HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

89
i INTERAKTIF | Vol. 13 | No.1 | Hlm. 1- 85 | Malang, Juli 2021 | ISSN 2086-0374 HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF SOCIAL RESILIENCE IN PURWOREJO AND TABANAN (Rahmat Saleh, Irin Oktafiani, Norman Luther Aruan, Angela Iban) WISATA PETIK BUAH SEBAGAI HABITUS SOSIAL-EKONOMI BARU MASYARAKAT DUSUN KUNIRAN DESA JEKEK KECAMATAN BARON NGANJUK (Muhammad Hudalinnas, Ika Silviana) HUBUNGAN EMOTIONAL COPING BEHAVIOR DENGAN AGRESIVITAS SUPORTER SEPAK BOLA BONEK MANIA (Abdulloh Alba Syaiba) HUBUNGAN ANTARA LIMA FAKTOR KEPRIBADIAN (BIG FIVE PERSONALITY) DENGAN KPU TRUST PEMILIH PEMILU 2024 (Irsyad Abdul Rasyid, Lusy Asa Akhrani) TATA KELOLA SUMBER DAYA DI TINGKAT BAWAH: PARTISIPASI DAN KONTESTASI KUASA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR MASYARAKAT GUNUNG KAWI, KABUPATEN MALANG (irza khurun'in, Genta Mahardhika Rozalinna)

Transcript of HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

Page 1: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

i

INTERAKTIF | Vol. 13 | No.1 | Hlm. 1- 85 | Malang, Juli 2021 | ISSN 2086-0374

HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF

SOCIAL RESILIENCE IN PURWOREJO AND TABANAN (Rahmat Saleh, Irin Oktafiani, Norman Luther Aruan, Angela Iban)

WISATA PETIK BUAH SEBAGAI HABITUS SOSIAL-EKONOMI

BARU MASYARAKAT DUSUN KUNIRAN DESA JEKEK

KECAMATAN BARON NGANJUK

(Muhammad Hudalinnas, Ika Silviana)

HUBUNGAN EMOTIONAL COPING BEHAVIOR DENGAN

AGRESIVITAS SUPORTER SEPAK BOLA BONEK MANIA

(Abdulloh Alba Syaiba)

HUBUNGAN ANTARA LIMA FAKTOR KEPRIBADIAN (BIG FIVE

PERSONALITY) DENGAN KPU TRUST PEMILIH PEMILU 2024 (Irsyad Abdul Rasyid, Lusy Asa Akhrani)

TATA KELOLA SUMBER DAYA DI TINGKAT BAWAH:

PARTISIPASI DAN KONTESTASI KUASA PENGELOLAAN

SUMBER DAYA AIR MASYARAKAT GUNUNG KAWI,

KABUPATEN MALANG (irza khurun'in, Genta Mahardhika Rozalinna)

Page 2: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

ii

Vol 13 No. 1 Juli 2021

Penanggung Jawab

Dekan FISIP Universitas Brawijaya

Redaktur

Lusy Asa Akhrani

Managing Editor

Faizah

Editor:

Fathur Rahman

Abdul Aziz SR

Genta Mahardhika Rozalinna

Nia Ashton Destrity

Wifka Rahma Syauki

Muhaimin Zulhair

Reviewer: Abdul Wahid Ali Maksum Ika Herani I Wayan Suyadnya Thoyyibatus Sarirah

Copy Editor dan Teknisi

Dinil Maghfiroh

Diterbitkan Oleh:

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Alamat Redaksi

Gedung B Lt.6 FISIP

Jl. Veteran Malang 65145

Tlp. (0341) 575755 Fax. (0341) 570038

[email protected] atau [email protected]

Page 3: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas perkenan-Nya kami dapat

menerbitkan INTERAKTIF: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial Volume 123 Nomor 1, Juli 2021. Jurnal

Interaktif terbit dua kali dalam satu tahun. Edisi ini menampilkan 5 (lima) artikel terkait

dengan ilmu-ilmu sosial yang meliputi: ((1) Harmony and The Role of Actors to Actualize

of Social Resilience in Purworejo and Tabanan, (2) Wisata Petik Buah Sebagai Habitus

Sosial-Ekonomi Baru Masyarakat Dusun Kuniran Desa Jekek Kecamatan Baron

Nganjuk, (3) Hubungan Emotional Coping Behavior Dengan Agresivitas Suporter

Sepak Bola Bonek Mania, (4) Hubungan Antara Lima Faktor Kepribadian (Big Five

Personality) Dengan Kpu Trust Pemilih Pemilu 2024, (5) Tata Kelola Sumber Daya di

Tingkat Bawah: Partisipasi dan Kontestasi Kuasa Pengelolaan Sumber Daya Air

Masyarakat Gunung Kawi, Kabupaten Malang). Terima kasih kami sampaikan kepada

para peneliti, yang telah ikut berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ini. Tidak lupa kami

ucapkan terima kasih kepada para Mitra Bestari atau Reviewer yang telah membantu sehingga

jurnal ini dapat diterbitkan. Semoga kerjasama yang telah berjalan dapat ditingkatkan.

Malang 31 Juli 2021

Salam,

Dewan Redaksi

Page 4: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

iv

PANDUAN PENULISAN

Tulis atau tempel judul artikel Anda di sini dalam bahasa inggris Nama Penulis 1

(1), Nama Penulis 2

(2), dst. (jika afiliasi para penulis berbeda, tambahkan

keterangan angka sebagaimana dicontohkan) Tulis atau tempel email korespondensi penulis di sini (satu saja, tanpa garis bawah)

(1)Jurusan/Fakultas, Universitas, Kota, Negara

(2)Jurusan/Fakultas, Universitas, Kota, Negara (tambahkan sesuai kebutuhan)

Type your abstract here in FORMAL ENGLISH and limit to the maximum of 250

ITALICIZED words. You don‟t need to put the title (“Abstract”) in this section. The

abstract should contain several important information of your study, including

research problems and study objectives, method, and results. First impression to your

abstract may determine whether or not readers will continue to read the whole article.

Therefore, use this section wisely.

Keywords: keywords 1; keywords 2; etc (maximum 5 keywords in alphabetical order)

Tulis abstrak Anda di sini dalam BAHASA INDONESIA formal dan maksimal 300

kata. Abstrak dalam Bahasa Indonesia tidak perlu ditulis miring. Anda juga tidak perlu

menuliskan judul (“Abstrak”) di bagian ini. Abstrak harus berisi informasi-informasi

penting berkaitan dengan penelitian Anda, seperti problematika dan tujuan penelitian,

metode, dan hasil. Kesan pertama terhadap abstrak artikel Anda mungkin akan

menentukan apakah pembaca akan meneruskan membaca artikel Anda atau tidak.

Oleh karena itu, gunakanlah bagian ini secara bijak.

Kata kunci: kata kunci 1; kata kunci 2; dst (maksimal 5 kata kunci disusun secara

alfabetis)

Heading 1: gunakan gaya ini untuk heading level 1 (yaitu Pendahuluan, Metode, Hasil

dan Diskusi, Simpulan)

Gunakan gaya ini untuk memulai teks utama artikel Anda. Artikel ini harus ditulis dalam

bahasa Indonesia formal (kecuali bagian Abstrak). Heading level 1 ditulis dengan menggunakan

huruf kapital. Anda harus selalu merujuk ke formatting styles box pada toolbar di atas ketika

menulis. Di sana tersedia semua gaya penulisan yang Anda perlukan dalam menulis artikel agar

sesuai dengan gaya penulisan di Mediapsi.

Bagian “Pendahuluan” harus berisi latar belakang penelitian Anda mendeskripsikan

problematika penelitian, penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan (kajian pustaka), dan

tujuan penelitian Anda. Anda bisa menyebutkan hipotesis penelitian Anda di bagian ini jika

diperlukan.

Page 5: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

v

Bagian “Metode” harus berisi keterangan mengenai desain penelitian, subjek penelitian,

instrumen/alat-alat penelitian (jika ada), dan teknik analisis data. Untuk penelitian eksperimen,

disarankan untuk ditambahkan prosedur-prosedur eksperimen. Penelitian kualitatif mungkin tidak

jauh berbeda dengan sistematika penulisan ini. Akan tetapi, jika perlu dilakukan penyesuaian

tertentu, maka diperkenankan untuk mengubahnya sesuai kebutuhan.

Kemudian, bagian “Hasil dan Diskusi” memuat deskripsi umum dari hasil penelitian Anda

sesuai dengan metode yang digunakan. Bagian ini juga memuat pembahasan menyeluruh

mengenai hasil penelitian Anda tadi.

Bagian “Simpulan” bagian ini berisi simpulan penelitian dan memberikan rekomendasi untuk

penelitian lebih lanjut.

Jika Anda memerlukan teks yang disertai poin-poin atau angka-angka, maka Anda dapat

mengikuti format sebagai berikut:

Untuk teks berpoin, gunakan gaya ini.

1. Untuk teks berangka, gunakan gaya ini.

Tabel dan gambar harus ditampilkan dengan memperhatikan keserasian dengan teks. Tabel dan

gambar Anda akan dicetak dalam warna hitam putih. Oleh karena itu, harap mempertimbangkan

hal ini dalam pemilihan warna.

Tabel Anda harus ditampilkan di sini dalam bentuk yang bisa diedit dan tanpa menggunakan garis

vertikal. Ini berarti Anda tidak dianjurkan untuk menampilkan tabel dalam format gambar (JPEG,

BMP, TIFF, dsb). Sementara itu, berkebalikan dengan tabel, gambar yang Anda tampilkan harus

merupakan gambar terbaik berkaitan dengan resolusinya, dalam format gambar seperti disebutkan

sebelumnya. Resolusi gambar minimum yang dianjurkan adalah 200 dpi.

Page 6: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

vi

Judul tabel harus ditulis seperti ini:

Tabel 1.

Ini adalah judul tabel dan tabel termaksud diletakkan tepat di bawah judul.

Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 Kolom 6

Untuk penanda

desimal harap

menggunakan titik

(.)

Anda dapat merubah

sesuai kebutuhan,

misalnya, rata

tengah.

0.988 0.888

Atau miring Atau bisa juga

tebal

Jika diperlukan, deskripsi atau catatan berkaitan dengan tabel di atasnya dapat ditulis di sini (sumber

disebutkan).

Karena artikel pada jurnal ini akan dicetak dalam dua kolom, maka kami menganjurkan Anda

untuk menyesuaikan ukuran tabel dan gambar Anda secara serasi. Anda diperbolehkan

menampilkan tabel dan gambar sebesar satu kolom (setengah lebar halaman ini), satu setengah

kolom (tiga perempat lebar halaman ini), atau bahkan dua kolom penuh (selebar halaman ini),

sesuai dengan kebutuhan Anda.

Sementara itu, judul gambar ditulis dengan gaya seperti ini:

GAMBAR ANDA

Gambar 1. Ini adalah judul gambar Anda dan diletakkan tepat di bawah gambar termaksud.

Berkaitan dengan istilah-istilah asing, Anda harus menuliskannya dalam bentuk miring (italic).

Hal ini juga dimaksudkan untuk semua kata yang tidak ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia,

termasuk kata-kata yang berasal dari bahasa lokal Nusantara.

Heading 2: gunakan gaya ini untuk heading level 2

Heading level dua dapat dibuat sebagai subbagian dari heading level 1. Sebagai contoh, pada

bagian “Metode”, subbagiannya dapat berupa desain penelitian, subjek penelitian, dsb.

Subbagian-subbagian tersebut harus memakai gaya heading level 2 ini.

Heading 3: gunakan ini untuk heading level 3

Page 7: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

vii

Jika diperlukan, Anda bisa menambahkan heading level 3 sebagai sub-subbagian dari heading

level 1.

DAFTAR REFERENSI

Sitasi dalam teks dan daftar pustaka harus menyesuaikan dengan gaya American Psychological

Association (APA).

Silakan merujuk ke Panduan Penulisan Sitasi dan Kepustakaan Jurnal sebagaimana terlampir

dalam laman Mediapsi.

Anda juga dapat menggunakan reference and citation generator bawaan pada program

pengolah kata yang Anda miliki atau menggunakan third party softwares seperti

Mendeley, EndNote, dsb. untuk memudahkan pekerjaan Anda.

Artikel dari jurnal-jurnal ilmiah bereputasi dan buku-buku teks sangat disarankan untuk

menjadi referensi utama Anda.

Kami juga sangat menyarankan agar Anda menggunakan referensi terbaru (paling tidak 10

tahun terakhir).

Page 8: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

viii

Daftar Isi

Judul Jurnal ............................................................................................. i

Dewan Redaksi ....................................................................................... ii

Kata pengantar ........................................................................................ iii

Panduan Penulisan .................................................................................. iv

Daftar Isi ................................................................................................. viii

Harmony And The Role Of Actors To Actualize Of Social Resilience In

Purworejo And Tabanan

(Rahmat Saleh, Irin Oktafiani, Norman Luther Aruan, Angela Iban) ...... 1

Wisata Petik Buah Sebagai Habitus Sosial-Ekonomi Baru Masyarakat

Dusun Kuniran Desa Jekek Kecamatan Baron Nganjuk

(Dita Rachmayani, Sukaesi Marianti, Annisa Alda Arrumdias) ............... 27

Hubungan Emotional Coping Behavior Dengan Agresivitas Suporter

Sepak Bola Bonek Mania

(Abdulloh Alba Syaiba) .......................................................................... 41

Hubungan Antara Lima Faktor Kepribadian (Big Five Personality)

Dengan KPU Trust Pemilih Pemilu 2024

(Irsyad Abdul Rasyid, Lusy Asa Akhrani) .............................................. 51

Tata Kelola Sumber Daya di Tingkat Bawah: Partisipasi dan

Kontestasi Kuasa Pengelolaan Sumber Daya Air Masyarakat Gunung

Kawi, Kabupaten Malang

(Irza khurun'in, Genta Mahardhika Rozalinna) ........................................ 66

Page 9: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

1

HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF SOCIAL

RESILIENCE IN PURWOREJO AND TABANAN

Irin Oktafiani

(1), Norman Luther Aruan

(1), Rahmat Saleh

(1), Angela Iban

(2)

[email protected] (1)

Peneliti pada Pusat Penelitian Kependudukan – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta,

Indonesia (2)

Peneliti pada Pusat Penelitian Kewilayahan – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta,

Indonesia

Rukun and Tri Hita Karana had been conceptualized by scholars in anthropology as

harmony in the Javanese and Balinese people from the late 20th until the early 21st

century. These two kinds of philosophies still relevant amid the significant changes in

the so-called modern society of Javanese and Balinese. This paper shows how rukun

and Tri Hita Karana, which have been renowned along time will ensure the social

resilience in the people of Purworejo and Tabanan when they are facing challenges.

These two regions also remain still by the supports of organic actors who are ready to

secure the harmony in the society. Data in this paper is collected from the focus group

discussion and in-depth interviews in Purworejo and Tabanan as part of the research

Penelitian Pembentukan Desa Berketahanan Sosial which is conducted in 2019 by

Social Welfare Research and Development Agency of The Ministry of Social Services of

Indonesia. Furthermore, this paper analyzed the meaning of harmony in the Purworejo

and Tabanan people and their ability to face any changes. The results are; (1) Rukun

and Tri Hita Karana still relevant in the people of Purworejo and Tabanan; (2) there

are some organic actors who then help the society to keep the long-live philosophy of

rukun and Tri Hita Karana.

Keywords: Harmony, Rukun, Tri Hita Karana, Actors, Social Resilience

Filosofi Rukun dan Tri Hita Karana pada masyarakat Jawa dan Bali dikonsepsikan

sebagai harmoni dalam kajian antropologi pada akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-

21. Kedua filosofi ini dianggap masih relevan di tengah perubahan masyarakat modern

di Jawa dan Bali. Tulisan ini akan memperlihatkan bagaimana filosofi Rukun dan Tri

Hita Karana yang sudah ada di dalam masyarakat masih relevan dan dapat menjamin

ketahanan sosial masyarakat Purworejo dan Tabanan dalam menghadapi perubahan.

Ditambah lagi kedua daerah tersebut telah memiliki dukungan melalui kehadiran aktor-

aktor organik yang siap menjadi penjaga bagi keseimbangan di dalam masyarakat.

Sumber data diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara

mendalam di Purworejo dan Tabanan sebagai bagian dari Penelitian Pembentukan Desa

Berketahanan Sosial yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI pada tahun 2019. Penelitian ini

menggunakan analisis makna harmoni dan pendekatan agency untuk melihat pola pikir

dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi perubahan. Temuan dari penelitian ini

adalah; (1) Filosofi rukun dan Tri Hita Karana masih relevan dalam perkembangan

masyarakat di Purworejo dan Tabanan; (2) Aktor-aktor dalam masyarakat lahir secara

organik sebagai penjaga keseimbangan dalam masyarakat.

Kata Kunci: Harmoni, Rukun, Tri Hita Karana, Aktor, Ketahanan Sosial

Kontribusi: Dalam artikel ini, Irin Oktafiani, Norman Luther Aruan, Rahmat Saleh,

dan Angela Iban berperan sebagai Kontributor Utama.

Page 10: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

2

PENDAHULUAN

Tulisan ini adalah studi mengenai bagaimana harmoni dalam masyarakat menjadi

penopang untuk menciptakan ketahanan sosial atau lingkungan kehidupan sehari-hari

yang mapan. Selain lahir dari bekal-bekal filosofi budaya turun temurun masyarakat,

harmoni juga tercipta dari hadirnya para aktor yang kemudian disebut sebagai pranata

sosial. Tulisan ini berangkat dari hasil penelitian tahun 2019 yang dilakukan oleh Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial, Republik

Indonesia, dalam rangka Pembentukan Desa Berketahanan Sosial. Penelitian ini

bertujuan untuk mewujudkan Desa Berketahanan Sosial pada tujuh kabupaten yang

belum memiliki Penyuluh Sosial Masyarakat, dua di antaranya adalah Purworejo dan

Tabanan. Hal ini dikarenakan Penyuluh Sosial Masyarakat di dalam pokok kerja

Kementerian Sosial dianggap sebagai ujung tombak pembentukan Desa Berketahanan

Sosial. Penulis memilih Purworejo dan Tabanan sebagai obyek dari tulisan dengan dasar

bahwa kedua daerah ini menunjukkan kondisi ketahanan sosial turut tercipta dengan

keberadaan pranata sosial atau para aktor di dalam masyarakat.

Harmoni merupakan salah satu ide yang lahir dari masyarakat. Sebagai sebuah

pengetahuan, kebudayaan melahirkan nilai dan ide untuk mewujudkan ritus kehidupan

sehari-hari yang ideal bagi para pelakunya, yaitu masyarakat. Hal ini tentu tidak terlepas

bahwa sebagai makhluk sosial, hidup suatu individu adalah bagian dari masyarakat luas

(Mulder, 1983) sehingga membutuhkan suatu sistem nilai dan ide untuk menjalankannya.

Dalam budaya yang berkembang pada masyarakat Jawa, nilai dan ide tersebut tumbuh

menjadi sebuah prinsip kehidupan seperti yang dijelaskan oleh Adamson (2007), salah

satunya adalah rukun. Menurut pandangan Geertz (dalam Jay, 1969), rukun dalam

masyarakat Jawa telah membentuk sistem pengelolaan relasi dan interaksi di antara

mereka, bahwa rukun menjadi kaidah dasar yang paling menentukan. Tidak hanya

menjelaskan sebuah kondisi, nilai rukun juga dimaknai oleh masyarakat Jawa sebagai

cara bertindak. Pada kajian Antropologi, hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat

tertuntun oleh pengetahuannya untuk melakukan suatu perilaku. Itu sebabnya rukun juga

dapat diterjemahkan sebagai social harmony, yaitu sebuah keadaan atau kondisi sosial

yang tentram, aman, dan tanpa perselisihan (Jay, 1969). Lebih luas dari itu, Hawkins

(1996) menekankan bahwa kondisi rukun dianggap sebagai prinsip resolusi konflik dan

filosofi untuk menjaga relasi sosial dalam masyarakat Jawa. Bagi Hawkins, rukun bukan

Page 11: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

3

sekadar mekanisme praktis yang ada di dalam masyarakat tradisional, tetapi juga

merupakan filosofi yang akan terus relevan sekalipun masyarakat berubah menjadi

modern.

Sementara itu, konsep harmoni yang sama berkembang dalam masyarakat Bali

melalui filosofi Tri Hita Karana (Ramstedt 2014:61). Tri Hita Karana merupakan filosofi

yang berhubungan dengan agama Hindu dan mengatur tiga jenis relasi yang ada di dalam

hidup manusia. Relasi tersebut adalah hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan),

hubungan manusia dengan sesama (pawongan), dan hubungan manusia dengan alam

(palemahan) (lihat Warren, 2007:172; Sukarma, 2016:88). Tiga unsur tersebut telah

mewakili mikrokosmos dan makrokosmos atau segmen-segmen kehidupan manusia,

yaitu sosial, lingkungan, dan spiritual yang membentuk suatu kesatuan dimana manusia

menjadi inti pelakunya. Kosmologi ini menunjukkan bahwa kebahagiaan, kemakmuran,

dan harmoni tidak diberikan oleh Sang Ilahi dan alam tanpa upaya manusia, untuk

menjaga ketahanan hubungan tersebut.

Dua sistem ide masyarakat yang berkembang pada masyarakat Jawa dan Bali di

atas, yaitu rukun dan Tri Hita Karana, menunjukkan perannya untuk menjaga

keseimbangan dan memastikan adanya harmoni di dalam masyarakat. Tulisan ini akan

melihat bahwa harmoni dalam masyarakat Purworejo dan Tabanan masih dirasakan

melalui keberadaan filosofi rukun dan Tri Hita Karana. Terdapat argumentasi bahwa

filosofi harmoni merupakan suatu hal bentukan negara dan merupakan ciri dari

masyarakat tradisional. Namun, di dalam tulisan ini penulis menemukan bahwa sekalipun

masyarakat mengalami dinamika, misalnya kemajuan teknologi, filosofi rukun dan Tri

Hita Karana masih terus memiliki peran menjadi penjaga keharmonisan dalam

masyarakat. Di sisi lain, hal tersebut pada nyatanya tidak berdiri sendiri, namun juga

didukung oleh adanya aktor-aktor yang lahir secara organik di dalam masyarakat

Purworejo dan Tabanan, sehingga semakin mendukung kelanggengan konsep harmoni

tersebut. Tulisan ini akan terbagi ke dalam dua bagian pembahasan. Pertama, penulis akan

menggambarkan kondisi terkini masyarakat Purworejo dan Tabanan yang kemudian

dianalisis menggunakan konsep rukun (Hawkins, 1996) dan Tri Hita Karana (Sukarma,

2016). Kedua, adalah bagian munculnya aktor-aktor secara organik yang mendukung

harmoni di dalam masyarakat yang akan dianalisis melalui modalitas agency as intention

(Ortner, 2011). Penulis melihat keberadaan aktor-aktor di dalam masyarakat Purworejo

Page 12: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

4

dan Tabanan tidak bisa dilihat sebagai kemampuan individu karena memiliki otoritas

lebih tinggi dari yang lain, tetapi didasari oleh kesadaran masyarakat yang memiliki pola

pikir dan tujuan yang sama, dalam hal ini adalah filosofi rukun dan Tri Hita Karana.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang

digunakan yaitu diskusi kelompok terpumpun (Focus Group Discussion atau FGD),

wawancara mendalam (in-depth interview), analisis data sekunder, dan observasi. FGD

dilakukan dengan para tokoh masyarakat, perangkat desa, dan perwakilan masyarakat

desa di masing-masing kabupaten. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran

profil, potensi, dan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat di tiap desa.

Sementara metode wawancara mendalam dilakukan untuk mendalami hasil dari FGD,

melihat respon dari informan yang terpilih terkait potensi desa dan masalah-masalah yang

dihadapi, sampai munculnya aktor-aktor secara organik di setiap desa. Wawancara

mendalam dilakukan secara luring (offline) dan daring (online) melalui aplikasi Whatsapp

dengan beberapa informan di Purworejo dan Tabanan. Informan yang dipilih dari

Kabupaten Tabanan merupakan seorang penyuluh sosial dan dosen, sedangkan dari

Kabupaten Purworejo merupakan dua orang pekerja. Analisis data sekunder dilakukan

dengan mengumpulkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menggambarkan

kondisi terkini masyarakat Purworejo dan Tabanan. Metode observasi dilakukan untuk

mengamati secara langsung kehidupan masyarakat desa dan bagaimana mereka hidup

beriringan dengan filosofi rukun di Kabupaten Purworejo dan Tri Hita Karana di

Kabupaten Tabanan.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Tabanan.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan pada

karakteristik masyarakat dan merupakan lokasi pembentukan penyuluh sosial yang telah

dipilih oleh Pusat Penyuluhan Sosial (Puspensos), Kementerian Sosial. Di sisi lain, kedua

daerah tersebut menunjukkan bahwa kondisi harmoni di dalam masyarakat lahir secara

organik melalui keberadaan para aktor di dalam masyarakat.

Page 13: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

5

HASIL DAN DISKUSI

A. Konsep Ketahanan dan Definisi Ketahanan Sosial Bagi Pemerintah1

Teori ketahanan lahir dan banyak dipakai untuk menjelaskan fenomena psikologi,

akan tetapi teori ketahanan juga dipakai untuk menjelaskan fenomena dari disiplin ilmu

lain. Sebagai contoh, C. S. Holling (1973:14) melihat ketahanan dalam sistem ekologi

dan berpendapat bahwa ketahanan merupakan ukuran kegigihan sistem dan

kemampuannya dalam menyerap perubahan dan gangguan, sekaligus dapat tetap

mempertahankan beberapa hubungan atau relasi di antara populasi atau beberapa variabel

yang tersedia. Ketahanan juga menjelaskan bagaimana individu dapat memanfaatkan

akses untuk mengatasi efek negatif yang mungkin muncul dari tekanan yang dihadapi,

hal ini dinamakan sebagai coping strategy (Meadows, et al., 2015:9). Kemudian konsep

ketahanan berkembang, tidak hanya mampu menjelaskan strategi bertahan individu tetapi

juga dapat menjelaskan strategi yang dilakukan di dalam masyarakat sebagai bagian dari

komunitas. Misalnya saja coping strategy masyarakat di Ethiopia dan Makassar dalam

menghadapi perubahan iklim dengan melakukan migrasi, pembagian kerja, diversifikasi

pekerjaan, dan mengurangi luas lahan (lihat Costa, et al. 2013 dan Asmamaw, 2019).

