diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

105
TESIS UJI DIAGNOSTIK HHIE-S VERSI INDONESIA UNTUK SKRINING GANGGUAN PENDENGARAN USIA LANJUT NI LUH INDRI ASTARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Transcript of diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Page 1: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

TESIS

UJI DIAGNOSTIK HHIE-S VERSI INDONESIA UNTUK SKRINING GANGGUAN PENDENGARAN

USIA LANJUT

NI LUH INDRI ASTARI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 2: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

TESIS

UJI DIAGNOSTIK HHIE-S VERSI INDONESIA UNTUK SKRINING GANGGUAN PENDENGARAN USIA LANJUT

NI LUH INDRI ASTARI NIM 0914078101

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

2014

Page 3: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

UJI DIAGNOSTIK HHIE-S VERSI INDONESIA UNTUK SKRINING GANGGUAN PENDENGARAN USIA LANJUT

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister dalam Program Magister,Program Studi Ilmu Biomedik (Combined Degree)

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI LUH INDRI ASTARI NIM 0914078101

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

2014

Page 4: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL, 24 JUNI 2014

Pembimbing I Pembimbing II Prof.dr.W. Suardana,SpTHT-KL(K) Prof.DR.dr.N.Adiputra,PFK,MOH,Sp.Erg. NIP. 130 369 694 NIP. 19471211 1976 021 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana Prof.DR.dr.WimpieIPangkahila,Sp.And,FAACS NIP 194612131971071001 NIP 195902151985102001

Prof.DR.dr.AA.Raka Sudewi,Sp.S

Page 5: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 24 Juni 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 1789/UN 14.4/HK/2014, tertanggal 17 Juni 2014

Ketua : Prof.dr. W. Suardana, SpTHT-KL (K)

Anggota :

1. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, PFK, MOH, Sp.Erg

2. Dr.dr.Ida Sri Iswari,Sp.MK., M.Kes

3. Prof. dr. I. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D

4. Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And., FAACS

Page 6: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas karunia Tuhan Yang Maha Esa akhirnya tersusunlah sebuah karya tulis

untuk memperoleh gelar spesialis di bidang THT-KL. Karya tulis ini selain merupakan

suatu karya akhir juga dilatarbelakangi suatu keinginan dan harapan bagi perkembangan

keilmuan di bidang THT-KL.

Karya tulis ini dapat diselesaikan berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan peran

serta berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terim

kasih yang tidak terhingga dengan segala ketulusan hati kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.I Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD dan Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.Putu Astawa, Sp.OT(K) yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan

Program Pascasarjana Kekhususan Kedokteran Klinik (combined degree) dan

PPDS-1 lmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher.

2. Dr.Anak Ayu Sri Saraswati, M.Kes, Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar, atas

segala fasilitas yang disediakan dan diberikan selama penulis mengikuti pendidikan

spesialis.

3. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof.Dr.dr. Raka Sudewi,

SpS(K), atas kesempatan yang telah diberikan pada penulis untuk menjadi

mahasiswa program pascasarjana, program studi kekhususan kedokteran klinik

(Combined degree).

4. dr.Eka Putra Setiawan SpTHT-KL(K), sebagai Kepala Bagian Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, atas segala dorongan dan bimbingan selama

penulis mengikuti pendidikan spesialis.

5. dr.I Wayan Sucipta, Sp.THT-KL, sebagai Sekretaris Bagian Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggrk-Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas

Page 7: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, atas segala bimbingan selama penulis

mengikuti pendidikan spesialis.

6. dr. Dewa Gede Arta Eka Putra, Sp.THT-KL sebagai Ketua Program Studi PPDS-1

Ilmu Kesehatan THT-KL, atas segala kesempatan, bimbingan dan motivasinya.

7. dr. I Gede Ardika Nuaba SpTHT-KL(K) sebagai Sekretaris Program Studi PPDS-1

Ilmu Kesehatan THT-KL, atas segala kesempatan, bimbingan, dan motivasinya.

8. Ketua Program Pascasarjana Kekhususan Kedokteran Klinik (combined degree),

Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And, FAACS yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pasca Sarjana Kekhususan

Kedokteran Klinik (combined degree).

9. Prof. dr. Wayan Suardana, Sp.THT-KL(K) sebagai pembimbing I atas segala

dorongan, motivasi dan bimbingan yang diberikan sejak awal sampai akhir

pendidikan.

10. Prof. Dr. dr. N Adiputra, PFK, MOH, Sp.Erg sebagai pembimbing II atas segala

waktu dan bimbingannya selama ini.

11. Prof. dr. I N Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D dan Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK,

M.Kes, sebagai penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk

kesempurnaan tesis ini.

12. dr. Made Sudipta, Sp.THT-KL dan dr. Luh Made Ratnawati, Sp.THT-KL, atas

motivasi, bimbingan dan pengertiannya selama penulis menempuh pendidikan

spesialis.

13. dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid, yang telah memberikan bimbingan

statistik kepada penulis.

14. Kepala-kepala sub bagian dan para konsultan di Bagian/SMF THT-KL FK

UNUD/RSUP Sanglah yang telah banyak memberikan kesempatan dan bimbingan

selama saya mengikuti pendidikan.

15. Seluruh anggota PWRI Sukawati Gianyar yang telah memberikan saya kesempatan,

membantu kelancaran dan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Page 8: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

16. Harmony Hearing Center dan Power Hearing Center yang telah berpartisipasi

menyediakan sarana bagi penelitian ini.

17. dr. A.A Bagus Tri Kusuma beserta keluarga besar Puri Sangeh Sukawati Gianyar,

yang telah banyak membantu serta ikut menyumbangkan ide, tenaga dan materi

demi kelancaran dalam penelitian ini.

18. Rekan dokter residen antara lain: Kertanadi, Marselinus, Olivia, Hanski, Kris

Aryana, Dian Permata Sari, Dian Ariyanti Putri, Witari, Eka Ari, Dwi dan Lolik

yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian.

19. Para Senior, rekan residen, mahasiswa kedokteran, paramedis, serta ibu-ibu

pegawai SMF/Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL atas bantuan dan kerjasamanya

selama mengikuti pendidikan.

20. Bapak Ibu, Ir. I Nyoman Machnit dan Ni Wayan Winanti, atas kasih sayang dan

kesempatan serta pengorbanannya selama penulis menempuh pendidikan.

21. Bapak Ibu mertua, I Ketut Wijana, BA, SPd dan Ni Nyoman Nerki, SPd, atas

motivasi dan pengertiannya selama penulis menempuh pendidikan.

22. Suami, dr. I Gede Eka Widarmawan yang selalu berbagi suka duka serta anak-

anakku terkasih Agastya Prabawa dan Prema Wijaya atas pengertian dan

pengorbanan menemani penulis selama masa pendidikan.

23. Saudara terkasih, I Made Endrayana Putra, SH sekeluarga atas doa restu, motivasi,

pengertian dan kasih sayangnya.

24. Semua pihak yang telah membantu karya akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa melimpahkan karunia dan rahmatNya

atas kebaikan yang telah dilakukan.

Denpasar, Mei 2014

Ni Luh Indri Astari

Page 9: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

ABSTRAK

UJI DIAGNOSTIK HHIE-S VERSI INDONESIA UNTUK SKRINING

GANGGUAN PENDENGARAN USIA LANJUT

Ni Luh Indri Astari Gangguan pendengaran yang berkaitan dengan usia atau presbikusis merupakan defisit sensori yang paling sering dijumpai pada usia lanjut dan menjadi masalah yang serius di masyarakat dan kesehatan. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan menggunakan baku emas audiometri. Metode: penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang, dilakukan tanggal 6 April 2014 di PWRI Sukawati Gianyar. Pada subjek penelitian dilakukan anamnesis, pemeriksaan THT-KL, menjawab pertanyaan sesuai dengan HHIE-S versi Indonesia sebanyak 10 pertanyaan, selanjutnya pemeriksaan audiometri nada murni. Uji diagnostik HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dianalisis dengan uji diagnostik menggunakan kurva ROC (Receiver Operating Characteristic) dengan keluaran berupa nilai AUC (Area Under the Curve) dan cut-off point. Pada penelitian ini diperoleh subjek sebanyak 90 orang usia lanjut (53 orang perempuan dan 37 orang laki-laki) berusia 60 sampai 94 tahun (rerata 67,4±6,76 tahun). Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran, yang diperoleh dari metode ROC sebesar 96,2% (95% IK, 92,65%-99,75%). HHIE-S versi Indonesia dengan 10 pertanyaan didapatkan cut-off point terbaik ≥6 dengan sensitivitas 93,24%, spesifisitas 93,75% dan akurasi 93,33%. Dengan nilai duga positif 98,6% dan nilai duga negatif 75%. Kesimpulan: HHIE-S versi Indonesia memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut. Sehingga diharapkan gangguan pendengaran pada usia lanjut akan cepat terdeteksi dan mendapatkan penanganan agar tidak terjadi masalah yang serius. Kata kunci: usia lanjut, gangguan pendengaran, skrining, HHIE-S versi Indonesia.

Page 10: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

ABSTRACT DIAGNOSTIC TEST OF INDONESIAN HHIE-S VERSION FOR SCREENING

OF HEARING IMPAIRMENT IN ELDERLY

Ni Luh Indri Astari

Age related hearing loss or presbycusis is the most common sensory deficit in

the elderly and has become a severe social and health problem. Purpose: to determine the sensitivity and specificity of Indonesian HHIE-S version for screening of hearing impairment in elderly using the gold standard audiometry.

Methods: design of the study was cross sectional, carried out on April 6 2014 at PWRI Sukawati Gianyar. All subjects was interviewed, ENT-HNS examination, answer questions according to the Indonesian HHIE-S version as much as 10 questions, then pure tone audiometric examination. Diagnostic test HHIE-S Indonesian version for screening of hearing impairment in elderly was analyzed by diagnostic test using ROC curve (Receiver Operating Characteristic) with the output of the value of AUC (Area Under the Curve) and cut-off point. The subjects in this study were obtained as many as 90 elderly people (53 women and 37 men) aged 60 to 94 years (mean 67.4 ± 6.76 years). AUC values of Indonesian HHIE-S version to hearing impairment, which was obtained from the ROC of 96.2% (95% CI, 92.65% -99.75%). Indonesian HHIE-S version with 10 questions got the best cut-off point ≥ 6 with sensitivity 93.24%, specificity 93.75% and 93.33% accuracy. With a 98.6% positive predictive value and negative predictive value of 75%. Conclusion: Indonesian HHIE-S version has good sensitivity and specificity for the screening of hearing impairment in elderly. So expecting hearing impairment in elderly will be quickly detected and get treatment to avoid serious problems. Keywords: elderly people, hearing impairment, screening, Indonesian HHIE-S version.

Page 11: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM.................................................................................. i

PRASYARAT GELAR........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI........................................................

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………………………..

iv

v

UCAPAN TERIMA KASIH................................................................... vi

ABSTRAK............................................................................................... ix

ABSTRACT............................................................................................. x

DAFTAR ISI............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................... xv

DAFTAR TABEL.................................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN......................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................... 4

Page 12: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 4

1.4.1 Manfaat ilmiah/akademik……………………………………. 4

1.4.2 Manfaat pelayanan masyarakat………………………………. 5

1.4.3 Manfaat terhadap pihak yang diteliti………………………... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................... 6

2.1 Anatomi Telinga…………………………………………………… 6

2.2 Fisiologi Pendengaran...................................................................... 12

2.3 Definisi Presbikusis........................................................................... 16

2.3.1 Presbikusis Sensori…………………………………………... 16

2.3.2 Presbikusis Neural …………………………………………... 17

2.3.3 Presbikusis Strial …………………………………………….. 17

2.3.4 Presbikusis Konduksi………………………………………… 18

2.4 HHIE-S (Hearing Handicap Inventory for the Elderly-

Screening)……..................................................................................

19

2.5 Audiometri Nada Murni………………………................................. 21

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN.......................................................................................... 24

3.1 Kerangka Berpikir.............................................................................. 24

3.2 Konsep…………............................................................................... 25

3.3 Hipotesis Penelitian........................................................................... 26

BAB IV METODE PENELITIAN.......................................................... 27

Page 13: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

4.1 Rancangan Penelitian......................................................................... 27

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 27

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 27

4.3.1 Populasi Penelitian................................................................... 27

4.3.2 Sampel Penelitian…………………………............................ 28

4.3.3 Kriteria Sampel Penelitian....................................................... 28

4.3.4 Perhitungan Besar Sampel….………….................................. 29

4.4 Variabel Penelitian............................................................................. 30

4.4.1 Klasifikasi Variabel................................................................ 30

4.4.2 Definisi Operasional Variabel................................................. 30

4.5 Bahan dan Alat Penelitian.................................................................. 31

4.6 Prosedur Penelitian.......................................................................... 32

4.7 Alur Penelitian................................................................................... 33

4.8 Analisis Data...................................................................................... 34

4.9 Etika Penelitian.................................................................................. 34

BAB V HASIL PENELITIAN................................................................ 35

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian........................................................ 35

5.2 Menilai Performa HHIE-S versi Indonesia untuk Memprediksi

Gangguan Pendengaran dengan Kurva ROC dan Nilai

AUC………………………………………………………………..

36

Page 14: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

5.3 Penentuan Cut-off point Terbaik untuk Menentukan Sensitivitas,

Spesifisitas dan Akurasi HHIE-S versi Indonesia Dengan Prosedur

ROC……………………………………….....................................

39

5.4 Penentuan Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Duga Positif dan Nilai

Duga Negatif Sesuai HHIE-S versi Indonesia dan

Audiometri…………………………………………………………

43

5.5 Distribusi HHIE-S versi Indonesia dan Tingkat Gangguan

Pendengaran……………………………………………………......

44

BAB VI PEMBAHASAN....................................................................... 46

6.1 Subjek Penelitian…………………………………………………... 46

6.2 Penentuan Sensitivitas, Spesifisitas dan Cut-off Point HHIE-S versi

Indonesia dengan Prosedur ROC......................................................

48

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN..................................................... 51

7.1 Simpulan………………………………………………………. 51

7.2 Saran…………………………………………………………... 51

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 53

LAMPIRAN............................................................................................. 57

Page 15: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi telinga.......................................................... 9

Gambar 2.2 Organ korti…..………………………........................ 10

Gambar 2.3 Perjalanan serabut aferen dari sistem pendengaran..... 11

Gambar 2.4 Audiogram 4 tipe dasar patologi perifer pada

presbikusis……………………………………………

19

Gambar 3.1 Bagan Konsep.............................................................. 25

Gambar 4.1 Bagan Alur Penelitian.................................................. 33

Gambar 5.2.1 Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap

gangguan pendengaran……………………………….

36

Gambar 5.2.2 Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap

gangguan pendengaran ringan……………….………

37

Gambar 5.2.3 Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap

gangguan pendengaran sedang……………………….

37

Page 16: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.3 Karakteristik penurunan pendengaran pada presbikusis... 18

Tabel 5.1.1 Karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin………… 35

Tabel 5.1.2 Karakteristik subjek berdasarkan umur…………………. 35

Tabel 5.1.3 Karakteristik subjek berdasarkan hasil audiometri……... 35

Tabel 5.2.1 Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan

pendengaran…………………………………

38

Tabel 5.2.2 Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan

pendengaran ringan…………………………..

38

Tabel 5.2.3 Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan

pendengaran sedang……………………..……

39

Tabel 5.3.1 Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi

Indonesia terhadap gangguan pendengaran dari berbagai

alternatif cut-off point………………………………….

39

Tabel 5.3.2 Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi

Indonesia terhadap gangguan pendengaran ringan dari

berbagai alternatif cut-off point………………………..

40

Tabel 5.3.3 Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi

Indonesia terhadap gangguan pendengaran sedang dari

berbagai alternatif cut-off point………………………….

42

Page 17: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Tabel 5.4 Tabel 2x2 sesuai HHIE-S versi Indonesia dan

Audiometri…………………………………………….

43

Tabel 5.5 Distribusi subjek terhadap skor HHIE-S versi Indonesia dan

tingkat gangguan pendengaran (pada telinga yang lebih

baik)……………………………………………….

44

Page 18: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

DAFTAR SINGKATAN

ASHA : American Speech-Language-Hearing Association

AUC : Area Under the Curve

dB : Desibel

DPOAE : Distortion Product Otoaccustic Emission

HL : Hearing Level

Hz : Hertz

HHIE-S : Hearing Handicap Inventory for the Elderly-Screening

ISO : International Standart Operation

KTP : Kartu Tanda Penduduk

L : Left

PWRI : Perhimpunan Werdatama Republik Indonesia

R : Right

ROC : Receiver Operating Characteristic

THT : Telinga Hidung dan Tenggorok

THT-KL : Telinga Hidung dan Tenggorok dan bedah Kepala Leher

WHO : World Health Organisation

Page 19: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Penelitian ......................…..................................... 57

Lampiran 2 Kuisioner HHIE-S versi Indonesia.....…………………… 59

Lampiran 3 Hearing Handicap Inventory for the Elderly – Screening

(HHIE-S)………………………………………………….

