Journal Reading_kak Jihad
-
Upload
devie-chan -
Category
Documents
-
view
82 -
download
5
Transcript of Journal Reading_kak Jihad
JOURNAL READING
Marcelo Valencia, Francisco Juarez, and Hector Ortega. Integrated Treatment to
Achieve Functional Recovery for First-Episode Psychosis. Hindawi Publishing
Corporation Schizophrenia Research and Treatment. 2012. P1-9.
Oleh :
Syaiful Jihad Al Iqbal
H1A006047
Pembimbing
dr. Elly Rosilla W, Sp.KJ
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA RSJP NTB/FK UNRAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012
Studi ini menggambarkan sebuah pendekatan terapi yang terintegrasi yang
diimplementasikan untuk meningkatkan pemulihan fungsional pada pasien psikotik episode
pertama. Pasien-pasien tersebut dibagi secara acak untuk mendapat dua kondisi terapi :
yaitu farmakoterapi, terapi psikososial, psikoedukasi (kelompok yang diteliti : N=39) atau
dengan obat saja (kelompok kontrol : N=34). Pasien-pasien tersebut dievaluasi pada awal
dan satu tahun setelah terapi. Pemulihan fungsional dinilai berdasarkan remisi fungsi dan
gejala. Pada akhir terapi, pasien-pasien yang diteliti menunjukkan 94.9% remisi gejala
dibandingkan dengan 58.8% pada grup kontrol. Remisi fungsional terjadi 56.4% pada grup
yang diteliti dan 3.6% untuk grup kontrol. Sementara 56.4% dari kelompok eksperimen
memenuhi kriteria remisi gejala dan fungsional dan dianggap pulih, dibanding kelompok
kontrol sebesar 2.9%.
1. Pendahuluan
Gangguan skizofrenia ditandai dengan adanya gejala psikotik, defisit kognitif,
kualitas hidup yang rendah, dan kemunduran psikososial. Dari seluruh penyakit yang
mengenai manusia, skizofrenia dianggap menjadi urutan ketujuh yang dapat melumpuhkan
manusia. Sementara kemungkinan hanya 1% dari populasi mengalami skizofrenia, 30%
mengalami onset gejala psikotik pada usia 18 tahun. Kebanyakan pasien mengalami
episode gejala akut yang berulang, yang dapat menyebabkan kerusakan fungsional jangka
panjang yang berat. Kekambuhan diperkirakan dapat muncul pada 70% pasien dengan
episode pertama.
Strategi intervensi untuk psikosis episode pertama meliputi implementasi dari terapi
farmakologi serta efek sampingnya. Psikoedukasi berkaitan dengan manajemen efek
sampingnya serta mempromosikan kepatuhan dalam berobat. Sekali episode akut diatasi,
maka fokus perhatian utama adalah mencegah kekambuhan. Tahap selanjutnya sebaiknya
meliputi penerapan intervensi psikososial yang diantaranya termasuk pengobatan, belajar
mengenali tanda kekambuhan, manajemen stres, pemecahan masalah dalam keluarga,
ditambah persiapan untuk membangun kembali hubungan sosial dan kerja atau aktifitas
sekolah yang terputus. Strategi terapi farmakologi dan psikososial memberikan harapan
untuk mencegah progresifitas psikosis jangka panjang dan bergerak menuju model
pemulihan yang baru untuk psikosis dini. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan
fungsi psikososial dan mempromosikan kehidupan yang bebas dalam komunitas.
Dua elemen kunci telah dipertimbangkan menjadi kriteria terjadinya pemulihan
yaitu perbaikan gejala dan pemulihan fungsional. Biasanya obat antipsikotik diresepkan
2
untuk pasien psikotik episode pertama. Mereka biasanya merupakan pasien yang masih
muda, dan kebanyakan dari mereka responsif terhadap farmakoterapi. Penelitian
menunjukkan perbaikan gejala psikotik umumnya terjadi dalam 3 bulan pertama pada 50%
individu dan 75% terjadi dalam 6 bulan, dan 83% setelah satu tahun terapi. Gambaran total
perbaikan gejala dan pemulihan fungsional dapat dikonsultasikan. Sebagai tambahan
dalam terapi farmakologik, intervensi psikososial telah didesain untuk psikosis episode
pertama. Pasien usia muda yang mengalami psikosis mungkin dapat mengambil manfaat
dari beberapa pendekatan : terapi kognitif, latihan kemampuan sosial, terapi suportif,
kegiatan di rumah, bantuan dalam pekerjaan, terapi keluarga, penegasan dalam komunitas,
serta psikoedukasi keluarga. Pelayanan ini diberikan untuk pasien yang di dalam maupun
diluar, secara individu dalam kelompok, terapi keluarga, dan dalam manajemen kasus.
