Laporan Problem Based Learning 2 Dm
-
Upload
isri-nur-fazriyah -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of Laporan Problem Based Learning 2 Dm
![Page 1: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 1BLOK DIGESTIVE
Tutor : Dr. dr. Eman Sutrisna, M.Kes.
DisusunOlehKelompok 2 :
ISRI NUR FAZRIYAH G1A013002
RONAA ALIEF FAUZIYYAH G1A013004
ANISA RACHMAWATI G1A013005
AGHNY RATNASARI G1A013006
TIBIA YUDI SAPUTRI G1A013007
ADHEN BELLA ANDRIANI G1A013009
PATMININGSIH G1A013010
MUHAMMAD RICKY FACHRURROZY G1A013011
DIAS GUITA ALANTUS G1A013019
MOH. REZZA RIZALDI G1A013020
ADAM ABDUL MALIK SUJOKO G1A013089
INTAN CANDRA KHOIRINA G1A013132
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERANJURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO2015
1
![Page 2: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/2.jpg)
Info 1
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang wanita Ny N, usia 73 tahun datang bersama anaknya ke IGD RS
tempat anda bekerja. Anaknya mengeluhkan bahwa ibunya 7 hari terakhir
mengalami BAB berwarna hitam, dan juga mengeluhkan perasaan tidak nyaman
didaerah sekitar perut. Sebelumnya pasien tidak mengkonsumsi makanan yang
dapat menyebabkan tinja berwarna hitam. Selain itu anaknya juga mengatakan
bahwa ibunya rutin mengkonsumsi obat untuk penyakit stroke dan hipertensinya.
Pasien juga tidak pernah mengkonsumsi alkohol.
Riwayat penyakit dahulu :
Stroke, hipertensi
Obat-obatan yang rutin di konsumsi :
HCTZ (hydrochlorothiazide), lisninopril, clopidogrel
Riwayat Keluarga :
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama
Info 2
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum/ kesadaran : tampak sakit sedang/compos mentis
Vital sign : TD : 140/90
N : 90 x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,7
Cranial : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Thorax : cor dan pulmo : dalam batas normal
Abdomen : Inspeksi : perut datar
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : Timpani
2
![Page 3: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/3.jpg)
Palpasi : supel, nyeri tekan diregio perut atas,
hepar dan lien tidak mengalami
perbesaran.
Ekstremitas : ikterik -, pucat -, sianosis –
RT : tampak tinja berwarna coklat kehitaman
Info 3
DD : 1. Ulkus pepticum
2. Gatritis
Info 4
Apa langkah selanjutnya yang paling tepat dalam pengelolaan pasien ini?
1. Periksa Lab Darah lengkap2. Esophagogastroduodenoscopy
Info 5
Hasil lab :
HB : 10 g/dL
Hematokrit : 54 %
Leukosit : 11 ribu/ul
PT : 11 detik
APTT : 26 detik
Trombosit : 300 ribu/ mm3
Bilirubin total : 0,5 mg/dL
Bilirubin direk: 0,3 mg/dL
Esophagogastroduodenoscopy :
Ketika memasuki gaster ditemukan adanya eritema gaster ringan. Selain itu juga
ditemukan adanya flat malformasi arteriovenous (AVM) di dinding gaster.
Terlihat adanya gumpalan kecil yang hanyut saat disiram dengan normal saline
dan tidak ada perdarahan lebih lanjut. Arteriovenous malformation (AVM) terlihat
sebesar 3 mm sebagai titik merah terang setelah di perbesar gambarannya.
