KERANGKA KONSEPTUAL TEORI AKUNTANSI Word
-
Upload
razuki-ridwan -
Category
Documents
-
view
99 -
download
12
description
Transcript of KERANGKA KONSEPTUAL TEORI AKUNTANSI Word
BAB I
Latar Belakang
Kerangka Konseptual ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah.Tujuannya adalah sebagai acuan bagi:
(a) penyusun standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakantugasnya;
(b) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansiyang belum diatur dalam
standar;
(c) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporankeuangan disusun sesuai dengan
standar akuntansi pemerintahan; dan
(d) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yangdisajikan pada laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan StandarAkuntansi Pemerintahan.
Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam halterdapat masalah akuntansi
yang belum dinyatakan dalam Standar AkuntansiPemerintahan.
Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptualdan standar akuntansi, maka
ketentuan standar akuntansi diunggulkan relatifterhadap kerangka konseptual ini. Dalam jangka
panjang, konflik demikiandiharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar
akuntansi di masa depan.
Masalah-masalah pokok yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
(a) tujuan kerangka konseptual;
(b) lingkungan akuntansi pemerintah;
(c) pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna;
(d) entitas pelaporan;
(e) peranan dan tujuan pelaporan keuangan, serta dasar hukum;
(f) asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaatinformasi dalam laporan keuangan,
prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi; dan
(g) definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan
1
BAB II
Pengembangan postulat, konsep teoritis dan prinsip akuntansi telah menjadi tugas yang paling
menantang dan sulit dalam akuntansi. Adanya kekurang tepatan terminologi, yang telah diakui oleh
kebanyakan teoritikawan, telah menambah permasalahan. Littleton merujuk permasalahan ini dengan
menyatakan bahwa:
Setiap buku biasanya terdiri dari aksioma, konvensi, generalisasi, metode, aturan, postulat, praktik,
prosedur, prinsip, dan standar. Istilah-istilah ini tidak dapat dipandang sinonimus.
Kebingungan seperti itu dapat dihindari dengan mempertimbangkan penyusunan struktur teori
akuntansi secara deduktif, proses interaktif di mana tujuan akuntansi menyediakan dasar untuk
postulat dan konsep teoritis dari mana teknik-teknik diturunkan.
Pengertian Postulat, Konsep Teoritis, Prinsip dan Teknik Akuntansi.
1. Postulat akuntansi adalah pemyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma, berterima
umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, menggambarkan lingkungan
ekonomi, politik, sosiologi dan hukum tempat akuntansi beroperasi.
2. Konsep teoritis akuntansi adalah juga pemyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma,
juga berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, yang
menggambarkan sifat entitas akuntansi yang beroperasi dalam ekonomi bebas yang
dikarakteristikkan oleh kepemilikan pribadi atas kekayaan.
3. Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan dan konsep
teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4. Teknik akuntansi adalah aturan spesifik yang diturunkan dari prinsip akuntansi untuk
memperlakukan transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi.
Postulat – Postulat Akuntansi1. Postulat Entitas
Akuntansi mengukur hasil operasi dari suatu entitas, yang terpisah dan berbeda dari pemilik entitas.
Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan
unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan lain. Postulat entitas
merumuskan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, peristiwa dan atribut peristiwa
yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan. Postulat memungkinkan akuntan membedakan
antara transaksi bisnis dan individu: akuntan melaporkan transaksi perusahaan, bukan transaksi
pemilik perusahaan. Postulat juga mengakui tanggung jawab pelayanan manajernen pada pemegang
saham. Konsep entitas diterapkan pada kemitraan, kepemilikan tunggal, korporasi (perseroan
terbatas dan bukan perseroan terbatas), dan perusahaan kedl dan besar. Konsep ini juga diterapkan
pada segmen perusahaan (seperti divisi) atau beberapa perusahaan (seperti konsolidasi perusahaan
yang saling terkait).
Salah satu definisi melihat bahwa entitas akuntansi merupakan unit ekonomi yang bertanggung jawab
atas aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif atas unit.
Difinisi lainnya yang berorientasi pemakai menyatakan bahwa entitas akuntansi berada dalam
kerangka kepentingan ekonomi berbagai pemakai, dan bukan aktivitas ekonomi dan pengendalian
2
administratif unit. Konsep dari American Accounting Assodation tahun 1964 dan komite studi
penelitian standar tentang konsep entitas bisnis mendukung pandangan ini, meyatakan bahwa
"batasan entitas ekonomi dapat diidentifikasi:
1. Dengan menentukan kepentingan individual atau kelompok.
2. Dengan menentukan sifat kepentingan individual atau kelompok.
Pendekatan kedua ini menjustifikasi kemungkinan perluasan data yang merupakan hasil dari skopa
akuntansi baru sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan potensial semua pemakai.
2. Postulat Kelangsungan UsahaPostulat kelangsungan usaha, atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas akuntansi akan
terus beroperasi untuk melaksanakan projek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan. Postulat
mengasumsikan bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa mendatang yang
dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi untuk periode waktu yang
tidak tertentu. Jadi, laporan keuangan menyediakan pandangan sementara atas situasi keuangan
perusahaan dan hanya merupakan bagian dari seri laporan yang berkelanjutan. Kecuali untuk kasus
likuidasi, pemakai menginterpretasikan informasi yang dihitung dengan dasar asumsi kontinyuitas
perusahaan. Jika entitas memberi kehidupan, yang terbatas, maka laporan yang sesuai akan
menspesifikasi data terminal dan sifat likuidasi.
Postulat kelangsungan usaha menjustifikasi penilaian aset dengan dasar nonlikuidasi dan
menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi dengan pertimbangan:
1. Pertama, karena baik nilai sekarang maupun nilai likuidasi tidak memadai untuk penilaian aset,
postulat kelangsungan usaha meminta penggunaan kos historis untuk penilaian aset.
2. Kedua, aset tetap dan aset tidak berwujud diamortisasi selama umur manfaatnya, dan bukan selama
periode yang lebih pendek dalam ekspektasi likuidasi.
Postulat kelangsungan usaha juga diterapkan untuk mendukung teori manfaat. Harapan tentang
manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor
untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. Kelangsungan usaha (yaitu, kontinuitas entitas
akuntansi yang tidak terbatas) adalah penting untuk justifikasi teori manfaat.
Beberapa teoritikawan akuntansi mempertimbangkan postulat kelangsungan usaha sebagai sesuatu
yang diperlukan dan sebagai konvensi akuntansi yang penting. Paton dan Littleton secara sederhana
menyatakan bahwa "kemungkinan suatu aktivitas berhenti secara tibatiba tidak dapat menghasilkan
pondasi bagi akuntansi".
Semua teoritikawan akuntansi tidak sepakat dalam interpretasi tentang postulat kelangsungan usaha.
