FIXED REferaaaat (1)

download FIXED REferaaaat (1)

of 43

Transcript of FIXED REferaaaat (1)

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    1/43

    Referat

    A N E S T E S I P A D A P A S I E N G E R I A T R I

    Oleh :

    Evi Fitriana, S.Ked 04114705031

    Novia Winardi, S.Ked 04124708040

    Defy Rizkiya Pradenty, S.Ked 04124708042

    Pembimbing :

    dr. Agustina Br Haloho, Sp.An, M.Kes

    BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    RSMH PALEMBANG

    2013

    1

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    2/43

    HALAMAN PENGESAHAN

    REFERAT

    Judul

    A N E S T E S I P A D A P A S I E N G E R I A T R I

    Oleh:

    Evi Fitriana, S.Ked 04114705031

    Novia Winardi, S.Ked 04124708040

    Defy Rizkiya Pradenty, S.Ked 04124708042

    Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti

    Kepaniteraan Klinik Senior di Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas

    Kedokteran Univesitas Sriwijaya Rumah Sakit Muhammad Hoesin periode 6 Mei

    2013 10 Juni 2013

    Palembang, Mei 2013

    Mengetahui,

    dr. Agustina Br Haloho, Sp.An, M.Kes

    2

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    3/43

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa

    karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat

    yang berjudul Anestesi pada Pasien Geriatri, yang diajukan untuk memenuhi

    satu syarat salah satu syarat dalam menyelesaikan program Kepanitraan Klinik

    Senior di Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran

    Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin periode 6 Mei 2013

    10 Juni 2013.

    Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada dr. Agustina Br Haloho, Sp.An, M.Kes selaku dosen

    pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, masukan,

    kritikan dan perbaikan terhadap referat ini, serta semua pihak yang telah

    membantu hingga selesainya laporan telaah ilmiah ini..

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam hal isi

    maupun cara penulisan referat ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran

    dan kritik yang membangun sebagai masukan untuk perbaikan di masa

    mendatang. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Palembang, Mei 2013

    Penulis

    3

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    4/43

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul...............................................................................................i

    Halaman Pengesahan....................................................................................ii

    Kata Pengantar..............................................................................................iii

    Daftar Isi........................................................................................................iv

    Daftar Tabel..................................................................................................v

    Daftar Gambar...............................................................................................vi

    BAB I Pendahuluan.......................................................................................1

    1.1 Latar belakang ..............................................................................1

    1.2 Tujuan ..........................................................................................2

    1.3 Manfaat ........................................................................................2

    BAB II Tinjauan Pustaka..............................................................................4

    BAB III Kesimpulan.....................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

    4

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    5/43

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Perubahan morfologi dan fungsi jantung yang berkaitan dengan

    pertambahan umur...................................................................................................5

    Tabel 2.Perubahan morfologi dan fungsi vaskular yang berkaitan dengan

    pertambahan umur..................................................................................................6

    Tabel 3. Konsekuensi fungsional akibat perubahan intrinsik dan ekstrinsik yang

    mempengaruhi sistem respirasi akibat proses penuaan..........................................8

    Tabel 4.Perubahan fungsi ginjal akibat penuaan.................................................12

    Tabel 5. Perubahan pada hepar yang terkait dengan proses penuaan...................13

    Tabel 6. Konsekuensi fungsional perioperatif akibat kehilangan massa otot yang

    biasanya menyertai proses penuaan......................................................................14

    Tabel 7. Perbedaan Anestesi Spinal dan Epidural................................................17

    Tabel 8. Implikasi dari anestesi regional pada pasien geriatri..............................18

    Tabel 9. Implikasi dari anestesi umum pada pasien geriatri.................................18

    Tabel 10. Pertimbangan untuk sedasi pada orang tua..........................................23

    Tabel 11. Eliminasi dari obat-obatan...................................................................34

    Tabel 12. Perubahan Farmakologi Obat Anestesi terkait Umur..........................34

    5

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    6/43

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Ilustrasi Posisi PemasanganFace Mask..............................................24

    6

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    7/43

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan

    kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur

    dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk

    infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.1

    Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari

    harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara

    berkembang, dengan perkembangan yang cukup baik, dengan perbaikan

    pelayanan kesehatan baik dari segi pencegahan maupun pengobatan, makin

    tinggi harapan hidupnya diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun

    pada tahun 2000 yang akan datang. Pada tahun 2000 jumlah orang lanjut usia

    diproyeksikan sebesarn 7,28% dan pada tahun 2000 sebesar 11,34%.1

    Adanya perbaikan dalam bidang anestesi dan teknik operasi telah

    menurunkan angka mortalitas tindakan pembedahan pada populasi umum

    tetapi kematian terkait dengan tindakan anestesi pada pasien yang berusialanjut masih cukup tinggi. Pendekatan dan pengelolaan operasi dan anestesi

    pada pasien geriatri berbeda dan sering lebih kompleks dibandingkan pada

    pasien yang berusia lebih muda. Kapasitas fungsional organ berkurang seiring

    dengan proses penuaan, sehingga ketahanan terhadap stres menurun. Faktor

    risiko akibat proses penuaan bertambah akibat adanya penyakit penyerta.2

    Para manula ini mempunyai kekhususan yang perlu diperhatikan

    dalam anestesi dan pembedahan, karena terdapat kemunduran sistem fisiologis

    7

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    8/43

    dan farmakologi sejalan dengan penambahan usia. Kemunduran ini mulai jelas

    terlihat setelah usia 40 tahun. Dalam suatu penelitian di Amerika, diduga

    setelah usia 70 tahun, mortalitas akibat tindakan bedah menjadi 3 kali lipat

    dibandingkan usia 18-40 tahun dan 2 % dari mortalitas ini disebabkan oleh

    anestesi.1

    Tujuan dari pembuatan referat ini adalah agar memahami perubahan

    fisiologis pada geriatri, anestesi pada pasien geriatri, pemilihan obat dan dosis

    obat anestesi pada pasien geriatri.

    1.2 Tujuan

    1.2.1. Tujuan Umum

    Mengetahui dan memahami anestesi pada pasien geriatri

    1.2.2. Tujuan Khusus

    1. Mengetahui perubahan fisiologis pada geriatri

    2. Mengetahui anestesi pada pasien geriatri

    3. Mengetahui pemilihan obat anestesi pada pasien geriatri

    4. Mengetahui dosis obat anestesi pada pasien geriatri

    1.3 Manfaat

    1.3.1. Bagi Rumah Sakit Pendidikan

    Sebagai tambahan sumber informasi tertulis di perpustakaan tentang

    Anestesi pada Pasien Geriatri yang berasal dari buku teks yang telah

    diterjemahkan.

    1.3.2. Bagi Dokter Muda

    1. Sebagai tambahan sumber informasi tertulis tentang Anestesi

    pada Pasien Geriatri yang berasal dari buku teks yang telah

    diterjemahkan dalam menyelesaikan referat yang berkaitan dengan

    topik tersebut.

    8

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    9/43

    2. Sebagai tambahan panduan tentang Anestesi pada Pasien Geriatri

    yang berasal dari buku teks yang telah diterjemahkan dalam

    penerapan langsung anestesi pada pasien geriatri.

    1.3.3. Bagi Mahasiswa

    Sebagai tambahan sumber informasi tertulis tentang Anestesi pada

    Pasien Geriatri yang berasal dari buku teks yang telah diterjemahkan

    dalam menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan topik tersebut.

    9

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    10/43

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Lansia dan Proses Menua

    2.1.1 Definisi Lansia

    Menurut BKKBN, penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami

    proses penuaan secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik

    dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Kelompok lanjut

    usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan

    Setiabudhi, 1999;8). Hal ini sesuai dengan UU No 13 tahun 1998 tentang

    kesejahteraan lanjut usia, pada pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa lanjut usia

    adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.3,4

    Pada lanjut usia, akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan

    untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

    secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

    memperbaiki kerusakan yang terjadi.1 World Health Organization

    mengelompokkan lansia menjadi:5

    a. Usia pertengahan (middleage) : 45-59 tahun

    b. Lansia (elderly) : 60-74 tahun

    c. Tua (old) : 75-90 tahun

    d. Sangat tua (very old) : di atas 90 tahun

    2.1.2 Fisiologi Proses Menua

    10

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    11/43

    Menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat

    menjadi seorang yang fragile (lemah) dengan berkurangnya sebagian besar

    cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai

    penyakit dan kematian secara eksponensional. Menua juga dianggap sebagai

    penurunan seiring waktu yang terjadi pada sebagian besar makhluk hidup yang

    berupa kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan perubahan

    lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang

    terkait usia.1

    Terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh gerontologis ketika

    membicarakan proses menua:

    - Aging (bertambahnya umur): menunjukkan efek waktu yaitu suatu proses

    perubahan biasanya bertahap dan spontan.

    - Senescence (menjadi tua): hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan

    berkembang.