Dalam aspek sosial, ketahanan secara khusus dilihat sebagai upaya-upaya advokasi untuk

penguatan kapasitas institusi masyarakat (Suwignyo, 2018:94). Bagi Michael Hanisch

(2016), agar lebih memahami konsep ketahanan, perlu mengetahui apa dan siapa yang

penting untuk bertahan beserta tujuannya, bagaimana ketahanan harus dipromosikan,

serta siapa yang bertanggung jawab atas hal tersebut. Apabila dapat disimpulkan, penulis

berargumentasi bahwa ketahanan sosial dapat dilihat sebagai upaya-upaya yang

dilakukan masyarakat untuk menjaga satu tatanan yang dianggap ideal dan bagaimana

masyarakat merespon tekanan-tekanan yang melanda dalam kehidupan mereka.

Pemerintah Indonesia juga sudah merumuskan konsep ketahanan sosial di dalam

masyarakat yang tercantum pada Keputusan Menteri Sosial nomor 12 tahun 2006.

Ketahanan sosial masyarakat merupakan suatu kemampuan bagi komunitas dalam

mengatasi risiko perubahan, ekonomi, dan politik. Risiko dari perubahan ekonomi dan

politik dianggap dapat mengganggu kestabilan masyarakat, sehingga penting bagi suatu

1 Pemakaian istilah ketahanan di Indonesia masih menjadi perdebatan dalam dunia akademis karena dekat dengan program yang dilakukan pemerintah Orde Baru (Suryanto, 2020) dan istilah ini kadang diartikan oleh para akademisi sebagai resilience maupun strength. Penulis membatasi istilah ketahanan sosial dalam tulisan ini menggunakan konsep resilience untuk melakukan analisis karena kedekatan konsepnya dengan istilah ketahanan sosial yang dipakai oleh pemerintah dalam Keputusan Menteri Sosial nomor 12 tahun 2006.

Page 14: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

6

komunitas untuk melewati perubahan tersebut dengan baik. Ketahanan sosial ini

diharapkan muncul dimulai dari individu dan institusi keluarga. Suatu komunitas

dianggap memiliki ketahanan sosial apabila mampu melindungi dirinya dari keterpurukan

dan hal ini dapat dilihat melalui empat dimensi ketahanan sosial.

Empat dimensi ketahanan sosial mencakup elemen yang perlu diperhatikan agar

tidak terjadi keterpurukan dan perlu dikembangkan dalam masyarakat. Dimensi pertama

berfokus pada kepastian tersedianya pelayanan dasar di masyarakat dan tingkat

perlindungan sosial bagi kelompok rentan, miskin, dan penyandang masalah sosial.

Melalui dimensi ini diharapkan pelayanan sosial dapat diakses dengan mudah, dapat

dijangkau oleh masyarakat, serta segala kebutuhan kelompok rentan dan penyandang

masalah sosial dapat tercukupi. Dimensi kedua berfokus pada tingkat partisipasi

masyarakat dalam organisasi sosial yang ada di lingkungan mereka. Melalui dimensi ini

diharapkan relasi sosial yang sudah ada di dalam masyarakat dapat dipelihara dengan baik

dan berkelanjutan. Kemudian, dimensi ketiga berfokus pada kemampuan pengendalian

konflik sosial dan tindak kekerasan. Melalui dimensi ini peran aktif para aktor atau tokoh

dalam masyarakat diharapkan dapat mencegah, maupun menanggapi dan mengatasi

konflik sosial yang muncul. Dimensi terakhir adalah pemeliharaan kearifan lokal dalam

mengelola sumber daya alam dan sosial yang ada di tengah masyarakat. Pada dimensi ini,

pemerintah berharap masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga serta melestarikan

alam, lingkungan, dan budaya masing-masing daerah.

Lebih lanjut di dalam Keputusan Menteri Sosial Nomor 12 Tahun 2006,

pemerintah menganggap pranata sosial yang ada pada masyarakat menjadi pendukung

terwujudnya ketahanan sosial masyarakat. Apabila dapat didefinisikan secara sederhana,

pranata sosial merupakan seperangkat nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat

yang dilembagakan atau diinstitusikan dalam bentuk formal maupun informal. Hal ini

berarti, pranata sosial merupakan suatu sistem yang muncul secara organik dari

masyarakat itu sendiri dan lebih lagi bersumber dari nilai dan norma yang dipercaya oleh

mereka. Penulis dalam hal ini setuju dengan anggapan mengenai pentingnya pranata

sosial dalam mewujudkan ketahanan sosial masyarakat. Sekalipun pranata sosial terlihat

penting di dalam penentuan peran dan fungsi anggota masyarakat, tetapi penulis juga

melihat bahwa pranata sosial dapat berfungsi dengan baik disebabkan oleh filosofi yang

Page 15: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

7

Ketahanan sosial

masyarakat (upaya- upaya yang dilakukan)

dipegang di dalam masyarakat. Filosofi rukun dan Tri Hita Karana menjadi landasan bagi

masyarakat bertindak dan berelasi dengan pencipta, sesama, dan lingkungannya.

Jadi, ketahanan sosial dapat terwujud oleh karena keberadaan filosofi yang hidup

dan bertahan di dalam masyarakat serta diusahakan untuk terus dalam kondisi mapan.

Apabila digambarkan, ketahanan sosial dan filosofi harmoni dalam masyarakat

merupakan hubungan bolak-balik saling ketergantungan untuk menjaga keseimbangan di

dalam masyarakat dan masih dipegang teguh oleh masyarakat. Meskipun hubungan

antara harmoni dan ketahanan sosial di dalam masyarakat sifatnya saling ketergantungan,

akan tetapi kondisi ini hanya akan dapat tercapai melalui peran-peran penjaga di dalam

masyarakat. Hal ini akan dijelaskan dalam lebih lanjut dalam deskripsi untuk memahami

kondisi masyarakat di Purworejo dan Tabanan.

Gambar 1. Hubungan bolak-balik saling ketergantungan antara filosofi harmoni dengan

ketahanan sosial masyarakat.

B. Kabupaten Purworejo

Kabupaten Purworejo terbagi dalam 16 kecamatan dan 494 desa/kelurahan. Pada

tahun 2018 luas wilayah Kabupaten Purworejo adalah 103.481 Ha yang terdiri dari

87.105 Ha (84,18%) lahan pertanian dan 16.375 Ha (15,82%) bukan lahan pertanian.

Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Purworejo pada tahun 2018 berjumlah sebanyak

Harmoni - Rukun dan

Tri Hita Karana

Page 16: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

8

716.477 jiwa. Dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 49,32% dan penduduk

perempuan sebanyak 50,68 % (BPS, 2019). Kabupaten Purworejo secara administratif

berada pada Provinsi Jawa Tengah dan secara historis lebih dikenal sebagai tanah

Bagelen. Secara administratif, Kabupaten Purworejo merupakan salah satu Kabupaten di

Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa daerah. Sebelah utara berbatasan

dengan Kabupaten Wonosobo dan Magelang; Sebelah selatan berbatasan dengan

Samudra Indonesia; Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kebumen; dan Sebelah

timur berbatasan dengan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya Kabupaten

Kulonprogo. Kabupaten Purworejo dikenal sebagai tanah Bagelen dikarenakan awalnya

kawasan ini sangat disegani oleh wilayah lain, karena keberadaan sejumlah tokoh.

Misalnya dalam pengembangan ajaran agama Islam di tanah Jawa bagian selatan, tokoh

Sunan Geseng dikenal sebagai ulama besar yang pengaruhnya sampai ke Daerah

Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang. Selain itu juga terdapat tokoh dalam

bidang pendidikan, pertanian dan militer. Seperti WR Supratman Komponis lagu

Kebangsaan “Indonesia Raya”, Jenderal Urip Sumoharjo, Jenderal Ahmad Yani, Letjen

Sarwo Edy Wibowo, dan lain sebagainya 2.

Potensi Alam dan Sosial di Desa

Kabupaten Purworejo memiliki beberapa potensi, baik alam maupun sosial.

Beberapa potensi alam Kabupaten Purworejo di antaranya area pesisir pantai, pertanian,

perkebunan, dan pegunungan Menoreh untuk berladang. Selain itu beberapa jenis

investasi juga mulai dikembangkan di Kabupaten Purworejo, di antaranya pada industri

mebel bambu, industri kayu, dan industri gula dan pariwisata3. Potensi alam di Kabupaten

Purworejo ini dapat mendukung kemajuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya

sehari-hari. Di samping itu, masyarakat Kabupaten Purworejo mendukung keberadaan

wilayahnya melalui pembentukan lembaga-lembaga sosial --potensi sosial yang dimiliki

oleh desa--, baik yang dibentuk oleh pemerintah maupun inisiatif masyarakat. Misalnya

seperti keberadaan PKK, Karang Taruna, BUMDES, dan Linmas (Suradi, dkk., 2019).

2 (https://purworejokab.go.id/web/sejarah-kabupaten-purworejo.html) 3 Hal ini selaras dengan visi Kabupaten Purworejo, yaitu “Terwujudnya Kabupaten Purworejo yang semakin sejahtera berbasis pertanian, pariwisata, industri dan perdagangan yang berwawasan budaya, lingkungan dan ekonomi kerakyatan”

Page 17: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

9

Masalah Sosial di Desa

Pergesekan di antara warga juga merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri terjadi

di Purworejo. Secara umum, beberapa permasalahan yang sering muncul di antaranya

adalah permasalahan irigasi lahan, perselingkuhan, dan pembagian warisan. Masalah-

masalah tersebut dapat muncul dan menimbulkan keresahan di desa. Beruntung, warga

memiliki mekanisme penyelesaian konflik sendiri, seperti Kepala Desa atau pemuka

agama yang dianggap memiliki kekuasaan untuk menyelesaikan masalah. Namun,

apabila masalah dianggap besar, akan dibawa ke pihak yang berwajib, yaitu kepolisian.

Di sisi lain, seiring perkembangan zaman yang semakin modern, masyarakat desa

Kabupaten Purworejo pun sadar mengakui adanya ancaman masalah sosial di

wilayahnya, yaitu migrasi masuk yang terus terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Migrasi masuk ini menyebabkan munculnya kompleks perumahan baru di tengah

masyarakat. Kondisi demikian jika tidak ditangani dengan baik maka khawatir akan

memicu gesekan sosial.

“Saya takutnya, masyarakat yang sudah guyub, karena makin ke sini

pendatang makin banyak, dan sifatnya orang itu kan beda-beda, ada yang

mau bersosialisasi, ada yang tidak, nah itu yang harus kita tangani bersama

agar warga masyarakat tetap terhindar dari masalah sosial,” – hasil FGD,

28 November 2019

Menyikapi kondisi di atas, dari pihak aparatur desa atau kelurahan akan menggerakkan

kader-kadernya untuk menjalankan peran sebagai Penyuluh Sosial Masyarakat (PSM).

Kader-kader ini sudah terbiasa aktif menjalankan kegiatan yang berkaitan dengan urusan

kemasyarakatan, seperti PKK, Karang Taruna, Posyandu, dan sebagainya. Sehingga

hadirnya PSM diharapkan bisa turut serta menjaga harmoni kehidupan masyarakat

Kabupaten Purworejo.

Guyub-Rukun Masyarakat Desa

Masyarakat desa di Kabupaten Purworejo pada umumnya menghayati prinsip

hidup yang disebut guyub-rukun. Artinya, hidup bersama dalam keadaan saling

menghormati, saling membantu, tanpa perselisihan dan pertentangan, sehingga hidup

Page 18: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

10

tenang dan tentram. Guyub-rukun merupakan keadaan yang harus dipertahankan dalam

semua hubungan sosial, seperti bertetangga atau bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial

di tengah masyarakat, manusia tentu tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan dari

orang lain. Terlebih kehidupan di desa, tetangga menjadi “saudara” terdekat dari rumah

yang akan cepat memberikan bantuan. Namun tidak menutup kemungkinan jika tetangga

sebelah rumah berbeda keyakinan.

“Guyub itu perasaan komunal untuk bersatu, mementingkan kepentingan

orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Rukun itu lebih kepada usaha

untuk selalu mencari keselarasan.”- wawancara, 1 April 2020

Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat desa di Kabupaten Purworejo sebagian

besar beragama Islam, dengan afiliasi organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU).

Akan tetapi terdapat juga agama atau keyakinan lain yang dianut masyarakat di sana yaitu

Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Penghayat Kepercayaan. Perbedaan dalam beragama

atau berkeyakinan tidaklah menjadi “gangguan” bagi masyarakat. Nyatanya mereka bisa

hidup berdampingan dengan guyub rukun. Terciptanya kerukunan hidup tidak terlepas

dari kesadaran-bersama terhadap nilai-nilai toleransi. Selain itu juga peran dari tokoh

masyarakat dan tokoh agama yang ada di masyarakat setempat. Misalnya di Desa

Kemanukan, Kecamatan Bagelen, yang telah dinobatkan menjadi Kampung Kerukunan

Umat Beragama dan menjadi desa percontohan di Jawa Tengah. Masyarakat Desa

Kemanukan terkenal dengan budaya toleransi dan keramahan masyarakatnya. Pemerintah

Kabupaten mengakuinya bahwa kerukunan masyarakat tersebut menjadi modal positif

dalam mendukung pembangunan daerah4.

Kerukunan hidup masyarakat desa di Kabupaten Purworejo juga karena adanya

tradisi dan adat-istiadat Jawa yang dilestarikan oleh masyarakat setempat. Meski diakui

ada pengaruh dari luar, tetapi tidak menjadi sumber masalah sosial. Masyarakat mampu

menyaring mana yang sesuai atau tidak sesuai dengan tradisi dan adat istiadat. Justru dari

praktik tersebut, menjadi kekuatan untuk meningkatkan kerukunan masyarakat.

Misalnya, dalam studinya Purnamasari (2015) mencontohkan yang terjadi pada

masyarakat Desa Kamijoro Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo, yaitu kegiatan

4 https://jatengprov.go.id/beritadaerah/desa-kerukunan-umat-beragama/

Page 19: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

11

selametan, mitung dino (hari ketujuh duka cita), mitoni, mantu, khitanan, nyukur

kuncung, kesripahan (dibantu pas lagi berduka), dan tradisi lainnya. Tradisi-tradisi

tersebut tidak hanya dilakukan oleh kelompok Islam, tetapi juga dilaksanakan oleh

kelompok Kristen. Menariknya adalah setiap pelaksanaan tradisi tidak hanya

mengundang sesama kelompok tetapi juga mengundang dari luar kelompoknya.

Pelaksanaan tradisi ini untuk menunjukkan eksistensi bersama hidup rukun sebagai

masyarakat Jawa, tanpa melihat latar belakang agama.

“Selametan itu „penjaga‟ guyub-rukun di desa. Dulu, waktu saya keterima

kerja saya juga bikin selametan di rumah. Saya pikir, tidak perlu, padahal

posisinya sudah di Jakarta. Orangtua pikir itu penting, gak enak sama

tetangga.” – wawancara, 1 April 2020

Tidak hanya pada pelaksanaan tradisi, guyub-rukun masyarakat desa di Kabupaten

Purworejo juga tampak pada kegiataan keagamaan. Seperti saat acara haul (peringatan

hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali) Simbah Kyai Iman Syafi'i dari Desa

Tlogobulu, syabanan (kegiatan rutin sebelum memasuki bulan puasa), dan suran

(selamatan awal Tahun Hijriyah), kelompok agama lain membawakan makanan serta

minuman. Begitu juga sebaliknya, ketika kelompok Kristen, Katolik, Hindu, Budha, atau

Penghayat Kepercayaan sedang melaksanakan kegiatan kerohanian atau keyakinannya

maka kelompok Islam (seperti Banser NU) ikut menjaga ketertiban agar peribadatan

kelompok tersebut berjalan lancar. Kegiatan-kegiatan keagamaan itu mencerminkan

kedewasaan bermasyarakat di sana, dalam arti masyarakat mampu menempatkan

kepentingan masing-masing keyakinan beragama dan urusan kemasyarakatan.

Hal lain yang turut mendukung guyub-rukunnya kehidupan masyarakat desa di

Kabupaten Purworejo adalah kegiatan sosial-budaya tradisional. Seperti acara nguber

rowo jombor, kuda kepang, merdi bumi, merti desa (bersih desa), kerigan (kerja bakti

atau bakti sosial) membangun rumah warga “bedah rumah”, gotong-royong memperbaiki

jalan, dan kegiatan lainnya yang dilakukan secara bersama-sama. Beberapa desa yang

sudah mendukung kegiatan sosial-budaya ini melalui Dana Desa, yaitu Desa Kliwonan,

Desa Pituruh, Desa Gantung, Desa Pandanrejo, Desa Keligintung, Desa Sidomukti, dan

Desa Suren. Kegiatan sosial-budaya ini menjadi ruang-ruang perjumpaan tersendiri bagi

Page 20: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

12

warga. Sering kali pada kegiatan ini terjalin interaksi sosial yang cair dan penuh

keterbukaan antar warga sehingga bisa saling memahami dan menghormati.

“Di kampung saya itu masih dilakukan kegiatan gotong-royong, terutama

pada saat membangun atau renovasi rumah. Biasanya pas pemasangan

genteng itu akan dibantu sama tetangga. Genteng di kampung itu kan satu-

satu dipasangnya, beda dengan genteng di kota. Jadi dibantu sama tetangga.

Dibayarnya pakai makanan saja” – wawancara, 1 April 2020

C. Kabupaten Tabanan

Kabupaten Tabanan berada di bagian selatan Pulau Bali, Provinsi Bali dengan

luas wilayah 839,33 km² yang terdiri dari daerah pegunungan dan pantai. Beberapa

wilayah di kabupaten ini merupakan daerah yang cukup subur sehingga menjadi tempat

di mana para petani melakukan kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Di daerah-daerah yang lain merupakan daerah berbukit-bukit dan terjal. Kabupaten

Tabanan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung di

sebelah timur dan Samudera Hindia di sebelah selatan. 14,90 persen dari luas Provinsi

Bali merupakan wilayah Kabupaten Tabanan. Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah

agraris karena 28 persen dari luas lahan yang ada merupakan lahan persawahan.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, penduduk Kabupaten Tabanan

tercatat berjumlah 431.162 jiwa dengan laju pertumbuhan alaminya sebesar 0,15. Dari

431.162 jiwa, 214.264 (49,69 %) di antaranya merupakan penduduk laki laki dan 216.898

(50,31 %) merupakan penduduk perempuan. Dilihat dari komposisi penduduknya, rasio

jenis kelamin atau sex ratio penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah

sebesar 98,79, artinya setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Tabanan terdapat

98 penduduk laki laki. Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah sebesar 839 km² dan

jumlah penduduk sebanyak 431.162 jiwa, kepadatan penduduknya mencapai 513 jiwa per

km². Apabila dilihat tingkat kepadatan penduduk per kecamatan, persebaran penduduk di

Kabupaten Tabanan tidak merata. Terdapat beberapa kecamatan yang tingkat kepadatan

penduduknya jauh di atas rata-rata, antara lain kecamatan Kediri (1.399 jiwa per km²),

Tabanan (1.235 jiwa per km²), Marga (970 jiwa per km²), Kerambitan (930 jiwa per km²),

Baturiti (515 jiwa per km²) sedangkan lainnya tingkat kepadatan penduduknya 500 jiwa

Page 21: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

13

per km² ke bawah. Untuk jumlah anggota rumah tangga per keluarga, di Kabupaten

Tabanan, jumlah anggota rumah tangga per keluarga sebanyak 4 orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk suatu daerah antara lain kelahiran,

kematian, perpindahan keluar, dan perpindahan ke dalam. Selama tahun 2010 di

Kabupaten Tabanan telah terjadi kelahiran sebanyak 3.650 jiwa, kematian 3.012 jiwa,

jumlah penduduk yang datang sebanyak 3.816 jiwa dan jumlah penduduk yang pindah

sebanyak 2.519 jiwa. Dan pada tahun 2010, di Kabupaten Tabanan tidak ada keluarga

yang mengikuti program transmigrasi.

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2010 menunjukkan

angkatan kerja di Kabupaten Tabanan sebanyak 261.534 jiwa. Dari angkatan kerja yang

ada 254.402 jiwa (97,27 persen) di antaranya adalah penduduk yang bekerja, dan sisanya

7.132 (2,73 persen) merupakan pengangguran terbuka. Penduduk angkatan kerja yang

berada di Kabupaten Tabanan, penduduknya bekerja di sektor pertanian, yaitu sekitar

43,96 persen. Penduduk angkatan kerja yang bekerja di sektor perdagangan terdapat

44.250 jiwa (17,39 persen), di sektor industri sebanyak 35.313 jiwa (13,88 persen), dan

sisanya tersebar di enam sektor lainnya. Jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja di

Kabupaten Tabanan sebanyak 82.354 jiwa, di mana 19.249 jiwa (23,37 persen) karena

masih bersekolah, 48.697 jiwa (59,13 persen) mengurus rumah tangga dan 14.408 (17,05

persen) karena alasan lainnya5.

Potensi Alam dan Sosial di Desa

Potensi unggulan Kabupaten Tabanan adalah bidang pertanian karena sebagian

besar mata pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta penggunaan lahan wilayah

Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti luas. Kabupaten Tabanan terdiri

dari 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan

Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan

Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Marga, dan

Kecamatan Baturiti6.

5 www.tabanankab.go.id 6 ibid

Page 22: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

14

Dari hasil FGD ditemukan bahwa Karang Taruna, Posyandu Balita/Lansia dan

PKK adalah potensi sosial yang dimiliki oleh seluruh desa. Karang Taruna (Sekehe

Teruna Teruni) kebanyakan bergerak di bidang olahraga dan kesenian di setiap desa.

Dalam banyak kasus, Sekehe Teruna Teruni (STT) adalah tempat belajar bagi anak-anak

muda untuk berorganisasi. STT atau yang sering disebut sebagai muda-mudi juga setiap

enam bulan menunjukkan bahwa mereka adalah agen kewirausahaan dan ekonomi

dengan mengadakan kegiatan bazar atau penggalangan dana, dan biasa dilakukan

menjelang hari raya Galungan. Selain itu setiap desa juga memiliki potensi yang

beragam. Mulai dari Kelompok-Kelompok Usaha, Sekehe Gong dan Kelompok Tani

(subak).

Potensi alam yang dimiliki oleh beberapa desa yaitu pertanian dan pariwisata.

Kabupaten Tabanan secara keseluruhan merupakan lumbung padi di Provinsi Bali. Rata-

rata mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Namun terdapat juga desa yang

memiliki potensi wisata seperti air terjun, pantai, maupun potensi seni dan budaya.

Tabel 1. Potensi Desa di Kabupaten Tabanan

No

Potensi Desa

Jumlah

No

Potensi

Desa

Jumla

h

No

Potensi

Desa

Jumlah

1

Karang Taruna

18

16

Peternakan

babi

2

31

BPD

1

2

Posyandu Lansia

15

17

Pecalang

2

32

Kelompok

Usaha

Mikro

1

3

Posyandu Anak

12

18

Kelompok

Posbindu

1

33

TPS 3R

1

4

PKK

11

19

Kelompok

Seka Seni

1

34

UMKM

1

5

Bumdes

6

20

Kelompok

Sadar

Wisata

1

35

Ladang

1

6

Kelompok Subak

5

21

Wisata

Pantai

1

36

Tukang

Stiel Bali

1

Page 23: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

15

7

Seka Gong

5

22

Posyandu

Lansia

1

37

Tukang

Ukir Kayu

1

8

Kelompok Tani

3

23

Kelompok

Kue

1

38

Tukang

Ukir Patung

1

9

Kelompok Wanita

Tani

2

24

Kelompok

Lemon

1

39

Linmas/Kea

manan

1

10

UPPO (Unit

Pengolahan Pupuk

Organik)

2

25

Air Terjun

1

40

KWT

Mekar sari

1

11

Kader Posyandu

2

26

Pokdar

Was

1

41

TK/PAUD

1

12

Peternakan Babi

2

27

Kelompok

Budidaya

Ikan

1

42

Seka

Angklung

1

13

Bank Sampah

2

28

Organisasi

Saman

Traya

1

43

Kelompok

KWT

1

14 Sawah 2 29 Pertanian 1

15 Gotong Royong 2 30 Pariwisata 1

Sumber: Hasil FGD, 28 November 2019

Masalah Sosial di Desa

Masalah sosial merupakan realitas sosial yang kompleks sehingga sumber

masalahnya juga bersifat kompleks, dapat berasal dari level individu maupun sistem

(Soetomo, 2011). Permasalahan sosial di Kabupaten Tabanan yaitu pernikahan dini,

pencurian ternak dan hasil tani, keadilan, kemiskinan, kebersihan lingkungan, akses ke

layanan kesehatan dan pengelolaan sampah. Permasalahan sampah merupakan

Page 24: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

16

permasalahan sosial, dianggap masalah yang prioritas oleh masyarakat Kabupaten

Tabanan, harus segera diselesaikan.

Penyebab permasalahan sampah yang utama adalah tidak adanya Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) yang dapat diakses oleh tiap desa di Kabupaten Tabanan. Hal ini seperti

yang ditegaskan oleh informan X:

“ Terkait dengan sampah, desa kami berada di pelosok, cukup jauh dari

kabupaten, intinya kurang lebih 38 KM dari Kabupaten Tabanan, rata-rata

permasalahan di desa kecamatan kami memang sampah, karena kami tidak

mempunyai TPA, tempat pembuangan sampah bersama.”- wawancara,

November 2019

Permasalahan sampah bukan menjadi permasalahan khas Kabupaten Tabanan,

tetapi merupakan permasalahan Provinsi Bali secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian

Bali Partnership sebanyak 50 persen sampah di Bali berasal dari tiga daerah, yaitu Kota

Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar. 70 persen dari sampah yang

dibuang ke tempat sampah berakhir di TPA Sarbagita Suwung. Artinya tidak

memadainya fasilitas TPA yang ada di Provinsi Bali, sehingga hanya terkonsentrasi di

beberapa tempat sehingga menyulitkan akses masyarakat untuk mengelola sampah di

wilayahnya.

