keracunan gas karbon dioksida
-
Upload
norman-ajx -
Category
Documents
-
view
1.328 -
download
4
description
Transcript of keracunan gas karbon dioksida
PATOFISIOLOGI DAN PENATALAKSANAAN PADA KERACUNAN GAS
KARBON DIOKSIDA
Norman Aji Triantoro* Wahyu Hendarto **
ABSTRACT Carbon dioxide is a gas poisoning emergencies that cause asphyxia and
acidosis resulting in disruption of cell metabolism. CO2 is considered as a potential toxic inhalation. In severe circumstances death can occur.
Carbon dioxide will cause asphyxia due to the reduced amount of oxygen in the breathing air and in the early stages of this process will be accelerated by the direct effects of CO2 on the respiratory center so that it will lead to more rapid and deep breathing, so that the level of toxicity was more severe perinhalasi. Signs and symptoms of carbon dioxide poisoning should be immediately recognizable.
Keyword: Carbon dioxide gas poisoning, asphyxia.
ABSTRAKKeracunan gas Karbon Dioksida adalah keadaan darurat yang menyebabkan
asfiksia dan asidosis sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel. CO2 dianggap sebagai racun inhalasi yang potensial. Dalam keadaan berat dapat terjadi kematian.
Karbon dioksida akan menyebabkan asfiksia karena berkurangnya jumlah oksigen di udara pernapasan dan proses ini pada tahap awal akan dipercepat dengan adanya efek langsung CO2 pada pusat pernapasan sehingga akan menyebabkan makin cepat dan dalamnya pernapasan, sehingga tingkat keracunan perinhalasi tadi makin berat. Tanda dan gejala keracunan gas karbon dioksida harus segera dikenali.
Kata kunci : Keracunan gas Karbondioksida, Asfiksia.
PENDAHULUAN
Banyaknya peristiwa yang diakibatkan pencemaran udara khususnya gas
CO2(karbon dioksida) dalam ruangan seperti mati lemas dalam mobil, mengantuk
*Co asisten FK Universitas Islam Sultan Agung Semarang**Dokter Spesialis anestesiologi BLU RSUD Semarang
1
hingga hilang kesadaran saat mengemudi dengan membawa dry ice untuk
mendinginkan ice cream dalam mobil, balita mati lemas dalam mobil ketika ditinggal
orang tuanya berbelanja, dan masih banyak kasus lainnya. CO2 dianggap sebagai
racun inhalasi yang potensial dan penyebab dari asfiksia. Memasuki tubuh dari
atmosfer melalui paru-paru, didistribusikan ke darah, dan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan asam-basa, atau asidosis, dengan depresi Susunan Saraf Pusat.1,2
Gejala klinis awal keracunan gas CO2 tidak khas, menyerupai banyak gejala
penyakit lain, seperti sakit kepala, mual dan pening, gejala seperti flu, kadang pula
didiagnosis sebagai sindrom viral. Karena itu lebih banyak kasus tidak dilaporkan
akibat tidak dikenali/tidak terdiagnosis dibandingkan yang berhasil ditangani.
Dengan kejadian seperti di atas maka adalah kewajiban dokter di Indonesia untuk
mampu mengenali dan menangani keracunan gas CO2.3
SIFAT-SIFAT KIMIA DAN FISIKA
Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika
dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan.
Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva yang
membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan
ketika seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya Coca
Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan,
2
sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan
hewan. 4
Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m³, kira
kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O) mengandung
dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa ini tidak
begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam
seperti magnesium.
Gambar 1. Ikatan ion karbon dioksida (dikutip dari daftar pustaka no:5)
Pada suhu −78,51° C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi padat
melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa disebut sebagai "es
kering". Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan
Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai
zat pendingin yang relatif murah. Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat praktis
adalah karbon dioksida langsung menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan
cairan. Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersihan sembur.
