelabui massanya dengan memutarbalikkan realitas seperti yang biasa dilakukan para ideolog tempo dulu. Iklan pencuci rambut, misalnya, menciptakan kenyataan palsu tentang begitu memalukannya kalau ada kelemumur pada rambut. Tapi sejauh ini tidak pernah ada somasi dengan tuduhan, misalnya, “tidak memberi pendidikan kultural” kepada publik.Mengukur KekuatanDengan melihat pembahasan diatas kita melihat bahwa iklan politik memiliki kekuatan dan kelemahan. Terutama mengenai efektivitasnya dalam menjangkau pemilih. Sampai saat ini para ahli masih berbeda pendapat mengenai efektivitas iklan politik guna memenangkan pemilu dan meraih suara sebanyak mungkin. Roderick Hart, profesor ilmu politik Universitas Texas mengatakan, tidak ada kajian dan penelitian cukup yang bisa memastikan apakah iklan politik bisa menggalang suara bagi para calon presiden. Ditambahkan, ada semacam kepercayaan di masyarakat, betapa pun kuatnya pengaruh iklan di televisi, efektivitas iklan politik belum terjamin seperti halnya iklan sabun atau produk lainnya. Banyak kajian menunjukkan swing voters, pemilih berpindah dukungan karena dipengaruhi iklan politik, kampanye, penampilan kandidat, atau program partai, persentasenya sangat kecil. Di Amerika Serikat, jumlah swing voters hanya 15 persen dari total pemilih. Mereka inilah yang

Page 12: Marketing Politik

sebetulnya jadi sasaran utama iklan politik karena sebetulnya sebagian besar pemilih sudah memiliki party identification. Pemilih tipe ini loyal pada partainya serta tidak akan terpengaruh oleh kampanye atau iklan politik.Kenneth Goldstein, ahli ilmu politik Universitas Wiscounsin mengatakan, iklan politik bisa mempengaruhi, terutama dalam pemilihan antara dua calon presiden yang memiliki kualitas dan kemampuan hampir sama. Di negara maju, partai politik yang bersaing dalam pemilu memiliki massa fanatik sendiri yang disebut true believers sehingga suara swing voters yang kecil akan sangat menentukan kemenangan (Yulianti, 2004).Dengan demikian jelas bahwa iklan politik memang seharusnya tidak dijadikan sebagai alat utama dalam kampanye kandidat, namun hanya sebagai alat penunjang. Kita tahu bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih akan ditentukan paling tidak oleh kondisi awal pemilih (lihat tipologi pemilih hal. 9), media masa (iklan dan berita) serta partai politik atau kontestan. Bisa jadi faktor keluarga dimana individu hidup didalamnya akan lebih kuat sehingga sangat menentukan pilihan-pilihan politik. Atau kualitas pendidikan dalam masyarakat sangat tinggi, sehingga mereka tidak begitu saja percaya dengan pemberitaan atau iklan.Dalam konteks komunikasi pemasaran, supaya efektif iklan politik juga harus diletakkan dalam konteks integrated communication. Artinya harus juga didukung oleh alat komunikasi lainnya dan yang lebih penting adalah kredibilitas kandidat atau partai politik itu sendiri.

Analisis Politik|Pangi Syarwi: Marketing Politik (Bagian 2)

Details 

Category: Makalah Published Date Written by Pangi SyarwiHits: 2822

 

Identitas Buku ke 2 (Dua): Adman Nursal, 2004, Political Marketing, Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD. Jakarta: PT Gramedia.Reading Course Pangi Syarwi    

Judul BukuPolitical Marketing:Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD.

Pengarang Adman Nursal

Penerbit PT Gramedia

Tahun Terbit 2004

 

Page 13: Marketing Politik

 

Sistematika resume bab tersebut akan disusun sebagai berikut:1.    Positioning, Targeting2.    Policy3.    Person4.    Party5.    Presentation6.    Puss Marketing7.    Pull Marketing8.    Polling and Survey

 

Satu buah buku yang cukup panjang dan padat dalam buku Political Marketing:Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD. ini sebenarnya merupakan sebuah ringkasan dari buku karya Adman Nursal. Tulisan tersebut memberi gambaran yang cukup luas,  dan sangat menarik untuk dibaca sebagai referensi dan kajian literatur yang tidak terpisah untuk memperdalam dan mempermudah penelitian penulis dalam pembuatan proposal.Marketing politik semakin tumbuh dan berkembang di Indonesia selain Indonesia mengunakan sistem multipartai juga, di pengaruhi oleh Swim Voter, banyak pemilih di Indonesia yang selalu memilih partai yang relatif baru, dan pilihan yang selalu berubah, sekedar mencontohkan tingginyaSwim Voter di Indonesia terbukkti kemenangan partai politik setiap pemilu selalu berubah, pada tahun 1999 pemenang pemilu PDI perjuangan, pada pemilu legislatif 2004 di menangkan oleh partai Golkar dan pada pemilu 2009 di menangkan oleh partai Demokrat, ini adalah realita yang membuat marketing politik semakin diterima, siapa yang bisa memenangkan marketing politik di indonesia maka besar harapan memenangkan pemilu kedepannya.[1]Selain itu, berdasarkan catatan Wring (1996) aktivitas marketing-politik telah digunakan sejak Pemilu di Inggris pada tahun 1929. Ketika itu, Partai Konservatif menggunakan agen biro iklan (Holford-Bottomley Advertising Service) dalam membantu mendesain dan mendistribusikan poster (hlm.160). Sesungguhnya marketing politik sudah lama berjalan di Indonesia, seperti di jaman Orde Baru banyak spanduk-spanduk berisi tentang ajakan bergabung untuk mengikuti tabligh akbar atau musyawarah daerah, dipasang besar-besaran di tempat-tempat yang Strategis.[2]Tujuan ataupun misi  terakhir yang akan dicapai political marketing adalah starategi kampanye politik untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu dalam pikiran para pemilih. 

Page 14: Marketing Politik

Serangkaian makna politis akan menjadi oreantasi prilaku yang akan mengarahkan pemilih untuk memilih kontestan tertentu. Makna politis inilah yang kemudian menjadi output penting political marketing yang menentukan, pihak yang mana yang akan dicoblos atau dicontreng oleh pemilih.Dikupas secara tajam dan mendalam mengenai marketing politik. Adnan Nursal mempermudah dalam menganalisis dan mengkaji marketing politik yang diturunkan pada beberapa variabel untuk melihat dan memperjelas marketing politik. Paling tidak penulis menangkap tulisan Adman Nursal yang  menurunkan Marketing Politik ke beberapa variabel. Paling tidak ada  9 (sembilan) elemen yang terpenting polical marketing, berbicara marketing politik tidak boleh lepas dan harus fokus dengan sembilan elemen ini, terdiri dari;  positioning, targeting, policy, person, party, presentation, push marketing, pull marketing, pass marketing, dan polling, semua yang tertulis di atas adalah elemen inti dari proses marketing politik. Dalam bab pendahuluan tersebut Adman Nursal menyingung sedikit tentang bagaimana digambarkan dalam meraih kemenangan, sangat sederhana dan mudah untuk melihat marketing politik jalan atau tidaknya  dalam memenangkan pemilu .

 

A.    Positioning, TargetingBuku karya Adman Nursal ini, sesuai dengan judulnya Political Marketing:Strategi memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD. Memang memberi pemahaman mengenai berbagai hal mendasar dan prinsip mengenai political marketing. Mulai dari menjelaskan apa itu positioning, targeting, person, party, policy, pull marketing, puss marketing mengapa orang memilih, motivasi bagi seseorang dalam menentukan pilihan, sampai pada pendekatan dalam mengiring pemilih ke bilik suara pada hari pencoblosan.Pertama, membahas Positioning, tindakan untuk manancapkan citra tertentu kedalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan  yang memiliki posisi khas, yang jelas mencari jendela di dalam otak pemilih. [3]Atau semua aktifitas untuk menanamkan kesan di benak para konsumen agar mereka bisa membedakan produk dan jasa di hasilkan oleh organisasi bersangkutan. Untuk memasuki jendela otak pemilih agar semua kontestan mengandung arti tertentu yang kita mencerminkan lebih unggul dibandingkan dengan kontestan yang lain, contohnya dalam marketing politik adalah bagaimana partai demokrat ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa demokrat adalah partai

Page 15: Marketing Politik

yang lebih unggul dibandingkan dengan partai yang lain. Artinya membangun image dan citra di dalam otak para pemilih atau konstituen.Targeting adalah penetapan segmen pasar yang akan di raih. Elemen 1 (Pertama); dari marketing politik adalah ”Positioning”, tindakan untuk manancapkan citra tertentu kedalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan  yang memiliki posisi khas, yang jelas mencari jendela di dalam otak dalam pemikiran  pemilih. (Adman Nursal, 2004: 296-300).Atau semua aktifitas untuk menanamkan kesan di benak para konsumen agar mereka bisa membedakan produk dan jasa dihasilkan oleh organisasi bersangkutan. untuk memasuki jendela otak pemilih agar semua kontestan mengandung arti tertentu yang kita mencerminkan lebih unggul dibandingkan dengan kontestan yang lain, contohnya dalam marketing politik adalah bagaimana Partai Demokrat ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa Demokrat adalah Partai yang lebih unggul dibandingkan dengan Partai yang lain. Artinya membangun imeg dan citra di dalam otak para pemilih atau konstituen.Bagi orang orang marketing[4] elemen positioning  sangat menentukan keberhasilan pemasaran. Sebanyak 66% dari konsultan kampanye politik di Eropa Barat dan 70% dari konsultan kampanye politik di Amarika Serikat mengakui positioning  sebagai salah satu faktor yang menentukan kesuksesan kampanye. Positioning  adalah sebuah mantra yang penting bagi orang-orang pemasaran diakhir abad ke-20. ( Rhenald Kasali, 1999: 137). Posisi yang khas jelas, dan meaningful dari sebuah kontestan bersumber dari faktor- faktor pembeda yang dimiliki oleh kontestan tersebut bila dibandingkan dengan kontestan lain.Dalam disiplin marketing, ”menempatkan” seorang kandidat atau sebuah partai dalam pikiran para pemilih disebut positioning. Atau positioning sering kali juga diartikan tindakan untuk manancapkan citra tertentu kedalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan  yang memiliki posisi khas, yang jelas mencari jendela di dalam otak pemilih. Positioningyang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan keunggulan sebuah kontestan di banding kan dengan kontestan pesaing: bahwa pesaing tidak dapat mewujudkan tawaran tawaran tertentu sebaik pihak yang mancanangkan positioning tersebut. [5]Menurut Bainess, proses positioning adalah menentukan cara terbaik, mengambarkan kandidat atau partai terhadap segmen pemilih yang relevan. Dengan memberikan gambaran itu, para pemilih dapat dibujuk untuk memilih kandidat atau partai tertentu atau untuk mengalihkan dukungan dari pihak lain ke pihak sendiri. Masalah sentral dalam positioning yaitu menciptakan suatu image yang konsisten dan ditopang oleh berbagai produk politik. Posisi yang khas, jelas

Page 16: Marketing Politik

dan meaningful dari sebuah kontestan bersumber dari faktor-faktor pembeda yang dimiliki oleh kontestan tersebut bila dibandingkan dengan kontestan lain, setidaknya ada 6 yang menjadi syarat agar sebuah perbedaan menjadi berharga.Pertama; penting (Important) perbedaan tersebut harus bernilai penting bagi para pemilih. Sebagai contoh sebuah partai politik bisa saja membedakan dirinya dengan partai lain dengan cara memberi warna merah jambu kepada seluruh atribut partai seperti bendera, seragam penggurus, posko. Walaupun berguna untuk membangun identitas sebuah partai, perbedaan dengan menggunakan merah jambu itu penting untuk kepentingan positioning.Tetapi usia kandidat presiden seperti Bill Clinton yang jauh lebih muda dari kandidat  Bob Dole mempunyai arti penting bagi sebagian pemilih.Kedua;adalah Istimewa (distinctive) sebagai pembeda, faktor tersebut tidak dimiliki pihak lain seperti Bill Clinton berusia muda dan tidak dimiliki oleh Bob Dole. Akan tetapi satu atau beberapa faktor yang juga dimiliki pihak pesaing, masih bisa dijadikan sumber pembeda asalkan faktor tersebut diwujudkan dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan pihak pesaing. Misalnya sejumlah partai bisa saja mengkalaim partainya wong cilik.Ketiga;superior perbedaan yang di munculkan harus memberikan suatu manfaat yang lebih baik ketimbang cara cara lain untuk menghasilkan menfaat yang sama. Dalam kasus Bill Clinton dengan Bob Dole terlihat bagia sebagian besar pemilih, untuk mewujudkan kesejahteraan Amerika, melihat kedepan lebih baik ketimbang melihat masa silam.Kelima;dapat dikomonikasikan (Commonicable) positioning mudah dipahami pemilih dan dikomonikasikan dengan berbagai media komonikasi.New Demokrat yang pernah di gunakan oleh Bill Clinton lebih mudah dikomonikasikan untuk menunjukkan bahwa ia kandidat Partai Demokrat berjiwa muda dengan ide ide baru.Petikan sejarah tentang kampanye pemilihan Presiden diatas mengantarkan kita pada sebuah pemahaman tentang pentingnya positioning. Bahwa ”menempatkan” citra kandidat atau partai kedalam benak para pemilih diantara tempat-tempat yang dihuni oleh citra pesaing merupakan faktor Strategis dan kritikal dalam political marketing, penempatan Bob Dole sebagai ”pemimpin yang arif yang berpengalaman dan penuh pengabdian” justru tergelincir pada posisi ”pemimpin masa silam”. Sementara Bill Clinton mendapatkan keuntungan karena dipersepsikan sebagai pemimpin yang mempersiapkan Amarika menghadapi masa depan.Konsep positioning  bertitik tolak dari kepentingan komonikasi. Menurut Rhenald Kasali (1996), positioning adalah mencari jendela dalam otak konsumen, dan untuk political marketing, adalah mencari jendela diotak

Page 17: Marketing Politik

pemilih. Positioning berhubungan dengan bagaimana para pemilih menempatkan tawaran politik dalam otaknya, khayalannya sehingga calon pemilih memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan produk politik tertentu.Atau semua aktifitas untuk menanamkan kesan dibenak para konsumen agar mereka bisa membedakan produk dan jasa dihasilkan oleh organisasi bersangkutan. untuk memasuki jendela otak pemilih agar semua kontestan mengandung arti tertentu yang kita mencerminkan lebih unggul dibandingkan dengan kontestan yang lain, contohnya dalam marketing politik adalah bagaimana partai demokrat ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa demokrat adalah partai yang lebih unggul dibandingkan dengan partai yang lain. Artinya membangun image dan citra didalam otak para pemilih atau konstituen.Lalu bagaimana ”output” dari Positioning? menurut Firmazah tujuan ataupun misi  terakhir yang akan dicapai ”positioning” adalah starategi kampanye politik untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu dalam pikiran para pemilih.  Serangkaian makna politis akan menjadi oreantasi perilaku yang akan mengarahkan pemilih untuk memilih kontestan tertentu. Makna politis inilah yang kemudian menjadi output penting ”Positioning”yang menentukan, pihak yang mana yang akan dicoblos atau dicontreng oleh pemilih sampai detik-detik mencoblos pada hari pemilu.2. Policy Policy berhubungan dengan ”program kerja” yang ditawarkan para konstestan ketika terpilih kelak, menawarkan solusi terhadap permasalahan kebangsaan, memunculkan isu-isu yang diangap penting dan dapat diterima oleh konstituen, program kerja yang dapat diterima, yang menarik, mudah terserap oleh para pemilih.Selanjutnya elemen ke-2 (kedua) dari Marketing Politik adalah ”Policy”. Pada dasarnya elemen Policy berhubungan dengan”program kerja, kebijakan, isu” yang ditawarkan para konstestan ketika terpilih kelak, menawarkan solusi terhadap permasalahan kebangsaan, menawarkan dalam sebuah kontestan pemilu untuk membawa masyarakat ke pada kehidupan yang lebih baik. (Firmanzah, 2009: 125).Secara ideal, policy yang dijabarkan dalam program kerja yang merupakan ”jualan” utama kontestan pemilu. Pandangan ideal inilah agaknya yang menyebabkan sebagian politisi mengandalkan keunggulan policy dalam kampanye-kampanye tertentu. Tetapi sayangnya, keunggulan policy saja ternyata tidak sepenuhnya mampu mendongkrak perolehan suara. Sejumlah politisi dari beberapa Partai peserta pemilu 1998 dengan tawaran policy yang canggih, dan sebenarnya merupakan solusi dari masalah kebangsaan gagal memperoleh kursi.[6]

Page 18: Marketing Politik

Banyak alasan, mengapa sejumlah Partai atau kandidat gagal menjual kebijakan kepada para pemilih. Dibagian terdahulu telah disebutkan political marketing berkaitan dengan usaha untuk membangun dan meneguhkan kepercayaan kepada para pemilih. Kebijakan yang bagus tidak otomatis mendorong para pemilih menjatuhkan pilihanya pada kontestan yang menawarkan kebijakan tersebut. Persoalanya para pemilih tidak bisa segera membuktikan tentang realisasi dari kebijakan tersebut, misalnya mengenai kompetensi, motif, dan kejujuran palaksana policy. (Gottdiener, Sudibyo, Hamad, Qodari, 2001:95) Kerumitannya semakin bertambah dengan sikapstreotip para pemilih, untuk dan atas nama siapa policy itu ditawarkan? Masalah ini terkait dengan person, party dan presentasi.Policyberhubungan dengan ”program kerja, kebijakan, isu” yang ditawarkan para konstestan ketika terpilih kelak, menawarkan solusi terhadap permasalahan kebangsaan, menawarkan dalam sebuah kontestan pemilu untuk membawa masyarakat ke pada kehidupan yang lebih baik. Policymerupakan solusi dari berbagai persoalan yang dianggap sebagai biang yang menyebabkan kehidupan tidak atau belum membaik. Policy meliputi berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, hukum, pendidikan, sosial budaya dan sebagainya.Secara ideal, policy yang dijabarkan dalam program kerja yang merupakan ”jualan” utama kontestan pemilu. Pandangan ideal inilah agaknya yang menyebabkan sebagian politisi mengandalkan keunggulan policy dalam kampanye-kampanye tertentu. Tetapi sayangnya, keunggulan policy saja ternyata tidak sepenuhnya mampu mendongkrak perolehan suara. Sejumlah politisi dari beberapa partai peserta pemilu 1998 dengan tawaran policy yang canggih, dan sebenarnya merupakan solusi dari masalah kebangsaan- gagal memperoleh kursi.Banyak alasan, mengapa sejumlah partai atau kandidat gagal menjual kebijakan kepada para pemilih. Dibagian terdahulu telah disebutkan political marketing berkaitan dengan usaha untuk membangun dan meneguhkan kepercayaan kepada para pemilih. Kebijakan yang bagus tidak otomatis mendorong para pemilih menjatuhkan pilihannya pada kontestan yang menawarkan kebijakan tersebut. Persoalanya para pemilih tidak bisa segera membuktikan tentang realisasi dari kebijakan tersebut, misalnya mengenai kompetensi, motif, dan kejujuran palaksana policy. Kerumitannya semakin bertambah dengan sikap streotip para pemilih, untuk dan atas nama siapapolicy itu ditawarkan? Masalah ini terkait dengan person, party dan presentasi.Di luar masalah itu, gagalnya kampaye policy  dapat disebabkan oleh tidak bisa mengemas policy dengan canggih. Misalnya policy tersebut gagal mendapat tempat dihati para pemilih karena tenggelam diatara

Page 19: Marketing Politik

ratusan bahkan ribuan isu dan kebijakan dari pihak lain. Dalam lautan isu dan policyyang ditawarkan banyak pihak, sangat sulit membuat agar para pemilih memperhatikan apalagi mempercayai sebuah ide tertentu.Sebuah partai atau seseorang kandidat politik yang berfikir Strategis akan mengelola paket policy  yang akan ditawarkan dalam kampanye. Kontestan yang baik tidak akan membuang sumber daya unutk mengkomonikasikan isu-isu tanpa memperhitungkan dampaknya kepada para pemilih.Agar efektifnya policy maka tema-tema yang disusun sebagai Strategic policy harus memenuhi syarat 3 A (Absorbed, Attractive, Atributable). Syarat yang pertama attractive; atau mudah menarik perhatian para pemilih, syarat ini menghendaki cara pengucapan, keindahan kalimat, dan tampilan visual harus dapat mencuri perhatian para pemilih. Gaya penyajian tema harus jelas, sederhana, variatif tapi punya citra tertentu, pendeknya gaya penyajian tema mudah menarik perhatian panca indra.Kedua;adalah Absorbed, bahwa secara subtantif, informasi yang disajikan mudah terserap kedalam pikiran pemilih. Subtansi pesan sebuah tema harus muda dicerna, dipahami, dan akhirnya tertanam dalam benak pemilih sesauai dengan alam pikiran pemilih.Gagasan bahwa” kita harus memperkuat sendi-sendi budaya untuk menghadapi era globalisasi”, misalnya akan lewat begitu saja bagi sebagian besar pemilih tema ini tidak mudah masuk kedalam pikiran mereka, karena abstrak dan punya kaitan yang dapat dirasakan langsung dengan permasalahan mereka.Ketiga adalah attributable; bahwa tema yang disampaikan harus memiliki perbedaan yang istimewa dibandingkan dengan tema-tema yang disampaikan para pesaing. Sebuah tema menjadi atributable bila seseorang pemilih mengaitkan dengan kontestan tertentu dan makna makna politis tertentu, dalam beberapa kasus, tema-tema kampanye menjadi tidak banyak mempengaruhi pemilih karena sulit untuk dibedakan, sebuah kontestan mengatakan ”korupsi harus diberantas sampai ke akar akarnya” partai yang lain juga mengatakan ”tidak ada toleransi dengan para koruptor” tema seperti ini tidak membentuk makna politis yang membedakan sehingga tidak menjadi faktor yang mempengaruhi pilihan.Tema yang atributable juga menunjukkan pandangan khas sebuah kontestan, di negara negara demokrasi yang sudah maju biasanya terjadi dikatomi tema terhadap isu tertentu, misalnya sebuah partai tertentu menawarkan policymenurunkan pajak untuk mengatasi pengganguran, sedangkan pihak lain ingin menaikkan pajak untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, pertarungan seperti itu langsung mencerminkan perbedaan walaupun sama sama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Memunculkan isu-isu yang diangap penting dan