Selain disebabkan TPA yang memadai, permasalahan sampah juga disebabkan oleh

proses pemilahan sampah yang tidak dilakukan oleh masyarakat dan kebiasaan

membuang sampah sembarangan. Agar pengelolaan sampah menjadi lebih mudah dan

memiliki nilai tambah, sampah sebaiknya dipilah terlebih dahulu. Berdasarkan penelitian

Bali Partnership, sebanyak 52 persen sampah di Bali tidak dikelola dengan baik, artinya

masih ada sampah yang terbuang di sekitarnya, dibakar dan terbuang ke saluran air7. Hal

tersebut juga ditegaskan oleh informan Y:

“Kalau kita bicara masalah sampah memang ga ada habis-habisnya,

kebetulan di desa kami, dulu memang masyarakat buang sampah

sembarangan, ada di titik-titik tertentu, seperti di tempat umum, membuang

sampah, pake plastik kresek gitu, ditimbun. Karena adanya timbunan sampah

7 https://www.mongabay.co.id/2019/07/02/inilah-data-dan-sumber-sampah-terbaru-di-bali/

Page 25: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

17

tersebut, akhirnya menimbulkan masalah.”- wawancara tanggal 28

November 2019

Tri Hita Karana Masyarakat Desa

Menghadapi permasalahan sampah, masyarakat di Kabupaten Tabanan telah

melakukan beberapa usaha untuk mengatasi masalah tersebut. Pertama, menggunakan

Dana Desa untuk membayar petugas untuk mengangkut sampah ke Tempat Pembuangan

Akhir (TPA). Hal ini merupakan solusi jangka pendek agar sampah tidak menumpuk di

wilayah desa. Kedua, menyediakan kontainer di setiap banjar sebagai tempat

penampungan sampah dan bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

untuk mengangkut ke TPA. Hal ini masih dirasakan menyulitkan karena birokrasi yang

kurang jelas dan masyarakat merasa sangat tidak terbantu. Hal ini dijelaskan oleh

informan Y:

“...desa kami ini sudah kebetulan banjar nya ada empat, kita sudah belikan

kontainer yang besar itu untuk masing-masing banjar. Permasalahannya

mentok sampai di sana karena seperti dibilang tadi, TPA kita ga punya, kalau

saya di desa X itu letaknya di tengah kota pak. Nggak ada lahan. Kita sudah

kerja sama dengan DLHK, truknya ktia suruh angkut, membawa ke sana, kita

bayar, oke kita keluarkan dana. Ada benturan lagi, katanya dari dinas ga

boleh mungut ini. Ini permasalahan yang klasik.” – hasil FGD, 28 November

2020

Ketiga, menyadarkan masyarakat akan pentingnya melakukan pemilahan sampah mulai

dari dalam rumah tangga. Sampah plastik dapat dipilah dan disetorkan ke Bank Sampah.

Bank Sampah akan menjual ke investor yang membutuhkan dan diolah menjadi biji

plastik. Anggota masyarakat yang menjadi nasabah program Bank Sampah dapat

memperoleh keuntungan dari hasil penjualan. Sedangkan untuk sampah organik akan

diolah menjadi pupuk. Sehingga pada gilirannya masyarakat sadar dan berperan dalam

menjaga lingkungan.

Page 26: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

18

D. Rukun dan Tri Hita Karana di dalam Masyarakat Desa di Purworejo dan

Tabanan

Desa dan masyarakat saling terkait satu sama lain karena keberadaan masyarakat

membentuk desa, di sisi lain desa mengatur bagaimana masyarakat bertindak dan

berperilaku. Beberapa literatur dalam ilmu sosial yang mengkaji mengenai desa di Jawa,

misalnya, melihat desa sebagai sebuah satuan komunitas sosial. James Scott (1976)

mendefinisikan desa sebagai sebuah kesatuan besar sosial. Dalam bukunya, Scott melihat

desa sebagai komunitas korporat dari petani, mereka memiliki nilai-nilai tersendiri dalam

unit komunitasnya, yang akhirnya dikenal sebagai konsep moral economy. Sebelum studi

James Scott, Eric Wolf (1957) melihat desa layaknya organisasi korporat yang memiliki

seperangkat aturan berisikan hak-hak dan ketentuan keanggotaan di dalam desa. Melalui

dua tulisan ini terlihat bahwa desa identik dengan masyarakat yang berada di dalamnya.

Peter Boomgaard (1991:291) berargumen bahwa setidaknya ada tiga terminologi

desa, yaitu pertama, desa merupakan sebuah kluster fisik tempat tinggal, baik desa kecil

maupun yang lebih luas. Kedua, desa dilihat sebagai unit administratif. Sebagai unit

administratif desa identik dengan peraturan-peraturan yang terkait dengan kekuasaan di

atasnya, misalnya saja kerajaan atau negara. Keberadaan desa sebagai pengatur

masyarakat dalam skala yang lebih kecil dan langsung berhubungan dengan masyarakat.

Terakhir, desa merupakan unit komunal yang memiliki kohesi sosial yang menentukan

keberadaan komunitas di dalam desa, baik dalam hal kepentingan desa dan solusi dalam

menghadapi konflik. Terminologi terakhir lebih melihat relasi sosial di dalam masyarakat

yang menjadi pengikat sekaligus penjaga keseimbangan di desa. Sebuah desa dapat

terjaga „kedamaiannya‟ atau berada dalam kondisi harmoni tergantung dari ikatan dari

masyarakatnya.

Pada desa di Jawa, filosofi mengenai rukun dikenal dalam relasi sosial

masyarakat. Beberapa literatur telah melihat bagaimana filosofi rukun menjadi bagian

dari praktik hidup orang Jawa (lihat Jay, 1969; Geertz, 1976; Koentjaraningrat 1985).

Clifford Geertz (1976:61) melihat rukun tidak hanya sebagai sebuah nilai yang abstrak

tetapi juga dapat terlihat kepada praktik kerjasama yang ada di masyarakat. Dalam

konteks penelitian Geertz saat itu, Ia melihat bahwa rukun menjadi dasar dalam

pembagian kerja dan pertukaran kapital, seperti pembangunan rumah, pengolahan sawah,

dan irigasi. Pertukaran kapital dalam konteks rukun juga terlihat dalam acara selametan

Page 27: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

19

di desa. Pada acara selametan sunat misalnya, Geertz mencontohkan pemberian buwuh8

sebagai alat penjaga kerukunan oleh karena itu setiap orang yang sudah mendapatkan

undangan dan sebelumnya sudah pernah diberikan buwuh oleh tetangganya harus

membalasnya pada saat tetangga tersebut melakukan hajatan yang serupa. Saling

membalas buwuh ini tetap dilakukan sebagai salah satu bentuk menjaga kondisi rukun di

desa. Lebih tajam lagi, Andrew A Beatty (1999:47) beranggapan bahwa selametan

merupakan bentuk kompromi sosial sekaligus merupakan kunci kerukunan karena tiap-

tiap masyarakat diingat dan dinilai bukan dari identitas bawaan mereka melainkan apa

yang sudah mereka berikan sebagai kontribusi di dalam masyarakat.

Seiring dengan perkembangan zaman, filosofi rukun juga mulai dipertanyakan

eksistensinya pada orang Jawa terutama bagi mereka yang sudah tidak tinggal di desa.

Apakah rukun masih bisa dianggap sebagai dasar orang Jawa dalam berperilaku? Hal ini

dipertanyakan juga oleh Mary Hawkins (1996) apakah filosofi rukun juga berubah dalam

pandangan orang Jawa kontemporer. Bagi Hawkins pertumbuhan daerah menjadi kota

dan masuknya modernitas malah tetap melanggengkan keberadaan filosofi rukun di

dalam kehidupan orang Jawa yang berada di daerah urban bahkan yang berada di luar

Pulau Jawa. Rukun tetap ada dalam bentuk selametan dan arisan, misalnya saja dalam

selametan yang diadakan seseorang setelah melakukan ibadah haji. Melalui selametan

dan arisan terlihat bahwa rukun masih eksis sebagai nilai yang dipegang dalam kehidupan

orang Jawa.

Di sisi lain, bagi masyarakat Hindu Bali dikenal filosofi harmoni bernama Tri Hita

Karana. Apabila konsep rukun di Jawa menjelaskan pentingnya relasi harmoni di antara

masyarakat, filosofi Tri Hita Karana melihat harmoni sebagai dasar moral dari relasi di

antara Tuhan kepada manusia, antar sesama manusia, dan juga antara manusia dan alam

(Warren, 2007; Ramstedt, 2014). Bagi Sukarma (2016:88), Tri Hita Karana adalah sebuah

apresiasi dari Tuhan yang memberikan kemampuan untuk mengetahui dan mengerti

bahwa esensi kuasa pekerjaan Tuhan yang dapat membentuk kehidupan sosial dalam

masyarakat dan juga relasi dengan lingkungan. Karena Tri Hita Karana merupakan

sebuah dasar moral yang mengatur juga relasi dengan alam, oleh karena itu filosofi ini

dapat terlihat juga dalam pengaturan sistem irigasi tradisional bali yang dikenal dengan

8 Kontribusi berupa uang atau makanan yang diberikan tetangga atau keluarga besar dalam rangka mengganti keramah-tamahan yang diberikan oleh si penyelenggara hajatan

Page 28: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

20

subak. Wisnu Wardana dan Putu Sudira (1999) membahas mengenai penerapan nilai Tri

Hita Karana dalam subak, mereka berargumentasi bahwa terdapat nilai Tri Hita Karana

dalam konstruksi, operasi, dan perawatan sistem subak di Bali. Semua ini dilakukan

masyarakat demi terciptanya harmoni.

Masuk ke dalam permasalahan sosial yang terjadi di kedua daerah, berdasarkan

FGD yang dilakukan di Purworejo dan Tabanan penyelesaian masalah dapat dicapai

sesuai dengan filosofi rukun dan Tri Hita Karana yang ada di dalam masyarakat. Di dalam

masyarakat desa di Kabupaten Purworejo dan Tabanan permasalahan selalu dicoba

diselesaikan terlebih dahulu dan apabila dipandang berat baru akan masuk ke pengadilan.

Hal ini disebabkan adanya perasaan di dalam masyarakat yang menganggap bahwa

kerukunan di dalam masyarakat harus diutamakan. Akan tetapi, perasaan wajib untuk

menjaga keseimbangan ini tidak hanya muncul pada saat ada masalah namun juga muncul

dalam suasana tenang. Misalnya dalam hal pengadaan selametan selain sebagai bentuk

ucapan syukur juga menjadi sarana untuk membalas kebaikan tetangga yang sebelumnya.

Di Tabanan dikenal kegiatan adat ngayah atau ayahan yang berarti sumbangan

tenaga kerja pada saat ada seseorang yang membutuhkan bantuan dalam

menyelenggarakan selametan. Bagi Warren (2007:175) ayahan merupakan jantung dari

hubungan di dalam masyarakat, di samping itu ayahan juga merupakan kewajiban yang

mengikat masyarakat dan merupakan perilaku baik dalam pengertian kebanyakan orang

Bali. Sama halnya dengan buwuh pada orang Jawa, ngayah mengikat rasa tanggung jawab

individu untuk membantu dikarenakan adanya sumbangan dalam bentuk tenaga kerja atau

ayahan yang menjadi pengikat antar mereka dalam suatu organisasi. Apabila seseorang

atau keluarga tidak mengikuti ngayah maka keluarga tersebut akan dikenakan denda atau

dalam bentuk yang lebih berat akan dikeluarkan dari organisasi adat yang ada di desa

tersebut. Hal lain yang mendukung terjaganya tradisi ngayah di suatu desa adalah

perasaan malu yang menghantui individu yang tidak mengindahkannya.

Kalau enggak ikut ngayah itu kena denda atau kalau sudah parah dikeluarkan

dari adat... (dendanya) gak (besar) sih tapi malunya itu loh... [D]endanya

berupa uang 50.000, uang kepeng, semen, pasir, bata/batako yang digunakan

untuk pembangunan fisik – wawancara, 6 Juni 2020

Page 29: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

21

Di sisi lain, di Tabanan filosofi Tri Hita Karana bahkan muncul dalam upaya

pengelolaan sampah yang ada di desa. Sebelum adanya TPA, banyak keluarga mengelola

sampahnya sendiri dengan cara dibakar atau dikumpulkan di belakang rumah. Sebelum

sampah dibakar, biasanya mereka akan membuat lubang untuk menampung sampah. Hal

ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan alam. Beberapa keluarga bahkan memisahkan

sampah organik dan non-organik untuk kemudian dijadikan pupuk tanaman. Akan tetapi

seiring berjalannya waktu kesadaran masyarakat untuk menjaga keseimbangan

lingkungan menjadi kecil, banyak dari mereka yang hanya menumpuk sampah tanpa

dipisahkan terlebih dahulu. Meskipun belum banyak yang menyadari, nilai-nilai Tri Hita

Karana dalam menjaga keseimbangan lingkungan mulai kembali digaungkan oleh

beberapa orang yang berpengaruh di desa, di antaranya kepala desa dan penyuluh sosial

yang dipilih dari masyarakat. Pengelolaan sampah diupayakan dapat berjalan dengan

baik, bahkan sampai dikirimkan kepada bank sampah untuk mendapatkan hasil yang lebih

menguntungkan. Jalan ini diambil sebagai bentuk upaya menjaga keseimbangan di antara

masyarakat dan alam.

Apabila diperhatikan kembali, keberadaan aktor menjadi penting dalam menjaga

dan menjamin terwujudnya harmoni dalam masyarakat. Aktor-aktor dalam masyarakat

muncul sebagai mediator di antara perbedaan pendapat dan keinginan masyarakat,

terlebih sebagai penjaga filosofi atau nilai yang ada di dalam masyarakat, seperti

keberadaan kepala desa, orang-orang yang dituakan serta tokoh lain yang berpengaruh di

dalam masyarakat. Tulisan Patrojani dan Affif (2018) melihat keberadaan aktor di dalam

kekerabatan sebagai pranata sosial di Sumatera Barat dapat mempengaruhi proyek

pembangunan irigasi di Sumatera Barat. Di dalam tulisannya Patrojani dan Affif melihat

agency pada aktor di dalam kekerabatan setempat memiliki kemampuan untuk

menghimpun dukungan dan melakukan protes terhadap kebijakan pembangunan irigasi.

Kemunculan aktor dalam menjaga harmoni di masyarakat juga muncul di Purworejo

dan Tabanan, dalam bentuk kepala kampung, pedanda atau pandita (Pendeta tinggi

Hindu Bali), orang-orang yang dituakan, kelihan adat atau banjar, tempek, pekaseh

subak, pemangku, sutri agung, dan tokoh-tokoh agama. Keberadaan mereka

mempengaruhi keputusan-keputusan yang akan diambil di desa sebelum dapat

diimplementasikan. Aktor-aktor ini muncul bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan

nilai yang sudah ada di dalam masyarakat, dalam hal ini adalah rukun dan Tri Hita

Page 30: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

22

Karana. Hal ini sejalan dengan pendapat Sherry Ortner (2011) yang melihat aktor di

masyarakat dalam dua bentuk modalitas, yaitu agency as power dan agency as intention.

Para aktor di atas muncul bukan semata sebagai legitimasi kekuasaan tetapi untuk

menjaga nilai internal yang ada dalam budaya setempat, dalam hal ini adalah nilai rukun

dan Tri Hita Karana. Dalam tulisan ini, terlihat dalam pengakuan informan di Purworejo,

bahwa orang tua menjadi penting untuk kembali mengadakan selametan sebagai bentuk

pandangan baik yang harus dilakukan di dalam masyarakat. Kemudian keberadaan kepala

desa dan penyuluh sosial turut menjadi aktor penting dalam berkontribusi memberikan

edukasi untuk menjaga lingkungan sekaligus tetap menghidupi filosofi Tri Hita Karana.

SIMPULAN

Melalui tulisan ini penulis mendapati bahwa ketahanan sosial masyarakat dan

harmoni merupakan hal yang saling bersisian dan berhubungan timbal balik, terutama

dalam konteks masyarakat di Purworejo dan Tabanan. Harmoni terwujud di dalam

masyarakat melalui filosofi rukun dan Tri Hita Karana untuk menjaga ketahanan sosial

masyarakat. Hal ini terwujud di dalam relasi sosial dan interaksi bermasyarakat. Relasi di

antara masyarakat dapat terlaksana dengan baik melalui berbagai bentuk, salah satunya

keberadaan selametan dan ayahan. Melalui dua kegiatan tersebut masyarakat di

Purworejo dan Tabanan menunjukkan bahwa mereka masih menjaga sebuah kompromi

sosial di tengah dinamika kemajuan zaman. Hal lain yang tidak kalah penting ditunjukkan

oleh masyarakat Tabanan, yaitu menjaga harmoni dengan alam melalui kegiatan

pengolahan sampah. Dalam hal ini konsep Tri Hita Karana masih dipegang oleh

masyarakat Tabanan untuk menjaga keseimbangan harmoni dengan alam.

Sementara itu, tulisan di atas menunjukkan peran aktor tidak dapat diabaikan

dalam menjaga harmoni masyarakat. Para pemangku adat, tokoh, agama, dan orang yang

dituakan penting perannya untuk menjaga sekaligus meneruskan perilaku ini pada

generasi selanjutnya. Dengan dipertahankan dan dipromosikan terus menerus, filosofi

rukun dan Tri Hita Karana akan membentuk ikatan di antara masyarakat. Misalnya,

dengan tetap melakukan selametan walaupun sudah tidak tinggal di desanya lagi, serta

tetap mengikuti ayahan yang dilakukan di desa, atau menyebarkan edukasi mengenai

pengelolaan sampah yang baik agar alam tetap terjaga keseimbangannya. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa ketahanan sosial masyarakat dan harmoni tidak dapat

Page 31: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

23

dipisahkan dan hal tersebut dapat terjaga berkat peran keberadaan aktor-aktor yang

menjaga filosofi tersebut di dalam masyarakat.

ACKNOWLEDGEMENT

Terima kasih kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial -

Kementerian Sosial RI, dimana para penulis telah dilibatkan dalam “Action Research

Desa Berketahanan Sosial Tahun 2019”. Bahwa ide dan gagasan artikel ini lahir dari

Action Research tersebut.

Page 32: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

24

DAFTAR REFERENSI

Adamson, C. (2007). Gendered Anxieties: Islam, Women‟s Rights, and Moral Hierarchy

in Java. Anthropological Quarterly 80(1): 5–37

Asmamaw, M., Mereta S. T., & Ambelu A. (2019). Exploring households‟ resilience to

climate change-induced shocks using Climate Resilience Index in Dinki watershed,

central highlands of Ethiopia. PLoS ONE 14(7): e0219393. https://doi.

org/10.1371/journal.pone.0219393

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo. (2020). Kabupaten Purworejo dalam Angka

2019. Purworejo: CV Berguna.

Beatty, A. (1999). Varieties of Javanese Religion: An anthropological account. New

York: Cambridge University Press.

Boomgaard, P. 1(991). The Javanese village as a Cheshire cat: The Java debate against a

European and Latin American background dalam The Journal of Peasant Studies.

(18)2, 288-304, DOI: 10.1080/03066159108438453

Coser, L. A. (1956). The Functions of Social Conflicts. New York: Routledge.

Costa, M. M., Máñez, K. S., & Paragay, S. H. (2013). Climate Change: International Law

and Global Governance Book. Nomos Verlagsgesellschaft mbH

Hanisch, M. (2016). What is resilience? Ambiguities of Key Term. Federal Academy for Security Policy. Security Policy Working Paper No. 19

Hawkins, M. (1996). Is Rukun Dead? Ethnographic Interpretations of Social Change and

Javanese Culture dalam The Journal of Australian Anthropology. 7(3)

Henley, D. & Davidson, J. S. (2007). Introduction: radical conservatism – the protean

politics of adat dalam Jamie S. Davidson dan David Henley (eds). The revival of

tradition in Indonesian politics : the deployment of adat from colonialism to

indigenism. New York: Routledge.

Holling, C. S. (1973). Resilience and Stability of Ecological Systems dalam Annual

Review of Ecology and Systematics, 4. Pp. 1-23

Jay, R. R. (1969). Javanese Villagers: Social Relations in Rural Modjokuto. Cambridge:

Massachusetts Institute of Technology Press.

Johnson, C. (2009). Arresting development : the power of knowledge for social change.

New York: Routledge.

Kementerian Sosial. (2006). Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 12/HUK/2006 Tentang

Model Pemberdayaan Pranata Sosial Dalam Mewujudkan Masyarakat

Berketahanan Sosial, Jakarta: Kementerian Sosial.

Page 33: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

25

Koentjaraningrat. (1985). Javanese Culture. Singapore: Oxford University Press.

Meadows, S., Miller, L., & Robson, S. (2015). Airman And Family Resilience. California:

RAND Corporation.

Newberry, J. ( 2013). Back Door Java: Negara, Rumah Tangga, dan Kampung di

Keluarga Jawa. Jakarta: KITLV dan Yayasan Obor Indonesia.

Ortner, S. B. (2011). Specifying Agency The Comaroffs and Their Critics, Interventions,

3:1, 76-84, DOI: 10.1080/13698010020027038

Patrojani, P. D. & Surraya, A. (2018). Kekerabatan sebagai Pranata Sosial yang

Mempengaruhi Agency Perlawanan Masyarakat: Studi Kasus Protes Petani

terhadap Proyek Pembangunan Irigasi di Sumatra Barat dalam Antropologi

Indonesia. 39(2). Pp. 157-175

Purnamasari, D. E. (2015). Solidaritas Mekanik Komunitas Islam Dan Kristen Di Desa

Kamijoro Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. FIS Vol. 42 No. 2 Desember

2015, hal. 161-176 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS

Rahnema, M. (1997). Towards post-development: searching for signposts, a new

language and new paradigms. Dalam : (M. Rahnema and V. Bawtree, eds) The Post-

Development Reader; Zed Books; London: pp. 377–404.

Ramstedt, M. (2014). Discordant temporalities in Bali's new village jurisdictions, The

Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law, 46:1, 60-78, DOI:

10.1080/07329113.2014.893722

Scott, J. C. (1976). The Moral Economy of the Peasant; Rebellion and Subsistence in

Southeast Asia, New Haven, CT/London: Yale University Press.

Sukarma, I. W. (2016). Tri Hita Karana: Theoretical Basic of Moral Hindu dalam International Journal of Linguistics, Language, and Culture. 2(9). Pp. 84-96.

Suradi, dkk. (2019). Pembentukan Desa Berketahanan Sosial. Jakarta: Pusat Penelitian

dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan, Penelitian, dan

Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial RI.

Suryanto. (2020). Bahan presentasi „Pembahasan Topik Penelitian Penguatan Ketahanan

Keluarga dan Masyarakat dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan‟. Disajikan

dalam Seminar Daring Rancangan Penelitian Grand Desain Riset Topik Penelitian:

Penguatan Ketahanan Keluarga dan Masyarakat dalam Menghadapi Perubahan

Lingkungan. Kedeputian Bidang IPSK-LIPI, 22 Juli 2020

Wardana, W. & Sudira, P. (1999). Penerapan Tri Hita Karana dalam Perancangan,

Pembangunan, serta Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Subak dalam

Agritech 19(2). Pp. 59-65.

Page 34: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

26

Warren, C. (2007). Adat in Balinese discourse and practice: locating citizenship and the

commonweal dalam Jamie S. Davidson dan David Henley (eds). The revival of

tradition in Indonesian politics : the deployment of adat from colonialism to

indigenism. New York: Routledge.

Wolf, E. R. (1957). Closed Corporate Peasant Communities in Mesoamerica and Central

Java, Southwestern Journal of Anthropology, Vol.13, No.1

Page 35: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

27

FRUIT PICKED TOUR AS A NEW SOCIAL-ECONOMIC HABITUS

FOR DUSUN KUNIRAN COMMUNITY, JEKEK NGANJUK

Muhammad Hudalinnas

(1), Ika Silviana

(2)

(1,2)Program Studi Sosiologi Agama, IAIN Kediri

(2)[email protected]

The development of technology encourages humans to be more creative in responding

to the impacts resulting from modernity. Without leaving the values of locality, the

village community began to move by optimizing the existing potential. Through the

use of natural resources in the village, the community has begun to increase creativity

by choosing the tourism sector. The steps taken by the people of Kuniran Hamlet were

choosing fruit picking tours as an effort to improve socio-economic conditions. The

assessment of the people of Kuniran Hamlet, Jekek Village, Baron Nganjuk District

was carried out using a descriptive qualitative approach by borrowing the concept of

habitus from Piere Bourdieu. This research was conducted in October 2020 with 3

informants. The results of this study are that fruit picking tours are an initiation of the

community and are managed independently by the community with the support of

local stakeholders, by utilizing economic, social, cultural and symbolic capital to

produce joint efforts to reduce unemployment. and improving the economy of the

people with the new habitus of the people of Dusun Kuniran, which is to be more

optimistic about being a farmer and an increasing work ethic in order to support the

development of fruit picking tourism. The solidarity of the people of Kuniran Hamlet

has also increased for the sake of village development and community welfare

Keywords: village community, agro-tourism, habitus

Perkembangan teknologi mendorong manusia untuk menjadi lebih kreatif

dalam merespon dampak-dampak yang dihasilkan dari modernitas. Tanpa

meninggalkan nilai-nilai lokalitas masyarakat desa mulai bergerak dengan

mengoptimalkan potensi yang ada. Melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada

di desa, masyarakat mulai meningkatkan kreativitas dengan memilih sector wisata.

Langkah yang diambil oleh masyarakat Dusun Kuniran adalah memilih wisata petik

buah sebagai upaya meningkatkan kondisi sosial-ekonomi. Pengkajian masyarakat

Dusun Kuniran Desa Jekek Kecamatan Baron Nganjuk dilakukan dengan pendekatan

kualitatif desktiptif dengan meminjan konsep habitus dari Piere Bourdieu. penelitian

ini di lakukan pada bulan oktober 2020 dengan informan berjumlah 3 orang. Hasil

kajian ini adalah wisata petik buah merupakan inisiasi dari masyarakt dan dikelola

masyarat secara mandiri dengan dukungan stakeholder setempat, dengan

memanfaatkan modal ekonimi, sosial, budaya dan simbolik menghasilkan usaha

bersama untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan perekonomian

masyarakat. terbangauannya habitus baru masyarakak Dusun Kuniran, yaitu lebih

optimis berprofesi sebagai petani dan etos kerja semakin meningkat demi mendukung

berkembangnya wisata petik buah. Solidaritas masyarakat Dusun Kuniran juga

semakin meningkat demi terciptanya pembangunan desa dan kesejahteraan

masyarakat.