    - Homeostenosis: penyempitan/berkurangnya cadangan komeostasis yang

    terjadi selama penuaan pada setiap organ.

    Adapun perubahan anatomi dan fisiologi proses menua meliputi:

    a. Sistem Kardiovaskular

    Jantung

    Penuaan berkaitan dengan berbagai perubahan molekul, ion, biofisik dan

    biokimia pada jantung. Perubahan ini mempengaruhi fungsi protein, fosforilasi

    oksidatif mitokondria, kinetika Ca2+, coupling eksitasi-kontraksi, aktivasi

    miofilamen, respon kontraktil, komposisi dan regenerasi matriks, pertumbuhan

    dan ukuran sel, serta apoptosis.6

    Tabel 1. Perubahan morfologi dan fungsi jantung yang berkaitan dengan

    pertambahan umur6

    Morfologi: penurunan jumlah miosit, peningkatan ukuran miosit, penurunan jumlah

    11

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    12/43

    matriks dalam jaringan ikat, peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri, penurunan

    kepadatan serat konduksi, penurunan jumlah sel sinus node.

    Fungsi: penurunan kontraktilitas intrinsik, pemanjangan waktu kontraksi miokard,

    penurunan kecepatan kontraksi miokard, peningkatan kekakuan miokard,

    peningkatan tekanan pengisian ventrikel, peningkatan tekanan / ukuran atrium kiri,

    pemanjangan waktu potensial aksi, penurunan rendah koroner cadangan, penurunan

    -adrenoceptor-dimediasi modulasi inotropik dan chronotropic.

    Dalam hal fungsi jantung, pasien geriatri mengalami penurunan respon beta-

    adrenergik dan mengalami peningkatan insiden gangguan konduksi, bradiaritmia

    dan hipertensi. Curah jantung menurun sebesar 1% per tahun dan bertanggung

    jawab untuk penundaan absorpsi, onset aksi dan eliminasi obat. Proporsi sel

    pacemakerjantung menurun dari 50% pada usia anak lanjut menjadi kurang dari

    10% pada usia 75 tahun, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan insiden

    blok jantung derajat satu dan dua, sick sinus syndrom dan fibrilasi atrium pada

    usia lanjut.7,8,9

    Disfungsi diastolik merupakan penyumbang utama penyakit kardiovaskular

    pada populasi usia lanjut dan diperparah oleh beberapa penyakit penyerta. Karena

    disfungsi diastolik dan penurunan penyesuaian pembuluh darah, pasien usia lanjut

    mengkompensasi hipovolemia dengan buruk. Demikian pula, transfusi berlebihan

    juga tidak dapat ditoleransi dengan baik.Dengan sedikit penurunan pada preload

    (perdarahan, penurunan asupan per oral) memiliki efek yang bermakna pada

    cardiac output.8,9,10

    Pembuluh darah

    Perubahan fisiologis normal dari sistem vaskular meliputi aterosklerosis

    (yang mengarah ke kekakuan arteri, berkurangnya compliance pembuluh darah,

    dan pelebaran tekanan nadi), peningkatan ketebalan dinding arteri dan penurunan

    vasodilatasi yang dimediasi oleh 2 adrenoseptor. Impedansi vaskular meningkat,

    yang akhirnya meningkatkan stres dan konsumsi oksigen dinding miokard.

    12

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    13/43

    Berbagai aspek morfologi dan fungsi vaskular yang dipengaruhi oleh proses

    penuaan ditunjukkan pada tabel berikut.6

    Tabel 2. Perubahan morfologi dan fungsi vaskular yang berkaitan dengan

    pertambahan umur

    Morfologi: peningkatan diameter dan kekakuan arteri elastika besar, peningkatan

    ketebalan tunika media dan intima, peningkatan varian sel-sel endotel, peningkatan

    aktivitas elastolitik dan kolagenolitik, perubahan proliferasi / migrasi sel vaskular,

    perubahan matriks dinding pembuluh darah.

    Fungsi:penurunan vasodilatasi yang dimediasi oleh -adrenoseptor, low-dependent,

    endotelium-dependent dan atrial natriuretic-peptide, penurunan produksi / efek nitratoksida, kenaikan impedansi pembuluh darah, peningkatan kecepatan denyut nadi,

    relected awal pulsasi gelombang

    b. Sistem Respirasi

    Pada pasien usia lanjut, elastisitas paru-paru, pengembangan paru-paru dan

    dinding dada, total lung capacit /kapasitas paru total (TLC), forced vital

    capacity/kapasitas vital paksa (FVC), forced expiratory volume in one second

    /volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), vital capacity /kapasitas vital

    (VC) dan inspiratory reserve volume/volume cadangan inspirasi (IRV) semuanya

    mengalami penurunan yang disertai dengan peningkatan volume residu. Meskipun

    functional residual capacity / kapasitas residual fungsional (FRC) tidak berubah.

    PaO2 juga menurun seiring dengan pertambahan usia (PaO2 = 13.3-umur/30 kPa,

    atau Pao2 = 100-umur/4mmHg) meskipun PaCO2 tetap konstan.11

    Penurunan elastisitas paru-paru diakibatkan oleh penurunan sebesar 15%dari fungsi alveolar pada usia 70 tahun, sehingga keadaan ini tampak seperti pada

    emfisema. Kehilangan fungsi alveoli pada daerah lapangan paru tertentu

    menyebabkan peningkatan volume dead space yang meningkatkan

    ketidaksesuaian ventilasi-perfusi (V/Q). Hal ini meningkatkan gradien O2 alveoli-

    arterial dan mengurangi PaO2 istirahat.8

    Penurunan pengembangan dinding dada meningkatkan kerja pernapasan

    dan mengurangi ventilasi maksimal per menit. Kehilangan massa otot skelet

    13

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    14/43

    dinding dada lebih memperburuk proses ini. Karena penurunan recoil elastis paru-

    paru, volume akhir respirasi meningkat sedemikian rupa sehingga melebihi

    kapasitas residual fungsional pada usia > 65 tahun.8

    Respon pernapasan terhadap hipoksia menurun seiring dengan pertambahan

    usia. Selain itu, fungsi silia dan refleks batuk juga menurun. Sehingga sensasi

    faring, pita suara dan fungsi motorik yang diperlukan untuk menelan berkurang

    pada pasien usia lanjut sehingga aspirasi lebih mungkin terjadi.8

    Nyeri pasca operasi, posisi telentang, golongan narkotika, serta operasidada dan perut bagian atas dapat mengganggu fungsi paru-paru, menyebabkan

    atelektasis, embolisme, infeksi paru-paru serta depresi pernapasan. Aktivitas

    mukosiliar yang efektif diperburuk oleh kebiasaan merokok sehingga

    meningkatkan risiko komplikasi.11,12

    Tabel 3. Konsekuensi fungsional akibat perubahan intrinsik dan ekstrinsik yang

    mempengaruhi sistem respirasi akibat proses penuaan

    Penurunan elastisitas recoil paru-paru

    Peningkatan pengembangan jaringan paru-paru

    Penurunan kapasitas difusi oksigen

    Penutupan jalan napas prematur yang mengakibatkan ketidaksesuaian V/Q

    dan meningkatkan gradien oksigen alveolar terhadap arteri

    Penutupan saluran napas yang berukuran kecil dan perangkapan gas

    Penurunan laju aliran ekspirasi

    c. Sistem Saraf Pusat

    Massa otak mengalami penurunan seiring pertambahan usia, kehilangan

    sel-sel neuron yang paling menonjol di temukan pada korteks serebral khususnya

    di lobus frontalis. Aliran darah otak juga menurun sekitar 10-20% yang sesuai

    dengan penurunan sejumlah sel-sel neuron. Sel-sel neuron mengalami penurunan

    dalam hal ukuran dan kehilangan beberapa kompleksitas cabang dendritik dan

    14

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    15/43

    sejumlah sinapsis. Sintesis dari beberapa neurotransmiter, seperti dopamin, dan

    sejumlah reseptornya mengalami penurunan. Tempat pengikatan serotonergik,

    adrenergik, dan asam -aminobutirat(GABA) juga berkurang. Jumlah astrosit dan

    sel-sel mikroglial meningkat. Degenerasi sel-sel saraf perifer menyebabkan

    perlambatan kecepatan konduksi dan atrofi otot rangka.7

    Proses penuaan dikaitkan dengan peningkatan ambang batas untuk hampir

    semua modalitas sensorik termasuk sentuhan, sensasi suhu, proprioseptif,

    pendengaran, dan penglihatan. Perubahan dalam persepsi nyeri sangat kompleks

    dan kurang dapat dipahami, mekanismenya mungkin diakibatkan oleh perubahan

    proses nyeri sentral dan perifer. Tanpa penyakit penyerta, penurunan fungsi

    kognitif biasanya sederhana tetapi jenisnya bervariasi. Memori jangka pendek

    tampaknya yang paling terpengaruh. Aktivitas fisik dan intelektual yang kontinyu

    memberikan efek positif pada pelestarian fungsi kognitif. Pasien usia lanjut sering

