Hiperemesis Gravidarum

download Hiperemesis Gravidarum

of 60

Transcript of Hiperemesis Gravidarum

all about Henny Rabu, 04 Januari 2012hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai dari konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Dari peristiwa kehamilan dikenal dengan istilah primigravida dan multigravida. Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kali sedangkan multigravida adalah ibu hamil yang sebelumnya sudah pernah hamil lebih dari satu kali. Dalam proses kehamilan terjadi perubahan anatomi fisiologi, selain perubahan tersebut ibu hamil mengalami ketidaknyamanan dalam kehamilan seperti kelelahan, keputian, ngidam, sering buang air kencing dan emesis gravidarum (Kusmiyati, 2009:123). Keluhan yang paling umum dirasakan pada ibu hamil adalah emesis gravidarum.Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada ibu hamil trimester I. Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malan hari. Emesis gravidarum kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk yang disebut hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2005:275).

Emesis gravidarum merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang berkaitan dengan kehamilan. Akan tetapi dokter obstetri dan dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak berdaya untuk mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal diawal kehamilan tanpa mengetahui dampak hebat yang ditimbulkan pada wanita dan keluarga mereka (Tiran, 2009:2).Kejadian emesis gravidarum dialami oleh sebagian besar ibu hamil baik primigravida maupun multigravida. Emesis gravidarum terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida (Prawirohardjo, 2005:275). Sekitar 70% wanita hamil akan mengalami rasa mual. Rasa mual ini dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat, namun sekitar 12% ibu hamil mengalaminya sampai sembilan bulan (Jimenez, 2000:31). Power et al (2001) mencatat 51,4% wanita mengalami mual dan 9,2% wanita mengalami muntah (Tiran, 2009:2). Hasil survei pendahuluan di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung, pada bulan Desember 2010 ada 20 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan ada 10 ibu hamil trimester I yang diwawancara didapatkan sebanyak 6 ibu hamil primigravida (60%) yang mengalami emesis gravidarum dan 4 ibu hamil multigravida atau grandemultigravida (40%) yang tidak mengalami emesis gravidarum.

Pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan (Prawirohardjo, 2005:275).Pada awal kehamilan terjadi peningkatan kadar hormon beta HCG (hormon Chorionic Gonadotropin) yang berfungsi untuk menjaga kehamilan sebelum plasenta terbentuk. Hormon HCG memicu tingginya produksi asam lambung, sehingga ibu hamil merasa seperti orang sakit maag dengan gejala kembung, mual, muntah, dan nyeri ulu hati. Hormon HCG juga mengurangi gerakan lambung dan usus. Peningkatan hormon beta HCG disertai peningkatan sensitifitas wanita hamil terhadap bau akibat efek hormon progesteron yang juga meningkat semasa hamil, terkadang menyebabkan mual dan muntah hebat pada masa awal kehamilan (Utami, 2008:3).Emesis gravidarum merupakan tanda fisik dari penolakan psikologis terhadap kehamilan. Muntah yang sangat berlebihan selama kehamilan disebut hiperemesis gravidarum yang dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Penderita hiperemesis gravidarum tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim, oleh karena itu hiperemesis gravidarum harus dicegah dan mendapat pengobatan (Prawirohardjo, 2005:275).Alasan peneliti melakukan penelitian di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung karena cakupan ANC yang cukup banyak khususnya ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum. Selain itu masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang hal-hal yang bisa mengganggu kehamilan dan cara menanganinya misalnya emesis gravidarum. Sebagian besar wanita akan berupaya untuk mengatasi sendiri gejala yang mereka rasakan, kadang meminta saran dari bidan, dokter umum atau ahli obstetri mereka, meskipun Dilorio et al (1994) menemukan bahwa praktisi medis melihat wanita sebagai sumber informasi primer berkenaan dengan masalah yang mereka rasakan. Pendekatan professional tenaga kesehatan memasukan saran untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah sedikit, namun sering untuk mempertahankan kadar gula darah. Saran ini mencakup banyaknya anjuran untuk memakan biskuit kering atau sepotong roti bakar sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari (Tiran, 2009:25). Penderita diberi makan-makanan yang ringan mudah dicerna dan diberikan penjelasan bahwa keadaan ini masih dalam batas normal (Kusmiyati, 2009:94).Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik meneliti Hubungan antara Status Gravida dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu Bagaimanakah hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I?.1.3 Tujuan penelitian1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi status gravida pada ibu hamil trimester I.1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.1.4 Manfaat penelitian1.4.1 Bagi RespondenDengan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi klien agar mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi emesis gravidarum agar tidak berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum.

