Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

12
p-ISSN: 2550-0058 e-ISSN: 2615-1642 Hasyimkan, dkk 11 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020) KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK TENTANG GAMOLAN INSTRUMEN MUSIK TRADISIONAL LAMPUNG Hasyimkan, 1 Erizal Barnawi, 2 Uswatul Hakim 3 Program Studi Pendidikan Musik FKIP, Universitas Lampung 1,2,3 Email: [email protected] Abstract Gamolan is a traditional Lampung musical instrument, Gamolan came from West Lampung which was influenced by African, Arabic, Indian, Chinese and European cultures, as well as Sumatra. Gamolan comes from the word begamol which means gathering which has three poems about gamolan including the story of warahan Radin Jambat, the oral literature of the Pubian and Tanggamus people. This research answers the problem of how classical gamolan poetry in Lampung. The goal is to be missed background gamolan poetry. The method used is descriptive qualitative analysis with the expected results that books can be made, submitted to journals and obtained copyright. Keywords: Poetry, Warahan, Gamolan. Abstrak Gamolan merupakan instrumen musik tradisional Lampung. Gamolan terdapat di Lampung Barat yang mendapat perdsebaran dari kebudayaan Afrika, Arab, India, China dan Eropa, serta Sumatera. Gamolan diperkirakan berasal dari kata begamol yang mempunyai makna berkumpul yang terdapat dalam tiga syair mengenai gamolan diantaranya dari kisah warahan Radin Jambat, Sastra lisan masyarakat Pubian dan Tanggamus. Penelitian ini menjawab permasalahan bagaimana syair klasik Instrumen Gamolan Lampung. Tujuannya agar terjawab latar belakang syair gamolan. Metode yang dipergunakan analisis deskriptif kualitatif dengan hasil yang diharapkan dapat dibuatkan buku, ajukan ke jurnal dan mendapatkan hak cipta. Kata kunci: Syair, Warahan, Gamolan. A. Pendahuluan Gamolan merupakan sebuah instrumen musik tradisional Lampung yang terbentuk dari kebudayaan dan warisan budaya dunia. Dimulai dari perkembangan awal peradaban manusia hingga saat ini. gamolan juga mendapat pengaruh dari pase pra-sejarah, zaman klasik Hindu Budha hingga zaman modern. Peradaban oral, batu, kayu hingga bambu, dan kepercayaan Animisme, Dinamisme, Hindu-Buddha, Islam. Bangsa India, China, Arab dan Eropa, Jawa dan

Transcript of Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

Page 1: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

11 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK TENTANG GAMOLAN

INSTRUMEN MUSIK TRADISIONAL LAMPUNG

Hasyimkan,1

Erizal Barnawi, 2

Uswatul Hakim3

Program Studi Pendidikan Musik FKIP, Universitas Lampung1,2,3

Email: [email protected]

Abstract

Gamolan is a traditional Lampung musical instrument, Gamolan came from West Lampung which

was influenced by African, Arabic, Indian, Chinese and European cultures, as well as Sumatra.

Gamolan comes from the word begamol which means gathering which has three poems about

gamolan including the story of warahan Radin Jambat, the oral literature of the Pubian and

Tanggamus people.

This research answers the problem of how classical gamolan poetry in Lampung. The goal is to be

missed background gamolan poetry. The method used is descriptive qualitative analysis with the

expected results that books can be made, submitted to journals and obtained copyright.

Keywords: Poetry, Warahan, Gamolan.

Abstrak

Gamolan merupakan instrumen musik tradisional Lampung. Gamolan terdapat di Lampung Barat

yang mendapat perdsebaran dari kebudayaan Afrika, Arab, India, China dan Eropa, serta Sumatera.

Gamolan diperkirakan berasal dari kata begamol yang mempunyai makna berkumpul yang terdapat

dalam tiga syair mengenai gamolan diantaranya dari kisah warahan Radin Jambat, Sastra lisan

masyarakat Pubian dan Tanggamus.

Penelitian ini menjawab permasalahan bagaimana syair klasik Instrumen Gamolan Lampung.

