IPB Today Edisi 278

13
Layout : Dimas R Alamat Redaksi: Biro Komunikasi IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Dramaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected] Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Aris Solikhah Editor : Siti Zulaedah, Rio Fatahillah CP Reporter : Dedeh H, Awaluddin Fotografer: Cecep AW, Bambang A @ipbuniversity @ipbofficial @ipbofficial @ipbuniversity www.ipb.ac.id IPB Today Volume 278 Tahun 2019 Perkuat Riset Indoor Farming, IPB Luncurkan Mini Plant Factory berbasis IoT Inovasi ini berupa sistem rumah tanaman tertutup di dalam kontainer dengan sistem irigasi dan sumber pencahayaan buatan (artificial lighting). Inovasi ini hadir untuk menjawab tantangan sekaligus permasalahan budidaya tanaman di Indonesia yang notabene masih mengandalkan kondisi alam. “IPB University memiliki komitmen besar untuk terus leading dalam hal teknologi pertanian 4.0. Bukan untuk gagah-gagahan tetapi ini sudah merupakan tuntutan dan cepat atau lambat orang lain akan terus mengadopsi atau mengembangkan. Kalau IPB University hanya menyampaikan dengan kata-kata saja, nampaknya akan sulit untuk bisa membuat orang lain yakin terhadap teknologi yang tepat untuk pengembangan pertanian di masa depan,” kata Prof Arif. Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria saat membuka soft launching Mini Plant Factory memberikan apresiasi kepada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University karena TMB merupakan departemen yang sangat gigih dalam mempromosikan, mengkaji dan menginisiasi teknologi pertanian 4.0 yang saat ini di IPB University sudah mulai berkembang dengan baik. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fateta IPB University, Prof Dr Sutrisno dalam sambutannya menyampaikan bahwa pihaknya akan terus memfasilitasi peneliti-peneliti muda yang mempunyai potensi besar dalam mengembangkan penelitiannya. Ke depan, tidak hanya plant factory skala laboratorium seperti ini yang akan dikembangkan, akan tetapi harapannya dapat dikembangkan dengan skala komersial yang lebih besar. Sehingga kita bisa tunjukkan kepada dunia usaha bahwa plant factory adalah masa depan bagi pertanian perkotaan yang lebih baik. I PB University kembali menghadirkan inovasi baru yaitu Mini Plant Factory berbasis Internet of Things (IoT) pada Senin (25/11) di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Leuwikopo, Kampus IPB Dramaga, Bogor. Inovasi ini merupakan sistem rekayasa budidaya tanaman dalam lingkungan terkendali sehingga memungkinkan dilakukannya pengendalian parameter lingkungan mikro seperti suhu, intensitas, durasi dan spektrum cahaya, serta pasokan nutrisi secara presisi.

Transcript of IPB Today Edisi 278

Page 1: IPB Today Edisi 278

Layout : Dimas R Alamat Redaksi: Biro Komunikasi IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Dramaga

Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]

Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Aris Solikhah

Editor : Siti Zulaedah, Rio Fatahillah CP Reporter : Dedeh H, Awaluddin Fotografer: Cecep AW, Bambang A

@ipbuniversity@ipbofficial @ipbofficial @ipbuniversity www.ipb.ac.id

IPBTodayVolume 278 Tahun 2019

Perkuat Riset Indoor Farming,IPB Luncurkan Mini Plant Factory berbasis IoT

Inovasi ini berupa sistem rumah tanaman tertutup di

dalam kontainer dengan sistem irigasi dan sumber

pencahayaan buatan (artificial lighting). Inovasi ini hadir

untuk menjawab tantangan sekaligus permasalahan

budidaya tanaman di Indonesia yang notabene masih

mengandalkan kondisi alam.

“IPB University memiliki komitmen besar untuk terus

leading dalam hal teknologi pertanian 4.0. Bukan untuk

gagah-gagahan tetapi ini sudah merupakan tuntutan dan

cepat atau lambat orang lain akan terus mengadopsi atau

mengembangkan. Kalau IPB University hanya

menyampaikan dengan kata-kata saja, nampaknya akan

sulit untuk bisa membuat orang lain yakin terhadap

teknologi yang tepat untuk pengembangan pertanian di

masa depan,” kata Prof Arif.

Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria saat membuka

soft launching Mini Plant Factory memberikan apresiasi

kepada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB)

Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University

karena TMB merupakan departemen yang sangat gigih

dalam mempromosikan, mengkaji dan menginisiasi

teknologi pertanian 4.0 yang saat ini di IPB University

sudah mulai berkembang dengan baik.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Departemen Teknik

Mesin dan Biosistem Fateta IPB University, Prof Dr

Sutrisno dalam sambutannya menyampaikan bahwa

pihaknya akan terus memfasilitasi peneliti-peneliti muda

yang mempunyai potensi besar dalam mengembangkan

penelitiannya. Ke depan, tidak hanya plant factory skala

laboratorium seperti ini yang akan dikembangkan, akan

tetapi harapannya dapat dikembangkan dengan skala

komersial yang lebih besar. Sehingga kita bisa tunjukkan

kepada dunia usaha bahwa plant factory adalah masa

depan bagi pertanian perkotaan yang lebih baik.

IPB University kembali menghadirkan inovasi baru

yaitu Mini Plant Factory berbasis Internet of Things

(IoT) pada Senin (25/11) di Laboratorium Lapang

Siswadhi Soepardjo, Leuwikopo, Kampus IPB Dramaga,

Bogor. Inovasi ini merupakan sistem rekayasa budidaya

tanaman dalam lingkungan terkendali sehingga

memungkinkan dilakukannya pengendalian parameter

lingkungan mikro seperti suhu, intensitas, durasi dan

spektrum cahaya, serta pasokan nutrisi secara presisi.

