IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

12
Implementasi Disaster Recovery .....(Rizal Suryana dan Yoga Andrian) 1 IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTRE (DRDC) LAPAN BANDUNG DENGAN SISTEM HOT STANDBY LAPAN BANDUNG DISASTER RECOVERY DATA CENTRE IMPLEMENTATION USING HOT STANDBY SYSTEM Rizal Suryana, Yoga Andrian Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jln. DR. Djundjunan 133 Bandung 40173 e-mail: [email protected] ABSTRACT Nowadays, the development of information technology (IT) has been utilized in human daily life. This causes a lot of individuals, companies, government institute, and education institute to be highly dependent on information technology. The utilization of IT is in the field of entertainment, socialization and business activities that depend on IT as the means to increase the profits and performance of organization. The need of a high availability IT is very important. Therefore, itrequired a plan to solve the problem that occors in the IT insfrastructure, server, application and data. To solve the problem that can cause long down time on the data centre, it needs a disaster recovery data centre. A lot of methods can be used on the disaster recovery data centre to solve the problem when a disaster is occuring in the data centre. The Hot Standby is one of the metodhs for the solution in data centre when a disaster occurs. In the Hot Standby system, the main and secondary data centres are active, so when a problem occurs, the secondary data centre will automatically replace the operational of the main data centre . The down time will be short and user will not know the problem that occurs in the IT system of LAPAN Bandung. Keywords: disaster recovery centre, data centre, backup data ABSTRAK Perkembangan teknologi informasi (TI) pada saat ini telah memasuki kehidupan manusia, sehingga menyebabkan banyak individu, perusahaan, instansi pemerintah, institusi pendidikan sangat tergantung pada teknologi informasi. Pemanfaatan TI digunakan untuk hiburan, sosialisasi atau kegiatan bisnis yang mengandalkan TI sebagai sarana untuk meningkatan keuntungan dan kinerja suatu perusahaan atau lembaga. Kebutuhan akan TI yang memiliki high availability sangat penting, oleh karena itu sangat diperlukan sebuah perencanaan untuk mengatasi masalah jika terjadi gangguan pada infrastruktur TI, server, aplikasi dan data. Untuk mengatasi masalah yang dapat menimbulkan down time yang lama pada sistem data centre diperlukan sebuah disaster recovery data centre. Banyak cara atau metode yang dapat digunakan pada disaster recovery data centre dalam mengatasi masalah ketika terjadi bencana pada sebuah data centre. Hot standby merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah pada data centre ketika terjadi sebuah bencana. Sistem hot standby mengaktifkan semua data centre utama dan data centre cadangan, sehingga ketika terjadi masalah secara otomatis data centre cadangan akan langsung aktif untuk mengganti peran dari data centre utama dalam operasional. Waktu terjadinya down time akan relatif kecil dan pengguna tidak mengetahui sistem TI LAPAN Bandung mengalami masalah. Kata Kunci : disaster recovery centre, data centre, backup data

Transcript of IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Page 1: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Implementasi Disaster Recovery .....(Rizal Suryana dan Yoga Andrian)

1

IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTRE (DRDC) LAPAN BANDUNG DENGAN SISTEM HOT STANDBY

LAPAN BANDUNG DISASTER RECOVERY DATA CENTRE IMPLEMENTATION USING HOT STANDBY SYSTEM

Rizal Suryana, Yoga Andrian

Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Jln. DR. Djundjunan 133 Bandung 40173 e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Nowadays, the development of information technology (IT) has been utilized in human daily life.

This causes a lot of individuals, companies, government institute, and education institute to be highly dependent on information technology. The utilization of IT is in the field of entertainment, socialization and business activities that depend on IT as the means to increase the profits and performance of organization. The need of a high availability IT is very important. Therefore, itrequired a plan to solve the problem that occors in the IT insfrastructure, server, application and data. To solve the problem that can cause long down time on the data centre, it needs a disaster recovery data centre. A lot of methods can be used on the disaster recovery data centre to solve the problem when a disaster is occuring in the data centre. The Hot Standby is one of the metodhs for the solution in data centre when a disaster occurs. In the Hot Standby system, the main and secondary data centres are active, so when a problem occurs, the secondary data centre will automatically replace the operational of the main data centre . The down time will be short and user will not know the problem that occurs in the IT system of LAPAN Bandung.