1.4.2 Bagi Bidan Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai acuan dalam peningkatan pelayanan yang lebih optimal.1.4.3 Bagi Institusi PendidikanDengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan teori dalam proses pendidikan.1.4.4 Bagi Tempat PenelitianDengan adanya penelitian ini diharapkan tempat pelayanan dapat memberikan penanganan tentang emesis gravidarum agar tidak berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Status Gravida2.1.1 Definisi Gravida ialah seorang wanita yang hamil (Oxorn, 2010 : 58).2.1.2 Pembagian2.1.2.1 Primigravida Adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya.2.1.2.2 Multigravida Adalah seorang wanita yang hamil lebih dari dua kali atau lebih.2.1.2.3 Grandemultigravida Adalah seorang wanita yang hamil lebih dari lima kali.2.1.3 Penentuan Graviditas / Paritas.2.1.3.1 Jika menggunakan sistim Gravida / para 2-digit1) Gravida:Menunjukkan berapa kali seorang wanita pernah hamil. Bila saat ini hamil, kehamilannya masuk hitungan.2) Para :Menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung sebagai satu kali kehamilan. Jika janin lahir mati, namun sudah melewati usia viabilitas, usia tersebut masuk hitungan paritas.2.1.3.2 Jika menggunakan sistim 4-digit, perhitungan paritas klasik:1) Digit pertama:Jumlah kehamilan cukup bulan yang dilahirkan seorang wanita (>37 minggu), jika terdapat kelahiran kembar, tetap dihitung satu kali kehamilan.2) Digit kedua:Jumlah kelahiran kurang bulan (kehamilan viabel 35 tahun(2) PekerjaanKode 1: Ibu rumah tanggaKode 2: WiraswastaKode 3: PNSKode 4: SwastaKode 5 : Lainnya, sebutkan(3) Tingkat pendidikanKode 1: SD-SMPKode 2: SMA/MAKode 3: Perguruan tinggi(4) Kejadian emesis gravidarumKode 1:terjadi emesis gravidarumKode 2:tidak terjadi emesis gravidarum(5) Frekuensi emesis gravidarumKode 1:Kurang dari atau sama dengan 3x sehariKode 2:Tidak mual dan muntah(6) Informasi tentang emesis gravidarumKode 1:Pernah mendapat informasis tentang emesis gravidarumKode 2: Tidak pernah mendapat informasi tentang emesis gravidarum(7) Status gravida ibu hamilKode 1: PrimigravidaKode 2: Multigravida atau Grandemultigravida3) ScoringPernyataan dalam kuisioner untuk observasi. Agar observasi itu terarah dan dapat memperoleh data yang benar-benar diperlukan, maka sebaik-baiknya dalam melakukan observasi juga mempergunakan daftar pertanyaan yang lebih dikenal dengan daftar tilik (check list) yang disiapkan terlebih dahulu. Kuesioner mencakup hal-hal yang diselidiki, diamati dan diobservasi (Notoatmodjo, 2010:153).4) TabulatingTabulasi data ini dilakukan setelah semua masalah editing, coding, dan scoring selesai. Tabulating adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2010: 177).(1) Analisa data secara deskriptifSetelah tabulating maka data dianalisa dan diinterpretasikan dengan menggunakan rumus:

Keterangan : P : Prosentase X : Frekuensi responden berdasarkan kriteriaN : Jumlah keseluruhan responden Cara interpretasi dapat berdasarkan presentase, sebagaimana dengan skala kualitatif berikut ini :100% = seluruhnya dari responden76% - 99% = hampir seluruh dari responden51% - 75% = sebagian besar dari responden50% = setengahnya dari responden

26% - 49% = hampir setengahnya dari responden1% - 25% = sebagian kecil dari responden0% = tidak satupun dari responden(Arikunto, 2002:347).(2) Uji statistik yang digunakanSetelah semua data terkumpul, kemudian peneliti melakukan analisa data. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis, yaitu suatu tehnik yang berusaha mencari hubungan atau korelasi antara variabel hubungan status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I, maka ujistatistik dalam penelitian ini adalah Chi Kuadrat dan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan dengan koefisien korelasi.Rumus chi kuadrat:

( Arikunto, 2006:290).Keterangan :x2 : Chi kuadratfo : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan datafh : Frekuensi yang diharapkan

Tabel 3.2 Tabel kontegensi 2 x 2

Status gravidaKejadian emesis gravidarum

Total

Mengalami Emesis gravidarumTidak mengalami emesis gravidarum

PrimigravidaABA + B

Multigravida atau grandemultigravidaCDC+D

TotalA+CB+DA+B+C+D

Keterangan :A dan B: Ibu primigravida yang mengalami dan tidak mengalami emesis gravidarum.C dan D:Ibu multigravida atau grandemultigravida yang mengalami dan tidak mengalami emesis gravidarum.A+B dan C+D:Jumlah ibu primigravida, multigravida atau grandemultigravida yang mengalami dan tidak mengalami emesis gravidarum.

A+C dan B+D:Jumlah ibu primigravida, multigravida atau grandemultigravida yang mengalami dan tidak mengalami emesis gravidarum.

A+B+C+D:Jumlah total responden.

Adapun rumus frekuensi harapan adalah :

( Arikunto, 2006:291).Apabila setelah dilakukan uji statistik dengan chi kuadrat didapatkan hasil H1 diterima (ada hubungan) dilanjutkan dengan uji koefisien kontingensi untuk mengetahui seberapa kuat hubungan dari kedua variabel menggunakan tabel koefisien kontingensi dengan rumus: (Arikunto, 2006:293).Keterangan :KK : koefisien kontingensix2 : nilai chi kuadratn : besar sampel

Setelah hasil perhitungan koefisien kontingensi diketahui bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti dibawah ini:Tabel 3.3 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Kontingensi

Interval koefisienTingkat hubungan

0,00 - 0,1990,20 - 0,3990,40 0,5990,60 0,7990,80 1,000Sangat rendahRendahSedangKuatSangat kuat

(Sugiyono, 2010:257).

(3) Pembacaan hasil ujiJika x2 hitung x2 tabel maka Ho ditolak artinya signifikan.Jika x2 hitung x2 tabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan (Alimul, 2010: 138).(4) Cara penarikan kesimpulan.Makin besar harga koefisien kontingensi maka makin besar derajat korelasi. Nilai yang dipilih 0,05. Untuk uji statistik koefisien kontingensi digunakan chi kuadrat dengan dk = (b-1) (k-1) harga chi kuadrat dibandingkan dengan harga kritik chi kuadrat yang dicantumkan pada tabel taraf kepercayaan 95%. Harga kritik untuk taraf kepercayaan 95% dengan dk = 1 adalah 3,841 Dengan demikian bila harga x2 hitung x2 tabel maka hipotesa nihil (H0) ditolak dan hipotesa kerja (H1) diterima. Sebaliknya, bila harga x2 hitung x2 tabel, maka hipotesa nihil (H0) diterima dan hipotesa kerja (H1) ditolak.Uji chi-square mensyaratkan bahwa frekuensi yang diharapkan dalam masing-masing sel tidak boleh terlampau kecil (kurang dari 5). Untuk tabel kontingensi 2 x 2, penggunaan uji chi-square, disarankan:a) Bila n > 40 gunakan x2 dengan koreksi kontinyuitas (gunakan rumus untuk tabel kontingensi 2 x 2).b) Bila n berada diantara 20 dan 40, uji x2 dengan rumus untuk tabel kontingensi 2 x 2 boleh digunakan bila semua frekuensi yang diharapkan adalah 5 atau lebih. Jika frekuensi diharapkan yang terkecil kurang dari 5 pakailah uji Fisher.c) Bila n < 20, pakailah uji Fisher untuk kasus apapun.