Tujuannya agar terjawab latar belakang syair gamolan. Metode yang dipergunakan analisis

deskriptif kualitatif dengan hasil yang diharapkan dapat dibuatkan buku, ajukan ke jurnal dan

mendapatkan hak cipta.

Kata kunci: Syair, Warahan, Gamolan.

A. Pendahuluan

Gamolan merupakan sebuah instrumen musik tradisional Lampung yang terbentuk dari

kebudayaan dan warisan budaya dunia. Dimulai dari perkembangan awal peradaban manusia

hingga saat ini. gamolan juga mendapat pengaruh dari pase pra-sejarah, zaman klasik Hindu

Budha hingga zaman modern. Peradaban oral, batu, kayu hingga bambu, dan kepercayaan

Animisme, Dinamisme, Hindu-Buddha, Islam. Bangsa India, China, Arab dan Eropa, Jawa dan

Page 2: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

12 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Sumatera, dll. Dari sekian pengaruh tersebut terbentuklah gamolan sebagai instrumen musik

tradisional Lampung.

Gamolan juga jenis instrumen musik tradisional Lampung yang hampir semua bahan

bakunya terbuat dari bambu. kecuali tali untuk mengikatkan bilah bambu ke baluk, pada

awalnya terbuat dari rotan, namun saat ini terbuat dari nilon. Instrumen ini hanya satu buah,

bukan sekelompok instrumen atau kelompok ensambel yang terdiri dari beberapa instrumen.

Namun dalam perkembangan berikutnya ditambah dengan instrumen musik yang lain sebagai

musik pengiring.

Instrumen gamolan Lampung diperkirakan banyak mendapat pengaruh dari berbagai

macam kebudayaan dunia. Hal ini dirumuskan dari asal-usul masyarakat Lampung sangat

beragam. Letak geografis daerah Lampung menjadi perlintasan berbagai budaya antar etnis di

dunia dan Indonesia itu sendiri. Berbagai kegiatan bangsa-bangsa lain dengan latar belakang

budaya, agama dan peradaban masing-masing juga mempengaruhi daerah ini. Pada awal

peradaban pra sejarah, diperkirakan masyarakat Lampung menggunakan gamolan sebagai alat

komunikasi tradisional. Alat yang digunakan pertamakali untuk komunikasi terutama untuk

berkumpul adalah menggunakan alat berupa vokal, dari unsur vocal inilah kemudian tercipta

syair dan dibawakan terus menerus hingga sampai mentradisi.

Untuk semua hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja syair

yang menceritakan gamolan dan apa artinya dalam bentuk kajian tertulis. Usaha ini benar-benar

sangat diperlukan dewasa ini, agar semua warisan budaya yang dimiliki, terutama syair yang

menceritakan alat musik gamolan ini dapat memperkuat bukti keberadaan gamolan ada di

masyarakat Lampung.

Penelitian yang telah dilakukan selama ini tentang gamolan terutama mengenai bentuk

dan fungsinya, adapun kali ini kita teliti tentang nama dari gamolan itu sendiri, sehingga kita

dapat mengetahui asal usul dari gamolan. Ternyata setelah melalui penelitian yang dilakukan,

nama gamolan ini hidup dan berkembang minimal ada 4 daerah yang menggunakan istilah

gamolan ini, yaitu: diwilayah Lampung Barat, Way Kanan dan Sungkai Bunga Mayang, Pubian

dan Tanggamus.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif

kualitatif. Metode analisis tersebut digunakan untuk mengurai dan menjelaskan Syair gamolan

Page 3: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

13 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Lampung.Data-data yang terkumpul berupa kata kata, gambar dan bukan angka (Moleong,

2013:11). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – oktober 2019. Sedangkan tempat

penelitian ini akan dilaksanakan di Lampung. Interview/Wawancara Nara sumber wawancara

dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat yang ada di Lampung. Dokumen tertulis/literatur

Buku-buku dan literatur tentang Syair, sejarah gamolan, budaya Lampung, dan lain-lain.

