MAKALAH KALUT

35
MAKALAH KIMIA ANALISIS LINGKUNGAN LAUT DISSOLVED OXYGEN (DO), BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD), and CHEMYCAL OXYGEN DEMAND (COD) DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 1. RAHMAYANTI (H311 12 278) 2. SITTI MASITA (H311 12 252) 3. GISELLA TAMARA (H311 12 4. SANTRI MARDIAH NINGSIH (H311 13 328) 5. ANDI EKA KARTIKA (H311 13 305) 6. PRAMUDIA RIDWAN (H311 12 280)

description

penting

Transcript of MAKALAH KALUT

Page 1: MAKALAH KALUT

MAKALAH KIMIA ANALISIS

LINGKUNGAN LAUT

DISSOLVED OXYGEN (DO), BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD),

and CHEMYCAL OXYGEN DEMAND (COD)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

1. RAHMAYANTI (H311 12 278)

2. SITTI MASITA (H311 12 252)

3. GISELLA TAMARA (H311 12

4. SANTRI MARDIAH NINGSIH (H311 13 328)

5. ANDI EKA KARTIKA (H311 13 305)

6. PRAMUDIA RIDWAN (H311 12 280)

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2015

Page 2: MAKALAH KALUT

KATA PENGANTAR

Sebagai Negara Maritim Indonesia cukup terkenal dengan kekayaan lautnya, seperti

organismenya, terumbu karang yang sangat beragam sehingga mengundang perhatian para

ilmuan untuk melakukan research. Banyak cabang ilmu yang membahas tentang laut

misalnya kimia oceanografi dan kimia analisis lingkungan laut. Kimia analisis lingkungan

laut ini, merupakan aplikasi dari mata kuliah metode pemisahan dan pengukuran. Pada mata

kuliah metode pemisahan dan pengukuran membahas prinsip-prinsip dasar tentang analisis

tetapi, materi tersebut dipandang masih kurang. Oleh karena itu dikimia analisis lingkungan

laut ini yang akan dipelajari oleh mahasiswa adalah aplikasinya.

Kimia analisis lingkungan laut merupakan prinsip dasar dari berbagai metode baik

sederhana maupun spektroskopik dan elektrometrik, yang digunakan untuk menguji

parameter kualitas air, misalnya mengukur kadar oksigen terlarut dalam air laut. Makalah ini

dibuat khusus untuk membahas tentang dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand

(BOD), dan chemical oxygen demand (COD).

Makalah ini dibuat tidak terlepas dari campur tangan berbagai pihak, oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

membantu sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

waktunya.

21 September 2015

Penulis

Page 3: MAKALAH KALUT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan limbah. Permasalahan

limbah timbul karena tidak seimbangnya produksi limbah dengan pengolahannya dan

semakin menurunnya daya dukung alam sebagai tempat pembuangan limbah.

Menurut penelitian yang dilakukan JICA (Japan International Cooperation Agency)

bekerjasama dengan Pemerintah Kota Surabaya tahun 1993 dan 2005, kegiatan yang

dilakukan rumah tangga (domestik) dan pasar menghasilkan limbah organik

sebanyak 79,19%. Sekitar 90% air limbah tersebut langsung dibuang ke badan air

(sungai) Pengaruh utama limbah organik yang masuk kedalam air adalah

menurunkan kandungan oksigen terlarut dan meningkatkan Biochemical Oxygen

Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), yang merupakan parameter

utama pencemaran air.

Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting bagi

kehidupan manusia, sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi

kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Semakin meningkatnya jumlah

penduduk dengan segala aktifitasnya, maka keberadaan air dewasa ini sudah banyak

mengalami pencemaran, baik dari limbah rumah tangga maupun industri.

Berdasarkan uraian tersebut, sangatlah penting untuk mengetahui kadar

oksigen terlarut atau lebih dikenal dengan DO, BOD, dan COD melalui eksperimen

sebagai parameter untuk mengetahui tingkat pencemaran suatu perairan.

Page 4: MAKALAH KALUT

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan oksigen terlarut (DO), BOD, dan COD?

2. Bagaimana metode penentuan DO, BOD, dan COD?

Page 5: MAKALAH KALUT

BAB II

ISI

2.1 Dissolved Oxygen (DO) / Oksigen Terlarut

a. Pengertian Dissolved Oxygen (DO) / Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah oksigen terlarut yang digunakan

untuk mengukur kualitas kebersihan air. Semakin besar nilai kandungan DO

menunjukan bahwa kualitas air tersebut semakin bagus (Prahutama, 2013).

