FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKUNTABILITAS …
Transcript of FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKUNTABILITAS …
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKUNTABILITAS
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
(STUDI PADA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN)
Oleh:
Dendy Taufiq Kurniawan
Dosen Pembimbing: Dr. Drs. Roisidi, AK., MM.
ABSTRACT
This research was to analyze and prove empirically some factors which influenced Village
Financial Accountability Management in Lamongan Distric Administration. The sample was
214 villages in Lamongan District. This research used primary data by using quistionnare and
analyzed by using multiple linear regression analysis. The result of the research showed that,
Quality of Human Resources, Supervision, Public Partisipation and Performance Evaluation
had significan influence on Village Financial Accountability Management in Lamongan
Distric Administration. Therefore, The Village Government in Lamongan Distric is expected
to improve understanding of village of financial accountability management so that it is more
effective and efficient.
Keywords: Accountability of Village Fiancial Management , Quality of Human Resources,
Supervision, Public Participation, Performance Evaluation.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris mengenai Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa pada Pemerintahan
Kabupaten Lamongan. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh Desa di Kabupaten Lamongan
dengan jumlah 214 desa. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer
dengan teknik pengumpulan data kuisioner. Model analisis data menggunakan analisis linier
berganda. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia,
pengawasan, partisipasi masyarakat dan evaluasi kinerja berpengaruh secara signifikan
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa pada Pemerintah Kabupaten Lamongan.
Dengan demikian, Pemerintah Desa di Kabupaten Lamongan diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman tentang pengelolaan akuntabilitas keuangan desa agar lebih efektif dan efisien.
Kata Kunci : Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa , Kualitas Sumber Daya Manusia,
Pengawasan, Partisipasi Masyarakat, Evaluasi Kinerja.
PENDAHULUAN
Akuntansi Pemerintahan memiliki perananan yang sangat penting dalam mewujudkan
good governance, untuk mewujudkan good governance menurut Muindro (2013:121) dalam
bukunya Akuntansi Sektor Publik menyatakan tiga pokok utama yaitu: transparansi,
akuntabilitas, dan partisipatif. Muindro sendiri menyebutkan akuntabilitas adalah suatu
pertanggungjawaban dari aparatur pemerintah atas tindakan dan pekerjaannya pertama kepada
masyarakat atau publik dan yang kedua tempat kerjanya.
Desa sebagai unit organisasi pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat
dengan segala latar belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sanagat
penting. Impelementasi otonomi Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan untuk mewujudkan
cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD
1945). Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan
diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat
yang adil, makmur, dan sejahtera. Desa juga diberikan kewenangan dalam melestarikan budaya
masyarakat setempat, pembangunan infrastruktur maupun pembangunan yang memprakarsai
dan peran partisipasi yang besar dalam rangka menggali potensi-potensi desa dengan cara
mendorong pemerintahan desa yang efektif, transparansi, serta akuntabilitas dalam
melaksanakan kegiatan-kegitan di desa dengan tujuan memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarkat yang akhirnya memberikan kesejahteraan bersama dan menempatkan desa
sebagai subjek pembangunan.
Undang - Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa memberikan kewenangan desa untuk
mengurus atau menyelenggarakan pemerintahannya dan keuangannya sendiri yang mampu
meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas pemerintahan desa sehingga terciptanya
masyarakat yang sejahtera, desa mandiri sesuai dengan cita-cita bangsa. Pemerintah desa yang
akuntabel dalam pengelolaan keuangan desa berarti mampu menyajikan secara transparan,
cepat dan tepat kepada masyarakat, dan mampu memberikan pertanggungjawaban untuk setiap
kebijakan yang dibuat. Desa sebagai penyelenggara pemeritahan diwajibkan untuk mengelola
dan mempertanggungjawabkan keuangan dengan baik dengan vertical ataupun horizontal.
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjwaban dalam menyelenggarakan pemerintahan
mengenai pengelolaan keuangan desa yang diatur dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam Permendagri tersebut memuat tata cara
pengelolaan keuangan desa yang dimuali dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban.
Pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan desa di Kabupeten Lamongan telah banyak
menunjukkan peningkatan pada berbagai aspek, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
peningkatan tersebut belum dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat desa, karena
masih kurangnya partisipasi masyarakat akibat kurangnya sosialisasi pemerintah kepada
masyarkat sekitar. Dalam melaksakan program-program desa tersebut, pengelolaan keuangan
desa tidak terlepas dari peran masyarakat yang ikut serta dalam proses penyusunan program
tersebut sesuai dengan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa. Undang-undang
tersebut mengaharuskan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan dan
pengawasan pembangunan desa harus ada kontribusi masyarakat dalam mengutarakan haknya
sebagai waga desa. Selain, itu masyarakat dapat mengawasi secara langsung jalannya
pemerintahaan desa, dari pemantauan tersebut, jika dirasa kurang tepat, maka dapat langusng
dilaporkan kepada Pemerintahan Desa dan BPD.
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Inspektorat Kabupaten Lamongan Tahun 2017
atas pengelolaan keuangan desa terdapat 220 dari 462 desa yang belum menyelesaikan
APBDes sedangkan sisanya sudah selesai, ini akan berdampak pada keterlambatan pencairan
Dana Desa dan Alokasi Dana Desa. Hal ini disebabkan karena Pemertintah Desa belum bisa
menyelenggarakan administrasi keuangan desa dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 94 Tahun 2016 disebutkan bahwa dalam
pelaksanaan APBDes semua pengeluaran desa dilakukan melalui kas desa dengan didukung
oleh bukti pengeluaran yang sah, selain itu Bendahara Desa wajib menyelenggarakan
pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran desa dengan menggunakan
pedoman atau peraturan yang berlaku.
Akuntablitas merupakan salah satu kunci utama dalam mewujudkan good governance.
Menurut Romantis dan Kurrohman (2015), akuntabilitas semaikin baik atau semakin tinggi
pada pengelolaan keuangan desa maka semaikn baik tingkat kepercayaan kepada masyarakat
terhadap pemerintah sehingga dapat menciptakan hubungan yang baik antara pemerintahan
dengan masyarakat. Wiguna, et all (2015), agar terciptanya akuntabilitas pengelolaan
keuangan diperlukannya pengawasan dari pihak internal maupun pihak external. Dengan
dialkukannya pengawasan maka pihak SKPD mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab
dengan baik sesuai fungsinya masing-masing. Faktor selanjutnaya adalah partisipasi
masyrakat, dengan adanya partisiapsi masyarakat dalam akuntabilitas pengelolaan keuangan
diharapkan masyarakat dapat mengungkapkan aspirasinya atau keinginannya terhadap
pembangungn kepada pemerintah melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan,
Subroto (2009). Azkia et all, (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kualitas
Sumber Daya Manusia dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan di
Lingkungan Universitas Islam Negri AR-Raniry Banda Aceh. Hasil dalam penelitian tersebut
menunjukkan kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap akuntabilitas
pengelolaan kuangan public. Yang artinya semakin tinggi kualitas sumber daya manusia akan
semakin tinggli pula akuntabilitas pengelolaan keuangan.