Cairan kabon dioksida terbentuk hanya pada tekanan di atas 5,1 atm; titik
tripel karbon dioksida kira-kira 518 kPa pada −56,6 °C (Silahkan lihat diagram fase
di bawah). Titik kritis karbon dioksida adalah 7,38 MPa pada 31,1 °C.6
3
Gambar 2. Diagram fase tekanan-temperatur karbon dioksida yang
memperlihatkan titik tripelkarbon dioksida (dikutip dari daftar pustaka no: 6)
Terdapat pula bentuk amorf karbon dioksida yang seperti kaca, namun ia tidak
terbentuk pada tekanan atmosfer. Bentuk kaca ini, disebut sebagai karbonia,
dihasilkan dari pelewat bekuan CO2 yang terlebih dahulu dipanaskan pada tekanan
ekstrem (40-48 GPa atau kira-kira 400.000 atm) dilandasan intan. Penemuan ini
mengkonfirmasikan teori yang menyatakan bahwa karbon dioksida bisa berbentuk
kaca seperti senyawa lainnya yang sekelompok dengan karbon,
misalnya silikon dan germanium. Tidak seperti kaca silikon dan germanium, kaca
karbonia tidak stabil pada tekanan normal dan akan kembali menjadi gas ketika
tekanannya dilepas.7
FISIOLOGI MANUSIA
CO2 diangkut di darah dengan tiga cara yang berbeda:
Kebanyakan (sekitar 70% – 80%) dikonversikan menjadi
ion bikarbonat HCO3− oleh enzim karbonat anhidrase di sel-sel darah
merah,8 dengan reaksi
4
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3−.
5% – 10% larut di plasma8
5% – 10% diikat oleh hemoglobin sebagai senyawa karbamino8
Hemoglobin, molekul pengangkut oksigen yang utama pada sel darah merah,
mengangkut baik oksigen maupun karbon dioksida. Namun CO2 yang diangkut
hemoglobin tidak terikat pada tempat yang sama dengan oksigen. Ia bergabung
dengan gugus terminal-N pada empat rantai globin. Namun, karena
efek alosterik pada molekul hemoglobin, pengikatan CO2 mengurangi jumlah oksigen
yang dapat diikat. Penurunan pengikatan karbon dioksida oleh karena peningkatan
kadar oksigen dikenal sebagai efek Haldane dan penting dalam traspor karbon
dioksida dari jaringan ke paru-paru. Sebaliknya, peningkatan tekanan
parsial CO2 atau penurunan pH akan menyebabkan pelepasan oksigen dari
hemoglobin, dikenal sebagai efek Bohr.
Karbon dioksida adalah salah satu mediator autoregulasi setempat suplai
darah. Apabila kadar karbon dioksidanya tinggi, kapiler akan mengembang untuk
mengijinkan arus darah yang lebih besar ke jaringan yang dituju. Ion bikarbonat
sangatlah penting dalam meregulasi pH darah. Laju pernapasan seseorang
dipengaruhi oleh kadar CO2 dalam darahnya. Pernapasan yang terlalu lambat akan
menyebabkan asidosis pernapasan, sedangkan pernapasan yang terlalu cepat akan
menimbulkan hiperventilasi yang bisa menyebabkan alkalosis pernapasan.
Walaupun tubuh memerlukan oksigen untuk metabolisme, kadar oksigen yang
rendah tidak akan menstimulasi pernapasan. Sebaliknya pernapasan distimulasi oleh
5
kadar karbon dioksida yang tinggi. Akibatnya, bernapas pada udara bertekanan
rendah atau campuran gas tanpa oksigen (seperti nitrogen murni) dapat menyebabkan
kehilangan kesadaran. Hal ini sangatlah berbahaya bagi pilot tempur. Ini juga adalah
alasan mengapa penumpang pesawat diinstruksikan untuk memakai masker oksigen
ke dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum membantu orang lain ketika tekanan kabin
berkurang, jika tidak maka terjadi risiko tidak sadarkan diri.8
Lingkungan tanpa oksigen memadai tidak memungkinkan bagi sel-sel dalam
tubuh untuk mendapatkan oksigen yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup.
