Jurnal Emasains Vol 2 No 3

105
Emasains J U R N A L E D U K A S I MATEMATIKA dan SAINS Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Alat Peraga Tiga Dimensi. Hubungan Antara Pola Makan Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua. Kematian Tanaman Cengkeh di Kabupaten Buleleng Akibat serangan Jamur Akar Putih. Pengaruh Ekstrak Stolon Rumput Teki (Cyperus rotundus) terhadap Pertumbuhan Kacang Tanah. Inventarisasi Tanaman Upakara Sebagai Sarana Upacara Agama Masyarakat Hindu di Desa Lalang Linggah. Eksplorasi Jenis-jenis Bambu di Kabupaten Jembrana Bali. Pendekatan Fungsi Trigonometri Deret Fourier Pada Regresi Nonlinear. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan pada Musim Kemarau Melalui Budidaya Jagung Berbasis Semi Organik Tanpa Olah Tanah. Segiempat Saccheri (Kajian Teoretik Pada Geometri Non Euclid). Pemetaan Kompetensi Pedagogik dan Profesional Mahasiswa Semester VII FPMIPA IKIP PGRI Bali. FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur Telp. (0361) 265693 Email: [email protected] JEms YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN (YPLP) PERGURUAN TINGGI INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI Alamat: Jalan Seroja Tonja Denpasar Utara tlp: (0361) 431434 Alamat Web: ikippgribali.ac.id INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN, Jurusan/PS Bimbingan dan Konseling FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA SENI, Jurusan/PS: Pend. Bhs. Indonesia dan Daerah Bali, Pend. Sendratasik dan Pend. Seni Rupa. FAKULTAS PENDDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Jurusan/PS: Pend. Ekonomi, dan Pend. Sejarah. FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN, Jurusan/Prodi: Pend. Olah Raga dan Kesehatan FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA) Jurusan/PS: Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi Alamat: Jln Akasia No 16 Tanjung Bungkak Denpasar Timur tlp. (0361) 265693 e-mail: [email protected] JURNAL EDUKASI MATEMATIKA dan SAINS VOLUME II, NOMOR 3, SEPTEMBER TAHUN 2013 ISSN 2302-2124 VOLUME II, NOMOR 3, SEPTEMBER TAHUN 2013 ISSN 2302-2124

description

jurnal emasains Vol 2 No 3

Transcript of Jurnal Emasains Vol 2 No 3

  • Emasains

    JURNAL EDUKASIMATEMATIKAdanSAINS

    xModel Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Alat Peraga Tiga Dimensi. xHubungan Antara Pola Makan Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua. xKematian Tanaman Cengkeh di Kabupaten Buleleng Akibat serangan

    Jamur Akar Putih. xPengaruh Ekstrak Stolon Rumput Teki (Cyperusrotundus)terhadap

    Pertumbuhan Kacang Tanah. x Inventarisasi Tanaman Upakara Sebagai Sarana Upacara Agama

    Masyarakat Hindu di Desa Lalang Linggah. xEksplorasi Jenis-jenis Bambu di Kabupaten Jembrana Bali. xPendekatan Fungsi Trigonometri Deret Fourier Pada Regresi Nonlinear. xOptimalisasi Pemanfaatan Lahan pada Musim Kemarau Melalui Budidaya

    Jagung Berbasis Semi Organik Tanpa Olah Tanah. xSegiempat Saccheri (Kajian Teoretik Pada Geometri Non Euclid). xPemetaan Kompetensi Pedagogik dan Profesional Mahasiswa Semester

    VII FPMIPA IKIP PGRI Bali.

    FAKULTASPENDIDIKANMATEMATIKADANILMUPENGETAHUANALAMINSTITUTKEGURUANDANILMUPENDIDIKAN(IKIP)PGRIBALI

    Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur Telp. (0361) 265693 Email: [email protected]

    JEms

    VOLUME lI, NOMOR 2, MARET TAHUN 2013 ISSN 2302-2124

    YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN (YPLP) PERGURUAN TINGGIINSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI

    Alamat: Jalan Seroja Tonja Denpasar Utara tlp: (0361) 431434Alamat Web: ikippgribali.ac.id

    INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALIFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN,

    Jurusan/PS Bimbingan dan Konseling

    FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA SENI,Jurusan/PS: Pend. Bhs. Indonesia dan Daerah Bali,

    Pend. Sendratasik dan Pend. Seni Rupa.

    FAKULTAS PENDDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL,Jurusan/PS: Pend. Ekonomi, dan Pend. Sejarah.

    FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN,Jurusan/Prodi: Pend. Olah Raga dan Kesehatan

    FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA)Jurusan/PS: Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi

    Alamat: Jln Akasia No 16 Tanjung Bungkak Denpasar Timur tlp. (0361) 265693e-mail: [email protected]

    JURNAL EDUKASIM

    ATEMATIKA dan SAIN

    SV

    OLU

    ME II, N

    OM

    OR

    3, SEPTEMB

    ER TA

    HU

    N 2013

    ISS

    N 2302-2124

    VOLUME II, NOMOR 3, SEPTEMBER TAHUN 2013 ISSN 2302-2124

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 2013 ISSN 2302-2124

    MATEMATIKA dan SAINSJURNAL EDUKASI

    FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMINSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI

    Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar TimurTelp. (0361) 265693 Email: [email protected]

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3, September Tahun 2013 ISSN 2302-2124

    Emasains jurnaledukasimatematikadansainsEmasains, Jurnal Edukasi Matematika dan Sains terbit dua kali dalam setahun (Maret dan September), Berbahasa Indonesia maupun Inggris. Sebagai media komunikasi ilmiah dengan kajian masalah pendidikan, pendidikan matematika, sains dan lingkungan hidup. Memuat tulisan yang berasal dari hasil penelitian, kajian teoretis dan aplikasi teori.

    PenasehatDr. I Made Suarta, SH., M. Hum

    PenanggungjawabDrs. I Wayan Suanda, SP., M.Si.

    KetuaRedaksiDrs. I Nengah Suka Widana, M.Si

    SekretarisRedaksiDra. I Gusti Ayu Rai, M.Si.; I Wayan Eka Mahendra, S.Pd., M.Pd

    RedaksiAhliProf.Dr. I Wayan Suparta, M.S (UNUD).

    Prof. Dr. Putu Budiadnyana, M.Si (Undiksha Singaraja). Dr. Bayu Aji (LIPI-Kebun Raya Eka Karya Bali).

    Dr. Ir. I G.N. Alit Wirya Susanta, M.Agr. (UNUD). Drs. I Wayan Budiyasa, M.Si. (IKIP PGRI Bali).

    Drs. I Dewa Putu Juwana, M.Pd. (IKIP PGRI Bali).

    RedaksiPelaksanaDrs. Made Surat, M.Pd.; Drs I Wayan Sudiarsa.; Drs. I Made Sunastra, M.Si.

    M.Si.; Drs. I Made Subrata; M.Si; I Wayan Widana, S.Pd., M.Pd. N. Putri Sumaryani, SP., M.MA.; Made Wahyu Cerianingsih, S.Si.

    Ni Luh Mery Marlinda, S.Pd.

    BendaharaDra. Ni Nyoman Parmithi, MM.

    Distribusi Putu Sukerteyasa, S.Pd.; Gustut Aryana, S.Pd.

    PembantuPelaksanaTataUsahaSri Utami, S.Pd.; Wayan Ariastini Dewi.

    AlamatRedaksiFakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Bali

    Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur Telp. (0361) 265693 Email: [email protected]

    JEms

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 2013 ISSN 2302-2124

    EmasainsjurnaledukasimatematikadansainsDAFTAR ISI

    PENGANTAR REDAKSI iv Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Alat Peraga Tiga Dimensi Terhadap Hasil Belajar Biologi I Nengah Suka Widana dan Putu Ayu Desi Wahyuni 1-10Hubungan Antara Pola Makan Dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Ipa Peserta Didik Sekolah Dasar N 2 Penatih Kecamatan Denpasar TimurNi Nyoman Parmithi, Putu Risna Pramudya.. 11-16Kematian Tanaman Cengkeh (Zyzygium aromaticum L.) di Kabupaten Buleleng Akibat Serangan Jamur Akar Putih (Rigidoporus ligosus Swartz: Fr.) Van overeem I Wayan Suanda....... 17-25Pengaruh Ekstrak Stolon Rumput Teki (Cyperus rotundus) terhadap Pertumbuhan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)I Made Subrata..... 26-32Inventarisasi Tanaman Upakara Sebagai Sarana Upacara Agama Masyarakat Hindu Di Desa Lalang Linggah Kecamatan Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan N. Putri Sumaryani dan Ni Made Yeti Susanti... 33-41Eksplorasi Jenis-jenis Bambu di Kabupaten Jembrana Bali. Ida Bagus Ketut Arinasa. 42-49Pendekatan Fungsi Trigonometri Deret Fourier pada Regresi Nonlinear I Wayan Sudiarsa ........ 50-63Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pada Musim Kemarau Melalui Budidaya Jagung Berbasis Semi Organik Tanpa Olah Tanah Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Petani I Made Sudiana, Made Maduriana, dan Gusti Agung Gde Eka Martiningsih..... 64-71Segiempat Saccheri (Kajian Teoretik Pada Geometri Non Euclid) I Wayan Widana.. 72-85Pemetaan Kompetensi Pedagogik Dan Profesional Mahasiswa Semester VII FPMIPA IKIP PGRI Bali Tahun Akademik 2012/2013 I Nengah Suka Widana dan Ni Wayan Desi Anggreni.. 86-100 PEDOMAN PENULISAN EMASAINS .............. 101-102

    JEms

    iv

    1-10

    11-16

    17-25

    26-32

    33-41

    42-49

    50-60

    61-68

    69-82

    83-9798-100

    ...................................................................................................