Tujuan yang spesifik telah dirancang, seperti mengembangkan fungsi sosial,
kualitas hidup dan fungsi kognitif, mencegah kekambuhan, kepatuhan berobat, dan
mengurangi trauma sekunder psikosis dan perawatan rumah sakit. Fakta menunjukkan
efikasi dari penambahan intervensi psikososial pada psikosis episode pertama. Kekurangan
dalam metodologi telah ditemukan sejak beberapa studi sebelumnya yang dipublikasikan
menggunakan quasi eksperimen dan desain grup tunggal untuk menilai efektifitas program
terapi. Dalam sebuah review meta analisis hanya tiga uji acak terkendali (Randomized
Controlled Trials) yang ditemukan memiliki kriteria penelitian yang baku. Uji acak
terkendali pada psikosis episode pertama dapat bermanfaat.
Sebuah definisi mengenai remisi pada skizofrenia baru-baru ini diperkenalkan oleh
"Remission in Schizophrenia Working Group" (RSWG) di Amerika Serikat oleh
Andreasen dan kawan-kawan yang telah mendapat perhatian cukup besar dan membuka
perspektif baru untuk menilai remisi dengan kriteria tertentu. Gejala remisi didefinisikan
menurut derajat keparahan dengan skor ringan atau kurang menggunakan delapan kunci
gejala skizofrenia yang mewakili "core features" dari penyakit pada Positive and Negative
Syndrome Scale (PANSS). Dalam satu periode selama enam bulan dipertahankan sebagai
batas waktu minimal untuk mencapai remisi. Kriteria remisi baru juga telah diperkenalkan
di Eropa yang meliputi istilah "respon dan remisi" yang dapat dinilai baik dengan Brief
Psychiatric Rating Scale (BPRS) dan Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS).
Meskipun kriteria baru untuk remisi di Amerika Serikat dan Eropa telah diterima dengan
baik oleh para dokter dan peneliti, namun belum ada hasil konsensus untuk definisi remisi
yang diterima secara internasional. Tingkat remisi sangat bervariasi antara 17% dan 88%
3
berdasarkan review terbaru dari 13 studi mengenai psikosis episode pertama dan yang
menggunakan kriteria Andreasen.
Di sisi lain, pemulihan tersebut telah dikaitkan sejak diperkenalkannya kriteria
spesifik untuk menilai pemulihan fungsional untuk skizofrenia. Menurut Liberman dkk.
definisi pemulihan harus mencakup remisi gejala, aktivitas penuh atau paruh waktu dalam
pekerjaan atau sekolah, hidup mandiri tanpa bantuan sehari-hari, bertemu dengan teman-
teman secara teratur, dan menjadi mandiri secara finansial selama setidaknya dua tahun
berturut-turut. Torgalsbøen, Torgalsbøen dan Rund menganggap bahwa definisi pemulihan
harus meliputi diagnosis skizofrenia yang dapat dipercaya sebelumnya, kriteria untuk
diagnosis yang tidak terpenuhi saat ini, berada di luar rumah sakit setidaknya selama lima
tahun, tidak sedang mendapat pengobatan antipsikotik walaupun hanya pada dosis rendah,
dan menunjukkan fungsi psikososial dalam "rentang normal" >65 pada Global Assessment
Scale. Belum terdapat kesepakatan dalam konsensus internasional mengenai konsep
pemulihan, sehingga mempersulit penilaian variabel ini. Bagaimanapun juga pemulihan
mencakup remisi gejala dan fungsional, mengartikan kembali ke "normal psychosocial
functioning" yang dapat diukur dengan skor rata-rata berikut : >50, >61, dan >65 menurut
penilaian Global Assessment of Functioning Scale.
Tercapainya pemulihan pada skizofrenia meliputi tiga komponen: (1) "respon",
ditunjukkan dengan menjaga stabilitas, (2) "remisi", sebagai perbaikan kognisi, fungsi, dan
kualitas hidup, (3) "pemulihan" yaitu sebagai fungsionalnya dan menunjukkan otonomi
sosial. Efikasi intervensi psikososial dikombinasikan dengan farmakoterapi telah
menciptakan harapan baru tentang kemungkinan tercapainya pemulihan fungsional pada
pasien psikotik episode pertama. Tingkat pemulihan pada pasien psikotik episode pertama
telah dilaporkan pada 48%, 50%, 19,2%, dan 31%. Walaupun dalam studi lain, 79,8% dari
episode pertama pasien tidak menunjukkan pemulihan fungsional.