Untungnya, tubuh mengkompensasi kelebihan ion H+ dengan mengikat proton
dengan hemoglobin. Selain itu, paru-paru mencoba untuk mengkompensasi dengan
mengeluarkan CO2 berlebih,yang merupakan alasan napas cepat terlihat saat terpapar
CO2 akut.Setelah kontak yang terlalu lama, ginjal mulai menyeimbangkan pH darah
dengan mempertahankan bikarbonat dan buang air ion hidrogen untuk
membenarkan asidosis.9
Menurut salah satu kajian dari Departemen Pertanian Amerika Serikat,
pernapasan orang pada umumnya menghasilkan kira-kira 450 liter (sekitar 900 gram)
karbon dioksida perhari. 10
PATOFISIOLOGI
Kandungan karbon dioksida di udara segar bervariasi antara 0,03% (300ppm)
sampai dengan 0,06% (600 ppm) bergantung pada lokasi. Menurut Otoritas
Keselamatan Maritim Australia, "Paparan berkepanjangan terhadap konsentrasi
karbon dioksida yang sedang dapat menyebabkan asidosis dan efek-efek merugikan
6
pada metabolisme kalsium fosforus yang menyebabkan peningkatan endapan kalsium
pada jaringan lunak. Karbon dioksida beracun kepada jantung dan menyebabkan
menurunnya gaya kontraktil. Pada konsentrasi tiga persen berdasarkan volume di
udara, ia bersifat narkotik ringan dan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan
denyut nadi, dan menyebabkan penurunan daya dengar. Pada konsentrasi sekitar lima
persen berdasarkan volume, ia menyebabkan stimulasi pusat pernapasan, pusing-
pusing, kebingungan, dan kesulitan pernapasan yang diikuti sakit kepala dan sesak
napas. Pada konsentrasi delapan persen, ia menyebabkan sakit kepala, keringatan,
penglihatan buram, tremor, dan kehilangan kesadaran setelah paparan selama lima
sampai sepuluh menit."11
Oleh karena bahaya kesehatan yang diasosiasikan dengan paparan karbon
dioksida, Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Amerika Serikat
menyatakan bahwa paparan rata-rata untuk orang dewasa yang sehat selama waktu
kerja 8 jam sehari tidak boleh melebihi 5.000 ppm (0,5%). Batas aman maksimum
untuk balita, anak-anak, orang tua, dan individu dengan masalah kesehatan
kardiopulmonari (jatung dan paru-paru) secara signifikan lebih kecil. Untuk paparan
dalam jangka waktu pendek (di bawah 10 menit), batasan dari Institut Nasional untuk
Kesehatan dan Keamanan Kerja Amerika Serikat (NIOSH) adalah 30.000 ppm (3%).
NIOSH juga menyatakan bahwa konsentrasi karbon dioksida yang melebihi 4%
adalah langsung berbahaya bagi keselamatan jiwa dan kesehatan.12
Adaptasi terhadap peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada manusia.
Inhalasi CO2 yang berkelanjutan dapat ditoleransi pada konsentrasi inspirasi tiga
7
persen paling sedikit selama satu bulan dan empat persen konsentrasi insiparsi selama
lebih dari satu minggu. Diajukan juga bahwa konsentrasi insipirasi sebesar 2,0 persen
dapat digunakan untuk ruangan tertutup (seperti kapal selam) oleh karena adaptasi ini
bersifat fisiologis dan reversibel. Penurunan kinerja atau pada aktivitas fisik yang
normal tidak terjadi pada tingkat konsentrasi ini.13,14
Gambaran-gambaran ini berlaku untuk karbon dioksida murni. Dalam ruangan
tertutup yang dipenuhi orang, konsentrasi karbondioksida akan mencapai tingkat
yang lebih tinggi daripada konsentrasi di udara bebas. Konsentrasi yang lebih besar
dari 1.000 ppm akan menyebabkan ketidaknyamanan terhadap 20% penghuni dan
ketidaknyamanan ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi CO2.
