Klasifikasi Klinik Dan Imunologik

20
 KLASIFIKASI KLINIK dan IMUNOLOGIK HIV-AIDS  Definisi infe ksi HIV ( WHO 2007) Infeksi HIV pada dewasa atau anak 18 bulan atau lebih didiagnosa berdasarkan : “ positive HIV antibody testing (rapid or laboratory-based enzyme immunoassay). This is confirmed by a second HIV antibody test (rapid or laboratory-based enzyme immunoassay) relying on different antigens or of different operating characteristics” ;  dan / atau : “ positive virological test for HIV or its components (HIV-RNA or HIV-DNA or ultrasensitive  HIV p24 antigen) confirmed by a second virological test obtained from a separa te determination”. Untuk anak < 18 bulan : “ positive virological test for HIV or its components (HIV-RNA or HIV-DNA or ultrasensitive  HIV p24 antigen) confirmed by a second virological test obtained from a separa te determination taken more than four weeks after birth”.   Kriteria Dia gnosis HIV lanjut (termas uk AIDS)  - Kriteria klinik : konfirmasi infeksi HIV + bila diduga atau didiagnosis berada dalam stadium 3 atau 4. - Kriteria imunologik (dewasa dan anak) : Konfirmasi infeksi HIV + CD4 count < 350/mm 3  - Kriteria imunologik ( anak < 5 tahun) : %CD4+ < 30 (< 12 bulan), %CD4+ <25 (12-35 bulan), % CD4+ <20 (36-56 bulan).

Transcript of Klasifikasi Klinik Dan Imunologik

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 1/20

 

KLASIFIKASI KLINIK dan IMUNOLOGIK HIV-AIDS

 Definisi infeksi HIV (WHO 2007) 

Infeksi HIV pada dewasa atau anak 18 bulan atau lebih didiagnosaberdasarkan :

“ positive HIV antibody testing (rapid or laboratory-based enzyme immunoassay). This is

confirmed by a second HIV antibody test (rapid or laboratory-based enzyme immunoassay)

relying on different antigens or of different operating characteristics” ; 

dan / atau :

“ positive virological test for HIV or its components (HIV-RNA or HIV-DNA or ultrasensitive

 HIV p24 antigen) confirmed by a second virological test obtained from a separate

determination”. 

Untuk anak < 18 bulan :

“ positive virological test for HIV or its components (HIV-RNA or HIV-DNA or ultrasensitive

 HIV p24 antigen) confirmed by a second virological test obtained from a separate determination

taken more than four weeks after birth”. 

 Kriteria Diagnosis HIV lanjut (termasuk AIDS) 

- Kriteria klinik : konfirmasi infeksi HIV + bila diduga atau didiagnosis berada dalam

stadium 3 atau 4.

- Kriteria imunologik (dewasa dan anak) : Konfirmasi infeksi HIV + CD4 count < 350/mm3 

- Kriteria imunologik ( anak < 5 tahun) : %CD4+ < 30 (< 12 bulan), %CD4+ <25 (12-35

bulan), % CD4+ <20 (36-56 bulan).

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 2/20

 

- AIDS pada dewasa dan anak : konfirmasi infeksi HIV + diagnosis klinik stadium 4 atau

CD4 < 200/mm3

atau %CD4+ < 15.

 Klasifikasi Imunologik pada infeksi HIV (WHO) 

 Kriteria Klinik HIV/AIDS pada dewasa dan anak (WHO) 

Manifestasi Klinik  Diagnosis Klinik  Diagnosis pasti 

Stadium I 

Asimptomatik - -

Limphadenopati generalisatapersisten

Pembesaran KGB > 1 cm,tidak nyeri pada 1 atau 2

tempat dengan sebab yang

tidak diketahui dan persistenselama 3 bulan atau lebih

Histology

Stadium II 

BB turun <10% BB

sebelumnya

BB turun tanpa sebab yang

elas, atau BB tidak bertambahpada kehamilan

BB turun < 10%

terdokumentasi

URTI rekuren (>1x selama 6bulan)

Sinusitis

Otitis Media

Tonsilopharyngitis

LAB

Herpes Zooter Vesicular rash, nyeri ,distribusi dermatomal, tidak 

melewati midline tubuh.

