Kel.1 - Urine

38
INTERPRETASI DATA KLINIK URINE DOSEN PEMBIMBING : Delina Hasan, M.Si., Apt. KELOMPOK 1 1. AFRIYANTI 1113102000081 2. BADRIYATUN NI’MAH 1113102000075 3. CITRA LILIS A. 1113102000048 4. FAIRUZA AJENG P. 1113102000056 5. LISA IBRAHIM 1113102000070 6. NAJMAH MUMTAZAH 1113102000073 7. NUR RIZQIATUL A. 1113102000016 8. RAMAZA RIZKA 1113102000076

description

.

Transcript of Kel.1 - Urine

INTERPRETASI DATA KLINIKURINE

DOSEN PEMBIMBING :Delina Hasan, M.Si., Apt.KELOMPOK 11. AFRIYANTI11131020000812. BADRIYATUN NIMAH 11131020000753. CITRA LILIS A. 11131020000484. FAIRUZA AJENG P. 11131020000565. LISA IBRAHIM 11131020000706. NAJMAH MUMTAZAH11131020000737. NUR RIZQIATUL A.11131020000168. RAMAZA RIZKA 1113102000076

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAAPRIL/2015OSMOLALITAS URINA. PengertianOsmolalitas merupakan ukuran jumlah partikel (elektrolit dan molekul lainnya)yang larut dalam urin yang dinyatakan dalam miliosmol per kg (mOsm/kg). Banyak informasi yang menyangkut fungsi ginjal yang diperoleh dari pengujian serum dan osmolalitas urin dalam waktu yang sama. Perbandingan yang normal antara urin dan serum osmolalitas adalah 3:1. Rasio urin yang tinggi ini menggambarkan konsentrasi urin.Osmolalitas urin selama pembatasan air adalah pengujian yang akurat untuk penurunan fungsi ginjal.Juga digunakan untuk melihat rangkaian penyakit ginjal, terapi cairan dan elektrolit,menetapkan diagnosis perbedaan, hipernatremia, hiponatremia, poliuria, dan mengevaluasi respon ginjal terhadap ADH.