60

Lampiran 4 Hasil Audiogram….............................................................. 61

Lampiran 5 Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian ……............ 62

Lampiran 6 Surat Pernyataan Persetujuan....…....................................... 64

Lampiran 7 Penyerahan Ethical Clearance............................................ 65

Lampiran 8 Keterangan Kelaikan Etik…................................................ 66

Lampiran 9 Pelaksanaan Penelitian......................................................... 67

Lampiran 10 Hasil HHIE-S PWRI Sukawati Gianyar………………….. 68

Lampiran 11 Hasil Audiometri PWRI Sukawati Gianyar (Hantaran

Udara)….…………………………………………………

72

Lampiran 12 Hasil Audiometri PWRI Sukawati Gianyar (Hantaran

Tulang)……………………………………………………

76

Lampiran 13 Uji Validitas Item Kuesioner…………………………… 80

Lampiran 14 Uji Reliabilitas item……………………………………… 82

Lampiran 15 Analisis data…………………………………………….. 83

Page 20: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan pendengaran merupakan masalah serius yang paling sering dihadapi

oleh seseorang karena dapat menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi saat

bersosialisasi. Apalagi jika hal ini terjadi tanpa di sadari oleh seseorang, sehingga

mereka tetap merasa dalam keadaan baik-baik saja. Maka perlunya dilakukan skrining

gangguan pendengaran terutama pada usia lanjut untuk mengetahui tingkat gangguan

pendengaran yang terjadi, meskipun mereka mengatakan tidak ada masalah dengan

pendengarannya.

Proses penuaan tidak bisa di hindari dan semua orang akan mengalaminya.

Menurut Harold Schuknecht menyatakan, '' Secara harfiah, kita mulai menua sejak

pembuahan dan tidak pernah berhenti sampai kita mati, dalam arti biasa, penuaan di

mulai ketika pertumbuhan berhenti (Busis, 2006).

Gangguan pendengaran sangat sering terjadi dan memiliki cakupan dan tingkatan

yang sangat luas dari gangguan pendengaran dengan derajat yang tidak terdeteksi

sampai derajat sangat berat sehingga mengganggu sosialisasi. Di Amerika Serikat

sekitar 10% dari populasi dewasa mengalami gangguan pendengaran. Hampir 30-35%

dari populasi usia diatas 65 tahun menderita gangguan pendengaran dan sekitar 1,5-

3,0% membutuhkan alat bantu dengar.

Page 21: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Sekitar 40% usia di atas 75 tahun mengalami gangguan pendengaran (Lalwani 2008a ;

Roland 2010).

Jumlah penduduk propinsi Bali menurut sensus penduduk 2010 usia 60 tahun ke

atas sebesar 380.114 jiwa (total jumlah penduduk 3.890.757 jiwa) atau sebesar 9,77%

dari total jumlah penduduk Bali (BPS, 2010). Sedangkan jumlah penduduk kota

Denpasar tahun 2011 sebesar 798.588 jiwa dan usia 60 tahun ke atas sebesar 35.762

jiwa atau 4,47% dari total jumlah penduduk kota Denpasar (BPS, 2011).

Pada suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Gates dkk, dimana dilakukan

skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan 2 metode skrining yaitu HHIE-

S (Hearing Handicap Inventory for the Elderly-Screening) dan 1 pertanyaan global (1

global question) : “do you have a hearing problem now?”, didapatkan hasil bahwa

pertanyaan global untuk gangguan pendengaran lebih efektif daripada pertanyaan

mendetail untuk identifikasi gangguan pendengaran pada penderita usia lanjut yang

tidak diketahui (pertanyaan global lebih sensitif 71% daripada HHIE-S 36% untuk

mendeteksi gangguan pendengaran) (Gates dkk, 2003).

Sedangkan pada penelitian oleh Jupiter, dimana melakukan skrining pendengaran

pada usia lanjut dengan membandingkan beberapa metode skrining dengan

menggunakan nada murni, HHIE-S, nada murni ditambah HHIE-S dan dengan

menggunakan DPOAE. Didapatkan hasil bahwa DPOAE dapat digunakan sebagai

skrining pada usia lanjut (Jupiter, 2009).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ventry & Weinstein dimana untuk skrining

gangguan pendengaran pada usia lanjut, yang menggunakan 2 jenis instrumen yaitu

Page 22: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

audioskop (kombinasi antara otoskop dan audiometer) dan HHIE-S. Didapatkan hasil

bahwa audioskop memiliki sensitivitas 94% dan spesifisitas 72%-90%. Pada HHIE-S

didapatkan spesifisitas 96%-98% sedangkan sensitivitasnya 24%-30%. Sedangkan hasil

terbaik didapatkan jika audioskop dikombinasikan dengan HHIE-S yaitu sensitivitas

75%, spesifisitas 86% dan akurasi 83% (Murphy & Gates, 1997).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jupiter & Palagonia pada skrining

HHIE-S terhadap usia lanjut di Amerika yang menggunakan bahasa Cina, didapatkan

hasil dimana sebagian besar dari subjek tersebut tidak ditemukan adanya gangguan

pendengaran, dengan sensitivitas 24%, spesifisitas 98%, nilai duga positif 92% dan nilai

duga negatif 56% (Jupiter & Palagonia, 2001).

Adanya perbedaan hasil tersebut dan penelitian serta publikasi mengenai

penggunaan HHIE-S versi Indonesia di Indonesia belum pernah dilakukan dan tidak

adanya data dasarnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

untuk menguji sensitivitas, spesifisitas dan akurasi dari HHIE-S versi Indonesia untuk

skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan menggunakan baku emas

audiometri.

Page 23: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

1.2 Rumusan Masalah

Apakah HHIE-S versi Indonesia dapat digunakan sebagai skrining gangguan

pendengaran pada usia lanjut ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas HHIE-S versi Indonesia untuk

skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan menggunakan baku emas

audiometri.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui sensitivitas HHIE-S versi Indonesia sebagai skrining gangguan

pendengaran pada usia lanjut dengan baku emas audiometri.

2. Untuk mengetahui spesifisitas HHIE-S versi Indonesia sebagai skrining gangguan

pendengaran pada usia lanjut dengan baku emas audiometri.

3. Untuk mengetahui akurasi HHIE-S versi Indonesia sebagai skrining gangguan

pendengaran pada usia lanjut dengan baku emas audiometri.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat ilmiah/akademik

Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang

penggunaan HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia

Page 24: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

lanjut dan juga dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai data dasar

untuk melakukan penelitian lanjutan.

1.4.2 Manfaat pelayanan masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan

HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaraan pada usia lanjut,

dengan demikian skrining dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa harus

menggunakan alat skrining yang mahal.

1.4.3 Manfaat terhadap pihak yang diteliti

Skrining penurunan pendengaran pada usia lanjut akan mudah diketahui sedini

mungkin dengan penggunaan HHIE-S versi Indonesia. Dengan demikian para usia

lanjut akan lebih waspada jika terjadi penurunan pendengaran.

Page 25: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga

luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan kanalis auditorius eksternus (KAE) yang

terbentang dari meatus auditorius eksternus (MAE) sampai membran timpani (Gambar

2.1). Daun telinga terdiri dari tulang rawan dan tidak adanya otot. Bagian tengah daun

telinga ada yang dinamakan konka, dimana panjang KAE diukur dari konka sepanjang

2,5 cm. Pada sepertiga luar dari KAE merupakan tulang rawan. Selain itu terdapat juga

serumen, kelenjar dan folikel rambut. Sedangkan dua pertiga bagian dalam terdiri dari

tulang, termasuk juga adanya epitel pada membran timpani. Menurut fungsinya dalam

pendengaran, telinga luar memang bersifat pasif namun sangat penting karena telinga

luar terdiri dari bagian-bagian seperti konka, cekungan seperti mangkuk pada daun

telinga sebagai resonansi dan anti resonansi yang dapat membedakan arah datangnya

suara (Mills 2006).

Telinga tengah merupakan rongga bersisi enam, didalamnya terdapat tulang-

tulang pendengaran seperti maleus, inkus dan stapes. Maleus melekat dengan membran

timpani dan stapes melekat pada tingkap lonjong melalui foot plate berhubungan

dengan telinga dalam. Terdapat dua otot yaitu muskulus tensor

Page 26: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

timpani berfungsi sebagai pengatur membran timpani dan muskulus stapedius berfungsi

sebagai pengatur gerak stapes. Pada telinga dalam terdapat organ pendengaran dan

keseimbangannya, terletak pada pars petrosa os temporal. Labirin terdiri dari labirin

bagian tulang yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum dan koklea sedangkan labirin

bagian membran, yang terletak di dalam labirin bagian tulang, terdiri dari duktus

semisirkularis, utrikulus, sakulus dan duktus koklearis. Antara labirin bagian tulang dan

membran terdapat suatu ruangan yang berisi cairan perilimfe. Di dalam labirin bagian

membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria vaskularis dan diresorbsi

pada sakus endolimfatikus. Vestibulum adalah suatu ruangan kecil yang berbentuk oval,

berukuran ± 5 x 3 mm dan memisahkan koklea dari kanalis semisirkularis. Pada dinding

lateral terdapat foramen ovale dimana footplate dari stapes melekat di sana. Foramen

rotundum terdapat pada lateral bawah. Pada dinding medial bagian anterior terdapat

lekukan berbentuk spheris yang berisi makula sakuli dan terdapat lubang kecil yang

berisi serabut saraf vestibular inferior. Makula utrikuli terletak di sebelah belakang atas

daerah ini. Pada dinding posterior terdapat muara dari kanalis semisirkularis dan bagian

anterior berhubungan dengan skala vestibuli koklea. Kanalis semisirkularis ada 3 buah

yaitu superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut 900 satu sama lain. Masing-

masing kanal membentuk 2/3 lingkaran, berdiameter antara 0,8-1,0 mm dan membesar

hampir dua kali lipat pada bagian ampula. Pada vestibulum terdapat 5 muara kanalis

semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior bersatu membentuk krus

komunikan

Page 27: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

sebelum memasuki vestibulum. Koklea terletak di depan vestibulum menyerupai

rumah siput dengan panjang ± 30-35 mm. Koklea membentuk 2½ kali putaran dengan

sumbunya yang disebut modiolus yang berisi berkas saraf dan suplai darah dari arteri

koklearis. Serabut saraf ini berjalan ke lamina spiralis ossea untuk mencapai sel-sel

sensori organ korti. Koklea bagian tulang dibagi dua oleh suatu sekat. Bagian dalam

sekat ini adalah lamina spiralis ossea dan bagian luarnya adalah lamina spiralis

membranasea, sehingga ruang yang mengandung perilimfe terbagi 2 yaitu skala

vestibuli dan skala timpani. Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea yang disebut

helikotrema. Skala vestibuli berawal pada foramen ovale dan skala timpani berakhir

pada foramen rotundum. Pertemuan antara lamina spiralis ossea dan membranasea

kearah perifer membentuk suatu membran yang tipis yang disebut membran Reissner

yang memisahkan skala vestibuli dengan skala media. Duktus koklearis berbentuk

segitiga, dihubungkan dengan labirin tulang oleh jaringan ikat penyambung periosteal

dan mengandung end organ dari N.koklearis dan organ korti (Alberti, 1987; Liston,

1997; Mills, 2006; Oghalai, 2008; Soetirto, 2011).

Page 28: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Gambar 2.1 Anatomi telinga (dikutip dari Sataloff 2000).

Organ korti terletak di atas membran basilaris yang mengandung organel-

organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ korti terdiri dari 1

baris sel rambut dalam yang berisi kira-kira 3500 sel dan 3 baris sel rambut luar yang

berisi kira-kira 12.000 sel. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah

sel rambut. Pada permukaan sel rambut terdapat strereosilia yang melekat pada suatu

selubung yang cenderung datar yang dikenal sebagai membran tektoria (Gambar 2.2)

(Mills, 2006; Hall, 2006; Lonsbury-Martin, 2003). Sakulus dan utrikulus terletak di

dalam vestibulum yang dilapisi oleh perilimfe kecuali tempat masuknya saraf di daerah

makula. Sakulus jauh lebih kecil dari utrikulus tetapi strukturnya sama. Sakulus dan

utrikulus ini berhubungan satu sama lain dengan perantaraan duktus utrikulo-sakularis

yang bercabang menjadi duktus endolimfatikus dan berakhir pada suatu lipatan dari

durameter pada bagian belakang os piramidalis yang disebut sakus endolimfatikus.

Page 29: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Sel-sel persepsi sebagai sel

terletak pada makula. Pada sakulus terdapat makula sakuli dan pada utrikulus terdapat

makula utrikuli.

Gambar

Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a.auditori interna atau a.labirintin

yang berasal dari a.serebeli inferior anterior atau langsung dari a.basilaris yang

merupakan suatu end-arteri

memasuki kanalis auditorius internus, arteri ini bercabang 3 yaitu: 1) Arteri vestibularis

anterior yang melayani makula utrikuli, sebagian makula sakuli, krista ampularis,

kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan s

Arteri vestibulokoklearis, melayani makula sakuli, kanalis semisirkularis posterior,

bagian inferior utrikulus

sel persepsi sebagai sel-sel rambut yang dikelilingi oleh sel

terletak pada makula. Pada sakulus terdapat makula sakuli dan pada utrikulus terdapat

Gambar 2.2 Organ korti (dikutip dari Mills, 2006).

Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a.auditori interna atau a.labirintin

yang berasal dari a.serebeli inferior anterior atau langsung dari a.basilaris yang

arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Sete

memasuki kanalis auditorius internus, arteri ini bercabang 3 yaitu: 1) Arteri vestibularis

anterior yang melayani makula utrikuli, sebagian makula sakuli, krista ampularis,

kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan s

Arteri vestibulokoklearis, melayani makula sakuli, kanalis semisirkularis posterior,

bagian inferior utrikulus

sel rambut yang dikelilingi oleh sel-sel penunjang yang

terletak pada makula. Pada sakulus terdapat makula sakuli dan pada utrikulus terdapat

Mills, 2006).

Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a.auditori interna atau a.labirintin

yang berasal dari a.serebeli inferior anterior atau langsung dari a.basilaris yang

dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah

memasuki kanalis auditorius internus, arteri ini bercabang 3 yaitu: 1) Arteri vestibularis

anterior yang melayani makula utrikuli, sebagian makula sakuli, krista ampularis,

kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan sakulus, 2)

Arteri vestibulokoklearis, melayani makula sakuli, kanalis semisirkularis posterior,

Page 30: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

dan sakulus serta putaran basal dari koklea, 3) Arteri koklearis yang memasuki

modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri spiral yang melayani organ korti,

skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis. Aliran vena pada

telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna melayani putaran tengah dan

apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis melayani putaran basiler koklea, sakulus,

utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus vestibularis

melayani kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus

endolimfeatikus dan masuk ke sinus sigmoid. Perjalanan serabut aferen dari sistem

pendengaran tampak pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Perjalanan serabut aferen dari sistem pendengaran. (Probst, 2006a)

Page 31: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam porus dari kanalis auditorius

internus dan bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N. koklearis. Pada dasar kanalis

auditorius internus terletak ganglion vestibular dan pada modiolus terletak ganglion

spiralis. Sel-sel rambut diinervasi oleh serabut eferen dan aferen dari saraf koklearis

membentuk kelompok di ganglion spiralis menuju nukleus olivarius superior atau

melalui lemnikus lateralis berjalan menuju kolikulus inferior dan genikulatum medialis.

Dari sini sebagai neuron tersier menuju ke pusat pendengaran di lobus temporalis

(Soetirto, 2011; Alberti, 1987; Mills, 2006; Hall, 2006; Lonsbury-Martin, 2003).

2.2 Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar dimulai dengan ditangkapnya getaran suara oleh daun telinga

kemudian diteruskan melalui udara atau tulang ke koklea. Gelombang suara mencapai

telinga dalam melalui tiga kemungkinan yaitu 1) Membran timpani-rantai osikula-

foramen ovale, 2) Lewat tulang atau hantaran tulang, 3) Bila membran timpani dan

osikula tidak ada, getaran suara bisa lewat foramen rotundum. Selanjutnya dari koklea

getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe

menyebabkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria serta

menimbulkan defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi

pemasukan ion bermuatan listrik. Selanjutnya timbul proses depolarisasi sel rambut

yang melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis dan akhirnya menimbulkan

potensial aksi pada

Page 32: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

saraf auditorius yang dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai kortek pendengaran di

lobus temporalis yaitu area 39-40 (Mills, 2006; Hall, 2006; Lonsbury-Martin, 2003).