Storey dan Sterling secara terpisah berpendapat bahwa postulat kelangsungan usaha tidak
memberikan justifikasi untuk penilaian sediaan dengan kos. Storey berpendapat bahwa "hal tersebut
merupakan konvensi realisasi dan bukan konvensi kelangsungan usaha yang mensyaratkan penilaian
sediaan dengan kos". Sterling berpendapat, anggapan bahwa entitas akuntansi memiliki kehidupan
yang tidak terbatas tidak menjustifikasi nilai likuidasi, tetapi juga bahwa asumsi ini bukan alasan yang
memadai untuk menggunakan kos historis ketika terdapat alternatif penilaian lain yang lebih relevan.
Selanjutnya, jika postulat kelangsungan usaha dipertahankan, hal tersebut diyakini sebagai prediksi.
Beberapa teoritikawan akuntansi tidak menyukai memasukkan postulat kelangsungan usaha dalam
struktur teori akuntansi. Chambers memandang kelangsungan usaha sebagai entitas yang berada
terus dalam keadaan likuidasi teratur, bukan dalam likuidasi dipaksakan. Interpretasi kelangsungan
usaha ini sesuai dengan penggunaan "ekuivalen kas sekarang" sebagai dasar penilaian seperti
3
diusulkan Chambers. Teoritikawan lain tidak memasukkan postulat kelangsungan usaha, karena.
mereka menganggap hal tersebut tidak relevan dengan struktur teori akuntansi.
Semua titik pandang ini perlu untuk menginterpretasikan kembali postulat kelangsungan usaha.
Postulat dipandang sebagai pertimbangan tentang kontinuitas berdasarkan bukti aktual terhadap
dampaknya. Fremgen menawarkan suatu definisi yang konsisten dengan pandangan bahwa postulat
kelangsungan usaha merupakan kesimpulan atau pertimbangan dan bukan asumsi, ketika dia
menyatakan bahwa "entitas dipandang sebagai tetap berada dalam operasi secara tidak terbatas"
dalam pengakuan bukti bukti terhadap kenyataan tersebut, tidak "dalam adanya bukti yang
sebaliknya".
3. Postulat Unit PengukurUnit pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk mencatat transaksi perusahaan dengan cara yang
seragam. Pengukur umurn yang dipilih dalam akuntansi adalah unit moneter. Pertukaran barang, jasa
dan modal diukur dalam satuan uang. Postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah
pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan
moneter.
Postulat unit pengukur, atau postulat unit moneter, berimplikasi pada dua keterbatasan utama dalam
akuntansi yaitu:
1. Pertama, akuntansi terbatas untuk memprediksi informasi yang dinyatakan dalam satuan moneter;
tidak mencatat dan mengkomunikasikan informasi lain yang relevan namun bersifatnon-moneter.
2. Informasi akuntansi diterima secara esensial sebagai bersifat moneter dan terkuantifikasi; informasi
non-akuntansi diterima sebagai bersifat nonmoneter dan tidak terkuantifikasi.
Pandangan ini mendorong kita untuk mendefinisi informasi akuntansi sebagai "kuantitatif, formal,
terstruktur, dapat diaudit, numerik, dan berorientasi masa lampau" dan mendefinisi informasi
nonakuntansi sebagai "kualitatif, informal, naratif, tidak teraudit, dan berorientasi masa depan".
Keterbatasan yang diakibatkan oleh postulat unit pengukur terkait dengan unit moneter itu sendiri
sebagai unit pengukur. Karakteristik utama adalah daya beli unit moneter, atau kuantitas barang atau
jasa yang satuan uang dapat digunakan. Teori akuntansi konvensional berhubungan dengan
permasalahan ini dengan menyatakan bahwa postulat unit pengukur juga "postulat moneter yang
stabil" dalam artian bahwa postulat menganggap daya beli dolar adalah stabil sepanjang waktu atau
perubahannya tidak signifikan. Meskipun ini tetap digunakan dalam pelaporan keuangan sekarang,
postulat moneter yang stabil merupakan objek kritik yang terusmenerus. Profesi akuntansi
menghadapi tantangan untuk memilih antara unit uang dan unit daya beli umum sebagai unit
pengukuran akuntansi.
4. Postulat Periode Akuntansi Meskipun postulat kelangsungan usaha menyatakan bahwa perusahaan akan tetap ada untuk
periode waktu yang tidak terbatas, pemakai meminta berbagai informasi tentang posisi keuangan dan
kinerja perusahaan untuk membuat keputusan jangka pendek. Sebagai tanggapan terhadap kendala
yang disebabkan lingkungan pemakai, postulat periode akuntansi menyatakan bahwa laporan
keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kesejahteraan perusahaan seharusnya
diungkapkan secara periodik. Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hukum pajak
penghasilan, yang mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis
tradisional, menggunakan periode normal satu tahun. Meskipun kebanyakan perusahaan
4
menggunakan periode akuntansi yang terkait dengan tahun kalender, beberapa perusahaan
menggunakan tahun fiskal, atau tahun bisnis "alami". Bila siklus bisnis tidak berhubungan dengan
tahun kalender, akan lebih bermanfaat untuk mengakhiri periode akuntansi ketika aktivitas bisnis
telah mencapai titik terendah. Karena kebutuhan akan informasi yang tepat waktu, relevan dan
sering, kebanyakan perusahaan juga menerbitkan laporan interim yang menyediakan informasi
keuangan triwulanan atau bulanan, dan untuk menjamin kredibilitas laporan interim, Accounting
Prindples Board menerbitkan APB Opinion No. 28, yang mensyaratkan laporan interim seharusnya
didasarkan pada prinsip akuntansi dan praktik yang sama.
Dengan meminta entitas untuk menyediakan secara periodik, laporan keuangan jangka pendek,
postulat periode akuntansi membebankan akrual dan tangguhan, penerapan yang menyebabkan
perbedaan penting antara akuntansi akrual dan kas. Setiap periode, penggunaan akrual dan
tangguhan diminta dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan dalam istilah
seperti expensesdibayar dimuka, pendapatan yang belum diterima, gaji yang belum dibayar,
dan expensesdepresiasi. Meskipun laporan keuangan jangka pendek bersifat arbitrer dan kurang
tepat, kekurangan dikesampingkan karena signifikasinya bagi pemakai, dengan cara menentukan
bahwa proses akuntansi terus menghasilkannya.