B. Nilai ReferensiNormal : Spesimen 24 jam: 300-900 mOsm/kg H2O Spesimen acak: 50-1200 mOsm/kg H2O Rasio urin : serum = 1:1 3:1 C. Implikasi Klinik1. Osmolalitas Naik pada : Azotemia prerenal Gagal jantung kongestif Penyakit Addisons Sindrom sekresi ADH yang tidak tepat (SIADH) Dehidrasi Amiloidosis Hiponatremia 1. Osmolalitas menurun pada : Gagal ginjal akut Diabetes insipidus Hipokalemia Hipernatremia Polidipsia primer Hiperkalemia1. Rasio Urin dan serum Meningkat : azotemia prerenal Menurun : nekrosis tubular akutD. Faktor Pengganggu1. Administrasi Na Intravena1. Administrasi dextros dan air intravena E. Intervensi Pretest Patient Care1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pengujian pada pasien1. Diet normal ditentukan selama 3 hari sebelum pengujian1. Untuk meningkatkan sensitivitas dari pengujian osmolalitas, diet tinggi protein dapat diperintahkan selama 3 hari sebelum pengujian. Post test patient care2. Memberikan makanan dan minuman kepada pasien sesegera mungkin setelah sampel urin terakhir diperoleh2. Terjemahkan hasil tes dan perlihatkan sewajarnya.WARNA URINProses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal.Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma.Sistem urinary bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinesis (homeostasis), yaitu suatu keadaan relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit, dan konsentrasi banyak zat di dalam plasma.pengendalian itu dilaksanakan dengan penyaringan sejumlah besar plasma dan molekul-molekul kecil melalui glomerolus.Hasil-hasil pemecahan metabolisme, paling banyak dikeluarkan dari tubuh lewat ginjal bersama urine, terutama berlaku untuk akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen. Pada keadaan sakit metabolisme terganggu, ginjal mengeluarkan hasil-hasil pemecahan metabolisme yang terganggu tersebut asalkan fungsi ginjal cukup baik, juga banyak racun-racun dan obat-obat yang dikeluarkan oleh urine baik dalam keadaan tidak diubah maupun dalam hasil-hasil pemecahanya. Zat warna urin barasal dari metabolisme endogen yang dijabarkan dari zat warna empedu. Warna kuning pada urine disebabkan karena adanya suatu zat yang disebut urochrome. Jumlah urochrome tergantung pada hasil metabolisme didalam tubuh.Senyawa-senyawa yang terdapat dalam urine yaitu senyawa organik, senyawa anorganik, dan zat-zat lain. Urea adalah hasil akhir utama dari metabolisme protein. Ekskresi berhubungan langsung dengan intake protein. Biasanya urea merupakan 80-90% dari nitrogen urine total. Ekskresi urea meningkat ketika katabolisme protein meningkat, seperti pada diabetes dan aktivitas korteks jaringan yang berlebihan. Asam urat adalah hasil akhir terpenting dari oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat berasal tidak hanya dari nukleoprotein makanan, melainkan juga dari pemecahan nukleoprotein sel dalam tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi membantuk garam-garamyang larut dalam urine bila asam dibiarkan). Asam urat ditemukan dalam urine normal sekitar 0,5-1,0 gram perhari, tetapi jumlah ini dapat bervariasi yang besar.Kreatinin adalah anhidrid dari kreatin (methyl guanidino acatic acid) dan benda yang konstan dari urine. Kreatinin dapat diukur dengan memberi alkali pikrat pada urine, dengan adanya kreatin campuran memberi warna ambar. Warnanya dicocokkan dengan standar yang juga telah diberi larutan alkali pikrat. Kreatin ditemukan peningkatan jumlahnya pada malnutrisi dan disintegrasi jaringan otot. Kreatin juga ditemukan dalam keadaan patologis