INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN...
Transcript of INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN...
1
PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Penyusun : Bangkit Nugroho
Dosen Pembimbing : Dr. H. Agus Purwanto, M.Si., Akt.
ABSTRACT
The purpose of this research is to investigate the relationship between
corporate governance structures and intellectual capital disclosure (ICD). The
research problems is how the influences of proportion of independent non-
executive director, share concentration, size of audit committee, frequency of
audit committee meetings, external auditor, managerial ownership and institution
ownership on intellectual capital disclosure.
This research use samples of 36 listed firms on Indonesian Stock
Exchange in 2008. The sampling method is purposive sampling. The purposive
sampling criteria are used in this research are companies which fully publish
annual report contains data about independent commissioners, share ownership
≥5%, number of audit committee, frequency of audit committee meetings,
independent auditor, managerial ownership, institution ownership. Data is
collected by documentation and content analysis method. Then dependent
variables are analyzed by factor analysis to determine new one dependent
variable as result of summarization of variables dependent. Furthermore,
research data are analyzed by multiple regression analysis.
Results of the analysis based on the measure of intellectual capital
disclosure (ICD), it indicates there are significantly influences between all the
corporate governance structures except for proportion of independent non-
executive directors, size of audit committee and external auditor on intellectual
capital disclosure. The proportion of independent non-executive directors does
not significantly influence to ICD. Share concentration significantly influences to
ICD. Size of audit committee does not significantly influences to ICD. Frequency
of audit committee meetings significantly influences to ICD. External auditor does
not significantly influences to ICD. Management ownership significantly
influences to ICD. Insitutional ownership significantly influences to ICD
Keywords: corporate governance, intellectual capital disclosure, annual report,
content analysis.
2
PENDAHULUAN
Pada zaman sekarang
persaingan bisnis antar perusahaan
sudah sangat ketat. Agar dapat
bertahan sesuai asumsi going
concern, perusahaan harus
mempunyai strategi yang tepat.
Menurut Kuryanto dan Syafruddin
(2008), agar perusahaan terus
bertahan, perusahaan-perusahaan
harus dengan cepat mengubah
strateginya dari bisnis yang
didasarkan pada tenaga kerja (labor-
based business) menuju knowledge
based business (bisnis berdasarkan
pengetahuan), sehingga karakteristik
utama perusahaannya menjadi
perusahaan berbasis ilmu
pengetahuan. Dengan menggunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi
maka akan dapat diperoleh
bagaimana cara menggunakan
sumber daya lainnya secara efisien
dan ekonomis yang nantinya akan
memberikan keunggulan kompetitif
(Rupert dalam Sawarjuwono dan
Kadir, 2003). Keunggulan kompetitif
ini merupakan suatu nilai bagi
perusahaan, salah satunya berupa
informasi yang ada pada perusahaan
tersebut. Dikarenakan bahwa
informasi ini menjadi gambaran
tentang keadaan perusahaan.
Informasi yang disampaikan
perusahaan berupa laporan
keuangan. Menurut PSAK No.1
revisi 1998, par 1, penyajian laporan
keuangan untuk tujuan umum
disusun dan disajikan sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Perusahaan
dianjurkan untuk menyajikan laporan
tahunannya yang mengandung
informasi yang diperlukan para
stakeholder, tidak hanya terbatas
pada laporan keuangan yang
mandatory tetapi juga laporan yang
bersifat voluntary. Salah satu
informasi penting yang bersifat
voluntary adalah informasi tentang
intellectual capital (IC).
IAI sendiri juga belum
mewajibkan perusahaan
mengungkapkan IC perusahaan
dalam laporan tahunannya. Di dalam
PSAK, belum dibuat standar yang
mengatur tentang intellectual capital
disclosure. Intellectual capital
disclosure ini masih bersifat
voluntary meskipun pengungkapan
informasi tersebut diperlukan guna
menyajikan laporan keuangan secara
3
wajar. Akan tetapi, perusahaan
dianjurkan untuk mengungkapkan
informasi lain untuk menghasilkan
penyajian yang wajar walaupun tidak
diharuskan oleh PSAK (PSAK No.1
revisi 1998, par 10).
Penelitian mengenai
pengaruh struktur corporate
governance terhadap intellectual
capital disclosure layak dilakukan di
Indonesia dengan pertimbangan
sebagai berikut. Pertama, adanya
Undang-undang (UU) nomor 40
tahun 2007 tentang perseroan
terbatas dan keputusan ketua
Bapepam-LK nomor: Kep-
134/BL/2006 tentang kewajiban
penyampaian laporan tahunan bagi
emiten atau perusahaan publik.
Kedua, laporan Taylor dan
Associates (dalam Williams, 2000)
menunjukkan bahwa pengungkapan
informasi intellectual capital
termasuk dalam sepuluh peringkat
informasi teratas yang dibutuhkan
oleh pengguna. Ketiga, adanya
keterbatasan sistem akuntansi
tradisional dalam mengungkapkan
voluntary intellectual capital
disclosure.
Berdasarkan latar belakang
penelitian di atas maka dapat dibuat
perumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana pengaruh proporsi
komisaris independen terhadap
intellectual capital disclosure?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi
saham terhadap intellectual
capital disclosure?
3. Bagaimana pengaruh ukuran
komite audit terhadap intellectual
capital disclosure?
4. Bagaimana pengaruh jumlah
rapat komite audit terhadap
intellectual capital disclosure?
5. Bagaimana pengaruh auditor
eksternal terhadap intellectual
capital disclosure?
6. Bagaimana pengaruh
kepemilikan manajemen terhadap
intellectual capital disclosure?
7. Bagaimana pengaruh
kepemilikan institusi terhadap
intellectual capital disclosure?
TELAAH TEORI
Corporate Governance
Menurut Cadbury Committee
of United Kingdom (dikutip FCGI,
n.d.), corporate governance diartikan
sebagai:
Seperangkat peraturan yang
4
mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan
serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern
lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan.
Sistem hukum Indonesia berasal dari
sistem hukum Belanda maka hukum
perusahaan Indonesia menganut two
tiers system untuk struktur dewan
dalam perusahaan (FCGI, n.d).
Intellectual Capital (IC)
Salah satu definisi paling
menyeluruh dari IC ditawarkan oleh
The Chartered Institute of
Management Accountants (CIMA)
(dalam Li, et al., 2008):
…kepemilikan pengetahuan dan
pengalaman, pengetahuan
profesional dan skill, hubungan-
hubungan yang baik, dan
kapasitas teknologi, yang mana
ketika diterapkan akan memberi
keunggulan kompetitif
organisasi.
Teori Agensi
Hubungan agensi ada ketika
ketika salah satu pihak (prinsipal)
menyewa pihak lain (agen) untuk
melaksanakan suatu jasa dan dalam
melaksanakan itu, prinsipal
mendelegasikan wewenang kepada
agen tersebut untuk membuat
keputusan (decision making)
(Anthony dan Govindarajan, 2005).
Menurut Hendriksen dan Van Breda
(2000), agen menutup kontrak untuk
melakukan tugas-tugas tertentu bagi
prinsipal sedangkan prinsipal
menutup kontrak untuk memberi
imbalan kepada agen. Menurut Li, et
al. (2008), pendapat tentang teori
agensi ini dapat diperluas pada
pengungkapan intellectual capital,
oleh karenanya manajemen dapat
menentukan tingkat pengungkapan
dan dengan demikian mengurangi
ketidakpastian investor berkenaan
dengan adanya pengaruh dari IC
terhadap nilai perusahaan.
Asimetri Informasi (Information
Asymmetries)
Asimetri informasi
merupakan suatu keadaan dimana
pihak prinsipal tidak dapat memiliki
informasi yang mencukupi mengenai
kinerja agen dan prinsipal tidak
pernah dapat merasa pasti bagaimana
5
usaha agen memberikan kontribusi
pada hasil aktual perusahaan
(Anthony dan Govindarajan, 2005).
Menurut Li, et al. (2006), sistem
akuntansi tradisional hanya
mengukur nilai aset keuangan dan
fisik, memberikan informasi kecil
pada sumber daya tidak berwujud
(intangible resource). Oleh karena
itu, pengguna laporan keuangan
berbasis biaya historis harus
bersandar pada sumber informasi
lain (Guthrie dalam Li, et al., 2006).
Sumber lain yang dimaksud adalah
pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure).
Teori Stakeholder
Berdasarkan teori
stakeholder, manajemen perusahaan
diharapkan untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan yang
diharapkan stakeholder dan
melaporkannya kepada stakeholder
(Guthrie, et al., 2004). Teori
stakeholder menyarankan bahwa
mereka akan memilih untuk
mengungkapkan informasi secara
sukarela tentang kinerja intelektual,
sosial dan lingkungan mereka,
melebihi dan di atas persyaratan
wajib. Salah satu cara memuaskan
keinginan stakeholder dapat berupa
pengungkapan informasi-informasi
sukarela (voluntary disclosure) yang
dibutuhkan oleh stakeholder.
Teori Legitimasi
Menurut Guthrie, et al.
(2004), teori legitimasi erat
dihubungkan dengan teori
stakeholder. Mengadopsi sebuah
perspektif teori legitimasi, suatu
perusahaan akan melaporkan secara
sukarela pada aktivitas akankah
melaporkan tentang aktivitas jika
manajemen merasa bahwa aktivitas-
aktivitas tertentu diharapkan oleh
komunitas-komunitas di mana
perusahaan beroperasi (Guthrie, et
al., 2004). Teori legitimasi dikaitkan
erat dengan pelaporan IC dan
penggunaan metode content analysis
sebagai suatu pengukur dari
pelaporan tersebut (Guthrie, et al.,
2004).