Keywords: disaster recovery centre, data centre, backup data

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi (TI) pada saat ini telah memasuki kehidupan manusia, sehingga menyebabkan banyak individu, perusahaan, instansi pemerintah, institusi pendidikan sangat tergantung pada teknologi informasi. Pemanfaatan TI digunakan untuk hiburan, sosialisasi atau kegiatan bisnis yang mengandalkan TI sebagai sarana untuk meningkatan keuntungan dan kinerja suatu perusahaan atau lembaga. Kebutuhan akan TI yang memiliki high availability sangat penting, oleh karena itu sangat diperlukan sebuah perencanaan untuk mengatasi masalah jika terjadi gangguan pada infrastruktur TI, server, aplikasi dan data. Untuk mengatasi masalah yang dapat menimbulkan down time yang lama pada sistem data centre diperlukan sebuah disaster recovery data centre. Banyak cara atau metode yang dapat digunakan pada disaster recovery data centre dalam mengatasi masalah ketika terjadi bencana pada sebuah data centre. Hot standby merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah pada data centre ketika terjadi sebuah bencana. Sistem hot standby mengaktifkan semua data centre utama dan data centre cadangan, sehingga ketika terjadi masalah secara otomatis data centre cadangan akan langsung aktif untuk mengganti peran dari data centre utama dalam operasional. Waktu terjadinya down time akan relatif kecil dan pengguna tidak mengetahui sistem TI LAPAN Bandung mengalami masalah.

Kata Kunci : disaster recovery centre, data centre, backup data

Page 2: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2017 :1-12

2

1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi

(TI) merupakan teknologi yang paling pesat perkembangannya. Pada saat ini penggunaan TI sudah masuk kedalam kehidupan sehari-hari manusia modern. Banyak perusahan, instansi pemerintah, lembaga penelitian dan institusi pendidikan yang menjadikan TI sebagai kebutuhan utama untuk meningkatkan pelayanan, kinerja, keuntungan dan penghematan anggaran. TI sama halnya dengan teknologi lain yang suatu saat akan mengalami masalah, terlepas dari kemungkinan rusak, hilang atau tidak berfungsi dikarenakan oleh human error atau akibat bencana (Manurung dan Surendo, 2008). Terjadinya bencana pada TI bukan hanya yang disebabkan oleh kejadian alam seperti gunung meletus, banjir, gempa bumi, kebakaran hutan dan lain-lain. Tetapi server dan aplikasi yang diserang oleh hacker, hilangnya data oleh virus merupakan sebuah bencana besar dalam TI. Bencana tidak bisa kita hindari tetapi hanya bisa mengurangi kerugian akibat dari bencana tersebut. Hal ini disebabkan bencana sebagai kejadian yang waktu terjadinya tidak dapat diprediksi, bersifat sangat merusak, dan terjadi dengan frekuensi yang tidak menentu (Sitorus, et.al, 2005).

Pada saat ini LAPAN Bandung belum memiliki Disaster Recovery Centre (DRC), yang ada baru berupa duplikasi data hasil pengamatan masing-masing Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA). Sehingga jika terjadi sebuah bencana baik yang disebabkan oleh alam atau tindakan manusia maka sistem TI LAPAN Bandung akan mengalami gangguan. Hanya data hasil pengamatan yang dapat dilakukan pemulihan sedangkan sistem informasi (website, sistem informasi cuaca antariksa, sistem informasi benda jatuh, domain name server dan repositori data sains antariksa) belum memiliki sistem recovery. Salah satu penyebab yang sering terjadi pada

sistem TI LAPAN Bandung adalah putusnya koneksi internet dan sumber listrik dari PLN yang mengakibatkan sistem informasi dan layanan informasi berbasis TI Pusat Sains Antariksa tidak bisa diakses.

Pusat Sains Antariksa merupakan salah satu instansi pemerintah yang dituntut dapat memberikan layanan informasi prima dengan dukungan layanan TI yang handal. Sehingga jika terjadi bencana baik yang disebabkan alam, manusia atau faktor teknis (listik mati dan koneksi internet putus) layanan informasi masih dapat diakses. Ketika sistem TI mengalami gangguan, maka DRC akan mengambil alih tugas data centre utama untuk menyediakan semua layanan informasi Pusat Sains Antariksa dan pemulihan dilakukan dengan cepat dan singkat.