Page 20: Marketing Politik

dapat diterima oleh konstituen, program kerja yang dapat di terima, yang menarik, mudah terserap oleh para pemilih.3. PersonElemen ketiga; person adalah kandidat legislatif atau eksekutif yang akan dipilih dalam pemilu, kualitas person dapat dilihat melalui tiga dimensi yaitu kualitas instrumental, dimensi simbiolis,  dan fenotipe optis, ketiga dimensi ini dikelola agar atributable.Kemudian elemen yang ke 3 (tiga) adalah “Person” atau disebut juga figur. Ada satu hal yang tidak berbeda ketika kita berbicara tentang keberhasilan Partai Demokrat pada Pemilu 2009 dibandingkan dengan Pemilu 2004, yakni bicara tentang tokoh utamanya, figur sentral Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sosok ”Person” Susilo Bambang Yodhoyono  yang penyabar dalam menerima kritikan, santun dan bijak dalam membalas kritikan dan masukkan terhadapnya. (Ibid., hal: 206).Secara umum dalam political marketing, kualitas dari seorang figur dapat di lihat dari tiga dimensi: kualitas instrumental, faktor simbolis, dan fenotipe optis.(Firmanzah, 2007:159).Kualitas instrumental adalah kompetensi fungsional. Kompetensi manajerial berkaitan dengan kemampuan menyusun rencana, pengorganisasian, pengendalian, dan pemecahan masalah untuk mencapai sasaran obyektif. Sementara kompetensi fungsional adalah keahlian dalam bidang-bidang tertentu yang diangap penting dalam menjalankan tugas teknologi dan sebagainya. Kualitas instrumental merupakan sebuah keahlian dasar yang dimiliki kandidat agar sukses menjalankan tugasnya.Policyyang sesuai dengan aspirasi pemilih tidak otomatis membentuk makna politis yang menjadi referensi pemilih dalam menetapkan pilihanya. Siapa yang berbeda dibalik policy tersebut sangat menentukan pembentukan makna politis. Bahkan person atau figur kandidat seringkali menentukan keputusan pilihan dibandingkan dengan policy. Hal ini berkaitan dengan pembentukan keyakinan para pemilih, bahwa para pemilih lebih muda diyakinkan dengan menawarkan figur manusia, orang lebih mudah terinformasi oleh fakta mengenai manusia dibandingkan dengan policy .Secara umum dalam political marketing, kualitas dari seorang figur dapat dilihat dari tiga dimensi : kualitas instrumental, faktor simbolis, dan fenotipe optis. Kualitas instrumental adalah kompetensi fungsional. Kompetensi manajerial berkaitan dengan kemampuan menyusun rencana, pengorganisasian, pengendalian, dan pemecahan masalah untuk mencapai sasaran obyektif. Sementara kompetensi fungsional adalah keahlian dalam bidang-bidang tertentu yang diangap penting dalam menjalankan tugas teknologi dan sebagainya. Kualitas instrumental merupakan sebuah keahlian dasar yang dimiliki kandidat agar sukses menjalankan tugasnya.

Page 21: Marketing Politik

Kualitas kandidat juga meliputi faktor simbolis yang meliputi beberapa hal;pertama adalah prinsip-prinsip hidup yang meliputi sejumlah keyakinan atau nilai dasar yang dianut oleh seseorang kandidat seperti integritas, keterbukaan, kesetiakawanan, ketulusan, kerelaan berkorban, kebersahajaan, kepedulian sesama, dan lain lain. KeduaAura emosional adalah perasaan-perasaan emosional yang terpancar dari kandidat seperti ambisius, berani, patriotis, bersemangat, gembira, optimis, cinta kasih, ketegaran dan lain lain. Ketiga aura inspirasional adalah aspek-aspek tertentu yang terpancar dari kandidat yang membuat orang terinspirasi, termotivasi, dan tergerak untuk bersikap atau melakukan hal hal tertentu. Keempat aura sosial adalah representasi atau asosiasi terhadap kelompok sosial, misalnya seorang kandidat tertentu merupakan representasi dari kaum muda, wong cilik, tokoh agama, aktivis.Seringkali seorang kandidat politik mempunyai citra tertentu yang kuat dan menengelamkan dimensi kualitas lainnya. Seringkali citra tertentu yang melekat menyebabkan segemen pemilih menjadi kecil, contoh seorang kandidat memiliki citra yang kuat sebagai tokoh yang intelektual sehingga unsur-unsur dimensi kualitas lainnya tengelam, akibatnya sang tokoh diangap sebagai pilihan orang-orang pintar di perkotaan karena tidak dekat dengan ”orang kebanyakan”. Padahal merujuk pada pengertian yang sebenarnya intelektual juga berkaitan dengan kepedulian terhadap kebanyakan orang.Menang karena penampilan fisik. Tajamnya persaingan politik, boleh jadi mendorong para politisi semakin peduli dengan penampilan fisik, fakktor keindahan fisik dapat menentukan kesuksesan meraup suara. Kantor berita Reuters (31 Oktober 2003) memberitakan, menurut sebuah survey di Jepang bahwa penampilan merupakan kunci untuk meraih suara perempuan.Schweiger (1999) juga menuturkan seorang kandidat kuat bisa kehilangan kursi lantaran kalah penampilan dibandingkan dengan kandidat lainnya, ini terjadi pada pemilu Jerman tahun 1998, ketika itu kenselir Jerman dari Partai Demokratik Kristen gagal mempertahankan kursinya dan terpaksa dilepaskan kepada Gerhard Schroder dari partai Demokrat Sosial.Elemen ketiga; person adalah kandidat legislatif atau eksekutif yang akan dipilih dalam pemilu, kualitas person dapat dilihat melalui tiga dimensi yaitu kualitas instrumental, dimensi simbiolis,  dan fenotipe optis, ketiga dimensi ini dikelola agar atributable. Apakah benar ”Person” SBY ini kembali menjadi faktor penentu kemenangan Partai Demokrat? bahwa citra, figur dan kharisma dari seorang SBY beserta kebijakan-kebijakan SBY dipemerintahan adalah sesuatu yang berbeda dengan hasil-hasil kerja politik Partai Demokrat sebagai partai politik. Akhirnya publik tetap yakin bahwa semuanya itu adalah kerja figur

Page 22: Marketing Politik

SBY. Selain faktor internal partai tersebut, kemenangan Partai Demokrat juga disebabkan faktor lain. Pertama, masih adanya harapan masyarakat atas kinerja pemerintahan selama lima tahun ini.4. PartyElemen keempat; Party adalah produk politik partai, yang mempunyai identitas utama, aset reputasi, dan identitas estites, ketiga hal tersebut akan dipertimbangkan oleh para pemilih dalam menetapkan pilihanya.Elemen ke 4 (empat) dari Marketing Politik adalah ”Party”. Dari perspektif manajemen operasional, party merupakan sebuah mesin politik dengan aneka kegiatan politik, tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperoleh kekuasaan atau ikut mengendalikan kekuasaan. Untuk memperoleh dan mengadalikan kekuasaan, Partai berusaha berebut simpati para pemilih dengan menawarkan policy dan person yang diharapkan sesuai dengan aspirasi pemilih. Dengan demikian Partai juga dapat disebut sebagai organisasi yang menghasilkan produk- produk politik.  (Harris P, 2008: 209).Elemen Party adalah substansi produk politik party, Partai yang mempunyai identitas utama, aset reputasi, dan identitas estites, ketiga hal tersebut akan dipertimbangkan oleh para pemilih dalam menetapkan pilihannya. Unsur-unsur tersebut harus dikelola dengan baik wujud dari identifikasi party adalah pendukung loyal atau sering disebut partisipan politik, dalam berbagai literatur politik yang mengakar antara para pendukung dengan party. Karena berkaitan dengan sistem keyakinan, sikap dan prilaku para partisipan yang kuat, sulit sekali dirubah bila mengalami kekecewaan yang mendalam terhadap party tersebut. Dengan demikian Partai bukan  sekedar mesin yang menghasilkan produk-produk politik, melainkan juga  merupakan produk politik itu sendiri.Dari perspektif political marketing Partai juga dapat dipandang sebagai produk politik. Pasalnya, Partai dengan berbagai atribut juga akan membentuk makna politik dalam kalangan pemilih tertentu. Banyak pemilih yang menjatuhkan pilihannya semata mata karena faktor Partai, tanpa memperhatikan apa kebijakan yang ditawarkan dengan siapa kandidat yang diajukan, hal ini terjadi saat Indonesia menganut sistem proporsional terbuka untuk pemilu sekarang yang mencontreng Partai dan calegnya.Elemen keempat; Party adalah subtansi produk politik partai, partai yang mempunyai identitas utama, aset reputasi, dan identitas estites, ketiga hal tersebut akan di pertimbangkan oleh para pemilih dalam menetapkan pilihanya. Unsur-unsur tersebut harus dikelola dengan baik. Partai Demokrat didirikan atas inisiatif bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan terhormat Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam

Page 23: Marketing Politik

Sidang MPR tahun 2001. Partai Demokrat termasuk kekuatan politik di Indonesia yang diperhitungkan oleh banyak orang, menjadi pemenang utama pada pemilu 2009.Partai Demokrat bersama masyarakat luas berperan mewujudkan keinginan luhur rakyat Indonesia agar mencapai pencerahan dalam kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, menjunjung tinggi semangat nasionalisme, Humanisme dan Internasionalisme, atas dasar ketakwaan kepada Tuhan yang maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis dan sejahtera. 5. PresentationElemen kelima;  Presentation adalah bagaimana membungkus dengan baik ketiga elemen diatas (produk, person, partai) ini disajikan dengan bungkusan semenarik mungkin, presentasi sangat penting karena dapat mempengaruhi makna politis yang membentuk dalam pemikiran para pemilih. Presentation disajikan dengan medium presentasi secara umum dapat di kelompokkan menjadi objek fisik, orang dan event.Selanjutnya, elemen ke 5 (kelima) dari Marketing Politik adalah”Presentation” adalah bagaimana membungkus dengan baik ketiga elemen diatas (produk, person, party) ini disajikan dengan bungkusan semenarik mungkin, presentation sangat penting karena dapat mempengaruhi makna politis yang membentuk dalam pemikiran para pemilih. Presentationdisajikan dengan medium presentation secara umum dapat dikelompokkan menjadi objek fisik, orang dan even. (Adman, 2004: 217)Tentu saja presentasi tidak terpisahkan dari pesan- pesan utama yang bersumber dari subtansi produk. Pesan-pesan utama itu disajikan dengan mengunakan media tertentu tetapi presentasi yang efektif harus dilakukan dengan memanfaatkan konteks simbolis tertentu. Karena itu, media dankonteks simbolis merupakan dua komponen penting presentasi produk politik. Secara umum, media presentasi terdiri dari tiga jenis; yakni agen, efent, objek tertentu. Prihal media presentasi ini akan di bahas pada bab selanjutnya.Elemen kelima;  Presentation adalah bagaimana membungkus dengan baik ketiga elemen diatas (produk, person, partai) ini disajikan dengan bungkusan semenarik mungkin, presentasi sangat penting karena dapat mempengaruhi makna politis yang membentuk dalam pemikiran para pemilih. Presentation disajikan dengan medium presentasi secara umum dapat di kelompokkan menjadi objek fisik, orang dan event.Aspek penting lainnya dalam presentasi adalah pengunaan konteks simbolis yang terdiri dari beberapa hal berikut; simbol linguistik, simbol optik, simbol akustik dan simbol ruang dan waktu. Produk politik tersebut harus disampaikan kepada pasar politik  yang meliputi media massa dan influencer group sebagai pasar perantara, dan para pemilih

Page 24: Marketing Politik

sebagai pasar tujuan akhir. Adapun proses penyampaian produk marketing politik terdiri dari Push marketing, pass marketing dan pull marketing.Ketiga;Proses penyampaian produk politik melalui  ”pass marketing” yaitu penyampaian produk politik kepada kelompok yang berpengaruh (influencer groups)  sebagai pasar perantara, dan para pemilih sebagai pasar tujuan akhir.Political Marketing menjadi lebih kompleks karena adanya pihak-pihak, baik perorangan maupun kelompok yang berpengaruh besar terhadap para pemilih. Kita dapat mengelompokkan influencer berdasarkan aktifitas yang mereka lakukan.Pertama, influencer aktif, yaitu perorangan atau kelompok yang melakukan kegiatan secara aktif untuk mempengaruhi para pemilih. Mereka adalah aktivis isu-isu tertentu atau kelompok dengan kepentingan tertentu yang melakukan aktifitas yang nyata untuk mempengaruhi para pemilih. Adakalanya pesan-pesan tersebut disampaikan secara halus, dan adakalanya pesan tersebut disampaikan secara terang terangan untuk mengarahkan para pemilih untuk memilih atau tidak memilih kontestan tertentu, sebagian melakukan dengan organisasi yang rapi dan sebagian secara informal.6. Puss MarketingElemen keenam; push markekting adalah penyampain produk politik secara langsung kepada para pemilih, produk politik disampaikan kepada pasar politik yang meliputi media massa dan influencer group sebagai pasar perantara, dan para pemilih sebagai pasar tujuan akhir.Pertama;proses penyampaian produk politikmelalui ”push marketing”yaitu penyampain produk politik secara langsung kepada para pemilih, produk politik disampaikan kepada pasar politik. Pendekatan push marketing pada dasarnya adalah usaha agar produk politik dapat menyentuh para pemilih secara langsung atau dengan cara yang lebih customized (personal). (Sea dan Burton, 2001: Hal 27-31)  menyebutkan, kontak langsung dan costumezedmempunyai beberapa kelebihan. Pertama; mengarahkan para pemilih menuju satu tingkat kognitif yang berbeda dibandingkan dengan bentuk kampanye lainnya.Politisi yang berbicara langsung akan memberikan efek yang berbeda dibandingkan dengan melalui iklan. Kedua; kontak langsung memungkinkan pembicaraan dua arah, melakukan persuasi dengan pendekatan verbal dan non verbal seperti tampilan, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan syarat fisik lainnya. Ketiga; menghumaniskan kandidat. Keempat; meningkatkan antusiasme massa dan menarik perhatian media massa. Sentuhan langsung memungkinkan setiap pemilih melibatkan dirinya secara langsung dengan produk- produk politik. Pendekatan seperti ini disebut sebagai experiential

Page 25: Marketing Politik

marketing yang berintikan pada usaha agar pemilih merasakan dengan panca indra, perasaan, pikiran dan tindakan yang disampaikan oleh sebuah kontestan.7. Pull MarketingElemen ketujuh; pull markting adalah penyampaian produk politik yang dimanfaatkan atau disampaikan melalui media massa. Elemen kedelapan;pass marketing adalah penyampaian produk politik kepada kelompok yang berpengaruh (influencer group).Proses penyampaian produk politik  melalui ’pull marketing’ yaitu penyampaian produk politik dengan memanfaatkan atau disampaikan melalui instrumen media massa.’Pull marketing’ bagian dari elemen Marketing Politik dengan jangkauan media TV saja yang mencapai sekitar 80% pemilih atau sekitar 110 juta orang diseluruh Indonesia belum lagi iklan di media-media lainnya tidak mengherankan kalau serangan udara yang dilakukan oleh Partai Demokrat efektif memenangkan pemilu.Tetapi benarkah hanya karena faktor iklan di media massa dan elektronik yang berdurasi panjang dan massif (Pull marketing) tentang kinerja dan prestasi SBY yang dibungkus melalui media massa tersebut yang menentukan keberhasilan Partai Demokrat dalam memenangkan  Pemilu  legislatif 2009.  (Harris, P. Macheiveli..9-10 hlm. 1135-1154).Isi iklan (Baliho famlet, poster) pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangakat dasarnya. Sedangkan bahasa kalimat yang digunakan dalam visualisasi iklan bukan saja sebagai alat untuk mepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief  seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa iklan tentang realist tersebut, akibatnya iklan pada media masa dan TV  mempunyai peluang besar yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikan.Kegiatan konstruksi  memang banyak mengunakan bahasa sebagai bahan baku guna membuat iklan politik, akan tetapi, bagi media bahasa bukan sekedar alat komonikasi untuk menyampaikan fakta, informasi atau opini, bahasa juga bukan sebagai alat komonikasi untuk mengambarkan realitas, namun juga menentukan gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan ke publik.Pada sisi lain, kelompok kontra menganggap aplikasi marketing pada konteks politik justru menimbulkan kegamangan normatif dalam konteks komersialisasi politik. Mereka mendasarkan pada filosofi marketing yang bergerak pada arah pengejaran keuntungan belaka. Kondisi ini pada akhirnya akan membuat kerusakan sistem sosial yang seharusnya terdiri dari spesialisasi fungsi[7]Adapun yang menjadi dasar dan pendorong peneliti untuk meneliti masalah ini adalah karena marketing politik adalah studi baru yang

Page 26: Marketing Politik

sangat fenomenal dalam pemilu. Tidak bisa di nafikan bahwa marketing politik adalah sebuah cabang baru yang baru saja tumbuh dan berkembang di tengah kekurangannya, yang banyak membutuhkan  masukan dan saran. Marketing politik adalah pendekatan baru, zaman menuntut dipakainya marketing dalam ilmu politik .