3
![Page 4: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/4.jpg)
Info 6
Diagnosis akhir
Malformasi arteri (AVM) lambung
Info 7
1. Monitoring ABCD2. Pasang IVFD3. Lakukan transfusi jika perlu4. Kautererisasi melalui endoscopy jika perdarahan tidak berhenti
4
![Page 5: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klarifikasi Istilah dan Konsep
Stroke : menurut WHO (World Health Organization)
didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang
terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinik baik fokal maupun global yang berlangsung
lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak.
hipertensi : menurut kesepakatan WHO adalah keadaan seseorang
apabila mempunyai tekanan sistolik sama dengan atau
lebih tinggi dari 160 mmHg dan tekanan diastolik sama
dengan atau lebih tinggi dari 80 mmHg secara konsisten
dalam beberapa waktu.
5
![Page 6: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/6.jpg)
5. Warna-warna feses dan kelainan pada orgamFeses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah
merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan
urin).Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan
hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui
empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna
kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat
dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang
dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan
makanan yang dikonsumsi, berikut dapat kita lihat perubahan warna dan
organ yang terlibat menurut (Nabili N, 2014) :
1. Warna Kuning Kecoklatan
Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada
umumnya adalah warna ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini
disebabkan karena feses mengandung suatu zat berwarna orange-kuning
yg disebut Bilirubin. Nah, ketika Bilirubin ini bergabung dgn zat besi dari
usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuningan.
Warna Hitam Feses berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari
sistem pencernaan sebelah atas, kerongkongan, lambung ato jg bagian
hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam ke feses kita bisa juga
dari zat-zat makanan berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg
mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena
mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
2. Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam
yang dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa
terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna
hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat
melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan
sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan
pembantu pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus
tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi dimana
6
![Page 7: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/7.jpg)
jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika bayi itu
baru aja dilahirkan.
3. Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini
dominan diberi oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem
pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang
menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah
akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan
pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang
mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi
merah.
4. Warna Abu-abu / Pucat
Feses pucat pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda
sakit. Biasanya sang empunya sedang mengalami penyakit Liver,
pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang empu akan berwarna abu-
abu atau pucat. 6.
6. Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang yang diperlukan Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik diarahkan untuk menilai hemodinamik dan mencari
adanya tanda perdarahan yang sedang berlangsung dan penyebab
perdarahan, misalnya stigmata penyakit hati kronis, menurut buku
tatalaksana klinis (Suharjo JB, 2014) meliputi :
1. Pemeriksaan tanda vital
7
![Page 8: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/8.jpg)
a. Mengukur tekanan darah
Didapatkan hasil penurunan tekanan darah pada perdarahan
saluran cerna atas > 10 mmHg. Normotensi atau Hipertensi.
b. Denyut nadi
Peningkatan denyut nadi >10x/ menit, Apakah ada tanda
Takikardia
c. Suhu
d. Respiratory rate
Dapat terjadi apnea
2. Pemeriksaan fisik Abdomen
a. Inspeksi
Menilai apakah ada kelainan bentuk pada abdomen
b. Perkusi
Mendengarkan dan menilai bunyi Tymphani pada abdomen
atau sudah berbeda suara
c. Auskultasi
Mendengarkan dan menilai bising usung mengalami
peningkatan atau tidak.
d. Palpasi
Menilai apakah ada nyeri tekan bada bagian abdomen.
3. Perlu dicari tanda stigmata apenyakit hati kronis (ikterik, spider nevi,
apalmar eritema, hepatomegali, asites, kaput medusa, ekimosis,
telangiektasis).
4. Neurological assessments: dapat terjadi defisit neurologi pada motorik,
sensorik, dan verbal tergantung pada lokasi AVM di otak. Selain itu,
dapat ditemukan juga gangguan pada memori, penglihatan, dan
koordinasi gerakan.
5. Pemeriksaan colok dubur untuk menilai adanya melena atau massa di
rektum.
