EPID DIPTERIA

32
RUSI- Difteria, 1 EPIDEMIOLOGI Penyakit Difteria

description

dipteri

Transcript of EPID DIPTERIA

Surv.Difteriamenyerang tonsil, faring,laring, hidung, adakalanya
menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang kadang
konjungtiva atau vagina.
spesifik yang dilepas oleh bakteri. Lesi nampak sebagai
suatu membran asimetrik keabu-abuan yang dikelilingi
dengan daerah inflamasi.
temperatur lebih dingin di negara subtropis dan terutama
menyerang anak-anak berumur dibawah 15 tahun yang
belum diimunisasi.
yang sering terjadi adalah infeksi subklinis dan difteri kulit.
Faktor risiko yang mendasari terjadinya infeksi difteri
dikalangan orang dewasa adalah menurunnya imunitas
yang didapat karena imunisasi pada waktu bayi, tidak lengkap.
RUSI-Difteria, *
difteri dilaporkan rata-rata 4 kasus setiap tahunnya;
Dua pertiga dari orang yang terinfeksi kebanyakan berusia
20 tahun atau lebih.
Dapat menyebabkan KLB, KLB terjadi di Federasi Rusia pd tahun 1990,
menyebar ke negara-Negara lain yang dahulu bergabung dalam
Uni Soviet dan Mongolia.
meninggal dunia antara tahun 1990-1997.
Di Ekuador terjadi KLB pada tahun 1993/1994 dengan 200 kasus,
setengah dari kasus tersebut berusia 15 tahun ke atas.
RUSI-Difteria, *
Total Kasus 2011 : 811
Total Kasus 2012 : 554
*
Total Kasus 2011 : 45
Total Kasus 2012 : 17
Kontak dengan penderita pada masa inkubasi Kontak dengan Carrier Melalui pernafasan (droplet infection, vomite, luka di tangan (difteri kulit)- Mencemari tanah sekitarnya.
Masa Inkubasi
Masa penularan
Dari penderita : 2 – 4 minggu (sejak masa inkubasi) Dari Carrier bisa sampai 6 bulan
RUSI-Difteria, *
Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam , sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan( membran ) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah .
GEJALA KLINIS
DIFTERIA FARING – LARING
Difteri hidung biasanya ringan dan kronis dengan salah satu rongga hidung
tersumbat dan terjadi ekskorisasi (ledes).
Tenggorokan terasa sakit, sekalipun pada difteria faucial atau pada difteria
faringotonsiler, diikuti dengan kelenjar limfe yang membesar dan melunak.
Pada kasus-kasus yang sedang dan berat ditandai dengan pembengkakan
*
*
DIFTERIA KULIT & MUKOSA
DIFTERIA KULIT
*
*
Imunisasi dilakukan tidak lengkap
Imunitas seumur hidup tidak selalu, adalah imunitas
yang didapat setelah sembuh dari penyakit atau dari
infeksi yang subklinis.
kekebalan seumur hidup.
KERENTANAN DAN KEKEBALAN
Definisi Kasus konfirm (WHO-2003)
Adanya peningkatan serum antibody 4 kali atau lebih
Bila keduanya dilakukan sebelum pemberian antitoxin
RUSI-Difteria, *
Definisi Karier:
RUSI-Difteria, *
PENCEGAHAN
Penyuluhan
Imunisasi aktif secara luas (masal) dengan Diphtheria Toxoid (DT) pada bayi mulai usia 2 bulan
RUSI-Difteria, *
Lapor ke petugas kesehatan
Manajemen kontak (pengambilan sampel dan pemberian obat Erythromycin selama 7-10 hari )
Investigasi kontak dan sumber infeksi
Pengobatan spesifif
Terapi Curative selama 14 hari:
Eritromysin 40 - 50 mg/kgbb/hr mak 2 g/hr dibagi dlm 4 dosis
Atau PP-G 25rb – 50rb U/kgbb/hr max 1.2 jt dibagi dalam 2 dosis
Suportif
RUSI-Difteria, *
RUSI-Difteria, *
20.000 – 40.000
Lesi nasofaring
40.000 – 60.000
80.000 – 100.000
Diet makanan lunak kalori tinggi yang mudah dicerna
Prednison 1,0-1,5 mg/kgbb/hari, tiap 6-8 jam pada kasus berat selama 14 hari
Waktu dipulangkan: Imunisasi 0,5 mL i.m. : DPT anak <5 thn, DT anak < 5-7 tahun, Td anak > 7 tahun (tanpa melihat status imunisasi sebelumnya)
Tatalaksana Kasus (Suportif)
ERITROMISIN secepatnya
dosis : 50 mg/kg BB/hari max 2 gr/hr dibagi dalam 4 dosis
dewasa : 500 mg x /hari
anak-anak : sirup 250 mg x 4 /hari
cara pemberian : sehabis makan
pantauan : PMO
Identifikasi terhadap orang yang kontak terhadap penderita dan orang-orang yang berisiko
Implikasi bencana :
- Perpindahan penduduk kepada kelompok yang rentan
RUSI-Difteria, *
RUSI-Difteria, *
Mencegah Penularan
Memberikan pengobatan sesuai klasifikasinya.
Kebersihan lingkungan
Perbaikan cold chain
Sistem surveilans yang lebih sensitif dalam deteksi dan laporan dini.
Perbaikan kesling
STP
Puskesmas
W1
Kasus
difteri dan kontak terinfeksi
•Serum untuk pemeriksaan antibodi
•Terapi serum antitoksin diphteria
•Imunisasi aktif (Td) pada fase konvalesen
•Dua pasang kultur hidung dan tenggorok (selang ≥24 jam) minimal 2
mgg paska terapi antibiotik. Bila tanpa antibiotik, kultur dilakukan 2
mgg setelah keluhan (-), atau ≥2 mgg dari awal sakit
Lapor ke Dinas Kesehatan
•identifikasi kontak erat dan lakukan tindak pencegahan
•dua pasang kultur ulangan (selang ≥24 jam) minimal 2
minggu paska terapi