Ide dari penelitian ini didasarkan pada penelitian Sihaloho (2014) dengan judul penelitian
“Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara”. Dengan variabel dependennya akuntabilitas keuangan dan variabel independen kualitas
sumber daya manusia, penerapan teknologi inoformasi, system pengendalian internal,
penyajian laporan keuangan, kepatuhan terhadap perundang undangan. Oleh karena itu peneliti
berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini penilti mengangkat tentang akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa sebagai variabel dependen dan variabel independent yakni,
Pengawasan, kualitas sumber daya manusia, partisipasi masyarakat, dan evaluasi kinerja
terhadap pengeloalaan keuangan desa. Hal ini sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa bahwa keuangan desa dikelola oleh pemerintah desa dan
kepala desa selaku penguasa keuangan desa yang berdasarkan asas transparansi, akuntabel, dan
partisipatif. Selain itu pemerintah kabupaten/kota wajib memberikan pembinaan dan
pengawasan terhadap pemerintahaan desa agar dapat terkendali pengelolaan keuangan yang
transparan dan akuntabel. Pengawasan sangat berguna untuk menilai apakah dana tersebut
digunakan sebagaimana mestinya dan apakah kegiatan tersebut sudah mencapai hasil yang
sesuai dengan rencana. Sedangkan evaluasi sangat penting karena adanya perbaikan perbaikan
agenda pada tahun berikutnya dan hasil dari kegiatan tersebut telah sesuai dengan rencana atau
tidak.
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada pemerintah desa, pemerintah desa harus bisa
mempertanggungjawabkan keuangan desa sebagai wujud dari akuntabilitas keuangan desa.
Selain itu peran masyarakat perlu terlibat dalam seluruh kepentingan yang dimilikinya,
sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan menentukan kebijakan keuangan untuk
pemerintah desa tidak bergantung pada pemerintahan desa saja, tetapi akuntabilitas keuangan
desa tidak lepas dari partisipasi masyarakat. Dengan demikian masyarakat desa sebagai
makhluk sosial diharapkan menjadi masyarakat yang berguna, khususnya dalam proses
penyelenggaraan pemerintah (ditingkat desa khususnya) sehingga menciptakan pemerintahan
desa yang bersifat good governance. Dengan latar belakang tersebut penulis ingin menysusun
skripsi yang berjudul “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa (Studi Pada Desa Di Kabupaten Lamongan)”.
TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
Desa
Mernurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa adalah kesatuan
mayarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahaan NKRI.
Dengan demikian desa meggambarkan iktikad Negara untuk otonomisasi desa, dengan
berbagai kemandirian pemerintahan desa seperti pemilihan umum calon pemimpin desa,
anggaran desa, semacam DPRD desa, dan kemandirian pembuatan peraturan desa semacam
perda, menyebabkan daerah otonomi NKRI menjadi provinsi, Kabupaten atau kota, dan desa.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 25 bahwa Pemerintah Desa
adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat desa
atau yang disebut dengan nama lain. Pembantu Kepala Desa atau yang disebut nama lain
diartikan sebagai pegawai pemerintahan yang memiliki keahlian atau keterampilan khusus
dalam bidang pekerjaannya. Pegawai desa tersbut harus bertanggungjawab atas seluruh
pekerjaannya kepada Kepala Desa.
Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas publik merupakan kewajiban dari pihak pegang amanah (agent) untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Dengan demikian akuntabilitas publik terdiri dari akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas
horizontal. Akuntabilitas vertikal merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi, sedangkan akuntabilitas horizontal merupakan
pertanggungjawaban kepada masyarakat. (Mardiaasmo,2002 ).
Di dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dijelaskan bahwa pemerintah daerah
mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya – upaya yang telah dilakukan serta hasil yang
dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode
pelaporan untuk kepentingan:
1. Akuntabilitas
Untuk mempertanggungjawaban kepada pengelola sumber daya, serta pelaksanaan
kebijakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodic.
2. Manajemen
Untuk membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegitatan suatu
entitas pelaporan dalam periode pelaporan, sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh asset, kewajiban dan ekuitas dana
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Untuk memberikan inforamsi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat,
bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
peada kepadanya dan ketaatan akan peraturan yang berlaku.
4. Keseimbangan antar generasi
Untuk membantu dan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan kepada
masyarakat yang berpikiran ke masa depan untuk keberlanjutan generasi.
5. Evaluasi kinerja
Evaluasi Kinerja digunakan untuk menevaluasi atas kinerja entitas pelaporan, terutama
dengan penggunaan dana atau anggaran yang dikelola pemerintah daerah untuk
mencapai kinerja yang direncanakan
Pengelolaan Keuangan Desa
Permendagagri No. 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menybutkan
pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan dari kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Siklus
Pengelelolaan Keuangan Desa berdsarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Prencanaan merupakan perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dilakukan
atau dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu dimana menyangkut tempat,
oleh siapa pelaku itu atau pelaksanaan tata cara mencapai tujuan tersebut, dengan
demikian perecanaan merupkan sebagai pemilihan sekumpulan dari kegiatan dan
pemusatan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa
(Nurcholis,2016).
2. Pelaksanaan dan Penatausahaan
Meunrut Peremndagri 113 Tahun 2014, Pelaksnaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa terdiri dari:
a. Prinsip Pelaksanaan Keuangan Desa
Dalam pelaksanaan keuangan desa suluruh permintaan dan pengeluaran desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa. Rekeing Kas Desa digunakan untuk
membiayai pengeluaran maupun pemasukan dana dari pemerintah daerah auatupun
pemerintah pusat. Rekening Kas Desa ini ditandatangani oleh Kepala Desa dan
Bendahara Desa.
b. Pelaksanaan Penerimaan Pendapatan
Penerimaan Pendapatan merupakan proses penerimaan dari Pendapatan Asli Desa
dan/atau pendapatan dari transfer dari pemerintah daerah dan kemudian
mencatatnya. Pendapatan Asli Desa berasal dari masyarakat desa tersebut.
c. Pelaksanaan Pengeluaran/Belanja
Pelaksanaan pengeluranan/belanja desa dipriotaskan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan yang disepakati dalam Musyawarah Desa dan disesuaikan denagan
prioritas pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Setelah anggatan tersebut
ditetapkan, program dan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya baru dapat
terlaksana.
3. Pelaksanan pembiayaan
Pelaksanaan pembiayaan terdiri dari 2 yaitu, penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan. Penerimaan pembiayaan digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan
tahun berjalan yang berasal dari penghematan-penghematan belanja tahun sebelumnya.
Sedangkan Pengleluaran Pembiayaan merupakan pengeluaran-pengeluaran
diantaranya pembentukan dana cadangan dan menyertaan modal desa
4. Pelaporan dan Pertanggungjawban
Menurut Permendagri No. 113 Tahu 2014 dalam melaksanakan tugas, kewenangan,
hak dan kewajibanya dalam pengelolaan keuangan desa kepala desa memiliki
kewajiban untuk menyampaikan laporan. Laporan tersebut bersifat periodic.
Kualitas Sumber Daya Manusia
Kualitas sumber daya manusia merupakan kemapuan manusia untuk melaksanakan
tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada individu tersebut dengan bekal pelatihan,
pendidikan dan pengalaman yang cukup memadai (Kharis,2010). Dengan demikian untuk
menghasilkan kualitas laporan keuangan tentunya tidak terlepas dari sumber daya manusia
yang berkualitas juga. Sumber daya manusia merupakan faktor yang penting dalam
organiasai karena sebagai salah satu daya saing organisasi dan juga sebagai penentu utama
organisasi dalam meningkatkan produknya atau pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena
itu sumber daya manusia harus berkualitas dengan memiliki kompeetensi dan kinerja yang
tinggi. Sumber daya masnusia harus berkualitas dengan cara diadakannya pelatihan –
pelatihan atau pengenmabanga program sumber daya manusia. Hal ini dilakukan karena
dengan meningkatnya kemampuan tekinikal (thecknikal skill), human skill, manajerial skill
dari karyawan tersebut akan mendongkrak potensi kompetisinya. Dengan meingkatnya skill
yang dimiliki oleh sumber daya manusia tersbeut maka diharapkan pula potensi untuk
meyelesaikan tugas – tugasnya dengan tepat waktu dan diharapkan naiknya keterampilan
bekerjannya.
Dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, pemerintah desa harus memiliki atau
mempunyai sumber daya manusia yang kompeten, yang didukung dengan latar belakang yang
jelas atau ahli dalam bidangnya (berpedidikan Akuntansi, sering mengikuti pelatihan dan
pendidikan tentang akuntansi). Hal tersebut dilakukan agar meminimalisir kesalahan –
kesalahan dalam penerapan logika akuntansi yang akan berdampak pada kesalahan pencatatan
laporan keuangan yang dibuat terhadap standart yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Menurut Ruky (2003) sumber daya manusia memiliki tingkat pengetahuan (knowlage),
kemapuan (skill), dan kemauan (ability) yang dapat ditunjukkan oleh sumber daya manusia
yang baik terhadap kualitas kinerja yang dihasilkan. Kualitas sumber daya manusia harus
memiliki kemapuan yang sesuai dengan tugas-tugas dan fungsi pekerjaan, yang menjadi
faktor utama untuk mewujudkan pencapaian kinerja pada unit kerja pemerintah secara
maksimal. Semakin tinggi kompetansi atau pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang maka
semakin mudah atau cepat dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapinya.
Pengawasan
Pengawasan merupakan pemerikassan dan pengendalian yang dilakukan yang sesuai
dengan aturan dan kewenangan yang berlaku. Pengawasan sangat penting untuk menilai
apakah anggaran digunakan sesuai dengan perencanaan awal atau tidak, hal ini sesuai dengan
peraturan permendagri no. 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa yang
menyatakan bahwa, yang melakukan pengawasan adalah pihak inspektorat kebupaten atau
kota. Inspektorat wajib memberikan pembinaan dan pengawasan guna terkendalinya
pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Partisipasi Masyarakat
Pemerintah pusat menyumbang sebgaian dana kepada pemerintah daerah dan kemudian
melalui pemerintah daerah mengalokasikannya kepada setiap desa. Setiap desa mendapatkan
Alokasi Dana Desa yang cukup besar. Hal ini tidak telepas dalam perwujudan good
governance, dimana pemerintah dan masyarakat memiliki hubungan erat dan sekaligus
meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga dapat mendorong akuntabilitas, transparansi,
dan responsivitas permerintah local. Haryanto (2007), menyebutkan bahwa prinsip – prinsip
good governance, diantaranya adalah partisipasi masyarakat, tegaknya suplementasi hukum,
tumbuhnya transparansi yang timbul dari informasi – informasi yang bebas dan kebebasan
dalam memperoloeh informasi oleh semua pihak – pihak yang berkepentingan, efektifitas,
efisiensi, akuntabilitas, dan adanya visi misi yang strategis.
Evaluasi Kinerja
Untuk mencapai kemajuan dalam organisasi, perlu dialkukan perbaikan – perbaikan
atau evaluasi kenerja dengan cara pengukuran kinerja (Rai, 2008). Evaluasi kinerja berfungsi
untuk menilai sukses tidaknya suatu organisasi, program, atau kegiatan terhadap
penyimpangan – penyimpangan antara kinerja aktual dan kinerja yang diharapkan. Dengan
mengetahui penyimpangan tersebut, dapat dilakukan upaya – upaya perbaikan dan peningkatan
kinerja. Alasan utama yang mendasari pentingnya evaluasi kinerja terkait dengan tanggung
jawab dalam memenuhi akuntablitas dan harapan masyarakat. Pemerintah desa bertanggung
jawab atas penggunaan dana telah sesuai dengan perencanaannya.
Teori Aksi
Menurut Max Webber dalam Penelitian Subroto (2009) menyebutkan bahwa individu
melakukan suatu tindakan berdasarkan atas penglaman, presepsi, pemahaman, dan penafsiran
atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Dengan demikian teori aksi dapat disimpulkan
bahwa teori aksi merupakan kemampuan dari individu untuk melakukan suatu tindakan dalam
melakukan suatu pilihan atau cara untuk melakukan suatu pilihan tersebut dalam mencapai
tujuan yang akan dicapai. Beberapa asumsi mengenai fundamental Teori Aksi yang
dikemukakan oleh Himkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons (dalam
Ritzer, 1992) yaitu:
1. Tindakan mausia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi
eksternal dalam posisinya sebgai objek
2. Sebagai objek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan – tujuan
tertentu.
3. Dalam bertindak masnusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat
yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat diubah
dengan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan
telah dilakukkannya
6. Ukuran – ukuran, aturan – aturan atau prisip – prinsip moral diharapkan timbul pada saat
pengambilan keputusan.
Menurut Ritzer (1992) dalam penelitian Subroto (2009) menyusun skema – skema tindakan
sosial dengan karakteristk sebagai berikut:
1. Adanya individu sebagai aktor
2. Aktor dipandang sebagai pembuat tujuan tertentu
3. Aktor mempunyai alat, cara, serta teknik alternatif untuk mencapai tujuan tertentu
4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi
tindakannya dalam mencapai tujuan tertentu
5. Aktor berada dibawah kendala dari nilai, norma, dan ide – ide yang mempengaruhi
dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan dari berbagai teori diatas bahwa akuntabilitas sangat
diperlukan dalam keberhasilan dalam seluruh kegiatan dalam pengelolaan keuangan desa, serta
dalam menerpakan atau mewujudkan good governance ditingkat desa harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Hipotesis
Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa
Sumber daya manusia merupakan kesatuan tenaga manusia yang ada dalam suatu
organisasi (Matindas, 2002). Sedangkan Kualitas Sumber daya manusia merupkan tingkatan
yang dimiliki oleh setiap individu baik itu pengetahuan, kemampuan, yang dapat ditunjukkan
oleh sumber daya manusia yang baik terhadap kualitas kinerja yang dihasilkan (Ruky, 2003).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia yang
memiliki pengetahuan atau kemapuan lebih yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
pekerjaan, yang menjadi faktor utama untuk mewujudkan pencapaian suatu kinerja yang
maksimal. Sumber daya manusia yang inofatif akan meningkatkan kinerja dalam
meuwujudkan akuntbailitas keuangan desa. Dengan demikian kualitas sumber daya manusia
akan mempengaruhi akuntabilitas keuangan desa.
Pada penelitian yang mengenai kualitas sumber daya manusia, terutama dalam hal hal
akuntabilitas keuangan desa yakni, Azkia, et all (2016) menjelaskan bahwa kualitas sumber
daya manusia berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan publik.
Penlitian Arsyiati, et all (2008) menyebutkan bahwa kualitas sumber daya manusia dalam
pengelolaan keuangan terhadap kualitas pertanggung jawaban keuangan dilihat dari
signifikansi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, tetapi jika dilihat dari nilai koefisien
jalur mempunyai arah positif maka dapat dikatakan berpengaruh tetapi pengaruhnya kecil.
H1 : Kualitas Sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa.
Pengaruh Pengawasan Terhadap Akuntablilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Pengawasan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk mengetahui dan menilai dengan
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan apakah telah sesuai
dengan tujuan atau tidak (Sujamto, 1996). Dengan demikian pengawasan diperlukan untuk
mengetahui suatu kegiatan muali dari poroses perencanaan sampai keggiatan tersebut berjalan
dengan efektif, efisien, ekonomi dan kegiatan tersebut sesuai dengan semestinya atau tidak.