Fungsi telinga luar dan telinga tengah adalah meneruskan tenaga akustik dengan

baik ke koklea. Liang telinga dapat menurunkan intensitas suara sebesar 10-15 dB dan

memiliki frekuensi resonansi sekitar 3500 Hz. Pada membran timpani melekat

manubrium malei, maleus berhubungan dengan inkus, inkus berhubungan dengan

stapes, hubungan ini diikat oleh ligamen. Permukaan datar stapes menutupi foramen

ovale dimana gelombang suara ditransmisikan ke koklea. Dengan susunan osikel

sedemikian rupa, getaran suara yang di terima oleh membran timpani sampai organ

korti mengalami penguatan. Penguatan lain dilakukan oleh perbedaan luas antara

permukaan membran timpani seluas 55 mm2 dan permukaan basis stapes seluas 3,2

mm2 sehingga perbandingannya 17:1. Peningkatan energi melalui osikula sebesar 1,3

kali oleh karena perbedaan antar manubrium malei dengan prosesus longus inkus

sebesar 1,3 kali. Jadi peningkatan getaran di organ korti sebesar 17x1,3 = 22 kali. Untuk

melindungi telinga dalam akibat suara keras muskulus tensor timpani dan muskulus

stapedius secara refleks akan berkontraksi yang disebut reflek akustik sehingga koklea

terhindar dari suara keras. Respon otot-otot ini tergantung dari intensitas suara dan

terjadi 10 milidetik setelah periode laten. Muskulus tensor timpani akan menarik

manubrium malei ke dalam dan muskulus stapedius akan menarik stapes keluar.

Akibatnya sistem osikula menjadi kaku. Pada stimulus yang keras maka respon otot-

otot ini dapat

Page 33: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

menurunkan intensitas suara 30-40 dB. Sedangkan pada stimulus yang lemah dapat

diperbesar dan diperkeras dengan mengurangi tegangan tulang-tulang pendengaran

dengan merelaksasi otot-otot tersebut (Mills, 2006; Ganong, 2005).

Proses mendengar meliputi 3 tahap yaitu: 1) Pemindahan energi fisik berupa

stimulus bunyi ke organ pendengaran; 2) Konversi atau transduksi yaitu pengubahan

energi fisik stimulasi ke organ penerima; 3) Penghantaran impuls saraf ke kortek

pendengaran. Proses pemindahan energi atau transmisi terdiri dari transmisi

aerodinamis dimana stimulus bunyi berpindah dari kanalis auditorius eksternus ke

membran timpani dan dari membran timpani ke tulang pendengaran. Sedangkan

transmisi hidrodinamis dimana stimulus bunyi berpindah dari foramen ovale ke auris

interna melalui cairan perilimfe dan endolimfe (Mills, 2006; Austin, 1985).

Koklea memiliki sistem hidromekanis yang dijalankan oleh gerakan kaki stapes.

Gerakan kaki stapes kearah dalam akan meningkatkan tekanan perilimfe di dekat

foramen ovale. Sebaliknya gerakan kaki stapes keluar akan menurunkan tekanan pada

perimfe. Perubahan tekanan diawali dari skala vestibuli menuju skala media sampai

pada skala timpani kemudian menggetarkan foramen rotundum, tekanan tersebut

melalui membran basilaris. Membran basilaris sebagai satu kesatuan yang berbentuk

lempeng-lempeng getar sehingga bila mendapat rangsangan bunyi akan bergetar seperti

gerakan gelombang dengan karakteristik tertentu yang dikenal sebagai travelling wave.

Rangsangan gelombang suara dengan frekuensi tinggi akan menghasilkan amplitude

tertinggi pada dasar koklea sedangkan pada frekuensi rendah amplitudo tertinggi

dihasilkan di ujung koklea (Mills, 2006; Austin, 1985).

Page 34: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Koklea memiliki 3 proses bio-elektrik yaitu: potensial endokoklea, mikrofoni

koklea dan potensial sumasi. Potensial endokoklea selalu ada pada saat istirahat,

sedangkan kedua jenis potensial yang lain hanya muncul pada saat terdapat stimuli

bunyi. Dalam skala media terdapat potensial listrik positif sebesar 80 mV, sedangkan

pada sel rambut dan stria vaskularis terdapat potensial listrik negatif sebesar -80 mV.

Sehingga terdapat beda potensial sebesar 160 mV yang disebut potensial endokoklea.

Stria vaskularis adalah sumber potensial endokoklea yang sangat sensitif terhadap

anoksia dan zat kimia. Mikrofoni koklea sangat tergantung pada oksigen dan akan

menghilang bila kekurangan oksigen. Tekanan oksigen tertinggi yaitu 44-77 mmHg

terdapat di dekat stria vaskularis. Penurunan konsentrasi oksigen, aliran darah dan

obstruksi arteri pada koklea akan menyebabkan fungsi koklea menurun dengan hebat.

Dalam keadaan ini sel-sel menjadi rentan terhadap kerusakan. Potensial sumasi tidak

mengikuti rangsang suara dengan spontan tetapi sebanding dengan akar pangkat dua

tekanan suara. Potensial sumasi dihasilkan oleh sel-sel rambut dalam yang efektif pada

intensitas suara tinggi. Sedangkan mikrofoni koklea dihasilkan lebih banyak pada sel

rambut luar (Mills, 2006; Ganong, 2005; Austin, 1985).

2.3 Definisi Presbikusis

Page 35: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Merupakan gangguan pendengaran yang dikaitkan dengan faktor usia dan

merupakan penyebab terbanyak gangguan pendengaran pada orang tua. Istilah

presbikusis pertama kali disampaikan oleh Zwaardemaker pada tahun 1891, dimana

dikatakan bahwa usia memiliki pengaruh terhadap terjadinya penurunan pendengaran.

Namun sejak dahulu belum diketahui secara pasti apakah usia memiliki kaitan dengan

penurunan pendengaran (Murphy & Gates, 1997).

Presbikusis biasanya terjadi secara simetris pada telinga kiri dan kanan,

gangguan pendengaran pada frekuensi nada tinggi namun terkadang juga menunjukkan

penurunan pada semua frekuensi dapat mulai pada frekuensi 100 Hz atau lebih. Dan

yang terpenting adanya penurunan pendengaran secara signifikan (Lalwani, 2008a;

Suwento, 2011).

Secara klinik, presbikusis dibagi menjadi 4 tipe yaitu: sensori, neural, metabolik

atau strial dan konduktif. Tipe ini dapat tunggal atau kombinasi (Lalwani, 2008b;

Suwento, 2011).

3.3.1 Presbikusis Sensori

Pada pemeriksaan audiometri didapatkan penurunan pendengaran pada nada

tinggi dan simetris dengan penurunan ambang dengar secara tiba-tiba, terjadi mulai usia

pertengahan. Diskriminasi tutur berhubungan langsung dengan bagaimana

mempertahankan fungsi pendengaran frekuensi tinggi. Secara histologi terjadi

kehilangan baik pada sel rambut dan sel penunjang yang terletak di basal

Page 36: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

koklea. Selain itu terjadi atropi organ korti akan diikuti oleh degenerasi neural sekunder.

Sedangkan bagian tengah dan apeks koklea yang mengandung frekuensi bicara biasanya

tertahan. Perubahan patologi ini memiliki kemiripan dengan trauma akibat bising

(Lalwani, 2008b).

3.3.2 Presbikusis Neural

Ditandai dengan hilangnya sel-sel neuron pada seluruh koklea dan berhubungan

dengan hilangnya diskriminasi tutur secara signifikan. Hilangnya diskriminasi tutur

lebih berat daripada yang dapat diperkirakan dari pemeriksaan ambang dengar dengan

nada murni. Meskipun dapat terjadi pada semua usia, gangguan pendengaran tidak akan

dikeluhkan sampai jumlah sel-sel neuron yang baik tinggal sedikit. Tanda khasnya pada

audiogram didapatkan gambaran penurunan frekuensi yang sangat tajam. Hal ini

ditunjukkan dengan besarnya gangguan pada diskriminasi tutur yang berhubungan

langsung dengan luasnya kehilangan sel-sek neuron pada koklea yang

bertanggungjawab terhadap frekuensi tutur pada koklea (Lalwani, 2008a).

3.3.3 Presbikusis Strial

Didapatkan audiogram yang flat atau mendatar dengan diskriminasi tutur yang

baik. Stria vaskularis merupakan daerah metabolisme aktif pada koklea yang

bertanggung jawab terhadap sekresi dari endolimfe dan pemeliharaan gradien ion yang

melalui organ korti. Pada presbikusis strial, penurunan pendengaran secara

Page 37: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

progresif lambat dan biasanya terjadi pada usia pertengahan. Patologinya dimana

terjadi atropi sebagian pada stria vaskularis pada bagian tengah dan apikal dari koklea,

tanpa disertai kehilangan sel-sel neuron koklea. Besarnya atropi yang terjadi

berhubungan dengan derajat penurunan pendengaran. Kualitas dari endolimfe akan

berpengaruh pada degenerasi dari strial, dimana akan menyebabkan hilangnya

ketersediaan energi pada end-organ (Lalwani, 2008a).

3.3.4 Presbikusis Konduksi Koklea

Perubahan secara mekanikal pada membran basilar dapat menyebabkan

penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi secara perlahan-lahan pada usia

pertengahan. Presbikusis konduksi koklea secara patologi tidak dapat dilihat

perubahannya yang terjadi pada telinga dalam. Tanpa adanya pengukuran langsung

secara mikromekanikal, presbikusis konduksi koklea hanyalah suatu teori belaka pada

kategori presbikusis. Diskriminasi tutur berkaitan dengan besarnya penurunan dari nada

murni (Lalwani, 2008a).

Tabel 2.3 Karakteristik penurunan pendengaran pada presbikusis (Lalwani, 2008a)

Tipe Presbikusis Nada Murni Diskriminasi Tutur Sensori Nada tinggi, penurunan tiba-tiba Sesuai dengan frekuensi

yang terganggu Neural Terjadi pada semua frekuensi Sangat berat Strial Terjadi pada semua frekuensi Minimal Konduksi koklea Nada tinggi, penurunan

perlahan Sesuai dengan penurunan ketajaman pada nada tinggi

Page 38: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Gambar 2.4 Audiogram 4 tipe dasar patologi perifer pada presbikusis: A) sensori, B) neural, C) strial, D) konduksi koklea.

WRS: word recognition score (Busis, 2006).

2.4 HHIE-S (Hearing Handicap Inventory for the Elderly-Screening) versi Indonesia

Saat ini sedang dikembangkan dan digunakan kuesioner untuk mengetahui

gangguan pendengaran pada usia lanjut secara kuantitatif, baik secara emosional dan

sosial. Penggunaan kuesioner dengan sensitivitas yang tinggi berguna untuk mengetahui

adanya gangguan pendengaran, dimana pengerjaannya sangat cepat dan murah serta

dapat digunakan sebagai skirining pendengaran pada populasi yang besar (Menegotto,

2011).

Page 39: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

HHIE-S pertama kali diperkenalkan oleh Ventry & Weinstein pada tahun 1982.

Pada aslinya terdiri dari 25 pertanyaan lalu dipersingkat menjadi 10 pertanyaan (Angeli

dkk, 2009).

HHIE-S penggunaannya sangat cepat dan mudah dipahami sehingga sangat baik

digunakan pada usia lanjut. Dengan demikian penggunaan HHIE-S sangat disarankan

oleh American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) sebagai skrining

pendengaran (Menegotto dkk, 2011).

HHIE-S versi Indonesia dengan 10 pertanyaan:

1. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa malu saat bertemu

orang baru?

2. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa frustasi bila bercakap-

cakap dengan keluarga?

3. Apakah anda kesulitan mendengar suara bisik-bisik?

4. Apakah anda merasa cacat karena masalah pendengaran?

5. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda kesulitan ketika mengunjungi

teman, kerabat atau tetangga?

6. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda lebih jarang menghadiri

upacara keagamaan dari yang anda inginkan?

7. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda berdebat dengan anggota

keluarga?

8. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa kesulitan saat

mendengarkan TV atau radio?

Page 40: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

9. Apakah gangguan pendengaran anda menghambat kehidupan pribadi atau

sosial?

10. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda kesulitan saat berada di

restaurant dengan kerabat atau teman?

Skoring pada HHIE-S yaitu jika ya, 4 poin; kadang-kadang, 2 poin; atau tidak, 0

poin, pada setiap pertanyaan. Skoring berkisar antara 0 (tidak terdapat kecacatan)

sampai 40 (kecacatan maksimum).

Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan tanggal 12 April 2010 pada lansia

di Panti Wana Seraya terhadap HHIE-S versi Indonesia, didapatkan uji validitas item

kuesioner dengan hasil semua item valid ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r)

>0,361 dan p<0,05 yaitu pada kolom terakhir (r=0,361 batas koefisien validasi untuk

jumlah sampel 30) dan uji reliabilitas item kuesioner dengan Cronbach’s alpha

didapatkan nilai 0,777. Ini menunjukkan item kuesioner reliable dengan nilai >0,6 (0,6

batas reliable suatu item test) (hasil terlampir).

Pada penelitian Ventry & Weinstein didapatkan nilai Cronbach’s alpha terhadap

HHIE sebesar 0,95 (Ventry & Weinstein, 1982).

2.5 Audiometri Nada Murni

Audiometri nada murni adalah pengukuran sensitivitas pendengaran dengan

frekuensi yang dimulai dari 250 Hz sampai 8000 Hz. Pemeriksaan ini adalah dasar dari

evaluasi pendengaran dilaksanakan dalam ruang kedap suara. Pemeriksaan audiometri

Page 41: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

untuk memeriksa seluruh sistem auditorius mulai dari telinga luar sampai korteks

auditorius (Sweetow, 2008).

Pada audiometri nada murni, ambang didapatkan baik melalui konduksi udara

maupun konduksi tulang. Pada pengukuran konduksi udara, perbedaan stimulus nada

murni yang berbeda-beda ditransmisikan melalui earphone. Sinyal melewati liang

telinga masuk ke dalam kavum timpani melalui tulang pendengaran ke koklea dan

kemudian menuju sistem auditorius pusat. Ambang konduksi udara menggambarkan

mekanisme integritas auditorius perifer. Sedangkan pada pengukuran konduksi tulang,

sinyal ditransmisikan melalui getaran tulang yang biasanya diletakkan pada prominentia

mastoid. Nada murni secara langsung menstimulus koklea setelah melewati liang

telinga dan telinga tengah. Hasil audiometri berupa audiogram dalam bentuk grafik

yang menggambarkan ambang pendengaran dalam frekuensi (Bess, 2008).

Intensitas bunyi dinyatakan dalam dB atau decibell. Dimana dalam menentukan

derajat ketulian, yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya saja. Derajat

ketulian sesuai standar ISO atau International Standard Organization yaitu: 0-25 dB

normal, 26-40 dB tuli ringan, 41-55 dB tuli sedang, 56-70 dB tuli sedang berat, 71-90

dB tuli berat, > 90 dB tuli sangat berat (Soetirto, 2011).

Tipe gangguan pendengaran dijabarkan oleh perbandingan antara konduksi

udara dan tulang. Pada tuli konduksi, didapatkan hantaran tulang yang normal dan

gangguan terdapat pada hantaran udara sedangkan pada tuli sensorineural tidak terdapat

gap antara hantaran udara dan tulang (Hall, 2002).

Page 42: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir mengacu pada kerangka teori bahwa penurunan pendengaran

terkait usia atau presbikusis merupakan defisit sensori yang paling sering dijumpai pada

usia lanjut. Penyebab presbikusis multifaktorial. Konsensus secara umum menyebutkan

jika presbikusis merupakan hasil dari fisiologi degenerasi akibat penuaan, ditambah

akumulasi efek dari bising, penyakit metabolik serta kemungkinan faktor keturunan.

Hal ini menimbulkan kerusakan pada koklea, yang dapat menyebabkan hilangnya sel-

sel rambut dan sel penunjang di basal koklea, hilangnya sel-sel neuron pada seluruh

koklea dan atropi stria vaskularis pada bagian tengah dan apikal koklea. Kemudian

presbikusis dibagi menjadi 4 tipe presbikusis yaitu: presbikusis sensori, neural, strial

dan konduksi koklea. Oleh sebab itu perlu dilakukan skrining gangguan pendengaran

pada usia lanjut, dimana saat ini dikembangkan alat yang mudah, murah dan cepat. Alat

tersebut berupa kuesioner HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan

pendengaran pada usia lanjut.

Page 43: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

3.2 Konsep

Gambar 3.1 Bagan konsep

Keterangan :

: variabel diukur

: variabel tidak diukur

Penyakit metabolik

Usia Lanjut ≥60 tahun

Genetik

HHIE-S versi Indonesia

Kerusakan koklea - sel rambut - sel penunjang - sel neuron - stria vaskularis

Bising

Fisiologi degenerasi

Tipe presbikusis: 1.Sensori 2.Neural 3.Strial 4.Konduksi koklea

Gangguan pendengaran usia lanjut

Page 44: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

3.3 Hipotesis Penelitian

HHIE-S versi Indonesia dapat digunakan untuk skrining gangguan pendengaran

pada usia lanjut.