Diagnosis klinik 

Angular cheilitis Pecah2 pada sudut bibir yang

bukan diakibatkan oleh def fe,

biasanya berespon denganpemberian terapi antijamur

Diagnosis klinik 

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 3/20

 

Ulserasi oral rekuren ( ≥2 xselama 6 bulan terakhir)

Aphthous, nyeri, dengan halodan pseudomembran kuning

abu-abu

Diagnosis klinik 

Papular preuritic eruption Lesi popular Diagnosis klinik 

Seborrhoic dermatitis Kulit gatal, bersisik, terutama

pada daerah berambut

Diagnosis klinik 

Infeksi jamur pada kuku Paronikia

Onycholisis

Kultur jamur

Stadium III 

BB turun > 10 % BBsebelumnya

BB turun tanpa sebab yangelas. Tampak kurus, BMI <

18,5 kg/m2atau BB turun pada

kehamilan

BB turun > 10%terdokumentasi

Diare kronik lebih dari 1 bulan Diare kronik lebih dari 1 bulanyang tidak dapat dijelaskan

penyebabnya

Pem feses

Demam persisten Demam persisten lebih dari 1

bulan

Suhu > 37.50, dengan kultur

darah negative, ziehl-nelsen

negative, apusan darah malaria

negative, foto thorax normal,dan tidak ada focus infeksi

Kandidiasis oral persisten Berupa pseudomembraneusberwarna putih atau

erythematous form

Diagnosis klinik 

Oral hairy leukoplakia Diagnosis klinik 

TB ( berulang) Gejala kronik : batuk, batuk darah, sesak, nyeri dada, BB

turun, keringat malam, demam.

Dengan sputum BTA + atausputum BTA – dengan

gambaran radiologis yang

mendukung.

BTA sputum +, kultur positif 

Infeksi bakteri berat

(pneumonia, meningitis,

empiema, pyomiositis, infeksitulang dan sendi, septicemia,

PID)

Demam disertai gejala dan

tanda spesifik, dan merespon

terhadap pemberian antibiotic.

Isolasi bakteri

Acute necrotizing ulcerative Papilla gingival ulserasi, sangat

nyeri, gigi tanggal, perdarahan,

bau mulut tidak sedap, dll.

Diagnosis klinik 

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 4/20

 

gingivitis atau necrotizing

ulcerative periodontitis.

Anemia ( (8 gr%)

Neutropenia (<0,5×109 /L)

Trombositopenia (<50×109 /L)

kronik 

- Lab

Stadium IV 

HIV wasting sindrom BB turun > 10% , wasting,

BMI < 18.5 kg/m2 

 Disertai salah satu : 

Diare kronik > 1 bulan tanpa

sebab yang jelas

 Atau 

Demam > 1 bulan tanpa sebabyang jelas

Pneumocystis pneumonia Dispnoe on exertion atau batuk 

tidak produktif, takipneu, dandemam.

 Dan 

CXR : infiltrate difus bilateral

 Dan 

Tidak ada bukti infeksi

pneumonia bacterial, krepitasibilateral, dan auskultasi dengan

atau tanpa obs jalan nafas

Cytology, imunofloresent

mikroskopi.

Pneumonia bacterial rekuren ≥ 2x selama 6 bulan terakhir,onset akut (<2 minggu),

dengan gejala berat ( demam,

Kultur

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 5/20

 

batuk, sesak, nyeri dada).

 Dan

Konsolidasi pada pem fisik 

atau rontgen thorax. Respon

terhadap antibiotic.

Antigen test

Herpes simplek kronik (orolabial, genital, anorectal)

Herpes simplek kronik (orolabial, genital, anorectal)

lebih dari 1 bulan

Kultur, DNA herpes simplek virus, citologi, histology.

Oesofagial candidiasis Nyeri retrosternal, disfagi,disertai oral candidiasis

Endoskopi, bronkoskopi,mikroskopi, histology.

TB ekstraparu Pleural, pericardia, peritoneal

involvement, meningitis,

mediastinal atau abdominal

lymphadenopathy atau ostetis.

Isolasi M.TB, CXR

Sarcoma kaposi Typical gross appearance inskin or oropharynx of 

persistent, initially flat, patches

with a pink or violaceous

colour, skin lesions that usuallydevelop into plaques or

nodules.