Sumber oksigen dalam perairan dapat diperoleh dari hasil proses fotosintesis

fitoplankton atau tumbuhan hijau dan proses difusi dari udara, serta hasil proses

kimiawi dari reaksi-reaksi oksidasi. Keberadaan oksigen diperairan biasanya diukur

dalam jumlah oksigen terlarut (dissolved oxygen) yaitu jumlah miligram gas oksigen

yang terlarut dalam satu liter air. Pada ekosistem perairan, keberadaan oksigen sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain distribusi temperatur, keberadaan

produser autotrop yang mampu melakukan fotosintesis, serta proses difusi oksigen

dari udara. Di perairan umumnya oksigen memiliki distribusi yang tidak merata

secara vertikal. Distribusi ini berkaitan dengan kelarutan oksigen yang dipengaruhi

oleh temperatur perairan. Kelarutan oksigen bertambah seiring dengan penurunan

temperatur perairan, walaupun hubungan ini tidak selamanya berjalan secara linier

(Kaban dkk., 2010).

b. Metodologi Penentuan DO

Menurut Jurnal Penelitian Sains

Penelitian ini dilakukan di perairan Kepulauan Karimunjawa dengan

menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII, meliputi 13 stasiun pengamatan

(Gambar 1) pada bulan April 2009. Pengambilan sampel air dengan menggunakan

Page 6: MAKALAH KALUT

Rosette sampler yang dilengkapi dengan botol Niskin pada dua lapisan kedalaman

yaitu kedalaman 0 m (permukaan) dan dekat lapisan dasar.

Gambar 1. Lokasi stasiun pengambilan sampel air dan Cruise Track di perairan

Karimunjawa; anak panah “−!” menunjukkan Cruise Track

Pada penelitian ini, sampel air untuk analisis oksigen terlarut diberikan

larutan MnCl2 dan NaOH-KI sebelum dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan

metode titrasi Winkler (Ulqodry, 2010).

Menurut Journal of Innovative Biology

Pengambilan sampel diambil dalam botol kaca yang bersih dari kedalaman 1

kaki di bawah permukaan sungai. Botol dibilas sebelumpengambilan sample dan

tertutup rapat setelah pengumpulan. Sampel air disimpan dalam kotak es untuk

menghambat kegiatan biokimia.

Sampel air diukur dengan metode Winkler. 1 ml MnSO4 dan KI ditambahkan

ke sampel air. Endapan yang terbentuk kemudian dilarutkan dengan menggunakan

H2SO4. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3 menggunakan pati sebagai indikator

(Rani,2014).

Menurut Prosiding Seminar Nasional Limnologi V

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 di lima muara sungai yang

bermuara di pantai timur Sumatera, survey lapangan ditentukan dengan metode

purposive sampling

Page 7: MAKALAH KALUT

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan contoh di muara sungai pantai timur Sumatera tahun 2009

Pengambilan contoh air digunakan menggunakan alat Kemmerer water

sampler pada kolom air 1 meter dari permukaan. Oksigen terlarut dianalisa secara in-

situ dengan meggunakan titrasi metode winkler.

Hasil dan Pembahasan

Menurut Jurnal Penelitian Sains

Kandungan oksigen terlarut di lapisan permukaan perairan Karimunjawa

berkisar antara 3,35 mg/l- 4,04 mg/l dengan rata-rata 3,70 mg/l, dan untuk lapisan

dasar berkisar antara 2,81 mg/l - 4,15 mg/l dengan rata-rata 3,57 mg/l. Secara umum

kandungan oksigen terlarut di Perairan karimunjawa relatif rendah bila dibandingkan

dengan kandungan oksigen terlarut yang umum dijumpai di perairan laut. Kandungan

oksigen di perairan laut umumnya berkisar antara 5,7- 8,5 mg/l. Rendahnya

kandungan oksigen ini diduga karena masuknya bahan-bahan organik yang masuk ke

perairan Karimunjawa, sehingga memerlukan banyak oksigen untuk

menguraikannya. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan berkurangnya oksigen

dalam air, antara lain: respirasi biota, dekomposisi bahan organik dan pelepasan

Page 8: MAKALAH KALUT

oksigen ke udara. Secara umum tidak ada perbedaan nyata antara kandungan oksigen

terlarut di lapisan permukaan dengan dasar (Ulqodry dkk., 2010).

