Full Lecture Jartel

58
1 Definisi Telekomunikasi : Penyampaian informasi melalui media transmisi dari suatu point ke point lain dengan bantuan peralatan elektronis. Any transmission, emission, or reception of signs, signals, writing, images and sound or intelligence of any nature by wire, radio, optical or other electromagnetic systems. Menurut ITU-1989, Definisi Telekomunikasi : Telekomunikasi (bahasa yunani), terdiri dari 2 kata • Tele = jauh • Komunikasi = penyampaian informasi Milestones Samuel Morse:1837 telegraph Samuel Morse: 1837 telegraph Alexander Bell:1876 telephone Milestones Samuel Morse: 1837 telegraph Alexander Bell:1876 telephone Marconi: 1895 wireless telegraph not the inventor of Radio Nikola Tesla <1895: Inventor of Radio Milestones

Transcript of Full Lecture Jartel

Page 1: Full Lecture Jartel

1

Definisi Telekomunikasi :

Penyampaian informasi melalui media transmisi dari suatupoint ke point lain dengan bantuan peralatan elektronis.

Any transmission, emission, or reception of signs, signals, writing, images and sound or intelligence of any nature by wire, radio, optical or other electromagnetic systems.

Menurut ITU-1989, Definisi Telekomunikasi :

Telekomunikasi (bahasa yunani), terdiri dari 2 kata

• Tele = jauh

• Komunikasi = penyampaian informasi

Milestones

Samuel Morse:1837 telegraph

Samuel Morse: 1837 telegraph

Alexander Bell:1876 telephone

Milestones

Samuel Morse: 1837 telegraphAlexander Bell:1876 telephone

Marconi: 1895 wireless telegraphnot the inventor ofRadio

Nikola Tesla <1895: Inventor of Radio

Milestones

Page 2: Full Lecture Jartel

2

Samuel Morse: 1837 telegraphAlexander Bell:1876 telephoneMarconi: 1895 wireless telegraph

not the inventor ofRadio

Nikola Tesla <1895: Inventor of Radio

Lee De Forest 1907: triode vacuum tube ‘Audion’

Milestones

Samuel Morse: 1837 telegraphAlexander Bell:1876 telephoneMarconi: 1895 wireless telegraph

not the inventor ofRadio

Nikola Tesla <1895: Inventor of RadioLee De Forest 1907: triode vacuum tube

1920: Commercial AM radio broadcast

Milestones

Samuel Morse: 1837 telegraphAlexander Bell:1876 telephoneMarconi: 1895 wireless telegraph

not the inventor ofRadio

Nikola Tesla <1895: Inventor of RadioLee De Forest 1907: triode vacuum tube1920: Commercial AM radio broadcast

1939: First FM radio broadcast ‘Alphine New Jersey by Edwin Armstron

Tiga Komponen Utama dalam Sistem Komunikasi :• Terminal

• Switching

• Media Transmisi

Switching(Sentral)

Terminal

Media Transmisi

Point to point

Page 3: Full Lecture Jartel

3

Terminal• Terminal yang menyalurkan sinyal suara, ex: telepon, radio

penerima• Terminal yang menyalurkan sinyal gambar, ex: facsimile,

televisi• Terminal yang menyalurkan sinyal tulisan, ex: telegrafi,

teleprinter• Terminal yang menyalurkan sinyal data, ex: modem,

komputer

Perkembangan teknologi telekomunikasi membuat terminal telekomunikasi menjadi konvergen.

Terminal

Media Transmisi

Page 4: Full Lecture Jartel

4

Transmission modes

• Simplexone-way transmission

• Half DuplexTransmission in both directions but not atthe same time

• Full DuplexAllows simultaneous transmission in bothdirections

Switching (Penyambungan)• Circuit Switching

Suatu penyambungan yang langsung diadakan. Ex: Jaringan telepon

• Message SwitchingSuatu penyambungan yang tidak langsung diadakan.(Stored & Forward) Ex: Jaringan Teleprinter

• Packet SwitchingSuatu penyambungan dimana informasi yang dikirimkan, dipotong2 berupa paket. Ex : Jaringan Komunikasi Data

Fungsi Penyambungan Dasar• Interconnection• Control• Alerting (Pemberian Tanda)• Attending (Pelayanan)• Penerimaan Informasi• Pengiriman Informasi• Busy Testing• Supervisory (Pengawasan)

Konsep Penyambungan :• Concentration• Distribution• Expansion

Bentuk Dasar Jaringan Telekomunikasi :

1. Mesh network / Fully Interconnected Network2. Single Mesh network 3. Star network

Mesh network / Fully Interconnected Network

Page 5: Full Lecture Jartel

5

Star network

Single Mesh network

Dalam kenyataannya, bentuk jaringan yang ada tidak semurniseperti ketiga bentuk tersebut.

Banyak pertimbangan dalam merencanakan bentuk jaringanTelekomunikasi, a.l :• Letak Terminal• Kebutuhan• Biaya• d.l.l

Biaya untuk suatu jaringan telekomunikasi (investment maupun Operating cost) sangat besar. Oleh karena itu, jaringan tersebutHarus dibangun se-Ekonomis mungkin, tetapi dengan tingkat Pelayanan yang se-Baik mungkin untuk pelanggannya.

Ekonomis = Biaya relatif rendah

Teknis (tingkat pelayanan) = Memenuhi spesifikasi sistem yang standar

minimum maksimum

teknisekonomis

OPTIMUM

Public Switched Telecommunication Network (PSTN)merupakan dasar dari jaringan telekomunikasi lainnya

Karakteristik Jaringan Telekomunikasi secara umum :

• Kualitatif : menyalurkan bermacam-macam informasi(voice, data dll)

Jumlah pesawat telepon banyak

• Kuantitatif : hingga saat ini melayani paling banyak voice

Memerlukan sentral switching

Page 6: Full Lecture Jartel

6

Masalah yang timbul :

Sentral sedikit :• Saluran antar sentral & peralatan sedikit --------- murah• Saluran pelanggan panjang ------------------------- mahal

Sentral banyak :• Saluran antar sentral & peralatan banyak -------- mahal• Saluran pelanggan pendek ------------------------- murah

Jumlah sentral

Jumlah yang optimum.

Jumlah saluran

Dalam kenyataan tidak dapat demikian, misalnya: karena letak pelanggan yang tidak beraturan.

Tugas Sentral (exchange), antara lain :• membangun sambungan antara 2 pelanggan• menjaga sambungan tersebut selama diperlukan• memberikan informasi tentang biaya yang harus ditagih.

Syarat Jaringan Telekomunikasi (utama):Harus dapat menyambungkan setiap pelanggan dengan Pelanggan yang lainnnya dimanapun ia berada.

Jaringan Nasional :Suatu jaringan yang terdiri dari tingkatan-tingkatan (memiliki hirarki), yang terdiri dari :• Internal Lines (pada pelanggan)• Subscriber’s distribution network (local exchange area)

Jaringan distribusi lokal, menghubungkan pelanggan ke sentral lokal

• Junction NetworkJaringan yang menghubungkan suatu group dari sentral lokal yang melayani suatu daerah

• Trunk NetworkJaringan yang menyelenggarakan long distance circuit di antara beberapa daerah lokal di suatu negara.

Ada 3 macam hubungan yang dapat dibentuk :• Hubungan Lokal• Hubungan Interlokal• Hubungan Internasional

Dengan demikian ada 3 macam jaringan :• Jaringan Lokal• Jaringan Interlokal• Jaringan Internasional

Jaringan Lokal :Suatu jaringan yang terbentuk dari satu pesawat telepon dan satu sentral telepon lokal.Jaringan Interlokal :Suatu jaringan yang menghubungkan 2 atau lebih sentral lokal

Jaringan Internasional :Suatu jaringan yang menghubungkan SGI ( Sentral Gerbang Internasional ) suatu negara dengan SGI negara lain

Jaringan Lokal merupakan bagian terbesar dari seluruh jumlah investment pada pembangunan sebuah network

Konfigurasi Jaringan Lokal (seperti yang terdapat pada labor jaringan telekomunikasi )

Page 7: Full Lecture Jartel

7

Jaringan Interlokal.Saluran antar sentral lokal disebut juga junction.Terdapat 2 jenis junction :• Bothway Junction

menyalurkan pembicaraan dari kedua belah pihak sentral• Oneway Junction

menyalurkan pembicaraan yang berasal dari salah satu sentralsaja ke arah sentral lainnya.

Konfigurasi Jaringan. Bentuk jaringan dan jumlah saluran harus direncanakan secara baik agara lalu lintas telepon (traffik) yang berlangsung dapat berjalan dengan lancar, pelaksanaan teknisnya mudah dan efisien

Khususnya untuk jaringan interlokal harus ditinjau dari tingkatan /hirarki sentral yang digunakan dalam penyelenggaraan penyambungan (exchange level), yang juga menggambarkan tingkat jaringan (network level)

Suatu wilayah negara perlu dibagi atas wilayah - wilayah jaringan, yang akan tergantung kepada tingkatan masing-masing sentral. Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan wilayah a.l :

• Jumlah pelanggan dan jumlah sentral yang tercakup dalamwilayah tersebut

• Luas geografis wilayah masing-masing sama besar.• Kepadatan penduduk dan fungsi kota dalam wilayah

jaringan tersebut• Bentuk geografis dari wilayah negaraPembagian wilayah tersebut diusahakan pula agar mempunyai batas-batas yang jelas sesuai dengan gambaran yang diberikan pada skema penomoran guna memudahkan perencanaan proses penyambungan selanjutnya, terutama dalam hal routing dan zoning.

Kerjasama Internasional :Keberhasilan perencanaan dan pelaksanaan jaringan telekomunikasi internasional tergantung dari kerjasama yang baik antar negara-negara di dunia.

Standarisasi yang telah membuat efisiensi jaringan internasional ini ditentukan oleh ITU ( International Telecomm Union) dengan kantor pusat di Geneva, dengan anggota lebih dari 124 Negara.

Terdapat 3 Komisi :

• ITU-R (Radiocommunication )• ITU-T (Standarization)• ITU-D (Development)

Dasar Statistik untuk Perencanaan Jaringan

Salah satu tujuan utama dari network provider adalah menurunkan cost melalui pengalokasian network resources. Dengan kata lain, ingin mengoperasikan network yang telah direkayasa sedemikian rupa untuk berfungsi secara ekonomis dan memenuhi kebutuhan para pelanggannya.Untuk itu perlu diketahui karakteristik lalu lintas percakapan (traffik) --------- teletraffic engineering

Terbentuknya suatu call merupakan independent random process. Ini merupakan random variabel, yang analisanya dilakukan secara statistik.

Trafik Telepon :Banyaknya percakapan telephone pada suatu group sirkit yang berhubungan dengan jumlah serta lamanya percakapan

Page 8: Full Lecture Jartel

8

Akibatnya saluran pembicaraan (kanal) yang mencukupi, harus tersedia pada jaringan untuk menyalurkan kemungkinan sejumlah call yang dilakukan secara bersamaan pada saat peak-traffic.

Offered Traffic = Trafik Masuk (dari pelanggan)

Carried Traffic = Trafik yang dapat dibawa oleh sentral

Blocked Traffic = Trafik yang tdk dapat dibawa oleh sentral (Lost)

Blocked Traffic = Offered Trafik – Carried Traffic

Satuan Traffic adalah Erlang (E)

1 Erlang (E) adalah a circuit occupied for one hour

Jika GOS > : jumlah kegagalan besar, biaya peralatan kecil

Grade of Service (GOS = B):Menunjukan jumlah permintaan call yang gagal pada waktu jam sibuk dari suatu hari tertentu. (dalam persentase)

Jika GOS < : jumlah kegagalan kecil, biaya peralatan besar

Success Call Ratio (SCR):Perbandingan antara call yang sukses dgn call attempt

Answered Seizure Call Ratio (ASR):Perbandingan antara call yang berhasil menduduki sirkit dan terjawab dengan call yang berhasil menduduki sirkit

call attempt = suatu usaha untuk mengadakan call

seizure = call yang belum/tidak terjawab

Page 9: Full Lecture Jartel

9

Numbering, Routing and Charging

• Memutar no telepon --------------------------------- Numbering

Numbering, Routing dan Charging saling berhubungan dengan erat sekali.

Route yang dipilih untuk menyelenggarakan sambungan tergantung dari tujuan sambungan ------ dilakukan oleh peralatan switching ------ ditentukan dari nomor yang diputar.

• Sentral mencari jalan ke yang dituju -------------- Routing • Sentral akan mencatat ------------------------------- Charging

biaya pembicaraan

Peralatan switching --------- tarif/beban sesuai dengan tujuan sambungan ( tidak dengan route )

Seorang pelanggan yang ingin berbicara dengan pelanggan lainnya, maka ia harus memberitahukan ke sentral telepon, identitas dari yang akan dituju.

Identitas = Nomor Pelanggan

Nomor Pelanggan bersifat unik (hanya satu-satunya)

Syarat-Syarat Penomoran :

Penomoran

• Harus dibuat sependek mungkin• Harus sesuai dengan sistem yang sudah ada serta sesuai dgn

penomoran international• Mudah dalam routing, akan tetapi tidak tergantung dari

routingnya• Mudah disesuaikan dengan pengembangannya.

Struktur Penomoran :• Struktur Penomoran Nasional

National Number

X X X X X XX X X0

Trunk prefix

Trunk code / Area code

Nomor pelanggan

XX X X X X X XX X X00

International Number

Country code

Trunk code / Area code

Nomor pelanggan

International prefix

• Struktur Penomoran Internasional

Panjang maksimum no Internasional tidak boleh melebihi 15 digit

Page 10: Full Lecture Jartel

10

Trunk prefix :Suatu digit untuk mengaktifkan peralatan outgoing trunk, agar dapat melakukan sambungan Interlokal

Trunk code / Area code :Suatu kombinasi digit yang menunjukkan wilayah yang dipanggil

Nomor pelanggan :Nomor yang harus diputar/didial untuk menghubungi pelanggan pada jaringan lokal yang sama (numbering area yg sama)

International prefix:Suatu digit untuk mengaktifkan peralatan outgoing internasional,agar dapat melakukan sambungan Internasional

Country Code :Suatu kombinasi digit yang menunjukkan negara yang dipanggil

RoutingMembangun (to set up) suatu sambungan telepon harus dilakukan sesuai dengan aturan tertentu untuk menjamin agar memenuhi perintah, cepat dan efisien.Aturan-aturan inilah yang menentukan jalan mana yang harus ditempuh oleh suatu permintaan sambungan routing

Untuk itu, alat-alat routing harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :• dapat menerima dan mengerti informasi yang dikirimkan oleh

pesawat pelanggan atau sentral transit.• dapat mengetahui jalan yang dimaksud• dapat dengan cepat & tepat memilih jalan yang terbaik.• dapat mengatur pelaksanaan penyambungan sejauh mungkin.