Kata Kunci: komunitas desa, agrowisata, habitus

Page 36: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

28

PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan kegiatan yang bertujuan menyajikan jasa pariwisata,

menyediakan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain terkait bidang

pariwisata (Junaedi, 2012). Pariwisata merupakan industri besar yang berkembang pesat

di bumi pertiwi sebab di dukung oleh daya tarik masyarakat dan wisata yang bersifat

alami maupun buatan. Indonesia memiliki banyak potensi wisata seperti alam yang indah,

hutan, gunung, laut, sungai, sawah, pantai dan lain sebagainya, serta kaya akan

kebudayaanya yang masih di lestarikan hingga kini.

Kemashuran Indonesia sebagai negara gemah ripah loh jinawi menjadi hal yang

diyakini masyarakatnya. Tanah yang subur menjadi salah satu sumber penghidupan

masyarakat Indonesia. Apapun yang di tanam akan tumbuh, seperti menanam padi,

jagung, sayuran, buah-buahan dan lain sebagainya. Hal ini di manfaatkan oleh masyarakat

terutama yang berprofesi sebagai petani. Pola perekonomian yang terjadi di desa masih

di dominasi oleh sektor pertanian atau perkebunan hal ini di sebabkan salah satunya oleh

potensi yang ada dan mampu mendorong berkembangnya komoditas tersebut. Khusus

pada buah-buahan ini termasuk salah satu komoditi yang sangat di minati oleh masyarakat

pada umunya. Tidak hanya dalam menghasilkan produk buah yang berkualitas untuk

dijual, tetapi juga berkembang menjadi suatu ide pariwisata. Bentuk pariwisata yang

menjadikan buah sebagai komoditas utama sering disebut dengan agrowisata, bentuk ini

sudah banyak digalakkan di berbagai kota di Indonesia.

Agrowisata adalah suatu kegiatan masyarakat khususnya kalangan petani yang

bertujuan sebagai daya tarik wisata yang di dalamnya juga melibatkan masyarakat sekitar

untuk menjaga dan mengelola agrowisata tersebut (Bimbi, dkk., 2017). Agrowisata

merupakan usaha di sektor pertanian yang di kelola langsung oleh petani bertujuan

sebagai sarana pembelajaran, serta sebagai sarana wisata atau liburan. Agrowisata ini

menjadi salah satu model wisata yang cukup menarik untuk di kunjungi, karena

pengunjung dapat mengenal keragaman hayati yang ada. Salah satu komoditas hayati

disini adalah wisata petik buah dimana wisata ini memiliki daya tarik tersendiri untuk di

datangi, karena di dalamnya dapat mengenal beragam buah dan langsung bisa

memetiknya untuk di nikmati.

Agrowisata ini menjadi salah satu alternatif yang digunakan untuk mengangkat

desa agar lebih berdaya. Biasanya agriwisata terletak di pedesaan, dan disebut sebagai

Page 37: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

29

desa wisata. Desa wisata merupakan salah satu daya tarik pariwisata yang sekarang mulai

di kumandangkan oleh pemerintah pusat maupun daerah guna untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat sekitar. Kekayaan alam yang di miliki desa serta kebudayaan

yang masih terjaga adalah sebuah potensi yang sangat besar dan mendukung dalam

mengembangkan desa wisata. Hal tersebut dikuatkan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pada BAB III yang berisi

tentang Prinsip Penyelenggaraan Pariwisata disebutkan pada Pasal 5c, bahwa pariwisata

seyogyanya mampu untuk “Memberikan manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan,

kesejahteraan, dan proporsionalitas”. Serta pada Pasal 5d juga dipaparkan bahwa

“Penyelenggaraan pariwisata juga harus memelihara kelestarian alam dan lingkungan

hidup” dan 5e “Memberdayakan masyarakat setempat”.

Keberadaan agrowisata tentunya tidak terlepas dari partisipasi dan peran

masyarakat sekitar. Masyarakat disini memiliki posisi sentral dalam tata pengelolaan

wisata agro tersebut, dikarenakan lahirnya wisata tersebut tidak terlepas dari ide-ide

masyarakat itu sendiri dan masyarakat selalu ikut andil di dalam pengelolaan agrowisata.

Keterlibatan masyarakat secara bersama-sama merupakan upaya untuk mencapai tujuan

bersama. Dengan adanya agrowisata petik buah secara perlahan tidak langsung terdapat

dua peningkatan terhadap masyarakat desa sekitar agrowisata tersebut, yaitu peningkatan

secara sosial dan ekonomi. Dari segi sosialnya adalah masyarakat daerah tempat wisata

tersebut secara tidak langsung meningkatkan rasa solidaritas seperti bergotong royong,

guna menjaga dan merawat wisata yang menjadi ikon di desa. Dari segi ekomoni

pembangunan kawasan agrowisata tersebut sedikit banyak membantu menuntaskan

kemiskinan dan mengangkat kesejahteraan masyarakat sekitar desa wisata tersebut.

Penelitian terkait partisipasi masyarakat dalam mebangun agrowisata sudah banyak

dilakukan. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Bimbi, Agung Suprojo,

Roro Merrychornelia W (2017) dengan judul “Pengaruh wisata petik jambu (Agrowisata)

terhadap pemberdayaan dan perubahan sosial masyarakat di Desa Bumiaji Kecamatan

Bumiaji Kota Batu” penelitian ini menunjukkan bahwa Desa Bumiaji memiliki potensi

alam yang baik, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta menciptakan lapangan pekerjaan baru. Sebagai upaya

mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Penelitian

“Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Agrowisata dan Dampaknya Terhadap

Page 38: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

30

Sosial Ekonomi Masyarakat: Studi Kasus pada Agrowisata Kampung Flory, Sleman,

Yogyakarta” dilakukan oleh Zaqiah Ramdani dan Tuti Karyani (2020) juga melihat dari

sisi dampak sosial ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Kampung Flory diantaranya

dapat bekerjasama antar sesama warga dengan bergotong royong, dapat meningkatkan

wawasan dan ilmu pengetahuan, mampu meningkatkan pendapatan, dan mampu

menciptakan lapangan kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Penelitian lain melihat dari sisi partisipasi masyarakat dan pola

pengorganisasiannya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh I Made Cahya Baskara, dkk.

(2017). “Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Potensi Pariwisata Subak Sukawayah

Ubud” menjelaskan bahwa partisipasi krama subak dalam pengelolaan potensi Subak

Sukawayah ditelaah melalui empat tahapan partisipasi yaitu, partisipasi dalam

perencanaan pengembangan, pelaksanaan, pengambilan manfaat, dan evaluasi

pengembangan. Dengan melakukan pengelolaan atas potensi dan kedala yang dihadapi

dengan menggunakan teori AGIL dari Tallcot Parsons memahami fungsi

keberlangsungan Subak Sukawayah sebagai suatu organisasi sosial tradisional ditengah

tantangan perkembangan pariwisata. Penelitian lainnya adalah “Keterlibatan Masyarakat

Dalam Pengelolaan Agrowisata Di Desa Tulungrejo, Kota Batu” yang dilakukan oleh

Bella Chintya Melatia dan Nararya Narottamaa (2020) juga melihat partisipasi

masyarakat, bahwa sebagian besar masyarakat petani di Desa Tulungrejo telah

berpartisipasi secara aktif dalam usaha pengelolaan agrowisata petik apel Top Apel

Mandiri tersebut. Pada proses pengorganisasian dan penggerakan masyarakat petani telah

berpartisipasi secara spontan sedangkan pada proses perencanaan dan pengawasan

masyarakat petani telah berpartisipasi secara terdorong. Sedangkan dampak dari usaha

agrowisata ini banyak yang positif meskipun ada beberapa dampak negatifnya baik secara

ekonomi maupun sosial.

Beberapa kesamaan dengan penelitian terdahulu terkait fokus partisipasai

masyarakat, pengorganisasian kelompok dan juga konteks wisata. Sisi yang berbeda dari

penelitian ini adalah melihat habitus yang terbentuk dalam ruang agrowisata.penelitian

kali ini peneliti Memfokuskan pada peran dan partisipasi masyarakat lokal dalam

peningkatan perekonomian desa dengan cara berkolaborasi bersama stakeholder desa.

Berlandaskan pada potensi yang ada di dusun Kuniran yakni potensi lahan yang cukup

dan keahlian masyarakat dalam bertani, terutama menanam sayuran, buah-buahan dan

Page 39: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

31

lain-lain. Hasil dari pembahasan peneliti harapannya dapat di jadikaan sebagai bahan

referensi dan rujukan ketika Agrowisata Petik Buah yang ada di dusun Kuniran tersebut

akan melakukan pengembangan guna untuk menciptakan strategi pengelolaan wisata

yang saat ini bersifat sangat dinamis.

METODE

Penelitian yang berlokasi di Dusun Kuniran Desa Jekek Kecamatan Baron

Kabupaten Nganjuk ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu

cara yang dapat menghasilkan data deskrptif analisis, dengan memahami data yang

berupa tulisan atau lainnya secara nyata, kemudian di teliti dan di pelajari secara utuh.

Fokus pada penelitian kualitatif adalah gejala yang bersifat holistik (menyeluruh, tidak

dapat di pisah-pisahkan).penelitian ini memfokuskan pada partisipasi masyarakat lokal

dalam peningkatan ekonomi desa. Metode yang digunakan mencoba melihat fenomena

pembetukan habitus sosial-ekonomi masyarakat melalui aktivitas di agrowisata.

Penelitian ini terfokus pada pengamatan dan di analisa secara cermat hingga tuntas

(Sugiono, 2008). Sedangkan sumber data penelitian meliputi data primer dan sekunder,

Data primer di peroleh dengan melakukan wawancara dan pengamatan guna untuk

menggali data fisik, sosial ekonomi yang di dapatkan dari informan, sedangkan data

sekunder adalah suatu data pendukung yang meliputi biografi desa, jurnal wisata desa dan

badan pusat statistik. Informasn pada penelitian ini berjumlah 3 orang yaitu bapak

johanudin selaku kepala desa, bapak ahmad mujianto selaku kerua bumdes dan bapak

agus selaku ketua agro tersebut. Validasi/keabsahan data dalam penelitian menggunakan

trigulasi metode dan sumber data dari paparan yang di dapat dari wawancara dan

pengamatan informan dan penarikan kesimpalan dari data tersebut.

HASIL DAN DISKUSI

a. Dusun Kuniran dan Potensinya

Kawasan dusun Kuniran dan sekitarnya memang terkenal sebagai dusun

pertanian dikarenakan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani. Bertani sudah

menjadi kegitan turun temurun dari nenek moyang mereka. Komoditas yang

menonjol dari daerah ini adalah sayur dan buah. Didukung dengan lokasinya yang

dekat dengan pasar yaitu pasar Sambi Kenceng, memudahkan masyarakat dalam

Page 40: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

32

mendistribusikan hasil panen. Pada prinsipnya, wisata agro atau agrowisata

merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara

langsung di daerah wisata yang mempunyai keaslian, keunikan kenyamanan dan

keindahan alam. Wisata agro sendiri adalah usaha petani yang di olah sedemikian

rupa dan di perkenalkan dalam bentuk wisata dimana wisatawan dapat melihat

semjua proses yang ada di dalamya. Keberadaan wisata agro sendiri secara langsung

maupun tidak langsung berdampak pada kehidupan sosial ekonomi daerah tersebut.

Seperti yang terjadi di dusun Kuniran, kegiatan agrowisata berdampak positif pada

peningakatan sosial, ekonomi, pengetahuan dan gaya hidup.

Keragaman sumber daya alam pertanian holtikultura di kawasan Dusun

Kuniran dapat di jadikan sebagai kawasan objek wisata agro seperti wisata buah atau

wisata sayuran. Namun kawasan agrowisata Dusun Kuniran lebih mengkhususkan

pada wisata buah yaitu buah pepaya dan buah naga. Dusun Kuniran telah cukup lama

membudidayakan buah pepaya. Hal ini didukung kondisi tanah di dusun Kuniran

memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan berbagai jenis tanaman.

Terutama dalam membudidayakan tanaman yang tumbuh di udara yang sejuk.

Seiring perkembangan zaman dan peningkatan pengetahuan masyarakat petani di

dusun Kuniran, kreativitas masyarakat berimplikasi pada meningkatnya kehidupan

sosial dan ekonomi masyarakat. Kegiatan perkebunan pepaya dan buah naga di dusun

Kuniran mulai di tata sebagai komoditas agrowisata. Pada awal pembukaan objek

wisata petik buah, yaitu buah pepaya, pengunjung dapat melihat proses perawatan

buah dan dapat memetik sendiri sebagai sebuah pengalaman bagi wisatawan.

Uniknya tanaman pepaya yang di tanam memiki jenis pohon yang pendek dan

berbuah lebat. Selain itu pengunjung juga dapat menikmati wahana bermain untuk

anak kecil dan kolam renang, harga tiket masuk sendiri tergolong sangat murah yaitu

tiket masuk ke agrowisata hanya di kenai biaya 3.000 rupiah sedangkan untuk ke

kolam renang hanya di kenai biaya 5.000 rupiah.

Masyarakat dusun Kuniran memiliki partisipasi aktif dalam seluruh proses

yang di lakukan untuk menjadikan desa wisata tersebut. Berlandaskan latar belakang

profesi yang kebanyakan sebagai petani, tentunya hal ini sangat membantu dalam

proses pengelolaan agrowisata. Menurut Ahmad Mujiono sebagai penanggung

jawab dari badan usaha milik desa, wisata agro petik buah pepaya ini merupakan

Page 41: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

33

potensi wisata milik desa yang di kembangkan oleh warga desa sendiri. Kebun milik

desa sebagai pengembangan wisata desa memiliki luas 1 hektar. Buah pepaya yang

ditanam adalah jenis kalifornia dimana keunggulan dari jenis ini adalah buahnya

yang manis dan cepat proses berbuahnya. Pepaya jenis kalifornia ini dijual seharga

4.000 rupiah perkilogramnya.

Dengan adanya agrowisata tersebut kondisi sosial ekonomi masyarakat dusun

Kuniran mengalami peningkatan. Perkembangan ini ditandai dengan ditetapkannya

Dusun Kuniran sebagai kawasan agrowisata. Banyaknya kios-kios yang berada di

area wisata itu juga menunjukkan bahwa perekonomian masyarakat sekitar mulai

naik. Para generasi muda turut memajukan kepariwisataan desa di antaranya dengan

cara sistem pengelolan agrowisata sepenuhnya dipegang oleh para pemuda dusun

Kuniran. Saat ini masyarakat desa lebih memfokuskan dengan kegiatan pertanian

guna menjadikan dusun Kuniran sebagai produsen aneka sumber daya hayati, dengan

adanya agrowisata tersebut di harapkan dapat mengurangi tingkat Penganguran

masyarakatnya. Hal ini dapat mendorong warga yang masih menganggur untuk

bertani sehingga dapat mengurangi resiko penggganguran.

Hasil wawancara dengan bapak Johanudin selaku Kepala Desa, menjelaskan

bahwa adanya wisata desa tersebut muncul dari pemikiran warga desa itu sendiri dan

di pelopori oleh bapak Agus selaku ketua agro dan bapak Ahmad Mujiono selaku

ketua BUMDES. Hal ini muncul dikarenakan desa tersebut terkenal sebagi desa yang

mayoritas warganya berprofesi sebagai petani, khususnya petani buah dan sayuran,

serta kawasan tersebut memiliki lahan yang cukup untuk dibuat wisata. Bapak

Ahmad Mujiono juga menegaskan bahwa wisata tersebut selain dikelola oleh

masyarakat itu sendiri yaitu para pemuda dusun yang menamainya dengan Pemkab

(Pemuda Kuniran Bersatu ) para pemuda ini yang mengelola wisata tersebut mulai

dari perawatan, penjagaan tempat parkir dan loket masuk. Selanjutnya adalah

Pokwan (Kelompok Wanita) pokwan ini adalah orang-orang yang berjualan di kios-

kios area wisata di karenakan Pokwan ini yang ikut membantu pembuatan agrowisata

mulai dari nol sampai sekarang. Untuk kios setiap bulan di kenai biaya 100.000 ribu

untuk dana kebersihan dan listrik. Hasil dari agrowisata tersebut akan di bagi yaitu

40% untuk upah Pemkab (Pemuda Kuniran Bersatu) dan 60% masuk ke agrowisata,

selain itu pihak BUMDES juga ikut campur tangan didalam nya.

Page 42: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

34

Adanya wisata tersebut menunjukkan peningkatan sosial ekonomi dari

masyarakat sekitar wisata. Dibidang sosial peningkatan yang dialami warga cukup

mempengaruhi pola hidup masyarakat tersebut, sehingga warga sekitar desa wisata

memiliki sebuah ikatan sosial dimana ikatan tersebut memiliki fungsi untuk

mempererat tali persaudaraan dan rasa goyong royong guna menjaga dan memelihara

desa wisata tersebut. Kemudian dari segi ekonomi masyarakat yang pengangguran

sekarang dengan adanya wisata tersebut masyarakat memiliki pekerjaan. Bagi warga,

khususnya petani merasakan adanya pengaruh yang cukup kuat atas keberadaan

agrowisata terhadap tingkat perekonomian dan etos kerja warga. Sekarang

masyarakat lebih tekun dalam bertani dan cita-cita masyarakat adalah menjadikan

dusun kuniran sebagai produsen sumber daya hayati khususnya buah dan sayuran,

pendapatan hasil dari wisata tersebut di gunakan untuk mengelola agrowisata.

b. Habitus Masyarakat Dusun Kuniran

Masyarakat dusun Kuniran menunjukkan adanya potensi seperti yang

disebutkan Bourdieu sebagai sumber daya yakni berupa struktur mental (kognitif)

yang digunakan aktor (individu atau kelompok) untuk menghadapi kehidupaan

sosial. Jenkins mengatakan bahwa habitus diperoleh atau terbentuk melalui proses

yang panjang, tergantung pada tempat di mana aktor itu tinggal. Awalnya Dusun

Kuniran sudah memiliki kebiasaan untuk bertani karena pada dasarnya lahan yang

luas serta keadaan alam yang mendukung untuk di lakukannya kegiatan bertani

(mengutip dari pernyataan kepala desa). Hal ini sangatlah memberi keuntungan bagi

masyarakat Dusun Kuniran untuk meneruskan budaya yang telah lama di lakukan

oleh nenek moyangnya. Seiring berjalannya waktu dan juga kondisi sosial di sekitar

Dusun Kuniran yang mayoritas bertani ini juga disana banyak yang menjadi

pedagang di pasar untuk mendistribusikan hasil pertanian yang ada di Dusun

Kuniran. Diuntungkan juga dengan jarak Dusun Kuniran yang berdekatan dengan

pasar Sambi Kenceng, sebagai tempat pemasaran.

Proses adanya agrowisata di dusun Kuniran tidak begitu saja terbentuk oleh

waktu, melainkan keadaan sosial yang semakin lama kian berubah dan juga

komoditas masyarakat yang semakin meningkat. Seperti yang dilihat oleh Bourdieu

bahwa habitus sebagai faktor penting yang berkontribusi untuk reproduksi sosial,

karena merupakan pusat untuk menghasilkan dan mengatur praktik yang membentuk

Page 43: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

35

kehidupan sosial. Menurut hasil wawancara, Masyarakat Dusun Kuniran telah

memiliki konsep reproduksi yang maju dalam mengembangkan serta meningkatkan

perekonomian dengan cara membuat Agrowisata yang ada di Dusun dengan

bermodalkan keahlian dalam bertani serta mendistribusikannya pada konsumen,

maka dari itu masyarakat berinisiatif membuat hal tersebut dengan menggandeng

stakkeholder sebagai agen pendukung jalannya program tersebut.

c. Pengelolaan Modal Masyarakat Dusun Kuniran

Perkembangan masyarakat Dusun Kuniran tidak lepas dari kejeliannya dalam

mengelola modal yang dimiliki. Modal disini mengacu pada pemikiran Bourdieu

yang membedakan modal menjadi empat, yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal

budaya dan modal simbolik. Modal-modal inilah yang dikelola oleh masyarakat

dusun Kuniran.

1) Modal Ekonomi

Bourdieu menyebutkan bahwa modal ekonomi sebagai modal material,

yang bernilai ekonomi. Seperti halnya pembahasan yang ada di atas, Desa

Kuniran memiliki luas lahan sekitar 1 hektar, yang mana ukuran luas tersebut

sudah masuk dalam terkategori dusun yang luas. Modal ini cukup untuk di

jadikan pertanian sebagai sarana produksi ekonomi masyarakat, dan juga

agrowisata sebagai program pendukung dalam meningkatkan ekonomi

masyarakat. Hal tersebut tentunya tidak hanya lahan yang luas saja tetapi

keahlian serta kreatifitas masyarakat yang terbukti dapat menghasilkan nilai-

nilai ekonomi, yang tentunya juga di dukung dengan modal-modal yang lain

untuk menselaraskan perputaran roda ekonomi masyarakat Dusun Kuniran.

2) Modal Sosial

Untuk mencapai peningkatan ekonomi di perlukan jaringan relasi yang

mendukung. Modal sosial merupakan potensi untuk menciptakan suasana yang

harmonis dan tercapai tujuan masyarakat. Pada masyarakat Dusun Kuniran

terdapat beberapa unsur yang dapat membantu berkembangnya agrowisata yang

sedang dalam proses pengerjaan ini yakni berupa relasi masyarakat, norma,

partisipasi proaktif dan juga gotong royong masyarakat.

Dalam sebuah pengembangan agrowisata tentunya harus melibatkan

penuh partisipasi proaktif dalam masyarakat tentunya dengan cara tradisi gotong

Page 44: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

36

royong yang mana hal tersebut sangatlah mempermudah kegiatan itu cepat untuk

di selesaikan. Selain itu, kerjasama yang seperti itu sangatlah berdampak baik

untuk mental sosial yang ada di masyarakat Dusun Kuniran. Terjadinya

hubungan timbal balik yang baik antar masyarakat akan terlihat ketika suatu hari

salah satu tetangga (masayarakat) memiliki hajatan dsb. yakni sikap partisipasi

masyarakat yang tanpa di suruh pun sudah andil dalam hajatan yang di lakukan.

Hubungan baik ini sangatlah menguntungkan untuk masyarakat di Dusun

Kuniran, terutama dalam sikap guyub dalam pengerjaan program agrowisata.

3) Modal Budaya

Bourdieu memberi pandangan bahwa modal budaya merupakan

keseluruhan kualifikasi intelektual yang di peroleh secara formal maupun dari

hasil warisan keluarga. Modal budaya masyarakat Dusun Kuniran yang di

dapatkan dari pendidikan. Diantaranya adalah pengetahuan yang mana

pengetahuan ini berguna untuk mengasah kemampuan serta menerapkan hal

yang di nilai dapat berorientasi pada pengembangan masyarakat dan juga

meningkatkan kemampuan dalam berfikir individu guna menghasilkan suatu

pengalaman baik pada individu dan juga masyarakat. Pendidikan dan juga

pengalaman akan sangat membantu individu dalam berkontribusi untuk

pengembangan progam dan juga hal-hal apa saja yang menjadi cita-cita untuk

kedepannya baik itu untuk masyarakat Dusun Kuniran maupun perorangan,

pendidikan di masyarakat dusun kuniran sendiri tergolong menengah ke bawah

hal ini mengacu pada pernyataan bapak agus selaku ketua agro bahwasanya

kebanyakan masyarakat dusun kuniran menikah dini dari pada meneruskan

pendidikan. terutama bagi kaum perempuan, hal ini di sebabkan oleh beberapa

faktor salah satunya ekonomi.

4) Modal Simbolik

Modal simbolik dari masyarakat Dusun Kuniran tidak terlepas dari

kebiasaannya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari mereka seperti bertani,

berdagang, gotong royong dan bersekolah. Dalam bertani, masayarakat Dusun

Kuniran memiliki simbol yakni berupa lahan dan juga garapan sawah. Kemudian

dengan berdagang masyarakat Dusun Kuniran memiliki simbol yang berupa

stand berdagang di pasar yang bertempat di sebelah Dusun Kuniran yakni pasar

Page 45: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

37

Sambi Kenceng. Kemudian dengan sekolah sebagai agen ilmu pengetahuan di

Dusun Kuniran yang memiliki simbol bangunan yang megah di titik strategis

Dusun Kuniran. Selain symbol-simbol fisik tersebut, masyarakat dusun Kuniran

juga memiliki modal bahasa, yaitu bahasa jawa yang merekatkan mereka dalam

kesamaan sejarah dalam memelihara nilai-nilai luhur. Bahasa ini juga memiliki

kontribusi dalam melancarkan pola pengelolaan agrowisata di Dusun Kuniran.

d. Agrowisata sebagai Ranah Praktik

Ranah (field) merupakan tempat untuk persaingan dan perjuangan.

Pembahasan dalam hal meningkatkan sektor ekonomi ini di bagi menjadi dua

pertama persaingan. Untuk meraih keuntungan yang banyak, masyarakat yang

memiliki keahlian dalam berdagang harus turut berpartisispasi aktif dalam berinovasi

dalam agrowisata. Agar nantinya dengan adanya pasar sebagai distributor buah-

buahan tidak menjadi faktor penghambat penghasilan yang ada di agrowisata petik

buah yang tengah di bangun dan di kembangkan mayarakat Dusun Kuniran

Kemudian yang kedua, masyarakat yang memiliki basik berdagang serta

bertani harus mengoptimalkan skill dalam membangun sebuah wisata di tengah-

tengah dusun, di mana lokasi agrowitasa katakan kurang memiliki pamor di mata

masyarakat luas. Artinya, masyarakat Dusun Kuniran harus bersama-sama belajar

tentang hal-hal apa saja yang menjadi daya tarik utama adanya sebuah wisata di Desa

dan juga bagaimana orientasi untuk kedepan program-prgram yang di rencanakan

untuk mengembangkan agrowisata petik buah agar lebih berdaya saing nantinya.

Karena pada dasarnya sifat dari wisata saat ini sangatlah dinamis.