Meskipun tidak ada perbedaan nyata antara kandungan oksigen di permukaan

dengan dasar, tetapi distribusinya menunjukkan lapisan di dasar cenderung memiliki

kandungan oksigen yang lebih rendah dibandingkan dengan di permukaan. Hal ini

diduga karena lebih tingginya proses dekomposisi bahan organik di lapisan dasar

yang membutuhkan oksigen. Oksigen berfungsi sebagai senyawa pengoksidasi dalam

dekomposisi material organik (regenerasi) yang menghasilkan zat hara. Hal ini juga

menjadi dugaan rendahnya kandungan oksigen permukaan di stasiun-stasiun yang

berada dekat dengan daratan (stasiun 11 dan 12) (Ulqodry dkk., 2010).

Menurut Prosiding Seminar Nasional Limnologi V

Pada keenam sungai yang bermuara ke pantai timur Sumatera, diketahui

merupakan lokasi kegiatan perikanan. Oksigen terlarut merupakan bagian yang

diperlukan untuk proses metabolisme sehingga rantai makanan dapat berjalan dengan

baik. Kadar oksigen terlarut pada muara sungai tersebut diketahui masih cukup baik

untuk perikanan khususnya, kecuali pada Sungai Siak sudah cukup rendah, hal ini

menunjukkan tekanan lingkungan di Sungai Siak cukup memprihatinkan.

Konsentrasi oksigen yang sangat rendah di muara Sungai Siak khususnya pada

salinitas nol ini dipengaruhi oleh pH yang sangat rendah yaitu sebesar 4,78

(Kaban dkk., 2010).

Pada beberapa sungai, khususnya untuk Sungai Kampar dan Sungai Rokan

pengukuran oksigen tidak pada salinitas 0 %, hal ini disebabkan karena kondisi

lapangan tidak memungkinkan untuk melakukan pengambilan contoh. Pengaruh

massa air laut atau tekanan air laut cukup tinggi di muara Sungai Siak sehingga

Page 9: MAKALAH KALUT

perairan sungai ini hingga Desa Blading masih dipengaruhi oleh massa air laut. Dari

beberapa muara sungai yang diamati, yang memiliki salinitas terendah adalah muara

Sungai Musi yaitu sebesar 1,8 0/0. Sementara konsentrasi oksigen terlarut di Sungai

Musi masih dikategorikan baik, dengan konsentrasi masih relatif tinggi

(Kaban dkk., 2010).

Menurut Journal of Innovative Biology

Oksigen terlarut memainkan peran penting dalam mendukung kehidupan

air dan untuk mengevaluasi tingkat kesegaran sungai. Hal ini juga membantu dalam

menentukan kualitas dan polusi organik di sungai. Variasi DO yang ditemukan 3,9-

4,4. Ditemukan pada kisaran batas yang diizinkan WHO yang membuatnya cocok

untuk minum. (Rani,2014).

2.2 Biological Oxygen Demand (BOD)/ Kebutuhan Oksigen Biologis

a. Pengertian Biological Oxygen Demand (BOD)/ Kebutuhan Oksigen

Biologis

Air adalah sumber daya yang paling penting bagi makhluk hidup karena tanpa

air tidak akan ada kegiatan maupun kehidupan. Air sangat penting untuk

pembangunan sosial ekonomi manusia. Ada banyak air di permukaan bumi. Namun

jumlahnya cukup terbatas dan sebagian besar dari air tersebut dalam keadaan

tercemar. Hanya 2,7% dari total air di dunia, atau sekitar 1,4 miliar km kubik yang

segar dan cocok untuk ekosistem perairan (Kumar dan Verma, 2015).

Air dikatakan tercemar apabila air tersebut tidak dapat digunakan sesuai

dengan peruntukannya. Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air akibat

terkontaminasi oleh material atau partikel, dan bukan dari proses pemurnian. Air

sungai dikatakan tercemar apabila badan air tersebut tidak sesuai lagi peruntukannya

Page 10: MAKALAH KALUT

dan tidak dapat lagi mendukung kehidupan biota yang ada di dalamnya (Riezka dkk.,

2014).

Sungai seringkali dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir dari

limbah hasil kegiatan manusia, yang dapat menambah beban pencemaran. Masukan

bahan-bahan dari luar baik yang berguna bagi peningkatan kondisi perairan juga

memberi dampak pada penurunan kualitas perairan bila badan sungai dimasuki oleh

bahan-bahan tersebut dalam konsentrasi yang berlebih (Riezka, 2014).