Makalah ini melaporkan temuan setelah percobaan satu tahun menggunakan uji
acak terkendali dari program psikosis dini-terintegrasi yang terdiri dari pengobatan
farmakologi dan terapi psikososial bagi pasien dan psikoedukasi untuk keluarga,
dibandingkan dengan perawatan standar yaitu farmakoterapi saja. Hasil pasien pada akhir
pengobatan dibandingkan dalam hal gejala, fungsi psikososial, kekambuhan, kembali ke
rumah sakit, kepatuhan berobat, dan kepatuhan terapi. Selain itu, dua komponen, remisi
gejala dan fungsional, dinilai sebagai indikator pemulihan fungsional. Oleh karena itu,
kami memilih definisi operasional pemulihan fungsional sesuai dengan kriteria Andreasen
4
(delapan item tertentu dengan skor PANSS ≤3 : ringan atau kurang: selama minimal 6
bulan) dan remisi fungsional sesuai dengan kriteria Torgalsbøen dengan skor GAF diatas
65. Satu tahun periode waktu bagi pasien yang sedang dalam program pengobatan
dianggap sebagai kriteria durasi untuk mencapai pemulihan fungsional.
Tujuan dari intervensi meliputi (1) pelatihan bagi pasien untuk memperoleh
keterampilan sosial, (2) meningkatkan fungsi psikososial, (3) mencegah kekambuhan dan
kembali kerumah sakit, (4) mempromosikan kepatuhan pengobatan, dan (5) mencapai
pemulihan fungsional diukur dengan remisi gejala dan fungsional .
2. Metode
2.1 Partisipan dan Desain Penelitian. Yang termasuk partisipan yaitu pasien dengan
psikosis episode pertama yang belum pernah diobati sebelumnya. pasien rawat jalan ini
adalah yang menerima pengobatan farmakologis di Schizophrenia Clinic of the hospital of
the National Institute of Psychiatry in Mexico City. Dari 92 pasien yang memenuhi kriteria,
empat menolak untuk berpartisipasi,dan 88 setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Mereka dipilih secara acak untuk dikondisikan dalam dua kondisi pengobatan : 44 pasien
untuk program pengobatan terintegrasi (kelompok eksperimen) dan 44 untuk obat saja
(kelompok kontrol). Dari 88 pasien yang memulai pengobatan, lima dari kelompok
eksperimen (11,3%; dua memulai kerja waktu penuh, dua kembali ke sekolah, dan salah
satu pindah dari kota Mexico karena alasan keluarga) dan sepuluh pasien dari kelompok
kontrol (22,7%, lima pindah dari Kota Meksiko karena alasan keluarga, tiga memutuskan
untuk menerima perawatan di rumah sakit jiwa yang lain, dan dua untuk alasan yang tidak
diketahui: tidak mungkin untuk menemukan mereka melalui telepon, telegram, atau secara
pribadi di masyarakat yang mereka tinggalkan) gagal untuk menyelesaikan alur penelitian
dengan total 15 pasien (17%) dari total sampel. Sampel akhir adalah 73 pasien: n = 39 pada
kelompok eksperimen dan n = 34 pada kelompok kontrol. Diagram alur partisipan
ditunjukkan pada Gambar 1. Pasien dievaluasi pada awal dan setelah 12 bulan pengobatan.
5
Gambar 1. Diagram Alur Partisipan
Pasien psikotik episode pertama yang direkrut ke dalam penelitian bila mereka
memenuhi kriteria inklusi dan mendapat obat antipsikotik untuk pertama kalinya, diberikan
jangka waktu tidak lebih dari 15 hari untuk menunjukkan mereka stabil secara klinis untuk
berpartisipasi dalam program terapi. Diagnosis mereka diverifikasi menurut kriteria DSM-
IV dan dikuatkan dengan CIDI. Partisipan penelitian harus memenuhi kriteria inklusi
berikut: akan menerima obat antipsikotik, secara klinis stabil dalam hal gejala psikotik
(dikuatkan dengan skor PANNS yang lebih rendah dari 60), telah menyelesaikan
setidaknya pendidikan dasarenam tahun, usia berada di antara 16 sampai 50 tahun, tidak
pernah mengalami penyalahgunaan zat (obat atau alkohol) yang dikonfirmasi dengan
keluarga mereka sebelum dan selama terapi, dan akan tinggal bersama keluarga mereka di
daerah metropolitan, Kota Meksiko.
