Laporan Jurnal Reading Next
Transcript of Laporan Jurnal Reading Next
LAPORAN JURNAL
Possible Roles for Folic Acid in the Regulation of Trophoblast Invasion and Placental Development in Normal Early Human Pregnancy
SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
PURWOKERTO
2012
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Salah satu kecacatan yang sering dijumpai pada bayi baru lahir adalah kecacatan dari
otak dan sumsum belakang yang dalam istilah kedokteran kita sebut sebagai anencephaly dan
spina bifida. Kedua kelainan/kecacatan tersebut terjadi karena tidak menutupnya tuba
neuralis (neural tube defect = NTD) yang salah satu penyebab utamanya adalah kekurangan
asam folat pada minggu-minggu pertama kehamilannya.
Asam folat merupakan bentuk sintesis dari folat, yang terlibat dalam beberapa fungsi
penting dalam tubuh, termasuk sintesis protein yang diperlukan untuk replikasi DNA dan
merupakan substrat penting untuk berbagai reaksi enzimatik yang diperlukan dalam sintesis
asam amino dan metabolisme vitamin, dengan demikian asam folat sangat penting dalam
proses pertumbuhan dan diferensiasi sel. Berkaitan dalam kehamilan, asam folat telah lama
diketahui berperan penting dalam mencegah defek pada neural tube. Asam folat juga
memiliki peran penting dalam beberapa fungsi fisiologis lainnya yang berkaitan pada
kehamilan yang normal, termasuk proliferasi sel, replikasi DNA, angiogenesis, dan
vaskulogenesis, perlindungan terhadap antioksidan, dan relaksasi endotel pembuluh darah.
Semua proses ini penting untuk sirkulasi fetoplasenta
Kekurangan asam folat pada ibu telah dikaitkan dengan keguguran, abrupsio plasenta,
gangguan pertumbuhan intrauterin. Pada wanita dengan preeklamsia juga ditemukan kadar
asam folat yg rendah pada sampel plasmanya. Meningkatkan asupan asam folat dan
memperpanjang periode pemberian suplemen asam folat, yang direkomendasikan pada
trimester pertama kehamilan, dapat berfungsi untuk mencegah preeklamsia dengan
mengoptimalkan perkembangan plasenta. Beberapa penelitian telah menunjukan pengaruh
pemberian suplemen asam folat pada sirkulasi uteroplasenta . Jika sirkulasi uteroplasenta
tidak adekuat, akan berkaitan dengan kecacatan perkembangan plasenta, baik dalam
penurunan jumlah spiral arteri di desidua dan miometrium yang menjadi
penyebab utama yang terjadi pada preeklampsia dan Intrauterine Growth Restriction
(IUGR). Pemberian suplemen asam folat jangka panjang juga dapat membantu memperbaiki
gejala sistemik sekunder dari preeklamsia karena efeknya terhadap fungsi endotel dan
perlindungan terhadap antioksidan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui peran asam folat dalam kehamilan, khususnya
dalam regulasi perkembangan trofoblas plasenta.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Asam Folat
Asam folat (bahasa Inggris: folic acid, folate, folacin, vitamin B9, vitamin BC, pteroyl-
L-glutamic acid, pteroyl-L-glutamate, pteroylmonoglutamic acid) adalah vitamin yang larut
air. Folat dan asam folat mendapatkan namanya dari kata latin folium (daun). Asam folat
sangat penting untuk berbagai fungsi tubuh mulai dari sintesis nukleotid ke remetilasi
homosistein. Vitamin ini terutama penting pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel.
Anak-anak dan orang dewasa memerlukan asam folat untuk memproduksi sel darah merah
dan mencegah anemia.
Sayuran berdaun seperti bayam, lobak cina, kacang kering dan kacang polong, biji
bunga matahari serta buah-buahan dan sayuran tertentu seperti kentang, tomat, jeruk, adalah
sumber yang kaya akan folat. Telur, hati, dan produk-produk gandum juga termasuk bahan
makanan yang mengandung banyak asam folat. Asam folat sangat sensitif terhadap cahaya,
oksigen dan suhu tinggi. Karna itu disarankan untuk mengkonsumsi sayur yang mengandung
asam folat untuk dikonsumsi dalam bentuk mentah seperti di salad.
Asam folat, analog sintetis dari folat, terdapat diberbagai sel, dan terkait dengan
metabolisme dan regenerasi sel. Asam folat penting untuk pembentukan neuclic acid dan inti
sel. Kekurangan asam folat menyebabkan sintesa asam nukleat tidak adekuat sehingga
menyebabkan anemia megaloblastik (anemia pernisiosa). Hal ini disebabkan karena
kekurangan asam folat mengganggu sel yang mengalami proliferasi cepat. Asam Folat juga
sangat penting bagi wanita hamil. Asupan asam folat yang cukup sebelum dan selama
kehamilan akan mencegah timbulnya kecacatan tabung saraf (Neural Tube Defects) NTDs
pada bayi, yaitu spina bifida (kelainan pada tulang belakang) dan anencephaly (kelainan
dimana otak tidak terbentuk). Kebutuhan akan asam folat sampai 50-100 μg/hari pada wanita
normal dan 300-400 μg/hari pada wanita hamil sedangkan hamil kembar lebih besar lagi.
Hamil memerlukan pembelahan sel dalam perkembangan janin dan organ, ibu memerlukan
asam folat. Dengan asupan asam folat yang cukup pada masa sebelum dan selama kehamilan,
risiko timbulnya NTDs pada bayi dapat diturunkan hingga 80 %.
B. Fisiologi Trofoblas
Implantasi merupakan saat yang paling kritis untuk mendapatkan kehamilan. Proses
ini membutuhkan perkembangan yang sinkron antara hasil konsepsi, uterus, transformasi
endometrium menjadi desidua dan akhirnya pembentukan plasenta yang definitif. Aposisi
blastosis dengan endometrium terjadi pada hari ke 6 setelah fertilisasi. Sel-sel bagian luar
blastosis berproliforasi membentuk trofoblas primer. Trofoblas berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi 2 bentuk yaitu sitotrophoblas (sel mononuklear dengan batas sel yang
tegas) di bagian dalam dan sinsitiotrophoblas (sel multinuklear dengan batas sel yang tidak
tegas) di bagian luar. Proses yang terjadi pada sinsitiotrophoblas meluas melewati epitel
endometrium, untuk kemudian menginvasi stroma endometrium. Sel stroma di sekitar
tempat implantasi, bentuknya berubah menjadi polihedral dan dikenal dengan sel desidua.