Page 2: IPB Today Edisi 278

2

“Ini merupakan bagian penting dari konsep Agro-Maritim

4.0, dan dengan ini IPB University ingin menegaskan

bahwa dengan integrated-participatory dari berbagai

disiplin ilmu, mampu menciptakan nilai baru (creating

value) yang menjadi ciri utama dari konsep teknologi Agro-

Maritim 4.0, yaitu sistem pertanian yang modern,

terpantau dan terkendali dengan mudah misalnya melalui

perangkat smartphone yang telah menjadi bagian dari

keseharian masyarakat,” ujarnya.

Rancang bangun mini plant factory ini diprakarsai oleh Dr

Slamet Widodo dan tim yaitu Dr Moh. Solahudin, Dr Agus

Ghautsun Niam dan Lilis Sucahyo, MSi dari berbagai divisi

yang ada di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Fateta, IPB University, dengan dana hibah penelitian

desentralisasi pada skema Penelitian Terapan Unggulan

Perguruan Tinggi (PTUPT) Ristekdikti. Tema penelitian

yang diusung adalah pengembangan sistem lingkungan

terkendali untuk inisiasi pembungaan bawang merah

dalam rangka mendorong produksi benih alternatif

bawang merah nasional yang dikenal dengan True Shallot

Seed (TSS).

Ketua tim mini plant factory, Dr Slamet Widodo

menjelaskan, Plant factory yang diluncurkan ini juga

mengadopsi teknologi internet of things (IoT) mampu

menampilkan kondisi iklim mikro melalui smartphone.

Sehingga kita dapat memastikan kondisi lingkungan yang

optimal untuk tanaman. Selain itu, sistem monitoring ini

mudah diakses melalui smartphone dan sangat user

friendly. Bila terjadi gangguan eksternal selama budidaya

dapat diketahui secara real time sehingga penanganannya

juga cepat dan dapat dikendalikan dari jarak jauh.

Ia menambahkan, tujuan dari rancang bangun mini plant

factory ini awalnya adalah untuk menciptakan sistem

lingkungan budidaya secara terkendali dalam skala kecil

namun dapat dikontrol secara penuh dan presisi. Tidak

hanya dikhususkan untuk produksi TSS namun juga untuk

komoditas lain. Konsep teknologi yang dibangun berupa

paket teknologi yang bersifat mobile, terkontrol dan

mudah diterapkan di berbagai kondisi lingkungan.

Sederhananya, paket teknologi ini mudah untuk

diperbanyak. Terutama untuk lingkungan yang minim area

lahan pertanian dan semakin terdegradasi tiap tahunnya

seperti kawasan perkotaan.

Terkait teknologi produksi TSS yang dikembangkan, dosen

IPB University itu mengungkapkan, hal ini dilandasi

pemikiran bahwa bawang merah merupakan salah satu

komoditas strategis nasional. Seringkali masalah pasokan

dan fluktuasi harga bawang merah menjadi isu nasional.

Untuk itu perlu suatu terobosan inovatif yang bisa menjadi

solusi alternatif bagi permasalahan ini. Penyediaan benih

bawang merah dan juga produksi bawang merah secara

umum masih sangat tergantung pada kondisi iklim dan

cuaca.

Penyediaan benih bawang merah juga dipengaruhi oleh

fluktuasi harga bawang merah di pasar. Adanya lonjakan

harga bawang merah pada waktu tertentu sering kali

mendorong petani menjual benihnya untuk konsumsi yang

menyebabkan petani kekurangan stok benih pada periode

tanam berikutnya. Hal ini menyebabkan harga benih

melonjak, biaya produksi tinggi, dan banyak petani

bawang merah yang beralih ke komoditas lain. Sementara

itu petani yang tetap menanam dengan biaya produksi

yang tinggi berpotensi menanggung kerugian. Oleh karena

itu, perlu dikembangkan alternatif sistem produksi benih

yang tidak bergantung pada iklim dan fluktuasi harga

pasar. Salah satunya adalah melalui pengembangan

sistem produksi benih biji/benih botani – True Shallot

Seed (TSS) pada lingkungan terkendali, yaitu Mini Plant

Factory.

Turut hadir dalam soft launching Mini Plant Factory Wakil

Rektor Bidang Sumberdaya, Perencanaan dan Keuangan,

Prof Dr Agus Purwito, Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis

dan Kewirausahaan, Prof Dr Erika Budiarti Laconi, Dekan

Fateta IPB University, Prof Dr Kudang Boro Seminar,

Kepala Biro Komunikasi IPB University, Ir Yatri Indah

Kusumastuti, M.Si, para dosen TMB diantaranya Prof Dr

Herry Suhardiyanto. (Awl/RA)

Selain pengembangan TSS, hadirnya mini plant factory ini

diharapkan mampu mendorong berbagai riset terkait

pengembangan teknologi indoor farming. Teknologi

semacam ini diharapkan mampu mengoptimalkan

kekayaan alam negeri ini yang luar biasa salah satunya

adalah untuk budidaya tanaman yang memiliki nilai

ekonomis tinggi seperti tanaman obat (medicinal plant)

untuk mendukung pengembangan indutri biofarmaka di

Indonesia. Untuk menuju ke arah sana tentu masih banyak

hal yang perlu dikembangkan dan tentunya diperlukan

suatu kolaborasi lintas disiplin.

Page 3: IPB Today Edisi 278

3

“Robot ini terinspirasi dari fakta yang terjadi di lapang.