Untuk menerapkan prinsip akuntablilitas, pengawasan digunakan sebagai jalan alternatif dan
cara yang paling efektif karena pengawasan dapat sewaktu – waktu dapat mengkoreksi
pekerjaan atau kegiatan tersebut muali dari tahap perencanaan sampai laporan
pertanggungjawaban apabila kegiatan tersebut tidak sesuai dengan rencana. Dengan demikian
dapat diduga pengawasan berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan desa.
Dalam penelitian yang mengenai pengawasan khususnya pengawasan terhadap akuntabilitas
keuangan desa yakni, Agung dan Bestari (2014) menyebutkan bahwa Pengawasn secara
fungsiaonal tidak berpengaruh positif terhadap akuntabilitas publik. Penlitain yang dilakukan
oleh Deddy dan Sherly (2010) menyatakan bahwa pengawasan akan menunjang akuntabilitas
pubilik.
H2 : Pengawasan berpengaruh positifterhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa.
Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Partisipasi masyarakat merupakan kontribusi atau keikutsertaan masyarakat dalam
proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternative solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan
upaya dalam menangani masalah tersebut dan keterlibatan masyarakat dalam proses evaluasi
perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007). Dengan demikian untuk menciptakan akuntabilitas
kepada publik diperlukan peranan atau partisipasi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi
dan kontribusinya dalam penusunan perencanaan APBDes. Pengelolaan Keuangan Desa
memiliki azas yakni partisipatif, akuntabel, dan disiplin/tertib. Dalam partisipatif masyarakat
diharpkan untuk menyumbangkan ide–ide atau aspirasinya kedalam perencanaan, pelaksaan
dan pemantau dalam pengelolaan keuangan. Dengan adanya partisipasi masyarakat
pengelolaan keuangan menjadi terarah dan menjadi lebih baik sehingga masyarakat aktif akan
mengarahkan pada program kegiatan dan pencapaian sesuai dengan target yang telah
ditetapkan sebelumnnya.
Pada penelitian mengenai partisipasi masyarakat terutama terkait dengan peran partisipasi
masyarakat terhadap pengelolaan akuntabilitas keuangan desa yakni, pada penelitian Suwandi
(2015) menunjukkan terdapat kurangnya sosialisasi dari aparat atau perangkat desa dalam
menginformasikan atau melakukan sosialisasi terkait dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa
kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak mengetahui akan adanya kegiatan tersebut.
Dalam penelitian Subroto (2009) menyebutkan bahwa dengan adanya partisipasi masyarakat
desa yang dibuktikan dengan prinsip partisipatif, responsif, transparansi guna pembelajaran
sumber daya masyarakat desa dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat desa melalui
forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (MUSRENBANGDES). Dalam
penelitian Romantis dan Kurrohman (2015) menyebeutkan bahwa Akuntabilitas pengelolaan
alokasi dana desa yang menerapkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana
Desa muali dari tahap perencanaan sampai tahap pertanggung jawaban telah terlaksana dengan
baik sehingga partisipasi masyarakat desa terhadap pengelolaan pembangunan cukup tinggi.
H3 : Partisipasi masyarakat berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa.
Pengaruh Evaluasi Kinerja Terhadap Akuntablitas Pegelolaan Keuangan Desa
Standart evaluasi kinerja harus diungkapkan secara nyata dan jelas sehingga dapat
diketahi secara jelas apa yang harus diakuntabilitaskan. Dengan demikian ukuran/indikator
kinerja pada suatu pemerintahan atau program pemerintah maka akan sulit untuk menilai
tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah. Untuk mencapai kemajuan dalam organisasi,
perlu dialkukan perbaikan – perbaikan atau evaluasi kenerja dengan cara pengukuran kinerja
(Rai, 2008). Evaluasi kinerja berfungsi untuk menilai sukses tidaknya suatu organisasi,
program, atau kegiatan terhadap penyimpangan–penyimpangan antara kinerja aktual dan
kinerja yang diharapkan. Dengan mengetahui penyimpangan tersebut, dapat dilakukan upaya–
upaya perbaikan dan peningkatan kinerja. Alasan utama yang mendasari pentingnya evaluasi
kinerja terkait dengan tanggung jawab dalam memenuhi akuntablitas dan harapan masyarakat.
H4: Evaluasi Kinerja berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Meurut Sugiyono (2014), populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunayi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesumpulannya. Dengan demikian populasi pada
penelitaian ini adalah seluruh desa di Kabupaten Lamongan sebanyak 462 Desa dari 27
kecamatan. Menurut Sugiyono (2014;154) sample merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan Probability sampling dengan menggunakan
Proporsional simple random sampling. Probability sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap populasi untuk dapat dipilih menjadi
anggota sampel, sedangkan Proporsional simple random sampling merupakan dalam
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tidak memperlihatkan strata yang ada dalam
populasi tersebut (Sugiyono, 2014;154). Dalam penelitian ini besarnya sampel yang dipilih,
peneliti menggunakan Rumus Slovin dengan mempertimbangkan populasi tersebut homogen
sehingga tidak perlu untuk dikualifikasi. Rumus Slovin akan menghasilkan jumlah sampel
yang relatif besar, sehingga karakteristik dari populasi akan lebih terwakili. Rumus Solvin
adalah sebagai berikut: (Sugiyono, 2016;54). Dalam pengambilan sampel peneliti
menggunakan sampel 1 perangkat desa (Kepala desa atau sekertaris desa atau bendahara desa)
di Kabupaten Lamongan sebanyak 214 sampel. Namun dalam pengambilan sampel peneliti
mengklasifikasikan berdasarkan letak desa tersebut yakni desa yang berada di kota dan desa di
luar kota. Peneliti mengambil sampel 1 kecamatan yang terdiri dari 12 desa yang berada di kota
dan 14 kecamatan yang terdiri dari 202 desa yang berada di luar kota. Berikut sampel
penelitian.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian merupakan subjek atau orang yang akan diteliti (Sugiyono,
2013;156). Dalam penelitian ini subjek yang dituju adalah Kepala Desa atau Sekertaris Desa
atau Bendahara Desa. Responden dalam penelitian ini adalah Kepala Desa atau Sekertaris Desa
atau Bendaraha Desa. Jadi setiap desa terdapat 1 responden yakni Kepala Desa atau Sekertaris
Desa atau Bendahara Desa. Objek penelitian adalah tempat dimanaa penelitan tersebut
dilaksanakan (Sugiyono,2013;156). Dalam penelitian ini obejk penelitian ini berada pada
Kabupaten Lamongan.
Uji Kualitas Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis liner berganda (Multiple
Regression Analysis). Analisis agresi linier berganda dimaksud untuk memperkirakan
bagaimana keadaan akuntablitas pengeloalaan keuangan desa bila dihubungkan dengan dua
atau lebih variabel independen yakni pengawasan, kualitas sumber daya manusia, partisipasi
masyarakat, dan evaluasi kinerja Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software
komputer yakni Statistcal Package for Social Science (SPSS).
Uji Validitas
Uji Validitas Data dilakukan untuk mengetahui data dari pernyataan – pernyataan
tersebut yang terdapat pada kuesioner harus dibuang atau digantikan dengan pernyataan lain
karena dianggap tidak relevan (Ghozali,2013). Suatu Kuisoner dikatakan valid jika pernyataan
tersebut mampu mengunkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisoner tersebut dan jika R
tabel dan nilainya positif maka data tersebut valid dan sebaliknya jika R tabel lebih kecil dari
r hitung maka data tersebut tidak valid (Ghozali, 2013).
Uji Relibilitas
Uji reabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel. Jika suatu kuesioner dikatakan realibel atau dapat diandalkan jika
jawaban dari respenden terhadap pernyataan – pernyataan yang ada dalam kuesioner tersebut
stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013).
Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menetahui distribusi data dalam variabel yang akan
digunakan dalam penlitian normal atau tidak. Ghozali (2013;160) menyebutkan bahwa
penelitian dengan menggunakan uji statistik untuk mendeteksi apakah residual berdiribusi atau
tidak. Uji normalitas data menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov yang merupakan dengan
cara membandingkan probalitas dengan tingkat nilai signifikansi tertentu yaitu:
a. Nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.
b. Nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal. (Ghozali,
2013;160).
Uji Multikoloneritas
Uji Multikoloneritas bertujuan untuk menguji varaibel–variabel independen. Menurut
Ghozali (2013;105) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
independen. Pengujian ini dialkukan dengan menggunakan Variance Inflarion Faktor (VIF)
dan Tolerance. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak terjadinya
multikolonoeritas adalah nilai tolerance harus ≥ 0,1 atau sama dengan nilai VIF-nya dan dari
masing – masing variabel adalah ≤ 10.
Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidak samaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain, jika pengamatan
kepengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokediastisitas (Ghozali, 2013;139).
Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis bertujuan untuk menguji perbedaan antara nilai sampel dengan
populasi atau nilai data hipotesis tersebut (Erlina,2011). Pengujian hipotesis dalam penelitian
ini menggunakan koefisien Dterminasi (r²), Uji F dan Uji t.
Menurut Sugiyono (2014;277) persamaan model liner bergana dalam pengujian hipotesis
ini dalah sebagai Berikut:
Y=a+B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4x4 + e….
Uji Simultan
Uji simultan atau uji f digunakan untuk menguji keterkaitan pengaruh dari seluruh variabel
independen terhadap variabel denpenden (Ghozali,2013). Variabel independen (variabel
bebas) yaitu kualitas sumber daya manusia (X1), pengawasan (X2), partisipasi masyarakat
(X3), dan evaluasi kinerja (X4), variabel dependen (variabel terikat) yaitu akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa (Y).
Menurut Sugiyono (2014;288) kriteria pengambilan keputusan yaitu:
a. Ho diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5%
Ho ditolak jika F hitung > F tabel pada α = 5%
Uji Parsial
Uji parsial digunakan untuk membuktikan bahwa hipotesis awal tentang pengaruh Kualitas
sumber daya manusia (X1), pengawasan (X2), partisiapsi masyarakat (X3), dan evaluasi
kinerja (X4) sebagai variabel independen terhadap akuntabilitas pengeloalaan keuangan desa
(Y) sebagai variabel dependen.
Menurut Sugiyono (2014;226) kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
a. Ho diterima jika T hitung < T tabel pada α = 5%
b. Ho ditolak jika T hitung > T tabel pada α = 5%
Koefisien Determinan
Uji Koefesien determinan digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikat. Menurut Sugiyono (2014) semakin besar nilai koefesien
determinannya maka semakin besar dan semakin baik kemampuan variabel independen (X)
yang menerangakan variabel dependen (Y).
Definisi Operasional Variabel
1. Akuntabilitas Pengelolaan keuangan desa (Y)
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggung jawaban secara
terbuka, cepat, dan tepat kepada pihak yang membutuhkan sedangkan pengelolaan
merupakan serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggung jawaban (Naimah, 2017) dengan demikian akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa merupakan kewajiban dari perangkat desa untuk memberikan
pertanggung jawaban mengenai pengelolaan keuangan desa yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertangunggjawaban yang melibatkan oleh
seluruh unsur masyarakat kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan dengan
memperhatikan konsep Good Governance. Indikator variabel adalah sebagai berikut: 1)
mampu menyajikan informasi penyelenggaraan secara terbuka, cepat, tepat kepada pihak
yang membutuhkan, 2) keterlibatan masyrakat dalam proses pengelolaan keuangan desa,
3) mampu menyusun pengelolaan keuangan dengan berorientasi kepada kepentingan
publik, 4) dapat memberikan pertanggungjawaban secara rasional.
2. Kualitas Sumber Daya Manusia (X1)
Merupakan kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan
tanggungjawab yang diberikan kepada setiap individu yang didasari dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap individu tersebut yang berupa pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman yang cukup (Ruky, 2003). Dengan indikator variabel berupa: 1) Pemahaman,
2) Pengetahuan, 3) Pendidikan dan pelatihan.
3. Pengawasan (X2)
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak dari internal ataupun pihak external yang
ditujukan untuk menjamin agar kinerja pada pemerintah desa berjalan sesuai dengan
rencana dan ketentuan perundang undangan yang berlaku, (Sujamto,1996). Indikator
varibael adalah sebagai berikut: 1) adanya pengawasan dari pihak inernal yakni dari
Inspektorat Kabupaten Lamongan, 2) adanya pengawasan dari pihak internal yakni dari
BPD, 3) adanya pengawasan dari pihak external yakni masyarakat desa tersebut.
4. Partisipasi Masyarakat (X3)
Merupakan kegiagatan dari masyarakat dalam keikutsertaan dalam proses
pengidentifikasian masalah atau potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternative terkait solusi untuk memecahkan suatu
masalah (Isbandi, 2007). Indikator Variabel adalah sebagai berikut: 1) keikutsertaan
masyarakat dalam pengambilan keputusan, 2) keikutsertaan masyarakat dalam
penyusunan perencanaan dan pelaksanaan, 3) masyarakat terlibat dalam proses evaluasi.
5. Evaluasi Kinerja (X4)
Merupakan serangkaian kegiatan untuk menilai sukses tidaknya dalam suatu organisasi,
program, atau kegiatan terhadap penyimpangan – penyimpangan antara kinerja aktual dan
kinerja yang diharapkan (Rai,2008). Indikator Variabel adalah sebagai berikut: 1) evaluasi
kinerja diguankan sebagai tingkat ketercapaian tujuan dalam suatu organisasi, 2) sebagai
perbaikan dalam masa depan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskriptif Data
Dari data yang dapat oleh peneliti melalui jawaban kuisoner yang tersebar dibeberapa
diesa di Kabupaten Lamongan dengan responden Kepala Desa atau Sekertaris Desa atau
Bendahara Desa. Untuk Responden Kepala Desa sebanyak 74 responden, Sekertaris Desa
sebanyak 117 responden, Bendahara Desa sebanyak 23 responden. Dari hasil penelitian
berdasarkan tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa responden yang menempuh
tingkat pendidikan SLTA/Sederajat sebanyak 180 orang, S1 sebanyak 21 orang dan S2
Sebanyak 3 Orang.
Uji Reliabilitas
Tabel 1.1 Uji Reliabilitas Variabel
No. Variabel Koefisien Reliabilitas Keterangan
1 Kualitas Sumber Daya Manusia (X1) 0,719 Reliabel
2 Pengawasan (X2) 0,753 Reliabel
3 Partisipasi Masyarakat (X3) 0,776 Reliabel
4 Evaluasi Kinerja (X4) 0,691 Reliabel
5 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Y) 0,803 Reliabel
Sumber: Jawaban Kuisinoer data diolah (2018)
Dari Tabel 1.1 diketahui bahwa nilai dari alpha cronbach untuk semua variabel lebih
besar dari 0,6. Dari ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya maka semua variabel yang
digunakan untuk penelitian sudah reliabel.
Persamaan Regresi
Persamaan regresi digunakan mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows ver 21.00.
Tabel 1.2 : Persamaan Regresi
Variabel
Terikat
Variabel
bebas
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Keterangan
B
Std.