Konsep – Konsep Teoritis Akuntansi
1. Teori Proprietary / KepemilikanMenurut teori ini, entitas sebagai "agen, perwakilan atau susunan melalui wirausahawan individual
atau pengoperasi pemegang saham". Sudut pandang kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan
terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan membuat laporan keuangan. Tujuan utama
teori proprietary adalah untuk menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik, dengan
persamaaan akuntansi:
Aset – Utang = Ekuitas Pemilik. Dengan kata lain, pemilik memiliki aset dan utang. Jika utang dianggap aset negatif, maka teori
proprietary dikatakan berpusat pada aset dan, secara konsekuen, berorientasi neraca. Aset dinilai
dan neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam kepentingan atau kesejahteraan
pemilik. Revenue dan expenses dianggap meningkat atau menurun secara berturutturut dalam
kepemilikan yang bukan berasal dari investasi pemilik atau penarikan modal oleh pemilik. Jadi,
income bersih atas utang dan pajak penghasilan perusahaan adalahexpenses; deviden adalah
penarikan modal.
Meskipun teori kepemilikan secara umum dipandang terutama dapat diterapkan dalam perusahaan
dengan kepemilikan terbatas seperti proprietorship
dan kemitraan, pengaruh teori proprietary mungkin ditemukan dalam beberapa teknik akuntansi dan
terminologi yang digunakan oleh perusahaan yang dimiliki secara luas. Contoh,
Konsep tentang income perusahaan, yang dihasilkan setelah memperlakukan bunga dan
pajak income sebagai expenses, menunjukkan "net income bagi pemegang saham" dan
bukan untuk semua penyedia modal. Demikian pula, istilah seperti "laba per lembar saham"
dan "deviden perlembar saham" berkonotasi pada penekanan pemilik. Metode ekuitas dalam
akuntansi untuk net income perusahaan anak yang belum dikonsolidasikan termasuk dalam
net income. Jadi konsep proprietary mengandung makna praktis.
5
Teori proprietary dapat dianggap memiliki paling tidak dua bentuk, yang menjadi dasar untuk
membedakan siapa yang termasuk dalam kelompok proprietary yaitu;
1. Bentuk pertama, hanya pemegang saham biasa yang merupakan bagian dari
kelompokproprietary dan pemegang saham preferred tidak termasuk di dalamnya. Jadi, deviden
preferen dikurangkan ketika menghitung earnings pemilik. Bentuk kelompok proprietary yang sempit
ini identik dengan konsep ekuitas residual yang dikembangkan Staubus. Konsisien dengan bentuk
teori proprietary ini, net income diperluas dengan
mengurangkan deviden preferen untuk menghasilkan net income kepada ekuitas residual yang
menjadi dasar perhitungan laba per lembar saham.
2. Bentuk kedua, teori proprietary, baik saham biasa dan saham preferen termasuk dalam ekuitas
pemilik. Pandangan yang lebih luas tentang teori ini memfokuskan perhatian pada bagian ekuitas
pemegang saham dalam neraca dan jumlah yang dikreditkan pada semua pemegang saham dalam
laporan income.
2. Teori EntitasTeori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang
menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik, merupakan pusat
kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab
terhadap pemilik maupun kreditor.
Persamaan :
Aset = EkuitasAset = Utang + Ekuitas Pemegang sahamAset adalah pertumbuhan hak perusahaan; ekuitas menunjukkan sumber aset dan terdiri dari utang
dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor dan pemegang saham adalah pemilik ekuitas, meskipun
mereka memiliki hak yang berbeda terkait dengan income, kontrol risiko, dan likuidasi. Jadi, income
yang diperoleh merupakan properti entitas hingga didistribusikan sebagai deviden kepada pemegang
saham. Karena unit bisnis bertanggung jawab untuk memenuhi klaim pemilik ekuitas, teori entitas
disebut sebagai "berpusat pada income" dan secara konsekuen berorientasi pada laporan laba rugi.
Akuntabilitas kepada pemilik ekuitas dicapai dengan mengukur kinerja operasi dan keuangan
perusahaan. Dengan demikian, income merupakan peningkatan dalam ekuitas pemegang saham
setelah klaim pemilik ekuitas lainnya (sebagai contoh, bunga pinjaman jangka panjang dan pajak
penghasilan) telah terpenuhi.
Peningkatan dalam ekuitas pemegang saham dipertimbangkan sebagai income bagi pemegang
saham hanya jika deviden telah diumumkan. Demikian halnya, laba yang tidak dibagi (undistributed
profit) tetap menjadi milik entitas karena mereka menunjukkan "corporation's proprietary equity in
itself". Sebagai catatan bahwa ketaatan yang kaku pada teori entitas mendikte bahwa pajak
penghasilan dan bunga pinjaman dianggap sebagai distribusi income dan bukan expenses. Akan
tetapi keyakinan umum dan interpretasi teori entitas, adalah bahwa bunga dan pajak penghasilan
adalah expenses. Teori entitas merupakan teori yang paling dapat diterapkan pada perusahaan bisnis
bentuk korporat, yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya.
3. Teori DanaDalam teori dana, dasar akuntansi bukan teori proprietary maupun teori entitas, tetapi kelompok aset
dan kewajiban dan restriksi terkait, disebut dana, yang mengatur penggunaan aset. Jadi, teori dana
6
memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana) serta kewajiban dan restriksi terkait
mengenai penggunaan sumber daya.
Persamaan:
Aset = Restriksi Aset
Unit akuntansi didefinisi dalam pengertian aset dan penggunaan aset yang telah
dilakukan. Kewajiban menunjukkan serangkaian restriksi hukum dan ekonomi pada penggunaan aset.
Sehingga, teori dana "berorientasi aset" dalam pengertian bahwa fokus utamanya adalah pada
administrasi dan penggunaan aset secara memadai. Laporan sumber dan penggunaan dana, bukan
neraca atau laporan keuangan, merupakan tujuan utama pelaporan keuangan. Laporan ini
merefleksikan perilaku operasi perusahaan yang berkaitan sumber dan penggunaan dana.
Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba. Rumah sakit, universitas, unit
kota dan pemerintahan, sebagai contoh, dijalankan dalam operasi yang beraneka segi sehingga
memerlukan pemisahan dana. Setiap dana (selfbalanced fund) menghasilkan laporan terpisah
melalui sistem akuntansi yang terpisah dan serangkaian catatan yang memadai.
Dana dapat didefinisi sebagai:
.... entitas fiskal dan akuntansi independen dengan pencatatan serangkaian akun kas dan atau
sumber daya lain yang berimbang bersama dengan utang, kewajiban, cadangan, dan ekuitas
yang terpisah untuk tujuan melakukan aktivitas tertentu atau mencapai tujuan tertentu sesuai
dengan aturan khusus, restriksi, atau limitasi.
Jumlah dana dalam institusi nirlaba tergantung pada jumlah dan tipe aktivitas yang memiliki restriksi
hukum berkaitan dengan penggunaan aset yang dipercayakan kepada organisasi.
Sebagai contoh, berikut ini terdapat delapan dana utama yang direkomendasikan untuk administrasi
keuangan unit pemerintahan yang baik:
1. Dana Umum (General Funds) untuk mencatat semua transaksi keuangan yang tidak layak dicatat
dalam dana lain.