2.2 Prosedur. Sebelum prosedur apapun dilakukan, protokol penelitian telah disetujui oleh
Komite Penelitian dan Komite Etika dari National Institute of Psychiatry. Pasien dan
6
keluarga diinformasikan tentang program terapi. Setelah mereka setuju untuk
berpartisipasi, mereka secara sukarela diungkapkan dalam dokumen persetujuan tertulis
yang menyatakan keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam proyek penelitian. Pasien
kemudian diberikan instrumen, yang dijelaskan dalam Bagian 2.4. Simtomatologi, remisi
gejala, fungsi psikososial, dan pemulihan fungsional dinilai pada awal dan pada akhir
pengobatan. Kemudian, pasien dan keluarga mereka secara acak diberikan untuk program
pengobatan terpadu atau untuk melanjutkan dengan pengobatan farmakologis saja.
2.3. Intervensi. Pendekatan terpadu tersebut terdiri dari intervensi sebagai berikut.
2.3.1 Terapi Psikososial. Proses desain dari program terapi meliputi identifikasi masalah
klinis dan psikososial dari pasien, serta kebutuhan dan tuntutan anggota keluarga. Sebuah
studi eksplorasi dilakukan yang meliputi 42 peserta: 16 pasien secara klinis stabil, 16 dari
kerabat mereka, dan 10 tenaga kesehatan mental (dua psikiater, dua psikolog klinis, dua
perawat jiwa, dua pekerja sosial psikiatri, dan dua terapis keluarga skizofrenia). Kelompok
fokus dilakukan dengan pasien, kerabat, dan tenaga profesional kesehatan mental (6-10
peserta per kelompok). Sebuah konsensus telah dicapai mengenai masalah klinis dan
psikososial untuk pasien psikotik episode pertama. Hasil studi eksplorasi mengidentifikasi
beberapa masalah klinis dan psikososial pasien: tidak mengetahui diagnosisnya (90-95%),
tidak mengetahui karakteristik dari penyakitnya (95-100%), tidak membutuhkan obat-
obatan (90-95% ), tidak membutuhkan psikoterapi (95-100%), pengangguran (45-65%),
kurangnya sumber finansial (50-75%), secara ekonomi bergantung pada keluarganya (70-
80%), tidak punya teman (40-50%), tidak memiliki hubungan cinta (70 - 80%), dan tidak
memiliki hubungan keluarga yang baik (60-70%). Semua pasien menerima obat
antipsikotik. Selain itu, berbagai daerah telah diidentifikasi di mana pasien mengalami
kesulitan sehingga dapat mengganggu pengobatan fungsi komunitas mereka dan
manajemen gejala, serta masalah sosial dan keluarga. Oleh karena itu, mempelajari
keterampilan tertentu dibuat sebagai tujuan, yaitu kepatuhan pengobatan, memperoleh
pengetahuan tentang penyakitnya, mengidentifikasi tanda-tanda kekambuhan,
mengembangkan rencana pencegahan kekambuhan, mengembangkan keterampilan untuk
berhubungan sosial, dan mempelajari keterampilan pemecahan masalah untuk mendapat
hubungan keluarga yang lebih baik. Berbagai modalitas terapi yang direkomendasikan
sebagai komponen dari sistem kesehatan terpadu dan komprehensif meliputi obat
antipsikotik, pengobatan psikososial, psikoedukasi, dan terapi keluarga.
7
Pengobatan psikososial mencakup empat bidang: (1) manajemen pengobatan, (2)
manajemen gejala, (3) hubungan sosial, dan (4) hubungan keluarga. Semua dijelaskan
dalam pedoman terapis yang meliputi keterampilan yang sesuai dengan wilayah masing-
masing, ditambah strategi pelatihan untuk setiap pertemuan. Dua terapis mengajarkan
keterampilan memperoleh menggunakan "kegiatan belajar". Ketujuh kegiatan belajar yang
dimaksudkan dikurangi menjadi enam, karena teknologi video yang digunakan di Amerika
Serikat belum dikembangkan di Meksiko. Kegiatan belajar meliputi (1) pengenalan dan
penjelasan keterampilan yang harus dipelajari dalam setiap sesi, (2) keterampilan
mendemonstrasikan yang dilakukan oleh terapis yang mencakup sesi tanya jawab untuk
setiap keterampilan yang dipelajari, (3) pasien mempraktikkan keterampilan menggunakan
bermain peran (role playing) dan teknik lainnya, (4) umpan balik yang memungkinkan
pasien untuk mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mendukung
keterampilannya di dunia nyata, (5) praktek keterampilan dalam masyarakat, dan, (6)
setiap sesi dimulai dengan memverifikasi keterampilan yang terdaftar di checklist belajar.