    membutuhkan lebih banyak waktu untuk sembuh sepenuhnya dari efek anestesi

    umum terhadap sistem saraf pusat, terutama jika mereka mengalami penurunan

    kesadaran atau disorientasi sebelum operasi.2,13

    Etiologi POCD kemungkinan multifaktorial, termasuk efek obat, nyeri,

    gangguan kognitif sebelumnya, hipotermia, status gizi buruk, usia lanjut, dan

    gangguan metabolik. Rendahnya kadar neurotransmiter tertentu seperti asetilkolin

    mungkin ikut berperan. Pasien usia lanjut sangat sensitif teradap obat-obatan

    antikolinergik kerja sentral seperti skopolamin dan atropin. Beberapa pasien

    mengalami POCD yang berkepanjangan atau permanen setelah tindakan operasi

    dan anestesi. Beberapa metode sederhana untuk mengevaluasi fungsi kognitif usia

    lanjut seperti tes Folstein Mini Mental atau three item recall test.2

    d. Sistem Renal

    Fungsi ginjal menurun seiring bertambahnya usia. Proses penuaan pada

    ginjal mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional yang mengurangi

    cadangan fungsional. Hal ini menciptakan keterbatasan homeostatik pada

    15

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    16/43

    kemampuan ginjal untuk merespon dengan benar terhadap kelebihan atau pun

    defisit volume. Perubahan fisiologis ginjal yang menyertai proses penuaan antara

    lain: Penurunan massa ginjal (usia 25 sampai 85 tahun) yang dibuktikan oleh

    penurunan jumlah glomeruli dan nefron sebesar hampir 40%. Aliran darah ginjal

    menurun sekitar 10% per dekade setelah usia 50 tahun. Aliran darah ginjal

    berkurang akibat penurunan curah jantung. Penurunan laju filtrasi glomerulus /

    glomerular filteration rate ((GFR) sebesar 45% pada usia 80 tahun) mencerminkan

    penurunan bersihan kreatinin sebesar 0,75 ml / menit / tahun. Meskipun kadar

    kreatinin tidak terpengaruh karena pada pasien usia lanjut juga terjadi penurunan

    massa otot.9,12

    Penurunan aliran darah ginjal dikaitkan dengan kondisi medis seperti

    hipertensi, penyakit pembuluh darah, diabetes, dan penyakit jantung yang dapat

    memperburuk efek dari kelainan ginjal. Penurunan aliran darah ini dihubungkan

    dengan penurunan respon terhadap stimulus vasodilatasi, sehingga ginjal pada

    usia lanjut sangat rentan terhadap efek berbahaya dari penurunan curah jantung,

    hipotensi, hipovolemia, dan perdarahan. Stres akibat tindakan anestesi dan

    pembedahan, nyeri, stimulasi simpatik, dan obat-obatan vasokonstriksi ginjal

    dapat berkontribusi untuk terjadinya disfungsi ginjal perioperatif.

    Pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya, ginjal pada usia lanjut

    ditandai dengan peningkatan jumlah jaringan fibrosis, atrofi tubulus, dan

    arteriosklerosis. Adanya kelainan pembuluh darah kecil pada usia lanjut tanpa

    disertai penyakit ginjal atau hipertensi, menunjukkan bahwa pada usia lanjut yang

    sehat pun terdapat perubahan ginjal yang mungkin diakibatkan oleh penyakit

    vaskuler dan respon vaskuler yang berubah.

    Penurunan GFR yang terkait dengan proses penuaan dianggap sebagai

    perubahan farmakokinetik yang paling penting pada usia usia lanjut. GFR yang

    normalnya sekitar 125 mL / menit pada orang dewasa muda, menurun menjadi

    sekitar 80 mL / menit pada usia 60 tahun, dan sekitar 60 mL / menit pada usia80

    tahun. Karena penurunan GFR lebih rendah dari pada aliran darah ginjal, fraksi

    16

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    17/43

    filtrasi meningkat menjadi keadaan hiperfiltrasi. Hal ini merupakan kompensasi

    terhadap penurunan jumlah glomeruli fungsional sampai batas tertentu. Akibatnya

    tekanan dalam glomerulus meningkat sehingga dapat mempercepat

    glomerulosklerosis.

    Pada usia lanjut, obat yang bergantung pada fungsi ginjal untuk

    pembersihan dapat terakumulasi, yang mungkin diperberat oleh penyakit ginjal

    yang telah ada sebelumnya. Selain itu usia lanjut cenderung mengalami gangguan

    keseimbangan cairan dan elektrolit serta gagal ginjal yang diinduksi oleh obat-

    obatan.11,12

    Penelitian menunjukkan bahwa fungsi tubulus umumnya menurun pada

    usia lanjut, yang membatasi sejauh mana urin dapat terkonsentrasi dalam

    menanggapi defisit air. Demikian pula, jumlah beban garam yang dapat

    diekskresikan menjadi lebih terganggu akibat penuaan. Selain itu, seseorang yang

    berusia lanjut tidak dapat menekan sekresi hormon antidiuretik secara maksimal

    ketika osmolaritas serum berkurang. Hal ini bersamaan dengan penurunan

    efisiensi sistem renin-angiotensin, menunjukkan bahwa kegagalan pasien usia

    lanjut untuk mempertahankan natrium secara efektif dalam kondisi kontraksi

    volume plasma tidak semata-mata disebabkan oleh penurunan GFR.

    Kapasitas konsentrasi merupakan indikator tambahan yang sensitif untuk

    fungsi ginjal. Ketika jumlah cairan dibatasi, pasien yang berusia lanjut

    menunjukkan penurunan kemampuan untuk memekatkan urinnya. Aktivitas

    sistem renin-angiotensin menurun seiring dengan pertambahan dengan usia, dan

    pada usia diatas 40 tahun terjadi penurunan aktivitas renin aldosteron plasma,

    serta penurunan kemampuan ginjal untuk mempertahankan jumlah garam dengan

    pembatasan asupan.

    Pada usia lanjut, ginjal dapat mempertahankan keseimbangan asam-basa

    jika berfungsi di bawah kondisi dasar. Namun dengan adanya gangguan fungsi

    tubular ginjal untuk mengekskresikan sejumlah asam dibandingkan dengan pasien

    17

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    18/43

    yang lebih muda berkontribusi terhadap insiden yang lebih tinggi untuk terjadinya

    asidosis metabolik pada usia lanjut. Pada pasien bedah yang berusia lanjut, gagal

    ginjal akut bertanggung jawab untuk seperlima dari semua kematian operasi.

    Penyebab gagal ginjal yang mengarah ke dialisis belum dipahami secara jelas.

    Namun, sebagian besar kasus disebabkan nekrosis tubular akut.

    Respon ginjal terhadap tindakan pembedahan dan anestesi tampaknya

    tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan pertambahan usia. Telah

    diketahui bahwa GFR secara langsung mengalami penurunan pada tindakan

    anestesi umum, namun, secara klinis hal ini tidak terlalu signifikan. Penurunan

    curah jantung dan tekanan darah, sering disebabkan oleh defisit intravaskular dan

    hipotermia pada saat operasi, hal ini akan menurunkan aliran darah ginjal.14

    Penilaian yang tepat dan mempertahankan volume intravaskular memiliki

    dampak paling besar pada fungsi ginjal pada periode perioperatif. Pengenalan dan

    penanganan hipovolemia berpotensi untuk mengurangi kejadian disfungsi organ,

    morbiditas dan mortalitas pasca operasi. Pasien usia lanjut yang berisiko lebih

    tinggi terkena gagal ginjal akut karena kurangnya cadangan fungsional ginjal.

    Insiden gagal ginjal pasca operasi dapat berkisar antara 0,1% sampai 50% setelah

    operasi berisiko tinggi seperti trauma, intervensi rongga dada, atau kardiovaskular

    yang sangat tergantung pada lokasi operasi.14

    Tabel 4. Perubahan fungsi ginjal akibat penuaan9

    Penurunan jumlah nefron korteks

    Penurunan massa ginjal

    Penurunan laju filtrasi glomerulus (kreatinin serum tidak berubah karena

    penurunan massa otot rangka)

    Penurunan aliran darah ginjal

    e. Sistem Hepatobilier7

    18

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    19/43

    Hepar juga dapat dipengaruhi oleh proses penuaan. Karena beberapa obat

    anestesi dan nyeri seperti opioid dan tranquilizerdisaring dari plasma oleh hepar,

    sehingga durasi efek obat tersebut dapat memanjang pada pasien geriatri. Obat

    yang tergantung pada hepatosit seperti warfarin, dapat menghasilkan efek

    berlebihan karena terjadi peningkatan sensitivitas sel. Dilaporkan peningkatan

    insiden kolelitiasis pada pasien yang berusia di atas 90 tahun.