Teknik Pengumpulan Data menggunakan pedoman wawancara yang dilakukan

terhadap subjek penelitian untuk dapat memperoleh data yang dibutuhkan. Wawancara

dilakukan kepada tokoh-tokoh masyarakat Lampung. Analisis Data Terdapat beberapa langkah

yang perlu dilakukan sebelum menganalisis data penelitian kualitatif, antara lain: Reduksi data

merupakan pengumpulan data penelitian yang relevan dengan penelitian. Proses reduksi ini

dilakukan agar pembahasan penelitian terfokuskan dari data-data yang dikumpulkan selama

penelitian berlangsung. Penyajian Data, tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap seleksi data

peneltian karena data penelitian tidak dapat digunakan seluruhnya. Untuk itu, maka perlu

disusun data secara sistematis. Dan kesimpulan, tahap ini merupakan tahap penarikan

kesimpulan dari data yang telah disusun secara sistematis.

C. Pembahasan

Xylophone dari Provinsi Lampung, Sumatera. Delapan lempengan bambunya secara

kasar memiliki kisaran nada lebih dari satu oktaf. Lempengan-lempengan bambu tersebut diikat

secara bersambungan dengan tali rotan yang disusupkan melalui sebuah lubang yang ada di

setiap lempengan dan disimpul di bagian teratas lempeng. Penyangga yang tergantung bebas di

atas wadah kayu memberikan resonansi ketika lempeng bambunya dipukul oleh sepasang

tongkat kayu. Dua orang pemain duduk di belakang alat musik ini, salah satu dari mereka

(pemimpin) memainkan pola-pola melodis pada enam lempeng dan orang satunya (gelitak)

mengikutinya pada dua lempeng sisanya. Lempeng-lempeng pada gamolan di stem dengan cara

menyerut punggung bambu agar berbentuk cekung. (Margaret J Kartomi, Musical Instrumen of

Indonesia, 1985, 31)

Keberadaan Gamolan diperkirakan telah ada ribuan tahun yang lalu. Setidaknya sampai

tahun 1983 ketika Prof. Margaret J Kartomi mengadakan penelitian mengenai instrumen

tersebut, ia hanya mencantumkan istilah gamolan untuk menyebutkan instrumen ini.

Page 4: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

14 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Gambar 1.

Sketsa gamolan berbilah 7 tanpa nada 4

(dokumentasi oleh Hasyimkan, 2010)

Gambar: 2

Instrumen Gamolan Lampung

Diperkirakan abad ke-4 M

Gambar: 3

Relief Gamolan di Candi Borobudur

Abad ke-8 M

Gambar: 4 Pemukul Gamolan yang terbuat dari buah Pinang,

pemukul gamolan yang sama digunakan pada relief Borobudur

Berangkat dari teori H. Steward “ Bahwa yang relatif sederhana menyatakan lebih

dahulu daripada yang relatif lebih rumit”.

Page 5: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

15 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Kemudian teori dari Margaret J Kartomi; yang mengatakan bahwa : “Interestingly

enough, the term gamelan, which usually refers to a complete orchestra, may originally have

referred to a single instrument in Java too”. Artinya: “yang cukup menarik, istilah Gamelan

sekarang ini di adalah merujuk kepada seperangkat alat musik, mungkin juga pada awalnya

merunjuk ke nama sebuah alat musik tunggal pada zaman dahulu, termasuk di Jawa.

Gamolan berasal dari kata Begamol, Begamol sama dengan Begumul, kemudian

Lampung menyebut Gumulan menjadi Gamolan dalam bahasa Melayu yang berarti berkumpul.

Minimal ada beberapa syair mengenai gamolan yang terdapat pada warahan (cerita) di

masyarakat Lampung, antara lain: dari kisah Radin Jambat. Kisah ini berkembang di

masyarakat Way Kanan dan Sungkai. Syair masyarakat Pubian dan Tanggamus.

Walaupun syairnya berkembang dibeberapa daerah di Lampung namun instrumen

gamolan tersebut berasal dari Lampung Barat dimana semua orang Lampung pernah mendiami

wilayah Lampung Barat tersebut. Wilayah Lampung Barat terdapat Gunung Pesagi yang

disekelilingnya dikenal juga dengan wilayah Sekala Brak yaitu dimana kita bisa melihat

Gunung Pesagi dari 8 penjuru mata angin.

