Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …
Transcript of Hasyimkan, dkk KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK …
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
11 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK TENTANG GAMOLAN
INSTRUMEN MUSIK TRADISIONAL LAMPUNG
Hasyimkan,1
Erizal Barnawi, 2
Uswatul Hakim3
Program Studi Pendidikan Musik FKIP, Universitas Lampung1,2,3
Email: [email protected]
Abstract
Gamolan is a traditional Lampung musical instrument, Gamolan came from West Lampung which
was influenced by African, Arabic, Indian, Chinese and European cultures, as well as Sumatra.
Gamolan comes from the word begamol which means gathering which has three poems about
gamolan including the story of warahan Radin Jambat, the oral literature of the Pubian and
Tanggamus people.
This research answers the problem of how classical gamolan poetry in Lampung. The goal is to be
missed background gamolan poetry. The method used is descriptive qualitative analysis with the
expected results that books can be made, submitted to journals and obtained copyright.
Keywords: Poetry, Warahan, Gamolan.
Abstrak
Gamolan merupakan instrumen musik tradisional Lampung. Gamolan terdapat di Lampung Barat
yang mendapat perdsebaran dari kebudayaan Afrika, Arab, India, China dan Eropa, serta Sumatera.
Gamolan diperkirakan berasal dari kata begamol yang mempunyai makna berkumpul yang terdapat
dalam tiga syair mengenai gamolan diantaranya dari kisah warahan Radin Jambat, Sastra lisan
masyarakat Pubian dan Tanggamus.
Penelitian ini menjawab permasalahan bagaimana syair klasik Instrumen Gamolan Lampung.
Tujuannya agar terjawab latar belakang syair gamolan. Metode yang dipergunakan analisis
deskriptif kualitatif dengan hasil yang diharapkan dapat dibuatkan buku, ajukan ke jurnal dan
mendapatkan hak cipta.
Kata kunci: Syair, Warahan, Gamolan.
A. Pendahuluan
Gamolan merupakan sebuah instrumen musik tradisional Lampung yang terbentuk dari
kebudayaan dan warisan budaya dunia. Dimulai dari perkembangan awal peradaban manusia
hingga saat ini. gamolan juga mendapat pengaruh dari pase pra-sejarah, zaman klasik Hindu
Budha hingga zaman modern. Peradaban oral, batu, kayu hingga bambu, dan kepercayaan
Animisme, Dinamisme, Hindu-Buddha, Islam. Bangsa India, China, Arab dan Eropa, Jawa dan
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
12 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
Sumatera, dll. Dari sekian pengaruh tersebut terbentuklah gamolan sebagai instrumen musik
tradisional Lampung.
Gamolan juga jenis instrumen musik tradisional Lampung yang hampir semua bahan
bakunya terbuat dari bambu. kecuali tali untuk mengikatkan bilah bambu ke baluk, pada
awalnya terbuat dari rotan, namun saat ini terbuat dari nilon. Instrumen ini hanya satu buah,
bukan sekelompok instrumen atau kelompok ensambel yang terdiri dari beberapa instrumen.
Namun dalam perkembangan berikutnya ditambah dengan instrumen musik yang lain sebagai
musik pengiring.
Instrumen gamolan Lampung diperkirakan banyak mendapat pengaruh dari berbagai
macam kebudayaan dunia. Hal ini dirumuskan dari asal-usul masyarakat Lampung sangat
beragam. Letak geografis daerah Lampung menjadi perlintasan berbagai budaya antar etnis di
dunia dan Indonesia itu sendiri. Berbagai kegiatan bangsa-bangsa lain dengan latar belakang
budaya, agama dan peradaban masing-masing juga mempengaruhi daerah ini. Pada awal
peradaban pra sejarah, diperkirakan masyarakat Lampung menggunakan gamolan sebagai alat
komunikasi tradisional. Alat yang digunakan pertamakali untuk komunikasi terutama untuk
berkumpul adalah menggunakan alat berupa vokal, dari unsur vocal inilah kemudian tercipta
syair dan dibawakan terus menerus hingga sampai mentradisi.
Untuk semua hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja syair
yang menceritakan gamolan dan apa artinya dalam bentuk kajian tertulis. Usaha ini benar-benar
sangat diperlukan dewasa ini, agar semua warisan budaya yang dimiliki, terutama syair yang
menceritakan alat musik gamolan ini dapat memperkuat bukti keberadaan gamolan ada di
masyarakat Lampung.