(5) Piranti yang digunakan untuk menganalisa Piranti yang digunakan untuk menganalisa adalah maual dengan menggunakan kalkulator dan software SPSS versie 18 for windows.3.7 Etika PenelitianMasalah etika dalam hal penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting dalam mengingat penelitian kebidanan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka dari segi penelitian harus diperhatikan.3.7.1 Informed consentMerupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan ini diberikan sebelum penelitian dilakukan sebagai persetujuan menjadi responden. Tujuannya adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta kemungkinan dampak yang akan terjadi selama penelitian. Jika subyek bersedia untuk diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika subyek tidak bersedia untuk diteliti, maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-hak calon responden.3.7.2Tanpa nama (anonimity)Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka penieliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (angket). Dan hanya mencantumkan kode pada masing-masing lembar tersebut.3.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti. Karena hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian (Alimul, 2010:93).3.8 Keterbatasan PenelitianKeterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian yang dialami peneliti. Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi adalah:3.8.1 InstrumenInstrumen pengumpulan data yang dipakai adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti sehingga validitas dan reabilitasnya perlu diuji.3.8.2 Jumlah SampelSampel yang diambil terbatas karena bersifat quota sampling sehingga kurang mewakili populasi secara keseluruhan.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai Hubungan antara Status Gravida dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung. Pengambilan data dilakukan tanggal 19 27 Mei 2011 dengan jumlah sampel 40 responden ibu hamil trimester I.Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebar kuesioner. Hasil penelitian meliputi data umum dan data khusus. Data umum meliputi karakteristik responden berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, frekuensi terjadinya emesis gravidarum dan pernah mendapat informasi tentang emesis gravidarum. Sedangkan data khusus menyajikan hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.4.1 Hasil Penelitian4.1.1 Data UmumData ini menggambarkan karakteristik responden di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, frekuensi terjadinya emesis gravidarum dan pernah mendapat informasi tentang emesis gravidarum.

4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Karakteristik responden berdasarkan umur di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.1Karakteristik responden berdasarkan umur di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.

Berdasarkan diagram 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden, sebagian besar berumur 21-35 tahun yaitu 27 responden (67,50 %), dan sebagian kecil berumur >35 tahun yaitu 4 responden (10,0%).

4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.2Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.

Berdasarkan diagram 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden hampir setengahnya bekerja sebagai swasta yaitu 17 responden (42,50%), dan sebagian kecil bekerja sebagai wiraswasta yaitu 7 responden (17,50%).

4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di RB Ibunda Desa Sembon Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.3Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulung-agung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.

Berdasarkan diagram 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden, hampir setengahnya dari responden berpendidikan SD-SMP yaitu 19 responden (47,50%), dan sebagian kecil berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu 7 responden (17,5 %).

4.1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Terjadinya Emesis GravidarumFrekuensi Terjadinya Emesis Gravidarum di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat dalam diagram berikut :

Diagram 4.4Karakteristik responden berdasarkan frekuensi terjadinya Emesis Gravidarum di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.