Sel desidua berdegenerasi pada daerah invasi dan memenuhi nutrisi untuk embrio yang
sedang berkembang. Sinsitiotrophoblas mengandung zat yang dapat menghancurkan jaringan
maternal dan memudahkan invasi ke endometrium dan miometrium, sehingga akhirnya
blastosis menancap secara sempurna dalam desidua. Proses implantasi sempurna pada hari ke
10 – 11 pasca ovulasi.
Pada hari ke 10-13 pasca ovulasi vakuola muncul dalam lapisan sinsitiotrophoblas.
Vakuola tumbuh dengan cepat dan bergabung membentuk satu lakuna, yang merupakan
prekursor pembentukan ruang intervili. Lakuna dipisahkan oleh pita trabekula, dimana dari
trabekula inilah nantinya villi berkembang. Pembentukan lakuna membagi trophoblas
kedalam 3 lapisan yaitu primary chorionic plate (sebelah dalam), sistim lakuna bersama
trabekula dan trophoblastic shell (sebelah luar). Aktifitas invasif lapisan sinsitiotrophoblas
menyebabkan disintegrasi pembuluh darah endometrium (kapiler, arteriole dan arteria
spiralis). Kalau invasi terus berlanjut maka pembuluh darah – pembuluh darah ini dilubangi,
sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah ibu. Pada perkembangan selanjutnya lakuna yang
baru terbentuk bergabung dengan lakuna yang telah ada dan dengan demikian terjadi
sirkulasi intervillosa primitif. Peristiwa ini menandai terbentuknya “hemochorial” placenta,
dimana darah ibu secara langsung meliputi trophoblas.
Peningkatan proliferasi sinsitiotrophoblas diikuti dengan fusi sinsitium, akibatnya
trabekula yang tumbuh dan cabang-cabang sinsitium menonjol ke dalam lakuna
membentukvilli primer. Selain terjadi peningkatan dalam hal panjang dan diameter, villi
primer juga diinvasi oleh sitotrophoblas. Kedua proses ini menandai mulainya villous stage
dari perkembangan plasenta. Dengan proliferasi lebih lanjut terbentuk percabangan villi
primer, yang merupakan awal pembentukan villi primitif dan pada saat yang bersamaan
sistem lakuna berubah menjadi ruang intervillus.
Sementara itu perkembangan jaringan mesenkim ektraembrional meluas sampai
kedalam villi sehingga terbentuk villi sekunder. Setelah angiogenesis terjadi dari inti
mesenkim in situ, villi yang terjadi dinamakan villi tertier. Bila pembuluh darah pada villi ini
telah berhubungan dengan pembuluh darah embrio, maka akan terciptalah sirkulasi
fetoplasenta yang komplit. Pada minggu-minggu selanjutnya terjadi maturasi dan
pertumbuhan lebih lanjut cabang-cabang villi dengan penanaman mesenkim pada cabang-
cabang baru yang diikuti oleh angiogenesis.
Invasi trofoblas diatur oleh pengaturan kadar hCG. Sinsiotrofoblas menghasilkan
hCG yang akan mengubah sitotrofoblas menyekresi hormon yang noninvasif. Trofoblas yang
semakin dekat dengan endometrium menghasilkan kadar hCG yang semakin rendah, dan
membuat trofoblas berdiferensiasi dalam sel-sel jangkar yang menghasilkan protein perekat
plasenta yaitu trophouteronectin. Trofoblas-trofoblas invasif lain yang melepas dan
bermigrasi ke dalam endometrium dan miometrium akan menghasilkan protease dan
inhibitor protease yang diduga memfasilitasi proses invasi ke dalam jaringan maternal.
Kelainan dalam optimalisasi aktivitas trofoblas dalam proses nidasi akan berlanjut
dengan berbagai penyakit dalam kehamilan. Apabila invasi trofoblas ke arteri spiralis
maternal lemah atau tedak terjadi, maka arus darah uteroplasenta rendah dan menimbulkan
sindrom preeklamsia. Kondisi ini juga akan menginduksi plasenta menyekresikan substansi
vasoaktif yang memicu hipertensi maternal. Kenaikan tekanan darah ibu dapat merusak arteri
spiralis dan tersumbat, sehingga menjadi infark plasenta. Sebaliknya, invasi trofoblas yang
tidak terkontrol akan menimbulkan penyakit trofoblas gestasional seperti mola hidatidosa dan
koriokarsinoma.
Pada perkembangan plasenta yang telah sempurna terdapat 2 sistim sirkulasi darah
yaitu sirkulasi uteroplasental (sirkulasi maternal) dan sirkulasi fetoplasental. Kedua sirkulasi
ini dipisahkan oleh membrana plasenta (placental berrier) yang terdiri dari lapisan
sinsitiotrophoblas, sitotrophoblas, membrana basalis, stroma villi dan endotel kapiler.
Sirkulasi uteroplasental yaitu sirkulasi darah ibu di ruang intervilus. Diperkirakan aliran
darah ini sebesar 500-600 ml permenit pada plasenta yang matur. Sirkulasi fetoplasental
adalah sirkulasi darah janin dalam villi-villi. Diperkirakan aliran darah ini sekitar 400 ml per
menit. Aliran darah ibu dan janin ini bersisian, tapi dalam arah yang berlawanan. Aliran
darah yang berlawanan ini (counter current flow) ini memudahkan pertukaran material antara
ibu dan janin.