Disaster Recovery Data Centre (DRDC) di Pusat Sains Antariksa sudah terealisasi bekerja sama dengan sebuah perusahaan Internet Service Provider (ISP) sebagai penyedia jasa ruang DRC. Data centre utama terdapat di Pusat Sains Antariksa sedangkan data centre cadangan di ISP yang berlokasi di Bandung. Pada makalah ini akan dibahas implementasi DRDC untuk mempersiapkan pemulihan ketika terjadi bencana. Banyak metode yang dapat di implementasinya pada DRDC, namun metode yang akan digunakan pada implementasi DRDC di Pusat Sains Antariksa adalah metode yang sesuai dengan kebutuhan LAPAN Bandung yaitu Hot Standby Data Centre. 2 TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mengurangi dampak dari bencana pada sistem TI, maka diperlukan sebuah manajemen dan tata kelola TI yang meliputi Disaster Recovery Planning (DRP), Business Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Centre (DRC). DRP adalah proses kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan persiapan pemulihan atau keberlangsungan

Page 3: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Implementasi Disaster Recovery .....(Rizal Suryana dan Yoga Andrian)

3

infrastruktur teknologi yang kritis bagi organisasi setelah terjadinya bencana, baik bencana yang disebabkan oleh tindakan manusia ataupun bencana alam (Rachmaningrum dan Falahah, 2011). Penerapan DRP pada sistem TI untuk memperbaiki operabilitas sistem, aplikasi dan fasilitas komputer yang berada di lokasi lain (data centre candangan). Selain itu juga DRP harus memperhatikan faktor rasional, cost-effective, prevention (pencegahan), preparation (persiapan) dan recovery (pemulihan).

BCP adalah sekumpulan proses otomatis ataupun manual yang dirancang untuk mengurangi dampak terhadap fungsi-fungsi penting organisasi, sehingga menjamin kontinuitas layanan bagi operasi yang penting (Putri, 2008). Implementasi BCP di perusahaan perlu memperhatikan isu terkini, kondisi lingkungan perusahaan, serta terminologi atau tingkat pengetahuan kondisi perusahaan terhadap proses keberlanjutan bisnis (Amanda dan Supriadi, 2014). BCP dibuat untuk mengurangi segala resiko yang dapat mengganggu terhadap berjalannya sistem TI dan mengurangi kerugian keuangan dan meningkatkan organisasi dalam melakukan pemulihan setelah terjadinya bencana. Berbeda dengan DRP dan BCP yang hasil akhirnya berupa semua dokumen yang berisi aturan dan langkah- langkah untuk mengurangi dampak terjadinya bencana pada sistem TI, sedangkan DRC adalah fasilitas penganti/ cadangan pada saat data centre utama mengalami masalah atau tidak dapat berfungsi yang diakibatkan oleh bencana, yang digunakan sementara waktu selama proses pemulihan data centre utama untuk menjaga keberlangsungan bisnis.

Implementasi sebuah DRDC harus memenuhi kriteria availability, scalability, flexibility dan security. DRDC dibangun sebagai tempat/area penyimpanan serta pengolahan data dan informasi pada saat terjadinya bencana yang mengakibatkan data centre yang ada mengalami

gangguan sementara waktu, sebagian atau rusak total sehingga memerlukan waktu dalam melakukan pemulihan (Suherman, 2015). Selain itu sebuah DRDC harus mampu beradaptasi dengan pertumbuhan data maupun aplikasi tanpa harus melalukan perubahan yang cukup berarti. Faktor keamanan menjadi sebuah faktor yang sangat penting, karena data merupakan sebuah aset yang sangat berharga bagi sebuah organisasi.