Praktik dari habitus ditunjukkan melalui rumus yang tunjukkan oleh Bourdieu,

melalui rumus (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Dengan kata lain, habitus yang

membawa modal untuk bersaing dalam sebuah ranah adalah praktik. Masyarakat

dusun kuniran memiliki potensi baik dari individu maupun dari sumber daya alamnya

sendiri. Hal ini juga didasari dengan kebiasan masyarakat yang suka bertani karena

pada dasarnya terdapat lahan yang luas serta di dukung dengan keadaan alam yang

sangat mendukung. Hal tersebut sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan

bertani bagi masyarakat Dusun Kuniran, juga dalam mempertahankan dan

meneruskan warisan budaya nenek moyang mereka sebelumya yang juga berprofesi

sebagai petani. Seiring berkembangnya zaman kondisi sosial masyarakat mengalami

Page 46: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

38

perubahan yaitu yang semula hanya sebagai petani sekarang juga ada yang berprofesi

sebagai pedagang hal ini di latar belakangi karna letak dusun kuniran berdampingan

dengan pasar Sambi Kenceng.

Landasan sejarah dan didukung oleh modal masyarakat Dusun Kuniran yaitu

modal Ekomoni, sosial, budaya dan simbolik sebagai pendorong masyarakat

setempat untuk bersifat inovatif dan progresif dalam mengelola agrowisata petik

buah yang di nilai dapat memberikan dampak baik secara ekonomi maupun sosial

bagi masyarakat itu sendiri. Memanfaatkan lahan dan semangat gotong royong serta

sifat proaktif masyarakat dusun Kuniran bersama stakeholder desa membentuk

sebuah terobosan atau strategi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Dusun

Kuniran itu sendiri. Ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Sherli Yolanda

dan Herman Felani (2020), wujud partisipasi ideal dimana melakukan perencanaan

dari awal bottom up yang melibatkan masyarakat setempat dalam proses perencanaan

dan pembangunan, bentuk partisipasi tersebut juga tampak dari adanya keinginan

masyarakat serta antusias untuk membangun mengembangkan Desa Segajih menjadi

Desa Wisata live in & education. meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus

juga untuk meningkatkan potensi desa wisata tersebut.

Peningkatkan perekonomian desa salah satunya diinisiasi dengan adanya

pengembangan wisata, sekarang Dusun Kuniran sudah berubah menjadi desa wisata.

Kesadaran yang terbangun antara masyarakat Dusun Kuniran dan stakeholder desa

perlu untuk terus dipupuk dan ditularkan. Demi semangat meningkatkan kemampuan

dalam pengelolaan agrowisata. Hal ini sebagai wujud dari cara masyarakat untuk

meningkatkan usaha bersama meningkatkan taraf hidup masyarakat. Ranah

agrowisata petik buah Dusun Kuniran adalah sebagai salah satu tempat hubungan

relasoinal. Masyarakat dalam melakukan satu kerja sama dengan berbagai pihak-

pihak terkait dan cara agar terwujudnya taraf hidup yang lebih baik. Melalui cara

bekerja sama dengan berbagai pihak pemerintah mulai dari pihak desa, kecamatan

hingga kabupaten. Dengan adanya kerjasama tersebut di harapkan agar dapat

menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Masyarakat harus terus berusaha

menggali dan memanfaatkan kebiasaan positif (habitus) dan modal yang dimiliki

masyarakat Dusun Kuniran sebagai bentuk kemandirian.

Page 47: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

39

SIMPULAN

Keragaman sumber daya alam pertanian holtikultura di kawasan Dusun Kuniran

dapat di jadikan komoditas agrowisata dengan produk buah dan syuran. Dusun Kuniran

lebih mengkhususkan wisata petik buah yaitu buah pepaya. Dari hasil penelitian terdapat

beberapa poin penting. Pertama, Partisispasi aktif masyarakat sebagai motor yang

menggerakkan keberhasilan argowisata. Gerakan dilakukan dari bawah ke atas, dan

mendapatkan respon positif dari stakeholder desa. Kedua, dengan memanfaatkan modal

ekonomi berupa lahan yang luas; modal sosial berupa nilai solidaritas masyarat yang

tinggi; nilai budaya berupa pengetahuan masyarat dalam pengelolaan argowisata; serta

modal simbolik berupa pasar, sekolah, sawah, dan juga bahasa jawa yang baik; modal-

modal tersebut menjadi bekal mayarakat dalam upaya menciptakan wisata petik bauh,

sebagai upaya mengurangi pengangguran dengan tercitanya lapangan kerja baru dan

meningkatkan perekonomian masyarakat. Ketiga, habitus yang terbentuk melalui modal-

modal tersebut menjadi pola hidup baru bagi masyarakak Dusun Kuniran, yakni lebih

optimis dengan profesinya sebagai petani dan etos kerja semakin meningkat karena

mendukung berkembangnya wisata petik buah yang sudah dirintis. Di sisi lain masyarakat

Dusun Kuniran lebih solid dalam menciptakan pembangunan di desanya.

Page 48: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

40

DAFTAR REFERENSI

Baskara, I Made Cahya, dkk. (2017). Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Potensi Pariwisata Subak Sukawayah Ubud. ojs.unud.ac.id

Bimbi, Agung Suprojo, Roro Merry Chornelia W (2017) “Pengaruh Wisata Petik Buah

Jambu (Agrowisata) terhadap Pemberdayaan Sosial Masyarakat di Desa Bumiaji

kecamatan Bumiaji Kota Batu” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik vol. 6. No 2

Haryatmoko. (2003). Landasan Teoretis Gerakan Sosial Menurut Pierre Bourdieu. BASIS

Nomor 11-12, Tahun Ke-52, November-Desember.

Hasbullah, Jousairi. (2006). Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia). Jakarta: MR-United Press.

Jenkins, Richard. (2004). MembacaPikiran Pierre Bourdieu, Yogyakarta: Kreasi

Wacana.

Melatia, Bella Chintya dan Narottamaa, Nararya. (2020). Keterlibatan Masyarakat Dalam

Pengelolaan Agrowisata Di Desa Tulungrejo, Kota Batu. Jurnal Destinasi

Pariwisata 8(1):82 DOI: 10.24843/JDEPAR.2020.v08.i01.p11

Mutahir, Arizal. (2011). Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu; Sebuah Gerakan untuk

Melawan Dominasi, Yogyakarta: Kreasi Wacana

Ramdani, Zaqiah dan Karyani, Tuti. (2020). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Agrowisata Dan Dampaknya Terhadap Sosial Ekonomi

Masyarakat (Studi Kasus pada Agrowisata Kampung Flory, Sleman, Yogyakarta).

MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan

Agribisnis 6(2): 675-689

Sugiono. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta, hal 205-214

Triyono dan Djohan, Eniarti B.. (2015). Pengembangan Wisata Agro: Peluang Kerja

Masyarakat Di Kawasan Poncokusumo Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Jurnal Kependudukan Indonesia 10(1): 43-52

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/10TAHUN2009UU.HTM

Yolanda, Sherli dan Felani, Herman. (2020). Partisipasi Masyarakat Dalam

Pengembangan Dan Peningkatan Kunjungan Wisatawan Di Desa Wisata Segajih Live In

& Education, Kulon Progo, Yogyakarta. Naskah Piblikasi Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta

Page 49: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

41

.

HUBUNGAN EMOTIONAL COPING BEHAVIOR DENGAN

AGRESIVITAS SUPORTER SEPAK BOLA BONEK MANIA

Abdulloh Alba Syaiba

[email protected]

Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya

Abstract

The study would like to see the relationship of emotional coping behavior with the

aggressiveness of bonek mania soccer supporters. This research is a correlational

quantitative study. The sample used in this study are 197 bonek mania supporters

selected through simple random sampling technique. The research instrument was a

way of coping scale for the emotional focused coping scale, and an aggression

questionnaire scale for the aggressiveness scale. Pearson's Product Moment

Analysis on SPSS version 2.2 for Windows shows a correlational value of 0.271 with

a significance value of 0.000 (<0.05). The results indicate that there is a correlation

between emotional coping behavior and the aggressive Bonek Mania.

Keywords: Aggressiveness, Bonek Mania, Emotional Coping Behavior.

Abstrak

Penelitian hendak mengungkap hubungan emotional coping behavior dengan

agresivitas supporter sepak bola bonek mania. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif korelasional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 197

suporter bonek mania yang dipilih melalui teknik simple random sampling.

Instrument penelitian berupa skala ways of coping untuk skala emotional focused

coping, dan skala aggression questionnaire untuk skala agresivitas. Analisis Product

Moment Pearson‟s pada SPSS versi 2.2 for Windows menunjukkan nilai korelasional

sebesar 0,271 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (< 0,05) hasil tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan emotional coping behavior dengan

agresifitas supporter bola Bonek Mania.

Kata kunci: Agresifitas, Bonek Mania, Emotional Coping Behaviour.

Page 50: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

42

Pendahuluan

Setiap pertandingan selalu ada kemenangan dan kekalahan, begitu juga dengan

permainan sepak bola. Pihak yang mengalami kemenangan akan merasakan uforia tersendiri

baik bagi pemain maupun suporternya, dan tidak sedikit diantara mereka melakukan selebrasi

atas kemenangan tersebut. Bersamaan dengan hal tersebut bagi pihak yang mengalami

kekalahan akan mengalami kekecewaan, dan bersamaan hal tersebut rasa kekecewaan atas

kekalahan seharusnya tetap dilandasi suportivitas, sehingga kekalahan dapat diterima dengan

lapang dada, baik untuk pemain maupun supporter pendukungnya. Akan tetapi, yang terjadi

saat ini adalah banyak terjadinya kasus krisis suportivitas pada supporter bola. Bahkan dalam

kasus kebanyakan mereka cenderung melakukan tindakan agresivitas, seperti memukul,

menghina dan mencemooh antar klub supporter lawan favoritnya. Perilaku agresi tersebut,

kebanyakan muncul seperti perilaku menyanyikan lagu dengan kata-kata kotor, melempar

benda-benda di sekitarnya, hingga membawa senjata tajam (Silwan, 2005).

Homby (2000), menjelaskan suporter adalah seseorang yang secara sukarela ikut

ambil bagian dalam mendukung sebuah teori, konsep, kegiatan yang sukarela ikut ambil

bagian dalam mendukung dan memberikan sokongan dalam pertandingan. Suporter dalam

dunia sepak bola, merupakan penggemar sepak bola yang secara tidak langsung maupun

tidak memberikan dukungan saat klub favoritnya melakukan pertandingan (Wojowasito,

1980). Suporter bola di Indonesia melakukan beberapa perilaku agresivitas yang memberikan

dampak buruk. Sebagai contoh tindakan agresivitas yang dilakukan oleh supporter bola, yaitu

di Kota Bandung 16 bus yang berisi penuh anggota suporter dari Persija Jakarta bergerak dari

arah Solo, di Tol Palimanan km 188, suporter Persib Bandung yang berada di sisi tol

melempari bus hingga terjadi tawuran di pintu tol Palimanan. Tawuran ini mengakibatkan

salah satu anggota suporter Persija berinisial HRL tewas akibat dikeroyok dengan senjata

tajam seperti pedang dan senjata angina (Adnan, 2016). Besarnya basis supporter di

Indonesia positif menjadi hal yang dilematis, karena selain mendatangkan efek positif juga

menimbulkan efek negatif, antara lainnya adanya perkelahian antar suporter sepak bola,

perusakan fasilitas umum, hingga tawuran yang mengakibatkan luka-luka, perusakan fasilitas

umum seperti stadion, rumah penduduk yang memakan korban jiwa (Hidayat, 2014).

Hal yang sering kita jumpai pada supporter bola yakni kejadian saling menghina,

pemukulan, kemarahan serta rasa permusuhan antar suporter dan hal tersebut dapat dikatakan

sebagai bentuk agresivitas (Hidayat, 2014). Buss & Perry (1992) menjelaskan, bahwa

perilaku agresif merupakan perilaku yang berniat menyakiti orang lain baik secara fisik

maupun psikis untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Agresi juga merupakan perwujudan

Page 51: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

43

perilaku seseorang yang cenderung melawan sesuatu yang berakibat melanggar norma-norma

yang berlaku (Saad, 2003). Trisnawati (2014) menjelaskan bahwa agresivitas menciptakan

perilaku kekerasan, baik secara individual maupun secara kelompok, contohnya seperti

tawuran.

Agresivitas merupakan suatu bentuk perilaku dengan tujuan untuk menyakiti orang

lain, baik secara fisik maupun psikis dengan motif menyalurkan perasaan negatif yang

dirasakan oleh seseorang dapat diekspresikan sehingga tujuan yang diinginkan tercapai (Buss

dan Perry, 1992). Menurut Kartono (2003), mengungkapkan bahwa agresivitas adalah

ledakan-ledakan emosi dan kemarahan hebat yang meluap-luap dalam bentuk sewenang-

wenang, penyerangan, penyergapan, serbuan kekejaman, perbuatan-perbuatan yang

menimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengerusakan, dan tindakan permusuhan ditujukan

kepada seseorang atau benda.

Aksi agresivitas adalah sebuah perilaku terarah yang ditujukan untuk memberikan

kesakitan fisik maupun psikologis (Aronson, 2007). Sedangkan Taylor (2000), bahwa

agresivitas merupakan suatu tindakan dengan maksud melukai orang lain. Berdasarkan

definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa agresi adaah suatu tindakan atau perbuatan

yang dilakukan oleh individu untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis

dengan tujuan menyalurkan perasaan negatif yang dirasakan oleh seseorang.

Penelitian ini menggunakan teori agresivitas oleh Buss & Perry (1992) dengan

berfokus aspek agresi fisik yang berupa serangan fisik, agresi verbal yang berupa serangan

melalui kata-kata, kemarahan yang berarti perwujudan emosi dan permusuhan yang

merupakan perasaan sakit hati sebagai wujud dari proses berpikir kognitif.

Suporter-suporter yang datang untuk menyaksikan dan mendukung klub sepak bola

favoritnya kemungkinan besar memiliki masalah-masalah pribadi terlebih dahulu. Hal ini

ditunjukkan dari perilaku para suporter yang sering membawa dan mengkonsumsi minuman

beralkohol sebelum dan selama pertandingan berlangsung (Pamulatsih, 2017). Pada saat

pertandingan, klub favoritnya kalah atau ketika suporter lain mengejek maka agresvitas pun

akan muncul sebagai akibat tekanan yang sudah dialaminya menjadi meningkat, sehingga

agresivitas yang dilakukan suporter diakibatkan oleh tekanan-tekanan yang semakin

meningkat dikarenakan masalah-masalah pribadi yang tidak segera diselesaikan (pre

determinan personal). Hal tersebut tidak terkecuali supporter Persebaya yaitu bonek mania,

yang memiliki super power dan memiliki pengaruh besar dalam dunia persepakbolaan di

Indonesia yang membawa dampak positif maupun negatif. Dampak negatif yang dirasakan

adalah, dimana timbulnya sikap agresi yang memungkinkan seseorang bertindak yang tidak

Page 52: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

44

sesuai akal sehat dan norma (irasional), dan berdampak pada aksi kekerasan, mudah

tersinggung, tidak terorganisasi (Wahyudin, 2011).

Beberapa faktor yang mempengaruhi agresivitas adalah faktor internal yang berasal

dari dalam diri individu tersebut, salah satu adalah tekanan yang berasal diri sendiri. Pada

saat frustrasi tersebut muncul akan menyebabkan munculnya kemarahan akan

memungkinkan seseorang bertindak secara agresif (Berkowitz, 1995). Lazarus & Folkman

(2011) menjelaskan bahwa ketegangan muncul akan akibat stressor akibat adanya tekanan

fisik serta psikis akibat tuntutan dalam diri dan lingkungan. Ketika ada sesuatu hal yang

terjadi diluar kehendak individu, maka pada situasi pemecahan masalah akan memicu

munculnya sekumpulan usaha dalam menghadapi situasi yang menekan atau biasa disebut

coping stress. Folkman (1994) membagi coping stress menjadi dua, salah satunya yakni

emotional focused coping yang berfokus pada pengelolaan emosi ketika mendapatkan

stressor.

Emosional focused coping dapat bersifat adaptif maupun maladaptif. Koping yang

bersifat maladaptif yaitu koping yang cenderung kurang dapat menguasai lingkungan

sehingga menghambat perkembangan individu, seperti mengkonsumsi minuman beralkohol

dan melakukan aktivitas secara berlebihan (Lazarus & Folkman, 1984). Individu yang tidak

memiliki tingkat koping stress yang baik akan cenderung lebih berperilaku agresi

(Aggaraningtyas, 2013). Hal ini tampak beberapa suporter sering membawa dan

mengkonsumsi minimal alkohol baik sebelum maupun partandingan berlangsung, dimana hal

tersebut memunculkan perilaku agresivitas seseorang (Pamulatsih, 2017).

Emotional focused coping merupakan strategi meredakan emosi individu yang

disebabkan oleh tekanan, tanpa berusaha mengubah situasi terhadap tekanan tersebut secara

langsung (Lazarus dan Folkman, 1994). Menurut Sarafino (2011), emotional focused coping

merupakan salah satu unsur dari coping stress. Coping stress sendiri merupakan suatu

rangkaian proses strategi yang dilakukan oleh individu untuk menekan situasi yang tidak

diinginkan (Folkman, 1994). Sedangkan menurut Sari (2010), menjelaskan bahwa coping

stress merupakan usaha-usaha, baik secara mental maupun perilaku, dalam mengatasi,

mentoleransi, mengurangi dan meminimalisasikan situasi maupun kejadian yang penuh

tekanan. Usaha tersebut dilakukan dengan tujuan mengelola stress yang berorientasi pada

emosi.

Lazarus dan Folkman, menjelaskan bahwa emotional focused coping dilakukan

dalam rangka mengatur emosi ketika tekanan pada individu dapat diterima. Cara mengetahui

strategy coping dengan bentu emotional focused coping dapat diukur melalui; a) Pelarian diri

Page 53: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

45

yakni dimana individu berusaha untuk menghindarkan diri dari pemecahan masalah yang

sedang dihadapai, b) Penyalahan diri dimana individu selalu menyalahkan diirnya sendiri dan

menghukum diri sendiri serta menyesali yang telah terjadi, c) Minimalisasi dengan cara

menolak masalah yang ada dengan menganggap seolah-olah tidak ada masalah, bersikap

pasrah, dan acuh terhadap lingkungan, d) Pencarian makna, yakni ketika individu

menghadapi masalah hingga sampai titik kegagalan bagi dirinya hingga melibatkan segi-segi

yang penting dalam hidupnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional untuk melihat kaitan

antara dua variabel yang hendak diteliti, yaitu. Atas dasar dari tujuan penelitian yaitu

hubungan emotional focused coping dengan agresivitas suporter bola. Pendekatan kuantitatif

merupakan suatu desain penelitian dimana mengharuskan dilakukannya pencatatan data hasil

penelitian secara numerik, sehingga memudahkan proses analisis dan interpretasi dengan

menggunakan metode-metode statistik (Azwar, 2013).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah emotional focused coping yang

diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan seseorang dalam rangka fokus pada

pengelolaan emosi ketika mendapatkan stressor (tekanan). Skala Ways of Coping terdiri dari

aspek distancing, accepting responsibility, escape-avoidance, positive reappraisal. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah agresivitas supporter bola bonek mania yang

didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk melukai seseorang baik secara sengaja

maupun tidak, dan cenderung melawan sesuatu hal dan mengakibatkan pelanggaran-

pelanggaran, baik pada nilai yang berlaku dalam masyarakat. Skala agresivitas menggunakan

alat ukur yang telah diadaptasi dan di modifikasi sesuai dengan responden yaitu suporter

sepak bola. Skala Aggression Quetionnaire terdiri dari 4 aspek yaitu aspek agresi fisik, agresi

verbal, kemarahan, dan permusuhan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah suporter bola bonek mania.

Jumlah minimal sampel dalam penelitian ini sebanyak 138 subjek yang didapat dari

penghitungan G-Power, namun data yang tersebar dan dapat diolah sebanyak 197 subjek

yang terdiri dari supporter sepak bola Persebaya yakni Bonek Mania. Teknik sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling. Tipe jenis probability sampling

yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik simple random sampling.

Pengambilan data penelitian menggunakan skala emotional focused coping yang

diperoleh dari skala yang dikembangkan Lazarus dan Folkman (1984), dan diadaptasi oleh

Page 54: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

46

Adimas (2016) yang terdiri dari 22 aitem favorable dengan reliabilitas skala sebesar 0,916.

Skala agresivitas diperoleh dari skala Buss dan Perry (1992), yang lalu diadaptasi dan

dimodifikasi oleh Dian Pamulatsih (2018). Skala tersebut terdiri dari 28 aitem dengan

reliabilitas skala sebesar 0,907. Pengambilan data dilakukan dengan menyebar skala yang

telah dibuat melalui google form.

Skala ini disusun berdasarkan dua kategori aitem, yaitu aitem yang mendukung

(favorable) dan aitem yang tidak mendukung (unfavorable), serta disediakan empat alternatif

respon yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

(STS). Pemberian skor ini dari angka 4 sampai 1 untuk aitem yang mendukung (favorable)

dan aitem yang tidak mendukung (unfavorable) pemberian skor dari angka 1 sampai 4.

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota besar Jawa Timur dan menyebar hingga pulau Bali.

Subjek yang menjadi sampel penelitian merupakan supporter bola Persebaya yaitu bonek

mania. Jumlah partisipan yang mengikuti penelitian ini sebanyak 197 orang partisipan,

dengan rincian 164 berjenis kelamin laki-laki dan 33 orang partisipan berjenis kelamin

perempuan. Dari total 197 partisipan sebanyak 1,01% partisipan memiliki jenjang pendidikan

SMP se-derajat, sebanyak 31,97% (63 orang) yang merupakan pelajar SMA se-derajat, dan

sebanyak 67,00% (132 orang) memiliki pendidikan Strata atau perguruan tinggi. Kondisi

tersebut mempengaruhi kemampuan partisipan dalam memahami pertanyaan-pertanyaan

yang terdapat pada skala. Hal ini berimbas pada pemahaman partisipan mengenai maksud

dan tujuan dari penelitian ini. Lalu sebanyak 133 orang 67,51% telah menjadi suporter sepak

bola selama lebih dari tujuh tahun. Analisis deskriptif korelasional menunjukkan bahwa baik

variabel emotional focused coping dan variabel agresivitas pada suporter bola berada pada

kategori tinggi.

Hasil uji normalitas pada emotional focused coping diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0,000. Hasil uji normalitas pada agresivitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,054.

Maka dapat disimpulkan bahwa data dari emotional focused coping tidak terdistribusi secara

normal, namun data dari agresivitas terdistribusi normal. Hasil uji linearitas menunjukkan

bahwa nilai signifikansi linieritas antara emotional focused coping dan agresivitas,

didapatkan nilai F sebesar 0,271 dengan nilai signifikansi sebesar 0,074 (p>0,05).

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dinyatakan ahwa terdapat hubungan linier antara

emotional focused coping dengan agresivitas.

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini antara variabel emotional focused

Page 55: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

47

coping dengan agresivitas sebesar 0,000 (<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

peran yang signifikan antara emotional focused coping dengan agresivitas pada supporter

bonek mania.

Diskusi

Penelitian ini hendak mengungkap hubungan emotional focused coping dengan

agresifitas supporter bola bonek mania. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan dalam

penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan antara emotional focused coping dengan

agresifitas supporter bola bonek mania. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku

agreif yang ditimbulkan oleh bonek mania pada saat pertandingan dapat dipicu oleh beberapa

faktor. Faktor yang cenderung muncul dan menjadi salah satu pemicu agresifitas adalah

faktor kekalahan pada saat pertandingan sehingga menimbulkan kekecewaan. Faktor tersebut

mempunyai andil besar dalam tindakan agresif pada supporter Persebaya.

Peneliti menemukan faktor lain yang juga dapat mempengaruhi agresifitas dari

supporter Persebaya, yaitu lawan main. Apabila lawan main yang dihadapi adalah lawan yang

biasa maka tingkatan agresi dilakukan oleh supporter Persebaya cenderung rendah.

Sebaliknya apabila lawan yang dihadapi adalah musuh bebuyutan maka tingkatan agresi yang

dilakukan cenderung tinggi. Saat pertandingan berlangsung agresi verbal maupun agresi fisik

sering terjadi dan ditujukan langsung kepada klub lawan maupun suporternya. Perilaku agresi

tersebut seperti menyanyikan lagu-lagu yang menyindir musuh, hingga menyebabkan

tindakan fisik antar sesama supporter. Menurut Darminto (2013), faktor lingkungan yakni

adanya cuaca yang tidak mendukung dapat mempengaruhi emosi seseorang. Salah satu

contohnya pada saat cuaca terik, pada saat pertandingan berlangsung dimana emosi seseorang

akan cenderung lebih cepat naik dan hal ini berpengaruh pada proses munculnya perilaku

agresi pada saat menjadi supporter.

Selain itu, faktor internal berupa kematangan emosi merupakan hal pokok yang

dapat mempengaruhi perilaku agresif masing-masing individu. Seseorang yang telah matang

tingkat emosionalnya dapat mengendalikan gejolak-gejolak luapan emosinya, sehingga

individu tersebut dapat mengelola emosinya dengan baik (Hidayat, 2014). Hasil tersebut

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut seperti sifat dari variabel. Emotional

focused coping merupakan salah satu bentuk koping stress yang berorientasi pada

pengelolaan emosi, yang merupakan strategi untuk meredakan emosi individu yang

disebabkan oleh tekanan, tanpa berusaha untuk mengubah suatu situasi yang menjadi sumber

tekanan secara langsung.

Page 56: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

48

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi agresivitas pada supporter sepak

bola antara lain kematangan emosi. Hurlock (1980) menjelaskan bahwa kematangan emosi

merupakan kemampuan individu dalam mengontrol emosi dalam situasi sosialnya. Anisavitry

(2017) pada penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat hubungan negative antara

kematangan emosi dengan agresivitas seseorang, yang memiliki kontribusi sebesar 59%. Hal

tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Putri (2010), yang menjelaskan

bahwa terdapat hubungan negative antara kematangan emosi dengan agresivitas, dimana

kematangan emosi tinggi yang dimiliki oleh sesorang maka tingkat agresivitas akan

cenderung rendah.