Berdasarkan diagram 4.4 diatas dapat diketahui dari 40 responden sebagian besar mengalami emesis gravidarum 3x sehari yaitu 23 responden (57,50%) dan hampir setengahnya tidak mengalami emesis gravidarum yaitu 17 responden (42,5%).

4.1.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi Tentang Emesis GravidarumInformasi Tentang Emesis Gravidarum di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut :

Diagram 4.5Karakteristik responden berdasarkan informasi tentang Emesis Gravidarum di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.

Berdasarkan diagram 4.5 diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden sebagian besar responden yaitu 16 responden (40,00%) pernah mendapat informasi tentang penanganan emesis gravidarum, dan 24 responden (60,00%) tidak pernah mendapat informasi tentang penanganan emesis gravidarum.

4.1.2 Data Khusus 4.1.2.1 Karakteristik Status Gravida Pada Ibu Hamil Trimester IStatus Gravida Pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut :

Diagram 4.6Status Gravida Pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tangal 19-27 Mei 2011.

Berdasarkan diagram 4.6 dapat diketahui bahwa dari 40 responden, sebagian besar primigravida yaitu 22 responden (55,00%), dan hampir setengahnya multigravida atau grandemultigravida yaitu18 responden (45,00%).

4.1.2.2 Karakteristik Kejadian Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester IKejadian Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.7Frekuensi kejadian Emesis Gravidarum di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.

Berdasarkan diagram 4.7 dapat diketahui bahwa dari 40 responden, sebagian besar terjadi emesis gravidarum yaitu 23 responden (57,50%), dan hampir setengahnya tidak terjadi emesis gravidarum yaitu 17 responden (42,50%).

4.1.2.3 Identifikasi Kejadian Emesis Gravidarum Berdasarkan Status GravidaIdentifikasi Kejadian Emesis Gravidarum Berdasarkan Status Gravida Pada Ibu Hamil Trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.8Identifikasi kejadian Emesis Gravidarum berdasarkan status gravida di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung yang Dilaksanakan Tanggal 19-27 Mei 2011.

Berdasarkan diagram 4.8 dapat diketahui bahwa dari 40 responden. 22 responden primigravida hampir semua mengalami emesis gravidarum yaitu 21 responden (52,5%) dan 1 responden (2,5%) tidak mengalami emesis gravidarum. Sedangkan untuk 18 responden multigravida atau grandemultigravida sebaian kecil mengalami emesis gravidarum yaitu 2 responden (5%) dan sebagian besar tidak mengalami emesis gravidarum yaitu 16 responden (40%).4.1.2.4 Analisa Hubungan Antara Status Gravida Dengan Kejadian Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I.Tabel 4.1Hubungan antara Status Gravida Dengan Kejadian Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I.Status GravidaKejadian emesis gravidarumTotal

Mengalami Emesis gravidarumTidak mengalami emesis gravidarum

Primigravida

21122

Multigravida atau grandemulti gravida21618

Total231640

Setelah tabel fo didapat, maka kita dapat mengisi tabel fh dengan menghitung fh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

fh =

Maka dapat dihitung sel-sel untuk tabel fh sebagai berikut : sel a=fh=2240x 23=12,65

sel b=fh=2240x 17=9,35

sel c=fh=1840x 23=10,35

sel d=fh=1840x 17=7,68

Kemudian masukkan hasil fh pada tabel sesuai dengan rumus df (degree of freedom). Berdasarkan hasil tabel yang ada yakni fo dan fh dapat dihitung dengan rumus chi kuadrat :