Perancangan maupun penempatan sebuah data centre harus memenuhi persayartan teknis. Rancangan peraturan menteri komunikasi dan informatika tahun 2013 tentang pedoman teknis rancangan pusat data mensyaratkan teknis yaitu lokasi harus berada di tempat yang aman berdasarkan dari kajian indeks rawan bencana indonesia, bangunan harus mempunyai akses jalan yang cukup dan fasilitas parkir, lokasi sebaiknya berada di kawasan yang memiliki temperatur rendah dan kelembaban tinggi. Dari persyaratan bangunan dan arsitektur bahwa ruang komputer tidak berada di bawah area perpipaan seperti kamar mandi, toilet, dapur, laboratorium dan ruang mekanik, jendela yang terkena sinar matahari harus di tutup untuk mencegah paparan panas. Akses kontrol dan keamanan data centre harus diamankan selama 24 jam dengan paling sedikit satu orang petugas per shift, di lengkapi perangkat sistem pemantau visual (seperti CCTV), akses ke dalam ruang komputer menggunakan perangkat yang dikendalikan dengan mekanisme otentikasi. Ruang data centre dilengkapi dengan peringatan kebakaran, deteksi asap dan pemadam kebakaran (Fire Precautions, Smoke Detection and Fire Suppression). Ruang data centre harus di lengkapi dangan sumber listrik utama dan cadangan seperti Uninterruptible Power Supply (UPS) dan Genset, mesin pendinginan dan ventilasi, memiliki pengkabelan dan manajemen kabel, sistem manajemen

Page 4: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2017 :1-12

4

bangunan dan pemantauan. Rancangan peraturan menteri komunikasi dan informatika tahun 2013 tentang pedoman teknis rancangan pusat data memberikan syarat untuk keberlangsungan operasional data centre pada pusat pemulihan bencana (Disaster Recovery Centre) yaitu jarak terhadap lokasi data centre yang meminimalkan risiko, biaya yang layak dan memenuhi Service Level Agreement (SLA) yang disyaratkan.

3 DATA DAN METODE

Perangkat keras yang terdapat pada DRC meliputi Server, Router, Switch dan Storage sama dengan yang terdapat pada data centre utama, namun yang membedakan jumlah server lebih sedikit tetapi memiliki kemampuan yang sama dengan server utama. Hal ini disebabkan keterbatasan ruang dalam data centre cadangan. Ruang data centre cadangan menggunakan jasa layanan dari perusahaan ISP dengan kapasitas Rack Server sebesar 10U. Tabel 3-1 menunjukkan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang terdapat di DRC yang dipergunakan LAPAN Bandung. Kebutuhan perangkat keras untuk DRC harus disesuaikan dengan kebutuhan aplikasi yang akan dijalankan, semakin tinggi spesifikasi perangkat keras akan semakin baik.

Walaupun perangkat keras yang digunakan hanya terdiri dari 1 buah server dan 1 buah Server storage, namun perangkat tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan data centre

cadangan LAPAN Bandung. Satu buah server dioperasikan sebagai komputasi awan, semua aplikasi sistem informasi berjalan secara virtual sehingga tidak membutuhkan banyak server fisik. Satu buah server storage berfungsi sebagai mirror data dari data centre utama yang menyimpan seluruh data yang digunakan pada sistem TI LAPAN Bandung.

Implementasi DRDC bertujuan untuk mengurangi dampak dari bencana merupakan salah satu elemen penting dalam sistem TI. Ada banyak metode backup data yang dapat diterapkan untuk implementasi DRDC antar server utama dengan server candangan, dalam makalah ini akan digunakan metode backup data dengan snapshots. Semua data yang terdapat dalam data centre utama akan disalin sama persis pada data centre cadangan. Sistem backup data snapshots digunakan pada server storage sedangkan differensial backup digunakan pada server cloud. Cara kerja Backup data snapshot adalah data diduplikasi pada saat sistem yang sedang berjalan dengan melakukan penguncian terhadap seluruh data untuk sementara waktu dan kemudian dilakukan snapshot terhadap data tersebut yang dilanjutkan dengan melepas data tersebut agar dapat beroperasi kembali (Afif dan Suryono, 2013). Differential backup bekerja dengan cara data yang diduplikasi hanya merupakan data baru atau data yang mengalami perubahan. Pada proses backup ini, data tidak pernah dilakukan marking (Afif dan Suryono, 2013).