Penelitian yang telah dilakukan selama ini tentang gamolan terutama mengenai bentuk
dan fungsinya, adapun kali ini kita teliti tentang nama dari gamolan itu sendiri, sehingga kita
dapat mengetahui asal usul dari gamolan. Ternyata setelah melalui penelitian yang dilakukan,
nama gamolan ini hidup dan berkembang minimal ada 4 daerah yang menggunakan istilah
gamolan ini, yaitu: diwilayah Lampung Barat, Way Kanan dan Sungkai Bunga Mayang, Pubian
dan Tanggamus.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif
kualitatif. Metode analisis tersebut digunakan untuk mengurai dan menjelaskan Syair gamolan
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
13 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
Lampung.Data-data yang terkumpul berupa kata kata, gambar dan bukan angka (Moleong,
2013:11). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – oktober 2019. Sedangkan tempat
penelitian ini akan dilaksanakan di Lampung. Interview/Wawancara Nara sumber wawancara
dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat yang ada di Lampung. Dokumen tertulis/literatur
Buku-buku dan literatur tentang Syair, sejarah gamolan, budaya Lampung, dan lain-lain.
Teknik Pengumpulan Data menggunakan pedoman wawancara yang dilakukan
terhadap subjek penelitian untuk dapat memperoleh data yang dibutuhkan. Wawancara
dilakukan kepada tokoh-tokoh masyarakat Lampung. Analisis Data Terdapat beberapa langkah
yang perlu dilakukan sebelum menganalisis data penelitian kualitatif, antara lain: Reduksi data
merupakan pengumpulan data penelitian yang relevan dengan penelitian. Proses reduksi ini
dilakukan agar pembahasan penelitian terfokuskan dari data-data yang dikumpulkan selama
penelitian berlangsung. Penyajian Data, tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap seleksi data
peneltian karena data penelitian tidak dapat digunakan seluruhnya. Untuk itu, maka perlu
disusun data secara sistematis. Dan kesimpulan, tahap ini merupakan tahap penarikan
kesimpulan dari data yang telah disusun secara sistematis.
C. Pembahasan
Xylophone dari Provinsi Lampung, Sumatera. Delapan lempengan bambunya secara
kasar memiliki kisaran nada lebih dari satu oktaf. Lempengan-lempengan bambu tersebut diikat
secara bersambungan dengan tali rotan yang disusupkan melalui sebuah lubang yang ada di
setiap lempengan dan disimpul di bagian teratas lempeng. Penyangga yang tergantung bebas di
atas wadah kayu memberikan resonansi ketika lempeng bambunya dipukul oleh sepasang
tongkat kayu. Dua orang pemain duduk di belakang alat musik ini, salah satu dari mereka
(pemimpin) memainkan pola-pola melodis pada enam lempeng dan orang satunya (gelitak)
mengikutinya pada dua lempeng sisanya. Lempeng-lempeng pada gamolan di stem dengan cara
menyerut punggung bambu agar berbentuk cekung. (Margaret J Kartomi, Musical Instrumen of
Indonesia, 1985, 31)
Keberadaan Gamolan diperkirakan telah ada ribuan tahun yang lalu. Setidaknya sampai
tahun 1983 ketika Prof. Margaret J Kartomi mengadakan penelitian mengenai instrumen
tersebut, ia hanya mencantumkan istilah gamolan untuk menyebutkan instrumen ini.
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
14 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
Gambar 1.
Sketsa gamolan berbilah 7 tanpa nada 4
(dokumentasi oleh Hasyimkan, 2010)
Gambar: 2
Instrumen Gamolan Lampung
Diperkirakan abad ke-4 M
Gambar: 3
Relief Gamolan di Candi Borobudur
Abad ke-8 M
Gambar: 4 Pemukul Gamolan yang terbuat dari buah Pinang,
pemukul gamolan yang sama digunakan pada relief Borobudur
Berangkat dari teori H. Steward “ Bahwa yang relatif sederhana menyatakan lebih
dahulu daripada yang relatif lebih rumit”.