Mengacu penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung

emotional focused coping berperan terhadap agresivitas pada seseorang. Hal tersebut

mengacu pada pemilihan stress koping yang dilakukan individu, dimana pada hasil penelitian

ini bahwa focused coping yang berlebihan akan berdampak negative terhadap diri individu

yang mengakibatkan adanya perilaku maladaptive dan emosi yang tidak terkontrol, bahkan

dapat memicu munculnya perilaku agresi individu, salah satunya agresi verbal, seperti aksi

saling mencemooh supporter lawan yang dilakukan oleh Bonek Mania saat mendukung tim

sepak bola favoritnya Persebaya. Adanya kematangan emosi seseorang yang tidak terkendali

akibat tekanan situasi saat pertandingan berlangsung, dimana klub sepak bola favoritnya

mengalamai kekalahan yang mengakibatkan supporter Bonek Mania melampiaskan

kemarahannya, contohnya seperti agresi fisik yang dapat mengakibatkan serangan fisik

seperti memukul, menampar, menendang, melempar dan menghajar antar supporter.

Selain itu, adanya tingkat pendidikan partisipan dapat menjadi indikator lain yang

mampu berperan terhadap agresivitas seseorang saat menjadi bagian supporter sepak bola.

Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga akan cenderung untuk

mengambil sikap dan mengatasi masalah, dalam hal ini adalah menggunakan problem

focused coping dalam menyelesaikan masalah (Pramadi dan Lasmono, 2003). Hal ini juga

dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimiliki oleh seseorang, tipe kepribadian yang

cenderung rileks tidak terburu-buru akan cenderung menggunakan problem focused coping

dengan baik, begitupun sebaliknya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa emotional focused coping

seseorang berhubungan dengan perilaku agresivitas. Hasil penelitian ini, perilaku agresivitas

yang dilakukan merupakan suatu bentuk perilaku agresi supporter sepak bola yang

dipengaruhi oleh emotional focused coping, dimana ada saat menonton pertandingan klub

sepak bola favoritnya bonek mania bukan hanya menonton pertandingan tersebut sebagai

Page 57: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

49

hiburan saja namun bisa sebagai salah satu bentuk meluapkan emosi. Ketika klub sepak bola

favorit yang didukung mengalami kekalahan dan atau mendapat ejekan dan makian dari

supporter lain, maka supporter bonek mania akan melakukan emotional focused coping yang

bersifat adaptif maupun maladaptive. Hasil penelitian Debri (2016), perasaan yang menyukai

sesuatu hal yang berlebihan dalam lingkup klub sepa bola dapat menyebabkan perasaan

bangga yang berlebihan, sehingga seseorang dapat kehilangan rasionalitasnya dan pada

akhirnya dapat melakukan tindakan yang diluar kendali dengan tujuan untuk membela,

mempertahankan rasa harga diri, gengsi, rivalitas, serta eksistensi klub maupun supporter

yang didukung. Hasil penelitian ini menjadi salah satu kerangka acuan dalam memberikan

intevensi bagaimana membentuk supporter dengan problem focused coping bukan dengan

emotional focuses coping.

Terdapat keterbatasan saat pelaksanaan penelitian ini yakni adanya ketidaknormalan

data yang sudah didapatkan, sehingga populasi yang ada di lapangan tidak dapat diwakilkan

dengan sampel data yang sudah diambil. Faktor-faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol

peneliti saat pengisian skala, mengingat pengambilan data dilakukan secara online dengan

media google form.

DAFTAR PUSTAKA

Adimas. (2016). Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Hubungan antara

strategy emotion focused coping dan aggressive driving pada remaja.

Adnan, M. R. (2016). The Jakmania mengungkapkan salah satu anggota mereka Harun Al

Rasyid Lestaluhu meninggal karena dikeroyok oknum yang tak bertanggung jawab.

Jakarta: www.goal.com:http://www.goal.com/id-ID/news/1391/liga-1-

indonesia/2016/11/07/29269212/ini-kronologi-meninggalnya-anggota-the-jakmania-

dalam-insiden-di-.

Agriawan, D. (2016). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang. Hubungan fanatisme

dengan perilaku agresi suporter sepak bola.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas . Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2017). Metode Penelitian Psikologi. Jakarta: Pustaka Belajar.

Buss, A. H., & Perry, M. (1992). Journal of Personality and Social Psychology. The

aggression quetionnaire, 452-459.

Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Riset: Memilih di antara lima pendekatan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 58: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

50

Folkman, dkk. (1986). Journal of Social and Personal and Relationships. Dynamics of a

stressful encounter: Cognitive appraisal, coping and encounter outcomes, 243-252.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hapsari, I & Wibowo, I. (2015). Jurnal Psikologi. Fanatisme dan agresivitas suporter klub

sepak bola, 52-58.

Hidayat, A., Rustiana, E. R., & Pramono, H. (2014). Journal of Physical Education and

Sports. Agresivitas suporter klub Sriwijaya FC di stadion Jakabaring Palembang

2014, 67-72.

Lazarus, R. S. (1984). Springer Publication. Stress, appraisal and coping.

Pamulatsih, Dian. (2017). Hubungan Antara Emotional Focused Coping Dan Agresivitas

Pada Suporter Sepak Bola.

Sinatrya, E. Y., & Darminto, E. (2013). Agresivitas suporter sepak bola Persebaya Surabaya

pada saat pertandingan berlangsung, 1-5.

Page 59: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

51

HUBUNGAN ANTARA LIMA FAKTOR KEPRIBADIAN (BIG FIVE

PERSONALITY) DENGAN KPU TRUST PEMILIH PEMILU 2024

Irsyad Abdul Rasyid(1),

Lusy Asa Akhrani(2)

(1)

[email protected], (2)

[email protected]

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

ABSTRACT

This research aims to know the corelation between big five personality

(extraversion, neuroticism, conscinetiousness, agreeableness, & openness)

and KPU trust. There was 548 respondens who participate in this research.

Respondens are Indonesian citizens who have the right to vote and will

participate in the next election in 2024. Respondens were collected by

accidental sampling. Big five personality measured by Big Five Inventory

44-item Scale which has modificated by Ramdani (2012). KPU trust

measured by KPU trust scale (Akhrani, 2019) which refers to Lewicki,

McAllister, & Bies research in 1998. This research use stepwise method to

analyse the data. Conscientiousness is the only trait which showed the

correlation with KPU trust as the result of the stepwise method. Correlation

coefficient shows at 0,107 (p<0,05) which means there is a weak correlation

between conscientiousness and KPU trust.

Keyword: Big Five Personality, KPU Trust, Conscientiousness

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lima faktor

kepribadian (extraversion, neuroticism, conscinetiousness, agreeableness, &

openness) dengan KPU trust pada pemilih pemilu 2024. Responden yang

digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 548 orang. Responden

tersebut merupakan warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dan

pernah berpartisipasi dalam pemilu sebagai pemilih miniman satu kali. Big

five personality diukur menggunakan Big Five Inventory 44-item Scale yang

dimodifikasi oleh Ramdhani (2012). KPU trust diukur dengan menggunakan

skala KPU trust (Akhrani, 2019) yang mengacu pada penelitian Lewicki,

McAllister, & Bies (1998). Data yang telah dikumpulkan dianalisis

menggunakan metode stepwise yang mendapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan antara conscientiousness dengan KPU trust. Koefisien korelasi

diperoleh sebesar 0,107 dengan p <0,05 dimana hal ini menunjukan terdapat

korelasi yang signifikan antara conscientiousness dengan KPU trust. Empat

faktor kepribadian lainnya (extraversion, neuroticism, agreeableness, &

openness) ditemukan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan KPU

trust.

Kata kunci: Conscientiousness, Big Five Personality, KPU trust

Page 60: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

52

Tahun 2019 KPU (Komisi Pemilihan Umum) menyelenggarakan Pemilu secara

serentak untuk memilih presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,

dan DPRD Kabupaten/Kota. KPU merupakan sebuah lembaga yang dibentuk

pemerintah untuk menyelenggarakan Pemilu. Berdasarkan Undang-undang Nomor 22

Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, Pemilu dilaksanakan oleh komisi

pemilihan umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Sifat nasional

mempenyai arti bahwa lingkup kerja dan tanggung jawab KPU sebagai penyelenggara

Pemilihan Umum mencakup seluruh wilayah Indonesia. Sifat tetap mempunyai arti

bahwa KPU adalah lembaga yang menjalankan tugas secara berkesinambungan

meskipun dibatasi oleh masa jabatan tertentu. Sifat mandiri mempunyai arti bahwa

dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum KPU harus bebas dari pengaruh pihak mana

pun (Tjiptabudy, 2009).

Sifat mandiri KPU dalam menyelenggarakan Pemilu 2019 mulai banyak

dipertanyakan. Desember 2018 KPU mengumumkan akan menggunakan kotak suara

yang terbuat dari kardus. Pro dan kontra opini publik timbul atas keputusan tersebut.

Banyak warga yang khawatir dengan kualitas kotak suara yang akan digunakan

(Mahbub, 2018). Pihak KPU menjelaskan bahwa KPU telah menghitung kelemahan dan

kelebihan penggunaan kotak suara kardus pada pemilu. KPU menjelaskan bahwa kotak

suara kardus berbahan kedap air dan sudah digunakan sejak Pemilu 2014, 2017, dan

2018. Harga yang jauh lebih murah terkait bahan dantempat penyimpanan kotak suara

menjadi alasan utama mengapa KPU menggunakan kotak suara kardus (Putri, 2018).

Kontroversi lain kembali timbul saat KPU memutuskan untuk memberikan 20

butir daftar pertanyaan debat kepada kedua pasang calon Presiden dan Wakil Presiden.

Sudirman Said selaku Direktur Materi dan Debat Prabowo-Sandiaga menilai pemilih

akan kehilangan hak untuk mengetahui kemampuan calon pemimpinnya (Fai, 2019).

Ketua KPU Arief Budiman mengklarifikasi hal tersebut dengan memberikan pernyataan

bahwa pemberian daftar pertanyaan itu agar calon presiden dan wakil presiden dapat

menjawab pertanyaan secara mendetail sehingga inti dari kampanye dapat tercapai

(Anggriawan, 2019).

Pasca Pemilu diselenggarakan pun banyak kejadian-kejadian yang membuat

publik mempertanyakan integritas KPU sebagai lembaga yang seharusnya netral dan

independen dalam menjalankan Pemilu. KPU sempat mengakui terdapat

Page 61: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

53

ketidaksesuaian data pada formulir C1 di sejumlah daerah dengan situs perhitungan

KPU (Akbar, 2019). Kejadian aneh lainnya terjadi ketika penghitungan suara

dilaksanakan. Tercatat lebih dari 400 orang anggota KPPS (Kelompok Penyelenggara

Pemungutan Suara) meninggal dengan alasan yang tidak jelas dan lebih dari 3.500

petugas KPPS jatuh sakit (Rolan, 2019). Menurut Arief Budiman selaku ketua KPU

beban kerja PEMILU cukup besar sehingga menjadi salah satu faktor banyak pentugas

yang jatuh sakit dan meninggal dunia (Mashabi, 2020).

KPU sebagai satu-satunya lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk

menyelenggarakan Pemilu seharusnya memegang erat asas independensi baik

institusional, fungsional, dan personal (Marzuki, 2008). Kepercayaan publik dapat

hilang jika asas independensi pada KPU tidak dapat dipertanggungjawabkan.

kepercayaan merupakan faktor penting dalam kegiatan politik. Kepercayaan terjadi

karena adanya keyakinan bahwa individu yang terlibat dalam hubungan akan

memberikan keuntungan. Kepercayaan terbentuk melalui sikap menerima, mendukung,

berbagi, dan kerjasama (Johnson & Johnson, 2000).

Kepercayaan terhadap lembaga politik merupakan salah satu bentuk dari

kepercayaan politik. Kepercayaan politik tidak hanya berlaku pada kepercayaan

terhadap pemerintah, akan tetapi berlaku juga kepada kepuasan terhadap elemen-elemen

politik yang melekat. Kepercayaan politik merupakan bentuk terhadap kepercayaan

pada komponen sistem politik yang berlaku (Matulessy & Samsul, 2013).

Kepercayaan politik adalah kepercayaan warga negara kepada lembaga politik

dan sistem politik negara (Turper & Aarts, 2017). Menurut Miller & Listhaug (1990)

kepercayaan politik muncul setelah individu membuat evaluasi positif terhadap

pemerintah, sekaligus yakin pada lembaga politik lainnya. Magum (Matulessy &

Samsul, 2013) menyebutkan bahwa kepercayaan politik merupakan faktor yang

mempengaruhi keterlibatan individu dalam politik. Loeber (Fauzie, 2014) menjelaskan

bahwa terdapat tiga dimensi pada kepercayaan politik yakni: kepercayaan terhadap

politisi, termasuk pejabat pemerintah, kemudian kepercayaan terhadap institusi politik,

termasuk DPR, DPRD, dan kepercayaan terhadap sistem demokrasi yang ada.

Kepercayaan politik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seseorang

ingin memilih atau tidak memilih (Anderson, 2009). Komponen kepercayaan pemilih

dalam partisipasi pemilih dianggap penting agar sistem politik yang demokratis tetap

Page 62: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

54

stabil (Almond dan Verba dalam Fauzie, 2014). Individu yang memiliki kepercayaan

politik akan cenderung memiliki tingkat partisipasi politik (Bourne, 2010).

Penelitian mengenai kepercayaan politik telah dilakukan oleh Akhrani, Imansari,

dan Faizah (2018). Peneliti melakukan penelitian mengenai hubungan kepercayaan

politik dengan partisipasi politik pemilih pemula yang dilakukan kepada 105 responden.

Penelitian ini menghasilkan hasil yang signifikan dimana semakin tinggi kepercayaan

politik maka semakin tinggi pula partisipasi politiknya. Berdasarkan penelitian ini pula

diketahui bahwa kepercayaan politik dan partisipasi politik berkorelasi. Hal

tersebut dikarenakan partisipasi politik yang dimiliki oleh pemilih pemula

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, yang salah satunya adalah

psikologi kognitif dan juga faktor sosial dan politik. Faktor-faktor tersebut berkaitan

erat dengan kepercayaan politik sehingga memunculkan hubungan antara kedua

variabel tersebut. Keputusan seseorang untuk berpartisipasi dalam sebuah agenda politis

berbanding lurus dengan kepercayaan politiknya.

Kepercayaan politik mempunyai banyak bentuk, salah satunya ialah

kepercayaan terhadap lembaga politik. KPU sebagai salah satu komponen politik, harus

selalu dipercaya oleh pemilih. Kepercayaan di bangun dengan mengedepankan luber

jurdil ketika menyelenggarakan pemilu. Penyelenggaraan Pemilu yang bersifat

langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil (luber jurdil) hanya dapat

terwujud apabila penyelenggaraan Pemilu mempunyai integritas yang tinggi serta

memahami dan menghormati hak-hak sipil dan politik dari warga negara (Simanjuntak,

2016). Kepercayaan pada KPU atau KPU trust berarti kepercayaan seorang individu

atau masyarakat terhadap komponen politik yang paling melekat pada Pemilu yaitu

lembaga penyelenggara Pemilu KPU.

Kepercayaan terbangun melalui beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah

predisposisi kepribadian, reputasi, stereotype, pengalaman aktual, dan orientasi

psikologis (Lewicki & Wiethoff, 2000). Kepribadian merupakan salah satu faktor dalam

membentuk kepercayaan. Ghufron dan Riswanita (Gumelar & Pandina, 2014)

menyebutkan bahwa masing-masing individu mempunyai cara yang berbeda dalam

berperasaan, mengembangkan pikiran-pikiran, dan menentukan minat pribadi. Setiap

orang berbeda dalam mengolah dan bereaksi terhadap berbagai kebutuhan yang berasal

dari luar dirinya. Suryabrata (Gumelar & pandina, 2014) menyebutkan bahwa

Page 63: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

55

kepribadian merupakan suatu kebulatan dari aspek-aspek jasmaniah dan ruhaniah yang

bersifat dinamis dalam hubungannya dengan lingkungan. Kepribadian merupakan suatu

organisasi dinamis dalam diri seseorang yang merupakan sistem psikofisis yang

menghasilkan pola-pola karakteristik seseorang dalam perilaku, pikiran dan perasaan

(Carver & Scheier dalam Gumelar & Pandina, 2014).

Fieldman (1994) menjelaskan terdapat beberapa pendekatan untuk memahami

kepribadian. Salah satunya adalah teori trait. Trait merupakan sebuah model untuk

mengidentifikasi dan menggambarkan suatu kepribadian. Trait didefinisikan sebagai

suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut membedakan

individu dengan individu lain (Fieldman, 1994). Trait mengandung sifat-sifat untuk

berperilaku dalam kebiasaaan-kebiasaan yang berhubungan dengan pola berpikir dan

perasaan (Vecchoine & Caprara, 2009)

Beberapa penelitian terdahulu telah menyororti peran kepribadian dalam

menentukan tingkat partisipasi politik. Penelitian Milbrath (1965) telah menyarankan

untuk mempertimbangkan peran kepribadian dalam partisipasi memilih, namun

penelitian-penelitian empirik terhadap hubungan antara keduanya sangat sedikit dan

sebagian besar hanya terbatas pada sifat-sifat tertentu saja (Vecchoine & Caprara,

Personality determinants of political participation: The contribution of traits, 2009).

. Salah satu metode untuk menjelaskan trait adalah Big Five Personality.

Dimensi-Dimensi dalam Big five Personality Traits adalah Neuroticism (sifat

pencemas), Extraversion (energik dan mudah bergaul), Agreeableness (lemah lembut),

Openness to Experience (mempunyai daya imajinasi tinggi) dan Conscientiousness

(berpikir sebelum bertindak dan teratur) (Goldberg dalam Ramdhani, 2012)

Penelitian terdahulu berhasil membuktikan bahwa variabel-variabel dalam Big

five Personality mempunyai hubungan dengan trust. Kepercayaan seringkali dimasukan

sebagai indikator pada dimensi Agreeableness. Pandangan ini terlalu sempit untuk

menjelaskan motif-motif kompleks yang berhubungan dengan trust secara umum

(Evans & Revelle, 2008). Octavianty & Jatmika (2015) mengemukakan bahwa tipe

kepribadian OCEAN (Big five Personality) mempunyai hubungan dengan brand trust

pada konsumen maskapai penerbangan low cost carrier. Extraversion, Agreeableness,

Openness to Experience, dan Conscientiousness mempunyai hubungan yang positif

dengan brand trust pada konsumen maskapai penerbangan low cost carrier, sedangkan

Page 64: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

56

hubungan yang negatif terdapat pada Neuroticism.

Seseorang dengan skor extraversion yang tinggi cenderung percaya. Ia adalah

seseorang yang energik, optimis, dan cenderung mempercayai sesuatu yang dipilihnya

(Pervin et al dalam Octavianty & Jatmika, 2015). Seseorang dengan skor agreeableness

yang tinggi juga berkorelasi positif dengan tingkat kepercayaannya. Hal ini dikarenakan

individu dengan skor agreeableness yang tinggi cenderung mempercayai lingkungan

sosial mereka dan memiliki kecenderungan untuk berhubungan baik dengan lingkungan

sosial. Ia cenderung untuk menanggapi semua informasi yang diperoleh dari

lingkungannya sehingga cenderung lebih mudah percaya berita-berita yang ia dengar

pada lingkungan sosialnya (Azam et al. dalam Octavianty & Jatmika, 2015.

Individu dengan skor conscientiousness yang tinggi berhubungan secara positif

dan signifikan dengan trust, dimana individu dengan tipe kepribadian conscientiousness

dicirikan sebagai individu yang teliti dan detail, mereka juga fokus pada perencanaan,

serius dan cenderung berhati – hati dalam mengambil setiap keputusan (Pervin et al.

dalam Octavianty Jatmika, 2015). Citra yang diberikan oleh obyek kepercayaan sangat

baik dengan didukung oleh pernyataan orang lain yang menunjukan bahwa sebuah

obyek kepercayaan dapat diandalkan menyebabkan individu dengan ciri yang detail dan

berhati–hati dalam membuat keputusan memberikan kepercayaannya.

Seseorang dengan skor openness yang tinggi juga berkorelasi positif dengan

trust. Ia memiliki karakter yang kreatif, berpemikiran terbuka, berpandangan luas, serta

cenderung untuk mencoba hal-hal baru (Pervin et al. dalam Octavianty & Jatmika,

2015). Seseorang yang selalu tertarik untuk mencoba hal-hal baru dan berpemikiran

terbuka akan cenderung lebih mudah mempercayai hal-hal yang menarik perhatiannya.

Lain halnya dengan 4 faset kepribadian diatas, seseorang dengan skor neuroticism yang

tinggi berkorelasi negatif dengan trust, hal ini berarti semakin tinggi skor neuroticism

seseorang, skor trustnya akan rendah. Seseorang dengan skor neuroticism yang tinggi

dicirikan sebagai seseorang dengan emosi tidak stabil, ia sering mengalamim

kecemasan terhadap apapun. Ia juga memiliki kekhawatiran yang berlebihan terhadap

suatu peristiwa yang negatif sehingga akan sulit untuk mempercayai apapun (Azam et

al. dalam Octavianty dan jatmika, 2015).

Berdasarkan penjabaran tersebut, peneliti melakukan penelitian mengenai big five

dan trust dengan KPU sebagai obyek trust yang berjudul “Hubungan Antara Lima

Page 65: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

57

Faktor Kepribadian (Big Five Personality Traits) dengan KPU Trust Pada Pemilih

Pemilu 2024”

Metode

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dan merupakan bagian dari

penelitian payung oleh Akhrani (2019). Penelitian ini melibatkan dua variabel yakni

variabel independen (x) adalah Kepribadian Pemilih (Big Five Personality) dan variabel

dependen (y) adalah Kpu Trust. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan Big

Five Personality terhadap KPU trust pada Pilpres 2024. Metode penelitian yang

digunakan adalah kuantitatif korelasional.

Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah warga negara Indonesia yang berusia 17

tahun, memiliki hak pilih dalam PEMILU, dan pernah berpartisipasi dalam PEMILU

sebelumnya. Terdapat sebanyak 548 subjek untuk memenuhi jumlah minimal sampel

yang telah didapat dan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya sampel yang tidak

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan peneliti dimana partisipan diambil

menggunakan purposive sampling.

Partisipan diberikan dua skala yaitu skala Big Five Inventory (BFI) yang

dikembangkan oleh John (1990) ini kemudian dimodifikasi dengan proses transadaptasi

bahasa dan budaya oleh Ramdhani (2012) dan skala KPU trust yang dibuat oleh

Akhrani (2019) yang mengacu pada teori kepercayaan politik dari Lewicki (2003).

Metode tryout digunakan sebelum skala KPU Trust disebarkan pada kuesioner

penelitian. Skala ini berbentuk skala likert dengan lima alternatif jawaban yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Teknik Analisa Data

Page 66: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

58

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode stepwise untuk

mengetahui hubungan antara big five personality dengan KPU trust. Metode stepwise

memilih variabel berdasarkan korelasi parsial terbesar selanjutnya dimasukkan

variabel lain satu per satu sampai didapatkan model yang paling baik (Hanum, 2011).

Metode ini dilakukan untuk menghindari multikolinearitas antar variabel independen

(Sembiring, 2003).

Penghitungan menggunakan bantuan software IBM SPSS 22.0 for Windows

untuk menganalisis hasil dari data yang didapatkan. Setelah data diolah, peneliti

menginterpretasikan hasil analisis data kemudian membahas hasil analisis statistik

sesuai dengan teori dan kerangka pemikiran yang telah penulis ajukan sebelumnya.

Hasil

Normalitas

Berdasarkan olah data pada uji normalitas menggunakan kolmogorov smirnov

didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,000. Hasil tersebut munujukan nilai signifikansi

dibawah 0,05 sehingga dinyatakan bahwa data terdistribusi secara tidak normal. Nilai

tidak normal ini dapat dilanjutkan karena menurut Azwar (2001) inferensi terhadap

mean yang valid pada distribusi skor normal juga akan valid pada distribusi skor tidak

normal asalkan responden cukup besar. Nilai besaran responden juga dijelaskan

Ghasemi & Zahediasl (2012) harus memiliki responden >30.

Linearitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian dari masing- masing

variabel dapat berhubungan secara linear mengikuti garis lurus atau tidak (Sugiyono,

2007). Artinya bahwa ada persamaan yang berlaku ketika salah satu nilai dari variabel

naik atau turun akan mempengaruhi variabel yang lain.

Page 67: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

59

Tabel 1.

Hasil Uji Linearitas

Variabel Nilai Signifikansi Keterangan

Agreeableness – KPU Trust 0.877 Linear

Neuroticism – KPU Trust 0.283 Linear

Extraversion – KPU Trust 0.510 Linear

Conscientiousness – KPU Trust 0.674 Linear

Openness – KPU Trust 0.075 Linear

Hipotesis

Data dari variabel penelitian ini telah memenuhi uji asumsi, maka data dapat

dianalisis Uji dilakukan menggunakan metode stepwise. Uji ini dilakukan untuk melihat

hubungan yang terbaik antara Big Five Personality dan dimensi-dimensinya yaitu

agreeableness, neuroticism, extraversion, conscientiousness, dan openness dengan

KPU Trust.

Tabel 2.

Variables Entered/Removed

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 conscient . Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <=

,050, Probability-of-F-to-remove >= ,100).

a. Dependent Variable: kpu trust

Tabel 3.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .107a .011 .010 12.361 1.874

a. Predictors: (Constant), conscient

b. Dependent Variable: kpu trust

Page 68: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

60

Tabel 2 dan 3 menjelaskan metode stepwise. Stepwise digunakan untuk

memasukan satu per satu variabel independen (agreeableness, neuroticism,

extraversion, conscientiousness, dan openness) yang mempunyai koefisien korelasi

parsial paling besar terhadap variabel dependen (KPU trust) (Hanum dalam Wohon dkk

2017). Hasil dari uji tersebut menunjukan bahwa terdapat 1 model regresi yaitu

conscientiousness dengan KPU trust. Koefisien korelasi diperoleh sebesar 0,107 dimana

hal ini menunjukan terdapat korelasi yang sangat lemah antara conscientiousness

dengan KPU trust, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat bukti atas adanya

hubungan antara conscientiousness dan KPU trust. Koefisien determinasi diketahui

sebesar 0,011 yang berarti conscientiousness dalam KPU trust dapat menjelaskan efek

sebesar 1,1% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.