C. METABOLISME METIONIN dan HOMOSISTEIN
Metionin adalah asam amino yang memiliki atom S. Asam amino ini penting dalam
sintesa protein (dalam proses transkripsi, yang menterjemahkan urutan basa Nitrogen di
DNA untuk membentuk RNA) karena kode untuk Metionin sama dengan kode awal untuk
satu rangkaian RNA. Asam amino ini bersifat esensial, sehingga harus dipasok dari bahan
pangan. Sumber utama Metionin adalah buah-buahan, daging (ikan), sayuran (Jagung,
kelapa), serta kacang-kacangan (kacang kedelai).
Homosistein (2 amino 4 mercaptobutanoic acid) merupakan asam amino yang
mengandung sulfur yang erat hubungannya dengan methionin dan sistein. Homosistein
dalam tubuh terutama berasal dari proses demetilasi methionin. Tahap pertama metabolisme
homosistein adalah pembentukan S adenosil metionin, yang merupakan donor metil
terpenting pada reaksi transmetilasi. Peningkatkan kadar SAMe (S-adenosylmethionine),
mempunyai efek yang sangat kuat terhadap otak dengan cara yang berfungsi meningkatkan
kadar serotonin yang menenangkan. Untuk mengatasi depresi klinis dianjurkan mengonsumsi
0.8 mg sehari.
Dalam berbagai asupan methionin yang sangat bervariasi, kadar Homosistein dalam
tubuh dipertahankan dalam konsentrasi yang rendah sehingga tidak toksik terhadap sel.
Untuk menghindari penimbunan Homosistein dalam sel yang berakibat sitotoksik, tubuh
mengubah Homosistein menjadi metabolit yang tidak toksik dan mengeluarkan ke sirkulasi
darah untuk di oksidasi. Di dalam tubuh ada dua jalur metabolisme Homosistein yaitu
remetilasi dan transsulfurasi. Jalur remetilasi akan mengubah Homosistein kembali menjadi
methionin dengan bantuan asam folat dan vitamin B12 yang masing-masing sebagai koenzim
dan kosubstrat, sedangkan jalur transsulfurasi dengan bantuan vitamin B6 mengubah
Homosistein menjadi asam amino sistein yang tidak toksik untuk sel. Sistein yang terbentuk
dari homosistein ini akhirnya dirubah menjadi sulfat dan diekskresikan ke dalam urin. Jalur
remetilasi lebih aktif pada keadaan seseorang puasa, sedangkan jalur transsulfurasi lebih aktif
setelah penambahan methionin seperti makan tinggi protein. Untuk menurunkan kadar
Homosistein diperlukan asam folat, vitamin B12 dan Vitamin B 6. Menurut Homocysteine
Lowering Trialist Collaboration (HTLC) asam folat dapat menurunkan kadar homosistein
25%, B12 7% dan B6 tidak ada pengaruh yang signifikan.
Dalam keadaan normal homosistein dalam darah relatif sangat sedikit, dengan kadar
antara 5- 15 umol/L. Kadar homosistein di kompartemen ekstrasel ditentukan oleh beberapa
hal yaitu pembentukannya di dalam sel, metabolisme dan eksresinya. Bila produksi
homosistein intrasel melebihi kapasitas metabolisme, maka homosistein akan dilepaskan ke
ruang ekstrasel, sebaliknya bila produksi berkurang maka pelepasan dari sel akan berkurang.
Keadaan ini membantu mempertahankan agar kandungan homosistein intrasel tetap rendah.
Keseimbangan ini dapat terganggu pada keadaan gangguan aktivitas enzim atau akibat
jumlah kofaktor yang berperan dalam metabolismenya berkurang. Kekurangan asam folat
plasma menyebabkan tidak terjadi perubahan homosistein menjadi metionin yang
mengakibatkan terjadinya keadaan hiperhomosisteinemia.
Gambar 2.1. Siklus metionin dan jalur metabolisme homosistein.
D. ASAM FOLAT DALAM KEHAMILAN
Asam folat merupakan bentuk sintesis dari folat, yang terlibat dalam beberapa fungsi
penting dalam tubuh, termasuk sintesis protein yang diperlukan untuk replikasi DNA dan
merupakan substrat penting untuk berbagai reaksi enzimatik yang diperlukan dalam sintesis
asam amino dan metabolisme vitamin, dengan demikian asam folat sangat penting dalam
proses pertumbuhan dan diferensiasi sel. Berkaitan dalam kehamilan, asam folat telah lama
diketahui berperan penting dalam mencegah defek pada neural tube. Asam folat juga
memiliki peran penting dalam beberapa fungsi fisiologis lainnya yang berkaitan pada
kehamilan yang normal, termasuk angiogenesis, dan vaskulogenesis, metilasi dari
kontaminasi sulfur, perlindungan terhadap antioksidan, dan relaksasi endotel pembuluh
darah. Semua proses ini penting untuk sirkulasi fetoplasenta sehingga dapat mencegah
abrupsio plasenta, preeklamsia, dan IUGR.
Neural tube defect (NTD) merupakan kelainan bawaan pada otak, tulang kepala, dan
sumsum tulang belakang. Kelainan bawaan ini disebabkan oleh gangguan pembentukan
saluran saraf pusat pada periode organogenesis yaitu trisemester pertama kehamilan terutama
28 hari pascakonsepsi. Sepanjang kehamilan proliferasi sel tetap berlangsung dan kebutuhan
asam folat yang adekuat meningkat pada minggu-minggu pertama kehamilan setelah
konsepsi pada saat penutupan tabung saraf. Cacat tabung saraf (NTD) dapat muncul ketika
berbagai bagian dari tabung saraf gagal menutup yang mengakibatkan malformasi dalam
perkembangan otak dan tulang belakang. NTD yang dimaksud di sini adalah “isolated
NTD”, yaitu hanya NTD yang merupakan kelainan bawaan tanpa disertai kelainan lain.
Cacat penutupan tabung saraf terkait dengan kekurangan asam folat.
Tahap awal metabolisme homosistein melewati siklus metil aktif untuk menghasilkan
donor metil yang terpenting S-adenosylmethionine (SAMe). Donor ini penting dalam
berbagai proses kimia, seperti bahwa penghambatan transfer kelompok metil untuk DNA
telah terbukti menghasilkan cacat tabung saraf pada hewan model. Hal ini terbukti oleh fakta
bahwa penggunaan tertentu antagonis asam folat (FAA) selama kehamilan meningkatkan
risiko NTD itu. Ibu yang menggunakan FAA selama 2 bulan setelah periode menstruasi
terakhir, meliputi periode perkembangan neural tube, baik untuk pencegahan dan pengobatan
malaria selama kehamilan, memiliki risiko dua kali lipat lebih besar untuk menyebabkan
NTD.