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
15 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
Kemudian teori dari Margaret J Kartomi; yang mengatakan bahwa : “Interestingly
enough, the term gamelan, which usually refers to a complete orchestra, may originally have
referred to a single instrument in Java too”. Artinya: “yang cukup menarik, istilah Gamelan
sekarang ini di adalah merujuk kepada seperangkat alat musik, mungkin juga pada awalnya
merunjuk ke nama sebuah alat musik tunggal pada zaman dahulu, termasuk di Jawa.
Gamolan berasal dari kata Begamol, Begamol sama dengan Begumul, kemudian
Lampung menyebut Gumulan menjadi Gamolan dalam bahasa Melayu yang berarti berkumpul.
Minimal ada beberapa syair mengenai gamolan yang terdapat pada warahan (cerita) di
masyarakat Lampung, antara lain: dari kisah Radin Jambat. Kisah ini berkembang di
masyarakat Way Kanan dan Sungkai. Syair masyarakat Pubian dan Tanggamus.
Walaupun syairnya berkembang dibeberapa daerah di Lampung namun instrumen
gamolan tersebut berasal dari Lampung Barat dimana semua orang Lampung pernah mendiami
wilayah Lampung Barat tersebut. Wilayah Lampung Barat terdapat Gunung Pesagi yang
disekelilingnya dikenal juga dengan wilayah Sekala Brak yaitu dimana kita bisa melihat
Gunung Pesagi dari 8 penjuru mata angin.
Persebaran gamolan di Lampung Barat ini dimulai dari sekitar “Situs Damar Puluk“
dimana di situs tersebut terdapat Archa Sri Ganesha, baru kemudian menyebar ke daerah lain di
Lampung.
Archa di bukit damar puluk adalah archa ganesa, archa tersebut nempel hampir rata
dengan dinding tebing dan tertutup tanah yang kemiringan sekitar 90 derajat, bentuk archa
sekitar 4×6 Meter, terletak di ketinggian sekitar 100 meter yang tinggi bukitnya sekitar 200
meter dari tanah, dibawahnya terdapat beberapa kolam, dan diperkirakan ada benteng di
bagian tengah bukit setinggi 4x 200 meter. Archa Ganesha tersebut membelakangi matahari
terbit yaitu sebelah timur seolah olah berasal dari matahari terbit dan menghadap ke barat
dimana tempat matahari terbenam. (Hasyimkan, 2019)
Menurut Murdam pemilik Lahan situs Damar Puluk bahwa terdapat legenda gamolan
disitus tersebut. Selain gamolan juga terdapat seperangkat pakaian kebesaran adat Lampung
baik pakaian laki-laki dan perempuan, namun perangkat gamolan dan pakaian adat Lampung
tersebut tidak untuk semua orang untuk bisa memakai dan menggunakannya.
Setelah tumbuh dan berkembang di situs Damar Puluk juga disekitar Lampung Barat
baru kemudian dibawa ke wilayah lain di Lampung yaitu Way kanan, Sungkai, Pubian dan
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
16 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
Tanggamus dimana dibeberapa wilayah tersebut masih terdapat kata gamolan yang terdapat di
syair klasik masyarakat tersebut di antaranya dalam kisah Radin Jambat,
Syair tentang Gamolan Pada Kisah Radin Jambat
Sebelum abad ke-17, orang Lampung sudah mengenal seni pertunjukan sastra.
Pertunjukan Warahan Radin Jambat dapat memakan waktu bermalam-malam. Oleh karena itu,
orang Lampung Way Kanan menyebutnya ruwahan.
Warahan Radin Jambat adalah cerita rakyat yang hidup dalam hati orang Lampung.
Warahan Radin Jambat terbagi dalam 49 bagian. Setiap bagian diawali dengan seruan pembuka
yang berbunyi, "Aaaaa..." Pembuka seperti ini menandakan cerita ini memang digubah untuk
dipentaskan.
Kisahnya menceritakan ihwal Radin Jambat mencari jodoh. Banyak gadis dijumpai,
tetapi tidak ada yang mampu meluluhkan hati Radin Jambat karena ada sifat dan perangai
buruk, dan oleh karena itu, "muli sina celaka, ditunggu celakaku." Di ujung pencarian, akhirnya
dia bertemu jodoh yang diidam-idamkan, yaitu Putri Betik Hati, gadis yang meiliki sifai dan
perangai baik.