Tabel 3-1: SPESIFIKASI PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

No. Perangkat Keras Spesifikasi Perangkat Lunak

1 Server cloud CPU : 2 x Intel Xeon 3 GHz Memory : 12 GB NIC : 2 unit 1 GB Hardisk : 2 x 1 TB

Proxmox VE Versi 3.4

2 Server Storage Kapasistas : 25 TB FreeNAS versi 9.3 3 Router Mikrotik RB10000AH RouterOS 4 Switch TP-LINK -

Page 5: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Implementasi Disaster Recovery .....(Rizal Suryana dan Yoga Andrian)

5

Differential backup sangat cocok diterapkan pada server cloud yang terdapat banyak aplikasi dan data setiap saat mengalami perubahan dan penambahan, metode ini dapat disebut juga replikasi master to slave synchronous. Replikasi master to slave synchronous adalah sebuah cara duplikasi data yang dalam proses replikasi akan terjadi ketika transaksi/proses penulisan data pada master telah selesai (Suryana, 2014).

Implementasi Disaster Recovery Data Centre (DRDC) ada tiga metode yang dapat diterapkan Warm Standby, Hot Standby, dan cold standby. Hot standby merupakan sebuah data centre hasil dari duplikasi data centre utama, semua perangkat lunak dan data sama dengan data centre utama. Ketika terjadi masalah pada data centre utama maka secara otomatis data centre cadangan akan mengambil alih tugas dari data centre utama (Kieffer et al., 2003). Perbedaan antara satu metode dengan yang lainnya terdapat pada cara pengoperasian manual dan otomatis dalam menggantikan tugas data centre utama. Pada DRDC LAPAN Bandung menggunakan hot standby. Hal

ini disebabkan metode hot standby lebih efisien dan efektif dari metode yang lain untuk di implementasi pada DRDC LAPAN Bandung.

Aplikasi heartbeat digunakan sebagai sensor untuk mendeteksi apakah data centre utama mengalami gangguan atau tidak. Aplikasi heartbeat dipasang pada kedua data centre untuk saling komunikasi dan bertukar informasi menggunakan Transport Control Protocol/ Internet Protocol (TCP/IP). Informasi yang dipertukarkan antar data centre yaitu sumber daya komputer server dan jaringan yang meliputi kondisi jaringan, aplikasi dan kondisi server itu sendiri. Jika salah satu informasi tersebut tidak tersedia maka data centre cadangan akan mengambil keputusan bawah data centre utama mengalami masalah dan mengambil alih tugas dari data centre utama. Gambar 3-1 menunjukkan cara kerja aplikasi heartbeat dalam mengalihkan tugas dari data centre utama ke data centre cadangan. Pada kondisi ini data centre utama akan menonaktifkan jaringan sementara waktu.

(a) (b) Gambar 3-1: Cara kerja aplikasi heartbeat, (a) kondisi normal, (b) kondisi pada saat data centre utama

mengalami gangguan

Page 6: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2017 :1-12

6

IP Address yang terdapat pada data centre utama akan dipergunakan oleh data centre candangan. Data centre cadangan pada kondisi ini akan memiliki dua buah IP Address. IP Address pertama merupakan IP Address miliknya sendiri, sedangkan IP Address kedua merupakan IP Address virtual yang bersifat sementara. Sehingga ketika pengguna mengakses sistem informasi LAPAN Bandung, maka secara otomatis permintaan tersebut akan diarah menuju data centre cadangan. Jika data centre utama sudah tidak mengalami gangguan, maka IP Address virtual yang terdapat pada data centre cadangan akan dihapus, jaringan pada data centre utama akan diaktifkan dan semua layanan akan dilayani oleh data centre utama. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Infrastruktur data centre utama dengan data centre cadangan memiliki bentuk yang mirip. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses replikasi data, pengembangan dan pemeliharaan.

Jaringan intranet antara lokasi data centre utama dan data centre cadangan sebagai kunci keberhasilan dalam melakukan proses duplikasi data, sebab proses duplikasi data dilakukan melaui jaringan intranet ini. Gambar 4-1 menunjukan konfigurasi jaringan yang digunakan untuk DRDC.