Banyak petani yang kehilangan hasil panen karena adanya

tandan matang yang tidak dipanen, brondolan tertinggal

dan transportasi yang buruk. Petani membutuhkan

adanya pemantuan kematangan buah kelapa sawit

sehingga pemanenan dapat akurat dan kualitas minyak

meningkat serta pemanenan tandan yang belum matang

dapat diminimalkan,” terang Yudha.

urora (Autonomous Mobile Robot) merupakan Arobot kreasi mahasiswa IPB University dari

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem yakni

Yudha Putra Arisandy, Hari Agung Pratama, dan Nissa

Adiarifia. Robot ini dapat memantau kelapa sawit untuk

mengetahui tingkat kematangan tandan kelapa sawit di

lahan dan menentukan waktu panen yang optimal.

Menurut Hari Agung, cara kerja Aurora adalah dengan

menentukan titik tengah dari tanaman kelapa sawit dan

mengukur jarak robot dari masing-masing tanaman

kelapa sawit. Pengukuran jarak dilakukan secara simultan

dan berkelanjutan, setelah itu dilakukan penghitungan

dengan mencari nilai tengah.

“Robot yang telah kami rancang akan berjalan dengan

menentukan titik tengah dari tanaman dengan bantuan

lidar yang berfungsi mendeteksi objek sekitar untuk

menentukan koordinat target tujuan. Lidar ini akan

mengetahui jarak relatif dari robot dan tanaman kelapa

sawit. Setelah itu robot menentukan titik tengah dari

beberapa tanaman kelapa sawit yang ada di sekitar robot.

Robot ini nantinya dapat memisahkan antara objek

Tandan buah Segar (TBS) matang dengan TBS yang masih

mentah,” tambah Nissa Adiarifia.

Melalui karyanya tersebut, Yudha dan rekan-rekannya

meraih dua penghargaan yaitu Juara II dan Best

Presentation pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional

dalam rangkaian acara Gricultural Extension Planning of

Some Innovation (AGRIXPLOSION) 2019 yang

diselenggarakan di Surakarta, 16 November 2019.

“Kami sangat bersyukur bisa mendapat dua penghargaan

sekaligus. Yakni Juara II dan Best Presentation. Hal ini

membuat kami semakin bersemangat untuk dapat terus

berkarya. Besar harapan kami agar alat ini dapat terus

diteliti hingga nantinya benar-benar dapat memberi

manfaat terutama bagi perkebunan kelapa sawit di

Indonesia,” ujar Yudha. (SMH/Zul)

Aurora, Robot Pemantau Kelapa SawitKarya Mahasiswa IPB University

Page 4: IPB Today Edisi 278

4

Belajar Berwirausaha Bersama Kopma IPB University

Koperasi Mahasiswa (Kopma) IPB University adalah

salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang

bergerak di bidang wirausaha. Kegiatan usaha

dari Kopma dilakukan secara bersama-sama dengan

anggotanya.

Selain belajar di bangku perkuliahan, ilmu yang dapat

diperoleh dari Kopma IPB University dapat langsung

diterapkan dalam berwirausaha. Jiwa kepemimpinan juga

ikut dilatih dengan adanya struktur organisasi yang

dibentuk oleh Kopma IPB University. Implementasi ilmu

wirausaha juga dapat langsung diaplikasikan karena

Kopma IPB University sendiri sudah memiliki beberapa

toko.

Anggota Kopma adalah mahasiswa IPB University. Dana

yang diperoleh Kopma IPB University juga berasal dari

anggota. Sehingga, tujuan dari koperasi adalah dari

anggota dan untuk kesejahteraan anggota.

Keuntungan yang diperoleh dengan mengikuti UKM

Kopma IPB University adalah adanya Sisa Hasil Usaha

(SHU) yang dapat diperoleh di akhir tahun. Setiap

pembelanjaan dan keikutsertaan dalam kegiatan Kopma

IPB University akan memperoleh point value (PV). Besaran

nilai PV setiap satunya adalah Rp 2000,- dan dapat

diambil di akhir tahun sebagai SHU.

Kopma IPB University menjadi wadah bagi mahasiswa

yang tertarik untuk belajar tentang berwirausaha dan

koperasi. Terdapat tiga jenjang pendidikan yang dapat

diikuti oleh anggota yaitu pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan lanjutan. Ada beberapa

pelatihan softkill yang menunjang kemampuan

berwirausaha anggota Kopma IPB University.

“Kopma IPB University sudah memiliki toko sendiri.

Terdapat tiga outlet yaitu Kopmart ada di dekat Asrama

Putra, Green Smart ada di dekat Asrama Putri dan Green

Co ada di dekat Agrimart 2,” tutup Abiyulwan (Dinul).

“Bedanya Kopma IPB University dengan usaha yang

biasanya adalah terletak pada pelakunya. Kalau koperasi,

usahanya dijalankan bersama anggota sedangkan usaha

pada umumnya dapat dilakukan seorang diri atau dengan

berkelompok,” jelas M Abiyulwan S selaku Ketua Umum

Kopma IPB University tahun 2018/2019.

Page 5: IPB Today Edisi 278

5

Errizqi Dwi Cahyo selaku Pimpinan Umum Koran Kampus

IPB University menuturkan bahwa asyiknya mengikuti

UKM Korpus IPB University antara lain adalah mahasiswa

mendapatkan semua ilmu tentang jurnalistik mulai dari

nol hingga bisa saja menjadi jurnalis, tidak peduli dari

mana jurusan mahasiswa tersebut.

“Korpus IPB University terbuka bagi siapapun yang ingin

belajar. Jika kamu belum bisa, jangan minder untuk ikut

Korpus IPB University karena nantinya semuanya akan

diajarkan dari awal di korpus,” tambahnya.

Tidak hanya belajar menjadi reporter atau jurnalis

profesional, Korpus IPB University juga menjadi wadah

bagi mahasiswa yang memiliki hobi fotografi,

menggambar, menyukai data, mendesain dan

bernegosiasi. Hal tersebut dikarenakan Korpus IPB

University menyediakan wadah bagi mahasiswa untuk

melatih dirinya menjadi seorang fotografer, marketing and

communication, layout designer dan illustrator yang

profesional.