Endoskopi, bronkoskopi,histology

CMV disease (selain hati,

limfa, dan KGB)

Retinitis Kultur, DNA, histologi

CNS toxoplasmosis Kelainan neurologis,penurunan kesadaran, dan

respon terhadap terapi spesifik 

Antibodi toxoplasma (+) dansatu atau lebih masa

intracranial pada pemeriksaan

CT scan atau MRI

HIV encephalopati Gangguan kognitif / motorik progressive yang tidak 

disebabkan oleh sebab lain

Neuroimaging

Criptococcosis ekstrapulmonal

(termasuk meningitis)

Demam, sakit kepala,

meningism, bingung,perubahan tingkah laku, responterhadap criptococcal terapi

Isolasi criptococus neoformans 

atau antigen test

Disseminated non tuberculous - Ditemukannya bakteri atipikal

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 6/20

 

mycobacteria infection

Progressive multifocalleukoencephalopathy.

- Gangguan neurologis progresif (gangguan kognitif, berbicara,

berjalan, penglihatan,

kelemahan ekstremitas, dan

gangguan saraf cranial) disertaidengan lesi hypodense pada

white matter, atau (+)

poliomavirus JC PCR padaLCS,

Chronic cryptosporidiosis - Cysts (+) pada pem Ziehl-Nielsen

Chronic isosporiasis. - Identifikasi Isospora.

Disseminated mycosis(coccidiomycosis atau

histoplasmosis).

- Histology, antigen detection

Atau culture

Recurrent non-typhoid

Salmonella bacteraemia.

Kultur darah

Lymphoma (cerebral atau

Bcell

non-Hodgkin).

- Histology

neuroimaging techniques

Invasive ca cerviks - Histology atau cytologi

Atypical disseminatedleishmaniasis.

- Histology

Symptometic HIV-associatednephropathy.

- Biopsy ginjal

Symptometic HIV-associated

cardiomyopathy.

- Kardiomegali, echo

Referensi : 

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 7/20

 

1.  WHO, Clinical Staging And Immunological Classification Of Hiv-Related Disease In

 Adults And Children, France, 2007. Hal 8-152.  2. Yayasan Spiritia, Lembaran Informasi Tentang HIV/AIDS Untuk Orang Yang Hidup

 Dengan HIV/AIDS (ODHA), Jakarta, 2005. 3.  3. PAPDI, Panduan pelayanan Medik , Jakarta, 2006. Hal 287-288.

 ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS14 Desember 2009

Tn W dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak sembuh-sembuh meskipunsudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn W adalah supir truk dan dia baru saja menikah dua tahun

yang lalu. Tn W mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x hari dan BB menurun 7 kg dalam satu

bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan.

Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan,hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 11gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl

11o mmol/L, protein 3,5. Hasil pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, N 120x/mnt, P28x/menit, S 390C, konjungtiva anemis, sklera tak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing

+/-.

Diagnosa Medis pada kasus diatas adalah AIDS

AIDS

Pengertian 

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat

menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia

dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.

Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan

Immune : Sistem kekebalan tubuh

Deficiency : Kekurangan

Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit

Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang

biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan

meninggal.

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 8/20

 

  AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh

yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )

  AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan

dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare ) 

  AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam

respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan

dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang

 jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention ) 

1.  Etiologi 

AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yangnama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang

dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap

limfosit T.

1.  Patofisiologi 

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi

Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum

tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan

protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat selT4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )

menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga

dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang

terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulangmateri genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan

disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang

permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai

antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah

mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,

menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadapinfeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak 

menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit

yang serius.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif.

Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.

Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4

dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per

ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 9/20

 

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )

muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virusberproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila

 jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik,

kanker atau dimensia AIDS.

1.  Klasifikasi

Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C)dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.

1.  Kategori Klinis A

Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis

B dan C.

1.  Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.

2.  Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty )

3.  Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau

riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.

1.  Kategori Klinis B

Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

1.  Angiomatosis Baksilaris

2.  Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi

3.  Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )

4.  Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.

5.  Leukoplakial yang berambut

6.  Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton

saraf.