Route yang akan dituju ditentukan oleh nomor yang didial pelanggan. Jadi ada hubungan antara nomor dengan route.

Klasifikasi Routing :• Direct Route :

Route yang langsung menghubungkan sentral awal dengan sentral tujuan. (terpendek, first choice route)

• Alternate Route :Route lain ketika direct route sudah tak mungkin dipakai.

• Last Choice Route :Route pilihan terakhir dari kemungkinan route yang ada

• Route Memutar :Route yang ditempuh ketika route pada jaringan dasar sudah penuh.

Masalah-Masalah dalam Routing.

• Pendudukan buta :Pendudukan saluran juga alat-alat penyambungan yangsebenarnya tidak perluKerugiannya :

• menurunkan efisiensi saluran dan alat-alat switching• memperpanjang waktu pendudukan.

• Ring around the rosie :Suatu proses pencarian jalan yang berputar-putar terus tanpa dapat menghasilkan jalan keluar.

Page 11: Full Lecture Jartel

11

Charging

Biaya penyelenggaraan telepon terdiri dari 2 macam :• Fixed Cost :

Biaya pembelian tanah, perluasan bangunan, pembelian peralatan

• Variable Cost :Pajak, upah, perawatan jaringan, biaya operasional jaringan

Biaya tersebut dibebankan kepada pelanggan, yang terdiri dari : • Biaya pemasangan pertama (pasang baru)• Sewa tahunan atau bulanan (abonemen)• Biaya tiap-tiap sambungan (pulsa)

Charging untuk Sambungan Lokal

Flat-Rate Tariff :Biaya sambungan tidak dipungut lagi, tetapi sudah termasukdalam sewa bulanan. ( dipakai / tidak = tarif tetap )

Message-Rate Tariff

• Fixed Charge per callTidak tergantung dari lamanya pembicaraan, tetapi darijumlahnya.

• Variable Charge per callTergantung dari lamanya pembicaraan.

Charging untuk Sambungan Interlokal

Tergantung dari hal-hal sebagai berikut :

• jarak dari pemanggil ke yang dipanggil

• waktu yang dibutuhkan pembicaraan

• jam berapa sambungan itu berlangsung

• hari apa sambungan itu berlangsung

Pensinyalan (Signalling)

Pensinyalan (Signalling) :Bahasa mesin yang memungkinkan terjadinya sambungan pembicaraan.

Pensinyalan, menurut ITU :Pertukaran informasi elektris khususnya yang berhubungan pengawasan dan terjadinya penyambungan suatu komunikasi

Yang membutuhkan informasi adalah :• Pelanggan • Jaringan (secara fisik)• Jaringan (secara manajemen)

Page 12: Full Lecture Jartel

12

• Jaringan (secara fisik) :• Pelanggan mana yang memanggil• Pelanggan mana yang dituju• Apakah salurannya tersedia, sibuk atau tidak (idle)?• Route mana yang akan dipilih• Apakah hubungan masih tetap berlangsung?• dll.

• Pelanggan :• Apakah ada pelanggan yang memanggil?• Apakah ia dapat mengadakan pembicaraan?• Apakah pelanggan yang dipanggil ada, sibuk atau tidak?

Selama pembicaraan berlangsung, signalling juga terus diperlukan untuk menjaga agar tidak ada pelanggan lain yang masuk, juga untuk mengetahui lama pembicaraan serta kapan selesainya. Oleh karena itu, signalling tidak boleh mengganggu pembicaraan.

• Jaringan (secara manajemen) :• Berapa lamanya pembicaraan?• Tingkatan tarif mana yang diberlakukan (SLJJ, night rate, dsb)• Berapa jauh pelanggan yang dituju

Proses Charging

Menurut kegunaannya :• Supervisory Signalling• Register Signalling

Pembagian signalling Menurut tempatnya :

• Pelanggan – sentral• Sentral – Sentral

Menurut arahnya :• forward • backward

Menurut pengendaliannya :• non compelled• compelled• semi compelled

Menurut teknik pengirimannya :• link by link• end to end

Page 13: Full Lecture Jartel

13

• Antara sentral dengan sentral• jarak dekat; masih sama dengan sistem loop pada jaringan antara pelanggan dan sentral, namun lebih banyak.• jarak jauh ; FDM, Common Channelling Signalling No. 7

Menurut tempatnya :• Antara pelanggan dengan sentral

• sinyal permulaan : off hook, nada pilih.• sinyal panggil : nada panggil, nada sibuk• sinyal penutup

Menurut kegunaannya :• Supervisory Signalling, misalnya

• sinyal saluran bebas• sinyal pendudukan

• Register Signallingmemberikan informasi tentang nomor langganan, routing dll.

• Tidak cepat karena sentral transit baru dapat meneruskan setelah seluruh informasi diterima

• tetapi route alternatif tidak perlu diketahui sentral awal, lagipula hanya memperhatikan masalah dalam tiap link saja

Menurut teknik pengirimannya :• link by link signalling

• end to end signalling

• lebih cepat karena setiap sentral hanya menerima informasi untuk sentral itu saja.

• sentral keluar harus terus memperhatikanrouting alternatif

Page 14: Full Lecture Jartel

14

Sistem Pensinyalan ini dikembangkan oleh ITU untuk memenuhi kebutuhan pensinyalan pada digital network yang menggunakan 64 kbps channel. (Analog PSTN menggunakan 4 kHz voice channel)

Common Channel Signaling System No. 7

Digunakan pada ISDN (Integrated Services Digital Network) dan juga dapat digunakan pada digital PSTN yang tidak menerapkan ISDN.

Signaling System 7 (SS7) is an architecture for performing out-of-band signaling in support of the call-establishment, billing, routing, and information-exchange functions of the public switched telephone network (PSTN). Sistem ini memperkenalkan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh sebuah signaling-system network and suatu protocol yang memungkinkan itu terjadi.

Apa yang dimaksud dengan Pensinyalan?Signaling adalah pertukaran informasi antara call componets yang dibutuhkan untuk menyediakan dan memelihara layanan.

Sebagai pelanggan pada PSTN, kita mempertukarkan signalling dengan network elements sepanjang waktu.

Contoh signalling antara pengguna telephone dan telephone network antara lain: • dialing digits, • menyediakan dial tone,• menghubungi voice mailbox, • mengirimkan call-waiting tone, etc.

SS7 adalah sistem yang mengatur elemen-elemen dari telephone network mempertukarkan informasi. Informasi ini disalurkandalam bentuk messages.

SS7 messages dapat membawa informasi seperti:

• I'm forwarding to you a call placed from 212-555-1234 to 718-555-5678. Look for it on trunk 067.

• Someone just dialed 800-555-1212. Where do I route the call?

• The called subscriber for the call on trunk 11 is busy. Releasethe call and play a busy tone.

• The route to XXX is congested. Please don't send any messagesto XXX unless they are of priority 2 or higher.

• I'm taking trunk 143 out of service for maintenance.

Karakteristik dari SS7 ditentukan oleh high-speed packet data dan out-of-band signaling.

Apa yang dimaksud dgn Out-of-Band Signaling?Out-of-band signaling adalah signaling yang tidak menggunakan jalur yang sama dengan yang digunakan untuk percakapanOut-of-band signaling menyediakan kanal digital yang terpisah untuk mempertukarkan signaling information.

Kanal ini disebut signaling link. Signaling links digunakan untuk membawa seluruh signaling messages yang dibutuhkan diantara node-node.

Sehingga ketika suatu sambungan pembicaraan akan dilakukan, informasi berupa digit yang didial, trunk yang akan digunakan dll dikirim antar switches dgn menggunakan signaling links.

Page 15: Full Lecture Jartel

15

Mengapa digunakan Out-of-Band Signaling?

• Dapat mengirimkan lebih banyak data pada kecepatan yang lebih tinggi (56 kbps can carry data much faster than MFoutpulsing).

• Signalling dapat dilakukan sepanjang waktu selamapembicaraan sedang berlangsung, tidak hanya pada saat diawal.

• Dapat melakukan pensinyalan pada network elementswalaupun tak ada direct trunk connection.

Out-of-band signaling memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya lebih diinginkan dibandingkan traditional in-band signaling, antara lain :

Bentuk arsitektur pensinyalannya akan sebagai berikut, dimana dialokasikan sebuah jalur antara switches yang berinterkoneksi sebagai signalling link.

This type of signaling is known as associated signaling, and is shown below in Figure 1.

Clearly, associated signaling menjadi sangat complicated ketika diterapkan untuk mempertukarkan signaling antara node yang tidak memiliki direct connection. Atas kebutuhan ini, the North American SS7 architecture dimunculkan

The North American Signaling ArchitectureThe North American signaling architecture menghasilkan sebuah jaringan yang signalingnya terpisah dan berbeda dengan yang sebelumnya.Network dibentuk oleh 3 komponen penting, yang diinterkoneksi oleh signaling link:

• signal switching points (SSPs)SSPs adalah telephone switches (end offices or tandems) yang dilengkapi dengan SS7-capable software dan terminating signaling links. They generally originate, terminate, or switch calls.

• signal transfer points (STPs)STPs adalah packet switches dari SS7 network. Menerima danmeroutekan incoming signaling messages ke tujuan yang dimaksud. Juga melaksanakan fungsi routing yg khusus.

• signal control points (SCPs)SCPs adalah databases yang menyediakan information yang ter kait dengan kemampuan call-processing yang lebih lanjut.Figure 2 shows the symbols that are used to depict these three key elements of any SS7 network

Page 16: Full Lecture Jartel

16

Basic Signaling ArchitectureFig. 4 memperlihatkan contoh penerapan elemen dasar SS7 network pada pembentukan 2 networks yang terinterkoneksi

Beberapa point yang dapat diperhatikan:• STPs W dan X melakukan functions yg identik dan merupakan

suatu mated pair of STPs (STP yang berpasangan). Sama halnya dengan STPs Y dan Z juga adalah mated pair.

• Tiap SSP memiliki 2 links (1 sets), 1 link utk 1 STP mated pair. Seluruh pensinyalan SS7 akan dikirimkan melalui link ini.Apapun link yang akan digunakan dari 2 link yang tersedia,akan dilayani secara sama.

• The STPs of a mated pair akan dihubungkan oleh sebuah link (1 set of links).Two mated pairs of STPs akan diinterkoneksi kan dengan 4 buah links (4 sets of links) dan disebut juga quad.

Page 17: Full Lecture Jartel

17

• SCPs biasanya diletakan secara berpasangan dlm suatu network.dan keduanya berfungsi identik, merupakan mated pairs of SCPs. Catatan: mereka tidak saling terhubung oleh sepasang links

• Arsitektur Signaling seperti diatas, yang menyediakan jalur signalling yang indirect antara network elements, disebut juga menyediakan quasi-associated signaling.

Tipe-tipe SS7 Link Karakteristik SS7 signaling links tergantung dari penggunaannyapada signaling network. Virtually, Seluruh links adalah identik, yaitu mensupport dalam layer yang sama pada protocol; yang berbeda adalah kegunaannya dalam signaling network.

A LinksA links menghubungkan suatu STP dengan suatu SSP atauSCP, yang secara collective disebut sebagai signaling end points ("A" berarti access). A links digunakan hanya untuk mendeliver signaling ke atau dari signaling end points (dan bisa juga disebut signaling beginning points). Examples of A links are 2-8, 3-7, and 5-12 in Figure 5.

Page 18: Full Lecture Jartel

18

C LinksC links adalah links yang menghubungkan mated STPs. Digunakan untuk meningkatkan reliabilitas dari signaling network ketika satu atau several links sedangunavailable. "C" berarti cross (7-8, 9-10, and 11-12 are C links). B links, D links, and B/D links menghubungkan 2 mated pairs of STPs , bisa juga disebut sebagai B linksatau D links atau B/D links saja. Functionnya membawa signaling messages lebih lanjut ke signaling network menuju destinasinya. "B" berarti bridge dan describes the quad of links interconnecting peer pairs of STPs. The "D" berarti diagonal and describes the quad of links interconnecting mated pairs of STPs at different hierarchical levels

E LinksLinks E (extended) adalah links yang menyediakan backup dari connectivity ke SS7 network ketika home STPs (originating) tak dapat dihubungi via A links. E links juga dapat tidak diterapkan pada network, tergantung sisi ekonomis dan teknis. (perbandingan antara cost of deployment dengan improvement in reliability. (1-11 and 1-12 are E links.)

F LinksF (fully associated) links adalah links yang menghubungkan 2 signaling end points secara langsung. F links hanya melewatkan associated signaling, karena mem-bypass fitur security provided by an STP, F links pada umumnya tidak diterapkan diantara networks. Penggunaan links ini tergantung dari kebijakan network provider. (1-2 is an F link.)

Contoh Basic Call Setup Gambar berikut ini menunjukkan beberapa call yang basic dan penggunaan dari SS-7 Signalling

Page 19: Full Lecture Jartel

19

Pelanggan pada Switch A menghubungi (call) pelanggan pada switch B.

1. Switch A menganalisa digit yang didial dan menentukan bahwa call tersebut ditujukan ke switch B.

2. Switch A memilih idle trunk yang tersedia pada jalur ke switch B dan merumuskan suatu IAM (initial address message), suatu basic message yang digunakan untuk memulai suatu call. IAM ditujukan ke switch B, yang berisikan informasi ttg switch asal (switch A), switch tujuan (switch B), trunk yang dipilih, nomor penelpon dan nomor yang dihubungi.

3. Switch A menggunakan salah satu A links (e.g., AW) dan mentransmisikanmessage melalui link tersebut untuk routing ke switch B.

4. STP W menerima message tsb, memeriksa label routing nya , danmenentukan bahwa message diroutekan ke switch B lalu mentranmisikannya pada link BW.

5. Switch B menerima message. Pada saat menganalisa message, ia memeriksa bahwa nomor yang dihubungi berada pada layanannya dan the called number is idle.