Teks Warahan Radin Jambat didapatkan Profesor Hilman Hadikusuma (alm) dari Ny.
Yoshie Yamazaki dari Tsuda College, Jepang semasa beliau mengadakan penelitian tentang
transmigrasi di Lampung tahun 1984-1986. Panjang 703 bait. Bentuknya reringget, yang paling
tua di Lampung, dengan pola persajakan tetap dan terikat oleh banyaknya baris dalam tiap bait.
Reringget lebih mendekati sifat pantun. (Penyunting: Iwan Nurdaya-Djafar Redaktur Ahli:
Hilman Hadikusuma, Juni, 2011)
Dalam kisah Radin Jambat terdapat syair mengenai gamolan, yaitu:
1. Radin Jambat kuasa Radin Jambat memerintah
Turun di tanjung Jambi Berasal dari Tanjung Jambi
Waktu dijaman paija Waktu di jaman dulu
Makkung tahun masehi Sebelum tahun Masehi
Bijing pak salimbangan Bijing empat berhadapan
Pusiban pitu tanjak Pusiban tujuh tanjakan
Ditunggu tetabuhan Dilengkapi tetabuhan
Gamolan suwai randak Gamolan Sembilan susunan
(Hilman Hadikusuma, Iwan Nurdaya Djafar. Warahan Raden Jambat. DKL. Grafikatama Jaya.
1995,31).
Di daratan Sumatra, ada sebuah daerah yang dikelilingi gunung-gunung. Udaranya sejuk.
Bila malam menjelang, daerah itu seperti diselimuti embun. Putih seperti terbungkus kapas. Saat
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
17 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
pagi hari, daun-daun yang tertutup embun terlihat basah. Tidak jauh dari tepian sungai, ada dua
pohon siwa menyambut. Di bagian selatan kampung, ada bangunan utama tempat kediaman
raja. Bangunan ini berbentuk rumah panggung. Sebagain besar bangunan terbuat dari kayu. Pada sisi
depan bangunan terdapat ukiran bermotif jukung. Ada pula hiasan payung-payung besar berwarna
putih, kuning, dan merah. Rumah panggung itu juga memiliki anjungan. Anjungan berupa
serambi yang biasa digunakan sebagai tempat pertemuan kecil. Tentu ada juga ruangan lain untuk tempat
musyawarah resmi. Ruangan musyawarah resmi ini disebut pusiban.
Negeri Pasar Turi adalah pusat kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama
Sang Raja Tanjung. Kerajaan ini bertetangga dengan Negeri Tanjung Jambi. Konon negeri ini
dibangun oleh seseorang yang mahasakti, keturunan dewa yang beribu seorang peri. Karena
merupakan keturunan dewa, pada saat membangun negeri ini, si Sakti mendapat bantuan dari
kayangan. Tidak membutuhkan banyak waktu, hanya dalam dua hari selesailah pusat kerajaan itu
dibangun.
"Pada hari pertama, terbentuklah padang yang luas", begitulah kakek memulai ceritanya.
"Angin bertiup kencang. Awan-awan menyelimuti gunung. Semua menjadi gelap. Diikuti
suara gemuruh, sekali-sekali kilat menyambar di langit. Daun-daun beterbangan mengikuti pusaran
angin. Pada awalnya angin berputar pelan, lama-kelamaan mengencang sehingga membentuk gumpalan
pusaran yang besar. Pusaran itu kemudian meninggi dan terus membesar serta membentuk semacam
kerucut yang melancip di bawahnya." Lalu, semua menjadi rata dan lapang tak terkira," lanjut kakek
berkisah.
Semua orang menyakini peristiwa itu adalah kehendak Tuhan Mahapencipta. Si Sakti itu
ditakdirkan dan diberi kekuatan oleh Tuhan untuk menciptakan sebuah kehidupan.
Pada hari kedua terjadi peristiwa yang lebih menakjubkan. Saat hari menjelang senja,
semua berjalan seperti biasa. Cahaya jingga di ufuk barat mulai memudar.
Akan tetapi, saat malam menjelang, semua kehidupan seperti terhenti. Lalu, kakek
melanjutkan ceritanya.