seperti kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat, hipertiroidi, dan miopatia tertentu dan infeksi-infeksi. Terdapatnya kreatin dalam urine disebut kreatinuria Variasi klorida menentukan bagian dari bahan padat dalam urine. Ekskresi Cl tergantung pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya sekitar 10-15 gram sehari. Khlorida diekskresikan sebagai natrium khlorida adalah yang utama karena sebagian klorida adalah yang utama. Fosfat dalam urine merupakan gabungan dari natrium dan kalium fosfat (alkali fosfat) serat kalsium dan magnesium fosfat (fosfat tanah). Ekskresi fosfat pada urine dapat bervariasi secara ekstrim, tetapi rata-rata dalam sehari adalah 1,1g. Ion fosfat dalam urine dapat berwujud dua bentuk, yaitu asam fosfat nonbasic dan asam fosfat dibasic. Rasio keduanya mempengaruhi pH dan buffer urine.Sulfur urine terutama berasal dari protein karena terdapatnya asam-asam amino yang mengandung sulfur, metionin, dan sistin dalam molekul protein. Sulfur urine total biasanya memiliki tiga bentuk, yaitu sulfat anorganik, sulfat terkonjugasi, dan sulfat netral. Pada kondisi normal, sekitar satu gram sulfat dieliminasi setiap hari, sekitar 75-85 % tetap dalam sulfat. Sekitar 90% dari ekskresi sulfat adalah dalam bentuk anorganik sulfat dan 10 % dalam bentuk sulfat konjugasi dan sulfat netral Proteinuria adalah senyawa albumin dan globulin dalam urine pada konsentrasi yang abnormal. Pada keadaan normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekskresikan setiap hari melalui urine. Albumin dapat ditemukan dengan pemanasan urine, kemudian ditambah sedikit asam asetat encer. Terdapat endapan putih yang menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa terdapat protein dalam urine. Selain terdapat pada nefritia, darah juga terdapat dalam urine (hematuria) yang dapat disebabkan karena kerusakan pada ginjal atau saluran urine. Hemoglobin bebas (hemoglobinuria) terdapat dalam urine setelah hemolisis yang cepat misalnya pada kompilasi dari malaria atau setelah kebakaran yang hebat. Urine yang mengandung pigmen empedu yang akan berwarna kunig kehijauan samapi coklat. Pigmen empedu dalam urine jumlahnya sangat kecil. Dasar untuk uji pigmen empedu adalah oksidasi reagen dengan berbagai bentu seri tingkatan warna. Dengan uji melin yang positif, akan menghasilkan bermacam-macam warna mulai dari warna hijau, biru merah, dan kuning kemerah-merahan.Implikasi klinis 1. Urine hampir tidak berwarna (kuning pucat) Asupan cairan yang besar Diabetes melitus yang tidak diobati Diabetes insipidus Mengkonsumsi alkohol dan kafein Diuretic therapy Nervousness2. Urine berwarna orange Disebabkan oleh demam, berkeringat, asupan cairan berkurang Bilirubin (terbentuk busa kuning ketika dikocok) Mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah yang banyak Mengkonsumsi obat saluran kemih tertentu ( phenazopyrydin)3. Urine berwarna kuning kecoklatan menunjukkan bilirubin di dalam urin telah teroksidasi menjadi biliverdin ( terbentuk busa kehijau-hijauan ketika dikocok.4. Urine berwarna hijau Infeksi pseudomonal Indican : indoksil sulfat, terdapat dalam urine sebagai garam Kalium.5. Urine berwarna pink atau merahRBCs : Red Blood Cell Cast Hemoglobin, methemoglobin, oxhyhemoglobin Myoglobin Porphyrine6. Urine berwarna coklat atau hitam Oksidasi RBCs menjadi methemoglobin Methemoglobin Melanin atau melanogen Lysol : larutan desinfektan7. Urine berasap dapat disebabkan oleh RBCs8. Urine seperti susu berhubungan dengan kegemukan, many WBCs, atau phosphate