7.  Idiopatik Trombositopenik Purpura

8.  Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

1.  Kategori Klinis C

Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

1.  Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus

2.  Kanker serviks inpasif 

3.  Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata

4.  Kriptokokosis ekstrapulmoner

5.  Kriptosporidosis internal kronis

6.  Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )

7.  Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 10/20

 

8.  Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

9.  Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )

10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )

11.  Isoproasis intestinal yang kronis

12. Sarkoma Kaposi

13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak

14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner

15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )

16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner

17. Pneumonia Pneumocystic Cranii

18. Pneumonia Rekuren

19. Leukoenselophaty multifokal progresiva

20. Septikemia salmonella yang rekuren

21. Toksoplamosis otak

22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

5. Gejala Dan Tanda

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi HumanImmunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan

sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami

demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5

tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yangpaling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu

protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal

:

  Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu

mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak 

merah ditubuh.

  Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala

Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan

diperoleh hasil positif.

  Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar

getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

6. Komplikasi

a. Oral Lesi

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 11/20

 

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human

Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,keletihan dan cacat.

b. Neurologik 

1.  kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada

sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,

dan isolasi social.

2.  Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan

elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /

parsial.

3.  Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.

4.  Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)

c. Gastrointestinal

1.  Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma

Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.

2.  Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan

anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

3.  Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat

infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

d. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan

strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

e. Dermatologik 

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,

lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik 

  Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

  Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

7. Penatalaksanaan

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan HumanImmunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus

(HIV), bisa dilakukan dengan :

1.  Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak

terinfeksi.

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 12/20

 

2.  Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak

terlindungi.

3.  Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human

Immunodeficiency Virus (HIV) nya.

4.  Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.

5.  Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu :

1.  Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atausepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan

komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

1.  Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat

ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambatenzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .

Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif 

asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 

1.  Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasivirus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

1.  Didanosine

2.  Ribavirin

3.  Diedoxycytidine

4.  Recombinant CD 4 dapat larut

1.  Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit

khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan danpenelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

1.  Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari

stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.

2.  Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi

Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Asuhan Keperawatan 

1. Pengkajian

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 13/20

 

a. Riwayat Penyakit

Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis

pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang

sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus

dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungandengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa

penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjangsaat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta

terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :

  Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )

Terapiradiasi,defisiensinutrisi,penuaan,aplasia timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti

limfosit,disfungsi timik congenital.

 Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)

Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein – liosing enteropati

(peradangan usus)

b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)

- Aktifitas / Istirahat

Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.

Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD,frekuensi Jantun dan pernafasan ).

- Sirkulasi

Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.

Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan

pengisian kapiler.

- Integritas dan Ego

Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkaridoagnosa, putus asa,dan sebagainya.

Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.

- Eliminasi

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 14/20

 

Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri

panggul, rasa terbakar saat miksi

Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan

abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.

- Makanan / Cairan

Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia

Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema

- Hygiene

Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS

Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

- Neurosensori

Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan

otot,tremor,perubahan penglihatan.

Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak 

normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.

- Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.

Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.

- Pernafasan

Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.

Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.

- Keamanan

Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam

berulang,berkeringat malam.

Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar

limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 15/20

 

-Seksualitas

Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil pencegah

kehamilan.

Tanda : Kehamilan,herpes genetalia

- Interaksi Sosial

Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS

Tanda : Perubahan interaksi

- Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan obat-obatanIV,merokok,alkoholik.

c. Pemeriksaan Diagnostik 

a. Tes Laboratorium

Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan

pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human

Immunodeficiency Virus (HIV).

1. Serologis

- Tes antibody serum

Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan

merupakan diagnosa

- Tes blot western

Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)

- Sel T limfosit

Penurunan jumlah total

- Sel T4 helper

Indikator system imun (jumlah <200>

- T8 ( sel supresor sitopatik )

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 16/20

 

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )

mengindikasikan supresi imun.

- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )

Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi

- Kadar Ig

Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal

- Reaksi rantai polimerase

Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.

- Tes PHS

Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif 

2. Budaya

Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi,

untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.

3. Neurologis

EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)

Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru

4. Tes Antibodi

Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akanbereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 –  

12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang

yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah

memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.

Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadarHuman Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut,

yaitu :

1. Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 17/20

 

Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human

Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanyamenunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus

(HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)

disebut seropositif.

2. Western Blot Assay

Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas

Human Immunodeficiency Virus (HIV)

1.  Indirect Immunoflouresence

Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.