Page 45: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang untuk mengetahui validitas

HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap usia lanjut di Perhimpunan Werdatama Republik

Indonesia (PWRI) di Sukawati Gianyar, karena peneliti sudah kenal baik dengan salah

satu subjek penelitian. Dilaksanakan pada hari minggu tanggal 6 April 2014.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi penelitian

Populasi target penelitian adalah semua usia lanjut ≥ 60 tahun di Sukawati

Gianyar. Populasi terjangkau penelitian adalah usia lanjut ≥ 60 tahun yang merupakan

usia lanjut di Perhimpunan Werdatama Republik Indonesia (PWRI) Sukawati Gianyar.

Page 46: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel diambil dengan tehnik consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi

dan eksklusi yang telah ditentukan penulis, hingga jumlah sampel yang diperlukan

telah terpenuhi.

4.3.3 Kriteria Sampel Penelitian

Kriteria Inklusi :

1. Usia lanjut yang berusia ≥ 60 tahun, yang merupakan usia lanjut di PWRI

Sukawati, usianya sesuai dengan KTP.

2. Keadaan umum usia lanjut secara klinis baik dan memungkinkan dilakukan

penelitian.

3. Bersedia ikut dalam penelitian yang dinyatakan dalam informed consent.

4. Hasil pemeriksaan otoskopi menunjukkan tidak adanya perforasi membran

timpani.

Kriteria Eksklusi :

1. Pernah dilakukan operasi telinga tengah (timpanoplasti atau

timpanomastoidektomi).

2. Pernah mengalami cedera kepala

3. Pernah menderita infeksi telinga tengah menahun.

Page 47: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

4.3.4 Perhitungan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus proporsi populasi dengan spesifik presisi absolut

(Lemeshow dkk, 1990).

Perhitungan besar sampel: n = Zα 2 PQ d2

Keterangan :

n = jumlah subjek

Zα = tingkat kemaknaan (ditetapkan) pada nilai α=5%, maka nilai Z=1,96

P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (dari pustaka)

Q = 1-P

d = tingkat ketepatan/presisi absolut yang dikehendaki peneliti (ditetapkan)

Dari kepustakaan (Lalwani, 2008a; Roland, 2010) diketahui informasi:

P = 30% = 0,3

Q = 1-0,3 = 0,7

Zα = 1,96

d = 10% = 0,10

Jadi besar sampel (n) = 1,962.0,3.(1-0,3) = 3,8416. 0,3. 0,7

0,102 0,01

= 0,806736 = 80,67 dibulatkan menjadi 81. 0,01

Page 48: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan sampel minimal sebesar 81 subjek. Untuk

mengantisipasi eksklusi, subjek penelitian ditingkatkan 10% (9 subjek). Sehingga

jumlah sampel menjadi 90 subjek.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Klasifikasi variabel

Variabel penelitian meliputi:

1. Variabel bebas : gangguan pendengaran pada usia lanjut

2. Variabel tergantung : HHIE-S versi Indonesia.

4.4.2 Definisi Operasional Variabel

1. Usia lanjut adalah lamanya hidup yang dihitung berdasarkan tanggal pada

KTP, berusia ≥ 60 tahun.

2. Gangguan pendengaran adalah tidak mampu mendengar dengan baik sehingga

penderita mengalami gangguan dalam berkomunikasi baik gangguan

pendengaran tersebut disadari atau tidak. Ambang dengar dinyatakan dalam

satuan desibel atau dB. Pendengaran normal jika ambang dengar 0-25 dB,

gangguan pendengaran jika ambang dengar ≥ 26 dB.

3. Skrining gangguan pendengaran adalah melakukan deteksi atau pemeriksaan

terhadap penderita yang diperkirakan mengalami gangguan pendengaran.

Page 49: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

4. HHIE-S versi Indonesia adalah Hearing Handicap Inventory for the Elderly –

Screening version, dimana terdapat 10 pertanyaan yang akan ditanyakan

kepada penderita usia lanjut.

5. Operasi telinga tengah: tindakan pembedahan pada telinga tengah seperti

operasi timpanoplasti atau timpanomastoidektomi, akibat adanya proses

infeksi di dalam telinga tengah.

6. Cedera kepala: jejas akibat trauma pada kulit kepala, tulang tengkorak dan

otak.

7. Infeksi telinga tengah menahun: infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan sekret encer, kental bening atau bernanah

yang keluar dari telinga tengah lebih dari 2 bulan yang terus menerus atau

hilang timbul dipastikan dengan pemeriksaan otoskopi.

4.5 Bahan dan Alat Penelitian

1. Formulir persetujuan mengikuti penelitian

2. Kuesioner penelitian (HHIE-S versi Indonesia)

3. Alat diagnostik seperti lampu kepala, otoskop, spekulum hidung, spatel lidah,

pengait serumen, audiometer merk Interacoustic tipe Audio traveler AA220

yang telah ditera.

4. Alat pengukur intensitas bising atau sound level meter merk Krisbow tipe

KW 06-290.

5. Ruang yang sunyi dengan tingkat kebisingan dibawah 40 desibel.

Page 50: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

4.6 Prosedur Penelitian

1. Untuk mendapatkan data yang baik maka sebelumnya diberikan informasi

tentang maksud dan tujuan dari penelitian ini.

2. Jika penderita setuju ikut serta dalam penelitian maka penderita akan

menandatangani surat informed consent.

3. Pada subjek dilakukan anamnesis tentang riwayat penyakit, lalu dilanjutkan

pemeriksaan klinis THT berurutan dari telinga untuk evaluasi kanalis

akustikus eksternus, membran timpani. Dilanjutkan pemeriksaan hidung untuk

evaluasi mukosa, septum hidung dan konka. Pemeriksaan tenggorok

dilakukan untuk menilai apakah terdapat tanda-tanda radang.

4. Selanjutnya akan diajukan pertanyaan sesuai dengan HHIE-S versi Indonesia

sebanyak 10 pertanyaan yang dibacakan oleh pemeriksa dan harus dijawab

dengan jelas oleh subjek tanpa harus dipengaruhi oleh orang lain.

5. Pemeriksaan audiometri nada murni dimana subjek diminta duduk tenang di

ruang yang tingkat kebisingannya tidak lebih dari 40 dB (sebelum

pemeriksaan ruangan tersebut diukur dengan sound level meter untuk

mengetahui intensitas bising di ruangan tersebut). Selanjutnya subjek

dipasang headphone dan diminta memberikan respon bila mendengar nada

yang dibunyikan. Pemeriksaan dilakukan pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz,

1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz, 6000 Hz dan 8000 Hz, pada kedua telinga secara

bergantian dimulai dengan telinga yang dirasa mempunyai pendengaran lebih

baik. Pemeriksaan hantaran tulang sama seperti pemeriksaan hantaran udara

Page 51: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

tetapi vibratornya diletakkan pada planum mastoid. Ambang dengar

didapatkan dengan menghitung rata-rata ambang dengar pada frekuensi 500

Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan 4000 Hz selanjutnya dibagi 4. Dari pemeriksaan

audiogram hantaran udara dan hantaran tulang didapatkan lebih dari 25 dB

dan disebut adanya gap apabila antara hantaran udara dan hantaran tulang

terdapat perbedaan lebih atau sama dengan 10 dB minimal pada 2 frekuensi

yang berdekatan.

4.7 Alur Penelitian

Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian

Sampel

Audiometri nada murni

Analisis Data

Usia Lanjut ≥ 60 tahun

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

HHIE-S versi Indonesia

Page 52: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

4.8 Analisis Data

Hasil penelitian disajikan secara deskriptif untuk menggambarkan karakteristik

subjek. Untuk karakteristik subjek HHIE-S versi Indonesia dan audiometri digambarkan

hasilnya berdasarkan jenis kelamin berupa frekuensi, umur berupa mean, SD, minimal

dan maksimal serta berdasarkan hasil audiometri berupa frekuensi.

Tahapan analisis uji diagnostik yaitu: dimulai dahulu performa atau kemampuan

dari HHIE-S versi Indonesia untuk memprediksi gangguan pendengaran menggunakan

kurva ROC (Receiver Operating Characteristic) dengan keluaran berupa AUC (Area

Under the Curve) dan cut-off point atau titik potong .

Selanjutnya dibuat juga tabel sensitivitas dan 1-spesifisitas, sehingga dapat

ditentukan cut-off point terbaik. Analisis selanjutnya menggunakan tabel 2x2, dengan

keluaran berupa sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif

(NDN) dan akurasi. Analisis data menggunakan Stata SE 12.1, serial number

40120504238.

4.9 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan ijin dan kelaikan etik atau ethical clearance

dari Unit Penelitian dan Pengembangan atau Litbang Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar No. 181/UN.14.2/Litbang/2014

tanggal 25 Februari 2014.

Page 53: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada 90 orang subjek dengan karakteristik perempuan 53

orang (58,89%) dan laki-laki 37 orang (41,11%). Distribusi umur minimal usia 60 tahun

dan maksimal usia 94 tahun, dengan rerata 67,4 ±6,76 tahun.

Tabel 5.1.1 Karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Frekuensi %

Perempuan 53 58,89

Laki-laki 37 41,11

Total 90 100,00

Tabel 5.1.2. Karakteristik subjek berdasarkan umur

Variabel Total Mean SD Min Maks.

Umur (tahun)

90 67,4 6,76 60 94

Tabel 5.1.3 Karakteristik subjek berdasarkan hasil audiometri

Pendengaran Frekuensi %

Normal 16 17,78

Gangguan pendengaran 74 82,2

Total 90 100,0

Page 54: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Hasil yang didapatkan usia lanjut dengan pendengaran normal 16 orang

(17,78%) dan usia lanjut yang mengalami gangguan pendengaran 74 orang (82,22%).

Dengan demikian prevalensi

sebesar 82,22%. Rerata hasil pemeriksaan audiometri pada 4 frekuensi pada telinga

yang baik sebesar 36,7% .

5.2 Menilai Performa

Pendengaran dengan Ku

Gambar

Pada output, terdapat kurva

Indonesia mempunyai nilai diagnostik yang baik karena kurva jauh dari garis 50% dan

mendekati 100%.

Hasil yang didapatkan usia lanjut dengan pendengaran normal 16 orang

(17,78%) dan usia lanjut yang mengalami gangguan pendengaran 74 orang (82,22%).

Dengan demikian prevalensi usia lanjut yang mengalami gangguan pendengaran adalah

sebesar 82,22%. Rerata hasil pemeriksaan audiometri pada 4 frekuensi pada telinga

yang baik sebesar 36,7% .

5.2 Menilai Performa HHIE-S versi Indonesia untuk Memprediksi Gangguan

Pendengaran dengan Kurva ROC dan Nilai AUC

Gambar 5.2.1 Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesiaterhadap gangguan pendengaran

Pada output, terdapat kurva ROC yang menunjukkan bahwa skor

Indonesia mempunyai nilai diagnostik yang baik karena kurva jauh dari garis 50% dan

Hasil yang didapatkan usia lanjut dengan pendengaran normal 16 orang

(17,78%) dan usia lanjut yang mengalami gangguan pendengaran 74 orang (82,22%).

usia lanjut yang mengalami gangguan pendengaran adalah

sebesar 82,22%. Rerata hasil pemeriksaan audiometri pada 4 frekuensi pada telinga

versi Indonesia untuk Memprediksi Gangguan

versi Indonesia

yang menunjukkan bahwa skor HHIE-S versi

Indonesia mempunyai nilai diagnostik yang baik karena kurva jauh dari garis 50% dan

Page 55: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Gambar 5.2.2 Kurva

Gambar 5.2.3 Kurva

5.2.2 Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadapgangguan pendengaran ringan

5.2.3 Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap

gangguan pendengaran sedang

versi Indonesia terhadap

versi Indonesia terhadap

Page 56: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Tabel 5.2.1 Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap Gangguan Pendengaran

Obs

ROC area

Std error

Asymptotic 95% confidence

interval

90 0,9620 0,0181 0.92653 0.99746

Nilai AUC yang diperoleh dari metode ROC adalah sebesar 96,2% (95% IK, 92,65% -

99,75%). Secara statistik, nilai AUC sebesar 96,2% tergolong kuat.

Nilai AUC sebesar 96,2% artinya apabila skor HHIE-S versi Indonesia

digunakan untuk mendiagnosis ada tidaknya gangguan pendengaran pada 100 orang

pasien, maka kesimpulan yang tepat akan diperoleh pada 96 orang pasien.

Berdasarkan interval kepercayaannya, kita mengetahui bahwa nilai AUC skor

HHIE-S versi Indonesia pada populasi berkisar antara 92,65% sampai dengan 99,75%.

Secara klinis, nilai AUC skor HHIE-S versi Indonesia sangat memuaskan karena

lebih besar daripada nilai AUC minimal yang diharapkan peneliti, yaitu sebesar 70%.

Tabel 5.2.2 Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap Gangguan Pendengaran

Ringan

ROC -Binomial Exact -

Obs Area Std Err. (95% Conf. Interval)

90 0,9085 0,0333 0,83235 0,96084

Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran ringan

sebesar 90,85% (95% IK 83,2% - 96,08%).

Page 57: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Tabel 5.2.3 Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap Gangguan Pendengaran

Sedang

ROC -Binomial Exact -

Obs Area Std Err. (95% Conf. Interval)

90 0,7264 0,0897 0,61781 0,81150

Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran sedang

sebesar 72,6% (95% IK 61,7% - 81,1%).

Berdasarkan kurva ROC dan nilai AUC dapat dilihat bahwa HHIE-S versi

Indonesia memiliki nilai yang lebih baik atau lebih sensitif dalam menilai gangguan

pendengaran ringan (90,85%) daripada gangguan pendengaran sedang (72,64%).

5.3 Penentuan Cut-off Point Terbaik untuk Menentukan Sensitivitas, Spesifisitas

dan Akurasi HHIE-S versi Indonesia dengan Prosedur ROC

Tabel 5.3.1 Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia terhadap

gangguan pendengaran dari berbagai alternatif cut-off point

Cut-off point Sensitivitas (%) Spesifisitas (%) Akurasi (%)

≥0 100,0 0,0 82,22

≥2 95,95 62,50 90,0

≥4 95,95 68,75 91,11

≥6 93,24 93,75 93,33

≥8 91,89 93,75 92,22

≥10 90,54 93,75 91,11

Page 58: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

≥12 89,19 93,75 90,00

≥14 81,08 100,0 84,44

≥16 77,03 100,00 81,11

≥18 64,86 100,00 71,11

≥20 47,30 100,00 56,67

≥22 28,38 100,00 41,11

≥24 25,68 100,00 38,89

≥26 18,92 100,00 33,33

≥28 14,86 100,00 30,00

≥34 9,46 100,00 25,56

≥36 8,11 100,00 24,44

≥38 6,76 100,00 23,33

≥40 4,05 100,00 21,11

>40 0,00 100,00 17,78

Berdasarkan Tabel 5.3.1 di atas, didapatkan cut-off point terbaik untuk menentukan

sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia dalam memprediksi

terjadinya gangguan pendengaran pada usia lanjut adalah cut-off point ≥6 dengan

sensitivitas 93,24%, spesifisitas 93,75% dan akurasi 93,33%.

Tabel 5.3.2 Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia terhadap

gangguan pendengaran ringan dari berbagai alternatif cut-off point

Cut-off point Sensitivitas (%) Spesifisitas (%) Akurasi (%)

≥0 100,00 0,00 58,89

≥2 100,00 35,14 73,33

≥4 100,00 37,84 74,44

≥6 100,00 54,05 81,11

Page 59: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

≥8 100,00 56,76 82,22

≥10 100,00 59,46 83,33

≥12 100,00 62,16 84,44

≥14 94,34 72,97 85,56

≥16 90,57 75,68 84,44

≥18 81,13 86,49 83,33

≥20 58,49 89,19 71,11

≥22 37,96 97,30 62,22

≥24 33,96 97,30 60,00

≥26 24,53 97,30 54,44

≥28 20,75 100,00 53,33

≥34 13,21 100,00 48,89

≥36 11,32 100,00 47,78

≥38 9,43 100 46,67

≥40 5,66 100,00 44,44

>40 0,00 100,00 41,11

Berdasarkan Tabel 5.3.2 diatas, didapatkan cut-off point terbaik untuk menentukan

sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia dalam memprediksi

terjadinya gangguan pendengaran ringan pada usia lanjut adalah cut-off point ≥14

dengan sensitivitas 94,34%, spesifisitas 72,97% dan akurasi 85,56%.

Tabel 5.3.3 Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia terhadap

gangguan pendengaran sedang dari berbagai alternatif cut-off point

Cut-off point Sensitivitas (%) Spesifisitas (%) Akurasi (%)

≥0 100,00 0,00 8,89

≥2 100,00 15,85 23,33

≥4 100,00 17,07 24,44

Page 60: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

≥6 100,00 24,39 31,11

≥8 100,00 25,61 32,22

≥10 100,00 26,83 33,33

≥12 100,00 28,05 34,44

≥14 100,00 36,59 42,22

≥16 87,50 39,02 43,33

≥18 75,00 48,78 51,11

≥20 62,50 63,41 63,33

≥22 50,00 79,27 76,67

≥24 50,00 81,71 78,89

≥26 50,00 87,80 84,44

≥28 37,50 90,24 85,56

≥34 25,00 93,90 87,78

≥36 25,00 95,12 88,89

≥38 12,50 95,12 87,78

≥40 0,00 96,34 87,78

>40 0,00 100,00 91,11

Berdasarkan Tabel 5.3.3 diatas, didapatkan cut-off point terbaik untuk menentukan

sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia dalam memprediksi

terjadinya gangguan pendengaran sedang pada usia lanjut adalah cut-off point ≥36

dengan sensitivitas 25,00%, spesifisitas 95,12% dan akurasi 88,89%.