Faktor campuran 1. Urine yang normal gelap pada berdiri karena oksidasi urobilinogen menjadi urobilin. Proses dekomposisi ini dimulai sekitar 30 Menit setelah buang air2. Makanan yang dapat merubah warna urine: bit merubah urine menjadi merah rhubarb dapat menyebabkan urin coklat3. banyak obat yang dapat mengubah warna urin Cascara dan senna laxatif menyebabkan urine kemerahan Riboflavin atau phenazopyridin menyebabkan kuning terang Antiparkinson agent (levodopa) menyebabkan urine gelap Triamterene menyebabkan urin biru Amitriptylin, methyena bleu, motoxantrone menyebabkan urin biru kehijauan Heparin, phenazopyridin, rifampisin, sulfasalazin, warfarin menyebabkan urine orange Chlorzoxazone, daunorubicin, doxorubicin, heparin, ibuprofen, methyldopa, phenitoin, rifampisin, senna menyebabkan urin pink kemerahan Laxativ menyebabkan urin pink Indometachin menyebabkan urin hijau

PH URINSuatu nilai pH pada urin dapat menyatakan bahwa urin merupakan larutan asam atau basa (alkali) dan untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen (H+) yang bebas dalam urin. Skala pH dinyatakan netral jika bernilai 7.0. Semakin rendah nilai pH, keasaman akan meningkat. Sebaliknya, semakin tinggi nilai pH, maka akan semakin basa. Nilai pH dijadikan sebagai indikator kemampuan tubulus ginjal untuk menjaga konsentrasi H+ normal dalam plasma dan cairan ekstraselular. Ginjal berfungsi menjaga keseimbangan asam-basa normal, terutama melalui reabsorpsi Na dan sekresi tubular (ion hidrogen dan ammonium). Sekresi urin asam atau basa oleh ginjal merupakan salah satu mekanisme tubuh paling penting untuk menjaga pH tubuh konstan.Urin menjadi semakin asam karena jumlah Na dan kelebihan asam akan disimpan oleh tubuh. Urin alkali, biasanya mengandung penyangga asam karbonat-bikarbonat, normalnya diekskresikan ketika ada kelebihan basa atau alkali dalam tubuh.Urin berperan penting terutama dalam menentukan keberadaan dari gangguan asam-basa sistemik metabolik atau sumber pernafasan dan dalam mengelola kondisi kemih, sehingga membutuhkan urin yang tetap dijaga dalam pH yang spesifik.. Kontrol pH UrinKontrol pH pada urin adalah hal yang penting dalam mengelola beberapa penyakit, termasuk bacteriuria, renal calculi (batu ginjal), dan terapi obat dimana streptomycin atau methenamine mandelate diberikan.1) Renal Calculi (Batu Ginjal)Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral-mineral yang mengelilingi suatu zat organic, seperti nanah, darah, atau sel-sel yang sudah mati. Kebanyakan dari renal calculi terdiri dari garam-garam kalsium (oksalat dan fosfat), atau magnesium-ammonium fosfat dan asam urat.a. Sebagian dari bentuk batu ginjal tergantung pada pH urin. Pasien sering diberi makanan atau obat yang mengubah pH urin sehingga batu ginjal tidak terbentuk.b. Batu kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan magnesium fosfat berkembang dalam urin alkali. Dalam kasus tersebut, urin harus dijaga supaya asam.c. Batu asam urat, sistin, dan kalsium oksalat mengendap dalam urin asam. Oleh karena itu, untuk pengobatannya, urin harus dijaga supaya basa. 2) Terapi Obata. Streptomycin, neomycin, dan kanamycin efektif untuk mengobati infeksi saluran genitourinary, disediakan urin bersifat alkali.b. Selama terapi sulfa, urin alkali harus membantu mencegah pembentukan kristal sulfonamide.c. Urin juga harus dijaga alkali terus menerus dengan adanya keracunan salisilat (untuk mempertinggi ekskresi) dan selama transfusi darah.3) Kondisi Klinisa. Urin harus tetap asam selama pengobatan UTI (Urinary Tract Infection) atau persistent bacteriuria dan selama pengelolaan urinary calculi yang berkembang dalam urin alkali.b. Jumlah yang akurat dari pH urin hanya dapat dibuat hanya pada urin segar yang baru dikeluarkan. Jika urin harus disimpan dalam waktu yang lama sebelum analisis, urin harus dibekukan. c. Urin berkonsentrasi tinggi, seperti yang terbentuk dalam lingkungan kering dan panas, merupakan asam kuat dan dapat menimbulkan iritasi. d. Selama tidur, ventilasi paru yang menurun menyebabkan asidosis pernafasan, akibatnya urin menjadi lebih asam.e. Pemberian diuretik Chlorothiazide menyebabkan urin asam diekresikan.f. Bakteri dari UTI atau dari kontaminasi bakteri spesimen menghasilkan urin alkali. Urea dikonversi menjadi ammonia.4) Makanan/menua. Buah jeruk dan kebanyakan sayuran, khususnya kacang-kacangan, membantu menjaga urin alkali.b. Makanan yang tinggi protein dan daging menjaga urin asam. c. Jus Cranberry adalah satu-satunya buah yang akan mempertahankan urin asam, dan telah lama digunakan sebagai obat untuk UTIs ((Urinary Tract Infections) minor. Nilai ReferensiNormalpH urin normal : bervariasi, dari 4.6 8.0Nilai pH rata-rata sekitar 6.0 (asam)

Prosedur Analisis Kimiawi UrinAnalisis kimiawi urin umumnya dilakukan dengan cara uji dipstick, yaitu suatu tes yang menggunakan stik yang dibuat khusus yang terdiri atas strip untuk mendeteksi glukosa, protein, bilirubiun, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit. Fungsi dipstick sebagai skrining awal dalam urinalisis. Penggunaan dipstick pada urinalisis tidak memerlukan keterampilan khusus, selain itu hasilnya bisa didapat hanya dalam waktu beberapa menit.1. Gunakan reagen strip untuk pengukuran dipstick (batang celup). Strip akan menghasilkan spektrum warna yang berubah dari jingga ke hijau-biru, untuk identifikasi range pH dari 5.0-9.0.2. Memasukkan reagen strip ke spesimen urin yang baru, dan bandingkan perubahan warna tersebut dengan grafik warna standar pada botol yang menghubungkan hasil warna dengan nilai pH.3. Pemeliharaan urin pada pH konsisten membutuhkan pengujian pH urin yang sering.