Unit of analysis
Menurut Guthrie, et al.
(2004), content analysis
membutuhkan seleksi dari suatu unit
of analysis. Menurut Li, et al., 2006),
6
alasan utama dari content analysis
adalah bahwa frekuensi dimana suatu
unit analisis (yaitu, suatu istilah,
kalimat, atau paragraf) yang tampak
dalam suatu teks mengindikasikan
arti pentingnya satuan (unit).
Menurut Li, et al. (2008),
pengkodean menggunakan dengan
frase dan word count adalah untuk
menghindari masalah kalimat
pengkodean dalam hal keputusan
yang melebihi tema dominan dan
frase meninggalkan arti pada hak
milik mereka walaupun
memungkinkan pengukuran jumlah
informasi yang disediakan. Pada
penelitian ini, frase dan word count
digunakan sebagai unit of analisis
sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Li, et al. (2008).
Penelitian Terdahulu
Penelitian telah dilakukan
Firer dan Williams (2005) dengan
menggunakan sampel 390
perusahaan yang terdaftar di di
Singapura. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi
kepemilikan dan kepemilikan
direktur perusahaan berpengaruh
negatif terhadap ICDI sedangkan
kepemilikan pemerintah
berhubungan positif terhadap ICDI.
Barako, et al. (2006) meneliti
hubungan antara atribut corporate
governance dengan pengungkapan
sukarela dalam laporan tahunan pada
43 perusahaan di Nairobi Stock
Exchange (Kenya). Hasilnya
menunjukkkan bahwa proporsi
dewan komisaris dan komite audit
berpengaruh negatif terhadap tingkat
pengungkapan sukarela sedangkan
struktur kepemimpinan ganda tidak
berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan sukarela.
Penelitian tentang IC dan
corporate governance juga dilakukan
oleh Li, et al. (2008). Hasil
penelitian memberikan bukti bahwa
komposisi dewan, ukuran komite
audit dan frekuensi pertemuan
komite audit berpengaruh positif
terhadap IC disclosure sedangkan
struktur kepemilikan berpengaruh
negatif. Dualitas peran tidak
berpengaruh terhadap IC disclosure.
Pengaruh Proporsi Komisaris
Independen (INED) Terhadap
Intellectual Capital Disclosure
7
Keputusan Direksi BEJ
Nomor Kep-305/BEJ/07-2004
menyatakan bahwa dalam rangka
penyelenggaraan pengelolaan
perusahaan yang baik (good
corporate governance), perusahaan
tercatat wajib memiliki komisaris
independen yang jumlahnya secara
proporsional sebanding dengan
jumlah saham yang dimiliki oleh
bukan Pemegang saham pengendali
dengan ketentuan jumlah komisaris
independen sekurang-kurangnya
30% (tiga puluh perseratus) dari
jumlah seluruh anggota komisaris.
Patelli dan Prencipe (dalam Li, et al.,
2008) menemukan suatu hubungan
positif dengan jumlah informasi
sukarela yang diungkapkan oleh
perusahaan dalam laporan
tahunannya. Berdasarkan uraian
tersebut, maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H1: Proporsi komisaris
independen berpengaruh
positif terhadap intellectual
capital disclosure.
Pengaruh Konsentrasi Saham
(SCON) Terhadap Intellectual
Capital Disclosure
Menurut Raffournier (dikutip
Li, et al., 2008), teori agensi
membuktikan bahwa dengan
penyebaran kepemilikan yang lebih
besar, perusahaan mungkin lebih
banyak mengalami tekanan dari
pemegang saham tentang
pengungkapan yang lebih besar
untuk mengurangi biaya agensi dan
asimetri informasi. Menurut Barako
(2007), McKinnon dan Dalimunthe
mengamati suatu hubungan yang
lemah antara struktur kepemilikan
dan pengungkapan sukarela dari
informasi segmen. Berdasarkan
uraian di atas, diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H2: Konsentrasi saham
berpengaruh negatif
terhadap intellectual capital
disclosure.
Pengaruh Ukuran Komite Audit
(SAC) Terhadap Intellectual
Capital Disclosure
Pengawasan dewan (board
monitoring) adalah suatu fungsi yang
bukan hanya dari struktur dan
komposisi dari dewan komisaris,
tetapi juga dari subkomite dewan
komisaris di mana banyak proses dan
8
keputusan penting dilakukan dan
diawasi (Cotter dan Silvester dikutip
Li, et al., 2008). Li, et al. (2008)
menyatakan bahwa perusahaan
dengan ukuran komite audit yang
lebih besar cenderung menyediakan
pengungkapan IC lebih besar di
dalam laporan tahunannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
diajukan hipotesis sebagai berikut:
H3: Ukuran komite audit
berpengaruh positif
terhadap intellectual capital
disclosure.
Pengaruh Jumlah Rapat Komite
Audit (MAC) Terhadap
Intellectual Capital Disclosure
Menurut Li, et al. (2008),
komite audit yang efektif harus
meningkatkan pengendalian internal
dan bertindak sebagai suatu alat
untuk mengurangi biaya agensi (Ho
dan Wong) dan sebagai suatu alat
pengawasan yang sangat kuat untuk
meningkatkan pengungkapan IC
yang relevan nilai. Price
Waterhouse (dalam Li, et al., 2008)
merekomendasikan bahwa komite
audit harus mengadakan sedikitnya
tiga atau empat pertemuan setiap
tahun dan pertemuan khusus ketika
diperlukan. Berdasarkan uraian di
atas, diajukan hipotesis sebagai
berikut:
H4: Jumlah rapat komite
audit berpengaruh positif
terhadap intellectual capital
disclosure.
Pengaruh Auditor eksternal
(AUD) Terhadap Intellectual
Capital Disclosure
Kualitas audit ini erat
kaitannya dengan reputasi auditor
(KAP). KAP yang besar memiliki
insentif yang lebih besar untuk
mengeluarkan laporan auditor
independen yang akurat karena KAP
tersebut memiliki reputasi yang lebih
baik. Menurut Barako (2007),
meskipun seluruhnya adalah
tanggung jawab manajemen untuk
menyiapkan laporan tahunan, sebuah
perusahaan audit eksternal dapat
mempengaruhi secara signifikan
jumlah informasi yang diungkapkan
dalam rangkaian tugasnya yang
normal. Berdasarkan uraian tersebut,
maka diajukan hipotesis sebagai
berikut:
H5: Auditor eksternal
9
berpengaruh positif
terhadap intellectual capital
disclosure.
Pengaruh Kepemilikan
Manajemen (MAN_OWN)
Terhadap Intellectual Capital
Disclosure
Jensen dan Meckling (1976)
membuktikan bahwa pemisahan
antara kepemilikan saham dan
pengendalian atas perusahaan
menciptakan konflik kepentingan
antara para manajer dan pemegang
saham. Menurut Saleh, et al. (2008),
struktur kepemilikan perusahaan
seperti kepemilikan oleh manajemen,
investor asing, pemerintah dan
keluarga adalah penting dalam
penentuan kebijakan IC dan
pengawasan tindakan manajemen
untuk pencapaian strategi
perusahaan. Berdasarkan uraian
tersebut, maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H6: Kepemilikan
manajemen berpengaruh
positif terhadap intellectual
capital disclosure.
Pengaruh Kepemilikan Institusi
(INS_OWN) Terhadap Intellectual
Capital Disclosure
Dalam kaitan dengan
kepemilikan besar, investor
institusional mempunyai insentif
yang kuat untuk mengawasi praktik
pengungkapan perusahaan (Barako,
2007). El-Gazzar (dalam Cerbioni
dan Parbonetti, 2007) membuktikan
bahwa kepemilikan institusional
yang besar dapat menghasilkan suatu
tingkat pengungkapan sukarela yang
lebih tinggi. Berdasarkan uraian
tersebut, maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H7: Kepemilikan institusi
berpengaruh positif
terhadap intellectual capital
disclosure.
Gambar 1
Model Penelitian
10
METODE PENELITIAN
Intellectual Capital Disclosure
(ICD)
Untuk menentukan nilai ICD
maka harus diketahui nilai proksi
ICDI, ICWC dan ICWC% terlebih
dahulu. Setelah itu, perlu dilakukan
suatu analisis faktor untuk mencari
nilai proksi Total_ICD.
a. Intellectual Capital
Disclosure Index (ICDI)
Dichotomous coding
digunakan dalam
penghitungan item-item
ICDI, jika item diungkapkan
maka dinilai 1 jika tidak
maka 0. Pengkodean ini
menggunakan frase. Menurut
Li, et al. (2008), pengkodean
laporan tahunan ke dalam
frase menyertakan proses tiga
tahap:
1. Pemilihan kalimat yang
mengandung informasi IC.
2. Pemecahan kalimat ke
dalam frase dan pilih yang
terkait dengan IC.
3. Pengkodean frase ke
dalam masing-masing item
relevan dalam instrumen
penelitian.
