Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

12
PROSIDING ,_& Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian "Peron Penelition Pertonion unluk lllenduhung Pengembongon Teknologi Peilonion" 08 September 2016 l/^\\ '61 fl1 v (o*wr o! (L e€ 3,rrpu*l Politeknik Negeri Lampung

Transcript of Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

Page 1: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

PROSIDING

,_&

Seminar NasionalPengembangan Teknologi Pertanian

"Peron Penelition Pertonion unluk lllenduhungPengembongon Teknologi Peilonion"

08 September 2016

l/^\\'61

fl1v(o*wro!(L e€

3,rrpu*l

Politeknik Negeri Lampung

Page 2: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

Sundt.uzl rePueg

Sundurel ua?aP 4rDle{lod dfl

llqreued

srlnued r-rDP srlnuJ.l uz r Pduet

rli"o" iJ" ""t"p rur rqnq rs1 >p(uzq:eduraur Suereltq

8u€pun-8u€PuO dunpqll(l qdlJ {3H

dN'd S'ELunsn) '(Uef.rs'tN' [d s'ser"puPg ordg -:rS.W ..d

S 'RrsnC lqssu eP€^lPV

'd'I I'?uE^ftInS Eu€I 'rI J('rs'I l 'ouol?s 'rI 'rc'v'I rt ''d'J, s 'gessu"I"uvrs w lBfBplH Iuag '{:rollpa

1iq:eued ePvd I rq3u'{do3

vrnL'6Zx o'lz urlq igt'xl'9I02uzruega.l r3o1ou1a1 uEAu?quJeBued

aunrrnp,i"l,nt ttn tu o uEluElJJd u?illau Jd .re.tad

*'"Jti", ii"i"-ir ue8uequaBurd l"uorseN r'ulures

Srnprso-t4

q-tr-0rE0r-209-8t6:NgsI

lfi1tfiIJ. ffi"'ilE6i'r") '1s reuorse5l ue4ursndre4

Page 3: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

j

Kami berharap melalui kegiata,

kontribusi bagi perkembangan ilmumasyarakat.

KATA PENGAI,'ITA R

seminar ini, Politelarik Negeri Lampung dapat memberikanpengetahuan dan penyebarluasan hasil penelitian kepada

Politenik Negeri Lampung sebagai satu di anta$ bebe.apa perguruan tinggi di provinsi Larnpuogmembawa aftanah mela_ksanakan pendidikan vokasi. pendidikan vokasi meoitrk bera&an kegiatanpenelitian pada tel(nologi terapan bukan hanya sekedar pada pengembangan keilmuan.

Berkairan dengan iru, penelirian yang dikerjakan dosen di polireknik Negen Lampung adalalipenelitiar yang bersifat terapan dan dapat diaplikasikar langsung kepada masyamkat dalam bentukteknologi tepat guna.

Semjnar Nasional pengembangan Teknologi pertanian merupakan kegiatan rutin yangdilaksanakan oleh Unit penelitian dan pengabdian Kepada Masyarakat (uppM) politekrik NegeriLampung dan pada Tahun ke{ima. Seminar ini adalah ajang silaurahmi para peneliri untuk berdiskusidan bertukar pikiran daram pengembangan pertaniaq agar hasil-hasil peneritian dapat didiseminasikandan disebarluaskan ke masyarakat_

Panitia

Page 4: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

Pcngujian Dan h:valuasi Alat Tananl Benih l-angsung Model Pddy Seeder Tipe Drum i2 ?99 30?

