Jurnal PKM GT

24
J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010) Vol. 6, No. 2, Juni 2010 Akreditasi: No 816/D/08/2009 BOGOR, INDONESIA JURNAL BIOLOGI INDONESIA ISSN 0854-4425 Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta-Salawati Raja Ampat Papua Rini Riffiani 153 Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977- 2006 Onrizal 163 Keragaman Genetika Ramin [Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz] dari Provinsi Riau Berdasarkan Profil Random Amplified Polymorphic DNA Yulita Kusumadewi, Yuyu S. Poerba, &Tukirin Partomihardjo 173 Laju Kehilangan dan Kondisi Terkini Habitat Baning Sulawesi (Indotestudo forstenii) di Semenanjung Santigi, Sulawesi Tengah, Indonesia Awal Riyanto, Suprayogo Soemarno dan Achmad Farajallah 185 Plant- β Diversity and Composition in Mount Nok and the Waifoi Forest of the Waigeo Raja Ampat Islands: with Special Reference to The Threatened Species Didik Widyatmoko 195 Emisi Gas Dinitrogen Oksida dari Tanah Sawah Tadah Hujan yang diberi Jerami Padi dan Bahan Penghambat Nitrifikasi A. Wihardjaka 211 Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan Karakteristik Jenis Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia Sri Soegiharto, Agus P. Kartono, & Ibnu Maryanto 225 JURNAL BIOLOGI INDONESIA ISSN 0854-4425

Transcript of Jurnal PKM GT

Page 1: Jurnal PKM GT

J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010)

Vol. 6, No. 2, Juni 2010

Akreditasi: No 816/D/08/2009

BOGOR, INDONESIA

JURNALBIOLOGIINDONESIA

ISSN 0854-4425

Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta-Salawati Raja Ampat Papua Rini Riffiani

153

Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977-2006 Onrizal

163

Keragaman Genetika Ramin [Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz] dari Provinsi Riau Berdasarkan Profil Random Amplified Polymorphic DNA Yulita Kusumadewi, Yuyu S. Poerba, &Tukirin Partomihardjo

173

Laju Kehilangan dan Kondisi Terkini Habitat Baning Sulawesi (Indotestudo forstenii) di Semenanjung Santigi, Sulawesi Tengah, Indonesia Awal Riyanto, Suprayogo Soemarno dan Achmad Farajallah

185

Plant- β Diversity and Composition in Mount Nok and the Waifoi Forest of the Waigeo Raja Ampat Islands: with Special Reference to The Threatened Species Didik Widyatmoko

195

Emisi Gas Dinitrogen Oksida dari Tanah Sawah Tadah Hujan yang diberi Jerami Padi dan Bahan Penghambat Nitrifikasi A. Wihardjaka

211

Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan Karakteristik Jenis Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia Sri Soegiharto, Agus P. Kartono, & Ibnu Maryanto

225

JURNALBIOLOGIINDONESIA

ISSN 0854-4425

Page 2: Jurnal PKM GT

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 2 (2010)

Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia.Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologiyang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).

Editor Pengelola

Dr. Ibnu MaryantoDr. I Made Sudiana

Dr. Anggoro Hadi PrasetyoDr. Izu Andry Fijridiyanto

Dewan Editor Ilmiah

Dr. Abinawanto, F MIPA UIDr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB

Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIPDr. Aswin Usup F. Pertanian Universitas Palangkaraya

Dr. Didik Widiyatmoko, PK Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas-LIPIDr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED

Dr. Parikesit, F. MIPA UNPADProf. Dr. Mohd.Tajuddin Abdullah, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia

Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, MalaysiaDr. Srihadi Agung priyono, F. Kedokteran Hewan IPB

Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRADDrs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPIDr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Alamat RedaksiSekretariat

Oscar efendi SSi MSid/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056Fax. (021) 8765068

Email : [email protected] : http://biologi.or.id

Jurnal ini telah diakreditasi ulang dengan nilai A berdasarkan SK Kepala LIPI 816/D/2009 tanggal 28 Agustus 2009.

Page 3: Jurnal PKM GT

J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010)

KATA PENGANTAR

Jurnal Biologi Indonesia edisi volume 6 nomer 2 tahun 2010 yaitu memuat 11artikel lengkap dan sebuah artikel tulisan pendek. Penulis pada edisi ini sangatberagam yaitu dari Departemen Kementerian Kehutanan, Pertanian, Fakultas MIPAIPB, Fakultas Kehutanan IPB, Fakultas. MIPA Universitas Indonesia, FakultasPertanian Universitas Sumatra Utara, Pusat Konservasi Kebun Raya Bogor, PusatPenelitian Limnologi-LIPI Bogor dan Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor. Topikyang dibahas pada edisi ini meliputi empat topik dalam bidang Botani, dua topiktentang mikrobiologi satu topik mengenaik hasil perombakan bakteri dan bahanorganik lainnya dan lima topik dalam bidang zoologi

Beragamnya penulis pada edisi ini yang membahas tiga topik utama yaituZoologi, Botani dan Mikrobiologi diharapkan semakin banyak keragaman pembacadan akhir kata yang diharapkan dari editor jurnal ini akan semakin banyak penulisyang berkeinginan membagi hasil karya penelitiannya dengan menulis ke dalamJurnal Biologi Indonesia.

Editor

Page 4: Jurnal PKM GT

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 2 (2010)

UCAPAN TERIMA KASIH

Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepadapara pakar yang telah turut sebagai penelaah dalam Volume 6, No 2, Juni 2010:

Dr. Niken TM. Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPBIr. Majariana Krisanti MSi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPBOnrizal MSi, Universitas Sumatra UtaraDr.Tike Sartika, Balitnak, Departemen Pertania, Ciawi bogorDr. Dwi Astuti, Puslit Biologi-LIPIDrs. Edi Mirmanto MSc, Puslit Biologi-LIPIDrs. Roemantyo, Puslit Biologi-LIPIDrs. M. Noerdjito, Puslit Biologi-LIPIDrh. Anang S. Achmadi MSc, Puslit Biologi-LIPISigit Wiantoro SSi ,MSc Puslit Biologi-LIPIIr. Dwi Agustiyani MSc, Puslit Biologi-LIPI

Edisi ini dibiayai oleh DIPA Puslit Biologi-LIPI 2010

Page 5: Jurnal PKM GT

J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010)

DAFTAR ISI

Isolasi Bakteri Pendegradasi Phenanthrene dari Batanta-Salawati Raja Ampat Papua Rini Riffiani

153

Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977-2006 Onrizal

163

Keragaman Genetika Ramin [Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz] dari Provinsi Riau Berdasarkan Profil Random Amplified Polymorphic DNA Yulita Kusumadewi, Yuyu S. Poerba, &Tukirin Partomihardjo

173

Laju Kehilangan dan Kondisi Terkini Habitat Baning Sulawesi (Indotestudo forstenii) di Semenanjung Santigi, Sulawesi Tengah, Indonesia Awal Riyanto, Suprayogo Soemarno dan Achmad Farajallah