Persebaran gamolan di Lampung Barat ini dimulai dari sekitar “Situs Damar Puluk“

dimana di situs tersebut terdapat Archa Sri Ganesha, baru kemudian menyebar ke daerah lain di

Lampung.

Archa di bukit damar puluk adalah archa ganesa, archa tersebut nempel hampir rata

dengan dinding tebing dan tertutup tanah yang kemiringan sekitar 90 derajat, bentuk archa

sekitar 4×6 Meter, terletak di ketinggian sekitar 100 meter yang tinggi bukitnya sekitar 200

meter dari tanah, dibawahnya terdapat beberapa kolam, dan diperkirakan ada benteng di

bagian tengah bukit setinggi 4x 200 meter. Archa Ganesha tersebut membelakangi matahari

terbit yaitu sebelah timur seolah olah berasal dari matahari terbit dan menghadap ke barat

dimana tempat matahari terbenam. (Hasyimkan, 2019)

Menurut Murdam pemilik Lahan situs Damar Puluk bahwa terdapat legenda gamolan

disitus tersebut. Selain gamolan juga terdapat seperangkat pakaian kebesaran adat Lampung

baik pakaian laki-laki dan perempuan, namun perangkat gamolan dan pakaian adat Lampung

tersebut tidak untuk semua orang untuk bisa memakai dan menggunakannya.

Setelah tumbuh dan berkembang di situs Damar Puluk juga disekitar Lampung Barat

baru kemudian dibawa ke wilayah lain di Lampung yaitu Way kanan, Sungkai, Pubian dan

Page 6: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

16 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Tanggamus dimana dibeberapa wilayah tersebut masih terdapat kata gamolan yang terdapat di

syair klasik masyarakat tersebut di antaranya dalam kisah Radin Jambat,

Syair tentang Gamolan Pada Kisah Radin Jambat

Sebelum abad ke-17, orang Lampung sudah mengenal seni pertunjukan sastra.

Pertunjukan Warahan Radin Jambat dapat memakan waktu bermalam-malam. Oleh karena itu,

orang Lampung Way Kanan menyebutnya ruwahan.

Warahan Radin Jambat adalah cerita rakyat yang hidup dalam hati orang Lampung.

Warahan Radin Jambat terbagi dalam 49 bagian. Setiap bagian diawali dengan seruan pembuka

yang berbunyi, "Aaaaa..." Pembuka seperti ini menandakan cerita ini memang digubah untuk

dipentaskan.

Kisahnya menceritakan ihwal Radin Jambat mencari jodoh. Banyak gadis dijumpai,

tetapi tidak ada yang mampu meluluhkan hati Radin Jambat karena ada sifat dan perangai

buruk, dan oleh karena itu, "muli sina celaka, ditunggu celakaku." Di ujung pencarian, akhirnya

dia bertemu jodoh yang diidam-idamkan, yaitu Putri Betik Hati, gadis yang meiliki sifai dan

perangai baik.

Teks Warahan Radin Jambat didapatkan Profesor Hilman Hadikusuma (alm) dari Ny.

Yoshie Yamazaki dari Tsuda College, Jepang semasa beliau mengadakan penelitian tentang

transmigrasi di Lampung tahun 1984-1986. Panjang 703 bait. Bentuknya reringget, yang paling

tua di Lampung, dengan pola persajakan tetap dan terikat oleh banyaknya baris dalam tiap bait.

Reringget lebih mendekati sifat pantun. (Penyunting: Iwan Nurdaya-Djafar Redaktur Ahli:

Hilman Hadikusuma, Juni, 2011)

Dalam kisah Radin Jambat terdapat syair mengenai gamolan, yaitu:

1. Radin Jambat kuasa Radin Jambat memerintah

Turun di tanjung Jambi Berasal dari Tanjung Jambi

Waktu dijaman paija Waktu di jaman dulu

Makkung tahun masehi Sebelum tahun Masehi

Bijing pak salimbangan Bijing empat berhadapan

Pusiban pitu tanjak Pusiban tujuh tanjakan

Ditunggu tetabuhan Dilengkapi tetabuhan

Gamolan suwai randak Gamolan Sembilan susunan

(Hilman Hadikusuma, Iwan Nurdaya Djafar. Warahan Raden Jambat. DKL. Grafikatama Jaya.