Selain berperan dalam perkembangan tabung saraf janin, asam folat juga
berhubungan dengan kejadian preeklamsia. Pada wanita dengan preeklamsia juga ditemukan
kadar asam folat yg rendah pada sampel plasmanya. Meningkatkan asupan asam folat dan
memperpanjang periode pemberian suplemen asam folat, yang direkomendasikan pada
trimester pertama kehamilan, dapat berfungsi untuk mencegah preeklamsia dengan
mengoptimalkan perkembangan plasenta. Beberapa penelitian telah menunjukan pengaruh
pemberian suplemen asam folat pada trimester kedua kehamilan, dengan angka penurunan
kejadian preeklamsia. Pemberian suplemen asam folat jangka panjang juga dapat membantu
memperbaiki gejala sistemik sekunder dari preeklamsia karena efeknya terhadap fungsi
endotel dan perlindungan terhadap antioksidan.
Penyebab terjadinya preeklampsia sampai sekarang belum jelas, namun beberapa
teori disfungsi endotel telah terbukti merupakan titik telah diakui dapat menjelaskan
patogenesis presentral manifestasi klinik preeklampsia, di mana radikal bebas dan kerusakan
endotel, dan teori hiperhomosisteinemia merupakan salah satu penyebab keadaan tersebut.
Disfungsi endotel telah diakui sebagai titik sentral munculnya gejala dan tanda klinik
preeklampsia, yaitu hipertensi, edema dan proteinuria. Peningkatan radikal bebas dapat
menerangkan sebagian dari kerusakan tersebut di mana homosistein yang berlebihan dapat
menyebabkan meningkatnya radikal bebas. Nitric oxide (NO) merupakan salah satu petanda
penting pada kerusakan endotel, dimana kadarnya menurun pada preeklampsia. Pada wanita
preeklampsia kadar NO lebih rendah dan kadar homosisteinnya lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita hamil normal. Sehingga dengan semakin tingginya kadar homosistein, yang
merupakan penyebab kerusakan endotel, maka akan terjadi penurunan NO yang merupakan
vasodilator yang kuat yang menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Bukti-bukti
eksperimental menunjukkan adanya disfungsi endotel pada keadaan hiperhomosisteinemia,
diduga bahwa kelebihan homosistein tersebut juga menyebabkan terjadinya proses
otooksidasi yang menghasilkan gugus oksigen reaktif yaitu superoksida dan hidrogen
peroksida, di mana keadaan ini menyebabkan terjadinya kerusakan endotel.
Dalam sirkulasi fetoplasenta, asam folat juga berperan dalam proses invasi Ekstravili
Trofoblas (EVT). Plasenta membutuhkan invasi fetal yang berasal dari sel Ekstravili
Trofoblas (EVT) ke dalam arteri-arteri spiral pada uterus, mengubah arteri dari arteri dengan
resistensi tinggi dengan kapasitas rendah menjadi kapasitas tinggi yang dapat mengangkut
banyak darah menuju ruang intervilli. Proses invasi EVT membutuhkan degradasi dan
remodeling matriks ekstraseluler, yang terutama diperankan oleh Matriks Metaloproteinase
(MMPs), yang fungsinya diatur oleh inhibitor spesifik MMPs itu sendiri, yaitu Tissue
Inhibitors of MMPS (TIMPs). Antara umur kehamilan 8 sampai 12 minggu, penyambungan
trofoblas diakumulasi pada arteri spiral yang memungkinkan perfusi penuh antara trofoblas
dengan darah dari ibu dan pembentukan nutrisi hemotrofik. Perfusi mendadak vili plasenta
pada awal sirkulasi maternal-plasental telah dikaitkan dengan stress oksidatif, meskipun
plasenta dilindungi oleh beberapa enzim antioksidan. Asam folat juga memiliki aktivitas
antioksidan dan secara langsung mampu menangkap radikal bebas dan meningkatkan
bioavalibilitas dari nitrit oxide.
Untuk mendapatkan akses sirkulasi ke ibu, plasenta juga harus mengembangkan
sirkulasi sendiri. Sel endotel berdiferensiasi dari sel-sel mesenkim, membentuk kapiler
pertama dari kapiler pembuluh darah plasenta janin. Hal ini bertepatan dengan remodeling
vaskular ibu dan timbulnya aliran darah ibu ke dalam ruang plasenta intervili. Pengembangan
sirkulasi plasenta membutuhkan vaskulogenesis keduanya, perkembangan pembuluh darah
baru dari sel primitif dan angiogenesis, yang merupakan pengembangan dari pembuluh darah
yang sudah ada sebelumnya. Angiogenesis plasenta sangat penting untuk pengembangan
sirkulasi plasenta yang normal. Asam folat mampu menginduksi angiogenesis, dan sebagian
tergantung pada mekanisme nitrit oxide.
Gambar 2.2. mekasnisme asam folat dalam invasi EVT dan perkembangan plasenta
↑↑
induksiantioksidan
Tissue Inhibitors of MMPs (TIMPs)
Matrix Metalloproteinases(MMPs)
Degradasi & remodeling matriks ektraseluler
MMP2 &MMP3
(gelatinase)MMP9
(stromelysin)
Degradasi kolagen IV pada membran dasar
Degradasi proteoglikan, fibronektin, laminin,
kolagen IV
Invasi ekstravilli trofoblas (EVT)Plasenta ke desi duaa.spriralis
Pd minggu 8-12
Ubah arteri dgn resistensi tinggi kapasitas rendah resistensi rendah
kapasitas tinggi
Aliran darah menuju ruang intervilli
Perfusi penuh (mendadak)
Stress oksidatif
Vasculogenesis & angiogenesis
BAB III
METODOLOGI
A. BAHAN DAN METODE
Setelah mendapat persetujuan dari komite etik lokal dan dengan persetujuan
informasi yang sesuai, jaringan plasenta didapatkan dari wanita dengan usia kehamilan tujuh
minggu yang menjalani operasi elektif terminasi kehamilan. Usia kehamilan tujuh minggu
didapatkan dari hasil USG dengan cara pengukuran crown-rump length. Jaringan plasenta
diidentifikasi berdasarkan penampakan percabangannya serta bentuk bagian intinya
(fronded).