185

Plant- β Diversity and Composition in Mount Nok and the Waifoi Forest of the Waigeo Raja Ampat Islands: with Special Reference to The Threatened Species Didik Widyatmoko

195

Emisi Gas Dinitrogen Oksida dari Tanah Sawah Tadah Hujan yang diberi Jerami Padi dan Bahan Penghambat Nitrifikasi A. Wihardjaka

211

Pengelompokan Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar Berdasarkan Karakteristik Jenis Pakan Polen di Kebun Raya Bogor, Indonesia Sri Soegiharto, Agus P. Kartono, & Ibnu Maryanto

225

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen Eko Sulistyadi

237

Analysis of Nutrient Requirement and Feed Efficiency Ratio of Maroon Leaf Monkey (Presbytis rubicunda Mueller, 1838) Wartika Rosa Farida

255

Oksidasi Nitrit Oleh Bakteri Heterotrofik Pada Kondisi AerobikDwi Agustiyani, Ruly Marthina Kayadoe & Hartati Imamuddin

265

Pencirian Karbon Organik Air Sungai Citarum Hulu Dari Masukan Air Limbah Penduduk dan Industri Eko Harsono dan Sulung Nomosatryo

277

TULISAN PENDEK Arti Kebun Raya Bogor Bagi Kehidupan Kumbang Sungut Panjang (Coleoptera, Cerambicidae) Woro Anggaraitoningsih Noerdjito

289

Page 6: Jurnal PKM GT

237

Jurnal Biologi Indonesia 6(2): 237-253 (2010)

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi KelestarianBurung Endemik Dataran Rendah Pulau Jawa

Studi Kasus di Kabupaten Kebumen

Eko SulistyadiBidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi – LIPI. Email : [email protected]

ABSTRACT

Capability of Nir-Conservation Area for Preserving Jawa Lowland Endemic: CaseStudy in Kebumen District. Indonesia region is inhabited by 1.598 birds which 372 Indonesianendemic birds and 56 species of them are Jawa endemic. Amongs of jawa endemic birds, 19species are lowland occupant. Indeed the birds play important roles in ecosystem as agents ofpest population control, pollination, and seed dispersal. In lowland area of Jawa, intensivetransformation of land use exacerbated by no conservation area may threaten presence of theendemic birds. This study aims to assess caring capacity of disrupted area in low lands forpreserving endemic birds of Jawa.

The study was conducted in Bedegelon river covering northern mountaneus area ofKebumen district from October-November 2007 using encounter rates methode. Survey wascarried out in three farm types: agroforestry (wanatani), intercropping agriculture area(tumpangsari) and mixed area of vegetation-settelment area (sempadan sungai).

Result shows that four spesies Jawa lowland endemik birds was found in observed area.Lonchura leucogastroides and dicaeum trochileum found at all farm type, Prinia familiarisfound at intercropping agriculture area (tumpangsari). Alcedo coerulescens were observed atagroforestri area (wanatani) and mixed of vegetation-settelment area (sempadan sungai) farmtype.

Key words : Jawa endemik birds, diversity, Jawa lowland, farm tipe, kebumen district

PENDAHULUAN

Mengingat bahwa setiap jenis hayatimemiliki fungsi dalam melestarikanekosistem yang ditempatinya, makasudah seyogyanyalah bahwa setiap jenishayati harus tetap dipertahankankeberadaan dan fungsinya. Namundemikian, di antara sedemikian banyakjenis hayati yang terdapat di bumi ini,beberapa kelompok di antaranya jukaada perubahan lingkungan pendukung-

nya akan menjadi rawan punah.Kelompok hayati rawan punah tersebutantara lain yang bersifat endemik, migrant,pemangsa puncak, megaherbivora danberbiak dalam kelompok. Oleh karena itujenis hayati yang termasuk dalamkelompok rawan punah perlu tetapmemiliki habitat dengan luasan yang cukupdalam bentuk kawasan konservasi.

Indonesia telah ditetapkan sebagainegara megadiversity ke dua terbesar didunia (Mittermeier & Mittermeier 1997).

Page 7: Jurnal PKM GT

238

Eko Sulistyadi

Selanjutnya juga dikatakan pula bahwadi dunia tercatat ada 9.040 jenis burung,1.531 jenis diantaranya terdapat diIndonesia dengan 397 jenis (26%)endemik. Dalam thesisnya, van Balen(1999) menyebutkan bahwa terdapat 12jenis burung endemik dataran rendahPulau Jawa dan terdapat 12 jenis burungdataran rendah Pulau Jawa yangterancam punah.

Pulau Jawa merupakan salah satupulau terpadat di dunia dengan jumlahpenduduk diperkirakan 96 juta jiwa dankepadatan 800 jiwa/km2 (MacKinnon dkk1998); penebangan hutan di Pulau Jawayang telah terjadi mulai abad 16 danmencapai puncak pada abad 19 telahmemberikan kontribusi terhadap penyusu-tan penutupan vegetasi di Jawa (terutamahutan hujan) yang sekarang diperkirakantinggal 2,3% atau kurang (van Balen1999). Fakta ini menggam-barkan bahwahampir seluruh lahan dataran rendah diJawa telah dialihfungsi-kan menjadi lahanpertanian dan pemukiman. Partasasmita(2003) menyebutkan bahwa dampaknegatif dari pertumbuhan populasimanusia, laju deforestrasi dan fragmentasihabitat yang terus terjadi mempengaruhipersebaran maupun kelimpahan berbagaijenis burung. Studi penyebaran burung diJawa (van Balen 1999) menunjukkanadanya pola kenampakan abnormaldalam penyebaran burung pada berbagaiketinggian. Terlihat penurunan jumlahjenis yang signifikan pada zona bukit padaketinggian 300-1500m. Kondisi inimenggambarkan adanya pengaruhaktivitas manusia yang mendesak habitatsatwa liar termasuk burung.

Hanya ada beberapa kawasankonservasi yang berfungsi baik di dataranrendah P Jawa yaitu di Jawa Baratterdapat TN Ujung Kulon dan di JawaTimur terdapat TN Merubetiri, TNBaluran dan TN Alas Purwo (Rais dkk2007). Jawa Tengah tidak memilikikawasan konservasi dataran rendah yangmemadai, padahal untuk kelestarian jenishayati selain ketersediaan populasi yangcukup juga perlu adanya pertukaran genantar populasi. Oleh karena itu dirasaperlu dilakukan penelitian perihal potensikawasan nir-konservasi sebagai kawasanpendukung kelestarian burung di JawaTengah sebagai penghubung kawasankonservasi yang ada di Jawa Baratdengan Jawa Timur yang meliputipopulasi TN Ujung Kulon, TN Merubetiri,TN Baluran dan TN Alas Purwo. Untukitu dilakukan penelitian di dataran rendahdengan ketinggian dibawah 500 meter diperbukitan utara Kebumen. Tipeekosistem yang dipilih adalah lahanpertanian yang umum terdapat di lahanpertanian Jawa yaitu pola wanatani,tumpangsari dan sempadan sungai.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian ini dilakukan pada bulanOktober-November 2007 di daerah aliransungai Bedegolan termasuk perbukitanutara Kabupaten Kebumen. Pengamatandilakukan pada tiga tipe lahan yaitu (1)wanatani, terletak di perbukitan padaketinggian ± 500 m. dpl. Tumbuhanutama pada lahan ini adalah jati (Tectonagrandis), kelompok nangka (Arthocar-pus spp.), beringin (Ficus benjamin) dansaman (Samanea saman). Lahan ini