Kebutuhan oksigen biologis (BOD) merupakan salah satu metode yang

diterapkan untuk mengukur konsumsi oksigen pada air berdasarkan pembusukan

bahan organik (berupa karbon BOD, atau CBOD) dan amonia nitrifikasi (BOD

nitrogen, atau NBOD) (Sullivan dkk., 2010).

b. Metodologi Penentuan BOD

Penentuan lokasi pengambilan sampel (data primer) dengan cara melakukan

observasi di sekitar aliran Sungai Klampisan yang bertujuan untuk mencari lokasi

sebagai obyek pengambilan sampel parameter kualitas air. Pengambilan sampel pada

Sungai Klampisan dilakukan pada tiga stasiun pengamatan. Stasiun pertama berada

pada bagian upper stream sungai yang alirannya terletak sebelum sumber pencemar

(kawasan industri). Stasiun kedua berada pada bagian mid stream sungai yang

alirannya terletak dekat dengan sumber pencemar. Stasiun ketiga berada pada bagian

lower stream sungai yang alirannya terletak setelah sumber tercemar. Pengambilan

air sampel dlakukan pada dua titik yang memiliki jarak yang sama pada lebar

penampang sungai di setiap stasiun dengan dua kali pengulangan. Hasil pemeriksaan

contoh gabungan tempat menunjukkan keadaan rata-rata dari suatu daerah atau

tempat pemeriksaan. Metode pengambilan contoh gabungan tempat ini umumnya

Page 11: MAKALAH KALUT

tidak dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air danau atau waduk, sebab pada

umumnya kualitas air danau/waduk menunjukkan gejala yang berbeda kualitasnya

karena kedalaman atau lebarnya (Riezka dkk., 2014).

Pengambilan air sampel untuk parameter COD dan BOD menggunakan botol

DO yang dilakukan di bawah permukaan air. Pada saat pengambilan air sampel ini

harus dilakukan secara cermat agar tidak terdapat gelembung udara pada botol DO

tersebut, setelah itu dilakukan analisa sampel dengan metode titrasi. Selama proses

inkubasi pada penentuan BOD, sama sekali tidak ada pasokan oksigen, baik dari

proses difusi maupun dari fotosintesis (Riezka dkk., 2014).

c. Hasil dan Pembahasan

Lokasi penelitian terletak pada aliran Sungai Klampisan yang merupakan

wilayah Kampung Klampisan, Desa Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan yang terletak

di sebelah barat Kota Semarang.

Gambar 2. Histogram Kandungan BOD

Berdasarkan gambar, dapat dilihat bahwa nilai rataan BOD yang dihasilkan

pada bulan Februari cenderung lebih tinggi dibandingkan nilai pada bulan Januarii.

Nilai BOD tertinggi pada bulan Februari ialah pada stasiun 1 sebesar 20,69 mg/l

Page 12: MAKALAH KALUT

yang memiliki perbedaan yang cukup jauh dibandingkan dengan nilai pada bulan

Januari yaitu sebesar 5,5 mg/l. Nilai rataan COD yang dihasilkan pada bulan Januari

selalu lebih tinggi dibandingkan nilai pada bulan Februari. Nilai COD tertinggi pada

bulan Januari ialah pada stasiun 1 sebesar 73,5 mg/l yang memiliki perbedaan yang

cukup jauh dibandingkan dengan nilai pada bulan Februari yaitu sebesar 32,49 mg/l.

Nilai COD paling rendah ialah pada stasiun 3 dimana pada bulan Januari sebesar 23

mg/l dan Februari sebesar 9,2 mg/l (Riezka dkk., 2014).

Hasil pengukuran kandungan Biochemichal Oxygen Demand (BOD) atau

kebutuhan oksigen biokimiawi di Sungai Klampisan pada setiap stasiunnya pada

bulan Januari dan Februari memiliki hasil diatas Baku Mutu Air (BMA) kelas II

berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 yaitu angka batas

maksimum disyaratkan 3 mg/l. Kisaran BOD pada bulan Januari ialah 3,7 – 6,87

mg/l sedangkan pada bulan Februari ialah 6,4 – 20,69 mg/l. Nilai kisaran BOD pada

bulan Januari lebih rendah dibandingkan pada bulan Februari. Hal ini dikarenakan

pada saat pengambilan sampel di bulan Februari pabrik di kawasan industri candi

tepatnya pabrik baja yang terdapat di dekat stasiun satu sedang beroperasi. Hal ini

pula yang menyebabkan kandungan BOD tertinggi terdapat pada stasiun satu.

Menurut paraahli, semakin besar nilai BOD menunjukkan bahwa derajat pengotoran

air limbah semakin besar. Nilai BOD menunjukan banyaknya pencemar organik yang

ada didalam perairan sungai (Riezka dkk., 2014).