x2= x2= = 5,51 + 7,46 + 6,74 + 9,11 = 28,82

Untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I dipakai uji chi kuadrat. Nilai yang dipilih 0,05. Untuk uji statistik koefisien kontingensi digunakan chi kuadrat dengan dk = (b-1) (k-1) harga chi kuadrat dibandingkan dengan harga kritik chi kuadrat yang dicantumkan pada tabel taraf kepercayaan 95%. Harga kritik untuk taraf kepercayaan 95% dengan dk = 1 adalah 3,841. Dengan demikian bila harga x2 hitung x2 tabel maka hipotesa nihil (H0) ditolak dan hipotesa kerja (H1) diterima. Sebaliknya, bila harga x2 hitung x2 tabel, maka hipotesa nihil (H0) diterima dan hipotesa kerja (H1) ditolak.Dari hasil uji chi kuadrat dengan taraf signifikasi = 0,05 didapatkan bahwa x2hitung > x2tabel yaitu 28,82 > 3,841 jadi Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.Setelah dilakukan uji statistik dengan chi kuadrat didapatkan hasil H1 diterima (ada hubungan) dilanjutkan dengan uji koefisien kontingensi untuk mengetahui seberapa kuat hubungan dari kedua variabel menggunakan tabel koefisien kontingensi sebagai berikut

KK== =Dari hasil uji Koefisiensi Kontingensi didapatkan koefisiensi kontingensi 0,977 yang menunjukkan tingkat hubungan yang kuat. Makin besar harga koefisien kontingensi maka makin besar pula derajat korelasi.

4.2 PembahasanSesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka pada BAB ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:4.2.1 Status Gravida pada Ibu Hamil Trimester IBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 17-25 Mei 2011 di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung didapatkan 40 responden ibu hamil trimester I yang terdiri dari primigravida, multigravida atau grandemultigravida. Sebagian besar primigravida yaitu 22 responden (55,00%), dan hampir setengahnya multigravida atau grandemultigravida yaitu18 responden (45,00%).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai dari konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. dari peristiwa kehamilan ini dkenal dengan istilah primigravida, multigravida atau grandemultigravida. Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kali, multigravida adalah ibu hamil yang sebelumnya sudah pernah hamil lebih dari satu kali sedangkan grandemultigravida adalah seorang wanita yang hamil lebih dari lima kali.Menurut hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa dalam menentukan jumlah anak itu dapat dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, pendidikan, keadaan ekonomi, pengetahuan dan latar belakang budaya. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang luas akan berperilaku sesuai yang mereka ketahui begitu pula dengan pekerjaan, pendidikan dan keadaan ekonomi. Jika seseorang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi maka akan mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena merasa mampu untuk mencukupi.

4.2.2 Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester IBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 17-25 Mei 2011 di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung didapatkan 40 responden ibu hamil trimester I. Sebagian besar responden mengalami emesis gravidarum yaitu 23 responden (57,50%) dan sebagian kecil tidak mengalami emesis gravidarum yaitu 17 responden (42,50%).Emesis Gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada ibu hamil trimester I. Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malan hari. Emesis gravidarum kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk yang disebut hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2005:275). Faktor yang mempengaruhi emesis gravidarum adalah faktor hormonal, faktor psikososial, masalah okupasional dan status gravida (Tiran, 2009:5).