Satu-satunya unit kegiatan mahasiswa (UKM) di IPB

University yang bergerak di bidang jurnalistik

adalah Koran Kampus (Korpus). Korpus IPB

University menjadi wadah bagi mahasiswa yang memiliki

minat dan bakat sebagai seorang jurnalis.

Keterampilan yang diperoleh dari Korpus IPB University

membantu mahasiswa untuk mendapatkan penghasilan

tambahan. Banyak anggota Korpus yang menjadi penulis

lepas di sebuah media ataupun sebagai content writer.

Banyak juga yang kuliah sambil bekerja sebagai freelance

illustrator ataupun fotografer.

Korpus IPB University berusaha tetap eksis dalam

menyebarkan informasi terkini. Membuat konten yang up

to date, baik dalam bentuk berita, artikel, infografis, komik,

ilustrasi, foto, video, dan lain-lain untuk diupload di

website korpusipb.com maupun di media sosialnya.Tidak

semua orang diperbolehkan mengintip rahasia dapur

media pers atau lembaga pers. Keuntungan lain setelah

menjadi anggota Korpus IPB University adalah

mendapatkan kesempatan untuk melakukan studi

banding baik ke media pers ataupun lembaga pers

mahasiswa lainnya. Anggota Korpus IPB University dapat

bertukar pikiran dan juga belajar banyak hal dari segi

jurnalistik, organisasi, dan lainnya. (Dinul/Zul).

Korpus IPB University memiliki banyak kegiatan menarik.

Selain menyajikan bahan bacaan berdasarkan kejadian

menarik di dalam dan di luar kampus, Korpus IPB

University juga memproduksi koran, tabloid, buletin,

antologi seni, dan berita online yang dapat diakses di

korpusipb.com.“

“Banyak pengalaman baru yang dapat diperoleh dengan

mengikuti Korpus IPB University. Korpus IPB University

sering diundang di beberapa acara yang berhubungan

dengan jurnalistik. Bertemu dengan banyak orang

menjadikan anggota Korpus IPB University memiliki

jaringan koneksi dari berbagai latar sosial, pekerjaan,

pendidikan, dan lainnya,” tambahnya.

Koran mahasiswa baru (Kormab) paling menarik menurut

saya. Karena korannya dibagikan kepada ribuan

mahasiswa baru (maba). Jadi, kita juga harus membuat

konten yang menarik dan bermanfaat bagi maba agar

lebih mengenal kondisi dan keadaan kampus yang akan

jadi tempat dia mengemban ilmu. Di sini juga kita belajar

bagaimana membuat hingga menerbitkan sebuah Koran.

Mulai dari nol, semuanya kita yang mengerjakan,” ujar

Errizqi.

Belajar Jurnalistik dari Nol BersamaKoran Kampus IPB University

Page 6: IPB Today Edisi 278

6

Hadir dalam Courtesy Meeting tersebut, Head of General

Council International Linkages Programmes (ILP) yaitu

Prof Dr Sakuma Yoshiaki (Dekan Fakultas Perikanan –

Kagoshima University, Jepang) dan Prof Kazuhiko Anraku

(Fakultas Perikanan, Kagoshima University, Jepang).

“Sekarang kita sedang menghadapi era VUCA yang penuh

dengan ketidakpastian dan kompleksitas. Untuk itu kita

tidak bisa sendiri menghadapinya. Kita harus sama-sama

dan memperkuat jejaring sesama perguruan tinggi di Asia.

Long-term collaboration dengan UMT harus terus dipupuk

dan dikembangkan terutama dalam Agromaritim 4.0.

Untuk tahun 2020, IPB University-Unsrat-UMT dan

Kasetsart telah siap untuk mengadakan summer school

bersama untuk menambah erat kerjasama yang akan

diadakan di Indonesia yaitu di IPB University dan Unsrat.

Penandatanganan nota kesepahaman ini memberikan

sinyal bahwa kerjasama akan lebih erat dalam berbagai

bidang tidak hanya perikanan dan kelautan, namun juga

bidang yang lain,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, telah dilakukan

penandatanganan dua Memorandum of Agreement (MoA)

yaitu antara Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB

University dengan Fakultas Lingkungan dan Ilmu Kelautan,

UMT dan Project Agreement terkait “Nyamuk Aedes

Pesisir” yang diinisiasi oleh Prof Upik Kesumawati,

Fakultas Kedokteran Hewan, IPB University dengan Assoc.

Prof Dr Mustafa bin Man dari School of Informatics &

Applied Mathematics, UMT.

Prof Sakuma menceritakan tentang ILP yang sudah

diinisiasi oleh Kagoshima University, Jepang sejak sepuluh

tahun yang lalu dan telah memiliki member dari tujuh

perguruan tinggi. Yaitu IPB University, Universiti Malaysia

Trengganu, Universitas Sam Ratulangi, Kasetsart

University (Thailand), Nha Trang University (Vietnam),

Kagoshima University (Jepang) dan National Chiayi

University, Taiwan.

Hal ini sesuai dengan target IPB University dengan

Agromaritim 4.0 dan Sustainable Development Goals

(SDGs) sebagai tujuan ILP. Rektor IPB University, Prof Arif

Satria yang juga alumni Kagoshima University

menegaskan pentingnya spirit Asia untuk perkuat

kerjasama perikanan dan kelautan.