1. UJI INVASI
Pengaruh asam folat pada kemampuan EVT dari ekplan plasenta (usia kehamilan
minggu ke tujuh) untuk invasi melalui membran dasar Matrigel growth factor-reduced.
Vili korionik dipotong sekitar 0,5 mm dan di kultur pada media (Dulbecco modified Eage
medium (DMEM)):F12 ˂Biosource Camarillo CA˃ yang berisi 10% serum janin sapi
penisilin/streptomisin dan amphoterisin B (semua berasal dari Sigma Aldrich Dorset,
U.K.). Jaringan plasenta dibedah kemudian di kultur pada media 15 µl yang mengandung
10 mg jaringan. Menggunakan pipet 15 µl, diambil suspensi eksplan jaringan plasenta,
kemudian disebar pada permukaan kultur sel Matrigel-coated. Untuk menilai pengaruh
asam folat pada invasi EVT, asam folat eksogen ditambahkan pada media kultur
konsentrasi yang dipilih adalah konsentrasi dengan rentang fisiologis. Setiap ekperimen
dilakukan dengan duplikasi pada tiga plasenta terpisah. Tes diinkunbasi pada kondisi
standar kultur jaringan 37,8ºC, 5% CO2 (20% O2) pada inkubator. Pada hari keenam
inkubasi, Matrigel dan filter dipindahkan, dan bagian atas membran dibersihkan
menggunakan kapas. Untuk penilaian invasi sel, filter diwarnai dengan hematoxylin dan
eosin lalu dipasang pada slide kaca mikroskop dengan cairan mountain. Setiap slide
menjadi buta, dan jumlah total sel yang menginvasi bagian bawah filter dihitung dengan
P.J.W. pada perbesaran 100 kali untuk seluruh area filter.
Untuk menentukan apakah asam folat mengubah viabilitas sel trofoblas dan angka
(apoptosis dan proliferasi), pada akhir uji invasi, eksplan dipindahkan dan ditaruh pada
10% formalin selama 24 jam lalu diolah menjadi lilin paraffin. Seri 3 µm diberikan
immunolabeled menggunakan metode standar avidin-biotin peroxidase (Vector
Laboratories, Peterborough, U.K.) dengan anti-aktif kaspase 3 (pretreatment citrate
buffer, pH 6,0 dengan pemanasan pada microwave selama 10 menit, pengenceran 1:400
selama 45 menit; R D systems, Abingdon, Inggris), Mouse anti-MK167 (pretreatment
pressure cooking for 1 min in citrate buffer, pH 6,0, diencerkan 1:200 selama 30 menit;
Novocastra Laboratories, Newcastle-upon-tyne U.K.), dan anti CD31 (pretreatment
pressure cooking for 1 min in citrate buffer, pH 6,0, pengenceran 1:20 selama 60 menit;
Novocastra Laboratories). Pelabelan CD31 digunakan sebagai penanda angiogenesis.
Selain itu media dikumpulkan dari setiap ruang dan disimpan pada 80ºC sampai
diperlukan untuk dianalisis.
2. PROTEASE ARRAY
Konsentrasi MMP1, MMP2, MMP3, MMP7, MMP8, MMP9, MMP10, MMP12,
MMP13 TIMP1, TIMP2, dan TIMP4 diuji pada media yang dikumpulkan setelah enam
hari dilakukan kultur eksplan, menggunakan Excel Array Human MMP/TIMP array kit
per the manufacturer’s instructions (Thermo Fisher Scientific, Loughborough, U.K.) dan
seperti yang dijelaskan sebelumnya. Standar multipleks disiapkan sesuai instruksi pada
rentang 123 sampai 10000 pg/ml (MMPs 1, 3, , 8 9 10, 12, dan 13, dan TIMP4) dan 309
sampai 25000 pgml (MMP2, TIMP1, dan TIMP2). Sebanyak 100 µl sel kultur supernatan
diuji. Sampel dan kontrol diuji tiga kali. Microarray slide dilihat menggunakan Akson
GenePix slide scanner 4200AL (MDS Analitycal Technologies, Wokingham, English).
Data densitometry diimpor ke dalam Microsoft Excel.
3. QUANTIFICATION OF IMMUNOHISTOCHEMISTRY
Kuantifikasi MK167, aktif kaspase 3, dan CD31 immunostaining dilakukan
menggunakan perangkat lunak Algoritma Pixel Positif Aperio ImageScope. Perangkat
lunak ini mampu membedakan antara pixel positif dan negatif, fan menggabungkan
jumlah piksel positif, untuk menghasilkan pixel yang positif. Analisis eksplan plasenta
dilakukan pada semua uji. Untuk setiap konsentrasi asam folat, dihitung menggunakn
slide dan duplikasinya. Analisis dilakukan dengan perbesaran 200 kali dengan P.J.W.
dengan identitas sampel yang disamarkan.
B. STATISTICAL ANALYSIS
Semua analisa pada penelitian ini menggunakan SPSS versi 16,0. Uji Kolmogorov-
Smirnov digunakan untuk menilai distribusi data. Semuda data ditemukan tersdistribusi
secara normal. Oleh karena itu kelompok pembanding diuji dengan one-way ANOVA, jika
signifikan, lalu dilakukan uji Bonferronihoc post hoc. Konsentrasi efek yang berespon
ditentukan menggunakan Kendall s B Tes. Dianggap signifikan jika nilai P ¼ 0.005 pada uji
invasi dan immunohistokimia.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Asam Folat Meningkatkan Invasi EVT
Kultur dalam asam folat menghasilkan peningkatan konsentrasi dependen dalam
rata-rata indeks invasi EVT (Gambar 4.1). Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol,
inkubasi dengan asam folat pada konsentrasi 10-6 M meningkatkan invasi sebesar 83% (P
<0,0001), pada 10-8 M sebesar 51% (P <0,0001), dan pada 10-10 M sebesar 19 % (P =
0,01). Uji Kendall B menunjukkan peningkatan invasi EVT menjadi konsentrasi
tergantung (P = 0,005; Gambar 4.1).