ICDI untuk masing-
masing perusahaan dihitung
berdasarkan pada formula
penghitungan indeks
pengungkapan yang
digunakan
Haniffa dan Cooke
(dalam Li, et al., 2008), yaitu
sebagai berikut:
Rumus:
...……………………
……… (3.1)
Keterangan:
ICDIj = Indeks
pengungkapan IC
Nj = Jumlah item untuk
j tahun perusahaan, nj = 183
(yaitu 61 item
dalam 3 format)
Xij = 1 jika item ith
diungkapkan, 0 jika item ith
tidak
diungkapkan, jadi,
0≤ICDIj ≤1.
b. Intellectual Capital Word
Count (ICWC)
1
11
ICWC ini merupakan
bentuk pengukuran kata. Kata
adalah unit pengukuran yang
paling kecil untuk analisis
dan dapat diharapkan untuk
menyediakan ketahanan yang
maksimum terhadap studi di
dalam menaksir kuantitas
pengungkapan (Zeghal dan
Ahmed dikutip Li, et al.,
2008). ICWC dihitung
dengan cara menjumlahkan
kata-kata yang diungkapkan
yang berkaitan dengan IC
dalam laporan tahunan
kemudian hasilnya dikalikan
dengan logaritma natural
(Ln).
c. Intellectual Capital Word
Count% (ICWC%)
Penghitungan kata
sebagai suatu persentase dari
jumlah penghitungan kata
laporan tahunan (ICWC%)
untuk mengindikasikan fokus
pengungkapan di dalam
laporan tahunan. ICWC%
dihitung dengan cara
menjumlahkan kata-kata yang
diungkapkan yang berkaitan
dengan IC kemudian dibagi
dengan jumlah seluruh kata
dalam laporan tahunan.
d. Total intellectual capital
disclosure (Total_ICD)
Total_ICD dihitung
dengan cara meringkas antara
proksi ICDI, ICWC dan
ICWC% menggunakan
analisis faktor. Jika nilai
kaiser-meyer-olkin measure
of sampling adequacy >0,50
maka analisis faktor dapat
dilakukan (Ghozali, 2006).
Li, et al. (2008)
mengklasifikasikan intellectual
capital ke dalam tiga kategori,
human capital, structure capital dan
relational capital. Pengklasifikasian
tersebut digunakan untuk
pengukuran variabel IC.
Proporsi Komisaris Independen
(INED)
The board of directors adalah
suatu mekanisme pengendalian
internal yang diharapkan untuk
mengambil keputusan-keputusan atas
nama pemegang saham dan untuk
memastikan bahwa perilaku
manajemen adalah konsisten dengan
kepentingan pemilik (Li, et al.,
2008).
12
Rumus:
INED (%) = Komisaris
independen ÷ Jumlah total
komisaris
Konsentrasi saham (SCON)
Struktur kepemilikan akan
mempengaruhi tingkat pengawasan
dan tingkat pengungkapan sukarela
(Eng dan Mak dalam Li, et al.,
2008).
Rumus:
SCON (%) = (∑
kepemilikan oleh shareholders
≥5%)
Ukuran Komite Audit (SAC)
Pemantauan dewan adalah
suatu fungsi yang tidak hanya dari
struktur dan komposisi dari dewan,
tetapi juga dari subkomite dewan di
mana banyak proses-proses dan
keputusan penting dipantau dan
diambil (Cotter dan Silvester dikutip
Li, et al., 2008). Variabel Ukuran
komite audit (SAC) diukur dengan
menghitung jumlah dewan komisaris
yang ada pada komite audit.
Jumlah Rapat Komite audit
(MAC)
Komite audit yang efektif
akan meningkatkan pengendalian
internal dan bertindak sebagai suatu
makna dari pengurangan biaya
agensi (Ho dan Wong dalam Li, et
al., 2008), dan sebagai suatu alat
pemantauan yang kuat untuk
meningkatkan nilai relevan atas IC
diclosure (Li, et al., 2008). Variabel
ini diukur dengan menghitung
jumlah rapat komite audit pada
periode laporan tahunan.
Auditor Eksternal (AUD)
Kualitas audit yang dilakukan
oleh auditor mempunyai pengaruh
terhadap pengungkapan informasi di
dalam laporan keuangan. Kualitas
audit ini erat kaitannya dengan
reputasi auditor (KAP). Jika
perusahaan diaudit oleh KAP yang
berafiliasi dengan Big-Four, maka
dinilai 1, jika tidak berarti 0 (Barako,
2007).
Kepemilikan Manajemen
(MAN_OWN)
Kepemilikan manajemen
ditunjukkan dengan persentase
saham perusahaan yang dimiliki oleh
manajer eksekutif. Kepemilikan
manajemen dihitung dengan
menjumlahkan seluruh saham yang
dimiliki oleh dewan direksi
perusahaan.
Kepemilikan Institusi (INS_OWN)
13
Kepemilikan institusi adalah proporsi
saham yang dimiliki oleh institusi
pada akhir tahun yang diukur dalam
presentase. Kepemilikan institusi
dihitung dengan menjumlahkan
seluruh saham yang dimiliki oleh
seluruh institusi atas perusahaan.
Usia Listing (AGE)
Usia listing diukur dengan
menghitung selisih waktu (hari)
antara saat pertama kali perusahaan
mencatatkan di pasar modal dengan
saat berakhirnya periode laporan
tahunan, kemudian hasilnya
dikalikan dengan logaritma natural.
Rumus:
AGE = Ln (Tanggal
berakhirnya periode laporan
tahunan - tanggal pertama kali
terdaftar di bursa)
Profitabilitas (ROA)
ROA mungkin sebagai hasil
dari investasi secara terus-menerus
dalam IC dan perusahaan mungkin
menggunakan pengungkapan yang
lebih tinggi dari informasi seperti itu
untuk memberi sinyal berarti atas
keputusannya dalam investasi IC
untuk pertumbuhan jangka panjang
dalam nilai perusahaan (Li, et al.
(2008). ROA dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
ROA = Laba bersih
tahun t di bagi total aset tahun t.
Ukuran Perusahaan (SALES)
Perusahaan yang besar lebih
tampak dan kemungkinan besar
memenuhi permintaan investor atas
informasi (Li, et al., 2008). Ukuran
perusahaan diukur berdasarkan nilai
penjualan (bersih) perusahaan
kemudian hasilnya dikalikan dengan
logaritma natural (Ln).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2008. Jumlah populasi
tersebut sebanyak 401 perusahaan
(IDX, 2008). Pemilihan objek
penelitian pada perusahaan yang
terdaftar di BEI dikarenakan
perusahaan tersebut dikenakan aturan
Undang-undang (UU) nomor 40
tahun 2007 tentang perseroan dan
Keputusan Ketua Bapepam-LK
nomor: Kep-134/BL/2006 tentang
kewajiban penyampaian laporan
tahunan bagi emiten atau perusahaan
publik.
Penentuan data tahun
14
pengamatan 2008 adalah untuk
mengetahui tingkat IC disclosure
yang terbaru. Besarnya sampel yang
digunakan adalah 36 perusahaan.
Metode penentuan sampel yang
digunakan adalah purposive
sampling. Ini adalah metode
pengumpulan sampel yang
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu
sesuai dengan tujuan penelitian.
Adapun syarat sampel yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI
pada tahun 2008.
2. Perusahaan yang menerbitkan
laporan tahunan (annual report)
tahun 2008, yang memuat data
yang dibutuhkan secara lengkap,
yaitu tentang proporsi dewan
komisaris independen,
kepemilikan saham sebesar ≥5%,
ukuran komite audit, jumlah
rapat komite audit selama tahun
2008, auditor eksternal, jumlah
kepemilikan saham oleh
manajemen serta jumlah
kepemilikan saham oleh institusi
tertentu.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data
sekunder dan bertipe cross-sectional,
yaitu laporan tahunan (annual
report) untuk tahun buku 2008.
Pertama, mempertimbangkan suatu
sumber informasi perusahaan yang
penting dengan pemakai eksternal
seperti stakeholder. Kedua, tingkat
pengungkapan dalam laporan
tahunan dihubungkan secara positif
dengan jumlah informasi perusahaan
yang dikomunikasikan kepada pasar
dan stakeholder dengan
menggunakan media lainnya.
Adapun data penelitian ini
didapatkan dari Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data
yang digunakan oleh peneliti adalah
metode dokumentasi dan metode
content analysis. Untuk mengukur
reliabilitas dari hasil content analysis
maka digunakan uji statistik
cronbach alpha (α).
Metode Analisis
Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda seperti yang
15
digunakan dalam penelitian Li, et al.
(2008). Pada penelitian ini hanya
proksi total intellectual capital
disclosure (Total_ICD) yang
digunakan untuk menguji hubungan
antara intellectual capital disclosure
dan berbagai variabel corporate
governance dan kontrol. Proksi
tersebut digunakan sebagai dasar
pembuatan keputusan pengujian
hipotesis pengaruh variabel
independen tehadap variabel
dependen dikarenakan proksi total
intellectual capital disclosure
(Total_ICD) karena merupakan
variabel ringkasan (summarization)
dari ketiga proksi ICDI, ICWC dan
ICWC%. Sebelum dilakukan analisis
regresi berganda, perlu dilakukan
analisis faktor untuk menentukan
proksi yaitu total intellectual capital
disclosure (Total_ICD).
Analisis Faktor (Factor Analysis)
Menurut Ghozali (2006),
analisis faktor merupakan analisis
yang bertujuan untuk menemukan
suatu cara meringkas (summarize)
informasi yang ada dalam variabel
asli (awal) menjadi satu set dimensi
baru atau variate (factor). Untuk
mengetahui korelasi antar variabel
dapat menggunakan dua cara, yaitu:
1. Uji Bartlett test of sphericity
Jika hasilnya signifikan
(<0,05) berarti matrik
korelasi memiliki korelasi
signifikan dengan sejumlah
variabel.
2. Uji Kaiser-Meyer-Olkin
(KMO)
Nilai KMO bervariasi antara
0 sampai dengan 1. Agar
dapat dilakukan analisis
faktor maka nilai KMO yang
dikehendaki harus di atas
0,50 (>0,50).