Diskusi

Berdasarkan hasil uji stepwise menunjukan hanya terdapat satu model saja yaitu

conscientiousness dan KPU trust. Dimensi conscientiousness mempunyai korelasi yang

positif dengan KPU trust. Individu dengan skor conscientiousness yang tinggi juga

mendapatkan skor kepercayaan terhadap KPU yang tinggi. Conscientiuosness dan KPU

trust digambarkan sebagai pribadi yang teratur, penuh pengendalian diri, terorganisasi,

ambisius, fokus pada pencapaian, dan disiplin diri, pada umumnya juga merupakan

orang yang pekerja keras, peka terhadap suara hati, tepat waktu, dan tekun (Feist &

Feist, 2009 ).

Conscientiousness melihat tingkat organisasi, kekakuan, dan motivasi. Individu

dengan skor yang rendah cenderung tidak terorganisir, tidak berarah, malas, ceroboh,

dan mudah menyerah. Individu yang concientiuosnessnya tinggi dalam penelitian ini

menunjukan kepercayaan pada lembaga penyelenggara PEMILU (KPU). Citra yang

baik masih melekat pada KPU. Banyaknya kontroversi-kontroversi terkait keputusan

dan kebijakan-kebijakan yang KPU ambil dapat KPU klarifikasi dengan baik. Hal

tersebut menyebabkan individu dengan skor conscientiousness yang tinggi

mempercayai KPU dikarenakan orang dengan trait concientiuosness akan

mengorganisasikan setiap informasi terkait KPU dengan baik dan memilih untuk

memberi kepercayaan terhadap lembaga tersebut.

Page 69: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

61

Dimensi kepribadian lainnya dinyatakan tidak signifikan pada penelitian ini.

Korelasi yang tidak signifikan maka statistiknya dinyatakan sebagai terjadi karena

kebetulan sehingga harus diabaikan (Azwar, 2005) hal ini menandakan bahwa tinggi

maupun rendahnya skor ke-empat dimensi selain conscientiousness (extraversion,

openness, agreeableness, dan neuroticism) tidak berhubungan dengan tinggi maupun

rendahnya skor KPU trust.

Seseorang dengan skor openness yang tinggi belum tentu mendapatkan skor

KPU trust yang tinggi begitu pula sebaliknya. Ia memiliki karakter yang kreatif,

berpemikiran terbuka, berpandangan luas, serta cenderung untuk mencoba hal-hal baru.

Ia juga memiliki keinginan tersendiri dalam menyelidiki banyak hal (Pervin et al. dalam

Octavianty & Jatmika, 2015). Keterbukaan ini membuat seseorang dapat berpikir

analitis dan mempertanyakan hal-hal yang terjadi. Sikap skeptis akan segala hal

membuatnya mencarai berbagai macam informasi yang kritis dalam melihat perkara-

perkara yang ada (Zhang et al. dalam Novianty & Widiastuti, 2019). Informasi-

informasi yang diterima dapat menentukan sejauh mana ia memutuskan untuk

mempercayai KPU atau tidak.

Seseorang dengan skor extraversion yang tinggi belum tentu mendapatkan skor

KPU trust yang tinggi begitu pula sebaliknya. Extraversion yang tinggi menunjukan

bahwa individu merupakan pribadi yang penuh kasih sayang, periang, banyak bicara,

dan mudah bergaul dengan orang lain. Extraversion yang rendah menunjukan bahwa

kemungkinan individu akan menyendiri, sulit untuk mengekspresikan emosi, dan pasif

(Feist & Feist, 2009 ). Seseorang dengan skor agreeableness yang tinggi juga belum

tentu mendapatkan skor KPU trust yang tinggi begitu pula sebaliknya. Agreeableness

yang tinggi menunjukan bahwa individu lebih percaya, murah hati, dan baik hati,

namun individu dengan skor yang rendah pada agreeableness pada umumnya mudah

mencurigai, pelit, sulit berteman, kritis kepada orang lain, dan mudah tersinggung (Feist

& Feist, 2009 ).

Seseorang dengan skor neuroticism yang tinggi belum tentu mendapatkan skor

KPU trust yang tinggi begitu pula sebaliknya. Neuroticism yang tinggi menunjukan

bahwa seseorang cenderung mudah cemas, temperamental, rendah diri, emosional, dan

tidak tahan terhadap gangguan yang berkaitan dengan stres. Skor neuroticism yang

rendah menunjukan bahwa orang tersebut biasanya tenang, lemah lembut, tidak

Page 70: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

62

tempramental dan puas diri (Feist & Feist, 2009 ).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya dimana Octavianty & Jatmika

(2015) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ke-empat dimensi

diatas dengan trust. Mowen dan Minor (2002) mengemukakan bahwa kepribadian dapat

memprediksi bagaimana seseorang akan bereaksi terhadap situasi yang memiliki tingkat

kejelasan yang variatif, hal ini disebut toleransi terhadap ketidakjelasan. Situasi yang

menjadikan kepribadian berperan terhadap toleransi ketidakjelasan adalah situasi yang

benar-benar baru dimana informasi tersebut sangat sedikit. Informasi-informasi tentang

KPU yang ada sangat banyak dan dapat diakses dengan mudah darimana saja. Data

yang diambil menunjukan bahwa 538 responden mengakses berita politik melalui media

sosial. Hal ini membuat big five sebagai variabel independen sulit untuk melihat

hubungan KPU trust.

Kesimpulan

Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara salah satu dimensi big five personality yaitu conscientiousness dengan

KPU trust sedangkan ke-empat dimensi lainnya yaitu extraversion, agreeableness,

openness, dan neuroticism tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan KPU trust.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, J. (2019, 4 20). KPU Akui Keliru Input Data: Quick Count Boleh Dipercaya

Boleh Tidak. Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/kpu-akui-keliru-input-data-quick-

count-boleh-dipercaya-boleh-tidak-dmKx

Akhrani, L., Imansari, F., & Faizah. (2018). Kepercayaan politik dan partisipasi politik

pemilih pemula. Mediapsi, Vol 4 (1), hal: 1-6.

Anderson, M. R. (2009). Community Psychology, Political Efficacy, and Trust.

Political Psychology, 59-84.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Besser, A., & Shackelford, T. K. (2007). Mediation of the effects of the big five

personality dimensions on negative mood and comfirmed affective expectations by

perceived situational stress: a quasi-field study of vacationers. Personality and

Page 71: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

63

Individual Differences, 42(7), 1333-1346.

Bourne, P. (2010). Modelling Political Trust In A Developing Country. Current

Research Jurnal of Social Sciences, 2(2): 84-98.

Costa, P. T., & McCrae, R. R. (1992). Four ways five factors are basic. Personality and

Individual Differences, 653-665.

Evans, A. M., & Revelle, W. (2008). Survey and behavioral measurements of

interpersonal trust. Journal of Research in Personality, 1585-1593.

Fai. (2019, 1 6). Kontroversi Bocoran Pertanyaan Debat dari KPU. Retrieved from

detiknews.com: https://news.detik.com/berita/4373157/kontroversi-bocoran-

pertanyaan-debat-dari-kpu

Fauzie, R. (2014). Adaptasi dan validasi skala political trust dan political efficacy.

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol 3 (4), hal: 301-328.

Feist, J., & Feist, G. J. (2009 ). Theories of personality. Singapore: McGraw-Hill.

Fieldman, R. S. (1994). Essentials of Understanding Psychology. new york : McGraw-

Hill Education.

Friedman, H. S.& Schustack, M. W. (2008). Kepribadian Teori Klasik dan Riset

Modern Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Ghufron, M. N., & Rini, R. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-rizz.

Gumelar, G., & Pandina, I. (2014). Trait Kepribadian dan Kepercayaan Konsumen

untuk Berbelanja Pada Toko Online. Perspektif Ilmu Pendidikan, 75-81.

Hanum, H. (2011). Perbandingan Metode Stepwise, Best Subset Regression, dan. Jurnal

Penelitian Sains, 14201-1-14201-6.

Johnson, D. H., & Johnson, F. P. (2000). Joining Together: Group Theory and Group

Skills, 11th Edition. Nedham Heights: MA: A Pearson Education Company.

KPUKaltim. (n.d.). Tentang KPU. Retrieved from Komisi Pemilihan Umum Provinsi

Kalimantan Timur : https://kaltim.kpu.go.id/tentang-kpu/

Lewicki, R. J., & Tomlinson, E. C. (2003). Trust and Trust Building. Colorado:

University of Colorado.

Lewicki, R., & Wiethoff, C. (2000). Trust, trust development, and trust repair. The

handbook of conflict resolution: Theory and practice.

Page 72: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

64

Mahbub, A. (2018, 12 27). Kotak Suara Kardus untuk Memilih Politikus. Retrieved

from nasional.tempo.co: https://nasional.tempo.co/read/1159093/kotak-suara-kardus-

untuk-memilih-politikus/full&view=ok

Marzuki, S. (2008). Peran Komisi Pemilihan Umum Dan Pengawas. Jurnal Hukum .

Matulessy, A., & Samsul. (2013). Political efficacy, political trust dan collective self

esteem dengan partisipasi dalam gerakan mahasiswa. Jurnal Penelitian Psikologi.,

Vol 04 (1), hal: 84-106.

Mayer, R. D. (1995). An integrative model of organizational trust. JSTOR, 20(3), 709-

734.

McCrae, R. R., & Costa Jr., P. T. (1997). Personality Trait Strucuture as A Human

Universal. American Psychologist, 509-516.

Milbrath, L. W. (1965). Political Prticipationts: How and Why Do People Get Involved

With Politics? The American Political Science Review.

Miller, A. H., & Listhaug, O. (1990). Political parties and confidence in government:A

comparison of Norway, Sweden and the United States. British Journal of Political

Science, 20(3), 357–386.

Mowen, J. & Minor, M. 2002.Perilaku Konsumen. Edisi Kelima, Jilid I. Jakarta:

Erlangga

Ramdhani, N. (2011). Penyusunan Alat Pengukur Berbasis Theory of Planned Behavior.

Buletin Psikologi, vol. 19 no. 2, 55-69.

Rolan. (2019, 3 3). KPU: Petugas KPPS Meninggal Dunia Jadi 412. Retrieved from

detiknews.com: https://news.detik.com/berita/d-4534645/kpu-petugas-kpps-

meninggal-dunia-jadi-412

Sembiring, R. (2003). Analisis Regresi. Bandung: ITB.

Simanjuntak, J. (2016). Kemandirian Lembaga Penyelenggara. Papua Law Journal.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alphabeta.

Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS (Center of

Academic Publishing Service).

Thoms, P., Moore, K. S., & Scott, K. S. (1996). The relationship between self-efficacy

for participating in self-managed work groups and the big personality dimensions.

Journal of Organizational Behaviour, 17(4), 349-362.

Page 73: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

65

Tjiptabudy. (2009). TelaaH Yuridis Fungsi dan Peran Panwaslu dalam Sistem

Pemilihan Umum di Indonesia . Jurnal Konstitusi, 46-58.

Turper, S., & Aarts, K. (2017). Political trust and sophistication: taking measurement

seriously. Social indicator research, Vol 130, hal: 415-434.

Vecchoine, m., & Caprara, G. V. (2009). Personality determinants of political

participation: The contribution of traits. Personality and Individual Differences, 487-

492.

Page 74: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

66

MASYARAKAT DAN TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR:

PARTISIPASI DAN KONTESTASI PENGELOLAAN SUMBER

DAYA AIR DI GUNUNG KAWI, KABUPATEN MALANG

Irza Khurun‟in(1)

, Genta Mahardhika Rozalinna(2)

(1)

[email protected], (2)

[email protected] (1)

Dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIP Universitas Brawijaya (2)

Dosen Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Brawijaya

ABSTRACT

Water crisis has become a global phenomena. In Indonesia, water scarsity is

spreading in many regions. Drought and water crisis are problem that must be

faced by Indonesia‟s society. Malang, a region in East Java Province actually

has abundant water resources, as it has around 48 water springs. Since 2012,

however, Malang Region experienced with water crisis. It was estimated that 13

district (kecamatan) from 33 district in this Region experienced in water crisis. It

is very interesting to assess what happens in Malang where it has abundant

water springs but has to face water crisis. Hipotetically, there is a problem in

terms of water governance in Malang Region. This paper focus to assess water

governance in Malang Region especially in Gunung Kawi‟s society. This paper

argues that the vulnerability over water supply may be significantly reduced

when there is a community participation and water governance is established by

creating collaboration among stakeholders. The benefit of controlling water

supply, however, may trigger contestation if the economic perspective

overpowers environmental or social perspectives is dominated.

Keywords: governance, water resources, society participation, contestation.

ABSTRAK

Krisis air telah menjadi fenomena global. Kerentanan atas ketersediaan air

menjadi hal yang semakin meluas di Indonesia. Bencana kekeringan dan krisis

air bersih menjadi tantangan yang akan semakin intens dihadapi masyarakat

Indonesia. Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur

yang memiliki potensi sumber daya air yang cukup kaya. Meski memiliki 48

sumber mata air yang tersebar di 33 kecamatan, krisis air menjadi salah satu

permasalahan yang mengancam Kabupaten Malang. Pada tahun 2012 terdapat 13

kecamatan dari total 33 kecamatan di Kabupaten Malang yang mengalami krisis

air. Terjadinya krisis air pada daerah yang memiliki sumber daya air yang

melimpah mengindikasikan adanya persoalan yang sedang terjadi dalam tata

kelola sumber daya air. Paper ini memfokuskan pada pengkajian atas

pengelolaan sumber mata air di wilayah Gunung Kawi, Kabupaten Malang,

utamanya terkait dengan pola-pola partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat

dalam pengelolaan sumber daya berikut kontestasi kuasa yang terbangun. Paper

ini berargumen bahwa kerentanan atas air dapat dikelola tatkala partisipasi

masyarakat menjadi pondasi dalam tata kelola sumber data. Namun demikian,

perkembangan dalam pengelolaan sumber daya juga memicu tumbuhnya

kontestasi kuasa antar aktor tatkala terjadi transformasi pemanfaatan sumber

daya kearah profit ekonomi.

Kata Kunci: tata kelola; sumber saya air; partisipasi masyarakat,

kontestasi.

Page 75: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

67

PENDAHULUAN

Kabupaten Malang tercatat telah mengalami krisis air di tengah keberlimpahan

sumber-sumber mata air yang dimilikinya. Pada tahun 2012, Wahana Lingkungan

Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur (2012) memaparkan temuannya terkait

terjadinya krisis air di 13 kecamatan dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang.

Ironisnya, di antara 13 kecamatan yang mengalami krisis air tersebut juga memiliki

sumber-sumber mata air.

Selain persoalan terjadinya musim kemarau, hal lain yang turut berkontribusi

terhadap terjadinya krisis air adalah menurunnya debit air dari sumber-sumber mata air

yang ada di 13 kecamatan tersebut (WALHI Jatim, 2012). Munculnya situasi di atas

menunjukkan adanya persoalan terkait tata kelola sumber mata air di Kabupaten

Malang. Salah satu penyebab dari persoalan tata kelola sumber mata air di Kabupaten

Malang adalah minimnya upaya konservasi yang dilakukan baik oleh warga maupun

pemerintah (Buwono, Muda, dan Arsad, 2017). Terdapat kecenderungan dimana

masyarakat dan pemerintah kabupaten lebih banyak mendekati sumber-sumber mata air

pada aspek pemanfaatan, namun masih belum optimal pada aspek perlindungan dan

pelestarian.

Masih belum optimalnya upaya-upaya perlindungan dan pelestarian sumber-

sumber mata air di Kabupaten Malang semakin diperparah dengan adanya beberapa

aktivitas masyarakat yang menambah beban atas fungsi sumber-sumber mata air.

Pertambahan penduduk, pembukaan lahan pertanian baru, hingga penebangan-

penebangan pohon di sekitar sumber mata air memberi tekanan yang semakin besar

bagi sumber mata air. Pada sisi yang lain, upaya konservasi atas sumber-sumber mata

air masih cenderung minim dilakukan.

Tulisan ini diangkat dari hasil penelitian atas tata kelola sumber daya air di

kawasan Pegunungan Kawi Kabupaten Malang. Pilihan atas lokasi penelitian dengan

mempertimbangkan relatif amannya ketersediaan air pada kawasan pegunungan. Selain

itu, terdapat keunikan tata kelola sumber daya air yang berlangsung di kawasan ini,

utamanya terkait dengan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya

mata air. Tulisan ini lebih memfokuskan pada analisis terhadap pola partisipasi

masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan atas air berikut dinamika yang menyertainya.

Page 76: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

68

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis tata kelola sumber daya adalah

pendekatam kualitatif yang memberikan instrumen untuk lebih memahami makna

melalui cara kerja analisis data secara induktif (Creswell, 2012). Pendekatan ini dipilih

karena mampu menghasilkan data naratif terkait perilaku manusia, pemahaman latar

belakang dan penjelasan atas kesimpulan yang berlangsung secara kontinu (Taylor dan

Bogdan, 1984).

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian untuk

mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya di

mana kasus tersebut terjadi (Salim, 2001). Penelitian kualitatif dengan metode studi

kasus memfokuskan diri untuk mengetahui keumuman (diversity) dan kekhususan

(particularities) dari subyek penelitiannya. Hasil yang diharapkan adalah penjelasan

tentang keunikan dari kasus yang diteliti (Salim, 2001).

HASIL DAN DISKUSI

Krisis Air dan Tata Kelola Lingkungan

Krisis air telah menjadi fenomena global. Diestimasikan secara global, lebih dari

2,4 miliar orang masih memiliki kesulitan dalam hal sanitasi dan 2 miliar orang

mengalami permasalahan kesehatan akibat kualitas air yang buruk (Marks, 2009). Krisis

air pada akhirnya memiliki implikasi sigifikan terhadap penurunan kualitas kesehatan

dan kehidupan manusia. Terjadinya krisis air tidak hanya diakibatkan oleh faktor

geografis dan terjadinya perubahan iklim. Krisis air juga dapat terjadi pada wilayah

dengan potensi sumber mata air yang melimpah. Berdasarkan penelitian yang

dilaksanakan oleh Buwono, Muda, dan Arsad (2017) yang mengambil lokasi di

Kabupaten Malang, terjadinya krisis air lebih diakibatkan oleh minimnya upaya

konservasi atas sumber daya air yang diabaikan oleh masyarakat maupun pemerintah.

Penelitian di atas mengkonfirmasi hipotesis yang dikembangkan oleh John Urry

(2015), yang menyatakan bahwa persoalan terkait dengan lingkungan merupakan

implikasi dari keseluruhan pola interaksi sosial yang berkembang di masyarakat dalam

memaknai, memandang, dan menggunakan sumber daya (hutan, air, energi) yang ada di

sekitarnya. Oleh karena itu, dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan pada

akhirnya membutuhkan rekonstruksi atas struktur sosial yang dikembangkan oleh

Page 77: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

69

masyarakat itu sendiri.

Pengelolaan lingkungan dan sumber daya berbasis komunitas menjadi salah satu

alternatif yang dipromosikan oleh berbagai pihak. Inisiatif lokal dalam menyelesaikan

persoalan lingkungan dan sumber daya menjadi salah satu faktor yang mendukung

upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga negara, swasta, hingga lembaga

internasional. Berbasis apa yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya dalam

mengatasi persoalan krisis air di wilayahnya, Pratono dan Suwarso (2007) berargumen

inisiatif dan keterlibatan aktif masyarakat dalam program mengatasi persoalan akses

terhadap air bersih menjadi faktor determinan dalam kesuksesan program di Kota

Surabaya.

Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya

Partisipasi masyarakat dalam penanganan persoalan lingkungan dan krisis sumber

daya tidak semudah yang dibayangkan. Berbasis pengalaman komunitas-komunitas

masyarakat di India, upaya kolektif masyarakat untuk mengatasi permasalahan

lingkungan dan memperjuangkan hak atas air menghadapi tantangan yang luar biasa

utamanya tatkala berhadapan dengan negara dan korporasi (Singh, 2016).

Dalam konteks demokrasi tata kelola lingkungan dan sumber daya, menempatkan

partisipasi dari masyarakat merupakan bagian dari membangun demokrasi dari bawah.

Secara konseptual, demokrasi dari bawah sejatinya menjadi sisi yang melengkapi

pelembagaan demokrasi yang dikembangkan oleh negara maupun rezim politik global.

Sebagaimana dikatakan Hiariej dan Stokke (2017), tidak berlangsungnya secara

sempurna konsolidasi demokrasi dikarenakan kecenderungan mendekati demokrasi

lebih pada pelembagaan demokrasi, namun kurang dalam memberikan ruang-ruang

partisipatif bagi masyarakat untuk aktif dalam mengisi proses demokrasi yang tengah

dikembangkan. Implikasinya, demokrasi mengalami pembajakan karena cenderung

hanya menjadi domain elite yang memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang dibuka

oleh adanya institusionalisasi demokrasi prosedural (Hadiz, 2011; Hiariej dan Stokke,

2017).

Citizenship atau kewarganegaraan merupakan sifat yang dilekatkan pada warga

negara sebagai sebuah bagian dari suatu negara. Kewarganegaraan ini bersifat sangat

politis, pembentukannya melibatkan persaingan, ketegangan, dan konflik dalam

Page 78: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

70

masyarakat luas (Hiariej dan Stokke, 2017). Kewarganegaraan formal dan aktual

merupakan produk sekaligus strategi politik, yang lebih jauh dapat didefinisikan sebagai

sebuah perjuangan untuk keadilan budaya, sosial, dan politik (Hiariej dan Stokke,

2017).

Stephen Ndegwa (1997) dalam Patterson (1999) menyatakan bahwa konsep

kewarganegaraan (citizenship) dapat dipahami setidaknya dari dua perspektif yakni

liberalisme dan komunalisme atau civic-republican. Perspektif liberalisme melihat

citizenship sebagai hak-hak individu dalam kelompok masyarakat. Gagasan citizenship

ala liberal menangkap ide bahwa manusia melihat diri mereka sebagai bagian dari

entitas politik yang lebih besar yang mana memberikan mereka akses yang sama

terhadap politik, sosial, dan hak-hak sipil (Patterson, 1999). Individu-individu tersebut,

atau disebut sebagai warga negara, mengekspresikan „kewarganegaraannya‟ melalui

aktivitas partisipatif untuk menunjukkan bahwa warga negara memiliki hak-hak dalam

proses pemerintahan di negara demokratis.

Sementara itu, Miller (1995) dalam Patterson (1999) menyatakan bahwa

perspektif komunalisme melihat konsep „kewarganegaraan‟ atau citizenship ini sebagai

sebuah bentuk tanggung jawab sebagai warga negara yang harus diberikan untuk

negaranya. Menurut Stewart (1995) dalam Patterson (1999), komunalis melihat warga

negara sebagai bagian dari shared community. Implikasinya, Oldfield (1990) dalam

Patterson (1999) menyatakan bahwa individu sebagai warga negara dan bagian dari

shared community, merasa memiliki tanggung jawab terhadap lingkungannya serta

merasa bertanggung jawab untuk turut serta pencapaian tujuan bersama.

Masyarakat dalam negara demokrasi merupakan bagian penting yang tidak bisa

dilepaskan dalam proses berlangsungnya pemerintahan, termasuk di dalamnya

pengelolaan sumber daya alam. Dalam konteks citizenship yang secara singkat telah

dipaparkan di atas, maka ada upaya masyarakat sebagai warganegara untuk terlibat aktif

atau berpartisipasi dalam terselenggaranya pemerintahan, baik di tingkat pusat hingga di

tingkat pemerintahan terkecil seperti desa.

Davis (1962) dalam Arnstein (1969) mendefinisikan partisipasi sebagai sebuah

keterlibatan baik mental maupun emosional seseorang dalam situasi kelompok yang

mendorongnya untuk berkontribusi untuk mendukung atau menunjang tercapainya

tujuan-tujuan kelompok serta turut bertanggung jawab terhadap kelompok tersebut.

Page 79: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

71

Siagian (1985), membagi partisipasi menjadi dua, yakni partisipasi aktif dan pasif.

Partisipasi pasif dimaknai sebagai keterlibatan seseorang yang tidak bertanggung jawab

penuh untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok namun perilaku serta

tindakannya tidak mengakibatkan terhambatnya suatu kegiatan. Partisipasi aktif

merujuk pada aktifitas yang turut serta memikirkan nasib sendiri dengan memanfaatkan

lembaga sosial dan politik yang ada dalam masyarakat sebagai penyalur aspirasinya.

Dalam konteks tata kelola sumber daya, ada perasaan „memiliki‟ dalam diri

masyarakat terhadap sumber daya di lingkungannya. Partisipasi masyarakat

menekankan pada keterlibatan individu dalam perencanaan, pengimplementasian dan

pengaturan lingkungan lokal mereka (UNEP, 2004). Implikasinya, masyarakat dengan

kesadaran diri ikut terlibat dalam pengelolaannya untuk kebaikan bersama.

Pengelolaan Sumber Mata Air di Gunung Kawi

Keberadaan sumber mata air-sumber mata air di wilayah Gunung Kawi

merupakan bagian dari keberadaan hutan yang berada di wilayah Gunung Kawi. Pada

awal keberadaan hutan sejatinya pohon-pohon trembesi dan bambu yang memiliki

fungsi menahan dan menyimpan air hujan menjadi air tanah.

Keberadaan hutan yang didominasi oleh pohon-pohon penyimpan air seperti

trembesi dan bambu ini memberi kontribusi terhadap munculnya sumber mata air-

sumber mata air di hutan yang berada di Gunung Kawi. Untuk saat ini, justru terlihat

dominan pada wilayah Gunung Kawi adalah pepohonan jenis pinus dan karet, meski

demikian pohon bambu masih bisa ditemui utamanya pada lokasi sekitar sumber air.

Perubahan jenis pepohonan di hutan Gunung Kawi memiliki keterkaitan dengan

program pemerintah yang mendorong tanaman-tanaman keras, yang memiliki nilai

ekonomi sebagai komoditas ekspor, pada hutan-hutan negara sekitar tahun 1970-an.

Pada awalnya, penggunaan dan pemanfaatan air yang berasal dari sumber mata air

di Gunung Kawi, khususnya yang berada di Desa Balaisari Kecamatan Ngajum dan

Desa Wonosari Kecamatan Wonosari dilakukan secara sporadis dan spontan oleh

masyarakat sekitar sumber mata air. Sekitar tahun 1948 sudah mulai ada mekanisme

sederhana yang dibuat oleh masyarakat untuk memanfaatkan sumber mata air bagi

kebutuhan air minum warga.