Error Beta
Y
(Constant) 4.251 2.586 1.644 0.102
X1 0.278 0.075 0.211 3.717 0.000 Signifikan
X2 0.504 0.105 0.317 4.806 0.000 Signifikan
X3 0.364 0.123 0.204 2.970 0.003 Signifikan
X4 0.380 0.149 0.164 2.540 0.012 Signifikan
Alfa 5%
R : 0.733
R Square : 0.537
Adjusted R Square : 0.529
F Hitung : 60.708 F Tabel : 2.415
Sig. F : 0.000 t Tabel : 1.971
Model regresi yang digunakan adalah standardized regression, karena data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data interval yang pengukurannya menggunakan
skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau kelompok. Dalam standardized regression, ukuran variabel atau ukuran jawabannya
telah disamakan. Adapun persamaan regresi yang didapatkan berdasarkan Tabel 1.2 adalah
sebagai berikut:
Y = 0,211 X1 + 0,317 X2 + 0,204 X3 + 0,164 X4
Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Koefisien regresi X1 sebesar 0,211, artinya Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
akan meningkat untuk setiap tambahan X1 (Kualitas Sumber Daya Manusia). Jadi
apabila Kualitas Sumber Daya Manusia mengalami peningkatan, maka Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Desa akan meningkat sebesar 0,211 satuan dengan asumsi
variabel yang lainnya dianggap konstan.
2. Koefisien regresi X2 sebesar 0,317, artinya Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
akan meningkat untuk setiap tambahan X2 (Pengawasan), Jadi apabila Pengawasan
mengalami peningkatan, maka Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa akan
meningkat sebesar 0,317 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap
konstan.
3. Koefisien regresi X3 sebesar 0,204, artinya Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
akan meningkat untuk setiap tambahan X3 (Partisipasi Masyarakat), Jadi apabila
Partisipasi Masyarakat mengalami peningkatan, maka Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa akan meningkat sebesar 0,204 satuan dengan asumsi variabel yang
lainnya dianggap konstan.
4. Koefisien regresi X4 sebesar 0,164, artinya Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
akan meningkat untuk setiap tambahan X4 (Evaluasi Kinerja), Jadi apabila Evaluasi
Kinerja mengalami peningkatan, maka Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa akan
meningkat sebesar 0,164 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
Berdasarkan interpretasi di atas, dapat diketahui bahwa Kualitas Sumber Daya Manusia,
Pengawasan, Partisipasi Masyarakat, dan Evaluasi Kinerja positif terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Desa . Dengan kata lain, apabila bahwa Kualitas Sumber Daya
Manusia, Pengawasan, Partisipasi Masyarakat, dan Evaluasi Kinerja meningkat maka akan
diikuti peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa.
Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besar kontribusi variabel bebas (Kualitas Sumber Daya Manusia(X1),
Pengawasan (X2), Partisipasi Masyarakat (X3), dan Evaluasi Kinerja (X4)) terhadap variabel
terikat (Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa) digunakan nilai R2, Koefisien determinasi
digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh atau kontribusi variabel bebas terhadap
variabel terikat. Dari analisis pada Tabel 4.16 diperoleh hasil adjusted R² (koefisien
determinasi) sebesar 0,529. Artinya bahwa 52,9% variabel Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu Kualitas Sumber Daya
Manusia(X1), Pengawasan (X2), Partisipasi Masyarakat (X3), dan Evaluasi Kinerja (X4)).
Sedangkan sisanya 47,1% variabel Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa akan
dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Selain koefisien determinasi juga didapat koefisien korelasi yang menunjukkan besarnya
hubungan antara variabel bebas yaitu Kualitas Sumber Daya Manusia, Pengawasan, Partisipasi
Masyarakat, dan Evaluasi Kinerja terhadap variabel Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Desa, nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,733, nilai tersebut diantara 0,6 – 0,8 menunjukkan
bahwa hubungan antara variabel bebas yaitu Kualitas Sumber Daya Manusia (X1), Pengawasan
(X2), Partisipasi Masyarakat (X3), dan Evaluasi Kinerja (X4) dengan Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa termasuk dalam kategori kuat.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan Tabel 1.2 diperoleh hasil sebagai berikut :
1. t test antara X1 (Kualitas Sumber Daya Manusia) dengan Y (Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa) menunjukkan t hitung = 3,717. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual
= 209) adalah sebesar 1,971. Karena t hitung > t tabel yaitu 3,717 > 1,971 atau sig. t (0,000)
< α = 0.05 maka pengaruh X1 (Kualitas Sumber Daya Manusia) terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Desa adalah signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh Kualitas Sumber Daya Manusia atau dengan meningkatkan Kualitas
Sumber Daya Manusia maka Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa akan mengalami
peningkatan secara nyata.
2. t test antara X2 (Pengawasan) dengan Y (Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa )
menunjukkan t hitung = 4,806. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 209) adalah
sebesar 1,971. Karena t hitung > t tabel yaitu 4,806 > 1,971 atau sig. t (0,000) < α = 0.05
maka pengaruh X2 (Pengawasan) terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipengaruhi secara signifikan
oleh Pengawasan atau dengan meningkatkan Pengawasan maka Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa akan mengalami peningkatan secara nyata.
3. t test antara X3 (Partisipasi Masyarakat) dengan Y (Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Desa ) menunjukkan t hitung = 2,970. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 209)
adalah sebesar 1,971. Karena t hitung > t tabel yaitu 2,970 > 1,971 atau sig. t (0,003) < α
= 0.05 maka pengaruh X3 (Partisipasi Masyarakat) terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh Partisipasi Masyarakat atau dengan meningkatkan Partisipasi Masyarakat
maka Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa akan mengalami penurunan secara nyata.
4. t test antara X4 (Evaluasi Kinerja) dengan Y (Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa )
menunjukkan t hitung = 2,540. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 209) adalah
sebesar 1,971. Karena t hitung > t tabel yaitu 2,540 > 1,971 atau sig. t (0,012) < α = 0.05
maka pengaruh X4 (Evaluasi Kinerja) terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
adalah signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipengaruhi secara signifikan oleh
Evaluasi Kinerja atau dengan meningkatkan Evaluasi Kinerja maka Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Desa akan mengalami peningkatan secara nyata.
Dari hasil keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel Kualitas Sumber Daya
Manusia, Pengawasan, Partisipasi Masyarakat, dan Evaluasi Kinerja mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa secara simultan dan
parsial. Dan dari sini dapat diketahui bahwa keempat variabel bebas tersebut yang paling
dominan pengaruhnya terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa adalah Pengawasan
karena memiliki nilai koefisien beta dan t hitung paling besar.
Pembahasan
Pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa
Pada hasil analisis menggunakan metode regresi berganda, diperoleh nilai t hitung
sebesar 3,717 dengan sig. t sebesar 0,000 dengan t tabel sebesar 1,971 sehingga variabel
Kualitas Sumber Daya Manusia memiliki pengaruh terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa. Jika dilihat dari nilai signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha yang
dipakai yaitu 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan Kualitas Sumber Daya Manusia
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa.
Pada penelitian yang mengenai kualitas sumber daya manusia, terutama dalam hal hal
akuntabilitas keuangan desa yakni, Azkia et all (2016) menjelaskan bahwa kualitas sumber
daya manusia berpengaruh yang sangat signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan publik. Penlitian Arsyiati, et all (2008) menyebutkan bahwa kualitas sumber daya
manusia dalam pengelolaan keuangan terhadap kualitas pertanggung jawaban keuangan dilihat
dari signifikansi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, tetapi jika dilihat dari nilai
koefisien jalur mempunyai arah positif maka dapat dikatakan berpengaruh tetapi pengaruhnya
kecil. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia yang
memiliki pengetahuan atau kemapuan lebih yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
pekerjaan, yang menjadi faktor utama untuk mewujudkan pencapaian suatu kinerja yang
maksimal. Sumber daya manusia yang inofatif akan meningkatkan kinerja dalam
meuwujudkan akuntbailitas keuangan desa. Dengan demikian kualitas sumber daya manusia
akan mempengaruhi akuntabilitas keuangan desa.