6. Switch B menghasilkan address complete message (ACM), yg mengindikasikanbahwa IAM telah sampai. Message (ACM) menetapkan switch penerima (A), switch pengirim (B), dan trunk yang dipilih.

7. Switch B memilih salah satu A links (e.g., BX) and mentransmisikan ACM vialink tsb untuk dirouting ke switch A. Pada saat bersamaan, ia melengkapi call path dalam arah backwards (ke switch A), mengirim ringing tone via trunk tsb keswitch A, dan mengirim nada ring ke line pelanggan yang dihubungi.

8. STP X menerima message, memeriksa label routingnya , dan menentukan bahwa message diroutekan ke switch A. Transmisi dilakukan pada link AX.

9. Pada saat menerima ACM, switch A menghubungkan saluran (line) pemanggil (calling subscriber) ke trunk yang dipilih, dalam arah backwards (sehingga ia dapat mendengar ringing yang dikirim oleh switch B).

10. Ketika yang dihubungi (called subscriber) mengangkat telponnya, switch B merumuskan answer message (ANM), yang meng-identify switch penerima yang dimaksud (A), the sending switch (B), dan the selected trunk.

Page 20: Full Lecture Jartel

20

11. Switch B menggunakan A link yang sama (yg digunakan untuk mengirim ACM, link BX) untuk mengirimkan ANM. Pada saat itu, the trunk juga dihubungkan ke saluran (line) pelanggan yang dihubungi (called subscriber) dalam 2 arah berbeda, agar percakapan dapat terjadi.

12. STP X mengenali bahwa ANM ditujukan untuk switch A dan diforwardkan melalui link AX.

13. Switch A memastikan pelanggan pemanggil (calling subscriber) terhubung dengan outgoing trunk (in both directions) dan percakapan pun terjadi.

14. Jika pemanggil (the calling subscriber) menutup telpon lebih dulu, switch A akan menghasilkan release message (REL) untuk ditujukan ke switch B, yang meng-identify trunk yang digunakan utk call. Ini dikirimkan via link AW.

15. STP W menerima REL, menetapkan bahwa message ditujukan ke switch B, dan diforwardkan via link WB.

16. Switch B menerima REL, men-disconnect trunk pada saluran pelanggan, mengembalikan status trunk menjadi idle (tidak digunakan), menghasilkan s a release complete message (RLC) yang ditujukan kembali ke switch A, dan mentransmisi pada link BX. RLC meng-identify trunk yang sudah dipakai utk call.

17. STP X menerima RLC, menentukan bahwa message ditujukan ke switch A, dan diforwardkan via link AX.

18. Pada saat menerima RLC, switch A membebaskan trunk (idle).

Layers of the SS7 ProtocolKompatibilitas denganOSI ( Open system Interconnections) layers

Physical LayerLayer menentukan karakteristik physical dan electrical dari signaling links dalam SS7 network. Signaling links menggunakan DS--0 channels dan menyalurkan signaling data pada rate of 56 kbps or 64 kbps (56 kbps is the more common implementation).

Message Transfer Part---Level 2level 2 merupakan bagian dari message transfer part (MTP Level 2) yang menyediakan link-layer functionality. Level menjaminsignaling link dari kedua pihak dapat mempertukarkan signaling messages. Juga terkait dengan kemampuan error checking, flow control, dan sequence checking.

Page 21: Full Lecture Jartel

21

Message Transfer Part---Level 3level 3 juga bagian message transfer part (MTP Level 3) meningkatkan functionality yang disediakan MTP level 2, untuk menyediakan network layer functionality. Ini menjamin messages dapat didelivery antar signaling points melewati SS7 network tanpa melihat apakah terhubung secara langsung or not. Termasuk kemampuan node addressing, routing, alternate routing, and congestion control. Secara keseluruhan, MTP levels 2 and 3 disebut sebagai message transfer part (MTP).

Signaling Connection Control PartSCCP menyediakan 2 fungsi utama yang tidak disediakan oleh MTP. Pertama adalah kemampuan mengalamatkan applications dlm suatu signaling point. MTP hanya dapat menerima dan men-deliver messages dari suatu simpul (a node) sebagai bentuk menyeluruh ; Tidak terkait dengan software applications dalam node. Kedua adalah kemampuan melakukan incremental routing dengan menggunakan global title transition.

ISDN User Part (ISUP)ISUP user part menentukan messages dan protocol yang digunakan dalam pembentukan dan pembubaran voice serta data call pada PSTN (Public Switched Telephone Network), dan me-manage trunk networknya . ISUPdapat juga digunakan untuk non-ISDN calls.

Transaction Capabilities Application Part (TCAP)TCAP menentukan messages dan protocol yang digunakan untuk berkomunikasi antar applications dalam nodes. Ini digunakan sebagaidatabase services. Sebagai transportasinya digunakan SCCP .

Operations, Maintenance, and Administration Part (OMAP)OMAP menentukan messages dan protocol yand dirancang untuk membantu administrators SS7 network. Antara lain, procedures for validating network routing tables dan untuk diagnosing link troubles. OMAP juga memiliki messages yang digunakan MTP and SCCP untuk routing.

Signaling information disalurkan melalui signaling link dalam bentuk messages, yang disebut sebagai signal units (SUs).

Three types of SUs dalam SS7 protocol.• message signal units (MSUs)• link status signal units (LSSUs)• fill-in signal units (FISUs)

SUs ditransmisikan secara kontinyu dlm 2 arah pada tiap link yang sedang service. Signaling point yang tak memiliki MSUs atau LSSUs untuk dikirim, akan mengirimkan FISUs pada linknya. FISUs melakukan fungsinya yaitu menempati signaling link sampai akhirnya digunakan untuk mengirim purposeful signaling. Juga memfasilitasi link transmission monitoring dan the acknowledgment dari Sus lainnya.

• Seluruh transmisi dalam signaling link dinyatakan dalam bentuk 8-bit bytes, yang disebut sebagai octets. SUs pada sebuah link dibatasi oleh satu 8-bitpattern disebut sebagai flag "01111110".

Struktur Signal Unit Tiap SUs memiliki format tersendiri seperti terlihat pada gambar dibawah ini Figure 8.

Page 22: Full Lecture Jartel

22

Ketiga tipe SU memiliki satu set of common fields yang digunakan pada MTP level 2.

Antara lain:Flag

Flags membatasi SUs. A flag menandai akhir dari suatu SU dan awal bagi yang berikutnya.

ChecksumChecksum adalah sebuah 8-bit sum digunakan utk memverify bahwa SU yang melewati link tidak memiliki error. The checksum dikalkulasikan dari message yg dikirim oleh transmitting signaling point dan di insert ke dalam message. Pada saat diterima, akan direkalkulasi oleh receiving signaling point. Jika hasilnya berbeda dengan checksum yang diterima, maka received SU telah corrupted. Retransmisi dilakukan.

Length IndicatorThe length indicator mengindikasikan jumlah octets antara dirinya danchecksum. Berfungsi untuk men-check integritas dari SU dan sebagai pembeda bagi types-tipe SUs at level 2.

FISUs have a length indicator of 0;

LSSUs have a length indicator of 1 or 2 (currently all LSSUs have a length indicator of 1)

MSUs have a length-indicator greater than 2.

BSN/BIB FSN/FIBFields ini digunakan untuk konfirmasi penerimaan SUs dan memastikan bahwa SUs diterima dalam keadaan berurutan sebagaimana saat dikirim. Juga menyediakan flow control. MSUs and LSSUs, ketika ditransmisikan,diberikan suatu sequence number yg ditempatkan pada forward sequence number field dari outgoing SU. SU ini disimpan oleh transmitting signaling point sampati di-acknowledge oleh receiving signaling point.

Fungsi dari Signaling UnitsFISUs tidak memiliki information. Tujuannya hanya utk menempati link ketika LSSU atau MSU sedang tidak dikirim. Karena melakukan errorchecking, FISUs memonitor link quality secara terus menerus. FISUs juga dapat digunakan sebagai acknowledge pada penerimaan messages, dengan menggunakan backwards sequence number and backwards indicator bit.

Page 23: Full Lecture Jartel

23

LSSUs digunakan untuk memberikan informasi tentang signaling link diantara kedua belah pihak (node dengan node lainnya) . Information ini terkandung dalam status field dari SU (see Figure 8). LSSUs digunakan terutama untuk memberitahu tentang initiation of link alignment, the quality of received signaling traffic, and the status of the processors at either end of the link. Karena hanya dikirimkan untuk antar signaling points dari kedua belah pihak, LSSUs tidak membutuhkan addressing information.

MSUs adalah “kuda beban” pada SS7 network. Semua signaling yang berkaitan dengan call setup dan tear down, database query dan response, and SS7 network management menggunakan MSUs. MSUs merupakan “basic envelope” , tempat bagi semua informasi signaling diletakkan. Setiap MSUs memiliki fields tertentu yang sama. Fields lainnya akan berbeda tergantung dari tipe message. Type MSU diindikasikan dalamservice-information octet shown in Figure 8; the addressing and informational content of the MSU terkandung dalam signaling information field.

Parameter Transmisi dalam JaringanTipe-Tipe Saluran Transmisi

Guided transmissionCoaxial < 1 GHzTwisted-Pair (UTP STP) < 1.2 MHZEthernet UTP 100 MHzOptical fiber (glass, polymer) THz

Unguided transmissionradio and TV broadcast < 1 GHzMobile radio channel 1 GHz – 6 GHz(GSM, UMTS, DECT, WLAN, Bluetooth,….microwaves > 3 GHzterrestrial and satellite communication links

Metallic transmission lines

Coaxial cable

No field outside!!

Page 24: Full Lecture Jartel

24

Metallic transmission linesUnshielded twisted-pair

Fields generated by consecutive loops cancel one another

Radio Transmissiona) Medium Frequency: 300 kHz – 3 MHz

Worldwide in use for AM broadcast

b) High Frequency: 3 MHz – 30 MHz HF or short wave band. Long distance, mobile (air traffic) and fixed. Worldwide broadcast.

c) Very High Frequency: 30 MHz – 300 MHz FM and video broadcast. Air traffic and positioning systems.

d) Ultra High Frequency: 300 MHz – 3 GHzTV broadcast, cellular systems, satellites, DAB, ISM

e) Extra High Frequency: 3 GHz – 30 GHzFixed satellite connections, radar, ISM

Radio Transmission vs. Line Transmission

Line transmission: attenuation (dB) proportional to distance

Radio transmission:doubling of distance → absorption + 6 dB

Ideal Transmission Line• No losses

– conductors have zero resistance– dielectric has zero conductance– possible only with superconductors– approximated by a short line

• No capacitance or inductance– possible with a real line only at dc– with low frequencies and short lines this can be

approximated

Transmission Lines Losses• Conductor Losses

•Increases with frequency due to skin effect

• Dielectric Heating Losses•Also increases with frequency

• Radiation Losses• Not significant with good quality coax properly installed• Can be a problem with open-wire cable

• Coupling Losses• Corona

Skin effecthttp://www.ocarc.ca/coax.htm

Page 25: Full Lecture Jartel

25

( ) 1010log outP dB

in

PAP

=

Pin Pout

V

I

RV I R= ⋅

P V I= ⋅

2VPR

=

2

( ) 10 10210 log 20log ,

out

out outP dB in out

in in

in

VR VA R RV VR

= = =

What is the advantage of using dB ????????????????

Power Measurements (dB, dBm) Types of Noise1- Manmade (artificial): These could be eliminated via better design

- Machinery- Switches- Certain types of lamps

2- Natural- Atmospheric noise: causing crackles on our radios- Cosmic noise (space noise):

Noise in Electrical Components• Thermal noise: Random free electron movement in a conductor (resistor) due to

thermal agitation• Shot noise: Due to random variation in current superimposed upon the DC value.

It is due to variation in arrival time of charge carriers in active devices.• Flicker noise: Observed at very low frequencies, and is thought to be due to

fluctuation in the conductivity of semiconductor devices.

Interference

Is due to:

• Crosstalk• Coupling by scattering of signal in the atmosphere• Cross-polarisation: two system that transmit on the same frequency

• Interference due to insufficient guard bands or filtering

System Signal-to-Noise Ratio (SNR)

BPF(fc)

BPF(fc)

++ Demodulator(Gd)

Demodulator(Gd)

Output signal

Incomingsignal

White noise w(f)SNRi

SNRo

Si Ni

So & No

- Band limited noise power Ni = Pn = σ2

The SNR at the demodulator output is: di GSNRSNR +=0

Where - SNRi is the input signal (modulated carrier) to noise ratio - Gd is the demodulator gain.- Si = Total power in the received modulated signal- So = Power in the recovered message signal m(t)

Page 26: Full Lecture Jartel

26

Sinkronisasi merupakan masalah yang timbul hanya pada jaringan digital. Akan tetapi dengan adanya jaringan digital yang dijadikan satu atau yang menjadi satu (integrated) dengan jaringan analog, maka sinkronisasi merupakan salah satu parameter transmisi dalam jaringan telekomunikasi.

Sinkronisasi

Transmisi dan Switching bit-bit informasi dalam network disalurkan pada frekuensi tertentu, “bit rate”, yang dihasilkan oleh clock pada sentral. Jika setiap clock dioperasikan secara independen, maka frekuensi output masing-masing akan berbeda karena adanya perbedaan setting clock, yang nantinya akan menimbulkan “slip”.

Efek dari Slip :Berbeda-beda untuk tiap bentuk data, seperti ;1. Pada sinyal suara yang dikodekan dalam bentuk PCM, akan

menghasilkan “noise pulse” pada bentuk sinyal analognya (setelah di”decode”kan)

2. Pada Common Channel Signalling, terjadinya slip hanya akan menimbulkan “delay” pada sinyal , namun umumnya tidak mempunyai pengaruh yang significant terhadap fungsi signalling dalam network.

3. Pada Transmisi Data (kanal 64 kbit/s), data-blocks akan dianggap faulty, sehingga perlu retransmission yang berakibat adanya delay.

4. Pada Facsimile, slip akan mempengaruhi letak garis (line) dari gambar (tulisan) hasil scan disisi receiver .

Clock.Adalah sebuah sumber frekuensi yang dipasangkan dengan sebuah divider atau counter, menghasilkan suatu time base untuk mengontrol timing dari jaringan switching yang menggunakan sentral digital.

