IKLAN DI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DAN REFERENCE …
Transcript of IKLAN DI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DAN REFERENCE …
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
1
IKLAN DI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DAN REFERENCE GROUP
BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
FASHION CASUAL
Didik Prasetyo
Eristia Lidia Paramita
1) Faculty of Economics and Business, Satya Wacana Christian University, Salatiga
2) Faculty of Economics and Business, Satya Wacana Christian University, Salatiga
e-mail: [email protected]
Abstract
The current development of both technology and promotion media has influenced many people to
choose instagram as one of new promotion media. A casual fashion commercial, that has developed,
has become the center of attention and purchasing interest of students’ decision to purchase it through
the instagram. Besides the commercials, the purchasing interest can also be influenced by reference
group. In this study, the reference group was more focused on peers. Friends are commonly regarded as
the closest environment and the appropriate reference group in deciding the type of product, especially
fashion, which will be purchased in social media. The purpose of this study is to find out the influence
of social media called instagram and reference group in fashion casual product’s decision making. This
is a quantitative study with 150 respondents. They were selected as they are actively using instagram
account and they have purchased some items for the last 6 months. The data were collected by
distributing questionnaires and the sampling technique applied was purposive sampling method. The
analysis technique applied in this study was the multiple regression. The result of this study showed
that the commercial in social media namely instagram and reference group influenced the decision
making of purchasing fashion casual product.
Keywords: commercial in social media, decision making of purchasing, reference group
Abstrak
Kemajuan teknologi dan semakin berkembangnya media promosi saat ini, menjadikan instagram dipilih
untuk menjadi salah satu media promosi yang baru. Termasuk iklan fashion casual yang saat telah
berkembang dan menjadi perhatian dan ketertarikan tersendiri terhadap keputusan mahasiswa
membelinya melalui instagram. Selain iklan, keputusan pembelian juga bisa dipengaruhi oleh kelompok
acuan atau reference group. Penelitian ini reference group lebih difokuskan kepada teman sebaya. Teman
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
2
sering dianggap sebagai lingkungan yang dekat dan kelompok acuan yang tepat didalam menentukan
produk yang akan dibeli di media sosial terutama untuk fashion. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
apakah iklan di media sosial instagram dan reference group dapat mempengaruhi keputusan pembelian
produk fashion casual. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan dengan
menyebarkan kuesioner kepada 150 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling dengan kriteria adalah sudah mempunyai akun instagram dan sudah pernah melakukan
pembelian dalam kurun waktu 6 bulan terakhir. Teknik analisisnya menggunakan regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa iklan di media sosial instagram dan reference group berpengaruh
terhadap keputusan pembelian produk fashion casual.
Kata kunci: iklan di media sosial, reference group, keputusan pembelian
1. Pendahuluan
Produk yang telah dihasilkan suatu
perusahaan tidak dapat mencari sendiri
untuk mendapatkan pembelinya (Lubis,
2004). Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah melalui promosi. Dari
sekian banyak strategi promosi saat ini,
promosi melalui iklan via media sosial
semakin diminati. Promosi ini bisa
dilakukan oleh pebisnis pemula atau
bahkan yang sudah dalam skala besar.
Promosi melalui media sosial didukung
dengan semakin pesatnya teknologi,
kemudahan akses yang berdampak
pada cara pemasaran yang saat ini
mengarah kearah yang lebih maju.
Kemajuan tersebut didukung dengan
munculnya telepon seluler cerdas
(smartphone) yang telah merubah
bentuk kemudahan komunikasi dari
tradisional menjadi modern dan serba
digital (Siswanto, 2011).
Di dalam media sosial terdapat
berbagai aplikasi internet bersifat
virtual-interaktif seperti wiki, blogging
seperti wordpress dan blogspot, content
communities seperti Youtube, dan social
networking sites seperti Facebook,
LinkedIn,Twitter (Sanusi, 2014).
Didalamnya terdapat link yang berisi
informasi mengenai produk-produk yang
ditampilkan. Berdasarkan kemudahan
dan manfaat yang ada, dapat menjadi
alasan mengapa saat ini media sosial
dijadikan sebagai salah satu media
pemasaran yang efektif (Siswanto,
2011).
Salah satu dari banyaknya media
sosial yang ada saat ini adalah instagram,
yang saat ini menunjukkan pertumbuhan
yang sangat pesat. Keberadaannyapun
potensial dijadikan sebagai pilihan
media iklan yang efektif di Indonesia.
Hasil survei yang dilakukan Global
WebIndex pada tahun 2014 menjelaskan
bahwa pertumbuhan pengguna
instagram di Indonesia mencapai 215
persen pada 2014. Pengguna aktif
instagram telah mencapai 400 juta
diseluruh dunia. Menunjukkan
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
3
kenaikkan 23 persen dibanding media
sosial lainya (Global Web Index, 2014).
Instagram sendiri merupakan sebuah
aplikasi berbagi foto yang
memungkinkan pengguna mengambil
foto, menerapkan filter digital, dan
membagikannya ke berbagai layanan
jejaring sosial (Solomoon, 2013).
Keunggulan instagram awalnya
hanya digunakan sebagai aplikasi
berbagi foto saja. Seiring dengan
kemajuan, instagrampun bertambah
fungsi sebagai tempat yang strategis
untuk memasarkan barang dagangan
mulai dari tas, sepatu, fashion bahkan
hingga makanan (Rahmawati, 2016).
Instagram dijadikan media iklan untuk
menampilkan produk maupun jasa yang
dijual oleh pengguna akun tertentu,
online shop, maupun akun khusus iklan
untuk online shop orang lain. Salah satu
bentuk iklan yang saat ini menunjukkan
perkembangan yang pesat adalah iklan
fashion, terlihat dengan semakin
banyaknya iklan tersebut tampil dilayar
instagram. Rasa terhiburpun bisa
didapatkan oleh pengguna akun
instagram, karena di dalamnya terdapat
berbagai gambar atau foto-foto produk
yang dapat menghibur penggunanya
(Endah & Ahmadi, 2015).
Saat ini keberadaan iklan
instagram didukung dengan adanya
endorser dan tampilan iklan dengan
gaya yang menarik dan trendi. Hal itu
dapat membuat konsumen tertarik
dengan iklan tersebut (Pratiwi, 2015).
Iklan di instagram berlomba-lomba
untuk berupaya agar apa yang
ditampilkan dapat menarik perhatian
dari pengguna instagram.
Media sosial mempuyai
keistimewaan tersendiri, dimana
penggunanya yang saling berinteraksi.
Seperti halnya dengan media sosial
bahwa seseorang saling berhubungan
dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitar, kelompok pertemanan, dan
keluarga yang kesemuanya merupakan
bentuk dari kelompok referensi.
Seseorang bisa mendapat informasi
tentang produk bukan hanya dari media
sosial saja, akan tetapi keberadaan
kelompok referensi juga bisa digunakan
sebagai pertimbangan dalam
menentukan keputusan pembelian.
Terkadang pengaruh informasi dari
keluarga, teman, lingkungan bisa sama
besarnya dengan pengaruh informasi
yang didapatkan dari iklan. Berbagai
informasi yang didapatkan dapat
mengurangi berbagai risiko pembelian
karena dianggap sudah berpengalaman
(Wulansari, 2015).