Page 61: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

5.4 Penentuan Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Duga Positif dan Nilai Duga Negatif

sesuai HHIE-S versi Indonesia dan Audiometri

Tabel 5.4 Tabel 2x2 sesuai HHIE-S versi Indonesia dan Audiometri

HHIE-S versi Indonesia

Total

+

(cut-off point ≥ 6)

-

(cut-off point 0-4)

Audiometri

Gangguan pendengaran

(+)

69 (93,24%)

5 (6,76%)

74 (100%)

Gangguan pendengaran

(-)

1 (6,25%)

15 (93,75%)

16 (100%)

Total

70 (77,78%)

20 (22,22%)

90 (100%)

Berdasarkan Tabel 5.4 didapatkan sensitivitas 93,24%, spesifisitas 93,75% dan

akurasi 93,33%. Pada prevalensi 82% didapatkan nilai duga positif 98,6% dan nilai

duga negatif 75%.

Page 62: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

5.5 Distribusi HHIE-S versi Indonesia dan Tingkat Gangguan Pendengaran

Tabel 5.5 Distribusi subjek terhadap skor HHIE-S versi Indonesia dan tingkat gangguan

pendengaran (pada telinga yang lebih baik)

Tingkat gangguan

pendengaran

Jumlah

(N)

Skor HHIE-S versi Indonesia

0 – 10

12 – 24

26 – 40 Normal (0-25 dB) 16 15 1 0 Ringan (26-40 dB) 21 8 12 1 Sedang (41-55 dB) 45 0 36 9 Sedang berat-berat (56-90 dB)

8 0 4 4

Sangat berat (>91 dB) 0 - - - Total 90 23 53 14

Berdasarkan tabel tersebut di atas distribusi subjek terhadap skor HHIE-S versi

Indonesia dan tingkat gangguan pendengaran sesuai pemeriksaan audiometri pada 4

frekuensi (pada telinga yang lebih baik), didapatkan hasil bahwa subjek dengan

pendengaran normal (0-25 dB) sebanyak 16 orang (17,78%), pada skor HHIE-S versi

Indonesia didapatkan distribusi skor 0-10 sebanyak 15 orang, skor 12-24 sebanyak 1

orang.

Pada subjek dengan gangguan pendengaran ringan (26-40 dB) sebanyak 21

orang (23,33%) didapatkan distribusi skor HHIE-S versi Indonesia 0-10 sebanyak 8

orang, skor 12-24 sebanyak 12 orang dan skor 26-40 sebanyak 1 orang. Gangguan

pendengaran sedang (41-55 dB) sebanyak 45 orang (50%) didapatkan skor HHIE-S

versi Indonesia 12-24 sebanyak 36 orang dan skor HHIE-S versi Indonesia 26-40 dB

sebanyak 9 orang. Sedangkan subjek dengan gangguan pendengaran sedang berat

sampai berat (56-90 dB) sebanyak 8 orang (8,89%)

Page 63: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

dengan skor HHIE-S versi Indonesia 12-24 sebanyak 4 orang dan skor HHIE-S versi

Indonesia 26-40 dB sebanyak 4 orang. Subjek dengan gangguan pendengaran sangat

berat (>91 dB) tidak ada.

Page 64: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Subjek Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan pada 90 subjek dengan karakteristik perempuan 53

orang (58,89%), laki-laki 37 orang (41,11%). Umur subjek minimal 60 tahun dan

maksimal 94 tahun, rerata 67,4 dan SD 6,76. Pada pemeriksaan audiometri didapatkan

hasil normal 16 orang (17,78%), gangguan pendengaran 74 orang (82,2%). Dimana

distribusi subjek yang mengalami gangguan pendengaran ringan 23,33% (n=21),

gangguan pendengaran sedang 50% (n=45), gangguan pendengaran sedang berat

sampai berat 8,89% (n=8), gangguan pendengaran sangat berat 0. Rerata hasil

pemeriksaan audiometri pada 4 frekuensi pada telinga yang baik sebesar 36,7 dB.

Subjek dengan gangguan pendengaran ringan (26-40 dB) sebanyak 21 orang

(23,33%) dengan distribusi skor HHIE-S versi Indonesia 0-10 sebanyak 8 orang, skor

HHIE-S versi Indonesia 12-24 sebanyak 12 orang dan skor 26-40 sebanyak 1 orang.

Gangguan pendengaran sedang (41-55 dB) sebanyak 45 orang (50%) didapatkan skor

HHIE-S versi Indonesia 12-24 sebanyak 36 orang dan skor HHIE-S 26-40 dB sebanyak

9 orang. Sedangkan subjek dengan gangguan pendengaran sedang berat sampai berat

(56-90 dB) sebanyak 8 orang (8,89%) dengan skor HHIE-S versi Indonesia 12-24

sebanyak 4 orang dan skor HHIE-S

Page 65: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

versi Indonesia 26-40 dB sebanyak 4 orang. Subjek dengan gangguan pendengaran

sangat berat (>91 dB) tidak ada.

Pada penelitian yang dilakukan Jupiter & DiStasio, didapatkan distribusi subjek

pendengaran normal 30%, gangguan pendengaran ringan 30%, gangguan pendengaran

sedang 24%, gangguan pendengaran sedang berat sampai berat 14%, gangguan

pendengaran sangat berat 2%. Rerata hasil pemeriksaan audiometri pada 3 frekuensi

pada telinga yang baik sebesar 36,8 dB. Dimana 33 subjek (66%) didapatkan skor

distribusi HHIE-S 0-10, skor HHIE-S 12-24 sebanyak 10 subjek (20%) dan skor HHIE-

S 24-40 sebanyak 7 subjek (14%) (Jupiter & DiStasio, 1998).

Penelitian yang dilakukan Ventry & Weinstein, dimana subjek berusia 65 tahun

sampai 92 tahun (rerata 75 tahun) dengan laki-laki berjumlah 48 orang dan perempuan

52 orang, rerata hasil pemeriksaan audiometri pada 3 frekuensi (500,1000 dan 2000 Hz)

pada telinga yang baik sebesar 38 dB. Distribusi pendengaran normal 24 orang (0-25

dB), gangguan pendengaran ringan 37 orang (26-40 dB), gangguan pendengaran sedang

26 orang (41-55 dB), gangguan pendengaran sedang berat 11 orang (56-70 dB) dan

gangguan pendengaran berat 2 orang (>70 dB). Namun sensitivitas HHIE-S didapatkan

37% (Ventry & Weinstein, 1982).

Pada penelitian tentang penggunaan HHIE-S bahasa Spanyol pada penduduk

Amerika dan Meksiko, didapatkan hasil bahwa HHIE-S bahasa Spanyol

menunjukkan hasil yang sama dengan hasil HHIE-S bahasa Inggris dan dapat

digunakan secara klinik pada usia lanjut Meksiko (Lichenstein & Hazuda,1998).

Page 66: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

6.2 Penentuan Sensitivitas, Spesifisitas dan Cut-Off Point HHIE-S versi Indonesia

dengan Prosedur ROC

Pada penelitian ini dari ROC dan nilai AUC didapatkan cut-off point terbaik

pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran yaitu pada cut-off point

≥6 dengan sensitivitas 93,24%, spesifisitas 93,75% dan akurasi 93,33%, serta nilai AUC

96,2%. Selain itu didapatkan juga nilai duga positif 98,6% dan nilai duga negatif 75%.

Sedangkan cut-off point terbaik HHIE-S versi Indonesia dalam memprediksi

gangguan pendengaran ringan yaitu pada cut-off point ≥14 dengan sensitivitas 94,34%,

spesifisitas 72,97%, akurasi 85,56% dan nilai AUC 90,85%. Untuk memprediksi

gangguan pendengaran sedang yaitu pada cut-off point ≥36 dengan sensitivitas 25,00%,

spesifisitas 95,12%, akurasi 88,89% serta nilai AUC 72,64%.

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa HHIE-S versi Indonesia memiliki

nilai yang sangat baik untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut. Serta

menunjukkan nilai yang lebih baik atau lebih sensitif dalam menilai gangguan

pendengaran ringan daripada gangguan pendengaran sedang.

Pada penelitian Lichtenstein dkk bahwa performa HHIE-S pada kurva ROC

antara hearing center dan dokter praktek didapatkan pada cut-off point 8,

sensitivitas HHIE-S 72% dan 76%, spesifisitas 77% dan 71%. Sedangkan pada cut-off

point 24 didapatkan sensitivitas 24% dan 30%, spesifisitas 98% dan 96% (Lichtenstein

dkk, 1988).

Page 67: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Gates dkk didapatkan hasil skrining HHIE-S pada usia lanjut, pada cut-off point

antara 8 dan 10 dengan sensitivitas 35% dan spesifisitas 94% (Gates dkk, 2003).

Sedangkan pada penelitian Calviti & Pereira, didapatkan hasil sensitivitas HHIE-S

100%, spesifisitas 53,4% dan akurasi 62,0%, nilai duga positif 32,5% dan nilai duga

negatif 100% (Calviti & Pereira, 2009).

Penelitian Jupiter & DiStasio pada HHIE-S direkomendasikan penggunaan

HHIE-S pada cut-off point 14 dimana didapatkan hasil terbaik dengan nilai duga positif

82%, nilai duga negatif 99%, sensitivitas 50% dan spesifisitas 97% (Jupiter & DiStasio,

1998).

Sensitivitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa persentase jumlah subjek

yang mengeluhkan adanya gangguan pendengaran sesuai dengan hasil audiometri yang

menunjukkan adanya penurunan ambang dengar. Sedangkan spesifisitas menunjukkan

bahwa persentase subjek yang tidak mengeluhkan adanya gangguan pendengaran

tampak pada pemeriksaan audiometri menunjukkan pendengaran normal (Calviti &

Pereira, 2009).

Karakteristik hasil rerata audiometri pada 4 frekuensi pada telinga yang lebih

baik dari penelitian ini didapatkan hasil 36,7 dB. Jika dibandingkan dengan hasil

penelitian sebelumnya menunjukkan kemiripan yaitu: 40,9 dB ( Marcus-

Bernstein,1986), 39,6 dB (Weinstein, 1986), 37,6 dB (Weinstein & Ventry, 1983), 37,5

dB (Jupiter, 1982) dan 36,8 dB (Jupiter & DiStasio, 1998).

Page 68: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Perbedaan budaya pada suatu daerah berpengaruh terhadap pengisian kuesioner

HHIE-S. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian Jupiter & Palagonia, bahwa pada

penggunaan HHIE-S pada usia lanjut di Amerika yang berbahasa Cina didapatkan hasil

jika usia lanjut tersebut mampu menerima gangguan pendengaran yang ada sebagai

suatu proses penuaan sehingga tidak dikeluhkan. Hasil ini ditunjukkan dengan

sensitivitas 24%, spesifisitas 98%, nilai duga positif 92% dan nilai duga negatif 56%

(Jupiter & Palagonia, 2001).

Menurut Huang & Tang bahwa 80% kasus gangguan pendengaran terjadi pada

usia lanjut dan akan mengalami masalah dalam berkomunikasi (Huang & Tang, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka pemeriksaan skrining

pendengaran pada usia lanjut sangat penting untuk dikerjakan.

Page 69: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Sensitivitas HHIE-S versi Indonesia sebesar 93,24% pada cut-off point ≥6,

sebagai skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan baku emas

audiometri.

2. Spesifisitas HHIE-S versi Indonesia sebesar 93,75% dengan cut-off point ≥6,

sebagai skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan baku emas

audiometri.

3. Akurasi HHIE-S versi Indonesia sebesar 93,33% dengan nilai duga positif

98,6% dan nilai duga negatif 75%.

4. Berdasarkan hasil sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia

dapat digunakan untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut.

7.2 Saran

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang, dimana HHIE-S versi

Indonesia dapat digunakan untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut.

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam melakukan

penelitian diagnostik selanjutnya.

51

Page 70: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Masyarakat tentunya menginginkan adanya alat diagnostik yang mampu untuk

mengetahui adanya gangguan pendengaran yang murah, cepat, dapat dilakukan dimana

saja sehingga praktis untuk dikerjakan.

Page 71: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

DAFTAR PUSTAKA

Alberti, P.W. 1987. Noise and the ear. Dalam : Stephen D, penyunting. Adult audiology. Scott Brown’s Otolaryngology. Edisi ke-5. Butterworth. London. h. 549-641.

Angelli R.H., Jotz, G.P., Barba M.C., Demeneghi, P.G.M., Mello C.H.P. 2009. Effectiveness of a Program of Auditory Prothetization in Elders Through the Application of HHIE-S Questionnaire. Diakses tanggal 13 Oktober 2012. Diunduh dari URL: http://www.internationalarchivesent.org/conteudo/acervo_eng.asp?id=628. International Archives of Otorhinolaryngology. Vol 13.

Austin, D.F. 1985. Anatomy and embryology. Dalam: Ballenger JJ, penyunting. Diseases of the nose, throat, ear, head and neck. Edisi ke-13. Philadelphia : Lea and Febiger Company. h. 877-923.

Badan Pusat Statistik Propinsi Bali, 2010 . Diakses tanggal 24 September 2012. Diunduh dari URL: http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=604002&od=4&id=4.

Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2011. Diakses tanggal 24 September 2012. Diunduh dari URL: http://denpasarkota.bps.go.id/data/3/0/1/2010/view.html.

Bess, F.H., Humes, L.E. 2008. Audiology as a Profession in Audiology, the Fundamentals. Edisi ke-4. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.1: h. 5.

Busis, S.N. 2006. Presbycusis. Dalam: Calhoun K.H and Eibling D.E, penyuntimg. Geriatric Otolaryngology. New York: Taylor & Francis Group. h. 77-90.

Calviti, K.C., Pereira, L.D. 2009. Sensitivity, specificity and predictive values of hearing loss to different audiometric mean values. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology. Sao Paulo. Vol.75. no.6.

Ganong, W.F. Hearing and equilibrium. 2005. Dalam: Ganong, penyunting Review of medical physiology. Edisi ke- 22. Singapore: McGraw Hill Co. h. 171-84.

Gates, G.A., Murphy, M., Rees, T.S. dan Fraher, A. 2003. Screening for handicapping hearing loss in the elderly. Diakses tanggal 12 Februari 2010. Diunduh dari URL: http://www.jfponline.com/pdf%2F5201%2F5201JFP_OriginalResearch.pdf. The Journal of family practice.

Hall, J.W., Antonelli, P.J. 2006. Assesment of peripheral and central auditory function. Dalam: Bailey BJ, penyunting. Head and Neck Surgery Otolaryngology. Edisi ke- 4. Philadelphia: W&W Lippincot. h. 1927-41.

Hall, J.W., Lewis, M.S. 2002. Diagnostic, Audiology, Hearing Aids and Habilitation Option.. Dalam: Ballenger’s Manual of Otorhinolaryngology Head & Neck Surgery. BC Decker London. 1: h. 1-3.

Page 72: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Huang, Q., Tang, J. 2010. Age-Related Hearing Loss or Presbycusis. Diakses tanggal 29 September 2011. Diunduh dari URL: http://content.ebscohost.com/pdf23_24/pdf/2010/NP7/01Aug10/51549088.pdf?T=P&P=AN&K=20464410&S=R&D=mnh&EbscoContent=dGJyMNXb4kSeqLY40dvuOLCmr0meqLFSr6m4TbOWxWXS&ContentCustomer=dGJyMPGns1C2r7VJuePfgeyx64fg3%2Bp9. Eur Arch Otorhinolaryngol. 267: 1179-91.

Jupiter, T. 1982. Audiometric and speechreading correlates of hearing handicap in the elderly. Unpublished doctoral dissertation, Theahers College, Columbia University, New York. Dikutip dari: Jupiter, T., DiStssio.1998. An Evaluation of the HHIE-S as a Screening Toll for the Elderly homebound Populaion. JARA. XXXI. 11-21. Diakses tanggal 6 Mei 2014.

Jupiter, T., DiStasio.1998. An Evaluation of the HHIE-S as a Screening Tool for the Elderly homebound Population. Diakses tanggal 6 Mei 2014. Diunduh dari URL: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=20&ved=0CFgQFjAJOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.audrehab.org%2Fjara%2F1998%2FJupiter%2520DiStasio%2C%2520%2520JARA%2C%2520%25201998.pdf&ei=sFpoU9KqKdWfugTnu4H4BQ&usg=AFQjCNH6n4_ZAWh4PGVCXadQpjHCam2elw&sig2=dU68Q5Le15dCwrEHBGh-lw&bvm=bv.65788261,d.c2E. JARA. XXXI. 11-21.