 

Iklan Politik Sebagai Bagian Dari Strategi Kampanye

 

Otto Klepper dalam bukunya Advertising Procedure, seperti yang dikutip oleh Rendra, iklan atau advertinsing berasal dari bahasa latin yaitu ad-vereyang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain.[8] Tidak jauh beda dengan yang disampaikan oleh Wright seperti yang dikutip oleh Rendra yang menyampaikan bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.[9]Iklan politik mempunyai fungsi yaitu pertama untuk membujuk dan meyakinkan kalangan masyarakat untuk menentukan pilihan politiknya.Kedua untuk melakukan identifikasi atau pembedaan antara kandidat yang satu dengan kandidat yang lain. Ketiga untuk memberikan informasi mengenai apa yang disebut dengan visi (pandangan ideologis yang dijadikan sebagai acuan dalam bertindak), misi (tindakan atau praktik untuk menggunakan sumber daya kekuasaan), serta berbagai program (konsep-konsep politik yang dioperasionalisasikan sehingga dapat diukur secara matematis)[10] Budi Setiyono mengutip pendapat Miranty Abidin yang mengatakan bahwa iklan politik sangat berpengaruh untuk meraih suara pemilih. Keberhasilannya tentu tidak hanya ditentukan oleh iklan politik.Bantuan media partai juga menentukan sebagai sosialisasi dan kampanye partai politik. Dukungan koran partai politik memang tidak berbanding lurus terhadap hasil sosialisasi bagi setiap partai politik, tapi bagi partai-partai besar bisa dikategorikan sangat terbantu oleh koran partai politiknya, selain faktor iklan dan berita-berita televisi dan media cetak serta majalah umum.[11]9. Polling And SurveyElemen kesembilan dari marketing politik; polling dan survai adalah penting dijalankan dalam Strategi marketing politik tujuannya adalah untuk melihat apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, supaya kita tahu sampai dimana iklan kita di terima oleh para pemilih, apa yang harus

Page 27: Marketing Politik

disampaikan , dan apa yang harus diubah dan apa yang harus diteruskan. Polling, riset, survai tidak bisa di pungkiri sangat penting dalam proses marketing politik .Secara lebih spesifik dan terkait dengan produk politik dalam marketing politik yaitu: kandidat, partai, dan kebijakan, dibutuhkan sinergi Strategi yang optimal, penggunaannya dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan produk politiknya. Dalam produk kandidat perseorangan misalnya, Strategi push dibutuhkan untuk memperkecil jarak antara kandidat dengan calon pemilih;Strategi pull digunakan untuk membentuk kesadaran dan pengenalan publik terhadap kandidat sekaligus program-program yang diajukannya; sementara Strategi pass digunakan untuk memperoleh dukungan dari tokoh masyarakat untuk mobilisasi massa.Dalam kasus produk partai, penekanan diberikan pada Strategi push dan passuntuk membentuk simpati antara kader dan partai melalui aktifitas yang sekaligus melibatkan partisipasi masyarakat. Sedangkan Strategi pull yang dijalankan melalui media massa digunakan untuk membentuk pemahaman mengenai program-program partai dan ideologinya. Dalam hal ini Strategipass porsinya lebih kecil untuk menarik simpatisan bagi partai melalui tokoh tertentu.Sedangkan dalam kasus produk kebijakan, penekanan penggunaan Strategi diberikan pada Strategi pull dan pass. Ini dikarenakan Strategi push digunakan untuk sosialisasi secara langsung, tapi hasilnya tidak terlalu relevan, sedangkan Strategi pull dapat secara komprehensif memenuhi prasyarat untuk mensosialisasikan kebijakan secara menyeluruh dengan jangkauan yang lebih luas ke masyarakat. Sedangkan pendekatan Strategi passdibutuhkan karena dapat berguna juga sebagai lobi kepada tokoh masyarakat untuk menggalang dukungan terhadap kebijakan yang diusung.Dalam ketiga pendekatan itu, pada akhirnya akan berhubungan dengan teori penilaian sosial diatas, bagaimana sebuah pesan diinternalisasikan oleh individu dan menjadikannya sebuah referensi yang berujung pada pilihan politik dan sikap politiknya untuk menentukan apakah pesan yang disampaikan melalui pendekatan-pendekatan diatas itu memang bisa menjadi referensi pilihannya atau tidak. Hal ini membenarkan salah satu tujuan dari Marketing Politik bahwa pemilih adalah obyek dari pemasaran politik, bukanlah obyek.Inti BukuTeori tersebut menjadi sangat penting dalam penelitian saya yang salah satu variabelnya adalah;  Positioning, Party, Policy, Person, Presentation, Pull Marketing, Puss Marketing. Dengan begitu, pendekatan ini sangat membantu sekali dalam melihat fenomena kemenangan Partai Demokrat pada pemilu legislatif khususnya faktor

Page 28: Marketing Politik

identifikasi person atau figur, bagaimana pengaruh tokoh sentral seperti SBY dan figur caleg dari partai Demokrat dalam mendulang suara kemenangan pada pemilu legislatif 2009 merupakan teori utama yang akan digunakan dalam menganalisis variable-variable atau indikator kemenangan sebuah partai, intinya penelitian penting dalam penelitian saya nantinya.Penulis dapat menyimpulkan tulisan Adman Nursal, pesan dan subtansinya dapat disederhanakan yang menguraikan beberapa poin-poin penting dari sub marketing politik. Positioning –agar kreatif dan kredibel- harus dijabarkan dalam bauran produk politik yang meliputi 4P (policy, person, party, presentation).Policy, adalah tawaran program kerja jika terpilih kelak.Policy merupakan solusi yang ditawarkan kontestan untuk memecahkan masalah kemasyarakatan berdasarkan isu-isu yang dianggap penting oleh para pemilih. Policy yang efektif harus memenuhi tiga syarat, yakni meraih perhatian, mudah terserap pemilih, attributable. Person adalah kandidat legislatif atau eksekutif yang akan dipilih melalui Pemilu.Kualitas person, dapat dilihat melalui tiga dimensi, yakni kualitas instrumental, dimensi simbolis, dan fenotipe optis. Ketiga dimensi kualitas tersebut harus dikelola agar kandidat attributable. Party, juga dilihat sebagai substansi produk politik. Partai politik mempunyai identitas utama, asset reputasi, dan identitas estetis. Ketiga hal tersebut akan dipertimbangkan oleh para pemilih dalam menetapkan pilihannya. Oleh karena itu, dalam political marketing, unsur-unsur tersebut harus dikelola dengan baik.Presentation adalah, bagaimana ketiga substansi produk politik disajikan. Presentasi sangat penting karena dapat mempengaruhi makna pemilih. Presentasi dasajikan dangan medium presentasi. Produk politik disampaikan kepada pasar politik (political market) melalui push marketing (penyampaian produk langsung kepada masyarakat), pull marketing (penyampaian produk melalui pemanfaatan media massa), dan pass marketing (penyampaian produk kepada influencer group). Agar produk politik disampaikan tepat pada sasaran dilakukan polling dan berbagai aktivitas riset lainnya. Riset ini merupakan kebutuhan penting untuk pemetaan isu, pemetaan segmentasi dan pemetaan program.

Page 29: Marketing Politik

Adnan Nursal juga menggambarkan kaitan tersebut dengan sangat baik dalam tulisan sepanjang  300 halaman itu. Ia mengawali tulisannya dengan Personsampai Pull Marketing. Person dalam tulisan tersebut berarti sama dengan figur yang mempengaruhi dalam memenangkan pemilu. Kedua Partymisalnya, Nursal mengambarkan bagaimana jalan atau tidaknya mesin politik partai dalam pemilu. Terkait dengan Policy, diartikan dalam tulisan tersebut program kerja yang dijalankan oleh partai atau oleh individu kepala daerah, selama mereka kampanye bagaimana seorang tokoh politik menjual program kerja kepada masyarakat, atau dirasakan atau tidak program kerja selama menjabat oleh masyarakat.Pendekatan marketing politik dalam Pemilu 2009 akan semakin intensif karena dukungan media massa. Saat ini industri media di Indonesia sangat maju pesat, sehingga memungkinkan digunakan secara intensif dalam marketing politik para kandidat baik perseorangan maupun kelompok. Ketiga teori yang dibahas di atas tentunya memiliki cara pandang masing-masing dalam melihat fenomena ini.Teori Agenda Setting lebih melihat bahwa media mampu menonjolkan apa yang nantinya juga akan dianggap penting oleh khalayak. Teori Kultivasi melihat bahwa terpaan media massa termasuk marketing melalui media akan mampu menanamkan sikap dan nilai tertentu pada khalayak. Sementara Teori Spiral of Silence menunjukkan seseorang akan memerhatikan lingkungannya dalam rangka mempelajari pandangan mana yang semakin kuat dan yang mana semakin tidak populer.Pandangan minoritas biasanya menyesuaikan diri dengan opini publik yang berkembang. Sementara media massa biasanya menjadi berpengaruh dalam pembentukan opini publik tersebut. Dengan demikian ketiga teori tersebut, cukup bisa menjelaskan realitas marketing politik partai-partai politik dalam perhelatan demokrasi .Inti atau makna yang ditulis oleh Adman Nurzal dalam bukunya ada beberapa poin penting yang akan penulis jelaskan daalam bagian tulisan ini. Dalam kaitannya dengan pemasaran politik, penilaian sosial, yang sangat dipengaruhi bagaimana seorang individu memahami pesan yang ditangkap oleh inderanya dan akhirnya membentuk perilaku, sangat berkaitan dengan proses pemasaran politik. Bagaimana produk politik dipasarkan oleh pemasar politik, pada dasarnya adalah penyebaran pesan dalam berbagai cara pendekatan. Nursal (dalam Firmanzah, 2007) mengatakan bahwa 3 pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencari dan memperoleh dukungan politik atau memasarkan produk politik, yaitu:

Page 30: Marketing Politik

1. Push Marketing, dimana kandidat atau partai politik berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulan yang diberikan secara langsung kepada pemilih.

2. Pass Marketing, dimana pemasaran produk politik melalui orang atau kelompok berpengaruh yang mampu mempengaruhi opini pemilih.3.Pull Marketing, dimana pemasaran produk politik melalui media massa yang menitikberatkan pada image atau citra produk politik tersebut.

Komentar Penulis Tentang Buku

 

Adnan Nursal  dalam bukunya tersebut pada halaman 28-70 juga menjelaskan bagaimana pengaruh iklan atau Pull Marketing pengaruhnya untuk pencitraan atau image agat merebut hati pemilih di hari pencoblosan. Tidak hanya sampai disitu Adman Nursal mengemukakan bagaimana kemudian menjaga pemilih agar tetap memilih sampai pada hari atau titik pencoblosan, inilah yang dikatan oleh Adman Nursal telah berhasil membanguan Marketing politik yang hebat.Jadi sekali lagi penulis melihat tulisan Adnan Nursal, menjalankan Strategi kampanye seperti judulnya adalah Strategi untuk memenangkan pemilu baik pemilu legislatif, pemilu Presiden dan pemilu kepala daerah, yang dikelompokkannya beberapa bentuk desain baru, Artinya penulis menganalisis kemenangan seseorang dalam memenangkan pemilu tidak bisa dinafikan dari bagaimana calon membangun person, membangun mesin partai, bagaimana kebijakan atau program kerja yang dijual ke masyarakat, dan bagaimana iklan untuk menyampaikan pesan-pesan sehingga pada hari H dipilih dibilik suara.Saya  melihat dan menganalisis  tulisan diatas dalam marketing politik, politisi sebelum melangkah harus lebih dahulu memetakan dan menganalisis lingkungan, memahami perilaku pemilih, melakukan segmentasi, targeting dan positioning. Segmentasi diperlukan untuk memilah-milah pemilih berdasarkan aspek geografis, demografis atau psikografis. Dengan segmen yang jelas, maka politisi dapat melakukan targeting yaitu memilih target sasaran (pemilih) secara tepat.Langkah-langkah di atas perlu dilakukan, agar program dan kegiatan yang akan dilaksanakan bisa berjalan efisien dan efektif. Setelah mengetahui dan memahami siapa calon pemilih, mereka perlu melakukan positoning, yaitu menyusun serangkaian simbol-simbol, slogan, jargon atau identitas tertentu yang singkat dan sederhana yang gampang menancap di benak masyarakat. Sebagai contoh bila ada orang

Page 31: Marketing Politik

mengatakan ”Bersama kita bisa“ pasti orang akan ingat slogan SBY waktu Pilpres 2004.Penulis menganalisis urain tulisan yang disampaikan ditas, sebenarnya lebih menekankan pesan-pesan yang disampaikan untuk dapat diterima oleh otak kanan dan otak kiri pemilih tentang pencitraan, sampai rakyat memilih dikotak suara, berarti marketing politik sudah berhasil untuk penyampaikan pesan agar mereka dipilih. Penelitian menunjukkan bahwa orang membuat penilaian berdasarkan pada acuan atau titik referensi. Acuan internal atau titik referensi selalu ada dan mempengaruhi cara seseorang merespon pesan. Semakin penting suatu masalah bagi ego seseorang, semakin kuat acuan itu akan mempengaruhi apa yang dipahami.

 

[1] Media Indonesia. Opini. “Lakunya Marketing politik Di Indonesia akibat tingginya Swim Voter”. 23 Juni 2009[2] Harris, P. Macheiveli. “Political Marketing and Reaventing Government”. Eroupean Jurnal Marketing Political.36..9-10 hlm. 1135-1154.

[3]Nursal,Adman.(2004) Political Marketing, Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD,Presiden, Jakarta:PT Gramedia.hlm 296-300

 

[4] Marketing adalah pemasaran, bagaimana memasarkan produk produk supaya di pilih oleh masyarakat, di Negara-Negara maju, penerapan prinsip prinsip marketing telah meluas keluar institusi bisnis. Di Amerika Serikat, ahli ahli pemasaran sangat terlibat dalam persaingan dalam memperebutkan kursi presiden maupun parlemen. Angkatan bersenjatanya membuat rencana membuat pemasaran untuk menarik minat para calon tentara. Lain pasarnya lain konsumennya sehingga muncul cabang cabang baru marketing seperti marketing not-for—profit organization (pemasaran organisasi nirlaba) dan social marketing (pemasaran sosial) dan person marketing (menciptakan citra diri untuk dipilih oleh orang).

[5]     Nursal,Adman.(2004) Political Marketing, Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD,Presiden, Jakarta:PT Gramedia.hlm 296-300

 

[6] Ibid.,hal 194

Page 32: Marketing Politik

[7](Parson, 1971).[8]Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, hal 13[9] Ibid., hal 15[10]TriyonoLukmantoro, Kontes Politik di Panggung Media Massa, Kompas, 12 Juni 2004.[11]Budi Setiyono dan RTS Masli, Iklan dan Politik: Menjaring Suara Dalam Pemilihan Umum, AdGoal Com, Jakarta, 2008, hal 56

Marketing Politik Bukan Menjual Partai Politik

Judul               : Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas

Penulis             : Firmanzah, Ph.D.

Tebal Buku      : XLII + 367 halaman

Ukuran             : 14,5 x 21 cm

Penerbit           : Yayasan Obor Indonesia, 2008 

 

Politik adalah suatu domain aktivitas sosial yang menyangkut terjadinya perebutan dan distribusi kekuasaan. Pola interaksi dalam dunia politik yang terjadi sangat dipengaruhi oleh sistem nilai (value of system) yang berkembang dalam masyarakat. Karena sistem nilai dalam masyarakat selalu dinamis, pola interaksi politik dalam masyarakat pun bersifat dinamis

Jika dilihat dari perkembangannya, politik di Indonesia mengalami banyak fase. Dilihat dari segi pemilih, interaksi politik di Indonesia mengalami beberapa perubahan. Pada awalnya, partisipasi politik warga negara hampir sebagian besar didasarkan pada ideologi. Para pemilih macam ini memilih partai berdasarkan kesamaan pandangan ideologi. Pemilih macam ini tidak mempertimbangkan apa dan bagaimana program kerja partai. Pemilih-pemilih ini terbagi-bagi ke dalam partai-partai yang mengusung ideologi berbeda.

Seiring dengan meningkatnya pendidikan masyarakat, terjadi perubahan paradigma pemilih. Perubahan ini di antaranya dari pemilih yang mendasarkan pilihannya pada ideologi ke program kerja partai. Pemilih tipe ini mendasarkan pilihannya pada apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan partai politik. Dengan perkataan lain, pemilih tipe ini mendasarkan pilihan mereka pada program kerja yang diusung partai politik

Berikutnya ada tipe pemilih skeptis, tipe pemilih ini adalah tipe pemilih yang menganggap ada atau tidak ada partai politik sama saja. Tipe pemilih ini

Page 33: Marketing Politik

beranggapan bahwa partai politik tidak membawa perubahan apa pun dalam kehidupan masyarakat. Ikatan ideologi atau program kerja partai politik tak menarik perhatian tipe pemilih macam ini. Biasanya, tipe pemilih ini menjadi golongan putih. Jika pun memang memilih, tipe pemilih ini akan memilih dengan cara acak ataurandom. Hal tersebut disebabkan partai politik mana saja sama di mata mereka. Partai politik tidak akan membawa perubahan apa pun. Indikator yang menyebabkan hal tersebut di antaranya rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi-institusi pemerintahan.

Berikutnya ialah tipe pemilih yang memilih berdasarkan alasan ekonomis. Tipe pemilih macam ini datang ke TPS, tablig akbar, rapat umum, karena kepentingan ekonomi. Mereka datang ke acara partai jika ada “amplop” yang diberikan partai politik. Kecenderungan yang terjadi pada pemilih tipe ini adalah siapa yang memberi “amplop” dengan nilai yang lebih besar, partai itulah yang akan dipilih.

Seiring dengan perkembangan pendidikan dan pengetahuan calon pemilih, seyogianya partai politik kini memikirkan Strategi yang tepat untuk mendekati para calon pemilih. Partai politik saat ini tidak hanya dituntut untuk menggembar-gemborkan ideologi, tokoh, dan kebesaran partai saja. Akan tetapi, partai politik dituntut untuk melakukan manuver-manuver yang bisa menarik perhatian calon pemilih. Marketing politik adalah satu di antara beberapa Strategi yang dapat dilakukan partai politik.

Marketing dan politik sebenarnya adalah dua hal yang dianggap kontradiktif. Akan tetapi, jika melihat kondisi perpolitikan kini, saatnya marketing dilakukan juga dalam politik. Dalam buku Marketing Politik-Antara Pemahaman dan Realitas ini, Firmanzah menjelaskan konsep marketing politik dengan cukup rinci. Ia memaparkan bahwa ada perbedaan yang mencolok marketing politik dengan marketing di dalam bisnis. Mengambil pendapat O’Shaughnessy (2001) Firmanzah memaparkan bahwa marketing politik dan marketing bisnis adalah dua hal yang berbeda.

Marketing politik bukanlah sebuah konsep untuk menjual partai politik atau kandidat presidensial kepada para pemilih. Namun, sebuah konsep yang menawarkan bagaimana sebuah partai politik atau kontestan dapat membuat program kerja yang berhubungan dengan permasalahan aktual.

Marketing politik adalah sebuah konsep permanen yang harus dilakukan terus-menerus oleh sebuah partai politik atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan image publik (Buttler & Collins, 2001). Untuk membangun kepercayaan danimage publik itu, partai politik  harus melakukan hubungan jangka panjang dengan para pemilihnya, tidak hanya pada saat kampanye.

Marketing politik harus dilakukan dan dilihat secara komprehensif. Marketing politik lebih dari sekadar komunikasi politik. Marketing harus diaplikasikan dalam seluruh proses organisasi partai politik, tidak hanya pada saat kampanye. Marketing politik harus dilakukan dengan konsep yang luas, yaitu tidak hanya terbatas pada teknik marketing, tetapi juga pada Strategi marketing, teknik publikasi, menawarkan ide dan program, desain produk, market intellegent, hingga pemrosesan informasi. Marketing politik juga harus didukung disiplin ilmu lain supaya pendekatan dan pemasaran yang dilakukan dapat diraih dengan menyeluruh.

Dalam buku ini, Firmanzah memaparkan dengan cukup rinci apa dan bagaimana marketing politik itu dilakukan. Selain itu, laiknya pemasaran bisnis, Firmanzah juga merinci hal-hal yang berkenaan dengan pasar, target, kemasan yang harus dikenali

Page 34: Marketing Politik

partai politik. Contoh kasus yang diambil pun adalah contoh-contoh kasus yang terjadi dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah yang cukup baru yang dilaksanakan di Indonesia. Dengan demikian, marketing politik yang dipaparkan Firmanzah dalam buku ini relevan dengan kondisi perpolitikan di Indonesia dewasa ini.

Buku Marketing Politik ini menarik untuk dibaca. Namun, karena tujuannya hanya terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan dunia politik praktis, buku ini pada akhirnya hanya terbatas untuk dikonsumsi oleh mereka yang terjun langsung ke dunia politik praktis dan pemerhati politik.***

Konsep Marketing Politik 

Marketing menurut Bruce I. Newman adalah proses memilih customer, menganalisa kebutuhan mereka dan kemudian mengembangkan inovasi produk, advertising, harga dan Strategi distribusi dalam basis informasi.Marketing dalam pengertian Bruce bukan dalam pengertian marketing biasa, melainkan produk politik berupa image politisi, platform, pesan politik dan lain-lain yang dikirim ke audiens yang diharapkan menjadi konsumen yang tepat (Newman, Bruce, 1999:3). 

Pendapat lain dikemukakan oleh Mauser G. (1983:5), yang mendifinisikan marketing sebagai ‘influencing mass behavior in competitive situations’. Marketing politik dianalogikan kepada marketing komersial. Misalnya di sektor komersial harus memiliki target audience dari pemilih yang harusnya mendukung, menggunakan media massa, dalam sebuah lingkungan kompetitif yang dipadati lebih dari satu ‘brand’ produk. Meskipun memang akan ada perbedaan mendasar antara marketing politik dengan marketing komersial. Contohnya, marketing politik mengukur kesuksesan tidak dalam term keuntungan melainkan dalam hasilvoting dan efektivitas power (Muaser, 1983:5). 

Secara sederhana marketing politik adalah merupakan serangkaian kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk memasarkan produk politik. Alasan untuk memasarkan produk politik ini adalah agar konstituan mengatahui, memahami kemudian membeli produk yang dipasarkan. Ada tiga pendekatan Strategi dalam memasarkan produk politik tersebut seperti yang dikemukakan oleh Nursal (dalam Firmanzah, 2007) bahwa tiga

Page 35: Marketing Politik

pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencari dan memperoleh dukungan politik atau memasarkan produk politik, yakni: 

1. Push Marketing, dimana kandidat atau partai politik berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulan yang diberikan secara langsung kepada pemilih. 

2. Pass Marketing, dimana pemasaran produk politik melalui orang atau kelompok berpengaruh yang mampu mempengaruhi opini pemilih. 

3. Pull Marketing, dimana pemasaran produk politik melalui media massa yang menitikberatkan pada image atau citra produk politik tersebut. 

Sedangkan Newman (1999) menambahkan dalam peta marketing kandidat (Candidat Marketing Map) paling tidak ada enam tahap yang harus diperhatikan antara lain: 

1. Riset lingkungan (environment research) : yakni setting dan konteks dimana seorang kandidat mengorganisasikan sebuah kampanye. Hal ini terkait dengan upaya mendifinisikan isu, peluang, dan tantangan yang dihadapi kandidat. Misalnya pada tahap ini meriset situasi ekonomi, mood pemilih (voter satisfaction or dissatisfaction), isu dan konsern penting pemilih, peta demografi pemilih, riset partai dominan atau independen dll. 

2. Analisis penilaian internal dan eksternal (internal and external assesment analysis). Kandidat mesti menilai kekuatan dan kelemahan dirinya, kekuatan dan kelemahan organisasi kampanye pada seluruh tahapan pengembangan, status kandidat sebagai incumbent atau penantang, peluang isu-isu kampanye, kekuatan dan kelemahan kompetitor. 

3. Marketing Strategis (Strategic marketing), misalnya terkait dengan segmentasi pemilih (usia, income, pendidikan, etnis, ideologi kelompok dll.), target dan positioning (citra kandidat versus citra lawan). 

4. Setting tujuan dan Strategi kampanye (goal setting and campign strategy) misalnya menyangkut positioning latar belakang dan qualifikasi, pesan utama kampanye, pemilihan isu dan solusi konsep pribadi kandidat dll. 