Putra dan Suyono (2014)
menyatakan bahwa iklan pada
facebook berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian pakaian. Secara
simultan variabel bebas yang digunakan
pada penelitian tersebut yaitu daya ingat
iklan online, frekuensi klik pada iklan
online dan sikap pada iklan online yang
ada pada facebook berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian. Hasil uji
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
4
secara parsial frekuensi klik pada iklan
online tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian
melaui media sosial Facebook.
Penelitian tersebut juga didukung
dengan penelitian lain yang dilakukan
oleh Yogesh dan Yesha (2014), Darban
& Li (2012) yang menyatakan bahwa
media sosial berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian.
Perbedaan penelitian dengan
sebelumnya terletak pada penggunaan
variabel iklan pada media sosial yang
berbeda yaitu instagram. Perbedaan lain
adalah pada penelitian ini tidak
memasukkan variabel yang sama seperti
Putra dan Suyono (2014) yaitu sikap,
daya ingat dan frekuensi klik terhadap
iklan. Variabel iklan media sosial dalam
penelitian ini diturunkan menjadi
beberapa indikator empiris yang akan
digunakan untuk mengukur pengaruh
iklan terhadap keputusan pembelian.
Selain itu pada penelitian ini, peneliti
menambahkan satu variabel yaitu
reference group atau kelompok acuan,
yaitu setiap orang atau sekelompok
orang yang dianggap sebagai rujukan
bagi seseorang dalam membentuk
nilai-nilai dan sikap umum atau khusus
atau pedoman khusus bagi perilaku
(Shiffman dan Kanuk, 2007).
Menurut Marghaniyata (2012)
beberapa kelompok keanggotaan dalam
reference group adalah kelompok primer
seperti, keluarga, teman sebaya, tetangga,
dan rekan kerja yang berinteraksi secara
terus menerus dan bersifat informal.
Kelompok sekunder seperti asosiasi atau
organisasi tertentu, bersifat formal dan
interaksi yang minim. Dari beberapa
kategori yang disebutkan, teman sebaya
adalah salah satunya. Menurut Agustina
(2015) teman sebaya merupakan
lingkungan terdekat setelah keluarga.
Hubungan kelompok acuan yang terjadi
dalam pertemananpun sangatlah kuat
(Banna, 2012). Peneliti terdahulu
mengenai pengaruh reference group
terhadap keputusan pembelian juga
sudah banyak dilakukan seperti Sianturi
et al., (2012); Reza & Valeecha (2013);
Rizal (2010) dan menyatakan bahwa
reference group berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian.
Penelitian tersebut membuktikan
bahwa sesungguhnya sikap dari
reference group dalam proses keputusan
pembelian adalah adanya kebutuhan
akan informasi. Teman sebaya sebagai
salah satu sumber informasi dianggap
sebagai acuan yang tepat dalam
menentukan keputusan pembelian
produk fashion casual melalui
instagram. Intensitas bertemu,
kemudahan akses, termasuk kemudahan
dalam komunikasi menjadikan teman
dijadikan sebagai sumber referensi yang
mudah dicari. Berdasarkan penjelasan
diatas adapun tujuan pada penelitian ini
adalah untuk menguji pengaruh iklan di
media sosial instagram dan reference
group terhadap keputusan pembelian
produk fashion casual.
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
5
Persoalan Penelitian
Berdasarkan penjelasan yang
telah dijabarkan diatas, maka peneliti
merumuskan persoalan penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah iklan di media sosial
instagram berpengaruh terhadap
keputusan pembelian produk fashion
casual ?
2. Apakah reference group berpengaruh
terhadap keputusan pembelian produk
fashion casual ?
2. Landasan Teori
2.1 Iklan Media Sosial
Iklan adalah salah satu bentuk
sajian yang memuat berbagai promosi
ide-ide, barang atau produk dan jasa
yang dilakukan oleh sponsor tertentu
(Viciana, 2014). Kotler dan Keller (2012)
juga mengatakan bahwa,
Masyarakat Periklanan Indonesia
menjelaskan bahwa iklan digunakan
sebagai media atau alat yang digunakan
untuk menyampaikan segala
macambentuk pesan tentang suatu
produk atau jasa yang ditujukan kepada
sebagian atau seluruh masyarakat
(Viciana, 2014). Didalam menciptakan
sebuah komunikasi yang baik dan tepat
kepada konsumen, media sosial
mempunyai peran penting sebagai
medianya (Siswanto, 2013). Kotler
(2008) mengungkapkan terdapat dua
jenis media yaitu cetak dan elektronik.
Media cetak adalah media yang secara
langsung dapat terlihat dan tidak ada
bantuan alat lainya seperti koran dan
majalah. Media elektronik adalah media
yang dalam menggunakanya diperlukan
bantuan untuk mengakses atau
menerimanya. Termasuk dibutuhkan
sentuhan teknologi dalam mengaksesnya.
Contohnya adalah radio, televisi dan
internet termasuk media sosial
didalamnya. Media sosialpun saat ini
dijadikan sebagai media baru untuk
mengenalkan produk atau jasa kepada
masyarakat. Peter dalam Viciana (2014)
juga berpendapat terkait iklan media
sosial bahwa,
“social media ads reach the audience in
which you’ve invested a lot of money and
time in to nurturing you can see which
audience are engaging the most, so you
can ensure that your ads are being
bought correctly and you’re actually
growing your fan based on true data”.
Mubarok (2014) juga
mendefinisikan iklan media sosial
sebagai iklan elektronik yang
menggunakan sebuah aplikasi untuk
dapat diakses, dan digunakan oleh
pemasar untuk kemudian disampaikan
kepada konsumen. Sedangkan media
sosial instagram sendiri merupakan
sebuah aplikasi untuk sharing foto yang
membuat user untuk mengambil foto,
menerapkan filter digital, dan
membagikannya ke berbagai layanan
jejaring sosial (Solomoon, 2013).
Instagram sudah memulai untuk
membuka layanan iklan seperti iklan
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
6
jasa, fashion, makanan dan iklan lainya
pada Oktober tahun 2013 (Panji, 2013).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa iklan pada
media sosial ditujukan untuk menarik
perhatian atau menjangkau konsumen
melalui aplikasi atau situs web yang
diharapkan akan meningkatkan
kesadaran seseorang terhadap
produk-produk atau jasa yang
ditampilkan.
2.2 Reference Group
Sumawarman (2004)
mendefinisikan reference group atau
kelompok acuan sebagai seorang
individu atau sekelompok orang yang
bisa memberikan pengaruh kepada
perilaku seseorang. Kelompok referensi
terkadang bisa memberikan sebuah
standar dan nilai yang dapat menjadi
penentu seseorang untuk berfikir dan
bersikap. Kaitanya dalam pemasaran,
kelompok referensi adalah kelompok
yang berfungsi sebagai referensi bagi
seseorang dalam keputusan pembelian
dan konsumsi sehingga akan terjadi
interaksi dan komunikasi didalamnya
(Fatharani et al., 2009). Pendapat lain
disampaikan oleh Shiffman dan Kanuk
(2007) yang mendefinisikan reference
group yaitu setiap orang atau
sekelompok orang yang keberadaannya
bisa dijadikan sebagai perbandingan
bagi seseorang dalam membentuk nilai,
sikap atau pedoman khusus.