Jupiter, T., Palagonia, C.L. 2001. The Hearing Handicap Inventory for the Elderly Screening Version Adapted for Use with Elderly Chinese American Individuals. American Journal of Audiology. Vol. 10. h. 99-103.

Jupiter, T. 2009. Screening for hearing loss in the elderly using Distortion Product Otoacoustic Emissions, Pure tones and a self –Assessment tool. Diakses tanggal 12 Februari 2010. Diunduh dari URL: http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1928294221&sid=1&Fmt=6&clientId=74186&RQT=309&VName=PQD. American Journal of Audiology.Vol. 18. h. 99-107.

Lalwani, A.K., 2008a. Sensorineural Hearing Loss.. Dalam: Lalwani AK, penyunting. Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-2. New York: The MacGraw-Hill Companies Inc. h. 683-8.

Lalwani, A.K. 2008b. The Aging Inner Ear. Dalam: Lalwani AK, penyunting. Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-2. New York: The MacGraw-Hill Companies Inc. h. 689-96.

Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J., Lwanga, S.K. 1990. Statistical methods for sample size determination. Dalam: Adequacy of sample size in health studies. World Health Organization. New York,USA. h. 1.

Lichtenstein, M.J., Bess, F.H., Logan, S.A. 1988. Validation of Screening Tools for Identifying Hearing-Impaired Elderly in Primary Care. JAMA. Vol. 259. No. 19. h. 2875-78.

Page 73: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lichenstein, M.J., Hazuda, H.P. 1998. Cross-cultural adaptation of the Hearing Handicap Inventory for the Elderly Screening Version (HHIE-S) for use with Spanish-speaking Mexican Americans. Journal of the American Geriatrics Society. 46: 492-8.

Liston, S.L., Duvall, A.J. 1997. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. Dalam: Adams GL, Boies LR, Higler PH, penyunting. Buku ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 27-38.

Lonsbury-Martin, B,L., Martin, G.K., Luebke, A.E. 2003. Physiology of the auditory and vestibular systems. Dalam: Ballenger JJ, penyunting. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-16. Hamilton: BC Decker Inc. h. 68-107.

Marcus-Bernstein, C. 1986. Audiologic and non audiologic correlates of hearing handicap. Journal of speech and hearing research. 29.301-312. Dikutip dari: Jupiter, T., DiStssio. 1998. An Evaluation of the HHIE-S as a Screening Tool for the Elderly homebound Population. JARA. XXXI. 11-21. Diakses tanggal 6 Mei 2014.

Menegotto, I.H., Soldera, C.L.C., Anderle, P., Anhaia, T.C. 2011. Correlation between hearing loss and the results of the following questionnaires: Hearing Handicap Inventory for the Adults – Screening Version HHIA-S and Hearing Handicap Inventory for the Elderly – Screening Version – HHIE-S. Diakses tanggal 13 Oktober 2012. Diunduh dari URL:

http://www.internationalarchivesent.org/conteudo/acervo_eng.asp?id=785. International Archives of Otorhinolaryngology. Vol. 15.

Mills, J.H., Khariwala, S.S., Weber, PC. 2006. Anatomy and Physiology of Hearing. Dalam: Bailey BJ, penyunting. Head & Neck Surgery-Otolaryngology. Edisi ke-4. Philadelphia: W&W Lippincott. h. 1883-1903.

Murphy, M.P., Gates, G.A. 1997. Hearing Loss: Does Gender Play a Role?. Diunduh dari URL: http://www.medscape.com/viewarticle/719262. Diakses tanggal 18 Desember 2010.

Oghalai, J.S., Brownell, E.W. 2008. Anatomy and physiology of the ear. Dalam: Lalwani AK, penyunting. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-2. New York: The MacGraw-Hill Companies Inc, h. 577-93.

Probst, R. 2006a. Basic anatomy and physiology of the ear. Dalam: Probst, R., Grevers, G., Iro, H., penyunting. Basic Otorhinolaryngology. Edisi ke-1. New York: Thieme. h.154-63.

Probst, R. 2006b. Audiology (Auditory testing). Dalam: Probst, R., Grevers, G., Iro, H., penyunting. Basic Otorhinolaryngology. Edisi ke-1. New York : Thieme. h. 184-91.

Roland, P.S., Kutz, J.W., Marcincuk, M.C. 2010. Inner Ear, Presbycusis. Diakses tanggal 18 Desember 2010. Diunduh dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/855989-overview.

Sataloff, R.T., Sataloff, J. 2000. The nature of hearing. Dalam: Sataloff, R.T., Sataloff, J., penyunting. Hearing Loss. Edisi ke-4. New York: Taylor&Fancis. h. 19-28.

Page 74: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Soetirto, I., Hendarmin, H., Bashiruddin, J. 2011. Gangguan pendengaran (tuli). Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. h. 10-22.

Suwento, R., Hendarmin, H. 2011. Gangguan pendengaran pada geriatri. Dalam : Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. h. 43-5.

Sweetow, R.W., Sabes, J.H. 2008. Audologic Testing. Dalam: Lalwani AK, penyunting. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-2. New York: The MacGraw-Hill Companies Inc. h. 596-606.

Ventry, I.M., Weinstein, B.E. 1982. The Hearing Handicap Inventory for the Elderly: a New Tool. Ear and Hearing. The Williams&Wilkins Co. Vol.3. No.3. h. 128-34.

Ventry, I.M., Weinstein, B.E. 1983. Identification of elderly people with hearing problems. ASHA. 25, 37-42. Dikutip dari: Jupiter, T., DiStssio. 1998. An Evaluation of the HHIE-S as a Screening Tool for the Elderly homebound Population. JARA. XXXI. 11-21. Diakses tanggal 6 Mei 2014.

Weinstein, B.E. 1986. Validity of a screening protocol for identifying elderly people with hearing problem. ASHA. 28, 41-45. Dikutip dari: Jupiter T, DiStasio.1998. An Evaluation of the HHIE-S as a Screening Tool for the Elderly homebound Population. JARA. XXXI. 11-21. Diakses tanggal 6 Mei 2014.

Page 75: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 1

LEMBAR PENELITIAN

Nomor Penelitian :

A. Identitas Penderita

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

B. Anamnesis

C. Pemeriksaan Fisik THT 1. Telinga

Kanan Kiri

Daun telinga Normal / abnormal Normal / abnormal

Liang telinga Normal / hiperemi Normal / hiperemi

Membran timpani Intak/perforasi/retraksi Normal/suram/hiperemi

Intak/perforasi/retraksi Normal/suram/hiperemi

2. Hidung

Kanan Kiri

Kavum nasi Lapang / sempit Lapang / sempit

Konka Dekongesti / kongesti Dekongesti / kongesti

Mukosa Merah muda / hiperemi / livide

Merah muda / hiperemi / livide

Sekret Tidak ada/serus/mukoid/ purulen

Tidak ada/serus/mukoid/ purulen

Deviasi septum Ada / tidak ada

Page 76: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

3. Tenggorok

Kanan Kiri

Mukosa faring Merah muda / hiperemi Merah muda / hiperemi

Tonsil T1/T2/T3/T4 Merah muda / hiperemi Rata / tidak rata Kripte melebar - / + Detritus - / +

T1/T2/T3/T4 Merah muda / hiperemi Rata / tidak rata Kripte melebar - / + Detritus - / +

Dinding belakang Faring

Granula hipertrofi - / + Granula hipertrofi - / +

Posterior nasal drip

Ada/tidak ada

Page 77: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 2

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Kuesioner HHIE-S versi Indonesia

No. HHIE-S versi Indonesia Nilai

1. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa malu saat bertemu orang baru?

2. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa frustasi bila bercakap-cakap dengan keluarga?

3. Apakah anda kesulitan mendengar suara bisik-bisik?

4. Apakah anda merasa cacat karena masalah pendengaran?

5. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda kesulitan ketika mengunjungi teman, kerabat atau tetangga?

6. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda lebih jarang menghadiri upacara keagamaan dari yang anda inginkan?

7. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda berdebat dengan anggota keluarga?

8. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa kesulitan saat mendengarkan TV atau radio?

9. Apakah gangguan pendengaran anda menghambat kehidupan pribadi atau sosial?

10. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda kesulitan saat berada di restaurant dengan kerabat atau teman?

Keterangan:

Nilai tidak=0, kadang-kadang=2, sering/ya=4

Rentangan nilai 0-40 (nilai 0= tanpa hambatan dan nilai 40 hambatan berat).

Page 78: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 3 Hearing Handicap Inventory for the Elderly - Screening (HHIE-S) (Ventry & Weinstein, 1982).

No. Question Score 1. Does a hearing problem cause you to feel embarrassed

when you meet new people?

2. Does a hearing problem cause you to feel frustrated when talking to a member of your family?

3. Do you have difficulty hearing when someone speaks in a whisper?

4. Do you feel handicapped by a hearing problem? 5. Does a hearing problem cause you difficulty when

visiting friends, relatives or neighbors?

6. Does a hearing problem cause you to attend religious services less often than you would like?

7. Does a hearing problem cause you to have arguments with family members?

8. Does a hearing problem cause you difficulty when listening to television or radio?

9. Do you feel any difficulty with your hearing limits hampers your personal or social life?

10. Does a hearing problem cause you difficulty when in a restaurant with relatives or friends?

Score: No=0, sometime=2, yes=4

Page 79: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 4

HASIL AUDIOGRAM

Page 80: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 5

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Apakah tujuan penelitian ini?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas HHIE-S

versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut.

Apa maanfaat penelitian ini?

• Manfaat terhadap pengembangan ilmu yaitu dari hasil penelitian diharapkan

akan diperoleh informasi ilmiah tentang penggunaan HHIE-S versi Indonesia

untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dan juga dapat

memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai data dasar untuk

melakukan penelitian lanjutan.

• Manfaat terhadap pelayanan masyarakat yaitu hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi mengenai penggunaan HHIE-S versi Indonesia

untuk skrining gangguan pendengaraan pada usia lanjut, dengan demikian

skrining dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa harus menggunakan

alat skrining yang mahal.

• Manfaat terhadap pihak yang diteliti yaitu untuk skrining penurunan

pendengaran pada usia lanjut akan mudah diketahui sedini mungkin dengan

penggunaan HHIE-S versi Indonesia. Dengan demikian para manula akan lebih

waspada jika terjadi penurunan pendengaran.

Apa saja prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini?

Saya akan mencatat identitas Bapak/Ibu/Saudara/i. Selanjutnya akan dilakukan

anamnesis, pemeriksaan rutin pada telinga, hidung dan tenggorok. Pemeriksaan telinga

dengan alat otoskop bila terdapat kotoran telinga maka akan dilakukan pembersihan

dengan kait atau dengan penyemprotan dengan air hangat.

Page 81: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Pemeriksaan hidung akan dilakukan dengan menggunakan alat spekulum hidung untuk

memastikan tidak ada infeksi atau kelainan anatomi. Pemeriksaan tenggorok dilakukan

menggunakan stik kayu untuk menahan lidah. Ada pemeriksaan ini untuk melihat

adanya infeksi dan kelainan anatomi pada tenggorok. Setelah dipastikan tidak tampak

adanya kelainan maka dilakukan pengajuan pertanyaan sesuai dengan daftar pertanyaan

pada HHIE-S versi Indonesia sebanyak 10 pertanyaan. Setelah itu dilanjutkan dengan

pemeriksaan audiometri. Teknik pemeriksaan audiometri yaitu subjek diminta duduk

tenang di ruang yang tingkat kebisingannya tidak lebih dari 40 dB, dipasang headphone

dan diminta memberikan respon bila mendengar nada yang dibunyikan. Pemeriksaan

dilakukan pada frekuensi 250, 500, 1000, 2000, 3000, 4000, 6000, dan 8000 Hz pada

kedua telinga secara bergantian dimulai dengan telinga yang dirasa mempunyai

pendengaran lebih baik. Pemeriksaan hantaran tulang sama seperti pemeriksaan

hantaran udara tetapi vibratornya diletakkan pada bagian belakang telinga.

Bagaimana jika saya tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini ?

Partisipasi Bapak / Ibu / Saudara / i dalam penelitian ini bersifat sukarela.

Apabila tidak bersedia ikut serta dalam penelitian ini, Bapak / Ibu / Saudara / i tetap

akan mendapat pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan standar prosedur

pelayanan.

Bagaimana kerahasiaan hasil penelitian ini ?

Identitas Bapak / Ibu / Saudara / i dalam penelitian ini akan disamarkan. Hanya

dokter peneliti, anggota peneliti dan anggota komisi etik yang dapat melihat data Bapak

/ Ibu / Saudara / i. Kerahasiaan data akan dijamin sepenuhnya. Apabila masih ada

informasi yang kurang maka dapat menghubungi peneliti atas nama Ni Luh Indri Astari,

di nomor telepon 081239716111.

Page 82: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 6

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur / Jenis kelamin :

Alamat :

No telp/Hp :

Telah membaca dan mengerti dengan sebaik-baiknya penjelasan mengenai

prosedur dan manfaat penelitian dan secara sadar setuju untuk ikut serta dalam

penelitian ini sampai penelitian berakhir dengan tanpa paksaan dan bebas untuk

menolak atau mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja.

Sukawati, ………… 2014

Peneliti Peserta

dr. Ni Luh Indri Astari ……………………………

Page 83: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 7

Page 84: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 8

Page 85: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 9

PELAKSANAAN PENELITIAN

Page 86: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 10

HASIL HHIE-S PWRI SUKAWATI GIANYAR No. Nama Umur JK Kuisioner HHIE-S

inisial (th) L/P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml

1 NYS 65 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 MDR 75 L 4 0 4 4 2 0 0 4 0 2 20

3 MDG 68 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 WYD 65 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 SKS 68 L 2 0 4 4 2 2 0 2 0 0 16

6 WYS 68 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 CPY 63 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 MDN 75 L 4 2 2 4 2 4 2 2 2 2 26

9 NYM 66 L 0 2 4 2 2 0 0 0 0 2 12

10 MDS 61 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 MDSI 68 P 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

12 WYS 67 L 4 0 4 4 0 0 2 4 0 2 20

13 WYR 67 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 WDS 64 P 4 0 4 4 0 2 0 4 0 0 18

15 KNT 64 P 4 4 4 4 0 0 4 4 0 4 28

16 GNR 65 P 4 0 4 2 0 0 0 4 0 2 16

17 WJN 65 P 2 0 4 4 0 2 0 4 0 2 18

18 MSD 65 L 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 10

19 JPT 68 P 2 0 4 2 0 2 0 4 0 2 16

20 MRY 67 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 MSK 61 P 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 4