Ketidaknyamanan ini diakibatkan oleh gas-gas yang dikeluarkan sewaktu pernapasan
dan keringatan manusia, bukan oleh CO2. Pada konsentrasi 2.000 ppm, mayoritas
penghuni akan merasakan ketidaknyamanan yang signifikan dan banyak yang akan
mual-mual dan sakit kepala. Konsentrasi CO2 antara 300 ppm sampai dengan 2.500
ppm digunakan sebagai indikator kualitas udara dalam ruangan.
Keracunan karbon dioksida akut dikenal sebagai lembap hitam.
Para penambang biasanya akan membawa sesangkar burung kenari ketika mereka
sedang bekerja untuk memperingati mereka ketika kadar karbon dioksida mencapat
tingkat yang berbahaya. Burung kenari akan terlebih dahulu mati sebelum
kadar CO2 mencapai tingkat yang berbahaya untuk manusia. Karbon dioksida
menyebabkan kematian yang luas di Danau Nyos di Kamerun pada tahun
8
1996. Karbon dioksida yang lebih berat yang dikeluarkan mendorong oksigen keluar,
menyebabkan kematian hampir 2000 orang.15
GEJALA DAN TANDA
Karbon dioksida akan menyebabkan asfiksia karena berkurangnya jumlah
oksigen di udara pernapasan dan proses ini pada tahap awal akan dipercepat dengan
adanya efek langsung CO2 pada pusat pernapasan sehingga akan menyebabkan
makin cepat dan dalamnya pernapasan, sehingga tingkat keracunan perinhalasi tadi
makin berat. Gejala keracunan akibat CO2 adalah:
- Sakit kepala serta kepala terasa berat
- Lemah
- Telinga berbunyi (tinitus)
- Nausea
- Otot-otot menjadi lemah
- Somnolen
- Tekanan darah meningkat disertai dengan sianosis
- Pernapasan cepat dan nadi cepat
- Collaps, koma dan meninggal
Gejala keracunan tergantung pada konsentrasi CO2 di dalam sumber
keracunan. Apabila hampir saluran atmosfer mengandung CO2 maka efek toksis CO2
begitu hebatnya dan ditandai dengan spasme glottis, konvulsi, koma yang terjadi
secara mendadak dan kematian segera. Biasanya kematian karena keracunan CO2 ini
9
sering membawa korban lebih dari seorang karena si penolong tidak menduga korban
pertama keracunan gas dan berbahaya.2
PENATALAKSANAAN
- Secepat mungkin korban dikeluarkan dari sumber keracunan. Hati-hati bagi
penolong karena harus memakai masker gas oksigen supaya tidak terbawa
serta keracunan. Apabila menemukan kasus demikian haruslah curiga bahwa
korban adalah akibat keracunan gas beracun
- Pindahkan dari daerah yang berbahaya tadi dan berikan pernapasan buatan
- Berikan gas oksigen
- Terapi simptomatis
Tambahan: masker gas (bukan masker gas oksigen) berfungsi untuk menahan
partikel, sedang gas CO2 bukan partikel maka apabila tidak dipakai
masker gas oksigen, gas CO2 masih masuk dalam saluran pernapasan
penolong. Apabila keracunan dalam gua/tambang maka penolong dapat
turun dengan menggali sesuai dengan arah angin dengan harapan angin
akan mendorong gas CO2 keluar sehingga tidak membahayakan
penolong.2
KESIMPULAN
Keracunan gas Karbon Dioksida adalah keadaan darurat yang menyebabkan
asfiksia dan asidosis sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel.