Uji Reliabilitas
Hasil content analysis harus
diuji tingkat reliabilitasnya
(Krippendorff; Weber dalam
Bozzolan, et al., 2003). Menurut
Ghozali (2006), Suatu konstruk
dikatakan reliabel jika memberikan
nilai cronbach alpha (α) >0,60
(Nunnaly dalam Ghozali, 2006).
Uji Normalitas
Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu
16
dengan analisis grafik dan uji
statistik.
Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas
bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas
(independen) (Ghozali, 2006). Cara
untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolonieritas dalam model
regresi antara lain sebagai berikut:
1. Menganalisis matrik korelasi
antar variabel independen.
Jika antar variabel
independen terdapat korelasi
yang cukup tinggi (di atas
0,95) maka muncul indikasi
adanya multikolonieritas.
2. Melihat dari nilai tolerance
dan variance inflation factor
(VIF). Nilai yang umum
dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolonieritas
adalah nilai tolerance <0,10
atau sama dengan nilai VIF
>10. Jika terdapat nilai
tolerance <0,10 dan nilai VIF
>10 maka muncul indikasi
adanya multikolonieritas.
Uji Heteroskedastisitas
Jika titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka nol pada
sumbu Y dan tidak membentuk pola
tertentu maka model regresi bebas
dari masalah heteroskedastisitas.
Model Regresi
Persamaan regresi berganda
tujuh prediktor dalam penelitian ini
sebagai berikut (Ghozali, 2006):
Total_ICD = β0 + β1 INEDi
+ β2 SCONi + β3
SACi + β4 MACi
+ β5 AUD +
β6 MAN_OWNi
+ β7 INS_OWNi
+ β8 LnAGEi +
β9 ROAi + β10
LnSALESi + εi
………………
. (3.7).
Keterangan:
Total_ICD = Total
intellectual capital disclosure
SCON = Jumlah
kepemilikan secara kumulatif
dari shareholder
17
signifikan
(≥5%)
SAC = Ukuran
komite audit
MAC = Jumlah
rapat komite audit
AUD = Auditor
eksternal
MAN_OWN =
Kepemilikan
manajemen
INS_OWN =
Kepemilikan
institusi
LnAGE = Log natural
dari lamanya listing di bursa
ROA = Return on
Assets
LnSALES = Log natural
dari penjualan
ß = Parameter
εi = Error time
i = Tahun ke-i
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2008. Dari populasi
sebanyak 401 perusahaan, diperoleh
sampel akhir penelitian sebanyak 36
pengamatan. Rincian penentuan
sampel ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1
Penentuan Sampel Penelitian dengan Purposive Sampling
Jumlah Persentase (%)
Perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2008 401 100,00
Perusahaan yang laporan tahunannya tidak tersedia
di website Bursa Efek Indonesia
225
56,11
Perusahaan yang laporan tahunannya tersedia 176 43,89
Perusahaan yang tidak menyajikan atau memiliki
data lengkap sesuai kriteria
140 _
34,91 _
Sampel akhir yang digunakan 36 8,98
Sumber: Data sekunder yang diolah (2010).
Analisis Faktor (Factor Analysis)
Untuk mengetahui korelasi
antar variabel dapat menggunakan
dua cara, yaitu:
1. Uji Bartlett test of sphericity
Sesuai hasil analisis faktor, bartlett test of sphericity
18
menghasilkan nilai
probabilitas 0,000 (<0,05).
Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa analisis
faktor dapat dilakukan
(Ghozali, 2006).
2. Uji Kaiser-Meyer-Olkin
(KMO)
Dari hasil analisis faktor,
nilai kaiser-meyer-olkin
measure of sampling
adequacy adalah sebesar
0,559 (>0,50). Hal ini
membuktikan bahwa analisis
faktor dapat dilakukan
(Ghozali, 2006).
Uji Reliabilitas
Suatu konstruk dikatakan
reliabel jika memberikan nilai
cronbach alpha (α) >0,60 (Nunnaly
dalam Ghozali, 2006). Berdasarkan
hasil uji reliabilitas dengan
menggunakan cronbach alpha (α),
proksi ICDI, ICWC, ICWC% dan
Total_ICD menghasilkan nilai
cronbach alpha (α) sebesar 0,876
(>0,60), yang mana menurut
Nunnaly (dalam Ghozali, 2006),
dapat dikatakan reliabel.
Praktik Intellectual Capital
Disclosure (ICD)
Untuk mengetahui variasi
intellectual capital disclosure dapat
dilihat pada proksi intellectual
capital disclosure index (ICDI) yang
dianalisis dengan content analysis.
Dari hasil analisis ICDI, diketahui
bahwa item IC yang diungkapkan
seluruh perusahaan sejumlah 2.121
item dari jumlah maksimal 6.588
item yang dapat diungkapkan atau
rata-rata sebesar 32% meskipun
pengungkapannya bervariasi. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan-
perusahaan di Indonesia belum
memiliki kesadaran akan pentingnya
intellectual capital bagi peningkatan
keunggulan kompetitif (competitive
advantages) perusahaan. Adapun
rincian masing-masing dimensi
tersebut adalah human capital
disclosure sebesar 39%, structural
capital disclosure sebesar 25%
sedangkan relational capital
disclosure sebesar 36%. Hasil ini
ditunjukkan pada gambar 2 berikut
ini.
19
Gambar 2
Variasi Intellectual Capital Disclosure (ICDI)
Sumber: hasil pengolahan dengan SPSS (2010).
Uji Asumsi Klasik
Variabel dependen (Y) yang
dipakai sebagai dasar pembuatan
keputusan (decision making) apakah
hipotesis h0 atau h1 yang diterima
adalah proksi total intellectual
capital disclosure (Total_ICD).
Alasan digunakannya proksi total
intellectual capital disclosure
(Total_ICD) dikarenakan merupakan
proksi ringkasan (summarization)
dari ketiga proksi yang lainnya, yaitu
ICDI, ICWC dan ICWC%. Ketiga
proksi lainnya tetap dianalisis
dengan menggunakan analisis regresi
akan tetapi hanya ditampilkan
ringkasan hasilnya pada lampiran
sedangkan uji asumsi klasiknya
ditunjukkan pada lampiran. Adapun
proses peringkasan ketiga proksi dari
variabel dependen (Y) tersebut
menjadi satu proksi total intellectual
capital disclosure (Total_ICD)
dilakukan dengan analisis faktor.
Uji Normalitas
Untuk menguji apakah
distribusi data normal atau tidak,
dapat dilakukan dengan
menggunakan metode grafik dan uji
kolmogorov-smirnov (K-S). Uji
normalitas akan dijelaskan sebagai
berikut.
a. Metode Grafik
Berdasarkan uji
normalitas, terlihat bahwa
titik-titik menyebar dan
mengikuti garis diagonal. Hal
tersebut menunjukkan bahwa
model regresi sudah
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Kolmogorov Smirnov
(K-S)
Berdasarkan uji
kolmogorov-smirnov, nilai
39% 25%
36%
HUMAN CAPITAL (HC)
STRUCTURAL CAPITAL (SC)
RELATIONAL CAPITAL (RC)
20
(K-S) adalah 0,381 dengan
nilai probabilitas (p)=0,999
(>0,05). Hal ini membuktikan
bahwa H0 diterima atau data
berdistribusi normal.
Uji Multikolonieritas
Hasil uji multikolonieritas
menunjukkan bahwa tidak ada nilai
tolerance <0,10 dan tidak ada
variabel independen yang memiliki
nilai VIF >10 sehingga dapat
dikatakan tidak terjadi
multikolonieritas.
Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan uji
heterokedastisitas, dapat dilihat
bahwa titik-titik menyebar secara
acak di sebelah atas dan bawah
angka 0 pada garis Y serta titik-titik
tersebut tidak membentuk pola maka
dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heterokedastisitas.
Analisis Data
Hasil analisis data
ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3
Hasil Analisis Regresi
Total_ICD
Stdzd. Coeff. Beta t Sig.
(Constant) 0,220 0,828
INED 0,122 1,120 0,273
SCON -0,290 -2,826 0,009(*)
SAC 0,217 1,893 0,070
MAC 0,503 4,167 0,000(*)
AUD 0,201 1,819 0,081
MAN_OWN 0,323 2,441 0,022(*)
INS_ OWN 0,533 4,385 0,000(*)
LnAGE 0,394 3,323 0,003(*)
ROA -0,095 -0,955 0,349
LnSALES 0,162 1.665 0,108
Keterangan (*) = Signifikan pada tingkat 0,05.
Sumber: hasil pengolahan dengan SPSS (2010).
Tabel 4
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R square) =R2
Total_ICD
R R2 Adj. R
2 Std. error
0,897a 0,805 0,727 0,5225868
Sumber: hasil pengolahan dengan SPSS (2010).
21
Tabel 5
Hasil Uji ANOVA
Total_ICD
F Sig.
10,316 0,000a
Sumber: hasil pengolahan dengan SPSS (2010).
Persamaan regresi:
Total_ICD = 0,122 INEDi - 0,290
SCONi + 0,217 SACi
+ 0,503 MACi + 0,201
AUDi + 0,323
MAN_OWNi + 0,533
INS_OWNi + 0,394
LnAGEi - 0,095 ROAi
+ 0,162 LnSALESi +
εi ... (1).
Koefisien Determinasi
Berdasarkan tabel 4, nilai
Adjusted R square (R
2) Total_ICD
adalah 0,727. Hal ini berarti bahwa
intellectual capital disclosure dapat
dijelaskan sebesar 72,7% oleh
variabel independen yang ada dalam
model penelitian. Adapun 27,3%
sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab
di luar model penelitian.
Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Tabel 5 menunjukkan bahwa
masing-masing nilai F hitung
Total_ICD adalah 10,316 dengan
nilai probabilitas (p) sebesar 0,000
(p<0,05). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap
total intellectual capital disclosure
(Total_ICD).
Pembahasan
Pengaruh Proporsi Komisaris
Independen Terhadap Intellectual
Capital Disclosure
Berdasarkan hasil uji t seperti
yang ditunjukkan pada tabel 3, nilai
β1 Total_ICD adalah 0,122 dan (p1)
Total_ICD sebesar 0,273 (p>0,05).
Hasil ini membuktikan bahwa (H1)
ditolak. Artinya proporsi komisaris
independen tidak berpengaruh
terhadap intellectual capital
disclosure. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penemuan dari Ho
dan Wong; Brammer dan Pavelin
(dikutip Li, et al., 2008), yang
menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara proporsi komisaris
22
independen dan pengungkapan
sukarela.
Pengaruh Konsentrasi Saham
Terhadap Intellectual Capital
Disclosure
Berdasarkan hasil uji t seperti
yang ditunjukkan pada tabel 3, nilai
β2 Total_ICD adalah -0,290 dan (p2)
Total_ICD sebesar 0,009 (p<0,05).
Hasil ini membuktikan bahwa (H2)
diterima. Artinya konsentrasi saham
berpengaruh negatif terhadap
intellectual capital disclosure. Hal
ini konsisten dengan penelitian Li, et
al. (2008). Menurut Li, et al. (2008),
perusahaan dengan kepemilikan
saham terkonsentrasi banyak justru
kurang peka terhadap biaya
informasi dari investor dan ketika
pemegang saham secara khas
memiliki akses tetap terhadap
informasi yang mereka butuhkan
maka akan menyebabkan adanya
sedikit tekanan bagi intellectual
capital disclosure di dalam laporan
tahunan.
Pengaruh Ukuran Komite Audit
Terhadap Intellectual Capital
Disclosure
Berdasarkan hasil uji t seperti
yang ditunjukkan pada tabel 3,
Total_ICD adalah 0,217 dan (p3)
Total_ICD sebesar 0,070 (p>0,05).
Hasil ini membuktikan bahwa (H3)
ditolak. Artinya ukuran komite audit
tidak berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure.
Penelitian ini konsisten dengan
Mangena dan Pike (2005). Hasil
studinya menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara ukuran komite
audit dan luas pengungkapan
sukarela dalam laporan sementara
(interim reports).
Pengaruh Jumlah Rapat Komite
Audit Terhadap Intellectual
Capital Disclosure
Berdasarkan hasil uji t seperti
yang ditunjukkan pada tabel 3, nilai
β4 Total_ICD adalah 0,503 dan (p4)
Total_ICD sebesar 0,000 (p<0,05).
Hasil ini membuktikan bahwa (H4)
diterima. Artinya jumlah rapat
komite audit berpengaruh positif
terhadap intellectual capital
disclosure. Ini konsisten dengan
penelitian Li, et al. (2008), yang
menyatakan bahwa aktivitas komite
audit adalah sebuah faktor penting
23
dalam pengawasan perilaku
manajemen dalam kaitannya untuk
mengurangi asimetri informasi
melalui intellectual capital
disclosure.
Pengaruh Auditor Eksternal
Terhadap Intellectual Capital
Disclosure
Berdasarkan hasil uji t seperti
yang ditunjukkan pada tabel 3, nilai
β5 Total_ICD adalah 0,201 dan (p5)
Total_ICD sebesar 0,081 (p>0,05).
Hasil ini membuktikan bahwa (H5)
ditolak. Artinya auditor eksternal
tidak berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure. Hasil
ini mendukung penelitian
Raffournier; Depoers; Haniffa dan
Cooke (dalam Barako, 2007), yang
menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara auditor eksternal
(audit firm) dan praktik
pengungkapan.
Pengaruh Kepemilikan
Manajemen Terhadap Intellectual
Capital Disclosure
Berdasarkan hasil uji t seperti
yang ditunjukkan pada tabel 3, nilai
β6 dari Total_ICD adalah 0,323 dan
(p6) Total_ICD sebesar 0,022
(p<0,05). Hasil ini membuktikan
bahwa (H6) diterima. Artinya
kepemilikan manajemen
berpengaruh positif terhadap
intellectual capital disclosure.
Penemuan ini konsisten dengan
penelitian Li dan Qi (2008). Li dan
Qi (2008) menyatakan bahwa
perusahaan dengan kepemilikan
manajemen yang tinggi, mempunyai
tingkat pengungkapan sukarela yang
tinggi pula.
Pengaruh Kepemilikan Institusi
Terhadap Intellectual Capital
Disclosure
Berdasarkan hasil uji t seperti
yang ditunjukkan pada tabel 3,
diketahui bahwa nilai β7 Total_ICD,
adalah adalah 0,533 dan (p7)
Total_ICD sebesar 0,000 (p<0,05).
Hasil ini membuktikan bahwa (H7)
diterima. Artinya kepemilikan
institusi berpengaruh positif terhadap
intellectual capital disclosure. Hasil
ini sejalan dengan penelitian Barako
(2007), yang mengemukakan bahwa
kepemilikan saham institusional
dihubungkan secara positif dan
24
signifikan dengan pengungkapan
sukarela.
SIMPULAN, KETERBATASAN
DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan mengenai
pengaruh proporsi komisaris
independen, konsentrasi saham,
ukuran komite audit, jumlah rapat
komite audit, auditor eksternal,
kepemilikan manajemen dan
kepemilikan institusi terhadap
intellectual capital disclosure (ICD)
maka dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proporsi komisaris
independen tidak
berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure
sehingga hipotesis pertama
(H1) ditolak.
2. Konsentrasi saham
berpengaruh negatif terhadap
intellectual capital disclosure
sehingga hipotesis kedua (H2)
diterima.
3. Ukuran komite audit tidak
berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure
sehingga hipotesis ketiga (H3)
ditolak.
4. Jumlah rapat komite audit
berpengaruh positif terhadap
intellectual capital disclosure
sehingga hipotesis keempat
(H4) diterima.
5. Auditor eksternal tidak
berpengaruh terhadap
intellectual capital disclosure
sehingga hipotesis kelima
(H5) ditolak.
6. Kepemilikan manajemen
berpengaruh positif terhadap
intellectual capital disclosure
sehingga hipotesis keenam
(H6) diterima.
7. Kepemilikan institusi
berpengaruh positif terhadap
intellectual capital disclosure
sehingga sehingga hipotesis
ketujuh (H7) diterima.
Keterbatasan
1. Penelitian ini menggunakan
objek penelitian seluruh
perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
hanya pada satu periode yaitu
tahun 2008.
2. Penelitian ini menggunakan
lembar pemberian skor
25
pengungkapan item-item
yang dikembangkan sendiri
(self-developed scoring) (Li,
et al., 2008), oleh peneliti
dalam penelitian yang
dijadikan sebagai acuan
penelitian ini sehingga
menyebabkan adanya
kesulitan dalam
membandingkan dengan
penelitian sebelumnya.
Saran
Berdasarkan hasil analisis
dan kesimpulan yang diperoleh maka
dapat dibuat saran dan rekomendasi
untuk penelitian maupun pembuatan
sesuatu kebijakan. Adapun saran dan
rekomendasi tersebut adalah sebagai
berikut:
Bagi Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI)
Diharapkan di masa yang
akan datang, IAI dapat melakukan
studi yang komprehensif tentang
intellectual capital disclosure agar
selanjutnya dapat menjadi bahan
referensi dalam pembuatan standar
akuntansi keuangan tentang
pelaporan dan pengungkapan
intellectual capital. Hal ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) dalam mengetahui
nilai tambah (value added) yang ada
pada perusahaan, selain aset
berwujud (tangible asset).
Bagi Peneliti Lainnya
1. Penelitian selanjutnya
mungkin dapat menggunakan
periode pengamatan lebih
dari satu tahun. Diharapkan
peneliti selanjutnya dapat
menggunakan periode
pengamatan yang lebih
panjang sehingga dapat
dilihat generalisasi teori
secara valid.
2. Menggunakan lembar
pemberian skor
pengungkapan yang dipakai
oleh peneliti yang ahli dan
berpengalaman dalam
melakukan studi tentang
intellectual capital.
26
REFERENSI
Anthony, R. N. dan Govindarajan, V. 2005. Management Control Systems: Sistem
Pengendalian Manajemen, 11th
ed. Alih Bahasa: Kurniawan Tjakrawala.
Jakarta: Salemba Empat.
Barako, D. G., Hancock, P. dan Izan, H. Y. 2006. “Factors Influencing voluntary
corporate disclosure by Kenyan companies.” Corporate Governance: An
Int. Rev, Vol. 14, No. 2, h. 1-25.
Barako, D. G. 2007. ”Determinants of voluntary disclosures in Kenyan companies
annual reports.” African Journal of Business Management, Vol 1, No. 5, h.
113-128.
Bozzolan, S., Favotto, F. dan Ricceri, F. 2003. “Italian Annual Intellectual Capital
Disclosure: An Empirical Analysis.” Journal of Intellectual Capital, Vol. 4,
No. 4, h. 543-558.
Bursa Efek Indonesia, 2008, IDX Statistics 2008, Jakarta.
Cerbioni, F. dan Parbonetti, A. 2007. “Exploring the Effects of Corporate
Governance on Intellectual Capital Disclosure: An Analysis of European
Biotechnology Companies.” European Accounting Review, Vol. 16, No. 4,
h. 791–826.