Implikasi KlinikPengukuran pH urin harus digunakan bersama dengan informasi diagnostik lain. Contohnya, pada nekrosis tubulus ginjal, ginjal tidak mampu ekskresi urin yang sangat asam. Oleh karena itu, jika pH urin 5.0, nekrosis tubulus ginjal dapat dihapuskan sebagai diagnosa yang mungkin.1) Urin Asam (pH 7.0) terjadi pada:a. UTIs disebabkan oleh urea-splitting bacteria (Proteus dan Pseudomonas).b. Asidosis tubulus ginjal, gagal ginjal kronis.c. Asidosis metabolik (muntah).d. Alkalosis pernapasan melibatkan hiperventilasi (blowing off CO2).e. Deplesi Potassium/Kalium.

Peringatan Klinis pH urin tidak pernah mencapai 9, baik dalam kondisi normal atau abnormal. Oleh karena itu, pH yang ditemukan dengan nilai 9 mengindikasikan bahwa harus diperoleh spesimen baru untuk memastikan keabsahan UA (Urinalysis).

Faktor yang Mempengaruhi1. Dengan berdiri lama, pH dari spesimen urin menjadi alkali karena bakteri memecah urea dan menghasilkan ammonia.2. Ammonium klorida dan asam mandelic dapat menghasilkan urin asam. 3. Melebihi dan melubernya antara daerah pengujian pH dan daerah protein yang sangat asam pada dipstik dapat menyebabkan urin alkali memberikan pembacaan asam.4. Sodium bikarbonat, potassium sitrat, dan asetazolamid dapat menghasilkan urin alkali.5. Urin menjadi alkali setelah makan karena ekskresi asam lambung; hal ini dikenal dengan alkaline tide.6. pH cenderung menjadi rendah diikuti dengan puasa semalaman dan tinggi diikuti dengan konsumsi makanan. Intervensi Pretest Patient CareMenjelaskan tujuan tes dan prosedur pengumpulan spesimen Posttest Patient CareMenafsirkan hasil uji dan memonitor pasien dengan tepat (Lihat Kontrol pH Urin)

HEMOGLOBIN Hemoglobinuria Merupakan keadaan dimana hemoglobin bebas terdapat dalam urin. Hemoglobinuria dapat dikaitkan dengan kondisi diluar saluran urin. Destruksi (hemolisis intravaskular) secara ekstensif dan cepat pada sirkulasi eritrosit dimana sistem retikuloendothelial tidak dapat memetabolisme dan menyimpan hemoglobin bebas yang berlebih. Hemoglobinuria dapat terjadi sebagai hasil dari lisisnya sel darah merah di saluran urin. HematuriaMerupakan kondisi dimana sel darah merah utuh terdapat dalam urin. Hematuria ini erat kaitannya dengan gangguan pada sistem ginjal atau genitourinaria yang mana pendarahan merupakan hasil dari trauma atau kerusakan dari organ atau sistem ini. Pengujian 2 gangguan tersebut dapat dilakukan dengan mendeteksi sel darah merah, hemoglobin, dan myoglobin dalam urin. Darah dalam urin ini selalu dijadikan indikator ada tidaknya kerusakan pada ginjal ataupun saluran urin.Pengujian dapat dilakukan dengan dipstick maupun pengujian mikroskopik urin. Baik pengukuran urine dipstick maupun pengujian mikroskopik urin, menghasilkan evaluasi klinik yang lengkap mengenai hemoglobonuria dan hematuria. Lebih baru lagi, pembentukan dipstick berisi lysing reagent yang bereaksi dengan occult blood dan mendeteksi kelebihan pada sel darah merah yang lisis. MyoglobinuriaMyoglobinuria juga ditandai dengan adanya sedimentasi urin pada occult blood namun tidak terdapat sel darah merah dengan pengamatan mikroskop. Myoglobinuria disebabkan oleh ekskresi myoglobin (protein otot) dalam urin, sebagai hasil dari : cedera otot traumatik (kecelakaan, syok elektrik, dll) muscle disorder (muscular dystrophy) keracunan bahan tertentu (karbon monoksida atau keracunan ikan) hyperthermia ganas terkait dengan administrasi agen anestetik tertentu Nilai Referensi :Normal : Negative ( 10 sel/L. Perubahan warna ditandai dengan adanya bintik pada dipstick Tingkatan hematuria dapat diketahui dari intensitas pola bintiknya.4. Myoglobinemia (microscopic) Sentrifus sampel urin ujikan sedimennya dengan mikroskop untuk mengetahui ada tidaknya SDM Tampak urin berwarna merah-cherry, tidak ada SDM dan menikngkatnya enzim serum darah untuk detruksi otot