Gambar 4.1. konsentrasi asam folat terhadap invasi EVT
2. Apoptosis sel Trofoblas dan Proliferasi kultur dalam Asam Folat
Seperti terlihat pada Gambar 4.2a, kultur eksplan plasenta dalam asam folat pada
10-6 M mengakibatkan peningkatan caspase 3 aktif dibandingkan dengan kelompok
kontrol, dengan pewarnaan yang terutama diamati pada sitotrofoblas vili dan sel stroma
vili (P = 0,028). Sebaliknya, kaspase 3 aktif menurun bila dibandingkan dengan kontrol
pada kultur dalam asam folat pada konsentrasi 10-8 M (P = 0,001) dan pada 10-10 M(P =
0,024).
Gambar 4.2. Gambaran Apoptosis sel Trofoblas dan Proliferasi kultur dalam Asam
Folat
Pewarnaan MKI67-positif ini terutama ditemukan dalam vili sitotrofoblas pada
eksplan plasenta. Bila dibandingkan dengan kontrol, MKI67 positif berkurang pada
eksplan plasenta pada kultur di 10-6 M asam folat (P = 0,012). Namun, kultur dalam asam
folat pada 10-8 M menghasilkan Peningkatan MKI67 positif dibandingkan dengan kontrol
(P = 0,001), dan peningkatan MKI67 positif ini juga ditemukan pada kultur dengan asam
folat 10-10 M (P = 0,039 vs kontrol; Gambar 4.2b).
3. Perubahan di Pewarnaan CD31 pada kultur dengan Asam folat
Kepadatan pembuluh darah, sebagaimana ditentukan oleh CD31 immunostaining,
meningkat pada kultur dengan asam folat (Gambar 4.3a). Bila dibandingkan dengan
kontrol, kadar CD31 lebih tinggi pada eksplan plasenta pada kultur dengan asam folat
pada konsentrasi 10-6 M (P = 0,001), 10-8 M (P = 0,002), dan 10-10 M (P = 0,02) .
Selanjutnya, peningkatan ekspresi CD31 pada kultur dengan asam folat ditemukan
sebagai respon konsentrasi dependen (P = 0,05; Gambar 4.3b).
Gambar 4.3. Gambaran Perubahan di Pewarnaan CD31 pada kultur dengan Asam folat
4. Variasi Sekresi MMP / TIMP pada kultur dengan Asam folat
Kurva standar yang dihasilkan untuk semua hasil analisis mempunyai nilai R2
sebesar 0,97 atau di atas nya. Koefisien variasi untuk mengulangi rangkap tiga semua
kurang dari 10%. Tingkat terdeteksi MMP2, MMP3, MMP7, MMP8, MMP9, MMP10,
MMP12, MMP13, TIMP1, TIMP2, dan TIMP4 ditemukan dalam kultur eksplan plasenta
supernatan setelah inkubasi 6 hari pada asam folat pada konsentrasi 10-6 M, 10-8 M, dan
10-10 M (Gambar 4.4).
Gambar 4.4. efek kultur dalam asam folat pada konsentrasi 10-6 M, 10-8 M, dan 10-10 M terhadap sekresi MMPs and TIMPs oleh eksplan plasenta
pada hari ke 6 kultur
Konsentrasi MMP2 yang disekresikan oleh plasenta eksplan meningkat setelah
pemberian asam folat pada 10-6 M, 10-8 M, dan 10-10 M dengan cara konsentrasi-responsif
(P = 0,01). Pengaruh terbesar pada kultur sekresi MMP dengan asam folat terlihat pada
MMP3, yang menunjukkan peningkatan konsentrasi-responsif (P = 0,01) pada sekresi
oleh eksplan plasenta mengikuti kultur dalam asam folat pada konsentrasi 10 -6 M, 10-8 M,
dan 10-10 M. Sekresi MMP9 juga meningkat dengan cara yang konsentrasi dependen
setelah kultur dalam asam folat pada konsentrasi 10-6 M, 10-8 M, dan 10-10 M (P = 0,02).
Tingkat MMP1 berada jauh di bawah kisaran deteksi kit ExcelArray. Konsentrasi
tidak berbeda antara kontrol dan mereka diperlakukan dengan asam folat untuk MMP7,
MMP8, MMP10, MMP12, MMP13, TIMP1, TIMP2, dan TIMP4.
B. Pembahasan
Studi ini menunjukkan bahwa asam folat pada konsentrasi rendah mampu
meningkatkan invasi EVT dan plasenta sekresi MMP2, MMP3, dan MMP9. Selain itu, asam
folat menampilkan efek bifasik pada proliferasi eksplan plasenta dan apoptosis pada awal
kehamilan. Asam folat memiliki peranan penting dalam pengaturan invasi EVT, dan invasi
EVT merupakan bagian penting dari perkembangan plasenta. Invasi EVT ke dalam desidua
maternal dan sepertiga bagian dalam miometrium sangat penting untuk konversi dari arteri
spiralis ibu, yang memungkinkan pembentukan sirkulasi uteroplasenta . Jika EVT invasi
tidak adekuat, akan berkaitan dengan kecacatan perkembangan plasenta, baik dalam
penurunan jumlah spiral arteri di desidua dan miometrium , dan hal remodelling, terutama
dalam miometrium, hal ini diusulkan menjadi penyebab utama yang terjadi pada
preeklampsia dan IUGR.