Pada data centre utama terdapat server data secara fisik, namun pada data centre cadangan tidak terdapat server data secara fisik. Pada data centre cadangan semua aplikasi berjalankan menggunakan sistem komputasi awan berupa Virtual Machine (VM). Sistem komputasi awan yang merupakan sebuah model komputasi yang berjalan dalam sebuah jaringan komputer dan sumber daya seperti prosessor, memory, hard disk dan jaringan menjadi sebuah layanan (Suryana, 2016). Teknologi ini dapat menjadi solusi untuk data centre cadangan tanpa perlu menginstal ulang maupun menggunakan komputer yang berbeda untuk suatu aplikasi (Atirah et al., 2012).

Gambar 4-1: Konfigurasi jaringan DRDC

Page 7: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Implementasi Disaster Recovery .....(Rizal Suryana dan Yoga Andrian)

7

Proses backup data dilakukan saat kedua data centre dalam keadaan operasional (kondisi live) pada periode waktu tertentu. Backup data server komputasi awan dilakukan secara realtime, karena server komputasi awan mengalami perubahan data yang cepat, merupakan sistem yang sangat vital dan sehingga datanya selalu terbaharui. Ketika terjadi masalah pada data centre utama, sistem informasi yang vital dapat beroperasi dengan data dan informasi terbaru. Proses backup data menggunakan sistem Distributed Replicated Block Device dengan metode differential backup. Backup data ini dilakukan dalam mekanisme block devices, bukan dalam bentuk data mentah (Sovianty, 2010). Backup data menggunakan differential backup dapat di analogikan sebagai Redundant Array of Idependent Disk (RAID), namun RAID melakukan duplikasi isi dan data atau paritisi suatu hard disk ke hard disk atau partisi lain dalam satu komputer, sedangkan differential backup melakukan duplikasi isi dan data atau partisi suatu hard disk ke hard disk lain pada komputer yang berbeda melalui sebuah jaringan. Sehingga setiap aplikasi yang dijalankan pada data centre utama, maka dengan sendirinya terjadi sinkronisasi dengan data centre cadangan (Hidayat, 2013). Backup data storage server dilakukan secara periodik dengan menggunakan metode snapshot backup, karena data yang terdapat pada storage server merupakan hasil pengamatan yang dilakukan BPAA dan data akan diperbaharui dalam interval 5 menit. Snapshot backup melakukan duplikasi pada volume data atau sistem dan biasanya pada hard disk array, hard disk lokal dan jaringan.

Letak dan lokasi DRDC termasuk hal yang sangat kursial untuk dipertimbangkan. Ada banyak kriteria

dan syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan lokasi DRDC, jika salah menentukan lokasi DRDC akan berakibat fatal yang seharusnya ketika terjadi bencana sistem TI masih tetap berjalan tetapi data centre cadangan terkena imbas dari bencana tersebut dan menjadi tidak bisa beroperasi. Selain itu aspek- aspek yang harus diperhatikan pada saat menentukan lokasi DRDC adalah lokasi yang aman serta memenuhi syarat bangunan sipil, mempunyai sistem cadangan untuk sistem catu daya, mempunyai sistem tata udara, mempunyai sistem pengamanan, mempunyai sistem monitoring lingkungan, mempunyai sistem komunikasi data dan menerapkan tata kelola standar data centre (Dewannata, 2013). Oleh sebab itu penempatan DRDC LAPAN Bandung di tempatkan pada perusahaan ISP. Hal ini disebabkan karena BPAA belum memenuhi standar untuk dijadikan lokasi DRDC. BPAA belum memiliki ruangan/bangunan khusus yang dapat digunakan sebagai data centre, tidak adanya backup sumber tegangan (UPS, Genset), infrastruktur TI yang ada hanya untuk memenuhi kebutuhan jaringan lokal dan sumber daya manusia belum memiliki keahlian TI dan sertifikasi TI.

Gambar 4-2 menunjukkan kondisi operasional data centre utama dalam kondisi normal, dimana semua operasional sistem TI dilayani oleh data centre utama. DRDC hot standby merupakan tipe DRC yang paling cepat (90% ready) yang mengatur secepat mungkin operasional bisnis, sistem aplikasi, link komunikasi yang sama sudah dipasang dan sudah tersedia di lokasi DRC (Ardiyanto, 2014). Data centre cadangan secara kontinyu melakukan duplikasi data dari data centre utama dan selalu dalam kondisi siap ketika data centre utama mengalami gangguan.