Implikasi Klinika. Hematuria Acute UTI (cystitis) Lupus nefritis Tumor saluran urin atau ginjal Kalkuli urinaria Hipertensi ganas Glomerulonefritis Pyelonefritis Trauma ginjal Polycystic kidney disease Leukimia Trombositopenia Strenuos exercise Benign familial hematuria/ recurrent hematuria Perokok berat b. Hemoglobinuria Luka bakar ekstensif Reaksi transfusi (produk darah yang inkompatibel) Febrile intoxication Bahan kimia tertentu dan alkaloid (jamur beracun, bisa ular Malaria Pendarahan hasil dari prosedur operasi pada prostat Gangguan hemolisis(anemia, talasemia, dan defisiensi glukosa-6-pospat dehidrogenase) Paroxysmal hemoglobinuria Infark ginjal Hemolisis saat urin berada di saluran urin Fava bean sensitivity Disseminated intravascular Strenuous exercise Faktor Intervensi :2. Obat yang dapat menyebabkan hasil positif pada darah ataupun hemoglobin : Obat yang toksik pada ginjal (bacitracin, amphotericin) Obat yang mengubah pembekuan darah (warfarin [Coumadin]) Obat yang menyebabkan hemolisis SDM (aspirin) Obat yang dapat menghasilkan hasil positif palsu (bromida, copper, iodida, agen pengoksidasi)2. Dosis tinggi vitamin C dapat menyebabkan hasil positif palsu3. Tingginya SG atau meningkatnya protein dapat menurunkan sensitivitas4. Myoglobin menghasilkan hasil positif palsu5. Hipoklorit digunakan untuk membersihkan pembawa urin menyebabkan hasil positif palsu6. Darah menstruasi dapat menjadi kontaminasi spesimen dan merubah hasil7. Infeksi prostat dapat menghasilkan hasil positif palsu8. dllURIN PROTEIN (ALBUMIN)Peningkatan jumlah protein dalam urin dapat mengindikasikan kerusakan ginjal. Namun, kondisi fisik tertentu (seperti aktivitas olahraga, demam) dapat meningkatkan ekskresi protein dalam urin. Ada juga beberapa gangguan yang tidak ginjal tidak terdapat proteinuria. Pada ginjal dan saluran kemih yang normal, urin tidak mengandung protein atau sangat sedikit. Salah satu protein dalam urin adalah albumin dan globulin dari plasma. Pada keadaan patologis, adanya albumin dapat mengindikasikan adanya gangguan. Albuminuria sering disinonimkan dengan proteinuria. Pada keadaan normal, glomeruli mencegah penerimaan protein dari darah ke filtrat glomerular.

Referensi Penilaian Urin Selama 24 JamNormalPria dewasa: 1-14 mg/dLWanita dewasa: 3-10 mg/dLAnak-anak 2000 mg/24 jam pada orang dewasa atau > 40 mg/24 jam pada anak-anak: indikasi gangguan glomerular.9. Proteinuria > 3500 mg/24 jam: kemungkinan untuk sindrom nefrotik.

Interfering Factor1. Penigkatan protein dalam urin terjadi dalam keadaan berikut: Demam dan dehidrasi (deplesi garam) Terapi salisilat Premenstruasi 2. Positif salah proteinuria dapat terjadi dari kesalahan penggunaan atau interpretasi reagen warna strip test.3. Alkalin, bufer urin yang tinggi dapat menyebabkan kesalahan positif pada dipstick test.4. Urin yang sangat encer menurunkan jumlah protein.5. Agen radiografik kontras dapat menyebabkan kesalahan positif pada pengukuran turbidimetrik.