Sebuah formulir evaluasi terapis digunakan untuk memastikan semua cakupan terapi
dilakukan dengan benar. Kompetensi terapis 'selama pengobatan dinilai oleh asisten
peneliti yang terlatih khusus. Sebelum terapi, tingkat kompetensi harus diperlihatkan
paling tidak 90 persennya. Pemantauan untuk kepatuhan berobat dilakukan selama
penelitian. Masing-masing kelompok, enam pasien per kelompok, dilakukan setiap minggu
melalui dua terapis dengan batas waktu 75 menit selama satu tahun pengobatan.
2.3.2. Psikoedukasi. Intervensi ini wajib untuk setidaknya satu orang setiap keluarga yang
menerima informasi selama sepuluh sesi kelompok tentang penyakit, gejala, manajemen
pengobatan, efek samping, kepatuhan, menjaga perjanjian, serta pengenalan dan
manajemen tanda-tanda kekambuhan. Selain itu, empat sesi untuk setiap pasien dan
keluarganya berorientasi pada pemecahan masalah dan peningkatan kemampuan
komunikasi. Dua terapis keluarga bertanggung jawab atas psikoedukasi dan sesi keluarga.
2.3.3 Terapi farmakologi
Pasien dari kedua kelompok menerima manajemen pengobatan pada Klinik
Skizofrenia di Institut Psikiatri Nasional (National Institute of Psychiatry). Dua ahli jiwa
klinis, yang tidak mengetahui dua kondisi pengobatan, memberikan pasien konsultasi
bulanan selama 20 menit, registrasi kedatangan, pengawasan resep obat-obatan
8
antipsikotik, dan verifikasi ketaatan pengobatan selama satu tahun perawatan. Para ahli
yang berpartisipasi dalam pengobatan ini termasuk dua orang psikiater untuk terapi obat-
obatan, dua orang psikolog klinis, serta dua orang ahli terapi keluarga untuk psikoedukasi
dan sesi keluarga.
2.4. Tehnik Pengukuran . simptomatologi diperkirakan dengan Skala Sindrom Positif dan
Negatif (PANSS). Skala ini merupakan skala terdiri dari 30 item, diadaptasi dari Spanyol,
terdiri dari tiga subskala, positif (7 skala), negatif (2 skala), dan psikopatologi umum (GPS,
16 item). Setiap item diberi skor dari 1 (tidak ada psikopatologi) sampai 7 (sangat berat).
Remisi gejala diperkirakan berdasarkan kriteria Andreasen untuk remisi simptomatik
dengan memakai delapan item dari Skala Positif dan Negatif (PANSS) : P1 (delusi), P2
(disorganisasi konseptual), P3 ( prilaku halusinasi), N1 (afek datar), N4 ( penarikan sosial
(social withdrawal)), N6 (kurang spontanitas), G5 (postural/manerism), G9 (pengisian
pikiran yang tidak lazim). Seluruh skor harus terjadi setidaknya dalam 3 (ringan) atau
kurang dari 6 bulan. Fungsi psikososial diperkirakan dengan menggunakan Global
Assessment of Functioning Scale (GAF). Instrumen ini mengukur tingkat keparahan gejala
dan derajat gangguan dalam fungsi fisiologis, sosial, dan okupasional dari penyakit
kesehatan jiwa berkelanjutan yang mengindikasikan level fungsi yang berkisar antara 1
sampai 100. Skor di bawah 65 dipertimbangkan sebagai kisaran sembuh secara fungsional.
Penilaian terpisah dilakukan untuk mengevaluasi kedua kelompok yang diteliti
pada awal dan akhir pengobatan. Penilai menerima pelatihan yang berguna untuk cara
penggunaan seluruh instrumen penelitian yang tepat; penilai tidak mengetahui kelompok
penelitian mana yang akan dinilai, penilai diinstruksikan untuk mengingatkan pasien agar
tidak menyebutkan jenis terapi apa yang diperoleh. Penilai tidak ikut serta dalam tim
pengobatan dan tidak memiliki pengetahuan terhadap proyek penelitian ini.