"Tidak ada satu pun suara. Kelepak kelelawar pun tidak terdengar. Hanya terlihat
cahaya satu per satu turun dari langit. Awalnya, seperti air yang menetes lalu membentuk hujan
cahaya. Hujan cahaya itu menjadi deras dan sangat deras sehingga tempat itu menjadi terang. Terang
bahkan menyilaukan, sampai semuanya menjadi tidak
terlihat lagi."
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
18 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
Kala pagi menjelang telah berdiri bangunan megah. Semua bercahaya emas dan tertata
indah. Di ujung barat ada sungai yang mengalir, bertepian tempat mandi. Indahnya tidak terkira.
Dalam ruangan ada singgasana raja dan beberapa tempat untuk petinggi kerajaan. Dayang-dayang
berbaju keemasan. Pakaian dayang-dayang bermotif alam. Serasi dan asri dilihat mata. Istana itulah
yang menjadikan Negeri Pasar Suri dikenal banyak orang. Negeri yang sangat makmur ini dipimpin
oleh Sang Raja Tanjung Sembilan. Dia memimpin sangat adil dan bijaksana.
Tersebutlah Sang Raja Tanjung sebagai raja di Negeri Pasar Turi. Sebuah kerajaan yang besar
dan makmur. Penduduk memanggil rajanya dengan sebutan Sang Raja. Sang Raja Tanjung beristri tujuh. Dari
ketujuh istri itu, hanya satu istri yang dijadikan permaisuri. Permaisurilah yang melahirkan
pangeran kerajaan, anak penerus kerajaan. Walau hidup serba berkecukupan, harta yang melimpah
ruah, dan rakyat yang makmur, Sang Raja tetap bersedih hati karena tidak memiliki keturunan.
Beliau tidak memiliki anak sebagai pengganti dan pelanjut keturunan. Anak sebagai pemegang tongkat
kerajaan sepeninggal Sang Raja.
Lalu, pergilah raja untuk bertapa. Raja memohon kepada Tuhan agar diberikan anak untuk
melanjutkan keturunannya. Dalam pertapaannya di Bukit Pesagi, kerelaan dan ketulusan doa
dipanjatkan oleh Sang Raja. Sehingga Sang Raja mendapat keturunan. Tibalah waktu kelahiran sang
pangeran. Terlahir sebagai anak lelaki bercincin permata. Anak itu diberi nama si Anak Emas
Radin Jambat. Putra mahkota disebut sebagai si Anak Emas karena kelahirannya bagaikan emas. Lalu,
gelar Radin diberikan sebagai pertanda dia keturunan raja, sedangkan Jambat berarti
penghubung sebagai jalan kebahagiaan bagi negeri. Setiap ada kegiatan di Istana baik itu perkawinan,
kelahiran dan lainnya selalu menggunakan Gamolan.1
Syair Tentang Gamolan Pada Masyarakat Pubian
Syair gamolan yang ditemukan oleh Raswan ketika beliau mengadakan penelitian tahun
1997 disekitar dimasyarakat Lampung Pubian, syair tersebut mengisahkan masyarakat Pubian
ketika masih berada di Wilayah Sekala Brak Lampung Barat. Kemudian masyarakat Pubian
tersebar di beberapa wilayah di Provinsi Lampung.
Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Menyerakat, Minak Demang Lanca
atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi). Masyarakat Pubian
mendiami delapan wilayah adat: Tanjung Karang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat,
Padang Ratu, Gedung Tataan, dan Pugung. (Yuliadi M.R. 2016)
1 Yuliadi M.R.. SI ANAK EMAS RADIN JAMBAT Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jalan Daksinapati Barat
IV. Rawamangun , Jakarta Timur , 2016.
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
19 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
Wilayah Pubian yang tersebar di delapan wilayah adat tersebut juga banyak mempunyai
legenda dan situs pada zaman purbakala. Situs tersebut antara lain Situs Keratuan Pugung atau
saat ini disebut situs Taman Purbakala Pugung Raharjo. Dalam situs tersebut terdapat 7 punden
berundak yang ini sama dengan tertulis di syair dalam kisah Radin Jambat yaitu “Pusiban Pitu
Tanjak” yaitu penggambaran ada 7 lapis langit dan tujuh lapis bumi, dalam situs juga banyak
terdapat dolmen dan menhir serta lingga dan yoni, juga terdapat batu yang bertuliskan 4
penjuru mata angin dan juga terdapat pemandian yaitu kolam megalitikum yang kesemuanya
situs tersebut terdapat di dalam benteng alam terbuat dari tanah berupa benteng parit yang
dulunya sekitar kedalaman mencapai 25 meter. Situs pugung ini diyakini merupakan
peninggalan sebuah kerajaan besar namun belum begitu jelas kerajaan apa yang terdapat di
situs Pugung ini, untuk itu akan diteliti kemudian.