Penambahan asam folat selama tahap awal kehamilan bermanfaat untuk
meningkatkan invasi EVT, yang dapat bermanfaat dalam mencegah terjadinya gangguan saat
kehamilan yang berkaitan dengan invasi EVT tidak memadai. Memang, studi observasional
terakhir mengidentifikasi bahwa kelanjutan dari penambahan asam folat ke
dalam trimester kedua kehamilan berkaitan penurunan kejadian preeklampsia. Paparan
antagonis asam folat akan meningkatkan risiko abrupsio plasenta , restriksi pertumbuhan
intrauterin, dan kematian janin. Selanjutnya, pengobatan dengan obat antifolat metotreksat
pada kehamilan ektopik telah terbukti mengurangi pertumbuhan plasenta dan EVT trofoblas
EVT karena kurangnya proliferasi, meskipun penggunaan nya harus hati-hati digunakan
ketika membandingkan kehamilan ektopik dan perkembangan plasenta normal.
CD31 memperjelas bahwa kultur dengan asam folat meningkatkan angiogenesis pada
eksplan plasenta. Angiogenesis plasenta sangat penting untuk pengembangan sirkulasi
fetoplasenta, sehingga memaksimalkan aliran darah seluruh plasenta. Dengan demikian, nilai
gizi dan pertukaran gas antara ibu dan bayinya akan terlaksana dengan baik. Pengamatan dari
densitas vaskuler dengan asam folat juga memberikan penjelasan yang melaporkan
penurunan densitas pembuluh darah pada preeklamsia dan IUGR saat pasokan asam folat
terbatas. Namun diakui bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk lebih menggambarkan
keterlibatan asam folat dalam angiogenesis plasenta.
Peningkatan invasi EVT berhubungan dengan penambahan asam folat suplementasi
dapat dijelaskan dengan peningkatan produksi dari MMP2, MMP3 dan MMP9. Pentingnya
aktivitas MMP dalam invasi trofoblas telah dijelaskan sebelumnya. Peningkatan
produksi gelatinases (MMP2 dan MMP9) berkaitan dengan invasi EVT karena peningkatan
degradasi kolagen IV pada membran dasar memungkinkan peningkatan jumlah
sel EVT untuk menginvasi melalui desidua ibu. MMP3, juga dikenal sebagai stromelysin-
1, mungkin juga terlibat dalam invasi peningkatan EVT melalui degradasi dari
berbagai komponen matriks ekstraseluler, termasuk proteoglikan, fibronektin, laminin, dan
kolagen tipe IV, dan telah terbukti untuk hadir di seluruh kehamilan.
Meskipun penelitian ini tidak mendeteksi aktivitas MMP, kami menyarankan bahwa
peningkatan produksi MMP2, MMP3, dan MMP9 juga akan dikaitkan dengan meningkatnya
aktivitas dari enzim metalloproteinase, karena asam folat tidak ditemukan untuk mengubah
produksi TIMPs, yang mengatur aktivitas MMPs. Penggunaan dari zymography untuk
menentukan aktivitas MMP2, MMP3, dan MMP9 akan memungkinkan penilaian yang
lebih lengkap dari pengaruh asam folat pada aktivitas MMP.
Konsentrasi bifasik dependen merespon hal yang tidak terduga tentang proliferasi dan
apoptosis EVT. Konsentrasi mikromolar berkaitan dengan peningkatan apoptosis meningkat
dan pengurangan proliferasi sedangkan kultur nanomolar konsentrasi menyebabkan
penurunan apoptosis dan proliferasi meningkat. Respon bifasik ini telah mencerminkan
apoptosis dan proliferasi, menunjukkan bahwa ada keterlibatan jalur lain dalam merespon hal
ini. sebelumnya telah dilaporkan bahwa pengurangan penyediaan asam folat berkaitan
dengan peningkatan apoptosis plasenta.
Namun, studi menggunakan sampel sitotrofoblas yang diperoleh dari plasenta, dan
7 bulan kemudian terdapat jaringan dilaporkan di sini. Respon terhadap asam folat juga
berbeda di jaringan awal nya mengikuti proses kelahiran dan persalinan. Selain itu,
penyimpanan asam folat yang habis selama kehamilan dapat mengubah respon plasenta. Ada
peningkatan minat dalam penggunaan mikronutrien dan vitamin suplementasi selama
kehamilan untuk memaksimalkan manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi. Meskipun kesehatan
masyarakat merekomendasikan penggunaan asam folat prakonseptual suplementasi,
asupan makanan asam folat masih memadai dalam sekitar 13 juta orang Inggris. Namun,
sifat bifasik dari respon terhadap asam folat menekankan pentingnya evaluasi seksama
terhadap konsentrasi asam folat sebelum melakukan rencana penambahan, sebuah
masalah yang disorot dalam tinjauan Cochrane baru-baru ini mengenai penambahan
mikronutrien pada kehamilan.
Pemakaian asam folat dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari rekomendasi harian
saat ini yaitu 400 lg mungkin berbahaya. Hal ini berkaitan dengan perkembangan plasenta.
Sebuah laporan terakhir menunjukkan tingkat rata-rata folat serum menjadi 23,5 nmol /L
selama trimester pertama kehamilan antara wanita yang mengambil 400-lg suplemen asam
folat. Dalam penelitian ini, konsentrasi folat serum rata-rata berada dalam 10,8 M pada
kelompok perlakuan, yang meningkatkan proliferasi sel dan menurunkan apoptosis sel EVT.
Ekstrapolasi data awal menghasilkan efek suplementasi dosis tinggi, tapi ini dalam setiap
kasus dikontraindikasikan karena risiko dari efek masking dari setiap kekurangan vitamin
B12. Sejalan dengan ini, terdapat kontras laporan mengenai suplementasi asam folat dan
pengobatan kanker. Laporan terbaru telah menyoroti bahwa kebutuhan untuk membatasi
penambahan asam folat tidak lebih dari 400 lg, dibandingkan 1000 lg lebih sering diresepkan
untuk pasien kanker untuk membatasi proliferasi sel tumor . Sebaliknya, penambahan folat
dapat bertindak sebagai terapi ajuvan antiglioma karena perannya dalam metilasi DNA, serta
meningkatkan apoptosis dan penurunan proliferasi.