Page 8: Jurnal PKM GT

239

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi

relatif tidak diolah tanahnya danpepohonannya tidak di tebang; (2)tumpangsari, terletak di perbukitan padaketinggian ± 500 m. dpl. Dengantumbuhan utama beringin, kelompoknangka, dan asam (Tamarindus indica).Tanah lahan ini setiap kali diolah untukditanami ulang dengan ubi jalar (Ipomoeabatatas),ketela pohon (Manihotesculenta), jagung (Zea mays) dan albisia(Albizia falcataria); (3) sempadansungai (Bedegolan), terletak di dataranrendah dengan ketinggian ± 200 m. dpl.Lahan ini didominasi oleh tanaman kelapa(Cocos nucifera), pisang (Musaparadisiaca), mangga (Mangiveraspp.), dan jambu batu (Psidiumguajava). Lahan ini tidak diolah, vegetasiyang ada merupakan campuran antaratumbuhan (liar) dan tanaman masyarakat.

Sensus burung dilakukan denganmetoda encounter rates (Bibby dkk1998) yaitu gabungan antara metodapengamatan titik dan jalur sepanjang ± 2km. Pengamatan dilakukan denganmenggunakan binokuler 8 X 30 danpengukur waktu. Penghitungan dilakukanberdasarkan jumlah temuan individudalam satu jalur dalam waktu 1 jampengamatan dengan pengulangan empatkali pada waktu yang berbeda. Penga-matan dilakukan antara pukul 06.00-07.00, 07.00-08.00, 16.00-17.00 dan17.00-18.00.

Untuk memastikan bahwa pengam-bilan contoh sudah dapat mewakilipopulasi masing-masing jenis burungmaka data yang diperoleh diuji denganbootstrap. Kecukupan data ditunjukkanoleh tiga grafik yang terbentuk dengangrafik bootstrap berada di antara Jack

2 means dengan jenis terobservasi Sobs(mao tau). Uji bootstrap dilakukandengan bantuan software EstimateS ver7.00. Jika data yang terkumpul telahmemenuhi syarat maka berbagaiperhitungan lain layak untuk dilanjutkan.

Untuk mengetahui tingkat keane-karagaman jenis burung di masing-masingtipe lahan dilakukan dengan caramembandingkan jumlah individu setiapjenis burung dengan jumlah total individuburung yang terhitung. Hasil analisis inidikenal dengan sebutan Indeks Keane-karagaman Shannon-Wienner (H’).indeks keanekaragaman ShannonWienner dijelaskan dengan pendekatanindeks kemerataan Evenness (E) yangbesarnya antara 0–1 (Ludwig & Reynold1988). Indeks kemerataan menggambar-kan tingkat kemerataan populasi suatujenis burung yang diperoleh denganmembagi nilai keanekaragaman denganjumlah jenis yang ditemukan.

Untuk melihat perbandingankeanakeragaman jenis burung antarhabitat dipakai uji beda (t). Hasil uji inidiharapkan dapat menggambarkanperbandingan nilai rata-rata keanekara-gaman antar habitat.

Kelimpahan relatif jenis burungdihitung dengan menggunakan metodeencounter rates (Bibby et al. 1998).Kelimpahan relatif menggambarkanjumlah individu dari suatu jenis burungyang kemungkinan dapat ditemukandalam setiap 10 jam pengamatan.Selanjutnya Bibby dkk (1998) memberi-kan batasan bahwa jika kelimpahan relatifsuatu jenis burung kurang dari 0,1 makajenis tersebut disebut jarang, antara 0,1sampai 2,0 disebut tidak umum, antara 2,1

Page 9: Jurnal PKM GT

240

Eko Sulistyadi

Gambar 1. Perbandingan jumlah jenis dan jumlah individu burung antar habitatHabitat

550

25

268

20

187

20

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3

jml individu

jml jenis

Habitat

550

25

268

20

187

20

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3

jml individu

jml jenis

sampai 10,0 disebut sering, antara 10,1sampai 40,0 disebut umum dan lebih dari40,0 disebut melimpah.

Untuk melihat pengelompokkanjenis burung dan faktor-faktor yangmempengaruhinya digunakan analisiskelompok dengan menggunakan indeksketidaksamaan Bray curtis dandianalisis dengan bantuan programNTSYSpc 2.1.

Jenis-jenis burung endemik pulauJawa dan habitat pilihannya dicatatmengikuti penelusuran buku Mac-Kinnon dkk 1998, Wishnu dkk 2007.

HASIL

Keanekaragaman jenis burungTeramati sebanyak 30 jenis burung

di lokasi penelitian dengan jumlahindividu 1.005 ekor. Di lahan wanataniditemukan 25 jenis burung denganjumlah individu 550 ekor, di lahantumpangsari ditemukan 20 jenis denganjumlah individu 268 ekor dan di lahansempadan sungai ditemukan 20 jenisdengan jumlah individu 187 ekor.Terdapat 17 jenis burung dari daerah

wanatani yang sama dengan di daerahtumpangsari, 18 burung dari daerahwanatani yang sama dengan dari daerahsempadan dan 16 jenis burung dari daerahtumpangsari yang sama dengan daridaerah sempadan. Data lengkapmengenai nilai keanekaragaman tiap jenisburung dapat dilihat pada Tabel 1. Grafikperbandingan jumlah jenis dan jumlahindividu antar habitat dapat dilihat padaGambar 1.

Kekayan jenis burung tertinggitercatat di lahan wanatani dengan 25 jenis(550 ekor) dan indeks keragaman jenis3,707 serta indeks kemerataan 0,359; dilahan tumpangsari terdapat 20 jenis (268ekor) dengan indeks keanekaragamanjenis 3,757 dan indeks kemerataan 0,533;di lahan sempadan terdapat 20 jenis (187ekor) dengan indeks keragaman 3,573dan indeks kemerataan 0,416. Dengandemikian lahan tumpangsari memilikikeanakaragaman jenis burung tertinggidengan populasi yang merata untuk tiapjenis. Keanekaragaman jenis burung dilahan wanatani cukup tinggi namunkemerataan jenisnya rendah, sedangkanlahan sempadan sungai keanekaragaman

Page 10: Jurnal PKM GT

241

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi

Tabel 1. Keanekaragaman jenis burung di tiap tipe lahan

jenis burungnya paling rendah dengankemerataan jenis yang lebih tinggidibandingkan lahan wanatani.

Uji beda (t) dengan rentangkepercayaan 95% menunjukkanperbedaan keanekaragaman jenis burungyang signifikan antar tipe lahan. Lahanwanatani dengan lahan tumpangsariberbeda nyata P < 0,009. Lahantumpangsari dengan lahan sempadansungai berbeda nyata dengan P < 0,005.Perbedaan signifikan P< 0,004 jugaterlihat antara lahan wanatani denganlahan sempadan sungai.