Sementara itu, dalam paparannya, Prof Dato’ Dr Nor Aieni

menjelaskan pentingnya terus menjalin kerjasama dengan

IPB University baik melalui ILP maupun dual universitas

IPB University dan UMT. Telah banyak turunan kerjasama

dengan IPB University. Tidak hanya exchange program

namun juga project penelitian bersama. Kerjasama yang

dijalin tentunya bagian dari target SDGs ke 14. (*/zul)

Pimpinan IPB University yang terdiri atas Rektor

IPB, Prof Dr Arif Satria dan Dekan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Dr Luky Adrianto

didampingi oleh Kepala Sub Direktorat Kerjasama dan

Hubungan International, Direktorat Program Internasional,

Dr Ing Dase Hunaefi diundang ke Universiti Malaysia

Trengganu (UMT), Kuala Trengganu, Malaysia untuk

memperkuat kerjasama dengan memperpanjang Nota

Kesepahaman. Delegasi IPB University disambut oleh Vice

Chancellor (Rektor) UMT, Prof Dato’ Dr Nor Aieni binti Haji

Mokhtar di Ruang Jabatan Vice Chancellor.

IPB University Galang Spirit Asia untukPerkuat Kerjasama Perikanan dan Kelautan

Page 7: IPB Today Edisi 278

7

ax Center Sekolah Vokasi (SV) IPB University

Tmendapatkan Piagam Penghargaan dari Kantor

Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak Jawa

Barat III sebagai Tax Center yang Paling Aktif dalam

mendukung Program Inklusi Kesadaran Pajak dalam

rangka mewujudkan Generasi Emas Sadar Pajak.

Penghargaan diberikan dalam Acara Pajak Bertutur Tahun

2019 yang diselenggarakan di IPB International

Convention Center (IICC), Bogor (22/11). Pada kesempatan

tersebut juga ditandatangani Perjanjian Kerjasama antara

Sekolah Vokasi IPB University dengan Kanwil DJP Jawa

Barat III.

Selain itu, Tax Center SV-IPB University juga telah

menyelenggarakan seminar nasional dengan tema

“Kebijakan Perpajakan di Era Revolusi 4.0 dalam

menopang APBN: Arah, Sasaran dan Tantangan“. Pada

Oktober lalu, Tax Center juga menyelenggarakan acara

tahunan “IPB Accounting Competition (IAC) 2019 dengan

tema “Prepare Yourself to Become The Best Accountant In

Digital Economy 4.0”. (**/Zul)Tax Center SV-IPB University didirikan dengan tujuan

untuk menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan

perpajakan, menyelenggarakan penelitian perpajakan,

menyelenggarakan event perpajakan dan

menyelenggarakan pelayanan perpajakan bagi sivitas

akademika dan masyarakat di sekitar kampus.

Tax Center Sekolah Vokasi IPB UniversityMendapatkan Piagam Penghargaan

Page 8: IPB Today Edisi 278

8

“Pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab setiap

individu yang menghasilkan sampah. Melalui kegiatan ini

kami mengajak masyarakat Kebalen untuk berpartisipasi

menangani sampah mulai dari lini rumah tangga dengan

Konsep 3 AH: cegAH, pilAH dan olAH,” demikian

disampaikan Ir Agit Kriswantriyono, MSi, yang mewakili

tim CARE LPPM IPB.

Kegiatan sosialisasi program dilaksanakan pada Kamis

(21/11) di Aula Kelurahan Kebalen Kecamatan Babelan

Kabupaten bekasi. Acara dibuka oleh Lurah Kebalen H.

Martani Edi Wijaya dan dilanjutkan pemaparan materi dari

Tim CARE IPB University dan PT Bumi Resources Tbk.

Produksi sampah di Kabupaten Bekasi tiap hari

mencapai 2.100 ton. Menurut Dinas Lingkungan

Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi, karena

keterbatasan armada pengangkut sampah, dari jumlah

tersebut, hanya 850 ton yang terangkut ke Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng. Artinya, sisa

sampah yang tidak terangkut mencapai 1.300 ton setiap

harinya.

Sebagai pilot project, pada Tempat Pembuangan Sampah

Sementara (TPSS) yang terletak di RW 04 Kelurahan

Kebalen akan dibangun model-model pengelolaan

sampah organik dan anorganik secara bertahap. Edukasi

melalui sosialisasi dan pelatihan juga terbuka bagi

masyarakat supaya dapat mengembangkannya di wilayah

RW masing-masing.

Kegiatan sosialisasi yang diisi dengan penyampaian

materi, pemutaran film dan diskusi yang dipandu oleh Dr

Dahri Tanjung, MSi (Sekretaris CARE LPPM IPB) ini diikuti

oleh 40 peserta dari 29 RW di Kelurahan Kebalen.

Antusiasme dapat dilihat dari masukan dan saran dari

sejumlah peserta terhadap program pengolahan sampah

berbasis masyarakat. Beberapa warga bahkan

menyatakan siap berpartisipasi misalnya dalam

membangun TPS3R pada lahan yang tersedia di

wilayahnya supaya Desa Kebalen bersih seperti yang

diharapkan. (wl/RA)

Sampah yang tak terangkut itu tertumpuk di 182 tempat

pembuangan sampah milik warga. Sampah yang tidak

terangkut tersebut tentu berpotensi menimbulkan

masalah bagi masyarakat dan lingkungan.

Dalam rangka berkontribusi terhadap solusi sampah di

Bekasi, PT Bumi Resources Tbk dan CARE LPPM IPB

University menggagas program pengelolaan sampah

berbasis masyarakat yang bertujuan mengedukasi

masyarakat mengelola sampah dari sumbernya, yaitu

rumah tangga.

“Kabupaten Bekasi merupakan wilayah ring dua

perusahaan, namun keterlibatan perusahaan dalam

kegiatan ini sebagai bentuk tanggung jawab dan perhatian

kepada masyarakat Kabupaten Bekasi, sehingga nantinya

berita tentang Kebalen tidak lagi berkonotasi jelek yang

penuh dengan tumpukan sampah," ungkap Tofan Wibison,

perwakilan dari PT Bumi Resources Tbk.