2. Dana Penerimaan Khusus (Special Revenue Funds) untuk mencatat hasil atas sumber penerimaan
khusus (selain perkiraan khusus) atau untuk mendanai aktivitas tertentu yang diminta oleh hukum
atau aturan administratif.
3. Dana Jasa Peminjaman (Debt Service Funds) untuk mencatat pembayaran bunga dan pokok
pinjaman jangka panjang selain iuran khusus (special assessment) dan revenue bonds.
4. Dana Projek Modal (Capital Projects Funds) untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran uang dan
untuk memperoleh fasilitas modal selain yang dibiayai oleh iuran khusus dan dana perusahaan.
5. Dana Perusahaan (Enterprises Funds) untuk mencatat pendanaan jasa bagi masyarakat umum, di
mana sernua atau hampir sernua kos yang termasuk dibayarkan dalam bentuk beban oleh pemakai
jasa.
6. Dana Perwalian dan Agen (Trust and Agency Funds) untuk mencatat aset yang dimiliki unit
pemerintahan sebagai bendahara atau agen individual, organisasi swasta, dan unit organisasi
pemerintahan lain.
7. Dana Jasa antar Pemerintahan (Intragovermental Service Funds) untuk mencatat pendanaan
aktivitas khusus dan jasa yang dilakukan oleh unit organisasi yang ditunjuk dalam batas kekuasaan
pemerintah.
7
8. Dana luran Khusus (Spedal Assessment Funds) untuk mencatat iuran khusus yang dipungut guna
mendanai perbaikan masyarakat atau jasa yang bermanfaat bagi kekayaan yang menjadi dasar
pemungutan iuran tersebut.
Teori dana juga relevan untuk organisasi berorientasi laba, yang menggunakan dana untuk aktivitas
yang bermacammacam seperti dana pelunasan (sinking funds), akuntansi untuk kebangkrutan dan
perkebunan dan perwalian, akuntansi cabang atau divisional, pemisahan aset dalam aset lancar atau
tetap, dan konsolidasi.
Prinsip-Prinsip Akuntansi
1. Prinsip CostCost pemerolehan (acquisition cost) atau cost historis merupakan dasar penilaian yang memadai
untuk mengakui pemerolehan semua barang dan jasa, expenses, kos, dan ekuitas. Dengan kata lain,
item dinilai dengan harga pertukaran pada saat barang tersebut dibeli dan dicatat dalam laporan
keuangan pada nilai atau porsi amortisasi nilai barang. APB Statement No. 4 mendefinisi kos sebagai
berikut:
Cost adalah jumlah, diukur dalam uang, kas yang dibelanjakan atau properti lain yang
ditransfer, penerbitan modal saham, jasa yang diberikan, atau utang yang terjadi, sebagai
imbalan atas barang atau jasa yang diterima, atau seharusnya diterima. Cost dapat
diklasifikasikan sebagai belum terpakai (unexpired) dan telah terpakai (expired). Cost yang
belum terpakai (aset) adalah yang dapat digunakan untuk menghasilkan revenue di masa
mendatang.... Cost yang telah terpakai tidak dapat digunakan untuk menghasilkan revenue,
dan karena alasan ini maka diperlakukan sebagai pengurang dari revenue sekarang atau
dibebankan sebagai pengurang laba ditahan.
Cost menunjukkan harga pertukaran atau imbalan moneter yang diberikan untuk memperoleh barang
atau jasa. Jika imbalan terdiri dari aset nonmoneter, harga pertukaran adalah ekuivalen kas atas aset
atau jasa yang diterima. Prinsip cost dapat diterapkan untuk pengukuran transaksi utang dan modal.
Prinsip cost dijustifikasi oleh postulat objektivitas dan postulat kelangsungan usaha. Pertama, cost
pemerolehan adalah objektif, informasi yang dihasilkan dapat diuji kebenarannya. Kedua, postulat
kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa entitas akan meneruskan aktivitasnya secara tidak
terbatas.
Validitas yg kurang atas postulat unit pengukur, mengasumsi- kan bahwa daya beli dolar adalah
stabil, merupakan keterbatasan utama untuk menerapkan prinsip cost. Penilaian cost historis
mungkin menghasilkan figur yang salah jika perubahan dalam nilai aset sepanjang waktu diabaikan.
Demikian pula, nilai aset yang diperoleh pada waktu yang berbeda selama periode terjadinya
perubahan daya beli dolar tidak dapat ditambahkan bersamasama dalam neraca dan memberikan
hasil yang berarti.
2. Prinsip RevenuePrinsip revenue menspesifikasi:
1. Sifat dan Komponenkomponen Revenue
Revenue diinterpretasikan sebagai:
1. Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa ;
2. Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan;
8
3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari pendapatan barang atau jasa oleh perusahaan
selama periode waktu tertentu .
Hendriksen menganggap bahwa:
1. Konsep produk lebih superior daripada konsep aliran keluar, yang lebih superior daripada
konsep aliran masuk; dan
2. Konsep produk adalah netral terkait dengan pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal
pengakuan) revenue, sedangkan konsep aliran masuk membingungkan terkait dengan
pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal pengakuan) proses revenue.
Perbedaan interpretasi atas sifat revenue disebabkan oleh perbedaan pandangan tentang apa yg
seharusnya masuk sebagai revenue.
Terdapat dua pandangan tentang komponen revenue yaitu:
1. Pandangan revenue yang komprehensif memasukkan semua hasil dari aktivitas bisnis dan
investasi. Pandangan ini mengidentifikasi revenue sebagai semua perubahan dalam aset
bersih yang berasal dari aktivitas penghasil revenue dan keuntungan atau kerugian yang
berasal dari penjualan aset tetap dan investasi. Dalam menerapkan pandangan
ini,Accounting Terminology Bulletin No. 2 mendefinisi revenue sbb:
Revenue berasal dari penjualan barang atau pemberian jasa dan diukur dengan,
beban yang ditanggung pelanggan, klien, atau penyewa barang dan jasa yang
disediakan untuk mereka. Revenue juga meliputi keuntungan dari penjualan atau
pertukaran aset (selain saham yang diperdangkan) dan deviden yang diperoleh dari
investasi, dan peningkatan lain dalam ekuitas pemilik kecuali peningkatan yang
berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal.
2. Pandangan yang lebih sempit tentang revenue hanya memasukkan hasil yang berasal dari
aktivitas penghasil revenue dan mengeluarkan penghasilan investasi dan keuntungan dan
kerugian dari pelepasan aset tetap.