5. Komunikasi, distribusi dan perencanaan organisasi (communication, distribution and organization plan). Tahap ini misalnya menekankan pada sosok penampilan, publisitas, iklan dan pemilihan pesan, format serta desain medianya. 

Page 36: Marketing Politik

6. Pasar-pasar (massa) utama dan hasil (key markets and outcomes) yang terkait dengan segmen konstituen pemilih partai, segmen kontributor, segmen media dan publisitas. 

Proses Marketing Politik Niffenneger dan Butler & Collins (dalam Firmanzah, 2008) menjelaskan karakteristik dan content marketing politik dengan lebih rinci dan membedakannya dengan marketing komersial walaupun proses marketing politik masih mengikuti proses yang terdapat dalam marketing komersial, namun hal-hal yang dibahas ditiap tahapan proses sangat berbeda antara marketing komersial dengan marketing politik. Proses marketing politik menurut Niffenneger dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 2. Proses Marketing Politik Sumber: Niffenneger (1989) dalam (Firmanzah, 2008) 

Hubungan Media dan Marketing Politik 

Dari uraian di atas menujukkan bahwa hubungan media dan marketing politik begitu erat. Media sebagai sarana utama bagi partai politik atau kandidat tertentu untuk memberikan informasi kepada masyarakat tanpa harus bertatap muka langsung dan terlebih lagi media digunakan sebagai sarana pencitraan. 

Page 37: Marketing Politik

Tujuan utama dari pencitraan adalah meningkatkan kesadaran khalayak kepada produk yang dicitrakan berdasarkan keinginan pemasar dalam hal ini adalah partai politik atau kandidat sehingga pada akhirnya memberikan kemampuan kredibilitas dan rasa percaya diri. Dari citra inilah akan tercipta brand positioning dibenak konsumen (konstituen), maka peluang menjadi top of mind semakin besar dan mampu menciptakan brand relationship, yakni hubungan harmonis yang tumbuh antara produk dan konsumennya (parpol/kandidat dan konstituennya). Ketika terjadi hubungan yang harmonis antara parpol atau kandidat dengan konstituen, maka loyalitas dan dukungan terus-menerus akan tercipta. 

Perkembangan politik kontemporer membuktikan bahwa telah terjadi ‘ketergantungan’ para politisi terhadap media dalam menjalankan politik citra. Dalam pemilu 2009 yang lalu bagaimana media sangat berperan dalam membangun citra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dilancarkan oleh PD dan terbukti berhasil dengan terpilihnya kembali SBY sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2009-2014. 

ANALISIS

Kedudukan media yang istimewa terutama dalam periode-periode pemilihan menjadikan parpol atau kandidat bernafsu untuk ‘menguasai’ media guna menyampaikan program (platform) partai, membangun opini melalui isu-isu politik yang sedang berkembang, membangun citra, dan sebagainya menarik untuk dianalisa. 

Analisis dalam kajian ini berhubungan dengan pemanfaatan media oleh para aktor politik sebagai fokus kajian adalah Strategi media dalam marketing politik kandidat calon ketua umum PD periode 2010-2015, yakni Andi Mallarangeng (AM), Anas Urbaningrum, dan Marzuki Alie. Setelah Strategi media masing-masing kandidat dipaparkan, kemudian analisis dilanjutkan pada keterkaitan antara Strategi media yang diterapkan dalam marketing politik masing-masing kandidat dengan keterpilihan kandidat menjadi ketua umum PD periode 2010-2015. 

Page 38: Marketing Politik

Strategi Media Dalam Marketing Politik 

Strategi media menjadi mutlak untuk diketahui oleh parpol maupun kandidat karena Strategi media berhubungan dengan efektivitas pesan politik yang disampaikan, media yang digunakan tentunya disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya. Disamping perencanaan media yang tepat, penentuan segmentasi juga penting dilakukan untuk menentukan media yang cocok digunakan dan bagaimana Strategi kreatifnya (komunikasi dan visual). Rothschild (1978) menunjukkan pilihan media merupakan salah satu faktor penting dalam penetrasi pesan politik ke publik. Mengetahui adanya perbedaan tingkat penetrasi media (TV, radio, media cetak seperti Koran dan majalah) dalam suatu wilayah penting dilakukan untuk menjamin efektivitas pesan politik yang disampaikan (Firmanzah, 2008:204). 

Menjelang pelaksanaan Kongres II PD, para kandidat calon ketua umum mulai mengkampanyekan diri sebagai orang yang layak memimpin PD lima tahun kedepan. Berbagai iklan politik para kandidat mulai banyak menghiasi media baik itu dimedia cetak maupun elektronik atau diruang-ruang publik. Dengan propaganda media, ‘perang’ antara kandidatpun tidak terhindarkan. Berbagai Strategi digunakan untuk meraih dukungan suara dari pemilik suara dalam kongres nanti, yakni Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PD seluruh Indonesia serta suara dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PD. 

Kongres II PD diikuti oleh tiga kader terbaik partai itu yang telah mencalonkan diri sebagai kandidat ketua umum PD periode 2010-2015. Masing-masing kandidat calon ketua umum PD itu adalah Andi Mallarangen (Menteri Pemuda dan Olahraga), Anas Urbaningrum (Ketua Fraksi PD di DPR-RI), dan Marzuki Alie (Ketua DPR-RI asal Fraksi PD). 

Dalam menganalisis Strategi media dalam marketing politik ketiga kandidat di atas tidak terlepas dari Strategi periklanan yang dilakukan masing-masing kandidat, dimana ada empat tahapan Strategi periklanan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya dalam bagan proses perencanaan media. Analisis mendalam lebih penulis fokuskan pada tahapan Strategi pesan yang dititik beratkan pada Strategi komunikasi dan visual yang digunakan dan

Page 39: Marketing Politik

tahapan Strategi media itu sendiri. Pada tahapan Strategi media terdapat empat Strategi, yakni pemilihan audience sasaran, spesifikasi tujuan, pemilihan media dan sarana serta pembelian media. Strategi pembelian media sebenarnya merupakan hal khusus dalam Strategi media dimana yang dimaksud adalah kepemilik pemasar tehadap media. Namun dalam kajian ini pembelian media lebih dimaksudkan pada pembelian waktu (dimedia elektronik) atau tempat (dimedia cetak). 

I. Strategi Media Andi Mallarangeng (AM) 

Andi Malarangeng merupakan kandidat pertama yang mendeklarasikan diri untuk menjadi calon ketua umum PD periode 2010-2015. Deklarasi yang dilaksanakan dengan meriah dan diliput secara langsung oleh berbagai media massa serta dihadiri oleh ribuan orang termasuk kader partai dan para menteri yang berasal dari PD. Kehadiran para menteri dan elite partai dalam deklarasi AM menunjukkan betapa kuatnya dukungan kepadanya untuk memimpin PD lima tahun kedepan ditambah lagi kehadiran Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas) sebagai pembaca deklarasi menambah kepercayaan diri AM untuk maju karena kehadiran Ibas dianggap sebagai sinyal dukungan SBY kepadanya. Pidato politik yang disampaikan pun memikat banyak hadirin, kemudian isi pidato tersebut dimuat di harian Kompas keesokan harinya dengan judul “Sekali Layar Terkembang”. 

Pasca deklarasi di tugu Proklamasi itulah AM mulai melancarkan kampanye politiknya melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik. Iklan politik AM terpasang media cetak seperti surat kabar dan majalah, media elektronik khususnya iklan televisi ditambah lagi dengan media lain seperti internet, banner, baliho, billboard, stiker, gimmick, kaos, sampai pada vehicle advertising dan balon udara serta atribut-atribut lain yang mendukung. 

Proses Perencanaan Media 

Berdasarkan analisis penulis terhadap Strategi media dalam marketing politik Andi Mallarangeng (AM) melalui empat tahap proses perencanaan media (Strategi periklanan) berikut ini: 

a. Tujuan Iklan 

Page 40: Marketing Politik

Tujuan iklan politik AM lebih kepada pembangunan citra AM dimata publik secara umum dan secara khusus dimata para kader PD. Sedangkan populeritas AM tidak diragukan lagi karena kepopuleran AM diinternal partai dimulai sejak menjadi Juru Bicara Presiden SBY dan posisinya sebagai Ketua Departemen di DPP PD. Citra yang dibangun oleh AM adalah kader yang memahami pemikiran SBY sebagai tokoh sentral di PD. Hal ini tercermin dari isi pidato politik AM setelah deklarasi dan sehari sebelum pemilihan ketua umum PD yang dimuat di harian Kompas sehalaman penuh dan Strategi pesan yang digunakan. 

b. Anggaran Iklan 

Untuk mendukung kesuksesan iklan politik tentu dibutuhkan anggaran yang cukup baik dari dana pribadi maupun sponsor. Dari iklan politik AM diberbagai media dan diberbagai tempat menunjukkan bahwa anggaran iklan yang dikeluarkan sangatlah besar dibanding dengan kandidat lain. Disamping penggunaan berbagai macam media kampanye, bersarnya anggaran iklan AM juga dipengaruhi oleh jangka waktu iklan dan frekuensi pemasangannya selama dua bulan sebelum kongres dimulai. Perkiraan kasar penulis, anggaran iklan yang digolontorkan AM mencapai puluhan muliar rupiah. 

c. Strategi Pesan 

Strategi pesan dalam iklan AM, penulis membaginya menjadi dua Strategi, yakni Strategi komunikasi dan Strategi visual. 

-    Strategi Komunikasi Strategi komunikasi AM dalam iklan politiknya sangat berbeda dari dua pesaingnya. Beberapa hal yang ditinjolkan dalam iklan adalah inisial nama Andi Mallarangeng, yakni “AM” dan diikuti oleh kalimat “For Demokrat 1” dan kata “Lanjutkan”. Kalimat “For Demokrat 1” lebih diasosiasikan dengan Ketua Umum PD, sedangkan kata “Lanjutkan” lebih kepada kata yang digunakan PD pada kampanye SBY di Pemilu 2009 silam. Penggunaan pesan politik AM dimedia cetak dan elektronik tetap konsisten. Selain kata “Lanjutkan” dan “AM For Demokrat 1” ucapan “Selamat Datang” juga terdapat dalam media kampanye AM khususnya

Page 41: Marketing Politik

media luar ruang (baliho, billboard, spanduk, maupun banner). Pesan politik yang berbeda terdapat pada media kampanye lain, yakni iklan banner yang berukuran 80 cm X 160 cm yang menggunakan bahasa ‘gaul’. 

-   Strategi VisualSelain Strategi komunikasi, Strategi visual dalam iklan politik AM pun sangat berbeda dengan kandidat lain, yakni keberanian dari tim kreatif AM menggunakan gambar ilustrasi wajah dengan latar belakang ilustrasi kibaran bendera Merah Putih dan tipografi (huruf) inisial “AM” berwana merah dan biru lebih menonjol dibanding dengan tipografi lain.

Gambar 3. Strategi Visual Iklan Politik Andi Mallarangeng (AM) 

a. Strategi Media -   Memilih Audience Sasaran 

Menentukan audience sasaran merupakan syarat pertama yang harus dilakukan agar Strategi media berhasil. Ada empat faktor utama untuk menentukan (mensegmentasi) audience sasaran dalam Strategi media, yakni geografis, demografis, pemakaian produk, dan psikografis/gaya hidup. Menganalisis iklan-iklan politik AM, segmentasi audience sasaran tidak hanya terbatas pada kalangan internal PD namun lebih kepada masyarakat secara luas. Strategi ini mungkin dilakukan untuk investasi jangka panjang AM untuk 2014 dalam konteks Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. 

Diacara Mata Najwa dengan tema “Solek Politik”, Rizal Mallarangeng dari Fox Indonesia konsultan politik yang menangani

Page 42: Marketing Politik

marketing politik AM mengakui bahwa Strategi kampanye yang diterapkan adalah spekulasi jangka panjang jika AM nantinya terpilih menjadi Ketua Umum PD memiliki peluang menjadi calon Presiden atau Wakil Presiden di Pemilu 2014 mendatang. Dari Strategi yang digunakan konsultan politik AM bahwa empat faktor segmentasi dibangun untuk jangka panjang. 

-   Menentukan Tujuan Media 

Dalam menentukan tujuan media terdapat lima tujuan yang merupakan dasar dari perencanaan media, yaitu jangkauan, frekuensi, bobot, kontinuitas, dan biaya. Jangkauan adalah kepada jumlah audience sasaran yang harus melihat, membaca, atau mendengar pesan periklanan dalam masa tertentu. Frekuensi adalah berapa sering audiens sasaran dihadapkan pada periklanan selama ini. Bobot adalah berapa banyak total iklan yang dibutuhkan selama masa tertentu untuk mencapai tujuan jangkauan dan frekuensi. Kontinuitas adalah bagaimana anggaran periklanan harus dialokasikan sepanjang waktu. Sedangkan biaya adalah apa cara yang paling murah untuk mencapai tujuan yang lain. 

Mengamati penggunaan media untuk iklan politik AM terlihat bahwa dia ingin menjangkau seluruh audiens sasaran walaupun audiens yang dituju tidak memiliki hak suara dalam kongres PD. Frekuensi iklanpun begitu gencar selama dua bulan penuh sebelum pelaksanaan kongres khsusunya dua minggu setelah deklarasi pencalonan dan dua minggu menjelang kongres. Total iklan politik AM lebih banyak dibandingkan dengan iklan Marzuki dan Anas karena frekuensinya yang lama. Karena didukung oleh dana yang cukup besar, kontinuitas iklan politik AM terus dilakukan sepanjang waktu sampai pelaksanaan kongres PD. 

-   Pemilihan Media dan Sarana 

Pemilihan media dan sarana guna mendukung kampanye politik AM, berbagai media digunakan secara maksimal oleh timsuksesnya seperti media massa cetak (surat kabar dan majalah), media massa elektronik (TV dan radio) serta media cetakan (print ad) seperti billboard, baliho, banner, spanduk, stiker, kaos, bendera, umbul-umbul, maupun iklan dikendaraan (vehicle advertising). 

Page 43: Marketing Politik

-   Pembelian Media (Waktu Tayang dan Tempat Iklan) 

Pembelian media lebih kepada pembelian waktu tayang (spot) iklan dimedia elektronik dan membeli halaman dimedia cetak. Iklan politik AM dimedia elektronik khususnya TV selalu menempati waktu tayang dijam-jam aktif (prime time) sebanyak 15-20 kali spot dalam seminggu. Sedangkan dimedia cetak iklan politik AM membeli halaman utama dengan pemakaian tempat satu halaman full. 

Proses Marketing Politik 

Proses marketing politik sebagaimana yang dikemukakan oleh Niffenegger seperti bagan di atas bahwa kandidat yang dijual adalah Andi Mallarangeng (AM). Program marketing yang dilakukan lebih pada marketing mix, yakni 4P (product, promotion, price, place). Sedangkan lingkungan adalah segmentasi yang dituju. Ada tiga kategori produk politik yang dikemukakan oleh Niffenegger (Firmanzah, 2008:200), yakni platform partai/kandidat, catatan masa lalu, dan ciri pribadi. Platform (program) sebagai produk (product) politik yang ditawarkan oleh AM adalah tetap menjadikan PD sebagai partai tengah (Nasionalis-Religius) dan mempertahankan kemengangan PD di Pemilu 2014 sehingga muncul tagline iklan AM “Lanjutkan Kejayaan Demokrat”. 

Catatan masa lalu yang dalam iklan politik AM lebih menonjolkan kedekatannya dengan SBY selama enam tahun sebagai Juru Bicara dan Menteri Pemuda dan Olahraga serta kedekatannya dengan Ibas. Ciri pribadi yang ditonjolkan adalah cerdas dan memahami jalan pemikiran SBY. 

Promosi (promotion) yang dilakukan oleh AM adalah untuk membangun citra diri sebagai orang yang layak melanjutkan pemikiran SBY. Promosi juga berkaitan erat dengan pemilihan media karena tidak semua media tepat digunakan untuk promosi. Keterlibatan Fox Indonesia sebagai konsultan politik AM membuktikan apa yang dikatakan Wring dan Elebash (Firmanzah, 2008:203) bahwa tidak jarang institusi politik bekerja sama dengan

Page 44: Marketing Politik

sebuah agen iklan dalam membangun slogan, jargon, dan citra yang akan ditampilkan. 

Harga (price) dalam marketing politik mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis sampai ke citra/image nasional (Firmanzah, 2008:205). Harga ekonomi meliputi semua biaya yang dikeluarkan oleh kandidat (AM) selama periode kampanye mulai dari biaya iklan sampai biaya operasional tim sukses. Harga psikologis mengacu pada harga psikologis, dimana perasaan pemilih (DPC, DPD, dan DPP) kepada AM. Sedangkan harga citra/image lebih kepada perasaan pemilih (DPC, DPD, dan DPP) kepada AM apakah mampu memimpin PD kedepan dengan memberikan teladan yang baik kepada seluruh kader seperti yang dicontohkan oleh SBY. 

Tempat (place) berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah institusi politik dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih atau calon pemilih (Firmanzah, 2008:207). Program ini oleh AM kurang dimanfaatkan dengan baik karena lebih mengandalkan kemampuan berkomunikasi hanya melalui media kampanye yang digunakannya sehingga kehadirannya untuk mengujungi para kader di daerah kurang terlaksana ditambah lagi dengan kesibukanya sebagai menteri. Dari sisi lingkungan, segmentasi yang dituju oleh AM adalah dua segmen, yaitu khalayak umum dan dan kader PD khususnya pemilik hak suara dalam kongres (DPC, DPD, dan DPP). Namun investasi politik jangka panjang (Pemilu 2014) yang dibangun lebih gencar dilakukan dibanding dengan tujuan jangka pendek, yakni memenangkan pertarungan di Kongres II PD. Berbagai media kampanye AM khususnya media massa cetak dan media cetakan dapat dilihat pada table berikut:

Page 48: Marketing Politik

I. Strategi Media Anas Urbaningrum

Berbeda dengan Andi Malarangeng, Anas Urbaningrum adalah kandidat kedua yang mendeklarasikan diri untuk menjadi calon ketua umum Partai Demokrat periode 2010-2015. Deklarasi dilaksanakan terpaut sebulan dengan deklarasi AM, diliput secara langsung oleh TV One. Deklarasi Anas tidak dihadiri oleh banyak elite PD sebagaimana pada deklarasi AM yang dihadiri oleh menteri berasal PD. Suasana deklarasipun terbilang cukup ‘sederhana’ tetapi bersahaja dengan pembawaan Anas yang low profile. Ketidak hadiran elite PD khususnya SBY atau perwakilan keluarga dari Cikeas tidak membuat semangat Anas surut untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum PD.

Sejak mendeklarasikan diri, tidak banyak iklan politik Anas dimedia seperti halnya AM yang meluncurkan iklan politiknya diberbagai media. Tim sukses AM sempat mewacanakan posisi Sekretaris Jenderal PD untuk Anas sebagai tawaran dan memunculkan isu aklamasi. Namun semua itu ditanggapi secara halus baik oleh Anas maupun tim suksesnya.

Proses Perencanaan Media

Page 49: Marketing Politik

Analisis penulis terhadap Strategi media dalam marketing politik Anas Urbaningrum melalui empat tahap proses perencanaan media (Strategi periklanan) sebagai berikut ini:

a. Tujuan Iklan

Tujuan iklan politik Anas sama seperti AM, yakni untuk membangun citra dimata publik secara umum dan secara khusus dimata para kader PD. Populeritas Anas memang kurang unggul di banding AM yang dibuktikan oleh hasil beberapa lembaga survey independen, tetapi Anas lebih populer dikalangan internal PD. Kepopuleran Anas diinternal PD karena didukung oleh jabatannya sebagai salah seorang Ketua DPP Bidang Politik tentunya memiliki ikatan emosional dengan para kader di daerah dan ditambah lagi pengalaman keorganisasiannya sebagai mantan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI). Karakter Anas yang santun juga menjadi salah satu keunggulannya dibanding dua pesaingnya, sehingga banyak pengamat politik mengemukakan bahwa Anas layak menjadi Ketua Umum PD periode 2010-2015 menggantikan Hadi Utomo karena karakter dan pembawaan Anas sama seperti karakter dan pembawaan SBY yang notabenenya adalah tokoh sentral di PD.

b. Anggaran Iklan

Penggunaan anggaran untuk biaya iklan politik Anas terbilang kecil kalau dibandingkan dengan anggaran iklan yang dikeluarkan oleh AM. Anggaran iklan politik tentu saja berasal dari dana pribadi atau sponsor. Pengunaan media kampanye terbatas dan frekuensi yang terbatas pula mendorong penggunaan anggaran untuk iklan politik Anas pun terbilang kecil. Dari perkiraan kasar penulis, anggaran iklan politik Anas tidak lebih dari sepuluh miliar rupiah.

c. Strategi Pesan

Strategi pesan dalam iklan Anas, penulis membaginya menjadi dua Strategi, yakni Strategi komunikasi dan Strategi visual.

-   Strategi Komunikasi

Page 50: Marketing Politik

Strategi komunikasi Anas dalam iklan politiknya sangat bijak dan bersifat rendah hati. Kalimat yang digunakan dalam iklan politik Anas adalah “Tepat Untuk Demokrat, Baik Untuk Rakyat”. Kalimat sederhana tetapi mengandung visi yang jauh kedepan, dimana kebaikan bagi rakyat adalah ketepatan platformDemokrat. Dalam iklan politik dimedia cetakan, Anas tidak terlalu menonjolkan namanya tetapi seimbang dengan tagline yang digunakan. Tagline ini konsisten digunakan diberbagai media kampanye Anas. Kalimat berbeda terdapat pada Spanduk dukungan untuk Anas yang dipasang di persimpangan Jl. Padalarang-Cianjur yang berbunyi “Mau ke Cianjur lewat Cipanas, Mau yang Jujur Pasti BUNG ANAS”.