    Perubahan makroskopis hepar akibat proses penuaan diantaranya gambaran

    "atrofi cokelat." Perubahan warna ini dikaitkan dengan akumulasi pigmen

    lipofusin pada hepatosit, tetapi tidak jelas apakah perubahan morfologi ini

    berhubungan dengan perubahan dalam fungsi hepar.

    Aliran darah hepar menurun seiring dengan pertambahan usia. Sebagian

    besar penurunan ini dikaitkan dengan penurunan 35% massa hepar. Penurunan

    aliran darah hepar mungkin sedikit lebih besar daripada penurunan massa hepar,

    yang mengakibatkan penurunan aliran darah sebesar 10% per unit massa hepar.

    Namun pada usia lanjut, ukuran hepar yang cukup besar memberikan cadangan

    fungsional yang besar pula sehingga fungsi pemeliharaan relatif baik.

    Tabel 5. Perubahan pada hepar yang terkait dengan proses penuaan

    Penurunan massa dan aliran darah hepar (penurunan metabolismefirst pass)

    Fungsi preservasi hepatoseluler

    Kemungkinan penurunan produksi albumin (yang berkaitan dengan nutrisi)

    Peningkatan konsentrasi asam -1-glikoprotein

    Kemungkinan penurunan produksi kolinesterase plasma

    Terdapat sedikit perubahan mikroskopis hepar akibat proses penuaan.

    Diantaranya peningkatan volume hepatosit yang mungkin akibat pembengkakan

    intraseluler. Terdapat pula beberapa perubahan karakteristik organel sel, misalnya

    penurunan jumlah dan kepadatan mitokondria, penurunan jumlah reduksi

    retikulum endoplasma kasar dan halus. Penurunan jumlah retikulum endoplasma

    19

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    20/43

    kasar mungkin merupakan penyebab dari penurunan kemampuan untuk

    mensintesis protein. Namun, penurunan jumlah retikulum endoplasma halus

    mungkin berhubungan dengan penurunan protein mikrosom.

    f. Sistem Endokrin dan Metabolik

    Terdapat penurunan konsumsi oksigen basal dan maksimal akibat penuaan.

    Pada usia sekitar 60 tahun, kebanyakan pria dan wanita mulai mengalami

    penurunan berat badan. Pria dan wanita yang berusia lanjut rata-rata memiliki

    berat yang lebih rendah dari pada orang yang berusia lebih muda. Penurunan

    produksi panas, peningkatkan kehilangan panas, dan pengaturan suhu pada

    hipotalamus mungkin diatur pada tingkat yang lebih rendah. Peningkatan

    resistensi insulin menyebabkan penurunan secara progresif dalam hal kemampuan

    untuk menghadapi beban glukosa. Insiden diabetes meningkat pada orang tua

    sampai dengan 25% pada pasien yang berusia lebih dari 80 tahun. Penderita

    diabetes sering memiliki gangguan kardiovaskular, ginjal, neurologis dan visual,

    sehingga memerlukan kontrol kadar glukosa darah selama periode perioperatif.8

    Pada pasien usia lanjut yang sehat, respon neuroendokrin terhadap stres

    tampaknya tidak berubah atau sedikit menurun. Proses penuaan berhubungan

    dengan penurunan respon terhadap obat-obatan adrenergik ("blok endogen").

    Jumlah norepinefrin yang beredar dilaporkan meningkat pada pasien usia lanjut.2

    g. Sistem Muskulosketal

    Massa otot berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Gambaran

    mikroskopis menunjukkan penebalan neuromuscular junction. Tampak pula

    penyebaran extrajunctional dari beberapa reseptor asetilkolin. Dengan etiologi

    yang belum diketahui, sebagian besar kehilangan protein tubuh yang berkaitan

    dengan penuaan dikaitkan dengan penurunan 20% dari massa otot rangka yang

    20

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    21/43

    dikenal dengan istilahsarcopenia. Hal ini terjadi bahkan pada orang dewasa sehat

    dan berhubungan dengan hilangnya kekuatan.

    Tabel 6. Konsekuensi fungsional perioperatif akibat kehilangan massa otot yang

    biasanya menyertai proses penuaan

    Gangguan mobilisasi dan ambulasi pasca operasi

    Mengurangi efektifitas batuk

    Mengurangi thermogenesis dengan menggigil

    Merubah disposisi obat

    Mengurangi cadangan fungsional neuromuskuler

    Waktu pemulihan dan perawatan yang memanjang

    Pada dekade kedua, seseorang memiliki massa otot 60% dari massa tubuh,

    namun pada usia 70 tahun menurun hingga kurang dari 40%. Meskipun

    penurunan jaringan otot dimulai sekitar usia 50 tahun, namun hal inimeningkat

    setelah usia 60 tahun. Penurunan ini sebagian dapat dikembalikan dengan latihan

    beban. Meskipun demikian, tidak terdapat perbedaan dalam sensitivitas terhadap

    pelumpuh otot pada usia lanjut. Farmakokinetik obat-obatan tersebut ditandai

    dengan penurunan eliminasi. Pemberian dosis awal obat tersebut mungkin tidak

    harus dikurangi, tetapi pemberian dosis total umumnya dikurangi. Namun, karena

    terdapat penurunan eliminasi, maka efek obat-obatn ini harus hati-hati dipantau

    menggunakan komponen fungsi neuromuskuler seperti train-of-four tests. 2

    Kulit mengalami atrofi dan rentan terhadap trauma akibat plester perekat,

    bantalan elektrokauter, dan elektroda elektrokardiografi. Dinding vena sering

    menjadi rapuh dan mudah ruptur pada saat infus intravena. Atritis sendi dapat

    mengganggu pengaturan posisi pasien (misalnya, litotomi) atau anestesi regional

    (misalnya, blok subaraknoid). Penyakit degeneratif servikal dapat membatasi

    ekstensi leher yang berpotensi membuat intubasi menjadi sulit.2

    2.2 Anestesi pada Pasien Geriatri

    21

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    22/43

    Adanya perubahan pada berbagai sistem organ tubuh berkaitan dengan

    bertambahnya usia mengakibatkan perbedaan perlakuan tindakan anestesia pada

    pasien geriatri. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan yang menimbulkan

    perubahan sistem organ yang mengakibatkan meningkatnya resiko anestesi

    berkaitan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas.2

    Risiko tindakan anestesia dan pembedahan pasien usia lanjut akan

    meningkat karena adanya kelainan degeneratif, penyakit lain yang diderita,

    pengobatan sendiri atau kebiasaan-kebiasaan yang menahun. Klasifikasi ASA pun

    meningkat seiring dengan meningkatnya usia berkaitan dengan meningkatnya

    komplikasi dan resiko yang dapat terjadi.

    2.2.1 Tipe Anestesi

    - Anestesi Umum

    Adalah suatu keadaan kehilangan kesadaran disertai hilangnya sensasi rasa

    sakit di seluruh tubuh dan relaksasi otot pada derajat tertentu karena

    pemberian obat anestesi.

    - Anestesi regional

    Adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada impuls

    syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk

    sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau

    seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.

    Pembagian anestesi regional:

    1. Blok sentral (blok neuroaksial), meliputi blok spinal, epidural dan kaudal

    - Anestesi Spinal : pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang

    subarackhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan

    anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.

    22

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    23/43

    - Anestesi Epidural : Blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang

    epidural. Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan duramater.

    Kedalaman ruang ini rata-rata 5 mm dan dibagian posterior kedalaman

    maksimal pada daerah lumbal.

    2. Blok perifer (blok saraf) misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok

    lapangan, blok saraf, dan regional intravena

    Tabel 7. Perbedaan Anestesi Spinal dan Epidural

    2.2.2 Pemilihan Tipe Anestesi pada Pasien Geriatri

    Regional anestesi lebih menguntungkan pada opersai hip arthroplasty

    (mengurangi perdarahan intraoperasi dan mengurangi insidens deep vein

    thrombosis) dan TUR-P (transurethral resection prostatectomy).2

    Dosis yang dibutuhkan untuk spinal, epidural, dan blok saraf perifer harus

    dikurangi karena perubahan-perubahan yang terkait usia berupa penurunan jumlah

    axon di saraf perifer, deteriorasi dari selaput myelin, penyempitan intervertebral

    space (reduce transforminal escape and facilitates cephalad spread in the

    epidural space), dan berkurangnya panjang vertebra columnis (mempengaruhi

    dosis anestesi spinal).

    2

    23

    http://1.bp.blogspot.com/_HDtJ2VDkQzU/SmDE2SQtwnI/AAAAAAAAACs/X6dyfCfvG9U/s1600-h/Picture1.png
  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    24/43

    Tabel 8. Implikasi dari anestesi regional pada pasien geriatri

    Tabel 9. Implikasi dari anestesi umum pada pasien geriatri

    2.2.2.1 Evaluasi Praoperatif, Manajemen Perioperatif, Intraoperatif, dan

    Pasca Operatif

    a. Evaluasi Praoperatif8

    Penilaian pra operasi berperan penting dalam mengurangi komplikasi pasca

    operasi. Pemahaman tentang status fisik pasien akan memberikan panduan

    terhadap penilaian jenis penyakit komorbid dan tingkat keparahannya, jenis

    24

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    25/43

    monitoring yang diperlukan, optimasi pra operasi dan prediksi akan timbulnya

    komplikasi pasca operasi. Pemahaman riwayat penyakit yang mendetail,

    pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penilaian risiko tindakan

    pembedahan harus difokuskan selama evaluasi pra operasi.