Pandangan ini mensyaratkan bahwa perbedaan yang jelas harus dibuat antara revenue dan
keuntungan dan kerugian. Dalam pengadopsian pandangan revenue yang lebih sempit,American
Accounting Association dalam sebuah pernyataan di tahun 1957 mendefinisi income sebagai:
.... kelebihan atas kekurangan revenue dibandingkan dengan kos yang telah terpakai
dan keuntungan serta kerugian lain perusahaan yang berasal dari penjualan,
pertukaran, atau konversi aset lainnya.
Pengukuran RevenueRevenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atau jasa dalam sebuah transaksi yang
lugas (arm'slength" transaction). Pandangan ini menunjukkan ekuivalen kas bersih maupun nilai
diskontoan sekarang atas uang yang diterima atau seharusnya diterima dalam pertukaran barang
atau jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada pelanggan. Terdapat dua interpretasi revenue
yang muncul dari konsep revenue ini:
1. Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap, seperti kerugian piutang yang tidak
tertagih, memerlukan penyesuaian untuk menghitung ekuivalen kas bersih yang sesungguhnya atau
nilai diskontoan sekarang atas klaim uang dan secara konsekuen harus dikurangkan ketika harus
menghitung revenue.
2. (Interpretasi ini bertentangan dengan pandangan bahwa potongan tunai dan kerugian piutang tidak
tertagih dianggap sebagai expenses).
9
3. Untuk transaksi nonkas, nilai pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar barang/jasa yang
diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan jelas dalam menghitungnya.
Waktu Pengakuan Revenue
Revenue dan income yang diperoleh umumnya diakui dalam semua tahap siklus operasi (selama
penerimaan order, produksi, penjualan dan penagihan). Karena ada kesulitan pengalokasian
revenue dan income ketahap yang berbeda dari suatu siklus operasi, akuntan menggunakan prinsip
"realisasi" untuk mengakui sebuah "peristiwa kritis".
Makna inti dari realisasi adalah bahwa perubahan dalam aset atau hutang secara memadai telah
menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan pengakuan dalam akun. Kreteria pengakuan
revenue dan income, menurut American Accounting Association Committee adalah:
1. diperoleh (earned), dalam satu atau beberapa pengertian,
2. dalam bentuk yang dapat didistribusikan,
3. hasil atas konversi yang timbul dari transaksi antara perusahaan dan pihak eksternal,
4. hasil dari penjualan yang sah atau proses serupa,
5. dipotong dari modal,
6. dalam bentuk aset lancar,
7. dampak kotor dan bersih pada ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasi dengan tingkat
reliabilitas tinggi.
Komite mengaitkan prinsip realisasi dengan konsep pengukuran income yang dapat dipercaya, dan
prinsip realisasi merupakan ekspresi dari kepastian profit yang mempengaruhi peristiwa yang
dilaporkan sebagai revenue. Komite mendifinisikan realisasi sebagai berikut:
Income harus diakui keberadaannya sebelum pertanyaan realisasi muncul. Realisasi bukan
determinan dalam konsep income; realisasi hanya memberikan petunjuk dalam memutuskan
kapan peristiwa terjadi, sebaliknya pemecahan dalam konsep income, dapat dimasukkan dalam
catatan akuntansi dalam pengertian tujuan; yaitu, ketika ketidak pastian dapat dikurangi hingga
level yang dapat diterima.
Dengan adanya interpretasi yang berbeda terhadap prinsip realisasi dan kriteria yang digunakan
untuk mengakui perubahan aset dan hutang maka ketergantungan pada prinsip realisasi dapat
menyesatkan. Secara umum revenue diakui dengan dasar akrual atau dasar peristiwa kritis.
Dasar akrual untuk pengakuan revenue berimplikasi bahwa revenue harus dilaporkan selama
produksi, akhir produksi, pada saat penjualan atau pada saat pengumpulan `hasil penjualan.
Revenue diakui secara umum selama proses produksi dalam situasi sbb:
1. Revenue berupa sewa, bunga dan komisi diakui ketika telah diperoleh (earned). Dengan syarat
adanya persetujuan sebelumnya atau kontrak yang menspesifikasi peningkatan secara bertahap
dalam klaim terhadap pelanggan.
2. Pemberian jasa individual atau kelompok profesional atau jasa yang serupa mungkin lebih baik
menggunakan dasar akrual untuk pengakuan revenue, dengan syarat sifat klaim terhadap pelanggan
adalah fungsi proporsi jasa yang diberikan.
3. Revenue dari kontrak jangka panjang diakui dengan dasar kemajuan konstruksi atau "persentase
penyelesaian". Persentase penyelesaian dihitung dengan:
1. estimasi teknik atas pekerjaan yng dilakukan hingga tanggal tertentu dibandingkan dengan total
pekerjaan yang harus diselesaikan menurut kontrak; atau
10
2. total kos yang terjadi hingga tanggal tertentu dibandingkan dengan total kos yang diestimasi untuk
total projek dalam kontrak.
4. Revenue atas "cost plus fixedfee contracts" lebih baik diakui dengan dasar akrual.
5. Perubahan aset karena pertumbuhan (acretion) akan menimbulkan peningkatan revenue (sebagai
contoh, ketika umur minuman keras atau anggur, tanaman kayu, atau ternak menjadi dewasa).
Meskipun transaksi harus terjadi sebelum revenue dalam contohcontoh tersebut diakui, revenue
akresi didasarkan pada penilaian sediaan yang sebanding.
Dasar peristiwa kritis untuk pengakuan revenue dipicu oleh peristiwa krusial dalam siklus operasi.
Peristiwa tersebut mungkin adalah:
1. saat terjadinya penjualan;
2. penyelesaian produksi;
3. dan penerimaan pembayaran untuk penjualan berikutnya.
Dasar penjualan untuk pengakuan revenue dibenarkan karena:
1. harga produk diketahui dengan pasti;
2. pertukaran telah diakhiri dengan pengiriman barang, sehingga diperoleh pengetahuan yang objektif
akan kos yang terjadi; dan
3. dalam artian realisasi, penjualan merupakan peristiwa krusial.
Dasar penyelesaian produksi untuk pengakuan revenue dapat dibenarkan ketika pasar stabil dan
harga stabil tersedia untuk komoditi standar. Dibanding penjualan, proses produksi merupakan
peristiwa yang lebih krusial untuk pengakuan revenue. Aturan ini terutama dapat diterapkan untuk
"logam mulia yang memiliki harga jual tetap dan harga pasar yang tidak signifikan". Perlakuan
penyelesaian produksi tepat untuk emas, perak, dan logam mulia lain dan juga cocok untuk produk
pertanian dan tambang yang memenuhi kriteria.
Dasar pembayaran untuk pengakuan revenue dibenarkan ketika penjualan akan dilakukan dan
ketika pengakuan akurat yang memadai tidak dapat diberlakukan untuk produk yang ditransfer.
Metode ini, yang jumlahnya merupakan revenue tangguhan, terutama diidentifikasi sebagai
metode angsuran dalam pengakuan revenue.