Selama penilaian pengobatan, relaps, dan rehospitalisasi, kepatuhan terhadap
pengobatan dan ketergantungan terapeutik dievaluasi pada seluruh peserta penelitian. Saat
pasien mengalami tanda waspada dari relaps dengan eksaserbasi gejala psikotik yang
bermakna, mereka segera menerima konsultasi segera dari psikiater yang merawatnya,
yang kemudian akan menyesuaikan kembali pengobatan antipsikotiknya untuk mencegah
kekambuhan. Kekambuhan psikotik tercatat bila pasien mengalami setidaknya 20%
perburukan pada skor total PANSS dari evaluasi awal. Kriteria kekambuhan serupa telah
digunakan oleh peneliti lainnya. Saat gejala eksaserbasi psikotik tidak dapat dikontrol atau
9
distabilisasikan dengan pengobatan antipsikotik, pasien lalu dirujuk ke rumah sakit. Hal ini
dicatat sebagai rehospitalisasi. Kepatuhan pengobatan diketahui oleh psikiater yang
merawatnya selama konsultasi setiap bulan untuk kontrol farmakologis dengan pasien dan
keluarga yang berpartisipasi dalam psikoedukasi. Kepatuhan diperkirakan bila pasien
mengkonsumsi setidaknya 90 persen dari obat-obatan yang telah diresepkan; sebaliknya
ketidakpatuhan pasien juga dinilai.
2.5. Analisis Statistik. Analisis data termasuk berikut : analisis deskriptif dan Chi square
untuk membandingkan presentase, Student T test untuk membuktikan tidak terdapat
perbedaan bermakna antara kedua kelompok penelitian pada level awal simptomatologi
dan fungsi psikososialnya. Pada daasrnya, Student T test digunakan untuk membuktikan
tidak terdapat perbedaan signifikan secara statistik yang menetap antara kedua kelompok,
terkait skor GAF dan PANSS. Analisis varians (ANOVA) untuk pengulangan pengukuran
mendeteksi perbedaan sebelum dan setelah di dalam dan di antara dua kelompok yang
diteliti. Perkiraan yang telah terstandardisasi dari pengukuran efek, dijumlahkan dengan
formula Cohen sebagai berikut d=x1-x2/s, dimana x1 dan x2 adalah rerata pengobatan
awal dan akhir dari dua kelompok yang sedang diteliti dan dikelompokkan intra grup
standar deviasi (SD). Untuk mengetahui ukuran efek, terdapat tiga tingkat yang
dipertimbangkan : kecil-0.25, medium 0.50, dan luas 1.00 tanda irrespektif (+ atau -) dari
angka. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS dengan program lunak Windows 11.5.
3. Hasil Penelitian
Karakteristik dasar dari sampel terlihat pada tabel 1. Pasien dalam kedua kondisi
pengobatan serupa dan tidak memiliki perbedaan demografi untuk variabel manapun,
kecuali untuk status pekerjaan dimana terdapat persentase kecil pasien pengangguran pada
kelompok kontrol. Tidak terdapat perbedaan statistik yang bermakna pada awal
pengobatan di antara kedua kolompok yang diteliti dalam hal simptomatologi, (PANSS)
atau fungsi psikososial (GAF).
10
Tabel 1. Sosiodemografi dan karakteristik klinis dari Partisipan
Tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok yang diteliti dalam hal penggunaan
pengobatan antipsikotik tipikal dan atipikal (x2 P > 0,5) atau dalam dosis pengobatan (t P
> 0.05). Terdapat peningkatan yang bermakna secara statistik dalam simptomatologi yang
ditemukan dalam 12 bulan terapi berdasarkan skor perubahan rerata, sebagaimana diukur
dengan PANSS, pada gejala positif dan negatif, psikopatologi umum, serta dalam skor
total PANSS untuk kedua kelompok yang diteliti.
Analisis kelompok berdasarkan waktu menunjukkan peningkatan bermakna yang
lebih besar pada pasien kelompok eksperimental bila dibandingkan dengan pasien yang
menerima pengobatan sendiri. Perbandingan besarnya efek lebih besar pada kelompok
eksperimental pada total skor PANSS, skala positif, skala negatif, dan skala psikopatologi
umum. Ukuran efek didapatkan medium untuk seluruh skala skor pada kelompok kontrol.
Terdapat pula peningkatan bermakna pada fungsi psikososial yang ditemukan pada pasien
pada kelompok eksperimental namun tidak untuk pasien pada kelompok kontrol karena
berada pada tingkat fungsi yang sama (41-50) saat diukur dengan GAF, dari awal penilaian
awal hingga setelah pengobatan. Terdapat peningkatan fungsional pada pasien dalam
kelompok eksperimental, dari 41-50 pada awal nya menjadi 61-70 pada akhir pengobatan.