Page 8: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2017 :1-12

8

Gambar 4-2: Kondisi data centre utama beroperasi normal

Gambar 4-3: Ketika terjadi data centre utama mengalami gangguan

Namun sebaliknya apabila data

centre utama mengalami gangguan sampai tidak beroperasi/diakses, maka secara otomatis data centre cadangan yang akan menggantikan operasional sistem TI. Proses perpindahan koneksi layanan operasional sistem TI dengan menggunakan Aplikasi Heartbeat. Heartbeat merupakan aplikasi dasar untuk Linux High Availability (Linux-HA)

yang menjalankan script inisialisasi HA dan saat node atau server mati dan hidup (Afif dan Suryono, 2013). Aplikasi heartbeat ini yang akan melakukan pengecekkan koneksi pada data centre utama dan data centre cadangan, jika di ketahui data centre utama tidak bisa dihubungi maka secara otomatis permintaan akan dialihkan ke data centre cadangan. Gambar 4-3. menunjukkan kondisi pengambil alihan

Page 9: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Implementasi Disaster Recovery .....(Rizal Suryana dan Yoga Andrian)

9

tugas data centre utama oleh data centre cadangan.

Jika data centre utama kembali normal, maka secata otomatis semua layanan sistem informasi akan ditangani kembali oleh data centre utama dan duplikasi data dari data centre cadangan ke data centre utama akan terjadi. Proses tersebut bertujuan untuk memperbaharui data pada data centre utama atau disebut dengan pemulihan sistem. Sehingga konsistensi data selalu terjaga pada kedua data centre tersebut. Gambar 4-4 menunjukkan server dan storage server yang terdapat di data centre LAPAN Bandung, sedangkan server dan storage server yang terdapat di data centre cadangan tidak bisa di photo karena ISP tidak diperbolehkan memboleh mengambil gambar apapun yang berada di ruang data centre.

Pada Gambar 4-4 terdapat dua server komputasi awan, server data, storage server dan storage. Dua server komputasi awan bertujuan untuk membentuk sistem cluster agar mendapatkan kinerja lebih baik dan dapat menampung VM lebih banyak. Sistem cluster dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja beberapa komputer agar menjadi suatu sistem tunggal sumber daya komputasi yang melakukan pekerjaan besar (Brain et al., 2014). Server data merupakan sebuah server yang berfungsi untuk menyimpan data hasil pengamatan sains dirgantara dari BPAA, Storage Server merupakan gabungan antara server dan storage sehingga menjadi sebuah Network Attach Storage (NAS) yang berfungsi sebagai media penyimpan data untuk server komputasi awan dan server data.

Gambar 4-4: Server dan storage server di data centre Pusat Sains Antariksa

Page 10: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 12 No. 1 Juni 2017 :1-12

10

5 KESIMPULAN Ketersedian data centre cadangan

sangat membantu dalam proses pemulihan setelah terjadinya bencana, dapat menghilangkan rasa ketakutan akan kehilangan data ketika terjadi sebuah bencana dan menjaga konsistensi data. Sistem hot standby dapat memberikan solusi dengan tingkat High Availability yang lebih tinggi dan menjamin ketersediaan aplikasi, informasi dan data Pemilihan penempatan lokasi DRDC yang sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan sangat berperan penting untuk menghindari dampak dari bencana yang terjadi sebagai sistem data centre cadangan. Pemilihan metode hot standby pada data centre menjadi lebih efektif ketika dukungan semua komponen dalam sistem TI bekerja secara optimal. Penerapan metode backup data memegang peran yang penting untuk menjaga konsitensi data. Jika salah penerapan metode backup akan mengakibatkan tidak terjadinya konsistensi data dan penggunaan backup melalui jaringan menjadi tidak efisien. Ketersediaan data centre cadangan sebagai DRDC akan mengurangi kerugian finansial dan proses pemulihan data menjadi lebih mudah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ucapkan terima kasih kepada Kepala Bidang Program dan Fasilitas yang telah memberikan dukung peralatan dan waktu dalam melakukan percobaan sistem DRDC ini. Penulis juga ucapkan terimakasih kepada tim jaringan Pusat Sains Antariksa atas kerjasama dalam pengembagan jaringan sehingga terbangunnya sistem Disaster Recovery Centre Pusat Sains Antariksa. DAFTAR RUJUKAN Afif. M. F., dan Suryono. T., 2013. Implementasi

Disaster Recovery Plan dengan Sistem Fail Over Menggunakan DRBD dan Heartbeat pada Data Centre FKIP UNS,

Indonesia Jurnal on Networking and Security (IJNS) Volume 2 No 2 - April, Halaman 66 – 71, ISSN : 2302-5700.