10
Karbon dioksida akan menyebabkan asfiksia karena berkurangnya jumlah
oksigen di udara pernapasan dan proses ini pada tahap awal akan dipercepat dengan
adanya efek langsung CO2 pada pusat pernapasan sehingga akan menyebabkan
makin cepat dan dalamnya pernapasan, sehingga tingkat keracunan perinhalasi tadi
makin berat.
Tanda dan gejala keracunan gas karbon dioksida adalah sakit kepala serta
kepala terasa berat, lemah, telinga berbunyi (tinitus), nausea, otot-otot menjadi lemah,
somnolen, tekanan darah meningkat disertai dengan sianosis, pernapasan cepat dan
nadi cepat. Penanganan yang dilakukan adalah memberikan oksigen dengan
konsentrasi dan aliran tinggi untuk membebaskan CO2 yang diikat oleh hemoglobin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wisnu Baskoro, Iwan Setiawan. Sistem Pengaman Dan Monitoring Kadar
Co2 Berlebih Dalam Model Ruangan Berbasis Mikrokontroler. 2011. Diunduh
di:http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://eprints.undi
p.ac.id/25476/1/ML2F003550.pdf Diunduh tanggal 20 Agustus 2013.
2. Jean Stevany. Keracunan gas karbon dioksida (co2). Diunduh di:
http://www.scribd. com/doc/139891758/Keracunan-Gas-Karbon-Dioksida.
Diunduh tanggal 20 Agustus 2013.
3. Anonim. Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida Bagi Kesehatan Pekerja
Diunduh di: http://sikkahoder.blogspot.com/2013/02/efek-keracunan-gas-co-
pada-pekerja . html#.Uhhqj9JHLvA. Diunduh tanggal 20 Agustus 2013.
11
4. Staff. . "Carbon dioxide: IDLH Documentation". National Institute for
Occupational Safety and Health. 2006.
5. Anne Marie Helmenstine, Ph.D. Carbon Dioxide Poisoning .2012. Diunduh
di: http://chemistry.about.com/od/medicalhealth/a/Carbon-Dioxide-Poisoning.
htm . Diunduh tanggal 20 Agustus 2013.
6. Anonim.."Phase change data for Carbon dioxide". National Institute of
Standards and Technology. 2008. Diunduh tanggal 20 Agustus 2013
7. Santoro, M.; et al (2006). "Amorphous silica-like carbon dioxide".
Nature 441 (7095): 857–860.doi:10.1038/nature04879 . ISSN 0028-0836
8. Anonim. "CARBON DIOXIDE". solarnavigator.net. Diunduh tanggal 20
Agustus 2013.
9. Gunawan Samosir. Karbon dioksida 2012.Diunduh di: http://www.scribd.
com/doc/157438648/Karbon-dioksida-doc. Diunduh tanggal 20 Agustus 2013.
10. Hannan, Jerry. "Your Role in the "Greenhouse Effect"". Diunduh tanggal 20
Agustus 2013.
11. Davidson, Clive.. "Marine Notice: Carbon Dioxide: Health Hazard".
Australian Maritime Safety Authority.2003.
12. Anonim. Occupational Safety and Health Administration. Chemical Sampling
Information: Carbon Dioxide. 2008. Diunduh di: http://www. osha.gov
/dts/chemicalsampling/data/CH_225400.html .Diunduh tanggal 20 Agustus
2013.
12
13. Lambertsen, C. J.. "Carbon Dioxide Tolerance and Toxicity". Environmental
Biomedical Stress Data Center, Institute for Environmental Medicine,
University of Pennsylvania Medical Center (Philadelphia, PA). 1971. IFEM
Report No. 2-71. Diunduh tanggal 20 Agustus 2013.
14. Glatte Jr H. A., Motsay G. J., Welch B. E.. "Carbon Dioxide Tolerance
Studies".Brooks AFB, TX School of Aerospace Medicine Technical Report.
1967.SAM-TR-67-77.
15. New York Times, "Trying to Tame the Roar of Deadly Lakes", February 27,
2001.
13