Selanjutnya Agit, yang juga Peneliti senior CARE LPPM IPB

menjelaskan bahwa sosialisasi ini merupakan tahap awal

kegiatan pendampingan antara PT Bumi Resources dan

CARE LPPM IPB. Ke depannya, dalam kurun waktu tiga

tahun akan digulirkan beberapa program pemberdayaan

masyarakat terkait pengolahan sampah berbasis

masyarakat di wilayah Kebalen.

CARE LPPM IPB University Sinergi denganPT Bumi Resource Hadirkan Sekolah Sampah Sehat di Bekasi

Page 9: IPB Today Edisi 278

9

Selain membahas tentang pemberdayaan perempuan dan

kesetaraan gender, seminar ini juga membahas tentang

upaya penangkalan isu radikalisme yang menjurus kepada

feminisme nasional.

Acara ini juga dihadiri Yane Ardian Bima Arya, Walikota

Bogor. Selaku Founder Sekolah Ibu, Yane menyampaikan

bahwa perempuan seharusnya mempunyai peran yang

strategis dalam pembangunan. Peran perempuan adalah

membangun peradaban dari keluarga. Kesetaraan gender

adalah bagaimana hak-hak diperlakukan dengan sama.

Namun perempuan juga tidak boleh melupakan hak laki-

laki.

“Perempuan tidak bisa berdiri sendiri karena diperlukan

supporting system dari keluarga, teman dan lingkungan.

Tujuan acara ini adalah bukan hanya berbicara dari aspek

teori mengenai pemberdayaan perempuan, namun dari

berbagai macam sudut pandang untuk mendukung

perempuan. Perempuan sangat berkaitan dengan

keluarga, ekonomi, dan bisnis. Sekarang masih minim

kesadaran dalam pemberdayaan perempuan,” papar

Founder Female in Action, Zulfa Fauziah, mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University.

Komunitas start-up ‘Female in Action’ IPB

University menyelenggarakan seminar nasional

‘Voice of The Women Nationalist’ (VOWN) di

Gedung Graha Widya Wisuda Kampus Dramaga, Bogor

(24/11). Seminar ini mengangkat tema “Strategi

Pemberdayaan Perempuan di Era Millenial terhadap SDGs

2030”. Acara ini menghadirkan Lusi Margiyani, Early

Childhood Care and Development Advisor dan Gender

Local Point at Save The Children Indonesia, Dr Ir Herien

Puspitawati, MSc sebagai Pakar Gender Indonesia dan

Akademisi Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB

University, Alya Nurshabrina, Miss Indonesia 2018 dan

Fedi Nuril sebagai publik figur.

Pada kesempatan ini, Dr Ir Herien menjelaskan bahwa

karir terbaik perempuan modern adalah apa yang

dikerjakan sesuai passion dan kehendak

sadarnya.“Pandangan esktrim perempuan lainnya adalah

berkaitan dengan image ‘supermom’. Yaitu menghabiskan

waktunya antara rumah tangga dan karir yang seimbang.

Hal yang dapat dikombinasikan mengenai konsep

tradisional dan konsep modern untuk kelompok

perempuan adalah potensi spiritual, emosional, fisik,

kreatif sosial dan kognitif. Kehadiran komunitas ayah

menyadarkan bahwa anak adalah tanggung jawab kedua

orang tua. Sistem patriarki perlu direnovasi agar

mengubah mindset masyarakat. Pemberdayaan

perempuan adalah siap mengambil tugas dalam

kolaborasi antara laki-laki dan perempuan,” paparnya.

Sementara itu, Lusi menjelaskan bahwa perempuan dan

laki-laki menunjukkan peluang yang sama dalam

menyelesaikan pendidikan. Salah satu isu perempuan

dalam pendidikan dan kesiapan di dunia kerja di era

milenial adalah rendahnya minat perempuan dalam masuk

di bidang STEM. “Ketertinggalan perempuan dapat

berisiko terjadinya peminggiran atau ketertinggalan

perempuan. Strategi mengatasi isu tersebut adalah

pendidikan dan pengasuhan adil gender sejak usia dini,

menghilangkan bias gender terkait pendidikan dan dunia

kerja serta adanya kebijakan dan support system untuk

mendukung perempuan di bidang STEM,” terangnya.

(Ghinaa/Zul)

FIA IPB University Gelar Seminar NasionalBerdayakan Perempuan di Era Milenial

Page 10: IPB Today Edisi 278

10

embaga Penelitian dan Pengabdian kepada

LMasyarakat (LPPM) selaku koordinator dari pusat-

pusat studi di IPB University melakukan berbagai

upaya untuk meningkatkan publikasi ilmiah. Salah satunya

adalah dengan menggelar workshop bertajuk

“Membangun Reputasi, Kolaborasi, dan Internasionalisasi

Riset dan Kerjasama” di Ruang Sidang Pascasarjana 301

Kampus IPB Dramaga, Bogor (21/11). Workshop ini

menghadirkan berbagai pihak yang diharapkan dapat

berkolaborasi dalam melakukan penelitian.

Kepala LPPM IPB University, Dr Aji Hermawan dalam

sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan riset

sangat bermakna dan memberikan kontribusi dengan

berbagai macam modelnya. Dr Aji yakin IPB University

memiliki kekuatan untuk memberikan kontribusi yang unik

dan spesial secara internasional melalui riset.“Banyak

potensi riset yang bisa dihasilkan dari Pusat-Pusat Studi

LPPM IPB University. Kegiatan yang sifatnya melayani

desa, kabupaten maupun perusahaan dapat menjadi

kasus-kasus yang luar biasa dan memiliki dampak teoritik.