Analisis Estimate SBerdasarkan analisis Estimate S

diperkirakan terdapat 32 jenis burung dilokasi penelitian namun hasil observasihanya menunjukkan terdapat 30 jenis.Pada lahan wanatani ditemukan 25 jenisburung namun analisis bootstrapmemperkirakan dapat ditemukan 27 jenis.Pada lahan tumpangsari dan sempadansungai masing-masing ditemukan 20 jenisburung yang diperkirakan dapatditemukan 22 jenis burung (Gambar 2).

Kelimpahan Relatif Jenis BurungDengan menjumlahkan seluruh hasil

pengamatan setiap jenis (12 kali penga-matan masing-masing selama 1 jam) disetiap lahan kemudian dibagi 10/12 maka

diperoleh kelimpahan relatif jenis burungpada masing-masing lahan (Tabel 2).Pada tabel tersebut terlihat bahwa dilahan wanatani terdapat 8 jenis burungyang melimpah, 10 jenis umum, 2 jenissering, 5 jenis tidak umum dan tidak adayang termasuk kategori jarang; di lahantumpangsari terdapat 10 jenis burungyang melimpah, 4 jenis umum, 6 jenissering, tidak ada jenis burung yangtercatat dengan kategori jarang; dan dilahan sempadan terdapat 5 jenis burungyang melimpah, 9 jenis umum, 6 jenissering, tidak ada jenis burung yangtercatat dengan kategori tidak umum ataujarang.

Tercatat 6 jenis burung melimpah diketiga tipe lahan, yaitu jenis walet sarang-putih, walet sarang-hitam dan sriti linchi(Aerodramus fuciphagus, Aerodramusmaxima, Collocalia linchi), madusriganti (Nectarinia jugularis), cinenenkelabu (Orthotomus ruficeps), dansepah kecil (Pericrocotus cinnamo-meus). Keberadaan jenis tumbuhanseperti kelompok nangka (Arthocarpusspp.), akasia (Acacia spectabilis), randu(Ceiba pentandra), dan asam (Tamarin-dus indica) menyediakan serangga dannektar yang menjadi pakan bagi jenisburung tersebut. Empat jenis burungtercatat dengan kategori umum di lahansempadan sungai, sedangkan di dua tipe

Tipe lahan Indeks Wanatani Tumpangsari Sempadan sungai Indeks keanekaragaman Shannon (H’) 3,707 3,757 3,573 Indeks kemerataan Evennes (E’) 0,359 0,533 0,416

Page 11: Jurnal PKM GT

242

Eko Sulistyadi

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4

Sobs (Mao Tau)

Jack 2 Mean

Bootstrap Mean

0

5

10

15

20

25

1 2 3 405

1015202530354045

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pengamatan Pengamatan

PengamatanPengamatan

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4

Sobs (Mao Tau)

Jack 2 Mean

Bootstrap Mean

0

5

10

15

20

25

1 2 3 405

1015202530354045

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4

Sobs (Mao Tau)

Jack 2 Mean

Bootstrap Mean

0

5

10

15

20

25

1 2 3 405

1015202530354045

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pengamatan Pengamatan

PengamatanPengamatan

Gambar 2. Nilai Observasi, perkiraan jumlah, dan bootstrap hasil analisis estimatesS ( A=Wanatani, B=Tumpang sari, C= Sempadan sungai D= Seluruh lahan).

A) B)

C) D)

lahan yang lain tercatat melimpah yaitubondol jawa (Lonchura leucogastroi-des), bondol peking (Lonchurapunctulata), madu kelapa (Anthreptesmalacensis) dan cekakak sungai(Todirhamphus chloris). Tekukur biasa(Streptopelia chinensis) hanya tercatatumum di lahan wanatani sedangkan dilahan tumpangsari dan sempadan sungaitercatat melimpah. Data lengkap dapatdilihat pada Tabel 2.

Analisis kelompokHasil analisis pengelompokan

ketidaksamaan bray curtis padakoefisien ketidaksamaan 0,65 (Gambar 3)untuk setiap jenis burung denganmenggunakan NTSYS spc 2.1menunjukkan bahwa di ketiga lahanterdapat 7 kelompok yang terpisah.1. Kelompok pertama terdiri atas wallet

sarang-putih (Aerodramus fucipha-

gus), walet sarang-hitam (Aerodramusmaximus), sriti linchi (Collocalialinchi), madu sriganti (Nectariniajugularis), cinenen kelabu (Orthoto-mus ruficeps), sepah kecil (Pericro-cotus cinnamomeus), bondol jawa(Lonchura leucogastroides), cekakaksungai (Todirhamphus chloris),bondol peking (Lonchura punctulata),madu kelapa (Anthreptes malacensis),cabai jawa (Dicaeum trochileum),tekukur biasa (Streptopelia chinensis),gelatik batu kelabu (Parus major), dancucak kutilang (Pycnonotusaurigaster).

2.Kelompok kedua terdiri atas prenjakpadi (Prinia inornata), caladi tilik(Picoides moluccensis), cici padi(Cisticola juncidis), cici merah(Cisticola exilis), cipoh kacat(Aegithina tiphia), kacamata biasa(Zosterops palpebrosus), gemak

Page 12: Jurnal PKM GT

243

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi

Kelimpahan relatif

Wanatani Tumpangsari Sempadan sungai Jenis burung

Jml/10 jam Kategori Jml/10 jam Kategori Jml/10 jam Kategori

Walet liur (Aerodramus fuciphagus), walet sarang-hitam (Aerodramus maxima) dan sriti linchi (Collocalia linchi Horsfield & Moore, 1854)