Disekitar situs pugung ini terdapat Sungai yaitu Way Sekampung yang hulunya
disekitar kabupaten Tanggamus. Di hulu Way Sekampung ini terdapat situs Batu Peti di
Wilayah Way Bulok Tanggamus. Situs batu peti ini terdapat di tengah air Way Bulok. Pada
situs ini banyak batu pesegi terdapat di dinding air dan juga ditengah aliran air yang terapat 4
batu berdiri yang diatasnya terdapat batu besar yang diperkirakan pada zaman dulu untuk
meletakkan abu jenasah para raja dari situs keratuan Pugung yang meninggal dunia, abu
tersebut disemayamkan diatas batu sebelum dilarung ke sungai. Hal tersebut dimana diwilayah
Tanggamus menggunakan warna kuning sebagai simbol utama. Simbol warna kuning
disamping lambang kebesaran dan keagungan warna kuning juga sebagai lambang
kematian.(Satria pande, 2019).
Adapun syair tentang gamolan yang terdapat pada masyarakat Pubian adalah, sebagai
berikut:
2. Lain lagi jak jaman sina Lain lagi waktu itu
cerita dang kepalang Ceritanya gak tanggung-tanggung
riwayat gamolan sakti Riwayat Gamolan Sakti
mukjizat jaman puyang Mukjizat zaman puyang
ya lagi kepakha wali Para tetua zaman wali
Sehaluan di malaka tahun 1476 M. Dikembangkan di Malaka abad ke-XV M. (Dikutip
dari naskah kias salaman salah satu karya sastra lisan Lampung Pubian, Raswan, 1997).
Syair Tentang Gamolan Pada Masyarakat Tanggamus
Syair Gamolan tersebut mengisahkan tentang Haji Ripin yang pandai gamolan, beliau
adalah seorang pemain gamolan dimasyarakat adat Negara Batin Tanggamus. Haji Ripin adalah
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
20 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
seorang masyarakat biasa yang mempunyai putra Mat Amin berasal dari Way Liwok yang
pandai main gamolan. Tokoh adat Negara batin mempunyai seorang putri yang cantik Aida
Sari bin Abdulah Sa’ari Saibatin dari Negara Batin.
Singkat cerita Mat Amin Putranya Haji Ripin adalah seorang yang main gamolan,
karena pandai, ketika main gamolan banyak orang senang termasuk sang putri raja. Akhirnya
Aida Sari yang putri sutan jatuh cinta sama Mat Amin maka terjadilah cinta beda kasta, namun
orang tua Aida Sari tidak menyetujui namun karena mereka saling cinta maka terjadilah
sebambangan (kawin lari) antara Mat Amin dan Aida Sari. (Nila Sari, 2019).
Legenda tersebut tergambar pada syair gamolan di masyarakat Tanggamus tersebut
adalah:
3.Nak ninak-ninak ningkung Nak ninak-ninak ningkung
Gamolan Haji Ripin Gamolan haji Ripin
Ngakuk anakni Gedung Mengambil anak raja
Kebayanni Mad Amin Permaisurinya Mad Amin
(Syair Sagata dari masyarakat Tanggamus, Ridhwan Hawari, 2013)
Sutan Putra yaitu Saibatin Negara Batin Tanggamus 2019
Syair yang menceritakan tentang perjalanan gamolan terdapat tiga syair yaitu: dari kisah
Radin Jambat, masyarakat Pubian dan masyarakat Tanggamus, mereka sama-sama pernah di
wilayah Sekala Brak tepatnya di situs Damar Puluk Kecamatan Batu Ketulis, dan Kecamatan
Kenali, Kecamatan Batu Brak Lampung Barat, namun lebih utama di situs Damar Puluk
dimana disana terdapat wilayah Kebuaian, Tanjung dan Atar Menguk. Pada situs Istana Damar
Puluk terdapat Mitologi Gamolan, (wawancara: Murdam, 2019).