GLUKOSAGlukosa merupakan suatu zat yang terdapat pada filtrat glomerulus dan di absorbsi oleh tubulus kontortus proksimal. Jika kadar gula darah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus , maka glukosa akan muncul di urin. Munculnya glukosa di dalam urin menunjukkan bahwa adanya gangguan fungsi dari sistem organ tubuh. Hal dapat diketahui dengan melakukan pengujian atau test kadar gula urin.A. TIPE TIPE UJI KADAR GLUKOSA1. Reduction testa. Tes ini didasarkan oleh reduksi ion cupric oleh glukosa. senyawa (cupric) ditambahkan kedalam urin lalu dipanaskan. Hasilnya berupa presipitasi (pengendapan) dan perubahan warna urin jika urin tersebut mengandung glukosa.b. Uji nonspesifik Nonspesifik pada uji glukosa, karena reaksi yang terjadi dapat disebabkan oleh reduksi antara satu zat pereaksi dengan zat lainnya. Uji ini terbagi kedalam 2 tipe: Kreatinin,asam urat,asam askorbat. Gula lain(ex : galaktosa,laktosa, fruktosa,pentosa, dan maltosa)c. Uji-Uji lain yang memiliki sensivitas rendah dibndingkan dengan uji Enzim

2. Uji enzim(Klinistik,diastik, test-tape)a. Uji ini didasarkan pada interaksi antara glukosa oksidase (sebuah enzim) dan glukosa.b. Uji ini spesifik (hanya untuk glukosa)

B. NILAI REFERENSI DAN PRESEDUR UJINormal:Sampel acak: negativeSampel 24 jam: 1-15mg/dL(60-830mol/L)atau 1000mg/dL- Uji glukosa darah, memberitahu dokter, dan memulai pengobatan yang tepat.

E. IMPLIKASI KLINIS1. Peningkatan glukosa:a. DMb. Kelainan endokrin(akromegali)c. Penyakit hati dan pankreasd. Kelainan SSP(cedera otak, stroke)e. Ketidakseimbangan reabsorbsi tubulus: Sindrom fanconi Penyakit tubukar ginjal stadium lanjut.f. Kehamilan dengan kemungkinan diabetes laten(diabetes gestational)

2. Peningkatan gula lain(hanya dengan reaksi uji reduksi)a. laktosa-(kehamilan,laktasi, intoleran laktosa)b. Galaktosa-(galaktosuria herediter)c. Xylosa-(konsumsi buah yang berlebihan)d. Fructosa-(kelainan hepatik)e. Pentosa(terapi obat tertentu dengan kondisi turunan)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUJIAN1. Faktor yang mempengaruhi uji reduksi (positif palsu)a. Adanya zat-zat non gula pereduksi seperti asam askorbat,kreatinin.b. Tirosinc. Asam nalidiksat,sefalosforin,probenecid dan penisilin.d. Protein urin dalam jumlah yang besar(reaksi lambat)

2. Faktor yang mempengaruhi uji enzim dipstika. Asam askorbat(dalam jumlah besar) dapat menyebabkan hasil negatif palsu.b. Ketone dalam jumlah besar menyebabkan hasil negatif palsu.c. Peroksida atau agen oksidator kuat mengakibatkan hasil positif palsu.3. stress, infark miokard,pengujian setelah makan berat, dan pengujian steelah pemberian glukosa intravena menyebabkan hasil positif palsu4.Sampel urin terkontaminasi oleh pemutih atau hidrogen peroksida menyebabkan hasil yang tidak valid.5. Berat jenis tinggi dapat menekan perubahan warna.sebaliknya massa jenis yang tinggi dapat mengintefnsifkan warna.