4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )

Mendeteksi protein dari pada antibody.

c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24

antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya

kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.

Pengkajian 

Data dasar :

Nama : Tn. W

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jakarta

Analisa Data

DS : - diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.

- Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari

DO : - hasil foto thorax, pleural effusion kanan

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 18/20

 

Hasil LAB :

- Hb 11 gr/dl

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

2. Diagnosa keperawatan 

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

2. Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi

Analisa data

No Data Etiologi Masalah

1  DS :

diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuhmeskipun sudah berobat kedokter.

Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair

kurang lebih 15x/hari

DO :

- Na 98 mmoL/L

- K 2,8 mmol/L

- Cl 110 mmol/L

Output yang berlebih  Kekurangan volume

cairan 

2  DS :

Tn.W mengatakan BB menurun 7 kgdalam 1 bulan serta sariawan mulut tak 

Imunodefisiensi  Resiko infeksi 

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 19/20

 

kunjung sembuh.

DO :

- Leukosit 20.000/uL

- Trombosit 160.000/uL

- LED 30 mm

Rencana asuhan keperawatan 

Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

Tujuan : – mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar elektrolit

Kriteria hasil : – Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat

- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari

Intervensi  Rasional 

Mandiri 

  Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan

rasa haus

  Pantau masukan oral dan memasukkan

cairan sedikitnya 2500 ml/hari  Hilangkan makanan yang potensial

menyebabkan diare, yakni yang pedas/

makanan berkadar lemak tinggi, kacang,

kubis, susu.

  Berikan makanan yang membuat pasien

berselera.

Kolaborasi

  Berikan obat-obatan sesuai indikasi :

antiemetikum, antidiare atauantispasmodik.

  Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.

  Berikan cairan/elektrolit melalui selang

makanan atau IV. 

  Indikator tidak langsung dari status cairan.

  Mempertahankan keseimbangan cairan,

mengurangi rasa haus, melembabkan

mukosa.

  Mungkin dapat mengurangi diare.

  Meningkatkan asupan nutrisi secara

adekuat.

  Mengurangi insiden muntah, menurunkan

 jumlah keenceran feses mengurangi kejang

usus dan peristaltik.

  Mewaspadai adanya gangguan elektrolit

dan menentukan kebutuhan elektrolit.

  Diperlukan untuk mendukung volume

sirkulasi, terutama jika pemasukan oral

tidak adekuat. 

5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 20/20

 

Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi 

Tujuan :  – Mengurangi resiko terjadinya infeksi

- Mempertahankan daya tahan tubuh

Kriteria hasil:  – Infeksi berkurang

- Daya tahan tubuh meningkat

Intervensi Rasional 

Mandiri

  Pantau adanya infeksi : demam, mengigil,

diaforesis, batuk, nafas pendek, nyeri oral

atau nyeri menelan.   Ajarkan pasien atau pemberi perawatan

tentang perlunya melaporkan

kemungkinan infeksi. 

  Pantau jumlah sel darah putih dan

diferensial 

  Pantau tanda-tanda vital termasuk suhu. 

  Awasi pembuangan jarum suntik dan mata

pisau secara ketat dengan menggunakan

wadah tersendiri. 

Kolaborasi

  Beriakan antibiotik atau agen antimikroba,

misal : trimetroprim (bactrim atau septra),

nistasin, pentamidin atau retrovir. 

  Deteksi dini terhadap infeksi penting untuk

melakukan tindakan segera. Infeksi lama

dan berulang memperberat kelemahan

pasien.

 Berikan deteksi dini terhadap infeksi.

  Peningkatan SDP dikaitkan dengan infeksi

  Memberikan informasi data dasar,

peningkatan suhu secara berulang-ulang

dari demam yang terjadi untuk

menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada

proses infeksi ang baru dimana obat tidak

lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi

yang tidak dapat disembuhkan.

  Mencegah inokulasi yang tak disengaja

dari pemberi perawatan.

  Menghambat proses infeksi. Beberapa

obat-obatan ditargetkan untuk organisme

tertentu, obat-obatan lainya ditargetkan

untuk meningkatkan fungsi imun 

Suka 

Be the first to like this post.

from → IMUNOLOGI, Keperawatan Medikal Bedah