3. Prinsip Penandingan Prinsip penandingan menyatakan bahwa expenses harus diakui pada periode yang sama
dengan revenue; yaitu, revenue diakui dalam periode tertentu sesuai dengan prinsip revenue,
dan expenses yang terkait kemudian diakui. Hubungan terbaik dapat dicapai ketika hubungan tsb
menggambarkan hubungan sebabakibat antara cost dan revenue.
Secara operasional, terdapat proses dua tahap untuk akuntansi expenses.
1. Pertarna, kos dikapitalisir sebagai aset yang menggarnbarkan sekurnpulan jasa atau manfaat
potensial.
2. Kedua, setiap aset dihapus sebagai expense untuk mengakui proporsi jasa potensial aset yang telah
terpakai untuk menghasilkan revenue selarna periode tertentu.
Jadi, akuntansi akrual lebih ditunjukkan oleh prinsip penandingan dalam artian kapitalisasi dan alokasi
dibanding akuntansi kas. Hubungan antara revenue dan expenses tergantung pada satu dari empat
kriteria:
1. Penandingan langsung kos yang telah terpakai dengan revenue. Contoh, kos barang
terjual (cost of goods sold) ditandingkan dengan penjualan terkait.
2. Penandingan langsung kos yang telah terpakai dengan periodenya (sebagai contoh,
gaji direktur untuk periode tertentu).
11
3. Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat (sebagai contoh,
depresiasi).
4. Menjadikan expenses sernua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali jika dapat
ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa mendatang (sebagai
contoh, expenses advertensi).
Kos yang belum terserap (yaitu, aset) yang tidak memenuhi salah satu dari empat kriteria untuk
menjadikannya expenses pada periode berjalan dapat dibebankan pada periode mendatang dan
dapat diklasifikasikan dalam kategori yang berbeda sesuai penggunaan yang berbeda dalam
perusahaan. Penggunaan yang bervariasi menjustifikasi perbedaan dalam penerapan prinsip
penandingan.
Kos produk selesai yang siap dijual
Kos untuk menghasilkan produk selesai yang siap dijual secara umum meliputi bahan baku, tenaga
kerja langsung, dan overhead pabrik. Proses dua tahap digunakan untuk mencatat kos ini:
1. Penilaian sediaan, atau penentuan kos produk
2. Penentuan income, atau penandingan kos produk dengan revenue.
Ketika menentukan jumlah penilaian sediaan, permasalahannya adalah untuk menentukan kos mana
yang merupakan kos produk (karena mereka memiliki manfaat di masa mendatang dan seharusnya
dijadikan sediaan) dan kos mana yang merupakan kos periode (karena mereka hanya mempunyai
manfaat untuk periode berjalan dan harus dibebankan ke dalam incomeberjalan). Metode kos
absorpsi (penuh) dan metode kos langsung (variabel) menghasilkan jawaban yang berbeda.
Metode kos
Absorpsi memperlakukan sernua kos produksi sebagai kos produk dan semua kos overhead pabrik
tetap sebagai kos periode.
Metode kos langsung
hanya memperlakukan variabel kos preduksi sebagai kos produksi dan semua
kos overheadmanufaktur tetap sebagai kos periode pilihan antara dua metode ini telah menjadi
kontroversi utama dalam literatur akuntansi untuk beberapa tahun.
Aset Operasi Terdepresiasi (depredable operating assets)
Aset operasi terdepresiasi juga sering disebut sebagai aset modal terpakai (wasting capital assets).
Karena aset operasi terdepresiasi dianggap memiliki manfaat lebih dari satu periode, aset tersebut
dikapitalisasi pada harga pemerolehannya, yang kemudian dialokasikan dengan dasar yang logis
selama umur manfaat aset. Proses alokasi ini dikenal dengan depresiasi untuk aset berwujud seperti
bangunan, perlengkapan, peralatan dan perabotan, sebagai deplesi untuk aset yang merupakan
sumber daya alam (seperti simpanan tambang dan ladang perkebunan), dan amortisasi untuk aset
tidak berujud seperti hak atau manfaat spesial (seperti paten, hak copy, waralaba, merk
dagang, goodwill, beban tangguhan, kos riset dan pengembangan, kos organisasional,
dan leasehold).
Akuntansi depresiasi telah didefinisi sebagai berikut:
Akuntansi depresiasi adalah sistem akuntansi yang bertujuan untuk mendistribusikan kos
atau nilai dasar lain suatu aset modal berujud, dikurangi nilai sisa (jika ada), selama estimasi
umur kegunaan unit (yang mungkin berupa sekelompok aset) dengan cara yang sistematis
12
dan rasional. Hal tersebut merupakan proses alokasi, bukan penilaian. Depresiasi untuk
suatu tahun adalah bagian dari total beban dalam suatu sistem yang dialokasikan beberapa
tahun.
Beberapa metode depresiasi telah dikembangkan, setiap metode didasarkan pada pola yang
berbeda dalam beban depresiasi selama umur aset berujud. Metode depresiasi didasarkan pada:
1. Waktu, seperti metode garis lurus.
2. Keluaran, seperi metode jam jasa dan metode unit keluaran.
3. Beban depresiasi berkurang, seperti metode jumlah angka tahun, metode jumlah menurun dengan
dasar persentase tetap, metode kos dengan tingkat menurun, dan metode saldo menurun ganda.
4. Konsep investasi dan bunga, seperti metode anuitas dan metode dana pelunasan.
Aset operasi tidak didepresiasasi (Nondepredable operating assets)
Aset dan kategori kos utama ketiga terdiri dari aset operasi tidak didepresiasi juga yang disebut
sebagai aset modal permanen, karena aset ini dianggap tidak dikonsumsi meskipun operasi bisnis
sedang dilakukan. Nilainya tidak dipengaruhi oleh aktivitas produktif dan tidak memiliki dampak
terhadap penentuan income hingga aset tersebut dijual atau direvaluasi. Dengan demikian, prinsip
penandingan tidak dapat diterapkan untuk aset operasi yang tidak didepresiasi.
Kos penjualan dan admisnistrasi
Kos penjualan dan administrasi merupakan semua kos pemanufakturan yang diperlukan untuk
menjalankan organisasi penjualan dan administrasi dasar. Kos ini diperlakukan sebagai kos periode
dalam periode terjadinya, baik dalam metode langsung maupun metode absorpsi.
4. Prinsip ObyektivitasKegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat reliabilitas prosedur pengukuran yang
digunakan. Karena menjamin reliabilitas maksimum adalah sangat sulit, akuntan telah menggunakan
prinsip objektivitas untuk menjustifikasi pemilihan prosedur pengukuran. Prinsip objektivitas, telah
menjadi subjek interpretasi yang berbeda:
1. Pengukuran objektivitas merupakan ukuran yang "tidak bersifat personal", dalam
pengertian bebas dari bias personal pengukurnya. Dengan kata lain, objektivitas
merujuk pada realitas eksternal yang independen dari orang yang menerimanya.