Kemungkinan keterbatasan dari penelitian ini adalah penggunaan sampel plasenta
yang diambil dari satu titik waktu kehamilan (7 minggu). Namun demikian, penggunaan
plasenta dari titik waktu yang sama memungkinkan penilaian dengan lebih sedikit faktor
perancu, karena menggabungkan hasil dari sampel plasenta dari jangkauan yang lebih luas
pada saat awal kehamilan menyebabkan penafsiran yang tidak baik, karena kapasitas invasif
EVT selama 20 minggu pertama kehamilan telah terbukti yang berbeda.
Selain itu kelemahan dari penelitian ini mungkin penggunaan eksplan plasenta
sebagai sumber EVT dan tidak mengisolasi populasi murni EVT menggunakan percoll
gradien. EVT yang dimurnikan tidak digunakan di penelitian masa sekarang studi karena
hasil sel yang relatif rendah diperoleh dengan menggunakan metode ini, yang akan
mengurangi konsentrasi asam folat yang seharusnya dapat dinilai dalam setiap percobaan.
Namun, penelitian sebelumnya telah menegaskan fenotip dari sel yang menginvasi dari
eksplan plasenta adalah konsisten dengan populasi EVT. Penelitian mendatang akan
menggunakan sampel plasenta dari sekuensial poin usia kehamilan dalam trimester pertama
yang akan berguna dalam menentukan apakah efek asam folat pada penggunaan EVT
berlaku lebih luas usia kehamilan, atau apakah itu khusus untuk 7 minggu kehamilan saja.
Kesimpulannya, penelitian ini menyoroti lebih jauh mengenai manfaat
perikonseptual dan penambahan asam folat yang merangsang peningkatan EVT invasi
melalui peningkatan sekresi MMP2, MMP3, dan MMP9, sebagaimana mengubah proliferasi
plasenta/ trofoblas dan apoptosis, dan dua kali lipat meningkatkan densitas vaskuler. Semua
aspek memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk memungkinkan potensi suplementasi
asam folat jangka panjang selama kehamilan sebagai alat mencegah dan/ atau mengurangi
gejala preeklampsia. Selanjutnya, respon bifasik dari sel plasenta untuk folat asam
menekankan perlunya monitor studi fungsional yang akan dilakukan sebelum pelaksanaan
percobaan.
BAB V
Kesimpulan
Selain berperan dalam pencegahan kecacatan neural tube , asam folat memiliki banyak
fungsi fisiologis, diantaranya yaitu sebagai proliferasi sel, replikasi DNA, dan perlindungan
terhadap antioksidan. Penelitian ini membuktikan adanya peran lain asam folat dalam kehamilan
nyaitu meningkatakan invasi ektravilli trofoblas (EVT). Bahan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kultur dengan eksplan plasenta dilakukan menggunakan plasenta pada
kehamilan usia 7 minggu yang kemudian dilakukan kultur dengan asam folat pada konsentrasi
10-6 M, 10-8 M, and 10-10 M. Invasi Ekstravili trofoblas dinilai pada hari keenam pasca kultur,
eksplan digunakan untuk evaluasi proliferasi histoimunokimiawi (MK167) dan apoptosis
(kaspase 3 aktif). Selain itu array digunakan pada sel kultur supernantans untuk memeriksa
berbagai Matriks Metaloproteinase (MMPs) dan Tissue Inhibitor of MMps (TIMPs).
Asam folat meningkatkan invasi EVT pada model eksplan penelitian ini antara 83% dan
19% (P=0,005), hal ini berhubungan positif dengan peningkatan MK167 dan menurunkan enzim
aktif kaspase 3. Efek ini bergantung pada konsetrasi dan menunjukan respon bifasik. Selain itu
kultur asam folat meningkatkan densitas pada pembuluh darah yang dipengaruhi oleh anti CD31
immunostaining (P=0,05). Peningkatan invasi EVT berkorelasi dengan peningkatan sekresi
eksplan plasenta MMP2 (P=0,01), MMP3 (P=0,01), dan MMP9 (P=0,02). Penelitian ini
menunjukan bahwa asam folat sangat penting dalam tahap awal perkembangan plasenta
termasuk invasi EVT, angiogenesis, dan sekresi MMPs.
Daftar Pustaka
Committee on Genetics. 1999. Folic Acid for the Prevention of Neural Tube Defects Pediatrics.
104 (2).
Darmaja, I., dan Ketut Suwitra. 2006. Perbandingan Efektifitas Asam Folat Dosis Standar
Dengan Dosis Tinggi Terhadap Hiperhomosisteinemia Pada Gagal Ginjal Dengan
Hemodialisis Reguler. J Peny Dala. 92 (7)
Díaz S H., Martha M W, Carol L, dan Allen A M. 2002. Risk of Gestational Hypertension in
Relation to Folic Acid Supplementation during Pregnancy. American Journal of
Epidemiology. 156 (9).
Hanafiah, T. M. 2006. Perawatan Antenatal Dan Peranan Asam Folat Dalam Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Ibu Hamil Dan Janin. Medan, Universitas Sumatera Utara.
Helga V. Toriello, PhD, for the Professional Practice and Guidelines Committee. 2005. Folic
acid and neural tube defects. ACMG. 7 (4).
Jayakusuma, A., M.K. Karkata, K. Darmayasa, K. Gunung. 2007. Perbandingan Kadar Asam
Folat Pada Kehamilan Dengan Preeklampsia dan Kehamilan Normal. Maj Obstet Ginekol
Indones. 31(2).
Lawrence M., Peter M C., Karen G., Jacques J G., dan Bassam A N. 2000. Effect of Folic Acid
and Antioxidant Vitamins on Endothelial Dysfunction in Patients With Coronary Artery
Disease. Journal of the American College of Cardiology. 36 (3),
Philippe De Wals, et al. 2007. Reduction in Neural-Tube Defects after Folic Acid Fortification in
Canada. N Engl J Med. 357:135-42.
Pusparini. 2002. Homosistein Faktor Risiko Baru (Non Tradisional) Penyakit Kardiovaskuler. J
Kedokter Trisakti. .21 (1)
Williams PJ., Judith N B., Barbara A i., dan Fiona B P. 2011. Possible Roles for Folic Acid in
the Regulation of Trophoblast Invasion and Placental Development in Normal Early
Human Pregnancy. Biology of Reproduction. Vol 84, 1148–1153.