Parameter Clock1. Accuracy adalah parameter yang menunjukkan tingkat

korespondensi antara frekuensi suatu clock dengan frekuensi standar primer.

2. Stability adalah parameter yang menunjukkan suatu tingkat keadaan clock dalam (akan) menghasilkan frekuensi yang sama setelah perioda waktu tertentu yang kontinuitas.

Jenis - Jenis Clock.Atomic Clocks, ada 2 tipe :1. Cesium Clock, memiliki stabilitas short-term yang terbatas

(untuk perioda waktu ratusan detik), namun memiliki stabilitas long-term yang sangat tinggi

2. Rubidium Vapor Cell, lebih disukai ditinjau dari segi cost dan size, memiliki stabilitas long-term satu tingkat dibawah cesium clock.

Quartz Crystal, merupakan sumber utama frekuensi untuk banyak aplikasi. Bentuknya paling simple, sangat andal dan sangat ekonomis. Memiliki stabilitas long-term beberapa tingkat dibawah atomic clock.

Page 27: Full Lecture Jartel

27

Penyebab Slip :1. Imperfect Clock, Akurasi dan Stabilitas yang terbatas akan

meningkatkan perbedaan phase yang terjadi, yang nantinya akan menimbulkan slip.

2. Transmission delay Variations, perbedaan phase muncul karena jarak dan perubahan temperatur, terutama pada sistem komunikasi satelit.

3. Jitter, merupakan fluktuasi yang tidak diinginkan pada arrival times dari bit pada exchange terminal. Ditimbulkan oleh peralatan pada link transmisi.

Metoda Sinkronisasi Jaringan.

Ada beberapa macam cara sinkronisasi jaringan. Pada hakekatnya dibagi dalam dua bagian besar yaitu :

• Operasi Plesiochronous• Operasi Synchronous.

Selanjutnya Operasi Synchronous tersebut diatas dapat dibedakan lagi menjadi :

• Sinkronisasi Despotik, terdiri dari :

• Sinkronisasi Timbal-Balik (Mutual), terdiri dari :

Masing-masing cara sinkronisasi tersebut mempunyaikeuntungan dan kerugian masing-masing.

• Sinkronisasi Single Ended Control

• Sinkronisasi Double Ended Control

• Sinkronisasi induk-anak (Master-Slave)

• Sinkronisasi induk-anak hirarkis

• External Reference

Penggunaan dari macam-macam cara tersebut dengan sendirinya akan tergantung kepada berbagai hal yaitu :

• Luas atau ukuran jaringan• Topologi atau bentuk jaringan• Jarak antar sentral

• Macam media transmisi

• Harga peralatan sinkronisasi

• Kompleksitas sistem

• Keandalannya

• Pemeliharaannya.

Page 28: Full Lecture Jartel

28

Cara Sinkronisasi Plesiokron.

Keuntungan : • Tidak ada masalah dengan stabilitas jaringan• Mudah Implementasinya.

Kerugian : Harga tinggi untuk very stable clocks

Aplikasi yang sesuai :Hubungan antar sentral-sentral International

Kompleksitas sistem secara keseluruhan sangat rendah.

Masing-masing sentral mempunyai clock yang bebas satu sama lain, akan tetapi mempunyai frekuensi nominal yang sama. Bila ada perubahan pada frekuensi clock, perubahan tersebut masih terdapat dalam batas-batas tertentu. Clock tersebut biasanya adalah Clock Cesium (Cs)

Dengan mempergunakan clock reference pada pusat reference, dapat dilakukan pemeriksaan dan penyesuaian clock secara rutin.

Cara Sinkronisasi Induk-Anak

Keuntungan : • Tidak ada masalah dengan stabilitas jaringan• Mudah diimplementasikan

Kerugian : • Masalah keandalannya yang kurang• Masalah kebutuhan stabilitas dari clock yang tinggi

Aplikasi yang sesuai :• Jika sentral yang dihubungkan jumlahnya sedikit• Bentuk dari jaringan adalah berbentuk star network• Jarak antara masing-masing sentral tidak jauh.

Kompleksitas sistem secara keseluruhan rendah.

Dengan cara sinkronisasi ini, clock anak akan dikendalikan oleh clock induk. Clock induk mempunyai hirarki yang lebih tinggi dari pada clock anak.

Page 29: Full Lecture Jartel

29

Cara Sinkronisasi Induk-Anak Hirarkis

Keuntungan : • Keandalan sistem yang tinggi

Kerugian : • Sistem yang cukup kompleks• Memerlukan kemampuan sinyal ekstra

Aplikasi yang sesuai :• Jika sentral yang dihubungkan jumlahnya cukup banyak• Bentuk jaringan adalah berbentuk star network atau mata jala• Jarak antara masing-masing sentral tidak begitu jauh.

Kompleksitas sistem secara keseluruhan sedang.

Dalam sinkronisasi ini, terdapat lebih dari satu induk. Back up Induk akan menggantikan Induk yang lainnya ketika dalam masa perbaikan.

Cara Sinkronisasi External Reference

Keuntungan : • Paling mudah di implementasikan.

Kerugian : • Keandalan sistem merupakan masalah besar.

Aplikasi yang sesuai :• Jarak antara masing-masing sentral berjauhan.

Kompleksitas sistem secara keseluruhan rendah.

Dalam sinkronisasi ini, induk berasal dari external.

Page 30: Full Lecture Jartel

30

Cara Sinkronisasi Single Ended Control

Keuntungan : • Keandalan sistem yang tinggi• Harga clocknya lebih murah

Kerugian : • Mempunyai masalah stabilitas jaringan.• Tergantung pada variasi delay.

Aplikasi yang sesuai :• Jika sentral yang dihubungkan jumlahnya banyak• Bentuk jaringan adalah berbentuk mata jala• Jarak antara masing-masing sentral agak jauh.

Kompleksitas sistem secara keseluruhan tinggi

Untuk menghasilkan frekuensi clock yang sama diseluruh jaringan dilakukan dengan cara interaksi timbal balik dgn clock lainnya

Cara Sinkronisasi Double Ended Control

Keuntungan : • Keandalan sistem yang tinggi• Harga clocknya lebih murah• Tidak tergantung dari variasi delay.

Kerugian : • Mempunyai masalah stabilitas jaringan.• Memerlukan kemampuan pensinyalan ekstra

Aplikasi yang sesuai :• Jika sentral yang dihubungkan jumlahnya banyak• Bentuk jaringan adalah berbentuk mata jala• Jarak antara masing-masing sentral jauh.

Kompleksitas sistem secara keseluruhan sangat tinggi

Cara sinkronisasi ini hampir sama dengan tipe Single Ended Control.

Page 31: Full Lecture Jartel

31

Teknologi telekomunikasi berhubungan dengan sistem yang kompleks, yang sudah ada maupun yang sedang direncanakan. Karena ukurannya yang besar dari sistem ini maka jarang sekali para ahli itu mengetes suatu sistem yang lengkap sebelum dipasang.

Pertumbuhan dari jaringan telekomunikasi dipengaruhi oleh perilaku (behaviour) dari pelanggannya. Ini tergantung dari :• Faktor ekonomi• Daya beli masyarakat• GNP• Perkembangan Daerah• Perkembangan kota ataupun regional.

Perencanaan JaringanPerkiraan dari arah pertumbuhan yang akan datang sangatlah penting untuk perencanaan jangka panjang. Selain itu diperlukan juga data-data dari perkembangan tahun-tahun sebelumnya, ini untuk memperkirakan gambaran pertumbuhan mendatang.

Oleh karena itu permasalahan utama yang timbul dalam perencanaan jaringan telekomunikasi adalah memperkirakan jumlah calon pelanggan nantinya. Cara untuk memperkirakan jumlah pelanggan ada beberapa metoda yaitu :• Trend Method

Metoda ini menetapkan bahwa kenaikan jumlah pelanggandalam setiap tahun adalah sama besarnya.

• Metoda PerbandinganMetoda ini menetapkan bahwa kenaikkan jumlah pelanggandapat dibandingkan dengan kenaikkan jumlah pelanggan dikota lain atau negara lain yang keadaanya sama atau mirip padawaktu yang lampau.

• Metoda MatematisMetoda ini memakai rumus matematika yang diturunkan olehC. Lancond dan M. Docummen, yaitu sebagai berikut :d = A/N . PP = ½ ( 1 + tanh (wt-k))dimana : A = jumlah sambungan pelanggan saat sekarang.

N = jumlah pendudukw = faktor kenaikan GNPt = waktu yang diperkirakank = konstanta yang ditentukan berdasarkan

perkembangan pelanggan sebelumnya.

• Metoda EkonomisMetoda ini hampir sama dengan metoda matematis yaitudengan memakai rumus. Akan tetapi ditekankan disini adalahpendekatannya diambil dari faktor ekonomi sebagai berikut :

Y = f (x, z) + P

Y = ukuran jumlah pelanggan yang akan datangx, z = variable, yakni faktor ekonomi, sosial yang berpengaruh

seperti :- GNP- Persentase populasi dalam industri/perdagangan- Distribusi dari Income- Struktur ekonomi setempat

P = variable yang tidak terpengaruh oleh variable x, z.

Page 32: Full Lecture Jartel

32

Perencanaan Jaringan LokalPada perencanaan jaringan lokal tidaklah cukup jika diketahui pola pertumbuhan pelanggan atau perkiraan jumlah pelanggan yang akan datang saja. Karena ini hanya akan menentukan jumlah peralatan yang harus disediakan saja, sedangkan perencanaan jaringannya belum dapat dilakukan. Oleh karena itu masih diperlukan faktor lain yaitu perkiraan dari letak atau lokasi dari pelanggan yang akan datang.

Istilah-Istilah dalam Perencanaan.Block Forecast :• Lokasi pelanggan sekarang• Lokasi pelanggan yang menunggu• Lokasi pelanggan yang akan datangFirst Number Subscribers:Jumlah pelanggan sekarang + jumlah pelanggan yang menunggu + jumlah pelanggan tahun pertama

Saturation Number :Jumlah pelanggan sekarang ditambah jumlah pelanggan yangakan datan yaitu jumlah maksimum

Subscriber Density :Jumlah pelanggan per unit luas atau per unit panjang kabel

Initial Requirement :Keperluan kabel primer/sekunder/duct dan alat-alat lain untuk memenuhi first number of subscribers.

Fill Up NumberJumlah pelanggan yang mempergunakan/mengisi kabel yang tersedia.

Demand DensityJumlah kebutuhan satuan sambungan per unit luas.

Penentuan Letak Sentral Switching.Letak sentral switching harus direncanakan sedemikian rupa sehingga biayanya semurah mungkin. Ini berarti bahwa jika menggunakan kabel, maka panjang kabel adalah sependek mungkin.Ada beberapa cara untuk menentukan letak sentral switching. Namun pertama-tama diadakan adalah demand survey, yang bertujuan untuk mengetahui jumlah pelanggan dan lokasinya. Setelah itu baru diadakan penentuan letak sentralnya.

Cara menentukan letak sentral switching•Penentuan titik berat JaringanDengan demand survey dapat diketahui kepadatan pelanggan, dengan demikian dapat ditentukan titik berat jaringan, yang akanmenjadi letak sentral. Penentuan titik berat dilakukan dengan mempergunakan peta kepadatan pelanggan. 76746234

212281717762--2--7411-2423635--212582014456381813554209-243-113--21-

8-15-2

Page 33: Full Lecture Jartel

33

Daerah dimana akan direncanakan jaringan dibagi atas daerah-daerah kecil (kotak-kotak). Dalam daerah tersebut ditulis jumlah pelanggan yang diperkirakan akan terdapat dalam jangka waktu yang telah ditentukan, kemudian dijumlahkan menurut baris dan kolom.Titik berat dari jaringan adalah perpotongan dari jumlah akumulasi baris dibagi 2 dengan jumlah akumulasi kolom dibagi 2. Titik berat tersebut adalah letak dari sentral switching, dimana merupakan lokasi yang menggunakan kabel sependek mungkin.

Perencanaan Jaringan InterlokalPada dasarnya perencanaan untuk jaringan interlokal hampir sama dengan perencanaan untuk jaringan lokal, yaitu hanya terdiri dari dua masalah besar yaitu :• Masalah teknis• Masalah ekonomis

Yang termasuk dalam masalah teknis, misalnya adalah :• Dapat atau tidaknya dilaksanakan perencanaan itu• Mudah atau sukarnya pelaksanaan pemeliharaan dari peralatan

yang dipasang• Mungkin atau tidaknya peralatan yang dipasang untuk

pengembangan lebih lanjut, jika diperlukan.

Sedangkan yang menjadi masalah ekonomis hanyalah bagaimana agar biaya semurah mungkin.

Regulasi.Regulasi Telekomunikasi adalah suatu batang tubuh peraturan, hukum, norma-norma dan prosedur yang mengatur perilaku ekonomi dari perusahaan yang bergerak dibidang industri telekomunikasi.

Interkoneksi

Pembentukan kembali regulasi berorientasi pasar dalam sektor Telekomunikasi telah lazim dalam dunia industri selama lebih dari 2 dekade. Saat ini, telah menjadi fenomena yang berkembang diseluruh dunia sebagai gerakan global menuju liberalisasi pasartelekomunikasi.

Interkoneksi merupakan isu regulasi yang paling bergema untuk keberhasilan pengembangan suatu lingkungan kompetitif dalam sektor telekomunikasi.

Definisi Interkoneksi.Pengaturan secara teknis dan ekonomis/komersial dimana service providers dapat mengconnect-kan peralatan, network danservices mereka untuk membuat customers mereka mendapatkan access ke customers, services dan networks dari service providers lainnya. ITU, "Interconnection: Regulatory Issues" Fourth Regulatory Colloquium, Geneva 19-21 April 1995.Interkoneksi merupakan hubungan secara physical dan logicaldari public communications networks yang bisa digunakan oleh user dari company yang sama/berbeda untuk berkomunikasi dgn user dari company yang sama/berbeda atau mengakses layanan yang disediakan oleh company lainnya.

Berarti any subscriber in any network having access to any other subscriber in a different network.

Interkoneksi adalah tipe akses yang spesifik yang diterapkan diantara public network operators

Page 34: Full Lecture Jartel

34

Pengaturan Interkoneksi.Pengaturan Interkoneksi adalah perjanjian yang mengikat secara hukum antara provider yang berinterkoneksi. Merupakan suatu contract yang menyatakan hal-hal pokok tentang obligasi danresponsibilities dari tiap pihak berkaitan dg layanan interkoneksi.