Ukuran efek lebih besar pada kelompok eksperimental dan kecil pada kelompok kontrol
(Tabel 2).
11
Tabel 2. Simtomatologi (PNNS) dan Fungsi Global (GAF) Kelompok Penelitian pada Awal dan Akhir Penelitian
Di samping itu, angka kekambuhan dan rehospitalisasi juga diukur selama
pengobatan, sama halnya dengan kepatuhan terhadap pengobatan dan ketaatan dalam
terapi. Pada akhir pengobatan, didapatkan angka kekambuhan yang lebih rendah (10.3%
P<.01) dan angka rehospitalisasi yaitu 5.1% pada kelompok eksperimental dibandingkan
dengan angka berturut-turut 35.7% dan 10.7 %, untuk kelompok yang hanya menerima
terapi obat-obatan saja. Kepatuhan terhadap obat-obatan antipsikotik lebih tinggi pada
kelompok eksperimental (85% dengan 67.6%) dari kelompok kontrol (p<.01). Ketaatan
terapi terhadap sesi pengobatan psikososial sebesar 87.2%, yang artinya angka ketaatannya
lebih tinggi dibanding tingkat ketaatan terapeutik : sangat baik:90-100; tinggi 80-89; baik:
70-79; reguler 60-69; rendah: 50-59; dan buruk: 40-49.
Penilaian remisi gejala dan fungsional sebagaimana pemulihan fungsional juga
ditunjukkan sejak awal bahwa remisi gejala didapatkan sebesar 33.3% pada kelompok
eksperimental dibanding 20.6 pada kelompok kontrol. Pada akhir terapi, pasien
eksperimental menunjukkan 94.9% remisi gejala dibanding 58.8% pada kelompok kontrol.
Remisi fungsional diperoleh sebesar 56.4% pada pasien dalam kelompok esperimental baik
pada kriteria remisi gejala dan fungsional pada akhir pengobatan dan dipertimbangkan
sembuh dibandingkan 2.9% pada kelompok kontrol (tabel 3).
12
Tabel 3. Remisi Gejala, Remisi Fungsional, dan Remisi Pemulihan pada Saat Awal dan Akhir Penelitian
4. Diskusi
Kesimpulan dari studi terkini menunjukkan bahwa pasien yang menerima
pendekatan terintergrasi menunjukkan peningkatan yang bermakna secara statistik dalam
simptomatologi, fungsi psikososial, angka kekambuhan dan rehospitalisasi yang lebih
rendah, tingkat kepatuhan terhadap pengobatan yang lebih tinggi, dan ketaatan terapi yang
lebih tinggi. Peningkatan dapat terlihat, misalnya, mengingat satu variabel, seperti
kepatuhan terhadap obat-obatan berhubungan dengan pencegahan kekambuhan. Pada
penelitian ini, untuk kelompok yang diobati secara terintegrasi, kepatuhan terhadap obat-
obatan tinggi (85%), menunjukkan bahwa pasien-pasien ini mempelajari ketrampilan yang
berguna tentang gejala dan manajemen obat-obatan yang dapat mencegah terjadinya
kekambuhan : angka kekambuhan mereka rendah (10.3%).
Hasil ini menunjukkan bahwa hasil dapat ditingkatkan melalui intervensi dini
setelah onset psikosis terjadi. Lebih jauh lagi, telah ditetapkan bahwa pemeliharaan
keadaan klinis yang stabil tidak lagi dipertimbangkan sebagai tujuan pengobatan yang
paling utama. Fokus terbaru dalam pengobatan terdiri dari tercapainya remisi gejala dan
fungsi, tercapainya kesembuhan fungsional sebagai tujuan akhir pengobatan. Pada
penelitian ini, implementasi dari pendekatan terintegrasi (farmakoterapi, intervensi
psikososial, dan psikoedukasi) menunjukkan bahwa separuh dari pasien sembuh,
menunjukkan bahwa modalitas terapi ini dapat sangat membantu pemulihan fungsi pada
pasien dengan episode pertama psikotik. Kami menyimpulkan bahwa, dengan tercapainya
stabilitas klinis, remisi gejala dan fungsi, dapat menyebabkan peningkatan pemulihan
fungsi. Model dalam perawatan terintegrasi telah menunjukkan efektifitasnya melalui
penelitian terbaru dan tinjauan pustaka dari sejumlah literatur pada berbagai negara dengan
hasil penelitian yang berbeda-beda seperti meningkatnya fungsi psikososial, defisit kognitif
dan kualitas hidup, diperolehnya ketrampilan sosial, pencegahan relaps, serta optimalnya
kepuasan terhadap terapi. Telah dikemukakan pula bahwa pendekatan terintegrasi
13
“menunjukkan peningkatan pemulihan fungsional yang menjanjikan bagi pasien
skizofrenia”.