2.3 Chemical Oxygen Demand (COD)/ Kebutuhan Oksigen Kimiawi

a. Pengertian Chemical Oxygen Demand (COD)/ Kebutuhan Oksigen

Kimiawi

Page 13: MAKALAH KALUT

Kebutuhan oksigen kimia (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah

jumlah oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik yang terdapat dalam

air. Parameter ini merupakan parameter penting dalam menentukan tingkat

pencemaran organik dalam air dan dalam mengevaluasi efisiensi proses pengolahan

limbah (Besagas dan Rosario, 2010).

Selama beberapa tahun, agen pengoksidasi yang digunakan yaitu kalium

permanganat (KMnO4) untuk mengukur kebutuhan oksigen kimia. Efektivitas kalium

permanganat dalam mengoksidasi senyawa organik bervariasi dan dalam banyak

kasus Biochemical Oxygen Demand (BOD) sering jauh lebih besar dari hasil dari

pengukuran COD. Ini menunjukkan bahwa kalium permanganat tidak dapat secara

efektif mengoksidasi semua bahan-bahan organik. Sejak saat itu, agen pengoksidasi

lainnya seperti ceric sulfat, kalium iodat dan kalium dikromat telah digunakan untuk

menentukan COD dan ini kalium dikromat (K2Cr2O7) telah ditemukan untuk menjadi

yang paling efektif. Harganya relatif murah, mudah untuk dimurnikan dan mampu

mengoksidasi hampir semua senyawa organik (Muhammad dan Ahmad, 2013).

b. Metodologi penentuan COD

1. Prinsip dengan penggunaan K2Cr2O7

Dasar untuk penentuan COD yaitu hampir semua senyawa organik dapat

sepenuhnya teroksidasi menjadi karbon dioksida dengan zat pengoksidasi kuat dalam

suasana asam. Jumlah dikromat yang dikonsumsi sebanding dengan oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik. Jumlah suatu oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik untuk karbon dioksida, amonia dan

air yaitu:

Page 14: MAKALAH KALUT

Amonia yang sedang terbentuk bereaksi dengan oksigen kemudian membentuk nitrat

(nitrifikasi). Metode ini adalah metode yang sangat efektif karena dapat

mengoksidasi senyawa organik antara 95-100% dengan pengecualian piridin dan

beberapa senyawa organik volatil lainnya (Muhammad dan Ahmad, 2013).

2. Alat dan Bahan

Alat:

Alat yang digunakan tiga labu Erlenmeyer 500 ml, buret, corong, spatula, tiga

pengukuran silinder 100 ml, tiga gelas piala 250 ml dan 1 set refluks, 300 ml termos

bulat bawah, pendingin refluks, hot plate, dan statif.

Bahan:

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalium dikromat, perak

nitrat, asam sulfat, merkuri sulfat, asam sulfat, ferroin indikator dan besi amonium

sulfat (FAS).

3. Prosedur Percobaan

Persiapan Larutan Standar kalium dikromat 0.00833M:

2.450g dari K2Cr2O7 ditimbang dan dikeringkan dalam oven selama dua jam

pada suhu 103⁰C. Kemudian dipindahkan ke Labu ukur 1000ml yang

mengandung akuades. Akuades kemudian ditambahkan perlahan-lahan di sekitar

leher labu; sehingga memastikan semua reagen yang masih ada pada leher turun

ke bawah .Ini dilanjutkan sampai larutan mencapai tanda batas pada labu.

AgNO3-H2SO4

10 g perak nitrat ditimbang dan dipindahkan ke 500 ml

asam sulfat pekat dalam labu standar. Larutan dibiarkan semalam agar semuanya

perak nitrat larut.

Page 15: MAKALAH KALUT

Larutan Standar FAS0,05 M

19.60 g dari FeSO4(NH4)2SO4.6H2O ditimbang dalam gelas piala dan

ditambahkan 2.5 ml asam sulfat pekat. Kemudian didinginkan dan dimasukkan

ke labu ukur 1000 ml dan disuling ditambahkan setelahnya sampai tanda batas.

Larutan ini adalah larutan standar sekunder dan dengan demikian memerlukan

standarisasi setiap kali akan digunakan.

Pengumpulan Sampel

Sampel dikumpulkan ke dalam botol sampel bersih 120 ml. Sebelum digunakan

ada baiknya botol dibilas dengan sampel, sebelum mengisi sampel sepenuhnya

ke dalam botol. Setelah botol benar-benar penuh dengan sampel itu kemudian

ditutup sebelum dibawa keluar. Hal ini untuk memastikan bahwa tidak ada udara

yang terperangkap dalam sampel.