2.3 Keputusan Pembelian
Di dalam proses pembelian yang
dilakukan oleh konsumen, proses untuk
menentukan pembelian di dalamnya
terdapat berbagai hal, seperti di dalam
memutuskan apa, kapan, dimana, dan
bagaimana melakukan pembelian
(Kharista, 2014). Menurut Kotler dan
Keller (2008), keputusan pembelian
adalah tindakan dari konsumen terhadap
produk untuk membelinya atau tidak.
Terdapat lima tahapan dalam proses
keputusan pembelian yang di sampaikan
oleh Kotler dan Keller (2008) yaitu (1)
pengenalan masalah, (2) pencarian
informasi. (3) evaluasi alternatif, (4)
keputusan membeli atau tidak, (5)
perilaku paska pembelian.
Keputusan pembelian menurut
Setiadi (2003) adalah proses integritas
untuk mengkombinasikan pengetahuan
untuk mengevaluasi dua atau lebih
alternatif dan memilih satu diantaranya.
Adanya pilihan-pilihan tersebut, maka
seseorang akan dihadapkan dengan
berbagai proses pertimbangan dan upaya
untuk mendapatkan kepastian dalam
menentukan sebuah keputusan
pembelian. Jadi dapat disimpulkan
bahwa keputusan pembelian merupakan
sebuah proses penentuan keputusan saat
dihadapkan dengan banyak pilihan yang
ada (Nathalia dan Mulyana 2014).
2.4 Kaitan antar konsep
Pengaruh iklan di media sosial
instagram terhadap keputusan
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
7
pembelian produk fashion casual.
Pada saat ini keberadaan media
sosial bisa dikatakan sebagai salah satu
media promosi baru bagi perusahaan.
Viciana (2014) mengungkapkan bahwa
iklan media sosial ditujukan untuk
menarik perhatian atau menjangkau
konsumen melalui situs web yang
diharapkan akan meningkatkan
kesadaran konsumen terhadap
produk-produk perusahaan. Seperti hasil
survei yang dilakukan oleh Web Global
Index pada 2014 yang menjelaskan
bahwa kenaikkan pengguna instagram
di Indonesia mencapai 215 persen
dibanding dengan media sosial yang
lainya. Hasil ini menunjukkan bahwa
media sosial memiliki peluang atau
potensi sebagai media beriklan dan
pemasaran yang efektif (Siswanto, 2011).
Endah & Ahmadi (2015)
mengungkapkan bahwa seiring
perkembangan, instagram bukan hanya
dijadikan sebagai media berbagi foto
saja akan tetapi telah bertambah fungsi
sebagai media baru untuk beriklan atau
berjualan berbagai produk termasuk
fashion casual. Iklan yang ditampilkan
di instagram saat ini didukung dengan
adanya endorser, gaya yang trendi,
produk yang up to date, komposisi
warna sertaprogram promosi yang
menarik. Adanya iklan fashion casual
yang menarik maka hal itu akan dapat
mempengaruhi sikap seseorang,
sebagaimana dengan tujuan iklan yaitu
untuk membuat seseorang agar dapat
tertarik (Pratiwi, 2015). Putra (2014)
juga mengungkapkan bahwa iklan yang
memiliki daya tarik akan dapat
mempengaruhi sikap seseorang didalam
menentukan keputusan
pembelianmelalui media sosial.
Penjelasan tersebut didukung dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Yogesh dan Yesha (2014), Darban & Li
(2012) dan Putra dan Suyono (2014)
yang mengemukakan bahwa iklan pada
media sosial berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian seseorang.
Iklan yang selama ini tampil melalui
media sosial berkontribusi terhadap
keputusan pembelian seseorang untuk
membeli produk fashion .
Berdasarkan teori dan kaitan konsep
yang sudah diuraikan diatas, maka dapat
disusun hipotesis sebagai berikut:
H1: Iklan di media sosial instagram
berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk fashion casual.
Pengaruh reference group terhadap
keputusan pembelian produk fashion
casual
Di dalam menentukan sebuah
keputusan pembelian, terkadang ada
pihak lain yang memberikan informasi,
pengalaman atau bahkan dapat
membantu seseorang didalam
menentukan sebuah pilihan.
Sumawarman (2004) mendefinisikan
reference group atau kelompok acuan
sebagai seorang individu atau
sekelompok orang yang secara nyata
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
8
mempengaruhi perilaku seseorang.
Dilihat dari perspektif pemasaran,
kelompok referensi adalah kelompok
yang berfungsi sebagai referensi bagi
seseorang dalam keputusan pembelian
dan konsumsi (Fatharani et al., 2009).
Seseorang saat dalam keadaan atau
situasi tertentu terkadang perlu
menjadikan pihak lain sebagai sumber
acuan, dengan tujuan agar seseorang
tersebut bisa mendapatkan kepastian
bahkan keamanan. Penjelasan diatas
juga didukung dengan
penelitian-penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sianturi et al., (2012);
Reza & Valeecha (2013); Rizal (2010)
dan menyatakan bahwa reference group
berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian. Berdasarkan teori dan kaitan
konsep yang sudah diuraikan diatas,
maka dapat disusun hipotesis sebagai
berikut.
H2: Reference group berpengaruh
terhadap keputusan pembelian produk
fashion casual.
Gambar 1. Model Penelitian
Sumber : Modifikasi dari Putra dan Suyono (2014) dan Sianturi et al., (2012).
3. METODE PENELITIAN
Jenis Data, Sumber Data dan
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner kepada responden yaitu
mahasiswa. Guna memperoleh data
primer yang diperlukan, teknik yang
digunakan adalah dengan pengisian
kuesioner.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa yang pernah melakukan
pembelian produk fashion casual
melalui media sosial instagram. Teknik
yang digunakan adalah purposive
sampling dengan kriteria yaitu sudah
mempunyai akun instagram dan pernah
melakukan pembelian dengan batasan
waktu enam bulan terakhir. Diharapkan
dengan teknik tersebut akan
mempermudah dalam penelitian. Sampel
atau responden dalam penelitian ini
Iklan di media sosial
Reference Group
Keputusan
Pembelian (Y)
H1
H2
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
9
yaitu mahasiswa UKSW Salatiga.
Peneliti menetapkan jumlah minimal
sampel pada penelitian ini yaitu
sebanyak 150 orang (Malhotra, 2007).
Metode Analisis Data
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas diketahui dengan
melihat korelasi antara skor
masing-masing item dalam kuesioner,
dengan total skor yang ingin diukur
yaitu menggunakan Coefficient
Corelation Pearson dalam SPSS.
Selanjutnya adalah uji reliabilitas yang
merupakan alat untuk mengukur
kuesioner yang merupakan indikator
dari variabel. Jika alpha cronbach> 0.6
maka dikatakan reliable, dikatakan
reliable jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten
(Wisnubroto dan Freitas 2013).