223,10 1 160 1 137,14 1

Madu sriganti (Nectarinia jugularis) 123,38 1 80 1 57,14 1

Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) 108,17 1 60 1 74,29 1

Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus) 74,37 1 110 1 171,43 1

Bondol jawa (Lonchura leucogastroides) 62,54 1 55 1 34,29 2

Bondol peking (Lonchura punctulata) 43,94 1 52,5 1 17,14 2

Madu kelapa (Anthreptes malacensis) 42,25 1 62,5 1 17,14 2

Cekakak sungai (Todirhamphus chloris) 42,25 1 47,5 1 34,29 2

Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) 32,11 2 55 1 45,71 1

Cabai jawa (Dicaeum trochileum) 28,73 2 42,5 1 22,86 2

Prenjak padi (Prinia inornata) 25,35 2 7,5 3 5,71 3

Caladi tilik (Picoides moluccensis) 16,90 2 15 2 11,43 2

Cipoh kacat (Aegithina tiphia) 13,52 2 12,5 2 5.71 3

Gemak tegalan (Turnix sylvatica) 10,14 2 5 3 5.71 3

Gelatik batu kelabu (Parus major) 5,07 3 7,5 3 17,14 2

Cekakak jawa (Halcyon pileata) 5,07 3 5 3 5.71 3

Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) 18,59 2 40 2 --- ---

Raja udang biru (Alcedo coerulescens) 1,69 4 --- --- 11,43 2

Pijantung kecil (Arachnothera everetti) 1,69 4 --- --- 17,14 2

Cici padi (Cisticola juncidis) 21,97 2 --- --- --- ---

Cici merah (Cisticola exilis) 13,52 2 --- --- --- ---

Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) 11,83 2 --- --- --- ---

Bubut jawa (Centropus nigrorufus) 1,69 4 --- --- --- ---

Kipasan belang (Rhipidura javanica) 1,69 4 --- --- --- ---

Elang hitam (Ictinaetus malayensis) 1,69 4 --- --- --- ---

Laying-layang api (Hirundo rustica) --- --- 12,5 2 --- ---

Gagak kampung (Corvus macrorhynchos) --- --- 5 3 --- ---

Prenjak jawa (Prinia familiaris). --- --- 2,5 3 --- ---

Raja udang meninting (Alcedo meninting) --- --- --- --- 5.71 3

Wiwik uncuing (Cuculus sepulcralis) --- --- --- --- 5,71 3

Total jenis 25 jenis 20 jenis 20 jenis

Tabel 2. Kelimpahan relatif jenis burung di tiap tipe lahan

Page 13: Jurnal PKM GT

244

Eko Sulistyadi

tegalan (Turnix sylvatica), dancekakak jawa (Halcyon cyanoven-tris).

3.Kelompok ketiga terdiri atas pijantungkecil (Arachnothera longirostra) danelang hitam (Ictinaetus malayensis).

4.Kelompok keempat terdiri atas raja-udang biru (Alcedo coerulescens),bubut alang-alang (Centropusbengalensis) dan kipasan belang(Rhipidura javanica).

5.Kelompok kelima terdiri atas layang-layang api (Hirundo rustica) dangagak kampung (Corvus macrorhyn-chos).

6.Kelompok keenam adalah prenjak jawa(Prinia familiaris).

7.Kelompok ketujuh adalah raja-udangmeninting (Alcedo meninting) danwiwik uncuing (Cuculus sepulcralis).

Sukmantoro dkk (2007) mengung-kapkan bahwa wilayah Indonesiaditempati oleh 1.598 jenis burung;sebagian bersifat menetap dan sebagian

lagi bersifat migran. Diketahui jugabahwa di Pulau Jawa terdapat 507 jenisburung dengan 56 jenis merupakan jenisendemik Indonesia dan 32 jenisdiantaranya hanya terdapat di Jawa (Lampiran 1). Penelusuran jenis burungberdasarkan ketinggian tempat dan tipehabitat (MacKinnon dkk 1998) menunjuk-kan ada 19 jenis burung endemik Jawayang dapat hidup di dataran rendah.Habitat yang banyak dihuni oleh burungendemik dataran rendah adalah paya-paya, pesisir pantai, hutan sekunderdataran rendah, kebun, lahan pertanian,semak hutan perbukitan dan padangrumput dataran rendah. Salah satuburung dataran rendah endemik Jawayang diduga telah punah yaitu trulek jawa(Vanellus macropterus Wagler, 1827).

PEMBAHASAN

Di ketiga lahan penelitian secarakeseluruhan ditemukan 30 jenis burung.

Gambar 3. Pengelompokan jenis burung berdasarkan indeks ketidaksamaan bray curtis.Koefisien

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00

L.leucogastroid

C.linchi N.jugularis O.ruficeps

P.cinnamomeus L.leucogastroid

T.chloris L.punctulata A.malacensis D.trochileum

S.chinensis P.major

P.aurigaster P.inornata

P.moluccensis C.juncidis

C.exilis A.tiphia

Z.palpebrosus T.sylvatica

H.cyanoventris A.longirostra I.malayensis

A.coerulescens C.bengalensis

R.javanica H.rustica

C.macrorhynchos P.familiaris

A.meninting C.sepulcralis

Page 14: Jurnal PKM GT

245

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi

Analisis Estimate S (Gambar 2)menunjukkan bahwa di ketiga lahanpenelitian diperkirakan terdapat 32 jenis.Sedangkan di lahan wanatani diperkira-kan terdapat 27 jenis, di lahan tumpang-sari dan sempadan diperkirakan terdapat22 jenis burung. Selisih antara perkiraandan hasil observasi disebabkan adanyakesulitan mengaidentifikasi antara sritilinchi (Collocalia linchi), walet sarang-hitam (Aerodramus maxima) dan waletsarang-putih (Aerodramus fuciphagus)yang selalu terbang. Walaupun tidaksempurna namun karena bootstrap hasilkeempat kali ulangan seluruh berada diantara rata-rata dengan observasi makadapat dikatakan bahwa pengamatan yangdilakukan sudah benar sehingga data yangdiperoleh layak untuk dianalisis lebihlanjut.

Perbedaan keanekaragaman jenisburung antar tipe lahan terlihat dari hasiluji (t) dengan nilai yang signifikan.Keanekaragaman jenis burung tertinggidimiliki oleh lahan tumpangsari dengankemerataan jenis burung yang paling tinggidibandingkan lahan yang lain. Lahanwanatani memiliki kekayaan jenis burungyang lebih tinggi (25 jenis), sedangkanlahan sempadan sungai diketahui memilikikekayaan jenis terendah dengankemerataan jenis lebih rendah dari lahantumpangsari namun lebih tinggi dari lahanwanatani . Perbedaan jenis burung antartipe lahan merupakan wujud dariperbedaan daya dukung pada tiap lahan.Menurut (Wiens 1992; Krebs & Davis1978) burung memiliki kemampuan untukmemilih habitat yang sesuai denganketersediaan sumberdaya yangmendukung kebutuhan hidupnya.

Lahan wanatani yang relatif masihalami dan ditumbuhi pohon jati (Tectonagrandis), kelompok nangka (Arthocar-pus spp.), beringin (Ficus Benjamin) dansaman (Samanea saman) disenangi olehjenis burung yang beraktifitas di tajuk dankerimbunan pohon seperti Kacamata(Zosterops palpebrosus); lahantumpangsari yang diolah untuk ditanamiubi jalar (Ipomoea batatas), ketelapohon (Manihot esculenta) dan jagung(Zea mays) lebih banyak dihuni olehburung pemakan serangga yang meman-faatkan strata bawah, semak dantanaman pertanian tersebut untukmencari makan. Wiwik uncuing (Caco-mantis sepulcralis) dan Raja udangmeninting (Alcedo meninting) cenderungmenyukai habitat tertutup dekat perairanyang dapat dijumpai pada lahan sempadansungai.

Keberadaan tumbuhan sangat terkaitdengan ketersediaan pakan, tempatbersarang, perlindungan dari pemangsadan juga faktor mikroklimat, dengan demi-kian tumbuhan dapat mempengaruhi adadan tidaknya suatu jenis burung di suatulokasi. Hal ini sesuai dengan pendapatPartasasmita (2003) bahwa perubahankomposisi komponen habitat berupa jenis-jenis tumbuhan yang berimplikasilangsung terhadap peru-bahan keterse-diaan sumberdaya, akan merubah pulakomposisi burung-burung yang meman-faatkanya yang sekaligus akan merubahjenis burung yang mendiami habitattersebut.