Hasil penelitian dari 40 responden menunjukan bahwa sebagian besar responden adalah primigravida yaitu 21 responden yang mengalami emesis gravidarum. Secara fisik primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luvlyna (2009) mengatakan bahwa secara psikologis setiap orang memiliki respon yang berbeda terhadap diagnosis kehamilan. Bagi sebagian wanita mungkin timbul perasaan gembira yang sangat dengan kehamilan yang sudah direncanakan, tetapi bagi sebagian lainnya yang belum siap, kehamilan dapat menjadi peristiwa yang mengejutkan karena mendengar berita tersebut dan membayangkan masalah sosial serta finansial yang harus ditanggungnya. Dengan adanya respon yang berbeda tersebut akan memunculkan masalah dan ketidaknyamanan umum pada kehamilan yaitu emesis gravidarum. Faktor psikologis pada ibu hamil akan berbeda seiring dengan frekuensi bayi yang dikandung. Pada ibu yang sudah memiliki anak sebelumnya, pengalaman tentang kehamilan akan menjadi sangat berharga. Kehamilan keduanya ini mungkin tidak banyak mengandung simpati, perhatian dan nasihat sehingga ibu bisa lebih menikmati kehamilannya. Sementara ibu dengan kehamilan pertama memiliki respon dan asumsi tertentu yang diciptakan oleh ibu lain yang sudah memiliki pengalaman dalam kehamilan. Multigravida atau grandemultigravida dianggap berpengalaman dalam kehamilan, menangani anak-anaknya dan tidak akan membiarkan perubahan-perubahan serta ketidaknyamanan kehamilan mengganggu konsentrasi dan kehidupannya.Apabila ditinjau dari segi umur hampir setengahnya berada pada usia < 20 tahun dan > 35 tahun (32,50%). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Razak (2010) mengatakan hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ibu yang terlalu muda dimana secara fisikologis dan fungsional rahim seorang ibu belum matang sehingga belum sepenuhnya berfungsi secara optimal dan secara psikologis ibu belum siap untuk hamil dan menjadi orang tua. Terjadinya emesis gravidarum dibawah umur 20 tahun lebih disebabkan karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu sehingga menimbulkan keraguan apakah dia sanggup memberikan cinta kasih serta perawatan dan asuhan pada anak yang akan di lahirkannya nanti, hal ini bisa mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen sehingga bisa mengakibatkan emesis gravidarum.

Emesis gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak terlepas dari faktor psikologis yang di sebabkan karena ibu belum siap hamil lagi atau malah tidak menginginkan kehamilan sehingga akan merasa tertekan dan menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi Hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusat otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas dalam sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi, inilah yang memicu terjadinya emesis gravidarum.Dari hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa sebagian besar responden primigravida mengalami emesis gravidarum yaitu 21 responden (52,5%). Seorang primigravida menunjukan bahwa kurangnya pengetahuan dan informasi tentang kehamilan khususnya tentang emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mempunyai pengalaman, informasi dan pengetahuan tentang gejala emesis gravidarum sehingga mampu mengatasi gejalanya.

4.2.3 Hubungan antara Status Gravida dengan Kejadian Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester IBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 40 responden dan setelah dilakukan uji chi kuadrat didapatkan hasil bahwa x2h > x2t yaitu 28,82 > 3,841maka Ho ditolak dan H1 diterima hal ini berarti ada hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I. Berdasarkan perhitungan koefisien kontingensi menunjukan tingkat hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum yang kuat.Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai dari konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Dari peristiwa kehamilan dikenal dengan istilah primigravida dan multigravida Pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan (Prawirohardjo, 2005:275).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Razak (2010) emesis gravidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil hal ini tidak terlepas oleh karena faktor psikologis yakni takut pada tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Pada wanita yang pertama kali hamil sering terjadi emesis gravidarum karena belum siap secara mental menghadapi kehamilannya, belum siap menghadapi perubahan yang terjadi dalam dirinya seperti perubahan bentuk tubuh, buah dada membesar, munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang mengelupas. Emesis gravidarum pada ibu yang pertama kali hamil bisa terjadi karena takut dalam menghadapi kehamilan dan persalinan dan takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu.Dari hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa dari penelitian didapatkan setengah dari 40 responden yaitu sejumlah 19 responden (47,50%) berpendidikan SD-SMP. Oleh karena itu informasi tentang kehamilan terutama pada primigravida trimester I yang didapatkan oleh ibu hamil sering kurang. Pada kenyataannya ilmu pengetahuan selalu berkembang seiring dengan kemajuan jaman. Diharapkan ibu hamil dapat mencari informasi tentang kehamilan, perubahan yang terjadi saat kehamilan dan hal-hal yang perlu dihindari pada saat hamil agar janin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti dari buku bacaan, koran, televisi, radio, internet, berdiskusi dengan penolong persalinan atau dengan siapapun yang mengerti seputar kehamilan dan persalinan. Dengan adanya pengetahuan dan informasi yang didapat oleh ibu sehingga apabila primigravida mengalami emesis gravidarum dapat segera mengatasinya agar tidak berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah mempunyai pengalaman dari kehamilan terdahulu sehingga apabila mengalami emesis gravidarum dapat segera mengatasi.Pada uji koefisien kontingensi didapatkan hasil bahwa tingkat hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I adalah kuat. Hal ini dapat dilihat dari banyak faktor yang mempengaruhi yaitu faktor hormonal, psikososial, masalah pekerjaan dan status gravida.