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 2013 ISSN 2302-2124 iv

    EmasainsjurnaledukasimatematikadansainsPENGANTAR REDAKSI

    Para pembaca (kalangan akademisi dan umum) yang kami hormati, selama perjalanan hingga penerbitan Volume II Nomor 3 September 2013, Jurnal Edukasi Matematika dan Sains (Emasains), telah menghantarkan sebanyak 34 judul karya ilmiah baik berupa kajian teoretik maupun hasil riset. Terdapat sedikit perubahan tampilan isi pada penerbitan Volume II Nomor 3 September 2013 yaitu tampilan dengan gaya dua (dua) kolom mulai dari bagian pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran serta daftar rujukan dan ucapan terima kasih. Perubahan dalam tampilan dengan gaya dua kolom dimaksudkan agar lebih memberikan kesempatan kepada indra mata, dan otak para pembaca menjadi maksimal dalam menyimak dan membaca setiap artikel. Selain hal tersebut keuntungan yang diberikan dengan gaya tampilan dua kolom adalah lebih cepat dapat menemukan kesalahan ketik, kalimat-kalimat diulang-ulang dan bentuk-bentuk kesalahan lainnya yang sering muncul dalam penulisan artikel ilmiah. Dibandingkan dengan tampilan dalam satu kolom penyajian tulisan cendrung akan lebih panjang pada setiap kalimat dan paragrafnya, sehingga kemampuan memori otak dalam melakukan abstraksi, proses perolehan makna (pemahaman) sering terjadi distorsi dan infrensi antara makna satu dengan lainnya. Hal tersebut sering menimbulkan kebingungan menemukan makna hubungan, keterkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya yang terkandung dalam setiap kalimat atau paragrafnya. Lebih celaka lagi memberi kesan monoton dan membosankan sehingga ada kecendrungan jurnal Emasains hanya dijadikan pajangan semata.

    Harapan dari redaksi, dengan tampilan isi jurnal Emasains pada Vol.II No.3 ini dalam gaya dua (2) kolom dapat menambah motivasi, dan semangat para akademisi, insan ilmiah untuk lebih kreatif, lebih teliti, dalam memaparkan tulisannya.

    Denpasar, September 2013 REDAKSI

    JEms

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-2241

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI

    I Nengah Suka Widana dan Putu Ayu Desi Wahyuni. Jurusan/PS. Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali

    e-mail: [email protected]

    ABSTRACTApplication equipment inquiry learning model aided figure of three dimensions of learning biology

    The purpose of the study to determine the effect of the application of inquiry learning model aided figure of three-dimensional visual aids to learning achievement biology. Done in class XI Science SMAN 1 Abiansemal Badung academic year 2011-2012. This type of research is carried out with a quasi-experimental study involving a population of 5 classes, the number of 254 students. Random sampling of the population with the lottery technique class, the next class to get the two groups are treated as one experimental group and the other as a group and the control. To obtain the learning outcomes data, the test method is used to provide an objective test as many as 15 questions. Based on the results of t-test analysis, obtained t of 2.515 with a level of 5% or (db): 95% and df = 97 is obtained boundaries of criticism rejection of the null hypothesis at 1,980. Means of t > t table then interpreted the null hypothesis was rejected and accept the alternative hypothesis. It can be concluded that there is influence of the application of inquiry learning model aided three-dimensional visual aids props to the student learning outcomes biology class XI Science SMAN 1 Abiansemal school year 2011/2012.

    Keywords: inquiry learning model, three-dimensional display, learning outcomes.

    PENDAHULUANDalam upaya meningkatkan kualitas

    pendidikan, yang terindikasi dari ketercapaian lulusan. Guru sebagai komponen dalam pembelajaran berperan penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Basuki, 2003). Tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien dapat dicapai melalui peningkatan kualitas sumber daya guru, berimbas pada kualitas pembelajaran yang akhirnya akan bermuara pada peningkatan kualitas lulusan. Berbagai konsep dan paradigma pembelajaran telah dikembangkan seiring dengan kemajuan ipteks. Guru sebagai pendidik dan pengajar, dituntut selalu mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan (Suryosubroto, 2009). Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Suwarno, 2006). Djamarah (2010) mengemukakan bahwa inti kegiatan pembelajaran adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran, yang dapat dicapai jika peserta didik berusaha aktif baik keterlibatan secara fisik maupun mental. Observasi pendahuluan diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar biologi yang dicapai peserta didik di SMA N 1 Abiansemal Badung, berkategori rendah. Hal tersebut salah satu faktor penyebabnya adalah guru dalam pembelajaran hanya berkonsentrasi pada substansi materi pelajaran yang dijelaskan, sehingga guru merupakan pusat kegiatan pembelajaran, dan siswa cenderung pasif. Dalam event pembelajaran seperti ini siswa hanya mendengarkan, mencatat penjelasan,

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-22422

    dan mengerjakan soal. Dengan demikian potensi diri dan pengalaman belajar kurang berkembang, sehubungan dengan hal tersebut, guru seharusnya mampu merencanakan dan menciptakan kondisi pembelajaran sedemikian, sehingga siswa tertarik mempelajari biologi.

    Beberapa model pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar biologi, antara lain model pembelajaran berbasis masalah, CTL dan lainnya. Secara teoretis model pembelajaran yang dapat melibatkan secara maksimal aktivitas siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya, yaitu model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada keterlibatan siswa secara maksimal, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Praktek pembelajaran inkuiri di kelas, sangat dituntut kemampuan mandiri siswa dalam belajar, sehingga memerlukan input berbagai alat peraga dalam proses pembelajarannya untuk menkonkritkan materi pelajaran yang abstrak. Dalam kesempatan penelitian ini substansi materi pelajaran yang dijelaskan, yaitu struktur dan fungsi sistem pernapasan manusia dan hewan, merupakan materi bahasan abstrak karena membahas fisiologi organ-organ dalam pernapasan manusia dan hewan. Untuk hal tersebut dari kajian teoretis bahwa alat peraga berperanan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Berdasarkan paparan tersebut, permasalahan yang akan dikaji, apakah penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan alat peraga tiga dimensi berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan realitas sejauh mana pengaruh penerapan model pembelajaran

    inkuiri berbantuan alat peraga tiga dimensi terhadap hasil belajar Biologi pada siswa. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pembelajaran khususnya pada pembelajaran biologi, dalam meningkatkan aktivitas dan kemandirian belajar siswa agar kualitas pembelajaran menjadi meningkat. Secara praktis, direkomendasi kepada guru ataupun calon guru biologi dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar yang bermuara pada ketercapaian hasil belajar biologi yang maksimal. Dalam penelitian ini ditetapkan asumsi, yaitu kondisi siswa diasumsikan berkeadaan sehat jasmani dan rohani saat mengikuti pelajaran biologi. Sarana, prasarana dan fasilitas belajar dalam mata pelajaran biologi yang dimiliki sekolah dan siswa diasumsikan telah memadai dalam menunjang proses pembelajaran. Penelitian dilakukan terbatas pada siswa kelas XI IPA di SMA N 1 Abiansemal, dan hanya terbatas meneliti pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri berbantuan alat peraga tiga dimensi terhadap hasil belajar biologi.

    Karakteristik pembelajaran inkuiri adalah melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam pembelajaran adalah mencari dan menemukan sendiri, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Joyce dalam Gulo (2005) bahwa syarat inkuiri yang diperlukan yaitu aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; berfokus

  • 3Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-2243

    pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan jawaban atau konsep. Artinya, pada pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, mereka berperan untuk menemukan sendiri konsep aktual dari materi pelajaran tersebut. Aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari permasalahan, sehingga dapat menumbuhkan sikap percaya diri (selfbelief). Peran guru sebagai fasilitator dan motivator belajar bagi siswa. Aktivitas pembelajaran dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Tujuan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimiliki. Menggunakan prinsip-prinsip berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir (learning how to think), dan prinsip keterbukaan.

    Struktur (syntax) pembelajaran inkuiri, meliputi (1) merumuskan masalah, kemampuan siswa yang diperlukan (a) kesadaran terhadap masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah. (2) Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut meliputi: (a) menguji dan menggolongkan fakta atau data

    yang dapat diperoleh dari berbagai sumber (misalnya melalui kajian teori dalam pustaka); (b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis. (3) Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut meliputi: (a) merakit peristiwa, terdiri atas: mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari mentranslasikan, menginterpretasikan dan mengkasifikasikan data; (c) analisis data, terdiri atas melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan (fakta ataupun data bersumber dari alat peraga tiga dimendi dan kajian teoretis). (4) Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna hubungan; (b) merumuskan kesimpulan. (5) Menerapkan kesimpulan dan generalisasi pada situasi berbeda. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran sangat membantu guru-peserta didik dalam menkonkritkan bahan atau materi pelajaran abstrak. Sudjana (2002) mengemukakan bahwa alat peraga adalah suatu yang dapat diindra oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Proses belajar mengajar melibatkan beberapa komponen antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Model pembelajaran dan alat bantu mengajar merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan informasi agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga, sangat penting sebab materi pelajaran akan menjadi lebih konkrit dan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Pada pembelajaran IPA ataupun Biologi dikenal berbagai macam alat peraga, misalnya spesimen, model torso, carta, dan lain-lain. Alat peraga tiga dimensi adalah

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-22444

    alat peraga pada umumnya berbentuk model. Model didefinisikan sebagai benda pengganti benda sebenarnya dalam bentuk lebih sederhana, secara proporsional dengan menghilangkan bagian-bagian yang kurang perlu serta menonjolkan bagian tertentu. Model are scaled representations of thing,besarnya dapat sama, lebih kecil atau lebih besar, tapi bentuknya biasanya selalu sama seperti benda yang asli (Hamalik, 1994). Alat peraga tiga dimensi yang dimaksud yaitu peraga yang didesain sebagai pengganti benda asli, dalam bentuk lebih kecil atau lebih besar yang dapat dibawa ke dalam kelas untuk membantu memperjelas materi pelajaran. Karakteristik alat peraga tiga dimensi mempunyai tiga permukaan yaitu panjang, lebar dan tinggi. Jika dikaitkan dengan pengalaman belajar yang diperoleh siswa, peraga tiga dimensi memberikan pengalaman lebih riil, proses penerimaan pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian yang lebih baik dan lebih sempurna. Nurbatni (2005) bahwa alat peraga tiga dimensi merupakan alat bantu yang efektif dalam mengaktifkan berbagai indera dalam belajar mengajar. Kelebihan lain dari alat peraga tiga dimensi ialah memberi kesempatan siswa dalam tugas yang nyata memperlihatkan rangsangan yang relevan, memperbesar motivasi dan minat belajar. Namun demikian Hamalik (1994) menyatakan, meskipun alat peraga tiga dimensi sudah dapat dianggap mewakili benda asli, namun karena benda tiruan tentu memiliki kekurangan dalam aspek-aspek tertentu disebabkan aspek ukuran benda, perubahan, perkembangan zaman dan Ipteks.