2. Pengukuran objektivitas merupakan pengukuran variabel, dalam pengertian bahwa
pengukuran didasarkan pada bukti.
3. Pengukuran objektivitas merupakan hasil dari "konsensus diantara kelompok
pengamat atau pengukur tertentu".
4. Ukuran penyebaran atas distribusi pengukuran digunakan sebagai indikator tingkat
objektivitas suatu sistem pengukuran termaksud.
5. Prinsip KonsistensiPrinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan
dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode. Penerapan prinsip konsistensi membuat laporan
keuangan lebih komparabel dan lebih berguna. Kecenderungan dalam data akuntansi dan hubungan
dengan faktor-faktor eksternal akan terungkap secara lebih akurat bila prosedur pengukuran yang
komparabel telah digunakan. Demikian pula, distorsi jumlah income dan neraca dan kemungkinan
13
manipulasi laporan keuangan dapat dihindari dengan penggunaan prosedur akuntansi yang konsisten
sepanjang waktu. Konsistensi juga merupakan batasan bagi pengguna yang dimaksudkan untuk
memfasilitasi keputusan pengguna dengan memberikan laporan keuangan yang komparabel. Dalam
opini standar, akuntan publik mengakui prinsip konsistensi dengan memperhatikan apakah laporan
keuangan telah dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum yang diterapkan dengan
dasar yang " konsisten dengan tahun sebelumnya" atau belum.
Prinsip konsistensi tidak menghalangi perusahaan mengubah prosedur akuntansi ketika hal tersebut
dapat dibenarkan dengan perubahan keadaan, atau jika prosedur alternatif lebih baik. Menurut APB
Opinion No. 20, perubahan yang dapat menjustifikasi perubahan prosedur adalah:
1. perubahan dalam prinsip akuntansi;
2. perubahan dalam estimasi akuntansi;
3. perubahan dalam entitas pelaporan.
Perubahan ini harus terefleksi dalam akun dan dilaporkan dalam laporan keuangan
secararetroaktif untuk perubahan dalam entitas akuntansi, secara prospektif untuk perubahan dalam
estimasi akuntansi, dan secara urnum dan segera untuk perubahan dalam prinsip akuntansi.
6. Prinsip Pengungkapan PenuhTerdapat konsensus umum dalam akuntansi bahwa terdapat pengungkapan data akuntansi yang
"penuh" (full), "wajar" (fair) dan "cukup" (adequate).
Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan keuangan didesain dan dibuat untuk
menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu
periode dan memuat informasi yang memadai untuk membuat laporan berguna dan tidak
menyesatkan bagi ratarata investor. Secara lebih eksplisit, prinsip pengungkapan penuh berimplikasi
bahwa tidak ada informasi penting atau kepentingan bagi rata-rata investor yang dihilangkan atau
disembunyikan.
Prinsip ini kemudian diperkuat kembali oleh berbagai permintaan ungkapan yang dibentuk oleh APB
Opinion, laporan FASB dan terbitan akuntansi dan permintaan SEC (SEC Accounting Release and
requirements). Pengungkapan penuh, dengan demikian secara luas, merupakan konstruk terbuka
yang berisi beberapa pertanyaan yang tidak terjawab atau terbuka untuk interpretasi yang berbeda.
1. Pertama, apa yang dimaksud dengan pengungkapan "penuh", "wajar" dan "cukup"? "Cukup"
berkonotasi dengan serangkaian informasi minimum yang harus diungkapkan; "wajar" menunjukkan
batasan etis yang meminta perlakuan yang adil bagi pengguna; dan "penuh" merujuk pada penyajian
informasi yang lengkap dan komprehensif. Posisi lain yang dapat diterima adalah pandangan "wajar"
sebagai tujuan utama dan titik tradeoff antara pengungkapan penuh dan cukup. Namun, dalam
judul Fair Presentation in Conformity with Generally Accepted Accounting Prindples, APB Satement
No. 4
menyatakan bahwa penyajian wajar dapat terpenuhi bila:
... keseimbangan yang layak telah dicapai antara konflik kebutuhan untuk mengungkapkan
aspekaspek penting posisi keuangan dan hasil operasi sesuai dengan aspekaspek konvensional
dan untuk mengikhtisarkan data yang sangat besar dalam sejumlah judul laporan keuangan dan
catatan pendukung.
2. Kedua, apa yang seharusnya diungkapkan sehingga seorang investor yang hatihati tidak akan
tersesatkan? Apa data yang merupakan inti informasi akuntansi? Apakah data tersebut meliputi
informasi baru dan tambahan seperti akuntansi aset manusia, akuntansi sosialekonomi, akuntansi
inflasi dan pelaporan segmen?
14
Jawaban terhadap pertanyaan ini tergantung pada penentuan yang layak tentang pengguna,
kebutuhannya, tingkat pemahamannya dan, yang lebih penting lagi, kemampuannya memproses
informasi, dengan memperhatikan informasi berlebihan yang disebabkan oleh perluasan data.
Skinner memberikan perhatian pada beberapa permasalahan yang seharusnya menjadi subjek
pengungkapan penuh:
1. Rindan tentang kebijakan dan metode akuntansi.
2. Informasi tambahan untuk membantu analisis investasi.
3. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan dan metode akuntansi yang
digunakan dan dampak perubahan tersebut.
4. Aset, utang, kos dan revenue yang timbul dari transaksi dengan pihak lain yang
memiliki kepentingan pengendali.
5. Aset, utang dan komitmen bersyarat.
6. Transaksi keuangan atau transaksi operasi lainnya yang terjadi setelah tanggal
neraca yang memiliki dampak material terhadap posisi keuangan.
7. Prinsip Konservatisme Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi dalam artian bahwa prinsip
tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang relevan danreliabel. Prinsip
konservatisme menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua atau lebih teknik akuntansi yang dapat
diterima, maka preferensinya adalah memilih yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas
pemegang saham. Secara lebih spesifik, prinsip ini menunjukkan bahwa lebih disukai melaporkan
nilai terendah untuk aset dan revenue dan nilai tertinggi untuk utang dan expenses. Prinsip
konservatisme kemudian menyatakan bahwa akuntan secara umum menggambarkan perilaku
pesimistik ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan. Untuk mencapai tujuan
pemahaman income sekarang dan aset, prinsip konservatisme mungkin mendorong perlakuan yang
merupakan penyimpangan dari pendekatan teoritis.
Contoh, pengadopsian konsep lowerofcostormarket bertentangan dengan prinsip kos historis.
Meskipun penilaian aset dan penyusutan dipercepat secara umurn diyakini sebagai ukuran
yang melawan inflasi, mereka dipandang sebagai hasil dari pengadopsian prinsip
konservatisme.