Standarisasi Ferrous Ammonium Sulfat

10 ml larutan K2Cr2O7 standar diukur dan kemudian dipindahkan sepenuhnya ke

labu Erlenmeyer 500 ml. Larutan ini diencerkan sampai 95 ml dengan akuades

diikuti dengan penambahan 30 ml terkonsentrasi asam sulfat. Campuran

dibiarkan dingin. Setelah itu didinginkan dan ditambahkan 3 tetes indikator

ferroin. Larutan tersebut menjadi biru hijau dan dititrasi terhadap larutan FAS

hingga menunjukkan titik akhir berupa warna coklat kemerahan. Adapun

persamaan reaksi adalah sebagai berikut:

Penentuan kebutuhan oksigen kimia

Page 16: MAKALAH KALUT

1 g HgSO4 ditimbang dan dituangkan ke dalam labu refluks. Kemudian

ditambahkan 50 ml sampel air, 5 mg asam sulfamat, 80 ml larutan AgNO3-

H2SO4 dan ditambahkan 10 ml larutan K2Cr2O70.00833ML. Labu dikocok dan

dipasang ke kondensor refluks. Campuran dididihkan selama 15 menit. Setelah

itu, campuran diangkat dan dituangkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml dan

labu refluks dibilas dengan 50 ml akuades melalui kondensor. Kemudian

dibiarkan dingin pada suhu kamar. Setelah itu didinginkan, tambahkan 3 tetes

indikator ferroin dan larutan akan berubah biru-hijau. Saat itu dititrasi dengan

FAS menjadi merah titik akhir coklat. Prosedur diulang dua kali lebih banyak

untuk setiap sampel (Fajri dan Adnan, 2013).

Prosedur di atas dilakukan untuk sampel blanko dengan menambahkan semua reagen

untuk 50 ml akuades bukan sampel. Reaksi kalium dikromat dengan senyawa

organik:

COD dapat ditentukan dengan:

Dimana:

B= volume FAS untuk sampel blanko (mL)

A= volume FAS untuk sampel air

M= Normalitas larutan FAS

Page 17: MAKALAH KALUT

c. Hasil dan Pembahasan

1. Kualitas Perairan Muara Sungai SiakDitinjau dari Sifat Fisik-Kimia dan Makrozoobentos

Sungai Siak merupakan salah satu sungai terpanjang di Propinsi Riau yang

memiliki potensisumberdaya perairan cukup besar, terletak pada 1000 28’BT –1020

12’BT dan 00 20’ LU – 1013’ LU.Beberapa Kabupaten/Kota dilewatioleh sungai ini

yaitu diantaranyaKabupaten Rokan Hulu, KabupatenKampar, Kota Pekanbaru,

KabupatenSiak serta Kabupaten Bengkalis.Perairan Sungai Siak

dimanfaatkansebagai jalur transportasi lintaskabupaten, lintas negara, sumber

airminum, sumber air bagi kawasanindustri, serta tempat pembuanganlimbah

masyarakat yang berada dipinggir sungai, termasuk dari kotaPekanbaru. Hal ini tentu

saja dapatmenimbulkan dampak terhadap lingkungan perairan terutama kondisi fisika

kimia serta akumulasi biota (Fajri dan Adnan, 2013).

PenentuanLokasi Sampling

Penentuan lokasi lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi empat stasiun

sebagai berikut (dari muara Sungai Siak ke arah hulu Sungai Siak) (Fajri dan Adnan,

2013):

a. Stasiun1 :Desa Sungai Apit Kabupaten Bengkalis

b. Stasiun2 :Desa Belading Kabupaten Siak

c. Stasiun3 :Desa Teluk Mesjid Kabupaten Siak

d. Stasiun4 :Desa Sungai Mempura Kabupaten Siak

Page 18: MAKALAH KALUT

Gambar 3. Lokasi dan stasiun penelitian

ParameterSatuan

Stasiun dan Lokasi

I II III IV

Sungai

ApitBelading Teluk Masjid Mempura

pH 6,74 6,45 5,11 5,00

Oksigen

Terlarutmg/l 3,11 4,69 10,52 4,44

CO2 mg/l 4,06 4,53 5,59 6,68

COD mg/l 42,96 35,69 40,27 28,47

NO3 mg/l 0,44 0,34 0,73 0,55

PO4 mg/l 0,25 0,31 0,28 0,28

Nilai COD di perairan Muara Sungai Siak berkisar 28,47 – 42,96 mg/l. Boesc

et al. (dalam Rambe, 1999) menyatakan tinggi rendahnya nilai COD menunjukkan

wilayah tersebut banyak terdapat zat – zat organik yang terdiri dari komponen

hidrokarbon ditambah sejumlah kecil oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor. Nilai COD