Dokumen kontrak biasanya tebal sekali, dengan section danannex yang berbeda, yang berkaitan dengan aspek commercial, technical, operational dan penyelesaian perselisihan dalam hal interkoneksi.

Walaupun ada variasi dalam tiap interconnection agreement, terdapat elemen-elemen yang selalu dimasukkan ke dalaminterconnection agreements pada umumnya.

These elements have been summarized in table 3-1 of the Telecommunications Regulation Handbook

1. Interpretive and general provisions.

2. The scope of interconnection.

3. Points of interconnection and interconnection facilities.

4. Network and facility changes.

5. Traffic measurement and routing.

6. Infrastructure sharing and collocation.

7. Billing.

8. Quality of service, performance and trouble reports.

9. Interchange and treatment information.

10. Equal access and customer transfer.

11. Ancillary services (layanan tambahan)

12. Termination.

13. Other provisions.

INTERCONNECTION: AN HISTORICAL PERSPECTIVE Interkoneksi pada Era Monopoli.Interkoneksi sama tuanya dengan telecommunication itu sendiri. Sebelumnya, hanya relevant telekomunikasi utk international. PTTs memonopoly seluruh network mereka yang dimasukkan ke dalam cooperative agreements untuk joint provision of services.

The first generation of competitors: Interkoneksi tradisional antara the incumbent PSTN operator dannew inter-exchange operators: (mainly long distance competitiveoperators)Kompetisi berawal pada tahun 1980an di United States setelah AT&T dipecah, dan kemudian di sejumlah besar negara di dunia, Interkoneksi menjadi suatu arrangement yang perlu bagi new entrants untuk menawarkan services mereka. New entrants membutuhkan access ke essential facilities dari the incumbent untuk menjangkau customers mereka.

The second generation of competitors:Kompetisi diantara networks. Dengan perkembangan teknologi telekomunikasi yang baru seperti mobile cellular, cable TV, satellite dan the Internet, new operators menggunakan networksyang berbeda muncul pada situasi membutuhkan interconnection dan interoperability. Interconnection antara competing networks menjadi the new form of interconnection. Bentuk Interkoneksi ini menghasilkan tantangan yang berbeda bagi regulators.

Convergence and interconnection of the future:Konvergensi telekomunikasi, computing dan aplikasi multi media membuka tantangan baru bagi regulators. Kehadiran konvergensi hanya memperbesar pentingnya interconnection. Perkembangan teknologi telah membawa kepada konvergensi diantara teknologi telekomunikasi yang berbeda seperti fixed-line dan mobile communications serta diantara communications dan broadcasting networks.

Page 35: Full Lecture Jartel

35

Konvergensi teknologi telah meningkatkan market convergence, dimana service providers dalam sectors yang berbeda berkompetisi untuk menyediakan suatu set converged services yang baru .

Interconnection: The Key to sustainable competitionTerdapat suatu hubungan dua arah antara Interkoneksi dan kompetisi :• Kompetisi yang sustainable membutuhkan Interconnection.• Interkoneksi yang fair dan equitable menimbulkan Kompetisi.

Isu interkoneksi semakin menguat ketika bentuk monopoli pada suatu pasar bukan lagi suatu aturan . Dengan dikenalkannya Kompetisi, menjadi jelas dibutuhkannya aturan yang mengikat secara umum dan aturan interkoneksi secara khusus untuk menjamin bahwa kompetisi berjalan effectively.

“Agar Kompetisi menjadi sukses dari segi peningkatan keuntungan (benefits) secara maksimal bagi consumer dan Inovasi pada pasar Telekomunikasi, provider yang bersaing untuk consumer harus menyediakan akses ke consumer mereka, kepada kompetitornya. Shared access ke customers terjadi melalui Interconnection, dan Akses ke seluruh customers diperlukan baik untuk keberhasilan pada keadaan awal dan continued competition. Jika the incumbent, dengan jumlah customers yang sangat banyak, tidak interconnect dengan new entrants, hampir tidak mungkin bagi the new entrants untuk berjalan secara ekonomis "

“Penetapan Interkoneksi yang baik juga menghasilkan pengembangan infrastructure yang, menyediakan incentives yang tepat bagi operators untuk membangun networks mereka dan menggunakan use parts dari other networks. Kebutuhan Interkoneksi yang tidak tepat, pada satu sisi, dapat menjadi suatu halangan untuk menuju keadaan yang kompetitif, mengurangi investasi pada new infrastructure dan menghilangkan keadaan innovative dan pilihan layanan yang attractive"

Kebijakan Interconnection adalah kunci bagi keberhasilan penerapan kompetisi dalam telecommunications markets.

Tanpa framework interconnection yang effective, the dominant players pada suatu market dapat menunda atau menentang adanya kompetisi.

Effective competition menghasilkan lower prices dan better services. Selanjutnya menghasilkan inovasi dan meningkatkan the performance of operators.

Dengan kata lain, effective competition menyediakan market incentives bagi telecommunication infrastructure development. Terdapat bukti yang tidak terbantahkan tentang keuntungan kompetisi bagi perkembangan network. Contoh pada negara Maroko

Page 36: Full Lecture Jartel

36

Interconnection: The key to interoperability of networks. Interconnection memungkinkan interoperability of networks and applications.

What is interoperability?“Adalah suatu kemampuan dari dua atau lebih sistem untuk berinteraksi “bersamaan” antara satu dengan lainnya berkenaan dengan suatu metoda yang ditetapkan untuk mendapatkan suatu hasil yang dapat diprediksi;

Kemampuan dari sistem yang beragam yang dibuat oleh different vendors untuk ber”komunikasi” satu dengan yang lainnya sehingga tidak membuat major adjustments dengan adanya perbedaan products atau services;

“Kompatibilitas diantara systems pada specified levels of interaction, termasuk physical compatibility" (reference: Kerrey B. (1995) Communication Interoperability Act of 1995 U. S. Senate, S. 710).

Interconnection memungkinkan bagi multiple networks untuk bekerja sebagai satu sistem. Hal ini membuat users mendapatkan end-to-end services. Juga menikmati seamless telecommunications services tanpa melihat pada network mana mereka dikoneksikan.

Walaupun perhatian awal dari kebijakan interkoneksi adalah untukmenjamin fair competition antara incumbent operators dan new entrants, Tujuan utama dari Interkoneksi adalah memuaskan kebutuhan end-users.

The ultimate beneficiaries of a fair interconnection policy are customers

Interconnection adalah suatu hal yang kompleks, mulai dari masalah teknis dan prosedur sampai dengan masalah komersial, khususnya price.

There is no single interconnection model. Pemegang regulasi menggunakan pendekatan yang berbeda untuk masing-masing negara, bergantung dari keadaan negara tersebut seperti :

• The degree of network development, • Market conditions, • The level of institutional development, and • The broad approach to telecommunications policy.

Meskipun demikian, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang diterima secara luas berkaitan dengan Interkoneksi. Awalnya diterbitkan oleh WTO Reference Paper berisikan guidelines for telecommunications regulation including interconnection principles.

Prinsip-Prinsip Interkoneksi:

PRINCIPLE 1: TRANSPARENCYPermintaan terhadap public accessibility dan penyebaraninformation terhadap interconnection telah meningkat dengan adanya competition. Sehingga kebutuhan transparent interconnect rules dan procedures telah menjadi international priority pada global liberalization of the telecommunication sector.

Why is transparency important? Immediate benefits: Transparency guarantees effective competition

Pada tahap awal kompetisi pada suatu negara, incumbents biasanya punya keinginan untuk menyimpan important information dari competitors. Transparency bertindak sebagai guarantee penyediaan potential new market entrants dengan sufficient information untuk mendorong mereka untuk “terjun” ke market.

Page 37: Full Lecture Jartel

37

Transparency lebih lanjut menghindarkan provider yang less market power dari tindakan sewenang-wenang yang tidak terdeteksi dari pihak yang dominant, jika interconnection arrangements diperlakukan purely confidential commercial arrangements. Jenis arrangement ini akan mengakibatkan kerugian bagi new entrants seperti; high charges, limited functionality of the types of interconnection offered, failure to provide key information about important elements and parts of the incumbent's network and other terms that hinder competition.

Tidak adanya transparency, information yang tidak lengkap dapat dimanipulasi dan Kompetisi menjadi tertunda as with Mexico's initial experience in introducing competition

Keuntungan Transparansi lainya adalah • Publikasi dari perjanjian interkoneksi membantu regulators

dan policy makers untuk membandingkan interconnection rates, terms and conditions.

• Transparency juga membantu dalam mengembangkanindustry standards and benchmarks sebagaimana halnya praktek yang baik pada sisi operational and administrative .

Article 9 of the European Commission Access Directive menyatakan adanya kewajiban all operators untuk memberikan informasi yang terkait dengan Interkoneksi, antara lain : • Accounting information; • Technical specifications; • Network characteristics; • Terms and conditions for supply and use and prices.

PRINCIPLE 2: NON-DISCRIMINATION

DefinitionMenurut article 8 of the European Commission Access Directive,merupakan suatu kewajiban bagi operators untuk menerapkan“equivalent conditions in equivalent circumstances to other undertakings providing equivalent service, and provide services and information to others under the same conditions and of the same quality as it provides for its own services, or those of its subsidiaries or partners".

Tujuan non-discrimination adalah mencegah incumbent operators dari perbuatan menetapkan beberapa interconnecting firms padasuatu competitive disadvantage.

Terdapat 2 bentuk discrimination yang cendrung dilakukan oleh major operator ketika menawarkan interconnection kepada new entrant: • Discrimination regarding interconnection in favour of its own activities in a secondary market, and• Discrimination for interconnection between different operators in comparable positions.

Tiap bentuk diskriminasi memberikan tantangan yang berbeda bagi the regulator.

Page 38: Full Lecture Jartel

38

PRINCIPLE 3: COST-ORIENTATION:

Definisi cost-based interconnection:Interconnection pricing adalah biaya access yang harus dibayar oleh operators untuk menggunakan/mengakses networks dari otheroperators.

Cost-based interconnection berarti biaya access price mencerminkan cost sehubungan dengan penyediaan access service.

Seperti costs untuk penyediaan capacity for switching and transmission untuk mengakomodasi traffic antara different networks. They also include the usual business costs such as accounting, management and legal costs.

Suatu study yang dilakukan oleh Coudert Brothers for European Commission: Competition Aspects of Interconnection Agreements in the Telecommunications Sector (Ed. 1995) Catalogue No: CM-90-95-801-EN-C, menyatakan ada 5 types of costs untuk membangun interconnection:

• Start-up costs: These are one-time costs incurred to bring about the necessary modifications to the network, software modification of switches and procedures to allow for the seamless transfer of calls between interconnected networks.

• Connection costs: The cost of establishing and maintaining the physical link between the interconnecting networks including the provision on interconnecting circuits, interfaces and signaling connections.

• Access costs: The cost of operating and maintaining local switches and the networks of overhead and underground wires and cables that connect customers residing in each local exchange to the local switch.

• Traffic switching and transmission costs: These costs are associated with handling the traffic between networks. It covers switching, transmission, signalling and all costs resulting from these services such as hardware answer supervision and database queries and other traffic management functions.

• Supplementary and ancillary services costs: The costs related to the provision of services over and above the provision of physical connection such as billing and collection services.

Level of interconnection charges menentukan kelangsungan hidupcompetition.

The regulatory principle of cost-oriented interconnection charges sangat penting karena mencegah incumbent menaikkaninterconnection charges menutupi konsekuensi finansial dari competition dan melindungi monopoly profits mereka.

Juga menjamin new entrants untuk dapat survive dan memiliki kesempatan untuk memperlihatkan efficiency dan kemampuanservice mereka.

Biaya interconnection yang tinggi akan meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan oleh customers. Penetapan interconnection charges merupakan masalah utama bagi regulators dan akan berbeda-beda untuk tiap negara.

Page 39: Full Lecture Jartel

39

Suatu penelitian terhadap skema regulasi suatu negara menunjukkan adanya variasi pendekatan dalam menetapkan perjanjian interkoneksi

Perbedaan utama pendekatan tersebut adalah sejauh mana intervensi regulator dalam prosedur interkoneksi.

Beberapa negara memilih adanya strong regulatory interventionuntuk men-set the terms of interconnection, dimana negara-negara lainnya memilih the commercial negotiation approach .

Penetapan Perjanjian Interkoneksi THE COMMERCIAL NEGOTIATION APPROACH

Pada jenis ini, interconnection diserahkan seluruhnya padacommercial negotiation antara interconnecting parties tanpa adanya pengawasan regulator.

Sebagaimana halnya perjanjian komersial lainnya, ini berhubungan dengan general commercial dan competition laws (kalau ada). Ketika adanya perselisihan akan berujung ke pengadilan.

Tidak akan berjalan pada tahap awal dari kompetisi. Sehingga suatu effective interconnection membutuhkan an effective regulator's intervention.

Advantages of the commercial approach Secara umum, free negotiation oleh industry players merupakanthe preferred approach. Sebagai alasan, yang mengerti lebih baik tentang the technicalities of interconnection adalah the operators itu sendiri. Tambahan lainnya, the negotiation sesuai dengan kebutuhan commercial dari masing-masing pihak dan melindungi the confidentiality of commercial information.

Disadvantages of the commercial negotiation approach The commercial negotiation approach membuat market powers bebas untuk beroperasi. Bergantung pada general legal system sebagai resolusi atas perselisihan merupakan proses yang lambat dan mahal. Adanya penundaan menguntungkan the incumbentpada umumnya.

Peranan RegulatorAn important distinctive feature of the interconnect arrangementis that incumbents memiliki bargaining power yang lebih besar dari pada new entrants.

Pada tahap awal kompetisi network services di beberapa negara,regulator memiliki peranan yang crucial dalam keberhasilan untuk mengubah bentuk monopoly menjadi competitive market.

Regulasi yang Proactive pada interconnection diperlukan bagicompetitive markets untuk dapat tercipta dan berkelanjutan secara efektif.

Page 40: Full Lecture Jartel

40

Tanpa itu, perjanjian Interkoneksi hanya mencerminkan keadaan market power of the players pada saat negotiation dan digunakan oleh powerful operators untuk menciptakan “artificial barriers to entry” dan membentuk peluang kompetisi bagi keuntungannya sendiri.