1995,31).

Di daratan Sumatra, ada sebuah daerah yang dikelilingi gunung-gunung. Udaranya sejuk.

Bila malam menjelang, daerah itu seperti diselimuti embun. Putih seperti terbungkus kapas. Saat

Page 7: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

17 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

pagi hari, daun-daun yang tertutup embun terlihat basah. Tidak jauh dari tepian sungai, ada dua

pohon siwa menyambut. Di bagian selatan kampung, ada bangunan utama tempat kediaman

raja. Bangunan ini berbentuk rumah panggung. Sebagain besar bangunan terbuat dari kayu. Pada sisi

depan bangunan terdapat ukiran bermotif jukung. Ada pula hiasan payung-payung besar berwarna

putih, kuning, dan merah. Rumah panggung itu juga memiliki anjungan. Anjungan berupa

serambi yang biasa digunakan sebagai tempat pertemuan kecil. Tentu ada juga ruangan lain untuk tempat

musyawarah resmi. Ruangan musyawarah resmi ini disebut pusiban.

Negeri Pasar Turi adalah pusat kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama

Sang Raja Tanjung. Kerajaan ini bertetangga dengan Negeri Tanjung Jambi. Konon negeri ini

dibangun oleh seseorang yang mahasakti, keturunan dewa yang beribu seorang peri. Karena

merupakan keturunan dewa, pada saat membangun negeri ini, si Sakti mendapat bantuan dari

kayangan. Tidak membutuhkan banyak waktu, hanya dalam dua hari selesailah pusat kerajaan itu

dibangun.

"Pada hari pertama, terbentuklah padang yang luas", begitulah kakek memulai ceritanya.

"Angin bertiup kencang. Awan-awan menyelimuti gunung. Semua menjadi gelap. Diikuti

suara gemuruh, sekali-sekali kilat menyambar di langit. Daun-daun beterbangan mengikuti pusaran

angin. Pada awalnya angin berputar pelan, lama-kelamaan mengencang sehingga membentuk gumpalan

pusaran yang besar. Pusaran itu kemudian meninggi dan terus membesar serta membentuk semacam

kerucut yang melancip di bawahnya." Lalu, semua menjadi rata dan lapang tak terkira," lanjut kakek

berkisah.

Semua orang menyakini peristiwa itu adalah kehendak Tuhan Mahapencipta. Si Sakti itu

ditakdirkan dan diberi kekuatan oleh Tuhan untuk menciptakan sebuah kehidupan.

Pada hari kedua terjadi peristiwa yang lebih menakjubkan. Saat hari menjelang senja,

semua berjalan seperti biasa. Cahaya jingga di ufuk barat mulai memudar.

Akan tetapi, saat malam menjelang, semua kehidupan seperti terhenti. Lalu, kakek

melanjutkan ceritanya.

"Tidak ada satu pun suara. Kelepak kelelawar pun tidak terdengar. Hanya terlihat

cahaya satu per satu turun dari langit. Awalnya, seperti air yang menetes lalu membentuk hujan

cahaya. Hujan cahaya itu menjadi deras dan sangat deras sehingga tempat itu menjadi terang. Terang

bahkan menyilaukan, sampai semuanya menjadi tidak

terlihat lagi."

Page 8: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

18 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Kala pagi menjelang telah berdiri bangunan megah. Semua bercahaya emas dan tertata

indah. Di ujung barat ada sungai yang mengalir, bertepian tempat mandi. Indahnya tidak terkira.