    Informed Consent

    Pasien, anggota keluarga atau wali pasien harus diberitahu tentang

    intervensi bedah dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul. Kapasitas

    putusan merupakan prasyarat untuk suatu informed consent yang sesuai denganhukum dan moral. Pasien usia lanjut mungkin tidak sepenuhnya memahami

    intervensi yang direncanakan, sehingga kerabat terdekat harus terlibat untuk

    memperoleh informed consent yang terperinci. Status mental dan kognitif pasien

    harus dipertimbangkan dan didokumentasikan.

    Riwayat Penyakit dan Status Gizi

    Riwayat kondisi medis lengkap dan operasi sebelumnya harus dicatat

    karena pasien usia lanjut biasanya sedang menjalani banyak terapi obat-obatan.

    Defisiensi nutrisi yang sering dialami oleh pada usia lanjut harus dinilai secara

    akurat. Hitung darah lengkap yang menunjukkan anemia, kadar albumin serum

    yang kurang dari 3.2g/dl dan kolesterol kurang dari 160mg/dl telah terbukti

    sebagai penanda risiko outcome pasca operasi yang merugikan. Indeks massa

    tubuh yang kurang dari 20 kg/m2 pada pasien usia lanjut mungkin mengarahkan

    peningkatan morbiditas karena penyembuhan luka yang tertunda, sehinggasuplemen gizi pra operatif harus dipertimbangkan.

    Pemeriksaan fisik

    Meskipun pasien usia lanjut memiliki riwayat medis yang panjang, mereka

    biasanya tidak memberikan rincian penyakit mereka, ini merupakan konsekuensi

    yang tidak dapat dihindari akibat usia tua. Pemeriksaan fisik harus mencakup

    25

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    26/43

    informasi yang mendetail tentang status hidrasi, gizi, tekanan darah, nadi dan

    kondisi sistemik.

    Penilaian status mental pra operasi sangat penting karena biasanya

    mencerminkan status kognitif pasca operasi. Demensia pra operasi merupakan

    prediktor yang penting dari outcome bedah yang buruk.

    Pemeriksaan Penunjang Pra operasi

    Pasien usia lanjut harus menjalani berbagai tes yang akan membantu

    menentukan parameter kesehatan pasien, bahkan pada mereka yang sehat dan

    termasuk diantaranya:

    - Hitung darah lengkap: Hb, jumlah limfosit

    - Urem, kreatinin dan elektrolit akan memberikan informasi tentang fungsi

    ginjal karena akan mengalami perubahan secara bertahap dengan

    pertambahan usia. Creatinin clearance merupakan indeks penting.

    - Gula darah dan kolesterol harus diperiksa karena tingginya insiden diabetes

    mellitus dan ateroskleorsis.

    - Kadar albumin dan fungsi pembekuan darah.

    - Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) harus dilakukan pada semua pasien

    yang berusia di atas 60 tahun, terlepas dari ada riwayat penyakit jantung atau

    tidak.

    - Rontgen dada dan tes fungsi paru pada pasien dengan penyakit paru obstruktif

    kronis.

    - Pemeriksaan jantung.

    26

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    27/43

    b. Manajemen perioperatif

    Penyakit yang umumnya ditemukan pada usia lanjut memiliki dampak

    yang signifikan terhadap tindakan anestesi dan memerlukan perawatan khusus,

    sehingga penting untuk menentukan status fisik pasien dan memperkirakan

    cadangan fisiologis dalam evaluasi preanestesi. Jika kondisi dapat dioptimalkan

    sebelum operasi, maka operasi dapat dilakukan tanpa penundaan. Penundaan

    operasi yang lama dapat meningkatkan morbiditas. Diabetes mellitus dan penyakit

    kardiovaskular adalah penyakit yang paling sering dialami oleh pasien geriatri.

    Komplikasi paru adalah salah satu penyebab utama morbiditas pasca bedah pada

    pasien usia lanjut. Untuk pasien ini diperlukan optimalisasi paru-paru. Riwayat

    penyakit dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

    sangat penting. Masalah yang yang harus selalu dipikirkan pada pasien geriatri

    adalah kemungkinan terjadinya depresi, malnutrisi, imobilitas dan dehidrasi.

    Sehingga penting untuk menentukan status kognitif seorang pasien usia lanjut.

    Defisit kognitif berkaitan dengan outcome yang buruk dan morbiditas perioperatif

    yang lebih tinggi. Namun masih kontroversial apakah anestesi umum dapat

    mempercepat perkembangan demensia senilis.8,10

    c. Manajemen Intraoperatif

    Manajemen intraoperatif diarahkan untuk membatasi stres akibat

    pembedahan dan menghindari kejadian yang lebih memperburuk cadangan

    fisiologis pasien. Tidak ada teknik universal khusus yang disetujui untuk pasien

    usia lanjut tetapi beberapa intervensi dapat meningkatkan outcome.7

    1. Induksi Anestesi

    Pada pasien usia lanjut, preoksigenasi agresif yang setara untuk anestesi

    inhalasi menurun secara linear dengan pertambahan usia, oleh karena itu dosis

    obat yang mempengaruhi SSP perlu dikurangi untuk mengantisipasi efek sinergi

    obat. Penggunaan bersama propofol, midazolam, opioid dapat meningkatkan

    kedalaman anestesi. Hipotensi adalah kejadian yang umum didapatkan sehingga

    27

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    28/43

    dosis obat-obatan ini harus dititrasi. Dipilih obat yang bekerja singkat. Stimulasi

    intubasi trakea tidak memberikan efek hipotensi pada pasien usia lanjut. 7

    Efek puncak obat mengalami penundaan, diantaranya: midazolam 5 menit,

    fentanil 6-8 menit, dan propofol 10 menit. Untuk meminimalkan kedalaman dan

    durasi hipotensi, dosis propofol tanpa suplementasi opioid disesuaikan dengan

    cara dikurangi 1,0-1,5 mg / kg lean body weight (LBW) dan 0.5-1.0mg/kg jika

    diberikan opioid secara bersamaan khususnya jika disertai juga dengan pemberian

    ketamin dosis rendah dan midazolam.10

    Penggunaan profilaksis aspirasi dan rapid sequence intubation (RSI) harus

    dilakukan secara rutin, khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus atau

    penyakit refluks dan prosedur darurat. Antisipasi pemanjangan durasi obat

    neuromuskuler yang bersifat organ based klirens. Seiring pertambahan usia, obat-

    obatan intermediate acting bekerja lebih lama (kecuali atrakurium dan

    cisatrakurium), dapat menurunkan suhu tubuh, menyebabkan diabetes dan

    obesitas (jika dosisnya dihitung berdasarkan berat badan total) dan peningkatan

    blok neuromuskuler. Dosis antikolinesterase inhibitor juga harus dikurangi dan

    pasien dipantau dengan ketat di unit perawatan pasca-anestesi (PACU) untuk

    tanda-tanda rekurarisasi.7

    Obat-obatan non-steroid anti-inflammatory drug (NSAID) untuk

    menghilangkan rasa sakit pasca operasi harus diberikan dengan dosis dikurangi

    untuk menghindari komplikasi seperti gastritis, gagal ginjal akut. NSAID harus

    dihindari pada pasien usia lanjut dengan gangguan fungsi ginjal preoperatif

    (peningkatan kadar urea / kreatinin) atau jika pasien mengalami hipovolemia.

    2. Sedasi dan Monitoring

    Populasi usia lanjut adalah kelompok yang heterogen, dan kronologis

    pertambahan usia tidak selalu paralel dengan kondisi fisiologis. Pasien yang

    berusia lebih tua menunjukkan sejumlah komorbiditas, riwayat pengobatan yang

    banyak, dan kurangnya cadangan fisiologis. Pasien usia lanjut lebih sensitif

    28

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    29/43

    terhadap efek sedatif dan depresan dari obat-obatan yang digunakan untuk sedasi

    dan juga mengalami peningkatan risiko untuk efek samping aditif ika diberikan

    obat-obatan kombinasi. Jika episode singkat dari hipotensi atau desaturasi

    mungkin tidak bermakna pada pasien muda, episode yang sama pada pasien usia

    lanjut dapat mengakibatkan konsekuensi serius, seperti aritmia dan iskemia

    jantung.14

    Pemantauan klinis pada pasien usia lanjut mungkin lebih dituntut

    dibandingkan pasien yang lebih muda. Selama prosedur, individu yang bertugas

    harus dapat mengawasi pasien. Individu ini tidaklah melakukan prosedur

    melainkan harus terus memantau respon, kerjasama, dan tanda-tanda vital pasien.