Chavent, M., Ding, Y., Fu, L., Stolowy, H. dan Wang, H. 2006. “Disclosure and
Determinants Studies: An Extension Using the Divisive Clustering Method
(DIV).” European Accounting Review, Vol. 15, No. 2, h. 181-218.
Darus, F., Arshad, R., Taylor, D. dan Othman, S. 2008. “Proprietary Costs,
Ownership Structure and Credibility of Voluntary Disclosure of Malaysian
Listed Companies.” The Business Review, Vol. 10, No. 2, h. 343-350.
Feliana, Y. K. 2007. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan dan Transaksi
dengan Pihak-pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa Terhadap Daya
Informasi Akuntansi.” Proceeding SNA X. Makasar.
Firer, S. dan Williams, S. M. 2003. “Intellectual Capital and Traditional Measures
of Corporate Performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No. 3, h.
348-360.
27
Firer, S. dan Williams, S. M. 2005. “Firm ownership structure and intellectual
capital disclosures.” SAJAR, Vol. 19, No. 1, h. 1-18.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Peranan Dewan Komisaris
dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola
Perusahaan).
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. dan Chariri, A. 2007. Teori Akuntansi. Edisi 3. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. N. 2006. Essentials of Econometrics. 3th
ed. New York: McGraw Hill
Inc.
Guthrie, J. dan Petty, R. 2000. “Intellectual Capital: Australian Annual Reporting
Practices.” Journal of Intellectual Capital, Vol. 1, No. 3, h. 241–251.
Guthrie, J., Petty. R., Yongvanich, K. dan Ricceri, F. 2004. “Using Content
Analysis As a Research Method to Inquire into Intellectual Capital
Reporting.” Journal of Intellectual Capital, Vol. 5, No. 2, h. 282-293.
Hair, J. F. Jr., Rolph E. A., Ronald, L. T. dan William, C. B. 1998. Multivariate
Data Analysis. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Hendriksen, E. S. dan Van Breda, M. F. 2000. Accounting Theory. Edisi 5. Alih
bahasa: Herman Wibowo. Batam: Penerbit Interaksara.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Jensen, M. C. dan Meckling, W. H. 1976. “Theory of the firm: Managerial
behaviour, agency costs and ownership structure.” Journal of Financial
Economics, Vol. 3, No. 4, h. 305-360.
Keenan, J., dan Aggestam, M. 2001. “Corporate Governance and Intellectual
Capital: Some Conceptualisations.” Www.interscience.wiley.com. Diakses
tanggal 29 Mei 2010.
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004.
Keputusan Ketua Bapepam LK Nomor: Kep-29/PM/2004.
28
Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-134/BL/2006.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia.
Kuryanto, B. dan Syafruddin, M. 2008. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Kinerja Perusahaan.” Proceeding SNA XI. Pontianak.
Li, H. dan Qi, A. 2008. “Impact of Corporate governance on Voluntary Disclosure
in Chinese Listed Companies.” Corporate Ownership & Control, Vol. 5,
No. 2, h. 360-366.
Li, J., Pike R. dan Haniffa, R. 2006. ”Intellectual Capital Disclosures in Corporate
Annual Reports: A European Comparison.” Working Paper, Vol. 6, No. 24,
h. 1-33.
Li, J., Pike R. dan Haniffa, R. 2008. “Intellectual capital disclosure and corporate
governance structure in UK firms.” Accounting and Business Research, Vol.
38, No. 2, h. 137-160.
Mangena, M. dan Pike, R. 2005. “The Effect of Audit Committee Shareholding,
Financial Expertise and Size on Interim Financial Disclosures.”
Www.scientificcommons.org. Diakses tanggal 22 Januari 2011.
Purnomosidhi, B. 2006. “Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada
Perusahaan Publik di BEJ.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 9, No. 1,
h. 1-20.
Saleh, N. M., Rahman, M. R. C. A. dan Hasan, M. S. 2008. “Ownership Structure
and Intellectual Capital performance in Malaysian companies listed on
MESDAQ.” Journal of Intellectual Capital, h. 1-27
http://ssrn.com/abstract=1153908
Sawarjuwono, T. dan Kadir, A. P. 2003. “Intellectual Capital: Perlakuan,
Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research).” Jurnal Akuntansi &
Keuangan, Vol. 5, No. 1, h. 31-51.
Sekaran, U. 2006. Metode Penelitian Untuk Bisnis. Alih Bahasa: Tim Penerjemah
Penerbit Salemba. Jakarta: Salemba Empat
Shan, Y. G. 2008. “Related-Party Disclosures in China: Influences of Factors
Identified from Agency, Legitimacy and Signalling Theories.”
29
Sudarmadji, A. M. dan Sularto, L. 2007. ”Pengaruh Ukuran Perusahaan,
profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikan perusahaan terhadap luas
voluntary disclosure laporan keuangan tahunan.” Proceeding PESAT, Vol.
2, h. A53-A61.
Tayles, M., Pike, R. dan Sofian, S. 2007 “Intellectual Capital, Management
Accounting Practices and Corporate Performance: Perceptions of
Managers.” Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 20, No. 4,
h. 522-548.
The Chartered Institute of Management Accountants (CIMA). Understanding
corporate value: managing and reporting intellectual capital.
Tinaikar, S. 2006. “The Disclosure Effects of Dual Class Ownership Structures.”
h. 1-54.
Wang, J. C., 2008. “Investigating Market Value and Intellectual Capital for S&P
500.” Journal of Intellectual Capital, Vol. 9, No. 4, h. 546-563
Weimer, J. dan Pape, J. 1999. “A Taxonomy of Systems of Corporate
Governance.” Corporate Governance: An International Review, Vol. 7, No.
2, h. 152-166.
White, G., Lee A. dan Tower G. 2007. “Drivers of voluntary intellectual capital
disclosure in listed biotechnology companies.” Journal of Intellectual
Capital, Vol. 8, No. 3, h. 517-537.
Williams, S. M. 2000. “Is a company’s intellectual capital performance and
intellectual capital disclosure practices related?: Evidence from publicly
listed companies from the FTSE 100.” h. 1-41.
www.jsx.co.id
Zubaidah, S. dan Zulfikar. 2005. “Pengaruh Faktor-faktor Keuangan dan Non-
Keuangan Terhadap Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan.”, Jurnal
Akuntansi & Keuangan, Vol. 4, No. 1, h. 48-83.
30
Lampiran A
Definisi dan Sifat Informasi Intellectual Capital Diclosure (ICD)
Human Capital
1. Jumlah karyawan Perhitungan karyawan perusahaan, perincian karyawan
oleh, misalnya pasar (operasi bisnis atau segmen
geografi), departemen dan fungsi pekerjaan dan
informasi tentang perubahan dan alasan perubahan
demikian.
2. Usia karyawan
Usia biologis dari karyawan dalam perusahaan.
Termasuk uraian kualitatif atas keunggulan/kekuatan
yang berhubungan dengan usia dari karyawan suatu
perusahaan, dan indikator seperti rata-rata usia dari
karyawan suatu perusahaan dan distribusi usia.
3. Keanekaragaman
karyawan
Keanekaragaman digambarkan sebagai divisi dari
kelas-kelas antar suatu populasi tertentu. Item ini
mengacu pada campuran dari, misalnya etnisitas jenis
kelamin, warna dan orientasi seksual. Pengungkapan
relevan termasuk kebijakan keanekaragaman karyawan,
campuran dan perincian dari karyawan oleh ras, agama
dan budaya.
4. Persamaan
karyawan
Perlakuan yang sama atas orang tanpa memperhatikan
perbedaan sosial dan budaya. Pengungkapan yang
berhubungan termasuk kebijakan persamaan karyawan
dan inisiatif yang diambil untuk pelaksanaan,
manajemen senior oleh jenis kelamin, dan persentase
karyawan yang cacat.
5. Hubungan
karyawan
Pengakuan atas pentingnya karyawan, apresiasi
karyawan, ketergantungan pada karyawan kunci,
kepuasan karyawan, loyalitas, kesehatan & keselamatan
dan lingkungan kerja. Ini juga termasuk inisiatif untuk
membangun dan meningkatkan hubungan karyawan,
misalnya aktivitas serikat buruh, promosi dalam
kepemilikan saham dan hubungan kontraktual
karyawan.
6. Pendidikan
karyawan
Pendidikan dari direktur seperti juga karyawan lain.
Sedangkan pengakuan professional karyawan
diklasifikasikan di bawah kompetensi karyawan yang
berhubungan dengan kerja.
7. Kecakapan/
Ketrampilan
Pengungkapan dapat merupakan deskripsi atas
pengetahuan, ketrampilan, keahlian atau kecakapan dari
direktur dan karyawan lain. Matrik-matrik dapat juga
ditunjukkan untuk menandakan jumlah karyawan
dengan kecakapan seperti itu, dll.
31
20 Informasi tentang pengunduran direktur tidak termasuk dalam perputaran
karyawan.
21 Skema insentif berdasarkan pencapaian direktur diklasifikasikan sebagai
informasi motivasi karyawan daripada produktivitas karyawan. Ini
dipertimbangkan lebih tepat untuk mencerminkan atas keefektifan motivasional
dari skema insentif.
Lanjutan
Human Capital
8. Kompetensi
karyawan yang
berhubungan
dengan kerja
Pengetahuan dan kecakapan yang dapat berguna untuk
menyelesaikan pekerjaan. Ini juga mengacu, misalnya
posisi di luar perusahaan yang sekarang dipegang oleh
direktur, pengakuan/kualifikasi profesional,
memenangkan penghargaan (eksternal) dan publikasi
karyawan.