Page 19: MAKALAH KALUT

perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/l, sedangkan pada perairan

yang tercemar lebih dari 200 mg/l dan pada limbah industri dapat mencapai600.000

mg/l. Jika dibandingkan dengan Baku Mutu Kep. No. 51 Tahun 2004, nilai COD di

perairan Muara Sungai Siak tidak disyaratkan, namun dalam PP No.82 Tahun 2001

nilai COD tidak boleh lebih dari 50 mg/l. Hal ini mengidikasikan bahwa perairan

Muara Sungai Siak masih mampu mendukung kehidupan organisme perairan (Fajri

dan Adnan, 2013).

2. Modeling Parameters of Oxygen Demand in the Aquatic Environment of Lake Chad for Depletion Estimation

Penelitian ini dilakukan di Kwatan Dawashebagian dari wilayah Danau Chad.

Umumnya, DanauChad diposisikan di perbatasan selatan Saharagurun, hamparan timur

Sahel, 12: 20-14: 20N, 13: 0015: 20E;dengan aktivitas pertambangandi perbatasan dan emas

pertambangan di daerah Tandjilédan Mayo Kebi.

Sebuah ilustrasi komparatif BOD, COD dan TOC hasil disajikan pada

Gambar 2. Hal ini menunjukkan bahwa variasi konsentrasi BOD secara konsisten

lebih tinggi dari COD untuk periode yang diteliti. Rata-rata tahunan BOD dan COD

bervariasi sekitar 32% masing-masing dan secara statistik signifikan..

Page 20: MAKALAH KALUT

BOD tertinggi pada bulan Mei (4.40.09 mg / L) dan terendah pada bulan Juni

(3.50.4 mg / L), sedangkan COD adalah penginapan tertinggi Januari (4.10.01

mg / L) dan terendah pada bulan Desember (1.50.3 mg / L). Kedua BOD dan COD

menunjukkan transisi tajam yang luar biasa antara puncak dan nilai-nilaidasar di

bulan berturut-turut.

Hasil TOC disajikan dalam persentase (%), pada sumbu sekunder Gambar 2,

menunjukkan multimonths nilai tinggi serta nilai-nilai yang rendah. TOC

dipertahankannilai-nilai yang tinggi dari Januari sampai Mei, tetapi

tingkat puncak dipertahankan (2,3%) pada bulan Januari, April dan Mei tingkat TOC.

Terendah (1,1%) yang diamati pada bulan Oktober dan November. variabilitas

bulanan adalah sekitar 27%,dan signifikan.

Pedoman untuk COD adalah 200mg / L (WHO) dan TOC telah diatur di

2mg / L [4]. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter ini berada dalam

pedoman.

Penyelidikan COD digunakan sebagai ukuran dari kedua agen organik dan

anorganik bersaing untuk DO di Danau Air. Agen ini rentan terhadap oksidasi oleh

oksidan kimia yang kuat, berbeda dengan oksidasi biologis dalam tes BOD. Nilai

yang lebih tinggi dari COD mengindikasikan pencemaran karena materi teroksidasi

organik, yang dalam penelitian sebelumnya sekitar wilayah Danau Chad mungkin

karena pembuangan air limbah domestik dari pemukiman terdekat, air permukaan

dan air tanah yang membawa bahan kimia langsung dari lapangan pertanian ke

Danau

3. Studies in determination of some parameters of ‘Ganga river’ water,Kanwar Mela 2013, Haridwar.

Page 21: MAKALAH KALUT

Di India, air sungai Gangga di Haridwar adalah garis kehidupan orang. Air suci

Gangga digunakan untuk keperluan rumah tangga dan pertanian (Trivedi et al. 2009).

Peningkatan aktivitas antropogenik (Praveen et al. 2012) dan deforestasi skala besar

dan lebih merumput di daerah aliran sungai DAS menyebabkan kontaminasi sungai

dan mempengaruhi flora dan fauna (Joshi et al. 2009). Ini adalah fakta bahwa

kualitas air yang baik menghasilkan manusia sehat dari satu dengan kualitas air yang

buruk.