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik pada penelitian ini
terdiri dari uji normalitas, uji
multikoliniaritas dan uji
heteroskedastisitas. Untuk mengetahui
apakah data normal atau tidak dapat
diketahui dengan melakukan uji
kolmogrov-sminornov. Berdasarkan
kriteria p-value (asymp. sig) > 0.05
menunjukkan bahwa data terdistribusi
normal dengan nilai signifikan yaitu
Asymp. Sig sebesar 0.668.
Uji multikolinearitas, yang
digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk, ditemukan
korelasi yang lebih tinggi atau sempurna
diantara variabel bebas atau tidak. Hal
tersebut dapat diketahui dengan
menggunakan metode Variance Inflation
Factor atau VIF. Hasil uji menunjukkan
variabel iklan di media sosial instagram
dan reference group tidak
menunjukkan gejala multikolinieritas,
yaitu tidak adanya nilai tolerance yang <
5% yaitu 0.939 dan nilai VIF yang >
10 yaitu 1.064.
Uji heteroskedastisitas
digunakan untuk mengetahui terjadi
tidaknya ketidaksamaan varians dari
residual dalam sebuah model regresi.
Pada hasil uji ini nilai signifikan
diketahui dari nilai residu yang di
absolute-kan dan menjadi positif atau
disebut (ABS_RES). Heteroskedastisitas
tidak terjadi apabila nilai dari
signifikansi lebih besar dari alfa. Hasil
uji yang dilakukan pada lampiran III
Tabel 12, menunjukkan bahwa kedua
variabel memiliki nilai signifikansi lebih
dari alfa. Variabel iklan di media sosial
instagram (0.290) sedangkan reference
group (0.074).
Uji Hipotesis
Hipotesis adalah penjelasan yang
hanya bersifat sementara dan masih
perlu dibuktikan melalui sebuah
penelitian (Azwar, 2005).
Regresi Linier Berganda
Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, untuk menjawab
permasalahan penelitian digunakan
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
10
analisis regresi berganda yang
merupakan analisis hubungan antara
variabel bebas (iklan di media sosial
instagram) dan reference group kepada
variabel terikat (keputusan pembelian).
Y = βı X ı + β2 X2+ e
Keterangan :
Y = Keputusan pembelian
βı, β2 = Koefisien regresi
Xı = Iklan di media sosial
X2 = Reference Group
e = Residual atau prediction
Error
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan (pre-test)
dilakukan kepada 30 responden yang
bertujuan untuk mengetahui apakah
responden memahami pernyataan yang
ada dalam kuesioner. Tahap selanjutnya
adalah diuji validitas dan reliabilitas dari
masing-masing item indikator
pernyataan. Jumlah sampel yang
digunakan adalah 30, dan dikatakan
valid jika nilai dari corrected item-total
correlation ≥ 0.361 dan dinyatakan
reliabel jika nilai dari Cronbach’s
Alpha> 0.6 (Hair et al., 2010).
Berdasarkan hasil perhitungan, dari 21
pernyataan dalam kuesioner ditemukan
8 item pernyataan yang tidak valid.
Delapan pernyataan tidak memenuhi
syarat, karena nilai dari corrected
item-total correlation kurang dari nilai r
tabel (≥ 0.361), sehingga pada akhirnya
pernyataan yang tidak valid tersebut
dihilangkan dengan menghapus dari
daftar pernyataan dalam kuesioner.
Pernyataan-pernyataan yang tidak valid
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Item Pernyataan Yang Tidak Valid
No. Pernyataan
1. Teman memberikan penilaian (standar) tertentu terhadap fashion casual yang dijual di
2. Teman saya secara aktif membagi informasi tentang fashion casual yang dijual di instagram
3. Saya memperhatikan informasi iklan fashion casual di instagram
4. Saya memperhatikan penjelasan iklan mengenai kualitas fashion casual di instagram
5. Saya memperhatikan layanan yang ditawarkan fashion casual yang saya beli melalui instagram.
6. Saya memperhatikan harga fashion casual yang dijual di instagram
7. Saya memprioritaskan untuk membeli produk fashion casual melalui instagram
8. Saya mengevaluasi fashion casual yang saya beli, setelah saya terima.
Sumber: Data diolah 2016
Selanjutnya adalah uji reliabilitas,
nilai cronbach’s alpha dari variabel iklan
di media sosial instagram adalah sebesar
0.699. Nilai cronbach’s alpha untuk
variabel reference group adalah 0.679
dan untuk variabel keputusan pembelian
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
11
mempunyai nilai cronbach’s alpha
sebesar 0.687. Berdasarkan hasil
tersebut masing-masing variabel
dinyatakan reliabel. Hasil uji validitas
dan reliabilitas pada penelitian
pendahuluan dapat dilihat pada
(lampiran II). Demikian total item
pernyataan yang digunakan dalam
penelitian aktual adalah sebanyak 13
dari 21 pertanyaan. 5 butir pernyataan
untuk variabel iklan di media sosial
instagram, 4 butir pernyataan untuk
variabel reference group dan 4 butir
pernyataan untuk variabel keputusan
pembelian, sedangkan 8 pernyataan
gagal karena tidak sesuai dengan
kriteria.
4.2 Penelitian Aktual
Pada tahap ini peneliti menyebar
kuesioner sebanyak 150 kuesioner
kepada responden, dengan kriteria yang
sama dengan penelitian pendahuluan.
4.2.1.1 Gambaran Umum Responden
Berdasarkan 150 kuesioner
yang diberikan kepada mahasiswa
UKSW Salatiga dapat dijelaskan
karakteristik responden sebagai berikut:
Tabel 3. Karakteristik Responden
Karakteristik Rincian Jumlah Persentase(%)
Usia < 18 Tahun
18-20 Tahun
>20 Tahun
Total
1
94
55
150
0.6%
62.7%
36.7%
100%
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Total
49
101
150
33%
67%
100%
Lama menjadi followers
<1 Tahun
>1 Tahun
>2 Tahun
Total
16
48
86
150
11%
32%
57%
100%
Frekuensi membuka
< 3 Kali dalam sehari
4-7 Kali dalam sehari
>7 Kali dalam sehari
Total
30
58
62
150
20%
39%
41%
100%
Frekuensi Pembelian
selama 6 bulan terakhir
1-3 Kali
117 78%
4-6 Kali 20 13%
7-10 Kali
Total
13
150
9%
100%
Sumber : Data diolah, 2016
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
12
Berdasarkan tabel 3 dapat
diklasifikasikan responden ke dalam
beberapa karakteristik yaitu : usia, jenis
kelamin, lama menjadi follower
instagram, frekuensi membuka
instagram, dan intensitas pembelian
produk fashion melalui instagram,
dengan memberikan batasan waktu
pembelian yaitu selama 6 bulan terakhir.
Berdasarkan jenis kelamin sebanyak
67% merupakan perempuan.
Berdasarkan karakteristik usia
didapatkan hasil bahwa sebanyak 62.7%
adalah pengguna dengan usia 18-20
tahun. Responden berdasarkan kriteria
lama menjadi follower instagram
didapatkan hasil yaitu sebanyak 57%
sudah >2 tahun menjadi follower.