Amanda. A. A., dan Supriadi. A. P., 2014. Konsep Penyusunan Kerangka Kerja Business Continuity Plan Teknologi dan Sistem Informasi, Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia.

Ardiyanto, Putri; K. S., Gustini L.; Gustini. L.; Kusuma. S., Wendy, 2014. Managing Disaster Pada Data Centre, https:// id.scribd.com/doc/211589649/Managing-Disaster-Pada-Data-Centre-Paper di download tanggal 1 - Juli – 2015.

Atirah, Niswar M.; Ilham. A. A., 2012, Implementasi Virtual Document pada Cloud Computing, Universitas Hasanudin Makasar

Brian. W. K., Malubaya; Arthur. M. R.; Arie. S. M. L.; Brave. A. S., 2013. Perancangan PC Cluster untuk Render Animasi 3D, E-Journal Teknik Elektro dan Komputer, Halaman 73 – 80, ISSN : 2301-8402.

Dewannanta. D., 2013, Perancangan Jaringan Komputer - Data Centre, www. ilmukomputer.org di download tanggal 1 - Juli - 2015.

Kieffer. S.; Spencer. W.; Schmidt. A.; Lyszyk. S., 2003, Planning a Data Centre, Network System Architects, Inc.

Manurung. C. Y., dan Surendo. K., 2008. Pengembangan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Recovery Planning) untuk Data Centre ITB, e-Indonesia Initiative, Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia.

Putri. S. W., 2008. Pembangunan Disaster Recovery Plan untuk Sistem Informasi Manajemen Terintegrasi ITB, Tugas Akhir, Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, ITB.

Rachmaningrum. N., dan Falahah., 2011. Studi kelayakan Disaster Recovery Plan Pada Infrastruktur Jaringan Komputer (Studi Kasus Jaringan Komputer Universitas Widyatama), Seminar Nasional Informatika, C-30 – C-36 ISSN: 1979-2328.

Page 11: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Implementasi Disaster Recovery .....(Rizal Suryana dan Yoga Andrian)

11

Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi, 2013. Tentang Pedoman Teknis Pusat Data, https://web. kominfo.go.id/sites/default/files/RPM%20PEDOMAN%20PUSAT%20DATA.pdf, di download tanggal 10 – Juli – 2015.

Sitorus. F. Aston; Firmansyah. G.; Mukarom. M., 2005, Business Continuity Palling and Disaster Recovery Planning, Manajemen Teknologi Informasi, Universitas Indonesia.

Sovianty, Y. A., 2010. Rancang Bangun Fail Over Server Berbasis Linux Menggunakan System DRBD, Skripsi, Teknik Informatika, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”.

Suherman. H. Y., 2015 Perancangan Disaster

Recover Centre (DRC) Berdasarkan ISO 24762, Study Kasus : Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN – Bandung). Skripsi, Program Studi Tenik Informatika, Universitas Pasundan.

Suryana, R., 2016. Pengembangan Server Jaringan LAPAN Bandung Menggunakan Komputasi Awan Berbasis Insfrastruktur As a Service (IaaS), Berita Dirgantara, Vol. 17. No. 2, Halaman 53 – 62, ISSN : 1411-8920.

Suryana. R., 2014. Backup Data Geomagnet Menggunakan Metode Replikasi Pada Repositori Sains Antariksa, Bunga Rampai Makalah Workshop Riset Medan Magnet Bumi dan Aplikasinya, Halaman 83 - 90 ISBN : 978-979-1458-85-6.

Page 12: IMPLEMANTASI DISASTER RECOVERY DATA CENTER (DRDC) …

Implementasi Disaster Recovery .....(Rizal Suryana dan Yoga Andrian)

5