-   Strategi Visual

Strategi visual dalam iklan politik Anas berbeda dengan kandidat lain, tulisan nama ANAS menggunakan bintang segitiga berwarna Merah Putih pada huruf A yang kedua antara N dan S. seperti diketahui bahwa bintang segitiga merupakan unsur visual yang terdapat dalam bendera PD. Pada Strategi visual ini Anas masih menggunakan image foto dirinya dengan latar belakang kibaran bendera Merah Putih. Perbedaan mendasar pada visual yang digunakan Anas dan AM adalah jenis tipografi yang digunakan dan gambar diri masing-masing (Anas menggunakan image foto sedangkan Andi menggunakan ilustrasi vektor).

Gambar 4. Strategi Visual Iklan Politik Anas Urbaningrum 

Page 51: Marketing Politik

a. Strategi Media 

-   Memilih Audience Sasaran 

Audience sasaran yang dituju dalam iklan politik Anas adalah seluruh masyarakat. Hal ini terlihat dari tageline yang digunakan “Tepat Untuk Demokrat, Baik Untuk Rakyat”. Pada iklan politik Anas di TV menggunakan endoser dari kalangan muda-mudi sehingga mencerminkan bahwa segmentasi diluar internal partai adalah kalangan pemuda dan citra yang ditampilkan adalah berjiwa muda. 

-   Menentukan Tujuan Media 

Dalam menentukan tujuan media, Anas tidak sekomplit AM yang lebih memfokuskan diri pada media. Iklan politik Anas tidak banyak dengan frekuensi yang terbatas, namun bobot dan kontinuitasnya tetap terjaga. Dari penggunaan media kampanye yang terbatas inilah membuat biaya iklan Anas lebih kecil disbanding AM karena dia menyadari bahwa audience sasaran sesungguhnya hanya 505 orang yang terdiri dari DPC, DPD, dan DPP. Adapun target audience secara umum itu adalah target jangka panjang. 

-   Pemilihan Media dan Sarana 

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa media kampanye Anas sangat terbatas tetapi tetap terwakili penggunaan medianya baik cetak maupun elektronik. Media cetak yang digunakan adalah surat kabar, media elektronik adalah TV serta media cetakan seperti billboard, baliho, spanduk, poster, dan balon udara. 

-   Pembelian Media (Waktu Tayang dan Tempat Iklan) 

Pembelian media dalam hal ini adalah pembelian waktu tayang (spot) iklan dimedia elektronik dan membeli halaman dimedia cetak. Iklan politik Anas dimedia elektronik khususnya TV menempati waktu tayang dijam-jam aktif (prime time) sebanyak 10

Page 52: Marketing Politik

kali spot dalam seminggu selama kurang dari sebulan. Sedangkan dimedia cetak iklan politik Anas membeli halaman utama dengan pemakaian tempat setengah atau bahkan seperempat halaman. 

Proses Marketing Politik 

Proses marketing politik Anas relatif seimbang antara pemanfaatan media dan bertatap muka langsung dengan para kader di daerah yang memiliki hak suara di kongres. Platform (program) sebagai produk (product) politik yang ditawarkan oleh Anas tidak berbeda jauh dengan apa yang ditawarkan oleh AM, yakni tetap menjadikan PD sebagai partai tengah (Nasionalis-Religius) dan meningkatkan perolehan suara PD di Pemilu 2014 tetapi lebih mengedepankan kepentingan rakyat sehingga muncul tagline iklan “Tepat Untuk Demokrat, Baik Untuk Rakyat”. 

Anas tidak terlalu menujukkan catatan masa lalu, namun lebih kepada pembawaannya yang khas (lemah lembut dan santun) seperti pembawaan SBY. Promosi (promotion) yang dilakukan oleh Anas juga untuk membangun citra diri sebagai kader muda Demokrat dan memiliki sifat seperti Ketua Dewan Pembina PD. 

Tidak berbeda jauh dengan AM, harga ekonomi yang dikeluarkan Anas juga semua biasa selama periode kampanye mulai dari biaya iklan sampai biaya operasional tim sukses untuk kepentingan suksesi. Secara psikologis Anas lebih menekankan program ini, dimana kekuatan yang dibangun untuk sksesi dirinya adalah berbasis jaringan bukan berbasi media seperti yang diterapkan AM. Sedangkan harga citra/image lebih kepada perasaan pemilih (DPC, DPD, dan DPP), Anas menonjolkan kemiripan karakternya dengan pendiri partai sekaligus Ketua Dewan Pembina partai, yakni SBY sehingga membuat Anas terterima dibergai kalangan. 

Tempat (place) berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah institusi politik dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih atau calon pemilih (Firmanzah, 2008:207). Anas dan tim suksesnya lebih mengedepankan Strategi ini untuk membangun jaringan kekuatan di daerah melalui DPC dan DPD dibanding AM dan tim suksesnya hanya mengandalkan media. Pertemuan Anas dengan kader-kader di daerah tentu dapat membangun ikatan emosional guna kondolidasi dukungan pemilih

Page 53: Marketing Politik

kepadanya di Kongres II PD. Walaupun segmentasi yang dituju adalah masyarakat umum, Anas tetap memperhatikan segmen utamanya, yaitu pemilik hak suara di kongres (DPC, DPD, dan DPP). Namun investasi politik jangka panjang (Pemilu 2014) juga tetap dibangun melalui iklan-iklan politik yang ada khususnya melalui media TV. Berbagai media kampanye Anas khususnya media massa cetak dan media cetakan dapat dilihat pada tabel berikut:

 

I. Strategi Media Marzuki Alie

Page 54: Marketing Politik

Dari kedua calon kandidat ketua umum PD di atas, Marzuki Alie merupakan kandidat terakhir yang mendeklarasikan diri sehari sebelum pelaksanaan pembukaan Kongres II PD di Bandung 21-23 Mei 2010. Kemunculan Marzuki secara tiba-tiba, walaupun sebelumnya ada wacana untuk mencalonkan diri membuat kedua kubu yang ada sebelumnya lebih meningkatkan Strategi dalam meraih dukungan. Walaupun mencalonkan diri diakhir menjelang kongres, Marzuki juga tetap memanfaatkan media massa khususnya TV untuk menayangkan iklan politiknya.

Proses Perencanaan Media

Berdasarkan analisis penulis terhadap Strategi media dalam marketing politik Marzuki Alie melalui empat tahap proses perencanaan media (Strategi periklanan) berikut ini:

a. Tujuan Iklan

Tujuan iklan politik Marzuki lebih kepada memberikan kesadaran kepada khalayak khususnya konstituen PD bahwa dirinya maju sebagai kandidat calon ketua umum PD periode 2010-2015. Pendukung dalam iklan politiknya adalah para pengurus DPD Jawa Timur yang merupakan basis massa pendukungnya.

b. Anggaran Iklan

Anggaran untuk iklan politik Marzuki terhitung lebih kecil dibanding dengan dua kandidat lain yang telah lebih dahulu mendeklarasikan diri dan berkampanye diberbagai media.

c. Strategi Pesan

Strategi pesan dalam iklan Marzuki, penulis membaginya menjadi dua Strategi, yakni Strategi komunikasi dan Strategi visual.

-   Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi yang digunakan dalam iklan politik Marzuki tidak terlalu istimewa dibanding Strategi pesan politik AM dan

Page 55: Marketing Politik

Anas. Pada iklan politik Marzuki di TV para pendukungnya hanya mengucapkan “Kami Mendukung Marzuki Alie Sebagai Ketua Umum PD Periode 2010-2015” sedangkan kalimat pada stiker mobil tertulis “Komunitas Marzuki Alie Menuju Kongres II Partai Demokrat”. Dari kedua Strategi komunikasi yang dibuat sebagai pesan politik tidak mengandung visi apapun kecuali informasi tentang kesiapan Marzuki sebagai calon ketua umum PD. 

-   Strategi Visual

Strategi visual dalam iklan politik Marzuki terkesan biasa saja tetapi menjadi berbeda dengan AM dan Anas. Bila AM dan Anas menggunakan latar belakang kibaran bendera Merah Putih, Marzuki menggunakan latar belakang Putih Biru mungkin lebih diasosiasikan dengan warna yang ada pada bendera PD. Hanya iklan Marzuki pula yang menggunakan nama lengkap seperti pada gambar berikut:

Gambar 5. Strategi Visual Iklan Politik Marzuki Alie 

a. Strategi Media 

-   Memilih Audience Sasaran 

Audiens sasaran yang dituju oleh Marzuki dalam iklan politiknya lebih fokus pada sasaran utama, yakni para peserta kongres yang mempunyai hak pilih walaupun secara implicit iklan politik itu

Page 56: Marketing Politik

berdampak secara luas bagi masyarakat yang tidak memiliki hak pilih dalam kongres atau masyarakat diluar PD. 

-   Menentukan Tujuan Media 

Mengamati penggunaan media untuk iklan politik Marzuki terlihat bahwa media bukan menjadi hal yang utama untuk meraih dukungan politik dari para peserta kongres. Hal inilah yang menjadi pembedanya dengan AM yang lebih mengutamakan media ketimbang yang lain sedangkan Anas cenderung lebih seimbang antara pemanfaatan media dan membangun jaringan di daerah. Frekuensi penayangan iklan politik Marzuki di TV lebih gencar pasca deklarasi pencalonannya sehari sebelum pembukaan kongres. 

-   Pemilihan Media dan Sarana 

Pemilihan media dan sarana untuk kepentingan kampanye dalam bentuk iklan politik Marzuki lebih memilih iklan televisi dan media cetak surat kabar serta stiker dan spanduk. 

-   Pembelian Media (Waktu Tayang dan Tempat Iklan) 

Pembelian waktu tayang untuk iklan politik Marzuki pada waktu aktif (prime time) hanya empat kali spot dan dimedia cetak hanya setengah halaman dalam bentuk ucapan atas gelar doktor yang diraihnya dari salah satu universitas di Malaysia. 

Proses Marketing Politik 

Proses marketing politik yang dilakukan oleh Marzuki bersama tim suksesnya lebih menekankan pada konsolidasi dukungan ke daerah-daerah untuk memastikan berapa besar yang dia peroleh walaupun belum mendeklarasikan pencalonannya sebagai calon ketua umum PD. Proses ini dinamakan push marketing dalam Strategi marketing politik. Sedangkan dukungan media dan tokoh yang berbengaruh dijadikan sebagai pelengkap dari Strategi push marketing yang diterapkan. 

Realita Hasil Kongres II Partai Demokrat 

Page 57: Marketing Politik

Proses perencanaan media yang matang dan proses marketing politik yang apik ditambah dukungan kuat dari elite PD membuat opini masyarakat bahwa AM pasti akan terpilih menjadi Ketua Umum PD periode 2010-2015. Namun opini ini ibarat api jauh dari panggang karena AM mengalami kekalahan telak karena hanya memperoleh 82 suara sah atau 16 persen sehingga kurang dari 50% + 1 seperti yang diklaim oleh para tim suksesnya dengan memiliki dukungan lebih dari 400 DPC & DPD se Indonesia atau sekitar 85 persen tapi kenyataannya AM tidak lolos pemilihan putaran kedua. Pemilihan putaran kedua dilakukan karena masing-masing calon tidak ada yang mendapat suara lebih dari 50 persen (Anas 236 suara atau 45 persen, dan Marzuki 209 suara atau 40 persen). 

Dinamika politik yang terjadi sepanjang Kongres II PD memang mengejutkan banyak kalangan terutama atas kekalahan AM diputaran pertama. Keterkejutan banyak kalangan cukup beralasan karena AM merupakan kandidat pertama yang mencalonkan diri, deklarasinya dihadiri oleh elite PD, dukungan Ibas sebagai salah seorang tim sukses memberikan indikasi adanya dukungan dan restu SBY pada AM ditambah lagi dengan pemanfaatan media secara massif. 

Diakhir pemilihan putaran kedua menghasilkan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum PD yang baru Periode 2010-2015 dengan perolehan suara sebesar 280 suara atau 53 persen dan Marzuki Alie sebesar 248 suara atau 47 persen. 

Hubungan Strategi Media dan Keterpilihan Kandidat 

Dari realitas hasil Kongres II PD di atas menujukkan bahwa tidak ada hubungan linear antara Strategi media yang diterapkan AM secara gencar dengan mengesampingkan Strategi lain, yakni Strategi push marketing yang lebih menekankan kepada personal selling, dimana kehadiran sang kandidat dalam memberikan stimulus kepada calon pemilih sangat dibutuhkan guna membangun hubungan secara emosional atau brand relationship. 

Strategi push, pass, dan pull marketing dilakukan dengan baik dan seimbang olah Anas beserta tim suksesnya terutama jeda menjelang putaran kedua Strategi push lebih gencar dijalankan

Page 58: Marketing Politik

untuk menarik suara AM karena secara simbolik dekungan AM kepada Marzuki mengindikasikan pengarahan suara AM kepada Marzuki. Pasca terpilihanya Anas menjadi Ketua Umum PD Periode 2010-2015, salah seorang tim sukses Anas mengatakan bahwa kubunya memadukan Strategi kampanye AM dan Marzuki, yakni menggunakan media dan membangun jaringan. Hal ini dapat dikatakan bahwa antara proses perencanaan media dan proses marketing politik dilakukan secara seimbang dan terintegrasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

PENUTUP

Kesimpulan 

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Strategi media bukan Strategi yang utama untuk mencapai tujuan bila tidak dilakukan secara seimbang mulai dari proses perencanaan media dan proses marketing politik sehingga menjadi Strategi yang terintegrasi sebagaimana Strategi marketing politik, yakni push, pass, dan pull marketing. Apapun yang telah dihasilkan melalui Kongres II PD di Bandung pada Mei 2010 silam membuktikan adanya dua paradox politik seperti yang dikemukakan oleh Bima Arya Sugiarto, yakni kesadaran media (media awareness) dan dukungan akar rumput (grass root support). Ketiga kandidat calon ketua umum PD periode 2010-2015 telah menunjukkan kesadaran mereka terhadap pentingnya media sebagai sarana pendukung suksesi dan juga dukungan dari para pemilih. 

* Artikel ini adalah tugas makalah mata kuliah Strategi dan Perencanaan Media (Semester III) di Program Studi Ilmu Komunkasi Program Pascasarjana UNISBA di presentasikan bulan Desember 2010.

Daftar Referensi 

Blumler, Jay G. and Gurevitch, Michael (1995). The Crisis of Publik Communication. London and New York : Routledge.p.46 

Page 59: Marketing Politik

Croteau, David & William Hoynes. 1997. Media/Society: Industries, Images, and Audiences. California: Pine Forge Press. 

Firmanzah. 2008. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 

Heryanto, Gun Gun. 2009. Marketing Politik di Media Massa dalam Pemilu 2009. Jurnal KOMUNIKA. Volume 3. No.2. Juli-Des 2009. ISSN 1978-1261. 

Pawito. 2009. Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra. 

Rivers, William L. et al. 2008. Media dan Masyarakat Modern (terj) Haris Munandar & Dudy Priatna. Jakarta: Kencana. 

Shimp, Terence A.. 2003. Periklanan & Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga. 

Talani, Noval S., Dicky Ahmad T., Ayub Dwi A. 2010. Media dan Dunia Politik: Peran Media Massa dalam Membangun Demokrasi Indonesia. Makalah dipresentasikan pada Mata Kuliah Media Massa & Masyarakat Program Studi Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana UNISBA. 

Vivan, John. 2008. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedelapan (terj) Tri Wibowo B.S.. Jakarta: Kencana 

http://ekawenats.blogspot.com/2009/06/industri-citra-dan-setting-agenda-alam.html diakses pada 7 Desember 2010.

http://enda.goblogmedia.com diakses pada 7 Desember 2010.

http://www.jambiekspres.co.id/index.php/utama/12897-di-balik-kemenangan-anas-urbaningrum-pada-pemilihan-ketua-umum-partai-demokrat.html diakses pada 7 Desember 2010.

Majalah MIX (Marketing Xtra) Volume 01|VI|12 Januari – 8 Februari 2009.

Page 60: Marketing Politik

Pemasaran Politik| di 08.00

Dosen : Bpk. Eko Harry SusantoTanggal: Rabu, 20 April 2011

Pemasaran politik adalah variasi dari kebijakan komunikasi pemasaran untuk mempromosikan seorang atau proyek politik dengan menggunakan model teknik pemasaran komersial sebagai mewakili seperangkat metode yang dapat digunakan oleh organisasi-organisasi politik untuk pencapaian tujuan dalam hal program politik atau dalam memengaruhi perilaku para pemilih dengan melakukan propaganda.

Pemasaran politik ada yang mengatakan terlihat pada awalnya

pada kampanye bagi kepentingan Napoleon di Mesir,

tindakan Talleyrand dalam memberikan saran kepada Menteri

Hubungan Luar Negeri Perancis saat itu, akan tetapi, sebagian

besar lebih merujuk kepada Joseph Goebbels dengan film-film

dari Leni Riefenstahl melalui slogan-slogan politik dari Nazi dan

pemerintahan Reich Ketiga yang saat itu dipimpin oleh Adolf

Hitler sebagai bagian dari propaganda politik akan tetapi hal ini

akan masih juga harus melalui perdebatan yang kompleks

mengenai terminologi. Dalammarketing politik modern sebetulnya

merupakan elaborasi yang dilakukan oleh para profesional iklan

merupakan produk asal Amerika Serikat. Semasa ketika

Presiden Franklin D. Roosevelt menjabat sekitar tahun 1932 sudah

terdapat sebuah program penyiaran melalui media radio yang lebih

terkenal dengan nama program Fireside Chats dengan Franklin D.

Roosevelt baru kemudian pada tahun 1933 di California berdiri

sebuah perusahaan biro iklan yang pertama kali dalam marketing

politik adalah Campaign, Inc. yang didirikan oleh Clem

Whitaker dan Leone Baxter sebagai cikal bakal dari industri

politik dan pada sekitar tahun 1960-an seiring terjadi peningkatan

penggunaan media televisi dalam iklan kampanye politik dalam

Page 61: Marketing Politik

menjalankan komunikasi politik terdapat seseorang yang

bernama Joseph Napolitan mengaku dan menyebut dirinya sebagai

seorang konsultan politik (David D. Perlmutter, Manship Guide to

Political Communication, halaman 19).

Konsultan marketing politik penggunaan teknik-teknik pemasaran

yang sebelumnya hanya digunakan untuk produk-produk konsumen

kemudian tumbuh pesat dan berpengaruh menjadi bagian penting

dalam memperluas jangkauan kampanye hampir di semua

tingkatan pemerintahan di Amerika Serikat, bidang pekerjaan

konsultan marketing politik bekerja tidak hanya pada saat-saat

kampanye pemilu akan tetapi juga bekerja untuk organisasi-

organisasi politik lainnya termasuk pihak-pihak di dalam komite-

komite aksi politik yang kadang-kadang pembiayaan di samarkan

melalui pengeluaran independen terdapat beberapa juga

melakukan pekerjaan sebagai humas atau melakukan riset bagi

perusahaan kooperasi dan pemerintahan.

Dengan kemajuan pengembangan teknologi di bidang media,

pemasaran politik telah menemukan alat baru untuk meningkatkan

komunikasi yang persuasif. Selama masa-masa kampanye para

politisi telah terampil menggunakan media radio untuk

menyebarkan pesan-pesan mereka, salah satu contoh adalah Adolf

Hitler lebih dari dari 60 tahun memanfatkannya demikian juga

dengan dan John F. Kennedy, melalui penggunaan media televisi

sebagai komponen utama dalam komunikasi politiknya demikian

pula dengan Jenderal Charles de Gaulle di Perancis dalam usaha

untuk meningkatkan pencitraan dengan penggunaan media ini.

Saat sekarang, media internet ikut pula sebagai inti dari pemasaran

politik. (Graeme Browning, Electronic Democracy: Using the

Internet to Transform American Politics)

Talleyrand seorang politisi dan diplomat kelahiran Perancis

mengatakan bahwa "Dalam perpolitikan, apa yang menjadikan

keyakinannya akan lebih penting daripada apa yang sebenarnya

terjadi "

Seorang Konsultan marketing politik pada umumnya bekerja lebih

pada segi aspek emosional pemilih dibandingkan dengan

pemaparan program-program kerja secara spesifik atau penjelasan

Page 62: Marketing Politik

teknis program. Media akan memiliki peran utama dalam bidang

pekerjaan para konsultan marketing politik akan tetapi media

bukanlah satu-satunya alat dengan melalui sebuah metode para

konsultan marketing politik mencakup penggunaan teknik-teknik

penargetan dalam komunikasi jarak dekat atau metode persuasi

dengan campuran retorika melakukan rekayasa penggeseran tema

perdebatan dalam memengaruhi tingkah laku pemilih. Tema

kampanye adalah bagian dari Strategi ini sebagai pembuatan topik

yang menarik bagi pemilih. Kebijakan pelaku marketing politik

dapat baik digunakan sebagai penyebab mempromosikan seorang

atau partai dalam suatu negara, Konsultan marketing politik sering

dipersalahkan berperilaku bagaikan menjual produk barang-barang

dibandingkan dengan ide-ide atau program politik. (Michel Le

Séac'h, L'Etat marketing, comment vendre des idées et des

hommes politiques)

Pemasaran politik (political marketing) secara keilmuan masih

menjadi perdebatan. Namun, ditilik dari kebutuhan praktik

pemasaran politik sudah cukup lama dilakukan di Indonesia.