Terkait riset, mungkin yang perlu digali adalah sesuatu

yang unik, khas dan yang dapat kita tawarkan sehingga

riset ke depan dapat menarik banyak pihak yang merasa

ikut memiliki dan ikut terlibat. Dengan begitu, masalah

pendanaan pun banyak solusinya,” ujarnya.

Sementara itu, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

University, Prof Dr Anas Miftah Fauzi dalam

pemaparannya berharap ada ruang khusus yang diberikan

kepada mahasiswa pascasarjana untuk dapat terlibat

dalam penelitian yang dilakukan oleh pusat-pusat studi di

IPB University.

Menurutnya, pusat-pusat studi juga memiliki kewajiban

untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada

masyarakat. Untuk itu, Pusat-Pusat harus mulai

memikirkan tidak hanya income tapi juga outcome dan

impactnya sehingga membuka peluang baru.

Demi Tingkatkan Publikasi Ilmiah,LPPM IPB University Dekatkan Mahasiswa Pascasarjana

dengan Pusat-Pusat Penelitian

Page 11: IPB Today Edisi 278

Prof Anas menambahkan bahwa yang diharapkan dari

pusat oleh Sekolah Pascasarjana IPB University adalah

topik penelitian, biaya penelitian dan publikasi, tempat

penelitian (working space), dosen pembimbing, mitra

penelitian, dan mitra diskusi terkait penelitian. “Dengan

demikian publikasi dan inovasi dapat dihasilkan lebih

banyak lagi. Pusat-pusat dapat mendekatkan riset

mahasiswa ke stakeholder, jadi tidak hanya di lingkup

departemen, fakultas maupun laboratorium. Bentuk

kongkretnya, pusat bisa mulai mengandalkan penelitian

yang sifatnya cohort, capstone maupun transdisciplinary

dari berbagai macam sudut keilmuan. Sampai kemudian

menghasilkan riset yang nyata dan menjadi sebuah

model,” tuturnya.

Saya harap pusat-pusat studi LPPM IPB University dapat

memberikan space untuk topik penelitian yang on going

maupun yang telah dikerjakan kemudian menunjuk person

in charge (PIC) dari pusat-pusat untuk memudahkan

mahasiswa (pascasarjana) dalam berkomunikasi. Terkait

dengan topik penelitian yang ditawarkan oleh Pusat-pusat

LPPM IPB University, kami akan memberikan sosialisasi

kepada mahasiswa agar mahasiswa dapat memilih topik

penelitian yang sesuai dengan bidang keilmuannya,”

ujarnya.

“Pusat-pusat harus memiliki some key elements antara

lain goal (passion and big dreams), resources (split or

marge), motivation (be different to be successful),

networking and partnership, self monitoring and

evaluation (based on data), compromise (feasibility and

desirable), foreseeing (understand and overcome)

obstacles, budget and financial competence, dan visibility

(media exposure),” ujarnya.

Hadir dalam acara ini Wakil Kepala LPPM Bidang

Penelitian, Prof Agik Suprayogi, Wakil kepala LPPM Bidang

Pengabdian kepada Masyarakat, Prof Sugeng Heri Suseno,

Sekretaris LPPM University, Prof Faiz Syu’aib dan para

kepala pusat maupun perwakilan dari pusat studi di

bawah LPPM IPB University. (WD/Awl/Zul)

Masing-masing pusat akan mendata berapa banyak

kebutuhan mahasiswanya, bagaimana modelnya dan

persyaratan yang dibutuhkan untuk terlibat dalam project

penelitian. Pusat menjadi bagian dalam membangun

reputasi IPB University, sedangkan LPPM bertugas untuk

mengkoordinir, mengadministrasi dan mengevaluasi.

Acara ini juga dihadiri Sekretaris Majelis Wali Amanat

(MWA) IPB University, Prof Dr Bambang Purwantara.

Dalam kesempatan ini Prof Bambang mengatakan

tentang beberapa kunci strategi membangun reputasi

Pusat-pusat di IPB University.

Workshop ini menghasilkan beberapa kesepakatan. Yakni

semua Pusat-pusat LPPM sepakat untuk memberikan

working space bagi mahasiswa pascasarjana yang ingin

mengikuti kegiatan penelitian di Pusat-pusat IPB

University.

11

Page 12: IPB Today Edisi 278

ebutuhan dunia pertanian terhadap teknologi

Ksebagai penunjang dalam memudahkan petani

tidak bisa dipungkiri. Terlebih dalam penerapan

pertanian presisi yang bertujuan untuk meminimalkan

input dan memaksimalkan output. Berbagai gagasan

teknologi mutakhir telah digagas dan pada beberapa

negara maju telah diterapkan.

Hal ini mendorong tiga mahasiswa IPB University yakni

Hari Agung Pratama (Departemen Teknik Mesin dan

Biosistem), Dewi Anawati (Departemen Ilmu dan Teknologi

Pangan), Sutan Muhamad Sadam Awal (Departemen

Teknik Mesin dan Biosistem) untuk membuat alat

monitoring lingkungan pertanian berbasis Internet of

Things. Alat ini bisa menampilkan parameternya melalui

mobile apps dan website secara real-time. Alat tersebut

dinamai Crop Hero.

“Crop Hero tersusun atas dua model yaitu indoor dan juga

outdoor. Alat-alat ini ke depannya juga akan terus

berkembang menjadi beberapa produk yang saling

terintegrasi. Adapun nilai lebih yang dimiliki oleh Crop Hero

adalah meningkatkan hasil panen, mengurangi risiko gagal

panen, mengurangi biaya produksi, menghasilkan lebih

banyak uang dan meningkatkan produktivitas lahan,”

terang Hari Agung, sebagai perwakilan tim.