    Pada sisi lain, Pangaribuan dalamHasman (2010) bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan kebiasaan, pembelajaran tradisional yang mempersiapkan siswa belajar secara

    individu dan kompetitif untuk memahami pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur, berasal dari pengajar sebagai pusat pembelajaran. Pembelajaran biologi saat ini, yang berlangsung di sekolah biasanya dimulai dari teori kemudian diberikan contoh soal dan dilanjutkan dengan latihan soal. Mengajar langsung lebih menekankan pada penyampaian pengetahuan kepada siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada guru. Selama kegiatan pembelajaran, guru cenderung lebih mendominasi, dan hampir tidak ada interaksi antar siswa. Kebanyakan aktivitas siswa hanya mendengarkan dan menulis, sangat sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Selain kelemahan, kebaikan pembelajaran konvensional yaitu dapat diterapkan pada kelas yang besar dan setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan penjelasan guru, kemampuan individu siswa kurang mendapatkan perhatian sehingga isi dari silabus dapat mudah diselesaikan, dan bahan pelajaran dapat diberikan secara urut sesuai kurikulum. Pembelajaran sebagai aktivitas utama di sekolah melibatkan tiga unsur, yaitu tujuan, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu, berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2006). Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan (Arikunto, 2009). Hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan (Hamalik, 2003). Bloom dalam Sudjana (2006), ada tiga ranah

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-2245

    (domain) hasil belajar, yaitu ranah afektif, yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek; ranah psikomotor, yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan yang melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik; ranah kognitif, berkaitan dengan kemampuan berpikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

    Sardiman (2007) menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang bergantung pada apa yang telah diketahui si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Usman (2003) menyatakan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor internal meliputi faktor jasmaniah (fisiologi), seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna; faktor psikologis, seperti kecerdasan, bakat, sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri; serta faktor kematangan fisik maupun psikis. Faktor eksternal meliputi faktor sosial, seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok; faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar; serta faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Berdasarkan kajian teoretis tersebut, hipotesis yang diajukan adalah bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan alat peraga tiga dimensi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA N 1 Abiansemal Tahun Pelajaran 2011-2012.

    METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah

    eksperimen semu (kuasi eksperimen),

    karena kemampuan mengontrol perilaku obyek penelitian sangat terbatas, peneliti juga tidak mampu untuk mengetahui persepsi obyek terhadap perlakuan secara pasti atau tidak bermaksud dan tidak memiliki kemampuan untuk mengubah kelas dari kondisi yang sudah ada sebelumnya. Desain eksperimen semu, dengan Noneqivalent Control Group Design atau intac group (Campbell et al, 1966).Rancangan ini dipilih karena dilakukan pada kelas tertentu yang telah ada. Dalam menentukan subyek untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak memungkinkan mengubah atau memindah anggota kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Dengan demikian randomisasi individu peserta didik tidak dapat dilakukan, dalam menetapkan kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan secara acak terhadap kelas yang ada. Pada penelitian ini sebagai perlakuan adalah pembelajaran inkuiri berbantuan alat peraga tiga dimensi untuk kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol. Sebagai populasi, sekelompok siswa terhimpun dalam kelompok yaitu kelas, terdapat 5 kelas yaitu XI IPA3; XI IPA4; XI IPA5; XI IPA6 dan XI IPA 7 SMA N 1 Abiansemal Tahun pelajaran 2011-2012, dimana jumlah individu peserta didik pada kelima kelas tersebut 254 siswa. Oleh karena keterbatasan dalam pengendalian individu peserta didik, atau tidak memungkinkan pengacakan individu, maka pemilihan sampel dilakukan dengan mengacak kelompok individu (kelas). Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti, sedangkan kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Berdasarkan karakteristik populasi, pengambilan sampel dilakukan

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-2246

    dengan teknik random sampling, terhadap objek kelas. Langkah yang dilakukan dalam melakukan sampling adalah dengan teknik undian sehingga diperoleh dua kelas yaitu kelas XI IPA4 dan XI IPA7, selanjutnya dilakukan undian kedua untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh; kelas XI IPA4 (kelompok ekperimen) dengan jumlah peserta didik sebanyak 49 dan kelas XI IPA7 (kelompok kontrol) berjumlah 50 peserta didik.

    HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini yang dilaksanakan di

    SMA N 1 Abiansemal Kabupaten Badung, sejak tanggal 29 Februari, sampai dengan 23 Maret 2012. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes, yaitu tes untuk mengukur hasil belajar biologi, ditujukan untuk mengukur ranah kognitif. Menurut Arikunto (2009) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini digunakan tes pilihan ganda (multiple choice test). Dimana tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu

    dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor). Uji coba instrumen dimaksudkan untuk memperoleh gambaran validitas dan reliabilitas instrument sebelum digunakan untuk mengumpulkan data. Uji validitas menyangkut valditas isi dan empirik. Uji validitas isi dilakukan dengan cara menyesuaikan butir tes dengan indikator dan standar kompetensi, dengan membuat blue print atau kisi-kisi soal. Sedangkan validitas empirik diuji dengan Point Biserial, karena tes (instrumen) tersebut merupakan tes obyektif, yang bersifat dikotomi. Uji reliabilitas dilakukan untuk setiap butir tes yang valid. Oleh karena skor yang digunakan dalam instrumen tersebut menghasilkan skor dikotomi (1 dan 0), dimana skor 1 diberikan untuk jawaban yang benar pada setiap butir tes/soal. Sedangkan skor 0 diberikan untuk jawaban salah pada tiap butir tes/soal (Agung, 2011). Maka reliabilitas akan dianalisis dengan menggunakan rumus Kuder Richardson 20.

    Tabel 1. Distrusi Frekuensi Data Kelompok Eksperimen dan Kontrol

    No Kelas Interval FrekuensiKelompok Eksperimen Kelompok Kontrol 1 53-59 3 3 2 60-66 4 12 3 67-73 8 10 4 74-80 7 8 5 81-87 9 7 6 88-94 9 5 7 95-100 9 5

    Jumlah total Frekuensi (F) 49 50

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-2247

    Data yang telah dikumpulkan dengan instrumen yang telah valid dan reliabel, selanjutnya untuk kepentingan uji statistik parametrik (dengan teknik t-tes, menggunakan rumus Sutrisno Hadi, 1982) dilakukan pengecekan sebaran data melalui uji normalitas untuk masing-masing kelompok data, baik kontrol maupun eksperimen dengan menggunakan Chi-square. Dalam uji ini, diperoleh data untuk kelompok eksperimen dan kontrol masing-masing, X2hit data eksperimen sebesar 3.8965; X2hit data kelompok control sebesar 10.207. Untuk ts 5%, dk 6, batas kritik penolakan Ho sebesar 12,59, jadi kedua data terdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas data dilakukan dengan AnavaHavley. Pada uji varians ini diperoleh Fhitungsebesar 1,05 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang = 49 dan db pnyebut = 48 adalah 1,61. Ini berarti Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima (varians-varians homogen).

    Untuk uji hipotesis menggunakan t-tes, maka diajukan hipotesis nol yang menyatakan bahwa bahwa tidak ada pengaruh model pembalajaran inkuiri dengan menggunakan alat peraga tiga dimensi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA N 1 Abiansemal. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 2,611, taraf kepercayaan 95% dan dk = 97, batas kritik penolakan hipotesis nol sebesar 1,980. Berarti thitung > ttabelmaka hipotesis nol yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternative, ringkasan hasil analisis disajikan pada table 2 berikut. Maka diinterpretasikan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan alat peraga tiga dimensi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA N 1 Abiansemal tahun pelajaran 2011/2012. Dengan demikian bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan alat peraga tiga dimensi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA N 1 Abiansemal tahun pelajaran 2011/2012.

    Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Materi

    Pelajaran Perlakuan Mean Skor Nilai

    thitungNilai ttabel Keterangan

    Ts. 5%; dk=97

    Sistem Pernapasan

    pada manusia dan hewan

    ModelPembelajaran

    Inkuiriberbantuan Alat Peraga

    Tiga Dimensi

    82,429

    2,611 1,980Menolak H0 dan

    menerima H1

    ModelPembelajaran Konvensional

    75,86

    Hal ini disebabkan model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Aktivitas belajar dirancang sedemikian rupa sehingga

    memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai, disamping menumbuhkan tanggungjawab, kerjasama, dan rasa percaya diri pada siswa (Sudjana, 2002). Pembelajaran inkuiri menekankan kepada

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-2248

    proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Model pembelajaran inkuiri merupakan model latihan penelitian (research trining model). Joyce (2011) menyatakan bahwa saat ini sudah banyak penelitian yang dilakukan dalam model-model pembelajaran, menunjukkan bahwa kondisi ini berpotensi memajukan pemikiran tentang bagaimana siswa dapat belajar membangun kategori, membuat dugaan dan mengembangkan skill dalam membuat dan mensintesiskan sebab akibat yang lebih efektif. Schlenker (1991) melaporkan pengaruh pembelajaran latihan penelitian akan meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam berpikir kreatif dan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Juga dilaporkan bahwa model ini tidak lebih efektif dari metode-metode pengajaran konvensional dalam hal pemerolehan informasi, tetapi latihan seefisien metode penglangan dan pengajaran yang dibarengi dengan pengalaman-pengalaman laboratorium. Ivany (1969) dan Collins (1969) melaporkan bahwa metode tersebut akan bekerja dengan baik asalkan ada banyak dimunculkan pertentangan, sehingga memunculkan teta-teki dan membangkitkan rasa ingin tahu, dan ada

    materi-materi instruksional yang dapat digunakan siswa untuk mengeksplorasi topik-topik penelitian. Bahkan Elefant (1980) berhasil melaksanakan model tersebut pada siswa-siswa yang tuli, seraya menganjurkan agar siswa-siswa yang memiliki cacat panca indra akut dapat diajarkan melalui metode ini. Joyce dalamGulo (2005) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis. Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002). Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Pada kegiatan belajar dengan menggunakan alat peraga tiga dimensi berupa model torso organ pernapasan manusia, hewan. Melalui peraga tersebut siswa melakukan pengamatan struktur dalam organ pernapasan untuk memperoleh gambaran riil atau konkrit dan melakukan pengkajian lebih lanjut sehubungan dengan fisiologi organ-organ pernapasan. Melalui model pembelajaran inkuiri berbantuan alat peraga tiga dimensi tersebut, siswa diarahkan untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Dalam pencapain hasil pembelajaran, peranan alat peraga tiga dimensi sangat penting sebab bahan pelajaran menjadi lebih konkrit sehingga dengan mudah dapat

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-2249

    dipahami oleh siswa. Secara mandiri, siswa dapat membangun konsep dan pengetahuannya dalam kerangka berpikirnya. Dengan demikian model pembelajaran inkuiri menggunakan alat peraga tiga dimensi ini mampu meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPA4 (rata-rata hasil belajar 82,4) terhadap aspek materi biologi yang diberikan. Jika dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu kelas XI IPA7 (rata-rata hasil belajar 75, 86) yang capaian hasil belajarnya lebih rendah karena mendapatkan pembelajaran yang disajikan dengan model pembelajaran konvensional sehingga siswa kurang antusias mengikuti pelajaran yang sedang dipaparkan oleh guru di dalam kelas. Maka dinyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan alat peraga tiga dimensi berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA N. 1 Abiansemal.

    SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data tersebut

    disimpulkan bahwa, penerapan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan alat peraga tiga dimensi berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Perolehan hasil belajar yang dicapai siswa pada pokok bahasan sistem pernapasan pada manusia dan hewan setelah penerapan model pembelajaran inkuiri berbantu alat peraga tiga dimensi, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan. Dimana rata-rata hasil belajar yang dicapai lebih tinggi pada kelompok eksperimen (82,4) sedangkan kelompok kontrol pada penerapan pembelajaran seperti biasanya (konvensional) diperoleh rata-rata hasil belajar 75,8. Temuan tersebut dapat direkomendasi kepada guru biologi, untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan berbantu alat peraga tiga dimensi sebagai pilihan model pembelajaran dalam

    upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Karena keterbatasan waktu dan biaya maka faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam proses mengikuti palajaran tidak dapat diteliti. Untuk itulah diharapkan kepada pembaca yang berminat dengan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan alat peraga tiga dimensi dapat melanjutkan penelitian ini pada mata pembelajaran yang lain dengan sampel yang lebih luas.

    DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar

    Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

    Campbell, Donald T dan Julian C. Stanley. 1996. Eksperimental and Quasi-Eksperimental Design for Researcg.Chicago: Rand Mc. Nally College Publishing Company.

    Collins, K. 1969. The Importance of Strong confrontation in an inquiry model of teaching, School Science and Mathematics, No. 69 (7), hlm. 615-617.

    Djamarah, S.B. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.

    Elefant, E. 1980. Deaf children in an inquiry trining program. Volta Review. No. 82. Hlm 271-279.

    Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

    Hadi, S.1982. Metodologi Research jilid 4. Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Jogjakarta.

    Ivany, G. 1969. The Assasment of Verbal Inquiry in Elementary school science. Science Education, No. 53 (4), hlm. 287-293.

    Joyce, B., Weil, M. dan Calhoun, E. 2011. Models of Teaching (Model Model Pengajaran), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-224010

    Schlenker, R.M. 1991. Learning about fossil formulation by classroom simulation. Science Activities, No. 28 (3). Hlm 17-20.

    Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya.

    Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

    Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta

    Suwarno, W. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia.

    Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

    Tukiran Taniredja, dkk. 2011.Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

    Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

    Usman, M. U. 2003. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Winarsunu, Tulus. 2004. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Muhamaddijah.

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-224 11

    HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR N 2

    PENATIH KECAMATAN DENPASAR TIMUR

    Ni Nyoman Parmithi 1) , Putu Risna Pramudya 2) Jurusan Pend. Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali

    Email : [email protected]

    ABSTRACT Relationship between diet and socio-economic status of parents with students learning achievement in natural science of student at SD Negeri 2 Penatih Denpasar Timur This study aims to determine the relationship between diet and socio-economic status of parents and the learning achievement in natural science of student at SD Negeri 2 Penatih Kec. Denpasar Timur academic year 2012/2013. This study classified the correlation study to determine the degree of relationship between two or more variables. The population in this study were all student At SD Negeri 2 Penatih consisting of six classes with a total enrollment as many as 305 people. Of the 305 samples taken at random as many as 75 people using proportional random sampling technique. Data collection is carried out by questionnaire to obtain data on diet and socio-economic status of parents and the method of recording documents to obtain data on the achievement of natural science. Then the data were analyzed using simple correlation analysis and multiple correlation analysis. Based on the analysis of data, obtained r value of 0.742 with Fcount Ftable or 46 3.13 at significance level of 5 %, then Ho is rejected and Ha accepted. This means that if it is connected with the interpretation of the correlation coefficient indicates a strong relationship. It can be concluded that there is a significant relationship between diet and socio economic status of the parents and the learning achievement of student at SD Negeri 2 Penatih Kec. Denpasar Timur academic year 2012/2013.

    Keywords: Diet, Parental Socio-Economic Status, Academic Achievement.

    PENDAHULUAN Pada anak usia sekolah banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajarnya, salah satunya adalah masalah gizi dan kondisi dalam keluarga. Kekurangan gizi bisa menyebabkan menurunnya produktivitas kerja, kecerdasan anak, serta daya tahan tubuh anak sehingga menyebabkan prestasi belajar disekolah menurun. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk memperbaiki masalah gizi anak sekolah agar prestasi belajar tidak terganggu adalah memperbaiki pola makan di keluarga. Menurut Khumadi dalamHandajani (1994), pola makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok

    manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan meliputi sikap, jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok masyarakat. Dengan demikian diharapkan pola makan yang baik, jenis makanan yang beranekaragam dan sesuai dengan standar kesehatan dapat memperbaiki mutu gizi makanan sehingga kecukupan gizi bagi tubuh dapat terpenuhi. Kebutuhan gizi yang tercukupi membuat kecerdasan meningkat, pertumbuhan dan perkembangan tubuh optimal. Apabila kecukupan gizi tidak terpenuhi dapat mengakibatkan konsentrasi berkurang yang menyebabkan prestasi belajar menurun.

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-2242 11

    Selain itu keadaan status sosial ekonomi orang tua seperti tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Status sosial ekonomi orang tua merupakan keadaan atau latar belakang dari suatu keluarga yang berkaitan denga tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan keluarga (Maftukhah, 2007). Anak yang berasal dari kalangan menengah keatas lebih banyak mendapat perhatian, pengarahan dan bimbingan yang baik dari orang tua. Sedangkan anak yang berlatar belakang ekonomi rendah kurang mendapat perhatian, pengarahan dan bimbingan karena orang tua lebih cenderung memusatkan perhatiannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, orang tua yang keadaan sosial ekoniminya tinggi lebih dapat memenuhi kebutuhan sekolah anaknya dibandingkan dengan orang tua dengan status sosial ekonomi yang rendah, sehingga status sosial ekonomi orang tua juga menentukan keberhasilan pendidikan anak yang dapat menunjang prestasi belajar anak disekolah.

    METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini tergolong penelitian korelasi. Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau

    lebih (Sukardi, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Sekolah Dasar Negeri 2 Penatih dengan jumlah 305 orang. Sampel diambil secara acak sebanyak 75 orang dengan menggunakan teknik Proporsional Random Sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola makan dan status sosial ekonomi orang tua sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar IPA. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 5 Maret 2013 sampai dengan 23 Maret 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner dan metode pencatatan dokumen. Metode kuesioner menggunakan pola Likert dengan lima kemungkinan jawaban untuk memperoleh data tentang pola makan dan status sosial ekonomi orang tua, dimana kuesioner telah diuji terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reabilitasnya. Jumlah butir soal pada masing-masing kuesioner adalah 20 butir. Skor minimalnya adalah 20 dan skor maksimalnya adalah 100. Totalitas dari skor tersebut menunjukan skor pola makan dan status sosial ekonomi orang tua. Dan metode pencatatan dokumen untuk memperoleh data tentang prestasi belajar IPA. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis korelasi sederhana dan analisis korelasi ganda. Analisis korelasi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan hipotesis kedua yaitu dengan rumus korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut.

    Riduwan dan Akdon, 2010) Keterangan : rXY = Nilai koefisien korelasi antara variabel X dan Y n = Jumlah sampel X = Nilai variabel X Y = Nilai variabel Y

    n(ni=1XY)-(ni=1X) (ni=1Y)

    {n.(niX2-(ni=1X)2} {n.ni=1 Y2-(ni=1Y)2}rXY=

  • 3Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-224

    F=R2/k

    (1-R2)/(n-k-1)

    11

    Selanjutnya, uji signifikansi dengan mengkonsultasikan nilai r hitung ke dalam r tabel dengan taraf signifikansi 5%. Sedangkan analisis korelasi ganda digunakan untuk

    menguji hipotesis ketiga yaitu dengan rumus koefisien korelasi ganda dan uji F dengan taraf signifikansi 5% sebagai berikut.

    1. Koefisien korelasi ganda

    (Riduwan dan Akdon, 2010) Keterangan : RX1X2Y = Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan variable YrX1Y = Korelasiproduct moment antara X1 dengan Y rX2Y = Korelasi product moment antara X2 dengan Y rX1X2 = Korelasi product moment antara X1 dengan X2

    2. Uji signifikansi korelasi ganda dengan uji F

    (Riduwan dan Akdon, 2010) Keterangan : R = koefisien korelasi ganda k = jumlah variabel bebas n = jumlah anggota sampel

    Harga Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n k 1), apabila Fhitung Ftabel,

    maka korelasinya signifikan dan sebaliknya apabila Fhitung Ftabel maka korelasinya tidak signifikan.

    HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Pertama

    Jumlah Sampel

    TarafSignifikansi

    Hasil yang diperoleh Kesimpulan

    rhitung r tabel Ho Ha

    75 5% 0,701 0,227 Ditolak Diterima

    2. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Kedua

    Jumlah Sampel

    TarafSignifikansi

    Hasil yang diperoleh Kesimpulan

    rhitung r tabel Ho Ha

    75 5% 0,657 0,227 Ditolak Diterima

    RX1X2Y= r

    2X1Y

    + r2X2Y-2(rX1Y). (rX2Y).(rx1x2) 1 - r2X1X2

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-2244

    3. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga

    Jumlah Sampel

    TarafSignifikansi

    Hasil yang diperoleh Kesimpulan

    Fhitung Ftabel Ho Ha

    75 5% 46 3,13 Ditolak Diterima

    Berdasarkan hasil uji analisis didapatkan nilai r sebesar 0,742 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Fhitung Ftabelatau 46 3,13. Dengan demikian, Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan (X1) dan status sosial ekonomi orang tua (X2) dengan prestasi belajar IPA (Y) pada peserta didik Sekolah Dasar Negeri 2 Penatih, ditolak. Sebaliknya Ha yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan (X1) dan status sosial ekonomi orang tua (X2) dengan prestasi belajar IPA (Y) pada peserta didik Sekolah Dasar Negeri 2 Penatih, diterima. Koefisien determinasi pola makan dan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar IPA pada peserta didik Sekolah Dasar Negeri 2 Penatih didapatkan sebesar 55%. Hal ini berarti varians yang terjadi pada variabel prestasi belajar IPA 55% ditentukan oleh varians yang terjadi pada variabel pola makan dan status sosial ekonomi orang tua. Pengertian ini diartikan pengaruh pola makan dan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar IPA sebesar 55% dan sisanya 45% ditentukan oleh faktor lain. Selanjutnya jika dihubungkan dengan interpretasi terhadap koefisien korelasi menunjukan hubungan yang kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dan status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar IPA peserta didik Sekolah Dasar Negeri 2 Penatih Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2012/2013. Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik diperlukan proses pembelajaran yang baik. Pola makan dan status sosial ekonomi

    merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Dimana pola makan merupakan faktor internal pada peserta didik yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar peserta didik dan status sosial ekonomi orang tua merupakan faktor eksternal pada peserta didik yang dapat mempengaruhi pemenuhan sarana dan prasarana pembelajarannya di sekolah. Dalam proses pembelajaran diperlukan sarana penunjang pembelajaran dan konsentrasi yang baik dari peserta didik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, pesera didik yang memiliki pola makan dan status sosial ekonomi orang tua yang baik maka prestasi belajarnya akan baik pula.

    SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dan status sosial ekonomi orang tua dengan perestasi belajar IPA peserta didik Sekolah Dasar Negeri 2 Penatih Kecamatan Denpasar Timur tahun pelajaran 2012/2013. Saran Bagi ibu rumah tangga sebaiknya memvariasikan menu makanannya setiap hari dengan memperhatikan kecukupan gizi agar asupan gizi dalam keluarga terpenuhi. Bagi pihak sekolah hendaknya memperhatikan sarana kantin yang ada, agar makanan yang dijual dikontrol dari segi mutu dan kesehatannya. Bagi para orang tua, selain memberikan makanan bergizi dan berimbang kepada anak-anaknya, sebaiknya juga diberikan makanan yang beragam

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-224 11

    karena tidak semua gizi dapat terpenuhi dengan hanya mengkonsumsi satu makanan saja, agar anak dapat berkembang secara optimal. Dan bagi orang tua agar lebih memperhatikan proses pendidikan anak di sekolah, baik dari segi material dalam pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran maupun dari segi non material dengan memberi motivasi pada anak untuk meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah.

    DAFTAR RUJUKAN Anne, Ahira, 2012, Pengertian Prestasi

    Belajar Menurut Para Ahli, Sumber : www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm diakses tanggal 24 Oktober 2012.

    Anonym, 2007. Manfaat Sarapan Pagi, Sumber : http://www.sehatbugar.info_htmldiakses tanggal 24 Oktober 2012.

    Adriani dan Wirjatmadi, 2012. Pengantar Gizi Masyarakat, Kencana, Jakarta.

    Adriani dan Wirjatmadi, 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan, Kencana, Jakarta.

    Arikunto, Suharsimi, 2012. Manajemen Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta.

    Atikah dan Erna, 2010. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan,Nuha Medika, Yogyakarta.

    Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, PT. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta.

    Hakim, Lukman, 2011. Hubungan Pola Makan Bergizi Dengan Tumbuh Kembang Motorik Pada Anak Usia Sekolah di SD Tawang Mas 02 Semarang. Skripsi tidak diterbitkan.

    Handajani, Sri, 1994. Pangan dan Gizi, Sebelas Maret University Press, Surakarta.

    Hanifa dan Luthfeni, 2006. Makanan Yang Sehat, Ganeca Exact.

    Judarwanto, Widodo, 2004. Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak, PuspaSwara, Jakarta.

    Judarwanto, Widodo. Perilaku Makan Anak Sekolah, Sumber : www.google.comdiakses tanggal 24 Oktober 2012.

    Kasabonline, 15 April 2012, Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar, Sumber : http://kasabonline.wordpress.com/2012/04/15/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar/diakses tanggal 24 Oktober 2012.

    Leiliana, Ito, 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan Anak Sekolah Dasar. Jurnal (diterbitkan). Universitas Indonesia.

    Maesaoroh, Siti, 2009. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Motivavi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Di Man Kota Blitar. Skripsi tidak diterbitkan.

    Maftukhah, 2007. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/2007. Skripsi tidak diterbitkan.

    Munawar, Indra, 11 Juni 2009, Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar, Sumber :http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/pengertian-belajar-dan-prestasi-belajar.html diakses tanggal 24 Oktober 2012.

    Riduwan dan Akdon, 2010. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika, Alfabeta, Bandung.

    Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan, Kuantitatif Kualitatif, dan R&D), Alfabeta, Bandung.

    Sugiyono, 2012. Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-224 12

    Suka Atmaja, Pande Made, 2009. Hubungan Antara Sikap Siswa Pada Pelajaran IPA Terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas VII SMP Negeri 1 Gianyar, Semester 1, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi tidak diterbitkan.

    Sukardi, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Bumi Aksara, Jakarta.

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-22417

    KEMATIAN TANAMAN CENGKEH (Zyzygium aromaticum L.) DI KABUPATEN BULELENG AKIBAT SERANGAN JAMUR AKAR PUTIH

    (Rigidoporus sp Swartz: Fr.) Van overeem

    I Wayan Suanda NIDN. 0031126547

    Prodi Pend. Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali Email: [email protected]

    ABSTRACT Death Plant Clove (Syzygium aromaticum L.) in the District Buleleng Attack due to Fungal roots white (Rigidoporus sp Swartz: Fr.) Van Overeem

    Clove is a spice-producing plantation crops that can be used as a traditional medicine, essential oil which is used as raw material for the pharmaceutical industry and the food industry, cosmetics, perfume, source constituent eugenol and clove essential oils as feedstock largest cigarette industry. Role of the clove is large enough to support an increase in revenue due to the current state cigarette tax is one of the largest sources of state revenue nearly 98% compared with other revenue sources. Cloves have a fairly high economic value as a commodity plantation in Bali, because since 2010 the price of dried clove flower in a very lucrative market around Rp 100,000 to Rp. 150,000 per kilogram. The high price of cloves, clove farmers in Bali causes more passionate gardener maintains cloves in hopes to increase its production every year.

    Busungbiu clove farmers in the village of the District and Village Upload Busungbiu Seririt Buleleng Subdistrict feel uneasy, because thousands of the clove tree is still productive experience sudden death due to pathogen attack wilt disease caused by fungi of white roots (JAP).

    Keywords: Plant cloves , Fungal White Roots

    PENDAHULUANTanaman cengkeh (Syzygium

    aromaticum L.) dari Famili Myrtaceae sebagai tanaman asli Indonesiayang berasal dari Maluku Utara (Muljana, 1997; Dharmawati, 2010), dibuktikan dengan ditemukannya tanaman cengkeh tertua di dunia di Banda Kepulauan Maluku (Bintoro, 1986). Menurut Rumphius dalam Muljana, (2002), bahwa tanaman cengkeh berasal dari Pulau Makian, Maluku Utara dan Pulau Moti, Ternate dan Tidore sehingga dijuluki kepulauan rempah-rempah (Turner, 2004), namun pendapat lain tentang asal tanaman cengkeh masih bervariasi. Pada tahun 1768 bibit cengkeh yang berasal dari Pulau Gebe dan Seram, disebar oleh seorang Kapten Perancis ke Zanzibar dan Madagaskar.

    Cengkeh merupakan salah satu tanaman perkebunan penghasil rempah yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Dalam perkembangannya pemanfaatan cengkeh menjadi lebih luas, yaitu sebagai rempah-rempah (Nutmant & Roberts, 1971; Chaniago, 1980), penghasil minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai bahan baku industri farmasi maupun industri makanan,kosmetika, parfum, sumber eugenol penyusun minyak atsiri cengkehdan yang terbesar sebagai bahan baku industri rokok kretek (Rosita dan Ireng Darwati, 1993). Dengan meluasnya pemanfaatan cengkeh, maka cengkeh menjadi salah satu komoditas perdagangan dunia yang banyak dicari (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010), sehingga memiliki nilai ekonomi

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-22418

    tinggi. Di Indonesia produksi cengkeh mempunyai peranan cukup besar dalam menunjang upaya peningkatan pendapatan Negara karena sampai saat ini cukai rokok merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang terbesar dibanding dengan sumber-sumber pendapatan lainnya (Arisena, 2009). Sebagai bahan baku dalam pembuatan rokok kretek memberikan kontribusi terhadap penerimaan dari cukai rata-rata 98% dari penerimaan total cukai tahun 2005 (Siregar dan Suhendi, 2006). Peranan rokok kretek dalam perekonomian nasional sangat nyata, antara lain menyumbang sekitar Rp 23,2 triliun dari perkiraan Rp 29 triliun penerimaan cukai rokok (Listyaty, 2007). Untuk tahun anggaran 2001 cukai rokok sekitar Rp 17,6 triliun, tahun anggaran 2002 sekitar Rp 22,3 triliun dan tahun anggaran 2003 sebesar Rp 27triliun dan tahun 2006 mencapai 35,073 triliun (GAPPRI, 2007), disamping penyerapan tenaga kerja (Muttaqin, 2010). Penerimaan cukai rokok pada tahun 2009 sebesar Rp 50,5 triliun dan tahun 2010 mencapai Rp 58 triliun (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010).