Frekuensi membuka instagram sebanyak
41% membuka > 7 kali perhari.
Rata-rata pembelian fashion melalui
instagram yaitu sebanyak 3 kali dengan
didominasi sebanyak 78% membeli
antara 1-3 kali dalam 6 bulan terakhir.
Selanjutnya dijelaskan hasil penelitian
dengan menggunakan data deskriptif
statistik. Data tersebut didapatkan dari
jawaban responden terhadap pernyataan
dalam kuesioner yang telah disebar.
4.3.2 Uji Regresi Berganda
Analisis regresi ini dipergunakan
untuk menguji pengaruh dari variabel
iklan di media sosial instagram (X1) dan
reference group (X2) terhadap
keputusan pembelian (Y), dan berikut
hasilnya (Tabel 5)
Tabel 5. Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 466.458 2 233.229 53.145 .000b
Residual 645.115 147 4.389
Total 1111.573 149
Uji F dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas
yaitu iklan di media sosial instagram
dan reference group terhadap variabel
terikat yaitu keputusan pembelian secara
simultan.Hasil uji F dalam tabel Anova
menunjukkan nilai signifikan 0.000,
dengan hasil tersebut maka Ha diterima
yang menunjukkan ada pengaruh secara
simultan antara variabel bebas dan
variabel terikat.
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
13
Tabel 6. Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1.850
1.200
1.542 .125
iklan_di_media_sosi
al_instagram .316 .058 .351 5.415 .000
reference_group .396 .055 .465 7.172 .000
Dari hasil diatas secara parsial
diketahui bahwa kedua variabel yaitu
iklan dimedia sosial instagram (X1) dan
reference group (X2) berpengaruh
terhadap keputusan pembelian (Y).
Terlihat dari nilai signifikan kedua
variabel yaitu masing-masing 0.000 dan
kurang dari alfa sebesar 0.05.
Persamaan regresi berdasarkan tabel
diatas adalah sebagai berikut:
Y= 1.850+0.316X1+0.396X2,
dapat diinterpretasikan bahwa apabila
terjadi kenaikkan pada iklan dimedia
sosial instagram akan dapat
menyebabkan kenaikkan pada keputusan
pembelian. Semakin menarik iklan di
instagram akan menyebabkan kenaikkan
terhadap keputusan pembelian produk
fashion casual. Selanjutnya adalah
apabila reference group terjadi
kenaikkan maka juga akan
menyebabkan kenaikkan pada keputusan
pembelian. Semakin banyak dan
pastinya informasi dari sumber acuan
atau referensi yang didapat dari teman
sebaya akan menyebabkan kenaikkan
terhadap keputusan pembelian produk
fashion casual.
Berdasarkan kedua penjelasan
tersebut disimpulkan bahwa
masing-masing variabel berpengaruh
terhadap keputusan pembelian. Hal
tersebut juga dapat mengakibatkan
kenaikkan terhadap keputusan
pembelian. Penjelasan lain adalah bahwa
nilai dari koefisien regresi untuk
variabel iklan di media sosial instagram
adalah sebesar 0.316, sedangkan untuk
reference group adalah 0.396. Nilai dari
koefisien regresi untuk variabel
reference group lebih besar
dibandingkan dengan nilai koefisien
regresi iklan di media sosial instagram.
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
14
Tabel 7. Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .648a .420 .412 2.09488
Tabel 7 menunjukkan seberapa jauh pengaruh dari variabel iklan di media
sosial instagram dan reference group terhadap keputusan pembelian. Diketahui bahwa
keputusan pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh kedua variabel yaitu iklan di media
sosial instagram dan reference group dengan nilai Adjusted R Square = 0,412% atau
sebesar 41,2 %, sehingga sisanya yaitu sebesar 58,8% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Iklan di media sosial instagram
berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk fashion casual
Berdasarkan hasil dari uji
hipotesis terbukti bahwa iklan di media
sosial instagram berpengaruh terhadap
keputusan pembelian. Terlihat dari nilai
p-value sebesar (0.000) < 0.05. Hasil
signifikan tersebut menunjukkan bahwa
iklan yang selama ini ada di dalam
media sosial instagram berkontribusi
kepada keputusan pembelian fashion
casual. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yogesh dan Yesha
(2014), Darban & Li (2012) bahwa
media sosial dapat mempengaruhi
keputusan pembelian. Putra dan Suyono
(2014) menyatakan bahwa sikap
terhadap pembelian produk fashion
melalui media sosial dapat terlihat dari
intensitas pengguna terhadap membuka
akun media sosial itu sendiri.
Hal tersebut juga dijelaskan pada
Tabel 3 yang menjelaskan bahwa adanya
kesempatan untuk meluangkan waktu
sebanyak >7 kali dalam sehari untuk
membuka akun instagram yang
dimilikinya. Semakin sering membuka
akun instagram maka akan ada potensi
untuk membeli fashion casual melalui
iklan-iklan yang ditampilkan
didalamnya. Sama artinya bahwa bagi
mahasiswa yang sering belanja melalui
instagram akan sering membuka
akunnya untuk update terhadap
iklan-iklan produk fashion casual.
Ketertarikan membeli fashion
casual melalui instagram didukung
dengan semakin gencarnya promosi itu
sendiri. Terlihat dari peran iklan media
sosial yang tidak bisa lepas dari
upayanya untuk mengenalkan
produknya melalui semua media sosial
yang ada (Lubis, 2004). Adanya media
sosial dapat menjadikan semakin banyak
sumber referensi bagi mahasiswa untuk
membeli produk fashion casual yang
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
15
akan dibeli. Hal itu sejalan dengan
tujuan iklan melalui media sosial yaitu
untuk membuat siapapun penggunaya
agar tertarik dengan apa yang di
iklankan (Viciana, 2014).
Cara promosi yang ada dalam
iklan di instagram selama ini mampu
menarik perhatian mahasiswa. Seperti
yang terlihat dalam perolehan skor
rata-rata yang cukup tinggi yaitu 3.93
pada item pernyataan kuesioner yang
berbunyi “Promosi yang ada di iklan
instagram menarik ”. Menandakan
bahwa responden setuju bahwa promosi
yang digunakan dapat mempengaruhi
sikap terhadap keputusan pembelian
fashion casual. Mahasiswa merasa
bahwa setiap promosi yang ditampilkan
memberikan dampak positif terhadap
keputusan pembelian. Semakin baik cara
promosi akan dapat menjadi ketertarikan
tersendiri. Hasil regresi uji t pada Tabel 6
juga mendukung hal tersebut, dimana
dengan menampilkan iklan yang menarik
termasuk menampilkan promosi akan
dapat menyebabkan kenaikkan terhadap
keputusan pembelian.
Endah & Ahmadi (2015)
mengungkapkan jika perkembangan
pengguna instagram yang luar biasa saat
ini, dapat menjadi peluang bagi pelaku
bisnis online untuk menjadikan iklan di
media sosial instagram sebagai media
yang baru dan tepat untuk berbisnis.