Di negara-negara Eropa kita melihat Partai Konservatif Inggris

sebelum tahun 1980-an sudah memanfaatkan jasa biro iklan

Saatchi untuk bertarung dalam pemilu. Hasilnya mereka berhasil

menghantarkan Margaret Thatcher menduduki kursi Perdana

Menteri pada tahun 1979.

Kemenangan Presiden wanita Irlandia Mary Robinson juga tak

lepas dari teknik pemasaran politik–yang biasa diterapkan di dunia

bisnis. Sementara itu, di Jerman, Green Party dan PSD juga

menggunakan teknik-teknik manajemen pemasaran untuk

menumbangkan Helmut Kohl yang tengah lama berkuasa.

Jauh sebelum itu terminologi marketing politik berdasarkan

sejumlah literatur dikatakan, pada awalnya, ketika kampanye bagi

kepentingan Napoleon di Mesir, di mana tindakan Talleyrand dalam

memberikan saran kepada Menteri Hubungan Luar Negeri Perancis

saat itu, akan tetapi, sebagian besar lebih merujuk kepada Joseph

Page 63: Marketing Politik

Goebbels dengan film-film dari Leni Riefenstahl melalui slogan-

slogan politik dari Nazi dan pemerintahan Reich Ketiga yang saat

itu dipimpin oleh Adolf Hitler sebagai bagian dari propaganda

politik. Namun, hal ini masih juga harus melalui perdebatan yang

kompleks mengenai terminologi-nya.

Dalam era perkembangannya marketing politik modern sebetulnya

merupakan elaborasi yang dilakukan oleh para profesional iklan

produk asal Amerika Serikat. Semasa Presiden Franklin D

Roosevelt menjabat sekitar tahun 1932 sudah terdapat sebuah

program penyiaran melalui media radio yang lebih terkenal dengan

nama program Fireside Chats dengan Franklin D Roosevelt. Hingga

pada tahun 1933 di California berdiri sebuah perusahaan biro iklan

yang pertama kali dalam marketing politik bernama Campaign, Inc.

yang didirikan oleh Clem Whitaker dan Leone Baxter sebagai cikal

bakal dari industri politik.

Sebagai subjek akademis perkembangan political marketing

dimulai dari Amerika Serikat (Braine et al, 1999). Dari waktu ke

waktu penekanan definisi pemasaran politik mengalami perubahan:

Shama (1975) & Kotler (1982) memberikan penekanan pada proses

transaksi yang terjadi antara pemilih dan kandidat. O'Leary &

Iradela (1976) menekankan penggunaan marketing-mix untuk

mempromosikan partai-partai politik.

Lock dan Harris (1996) mengusulkan agar political marketing

memperhatikan proses segmentation, targeting, dan positioning.

Wring (1997) menekankan penggunaan riset opini dan analisis

lingkungan. Sementara itu, Henneberg (1996) menganggap definisi

pemasaran politik seharusnya disesuaikan dengan teori pemasaran

relasional.

Faktor PersainganSejak bergulirnya reformasi sistem pemerintahan dan hukum ketatanegaraan kita terus berubah. Ini memberikan peluang terhadap lebih terbukanya praktek marketing politik. Kunci utamanya jelas terjadi persaingan yang semakin ketat dan terbuka.

Page 64: Marketing Politik

Diawali dari lahirnya UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Ini  memberi ruang kepada setiap pasangan kandidat Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk mempromosikan dirinya --agar dipilih rakyat.

Kemudian, pemilu legislatif DPR, DPD, dan DPRD juga sama. Belakangan konstalasi persaingan politik semakin seru menyusul dikabulkannya permohonan calon kepala daerah dari jalur independen (perseorangan) oleh Mahkamah Konstitusi (MK) pada tanggal 23 Juli 2007 beberapa tahun lalu.

Perubahan struktur mekanisme pemilihan kepala daerah tersebut membawa dampak yang besar terhadap perkembangan studi mengenai political marketing. Terutama perilaku pemilih (voter behavior) di Indonesia. Karena, untuk memenangkan sebuah pemilihan umum, termasuk pilkada, seorang pasangan kandidat dan partai dituntut untuk mengetahui pemilih sasarannya (Kotler dan Kotler, 1999).

Dengan iklim demokrasi yang berkembang secara pesat memberi jalan bagi munculnya kampanye dan Strategi pemasaran politik yang lebih inovatif. Sesuatu yang amat wajar kalau persaingan politik terjadi amat ketat ketika pilkada digelar di seluruh Indonesia.

Setiap pasangan kandidat bahkan berani mengeluarkan uang hingga miliaran rupiah untuk promosi. Tujuannya amat pasti untuk dikenal, disuka, disimpati, dicinta, dan dipilih. Dan, popularitas menjadi target sangat penting demi membangun citra positif pasangan kandidat.

Dalam ilmu marketing --marketing esensinya adalah sebuah transaksi pertukaran nilai. Sedangkan transaksi politik terjadi ketika seseorang hendak memilih partai politik atau pasangan-pasangan kandidat. Sebagai konsumen pemilih membuat keputusan menukarkan hak suaranya dengan harapan akan terbentuk pemerintahan yang baik --berpihak kepada rakyat.

Jika disimpulkan setidaknya ada lima faktor kenapa pemasaran politik cepat berkembang di Indonesia? Pertama, sistem multi partai yang memungkinkan siapa saja boleh mendirikan partai politik dan konsekuensinya menyebabkan persaingan tajam antar

Page 65: Marketing Politik

partai politik. Kedua, pemilih telah lebih bebas menentukan pilihannya dibandingkan pemilu sebelumnya sehingga syarat bagi penerapan pemasaran politik terpenuhi. Ketiga, partai-partai lebih bebas menentukan platform dan identitas organisasinya. Keempat, pemilu merupakan momentum sejarah yang penting dalam perjalanan bangsa sehingga pihak-pihak berkepentingan terutama para elit politik akan berusaha keras untuk ambil bagian. Kelima, sistem pemilihan anggota DPR, DPD dan presiden secara langsung serta pemilihan kepala daerah (pilkada) gubernur, bupati, dan walikota (Nursal, 2004).

Produk Politik dan Keputusan Memilih Dalam marketing politik produk politik terbagi. Yakni policy (program, isu, dan program kerja), person (figur pasangan kandidat dan figur pendukung), party (ideologi, struktur, dan visi-misi dari partai yang mencalonkan). Dan, presentation (medium komunikasi/ konteks simbolis) (Dan Nimmo 1993 dalam Nursal 2004).

Sebelum seorang konsumen–pemilih melakukan pemilihan terhadap berbagai alternatif pemuas kebutuhannya mereka telah melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi pengenalan masalah, pencarian informasi mengenai produk, evaluasi alternatif, keputusan memilih, dan perilaku pasca pemilihan (Solomon, 1999).

Berdasar kepada teori tersebut kita akan lebih mudah mempetakan atau bahkan tanpa disadari sudah mempraktikannya saat kita sedang mengikuti proses pilkada mulai dari masa kampanye hingga ketika berada di bilik suara. Artinya pada saat yang sama pula proses transaksi --pertukaran nilai, sebagai keputusan menukarkan hak suaranya kepada pasangan kandidat dengan harapan memperoleh nilai di mana ingin tercipta sebuah pemerintahan yang baik sekaligus pro rakyat, terjadi.

MAKALAH KONSEP PEMASARAN

MAKALAH KONSEP PEMASARAN

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Page 66: Marketing Politik

Perusahaan yang menjalankan aktivitasnya baik perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa maupun barang mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan. Selain itu perusahaan juga ingin memberikan kepuasan atas produk yang dihasilkannya, karena kepuasan konsumen menjadi tolak ukur dari keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk yang berkualitas, dan yang diinginkan oleh konsumen.Pemasaran merupakan salah satu ilmu ekonomi yang telah berkembang, dan sampai pada saat sekarang ini pemasaran sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan untuk bisa bertahan di dalam pangsa pasar. Oleh karena itu diperlukan Strategi pemasaran yang dapat memberikan pengaruh untuk menentukan berhasil atau tidaknya dalam memasarkan produknya. Apabila Strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan tersebut mampu memasarkan produknya dengan baik, hal ini akan berpengaruh terhadap tujuan perusahaan.

1.2 Tujuan Pembahasan Masalaha. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep pemasaranb. Untuk mengetahui konsep dalam pemasaranc. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan konsep pemasarand. Untuk mengetahui alasan perusahaan menggunakan konsep pemasaran

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian PemasaranPemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Pemasaran adalah kegiatan pemasar untuk menjalankan bisnis guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang dan atau jasa, menetapkan harga, mendistribusikan, serta mempromosikannya melalui proses pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan.Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah :a. Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.b. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.c. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.d. Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan

Page 67: Marketing Politik

mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.2.2 Pengertian Konsep Pemasarana. Menurut Swastha Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.b. Menurut Kotler Konsep Pemasaran adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.2.3 Unsur Unsur Konsep PemasaranAda tiga unsur pokok konsep pemasaran (Swastha dan Handoko, 2007)a. Orientasi pada konsumen.Perusahaan yang benar-benar ingin memperlihatkan konsumen harus :· Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.· Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan.· Menentukan produk dan program pemasarannya.· Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap dan perilaku mereka.· Menentukan dan melaksanakan Strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.b. Penyusunan kegiatan secara integral (integral marketing).Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu jasa yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan perusahaan dapat terealisasi.c. Kepuasan konsumen (customer satisfaction)Faktor yang menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang akan mendapatkan laba adalah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang dapat dipenuhi. Ini tidak berarti bahwa perusahaan harus memaksimalkan kepuasan konsumen, tetapi perusahaan harus mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen.

2.4 Konsep Inti PemasaranKonsep-konsep inti pemasaran dapat ditunjukkan dalam gambar berikut ini :

Page 68: Marketing Politik

2.5 Konsep Dalam Pemasaran Dalam pemasaran terdapat enam konsep yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi yaitu : konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran sosial, dan konsep pemasaran global.a. Konsep produksiKonsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dimana-mana dan harganya murah. Konsep ini berorientasi pada produksi dengan mengerahkan segenap upaya untuk mencapai efesiensi produk tinggi dan distribusi yang luas.b. Konsep produkKonsep produk mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu, performansi dan ciri-ciri yang terbaikc. Konsep penjualanKonsep penjualan berpendapat bahwa konsumen, dengan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif.

d. Konsep pemasaranKonsep pemasaran mengatakan bahwa kunsi untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.e. Konsep pemasaran sosial Konsep pemasaran sosial berpendapat bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan

Page 69: Marketing Politik

yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif dan efisien daripada para pesaing dengan tetap melestarikan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.f. Konsep Pemasaran GlobalPada konsep pemasaran global ini, manajer eksekutif berupaya memahami semua faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran melalui manajemen Strategis yang mantap. tujuan akhirnya adalah berupaya untuk memenuhi keinginan dan memberikan manfaat kepada semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.

2.6 Tujuan PemasaranTujuan pemasaran atau marketing objective, adalah apa yang akan dicapai oleh perusahaan melalui bagian pemasaran. Apabila kepuasan konsumen tersebut terpenuhi, maka hasil penjualan produknya akan meningkat, dan akhirnya tujuan pemasaran dapat tercapai, yaitu perolehan laba. Sebaliknya, apabila perusahaan melalaikan kebutuhan konsumen dan hanya berfikir dari sudut pandang produsen saja, kemungkinan hasil penjualan produknya akan menurun, sehingga laba yang diperoleh minim, bahkan dapat terjadi adanya kerugian. Kepuasan konsumen adalah segalanya bagi perusahaan yang berorientasi kepada pemasaran/marketing.

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Konsep Pemasarana. Kelebihan Konsep Pemasaran· Dengan menerapkan konsep Pemasaran, kita meberikan apa yang dibutuhkan masyarakat dan meyakinkan bahwa masyarakat akan puas terhadap apa yang diberikan kita dengan konsep seperti ini pelanggan akan kembali untuk membeli kepada kita. atau kata lainnya “Berlangganan”.· Sangat mudah dalam memikat hati pelanggan, karena dengan konsep Pemasaran kita menyediakan apa yang dibutuhkan pelanggan. Tidak hanya asal menawarkan saja tetapi juga mengambil hati pelanggan.· Pemasaran yang terkoordinir, maksudnya kita tidak akan memiliki stok berlebih lagi, karena kita meyediakan sesuatu yang dibutuhkan oleh pelanggan.· Dalam hal modal, tidak diperlukan modal yang besar seperti pada konsep penjualan, karena kita sudah memiliki pasar sasaran (target) kita. dengan target yang sudah ada, kita tinggal menyediakan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan dan memuaskan hati pelanggan.· Image di mata masyarakat akan berbeda dibandingkan menggunakan konsep penjualan, karena dengan konsep pemasaran ini pelanggan tidak akan merasa dibohongi, ataupun ditipu oleh kita karena kita memberikan kepuasan pada pelanggan.b. Kelemahan Konsep Pemasaran· Penyebarannya sangat minim, karena dengan konsep ini kita tidak melakukan promosi, jadi kita hanya dikenal di daerah tertentu saja, dan sulit untuk mengembangkannya untuk ke kawasan yang lebih luas.· Persaingan kuat, dalam satu Pasar sasaran bisa banyak penganut konsep pemasaran ini, dan mereka akan berlomba-lomba untuk menyediakan kebutuhan pelanggan.· Susah untuk ber Inovasi, karena kita hanya menyediakan apa yang diperlukan oleh pelanggan saja, dan kita tidak bisa seenak kita mengeluarkan produk kita sendiri

Page 70: Marketing Politik

yang nantinya tidak ada kepastian bahwa produk yang kita munculkan pasti laku di Pasar Sasaran.· Perlu banyak relasi / koneksi dengan badan-badan tertentu atau masyarakat sekitar Pasar Sasaran, karena dengan banyaknya koneksi dan relasi kita dapat dengan mudah mengambil hati pelanggan dan memeperkecil kemungkinan pelanggan beralih dari kita.

2.8 Fondasi Dalam pemasaranDalam keberadaannya konsep pemasaran berdiri tegak ditopang tiga fondasi antara lain sebagai berikut :a. Fondasi pertama, pilihan kebutuhan dan keinginan pasar yang hendak dipenuhib. Fondasi kedua, komitmen kuat semua komponen perusahaan terhadap kepuasan secara sinergisc. Fondasi terakhir tidak lain kemampuan perusahaan untuk memberikan kepuasan dan mendapatkan keunggulan bersaing.

2.9 Alasan Perusahaan Menggunakan Konsep Pemasarana. Pertumbuhan lambanb. Penurunan penjualanc. Pola beli yang berubah-ubahd. Meningkatkan persaingane. Meningkatnya pengeluaran untuk pemasaranf. Perubahan situasi ekonomi dan lingkungan lainnya

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanPerusahan yang menjalankan aktivitasnya yang bergerak dibidang barang maupun jasa semua bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan.Tolak ukur keberhasilan perusahan adalah terhadap kepuasaan para konsumen atas barang dan jasa yang di hasilkan yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu diperlukan Strategi pemasaran yang dapat memberikan pengaruh untuk menentukan berhasil atau tidaknya dalam memasarkan produknya.

3.2 Saran

Seiiring dengan perkembangan zaman yang membuat persaingan perusahaan semakin ketat. Menjadikan perusahaan harus lebih kretif dalam memasarkan suatu

Page 71: Marketing Politik

produk, konsep pemasaran harus benar benar dikuasai dan di jalankan dengan baik,serta perusahaan membuka diri untuk mau mendengarkan keluhaan atau ketidakpuasaan konsumen terhadap produk tersebut supaya kita bisa memperbaiki dan memberikan kepuasan terhadap konsumen.Kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan mungkin dalam pembahasan diatas terdapat kekurangan atau tidak sesuai dengan temanya maka dari itu kami selaku tim penyusun makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman- teman ataupun pembaca makalah ini.

BAB IIPENGERTIAN POLITIKA. Definisi Politik Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.Secara etimologis politik dari bahasa Yunani “Polis” yang artinya sama dengan kota (City) ataunegara kota (City State) dari polis timbul istilah lain polite artinya warga negara, politicos artinya kewarganegaraan, politike techen artinya kemahiran berpolitik, dan selanjutnya orang-orang romawi mengambil istilah tersebut serta menamakan pengetahuan tentang negara itu sebagai kemahiran tentang masalah-masalah kenegaraan.Politik dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika – yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanyaπολίτης (polites – warga negara) dan πόλις (polis – negara kota).Dalam bahasa inggris, politics adalah suatu rangkaian atas (prinsip), keadaan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu.Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupunnonkonstitusional.Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negaraPolitik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakatPolitik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik,legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan

Page 72: Marketing Politik

sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan politik. Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya.Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan membentuk tujuan negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.Untuk bisa berperan aktif melaksanakan kebijakan-kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan digunakan baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses itu. Cara-cara yang digunakan dapat bersifat meyakinkan (persuasive) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan, kebijakan itu hanya perumusan keinginan (statement of intent) belaka.Hal-hal yang berkaitan dengan politik:NegaraSuatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Dapat dikatakan negara merupakan bentuk masyarakat dan organisasi politik yang paling utama dalam suatu wilayah yang berdaulat.KekuasaanKemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya. Yang perlu diperhatikan dalam kekuasaan adalah bagaimana cara memperoleh kekuasaan, bagaimana cara mempertahankan kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu dijalankan.Pengambilan keputusanPolitik adalah pengambilan keputusan melaui sarana umum, keputusan yang diambil menyangkut sektor publik dari suatu negara. Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan politik adalah siapa pengambil keputusan itu dan untuk siapa keputusan itu dibuat.Kebijakan umumSuatu kumpulan keputusan yang diambill oleh seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.DistribusiPembagian dan pengalokasian nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang diinginkan dan penting, nilai harus dibagi secara adil. Politik membicarakan bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai-nilai secara mengikat.B. Pengertian Politik Menurut Para Ahli 1) Miriam Budairdjo (2009:13)

Page 73: Marketing Politik

Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Usaha yang dimaksud dalam pengertian politik ini dapat dicapai dengan berbagai cara, yang terkadang bertentangan satu dengan lainnya. Akan tetapi tujuan itu hanya dapat dicapai jika memiliki suatu kekuasaan wilayah tertentu (negara atau system politik).Kekuasaan itu perlu dijabarkan dalam keputusan mengenai kebijakan yang akan menentukan pembagian atau alokasi dari sumber daya yang ada. Oleh karena itu, kesimpulan bahwa politik dalam suatu Negara berkaitan dengan masalah kekuasaan pengambilan keputusan, kebijakan public, dan alokasi atau distribusi.Namun pada umumnya, dapat dikatakan bahwa politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis.2) Menurut Ramlan Surbakti (1999 : 1)Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa politik merupakan salah satu sarana interaksi ataukomunikasi antara pemerintah dengan masyarakat sehingga apapun program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan keinginan-keinginan masyarakat dimana tujuan yang dicita-citakan dapat dicapai dengan baik.Pengertian komunikasi penulis sederhanakan secara umum sebagai “hubungan” atau kegiatan upaya interaksi manusia dengan lembaga dan dapat bersifat langsung atau tidak langsung (melalui perantara/media masa), bisa bersifat vertical dan horizontal.Hal itu didukung pula oleh pendapat Kosasih Djahiri (2003 : 31) bahwa komunikasi adalah : “Suatu proses (proses, reaksi atau interaksi) dan merupakan produk dari pada kemampuan manusia/lembaga pelaku yang bersangkutan”.3) Menurut F. Isjwara, (1995 : 42)Politik ialah salah satu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau sebagai tekhnik menjalankan kekuasaan-kekuasaan”.Dari pendapat tersebut saya simpulkan bahwa politik merupakan sebuah sarana memperjuangankan kekuasaan serta mempertahankan kekuasaan itu demi tujuan yang ingin dicapai.4) Menurut Kartini Kartono (1996 : 64)Politik dapat diartikan sebagai aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku di tengahmasyarakat.Dengan demikian aturan-aturan dan keputusan yang tadi ditetapkan serta dilaksanakan oleh pemerintah ditengah keadaan sosial yag dipengaruhi oleh kemajemukan / kebhinekaan, perbedaan kontroversi, ketegangan dan konflik oleh karena itu perlunya di tegakkan tata tertib sehingga dapat diharapkan dengan penegakan tata tertib tersebut tidak akan terhadi perpecahan antarmasyarakat . Sebagai perbandingan bersama ini disajikan pengertian politik dari segi lain yang dikutip dari oleh Pamudji.5) Idrus AffandiIlmu politik ialah ilmu yang mempelajari kumpulan manusia yang hidupteratur dan memiliki tujuan yang sama dalam ikatan negara.Masih banyak pengertian tentang politik dan atau ilmu politik yang disampaikan para ahli. Sedangkan secara praktis, politik mempelajari negara sebagai suatu lembaga

Page 74: Marketing Politik

yang bergerak dengan fungsi-fungsi dan tujuan-tujuan tertentu (negara sebagai lembaga yang dinamis).6) Menurut beberapa ahli Politik BaratRod HaguePolitik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanyaAndrew HeywoodPolitik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala komflik dan kerjasamaCarl SchmidtPolitik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat keputusan – keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak.LitrePolitik didefinisikan sebagai ilmu memerintah dan mengatur NegaraRobertDefinisi politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusiaIbnu AqilPolitik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rosulullah S.A.W

C. Pengantar Ilmu Politik1) Definisi Ilmu PolitikIlmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan. Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Di Indonesia kita teringat pepatah gemah ripah loh jinawi. Orang Yunani Kuno terutama Plato dan Aristoteles menamakannya sebagai en dam onia atau the good life.Mengapa politik dalam arti ini begitu penting? Karena sejak dahulu kala masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik mengingat masyarakat sering menghadapi terbatasnya sumber daya alam, atau perlu dicari satu cara distribusi sumber daya agar semua warga merasa bahagia dan puas. Ini adalah politik.Ilmu politik merupakan ilmu yang mempelajari suatu segi khusus dari kehidupan masyarakat yang menyangkut soal kekuasaan. Secara umum ilmu politik ialah ilmu yang mengkaji tentang hubungan kekuasaan, baik sesama warga Negara, antar warga Negara dan Negara, maupun hubungan sesama Negara. Yang menjadi pusat kajiannya adalah upaya untuk memperoleh kekuasaan,usaha mempertahankan kekuasaan, pengunaan kekuasaan tersebut dan juga bagaiman menghambat pengunan kekuasaan.Ilmu politik mempelajari beberapa aspek, seperti :a. Ilmu politik dilihat dari aspek kenegaran adalah ilmu yang memperlajari Negara, tujuan Negara, dan lembaga-lembaga Negara serta hubungan Negara dengan warga nwgaranya dan hubungan antar Negara.