9. Pengetahuan
karyawan yang
berhubungan
dengan kerja
Apa yang diperoleh sepanjang pekerjaan yang tidak
diucapkan, pengetahuan eksplisit dan implisit. Ini
sebagian besar berhubungan dengan pengetahuan
bahwa karyawan telah dihubungkan dengan uraian
pekerjaannya yang ada, termasuk pengalaman kerja
sebelumnya.
10. Sikap/perilaku
karyawan
Ini mencerminkan cara karyawan bekerja.
Pengungkapan relevan dapat menjadi keakraban
karyawan, keramahan, kerja keras, optimisme,
kegairahan, dan identifikasi individu dengan tujuan
perusahaan.
11. Komitmen
karyawan
Ini mengacu karyawan terkait secara emosional/
intelektual terhadap organisasi. Ini mencakup, misalnya
uraian atas komitmen karyawan, matrik/indeks
komitmen, karyawan dan indikator seperti kehadiran
rapat.
12. Motivasi
karyawan
Kebijakan, inisiatif dan bukti dari motivasi direktur dan
karyawan lainnya. Ini termasuk penghargaan (internal)
dan sistem insentif, misalnya pengakuan eksplisit
karyawan, kinerja/psikometrik/penilaian yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan indikator seperti
perputaran karyawan20
, stabilitas, ketidakhadiran, dan
senioritas.
13. Produktivitas
karyawan 21
Ini secara khas diukur sebagai output tiap karyawan
atau output tiap jam kerja, suatu output dimana dapat
diukur dalam hal fisik dan harga. Ini menunjukkan nilai
tambah dan efisiensi dari karyawan. Indikator
termasuk, misalnya nilai tambah karyawan, pendapatan
atau pelanggan tiap karyawan.
14. Pelatihan
karyawan
Ini termasuk kebijakan pelatihan, program pelatihan,
waktu pelatihan, kehadiran, investasi pada pelatihan,
jumlah karyawan yang dilatih tiap periode, dan
hasil/efektifitas/efisiensi pelatihan.
32
Lanjutan
Human Capital
15. Kualifikasi
kejuruan
Ini mengacu pada pendidikan, dikelola dan diawasi
oleh organisasi perdagangan dan profesional (Brooking
dikutip Li et al., 2008), yang diterima karyawan atas
pekerjaan tertentu yang membuktikan keahlian tertentu,
pengetahuan dan pemahaman agar dapat bekerja baik.
16. Pengembangan
Karyawan22
Pengembangan karir karyawan. Pengungkapan
termasuk program dan kebijakan pengembangan
karyawan (misalnya rangkaian perencanaan), kebijakan
perekrutan (misalnya promosi internal). Indikatornya
adalah perubahan senioritas karyawan, dan tingkat
promosi internal.
17. Fleksibilitas
karyawan
Strategi-strategi yang digunakan oleh karyawan untuk
menyesuaikan kerja karyawan dengan siklus produksi/
bisnis perusahaan, dan sebuah metode untuk
memungkinkan pekerja menyesuaikan kehidupan kerja
dan jam kerja dengan pilihan mereka sendiri. Misalnya
kontrak sementara/tetap, peraturan merekrut dan
memecat yang santai, jam kerja atau jadwal kerja yang
dapat disesuaikan (misalnya part-time, jam kerja yang
fleksibel/shift, perhitungan waktu kerja, cuti dan
lembur), outsourcing, rotasi pekerjaan, pekerja
rumahan/jarak jauh, pekerja lepas.
18. Semangat
kewirausahaan
Ini mengacu pada, misalnya perikatan karyawan
(misalnya sistem/konsultasi usul karyawan, tingkat
penerimaan usul karyawan), empowerment
(pengambilan tanggung jawab), kreativitas (misalnya
penilaian kreativitas, toleransi kreativitas seseorang),
inovasi, berbagi wawasan, dan kemampuan
proaktif/reaktif karyawan.
19. Motivasi
karyawan
Kebijakan, inisiatif dan bukti dari motivasi direktur dan
karyawan lainnya. Ini termasuk penghargaan (internal)
dan sistem insentif, misalnya pengakuan eksplisit
karyawan, kinerja/psikometrik/penilaian yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan indikator seperti
perputaran karyawan20
, stabilitas, ketidakhadiran, dan
senioritas.
20. Kerjasama
karyawan
Kerja sama adalah konsep dari orang bekerja bersama
secara kooperatif. Ini mencakup informasi tentang
budaya kerjasama (jaringan dan tim yang ahli,
kapasitas kerja sama), program-program yang
meningkatkan hubungan kerja sama antara karyawan di
dalam/lintas departemen.
22Kualifikasi tidak formal sebagai gelar
33
Lanjutan
Human Capital
21. Keikutsertaan
karyawan dalam
masyarakat
Kompetensi sosial karyawan dapat digambarkan
dengan keikutsertaan karyawan dalam masyarakat. Ini
didefinisikan sebagai penyediaan kesempatan
karyawan untuk berhubungan dengan stakeholder.
22. Fitur karyawan
yang lain
Ini mengacu pada tampilan atau daya tarik khusus,
menyajikan kepopuleran khusus untuk karyawan
perusahaan, misalnya foto karyawan, informasi profil
karyawan lainnya (misalnya posisi yang dipegang).
Structural Capital
1. Kekayaan
Intelektual
Ini adalah suatu hal yang meliputi patents, copyrights,
trademarks, trade secrets, licenses, commercial rights
dan hal-hal lain yang serupa. Ini mencakup aset suatu
perusahaan yang dilindungi oleh hukum.
2. Proses Ini secara normal mengacu pada suatu manajemen
perusahaan (alat penjualan, bentuk kerja sama
perusahaan, spesialisasi perusahaan, proses operasional
atau administratif). Ini termasuk penggunaan sumber
daya perusahaan, proses/prosedur/rutinitas kerja, dan
dokumentasi yang memungkinkan perusahaan atau
karyawan mematuhinya. Indikatornya adalah, misalnya
efisiensi, efektifitas, dan produktivitas.
3. Filosofi
manajemen
“ Cara pemimpin dalam perusahaan berpikir tentang
perusahaan dan karyawannya” (Brooking dikutip Li, et
al., 2008), yaitu bagaimana suatu perusahaan dikelola.
4. Budaya
perusahaan
Pengaturan nilai kunci, kepercayaan, sikap dan
pemahaman bersama oleh orang dan kelompok dalam
organisasi, yang mengendalikan cara anggota
organisasi berinteraksi antar satu sama lain dan dengan
stakeholder. Ini meliputi informasi misalnya deskripsi
budaya dan nilai perusahaan, cerita dan mitos yang
membangun seseorang, kejadian dan sejarah yang
membawa pesan nilai yang ada dalam perusahaan.
5. Fleksibilitas
organisasi
Kemampuan perusahaan untuk menghadapi tantangan
dan perubahan, seperti proses khusus perusahaan yang
digunakan untuk mengubah sumber daya pokok.
6. Struktur organisasi Garis pelaporan, hirarki dan cara alur kerja dalam
bisnis, termasuk struktur manajemen dan model bisnis.
7. Pembelajaran
organisasi
Sebuah karakteristik tingkat kemampuan perusahaan
menyesuaikan diri. Ini meliputi apa yang perusahaan
pelajari dari pengalaman dan menggabungkan
pembelajaran sebagai feedback ke dalam proses
perencanaan perusahaan.
34
Lanjutan
Structural Capital
8. Penelitian dan
pengembangan
(R&D)
Ini mengacu orientasi masa depan, aktivitas jangka
panjang dalam praktek bisnis, yang mana dapat
mencapai level pengetahuan yang lebih tinggi dan
peningkatan dalam praktek bisnis, yang memungkinkan
perusahaan mengeksploitasi keunggulan kompetitif. Ini
termasuk misalnya kebijakan, program, perencanaan,
progress, anggaran, tingkat kesuksesan R&D.
9. Inovasi Didefinisikan sebagai implementasi yang berhasil atas
ide kreatif perusahaan dengan mengenalkan sesuatu
yang baru dan berguna (perubahan radikal atau
tambahan terhadap produk, proses, atau pelayanan).
10. Teknologi Kumpulan teknik yang mana merupakan wadah
pengetahuan manusia atas bagaimana menggabungkan
sumber daya untuk memproduksi produk yang
diinginkan, untuk memecahkan masalah, memenuhi
kebutuhan, atau memuaskan keinginan. Ini termasuk
mesin, IT (hardware dan software computer), IS (SAP,
Peoplesoft, database), metode teknis, dan teknik.
11. Perjanjian
keuangan
Didefinisikan sebagai hubungan baik yang dimiliki
oleh perusahaan dengan para investor, bank, dan
lembaga pembiayaan, rating keuangan, ketersediaan
fasilitas keuangan, dan listing.
12. Fungsi pendukung
pelanggan
Fungsi pendukung pelanggan, seperti pusat-pusat
pendukung pelanggan (misalnya call centre) dan
aktivitas dan program lain yang berhubungan.
13. Infrastruktur
berbasis
pengetahuan
Ini termasuk materi yang didokumentasikan (misalnya
database bersama) dimana suatu perusahaan
membagikan di antara karyawan, fasilitas atau pusat
(pusat pengetahuan, laboratorium) untuk pelatihan dan
pembelajaran, dan manajemen pengetahuan dan
pembagian program/kebijakan/fasilitas.
14. Manajemen dan
peningkatan mutu
Praktek dalam memelihara dan meningkatkan standar
mutu produk dan jasa. Informasi yang relevan termasuk
misalnya kebijakan, objektivitas, program, aktivitas
pengendalian (misalnya TQM), deskripsi kinerja mutu
dan keberadaan dari komite mutu.