    Karena pasien yang tersedasi harus responsif setiap saat, maka komunikasi dengan

    pasien adalah salah satu metode pemantauan yang paling berharga.

    Tabel 10.Pertimbangan untuk sedasi pada orang tua.

    1. Adanya beberapa komorbiditas: penyakit koroner, aritmia

    2. Riwayat cedera serebrovaskular sebelumnya

    3. Kesulitan memposisikan pasien

    4. Nyeri kronis terutama bagian tulang belakang dan spinal

    5. Prevalensi hipoksia kronis dan kebutuhan oksigen di rumah

    6. Gangguan fungsi pendengaran dan visual yang mengganggu komunikasi

    7. Demensia dan disfungsi kognitif

    2.Ventilasi Face Maskpada Pasien Geriatri

    Ventilasi face mask adalah komponen esensial dalam management airway

    selama pembiusan. Ventilasi masker sulit (Difficult Mask ventilation/DMV) dapat

    menyebabkan situasi komplek dan berpotensi menghasilkan outcome yang serius

    dan buruk. Pathogenesis penyebab DMV belum sepenuhnya dimengerti.

    29

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    30/43

    Obstruksi jalan nafas atas dan kebocoran udara dapat menyebabkan segel masker

    inadekuat dan berkontribusi terhadap masalah ini.15

    Pasien geriatri cenderung mempunyai gigi ompong dan membutuhkan

    general anestesi. Pada pasien ompong, kebocoran udara timbul karena

    berkurangnya kontak antara pipi dan masker. Sehingga pada pasien ompong dapat

    mengalami kesulitan untuk melakukan ventilasiface maskkarena segel yang tidak

    adekuat pada masker akan menyebabkan kebocoran udara.15

    Gambar 1. Ilustrasi Posisi PemasanganFace Mask

    Ventilasi face maskstandar dilakukan dengan menempatkan ibu jari dan

    jari telunjuk pada bagian masker dimana jari lainnya menekan mandibula kea rah

    gigi atas dan mengekstensikan kepala. Ketika kebocoran terjadi, kedudukanmasker dipindahkan ke bibir bawah dengan cara reposisi bagian kaudal masker ke

    atas bibir bawah sambil mempertahankan posisi ekstensi kepala.

    Ventilasi masker kadang tidak efektif dan pada beberapa kasus hampir

    tidak mungkin dilakukan pada pasien ompong karena kurangnya facial support.

    Kurangnya support menyebabkan masker eksternal yang inadekuat dan kebocoran

    udara yang signifikan. Langeron et al menyarankan untuk tidak melepas gigi palsu

    sebelum induksi anestesi, namun demikian hal ini berbahaya karena gigi palsu

    30

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    31/43

    dapat tertelan ataupun teraspirasi. Tekanan positif nasal dapat dilakukan pada

    pasien ompong karena kontak masker hanya pada daerah maksila. Hal lain yang

    dapat dilakukan adalah reposisi kaudal masker ke bibir bawah. Hal ini lebih

    mudah dilakukan karena tidak membutuhkan peralatan tambahan dan secara

    potensial efektif mengurangi kebocoran udara. Karena pada prakteknya sulit

    dilakukan dengan satu tangan, sehingga diputuskan untuk menggunakan teknik

    dua tangan untuk mencapai ventilasi adekuat. Untuk mencapai tujuan dari

    penelitian ini dipilih pengukuran obyektif dari efisiensi ventilasi. Perbedaan

    setidaknya 33 % antara volume tidal ekspirasi dan inspirasi menunjukkan ventilasi

    yang inadekuat.15

    4. Hipotermia

    Pembedahan umumnya dapat menyebabkan hipotermia karena faktor

    lingkungan dan tindakan anestesi yang menginduksi inhibisi mekanisme

    termoregulator normal. Pasien usia lanjut lebih beresiko untuk mengalami

    hipotermia karena anestesi yang mengubah mekanisme termoregulator dan tingkat

    metabolisme basal yang rendah. Hipotermia intraoperatif dapat menjadi faktor

    risiko jantung independen untuk penyakit jantung pasca operasi pada usia lanjut.

    Oleh karena itu, pada pasien usia lanjut harus dilakukan upaya untuk mencegah

    kehilangan panas. Langkah-langkah untuk mencegah hipotermia adalah:

    pembersihan pasca operasi dengan cairan yang hangat, menggunakan sistem

    pemanasan, menghangatkan cairan IV, menjaga suhu lingkungan tetap hangat,

    menutupi pasien dengan selimut sebelum dan setelah operasi.2

    5. Manajemen cairan

    Mengelola volume intravaskular yang tepat sangat penting dengan

    menghindari kelebihan dan kekurangan pemberian cairan. Karena adanya

    peningkatan afterload, penurunan respon inotropik atau chronotoropic serta

    gangguan respon vasokonstriksi menyebabkan pasien usia lanjut sangat

    tergantung pada preload yang memadai. Pasien usia lanjut juga rentan terhadap

    31

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    32/43

    dehidrasi karena penyakit, penggunaan diuretik, puasa pra operasi dan penurunan

    respon haus. Asupan cairan oral hingga 2 - 3 jam sebelum operasi, dan terapi

    pemeliharaan cairan yang cukup serta menghindari terapi diuretik sebelum operasi

    dapat menghindarkan kejadian hipotensi mendadak segera setelah induksi

    anestesia. Hidrasi yang berlebihan juga harus dihindari pada usia lanjut dengan

    gangguan jantung karena mereka lebih rentan untuk terjadinya kegagalan sistolik,

    perfusi organ yang jelek dan penurunan GFR.7

    Penting pula untuk melakukan pemantauan kateter vena sentralis atau arteri

    pulmonalis intraoperatif untuk mengukur volume darah sentral khusus pada

    pasien usia lanjut yang cenderung memiliki penurunan volume darah dalam

    jumlah besar atau pergeseran cairan. Penting untuk menaga tekanan vena sentral

    pada kisaran 8 - 10 mmHg dan tekanan arteri pulmonalis14 - 18 mm Hg untuk

    mempertahankan output jantung yang memadai.7

    d. Manajemen pasca operasi

    1. Manajemen jalan napas

    Perubahan fungsi faring, refleks batuk, dapat diperburuk oleh efek dari

    anestesi, instrumentasi faring dan operasi yang dapat meningkatkan kemungkinan

    aspirasi pascaoperasi pada usia lanjut. Pembalikan efek blok neuromuskuler,

    penggunaan pipa nasogastrik, mengembalikan refleks faring dan laring, motilitas

    gastrointestinal dan ambulasi dini dengan konversi intake oral setelah operasi

    dapat meminimalkan insiden aspirasi pasca operasi.7

    2. Terapi oksigen

    Dianjurkan untuk memberikan terapi oksigen pasca-operasi untuk semua

    pasien usia lanjut, terutama setelah pembedahan abdomen atau dada, penyakit

    kardiovaskuler atau pernapasan, kondisi kehilangan darah yang signifikan, atau

    bila telah diberikan analgetik opioid. Nasal kanul sering ditoleransi lebih baik

    daripada masker.10

    32

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    33/43

    3. Perawatan intensif

    Jika pasien sangat tergantung pada perawatan tingkat tinggi atau tersedia

    fasilitas perawatan intensif, hal ini dapat meningkatkan outcome jangka panjang

    dari pasien usia lanjut, khususnya mereka yang menjalani operasi darurat.

    4. Manajemen Nyeri

    Manajemen nyeri akut sangat penting pada pasien bedah berusia lanjut,

    dimana nyeri pasca operasi dapat menghasilkan efek yang berbahaya. Kontrol

    nyeri yang kurang optimal dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada

    usia lanjut karena komorbiditas terkait seperti penyakit jantung iskemik,

    penurunan cadangan ventilasi, perubahan metabolisme, efek dan ekskresi.7

    Pertimbangkan pemberian analgetik sederhana seperti parasetamol, dan

    NSAID dengan hati-hati. Titrasi morfin IV menggunakan protokol usia lanjut (>

    70 tahun) yaitu 2-3 mg morfin IV setiap 5 menit untuk skor analog visual lebih

    dari 30 dilaporkan dapat memberikan kontrol nyeri yang memadai. Opioid kerja

    singkat seperti fentanil atau sufentanil dan strategi manajemen nyeri intensif

    dengan bolus intermiten ataupatient controlled analgesia (PCA) secara parenteral

    atau dengan blok neuraxial dilaporkan paling bermanfaat untuk pasien usia lanjut

    beresiko tinggi atau pasien usia lanjut dengan risiko rendah yang menjalani

    operasi berisiko tinggi dengan mengurangi respon stres terhadap pembedahan dan

    ambulasi dini.7,10

    5. Pertimbangan lainnya

    Fisioterapi dini dan kontinyu serta mobilisasi dapat membantu pemulihan

    pasca-operasi dan dapat mengurangi lama perawatan di rumah sakit secara

    signifikan. Pertimbangkan profilaksis deep vein thrombosis (DVT) dimana pasien

    usia lanjut adalah kelompok berisiko tinggi, terutama mereka dengan fraktur

    kolum femoris atau mereka yang tirah baring selama beberapa hari. Cari

    kemungkinan munculnya komplikasi pascaoperasi. Komplikasi yang paling sering

    33

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    34/43

    termasuk infeksi (terutama luka, dada, saluran kemih), DVT dan emboli paru.