Dengan demikian dari hasil variabel kualitas sumber daya manusia berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, peneliti memperikirakan bahwa perangkat
pemerintahan desa Kabupaten Lamongan dengan karakteritik rata – rata adalah
SLTA/Sederajat telah diberikan pembekalan yang berupa pelatihan atau bimbingan teknis
untuk meningkatkan pemahaman mengenai akuntabilitas pengelolaan keuangaan desa. Dari
presepsi responden bahwa pelatihan atau bimbingan teknis mengenai akuntabilitas penglolaan
keuangan desa sangat membantu dalam penguasaan dan pengembangan keahlian untuk
menjalankan tugas dan tanggungjawab yang diberikan sehingga perangkat desa tersebut dapat
mempermudah dan mempercepat penyelesaian dengan waktu yang tepat atau dengan efektif
dan efisien.
Pengaruh Pengawasan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Pada hasil analisis menggunakan metode regresi berganda, diperoleh nilai t hitung
sebesar 4,806 dengan t tabel sebesar 1,971 sehingga variabel Pengawasan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa. Jika dilihat dari nilai
signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha yang dipakai yaitu 0,000 < 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan Pengawasan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Desa.
Dalam penelitian yang mengenai pengawasan khususnya pengawasan terhadap
akuntabilitas keuangan desa yakni, Agung dan Bestari (2014) menyebutkan bahwa Pengawasn
secara fungsiaonal tidak berpengaruh positif terhadap akuntabilitas publik. Penlitain yang
dilakukan oleh Deddy dan Sherly (2010) menyatakan bahwa pengawasan akan menunjang
akuntabilitas pubilik. Dengan demikian pengawasan diperlukan untuk mengetahui suatu
kegiatan muali dari poroses perencanaan sampai keggiatan tersebut berjalan dengan efektif,
efisien, ekonomi dan kegiatan tersebut sesuai dengan semestinya atau tidak. Untuk menerapkan
prinsip akuntablilitas, pengawasan digunakan sebagai jalan alternatif dan cara yang paling
efektif karena pengawasan dapat sewaktu – waktu dapat mengkoreksi pekerjaan atau kegiatan
tersebut muali dari tahap perencanaan sampai laporan pertanggungjawaban apabila kegiatan
tersebut tidak sesuai dengan rencana. Dengan demikian dapat diduga pengawasan berpengaruh
terhadap akuntabilitas keuangan desa.
Dalam presepsi responden bahwa pengawasan keuangan desa telah diawasi oleh pihak
internal mapupun external dari desa tersebut, dan penggunaannya berkonsep preventif dan
represif sehingga laporan pertanggungjawaban atas penggunaaan keuangan desa dapat
dievaluasi secara triwulan, semester, dan tahunan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah
(APIP) dan Inspektorat Kabupaten Lamongan.
Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Pada hasil analisis menggunakan metode regresi berganda, diperoleh nilai t hitung
sebesar 2,970 dengan t tabel sebesar 1,971 sehingga variabel Partisipasi Masyarakat memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa. Jika dilihat dari
nilai signifikansi t sebesar 0,003 lebih kecil dari alpha yang dipakai yaitu 0,003 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan Partisipasi Masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa.
Pada penelitian mengenai partisipasi masyarakat terutama terkait dengan peran
partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan akuntabilitas keuangan desa yakni, pada
penelitian Suwandi (2015) menunjukkan Terdapat kurangnya sosialisasi dari aparat atau
perangkat desa dalam menginformasikan atau melakukan sosialisasi terkait dengan
pengelolaan Alokasi Dana Desa kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak mengetahui
akan adanya kegiatan tersebut. Dalam penelitian Subroto (2009) menyebutkan bahwa dengan
adanya partisipasi masyarakat desa yang dibuktikan dengan prinsip partisipatif, responsif,
transparansi guna pembelajaran sumber daya masyarakat desa dalam mewujudkan
pemberdayaan masyarakat desa melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(MUSRENBANGDES). Dalam penelitian Romantis dan Kurrohman (2015) menyebeutkan
bahwa Akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa yang menerapkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa muali dari tahap perencanaan sampai tahap
pertanggung jawaban telah terlaksana dengan baik sehingga partisipasi masyarakat desa
terhadap pengelolaan pembangunan cukup tinggi. Dengan demikian untuk menciptakan
akuntabilitas kepada publik diperlukan peranan atau partisipasi masyarakat untuk
menyampaikan aspirasi dan kontribusinya dalam penyusunan perencanaan APBDes.
Pengelolaan Keuangan Desa memiliki azas yakni partisipatif, akuntabel, dan disiplin/tertib.
Dalam partisipatif masyarakat diharpkan untuk menyumbangkan ide – ide atau aspirasinya
kedalam perencanaan, pelaksaan dan pemantau dalam pengelolaan keuangan. Dengan adanya
partisipasi masyarakat pengelolaan keuangan menjadi terarah dan menjadi lebih baik sehingga
masyarakat aktif akan mengarahkan pada program kegiatan dan pencapaian sesuai dengan
target yang telah ditetapkan sebelumnnya.
Dari presepsi responden dengan variabel partisipasi masyarakat terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa berpengaruh signifikan, karena peranan pemerintah desa dalam
memperjuangakan aspirasi dan kepentingan masyarakat desa. Selain itu Kepala Desa
menyelenggarakan Musrenbangdes dan penyusunan RPJM-desa dengan melibatkan seluruh
tokoh masyarakat dalam pengambilan keputusan serta mempertimbangkan keuputusan tersebut
secara objektif dan prioritas terkait tentang kebutuhan desa.
Pengaruh Evaluasi Kinerja terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Pada hasil analisis menggunakan metode regresi berganda, diperoleh nilai t hitung
sebesar 2,540 dengan t tabel sebesar 1,971 sehingga variabel Evaluasi Kinerja memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa. Jika dilihat dari
nilai signifikansi t sebesar 0,012 lebih kecil dari alpha yang dipakai yaitu 0,012 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan Evaluasi Kinerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa.
Standart evaluasi kinerja harus diungkapkan secara nyata dan jelas sehingga dapat
diketahi secara jelas apa yang harus diakuntabilitaskan. Dengan demikian ukuran/indikator
kinerja pada suatu pemerintahan atau program pemerintah maka akan sulit untuk menilai
tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah. Untuk mencapai kemajuan dalam organisasi,
perlu dialkukan perbaikan – perbaikan atau evaluasi kenerja dengan cara pengukuran kinerja
(Rai, 2008). Evaluasi kinerja berfungsi untuk menilai sukses tidaknya suatu organisasi,
program, atau kegiatan terhadap penyimpangan – penyimpangan antara kinerja aktual dan
kinerja yang diharapkan. Dengan mengetahui penyimpangan tersebut, dapat dilakukan upaya
– upaya perbaikan dan peningkatan kinerja. Alasan utama yang mendasari pentingnya evaluasi
kinerja terkait dengan tanggung jawab dalam memenuhi akuntablitas dan harapan masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana sajakah yang mempunyai
pengaruh pada Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam penelitian ini variabel bebas
yang digunakan adalah variabel Kualitas Sumber Daya Manusia (X1), Pengawasan (X2),
Partisipasi Masyarakat (X3), Evaluasi Kinerja (X4) sedangkan variabel terikat yang digunakan
adalah Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Y).