Dalam ruangan ada singgasana raja dan beberapa tempat untuk petinggi kerajaan. Dayang-dayang

berbaju keemasan. Pakaian dayang-dayang bermotif alam. Serasi dan asri dilihat mata. Istana itulah

yang menjadikan Negeri Pasar Suri dikenal banyak orang. Negeri yang sangat makmur ini dipimpin

oleh Sang Raja Tanjung Sembilan. Dia memimpin sangat adil dan bijaksana.

Tersebutlah Sang Raja Tanjung sebagai raja di Negeri Pasar Turi. Sebuah kerajaan yang besar

dan makmur. Penduduk memanggil rajanya dengan sebutan Sang Raja. Sang Raja Tanjung beristri tujuh. Dari

ketujuh istri itu, hanya satu istri yang dijadikan permaisuri. Permaisurilah yang melahirkan

pangeran kerajaan, anak penerus kerajaan. Walau hidup serba berkecukupan, harta yang melimpah

ruah, dan rakyat yang makmur, Sang Raja tetap bersedih hati karena tidak memiliki keturunan.

Beliau tidak memiliki anak sebagai pengganti dan pelanjut keturunan. Anak sebagai pemegang tongkat

kerajaan sepeninggal Sang Raja.

Lalu, pergilah raja untuk bertapa. Raja memohon kepada Tuhan agar diberikan anak untuk

melanjutkan keturunannya. Dalam pertapaannya di Bukit Pesagi, kerelaan dan ketulusan doa

dipanjatkan oleh Sang Raja. Sehingga Sang Raja mendapat keturunan. Tibalah waktu kelahiran sang

pangeran. Terlahir sebagai anak lelaki bercincin permata. Anak itu diberi nama si Anak Emas

Radin Jambat. Putra mahkota disebut sebagai si Anak Emas karena kelahirannya bagaikan emas. Lalu,

gelar Radin diberikan sebagai pertanda dia keturunan raja, sedangkan Jambat berarti

penghubung sebagai jalan kebahagiaan bagi negeri. Setiap ada kegiatan di Istana baik itu perkawinan,

kelahiran dan lainnya selalu menggunakan Gamolan.1

Syair Tentang Gamolan Pada Masyarakat Pubian

Syair gamolan yang ditemukan oleh Raswan ketika beliau mengadakan penelitian tahun

1997 disekitar dimasyarakat Lampung Pubian, syair tersebut mengisahkan masyarakat Pubian

ketika masih berada di Wilayah Sekala Brak Lampung Barat. Kemudian masyarakat Pubian

tersebar di beberapa wilayah di Provinsi Lampung.

Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Menyerakat, Minak Demang Lanca

atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi). Masyarakat Pubian

mendiami delapan wilayah adat: Tanjung Karang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat,

Padang Ratu, Gedung Tataan, dan Pugung. (Yuliadi M.R. 2016)

1 Yuliadi M.R.. SI ANAK EMAS RADIN JAMBAT Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jalan Daksinapati Barat

IV. Rawamangun , Jakarta Timur , 2016.

Page 9: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

19 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Wilayah Pubian yang tersebar di delapan wilayah adat tersebut juga banyak mempunyai

legenda dan situs pada zaman purbakala. Situs tersebut antara lain Situs Keratuan Pugung atau

saat ini disebut situs Taman Purbakala Pugung Raharjo. Dalam situs tersebut terdapat 7 punden

berundak yang ini sama dengan tertulis di syair dalam kisah Radin Jambat yaitu “Pusiban Pitu

Tanjak” yaitu penggambaran ada 7 lapis langit dan tujuh lapis bumi, dalam situs juga banyak

terdapat dolmen dan menhir serta lingga dan yoni, juga terdapat batu yang bertuliskan 4

penjuru mata angin dan juga terdapat pemandian yaitu kolam megalitikum yang kesemuanya

situs tersebut terdapat di dalam benteng alam terbuat dari tanah berupa benteng parit yang

dulunya sekitar kedalaman mencapai 25 meter. Situs pugung ini diyakini merupakan

peninggalan sebuah kerajaan besar namun belum begitu jelas kerajaan apa yang terdapat di

situs Pugung ini, untuk itu akan diteliti kemudian.