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini disajikan kesimpulan dari hasil penelitian yag dilakukan pada tanggal 19-27 Mei 2011 yang berjudul hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada bu hamil trimester I di RB Ibunda Desa Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung dengan jumlah sampel 40 responden.5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan analisis diperoleh kesimpulan sebagai berikut:5.1.1 Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar primigravida yaitu 22 responden (55,00%), dan hampir setengahnya multigravida atau grandemultigravida yaitu18 responden (45,00%).5.1.2 Dari hasil penelitian didapatkan 22 responden primigravida hampir semua mengalami emesis gravidarum yaitu 21 responden (52%) dan 1 responden tidak mengalami emesis gravidarum. Sedangkan untuk 18 responden multigravida atau grandemultigravida sebaian kecil mengalami emesis gravidarum yaitu 2 responden (3%) dan sebagian besar tidak mengalami emesis gravidarum yaitu 16 responden (40%).

5.1.3 Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi kuadrat dengan taraf signifikan = 0,05 dengan dk=1 didapatkan bahwa x2hitung > x2tabel yaitu 28,82 > 3,841 jadi Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara status gravida dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I. Dari hasil uji koefisiens kontingensi didapatkan nilai KK=0,647 yang menunjukkan tingkat hubungan yang kuat. Makin besar harga koefisien kontingensi maka makin besar pula derajat korelasi.5.2 Saran5.2.1 Bagi RespondenDisarankan bagi responden untuk melakukan ANC secara rutin sehingga apabila mengalami emesis gravidarum dapat segera mengatasi dan tidak berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum.5.2.2 Bagi Tempat PenelitianDisarankan bagi tempat penelitian agar memberi pelayanan yang seoptimal mungkin pada ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum agar tidak berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Hal 26, 55.

_______________ .(2010). Metode Penelitian Kebidanan Teknik dan Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 93, 138.Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 347.

________________ . (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 160, 235, 270, 290, 291, 293.

Djarwanto. (2001). Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Yogyakarta: Liberty. Hal 236.

Jimenez R.N., Sherry L.M. (2000). Kehamilan yang Menyenangkan. Jakarta: Arcan. Hal 31.

Kusmiyati, Yuni dkk. (2009). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya. Hal 68, 94, 123.

Notoadmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 19.

_____________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 153, 176, 177.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 55, 78, 92, 93, 95, 101, 111.

Oxorn, Harry. (2010). Patologi dan fisiologi persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica. Hal 58.

Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Hal 126, 176, 180, 275,538.

Sastroasmoro, Sudigdo. (2006). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Hal 33, 41, 221.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hal 60, 61, 117, 118, 199, 257.

Tiran, denise. (2002). Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta. EGC. Hal 2, 4, 5, 17, 25, 287, 290.Utami, shinta. (2008). Info Penting Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat. Hal 3.

Varney. (2010). Buku Saku Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal 191, 192.

www. Blogspot.com. Suparyanto. (2010). Konsep Paritas, Partus. Jakarta.www. Blogspot.com. Luvlynia. (2009). Hubungan Status Gravida dengan Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I. Jakarta. www. Blogspot.com. Razak. (2010). Emesis Gravidarum. Jakarta