Pada lahan yang banyak berhubu-ngan dengan aktivitas manusia yaitu lahantumpangsari dan lahan sempadan sungaidiketahui kekayaan jenis burungnya lebih

Page 15: Jurnal PKM GT

246

Eko Sulistyadi

rendah (20 jenis) dibandingkan lahanwanatani yang cenderung lebih alami (25jenis). Odum (1971) menjelaskan bahwakeanekaragaman jenis burung cenderungrendah dalam ekosistem yang terkendalisecara fisik dan cenderung tinggi dalamekosistem yang diatur secara biologi.Namun demikian perlu diperhatikan jugabahwa kadang kekayaan jenis yang tinggitidak selalu diikuti dengan kemerataanjenis yang tinggi pula, hal inilah yangmenyebabkan tidak semua lokasi yangmemiliki kekayaan jenis yang tinggikeanekaragaman jenisnya juga tinggi.Aktivitas manusia (pengolahan lahanpertanian) akan berdampak padapenurunan keanekaragaman jenistumbuhan asli yang juga akan berdampakpada perubahan jenis burung yang ada.Krebs dan Davis (1978) mengemukakanbahwa ketidakhadiran suatu jenis burungdi satu tempat disebabkan oleh beberapafaktor diantaranya yaitu ketidakcocokanhabitat, perilaku (seleksi habitat),kehadiran jenis hewan lain (predator,parasit dan pesaing) dan faktor kimia-fisika lingkungan yang berada di luarkisaran toleransi jenis burung yangbersangkutan.

Keberadaan berbagai jenis burung,terutama jenis endemik dataran rendahJawa di lokasi penelitian menunjukkanbahwa ketersediaan daya dukung yangberagam pada tiap lahan dapatmendukung jenis burung yang lebihberaneka ragam pula. Rosenzweig(1995) menjelaskan bahwa setiap jenismembutuhkan habitat yang sesuai untukdapat bertahan hidup. Habitat denganvariasi yang lebih besar akan berbandinglurus dengan variasi jenis yang lebih besar

pula. Cabai jawa (Dicaeum trochileum)dan bondol jawa (Lonchura leucogas-troides) terdapat di semua tipe lahannamun demikian terdapat perbedaankelimpahan yang tentunya berhubungandengan daya dukung lingkungan.Dicaeum trochileum tercatat melimpahdi lahan tumpangsari sedangkanLonchura leucogastroides tercatatmelimpah di lahan wanatani dan lahantumpangsari. Raja udang biru (Alcedocoerulescens) tercatat umum di lahansempadan sungai namun tidak umum dilahan wanatani karena jenis ini lebihmenyukai daerah yang memiliki aliran air.

Jenis walet dan sriti (Aerodramusfuciphagus + Aerodramus maxima +Collocalia linchi) serta sepah kecil(Pericrocotus cinnamomeus) memilikinilai kelimpahan relatif yang tinggi di lahanwanatani dan lahan tumpangsari. Kondisivegetasi yang didominsi oleh kelompoknangka (Arthocarpus spp.) dan beringin(Ficus benjamina) pada kedua lahanserta pohon saman (Samanea saman)pada lahan wanatani dan pohon asem(Tamarindus indica)di lahan tumpang-sari menyediakan sumber pakan berupaserangga yang berlimpah untuk jenis-jenisburung pemakan serangga tersebut.Ruang terbuka di atas tajuk pohon sertaadanya pergerakan serangga terbangmerupakan kondisi yang disenangi olehjenis walet dan sriti untuk berburu mangsadengan cara menyambar serangga yangsedang terbang. Adanya area yangditanami Ipomoea batatas, Manihotesculenta dan Zea mays di lahantumpangsari juga menyediakan ruangterbuka bagi pergerakan jenis walet dansriti (Aerodramus fuciphagus/

Page 16: Jurnal PKM GT

247

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi

Aerodramus maxima/ Collocalialinchi) dan sekaligus menyediakanserangga terbang yang melimpah yangmerupakan sumber pakan utamanya.Burung sepah kecil (Pericrocotuscinnamomeus) menyenangi lahan yangmemiliki tumbuhan dengan kondisi bawahtajuk yang relatif terbuka (Noerdjito2009). Kondisi vegetasi di lahantumpangsari yang lebih terbuka menyeba-bkan penutupan bawah tajuk cenderunglebih terbuka dan tidak terlalu rapat, halinilah yang menyebabkan sepah kecil(Pericrocotus cinnamomeus) lebihmelimpah di lahan tumpangsari daripadadi lahan wanatani. Jenis cinenen kelabu(Orthotomus ruficeps) tercatat melim-pah di lahan wanatani karena jenis inimempunyai kemampuan mencari pakandi tempat yang agak rimbun; jarakpercabangan yang tidak terlalu jauh dapatmendukung pergerakan jenis burung inidalam mencari serangga sebagaipakannya (Noerdjito 2009). Jenis-jenistumbuhan seperti disebutkan di depanjuga menyediakan sumber nektar (bunga)untuk burung madu sriganti (Nectariniajugularis) sehingga jenis burung ini jugacukup melimpah di lahan wanatani.Keberadaan burung tekukur biasa(Streptopelia chinensis) di lahantumpangsari juga mengindikasikanadanya lahan terbuka/pertanian yangbiasanya digunakan untuk mencari makan(Noerdjito 2009).

Lahan sempadan sungai dikuasaioleh burung madu sriganti (Nectariniajugularis) dan cinenen kelabu(Orthotomus ruficeps). Kondisivegetasi yang didominasi oleh kelapa(Cocos nucifera) merupakan sumber

nektar bagi burung madu sriganti,sedangkan keberadaan pisang (Musaparadisiaca), mangga (Mangiveraspp.), dan jambu batu (Psidium guajava)selain menyediakan nektar (bunga) jugamenyediakan pakan berupa serangga danmenyediakan percabangan bagi burungcinenen kelabu (Orthotomus ruficeps)untuk berpindah tempat dan mencarimakan. MacKinnon (1998) menjelaskanbahwa jenis cinenen kelabu menyukaihabitat semak, kebun, dan aktif mulai daristrata bawah sampai ke puncak pohon.

Pengelompokan jenis berdasarkanindeks ketidaksamaan braycurtis(Gambar 3) menunjukkan adanya 7kelompok. Kelompok pertama terdiri dari12 jenis burung yaitu Walet liur(Aerodramus fuciphagus), waletsarang-hitam (Aerodramus maxima) dansriti linchi (Collocalia linchi), sampaidengan cucak kutilang (Pycnonotusaurigaster) (Gambar 3). Kelompok initerdiri dari jenis-jenis burung yang bersifatkosmopolitan yang mempunyai rentanghabitat luas, hal ini ditunjukkan dengan 11jenis burung tersebut dapat ditemukan disemua tipe lahan dan satu jenis yaitukutilang (Pycnonotus aurigaster)ditemukan di lahan wanatani dantumpangsari. Perubahan habitat yangterjadi di hutan dataran rendah yang telahdiubah menjadi areal terbuka menye-babkan beberapa spesies burungmengalami perubahan strata tempatmencari makannya dan luas daerahjelajahnya bertambah (Partasasmita2003), pada kasus jenis burungkosmopolitan yang memiliki kemampuanmemanfaatkan sumberdaya yangberagam sangat memungkinkan bagi

Page 17: Jurnal PKM GT

248

Eko Sulistyadi

jenis-jenis ini untuk hidup di ketiga tipelahan yang mempunyai daya dukungberbeda.