Di masa lalu, konservatisme dipergunakan bila berhubungan dengan ketidakpastian dalam
lingkungan dan kemungkinan optimisme berlebihan dari manajer serta pemilik dan juga ketika
melindungi kreditor dari distribusi aset perusahaan sebagai deviden yang tidak beralasan.
Konservatisme mendorong ketidakjelasan dan ketidak- konsistenan ketentuan atau kewajiban atau
keduanya.
Sterling menyebut konservatisme sebagai "prinsip penilaian akuntansi yang tertua dan mungkin yang
paling pervasif, dewasa ini, penekanan pada penyajian yang objektif dan wajar telah mengurangi
ketergantungan pada konservatisme". Konservatisme kini lebih diyakini sebagai petunjuk yang diikuti
dalam situasi luar biasa, daripada sebagai aturan umurn yang secara kaku diterapkan dalam semua
keadaan.
8. Prinsip Materialitas Seperti halnya konservatisme, prinsip materialitas merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi.
Prinsip ini menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak ekonomi signifikan
dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi dan peristiwa tersebut sesuai dengan
15
prinsip berterima umum atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan. Materialitas berlaku sebagai
petunjuk implisit bagi akuntan dalam artian apa yang seharusnya diungkapkan dalam laporan
keuangan, memungkinkan akuntan untuk memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak
menjadi masalah dalam pencatatan kos, keakuratan laporan keuangan, dan relevansinya bagi
pengguna.
Secara umum, badanbadan akuntansi telah meninggalkan penggunaan materialitas dalam
pertimbangan akuntan, pada saat yang sama tetap menekankan pentingnya materialitas. Menurut
APB Statement No. 4, materialitas menunjukkan bahwa "pelaporan keuangan hanya berurusan
dengan informasi yang cukup signifikan untuk mempengaruhi evaluasi atau keputusan". APB Opinion
No. 30 menggantungkan pada konsep materialitas yang tidak didefinisi untuk menjelaskan itemitem
luar biasa. Demikian pula, APB Opinion No. 22 merekomendasikan pengungkapan semua kebijakan
atau prinsip yang secara material mempengaruhi posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan
dalam posisi keuangan suatu entitas. Pada tahun 1975, FASB menerbitkan memorandum diskusi
tentang isu materialitas, yang menekankan pentingnya prinsip ini .
Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional. Frishkoff mendefinisi materialitas sebagai
"arti pentingnya relatif dan kuantitatif dari suatu informasi akuntansi bagi pengguna dalam konteks
keputusan yang harus dibuat.
Pada tahun 1974, studi yang dilakukan oleh kelompok studi akuntan internasional
memberikan ciri materialitas sebagai berikut:
Materialitas intinya merupakan masalah pertimbangan profesional. Item individual
seharusnya dinilai material jika pengetahuan atas item tersebut secara layak dianggap
memiliki pengaruh terhadap pengguna laporan keuangan .
9. Prinsip Keseragaman dan KomparabilitasPrinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk itemitem yang terkait
dengan perusahaan tertentu antar waktu; prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur
yang sama oleh perusahaan yang berbeda.
Tujuan yang diinginkan adalah mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi
keanekaragaman yang terdapat karena penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh
perusahaan yang berbeda. Pada kenyataannya, debat yang konstan terjadi tentang apakah
fleksibilitas atau keseragaman seharusnya berlaku dalam akuntansi dan pelaporan keuangan.
Pendukung utama prinsip keseragaman mengklaim bahwa prinsip
tersebut akan:
1. mengurangi perbedaan penggunaan prosedur akuntansi dan ketidak cukupan praktik akuntansi;
2. memungkinkan pembandingan yang berarti bagi pengguna laporan keuangan;
3. memperbaiki kepercayaan pengguna pada laporan keuangan;
4. mendorong intervensi pemerintah dan regulasi praktik akuntansi.
Pendukung utama fleksibilitas mengklaim bahwa:
1. penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk menunjukkan item yang sama
yang terjadi dalam berbagai kasus menimbulkan risiko peyembunyian
perbedaanperbedaan penting diantara kasuskasus tersebut;
2. komparabilitas merupakan tujuan yang tidak praktis; "hal tersebut tidak dapat dicapai
dengan mengadopsi aturanaturan perusahaan yang tidak menggunakan pencatatan
yang memadai untuk situasi faktual yang berbeda;
16
3. "perbedaan dalam keadaan" atau "variabelvariabel keadaan" meminta perlakuan
yang berbeda, sehingga pelaporan perusahaan dapat merespon keadaan tempat
transaksi dan peristiwa terjadi. Variabel keadaan didefinisi sebagai:
"... kondisi lingkungan yang bervariasi diantara perusahaan dan yang mempengaruhi;
kelayakan metode akuntansi dan objektivitas ukuran yang merupakan hasil penerapan metode
akuntansi
Constraint
1. Materialitas
Walaupun idealnya memuat semua informasi yang dibutuhkan, laporan keuangan
hanya diharuskan untuk memuatkan informasi yang memenuhi kriteria materialitas.
Informasi dipandang material apabila kelalaian mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para
pengguna laporan keuangan.
2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi harusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh
karena itu tidak semestinya laporan keuangan menyajikan semua informasi yang
manfaatnya lebih kecil daripada biaya penyusunannya.
3. Keseimbangan Antar karakteristik Kualitatif
Keseimbangan Antara Karakteristik Kualitatif:
Relevansi
Andal
Dapat Dibandingkan
Dapat Dipahami
Kerangka Konseptual Indonesia
Pengurus pusat IAI pada tanggal 7 September 1994, menamakan kerangka KONSEPTUAL
INDONESIA dengan istilah “ KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN “
KEGUNAAN :
Komite penyusunan standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya
Penyusunan laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan
AUDITOR, Dalam ,memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
Laporan Keuangan yang disusun sesuai PSAK
Kritik terhadap Kerangka Konseptual
Berbagai kritik ditujukan terhadap proyek kerangka konseptual bahwasanya
perkembangan berjalan agak lambat.
Dua pendekatan yang digunakan dalam analisis:
17
Kerangka konseptual seharusnya merupakan pendekatan ilmiah yang
mampu membenarkan observasi berdasarkan logika dan bukti empiris.
Pendekatan yang dipusatkan pada pemilihan tindakan yang dianggap
paling baik berdasarkan nilai-nilai profesional.
18
BAB III
Kesimpulan
Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat masalah akuntansi yang
belum dinyatakan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.
Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptualdan standar akuntansi, maka
ketentuan standar akuntansi diunggulkan relatifterhadap kerangka konseptual ini. Dalam jangka
panjang, konflik demikiandiharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar
akuntansi di masa depan.
19