22 WRM 85 L 4 2 4 4 2 2 0 4 2 4 28

23 MWS 61 P 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 4

24 WPW 63 P 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 4

25 KSK 77 L 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 38

26 JMS 65 P 4 0 4 4 4 4 0 4 4 0 28

27 MMK 60 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 87: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

28 WMN 66 P 4 0 2 4 0 0 0 2 0 0 12

29 KDM 70 L 4 0 4 4 0 2 0 4 0 2 20

30 LST 70 P 2 0 4 2 0 2 0 0 0 2 12

31 KSS 80 L 4 2 4 4 0 0 0 2 2 2 20

32 RTN 80 P 4 0 2 2 2 2 0 4 0 2 18

33 MST 94 L 4 0 4 4 0 2 0 4 0 2 20

34 GAK 67 P 4 2 2 4 0 0 0 2 0 4 18

35 GAP 65 P 2 0 4 4 0 0 0 4 0 0 14

36 NKT 67 P 4 0 4 4 0 0 2 2 0 4 20

37 MGT 60 L 2 0 4 4 2 2 0 2 0 2 18

38 MRN 66 P 4 2 4 4 2 2 0 2 2 4 26

39 DMR 77 P 4 0 0 4 2 2 2 2 2 2 20

40 AGR 72 L 2 0 2 0 0 0 0 0 0 2 6

41 PTR 83 L 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

42 GNT 73 L 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 34

43 NYS 65 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

44 MWR 64 L 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 4

45 KMR 75 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

46 SRG 64 L 2 0 4 4 4 4 0 2 0 2 22

47 SRM 65 P 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2

48 RTN 60 P 2 2 2 4 4 4 2 4 2 2 28

49 SCM 68 P 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 4

50 KRN 66 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

51 KMT 86 L 2 2 4 4 0 0 0 4 2 2 20

52 DPL 83 L 2 2 4 4 0 0 0 4 2 2 20

53 DSS 67 P 2 0 2 2 0 0 0 2 2 4 14

54 TNJ 69 P 2 0 4 2 4 4 0 2 0 0 18

55 BSG 61 L 2 0 2 0 2 0 4 4 0 2 16

56 WRN 60 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

57 WBR 65 L 2 0 4 2 0 0 0 4 0 0 12

Page 88: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

58 JMR 60 L 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 4

59 KMR 60 P 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 38

60 SKR 79 L 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

61 CRY 60 P 2 2 0 2 0 0 2 0 2 2 12

62 KRT 60 P 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

63 KSR 60 L 2 0 2 2 0 0 0 0 2 0 8

64 SBH 67 P 2 0 4 4 0 0 0 2 0 0 12

65 WSP 72 L 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 36

66 SEC 71 L 2 0 4 4 0 2 0 2 0 0 14

67 ARP 69 P 2 0 2 4 2 2 0 2 0 2 16

68 KNC 62 P 4 0 4 2 2 2 2 4 0 4 24

69 SKR 62 P 2 0 2 4 2 2 0 2 2 2 18

70 MRD 64 L 2 2 4 4 2 2 0 4 2 2 24

71 DRN 64 P 2 0 4 4 2 2 0 2 0 2 18

72 JKN 60 P 2 0 2 2 0 2 2 4 0 2 16

73 SDR 78 L 4 4 4 4 2 0 0 4 2 2 26

74 KMD 71 L 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 16

75 AGR 65 L 2 2 2 4 0 2 0 2 2 2 18

76 SKR 67 P 2 0 4 4 0 2 0 4 2 2 20

77 GNT 62 P 4 2 4 4 0 2 0 4 2 2 24

78 KMD 63 P 2 2 4 2 2 0 2 4 0 2 20

79 MTG 66 P 2 2 4 4 2 0 2 4 2 2 24

80 JMS 67 P 2 0 4 2 2 2 0 2 2 2 18

81 MRN 70 P 4 2 2 2 0 2 0 2 0 2 16

82 GPR 62 L 2 0 4 2 0 2 2 4 0 2 18

83 MNH 64 L 2 2 2 4 2 2 0 4 0 2 20

84 DYH 61 P 2 2 4 2 2 0 0 4 0 2 18

85 IAR 68 P 4 0 4 4 2 2 2 2 2 2 24

86 RGN 63 P 2 2 4 2 0 2 0 2 2 2 18

87 KMR 65 P 4 2 2 4 0 0 0 2 0 2 16

Page 89: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

88 MSM 66 P 2 0 4 2 2 2 2 4 2 2 22

89 SGR 60 L 2 0 2 2 0 2 0 2 0 2 12

90 WRJ 65 L 4 2 2 2 0 2 2 2 2 2 20

Page 90: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 11

HASIL AUDIOMETRI PWRI SUKAWATI GIANYAR No. Nama Umur JK Audiogram hantaran udara AD (Hz) Audiogram hantaran udara AS (Hz)

inisial (th) L/P 250 500 1000 2000 4000 6000 8000 Rata2 250 500 1000 2000 4000 6000 8000 Rata2 1 NYS 65 L 20 10 10 10 15 10 15 11.25 15 10 5 10 10 10 10 8.75

2 MDR 75 L 35 35 40 55 55 60 70 46.25 50 50 40 45 60 65 75 48.75 3 MDG 68 P 30 30 25 25 30 25 25 27.5 30 30 25 25 20 25 30 25 4 WYD 65 P 25 35 25 25 25 25 30 27.5 25 35 25 25 25 20 35 27.5 5 SKS 68 L 35 30 30 30 45 45 50 33.75 40 45 35 25 35 45 50 35 6 WYS 68 P 40 40 45 30 40 40 35 38.75 40 40 30 25 30 40 40 31.25 7 CPY 63 P 10 10 30 40 30 25 10 27.5 10 30 30 40 40 30 40 35 8 MDN 75 L 55 50 45 50 60 60 65 51.25 45 40 35 25 55 60 70 38.75 9 NYM 66 L 20 25 15 20 30 30 20 22.5 10 20 15 15 15 25 20 16.25 10 MDS 61 P 20 25 15 20 40 30 30 25 10 20 15 20 25 30 15 20 11 MDSI 68 P 25 35 45 40 50 50 50 42.5 45 55 65 55 75 50 70 62.5 12 WYS 67 L 65 75 65 55 65 70 90 65 50 50 45 30 45 65 60 42.5 13 WYR 67 L 10 10 15 10 10 15 10 11.25 15 15 10 15 10 15 10 12.5 14 WDS 64 P 50 50 45 50 70 75 85 53.75 55 50 40 50 55 70 65 48.75 15 KNT 64 P 65 65 55 60 70 70 70 62.5 45 55 50 45 50 65 55 50 16 GNR 65 P 60 70 50 50 55 60 75 56.25 40 45 60 65 70 65 80 60 17 WJN 65 P 60 55 45 45 50 60 65 48.75 40 45 45 50 55 60 60 48.75 18 MSD 65 L 40 30 35 30 50 55 60 36.25 25 25 25 30 45 55 55 31.25 19 JPT 68 P 70 80 70 70 40 45 50 65 60 70 60 40 40 45 55 52.5 20 MRY 67 P 20 25 15 25 30 30 30 23.75 10 20 15 15 25 30 35 18.75 21 MSK 61 P 25 25 25 25 25 25 25 25 20 20 20 20 20 25 25 20 22 WRM 85 L 60 60 65 65 70 75 85 65 50 50 50 50 55 75 70 51.25 23 MWS 61 P 30 25 20 20 20 20 25 21.25 35 35 30 30 30 30 35 31.25 24 WPW 63 P 35 35 35 35 40 40 40 36.25 30 30 30 30 35 40 45 31.25

Page 91: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

25 KSK 77 L 70 70 85 90 90 85 90 83.75 60 60 55 55 70 75 75 60 26 JMS 65 P 50 50 45 45 45 50 60 46.25 50 55 55 50 50 60 65 52.5 27 MMK 60 L 15 20 15 20 25 20 20 20 15 20 25 15 20 20 20 20 28 WMN 66 P 30 30 35 55 60 60 50 45 30 35 35 40 55 60 55 41.25 29 KDM 70 L 30 40 45 60 60 65 70 51.25 30 40 40 50 60 65 70 47.5 30 LST 70 P 45 45 50 60 65 70 70 55 40 35 45 55 60 70 70 48.75 31 KSS 80 L 60 55 45 80 100 80 90 70 55 55 45 40 75 80 90 53.75 32 RTN 80 P 50 55 45 40 40 50 60 45 35 45 50 50 50 50 60 48.75 33 MST 94 L 60 50 55 40 55 75 90 50 50 45 40 40 40 75 80 41.25 34 GAK 67 P 65 60 50 50 60 65 70 55 50 55 60 55 65 70 70 58.75 35 GAP 65 P 55 55 60 60 65 70 70 60 50 55 55 60 65 70 70 58.75 36 NKT 67 P 60 60 55 60 65 70 70 60 50 55 50 60 65 70 70 57.5 37 MGT 60 L 75 80 65 55 65 70 70 66.25 70 75 75 60 70 75 75 70 38 MRN 66 P 75 70 65 60 75 75 90 67.5 65 70 70 75 70 75 80 71.25 39 DMR 77 P 55 50 60 70 65 65 65 61.25 55 50 45 50 55 70 70 50 40 AGR 72 L 20 20 20 25 45 45 40 27.5 25 25 30 30 45 45 50 32.5 41 PTR 83 L 55 45 50 45 55 60 80 48.75 50 55 50 45 55 55 60 51.25 42 GNT 73 L 45 45 40 40 55 55 45 45 55 55 55 50 60 55 70 55 43 NYS 65 P 25 20 20 25 25 20 30 22.5 25 25 20 25 25 25 45 23.75 44 MWR 64 L 15 15 15 20 30 30 25 20 15 25 20 15 20 20 20 20 45 KMR 75 P 15 15 25 20 30 25 25 22.5 15 25 25 20 20 25 20 22.5 46 SRG 64 L 30 40 45 50 50 55 55 46.25 35 35 40 45 50 55 60 42.5 47 SRM 65 P 15 20 15 20 35 40 40 22.5 15 20 15 25 30 40 50 22.5 48 RTN 60 P 50 70 65 60 70 75 90 66.25 65 65 60 55 50 75 80 57.5 49 SCM 68 P 15 15 25 25 20 25 35 21.25 15 25 25 20 30 25 20 25 50 KRN 66 P 15 15 20 15 20 20 15 17.5 15 25 20 15 20 20 20 20 51 KMT 86 L 25 30 25 40 30 55 70 31.25 30 45 55 70 75 60 80 61.25

Page 92: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

52 DPL 83 L 35 35 30 45 40 50 65 37.5 55 55 45 50 50 55 80 50 53 DSS 67 P 35 40 25 35 40 45 50 35 40 45 45 40 45 50 65 43.75 54 TNJ 69 P 45 45 50 55 60 65 70 52.5 40 45 45 50 55 65 65 48.75 55 BSG 61 L 45 40 35 30 30 35 35 33.75 45 45 40 40 40 40 40 41.25 56 WRN 60 P 30 30 30 30 30 30 35 30 20 20 25 25 25 25 25 23.75 57 WBR 65 L 40 40 40 35 40 45 50 38.75 45 50 50 40 55 50 60 48.75 58 JMR 60 L 35 40 40 40 35 40 40 38.75 35 35 35 40 40 40 40 37.5 59 KMR 60 P 50 45 50 60 60 60 65 53.75 50 50 55 60 65 65 70 57.5 60 SKR 79 L 45 40 40 45 60 70 85 46.25 45 45 50 55 65 70 90 53.75 61 CRY 60 P 45 40 40 40 40 40 40 40 45 50 40 40 45 45 45 43.75 62 KRT 60 P 30 30 35 30 40 45 45 33.75 35 30 40 35 45 50 55 37.5 63 KSR 60 L 30 35 35 40 45 45 50 38.75 40 45 40 45 55 50 60 46.25 64 SBH 67 P 30 30 35 40 50 50 55 38.75 45 45 50 55 60 55 65 52.5 65 WSP 72 L 60 70 80 75 80 85 90 76.25 70 70 75 70 75 85 90 72.5 66 SEC 71 L 35 40 40 45 40 45 45 41.25 40 40 45 45 45 45 50 43.75 67 ARP 69 P 30 35 40 45 55 55 60 43.75 35 40 40 45 50 55 60 43.75 68 KNC 62 P 40 40 45 50 55 60 70 47.5 45 50 45 55 60 60 70 52.5 69 SKR 62 P 35 40 50 55 55 60 60 50 40 40 45 50 55 60 65 47.5 70 MRD 64 L 35 40 40 45 45 50 50 42.5 40 40 45 50 50 50 55 46.25 71 DRN 64 P 35 45 45 40 45 55 55 43.75 35 40 40 45 50 55 55 43.75 72 JKN 60 P 30 35 35 40 45 40 45 38.75 35 40 40 45 50 45 55 43.75 73 SDR 78 L 45 45 50 50 55 55 60 50 40 45 50 55 60 55 65 52.5 74 KMD 71 L 30 35 35 40 45 45 55 38.75 35 40 40 45 55 50 60 45 75 AGR 65 L 35 35 40 45 45 50 50 41.25 30 30 35 40 45 50 55 37.5 76 SKR 67 P 30 35 40 50 55 60 65 45 35 40 45 50 55 60 70 47.5 77 GNT 62 P 25 35 45 50 60 65 70 47.5 35 40 45 55 60 60 65 50 78 KMD 63 P 40 45 50 50 55 60 65 50 45 50 55 60 65 65 70 57.5

Page 93: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

79 MTG 66 P 35 40 45 50 50 55 60 46.25 40 45 50 55 55 55 65 51.25 80 JMS 67 P 30 40 45 50 55 60 60 47.5 35 45 50 50 55 60 65 50 81 MRN 70 P 30 35 40 45 50 60 65 42.5 35 40 45 50 55 60 70 47.5 82 GPR 62 L 40 45 40 50 55 60 65 47.5 45 50 45 45 60 65 70 50 83 MNH 64 L 40 45 50 55 60 65 65 52.5 35 35 45 50 55 60 60 46.25 84 DYH 61 P 35 30 40 45 55 60 65 42.5 30 35 45 50 60 60 65 47.5 85 IAR 68 P 45 50 50 55 60 65 65 53.75 40 45 50 55 65 65 70 53.75 86 RGN 63 P 40 45 45 50 55 65 70 48.75 35 40 40 50 55 60 70 46.25 87 KMR 65 P 35 45 50 55 60 65 70 52.5 40 50 55 60 60 65 70 56.25 88 MSM 66 P 40 45 50 55 55 60 65 51.25 35 45 45 50 60 65 70 50 89 SGR 60 L 45 45 45 50 50 60 65 47.5 40 40 50 55 55 60 65 50 90 WRJ 65 L 40 40 50 55 60 65 70 51.25 35 40 45 60 65 65 70 52.5

Page 94: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 12

HASIL AUDIOMETRI PWRI SUKAWATI GIANYAR

No. Nama Umur JK Audiogram hantaran tulang AD (Hz) Audiogram hantaran tulang AS (Hz)

Kesimpulan

Frek.

inisial (th) L/P 250 500 1000 2000 4000 Rata2 250 500 1000 2000 4000 Rata2 telinga yg baik

1 NYS 65 L 20 5 5 10 10 7.5 15 5 5 10 5 6.25 Normal 8.75

2 MDR 75 L 35 30 40 50 55 43.75 50 45 40 45 50 45 SNHL 46.25

3 MDG 68 P 30 25 25 30 25 26.25 25 30 25 25 20 25 SNHL 25

4 WYD 65 P 25 35 25 25 20 26.25 25 30 25 25 25 26.25 SNHL 27.5 5 SKS 68 L 35 30 30 30 40 32.5 40 45 35 25 30 33.75 SNHL 33.75

6 WYS 68 P 35 35 45 30 40 37.5 30 35 30 25 30 30 SNHL 31.25 7 CPY 63 P 5 10 30 35 30 26.25 5 30 30 35 40 33.75 SNHL 27.5 8 MDN 75 L 50 45 45 50 60 50 40 35 35 25 55 37.5 SNHL 38.75 9 NYM 66 L 20 20 15 20 30 21.25 5 15 15 15 15 15 Normal 16.25

10 MDS 61 P 20 20 15 20 35 22.5 10 15 15 20 20 17.5 Normal 20 11 MDSI 68 P 25 35 40 40 50 41.25 40 50 65 55 60 57.5 SNHL 42.5 12 WYS 67 L 60 70 65 55 65 63.75 45 45 45 30 45 41.25 SNHL 42.5 13 WYR 67 L 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Normal 11.25

14 WDS 64 P 45 50 45 50 65 52.5 50 45 40 50 55 47.5 SNHL 48.75

15 KNT 64 P 60 60 55 60 60 58.75 45 50 50 45 50 47.5 SNHL 50

16 GNR 65 P 55 65 50 50 55 55 35 45 60 65 60 57.5 SNHL 56.25

17 WJN 65 P 55 55 45 45 50 48.75 35 40 45 50 55 47.5 SNHL 48.75

18 MSD 65 L 35 25 35 30 50 35 20 25 25 30 45 31.25 SNHL 31.25

19 JPT 68 P 50 65 70 70 40 61.25 55 65 60 40 40 51.25 SNHL 52.5

20 MRY 67 P 15 20 15 25 25 21.25 5 15 15 15 20 16.25 Normal 18.75

21 MSK 61 P 20 20 25 25 25 23.75 15 15 20 20 20 18.75 Normal 20

22 WRM 85 L 50 60 65 65 70 65 45 50 50 50 55 51.25 SNHL 51.25

23 MWS 61 P 25 25 20 20 20 21.25 30 30 30 30 30 30 SNHL 21.25

Page 95: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

24 WPW 63 P 30 30 35 35 40 35 25 25 30 30 35 30 SNHL 31.25

25 KSK 77 L 50 65 70 70 60 66.25 55 55 55 55 65 57.5 SNHL 60

26 JMS 65 P 45 50 40 45 45 45 45 55 55 50 50 52.5 SNHL 46.25

27 MMK 60 L 10 20 15 20 20 18.75 10 15 20 15 20 17.5 Normal 20

28 WMN 66 P 25 25 35 55 55 42.5 25 35 35 40 50 40 SNHL 41.25

29 KDM 70 L 25 35 45 55 60 48.75 25 30 40 45 60 43.75 SNHL 47.5

30 LST 70 P 40 45 50 60 65 55 35 35 45 55 60 48.75 SNHL 48.75

31 KSS 80 L 50 55 45 70 60 57.5 50 55 45 40 60 50 SNHL 53.75

32 RTN 80 P 45 50 45 40 40 43.75 30 40 50 50 50 47.5 SNHL 45

33 MST 94 L 50 50 55 40 55 50 50 45 40 40 40 41.25 SNHL 41.25

34 GAK 67 P 50 60 50 50 60 55 45 55 60 55 60 57.5 SNHL 55

35 GAP 65 P 45 55 60 60 60 58.75 45 50 55 60 60 56.25 SNHL 58.75

36 NKT 67 P 55 60 55 60 60 58.75 45 55 50 60 60 56.25 SNHL 57.5

37 MGT 60 L 50 65 65 55 60 61.25 50 65 70 60 60 63.75 SNHL 66.25 38 MRN 66 P 50 65 65 60 60 62.5 55 65 70 70 60 66.25 SNHL 67.5