Koneksi masyarakat terutama
mahasiswa terhadap internet melalui
smartphone saat ini sangatlah besar. Di
sisi lain keberadaan ini dimanfaatkan
pemasar yang menganggap bahwa
penggunaan media online terutama
instagram dianggap sebagai media yang
efektif dan low cost (Siswanto, 2011).
Hasil hipotesis diatas menunjukkan
bahwa aplikasi yang selama ini ada
terbukti mampu membuat follower
instagram untuk membeli produk
fashion casual yang dijual. Intensitas
follower untuk membuka instagram
semakin berpotensi besar untuk
menjadikan instagram sebagai salah satu
referensi utama bagi mahasiswa untuk
membeli produk fashion casual melalui
media sosial.
Intensitas yang dimaksud adalah
sama seperti yang terlihat pada Tabel 2
bahwa sebanyak 41% diantara
responden meluangkan waktu lebih dari
7 kali dalam sehari untuk membuka
instagram. Intensitas tersebut didukung
dengan perolehan skor rata-rata yaitu
3.94 pada butir pernyataan keempat
yang berbunyi “Tampilan iklan di
instagram menarik ”. Menjadikan
indikasi bahwa iklan yang selama ini
dilihat mampu menarik perhatian
mahasiswa untuk terus membukanya
dan bisa tertarik terhadap iklan yang
ditampilkan.
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
16
Tabel 3 juga menjelaskan bahwa
sebanyak 78% responden memutuskan
untuk membeli fashion casual melalui
instagram dengan rata-rata pembelian
sebanyak 3 kali dalam 6 bulan terakhir.
Semakin intens membuka instagram
maka akan semakin sering pula baik
sengaja maupun tidak untuk melihat
iklan didalamnya. Hal itu akan semakin
menarik perhatian apabila dalam iklan
yang ditampilkan juga menawarkan
program-program promosi yang menarik,
sehingga iklan dapat mengalihkan
perhatian pengguna instagram untuk
tertarik dan akhirnya membelinya. Iklan
instagram yang ada saat ini sangat
variatif baik dari segi komponen warna,
gaya bahasa, program promosi, dan
produk yang up to date. Di dalamnya
berisi penjelasan produk dan promosi
dengan tampilan yang menarik, seperti
yang ada dalam contoh berikut :
Gambar 2. Contoh iklan di instagram
Sumber: Instagram, 2016
Iklan yang ada dalam media
sosial instagram setidaknya terdiri lima
indikator penting. Seperti yang
disampaikan oleh peneliti terdahulu
yaitu (1) Kejelasan informasi (Lesmana,
2012). Pada iklan diatas kejelasan
informasi terlihat dari: (a) Informasi
mengenai jenis produk melalui gambar
yang ditampilkan yaitu fashion casual.
(b) Adanya program promosi yaitu
berupa buy I get one free dan program
ramadhan sale. (c) Kejelasan contact
person yang dapat dihubungi apabila
akhirnya tertarik dengan iklan yang
ditampilkan. (2) Gaya bahasa yang
disampaikan (Putra, 2014). Berdasarkan
contoh pada gambar 2 dan 3 bahasa
yang digunakan lebih ke bahasa anak
jaman sekarang. Gaya bahasa yang
digunakan dapat menyentuh segmen
pasar yaitu mahasiswa. Penggabungan
dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
17
bahasa Indonesia dan dengan
menambahkan istilah-istilah yang
mengikuti perkembangan jaman, dapat
menjadikan pengguna instagram lebih
mudah memahami maksud iklan.
(3) Informasi promosi (Putra,
2014). Pada gambar 2 dan 3 terlihat
bahwa program promosi disampaikan
dengan jelas dan detail. Seperti program
promosi buy one get one free dan
potongan harga terkait dengan
ramadhan sale yaitu dari Rp.175.000
menjadi Rp. 150.000. Selanjutnya
adalah kejelasan informasi terkait
batasan waktu berlakunya promosi itu
sendiri. (4) Tampilan konten ( Escalas
dan Reutgers dalam Suherman, 2011).
Penggunaan placing yang terdiri dari
tata letak gambar dan penulisan
informasi promosi dapat menjadi pusat
perhatian yang menarik. (5) Komposisi
warna (Escalas dan Reutgers dalam
Suherman, 2011).
Pada contoh gambar 2 terlihat
iklan di instagram diatas memberikan
efek dengan mendesain komposisi
warna dengan background yang menarik.
Penggunaan warna pada penulisan iklan
diatas jelas sehingga dengan
penggunaan warna yang berbeda
pembaca tidak akan hanya fokus pada
gambarnya saja, tetapi akan melihat isi
informasi dari iklan. Berdasarkan
indikator-indikator yang sudah
dijelaskan sebelumnya, menurut Putra
(2014) indikator pada gaya bahasa dan
informasi mengenai promosi termasuk
kedalam aspek daya tarik, dimana
tujuanya adalah dapat membujuk dan
dapat membangkitkan rasa ingin tahu.
Iklan dalam instagram diatas
juga masuk ke dalam kriteria yang
disampaikan oleh Tria (2012). Iklan
yang baik setidaknya terdiri dari lima
hal yaitu : simpel, relevan, dapat
membujuk konsumen untuk membeli,
dapat mengibur dan dapat diterima oleh
semua orang. Tampilan iklan diatas
terlihat simpel, dengan fokus
menampilkan produk, informasi terkait
tawaran promosi dan contact person
yang bisa dihubungi. Contoh iklan diatas
juga bersifat relevan, seperti yang
terlihat dari informasi produk yang
disampaikan, semua komponen baik
target pemasaran, cara promosi saling
terkait. Sasaran penjualan yaitu terhadap
anak muda, sehingga cara promosi
dibuat dengan mengikuti selera anak
muda. Iklan diatas berupaya untuk dapat
membujuk konsumen untuk membeli
dengan menampilkan program promosi
dan menampilkan link yang didalamnya
terdapat banyak foto pilihan produk.
Tampilan yang ada dan disampaikan
dengan jelas, baik maksud dan cara iklan
disampaikan kepada konsumen melalui
tampilan yang menarik.
4.3.2 Reference Group berpengaruh
terhadap keputusan pembelian
produk fashion casual
Hasil regresi pengaruh reference
group terhadap keputusan pembelian
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
18
menunjukkan hasil yang signifikan,
dilihat dari p-value variabel yang kedua
yaitu reference group sebesar (0.000),
nilai signifikansi (Sig.) < 0.05. Hasil
tersebut menjelaskan jika reference
group atau kelompok acuan mempunyai
kontribusi terhadap terjadinya keputusan
pembelian produk fashion casual
melalui media sosial instagram. Hasil
diatas didukung dengan
penelitian-penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sianturi et al., (2012);
Reza & Valeecha (2013); Rizal (2010)
dan menyatakan bahwa reference group
berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian. Sumawarman (2004) sendiri
mengemukakan bahwa reference group
dapat memberikan standar tertentu dan
secara nyata dapat mempengaruhi pola
perilaku seseorang. Kaitanya dengan
penelitian ini maka peran reference
group yaitu salah satunya teman bisa
dikatakan sebagai acuan terdekat bagi
mahasiswa didalam menentukan sebuah
keputusan pembelian fashion casual
yang akan dibeli. Intensitas pertemuan
terutama antar mahasiswa atau teman
lainya di lingkungan kampus maupun di
lingkungan lainya dapat dijadikan
momen untuk sharing informasi
mengenai produk fashion casual yang
dijual di instagram. Bahkan hal itu bisa
dilakukannya melalui gadget yang
dimilikinya. Pengguna akun instagram
dapat saling memberikan informasi dan
pengalaman kepada teman yang lainya
saat akan melakukan pembelian melalui
instagram.