Disekitar situs pugung ini terdapat Sungai yaitu Way Sekampung yang hulunya

disekitar kabupaten Tanggamus. Di hulu Way Sekampung ini terdapat situs Batu Peti di

Wilayah Way Bulok Tanggamus. Situs batu peti ini terdapat di tengah air Way Bulok. Pada

situs ini banyak batu pesegi terdapat di dinding air dan juga ditengah aliran air yang terapat 4

batu berdiri yang diatasnya terdapat batu besar yang diperkirakan pada zaman dulu untuk

meletakkan abu jenasah para raja dari situs keratuan Pugung yang meninggal dunia, abu

tersebut disemayamkan diatas batu sebelum dilarung ke sungai. Hal tersebut dimana diwilayah

Tanggamus menggunakan warna kuning sebagai simbol utama. Simbol warna kuning

disamping lambang kebesaran dan keagungan warna kuning juga sebagai lambang

kematian.(Satria pande, 2019).

Adapun syair tentang gamolan yang terdapat pada masyarakat Pubian adalah, sebagai

berikut:

2. Lain lagi jak jaman sina Lain lagi waktu itu

cerita dang kepalang Ceritanya gak tanggung-tanggung

riwayat gamolan sakti Riwayat Gamolan Sakti

mukjizat jaman puyang Mukjizat zaman puyang

ya lagi kepakha wali Para tetua zaman wali

Sehaluan di malaka tahun 1476 M. Dikembangkan di Malaka abad ke-XV M. (Dikutip

dari naskah kias salaman salah satu karya sastra lisan Lampung Pubian, Raswan, 1997).

Syair Tentang Gamolan Pada Masyarakat Tanggamus

Syair Gamolan tersebut mengisahkan tentang Haji Ripin yang pandai gamolan, beliau

adalah seorang pemain gamolan dimasyarakat adat Negara Batin Tanggamus. Haji Ripin adalah

Page 10: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

20 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

seorang masyarakat biasa yang mempunyai putra Mat Amin berasal dari Way Liwok yang

pandai main gamolan. Tokoh adat Negara batin mempunyai seorang putri yang cantik Aida

Sari bin Abdulah Sa’ari Saibatin dari Negara Batin.

Singkat cerita Mat Amin Putranya Haji Ripin adalah seorang yang main gamolan,

karena pandai, ketika main gamolan banyak orang senang termasuk sang putri raja. Akhirnya

Aida Sari yang putri sutan jatuh cinta sama Mat Amin maka terjadilah cinta beda kasta, namun

orang tua Aida Sari tidak menyetujui namun karena mereka saling cinta maka terjadilah

sebambangan (kawin lari) antara Mat Amin dan Aida Sari. (Nila Sari, 2019).

Legenda tersebut tergambar pada syair gamolan di masyarakat Tanggamus tersebut

adalah:

3.Nak ninak-ninak ningkung Nak ninak-ninak ningkung

Gamolan Haji Ripin Gamolan haji Ripin

Ngakuk anakni Gedung Mengambil anak raja

Kebayanni Mad Amin Permaisurinya Mad Amin

(Syair Sagata dari masyarakat Tanggamus, Ridhwan Hawari, 2013)

Sutan Putra yaitu Saibatin Negara Batin Tanggamus 2019

Syair yang menceritakan tentang perjalanan gamolan terdapat tiga syair yaitu: dari kisah

Radin Jambat, masyarakat Pubian dan masyarakat Tanggamus, mereka sama-sama pernah di

wilayah Sekala Brak tepatnya di situs Damar Puluk Kecamatan Batu Ketulis, dan Kecamatan

Kenali, Kecamatan Batu Brak Lampung Barat, namun lebih utama di situs Damar Puluk

dimana disana terdapat wilayah Kebuaian, Tanjung dan Atar Menguk. Pada situs Istana Damar

Puluk terdapat Mitologi Gamolan, (wawancara: Murdam, 2019).