6. Pemerikaan nasogastrik tube tindakan yang dilakukan pada pasien
dengan tujuan memasukkan makanan cair atau obat obatan,
mengeluarkan cairan dalam lambung, melakukan irigasi karena adanya
8
![Page 9: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/9.jpg)
pendarahan lambung atau keracuanan, mengurangi mual atau muntah
setelah pembedahan dan mengambil spesimen dalam lambung untuk
bahan pemeriksaan. Memasang nasogastrik adalah melakukan
pemasangan selang dari rongga hidung ke lambung. (Eni
Kusyati,2006)
Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan kepala, merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan
dalam keadaan emergensi, dapat mendeteksi adanya perdarahan
intrakranial dengan cepat dan sudah mulai banyak tersedia
2. CT
Angiography, merupakan pemeriksaan yang lebih detail dari
pada MRI atau Magnetic Resonance Angiography untuk
memperlihatkan vaskular, telah banyak digunakan di ruang
emergensi dan merupakan pemeriksaan alternative yang non-
invasif sebelum dilakukan cerebral angiography.
3. MRI, merupakan suatu pilihan pemeriksaan imaging non
emergensi pertama yang dapat memperlihatkan resolusi yang
lebih besar dan
meningkatkan
flexibilitas
diagnosis.
Meskipun MRI
9
![Page 10: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/10.jpg)
tidak sebaik CT Angiography dan Cerebral Angiography
dalam memperlihatkan struktur vaskular, MRI dapat saling
melengkapi dua pemeriksaan tersebut terutama dalam
memperlihatkan struktur otak yang mengalami kerusakan.
4. Cerebral Angiography, merupakan suatu pemeriksaan
yang memperlihatkan shunt dari arteri dan vena.
Bagaimanapun, cerebral angiography merupakan suatu
pemeriksaan yang invasive dan tidak dilakukan saat keadaan
emergensi. Dengan cerebral angiography kita dapat melakukan
grading dari AVM yang akan klasifikasikan dengan kriteria
Spetzler dan Martin (Jasmin, 2012).
Kriteria Spletzer dan Martin adalah sebagai berikut:
1.
Ukuran
dari
nidus
2. Lokasi 3. Aliran Vena
-kecil
(<3cm):
1
-
sedang(4
-6cm): 2
-besar
(>6 cm):
3
-Non-Eloquent: 0
-Eloquent: 1
-Superfisial: 0
-Profundus: 1
*Lokasi Non-Eloquent: Lobus frontal dan temporal,
Hemisfer Cerebellum;Lokasi Eloquent: Cortex sensoris,
motoris, visual dan bahasa, hipotalamus, thalamus,batang otak,
nuclei cerebellar,atau area-area yang berdekatan dengan
struktur tersebut; Aliran vena dikatakan superficial selama
10
![Page 11: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/11.jpg)
aliran pembuluh darah melalui sistem aliran kortikal (Spetzler
& Martin, 2006).
7. Diagnosis Diferensial
a. Gastritis1) Definisi
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak benar atau mengkonsumsi makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Kesimpulannya, Gastritis adalah suatu inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung yang disebabkan oleh infiltrasi sel-sel radang dan diet yang tidak benar yang mengandung mikroorganisme.
BAB IIIKESIMPULAN
1. Diagnosis pada kasus ini adalah diabetes melitus dengan komplikasi nefropati diabetik dan retinopati.
2. Penatalaksanaan diabetes melitus dapat dilakukan secara non medikamentosa dengan mengatur diit dan pola hidup yang sehat, serta medika mentosa berupa penggunaan insulin serta obat-obatan antihiperglikemi.
11
![Page 12: Laporan Problem Based Learning 2 Dm](https://reader036.fdocuments.us/reader036/viewer/2022082417/55cf8dec550346703b8ca856/html5/thumbnails/12.jpg)
Daftar Pustaka
Eni Kusyati, dkk. 2010. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.
JB Suharjo, B Cahyono, 2014. Tatalaksana Klinis Di bidang Gastro dan Hepatologi. Jakarta:C. sagung seto.
Nabili N., Siamak MD, MPH, Marks, Jay W. 2014. Stool
color changes causes. Available from:
http://www.emedicinehealth.com4stool5color5changes4article
5em.htm.[Accessed 19 Mei 2015]
12