Pada banyak kasus, incumbent operators tidak memiliki keinginan utk negosiasi dan bekerja sama dengan new entrants. An incumbent or dominant provider memiliki strategic interest untuk membatasi interconnection agar meminimalisir competitors pada marketnya.

Beberapa Skenario Intervensi Regulator

EX ANTE INTERVENTIONRegulator berperan sebelum dimulainya negosiasi untuk menciptakan general frameworks.

Tingkat intervensi regulator berbeda untuk masing-masing negara.Pada beberapa negara, peranan regulator berhenti sampai dengan penyediaan general guidelines bagi interconnection, atau setting a deadline bagi negotiation, Pada kasus lainnya, regulator memiliki pendekatan dengan peranan yang lebih aktif dalam setting the terms of interconnection yang harus dimasukan oleh operators dalam perjanjian mereka. Pada pendekatan ini regulator menciptakan guidelines yang mengikat bagi interconnection agreements yang dapat diterima

Beberapa international dan regional guidelines for interconnection telah dikembangkan antara lain : • The WTO Reference Paper on Regulatory Principles • The APEC framework on interconnection • The EU framework on interconnection

Beberapa prinsip yang termasuk dalam guidelines antara lain : • Interconnection should be made available on fair terms; • Interconnection charges should generally be cost-based; and • Interconnection should be made available at any technically

feasible point in the network.

Contoh Proses Interkoneksi pada Kolombia

Comisión de Regulación de Telecomunicaciones (CRT)

Page 41: Full Lecture Jartel

41

The Reference Interconnection Offer Approach Many regulatory frameworks require the incumbent carrier or dominant players to publish a reference interconnection offer. The RIO mengandung important information tentang bagaimana keinginan dari incumbent dalam menyediakan interconnection. Pada umumnya tidak details, melainkan berupa ringkasan yang mudah dan straightforward. RIO ini harus disetujui dulu oleh Regulator.

RIO antara lain berisikan • Lokasi geografi dari points of interconnection; • Daftar sentral yang tersedia untuk interconnection including

the local exchange, tandem exchange and internationalexchange;

• Technical options bagi interconnection,

• Link Interconnection termasuk types dari transmission links,waktu implementasi dan tingkat quality of service untuk interconnection links;

• Type service yang ditawarkan termasuk call termination, callorigination and transit switching;

• Level tariff dari services yang ditawarkan berikut metoda charging yang digunakan;

• Spesifikasi Technical interface termasuk transmission interface dan signalling interface;

• Quality of service yang diukur berdasarkan percentage of successful calls;

• Layanan bantuan termasuk emergency and operator services; • Advanced services, termasuk call forwarding, caller

identification number portability and operator portability; • General conditions, e.g., prosedur yang mengatur perubahan

pada standard terms and conditions.

EX-POST INTERVENTIONPada pendekatan ex post, regulator mengintervensi setelah kedua pihak mencapai agreement dalam interconnection. Pada beberapa kasus, regulator dibutuhkan untuk meng-approve agreementkarena dalam regulasi interconnection atau legislation, tidak ada agreement yang berlaku tanpa adanya persetujuan dari regulator. Kebanyakan kasus, regulator intervensi hanya pada keadaan dimana kedua pihak gagal mencapai agreement.

Approving interconnection agreements Banyak negara telah menyokong commercial negotiation approach bagi kedua pihak, juga dibutuhkannya regulator's approval. Pada kasus ini, regulator sebagai pemberi “kata akhir”dalam prosedur interconnection dan mendapatkan kesempatan untuk memeriksa final agreement.

Contoh Prosedur pada Negara Lain.Interconnection procedure in Australia – Penentuan terms dan conditions pada interconnection merupakan masalah utama dari commercial negotiations, namun Australian Competition and Consumer Commission (ACCC) didirikan tahun 1974 oleh Trade Practices Act memainkan peranan penting dalam menentukan kepantasan dari terms dan conditions serta penengah dalam perselisihan tentang terms and conditions of access.

Interconnection Procedure in Morocco - Dalam Article 8 of Law 24-96 and Law Decree No 2-97-1025 of 25 February 1998 tentang interconnection of telecommunications networks, negosiasi interconnection merupakan masalah commercial yang didasarkan pada general guidelines tentang aturan interconnection.The agreement sudah harus diserahkan ke regulator ANRT tidak lebih dari 30 days setelah kesepakatan.

Page 42: Full Lecture Jartel

42

Penyelesaian Perselisihan pada Perjanjian InterkoneksiTerdapat kepentingan komersial yang dipertaruhkan dalam setiap negosiasi interconnection. Tiap pihak mempunyai kebutuhan yang berbeda dan prioritas yang berbeda. Tiap pihak mempunyai incentive untuk memaksimalkan profit dan meminimalisir losses. Walaupun legislative dan regulatory framework utk interconnection cukup detail, the framework tak dapat mencakup dan menimbang issues yang mungkin muncul pada negosiasi. Perselisihan antar pihak dan kegagalan mencapai acceptable agreement merupakan kejadian umum.

Terdapat 4 tempat yang biasa digunakan untuk menyelesaikan perselisihan interconnection: • Penyelesaian oleh pengadilan • Penyelesaian oleh badan urusan competition; • Penyelesaian oleh arbitration; • Penyelesaian oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Nasional.

Dari seluruh aspek yang ada, pembebanan interkoneksimerupakan yang paling complicated. Hal yang menjadi sebabterjadinya perselisihan antar operators dan ketidaksepakatandalam perhitungan ekonomi.

Bagi para regulator dan pembuat kebijakan dalam menetapkanaspek finansial dapat menjadi suatu hal yang sangat sulit.

Pembebanan Interkoneksi tidak pernah merupakan hasil dariperhitungan matematika saja, karena berkaitan dengan pemilihanstandard, proses dan metoda. Pilihannya tidak bersifat netral, didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai oleh regulator dankebanyakan kasus, tergantung dari kondisi ketersediaan data yang spesifik dan bervariasi sesuai dengan layanan yang disediakan provider.

Aspek-Aspek Interkoneksi

Aspek Finansial dan Komersial.

Pembebanan InterkoneksiTerdapat sedikitnya 4 pendekatan untuk pembebananinterkoneksi.

Bill and Keep Pada pendekatan ini, operators tidak mengenakan biaya ataslayanan interkoneksi yang diterima. Operator yang menagih bills customernya, mendapatkan (keeps) semua nilai tagihan tersebut. Sistem ini hanya dapat dijalankan dengan beberapa kondisi yang harus dipenuhi:• Terdapat suatu balance pada traffic flows antar operator yang

berinterkoneksi. • The network costs are similar. • Operator menyetujui adanya suatu mekanisme kompensasi atas

traffic yang tidak balance.

Tanpa kondisi yang ditetapkan, pendekatan bill and keep hanyaakan mengakibatkan perlambatan dalam pengembangan network dari new entrants yang memiliki volume traffic lebih rendahdaripada the incumbent. Bill and keep, dikenal juga sebagaisender keeps all, merupakan mekanisme yang mudahdiimplementasikan dan tidak memerlukan studi biaya yang komplex.

Price sharing Pada mekanisme ini didasarkan pada harga retail yang dibebankanpada end users, tergantung discounts yang ditetapkan diantaraoperator. Harga retail dari tiap interconnected call dibagi antaroperator berdasarkan percentage yg telah ditetapkan. Meskipunmudah diimplementasikan, pendekatan ini hanya bekerja padakasus dimana harga dibatasi dan tidak terkait dengan cost. Kerugian dari pendekatan ini adalah pengurangan harga retail takdapat dikaitkan terhadap cost.

Page 43: Full Lecture Jartel

43

Revenue sharing Operator membayar persentase revenue (pendapatan) yang diperoleh dari interconnected services, yang besarnya sesuaidengan kesepakatan. Additional charges juga dapat diterapkan.. Pada banyak kasus, regulators menetapkan revenue sharingsampai kondisi competition terbentuk secara penuh.

Korea, interconnection antara fixed and mobile networks dimulai revenue sharing basis. Pihak regulator menetapkan cellular suppliers mendapatkan 70% pendapatan calls yang menuju network mereka dan fixed carriers mendapatkan 30% nya. Pengaturan ini digunakan selama masa transisi sampai fase pembangunan mobile network selesai. Awal thn 2000 mekanisme ini digantikan dengan cost based arrangements.

Cost based Approaches: Dari seluruh pendekatan yang ada, pembebanan Interkoneksi dengan pendekatan cost based telah menjadi metoda yang terbaik untuk menuju suatu kondisi competitive.

Cost-based interconnection menunjukkan economic costs dariinterconnection dan metodanya sangat compatible dengancompetitive markets. Cost based interconnection prices membuat biaya efisien secara economis, dimana akan menjadi fair bagi incumbents and new market entrants, dan menciptakan keadaan yang competitive.

Variasi pada Cost-Based ApproachSecara umum terdapat 2 metoda standar yang utama :

Fully Allocated Cost Pendekatan ini adalah suatu aturan yang mengalokasikan dan mendistribusikan total network costs ke network services. Dalam pendekatan ini, total cost untuk menyediakan service, termasuk historical dan depreciated investment costs, yang dibagi dengan volume service yang disediakan.

Dengan metoda ini, new entrant diharuskan berkontribusi kepada cost of capital assets yang ditentukan berdasarkan original cost, juga memasukan nilai depreciation untuk mendapatkan rate of return. Historical cost merupakan nilai pembelian dan instalasifacilities dan equipment sebagaimana personnel costs, biasanya ditentukan dari accounting records.

Metoda ini telah dikritik, bahwa tidaklah menunjukan suatu metoda yang reliable untuk menghitung cost, karena didasarkan pada historical accounting of costs. Historical accounting tidak memperlihatkan perubahan pada current dan future costs, dan merefleksikan inefisiensi pada operational atau technological dariincumbent. Inefisiensi ini dibebankan ke interconnecting operator.

Long Run Forward Looking Incremental Costs Model Long run incremental pricing didasarkan pada perhitungan biaya penyediaan unit layanan tambahan selama masa operasi berlangsung.Analisa Forward-looking cost mengidentifikasi costs yang akan terjadi selama periode yang real atau theoretical future.Incremental cost adalah extra cost yang ditambahkan ke dasar pembiayaan yang ada, yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu peningkatan tambahan dari suatu layanan

Page 44: Full Lecture Jartel

44

Pendekatan ini merefleksikan dengan baik keadaan dari pada competitive markets. Memiliki keuntungan dalam menentukan rates yang menfasilitasi competition yaitu menyediakan analyticaltools yang membantu dalam penentuan cost dalam competitive markets berdasarkan cost keadaan sekarang dari operator yang menggunakan teknologi modern yang efisien.

Atau dengan kata lain, LRIC charging mengharuskan incumbent untuk memungut biaya akses ke network mereka, berdasarkan asumsi bagaimana bentuk network mereka sekarang ini jika dibangun dengan cara yang lebih efisien.

Terdapat beberapa variasi antara lain :• Long Run Average Incremental Cost (LRAIC)• Total Element Long Run Incremental cost (TELRIC) • Total Service Long Run Incremental Cost (TSLRIC)

Struktur Pembebanan Interkoneksi

Berbeda-beda untuk masing-masing negara tergantung dari pilihan kebijakan yang diterapkan. Variasi tergantung pada tingkatan kesesuaian pembebanan interkoneksi dengan biaya interkoneksi dan struktur harga retail yang dibebankan kepada pelanggan.

Variasi tersebut antara lain:Fixed and variable charges: Istilah fixed dan variable charges merujuk pada variasi costsyang terkait dengan network usage. Fixed costs berarti adalahcosts yang tetap tanpa ada pengaruh network usage. Jenis ini dikenal juga sebagai non-traffic sensitive costs.Contoh fixed costs termasuk capital investment pada major facilities dan peralatan interconnection suppliers termasuk upah buruh. Variable costs bervariasi sesuai dengan level penggunaan network (network usage)

Peak and off peak charges: Interconnection charge yang dibayar oleh pelanggan bisa (rata –rata) uniform atau bervariasi tergantung dari traffic volume. Averaging and de-averaging biasanya diterapkan pada retail prices, ex; Retail prices pada saat peak hours lebih tinggi dari pada saat off-peak hours.

De-averaged prices dirancang untuk:• Meningkatkan penggunaan network pada saat off peak hours • Menurunkan congestion pada saat peak hours, • Meningkatkan network efficiency • Menghemat biaya yang dikeluarkan operator untuk mengupgrade

network agar sesuai dengan kebutuhan beban puncak.

Adalah sangat penting pembedaan peak/off peak retail prices direfleksikan pada interconnection charges. Bila tidak akan menimbulkan unfair competition. Jika interconnection charge berupa averaged, akan memudahkan new entrants untuk berkompetisi pada peak load customers karena mereka bisa menawarkan layanan dengan biaya yang lebih rendah daripada yang diterapkan incumbent. Sebaliknya, new entrants tidak dapat berkompetisi pada off peak customers. Pada kedua kasus tersebut, kompetisi tidak akan berjalan.

Page 45: Full Lecture Jartel

45

Bundled vs. Unbundled charges Bundled interconnection charges berarti pelanggan hanya membayar single price untuk suatu set fungsi interkoneksi yang standar whether used or not. Unbundled charges berarti new entrant hanya membayar untuk komponen-komponen paket interkoneksi yang dibutuhkan untuk layanan interkoneksi. Operarotr tidak perlu membayar bagi komponen dan fungsi yang tidak digunakan untuk layanan bagi pelanggan mereka.

Secara Internasional, Unbundling telah menjadi prinsip interkoneksi Pembebanan untuk unbundled access dapat menjangkau lebih jauh implikasi dari kesuksesan suatu kompetisi yang. Unbundled access membebaska new entrants dari additional charges, menfasilitasi new entry dan meningkatkan benefits of competition.

Recovery of costs related to Universal Service Obligations and other social obligationsPada banyak kasus, framework regulasi menetapkan interconnection charges harus mengandung suatu elemen yang dimaksudkan untuk berkontribusi pada universal service obligation dari the incumbent carrier. Universal service obligations (USO) adalah kewajiban yang ditetapkan bagi operator untuk menyediakan layanan bagi pelanggan dan daerah yang secara komersil tidak atraktif. Ini merupakan suatu tujuan kebijakan public pada setiap negara, dengan tujuan menjamin availability, affordability and accessibility dari telecommunications services.