PRETEST DAN POSTTESTPretest Patient Care:1. Menjelaskan kepada pasien tujuan, prosedur, dan teknik Uji(double/diplo)a. Membuang sampel (urin/BAK) pertama (pagi hari).kemudian (BAK/urin) yang dikeluarkan pada menit ke 30 hingga 45 menit digunakan sebagai sampel uji. Sampel kedua ini menggambarkan keadaan glukosauria yang lebih akurat dibandingkan sampel uji pertama.karena sampel uji pertama (pagi hari)mengandung urin yang ada di kandung kemih selama beberapa jam.b. Menyarankan kepada pasien untuk tidak meminum cairan antara kemih yang pertama dan yang kedua, sehingga tidak mendilusi atau melarutkan gula yang ada pada sampel.c. Kombinasi antara uji glukosa urin dan uji glukosa darah akan memberikan penilaian yang lebih sempurna (untuk diabetes)2. Meenjelaskan kepada pasien tentang prosedur pengumpulan sampel 24 jam.3. Ikuti petunjuk di bab 1 tetntang pedoman yang aman, efektif dan infomormasi pretest.Posttest Patient Care1. Mengintrepretasikan data hasil pengujian, dan memberikan konseling yang tepat.2. Lihat pada bab 1 tentang petunjuk keamanan, efektif dan informasi posttets

VOLUME URINEPengukuran volume urin merupakan bagian dari penilaian untuk keseimbangan cairan dan fungsi ginjal. Jumlah urin normal yang ditampung oleh orang dewasa rata-rata dalam 24 jam sekitar 600-2500 ml, biasanya sekitar 1200 ml. Banyaknya urin yang ditampung berhubungan dengan asupan cairan individu, suhu dan iklim, dan jumlah keringat yang dikeluarkan. Jumlah urin yang ditampung oleh anak-anak lebih kecil kuantitasnya daripada dewasa,tetapi volume total lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.Volume urin tergantung pada jumlah air diekskresikan oleh ginjal . Air adalah komposisi utama. Oleh karena itu , banyanya eskresi oleh tubuh tergantung dari hidrasi . Faktor-faktor yang mempengaruhi volume urin meliputi asupan cairan , kehilangan cairan dari yang bukan bersumber dari ginjal , variasi ini tergantung dari antidiuretik hormon ( ADH ) , dan kebutuhan untuk mengeluarkan jumlah peningkatan zat terlarut seperti glukosa atau garam . Poliuria ditandai peningkatan produksi urin . Oliguria menurun penurunan jumlah urin yang keluar. Bentuk ekstrim proses ini adalah anuria , total kurangnya produksi urin . Volume urin yang diproduksi di malam hari adalah < 700 ml , produksi siang ke malam rasionya sekitar 2 : 1 sampai 4 : 1Normal Anak-anak : 500-1400 mL / 24 jam atau 500-1400 mL / hari Dewasa : 800-2500 mL / 24 jam atau 800-2500 mL / hari PROSEDUR 1. Kumpulkan spesimen urin 24 jam dan tetap terjaga dalam refrigerator atau di dalam es . 2. Catat waktu mengumpulkan yaitu pada saat memulai dan padasaat akhir pengumpulan dan catatan perawatan kesehatan pasien . 3. Kirim wadah spesimen ke laboratorium refrigerator ketika pengumpulan selesaI. Lengkapi formulir yang tepat dan dokumen sesuai. 4. Memastikan volume dengan mengukur seluruh jumlah urin dalam kendi yang sudah dikalibrasi atau wadah lainnya . Total volume dicatat sebagai volume urin dengan mililiters ( sentimeter kubik ) per 24 jam. IMPLIKASI KLINIK1. Poliuria (peningkatan urin output) dengan peningkatan kandungan urea nitrogen dalam darah (BUN) dan kadar kreatinin a. Diabetes ketoasidosis b. Obstruksi parsial dari urin saluran kemih c. Beberapa jenis tubular nekrosis (aminoglikosida) 2. Polyuria dengan BUN normal dan kreatinin a. Diabetes mellitus dan diabetes insipidus b. Neurotik states (kompulsif minum air) c. Tumor tertentu dari otak dan sumsum tulang belakang3. Oliguria (50 hingga 400 mL pada orang dewasa, atau