Salah satu peran lain dari teman
yaitu bisa dimanfaatkan untuk joint
ketika dalam iklan di instagram terdapat
diskon atau program tertentu yang
melibatkan mereka, seperti promo
khusus untuk pelajar atau mahasiswa.
Sehingga akan ada komunikasi, baik
hanya untuk berbagi informasi saja atau
bahkan memutuskan untuk membelinya
secara bersama. Bagi mahasiswa
informasi yang didapatkan dari teman
bisa lebih terjamin, karena mereka sudah
dianggap mempunyai pengalaman
pembelian sebelumnya. Informasi yang
adapun bisa saja dapat mempengaruhi
keputusan pembelian. Penjelasan
mengenai informasi tersebut seperti
yang terlihat dalam perolehan skor
rata-rata pernyataan pada kuesioner butir
4 yang berbunyi ” Saya membutuhkan
informasi mengenai pengalaman teman,
terkait fashion casual yang saya beli
melalui instagram” yang mendapatkan
skor rata-rata sebesar 3.88. Banna (2012)
mengemukakan bahwa hubungan
kelompok acuan yang terjadi dalam
lingkungan pertemanan sangatlah kuat.
Pengalaman pembelian sebelumnya
dapat menjadikan pengaruh bagi
mahasiswa dalam memutuskan untuk
membeli atau tidak. Hal lain yang
kadang terjadi adalah mereka dapat
memutuskan untuk membeli dengan
tujuan-tujuan tertentu, seperti hanya
untuk mendapatkan saran atau informasi
terkait pengalamannya saja, bahkan
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
19
untuk membeli barang yang sama atau
dengan tujuan agar mendapatkan harga
yang lebih murah, sehingga akan terjadi
interaksi didalamnya. Termasuk terkait
selera terhadap fashion yang akan dibeli,
hal tersebut juga akan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian.
Terkadang dengan selera yang sama,
mereka akan dapat saling bertukar
pengalaman atau informasi mengenai
produk fashion casual yang akan di beli.
Selanjutnya item pernyataan
butir 3 yang berbunyi “Saya
membutuhkan pengetahuan dari teman
untuk fashion casual yang dijual di
instagram” mendapatkan skor rata-rata
yaitu 3.60. Sunanto dan Istiharini (2014)
berpendapat bahwa reference group
umumnya dapat mempengaruhi
seseorang dalam memilih dan tak jarang
melibatkan karakteristik pribadi dalam
memberikan pengetahuanya berupa
informasi kepada orang lain. Kaitanya
dalam aspek keyakinan dan kepastian
maka seseorang dan dalam hal ini
mahasiswa tak jarang menggunakan
informasi berupa pengetahuan dari
teman sebayanya yang akan dijadikan
referensi utama dalam pembelian produk
fashion casual di media sosial.
5. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Iklan di media sosial instagram
berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk fashion casual.
2. Reference group berpengaruh
terhadap keputusan pembelian
produk fashion casual.
5.1 Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini memperkuat
penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Putra dan Suyono
(2014) yang menyatakan bahwa
iklan di media sosial
berpengaruh terhadap keputusan
pembelian. Hasil ini juga
memperkuat penelitian Sianturi
et al., (2012) yang menyatakan
bahwa reference group
berpengaruh terhadap keputusan
pembelian.
5.2 Implikasi Terapan
Berdasarkan pembahasan diatas,
maka implikasi terapan dalam
penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi pemilik akun iklan maupun
akun online shop di instagram
harus lebih intens menampilkan
iklan, sehingga pengguna akun
instagram bisa lebih sering
melihatnya dan diharapkan bisa
untuk membelinya.
2. Iklan di instagram harus terus
berinovasi dengan menampilkan
produk fashion casual yang
terkini.
3. Mengoptimalkan aplikasi video
yang saat ini sudah bisa diakses
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
20
di instagram. Hal itu dapat
dijadikan sebagai cara beriklan
yang baru selain hanya
menampilkan gambar atau foto
saja, sehingga iklan tersebut akan
lebih mempunyai daya tarik dan
meningkatkan kepercayaan dari
konsumen.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan kalimat dalam
kuesioner penelitian. Hal
tersebut terjadi ketika indikator
pada variabel yang sudah
diambil dari penelitian
sebelumnya dan dirubah kedalam
pernyataan tetapi setelah diuji
masih ditemukan banyak item
yang tidak valid.
2. Terbatasnya publikasi jurnal atau
acuan mengenai iklan di media
sosial instagram.
5.4 Saran
1. Dalam penelitian selanjutnya
dapat mencari
indikator-indikator yang lainya
terhadap variabel yang sama, dan
membuatnya ke dalam item
pernyataan yang lebih jelas.
2. Pada penelitian selanjutnya dapat
menggunakan objek media sosial
yang lainya, seperti Path atau
lainya.
3. Penelitian selanjutnya dapat
menguji bukan terhadap
keputusan pembelian saja, akan
tetapi bisa juga terhadap variabel
lain seperti minat beli, intensitas
pembelian, kepuasan konsumen
maupun variabel lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R. D. (2015). Pengaruh Teman Sebaya, Lingkungan Keluarga Dan
Motivasi Belajar Terhadap Disiplin Belajar Akuntansi Siswa Kelas X1
Akutansi SMK Gatra Praja Pekalongan Tahun Ajaran 2014/2015. Jurusan
Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Semarang .
Azwar, S. (2005). Signifikan Atau Sangat Signifikan. Buletin Psikologi UGM, Vol. 13
No. 1, Juni 2005. Hal. 38-44.
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
21
Banna, M. G. (2012). Analisis Pengaruh Motivasi, Pelanggan, Harga,Dan Kelompok
Acuan Terhadap Loyalitas Pelanggan Di Mulawarman Futsal, Banyumanik,
Semarang. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro
Semarang .
Dharma, A., (2013). Store Atmosphere Sebagai Stimuli Minat Beli Konsumen
Generasi Y. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen Vol 2, No 4.
Edbert, S., Tumbel, A., & Tumbuan, W. A. (2014). Pengaruh Image, Harga, Iklan, Dan
Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Pasta Gigi
Pepsodent Di Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado Vol.2 No.3 ,
1035-1044.
Endah, R. N., & Ahmadi, D. (2015). Peranan Media Instagram dalam Membuka
Bisnis Online Shop. Prodi Public Relation , Fakultas Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Bandung .
Fatharani, A., Lubis, N., & Dewi, R. S. (2009). Pengaruh Gaya Hidup ( Life
Style ), Harga (Price), dan Kelompok Referensi ( Reference Group) terhadap
Keputusan Pembelian Telepon Seluler Blackberry. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Diponegoro .
