Implementation of Laterally Loaded Piles in Multi-Layer Soils
Laterally Loaded Piles- Efficiency Factor vs Reduction Factor
Transcript of Laterally Loaded Piles- Efficiency Factor vs Reduction Factor
Laterally Loaded Piles: Efficiency Factor vs Reduction FactorPosted on November 17, 2011 by irawan firmansyah
Dukung Izin Lateral Tiang Tunggal Untuk Gempa Rencana dan
Gempa Besar
Fondasi tiang pada bangunan harus didesain mampu menahan beban lateral
yang ditimbulkan oleh beban “gempa rencana “ dengan baik, dalam arti
setelah beban lateral tidak bekerja lagi, tiang dapat kembali ke posisinya
semula (tiang masih berada pada daerah elastic) . Dengan demikian,
defleksi izin pada kepala tiang harus dibatasi hanya kecil saja, dan daya
dukung izin lateral tiang tunggal adalah gaya lateral yang koresponding
dengan defleksi pada kepala tiang sebesar ¼ “ atau 6 mm, dengan kondisi
kepala tiang “fixed head”. Peraturan Dinas P2B No 50 th 2007 bahkan
memakai batasan defleksi izin yang sedikit lebih ketat, yaitu 10 mm untuk
kondisi kepala tiang “free head”, atau kira-kira setara dengan defleksi izin
5 mm untuk kondisi “fixed head”. Daya dukung lateral izin ini masih jauh
dibawah nilai “yield capacity” nya, apalgi “ultimate capacity” nya.
Selain “gempa rencana”, bangunan juga harus diperhitungkan terhadap
“gempa besar”, dimana pada “gempa besar”, balok boleh mengalami
“yield”, kolom harus lebih kuat dari balok, dan fondasi harus lebih kuat lagi
dari kolom. Berarti pada waktu beban “gempa besar”, fondasi tidak boleh
failure, atau gaya yang bekerja pada fondasi harus lebih kecil dari daya
dukung ultimate tiang. Penulis biasa memakai “threshold limit” sedikit
dibawah “Yield Capacity” dari tiang (“Yield Capacity” / 1.1). Yield Capacity
dengan mudah bisa ditentukan dari kurva load vs deflection.
Faktor Reduksi Tahanan Tanah NAFAC DM-71 dan Reese et al.
Dalam mendukung beban bangunan tiang fondasi tidak merupakan tiang
tunggal, tetapi merupakan kumpulan dari satu atau beberapa group tiang.
Qa (group)Daya dukung lateral group tiang yang terdiri dari n buah tiang Q (group)
= n x Q (single ,reduced) dimana Q (single ,reduced) adalah daya dukung tiang tunggal yang
telah memperhitungkan efek group. Untuk memperhitungkan pengaruh
group tiang terhadap lateral capacity tiang tunggal, maka tahanan tanah
yang digunakan , baik tahanan tanah itu berupa “Subgrade Modulus”
maupun berupa “p-y Curves”, harus diperlemah dengan mengalikannya
dengan Faktor Reduksi yang nilainya <= 1. Faktor Reduksi ini berbeda
dengan Faktor Efisiensi, dimana Faktor Reduksi selalu <= FaktorEfisiensi
(lihat Gbr-4).
Faktor Reduksi yang paling sederhana dan konservatif diberikan oleh
NAFAC DM-71, dimana Faktor Reduksi ini semata-mata hanya merupakan
fungsi dari pile spacing / pile diameter (s/d). Faktor Reduksi ini berubah
secara linear antara 0.25 untuk s/d= 3 sampai nilai tertinggi yaitu 1 untuk
s/d = 8.
Faktor Reduksi yang lebih akurat diberikan oleh Reese et al berdasarkan
full scale test pada sejumlah tiang, dimana menurut Reese et al Faktor
Reduksi ini dipengaruhi oleh:
- ratio s/d
- arah gaya lateral yang bekerja
- kedudukan tiang yang ditinjau terhadap tiang-tiang disekitarnya
sehingga ada “Side by Side Reduction Factor” dan “Line by Line Reduction
Factor” seperti diilustrasikan pada Gbr-1.
Gbr-1
Reese et al juga membedakan piling layout sebagai “SquarePattern” dan
“Triangular Pattern” seperti ditunjukkan pada Gbr-2. Dengan menggunakan
rumus-rumus empiris, dihitung Faktor Reduksi untuk masing-masing tiang
dengan memperhitungkan pengaruh tiang-tiang disekitarnya.