Kualitas Sumber Daya Manusia (X1) berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Desa di Pemerintah Kabupaten Lamongan. Artinya semaikin baik
kualitas sumber daya manusia maka semakin andal laporan keuangan pemerintah daerah
tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan atau kemampuan lebih
yang sesuai dengan tugas dan pekerjanannya. Kualitas sumber daya manusia juga berdampak
ketepat waktuan dalam penyusunan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Pengawasan (X2) berpengaruh terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa di
Pemerintah Kabupaten Lamongan. Berdasarkan pada hasil uji t didapatkan bahwa variabel
Pengawasan mempunyai nilai t hitung dan koefisien beta yang paling besar. Sehingga variabel
Pengawasan mempunyai pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan variabel yang
lainnya maka variabel Pengawasan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa.
Partisipasi Masyarakat (X3) berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa di Pemerintah Kabupaten Lamongan. Artinya unutk menciptakan Good
Governance diperlukan keterlibatan masyarakat dalam penyampaian aspirasi dan
kontribusinya dalam penyusunan APBDes. Dengan adanya kotribusi atau partisipasi
masyarakat dalam penysunan APBDes maka akan semakin terarah dan menjadi lebih baik
sehingga masyarakat aktif dalam menggerakkan program kegiatan.
Evaluasi Kinerja (X4) berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
di Pemerintah Kabupaten Lamongan. Artinya evaluasi kinerja berfungsi untuk menilai sukses
atau tidaknya suatu organisasi, program atau kegiatan terhadap penyimpangan – penyimpangan
antara kinerja aktual dan kinerja yang diharapkan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran yang diberikan,
antara lain:
1. Pemerintah Desa pada pemerintahan Kabupaten Lamongan diharapkan terus dapat
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan dengan
mengikuiti sosialisasi, memperoleh informasi dari berbagai sumber mengenai pengelolaan
keuangan desa dan juga mengikuti pelatihan – pelatihan atau bimbingan teknis mengenai
penelolaan keuangan desa agar dapat mengelola keuangan desa yang efektif dan efisien
mulai tahap perencanaan hingga tahap pertanggungjawaban yang sesuai dengan perundang
– undangan.
2. Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dalam
mempengaruhi Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa diharapkan hasil penelitian ini
dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini
dengan mempertimbangkan variabel-variabel lain yang merupakan variabel lain diluar
variabel yang sudah masuk dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto.(2007). Perencanaan partisipatoris berbasis asset komunitas: dari
pemikiran menuju penerapan. Depok: FISIP UI Press.
Adisasmita, Rahardjo.(2006). Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Yogyakarta: Graha Ilmu
Alif Hazmi Istifazhuddin.(2016). Evaluasi pelaksanaan kebijakan ADD (alokasi dana desa) di
Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan. Jurnal Ilmiyah Akuntansi dan
Pajak. Volume 4(2). Hal 315-326
Arsyiati, Darwanis, dan A. Djalil, Muslim. (2008). Pengaruh kualitas sumber daya manusia
dalam pengelolaan keuangan terhadap kualitas pertanggungjawaban keuangan pnbp
dalam upaya meningkatkan kinerja instansi pada universitas syiah kuala. Jurnal Telaah
& Riset Akuntansi. 1 (1) : 29-49.
Azkia, Basri.H, Darwanis.(2016). Pengaruh kualitas sumber daya manusia dan akuntbilitas
publik terhadap kinerja pengelolaan keuangan di lingkungan universitas negeri ar–
raniry Banda Aceh. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 22 (32): 2302-0164.
Erlina. (2011). Metode Penelitian. USU Press. Medan.
Ghozali, Imam.(2013). Aplikasi Analisis Multivariative Dengan Program IBM SPSS 20. Edisi
6. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariative dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handoko, T. Hani.(1996). Pendidikan Guru Konsep Strategi: Bandung. Mandar Maju.
Hanifah, Suci Indah, dan Sugeng Praptoyo.(2015). Akuntabilitas dan Tansparansi
Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Jurnal Riset dan
Akuntansi. Vol 04 No.08
Hariandja, Marihot Tua Efendi.(2002), Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Grasindo
Haryanto, Sahmuddin, dan Arifuddin. (2007). Akuntansi Sektor Publik Edisi Pertama.
Semarang:Universitas Diponegoro.
Hasibuan, Malayu S.P. (2003). Manajemen sumber daya manusia edisi revisi. Jakarta; Bumi
Aksara.
Indrianasari, Neny Tri. (2017). Peran perangkat desa dalam akuntanbilitas pengelolaan
keuangan desa(studi pada Desa Karangsari Kecamatan sukodono). Jurnal Ilmiah
Akutansi dan Pajak. 1 (2).29-46.
Kharis. (2010). Pengaruh sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi terhadap
kinerja instansi pemerintah. Yogyakarta:Universitas Gajah Mada.
Mardiasmo.(2009). Perpajakan. Edisi Revisi. Andi: Jogjakarta.
Mardiasmo.(2002). Otonomi dan manajemen keuangan daerah. Jogjakarta:Andi.
Maridiasmo.(2006). Perpajakan. Edisi Revisi. Jogjakarta:Andi.
Matindas, dan Rudolf, W.(2002). Manajemen sdm lewat konsep ambisi, kenyataan, dan usaha.
Edisi II. Jakarta: Grafiti.
Muindro Renyowijoyo. (2013). Akuntansi sektor publik. Jakarta : Mitra Wacana Media
Naimah. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas keuangan desa pada
pemerintah kabupaten Serdang Bedagi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 01, 54-59.
Peraturan Daerah Bupati Lamongan Nomor 94 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis
Pelaksanaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Lamongan.
Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tetang Pengelolaan Keuangan
Desa
Peraturan Pemerintah Dalam Negri Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standart Akuntansi
Pemerintahan.
Rahmayani, Meta Dewi. (2012). Governance dalam pelaksanaan program dana desa (studi
kasus di Desa Kagokan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo). Artikel Ilmiah
Mahasiswa. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ)
Romantis, A.P dan Kurrohman.T. (2014). Akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa di
Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 2014. Artikel Ilmiah Mahasiswa.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ).
Ruky, S. Achmad. (2003). SDM berkualitas mengubah visi menjadi realitas, Jakarta, Gramdia
Pustaka Utama
Sihaloho, Meylina.D. (2014). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas Keuangan
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Thesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Silvia Grestanti.(2016). Analisis Penerapan Pengelolaan Keuangan Pada Alokasi Dana Desa
di Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Skripsi, Universitas Airlangga.
http://repository.unair.ac.id/2963804 April 2018 (19:21).
Sopanah dan Wahyudi, (2003), Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan
Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan
Pengawasan Keuangan Daerah, Sisposium Nasional Akuntansi (SNA) VI16-17 April
di Malang.
Steph Ellen, eHow Blog. (2010). Principles and Methods of Research; Arioa etal. (eds.); 2006
Subroto, A. (2009).Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa.
http:emprints.undips.ac.id/7610/Agus_Subroto.pdf. 09 April 2018.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kuantitatif dan & R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sujamto.(1996). Aspek-aspek pengawasan di Indonesia. Jakarta:Sinar Grafika
Sumpeno, Wahjudin. (2011). Perencanaan Desa Terpadu. Banda Aceh: Read.
Supriyadi, D. (2010). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suwandi. (2015). Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan alokasi dana desa di kantor desa
suka damai kecamatan mura bada kabupaten kutai kertanegara.
Undang – Undang Dasar Republik Indonesa 1945.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Widjaja, HAW. (2004). Otonomi daerah dan daerah otonom, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Widodo. (2001). Implementasi Kebijakan. Bandung: CV Pustaka Belajar