Ghozali, Imam. (2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro .
Goseldia, O. K. (2011). Analisis Varian Pengaruh Interaksi Harga Dan Citra Merek
Terhadap Keputusan Pembelian Keputusan Pembelian . Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro .
Hair, J.F., et al., (2010). Multivariate data analysis.(7th edition). New Jersey :Pearson
Education Inc.
Kharista, R. (2014). Pengaruh Iklan, Merek, dan Persepsi Harga Terhadap Keputusan
Pembelian Rokok Gudang Garam. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro .
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller (2008), Manajemen Pemasaran (Edisi Kedua
Belas), Cetakan Ketiga, PT. Indeks, Jakarta.
Keller, Philip. dan Kevin Lane Keller K. (2012). Marketing Management 12th
Pearson Edition.
Lesmana, I Gusti Ngurah Aditya. (2012). “Analisis Pengaruh Media Sosial Twitter
Terhadap Pembentukan Brand Attachment”. Universitas Indonesia.
Li, Wei & Darban, Ayda. (2012). The Impact of online social network on consumer's
purchase decision. Master's Thesis in Business Administration .
Lubis, A. N. (2004). Strategi Pemasaran Dalam Persaingan Bisnis. Program Studi
Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara .
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
22
Maholtra, N. K. (2007). Marketing Researchan Applied Orientation 5th edition. New
Jersey Pearson Education .
Marghaniyata, N. (2012). Peran Reference Group Dalam Purchase Decision (Studi
deskriptif kualitatif pada Pengguna Produk Asus Mahasiswa Farmasi
Universitas Gajah Mada Yogyakarta). Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta .
Mubarok, Husni. 2014. “ Jejaring Sosial Sebagai Media Komunikasi Pemasaran ”.
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga.
Natalia, P., & Mulyana, M. (2014). Pengaruh Periklanan Dan Promosi Penjualan
Terhadap Keputusan Pembelian. Program Studi Manajemen, Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Kesatuan .
Nugraha, M. N. (2010). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Dan Iklan
Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha Pada Harpindo Jaya
Cabang Ngaliyan. Fakultas Ekonomi Universitas Dipinegoro .
Panji, Aditya. (2013). Instagram makin cepat mencari uang dari
iklan.www.cnnindonesia.com. Di akses pada 4 Mei 2016.
Paramita, E., L., (2009). “Anak sebagai Future Market: Studi Autobiographical
Memory”. Thesis. Salatiga: Magister Manajemen Universitas Kristen Satya
Wacana. Salatiga. Dipublikasikan.
Peter, J Paul., and Olson., Jerry C., (2000). Consumer Behavior: Perilaku
Konsumen dan Strategi Pemasaran. Terjemahan Damos Sihombing. Jakarta:
Jilid 1. Edisi 4, Erlangga.
Pratiwi, Tiara Rista. (2015). Terpaan Iklan, Penggunaan Celebrity Endorser dan
Minat Beli (Studi Pengaruh Terpaan Iklan Kaffah di Instagram dan
Penggunaan Celebrity Endorser pada Iklan Kaffah di Akun @kaffahsysj
terhadap Minat Beli pada Follower Akun @kaffahbysj).Jurnal Kommas
FISIPOL UNS, Surakarta.
Putra, A. R. (2014). Analisis Pengaruh Daya Tarik Pesan Iklan, Persepsi
Kemanfaatan, Citra Merek pada Media Sosial Twitter Terhadap
Pembentukan Brand Awareness. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro .
Putra, H. A.& Suyono (2014). Pengaruh Iklan Online Melalui Media Facebook
Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Mahasiswa .Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Trunojoyo.
Rahmawati, D. (2016). Pemilihan Dan Pemanfaatan Instagram Sebagai Media
Komunikasi Pemasaran Online. Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta .
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
23
Reza, S. & Valeecha A. (2013). Influence of Social Reference Groups on Automobile
Buying Decision – Research on Young Executives. World Review of Business
Research Vol. 3. No. 4 , 197 – 210 .
Rizal, A. (2010). Analisis Pengaruh Grup Referensi Dan Keluarga Terhadap
Keputusan Pembelian Ponsel Qwerty. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta .
Solomoon, D. K. (2013). Instagram, Ketika Foto Menjadi Mediator Komunikasi
Lintas Budaya Di Dunia Maya. Universitas Airlangga Surabaya .
Sanusi, M. (2015). Peran Media Sosial Dalam Menjaga Loyalitas Pelanggan. Progam
Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta .
Schiffman, L. & Kanuk, L L. (2007). Perilaku Konsumen. Jakarta: PT.Indeks.
Setiadi, Nugroho. (2003). Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi Untuk
Strategi Penelitian Pemasaran. Edisi 1.Jakarta : Prenada Media.
Sianturi, E., Erida, & Nifita, A. T. (2012). Pengaruh Kelompok Referensi Dan Gaya
Hidup Terhadap Keputusan Menggunakan Blackberry. Fakultas Ekonomi
Universitas Jambi Vol 1 No.2 .
Siswanto, T. (2013). Optimalisasi Sosial Media Sebagai Media Pemasaran Usaha
Kecil Menengah. Jurnal Liquidity Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka Vol.2, No. 1, hlm. 80-86 .
Suherman, P. (2011). Analisis Pengaruh Efektifitas Iklan Internet Dan Kelompok
Referensi Terhadap Persepsi Kualitas Dan Dampaknya Tehadap Niat Beli
Produk Blackberry. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah .
Sumawarman, Ujang. (2004). Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapan dalam
Pemasaran: Ghalia Indonesia.
Sunanto, S. & Istiharini (2014). Perilaku Berbelanja Fashion Tradisional Indonesia:
ancendents dan konsekuensi dari involvement konsumen (Studi pada Tenun
Songket Palembang). Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan .
Tria, B. F. (2011). Strategi Kreatif Dalam Membuat Iklan Yang Baik Dan Efektif
Brandconcept Communications Semarang. Universitas Sebelas Maret
Surakarta .
Viciana, P. (2014). Pengaruh Iklan Melalui Social Media Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Maicih. Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas
Widyatama .
Wifimu.Com, (2015). “ Trend Pengguna Media Sosial 2015 Oleh Global Web Index ”.
2nd
NCBMA (Universitas Pelita Harapan, Indonesia)
“Transparency, Accountability, and Managerial Integrity for Business Competitiveness”
26 Oktober 2017, Tangerang.
24
Diakses dari"http://wifimu.com/trend-pengguna-media-sosial-2015 . Tanggal
akses (20/09/2015)
Wisnubroto, P., & Freitas, J. M. (2013). Strategi Pemasaran Guna Meningkatkan
Volume Penjualan Dengan Pendekatan Technology Atlas Project Method.
Jurnal Teknologi Fakultas Teknik Industri AKPRIND Yogyakarta Vol 6 ,
161-168 .
Wulansari, K. B. (2015). Pengaruh Terpaan Iklan Promosi Penjualan Melalui Media
Sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram) dan Reference Group Terhadap
Minat Belanja Secara Online. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro .
Yogesh, F. a. (2014). Effect of Social Media on Purchase Decision. Pacific Business
Review International Volume 6, Issuue