    Dapat pula timbul delirium dan mungkin disebabkan oleh sepsis, dehidrasi,

    overhidrasi, ureum dan elektrolit yang abnormal, hipoksia, sindrom putus

    alkohol / obat atau gangguan kognitif / demensia.10

    2.2.2.2 Farmakologi Klinis Obat-Obatan Anestesi pada Pasien Geriatri

    Secara umum berbagai obat-obatan dan teknik anestesi yang sesuai

    digunakan untuk orang yang berusia lebih muda dan dewasa juga dapat digunakan

    pada pasien usia lanjut dengan keterbatasan fisiologi mereka. Mungkin diperlukanmodifikasi teknik dan khususnya dosis obat.11 Tidak ada regimen anestesi yang

    "ideal" untuk pasien usia lanjut. Mayoritas obat-obatan anestesi yang lebih poten

    pada pasien usia lanjut dengan pengecualian atropin (dosis harus ditingkatkan

    untuk menghasilkan respon heart rate yang diinginkan).8

    Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan farmakokinetik (hubungan

    antara dosis obat dan konsentrasi plasma) dan farmakodinamik (hubungan antara

    konsentrasi plasma dan efek klinis). Namun perubahan yang berhubungan dengan

    penyakit dan variasi antar individu yang luas bahkan pada populasi yang sama

    menyebabkan perubahan ini tidak selalu konsisten.2

    Penurunan progresif massa otot dan peningkatan lemak tubuh (terutama

    pada wanita usia lanjut) menyebabkan penurunan total jumlah cair tubuh. Hal ini

    menyebabkan konsentrasi plasma obat-obatan yang larut air dapat lebih tinggi,

    sebaliknya konsentrasi plasma obat-obatan larut lemak dapat dapat lebih renah.Perubahan dalam volume distribusi obat dapat mempengaruhi waktu paruh

    eliminasi obat. Jika volume distribusi obat ditingkatkan, waktu paruhnya akan

    diperpanjang kecuali tingkat klirens juga meningkat. Namun karena fungsi ginjal

    dan hepar juga berkurang seiring pertambahan usia, penurunan tingkat klirens

    memperpanjang durasi kerja beberapa obat. Studi menunjukkan bahwa pasien usia

    lanjut yang sehat, aktif hanya mengalami sedikit sedikit atau tidak ada perubahan

    dalam volume plasma.2

    34

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    35/43

    Distribusi dan eliminasi obat juga dipengaruhi oleh perubahan binding

    protein plasma. Albumin, yang cenderung untuk mengikat obat-obatan yang

    bersifat asam (misalnya, barbiturat, benzodiazepin, agonis opioid), biasanya

    menurun sesuai pertambahan usia. Asam-1 glikoprotein, yang mengikat obat

    dasar (misalnya, anestesi lokal) mengalami peningkatan. Obat-obatan yang terikat

    dengan protein tidak dapat berinteraksi dengan reseptor organ dan tidak dapat

    dimetabolisme atau diekskresi.2

    Perubahan farmakodinamik utama yang terkait dengan penuaan adalah

    penurunan kebutuhan obat-obatan anestesi, ditunjukkan oleh MAC yang lebih

    rendah. Titrasi obat-obatan anestesi secara hati-hati dapat membantu untuk

    menghindari efek samping dan durasi kerja yang berkepanjangan. Obat-obatan

    kerja pendek seperti propofol, remifentanil, desflurane, dan suksinilkolin mungkin

    sangat berguna pada pasien usia lanjut. Obat yang tidak terlalu tergantung pada

    fungsi hepar, ginjal atau aliran darah seperti mivakurium, atrakurium, dan

    cisatrakurium juga dapat bermanfaat.2

    Mekanisme farmakokinetik mencakup proses absorpsi obat, distribusi ke

    jaringan, metabolisme, dan eksresi obat. Sedangkan mekanisme farmakodinamik

    adalah perubahan fisiologik yang dihasilkan oleh kadar obat tertentu pada

    jaringan. Waktu paruh (T) dari obat-obat intravena biasanya memanjang pada

    pasien geriatri, mencerminkan peningkatan volume distribusi (obat-obat yang

    larut lipid disimpan dalam total volume lemak yang juga meningkat pada passien

    geriatri) dan penurunan fungsi klirens ginjal dan hepar yang menyertai proses

    penuaan. Karena alasan ini terjadi efek kumulatif obat-obatan anestesi pada

    pasien-pasien geriatri, menyebabkan memanjangnya waktu pulih dari obat-obat

    anestesia.

    a. Anestesi Intravena

    1. Propofol. Dosis induksi propofol harus dikurangi sampai setengah

    dari dosis yang digunakan untuk passien dewasa muda usia 20 tahun,

    karena pada pasien geriatri dibutuhnya hanya 50% kadar propofol

    35

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    36/43

    dalam plasma untuk mendapatkan efek anestesi yang sama pada

    pasien dewasa muda. Propofol merupakan induksi anestesi yang ideal

    pada pasien geriatri karena eliminasinya yang cepat, tetapi perlu

    diwaspadai karena kejadian apnue dan hipotensi pada pasien geriatri

    lebih sering daripada pasien dewasa muda.

    2. Barbiturat. Dosis thiopental sebagai induksi anestesi harus dikurangi

    pada pasien geriatri. Pengurangan dosis ini dikarenakan penurunan

    klirens thiopental dari kompartemen sentral ke kompartemen perifer.

    Penurunan dosis ini menghasilkan konsentrasi dalam plasma yang

    sama dengan pemberian dosis yang lebih besar pada pasien yang lebih

    muda. Onset kerja thiopental yang memanjang merupakan cerminan

    peningkatan volume distribusi dan pemanjangan waktu paruh (T).2

    3. Benzodiazepin. Waktu paruh (T) diazepam dalam jam hampir sama

    dengan usia pasien dalam tahun, sebagai tanda peningkatan volume

    distribusi. Peningkatan volume distribusi dizepam karena obat ini larut

    dalam lemak dan volume lemak pada pasien geriatri yang meningkat.

    Pada pasien geriatri juga tampak peningkatan sensitifitas terhadap

    midazolam.2

    4. Opioid. Waktu paruh (T) opioids meningkat mencerminkan

    peningkatan volume distribusinya. Waktu paruh diazepam dapat

    mencapai 36 72 jam. Sedangkat untuk midazolam kebutuhan

    dosisnya menurun 50% dengan waktu paruh 2,5 4 jam. Pengurangan

    dosis opioids ini juga dikarenakan peningkatan sensitifitas otak

    terhadap efek opioids.

    5. Etomidat. Klirens plasma menurun sebagai akibat dari penurunan

    aliran darah ke hepar dan penurunan metabolisme. Tidak terdapat

    perubahan pada efek farmakodinamik, tetapi penurunan laju klirens

    antar kompartemen menyebabkan peningkatan konsentasi etomidat

    36

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    37/43

    dalam plasma sehingga dibutuhkan pengurangan dosis pemberian

    etomidat untuk kebutuhan anestesi.2

    6. Narkotik. Terjadi peningkatan sensitifitas otak terhadap efek

    fentanyl, alfentanil, sefentanil, dan remifentanil. Dosis yang

    dibutuhkan untuk pasien geriatri harus dikurangi 50% dari dosis untuk

    pasien dewasa muda untuk mendapatkan gambaran efekeeg end point

    yang sama.

    a. Anestesi Inhalasi

    Konsentrasi alveolar minimum (Minimum Alveolar Concentration =

    MAC) dari anestesi inhalasi adalah konsentrasi alveolar yang mencegah

    gerakan pada 50% pasien dalam merespon stimulus standar (ex. insisi

    bedah). MAC merupakan pengukuran yang berguna karena merupakan

    cermin tekanan parsial otak, memungkinkan perbandingan potensi antara

    agen, dan menyediakan standar untuk evaluasi eksperimental. Meskipun

    demikian, harus dianggap sebagai rata-rata statistik dengan nilai terbatas

    dalam mengelola pasien individu, terutama selama masa cepat perubahan

    konsentrasi alveolar (ex. induksi).7

    MAC untuk agen inhalasi akan berkurang hingga 4% per dekade

    pada usia di atas 40 tahun. Sebagai contoh, MAC halotan pada orang 80

    tahun yang diharapkan menjadi 0,65 (0,77 - [0,77 x 4% x 4]). Onset kerja

    akan menjadi lebih cepat jika cardiac output ditekan, padahal onset tersebut

    akan tertunda jika ada ventilasi yang signifikan / abnormalitas perfusi. Efek

    depresan miokardial dari anestesi volatile meningkat pada pasien geriatri,

    sedangkan kecenderungan takikardi dari isoflurane dan desflurane akan

    menurun. Dengan demikian, berbeda dengan dampaknya pada pasien yang

    lebih muda, isoflurane mengurangi output jantung dan denyut jantung pada

    pasien geriatri. Pemulihan dari anestesi dengan anestesi volatile mungkin

    berkepanjangan karena adanya peningkatan volume distribusi (peningkatan

    37

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    38/43

    lemak tubuh), penurunan fungsi hepar (penurunan metabolisme halotan),

    dan penurunan pertukaran gas paru. Eliminasi cepat desflurane dapat

    menjadikannya anestesi inhalasi pilihan bagi pasien geriatri.7

    b. Muscle Relaxants

    1. Selain deteriorasi dari neuromuskular junction dan saraf karena usia,

    tidak ada perubahan terkait usia pada konsentrasi plasma (mekanisme

    farmakodinamik) yang menyebabkan adanya efek spesifik musle

    relaxants pada pasien geriatri jika dibandingkan dengan pasien dewasa

    muda.