Kelompok kedua terdiri dari 8 jenisburung yaitu prenjak padi (Priniainornata) sampai dengan cekakak jawa(Halcyon cyanoventris) (Gambar 3).Kelompok burung ini semuanya dapatditemukan di lahan wanatani, dimana tigajenis diantaranya yaitu Zosteropspalpebrosus, Cisticola juncidis, danCisticola exilis hanya bisa ditemukan dilahan wanatani. Zoosterops palpebro-sus merupakan burung yang menyukaihidup di puncak pohon yang tinggi(MacKinnon dkk 1998) yang masihbanyak dijumpai di lahan wanatani.Kelompok ketiga terdiri dari Arachno-thera longirostra dan Ictinaetusmalayensis merupakan jenis burung yangmenyukai habitat dengan vegetasi cukuplebat, karena itulah jenis ini hanyaditemukan di lahan wanatani yang banyakdidominasi oleh jenis pohon sepertiTectona grandis, Arthocarpus spp.,Ficus benjamina dan Samanea saman.MacKinnon dkk. (1998) juga menjelaskanbahwa kedua jenis burung ini senanghidup di hutan bukit dengan vegetasi yangcukup lebat.

Kelompok keempat terdiri dari raja-udang biru (Alcedo coerulescens), bubutalang-alang (Centropus bengalensis)dan kipasan belang (Rhipidura javanica)yang merupakan jenis-jenis yang sukaberada di dekat aliran air. Keberadaanaliran mata air di lahan wanatani menjadifaktor yang menyebabkan pengelompok-kan jenis ini. Kelompok kelima terdiri dariHirundo rustica dan Corvus macro-rhynchos merupakan jenis burung yang

hanya ditemukan pada lahan tumpangsari.Kedua burung ini menyukai tempatterbuka. Menurut MacKinnon dkk. (1998)Corvus macrorhynchos banyakditemukan pada lahan terbuka dekat desa,sedangkan Hirundo rustica seringterlihat melayang di lahan terbuka untukmenyambar serangga yang menjadimakanannya. Fakta ini sesuai dengankondisi di lahan tumpangsari.

Kelompok keenam adalah burungPrinia familiaris yang menyukai habitatsekunder terbuka (MacKinnon dkk 1998)sehingga jenis ini hanya ditemukan dilahan tumpangsari yang cenderungterbuka dan menyediakan banyakserangga sebagai pakan utama.MacArthur (1965) dalam Rosenzweig(1995) menunjukkan adanya keterkaitanantara keanekaragaman jenis burungdengan kondisi habitat pada strukturvertikal yaitu rumput-rumputan, semakdan perdu, serta pada lapisan kanopipohon. Jenis prenjak ini merupakanburung yang memanfaatkan strata bawahyaitu semak untuk hidup dan mencarimakan. Hal ini berbeda dengan burung-burung kelompok enam yang meman-faatkan ruang terbuka.

Kelompok ketujuh terdiri dariCacomantis sepulcralis dan Alcedomeninting merupakan jenis burung yanghanya ditemukan pada lahan sempadansungai. Cacomantis sepulcralismerupakan penghuni dataran rendah diperbukitan dan menyukai tumbuhansekunder (MacKinnon dkk 2000),sedangkan Alcedo meninting termasukjenis raja udang yang menyukaibertengger di dekat perairan tawar

Page 18: Jurnal PKM GT

249

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi

(sungai) dengan pepohonan yang cukupbanyak (MacKinnon dkk 1998).

Data yang disajikan oleh Mittermeier& Mittermeier (1997) masih merupakandata lama dengan jumlah jenis burung diIndonesia 1.531 jenis dan 397 merupakanjenis endemik. Pendekatan data baruyang dilakukan oleh Sukmantoro dkk.(2007) menyebutkan bahwa di Indonesiaterdapat 1.598 jenis burung dengan 372jenis (23,28%) merupakan jenis endemik.Catatan untuk jenis terancam punahIUCN Red List ada 118 jenis burung(7,38%), dengan demikian Indonesiaberada pada peringkat pertama untukjenis burung terancam punah. Analisisterhadap perubahan jumlah jenis ini telahmerubah posisi Indonesia menjadiperingkat empat negara dengankeanekaragaman jenis burung tertinggi didunia. Untuk kategori endemisitas jenisburung, Indonesia masih berada diperingkat pertama.

Ditemukan empat jenis burungendemik dataran rendah Jawa di lokasipenelitian yaitu Lonchura leucogastroi-des, Dicaeum trochileum, Priniafamiliaris dan Alcedo coerulescens(lihat lampiran). Dari empat jenis tersebuttidak ada yang termasuk kategotiterancam punah menurut IUCN Red List,dan hanya satu jenis yaitu Alcedocoerulescens yang termasuk jenisdilindungi perundang-undangan RI. Halini menunjukkan bahwa lokasi penelitianyang meliputi tiga tipe lahan yaituwanatani, tumpangsari dan sempadansungai hanya mampu mendukungkehidupan jenis endemik yang umum dantidak bisa mendukung kehidupan jenis-jenis endemik yang terancam punah.

Berkurangnya keanekaragaman jenistumbuhan akibat pengolahan lahan untukpertanian kemungkinan menjadi faktoryang menyebabkan menurunnya dayadukung lingkungan. Selain itu fragmentasilahan akibat pola pertanian yang berbeda(wanatani, tumpangsari, dan sempadansungai) semakin mengurangi luasanhabitat serta mengurangi koridor yangmenghubungkan antar populasi jenisburung endemik yang ada di kawasankonservasi, padahal sebagian besar jenisburung endemik memerlukan habitat yangcukup luas dengan diversitas daya dukungyang tinggi untuk dapat bertahan hidup.Informasi dari (www.burung.org)menyebutkan bahwa beberapa hutanyang penting bagi keanekaragamanhayati, khususnya di Jawa Tengah, saatini belum terwakili di dalam kawasankonservasi.

Selain jenis burung endemik dataranrendah Jawa, ternyata lahan pertaniandengan pola wanatani, tumpangsari, dansempadan sungai juga mendukungkehidupan jenis-jenis burung pemakanserangga (pengendali hama), pemakannektar (penyerbuk), pemakan biji (agenpenyebar) dan jenis pemangsa puncak,dalam hal ini elang hitam (Ictinaetusmalayensis). van Balen (1999) me-ngungkapkan sejumlah burung dataranrendah telah memperluas wilayahaltitudinal, yaitu tiga jenis spesialis dataranrendah ekstrem, lima jenis spesialis lerengbukit dan tujuh jenis lainnya telahmemperluas habitat hutan menuju habitattaman.