39 DMR 77 P 45 50 60 65 60 58.75 45 50 45 50 50 48.75 SNHL 50

40 AGR 72 L 20 20 20 25 40 26.25 20 25 30 30 40 31.25 SNHL 27.5

41 PTR 83 L 45 45 50 45 50 47.5 40 55 50 45 50 50 SNHL 48.75

42 GNT 73 L 35 45 40 40 50 43.75 40 55 55 50 55 53.75 SNHL 45

43 NYS 65 P 20 15 20 20 20 18.75 15 20 20 20 20 20 Normal 22.5

44 MWR 64 L 10 15 15 20 25 18.75 10 20 20 15 20 18.75 Normal 20

45 KMR 75 P 10 15 20 20 30 21.25 10 20 25 20 20 21.25 Normal 22.5

46 SRG 64 L 25 35 45 50 50 45 25 30 40 45 50 41.25 SNHL 42.5

47 SRM 65 P 10 20 15 20 25 20 15 20 15 25 25 21.25 Normal 22.5

48 RTN 60 P 45 65 65 60 60 62.5 55 65 60 55 50 57.5 SNHL 57.5

49 SCM 68 P 10 10 25 25 20 20 10 20 25 20 25 22.5 Normal 21.25

Page 96: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

50 KRN 66 P 10 15 20 15 20 17.5 10 20 20 15 20 18.75 Normal 17.5

51 KMT 86 L 15 25 25 40 30 30 25 45 55 70 60 57.5 SNHL 31.25

52 DPL 83 L 25 35 30 45 40 37.5 45 50 45 50 50 48.75 SNHL 37.5

53 DSS 67 P 25 35 25 35 40 33.75 35 40 40 40 45 41.25 SNHL 35

54 TNJ 69 P 35 45 50 55 60 52.5 35 45 45 50 55 48.75 SNHL 48.75

55 BSG 61 L 40 40 35 30 30 33.75 40 45 40 40 40 41.25 SNHL 33.75

56 WRN 60 P 25 30 30 30 30 30 15 20 20 25 25 22.5 SNHL 23.75

57 WBR 65 L 35 35 40 35 40 37.5 35 45 50 40 55 47.5 SNHL 38.75

58 JMR 60 L 30 35 40 40 35 37.5 25 35 35 40 40 37.5 SNHL 37.5

59 KMR 60 P 40 45 50 60 55 52.5 45 50 55 60 60 56.25 SNHL 53.75

60 SKR 79 L 35 40 40 45 55 45 35 40 50 55 60 51.25 SNHL 46.25

61 CRY 60 P 35 40 40 40 40 40 35 45 40 40 45 42.5 SNHL 40 62 KRT 60 P 25 30 35 30 40 33.75 25 30 40 35 40 36.25 SNHL 33.75

63 KSR 60 L 25 30 35 40 45 37.5 35 45 40 45 50 45 SNHL 38.75

64 SBH 67 P 25 30 35 40 45 37.5 35 45 50 55 60 52.5 SNHL 38.75

65 WSP 72 L 50 65 70 70 60 66.25 50 65 70 70 60 66.25 SNHL 72.5

66 SEC 71 L 25 40 40 45 40 41.25 30 40 40 45 45 42.5 SNHL 41.25

67 ARP 69 P 25 30 40 45 50 41.25 25 35 40 45 50 42.5 SNHL 43.75

68 KNC 62 P 35 40 45 50 55 47.5 35 45 45 55 60 51.25 SNHL 47.5

69 SKR 62 P 25 35 50 50 55 47.5 35 40 45 50 55 47.5 SNHL 47.5

70 MRD 64 L 25 35 40 45 45 41.25 35 35 45 50 50 45 SNHL 42.5

71 DRN 64 P 30 40 45 40 45 42.5 30 40 40 45 50 43.75 SNHL 43.75

72 JKN 60 P 25 35 35 40 45 38.75 30 40 40 45 50 43.75 SNHL 38.75

73 SDR 78 L 35 45 45 50 55 48.75 35 45 50 55 55 51.25 SNHL 50

74 KMD 71 L 25 35 35 40 45 38.75 25 35 40 45 55 43.75 SNHL 38.75

75 AGR 65 L 30 35 40 45 45 41.25 25 30 35 40 45 37.5 SNHL 37.5

Page 97: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

76 SKR 67 P 25 35 40 45 55 43.75 30 40 45 50 55 47.5 SNHL 45

77 GNT 62 P 20 35 45 50 55 46.25 25 35 45 55 55 47.5 SNHL 47.5

78 KMD 63 P 30 40 45 50 55 47.5 40 45 55 55 60 53.75 SNHL 50

79 MTG 66 P 30 35 40 45 50 42.5 35 40 45 55 55 48.75 SNHL 46.25

80 JMS 67 P 25 35 45 50 55 46.25 25 40 45 50 55 47.5 SNHL 47.5

81 MRN 70 P 25 30 40 45 50 41.25 30 35 40 45 50 42.5 SNHL 42.5

82 GPR 62 L 35 45 40 50 55 47.5 30 45 45 45 55 47.5 SNHL 47.5

83 MNH 64 L 35 45 50 55 55 51.25 30 35 45 50 55 46.25 SNHL 46.25

84 DYH 61 P 25 30 40 45 55 42.5 30 35 45 50 55 46.25 SNHL 42.5

85 IAR 68 P 40 50 50 55 55 52.5 35 45 50 55 60 52.5 SNHL 53.75

86 RGN 63 P 30 40 45 50 55 47.5 25 35 40 50 55 45 SNHL 46.25

87 KMR 65 P 30 45 50 55 55 51.25 25 45 55 55 55 52.5 SNHL 52.5

88 MSM 66 P 25 40 50 55 55 50 30 45 45 50 50 47.5 SNHL 50

89 SGR 60 L 25 40 40 45 50 43.75 30 35 45 55 55 47.5 SNHL 47.5

90 WRJ 65 L 30 35 50 55 55 48.75 25 40 45 50 60 48.75 SNHL 51.25

Page 98: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 13 Uji Validitas Item Kuesioner

Correlations

Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Item6 Item7 Item8 Item9 Item10 Total

Item1 Pearson Correlation 1 .083 .280 .280 .293 .126 .338 .671** .466** .351 .653**

Sig. (2-tailed) .663 .134 .134 .116 .505 .068 .000 .009 .057 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Item2 Pearson Correlation .083 1 .332 .332 .324 .066 .160 .325 .459* .346 .557**

Sig. (2-tailed) .663 .073 .073 .081 .730 .398 .080 .011 .061 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Item3 Pearson Correlation .280 .332 1 .280 .098 .126 .048 .447* .291 .351 .510**

Sig. (2-tailed) .134 .073 .134 .608 .505 .800 .013 .119 .057 .004

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Item4 Pearson Correlation .280 .332 .280 1 .098 -.063 .193 .224 .116 .351 .439*

Sig. (2-tailed) .134 .073 .134 .608 .740 .307 .235 .540 .057 .015

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Item5 Pearson Correlation .293 .324 .098 .098 1 .309 .141 .400* .369* .385* .585**

Sig. (2-tailed) .116 .081 .608 .608 .097 .457 .028 .045 .036 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Item6 Pearson Correlation .126 .066 .126 -.063 .309 1 .038 .177 .092 .277 .375*

Sig. (2-tailed) .505 .730 .505 .740 .097 .841 .350 .629 .138 .041

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Page 99: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Item7 Pearson Correlation .338 .160 .048 .193 .141 .038 1 .377* .498** .296 .589**

Sig. (2-tailed) .068 .398 .800 .307 .457 .841 .040 .005 .112 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Item8 Pearson Correlation .671** .325 .447* .224 .400* .177 .377* 1 .716** .294 .789**

Sig. (2-tailed) .000 .080 .013 .235 .028 .350 .040 .000 .115 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Item9 Pearson Correlation .466** .459* .291 .116 .369* .092 .498** .716** 1 .179 .744**

Sig. (2-tailed) .009 .011 .119 .540 .045 .629 .005 .000 .345 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Item10 Pearson Correlation .351 .346 .351 .351 .385* .277 .296 .294 .179 1 .619**

Sig. (2-tailed) .057 .061 .057 .057 .036 .138 .112 .115 .345 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Total Pearson Correlation .653** .557** .510** .439* .585** .375* .589** .789** .744** .619** 1

Sig. (2-tailed) .000 .001 .004 .015 .001 .041 .001 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). NB. Semua item Valid ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi ( r ) > 0,361 dan p< 0,05 yaitu pada kolom terakhir (r = 0,361 batas koefisien validasi untuk jumlah sampel 30)

Page 100: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 14 Uji Reliabilitas Item

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

.777 .791 10

Item kuesioner reliable ditunjukkan dengan nilai Cronbach's Alpha = 0,777 > 0,6 (0,6 batas reliable suatu item test)

Page 101: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Lampiran 15 User Stata network perpetual license: Serial number: 40120594238 Licensed to: dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid. PSIKM FK Unud Sensitivitas*spesifisitas*cutpoint gangguan pendengaran ------------------------------------------------------------------------------------ Correctly Cutpoint Sensitivity Specificity Classified LR+ LR- ------------------------------------------------------------------------------------- ( >= 0 ) 100.00% 0.00% 82.22% 1.0000 ( >= 2 ) 95.95% 62.50% 90.00% 2.5586 0.0649 ( >= 4 ) 95.95% 68.75% 91.11% 3.0703 0.0590 ( >= 6 ) 93.24% 93.75% 93.33% 14.9189 0.0721 ( >= 8 ) 91.89% 93.75% 92.22% 14.7027 0.0865 ( >= 10 ) 90.54% 93.75% 91.11% 14.4865 0.1009 ( >= 12 ) 89.19% 93.75% 90.00% 14.2703 0.1153 ( >= 14 ) 81.08% 100.00% 84.44% 0.1892 ( >= 16 ) 77.03% 100.00% 81.11% 0.2297 ( >= 18 ) 64.86% 100.00% 71.11% 0.3514 ( >= 20 ) 47.30% 100.00% 56.67% 0.5270 ( >= 22 ) 28.38% 100.00% 41.11% 0.7162 ( >= 24 ) 25.68% 100.00% 38.89% 0.7432 ( >= 26 ) 18.92% 100.00% 33.33% 0.8108 ( >= 28 ) 14.86% 100.00% 30.00% 0.8514 ( >= 34 ) 9.46% 100.00% 25.56% 0.9054 ( >= 36 ) 8.11% 100.00% 24.44% 0.9189 ( >= 38 ) 6.76% 100.00% 23.33% 0.9324 ( >= 40 ) 4.05% 100.00% 21.11% 0.9595 ( > 40 ) 0.00% 100.00% 17.78% 1.0000 --------------------------------------------------------------------------------------

Nilai AUC pada kurva ROC*HHIE-S*Gangguan pendengaran

ROC -Asymptotic Normal-- Obs Area Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------------------------------------------------- 90 0.9620 0.0181 0.92653 0.99746

Page 102: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Cut-off point*HHIE-S*Audiometri

Audiometri HHIE-S Total Positif negatif

Gangguan 69 5 74 Normal 1 15 16 Total 70 20 90

[95% Confidence Interval] ----------------------------------------------------------------------------------- Prevalence Pr(A) 82% 73% 89.5% ----------------------------------------------------------------------------------- Sensitivity Pr(+|A) 93.2% 84.9% 97.8% Specificity Pr(-|N) 93.8% 69.8% 99.8% ROC area (Sens. + Spec.)/2 .935 .867 1 ---------------------------------------------------------------------------------- Likelihood ratio (+) Pr(+|A)/Pr(+|N) 14.9 2.23 99.6 Likelihood ratio (-) Pr(-|A)/Pr(-|N) .0721 .0306 .17 Odds ratio LR(+)/LR(-) 207 27.2 . Positive predictive value Pr(A|+) 98.6% 92.3% 100% Negative predictive value Pr(N|- 75% 50.9% 91.3% ---------------------------------------------------------------------------------- Sensitivitas*spesifisitas*cutpoint gangguan pendengaran ringan -------------------------------------------------------------------------------------- Correctly Cutpoint Sensitivity Specificity Classified LR+ LR- -------------------------------------------------------------------------------------- ( >= 0 ) 100.00% 0.00% 58.89% 1.0000 ( >= 2 ) 100.00% 35.14% 73.33% 1.5417 0.0000 ( >= 4 ) 100.00% 37.84% 74.44% 1.6087 0.0000 ( >= 6 ) 100.00% 54.05% 81.11% 2.1765 0.0000 ( >= 8 ) 100.00% 56.76% 82.22% 2.3125 0.0000 ( >= 10 ) 100.00% 59.46% 83.33% 2.4667 0.0000 ( >= 12 ) 100.00% 62.16% 84.44% 2.6429 0.0000 ( >= 14 ) 94.34% 72.97% 85.56% 3.4906 0.0776 ( >= 16 ) 90.57% 75.68% 84.44% 3.7233 0.1247 ( >= 18 ) 81.13% 86.49% 83.33% 6.0038 0.2182 ( >= 20 ) 58.49% 89.19% 71.11% 5.4104 0.4654 ( >= 22 ) 37.74% 97.30% 62.22% 13.9623 0.6399 ( >= 24 ) 33.96% 97.30% 60.00% 12.5661 0.6787

Page 103: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

( >= 26 ) 24.53% 97.30% 54.44% 9.0755 0.7757 ( >= 28 ) 20.75% 100.00% 53.33% 0.7925 ( >= 34 ) 13.21% 100.00% 48.89% 0.8679 ( >= 36 ) 11.32% 100.00% 47.78% 0.8868 ( >= 38 ) 9.43% 100.00% 46.67% 0.9057 ( >= 40 ) 5.66% 100.00% 44.44% 0.9434 ( > 40 ) 0.00% 100.00% 41.11% 1.0000 -------------------------------------------------------------------------------------- Nilai AUC pada kurva ROC*HHIE-S*Gangguan pendengaran ringan

ROC -- Binomial Exact -- Obs Area Std. Err. [95% Conf. Interval] ---------------------------------------------------------------- 90 0.9085 0.0333 0.83235 0.96084 Sensitivitas*spesifisitas*cutpoint gangguan pendengaran sedang ------------------------------------------------------------------------------------- Correctly Cutpoint Sensitivity Specificity Classified LR+ LR- -------------------------------------------------------------------------------------- ( >= 0 ) 100.00% 0.00% 8.89% 1.0000 ( >= 2 ) 100.00% 15.85% 23.33% 1.1884 0.0000 ( >= 4 ) 100.00% 17.07% 24.44% 1.2059 0.0000 ( >= 6 ) 100.00% 24.39% 31.11% 1.3226 0.0000 ( >= 8 ) 100.00% 25.61% 32.22% 1.3443 0.0000 ( >= 10 ) 100.00% 26.83% 33.33% 1.3667 0.0000 ( >= 12 ) 100.00% 28.05% 34.44% 1.3898 0.0000 ( >= 14 ) 100.00% 36.59% 42.22% 1.5769 0.0000 ( >= 16 ) 87.50% 39.02% 43.33% 1.4350 0.3203 ( >= 18 ) 75.00% 48.78% 51.11% 1.4643 0.5125 ( >= 20 ) 62.50% 63.41% 63.33% 1.7083 0.5913 ( >= 22 ) 50.00% 79.27% 76.67% 2.4118 0.6308 ( >= 24 ) 50.00% 81.71% 78.89% 2.7333 0.6119 ( >= 26 ) 50.00% 87.80% 84.44% 4.1000 0.5694 ( >= 28 ) 37.50% 90.24% 85.56% 3.8437 0.6926 ( >= 34 ) 25.00% 93.90% 87.78% 4.1000 0.7987 ( >= 36 ) 25.00% 95.12% 88.89% 5.1250 0.7885 ( >= 38 ) 12.50% 95.12% 87.78% 2.5625 0.9199 ( >= 40 ) 0.00% 96.34% 87.78% 0.0000 1.0380 ( > 40 ) 0.00% 100.00% 91.11% 1.0000 ---------------------------------------------------------------------------------------

Page 104: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...

Nilai AUC pada kurva ROC*HHIE-S*Gangguan pendengaran sedang

ROC -- Binomial Exact -- Obs Area Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------------------------------------------------- 90 0.7264 0.0897 0.61781 0.81150 HHIE-S versi Indonesia*Tingkat gangguan pendengaran

Tingkat gangguan

pendengaran

Jumlah

(N)

Skor HHIE-S versi Indonesia

0 – 10

12 – 24

26 – 40 Normal (0-25 dB) 16 15 1 0 Ringan (26-40 dB) 21 8 12 1 Sedang (41-55 dB) 45 0 36 9 Sedang berat-berat (56-90 dB)

8 0 4 4

Sangat berat (>91 dB) 0 - - - Total 90 23 53 14

Page 105: diagnostic test of indonesian hhie-s version for screening of hearing ...