Oksigen terlarut memainkan peran penting dalam mendukung kehidupan

air dan untuk mengevaluasi tingkat kesegaran sungai. Itujuga membantu dalam

menentukan kualitas dan polusi organik di sungai (Wetzel dan Likens, 2006). DO

konten bervariasi 3,9-4,4. Ditemukan di kisaran batas yang diizinkan WHO yang

membuatnya cocok untuk minum. Nilai COD yang ditemukan 3,2-14,1 yang tidak

ditemukan di kisaran WHO batas yang diperbolehkan. Kenaikan suhu di air sungai

bisa berkorelasi dengan peningkatan kadar karbon dioksida (talling, 1957). Klorida

adalah salah satu indeks polusi air dari limbah dan saluran air. Klorida sungai

Page 22: MAKALAH KALUT

bervariasi 18,5-20,85 yang juga tidak ditemukan di kisaran WHO batas yang

diizinkan dan penyebab utama pencemaran air akibat limbah kontaminasi (Kleain,

1957). Jumlah kekerasan adalah parameter kualitas air yang digunakan untuk

menggambarkan efek dari mineral terlarut sebagian besar Ca dan Mg dan kehadiran

bikarbonat, sulfat, klorida dan nitrat kalsium dan magnesium. Hal ini menentukan

kelarutan air untuk keperluan rumah tangga, industri dan minum. Nilai dalam air

sungai adalah 16,2-41,3, ditemukan dalam membatasi WHO. Karakteristik Physio-

kimia kualitas air dianalisis duri ng Kanwar mela 2013 mengungkapkan bahwa

karena kegiatan seperti dumping dan throwi ng sampah itu, sampah kota, mencuci

pakaian dll memburuk kualitas air. Meskipun jumlah terendah COD adalah di bawah

batas yang diperbolehkan seperti yang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar nilai-nilai yang diteliti dalam batas WHO untuk air minum dan,

karena itu, mungkin cocok untuk keperluan rumah tangga. Oleh karena itu ada

kebutuhan untuk benar mengelola limbah di kota dan mengontrol dan memantau

aktivitas manusia.

Page 23: MAKALAH KALUT

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah oksigen terlarut yang digunakan

untuk mengukur kualitas kebersihan air. Semakin besar nilai kandungan DO

menunjukan bahwa kualitas air tersebut semakin bagus. Chemical Oxygen Demand

atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (MgO) yang dibutuhkan

untuk mengoksidasi zat –zat organis yang ada dalam satu liter air sampel. Sedangkan

Biochemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah

oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi bahan-bahan

buangan dalam air.

Oksigen terlarut, kebutuhan oksigen kimiawi, dan kebuuhan oksigen biologis

dapat ditentukan melalui titrasi. Untuk penentuan oksigen terlarut dan kebutuhan

oksigen biologis menggunakan metode winkler, sedangkan untuk kebutuhan oksigen

kimiawi menguunakan titrasi dengan Ferro amonium sulfat.

Page 24: MAKALAH KALUT

DAFTAR PUSTAKA

Fajri, N.E., dan Adnan, K., 2013, Kualitas Muara Perairan Sungai Siak Ditinjau dari sifat fisik kimia dan Makrozoobentos, Berkala Perikanan Tumbuk, Riau

Kaban, S., Prianto, E., dan Solekha, 2010, Telaah Salinitas dan Oksigen terlarut di muara sungai Pantai Timur Sumatera, Prosiding Seminar Nasional Limnologi V, Palembang

Kumar, A.D., dan Verma, R.K., 2015, Evaluation of some hydro-biological parameters in river Asan in Murena district, Journal of Advanced Laboratory Research in Biology, New Delhi

Rani, P., dan Tiwari, A., 2014, Studies in determination of some parameters of ‘Ganga river’ water, Kanwar Mela 2013, Haridwar, Journal Of Innovative Biology, New Delhi

Riezka, D.A., Haeruddin, Suryanto, A., 2014, Kandungan Total Padatan Tersuspensi, BOD, dan COD serta Indeks Pencemaran Sungai Klampisan di Kawasan Industri Candi, Semarang, Diponegoro Journal Of Marquase, Semarang

Sullivan, A.B., Snyder, D.M., Rounds, S.A., 2010, Controls on biochemical oxygen demand in the upper Klamath River, Oregon, Chemical Geology, Oregon

Ulqodry, T.Z., Yulisman, Syahdan, M., dan Santoso, 2010, Karakterisitik dan Sebaran Nitrat, Fosfat, dan Oksigen Terlarut di Perairan Karimunjawa Jawa Tengah, Jurnal Penelitian Sains, Palembang