Page 11: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

21 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Syair Gamolan menerangkan tentang tiga zaman yaitu Prasejarah, abad ke 15 M dan

yang ketiga menerangkan masa saat ini. Syair gamolan pada zaman prasejarah terdapat pada

kisah Radin Jambat, dalam kisah Radin Jambat ada sebauh syair yang menyebutkan tentang

kisah tersebut pada zaman sebelum masehi. syair tersebut menceritakan tentang adanya sebuah

kerajaan pada zaman prasejarah dan setiap kegiatan di istana tersebut selalu menggunakan

gamolan.

Syair yang kedua menceritakan tentang kisah gamolan yang telah berlangsung dari

zaman dahulu kala hingga dibawa ke Malaka pada abad ke 15 M. gamolan pada waktu itu

dibawa kesetiap ada keramaian. Gamolan merupakan benda yang sangat bersejarah dan bagian

yang terpenting dari perjalanan orang Lampung.

Syair yang ketiga yaitu menceritakan tentang perjalanan kisah manusia, dimana disuatu

ketika di sebuah kerajaan terdapat seorang pemuda yang pandai memainkan gamolan, pemuda

tersebut adalah seorang rakyat biasa yang mempersunting anak Raja, namun karena mereka

saling mencintai maka terjadilah perjodohan pada mereka.

D. Kesimpulan

Gamolan adalah sebagai alat musik tradisional Lampung, ini dibuktikan dengan

terdapat tiga buah syair mengenai gamolan, syair tersebut menceritakan tiga zaman yaitu

zaman pra sejarah, abad ke 15 masehi dan juga pada zaman Islam. Penemuan tiga bauh syair

gamolan, menguatkan instrumen musik di Lampung terbuat dari bambu yang berlempeng

tersebut bernama Gamolan, semoga tidak ada lagi nama lain untuk penyebutan alat musik

tersebut guna Gamolan dapat kita daftarkan ke Unesco

Daftar Pustaka

A Karim Sanusi, Horisun,1989. “Aruhan Radin Jambat”, Jakarta.

Hasyimkan. 2011, “Gamolan:Instrumen Musik Tradisional Lampung Bentuk, Fungsi dan

Perkembangannya”. Tesis sebagai syarat untuk mencapai derajat sarjana S2 pada program

studi pengkajian seni pertunjukan dan seni rupa, Universitas Gadjah Mada Yogyakara.

_________. 2012. “Laras Gamolan” Jurnal Aksara Vol XII, No 1, Hal 47-56, Jurusan Bahasa dan

Seni, FKIP Universitas Lampung.

_________. 2017. Sumber Daya Budaya Sebagai Modal Pembangunan Lampung Maju dan

Sejahtera, Seni, Situs, Kerajaan Sekala Brak Warisan Budaya Dunia.. Bunga Rampai

Pemikiran Anggota DRD Provinsi Lampung. Penerbit Aura, Bandar Lampung.

_________, 2017, “Gamolan: Instrumen Musik Tradisional Lampung Warisan Budaya Dunia”.

Prosiding, Kegiatan ilmiah tingkat nasional, LPPM, Universitas Lampung.

_________, 2019, Ganesha di Bukit Damar Puluk Gunung Pesagi Peninggalan Ajaran Darma dan

Negeri Leluhur Para Dapunta Sriwijaya.

Page 12: Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Hasyimkan, dkk

22 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Hilman Hadikusuma, 1995.(penerjemah), Warahan Radin Jambat Puisi Lampung Klasik, Dewan

Kesenian Lampung, Grafikatama Jaya.

Kartomi, Margaret J.1985. Musical Instruments of Indonesia. Melbourne: Indonesian Arts Society.

Moleong, Lexi J. 2012 Metode Penelitian kualitatif. Bandung: Rineka Cipta

Palgunadi, Bram.2002. Serat Kanda Karawitan Jawi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Prier, Karl Edmund.2008.Sejarah Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

S. K, Lim.2009. Origin of Chinese Music; Asal Usul Musik Tionghoa. Terj. Denis L Toruan.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Soedarsono, R.M. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukandan Seni Rupa. Bandung: MSPI.

Yuliadi M.R.. , 2016. Si Anak Emas Radin Jambat . Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jalan

Daksinapati Barat IV. Rawamangun , Jakarta Timur