Pola adaptasi dengan caramemperluas rentang habitat merupakanrespon burung terhadap penyusutan

Page 19: Jurnal PKM GT

250

Eko Sulistyadi

habitat dan tekanan manusia. Lebih jauhlagi Wiens (1992) menjelaskan bahwapotensi sumberdaya, seperti ketersediaanpakan di habitat yang ditempatimerupakan salah satu faktor utama bagikehadiran populasi burung sehinggadaerah nir-konservasi seperti lahanpertanian, kawasan terbuka, dan bahkandaerah pemukiman penduduk dapatmenjadi habitat penting bagi burungapabila tersedia pakan yang berlimpah.Melihat fakta ini maka dapat dikatakanbahwa kawasan nir-konservasi (lahanpertanian) dapat mendukung kelestariankeanekaragaman berbagai jenis burungserta menjadi koridor yang akan menjamintetap berjalannya aliran gen antar populasiburung di wilayah-wilayah konservasisehingga kelestarian populasi berbagaijenis burung tetap terjaga dengan baik.

KESIMPULAN

Lahan tumpangsari memilikikeanekaragaman jenis burung tertinggidiikuti lahan wanatani dan lahansempadan sungai. Perbedaan keanekara-gaman jenis burung yang signifikan antartipe lahan membuktikan bahwa lokasipenelitian memiliki daya dukung yangberanekaragam.

Daerah penelitian dihuni oleh empatjenis burung endemik (dataran rendah)Jawa, yaitu Lonchura leucogastroidesdan Dicaeum trochileum ditemukan disemua tipe lahan, Prinia familiaris dilahan tumpangsari serta Alcedocoerulescens di lahan wanatani danlahan sempadan sungai.

Burung endemik Jawa yang rawanpunah tidak ditemukan di lahan penelitian

sehingga dapat dikatakan bahwa lahannir-konservasi ini belum dapat melindungijenis endemik dataran rendah Jawa yanglain terutama yang terancam punah.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasihkepada Ir. Djuwanto M.Si, Drs. SukiyaM.Si, Drs. M. Noerdjito dan Dr. IbnuMaryanto yang telah membantu penulisdalam menyelesaikan tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bibby, CM Jones & S. Marsden. 1998.Expedition Field TechniquesBird Surveys. London: ExpeditionAdvisory Centre RoyalGeographical Society. 134 hal.

Burung Indonesia. 2010. DaerahEndemik Burung (Hutan diJawa dan Bali) . (http://www.burung.org/detail_eba.php)25 Januari 2010, pukul 14.46 WIB.

Krebs, JR. & NB Davies. 1978.Behavioural ecology: anEvolutionary Approach. 3rd ed.London: Blackwell ScientificPublication (XI + 494) hal.

Ludwig, JA. & JF. Reynolds. 1988.Statistical Ecology A Primer onMethods and Computing. J.Wiley & Sons. (XI + 337) hal.

MacKinnon J. 1998. Burung-Rurung diSumatera, Jawa,Bali, danKalimantan (terjemahan). Bogor:Puslitbang Biologi – LIPI -BirdLife Indonesia. (XV + 509)hal.

Page 20: Jurnal PKM GT

251

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi

Mittermeier, RA. & CG. Mittermeier.1997. Megadiversity (EarthBiologicaly Weatlhiest Nations).Canada: Quebecor Printing Inc.Cimex. 501 hal.

Noerdjito, M. 2009. KeanekartagamanJenis Burung di Enclave ArbanTaman Nasional GunungCiremai. J. Biologi Indonesia5(3) : (269-278) hal.

Odum, EP. 1971. Fundamentals ofEcology 3rd. Philadelphia: W.BSaunders & Co. (XIV + 574) hal.

Partasasmita, R. 2003. Ekologi BurungPemakan Buah dan Biji sebagaiPenyebar Biji (Paper FalsafahSains Program Pasca Sarjana /S3). Institut Pertanian Bogor (25)hal.

Rais, S., Y. Ruchiat, A. Sartono & T.Hideta. 2007. Buku Informasi 50Taman Nasional di Indonesia.

Memasukkan: Agustus 2009Diterima: Januari 2010

Jakarta: Departemen Kehutanan-LH – JICA. (XVII + 291) hal.

Rosenzweig, ML. Spesies Diversity inSpace and Time. 1995. UK:Cambridge University Press (XX+ 436) hal.

Sukmantoro, W., M. Irham, W.Novarino, F Hasudungan, N.Kemp & M. Muchtar. 2007.Daftar Burung Indonesia No 2.Bogor: Indonesian Ornitho-logists’ Union. (X + 157) hal.

van Balen, B. 1999. Birds onFragmented Islands: Persis-tence in The Forests of Java andBali. Tropical Resource Manage-ment Papers, No. 30. Wageni-ngen University. (IV + 181) hal.

Wiens JA, 1992. The ecology of birdcommunities. Vol. I. Foundan-tions and patterns., CambridgeUniversity Press.

Page 21: Jurnal PKM GT
Page 22: Jurnal PKM GT
Page 23: Jurnal PKM GT

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 2 (2010)

PANDUAN PENULIS

Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan:JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata),PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPANTERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA.

Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasukgambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Romanberukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalambentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan).Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halam terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol α,β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalambahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplartanpa nama dan lembaga penulis).

Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harusdiikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.

Daftar pustaka ditulis secara abjad menggunakan sistem nama-tahun. Contoh penulisanpustaka acuan sebagai berikut :

Jurnal :Hara, T., JR. Zhang, & S. Ueda. 1983. Identification of plasmids linked with polyglutamate

production in B. subtilis. J. Gen. Apll. Microbiol. 29: 345-354.Buku :Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge.Bab dalam Buku :Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood,

& N.R. Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington.248-277.

Abstrak :Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak

Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42.Prosiding :Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease

ekstrasellular dari bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional IndustriEnzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.

Skripsi, Tesis, Disertasi :Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di

Indonesia.[Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.Informasi dari Internet :Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information

for surveys/Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/lorCp.1.html.

Page 24: Jurnal PKM GT

J. Biol. Indon. Vol 6, No.2 (2010)

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen Eko Sulistyadi

237

Analysis of Nutrient Requirement and Feed Efficiency Ratio of Maroon Leaf Monkey (Presbytis rubicunda Mueller, 1838) Wartika Rosa Farida

255

Oksidasi Nitrit Oleh Bakteri Heterotrofik Pada Kondisi AerobikDwi Agustiyani, Ruly Marthina Kayadoe & Hartati Imamuddin

265

Pencirian Karbon Organik Air Sungai Citarum Hulu Dari Masukan Air Limbah Penduduk dan Industri Eko Harsono & Sulung Nomosatryo

277

TULISAN PENDEK Arti Kebun Raya Bogor Bagi Kehidupan Kumbang Sungut Panjang (Coleoptera, Cerambicidae) Woro Anggaraitoningsih Noerdjito

289