Biasanya diambil secara subsidi silang, misalnya keuntungan dariSLJJ digunakan untuk local dan rural lines.

Aspek TeknisSpesifikasi Teknis mempengaruhi cost dan quality of service yangdapat ditawarkan operator kepada customernya, sehingga juga mempengaruhi kemampuan berkompetisi dengan operator lainnya. Regulator memainkan peranan penting dalam menjamin aspek teknis Interkoneksi agar kompetisi tercapai.

Titik Interkoneksi :Didefinisikan sebagai lokasi fisik dimana terjadinya interkoneksi antara dua operator.

Interkoneksi pada tiap titik yang feasibel secara teknis merupakan “safeguard” kompetisi yang sangat penting bagi new entrants. Ketetapan ini menjamin new entrants memiliki kebebasan untuk memilih lokasi yang sesuai bagi titik interkoneksi daripada menerima lokasi yang tidak menguntungkan. Jika major operator membatasi jumlah dan lokasi titik interkoneksi akan membuat new entrant hanya memberikan services yang tidak menguntungkan.

Examples of Technically Feasible Interconnection Points: • The trunk interconnection points of local and national tandem

exchanges. • The national or international circuit interconnection points of

international gateway exchanges. • The trunk sides of local exchanges. • The line sides of local exchanges-at the main distribution

frame (MDF) or Digital Distribution Frame (DDF). • Cross-connect points of any exchange. • "Meet points" at which operators agree to interconnect (e.g.

manholes). • Signalling transfer points (STPs) and other points outside of

the communications channel or band, where interconnection is required for common channel Signalling System No. 7 or other signalling systems to exchange traffic efficiently and to accesscall-related databases (e.g., a local number portability database).

• Access points for unbundled network components. • Cable-landing stations.

Page 46: Full Lecture Jartel

46

Other key Technical Matters• Dialing parity and Pre-selection • Call-by-Call customer selection • Operator Pre-selection • Quality of Interconnection services

Dialing Parity and Pre-selection Jika kondisi kompetisi yang sehat telah tercapai, maka pelanggandapat mengakses layanan dari new entrants semudah mengakses layanan ke incumbents. Tanpa adanya kesamaan dalam kemudahan akses, new entrants akan kesulitan untuk menarik pelanggan.

Sebagai contoh; diawal kompetisi SLJJ di Canada dan US, banyak pelanggan yang kesulitan dalam menggunakan layanan operator lainnya karena keharusan untuk mendial up to 20 or more extra digits untuk meroutekan call ke jaringan new entrants.

Saat ini, incumbent operator dan produser telecommunications equipment telah mendesain ulang switches dan software mereka, agar dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang multiple-operator.

Pada dasarnya, terdapat 2 pendekatan dalam penyediaan equal access :

Call-by-call customer selectionCustomers memilih operator yang diinginkan dengan menekan short code atau prefix unique untuk terhubung dengan operator tersebut.

For example, in Colombia, customers dial "09" to route national calls through the incumbent operator TELCOM's network, and other two-digit prefixes to route them through competitive operators' networks.

Operator pre-selectionDalam pendekatan ini, customers pre-select operator untuk sebagian atau semua calls mereka. For example, a customer dapat memilih operator yang diinginkan untuk all long distance and international calling. Pre-selection akan meroutekan seluruh calls secara otomatis ke operator yang dipilih.

The main requirements untuk jenis equal access ini adalah: • Switch software features dibutuhkan untuk mengidentifikasi setiap pre-selected operator dan meroutekan dan menagih biaya atas call yang dilakukan• Appropriate billing dan pengaturan audit untuk membolehkan penagihan secara langsung oleh pre-selected carrier atau dikonsolidasikan dalam satu bill pada satu operator saja (setelah itu biaya tersebut akan diserahkan ke pre-selected operator).

Quality of Interconnection Service Tanpa adanya ketetapan bagi incumbent untuk menyediakan reasonably high quality of interconnection services dan facilities, akan memudahkan mereka untuk “mengganjal” kemampuan kompetitor mereka dalam menawarkan layanan yang inovative dan kompetitif. Dengan menyediakan poor-quality interconnection, dominant operator dapat menurunkan overall offering dari new market entrant, menyebabkan pelanggan akan berpindah ke offering incumbents yang dominant.

Regulators memiliki beberapa practical tools agar high quality interconnection, antara lain: • Pengadaan interconnection monitoring • Memonitor complaints seriously dan memberikan penalty atas

discrimination dalam service quality • Mewajibkan pembentukan sebuah internal "interconnection

services group" yang independent

Page 47: Full Lecture Jartel

47

Network Unbundling :Unbundling membolehkan new entrants untuk menggunakan bagian dari incumbent's network untuk menjangkau customer mereka tanpa keharusan untuk menduplikasi network.

Ada 3 kategori utama :• Full Unbundling

(kabel tembaga milik incumbent, namun layanan dari newentrants)

• Shared Access or Line Sharing (layanan phone dan internet berbeda operatornya)

• Bit Stream Access The incumbent mengalokasikan spectrum kepada new entranttapi tetap memiliki full control atas subscriber's line

CollocationDidefinisikan sebagai facility-sharing arrangement dimana in competitive carrier menyewa ruangan bagi equipment mereka pada bangunan incumbent carrier.

Alasan utama collocation adalah membolehkan operators menggunakan fasilitas yang telah untuk mempercepat terjadinya kompetisi. New entrants tidak perlu membangun supporting infrastructure bagi network mereka seperti poles, ducts, conduits and towers.

Kadang-kadang incumbents menolak adanya penggunaan infrastruktur bersama, sehingga dibutuhkan regulatory intervention dan oversight of collocation. Konflik yang terjadi dapat muncul oleh hal sebagai berikut a.l :• Ukuran space aktual yang disediakan bagi new entrants. • Type of equipment yang boleh digunakan d.l.l

Tipe-Tipe Interkoneksi Mobile.Terdapat 3 tipe mobile interconnection:

Mobile to fixed interconnection: Untuk call yang berasal dari mobile yang menuju fixed network. Tidak berbeda dengan regular interkoneksi pada fixed networks, dalam hal principles, procedures dan practices outlinednya.Mobile operators tidak perlu berinterkoneksi dengan seluruh fixed network carriers. Mereka dapat berinterkoneksi dengan incumbent yang akan menghandle traffic ke dan dari fixed networks lainnya melalui transit arrangements.

Interkoneksi dengan Jaringan Mobile Mobile to mobile interconnection:Mobile service providers dapat melakukan interconnection agreements dengan sesamanya, jika mereka tidak menginginkan trafik mereka transit via the incumbent network. Kebanyakan,interconnection pricing antara mobile operators berdasarkan prinsip sender keeps all. Pembebanan ini lebih rendah daripada yang fixed to mobile charges dan less controversial. Mobile carriers biasanya negosiasi penetapan harga mereka dalam kondisi dinamis dan kompetitif yang tinggi. Mobile operator lebih sering dijumpai mempunyai bargaining power yang sama, dengan demikian kesesuaian harga lebih mudah tercapai. Biasanya mobile carriers beroperasi pada suatu pasar memiliki incentive yang sama yaitu menurunkan mobile-to-mobile interconnection rates untuk meningkatkan permintaan dan jumlah pelanggan.

Page 48: Full Lecture Jartel

48

Fixed to mobile interconnection: Fixed to mobile interconnection lebih menark perhatian regulator didunia. Isu utamanya adalah high dan non-cost based call termination charges, terutama pada negara yang menerapkan prinsip Calling Party Pays.

FIXED TO MOBILE: THE PROBLEM OF HIGH INTERCONNECTION CHARGES Bagi negara yang menggunakan aturan Receiving Party Pays (RPP), pembebanan interkoneksi tidak menjadi suatu masalah karena operator mengunakan prinsip sender keeps all. Semakin banyaknya RPP countries memutuskan untuk berpindah ke CPP, permasalahan diperlukannya regulasi untuk fixed to mobile interconnection charges, dan jika ya, bagaimana penerapannya yang terbaik menjadi suatu hal yang sangat penting.

Calling Party Pays vs. Receiving Party Pays

Calling Party Pays Receiving Party pays

The person initiating the call, the fixed network subscriber, pays for the entire call.

The person receiving the call, the mobile network subscriber, pays for the entire call.

The calling party pays a premium or surcharge when calling a mobile phone subscriber.

The calling party pays only a local tariff for using the fixed line whether the call terminates on a fixed or mobile network.

System introduced in most countries using Global System for Mobile communications (GSM) technology (Europe).

System in use mainly in countries using un-metered local calls. (Canada, United States)

System relies on a numbering plan that uses different prefixes differentiating mobile and fixed networks to sensitize consumers about the higher charges for mobile calls.

No different numbering scheme differentiating mobile and fixed networks.

Call termination fees paid by fixed operators make up a significant part of the mobile operators' revenues.

In most cases no interconnect arrangements are negotiated for fixed to mobile calls and no interconnection fees levied on interconnecting operators. Instead, the mobile subscriber pays per minute or per second airtime fees for receiving a call from the fixed network.

Terdapat 2 alasan utama kenapa fixed to mobile interconnection rates berbiaya tinggi: 1. Lack of competition in the termination service: Meskipun mobile services sering dikatakan sebagai bentuk darimost open and competitive segment of the telecommunications market, keuntungan dari kompetisi belum menjangkau call termination. Call termination masih bersifat monopoly market.Seorang pelanggan menelpon mobile subscriber tidak punya alternative kecuali menghubungi network dimana pelanggan tersebut terdaftar.2. Mobile operators have no incentive to negotiate lower interconnection charges.Mobile termination rates dibayar oleh pelanggan fixed network the rates tidak mempengaruhi posisi kompetitif dari mobile operators. Kurangnya keinginan untuk menegosiasikan agarmenjadi rendah terlihat jelas ketika the fixed and mobile network operators are vertically integrated, yaitu dimana satu perusahaan memiliki kedua network.

Peranan Regulator.Rationales for regulatory intervention Tidak berbeda alasan intervensi regulator pada Interkoneksi secara umum, regulator dibutuhkan untuk memperbaiki market failures dan menjamin benefits dari open competitive market dirasakan oleh consumers. Menurunkan interconnection charges akan menurukan retail prices, improving service dan spurring innovation.

Perkembangan mobile network yang dramatis ini karena tidak diregulasikan (left unregulated). Demikian juga seharusnya dilakukan pada fixed line operator, agar mereka mendapatkan revenue yang cukup untuk mengembangkan jaringan dan layanannya.

Page 49: Full Lecture Jartel

49

Dengan masukinya commercial phase yang dimulai tahun 1996, Interconnection menjadi suatu major issue bagi ISPs. ISPs tidak lagi bergantung pada public network access points tapi membutuhkanprivate point-to-point links pada network mereka.

Meskipun alasan utama bagi Internet interconnection tidak berbeda dengan interconnection of telecommunications networks, terdapat suatu isu komersial dan pricing yang unik, yang membuat Internet interconnection berbeda.

Internet berbasiskan packet switching. Sehingga mekanisme pricing nya berbeda.

Interkoneksi Internet The networks berkomunikasi berdasarkan suatu set protocol yang mengarahkan traffic sehingga paket data dialamatkan dan ditransmisikan melintasi network.

Bagi Operator Internet yang besar, "backbone ISPs“, mencakup area geographic yang besar dan multiple towns, membutuhkan point of presence (POP) agar tiap kota dapat berinterkoneksi. Backbone

Provider ini menyediakan akses Internet bagi ISP yang kecil. Sesama ISP kecil juga membutuhkan Interkoneksi, melalui Internet Exchange Point (IXP). IXP adalah physical infrastructure bagi semua ISPs untuk bertukar Internet traffic. Terdiri dari alat routingdan central switch sebagai tempat router saling terhubung. Awalnya IXP bersifat non-commercial cooperatives yang dibiayai dengan membership fees dari ISPs. Akhir-akhir ini IXPs mulai beroperasi dengan orientasi lebih komersial.

Tipe-Tipe Interkoneksi Internet.ISPs can accommodate each other's traffic either through peeringor through transit.

Peering ArrangementsIstilah peering berakar dari prinsip Internet interconnection yang awal ketika networks mempunyai traffic volumes yang sama (secara perhitungan kasarnya), jangkauan geographic atau jumlah subscribers dianggap sebagai "peers." Pertukaran traffic dengan sesama terjadi secara bebas, pembebanan tidak berdasarkan usage atau traffic. Peering, mirip dengan “sender keeps all arrangements”, membutuhkan beberapa kondisi yang dipenuhi: • Aliran Traffic bersifat balanced untuk tiap arahnya. • cost of traffic lebih rendah daripada cost of billing

dan measuring traffic.

Transit ArrangementsTransit service terkait penyaluran Internet services dari network (A) ke network (B) via third network (C). Transit services dapat disediakan oleh setiap ISP yang terhubung dengan ISP lainnya.Namun biasanya disediakan oleh backbone ISPs. Transit fee dibayarkan untuk pemakaian access line network transit provider. ISPs biasanya lebih memilih peering arrangements dan menghindaritransit.

Newer approaches to interconnectionDampak komersial yang begitu besar membuat ISP yang besar tidak menggunakan peering arrangements. Mereka menekan secara “paksa” agar ISP yang kecil membayar atas access ke dalam network. Mereka menginginkan model dari Internet interconnection market yang baru dengan pendekatan kepada pricing mechanismberdasarkan traffic atau usage. Juga terkait dengan pembayaran asymmetric fees yang mencerminkan perbedaan dalam ukuran dan tipe dari ISP.

Page 50: Full Lecture Jartel

50

TANTANGAN DALAM PERUBAHAN DARI ZERO-COST PEERING MENJADI COMMERCIAL ARRANGEMENTS

Terdapat 2 tantangan utama untuk interkoneksi jenis ini• Pertama, kesukaran dlm accounting mengukur cost interconnection

dalam lingkungan multi-network.• Kedua, aplikasinya di dunia international.

Accounting dalam paket data lebih sulit dibandingkan accounting pada pemakaian telepon. Paket-paket data tidak melalui route yang sama, karena mereka telah dipisahkan dalam bentuk paket yang lebih kecil. Paket data dibentuk kembali setelah sampai di destination point. In contrast to circuit switching, transmission of packets does not require a dedicated end-to-end transmission path.. Hal ini menyulitkan dalam memperkirakan biaya transmisi dari suatu paket.