    2. Klirens pancuronium atau metakurin (melalui ginjal) dan vercuronium

    (melalui hepar) dapat memanjang (mekanisme farmakokinetik) pada

    pasien geriatri, sehingga diperlukan untuk penyesuaian interval

    pemberian dosis anestesi untuk mencegah terjadinya efek kumulatif.

    3. Klirens atracurium tidak dipengaruhi oleh penuaan. Karena inaktivasi

    atracurium melalui eliminasi Hofmann atau hidrolisis plasma ester

    yang tidak dipengaruhi oleh proses penuaan.

    4. Kebutuhan dosis suksinilkolin tampaknya sedikit berubah karena usia

    karena adanya kemungkinan penurunan cardiac output dan aktifitas

    kolin esterase.

    5. Pemulihan dari relaksan otot nondepolarizing yang bergantung padaekskresi ginjal (ex. metocurine, pankuronium, doxacurium,

    tubocurarine) mungkin tertunda karena penurunan klirens obat.

    6. Demikian pula, penurunan ekskresi hepatik karena kehilangan massa

    hati memperpanjang eliminasi dan durasi aksi rocuronium dan

    vecuronium.

    38

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    39/43

    7. Profil farmakologis atracurium dan pipecuronium tidak signifikan

    dipengaruhi oleh usia.

    8. Laki-laki tua (tapi tidak perempuan tua) mungkin menampilkan efek

    sedikit berkepanjangan dari succinylcholine karena kadar

    cholinesterase plasma yang lebih rendah.

    c. Agen anestesi non volatile

    Secara umum, pasien lanjut usia menampilkan kebutuhan dosis

    rendah untuk propofol, etomidate, barbiturat, opioid, dan benzodiazepines.

    Sebagai contoh, seorang yg berusia delapan puluh tahun ke atas mungkin

    memerlukan kurang dari setengah dosis induksi propofol atau thiopental

    daripada yang dibutuhkan oleh pasien 20 tahun.

    Meskipun mungkin propofol dekat dengan agen induksi ideal untuk

    pasien usia lanjut karena eliminasi yang cepat, obat tersebut cenderung

    menyebabkan apnea dan hipotensi dibandingkan pada pasien yang lebih

    muda. Penggunaan midazolam, opioid, atau ketamin akan mengurangi

    penggunaan propofol. Baik faktor farmakokinetik dan farmakodinamik

    bertanggung jawab pada peningkatan sensitivitas ini. Pasien geriatri

    membutuhkan tingkat darah hampir 50% lebih rendah untuk propofol untuk

    anestesi dibandingkan pasien yang lebih muda. Selain itu, kedua

    kompartemen perifer dan clearance sistemik untuk propofol secara

    signifikan berkurang pada pasien geriatri. Dalam kasus thiopental,

    peningkatan sensitivitas tampaknya terutama karena faktor farmakokinetik.

    Peningkatan sensitivitas untuk fentanyl, alfentanil, dan sufentanil

    terutama karena farmakodinamik. Farmakokinetik untuk opioid ini tidak

    secara signifikan dipengaruhi oleh usia. Dosis persyaratan untuk titik akhir

    EEG menggunakan fentanil dan alfentanil adalah 50% lebih rendah pada

    pasien geriatri. Sebaliknya, volume kompartemen pusat dan clearance

    mengalami penurunan untuk remifentanil; sehingga kedua faktor

    farmakodinamik dan farmakokinetik adalah penting. Farmakokinetik opioid

    39

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    40/43

    lainnya belum diteliti dengan baik pada pasien geriatri, tetapi peningkatan

    sensitivitas harus dipertimbangkan.

    Penuaan meningkatkan volume distribusi untuk semua

    benzodiazepin, yang secara efektif memperpanjang eliminasi. Dalam kasus

    diazepam, eliminasi bisa selama 36 jam-72 jam. Peningkatan sensitivitas

    farmakodinamik untuk benzodiazepin juga diamati. Kebutuhan midazolam

    umumnya berkurang hingga 50% kurang pada pasien geriatri; eliminasi

    memanjang dari sekitar 2,5 jam menjadi 4 jam.

    Tabel 11. Eliminasi dari obat-obatan

    Tabel 12. Perubahan Farmakologi Obat Anestesi terkait Umur

    40

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    41/43

    BAB III

    KESIMPULAN

    41

  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    42/43

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Darmojo B. Geriatri Edisi 4. Balai Penerbit FK UI:Jakarta, Indonesia; 2009.

    2. Morgan GE, Mikhail SM, Murray JM. Geriatric Anesthesia. Dalam: Clinical

    Anesthesiology. Edisi Keempat. New York: McGraw-Hill Company; 2006.

    3. http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/928/950/, diakses tanggal

    21 Mei 2013.

    4. DPR RI. 1998. http://www.dpr.go.id/uu/uu1998/UU_1998_13.pdf, diakses

    tanggal 21 Mei 2013.

    5. Sudoyo, Aru W. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV. Jakarta:

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

    2006.

    6. Priebe HJ. The aged cardiovascular risk patient. British Journal of Anaesthesia

    85 (5): 76378 (2000) Available from:

    http://www.bja.oxfordjournals.org/content/85/5/763.long, diakses tanggal 22

    Mei 2013.

    7. Kumra VP.Issues in geriatric anaesthesia. SAARC J. Anesthesia. New Delhi,

    2008. Hal:39 49.

    42

    http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/928/950/http://www.dpr.go.id/uu/uu1998/UU_1998_13.pdfhttp://www.bja.oxfordjournals.org/content/85/5/763.longhttp://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/928/950/http://www.dpr.go.id/uu/uu1998/UU_1998_13.pdfhttp://www.bja.oxfordjournals.org/content/85/5/763.long
  • 7/28/2019 FIXED REferaaaat (1)

    43/43

    8. Kanonidou Z, Krystianou G. Anesthesia for Elderly. Hippokratia 2007, 11, 4:

    175-177. Available from:

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC255979/, diakses tanggal 22

    Mei 2013.

    9. Stoelting RK, Hillier SC. Physiology of the newborn and elderly. Dalam:

    Handbook of pharmacology and physiology in anesthetic practice, 2nd ed.

    Philadelphia, 2006. Lippincott Williams & Wilkins, hal: 871-81.

    10. Anonym. Geriatrics (Anesthesia Text). Available from:http://www.OpenAnesthesia.org, diakses tanggal 21 Mei 2013.

    11. Kelly F. Anesthesia for the erderly patient. Available from:

    http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/15/u15513_01, diakses tanggal 22 Mei

    2013.

    12. Ceba RC, Sprung J, Gajic O, Warner DO. The aging respiratory system:

    anesthetic strategies to minimize perioperative pulmonary complications.Dalam: Silverstein JH, Rooke GA, Reves JG, Mcleskey CH. Geriatric

    anesthesiology 2nd Edition. New York. 2008. Springer, hal: 149- 163.

    13. Anwer HM. Postoperative cognitive dysfunction in adult and elderly patients.

    M.E.J. Anseth 18 (6), 2006.

    14. Silverstein JH. The Practice of Geriatric Anesthesia. Dalam: Silverstein JH,

    Rooke GA, Reves JG, Mcleskey CH. Geriatric anesthesiology 2nd Edition.New York. 2008. Springer, hal:3-15.

    15. Racine, S.X., A. Solis, N.A. Hamou. 2010. Face Mask Ventilation in

    Edentulous Patients. A Comparison of Mandibular Groove and Lower Lip

    Placement. 2010 May;112(5):1190-3.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC255979/http://www.openanesthesia.org/http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/15/u15513_01http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/15/u15513_01http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC255979/http://www.openanesthesia.org/http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/15/u15513_01