Gbr-2
Faktor Reduksi yang dipakai untuk suatu pile group adalah nilai rata-rata
dari Faktor Reduksi untuk masing-masing tiang di group tersebut. Untuk
suatu pile group yang besar, Faktor Reduksi terkecil adalah untuk tiang-
tiang yang terletak didaerah tengah, atau dengan kata lain, tiang-tiang yang
terletak didaerah tengah mempunyai lateral capacity minimum. Dalam
desain, lateral capacity group tiang sama dengan jumlah tiang dikalikan
dengan lateral capacity minimum single pile. Gbr-3 menyajikan Faktor
Reduksi untuk berbagai nilai s/d, baik untuk “square pattern” maupun
“triangular pattern”.
Gbr-3
Dari plotting tersebut terlihat bahwa, “Square Pattern selalu menghasilkan
Faktor Reduksi yang lebih besar dari Triangular Pattern untuk nilai s/d
yang sama, artinya tahanan tanah pada Square Pattern lebih optimal
dimanfaatkan dalam menahan beban lateral. Artinya pile group
dengan Square Pattern akan memberikan daya dukung lateral lebih besar
dibandingkan dengan pile group dengan Triangular Pattern, bila s/d nya
sama. Pada Gbr-3 tersebut juga ditampilkan plotting Faktor Reduksi vs s/d
menurut NAFAC DM-71. Rangkuman lengkap Metoda Reese et al dapat
dilihat pada manual program GROUP 3D ver 7 yang dikembangkan oleh
Ensof,,Inc, Austin, Texas, USA.
Faktor Efisiensi
Tidak ada Code, Standard maupun formula-formula untuk menghitung
Faktor Efisiensi untuk suatu pile group yang menahan beban lateral. Yang
ada adalah cara menghitung “Faktor Reduksi” tahanan tanah untuk
memperhitungkan efek group pada daya dukung lateral tiang tunggal,
seperti diuraikan diatas. Jadi Faktor Efisiensi harus ihitung sendiri setelah
mendapatkan daya dukung group, sebagai berikut:
Faktor Efisiensi = Q (group) / n x Q (single ) = n x Q (single ,reduced) / n x Q (single )
= Q (single ,reduced) / Q (single )
dimana :
Q (group) = daya dukung lateral group tiang
n = Jumlah tiang dalam group
Q (single ) = daya dukung lateral tiang tunggal
Q (singlreduced) = daya dukung laterl tiang tunggal yang telah memperhitungkan
efek group.
Dengan menggunakan formula tersebut diatas, Faktor Efisiensi untuk
berbagai group tiang dihitung, baik untuk group tiang pancang maupun
group tiang bor dengan berbagai ukuran. Lokasi group tiang juga bervariasi
mencakup sebagian besar wilayah DKI Jakarta, dan mencakup dua wilayah
Jakarta dengan kondisi tanah yang ekstreem berbeda, yaitu wilayah Jakarta
Utara dengan tanahnya yang lunak, dan wilayah Jakarta Selatan. Faktor
Efisiensi ini diplot terhadap Faktor Reduksi tahanan tanah, sehingga
dengan mengetahui Faktor Reduksi, bisa ditentukan Faktor Efisiensi group
tiang, seperti disajikan pada Gbr-4.
Gbr-4
Plotting ini juga sudah meliputi “square pattern” dan “triangular pattern”,
sehingga dapat dikatakan bahwa korelasi ini bersifat umum. Ternyata, baik
untuk Square Pattern maupun Triangular Pattern, bila Faktor Reduksinya
sama, maka akan menghasilkan Faktor Efisiensi yang sama. Tetapi perlu
diingat plotting pada Gbr-3, dimana untuk menghasilkan Faktor Reduksi
yang sama, s/d pada Triangular Pattern harus lebih besar dari s/d pada
Square Pattern. Jadi bila diameter tiang sama, maka untuk mendapatkan
tahanan lateral yang sama maka spacing antar tiangpada Triangular
Pattern harus lebih besar dari spacing antar tiang pada Square Pattern.
Demikian juga kondisi tanah, apakah lunak, sedang atau keras, tidak
menentukan Faktor Reduksi tanahan tanah dan Faktor Efisiensi. Yang
terpengaruh dengan kondisi tanah adalah daya dukung lateral tiang
tunggal.