Page 75: Marketing Politik

b. Ilmu politik dilihat dari aspek kekuasaan adalah ilmu yang mempelajari ilmu kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat, hakikat, dasar, proses, ruang lingkup, dan hsil dari kekuasaan itu.c. Ilmu politik dilihat dari aspek kelakuan politik yaitu ilmu yang mempelajari kelakuan politik dalam system politik yang meliputi budaya politik, kekuasaan, kepentingan dan kebijakan.Bagaimana caranya mencapai tujuan dengan berbagai cara, yang kadang-kadang bertentangan dengan satu sama lainnya. Akan tetapi semua pengamat setuju bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai jika memiliki kekuasaan suatu wilayah tertentu (negara atau sistem politik). Kekuasaan itu perlu dijabarkan dalam keputusan mengenai kebijakan yang akan menentukan pembagian atau alokasi dari sumber daya yang ada.Ilmu politik merupakan ilmu yang mempelajari suatu segi khusus dari kehidupan masyarakat yang menyangkut soal kekuasaan.Secara umum ilmu politik ialah ilmu yang mengkaji tentang hubungan kekuasaan, baik sesama warga Negara, antar warga Negara dan Negara, maupun hubungan sesama Negara. Yang menjadi pusat kajiannya adalah upaya untuk memperoleh kekuasaan, usaha mempertahankan kekuasaan, penggunaan kekuasaan tersebut dan juga bagaimana menghambat penggunaan kekuasaan.Berikut ini definisi ilmu politik menurut para tokoh, diantaranya :Prof. Moh. YaminIlmu Politik sebagai suatu ilmu pengetahuan kemasyarakatan, mempelajari masalah kekuasaan dalam masyarakat : sifat hakikatnya, dasar-dasarnya, proses-proses kelangsungannya, luas lingkungannya, dan hasil akibatnya. (dalam karangan “Ilmu Politik di Indonesia” yang dimuat dalam “Research di Indonesia 1945-1965″ jilid VI, 1965, hal. 314)Prof. Mr. Dr. J. BarentsIlmu politik adalah ilmu yang mempelajari penghidupan negara dan Ilmu politik diserahi tugas untuk menyelidiki negara-negara itu sebagaimana negara-negara itu melakukan tugasnya. (dalam “Pengantar Ilmu Politik, 1978. hal. 17)H.D. Lasswell dan A.Kaplan“Political science is concerned with power in general, with all the forms in which it occurs.” (dalam “Power and Society ” A Framework for Political” 1950, hal. 85)Seely dan Stephen LeacockIlmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam menangani pemerintahan.Rod Hague et al.Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggota-anggotanya.M. Hutauruk SH.Ilmu politik itu menyelidiki dan mempelajari proses-proses dalam pemerintahan dan masyarakat yang berintikan aktivitas, kompetisi, dan kerjasama dalam memupuk dan menggunakan kekuasaan. g. Dari Wikipedia Indonesia Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik politik serta deskripsi dan analisa sistem politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis, teori, dan riset.Drs. SukarnaIlmu politik ialah yang mempelajari tentang rakyat yang berdaulat yang mendiami suatu wilayah tertentu secara geopolitik serta mampu mengurus negaranya itu,

Page 76: Marketing Politik

karena mempunyai pemerintahan yang didukung oleh rakyatnya sehingga mampu melaksanakan hubungan internal dan eksternal serta mempunyai fungsi dan pengaruh di dalam dunia internasional. (dalam “Pengantar Ilmu Politik”, , 1994. CV.Mandar Maju, Bandung)David EastonIlmu politik adalah studi mengenai terbentuknya kebijaksanaan umum. i. Ossip K. Flechtheim dalam Fundamentals of Political ScienceIlmu politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi, yang dapat mempengaruhi negara.j. Miriam Budiardjo dalam buku ”Dasar-dasar Ilmu Politik”Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang perpolitikan. Politik diartikan sebagai usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang baik. Orang Yunani seperti Plato dan Aristoteles menyebutnya sebagai en dam onia atau the good life(kehidupan yang baik).k. Goodin dalam buku “A New Handbook of Political Science”,Politik dapat diartikan sebagai penggunaan kekuasaan social secara paksa. Jadi, ilmu politik dapat diartikan sebagai sifat dan sumber paksaan itu serta cara menggunakan kekuasaan social dengan paksaan tersebut.2) Teori PolitikKonsep politik lahir dalam pikiran manusia dan bersifat abstrak. Konsep digunakan dalam menyusun generalisasi abstrak mengenai beberapa phenomena, yang disebut sebagai teori. Berdasarkan pengertiannya, teori politik bisa dikatakan sebagai bahasan dan generalisasi dari phenomena yang bersifat politik.Menurut Thomas P. Jenkin dalam The Study of Political Theory, teori politik dibedakan menjadi dua, yaitu :a. Norms for political behavior, yaitu teori-teori yang mempunyai dasar moril dan norma-norma politik. Teori ini dinamakan valuational (mengandung nilai). Yang termasuk golongan antara lain filsafat politk, teori politik sistematis, ideologi, dan sebagainya.b. Teori-teori politik yang menggambarkan dan membahas phenomena dan fakta-fakta politk dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai (non valuational), atau biasa dipakai istilah “value free” (bebas nilai). Biasanya bersifat deskriptif dan berusaha membahas fakta-fakta politk sedemikian rupa sehingga dapat disistematisir dan disimpulkan dalam generalisasi-generalisasi.Teori-teori kelompok Norms for political behavior dibagi menjadi tiga golongan :1) Filsafat politik (political philosophy), yaitu mencari penjelasan berdasarkan ratio. Pokok pikiran dari filsafat politik ialah persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta harus dipecahkan dulu sebelum persoalan-persoalan politik yang kita alami sehari-hari dapat ditanggulangi.2) Teori politik sistematis (systematic political theory), yaitu mendasarkan diri atas pandangan-pandangan yang sudah lazim diterima pada masanya. Dengan kata lain teori ini hanya mencoba merealisasikan norma-norma dalam suatu program politik.3) Ideologi politik (political ideology), yaitu himpunan nilai-nilai, ide, norma, kepercayaan dan keyakinan, yang dimiliki seorang atau sekelompok orang, atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politk yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah lakunya.

Page 77: Marketing Politik

3) Sasaran Ilmu PolitikDalam dunia keilmuan telah diterima bahwa sesuatu ilmu selalu membahas suatu sasaran tertentu. Sasaran itu bisa berupa benda mati dalam alam semesta ini seperti misalnya batu atau berupa sesuatu gejala dalam masyarakat.Ilmu politik harus memiliki sasaran tertentu telah pula ditegaskan oleh Eisenmann yang menyatakan : “When mention is made of the matter of the political sciences, what is, or should be, primarily meant is the facts, the data, the phenomena, on which those sciences seek to acquire knowledge; and which are thus in some sort their ‘raw material’ or ‘matter’. There we have the first at least of the elements essential to any definition of a science by its object.”Sasaran pokok ilmu politik itu dapat dibedakan menjadi 6 macam, yaitu : 1. Negara 2. Pemerintahan 3. Kekuasaan 4. Fakta Politik 5. Organisasi masyarakat 6. Kegiatan politik4) Konsep Dasar Ilmu PolitikPerbedaan-perbedaan dalam definisi yang kita jumpai disebabkan karena setiap sarjana meneropong hanya satu aspek atau unsur dari politik. Unsur ini diperlukannya sebagai konsep pokok yang akan dipakainya untuk meneropong unsur-unsur lain. Dari uraian di atas dapat disimpulkan konsep-konsep itu adalah:1) Negara (state)Suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Dapat dikatakan negara merupakan bentuk masyarakat dan organisasi politik yang paling utama dalam suatu wilayah yang berdaulat.2) Kekuasaan (power)Kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya. Yang perlu diperhatikan dalam kekuasaan adalah bagaimana cara memperoleh kekuasaan, bagaimana cara mempertahankan kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu dijalankan.3) Pengambilan keputusan (decision making)Politik adalah pengambilan keputusan melaui sarana umum, keputusan yang diambil menyangkut sektor publik dari suatu negara. Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan politik adalah siapa pengambil keputusan itu dan untuk siapa keputusan itu dibuat.4) Kebijakan (policy, beleid)Suatu kumpulan keputusan yang diambill oleh seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.5) Pembagian (distribution)Pembagian dan pengalokasian nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang diinginkan dan penting, nilai harus dibagi secara adil. Politik membicarakan bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai-nilai secara mengikat.5) Bidang Kajian Ilmu PolitikDalam contemporary Political Science, terbitan Unesco 1950, ilmu politik dibagi menjadi empat bidang.1) Teori Politik Pemerintah Undang-undang dasar2) Lembaga-lembaga politik Fungsi ekonomi dan social dari Pemerintah daerah dan lokal nasional pemerintah3) Partai-partai, golongan-golongan (groups), dan pendapat umum Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi Partai-partai politik PendapatPartisipasi warga Negara dalam pemerintah dan administrasi umum Politik internasional

Page 78: Marketing Politik

4) Hubungan internasional Hukum Organisasi-organisasi dan administrasi internasional internasional Teori politik yang merupakan bidang pertama dari ilmu politik adalah bahasan sistematis dan generalisasi-generalisasi dari fenomena politik.6) Tujuan Ilmu PolitikIlmu politik bertujuan untuk :1) Memberikan pemahaman secara integral terhadap politik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.2) Memahami ilmu politik agar dapat mencapai kecerdasan politik.Yaitu Kecerdasan Politik, PQ = A + B + C Political Quetiont = A : Political Thinking (kemampuan berfikir politis dengan mengikuti peristiwa, kemampuan menganalisis) B : Political Attitude (kemampuan bersikap, politik kecerdasan [inter-intra] dalam mewujudkan pemikiran politik) C : Political Skills (kemampuan bertindak politik) • Ilmu politik bertujuan untuk mensejahterakan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memelihara perdamaian dunia.7) Hubungan Ilmu Politik Dengan Ilmu Lain1) SejarahSejak dahulu kala ilmu politik erat hubugannya dengan sejarah dan filsafat. Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik, oleh karena menyumbang bahan, yaitu data dan fakta dari masa lampau, untuk diolah lebih lanjut. Dan berguna untuk mengembangkan politik selanjutnya. Sarjana politik memakai sejarah untuk menemukan pola-pola ulangan (recurrent patterns) yang dapat membantunya untuk menentukan suatu proyeksi untuk masa depan.2) FilsafatIlmu pengetahuan lain yang erat sekali hubungannya dengan ilmu politik ialah filsafat. Filsafat ialah usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban atas persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta (universe) dan kehidupan manusia. Ilmu politik terutama sangat erat hubungannya dengan filsafat politik, yaitu bagian dari filsafat yang menyangkut kehidupan politik terutama mengenai sifat hakiki, asal – mula dan nilai (values) dari Negara. Dan membahas persoalan-persoalan politik dengan berpedoman pada suatu sistem nilai (value system) dan norma-norma tertentu.3) SosiologiDi antara ilmu-ilmu sosial, sosiologi-lah yang paling pokok dan umum sifatnya. Sosiologi membantu sarjana ilmu politik dalam usahanya memahami latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat. Dengan menggunakan pengertian-pengertian dan teori-teori sosiologi , sarjana ilmu politik dapat mengetahui sampai di mana susunan dan stratifikasi sosial mempengaruhi atau pun dipengaruhi oleh misalnya keputusan kebijaksanaan (policy decisions), corak dan sifat keabsahan politik (political legitimacy), sumber-sumber kewenangan politik (sources of political authority), pengendalian sosial (social control), dan perubahan sosial (social change).4) AntropologiApabila jasa sosiologi terhadap perkembangan ilmu politik adalah terutama dalam memberikan analisis terhadap kehidupan sosial secara umum dan menyeluruh, maka antrophologi menyumbang pengertian dan teori tentang kedudukan serta peran berbagai satuan sosial-budaya yang lebih kecil dan sederhana. Antropologi telah berpengaruh dalam bidang metodologi penelitian ilmu politik.

Page 79: Marketing Politik

Teori politik memiliki dua makna: makna pertama menunjuk teori sebagai pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang ideal, makna kedua menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat untuk hidup dalam kebersamaan. Contoh teori politik yang merupakan pemikiran spekulatif adalah teori politik Marxis-Leninis atau komunisme, contoh lain adalah teori politik yang berdasar pada pemikiran Adam Smith kapitalisme. Pemikiran Tan Malaka dalam tulisannya Madilog , merupakan contoh teori politik Indonesia. Nasakom yang diajukan Soekarno merupakan contoh lain.Sedangkan teori politik sebagai hasil kajian empirik bisa dicontohkan dengan teori struktural – fungsional yang diajukan oleh Talcot Parson (seorang sosiolog), antara lain diturunkan kedalam teori politik menjadi Civic Culture. Konsep sistem politik sendiri merupakan ciptaan para akademisi yang mengkaji kehidupan politik (sesungguhnya diturunkan dari konsep sistem sosial).5) Ilmu EkonomiPada masa silam ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan bidang ilmu tersendiri yang dikenal sebagai ekonomi politik (political economy), yaitu pemikiran dan analisis kebijakan yang hendak digunakan untuk memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara Inggris dalam menghadapi saingannya seperti Portugis, Spanyol, Prancis, dan Jerman, pada abad ke-18 dan ke-19.6) Psikologi SosialPsikologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dan masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan dalam ikatan kelompok sosial, bidang psikologi umumnya memusatkan perhatian pada kehidupan perorangan.7) GeografiFaktor-faktor yang berdasarkan geografi, seperti perbatasan Strategis, desakan penduduk, daerah pengaruh mempengaruhi politik.8) Ilmu HukumTerutama negara-negara Benua Eropa, ilmu hukum sejak dulu kala erat hubungannya dengan ilmu politik, karena mengatur dan melaksanakan undang-undang merupakan salah satu kewajiban negara yang penting. Cabang-cabang ilmu hukum yang khususnya meneropong negara ialah hukum tata-negara (dan ilmu negara).8) Sejarah Ilmu PolitikMengkaji tentang sejarah ilmu politik bisa dilihat dari dua pandangan yaitu pembahasan secara luas atau secara sempit. Secara luas berarti ilmu politik telah ada sejak zaman dahulu berupa pembahasan dalam buku-buku tertentu yang telah dikarang masa lampau, sedangkan secara sempit berarti ilmu politik dilihat dari aspek sistematisasinya sebagai ilmu dan pengakuannya dari aspek akademis.Sejarah secara luasIlmu politik telah ada sejak zaman dahulu, dilihat dari karya-karya berikut;Yunani tahun 450 SM terdapat buku karya Herodatus, Plato dan Aristoteles.India tahun 500 SM terdapat kitab Dharmasastra dan arthasastra.Cina tahun 500 SM terdapat tokoh Confucius dan Kung Fu TzuArab abad 11 M terdapat karya al-Marwardi berjudul al-Ahkam as-SulthaniyyahIndonesia abad 13 M terdapat kitab Negarakertagama dan Babad Tanah Jawi.Sejarah secara sempitAbad 18 dan 19 di Jerman, Austria dan Prancis telah muncul pembahasan tentang politik namun masih kental dipengaruhi hukum dan negara.

Page 80: Marketing Politik

Di Inggris Ilmu politik dipengaruhi oleh filsafat moral dan sejarahDi Paris Prancis tahun 1870 lahir Ecole libredes ScieniesDi Inggris tahun 1895 muncul lembaga London School of Economic and Political ScienceDi AS tahun 1858 diangkat Francis Lieber sebagai guru besar Sejarah dan Ilmu politik di columbia College.Masih di AS tahun 1904 lahir American Political Science Assosiation (APSA)Unesco lembaga dibasah PBB tahun 1948 melahirkan buku Contemporary Political ScienceDalam Buku Contemporary Political Science ini terdapat 4 bidang ilmu politik, yaitu:1) Teori Politik2) Lembaga Politik (Undang-Undang, pemerintah)3) Partai4) Hubungan Internasional (politik internasional, organisasi, hukum)

9) Berbagai pendekatan dalam Ilmu politik1) Pendekatan InstitusionalPendekatan filsafat politik menekankan pada ide-ide dasar seputar dari mana kekuasaan berasal, bagaimana kekuasaan dijalankan, serta untuk apa kekuasaan diselenggarakan. Pendekatan institusional menekankan pada penciptaan lembaga-lembaga untuk mengaplikasikan ide-ide ke alam kenyataan. Kekuasaan (asal-usul, pemegang, dan cara penyelenggaraannya) dimuat dalam konstitusi. Obyek konstitusi adalah menyediakan UUD bagi setiap rezim pemerintahan. Konstitusi menetapkan kerangka filosofis dan organisasi, membagi tanggung jawab para penyelenggara negara, bagaimana membuat dan melaksanakan kebijaksanaan umum.Lembaga asal-muasal pemerintahan adalah partai politik. Partai politik menghubungkan antara kepentingan masyarakat umum dengan pemerintah via pemilihan umum. Di samping partai, terdapat kelompok kepentingan, yaitu kelompok yang mampu mempengaruhi keputusan politik tanpa ikut ambil bagian dalam sistem pemerintahan. Terdapat juga kelompok penekan, yaitu suatu kelompok yang secara khusus dibentuk untuk mempengaruhi pembuatan kebijaksanaan umum di tingkat parlemen. Dalam menjalankan fungsinya, eksekutif ditopang oleh (administrasi negara). Ia terdiri atas birokrasi-birokrasi sipil yang fungsinya elakukan pelayanan publik.2) Pendekatan PerilakuEsensi kekuasaan adalah untuk kebijakan umum. tidak ada gunanya membahas lembaga-lembaga formal karena bahasan itu tidak banyak memberi informasi mengenai proses politik yang sebenarnya. Lebih bermanfaat bagi peneliti dan pemerhati politik untuk mempelajari manusia itu sendiri serta perilaku politiknya, sebagai gejala-gejala yang benar-benar dapat diamati. Perilaku politik menampilkan regularities (keteraturan)3) Neo-MarxisMenekankan pada aspek komunisme tanpa kekerasan dan juga tidak mendukung kapitalisme. Neo Marxis membuat beberapa Negara sadar akan pentingnya persamaan tanpa kekerasan, akan tetapi komunisme sulit dijalankan di beberapa Negara karena komunisme identik dengan kekerasan dan kekejaman walaupun pada intinya adalah untuk menyamakan persamaan warga negaranya di suatu Negara sehingga tidak ada yang ditindas dan menindas terlebih lagi dalam bidang ekonomi.