Pada sepuluh tahun terakhir, penelitian yang berhubungan dengan pengobatan
terintegrasi serta pendekatan rehabilitasi untuk skizofrenia kronik telah dilakukan di
institut Nasional Psikiatri, di Kota Meksiko. Kami melakukan beberapa percobaan dan uji
klinis untuk membandingkan berbagai macam kelompok terapi selama enam bulan atau
dua belas bulan pengobatan. Dan yang lebih terkini dengan pasien episode psikotik
pertama, sebagaimana yang dilaporkan pada penelitian. Untuk mencapai tujuan kami,
pasien dan keluarganya dianggap sebagai rekan dan kolaborator dalam tim pengobatan,
tercapai suatu kesepakatan antara pasien, keluarga, serta tim peneliti mengenai masalah
klinis dan psikososial pasien serta kebutuhan dan harapan dari pihak keluarga. Partisipasi
keluarga dianggap sebagai elemen kunci, sejak diperkirakan 95% pasien kali tinggal
bersama anggota keluarga. Perhatian ditujukan pada menetapkan terapi antara pasien dan
keluarga. Dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengobatan pasien dengan psikosis
dini adalah kekambuhan dan ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Kepatuhan terhadap
pengobatan yang rendah dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan dan rehospitalisasi.
Telah direkomendasikan bahwa intervensi psikososial yang terus-menerus selama
setidaknya satu tahun pengobatan dibutuhkan untuk mencapai tujuan pencegahan
kekambuhan. Walaupun kekambuhan dapat dipertimbangkan sebagai perubahan perjalanan
penyakit, kami menawarkan intervensi cepat dan resolusi yang tepat dan tampak sebagai
kesempatan yang sangat baik bagi pasien dan keluarganya, untuk mempelajari tentang
kekambuhan dan untuk memperoleh strategi bermanfaat untuk mencegah kekambuhan,
khususnya pada pasien yang berusia muda dan keluarga yang belum pernah memiliki
pengalaman dengan layanan kesehatan jiwa. Suatu penelitian menunjukkan, saat pasien
ditanya tentang kebutuhannya, mengetahui bagaimana mencegah kekambuhan dianggap
sebagai prioritas.
Intervensi psikososial dini untuk episode pertama psikosis dapat digunakan sebagai
pencegahan dalam menghindari komplikasi lanjut seperti kronisitas dan kecacatan yang
dapat ditemukan pada skizofrenia yang berkepanjangan. Praktek “berbasis bukti”
mengindikasikan bahwa terdapat konsensus yang berkaitan dengan komponen intervensi
yang sebaiknya dipertimbangkan untuk kasus psikosis episode pertama yang terdiri atas
kombinasi dari intervensi farmakologi dan psikososial. Isu yang membutuhkan perhatian di
masa mendatang termasuk mencapai konsensus internasional mengenai remisi gejala dan
14
menetapkan pertimbangan-pertimbangan, seperti bagaimana kesembuhan tersebut
didefinisikan dan bagaimana kesembuhan dapat dinilai. Karena konsensus semacam ini
sedikit jumlahnya, definisi operasional dikembangkan dalam penelitian ini untuk menilai
kesembuhan fungsional. Berapa lama pasien harus tetap dalam program pengobatan awal
merupakan suatu pertanyaan yang harus dipikirkan. Pada kasus kami, keterbatasan dalam
penelitian ini adalah kami belum dapat melakukan tindak lanjut kepada peserta yang
mengikuti program pengobatan ini karena alasan dana. Perawatan berkelanjutan
mencakup tindak lanjut sebagai langkah yang penting untuk pengawasan klinis dan fungsi
psikososial pasien dalam masyarakat. Dalam lima belas tahun terakhir, terdapat perubahan
substansial dan reevaluasi dalam pengobatan skizofrenia. Di samping itu, terhadap obat-
obatan antipsikosis, intervensi psikososial telah dikenal sebagai komponen penting dari
pendekatan terapi untuk mencapai kesembuhan pada psikosis dini.
15