    Cengkeh juga mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi dalam komoditas perkebunan di Bali, karena sejak beberapa tahun terakhir ini harga bunga cengkeh kering di pasaran sangat menggiurkan yaitu sekitar Rp 100.000 sampai Rp. 150.000 per kilogramnya. Tingginya harga cengkeh, menyebabkan petani cengkeh di Bali semakin bergairah memelihara kebun cengkehnya dengan harapan produksinya dapat meningkat setiap tahun (Bali Post, 12 Februari 2013). Namun Petani cengkeh di Desa Busungbiu Kecamatan Busungbiu dan Desa Unggahan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng merasa resah, karena ribuan pohon cengkeh yang masih produktif mengalami kematian secara tiba-tiba akibat serangan patogen penyakit layu. Serangan penyakit layu sudah menyerang 986 hektar

    tanaman cengkeh di Kabupaten Buleleng (Partayasa, 2011). dan Tanaman cengkeh yang mati kebanyakan tanaman yang akan berbunga pada musim panen. Pada tanaman yang masih kecil juga banyak ditemukan sudah terserang penyakit layu, bahkan ada yang sudah mati. Daun cengkeh layu kemudian rontok dan batangnya mengering hingga akhirnya tanaman mati total. Pada bulan Juli 2013 tanaman cengkeh yang terserang penyakit layu di Kabupaten Buleleng seluas 1.413,03 Ha dengan katagori serangan ringan sampai berat (Dinas Perkebunan UPT Laboratorium Perlindungan Tanaman Bedaulu Gianyar, 2013), dari luas areal 7.209 Ha (Dinas Perkebunan Provinsi Bali 2011). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran penyakit layu pada tanaman cengkeh, diantaranya penggunaan bibit sehat, eradikasi, pemberian fungisida sintetis dan sanitasi dengan menjaga kebersihan kebun, tetapi tidak memberikan hasil yang memuaskan. Perlu dilakukan penelitian tentang jenis patogen penyebab penyakit layu tanaman cengkeh, sehingga. Oleh karena itu penulis ingin meneliti patogen penyebab penyakit layu pada tanaman cengkeh di Kabupaten Buleleng.

    Permasalahan yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini adalah Apakah penyebab penyakit layu pada tanaman cengkeh di Kabupaten Buleleng? Adapun tujuan penelitian yang penulis lakukan ini yaitu: untuk mengetahuipenyebab penyakit layu pada tanaman cengkeh di Kabupaten Buleleng. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara akademik maupun secara praktis, diantaranya (1) Memberikan informasi secara pasti tentang patogen penyebab penyakit layu pada tanaman cengkeh. (2)Memberikan informasi dan pengetahuan dalam mengeksplorasi mikroorganisme untuk mengembangkan

  • Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-22419

    materi pembelajaran biologi. (3) Memberikan sumbangan dalam pengembangan fitopatologi melalui konfirmasi potensi pengendalian dengan pestisida nabati dan musuh alampatogen penyakit layu sebagai Biopestisidayang efektif untuk mengendalikan penyakit layu tanaman cengkeh sebagai strategi pengendalian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

    TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Cengkeh

    Tanaman cengkeh (Syzygiumaromaticum L.) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang berasal dari Banda Kepulauan Maluku, dibuktikan dengan ditemukannya tanaman cengkeh

    tertua di dunia (Bintoro, 1986; Saswin 2012). Menurut Darmawati (2010) dan Saswin (2012), klasifikasi tanaman cengkeh adalah sebagai berikut.

    Kingdom : PlantaeSubkingdom

    : Tracheobionta

    Superdivisi

    : Spermatophyta

    Divisi : MagnoliophytaKlas : Magnoliopsida Sub klas : RosidaeOrdo : Myrtales Famili : MyrtaceaeGenus : SyzygiumSpesies : Syzygium

    aromaticum (L.) Merr. & L. M. Perry

    Cengkeh merupakan tanaman tahunan dengan batang pohon besar dan berkayu keras, tinggi mencapai 20-30 m. Tanaman ini umbuh dan berproduksi maksimal memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik dan berbuah umumnya pada umur 4-7 tahun (Saswin, 2012). Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah iklim, tinggi tempat dan jenis tanah (Muljana, 2007). Selain jenis tanah, kemasaman tanah (pH) ikut berperan dalam hal memacu pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang optimum berkisar antara 5,5-6,5. Apabila pH tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka pertumbuhan tanaman cengkeh akan terganggu karena penyerapan unsur hara oleh akar menjadi terhambat (Soemarno, 2010).

    Upaya mendapatkan bibit cengkeh yang berkualitas baik, yaitu bibit yang mempunyai bentuk perakaran yang baik dan mempunyai perbandingan yang proporsional antara tajuk dan akar diperlukan rekayasa lingkungan tumbuh yang sesuai atau meningkatkan kemampuan tanaman beradaptasi dengan lingkungan (Muljana, 2007). Rekayasa lingkungan dapat

    dilakukan melalui pemupukan dan peningkatan kemampuan tanaman dalam beradaptasi dengan lingkungan melalui pemanfaatan mikroba tanah. Mikroba yang bersifat menguntungkan bagi tanaman, seperti rizobakteri dari kelompok Pseudomonas spp. dapat berfungsi sebagai penyubur, pengendali hayati patogen tanaman dan mampu meningkatkan ketahanan tanaman (McMilan, 2007).

    Tanaman cengkeh dapat ditanam dan masih berproduksi pada ketinggian tempat 0 900 m di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian, makin tinggi tempat maka produksi bunga makin rendah tetapi pertumbuhan makin subur. Ketinggian tempat yang optimal untuk pembungaan tanaman cengkeh berkisar 200-600 m dpl (Muljana, 2007). Curah hujan yang optimal untuk perkembangan tanaman cengkeh adalah 1.500 - 4.500 mm/tahun. Intensitas penyinaran 61 60 % dan suhu udara 22 - 28 C serta tidak ada angin kencang sepanjang tahun (Darmawati, 2010; Muttaqin, 2010). Usaha budidaya tanaman cengkeh mayoritas dikelola oleh perkebunan rakyat. Data pada tahun 2010 menunjukkan bahwa luas areal tanaman

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-2242020

    cengkeh di Indonesia adalah 470.045 ha, yang sebagian besar dikelola perkebunan rakyat yaitu 461.406 ha (98,2%) dan 8.638 ha (1,8 %) dikelola perkebunan negara dan swasta.Petani yang terlibat dalam usaha budidaya cengkeh ini sekitar 1.073.203 KK di tingkat on farm. Luas areal perkebunan cengkeh di Bali sekitar 15.575 ha, digarap oleh 10.798 KK petani (Arisena, 2009) dengan produksi 4.507 ton di tahun 2010 dan 3.006 ton di tahun 2011. Tersebar di delapan Kabupaten dan Kabupaten Buleleng memiliki perkebunan cengkeh paling luas sekitar 6.933 ha (44,98%) yang tersebar pada beberapa sentra perkebunan rakyat, seperti di Desa Busungbiu, Desa Unggahan, Desa Telaga, Desa Subuk, Desa Bengkel, Desa Munduk, Desa Tajun dan tempat lainnya (Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2012).

    Penyakit Layu Akar Putih Hasil survei pendahuluan yang

    dilakukan penulis pada tanggal 22 Maret

    2013 di kebun cengkeh petani Subak Abian Werdhi Amertha di Desa Unggahan Kecamatan Seririt, Desa Telaga dan Desa Busungbiu Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Penyakit layu terjadi terutama pada fase generatif dengan prosentase serangan di atas 50% dengan katagori serangan ringan, sedang dan berat. Bila diamati tanaman cengkeh yang sakit, hanya ditemukan jamur berwarna putih mengkilat pada akar, yang menyebabkanakar berwarna coklat, busuk dan tanaman mati. Penyakit akar putih ditemukan pertama kalioleh Ridleypada tahun 1904 di Singapura dan di Srilangka pada tahun 1905. Penyakit ini juga ditemukan India Selatan, Pantai Gading, Zaire dan daerah yang terdapat tanaman Karet (Petch, 1911). Menurut Alexopoulus and Mins (1979), jamur akar putih (JAP) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    Divisio : Mycetaceae Sub Divisio : Amestigomycots Kelas : Basidiomycetes Ordo : Homobasidiomycetes Famili : Polyperales Genus : Rigidoporus Spesies : Rigidoporus sp (Swartz: Fr.) Van overeem. Penyakit layu akar putih pada

    tanaman cengkeh belum ada yang meneliti, diduga disebabkan oleh jamur akar putih (Rigidoporus sp). Serangan jamur akar putih (JAP) menyebabkan kerusakan pada akar tanaman. Penyakit jamur akar putih pada tanaman cengkeh menyebabkan kerugian ekonomi, tidak hanya disebabkan kehilangan produksi akibat kerusakan tanaman tetapi juga mahalnya biaya yang

    diperlukan dalam pengendaliannya. Penyakit jamur akar putih yang disebabkan oleh (Rigidoporus sp) menyerang akar tunggang maupun akar lateral dengan cara kontak langsung. Penyakit ini mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas sangat tinggi terutama pada tanaman inang karet umur 2-4 tahun (Yulfahri et al., 2012).

    Penularan penyakit jamur akar putih pada tanaman cengkeh

    Penularan penyakit jamur akar putih (JAP) diduga terjadi karena adanya kontak

    akar tanaman sakit dengan akar tanaman sehat dan sisa tunggul. Diantara tunggul ini terdapat beberapa tunggul yang terinfeksi JAP dan menjadi sumber penularan yang sangat efektif. Dari kontak akar menular ke

  • 2Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-22420

    cengkeh di Indonesia adalah 470.045 ha, yang sebagian besar dikelola perkebunan rakyat yaitu 461.406 ha (98,2%) dan 8.638 ha (1,8 %) dikelola perkebunan negara dan swasta.Petani yang terlibat dalam usaha budidaya cengkeh ini sekitar 1.073.203 KK di tingkat on farm. Luas areal perkebunan cengkeh di Bali sekitar 15.575 ha, digarap oleh 10.798 KK petani (Arisena, 2009) dengan produksi 4.507 ton di tahun 2010 dan 3.006 ton di tahun 2011. Tersebar di delapan Kabupaten dan Kabupaten Buleleng memiliki perkebunan cengkeh paling luas sekitar 6.933 ha (44,98%) yang tersebar pada beberapa sentra perkebunan rakyat, seperti di Desa Busungbiu, Desa Unggahan, Desa Telaga, Desa Subuk, Desa Bengkel, Desa Munduk, Desa Tajun dan tempat lainnya (Dinas Perkebunan Provinsi Bali, 2012).