Munculnya resiko atas pengaturan sistem dari pihak USA ISP dan backbone provider yang besar, tempat mereka bergantung, terhadapISP yang kecil dan negara-negara lainnnya.

On a national level, larger ISPs dan backbone providers kadang2 memiliki incentive untuk menolak interkoneksi dengan ISP yang kecil, dikhawatirkan akan menyebabkan trafik dari Backbone lainnya dapat masuk secara bebas. Sehingga mereka lebih memilih transit arrangements.

International interconnection, Kondisi yang paling menyolok dalam Internet adalah konsentrasi trafik yang tinggi dari Internet USA, hampir 90 % berasal, menuju dan melintasi USA. Faktanya, Backbone provider yang besar terdapat di USA dan 45% dari jumlah IXP dunia berada di sana.

INTERNATIONAL INTERNET INTERCONNECTION: THE REGULATORY DILEMMA.

• Tidak perlu adanya campur tangan.Alasan utamanya adalah, bahwa regulasi hanya dibutuhkan untuk mendirikan pasar yang kompetitif, bila pasar sudah kompetitif tidak diperlukan lagi regulasi. Dalam Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Telecommunication working group, USA menegaskan bahwa tidak diperlukan intervensi dari pemerintah dalam hubunganantar ISP dan lebih lanjut cost efficient arrangements untuk trafik Internet lebih cepat selesai tanpa adanya regulasi.

• Intervensi regulasi dibutuhkanRekomendasi WTSA ITU D.50 menyatakan: "That administrations involved in the provision of internationalInternet connections negotiate and agree to bilateral commercialarrangements enabling direct international Internet connections that take into account the possible need for compensation between them for the value of elements such as traffic flow, number of routes, geographical coverage and cost of international transmission amongst others."

Page 51: Full Lecture Jartel

51

Landasan UmumTerlihat adanya kondisi yang tidak fair, antara lain• Kurang Transparan Lack of transparency. • Biaya yang tinggi untuk international interconnection. • Adanya potensi “abuse” dari powerful dominant providers. • Kurang kompensasi untuk costs yang harus dibayar untuk

menyalurkan traffic yang berasal dari United States. • Pengaturan yang Non-equitable.

Beberapa regulator telah melakukan intervensi untuk menjamin fair competition, lebih transparency dan competition meningkat. Peran regulator tersebut a.l: • Domestic competition: Menyediakan link international alternatif ke

ISPs (satellite, undersea cable and other international markets)• Memonitor dominant players utk menjamin vertical integration

meningkat dan tidak terciptanya “abuse” oleh posisi dominant. • Transparency: Transparency melindungi smaller ISPs.

TOWARDS NEXT GENERATION INTERCONNECTION

Beberapa tahun terakhir ini, perkembangan teknologi yang dramatis telah mengarah ke convergence diantara tipe-tipe yang berbeda seperti fixed-line dan mobile communications dan diantaratelecommunication and broadcasting networks.

Konvergensi Teknologi, pada gilirannya, telah mengubah konvergensi market, dimana service providers pada sektor yang berbeda berkompetisi untuk menyediakan suatu set of converged services yang baru. Konvergensi telah mengaburkan perbedaan tradisional antara services, yang menggunakan voice, text, video dandata.

Convergence tidak hanya meningkatkan perkembangan new servicestapi juga membentuk new challenges bagi kebutuhan dan definisi dari regulasi yang telah ada.

Era kompetisi dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi diIndonesia telah terbuka lebar seiring dengan adanya undang-undang RI no. 3 tahun 1989 tentang telekomunikasi. Berlakunyaundang-undang ini memungkinkan pihak-pihak swasta untukturut berperan serta dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi, yang sebelumnya dimonopoli oleh satu badan penyelenggarasaja (PT. Telkom).

Interkoneksi merupakan inti dari deregulasi. Munculnyaberbagai jaringan telekomunikasi yang dikelola oleh “pendatangbaru”, memerlukan pengaturan pemerintah agar dapatmewujudkan satu kesatuan jaringan nasional yang terpadudengan mewajibkan kepada setiap penyelenggara untuk berinter-koneksi.

Interkoneksi PSTN dengan GSM Interkoneksi dimaksudkan agar jaringan telekomunikasidapat dimanfaatkan secara optimal melalui penerapan prinsipperlakuan yang sama, seimbang dan saling menguntung kansehingga tercapai tingkat pelayanan jasa telekomunikasi yang handal, mempunyai jangkauan luas dan bermutu tinggi

Aspek Transmisi pada InterkoneksiAntarmukantarmuka yang digunakan untuk keperlu-an interkoneksiantarjaringan di Indonesia adalah antarmuka dijital 2 Mbit/s

SinkronisasiMasing-masing jaringan dijital harus mempergunakan PRC (Primary Reference Clock) Nasional sebagai induk acuansinkronisasi jaringannya.

Page 52: Full Lecture Jartel

52

Maksimum(dB)

Minimum(dB)

SLR 10 6

RLR 4 0

OLR 12 8

Tabel 2.1 Alokasi LR

Loudness Rating

Batas-batas loudness rating untuk setiap jaringan yang mengadakan interkoneksi dengan jaringan lainnya, ditunjukanpada tabel

PensinyalanSemua operator yang berinterkoneksi dengan jaringan Telkom harus menggunakan sistem pensinyalan kanal bersama no. 7 (CCS No 7)

Routing dalam InterkoneksiAturan routing pada interkoneksi PSTN dengan STBS sebagaiberikut :• Untuk menyalurkan trafik dari STB menuju PSTN, yang berasal

dari RBS yang berdekatan dengan sentral lokal tujuan, makaMSC harus mempunyai hubungan langsung dengan LDC (LongDistance Center) yang terdekat dengan sentral lokal tujuan.

• Untuk menyalurkan trafik dari PSTN menuju STB, dari RBSyang berdekatan dengan sentral lokal asal, maka MSC harusmempunyai hubungan langsung dengan LDC yang terdekatdengan sentral lokal asal.

Pembebanan InterkoneksiTitik pembebanan dalam suatu hubungan adalah tempat dimanapembebanan untuk percakapan tersebut ditentukan dan dicatat, serta kegiatan penghitungan pembebanan dimulai. Sehingga tarifjasa telekomunikasi akan diberlakukan sesuai dengan jaraknya.

Adanya mobilitas MS, maka lokasi titik pembebanan akan berbedauntuk jenis-jenis percakapan dibawah ini :

Percakapan dari PSTN ke STB• titik pembebanan ada di jaringan PSTN

Percakapan dari STB ke PSTN • titik pembebanan pada MSC awal

Grade of Service (GOS) InterkoneksiPersyaratan GOS yang harus dipenuhi sentral gerbang pada suatuinterkoneksi

Parameter Beban Normal Beban Berat

Exchange Call Set-up Delay P(> 0.5s) ≤ 5% P( > 1s) ≤ 5%

Through Con-nection Delay P(> 0.5s) ≤ 5% P( > 1s) ≤ 5%Internal Proba-bility Loss 0.002 0.01

Page 53: Full Lecture Jartel

53

Pemerincian Mengenai Pelayanan dan FasilitasPenjabaran pelayanan dan fasilitas tersebut meliputi antara lain :• pihak mana yang bertanggung jawab dalam penyediaan link

transmisi, dll.• aturan routing sampai ke titik interkoneksi.• spesifikasi mutu pelayanan bagi akses pelanggan

Titik Interkoneksi (Point of Interconnection).Letak titik interkoneksi yang mengacu kepada lapisan interkoneksiyaitu :•a) Transmisi, pada bagian terminasi.•b) Sentral, pada digital distribution frame•c) Sistem Pensinyalan, pada bagian digital distribution frame

Pengembangan Jaringan.• Penyelenggara yang baru memberikan ramalan trafik interkoneksi

pada penyelenggara lama.• Penyelenggara lama menggunakan ramalan ini, untuk

merencanakan kapasitas jaringannya.• Atas perubahan jaringan yang dilakukan oleh penyelenggara lama,

perlu diberitahu kan secara berkala kepada penyelenggara baru.

Pembaharuan Persetujuan Interkoneksi.Aturan yang diperlukan antara lain :• Mekanisme perubahan tarif interkoneksi.• Berakhirnya batas berlaku persetujuan.• Berakhirnya ijin operasional salah satu ope rator.

Konfigurasi TeknisAda 4 bentuk konfigurasi teknis titik interkoneksi yang dapat terjadi :

MSC SGJJ

TTI

SATELINDO TELKOM

MSC

SGJJ-1

TTI

SATELINDO TELKOM

SGJJ-2

TTI

SGJJ-n

TTI

SGJJ-1

TTI

SATELINDO TELKOM

SGJJ-2

TTI

SGJJ-n

TTI

MSC-1

MSC-n

MSC-2

MSC-1

MSC-n

MSC-2 SGJJ

TTI

SATELINDO TELKOM

Dimensi Interkoneksi.Dimensi interkoneksi merupakan jumlah atau kapasitas

kanal/sirkit antara SGJJ Telkom dengan MSC Satelindo yang digunakan untuk penyaluran trafik percakapan interkoneksi, denganbandwidth sebesar 2 Mb/s.

Sejalan dengan perkembangan kedua jaringan, terutama jaringanSTBS GSM Satelindo, maka perlu dibuat proyeksi dimensi yang dapat mengakomodasi perkembangan jaringan. Pro yeksi ini dibuatberdasarkan ramalan trafik pada tiap daerah MSC per tahun, untukjangka waktu 5 tahun.

Akses dan Titik Pembebanan.Kode akses untuk panggilan domestik dari PSTN Telkom atau

jaringan penyelenggara lain menuju STBS GSM Satelindo (Mobile Network Code) adalah 0816. Sedangkan kode akses dari STBS GSM Satelindo menuju PSTN Telkom harus mengikuti penomoran yang sudah ada.

Page 54: Full Lecture Jartel

54

Operasi dan Pemeliharaan.• Penyediaan perangkat interkoneksi dilaksanakan dan dibiayai

sepenuhnya oleh PT. Satelindo.

• Redimensi dan pengoperasian sirkit cadangan harus disetujui olehkedua belah pihak.

• Pemeliharaan perangkat interkoneksi secara keseluruhandilaksanakan oleh PT. Satelindo, yang dilakukan berkoordinasidengan PT. Telkom.

• Saling memberikan fasilitas sambungan dengan status dinas, untukkepentingan operasi dan pemeliharaan.

• PT. Satelindo dan PT. Telkom membentuk forum koordinasi untukmenangani permasalahan yang muncul dalam interkoneksi antarmereka.

Penggunaaan Sarana dan Pelayanan.• PT. Satelindo dapat menggunakan sarana dan jasa PT. Telkom,

baik untuk kepenting an interkoneksi maupun tidak. Untukkepentingan non interkoneksi dikenakan biaya sewa.

• PT. Satelindo dan PT. Telkom sepakat untuk mengadakankerjasama dalam bidang pelayanan khusus seperti pelayananinformasi.

Pembebanan InterkoneksiBesar tarif interkoneksi yang ditentukan pemerintah, berdasarkan sifathubungannya :

-Telkom…....50% tarif pulsa lokal PSTNyg diberlakukan per menit.

-STBS asal………..Air Time.

SGI

MSC

Jakarta

PSTN-Telkom….50% tarif pulsa lokal PSTN

yg diberlakukan per menit.-STBS tujuan ……....Air Time.

PSTN

SGI

MSC

Jakarta

Page 55: Full Lecture Jartel

55

-Telkom….50% tarif pulsa lokalPSTN yg diberlakukanper menit.

-STBS tujuan ….. Air Time.-STBS asal……….Air Time.

SGI

MSC

Jakarta

MSC

PSTN

-STBS tujuan …..Air Time.-STBS asal……...Air Time.

SGI

MSC MSC

PSTN

Jakarta

-Telkom.................................…85%-STBS asal……………………..15%+Air Time.

PSTN

PSTNSGI

MSC

SurabayaJakarta

-Telkom............…85%-STBS tujuan...…15%+Air Time.

PSTN

MSC

PSTN

SGI

SurabayaJakarta

Page 56: Full Lecture Jartel

56

-Telkom.................................…70%-Penyelenggara STBS ybs...…30%+Air Time(2x).

PSTN

PSTNSGI

MSC MSC

SurabayaJakartaPSTN

PSTNSGI

MSC -Telkom................70%-STBS tujuan...…15%+Air Time.-STBS asal………15%+Air Time.

MSC

SurabayaJakarta

PSTN

PSTNSGI

MSC MSC

-Telkom…………...........................…..…40%.-STBS yg menguasai jaringan SLJJ….45%.-STBS asal...……………………………...15%+Air Time.

SurabayaJakartaPSTN

PSTNSGI

MSC MSC

-Telkom…………..............................…...40%.-STBS yg menguasai jaringan SLJJ….45%.-STBS tujuan...………………………...….15%+Air Time.

SurabayaJakarta

Page 57: Full Lecture Jartel

57

PSTN

PSTNSGI

MSC MSC

MSC

Draft ( Pasal.9.7 ) :-Telkom…………..............................….25%-STBS yg menguasai jaringan SLJJ...45%-STBS tujuan…………………………….15%+Air Time.-STBS asal……………………………….15%+Air Time.

SurabayaJakarta PSTN

SGI

MSC MSC

PSTNJember

Draft ( Pasal.9.8 ) :-Telkom...........................……...…………..50%.-STBS yg menguasai jaringan SLJJ……35%.-STBS asal………………………………..…15%+Air Time.

PSTN

SurabayaJakarta

PSTN

SGI

MSC MSCDraft ( Pasal.9.9 ) :

-Telkom...........................……...…………50%-STBS yg menguasai jaringan SLJJ…..35%-STBS tujuan………………………………15%+Air Time.

PSTN

SurabayaJakarta

JemberPSTN

MSC

PSTN

SGI

MSC MSC

PSTNJember

Draft ( Pasal.9.10) :-Telkom...........................……...………….35%-STBS yg menguasai jaringan SLJJ…..35%-STBS tujuan………………………………15%+Air Time.-STBS asal……………………………...….15%+Air Time.

PSTN

MSC

SurabayaJakarta

Page 58: Full Lecture Jartel

58

PSTN

SGI

MSC MSCDraft ( Pasal.10 ) :

-Yg menguasai jaringan SLJJ STBS...70%-STBS tujuan…………………………….15%+Air Time.-STBS asal……………………………….15%+Air Time.

PSTN

SurabayaJakarta