Page 81: Marketing Politik

Neo-Marxis juga menginginkan tidak adanya kapitalisme yang sering dilakukan Negara Barat dalam hal ini Negara maju, karena kapitalisme hanya mementingkan keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga sering kali “menyengsarakan” rakyat pribumi karena orang-orang pribumi sering kali hanya menjadi penonton atau pun menjadi korban dari kapitalisme ini. Walaupun kapitalisme berhubungan dengan bidang ekonomi tetapi kapitalisme juga berpengaruh dalam hal kebijakan politik yang dibuat oleh Negara-negara maju terhadap Negara-negara berkembang yang sering dijadikan sasaran kapitalisme besar-besaran seperti Indonesia.4) KetergantunganMemposisikan hubungan antar negara besar dan kecil. Pendekatan ini mengedepankan ketergantungan antara Negara besar dan Negara kecil yang saling keterkaitan sehingga satu sama lain saling bergantung, jadi Negara besar bergantung pada Negara kecil baik dalam hal politik, ekonomi dan dalam hubungan internasional dan sebaliknya sehingga satu sama lain mempunyai posisi yang sama.5) Pendekatan Pilihan NasionalPilihan-pilihan yang rasional dalam pembuatan keputusan politik. Pendekatan pilihan nasional ini menekan kan bahwa pengambil kebijakan atau pembuatan keputusan dilihat dari rasionalitas yang ada di Negara tersebut agar bisa dijalankan oleh Negara dan tentu identitas social-politik sangat diperlukan. Terdapatnya identitas sosial-politik disebabkan adanya prilaku politik identitas guna mengembangkan kelompok-kelompok. Prilaku ini seiring bertumbuh-kembangnya eksplorasi kebudayaan di setiap kelompok guna “menemukan” kembali dan atau melestarikan solidaritas identitas yang dimiliki. Eksplorasi tersebut sangat bermanfaat bagi eksistensi kelompok identitas yang memiliki jumlah besar (mayoritas). Disini, pendekatan politik terlihat dari banyaknya dukungan para elit politik guna menggerakkan pertumbuhan budaya dan kemudian sebagai “konsekuensi” logis untuk mendapatkan dukungan dari kelompok identitas (simbiosis mutualisme).Beberapa Pendekatan Lain dalam kajian Ilmu Politik1) Pendekatan BehavioralJika pendekatan Institusionalisme meneliti lembaga-lembaga negara (abstrak), pendekatan behavioralisme khusus membahas tingkah laku politik individu. Behavioralisme menganggap individu manusia sebagai unit dasar politik (bukan lembaga, seperti pendekatan Institusionalisme). Mengapa satu individu berperilaku politik tertentu serta apa yang mendorong mereka, merupakan pertanyaan dasar dari behavioralisme. Misalnya, behavioralisme meneliti motivasi apa yang membuat satu individu ikut dalam demonstrasi, apakan individu tertentu bertoleransi terhadap pandangan politik berbeda, atau mengapa si A atau si B ikut dalam partai X bukan partai Y?2) Pendekatan PluralPendekatan ini memandang bahwa masyarakat terdiri atas beraneka ragam kelompok. Penekanan pendekatan pluralisme adalah pada interaksi antar kelompok tersebut. C. Wright Mills pada tahun 1961 menyatakan bahwa interaksi kekuasaan antar kelompok tersusun secara piramidal. Robert A. Dahl sebaliknya, pada tahun 1963 menyatakan bahwa kekuasaan antar kelompok relatif tersebar, bukan piramidal. Peneliti lain, yaitu Floyd Huter menyatakan bahwa karakteristik hubungan antar kelompok bercorak top-down (mirip seperti Mills).3) Pendekatan Struktural

Page 82: Marketing Politik

Penekanan utama pendekatan ini adalah pada anggapan bahwa fungsi-fungsi yang ada di sebuah negara ditentukan oleh struktur-struktur yang ada di tengah masyarakat, buka oleh mereka yang duduk di posisi lembaga-lembaga politik. Misalnya, pada zaman kekuasaan Mataram (Islam), memang jabatan raja dan bawahan dipegang oleh pribumi (Jawa). Namun, struktur masyarakat saat itu tersusun secara piramidal yaitu Belanda dan Eropa di posisi tertinggi, kaum asing lain (Cina, Arab, India) di posisi tengah, sementara bangsa pribumi di posisi bawah. Dengan demikian, meskipun kerajaan secara formal diduduki pribumi, tetapi kekuasaan dipegang oleh struktur teratas, yaitu Belanda (Eropa).Contoh lain dari strukturalisme adalah kerajaa Inggris. Dalam analisa Marx, kekuasaan yang sesungguhnya di Inggris ukan dipegang oleh ratu atau kaum bangsawasan, melainkan kaum kapitalis yang ‘mendadak’ kaya akibat revolusi industri. Kelas kapitalis inilah (yang menguasai perekonomian negara) sebagai struktur masyarakat yang benar-benar menguasai negara. Negara, bagi Marx, hanya alat dari struktur kelas ini.4) Pendekatan DevelopmentalPendekatan ini mulai populer saat muncul negara-negara baru pasca perang dunia II. Pendekatan ini menekankan pada aspek pembangunan ekonomi serta politik yang dilakukan oleh negara-negara baru tersebut. Karya klasik pendekatan ini diwakili oleh Daniel Lerner melalui kajiannya di sebuah desa di Turki pada tahun 1958. Menurut Lerner, mobilitas sosial (urbanisasi, literasi, terpaan media, partisipasi politik) mendorong pada terciptanya demokrasi.BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanSecara etimologis politik dari bahasa Yunani “Polis” yang artinya sama dengan kota dari polis timbul istilah lain polite artinya warga negara.Politik dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika – yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanyaπολίτης (polites – warga negara) dan πόλις (polis – negara kota).Menurut Ramlan Surbakti Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersamamasyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.Menurut F. Isjwara Politik ialah salah satu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau sebagai tekhnik menjalankan kekuasaan-kekuasaan”.Dan banyak pendapat menurut beberapa ahli politik barat seperti Rod Hague, Andrew Heywood, Carl Schmidt, Litre, Robert, Ibnu Aqil.Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan. Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik.Definisi ilmu politik menurut Prof. Moh. Yamin. Ilmu Politik sebagai suatu ilmu pengetahuan kemasyarakatan, mempelajari masalah kekuasaan dalam masyarakat.Para tokoh yang mendefinisikan ilmu politik, diantaranya : Prof. Moh. Yamin, Prof. Mr. Dr. J. Barents, H.D. Lasswell dan A.Kaplan, Seely dan Stephen Leacock, Rod Hague et al., M. Hutauruk SH, Drs. Sukarna, David Easton, Miriam Budiardjo dalam buku ”Dasar-dasar Ilmu Politik”, Goodin dalam buku “A New Handbook of Political Science”.

Page 83: Marketing Politik

Konsep-konsep dasar yang dipelajari dalam ilmu politik antara lain Negara, Kekuasaan,Pengambilan keputusan, Kebijakan umum dan PembagianIlmu politik telah ada sejak zaman dahulu, dilihat dari karya-karya berikut;Yunani tahun 450 SM terdapat buku karya Herodatus, Plato dan Aristoteles.India tahun 500 SM terdapat kitab Dharmasastra dan arthasastra.Cina tahun 500 SM terdapat tokoh Confucius dan Kung Fu TzuArab abad 11 M terdapat karya al-Marwardi berjudul al-Ahkam as-SulthaniyyahIndonesia abad 13 M terdapat kitab Negarakertagama dan Babad Tanah Jawi.Abad 18 dan 19 di Jerman, Austria dan Prancis telah muncul pembahasan tentang politik namun masih kental dipengaruhi hukum dan negara.Di Inggris Ilmu politik dipengaruhi oleh filsafat moral dan sejarahDi Paris Prancis tahun 1870 lahir Ecole libredes ScieniesDi Inggris tahun 1895 muncul lembaga London School of Economic and Political ScienceDi AS tahun 1858 diangkat Francis Lieber sebagai guru besar Sejarah dan Ilmu politik di columbia College.Masih di AS tahun 1904 lahir American Political Science Assosiation (APSA)Berbagai pendekatan dalam Ilmu politik antara lain Pendekatan Institusional, pendekatan Perilaku, Neo-Marxis, Ketergantungan, Pendekatan Pilihan Nasiona.Beberapa Pendekatan Lain dalam kajian Ilmu Politik adalah Pendekatan Behavioral, Pendekatan Plural, Pendekatan Struktural, Pendekatan DevelopmentalIlmu politik ditinjau dalam rangka yang lebih luas, yaitu sebagai pembahasan secara rasional dari berbagai aspek negara dan kehidupan politik, maka ilmu politik dapat dikatakan jauh lebih tua umurnya. Bahkan ia sering dinamakan ilmu sosial yang tertua di dunia. Pada taraf perkembangan itu ilmu politik banyak bersandar pada sejarah dan filsafat.B. Saran Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui betapa pentingnya pendidikan politik bagi kita dan bagi kehidupan kita untuk di tanamkan pada semua warga negara Indonesia agar memiliki kesadaran politik bangsa .Perlu meningkatkan pendidikan politik secara intensif dan konfrehensif kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik yang demokratis dan mengetahui betapa pentingnya pendidikanpolitik untuk di tanamkan pada semua warga negara Indonesia agar memiliki kesadaran politik bangsa.Perlu adanya pembelajaran lebih dalam tentang materi-materi politik pada mata kuliah kewiraan pada kampus-kampus di Indonesia untuk memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang politik baik sebagai suatu ilmu, sistem maupun proses kegiatan, membahas tentang definisi politik.Perlu adanya penelitian atau study banding kedepannya agar memperlengkap pengetahuan tentang politik di Indonesia.Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena penulis masih dalam proses pembelajaran.Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini,dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca.Mohon memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk memperlengkap materi dari makalah ini. Terima kasih.DAFTAR PUSTAKA

Page 84: Marketing Politik

Budiardjo, Miriam. 1991. Dasar Dasar Ilmu Politik , Jakarta : PT. GramediaPustaka Utama._______________. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi), Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Gb,Yuono dan Tata Iryanto. 1998.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia YangDisempurnakan, Surabaya: IndahHaryanto,Agus,Alex Suryanto. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan SastraIndonesia. Tanggerang:ESISIsjwara, F. 1995. Pengantar Ilmu Politik, Bandung : Bina Cipta.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. 2001. Jakarta: Balai PustakaKartono Kartini, 1996. Pendidikan Politik, Bandung : Mandiri Maju.Rodee, C.C. et.al. 2002, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: PT RajaGrafindoSumarsono, S. Drs, MBA. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama.Surbakti Ramlan. 1999. Memahami ilmu politik, Jakarta: Gramedia Widia saranaIndonesiaS.Sumarsono, H. Mansyur, dkk, 2001. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama,http://ahmadjurnadydi.blogspot.comhttp://amazoneas.blogspot.comhttp://google/politikhttp://id.Wikipedia.org/wiki/politikhttp://id.Wikipedia.org/wiki/ Pengertian-Ilmu-Politik-menurut-Pakar-Politik http://id.Wikipedia.org/wiki/dasar-dasar-ilmu-politikhttp://pancasilazone.blogspot.com/2012/05/politik-dan- Strategi -nasional.html http://pikiran-rakyat/cakrawala/sekitarkita.htmhttp://wikipedia.com

Pemilihan Legislatif

Diposkan pada: March 27, 2014 Oleh: Monica Krisna Pada Kategori: Edukasi

Indonesia merupakan negara yang menjunjung demokrasi sehingga

dalam menentukan pemerintah baik itu anggota legislatif ataupun

Presiden akan lewat cara Pemilihan Umum dan Pemilihan Legislatif.

Pemilihan legislatif adalah pemilihan umum anggota Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang nantinya akan

Page 85: Marketing Politik

bertugas menjadi anggota lembaga legislatif. Pemilihan legislatif

diadakan setiap 5 tahun sekali.

Konsep Pemilihan Legislatif

Pemilihan legislatif sendiri di Indonesia telah dilakukan sebanyak 3

kali yaitu pada tahun 1999, 2004, 2009 dan yang keempat akan

terjadi pada tahun ini dan pemilihan ini akan memutuskan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk 33 provinsi dan 497

kota.

Untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sendiri akan dipilih

560 anggota yang diambil dari 77 daerah pemilihan bermajemuk

yang dipilih dengan cara sistem proporsional terbuka. Nantinya tiap

pemilih di pemilu legislatif akan mendapatkan satu surat suara yang

bertujuan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Di kertas suara tersebut akan ada berbagai partai politik serta calon

anggota legislatif yang mencalonkan diri di daerah dimana tempat

pemilih tersebut berada. Cara memilihnya adalah dengan mencoblos

satu lubang pada gambar calon anggota legislatif yang dipilih atau di

gambar partai politik yang anda pilih.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mempunyai 132 anggota, 132

anggota tersebut merupakan 4 perwakilan dari setiap provinsi yang

ada di Indonesia. Sistem memilih anggota Dewan Perwakilan

Daerah memakai sistem Single Non Tranferable Vote. Saat pemilu

legislatif pemilih akan diberi satu surat yang berisi semua calon

independent yang telah mencalonkan diri di provinsi di mana pemilih

tersebut berada. Cara memilihnya dengan mencoblos satu lubang

pada nama calon anggota legislatif yang sudah anda pilih. Nantinya

4 nama kandidat yang mengumpulkan suara terbanyak di tiap

Page 86: Marketing Politik

provinsi akan secara otomatis terpilih menjadi anggota Dewan

Perwakilan Daerah (DPD).

Pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) akan

dipilih di 33 provinsi yang setiap provinsi akan mempunyai 35-100

anggota, jumlah anggota disesuaikan dengan berapa banyak

penduduk yang ada di provinsi tersebut.

Tentunya dalam memilih anggota DPR, DPD, DPRD dalam pemilu

legislatif kalian harus memilih calon anggota legislatif yang

memenuhi kriteria pemimpin yang baik   agar negara Indonesia

dipimpin oleh orang-orang yang memang benar mau memajukan

bangsa Indonesia.

Negara Indonesia dalam pemilihan legislatif memakai sistem multi

partai. Undang-uandang 8/2012 mewajibkan masing-masing partai

politik mengikuti proses pendaftaran yang mana nanti akan

diverifikasi oleh KPU bila ingin mengikuti pemilihan umum.

Penyelenggaraan Pemilihan Legislatif

Penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia termasuk pemilihan

legislatif baik itu bersifat nasional merupakan tanggung jawab dari

Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang telah diatur dalam Undang-

undang NO 15/2011. Selain Komisi Pemilihan Umum (KPU)

lembaga yang bertanggung jawab akan berlangsungnya pemilihan

umum adalah Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Badan

Pengawas Pemilu (Bawaslu) adalah lembaga yang mempunyai

tugas untuk mengawasi Pemilu termasuk Pemilihan Legislatif agar

berjalan dengan benar. Selain KPU dan Bawaslu, ada pula lembaga

yang dikenal dengan nama Dewan Kerhomatan Penyelenggara

Pemilu (DKPP). DKPP mempunyai tugas untuk memeriksa gugatan

Page 87: Marketing Politik

atau laporan atas tuduhan pelanggarana kode etik yang dilakukan

oleh anggota KPU atau Bawaslu.Sumber: http://blogging.co.id/pemilihan-legislatif

Pemilu Legislatif Yang Demokratis

 

 Monday, 17 May 2010

 

 Last Updated on Sunday, 24 November 2013 09:07

 

Written by MasterAdmin

 

Hits: 2232

Бензопила Карпаты БП-4500 купить

cмс любимому скучаюPemilihan Umum (Pemilu) mau tidak mau akan bersentuhan dengan komunikasi

politik. Sementara politik itu ya politik. Politik bukan berarti teori, tetapi praktik.

Karena itu sesempurna dan seluhur apa pun teori politik, dilapangan akan berkata

lain dalam pelaksanaannya. Kita lihat saja dengan mata telanjang bahwa praktik

politik acap kali berbeda jauh dan bertentangan dengan teori politik.

Di lapangan banyak kita temui, bahkan politik mengajarkan dan membentuk

sikap perilaku berorentasi pada kekuasaan. Hal ini dapat dimengerti karena

prakmatisme politik pada umumnya berada pada koridor kekuasaan, baik untuk

mempertahankan kekuasaan maupun untuk merebut kekuasaan.

Berbagai temuan tentang komunikasi politik sebagaimana diuaraikan oleh Dan

Nimmo, George N Gordon, James Carey, Marshal McLuhan, Jalaluddin Rahmat, dan

pakar komunikasi politik lain dalam berbagai karya ilmiah mereka, terlalu lancang

Page 88: Marketing Politik

atau tergesa-gesa untuk meyakini bahwa komunikasi politik adalah bentuk praktis

dari komunikasi Strategis dan persuasive guna mempengaruhi pemilih (konstituen),

terutama dalam konteks pemilu.

Komunikasi politik pernah diungkapkan oleh Johnstone dan kawan-kawan dalam The

Newspeople, Johnstone mengatakan bahwa strategoi komunikasi yang digunakan

untuk mencegah informasi atau mencegah dirinya (sumber informasi) diketahui oleh

orang lain, adalah kekhasan komunikasi politik interpersonal, yang terbiasa

dimanfaatkan komunikasi politik.

Di tingkat kepercayaan public (sasaran), komunikasi politik kognitif (bermuatan

informasi yang berada dalam ranah pengetahuan merata), tidak akan mempu

menciptkan kepercayaan masyarakat terhadap kandidat calon wakil rakyat.

Komunikasi kognitif hanya berkemampuan membebentuk kesadaran public,

terutama tentang kondisi yang diciptakan sejumlah kandidat.

Kondisi tersebut menggiring keranah demokrasi. Sampai saat ini yang namanya

demokrasi masih diakui sebagai satu-satunya system politik yang masih banyak

diminati oleh hampir semua lapisan masyarakat di dunia. Demokrasi secara faktual

telah menunjukkan kemampuannya mendorong tumbuhnya masyarakat yang adil,

egaliter dan manusiawi, kerana telah melewati uji verifikasi sejarah yang cukup

kompleks dan panjang serta melelahkan. Merujuk pada pengertian bahwa demokrasi

sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat

(government of the people, by the people, for the people), mengindikasikan bahwa

segala system yang diberlakukan mengarah pada pembentukan kedaulatan berada di

tangan rakyat, kekuasaan tertinggi dalam keputusan bersama rakyat, rakyat

berkuasa, dan pemerintahan juga berbasis kerakyatan.

Seharusnya demokrasi yang memiliki tiga karakter seperti tersebut diatas

perlu dipahami secara proporsional, sehingga tidak menimbulkan sikap berlebihan,

segala-galanya rakyat mutlak berkuasa. Pertama, pemerintahan dari rakyat

mengandung pengertian bahwa dimata rakyat terdapat pemerintahan yang sah dan

Page 89: Marketing Politik

diakui (legitimate government) dan pemerintahan yang tidak sah dan tidak

diakui (unlegitimate government). Pemerintahan yang sah dan diakui berarti

pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan yang diberikan rakyat. Hal

ini dapat terwujud manakala pemerintah berkuasa termasuk wakil rakyat (DPRD,

PDR) diperoleh melalui pemelihan langsung dari rakyat, bukan pemberian.

Kedua, pemerintahan oleh rakyat memiliki makna bahwa dalam menjalakan

kekuasaan, pemerintah atas nama rakyat bukan atas dorongan keinginan sendiri.

Selain itu pemerintahan berada dalam pengawasan rakyat (social control), baik

dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak langsung melalui Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR).

Ketiga, pemerintahan untuk rakyat mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang

diberikan rakyat kepada pemerintah, dijalankan semata untuk kepentingan rakyat.

Rakyat harus didahulukan dan diutamakan diatas segalanya. Itu sebabnya

mendengar dan mengakomodasi aspirasi rakyat ketika merumuskan dan

menjalankan kebijakan maupun program-program oleh pemerintah merupakan

sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar lagi dan ruang yang menjamin

kebebasan harus dibuka lebar-lebar kepada rakyat untuk menyampaikan aspirasi

melalui media yang dibenarkan menurut hukum yang berlaku.

Arus balik komunikasi politik setelah Pemilu Legeslatif (Pilek) 2009, mengakses

politik tidak bersama (ketidakbersamaan pandangan, atau ketidak bersamaan

kepentingan antara sejumlah partai politik peserta Pilek). Pemilu Legeslatif yang baru

usai merupakan perwujudan hak demokrasi warga negara yang diimplementasikan

lewat mekanisme partai politik. Oleh karena itu jalinan dan jaringan komunikasi

politik Pilek atau komunikasi politik Pilpres 2009 menurut Novel Ali (Suara Merdeka,

6 Mei 2009) idealnya dilandasi 5 (lima) prinsip utama komunikasi

politik: Pertama, fairness dalam arti kejujuran, keadilan, keselarasan kedudukan, dan

tanpa diskriminasi. Kedua, transparancy (keterbukaan) semua kandidat dalam

menyampaikan visi dan misi, serta dalam menjajikan program kerjanya, bila kelak

Page 90: Marketing Politik

terpilih sebagai Wakil Rakyat atau Presiden/Wakil Presiden RI 2009-

2014. Ketiga, accountability dalam bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas

setiap bentuk pelayanan kepada masyarakat.

Keempat, independensi dalam arti setiap kemasan symbol komuniakasi politik sang

kandidat seharusnya terbebas dari segala ketergantungannya kepentingan pihak

mana pun, seperti kepentingan kekuasaan, politik, ekonomi, dan lain-lain, yang pada

hari kemudian dapat mengakibatkan politik balas budi sang wakil rakyat terpilih.

Dan kelima, impartiality, dalam arti kandidat benar-benar memberi jaminan ketidak

berpihakan mereka kepada apa, siapa dan pihak mana pun kecuali atau selain

keberpihakan kepada nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadialan dan kepentingan

nasional melebihi kepentingan kelompok pendukung.

Pada akhirnya pelaksanaan Pileg 2009 kemarin tergantung pada kesiapan

semua pihak yang terkait, termasuk keinginan untuk membuat berlangsungnya Pileg

memenuhi standart demokratis, walaupun disana-sini banyak ditemui banyak

kekurangan dan kecurangan terutama DPT. Kesadaran kuat yang diikuti tindakan

kongkrit dari semua pihak untuk menjadikan Pileg berlangsung demokratis adalah

menjadi faktor penentu untuk memperoleh sukses. pendidikan politik warga

masyarakat melalui forum seperti ini yang memiliki dampak positif bagi peningkatan

pengetahuan warga tentang dunia politik, sehingga terbebas dari pemaksaan

kehendak. (t).http://litbang.patikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=79:pemilu-legislatif-yang-demokratis&catid=91:pileg-yang-demokratis&Itemid=71