    Penyakit Layu Akar Putih Hasil survei pendahuluan yang

    dilakukan penulis pada tanggal 22 Maret

    2013 di kebun cengkeh petani Subak Abian Werdhi Amertha di Desa Unggahan Kecamatan Seririt, Desa Telaga dan Desa Busungbiu Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Penyakit layu terjadi terutama pada fase generatif dengan prosentase serangan di atas 50% dengan katagori serangan ringan, sedang dan berat. Bila diamati tanaman cengkeh yang sakit, hanya ditemukan jamur berwarna putih mengkilat pada akar, yang menyebabkanakar berwarna coklat, busuk dan tanaman mati. Penyakit akar putih ditemukan pertama kalioleh Ridleypada tahun 1904 di Singapura dan di Srilangka pada tahun 1905. Penyakit ini juga ditemukan India Selatan, Pantai Gading, Zaire dan daerah yang terdapat tanaman Karet (Petch, 1911). Menurut Alexopoulus and Mins (1979), jamur akar putih (JAP) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    Divisio : Mycetaceae Sub Divisio : Amestigomycots Kelas : Basidiomycetes Ordo : Homobasidiomycetes Famili : Polyperales Genus : Rigidoporus Spesies : Rigidoporus sp (Swartz: Fr.) Van overeem. Penyakit layu akar putih pada

    tanaman cengkeh belum ada yang meneliti, diduga disebabkan oleh jamur akar putih (Rigidoporus sp). Serangan jamur akar putih (JAP) menyebabkan kerusakan pada akar tanaman. Penyakit jamur akar putih pada tanaman cengkeh menyebabkan kerugian ekonomi, tidak hanya disebabkan kehilangan produksi akibat kerusakan tanaman tetapi juga mahalnya biaya yang

    diperlukan dalam pengendaliannya. Penyakit jamur akar putih yang disebabkan oleh (Rigidoporus sp) menyerang akar tunggang maupun akar lateral dengan cara kontak langsung. Penyakit ini mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas sangat tinggi terutama pada tanaman inang karet umur 2-4 tahun (Yulfahri et al., 2012).

    Penularan penyakit jamur akar putih pada tanaman cengkeh

    Penularan penyakit jamur akar putih (JAP) diduga terjadi karena adanya kontak

    akar tanaman sakit dengan akar tanaman sehat dan sisa tunggul. Diantara tunggul ini terdapat beberapa tunggul yang terinfeksi JAP dan menjadi sumber penularan yang sangat efektif. Dari kontak akar menular ke

    21

    tunggul dan tanaman inang lain di dekatnya dan menjadi sumber infeksi yang baru. Pada tunggul tersebut jamur patogen membentuk tubuh buah yang membebaskan spora ke udara dan jatuh pada tunggul lain, sehingga sebagaian spora berkecambah di permukaan tunggul dan berkembang masuk ke perakaran tanaman serta menjadi sumber inokulum baru. Tubuh buah berwarna jingga jernih sampai merah kecoklatan pada waktu masih muda dan menjadi berwarna suram, permukaan atasnya coklat kekuningan pucat, permukaan bawahnya coklat kemerahan setelah tua.

    Gejala serangan Berdasarkan hasil pengamatan di

    lapangan dan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, bahwa tanaman cengkeh yang terserang JAP menunjukkan gejala awal pada daun terlihat pucat, kurang mengkilat, tepi atau ujung daun terlipat ke dalam dan daun menguning akhirnya gugur disertai pembentukan akar baru sebagai pengganti akar yang telah mati dan lapuk. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih mengkilat dan agak tebal (rizomorf). Akar yang terserang mengalami pembusukkan, lunak dan berwarna coklat sampai hitam dan mati.

    Akar tanman yang terinfeksi menjadi lunak, adanya kumpulan miselia berwarna putih pada permukaan tanah dan akhirnya tanaman mati (Chang, 1995). Pada tanaman yang terinfeksi JAP menunjukkan gejala pada akar tanaman tampak benang-benang jamur putih dan agak tebal (Munarni dan Hary Widjajanti, 2011). Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar tanaman sehingga sulit dilepas. Akar tanaman yang terinfeksi mengalami pembusukan, lunak dan berwarna coklat. Membusuknya akar diduga karena rusaknya struktur kimia kulit dan kayu akibat enzim yang dihasilkan jamur patogen. Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur yang lazim disebut jamur akar putih (JAP). Nama ilmiah jamur ini adalah Rigidoporus sp (Klotzsch) Imazeki, namunjamur ini lebih dikenal dengan nama Fomes sp (Klotzsch) Bres (Semangun, 2000). Penyakit akar putih menyebabkan kerusakan yang parah pada tanaman karet yang masih muda dengan menyerang akar tunggang maupun akar lateral (John, 1966). Serangan jamur akar putih (JAP) di akar tanaman cengkeh dan miselia setelah di inokulasi dan dimurnikan di laboratorium Penyakit Tumbuhan Universitas Udayana, disajikan pada Gambar berikut ini.

    Gambar Isolasi Jamur Akar Putih (JAP) dari Tanaman Cengkeh A. JAP di Akar Tanaman Cengkeh B. Pengambilan Sampel JAP C. Isolasi Patogen JAP D. Miselia JAP

    Patogen jamur akar putih(JAP) dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan

    intensitas yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun, dan

    '&%$

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-2242222

    mengakibatkan penurunan produksi 20-60% (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2009). Kerugian yang ditimbulkan oleh jamur akar putih (Rigidoporus sp ) lebih besar dibandingkan kerugian akibat serangan hama dan patogen penyebab penyakit lainnya di perkebunan karet di Malaysia (Johnstone, 1989).

    Serangan terjadi mulai pada pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai tanaman menghasikan (TM). Pada permukaan akar terserang ditumbuhi benang-benang jamur berwarna putih kekuningan dan pipihmenyerupai akar rambut. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas (Rahayu, 2005).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit jamur akar putih

    Jamur akar putih (JAP) dapat menyerang tanaman karet pada bermacam-macam umur tetapi lebih banyak pada umur tanaman muda (Semangun, 2001). JAP dapat mematikan tanaman karet yang berumur 3 tahun dalam waktu 6 bulan dan tanaman karet umur 6 tahun dalam waktu 12 bulan. Penyebaran JAP yang paling efektif yaitu melalui kontak akar. Apabila akar-akar tanaman sehat saling bersinggungan dengan akar tanaman karet yang sakit, maka rizomorf JAP akan menjalar pada tanaman yang sehat kemudian menuju leher akar dan selanjutnya menginfeksi akar lateral lainnya. Tanaman yang terinfeksi ini akan menjadi sumber infeksi pada tanaman disekitarnya, sehingga perkembangan penyakit semakin lama semakin meluas. Setelah patogen menginfeksi tanaman, perkembangan selanjutnya bergantung pada pH, kandungan bahan-bahan organik, kelembapan dan aerase tanah. Rigidoporus sp dapat tumbuh baik pada kelembapan diatas 90%, kandungan bahan organik tinggi serta aerase yang baik. Apabila kondisi ini sesuai, patogen dapat menjalar sejauh 30 cm dalam

    waktu 2 minggu. Pada umumnya intensitas JAP memuncak pada umur tanaman 3-4 tahun pada saat ini terjadi pertautan akar antar tanaman, faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit diantaranya tanah yang gembur/berpori dan yang bersifat netral (pH 6-7), dengan suhu lebih dari 20oCsangat baik bagi perkembangan penyakit. Penyakit berkembang cepat pada awal musim hujan. Tunggul yang terbuka merupakan medium penularan JAP dan akar-akar yang terinfeksi merupakan sumber penularan lebih lanjut. Infeksi jamur akar putih lebih mudah terjadi melalui luka atau lentisel (John, 1958),walaupun penetrasi secara langsung mungkin terjadi. Pada tanaman karet yang sering di temukan bagian leher akar pecah dan ini merupakan tempat yang baik bagi infeksi jamur. Patogen kemudian ke bagian yang lebih dalam dari akar. Tanaman akan mengadakan pertahanan seperti pembentukan kambium dan gabus, akan tetapi hal ini sering tidak dapat menahan perkembangan lanjut patogen. Serangan lebih tingggi akan ditemukan pada tanaman okulasi dibandingkan dengan tanaman biji. Hal ini disebabkan pada bagian okulasi ada bagian-bagian yang luka, sehingga memudahkan patogen untuk mengadakan infeksi.

    Pembongkaran tanaman karet tua secara mekanis dengan alat-alat berat memberikan hasil yang lebih baik, karena hannya meninggalkan sedikit sumber infeksi di dalam tanah. Sebaliknya diketahui pada peremajaan yang hanya dilakukan dengan peracunan pohon-pohon karet tua akan menyebabkan terjadinya banyak infeksi pada tanaman muda (Basuki, 1985). Lamanya jamur akar putih bertahan dalam tanah tergantung dari keberadaan sisa-sisa kayu (tunggul) dalam tanah dan dari berbagai faktor yang mempengaruhi pembusukan. Menurut John (1960), pada akar tanaman yang bergaris tengah 0,6 cm, jamur dapat bertahan sampai 6 bulan; 2,5 cm

  • 23Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-22423

    mampu bertahan selama 20 bulan dan 7,5 cm jamur dapat bertahan sampai 40 bulan. Di Sumatera Utara kebun-kebun yang terletak di tanah podsolik merah kuning kurang menderita kerugian dari jamur akar putih, daripada yang terdapat di tanah aluvial. Ini disebabkan karena tanah tersebut lebih masam, sehingga Rigidoporus sp. tidak dapat berkembang dengan baik (Basuki, 1986). Selain itu di tanah yang lebih masam terdapat jamurTrichoderma koningii, yang menjadi antagonis bagi Rigidoporus Sp. dapat berkembang dengan baik (Semangun, 2000).

    SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

    Hasil penelitian menunjukkan penyakit layu pada tanaman cengkeh disebabkan oleh jamur akar putih (JAP) hasil pengamatan bentuk morfologi, warna, bentuk tepi jamur dan bentuk miselianya serta gejala yang ditunjukkan dalam uji Postulat Koch. Saran

    Perlu dilakukan proses identifikasi secara molekular dengan metode Polimerase Chain Reaction (PCR) menggunakan gen 18S rRNA, sehingga mendapatkan Species Patogen dengan Gen 18S rRNAsebagai penanda molekular dengan fungsi yang identik pada seluruh organisme.

    DAFTAR RUJUKAN Alexopoulus, G. J. and C. W. Mims. 1979.

    Introductory Mycology 3rd Edition. John Willey and Sons, New York.

    Arisena, Gd. Mekse Korri. 2009. Struktur dan Perilaku Pasar Komoditas Cengkeh di Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. GaneC Swara. Vol.3 No. 2 September 2009.

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2009. Teknologi Perbanyakan Trichoderma untuk Pengendalian Jamur Akar Putih. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Balai Besar

    Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

    Basuki. 1986. Penyakit dan Gangguan pada Tanaman Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan . Tanjung Morawa.

    Basuki. 1985. Peranan Belerang sebagai Pemicu Pengendalian Biologi Penyakit Akar Putih pada Karet. Disertasi S3 Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 169p.

    Bintoro, M.H. 1986. Budidaya Cengkeh: Teori dan Praktek. Lembaga Swadaya Informasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

    Chang, T.T. 1995. Decline of nine tree species associated with brown root rot caused bay Phellinus noxius in Taiwan. Plant Dis. 79: 962-965.

    Dharmawati. 2010. Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)

    http://darmawati-dharmawati.blogspot.com/2010/12/tanaman-cengkeh syzygium-aromaticum.html(Diakses, 19 Maret 2013 Pk. 07.30 Wita)

    Dinas Perkebunan Provinsi Bali. 2011. Statistik Perkebunan Bali. Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Bali.

    ______,. 2012. Statistik Perkebunan BaliDinas Perkebunan Provinsi Bali. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodityarea.php?ia=51&ic=85. Diakses, 24 Maret 2013 Pk. 21.40 Wita.

    Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Pedomam Umum Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan dan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunann.

    GAPPRI,2005. Prospek dan Pengembangan Agibisnis Cengkeh edisi ke 2

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-2242424

    http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_perkebunan/cengkeh/cengkeh-bagian-a.pdf.

    John, K. P. 1958. Inculation experiment with Fomes ligosus. J. Rubb. Res. Inst. Mal. 15, 223-233: Comm. 321

    ______,. 1960. Loss of viability of three root parasites in infected root sections buried in soil. J. Rubb. Res. Inst. Mal. 16, 173-177: Comm. 335

    ______,. 1966. Two Experiments on The Control of White Root Disease of Havea Rubber Caused by Fomes sp Klotzsch, Leading to a revision of Established Methods. J. Rubb Res. Inst. Mal. 19(3):153-157.

    Johnston, A. 1989. Disease and Pest. Dalam C.C. Webster and W.J. Bulkwill (Ed). Rubber. Tropical Agriculture Series. Longman Singapore Pub. (Pte.) Ltd. Singapore: 415-458.

    Listyaty, D. 2007. Keragaman usahatani cengkeh dengan beberapa jenis tanaman sela di Provinsi Jawa Barat . Prosiding

    Seminar Nasional Rempah/Nurheru. Puslitbangbun. Bogor. p. 362-367/ McMilan, S. 2007. Promoting Growth with

    PGPR. The Canadian Organic Grower. www.co.ca. Page 32-34.

    Muharni dan Hary Widjajanti. 2011. Skrining Bakteri Kitinolitik Antagonis terhadap Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus sp )dari Rizosfir Tanaman Karet. JurnalPenelitian Sains Vol. 14 No. 1(D). hal. 51-56. Sumatera Selatan: FMIPA Universitas Sriwijaya.

    Muljana, Wahyu. 2002. Cara Praktis Bercocok Tanam Cengkeh.Semarang: CV. Aneka Ilmu.

    ______,. 2007. Bercocok Tanam Cengkeh.Yogyakarta: Aneka Ilmu. Muttaqin, H.M. 2010. Penyakit Pada Tanaman Cengkeh. Available at:

    http://aqinhpt.blogspot.com/2010/10/penyakit-pada-tanaman-cengkeh html

    Accessed atFeb. 7. 2011 Nutman, FJ & Robert FM. 1971. The clove

    industry and the diseases of the clove tree. Pest Articles News Summaries17: 147-163.

    Partayasa, Nyoman. 2011. Petani di Desa Unggahan Perlu Pembasmi Penyakit Cengkeh. Bisnis Bali, 26 September 2011.http://www.bisnisbali.com/2011/09/26

    /news/potensi/b.htmlDiakses, 20 April 2013 Pk. 14.00 Wita.

    Petch, T. 1911. The Physiology of Diseases of Havea brasilliensis. London. Dulan & Co. Ltd. 268p.

    Rosita dan Ireng Darwati. 1993. Cengkeh. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat: 1-3.

    Saswin. 2012. Cengkeh (Syzygiumaromaticum (L.) Merr. & L. M. Perry)

    http://saswinhtml.blogspot.com/2012/09/cengkeh-syzygium-aromaticum-l-merr-l-m.html#.UXXKrbXLqjg(Diakses, 19 Maret 2013 Pk. 07. 40 Wita)

    Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakitKaret Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

    ______,. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press:754p.

    Siregar, H dan Suhendi. 2006. Usaha Tani Cengkeh, Industri Rokok dan Kebijakan Kenaikkan Harga Jual Eceran Rokok. Makalah yang Disampaikan pada Semiloka Nasional Penanganan Permasalahan Percengkehan di Indonesia. Jakarta. 9 Februari 2006.

    Soemarno. 2010. Profil Agribisnis Cengkeh. Available at: http://images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TC

  • 2Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-22425

    Acrgoo Czyaahqehis 1/Pengembangnan 20 Produk UnggulanCengkeh.doc?nmid=344836890.Accessed Feb. 22. 2011.

    Rahayu, S. 2005. Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Komoditas Karet. Pusat Penelitian Karet Sembawa, Palembang : 275-289.

    Turner, J. 2004. Spice: The History of a Temptation. Vintage Books. ISBN 0375707050.

    Yulfahri; Nastri Joni dan Abdul Jalil. 2012. Pengendalian Jamur Akar Putih pada Budidaya Karet. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta: Kementerian Pertanian.

  • Jurnal EMASAINS Volume lI, Nomor 3 September Tahun 203 ISSN 2302-2242

    26

    PENGARUH EKSTRAK STOLON RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus) TERHADAP PERTUMBUHAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)

    I MADE SUBRATA 1) NI KOMANG AYU SRIANI 2)

    1) Dosen Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali 2) Alumni Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali

    Email: [email protected]

    ABSTRACT Effect of Seaweed Extract Stolon Puzzle (Cyperus rotundus) on the Growth of Peanut (Arachis hypogaea L.)

    Grass puzzle inhibit plant growth because it is suspected that the grass puzzle has a toxic compound ( allelopati ) which may affect growth, including the growth of peanuts. The more puzzles grass growth around the plant, the greater the negative effect on growth. The purpose of the study was to determine the effect of stolon-grass extract (Cyperus rotundus)on the growth of groundnut (Arachis hypogaea L.). The study was conducted by soaking seeds with peanut extract grass stolons puzzles for 12 hours . The control group for comparison, soaked with distilled water for 12 hours. Furthermore planted seeds that have been soaked in a polybag, use sand mixed soil media. After the 21-day -old plants, the plant fresh weight are observed by disconnecting all parts of the plants in each study group , and weighed with a digital scale. The data obtained the weight difference between the average plant experimental and control groups, were analyzed using t - test statistical analysis with a significance level of 5%.

    Based on the data analysis, the t-test values of analysis more than t-table of statistc. It can be concluded that : Null hypothesis ( H0 ) is rejected and the alternative hypothesis ( Hi ) is accepted. With the acceptance of the alternative hypothesis mean stolon-grass extract effect on the growth of peanut. Given peanut extracts grass stolons puzzle stunted because substance of allelopati issued. Based on the results of this study suggested to farmers to rid crops of grass weeds puzzle.

    Keywords: effect , extract , stolon .

    PENDAHULUAN Usaha pertanian merupakan salah satu kekuatan ekonomi Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani. Seiring dengan pertambahan penduduk, maka tuntutan kebutuhan pangan mutlak setiap orang. Oleh karena itu maka produksi pertanian haruslah terus dikembangkan dan ditingkatkan (AAK, 1985). Produksi tanaman pertanian, Baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat maupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya

    bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulma. Gulma tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman utama terutama sewaktu tanaman utama masih muda. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada gulma yang lain misalnya rumpit teki (Cyperus rotundus),yang dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar (Moenandir, 1993). Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan cara interaksi biokimia, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun kesekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan lainnya. Interaksi biokimia antara gulma dan pertanaman antara lain

  • 2Jurnal EMASAINS Volume Il, Nomor 3, September Tahun 203 ISSN 2302-224

    27

    menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar menjadi terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut allelopathy (Yakup, 2002). Senyawa alelopati dapat menyebabkan gangguan atau perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin, dan Indole Acetic Acid ( IAA), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan mulut daun, sintesis protein, aktifitas enzim tertentu dan lain-lain. Selain itu hambatan alelopati dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan pertumbuhan tanaman, gangguan sistem perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman. Umumnya senyawa yang dikeluarkan sebagai allelopati adalah dari golongan fenol (Robinson, 1995 ). Senyawa-senyawa kimia yang memiliki potensi alelopati dapat ditemukan di setiap organ tumbuhan, antara lain terdapat pada daun, batang, akar, rhizoma, buah, biji dan umbi serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa-senyawa beracun adalah rumput teki (Cyperus rotundus), alang-alang (Imperata cylindrica), Agropyron intermedium, Salvia lencopbyella, Cyperus esculentus dan sebagainya. Jenis tanaman pertanian yang sering ditumbuhi gulma adalah kacang tanah (Arachis hypogaea,L.) gulma yang sering tumbuh disekitar tanaman kacang tanah ad