Karena letak sumber air Sumber Manggis dan Sumber Urip yang relatif jauh dari

Page 80: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

72

permukiman penduduk Desa Balaisari dan Desa Wonosari, masyarakat kemudian

bersama-sama membuat sistem untuk mengalirkan air dari sumber mata air ke

permukiman. Sistem yang dibuat menggunakan bambu yang disambung-sambung dari

lokasi sumber mata air sampai ke rumah-rumah warga. Oleh masyarakat setempat

sistem itu dinamakan dengan Pring Kricik/Pring Kucur.

Proses pembuatan Pring Kricik/Pring Kucur sebagai mekanisme untuk

mengalirkan air dari sumber mata air ke rumah-rumah warga di Desa Balaisari dan

Desa Wonosari merupakan hasil kerjasama antarwarga yang bergotong- royong

membangun Pring Kricik/Pring Kucur sampai ke rumah-rumah warga yang

membutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa pada awalnya sistem pengeloaan sumber

mata air berikut pemanfaatnya dilakukan oleh masyarakat langsung yang membutuhkan

ketersediaan air bagi kebutuhan minum dan rumah tangga.

Sistem pengelolaan sumber mata air di Desa Balaisari dan Desa Wonosari mulai

mengalami pergeseran tatkala pemanfaatan sumber mata air di dua desa tersebut tidak

lagi terbatas pada pemenuhan kebutuhan air minum dan rumah tangga warga, namun

juga untuk kebutuhan warga dari luar Desa Balaisari dan Desa Wonosari yang datang ke

Gunung Kawi untuk melakukan ziarah, tirakat, ibadah maupun melakukan wisata alam

dan religi. Fungsi sumber mata air Sumber Manggis dan Sumber Urip pada akhirnya

tidak hanya sebatas pemenuhan kebutuhan dasar atas air untuk warga sekitar, namun

juga menopang geliat aktivitas wisata dan aktivitas religi yang semakin berkembang di

Gunung Kawi.

Perkembangan dari pemanfaatan sumber mata air Sumber Urip dan Sumber

Manggis ini tidak terlepas dari adanya kraton, pesarean (makam), tempat peribadatan

yang berada di sekitar Desa Balaisari dan Desa Wonosari. Di samping itu, adanya

keinginan masyarakat luar untuk melakukan ritual mandi dan minum dari air yang

berasal dari sumber mata air Sumber Manggis dan Sumber Urip ditangkap oleh

masyarakat dengan menumbuhkan kreativitas ekonomi membuat pemandian-pemandian

bagi warga yang datang di Desa Balaisari dan Desa Wonosari. Sumber mata air Sumber

Urip dan Sumber Manggis pada akhirnya melayani dua fungsi yakni pemenuhan

kebutuhan dasar atas air dan penunjang aktivitas ekonomi (wisata) berbasis

pemanfaatan air.

Perkembangan dari fungsi sumber mata air di atas pada akhirnya turut

Page 81: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

73

memengaruhi sistem pengelolaan sumber mata air. Adanya dampak ekonomis dari

pengelolaan sumber mata air, utamanya terkait dengan aktivitas wisata (pemandian,

penginapan/hotel) menjadi salah satu faktor yang menumbuhkan kebutuhan untuk

mengelola sumber mata air secara lebih terstruktur, tidak lagi berbasis spontanitas dan

tidak terlembaga. Konteks kebutuhan untuk lebih menstrukturkan kelembagaan

pemanfaatan sumber mata air, utamanya untuk wisata, pada akhirnya mengubah sistem

pengelolaan yang sebelumnya dilakukan secara bersama oleh masyarakat berganti

mengarah pada sistem pengelolaan berbasis kelompok masyarakat

Transformasi Struktur Pengelola Sumber Air

Hadirnya struktur pengelola pemanfaatan air dari sumber mata air Sumber Urip

berawal dari kisah tentang kesembuhan warga dari luar wilayah Gunung Kawi yang

meminum air yang berasal dari sumber mata air Sumber Urip. Kisah kesembuhan warga

yang sebelumnya diindikasikan kritis dan mendapat kesembuhan setelah meminum air

dari sumber mata air Sumber Urip akhirnya merebak ke warga-warga desa di sekitar

wilayah Gunung Kawi yang membuat warga sekitar sumber air berbondong-bondong

untuk ke sumber mata air Sumber Urip untuk memperoleh berkah yang sama.

Jika sebelum-sebelumnya fungsi sumber mata air Sumber Urip adalah untuk

menopang kelangsungan hidup masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum

dan rumah tangga, fungsi sumber mata air menjadi bertambah sebagai sumber

penyembuhan yang menghidupkan warga akibat adanya perubahan persepsi atas fungsi

sumber mata air Sumber Urip.

Hadirnya fungsi baru dari sumber mata air Sumber Urip ini pada akhirnya

meningkatkan kuantitas jumlah orang yang datang berkunjung ke Desa Wonosari.

Selain melakukan ziarah, tirakat, dan ibadah, warga yang datang juga mencari air yang

berasal dari sumber mata air Sumber Urip untuk diminum. Di samping mencari air

untuk diminum, kehadiran warga yang datang lebih dari satu hari juga membutuhkan air

untuk sarana mandi dan bersih-bersih warga yang datang untuk ziarah, tirakat, dan

ibadah. Adanya kebutuhan ini pada akhirnya menciptakan kebutuhan infrastruktur

penunjang dalam bentuk permandian-permandian bagi warga yang datang ke Desa

Wonosari.

Dari sinilah konteks hadirnya permandian-permandian baik dalam bentuk

Page 82: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

74

permandian umum maupun permandian-permandian privat hadir di kawasan Gunung

Kawi dapat dipahami tanpa mengurangi adanya faktor perluasan fungsi dari sumber

mata air Sumber Urip sebagai sarana penyembuhan baik melalui metode diminum

maupun digunakan sebagai air untuk mandi dan bersuci.

Persingungan antara kebutuhan praktis dan persepsi atas fungsi air penyembuh

menjadikan wisata pemandian di Desa Wonosari dan Desa Balaisari berkembang

hingga saat ini. Hadirnya pemandian-pemandian ini menjadi penambah ritus-ritus yang

dilakukan oleh warga yang datang ke kawasan Gunung Kawi dengan tidak hanya

melakukan ziarah, tirakat, ibadah, namun juga melakukan mandi dan bebersih di

pemandian dan atau minum air dari sumber mata air Sumber Urip.

Letak permandian-permandian yang dibangun untuk warga yang datang ke

kawasan Gunung Kawi berdekatan dengan lokasi makam maupun kraton yang menjadi

tempat ziarah, tirakat, ibadah. Infrastruktur-infrastruktur untuk penyediaan tempat

permandiaan bagi warga yang datang ke Gunung Kawi, karena letaknya berada di areal

pemakaman, utamanya pemakaman pendiri desa: Mbah Jugo. Lebih memberikan

kesempatan bagi para keturunan Mbah Jugo untuk mengambil inisiatif dalam

penyediaan infrastruktur-infrastruktur sanitasi penunjang pemanfaatan sumber mata air

Sumber Urip.

Berawal dari sini kemudian terbangun struktur baru dalam pengelolaan dan

pemanfaatan sumber mata air Sumber Urip. Jika sebelumnya, struktur pengelolaan

sumber mata air Sumber Urip lebih bersifat spontan dilakukan bersama-sama dalam

rangka pemenuhan kebutuhan air dan rumah tangga warga Desa, dengan adanya

kebutuhan menghadirkan infrastruktur-infrastruktur sanitasi penunjang areal

pemakaman maka terdapat struktur baru dalam pemanfaatan sumber mata air yang

dikelola oleh keluarga besar keturunan Mbah Jugo.

Struktur baru dalam pemanfaatan sumber mata air Sumber Urip merupakan

kelanjutan dari kelembagaan yang telah dibentuk oleh keluarga keturunan Mbah Jugo

untuk mengelola, menjaga, dan merawat pemakaman leluhur Mbah Jugo. Para

keturunan Mbah Jugo telah membentuk sebuah lembaga dengan nama Yayasan

Ngestigondo. Yayasan ini kemudian berkembang dalam proses pengelolaan, tidak

hanya sebatas mengelola makam namun juga meningkat dalam mengelola infrastruktur

sanitasi (toilet) dan pemandian yang dibangun di sekitar makam Mbah Jugo.

Page 83: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

75

Kawasan Gunung Kawi pada akhirnya menjadi terkenal sebagai salah satu tempat

wisata di Kabupaten Malang. Orang yang datang dari luar kawasan Gunung Kawi

semakin banyak, tidak saja dari wilayah Kabupaten Malang, namun juga dari daerah

yang relatif jauh dari Gunung Kawi. Kehadiran warga yang semakin banyak

menumbuhkan kebutuhan untuk tempat penginapan bagi tempat peristirahatan orang

luar daerah.

Struktur kesempatan yang terbuka akibat adanya kebutuhan tempat penginapan

dimanfaatkan oleh warga Desa Wonosari dengan membangun tempat-tempat

penginapan/hotel di wilayah Desa Wonosari. Berdasarkan data BPS tahun 2017,

terdapat 91 penginapan/hotel di Desa Wonosari. Jumlah penginapan/hotel di satu desa

yang mencapai angka 91 menunjukkan bahwa tingkat kehadiran orang ke kawasan

Gunung Kawi cukup signifikan. Hal ini juga memberikan implikasi geliatnya ekonomi

dari sektor wisata di Desa Wonosari.

Satu hal yang cukup menarik tatkala mencermati geliat ekonomi di Desa

Wonosari terkait dengan tumbuhnya tempat-tempat penginapan/hotel adalah sebagian

besar dari tempat penginapan/hotel merupakan milik warga yang masih memiliki garis

keturunan leluhur desa yakni Mbah Jugo. Selain itu, warga yang masih memiliki garis

keturunan Mbah Jugo juga mengelola lahan-lahan parkir bagi kendaraan-kendaraan

pengunjung yang datang melakukan ziarah, tirakat, ibadah maupun wisata ke Desa

Wonosari.

Konteks di atas menambah peran signifikan dari Yayasan Ngestigondo pada Desa

Wonosari pada khususnya maupun kawasan Gunung Kawi pada umumnya. Yayasan

Ngestigondo yang secara langsung aktif dalam mengelola kompleks pemakaman,

pemandian, sarana sanitasi (toilet), tempat parkir, hingga penginapan/hotel di Desa

Wonosari terlihat menjadi aktor utama dari perkembangan ekonomi desa, utamanya

sektor pariwisata.

Pelembagaan terhadap proses pemanfaatan sumber mata air tidak hanya dilakukan

oleh Yayasan Ngestigondo, namun juga oleh masyarakat di sekitar hutan yang

berdekatan dengan letak sumber mata air. Di Desa Wonosari telah terbentuk

kelembagaan yang disusun oleh sekelompok warga, utamanya yang berasal dari RW 1.

Kelompok warga ini merupakan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang

memiliki peran dalam pengelolaan sumber mata air di Desa Wonosari utamanya pada

Page 84: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

76

sumber mata air Sumber Urip dan Sumber Manggis. LMDH yang dibentuk oleh warga

RW 1 dinamakan LMDH Sumber Marem.

Salah satu peran signifikan yang dilakukan oleh LMDH adalah melakukan

pemanfaatan sumber mata air untuk pemenuhan kebutuhan air minum warga. Aktifitas

yang dilakukan adalah mengelola Pring Kricik yakni sistem pengaliran air dari sumber

air menuju rumah-rumah warga di RW 1 untuk digunakan sebagai air minum dan

kebutuhan keluarga. Meski strukturnya dibuat sederhana dengan hanya terdiri dari

Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Petugas Pemeliharaan, LMDH juga menjadi lembaga

yang mengorganisir pertemuan-pertemuan warga di RW 1 untuk membahas tentang

permasalahan-permasalahan terkait dengan pengelolaan Pring Kricik, baik soal besaran

kontribusi bagi pengguna layanan Pring Kricik, penentuan ekspansi pemanfaat layanan

Pring Kricik di luar warga RW 1, hingga membahas perawatan sistem Pring Kricik.

Peran LMDH Sumber Marem dalam pengelolaan air dapat tumbuh dan

berkembang juga disebabkan oleh keleluasaan yang diberikan perhutani kepada

masyarakat untuk memanfaatkan sumber-sumber mata air yang letaknya berada pada

hutan negara yang dikelola oleh Perhutani. Keleluasaan yang diberikan perhutani

kepada LMDH merupakan berkah bagi masyarakat karena hingga saat ini dari pihak

perhutani belum meminta kontribusi atas pemanfaatan sumber mata air yang dilakukan

oleh LMDH.

Meski demikian, dengan perkembangan dari proses pemanfaatan sumber mata air

baik yang dilakukan oleh LMDH maupun oleh Yayasan Ngestigondo, muncul wacana

yang berkembang di lingkup Perhutani untuk menggagas Perjanjian Kerja Sama (PKS)

antara Perhutani, LMDH dan juga Desa. Perjanjian Kerja Sama tersebut akan diarahkan

pada besaran debit air yang bisa diakses masyarakat serta persentase bagi hasil atas

proses-proses pemanfaatan sumber mata air yang semakin terlihat besaran nilai

ekonominya. Rencana membuat PKS ini juga untuk lebih memformalkan kerjasama

yang telah berlangsung antara perhutani dengan LMDH yang telah sejak lama

memanfaatkan air dari sumber mata air Sumber Urip dan Sumber Manggis.

Kompleksitas Tata Kelola Sumber Mata Air

Upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wonosari dalam pemanfaatan

sumber mata air Sumber Urip dan Sumber Manggis memberikan gambaran terkait

Page 85: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

77

perkembangan tata kelola yang dilakukan masyarakat terhadap sumber mata air. Hal

yang sangat terlihat jelas adalah terjadinya transformasi dalam hal pengelolaan sumber

mata air. Jika pada awalnya, tata kelola sumber mata air dilakukan secara spontan dan

dijalankan secara bersama-sama oleh masyarakat, dalam perjalanan waktu mulai

bergeser ke arah tata kelola sumber mata air yang dilakukan secara lebih terstruktur

melalui kelembagaan yang dibangun oleh kelompok masyarakat.

Hal ini secara jelas terlihat dari perkembangan aktivitas yang dilakukan oleh

Yayasan Ngestigondo dan HIPPAM Sumber Marem. Tumbuh dan berkembangnya

Desa Wonosari sebagai tujuan wisata serta kebutuhan memudahkan masyarakat dalam

mengakes air dari sumber air secara lebih mudah menjadi variabel penjelas dari

pergeseran tata kelola sumber mata air dari spontan dan dilakukan bersama-sama

menuju tata kelola sumber mata air yang terstruktur dan dilakukan oleh lembaga

spesifik yang memiliki fokus pada pemanfaatan sumber mata air Sumber Urip dan

Sumber Manggis.

Transformasi berikutnya yang terjadi mengiringi perkembangan tata kelola

sumber mata air di Desa Wonosari adalah adanya pola komersialisasi atas sumber daya

air yang digunakan. Perkembangan tata kelola sumber mata air di Desa Wonosari

semakin menunjukkan kuatnya logika-logika ekonomi dalam mengelola sumber daya

air. Jika pada awalnya tata kelola sumber mata air dilakukan dengan pola bebas dan

gratis, dengan hadirnya HIPPAM Sumber Marem yang menjalankan pipanisasi dan

penarikan iuran bulanan atas pemanfaatan air dari sumber mata air, tata kelola sumber

mata air mulai mengarah pada sistem privatisasi sumber daya.

Komersialisasi sumber daya air semakin intens terlihat di Desa Wonosari

mengiringi perkembangan ekonomi wisata religi. Terjadi pergeseran di mana sumber

daya tidak lagi didekati sebagai „sumber daya publik‟ yang bebas diakses tanpa

konsekuensi, namun mulai didekati sebagai „sumber daya privat´ melalui prasyarat-

prasyarat baru (iuran untuk memperoleh layanan) untuk bisa memperoleh akses

terhadap air dari sumber mata air.

Transformasi yang lain yang juga mengiringi adalah semakin menguatnya gejala

dominasi otoritas atas sumber mata air. Jika pada awal-awal pemanfaatan sumber mata

air Sumber Urip dan Sumber Manggis berbagai komponen baik perhutani, desa,

maupun kelompok masyarakat cenderung tidak terlalu mempersoalkan kepemilikan dan

Page 86: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

78

otoritas atas sumber mata air, seiring dengan semakin membesarnya „profit‟ yang

dihasilkan dalam proses komersialisasi sumber mata air menjadikan berbagai pihak

yang berada di sekitar sumber mata air mulai menginginkan untuk lebih terlibat dalam

proses pemanfaatan sumber mata air sebagai salah satu mekanisme memperbesar

keuntungan (ekonomi) dari hasil melibatkan diri dalam proses pemanfaatan sumber air.

Selain terkait dengan potensi „profit‟ ekonomi yang semakin terlihat, kontestasi

antara perhutani, kelompok masyarakat pengguna air juga terkait dengan aspek

pengendalian atas penggunaan air dari sumber mata air. Berkembangnya sektor

pariwisata di wilayah Desa Wonosari telah menciptakan keinginan-keinginan untuk

memaksimalkan potensi sumber daya air yang ada. Terakhir adalah pembuatan Coban

Baung. Inisiasi masyarakat yang membuat Coban Baung dengan mengambil air dari

sumber mata air Sumber Urip dan Kali Gedong telah memperbesar debit air yang

diambil dari sumber-sumber mata air tersebut. Pihak perhutani mulai melihat perlu

adanya pengontrolan dalam pemanfaatan sumber mata air. Salah satu yang dilakukan

adalah dengan menurunkan besaran pipa dari 4 dim menjadi 2 dim untuk instalasi

pemasangan pipa-pipa ke rumah warga yang baru mendaftar untuk bergabung dalam

HIPPAM.

Selain itu, mulai digagas tentang kuota debit yang perlu diatur dalam rangka

menjaga ketersediaan dan keberlangsungan sumber mata air. Pengaturan kuota debit ini

dikarenakan pihak perhutani melihat bahwa saat ini pemanfaatan sumber mata air tidak

lagi hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan pokok air minum warga, namun juga

sudah dikembangkan ke arah ekonomi pariwisata yang menggunakan air dari sumber

mata air sebagai salah satu komponen utama pengembangan wisata.

Di sisi lain, kelompok masyarakat juga mulai memiliki kepentingan untuk dapat

lebih besar akses terhadap sumber mata air. Sudah ada permintaan yang ditujukan

kepada pihak perhutani agar sumber mata air, utamanya sumber mata air Sumber Urip,

untuk bisa diserahkan kepada masyarakat dengan harapan masyarakat lebih bisa

mengoptimalkan penggunaan sumber mata air. Sampai pada saat penelitian ini

berlangsung, upaya yang dilakukan oleh kelompok masyarakat untuk mendapatkan

akses penuh terhadap sumber mata air Sumber Urip masih belum memperoleh

persetujuan dari pihak perhutani.

Belum diperolehnya persetujuan dari pihak perhutani lebih didasarkan pada

Page 87: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

79

kekhawatiran akan terjadinya eksploitasi air dari sumber mata air dan mengancam

keberlangsungan dari sumber mata air itu sendiri. Kekhawatiran ini didasarkan pada

semakin besarnya pemanfaatan air dari sumber mata air untuk pemanfaatan pada sektor

pariwisata, utamanya yang mendukung sarana permandian, coban, penginapan/hotel,

maupun fasilitas sanitasi (toilet umum) bagi pengunjung yang datang ke Desa

Wonosari.

Kontestasi yang semakin terlihat dalam tata kelola sumber mata air di Desa

Wonosari juga menunjukkan adanya pergeseran secara signifikan makna sumber mata

air oleh masyarakat. Jika sebelumnya sumber mata air lebih sebagai sarana untuk

menunjang kehidupan masyarakat Desa Wonosari, melalui penyediaan air bagi

kebutuhan minum dan rumah tangga, saat ini telah berkembang ke arah air sebagai

faktor penting bagi pengembangan ekonomi pariwisata di Desa Wonosari. Sumber mata

air menjadi semakin menjadi komoditas yang dimaksimalkan untuk orientasi

keuntungan (ekonomi). Pergeseran pemaknaan atas sumber mata air ini jika terus

berlangsung dan membesar akan memberi tekanan pada keberlangsungan sumber daya.

Sejauhmana pergeseran pemaknaan atas sumber mata air yang semakin besar pada

fungsi ekonomi memberi tekanan terhadap fungsi sosial dan fungsi ekologis menjadi

kajian penting untuk lebih didalami.

Konteks beberapa pergeseran yang terjadi seiring dengen perkembangan

pemanfaatan sumber mata air sebagaimana dipaparkan diatas semakin menciptakan

kompleksitas tatkala dilihat dari sudut pandang ekologi. Terdapat kesan dimana sumber

daya air masih dilihat sebagai „sumber daya tidak terbatas‟ dan kurang tergambar

adanya kekhawatiran atas keterancaman terkait ketersediaan sumber daya. Gambaran ini

bisa dilihat dari pilihan mekanisme yang digunakan oleh HIPPAM Sumber Marem yang

memilih menggunakan sistem los (bebas) dibandingkan dengan sistem meteran (kuota).

Salah satu implikasi dari pilihan sistem ini adalah masyarakat bebas memanfaatkan

sebesar apapun yang diinginkan dan bahkan limpahan-limpahan air yang mengalir ke

rumah- rumah warga terbuang secara percuma karena tidak ada sistem untuk

menyetop aliran air yang dikirim ke rumah-rumah warga. Lazim terlihat limpahan air

yang terbuang percuma karena proses aliran air yang berlangsung terus-menerus.

Transformasi-transformasi yang tengah berlangsung di Desa Wonosari

memberikan kompleksitas atas pengembangan tata kelola sumber mata air.

Page 88: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

80

Kompleksitas yang tengah berlangsung juga telah mulai terlihat menumbuhkan bibit-

bibit konflik/kontestasi akibat semakin kuatnya tarik-menarik kepentingan dari pihak-

pihak yang berada di sekitar sumber mata air. Selain tumbuhnya bibit kontestasi antar

komponen masyarakat, hal lain yang juga patut menjadi perhatian adalah tentang

pemaknaan atas sumber daya yang cenderung semakin mengarah pada orientasi-

orientasi ekonomi dibandingkan dengan orientasi-orientasi sosial dan ekologis.

Kesimpulan

Kelangkaan barang publik berupa sumber air bersih menjadi permasalahan yang

kedepan yang dihadapi berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Malang. Adanya

fenomena krisis atas air yang terjadi di Kabupaten Malang telah menciptakan

momentum untuk melakukan pengkajian atas tata kelola sumber air. Hadirnya

kemandirian warga dalam memastikan pemenuhan atas barang publik berupa air bagi

keberlangsungan kehidupan masyarakat menjadi fondasi penting bagi penyelesaian

permasalahan air. Upaya-upaya partisipasi dari bawah yang dilakukan oleh masyarakat

membentuk ruang-ruang yang semakin lebar bagi hadirnya republican citizenship di

tingkat bawah. Ketiadaan peran dari aktor lain (misalnya pemerintah maupun swasta)

pada penyediaan barang publik di tingkat masyarakat telah memunculkan ruang bagi

terbangunnya partisipasi dan solidaritas kolektif di tingkat bawah.

Kontestasi kuasa atas tata kelola air akan semakin menguat tatkala pengelolaan

atas air menciptakan pertambahan nilai ekonomi-politik baik pada sumber daya air

maupun pada kelembagaan yang mengurusi air. Kontestasi kuasa yang berkorelasi

dengan nilai ekonomi-politik dari barang publik yang ada di tingkat desaakan menjadi

wujud dari dinamika perpolitikan di tingkat bawah. Tatkala nilai ekonomi-politik dari

sumber daya di tingkat bawah semakin besar, kehadiran aktor-aktor yang sebelumnya

mengabaikan sumber daya desa menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindarkan.

Penelitian-penelitian lanjutan terkait dengan kontestasi kuasa di tingkat desa, utamanya

tatkala pemerintah supra desa dan/atau perusahaan menjadikan desa berikut potensi

sumber daya yang dimilikinya menjadi penting untuk dilakukan. []

Page 89: HARMONY AND THE ROLE OF ACTORS TO ACTUALIZE OF …

81

Daftar Referensi

Arnstein, S.R. 1969. “A Ladder of Citizen Participation.” Journal of the American

Planning Association 35 (4): 216-224.

Buwono, N. R., G. O. Muda, dan S. Arsad. 2017. “Pengelolaan Mata Air Sumberawan

Berbasis Masyarakat di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten

Malang.” Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 9 (1): 25-36.

Creswell, J.W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadiz, V. 2011. Localizing Power in Post-Authoritarian Indonesia: A Southeast Asia

Perspective. Standford: Stanford University Press.

Hiariej, E., dan K. Stokke. 2017. Politics of Citizenship in Indonesia. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Marks, S. 2009. Water Shock: Water in Crisis. New Jersey: John Willey & Sons.

Patterson, A. S. 1999. “The Dynamic Nature of Citizenship and Participation:

Lesson from Three Rural Senegalese Case Studies.” Journal of Africa

Today 46 (1): 3-27.

Pratono, A., dan B. Suwarso. 2007. “Community-Based Environmental Governance: A

Community Movement in Surabaya.” 20 Maret. www.wepa-

db.net/pdf/0810forum/paper30.pdf.

Salim, A. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Siagian, S. P. 1985. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Gunung Agung.

Singh, N. 2016. The Human Right to Water: From Concept to Reality. Switzerland:

Springer.

Taylor, S. J., dan R. Bogdan. 1984. Introduction to Qualitative Research Methods: The

Search for Meaning. New York: John Wiley & Sons.

UNEP. 2004. “Environmental Management and Community Participation: Enhancing

Local Programmes.” Diakses Oktober 4, 2016. http://www.unep.or.jp

Urry, J. 2015. “Climate Change and Society.” Dalam Why the Social Science Matter.

New York: Palgrave-Macmillan.

WALHI Jatim. 2012. Dampak Kekeringan: 13 Kecamatan di Malang Krisis Air. 11

September. http://walhijatim.or.id.