“Saat ini brand alat kami masih dalam pengurusan,

sehingga nanti jika ada yang akan membeli maka yang

dibeli adalah alat beserta sistemnya. Adapun harga dari

alat ini secara umum adalah delapan juta rupiah. Harga

bisa naik tergantung dengan banyak sensor yang

dibutuhkan. Sistem kerja alatnya berupa paket sensor

yang diambil secara berkala, lalu karena menggunakan

microcontroller yang terkoneksi dengan internet, data

tersebut dikirimkan ke cloud, setelah itu baru bisa

ditampilkan melalui mobile app dan website,” tambah Hari.

Hari Agung menceritakan awal mula membuat alat ini

yaitu terinspirasi dari salah satu kakak kelas sewaktu

praktik lapang saat menemukan masalah terkait susahnya

melakukan pengukuran parameter di semua greenhouse

di Perusahaan Amazing Farm. Kini, inovasi yang telah

dihasilkan oleh Hari dan rekan-rekannya digunakan oleh

Perusahaan Amazing Farm dan Bisi Internasional.

Melalui alat Crop Hero tersebut, Hari dan rekan-rekannya

meraih Juara 1 dalam sebuah Lomba Startup/inovasi

AgroMaritime 4.0 yang diadakan di Jakarta, awal

November lalu.

“Alhamdulillah senang bisa berkesempatan mendapat

juara satu. Kami berharap bisa berkolaborasi dengan pihak

kampus maupun pemerintahan terkhusus Dinas Pertanian

daerah agar bisa menerapkan alat tersebut secara

massal,” tutupnya. (SMH/Zul)

Crop Hero: Alat Cerdas Monitoring Lingkungan PertanianKarya Mahasiswa IPB University

12

Page 13: IPB Today Edisi 278

Rektor IPB University itu menambahkan, model teknologi pertanian sekarang sudah berbeda dengan model pertanian dahulu. Saat ini teknologi yang digunakan sudah lebih maju. Melalui perkembangan teknologi ini, sekarang sudah bisa mengecek kematangan buah dengan smartphone dan aplikasi pupuk dengan bantuan satelit. Pola-pola pertanian tersebut saat ini sedang dikembangkan di IPB University, sehingga tahun depan model pertanian yang ada di IPB University bisa menjadi contoh bagi para petani di Indonesia.

Kedatangan para petani muda tersebut disambut oleh Rektor IPB University di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor pada Sabtu (23/11).

Kepala PSP3 LPPM IPB University, Dr Ir Sofyan Syaf menyampaikan Kabupaten Dogiyai memiliki potensi pertanian yang luar biasa, terutama komoditas kopi dan hortikultura. Namun, selama ini para petani di Dogiyai terkendala dengan panjangnya rantai pasok atau supply chain dari hulu sampai hilir.

“Para petani muda ini nantinya akan diberikan penguatan kapasitas selama di IPB University. Kita akan menampung apa yang mereka butuhkan, mereka juga akan diajak ke Pangalengan untuk melihat proses pengemasan yang baik di sana,” ungkap Sofyan.

Ia berharap, dengan program yang diberikan ini akan meningkatkan wawasan petani muda supaya produk pertanian yang dihasilkan dapat berorientasi ekspor. Selain itu, mereka juga akan dilatih mengenai standar produk agar produk bisa masuk pasar ekspor.

Sofyan menambahkan, para petani muda perwakilan dari masing-masing desa di Dogiyai ini dapat menjadi pionir sekaligus agen perubahan dan mampu mengajak para petani muda desa lainnya supaya melakukan hal yang sama yaitu memajukan pertanian desanya.

“Berbagai persyaratan standar harus dipenuhi, pemahaman-pemahaman inilah yang akan diberikan kepada para petani muda. Harapannya produk yang dihasilkan nanti dapat menjadi komoditas unggul di Papua,” imbuhnya.

Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria mengaku senang terhadap hadirnya para petani muda dari Papua dalam kegiatan yang berkaitan dengan regenerasi petani. Ia mengakui, generasi petani saat ini sudah semakin tua, tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi beberapa negara juga mengalami masalah serupa, seperti Jepang dan Amerika. Robert M Sianipar dari Kamar Dagang dan Industri

Indonesia (KADIN) yang hadir dalam acara menyampaikan bahwa peran Kadin dalam kegiatan ini salah satunya adalah membangun kapasitas SDM petani supaya bisa mengembangkan bisnis yang lebih luas. Peran lainnya adalah membantu masyarakat dalam memenuhi persyaratan ekspor, pengajuan izin BPOM maupun sertifikasi halal.

“Petani harus bisa berpikir bisnis, karena bisnis itu ada hitungannya sehingga apabila ada bantuan permodalan dari pemerintah, petani dapat mencatat dan menghitung dengan baik sehingga bisa menggunakannya dengan tepat. Peran Kadin lebih kepada peningkatan pengetahuan bisnis bagi para petani,” papar Robert. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dogiyai, Papua, Emmanuel Dogomo, mengucapkan terimakasih kepada IPB University dan Kadin perihal kerjasama dalam pengembangan petani muda di daerahnya. “Kami berharap, setelah pembekalan selesai, kami bisa menghasilkan produk dengan kualitas ekspor,” ucapnya. (Dh/RA)

Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University

memberikan program pemberdayaan kepada petani muda Kabupaten Dogiyai, Papua. Program pemberdayaan yang diberikan kepada 12 petani muda ini diawali dengan penyampaian materi terkait pertanian di Kampus IPB.

“Untuk itu penting melakukan regenerasi para petani tua dengan petani muda dengan kualitas yang mempuni. Sehebat apa pun lahannya, jika tidak dengan sumber daya manusia (SDM) yang tidak memadai maka akan sia-sia. Semoga ini bukan yang pertama. IPB University siap men-support dan memberdayakan para petani dengan teknologi terkini,” papar Rektor IPB University.

PSP3 IPB University BerdayakanPetani Muda Dogiyai, Papua

13