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
21 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
Syair Gamolan menerangkan tentang tiga zaman yaitu Prasejarah, abad ke 15 M dan
yang ketiga menerangkan masa saat ini. Syair gamolan pada zaman prasejarah terdapat pada
kisah Radin Jambat, dalam kisah Radin Jambat ada sebauh syair yang menyebutkan tentang
kisah tersebut pada zaman sebelum masehi. syair tersebut menceritakan tentang adanya sebuah
kerajaan pada zaman prasejarah dan setiap kegiatan di istana tersebut selalu menggunakan
gamolan.
Syair yang kedua menceritakan tentang kisah gamolan yang telah berlangsung dari
zaman dahulu kala hingga dibawa ke Malaka pada abad ke 15 M. gamolan pada waktu itu
dibawa kesetiap ada keramaian. Gamolan merupakan benda yang sangat bersejarah dan bagian
yang terpenting dari perjalanan orang Lampung.
Syair yang ketiga yaitu menceritakan tentang perjalanan kisah manusia, dimana disuatu
ketika di sebuah kerajaan terdapat seorang pemuda yang pandai memainkan gamolan, pemuda
tersebut adalah seorang rakyat biasa yang mempersunting anak Raja, namun karena mereka
saling mencintai maka terjadilah perjodohan pada mereka.
D. Kesimpulan
Gamolan adalah sebagai alat musik tradisional Lampung, ini dibuktikan dengan
terdapat tiga buah syair mengenai gamolan, syair tersebut menceritakan tiga zaman yaitu
zaman pra sejarah, abad ke 15 masehi dan juga pada zaman Islam. Penemuan tiga bauh syair
gamolan, menguatkan instrumen musik di Lampung terbuat dari bambu yang berlempeng
tersebut bernama Gamolan, semoga tidak ada lagi nama lain untuk penyebutan alat musik
tersebut guna Gamolan dapat kita daftarkan ke Unesco
Daftar Pustaka
A Karim Sanusi, Horisun,1989. “Aruhan Radin Jambat”, Jakarta.
Hasyimkan. 2011, “Gamolan:Instrumen Musik Tradisional Lampung Bentuk, Fungsi dan
Perkembangannya”. Tesis sebagai syarat untuk mencapai derajat sarjana S2 pada program
studi pengkajian seni pertunjukan dan seni rupa, Universitas Gadjah Mada Yogyakara.
_________. 2012. “Laras Gamolan” Jurnal Aksara Vol XII, No 1, Hal 47-56, Jurusan Bahasa dan
Seni, FKIP Universitas Lampung.
_________. 2017. Sumber Daya Budaya Sebagai Modal Pembangunan Lampung Maju dan
Sejahtera, Seni, Situs, Kerajaan Sekala Brak Warisan Budaya Dunia.. Bunga Rampai
Pemikiran Anggota DRD Provinsi Lampung. Penerbit Aura, Bandar Lampung.
_________, 2017, “Gamolan: Instrumen Musik Tradisional Lampung Warisan Budaya Dunia”.
Prosiding, Kegiatan ilmiah tingkat nasional, LPPM, Universitas Lampung.
_________, 2019, Ganesha di Bukit Damar Puluk Gunung Pesagi Peninggalan Ajaran Darma dan
Negeri Leluhur Para Dapunta Sriwijaya.
p-ISSN: 2550-0058
e-ISSN: 2615-1642
Hasyimkan, dkk
22 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)
Hilman Hadikusuma, 1995.(penerjemah), Warahan Radin Jambat Puisi Lampung Klasik, Dewan
Kesenian Lampung, Grafikatama Jaya.
Kartomi, Margaret J.1985. Musical Instruments of Indonesia. Melbourne: Indonesian Arts Society.
Moleong, Lexi J. 2012 Metode Penelitian kualitatif. Bandung: Rineka Cipta
Palgunadi, Bram.2002. Serat Kanda Karawitan Jawi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Prier, Karl Edmund.2008.Sejarah Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
S. K, Lim.2009. Origin of Chinese Music; Asal Usul Musik Tionghoa. Terj. Denis L Toruan.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Soedarsono, R.M. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukandan Seni Rupa. Bandung: MSPI.
Yuliadi M.R.. , 2016. Si Anak Emas Radin Jambat . Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jalan
Daksinapati Barat IV. Rawamangun , Jakarta Timur