15. Akreditasi
(sertifikat)
Suatu proses dimana sertifikasi dari kompetensi,
otoritas, atau kredibilitas disajikan. Ini telah dikenal
secara luas sebagai sertifikat mutu. Akreditasi investor
(orang) mewakili sebuah komitmen perusahaan
terhadap karyawannya, sehingga diklasifikasikan ke
dalam hubungan karyawan.
35
Lanjutan
Structural Capital
16. Infrastruktur/
kapabilitas
keseluruhan
Infrastruktur/kapabilitas dari suatu perusahaan yang
tidak dapat diklasifikasikan ke dalam 17 item
structural capital lainnya. Dimana perolehan yang
dilaporkan untuk menambah suatu kapabilitas provisi
produk dan jasa dari perusahaan, informasi demikian
dimasukkan ke dalam item ini.
17. Jaringan Sistem yang tersedia dalam suatu perusahaan yang
memungkinkan interaksi orang lewat suatu broad array
dari media dan alat komunikasi, misalnya voicemail, e-
mail, voice atau video conferencing, internet,
groupware dan corporate intranet, personal digital
assistants dan newsletters.
18. Jaringan distribusi Jaringan distribusi internal, seperti pusat distribusi.
Apakah suatu perusahaan memiliki dan membentuk
sebuah bagian yang sangat esensial dari rantai
persediaan bisnis.
Relational Capital
1. Pelanggan Informasi pelanggan umum, misalnya tipe pelanggan,
nama pelanggan, reputasi pelanggan, basis pelanggan,
pengetahuan pasar/pelanggan dan sejarah pembelian
pelanggan.
2. Kehadiran pasar Ini meliputi target pasar dari sebuah perusahaan, secara
geografis atau oleh segmentasi pasar, persentase
penjualan yang diwakili oleh segmen pasar masing-
masing, dan pangsa pasar.
3. Hubungan
pelanggan
Ini termasuk kebijakan dan program untuk membangun
hubungan pelanggan (misalnya pola loyalitas
pelanggan, survei kepuasan pelanggan dan inisiatif
yang diambil untuk peningkatan, manajemen keluhan),
hubungan dengan pelanggan sekarang (misalnya
kepuasan dan loyalitas pelanggan, rekomendasi
pelanggan, pengakuan atas ketergantungan pada
pelanggan kunci, persepsi pelanggan (misalnya
diekspresikan oleh penawaran langsung), dan berbagai
aktivitas/indikator yang meningkatkan hubungan
pelanggan, seperti pengiriman tepat waktu, waktu yang
tepat untuk mengembalikan barang, nilai dari uang).
4. Akuisisi
pelanggan
Ini terkait dengan pelanggan/kontrak baru perusahaan
(kecuali jika didentifikasi sebagai kontrak favorit). Ini
juga termasuk usaha sebuah perusahaan pada perolehan
pelanggan baru atau lebih banyak, seperti
investasi/biaya.
36
Lanjutan
Relational Capital
5. Retensi pelanggan Ini memfokuskan pada penahanan pelanggan yang ada.
Informasi yang relevan termasuk misalnya jumlah
pelanggan/kontrak yang diulang, kontrak yang
diperbaharui, order yang tertunda dan pembelian
kembali pelanggan.
6. CTE (customer
training dan
education)
Pelatihan dan pendidikan pelanggan (CTE), seperti
halnya presentasi, road show, pameran, dll.
7. Keikutsertaan
Pelanggan
Ini memfokuskan pada konsultasi pelanggan tentang
pengembangan produk dan jasa, yang mana termasuk
konektivitas antara perusahaan dan pelanggan.
8. Image atau
reputasi
perusahaan
Ini menfacu pada evaluasi/persepsi untuk perusahaan
dari para stakeholder-nya dalam hal pengaruh, harga
dan pengetahuannya dan untuk apa perusahaan berdiri.
9. Penghargaan
Perusahaan
Ini termasuk penghargaan terhadap suatu perusahaan
yang tidak secara rinci terhadap aspek lainnya, seperti
dari inovasi atau karyawan.
10. Hubungan publik Pengelolaan komunikasi untuk menjaga image positif
perusahaan. Hubungan publik termasuk, misalnya
mempopulerkan kesuksesan dan menyembunyikan
kegagalan.
11. Difusi dan
jaringan
Ini termasuk partisipasi dalam kegiatan sosial, kursus,
konferensi, perkuliahan, seminar, dan lain sebagainya.
12. Merk23
Informasi tentang, misalnya nama merk, gambaran
merek, kepedulian merek, loyalitas merek (misalnya
anjuran word of mouth), strategi dan aktivitas
pembangunan merek, dan penjualan terkait merek.
13. Saluran distribusi
Didefinisikan sebagai bagian mekanisme untuk
memasukkan produk dan jasa ke dalam pasar
(Brooking dikutip Li et al., 2008). Ini mengacu pada
berbagai saluran distribusi pihak ketiga, misalnya
distributor, agen, dan dealer.
14. Kerjasama dengan
pemasok
Ini termasuk pengetahuan pemasok, kerjasama dengan
mereka (seperti kepercayaan kepada pemasok kunci,
kekuatan tawar-menawar terhadap pemasok, dukungan
dari pemasok dan syarat pembayaran).
23Merk telah diklasifikasikan ke dalam relational capital dalam berbagai studi
(misalnya Bozzolan, et al.; Brennan; Guthrie dan Petty dikutip Li, et al.,
2008). Meskipun penulis seperti Rodgers dikutip Li, et al., 2008) menganggap
merk sebagai sebuah item structural capital, ini dipertimbangkan dalam studi
ini bahwa merk itu sendiri tidak mampu menciptakan nilai untuk perusahaan
dan ini adalah pelengkap pasar serta pelanggan dan persepsi positif pelanggan
berkaitan dengan merk yang mendorong keputusan untuk membeli dan
menambah nilai terhadap perusahaan.
37
Lanjutan
Relational Capital
15. Kolaborasi bisnis Kolaborasi yang didirikan dengan mitra bisnis lainnya.
Ini seperti kemitraan strategis (strategic alliance),
patungan (joint venture) dan kemitraan untuk tujuan
bekerja bersama-sama meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dengan mengkombinasikan keunggulan
masing-masing.
16. Perjanjian bisnis Ini termasuk seperti kesepakatan perizinan dan
franchising. Meskipun transaksi tidak di dalam suatu
kelompok konsolidasi perusahaan.
17. Kontrak favorit Suatu kontrak diperoleh karena posisi pasar yang khas
yang dipegang perusahaan (Brooking dikutip Li et al.,
2008). Ini termasuk deskripsi dari kontrak dan
hubungan yang baik.
18. Kolaborasi
Penelitian
Kolaborasi dengan asosiasi atau institusi ilmiah
(misalnya sekolah dan universitas) untuk tujuan
penelitian atau pengembangan demi manfaat
perusahaan atau masyarakat.
19. Pemasaran Ini termasuk, misalnya inisiatif pemasaran, investasi,
strategi, kapabilitas, dan efek pemasaran (misalnya
peningkatan kesadaran atau penciptaan penjualan).
20. Hubungan dengan
stakeholder
Suatu hubungan perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan, yang tidak dapat dicakup oleh
hubungan dengan pelanggan, pemasok dan pemegang
saham, misalnya masyarakat, pemerintah dan pesaing.
21. Kepemimpinan
pasar
Suatu kepemimpinan perusahaan dalam berbagai pasar
atau posisi tertinggi. Ini juga termasuk pangsa pasar
pelengkap laporan kepemimpinan pasar.
Sumber: Li, et al. (2008).
38
Lampiran B
Hasil Analisis Regresi
Variabel Dependen
ICDI LnICWC ICWC% Total_ICD
Stdzd.
Coeff.
Beta t Sig.
Stdzd.
Coeff.
Beta t Sig.
Stdzd.
Coeff.
Beta t Sig.
Stdzd.
Coeff.
Beta t Sig.
(Constant) 1,654 0,111 3,308 0,003 0,191 0,850 0,220 0,828
INED -0,120 -1,023 0,316 0,123 0,889 0,382 0,327 1,932 0,065 0,122 1,120 0,273
SCON -0,292 -2,633 0,014(*) -0,166 -1,270 0,216 -0,262 -1,642 0,113 -0,290 -2,826 0,009(*)
SAC 0,386 3,119 0,005(*) 0,188 1,281 0,212 -0,086 -0,481 0,635 0,217 1,893 0,070
MAC 0,276 2,123 0,044(*) 0,610 3,964 0,001(*) 0,301 1,602 0,122 0,503 4,167 0,000(*)
AUD 0,436 3,648 0,001(*) 0,066 0,465 0,646 -0,029 -0,168 0,868 0,201 1,819 0,081
MAN_OWN 0,529 3,711 0,001(*) 0,097 0,576 0,570 0,165 0,800 0,431 0,323 2,441 0,022(*)
INS_ OWN 0,498 3,800 0,001(*) 0,289 1,862 0,074 0,549 2,899 0,008(*) 0,533 4,385 0,000(*)
LnAGE 0,104 0,814 0,423 0,433 2,863 0,008(*) 0,429 2,324 0,029(*) 0,394 3,323 0,003(*)
ROA -0,126 -1,172 0,252 -0,006 -0,049 0,962 -0,115 -0,736 0,469 -0,095 -0,955 0,349
LnSALES 0,166 1,580 0,127 0,221 1,780 0,087 -0,026 -0,174 0,863 0,162 1.665 0,108
Keterangan:
(*) = Signifikan pada tingkat 0,05.
Sumber: hasil pengolahan dengan SPSS (2010).