Baris Sistem llitarik Targan unluk l-ahan SawahD A Rudiman

AGRIBISNIS

I.:aktor'Faktor Yang N'lefi{re garuhi Produksi Mentimun Di Kabupxtcn Leb* P(ovinsi Banten

Vikror Siagian dan Rinx Sinla!'ati:108 , il4

:l I5 - 126

i?7 311

332 l4l

3,12 350

351 - 358

159 373

491 39'1

398 404

38

141

255

Analisis Rugi hba Jangka t'Endek Usaha Agribisnis Perikanai Ar. l!!var Kolam Khusus lkan

Patin Di Kabupaten l-alnpuflg len8ahsutar , Fitriani, dan Bina Untcatrati

P€mberdayaan Misyarakal dar Pengembangan Ekonomi Agroinduslri Kelil di Pedesaan

Melalui Produksi Olaha! Kedeiai (Desa Paflle Gadjah, Kec. t'eusangan Kab. Bireuen - Aceh)

Itokhmat Hidayat, Zara Yunizff, dan Teu(rl Cut Matmud Aziz

Dhamika Penguasaan I-aban pa.ia Usahatani Palalvija di Lalan Kcring Kabupaten GafltProvinsi Jawa Baral,{dang Agustian

Penguatan Koperasi Susu dalam Up:rya Meningkatkan Kinela Petemak Sapi Perah

di Desa Bocek Kecanratan Katangploso Kabupaten Malang (Studi pada Kud Karangploso)

Dinas Pratidina Puriastuti liadiani dan Ari Bnhandhono

Depolitisasi Birokrasi dar Kebijakan Pengembangan Pertanian Ag.opolitan lagung

dalam Meningkatkan Ekononi Petani di Provinsi GorontaloMoonti Usrnan dan Wantu Sanro

Analisis Keuntungrn dalr Sensitiviks UMKM Makanan Ringxn Berbahan Baku Singkong

di Kecarnatan Gedong TalaanSri Handayani

Pengaruh Metode D€bat Format APS tedadap Kemampuan Berbicam Bahasa Inggris Siswa

SMA Pelita Kecanatan Bangunr€jo Kabupaten lnmpung Tcngah

\ usep Windhu Ari Wrbowo drr Ali Murtopo

Rancang Bangun Sistem Infonnasi Borang Akeditasi dengan Metode Frd,t?sworli

For The Aplication of Systen ThinkingDewi Kania Widyawat;. Zuriati

Desain Sistem Lformasi A-kunlansi Desa dalam Rangka Meningkatkan Transparansi

dan Al:untabilitas Keuangan Desa

Rusmianto, Eko Winkenali

Determitran Kepuasan Pengguna Sofiware Akuotal]si di Kota Bandrr l-ampung

Irawan, Arif Makisun

Peningkatan Pendapatan Wanila Tani melalui Olalan Abon lkan t-ele Desa Rejo

Agung Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawara!Analianasari, Luluk kawatidan Euis Marlina

-z9l

405 410

Page 5: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

Ptosiding Se,nifut Nasional Pengenbanean Teknolagi penanianPoliteknik Negeri Lanpung 08 Septenbet 201 6ISRN978'602-70530-4-5 halanan 351,358

Depolitisasi Birokrasi dan Kebijakan Pengembangan pertanianAgropolitan Jagung dalam Meningkatkan Ekonomi petani diProvinsi Gorontalo

Politicizatioh Bareaucraqt and Agricultural policy in hnprovingEconomy Agropolitan Corn Farmers in Gorontalo

Moonti Usman*r) dan Wantu Sastro2)rlsof

Pengajar pada Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Gorontalo.:)StafPengajar pada Jumsar Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu sosial Univlrsitas NegeriGorootalo.*e-mail : [email protected] ; sastrowantu@,ung.ac.id

ABSTRACT

This ,research ains at .liscoveing the policy of con-based Agtopolitan in agricutturaldevelopment fot economic growth suttainability of the region. It is importafi b ;nderstandthe role of the goyernment in fohting anil implemehting the agricuburul developne t poticyfor the corn agropolitan, that has been etperiencing production dectine, to elle;d|elyfunction in the market and prottable for the farmers mis is a q atjtathe rcsearih usinginstrumenls thal arc based on relewnt facts and concepts to itvestigate the abititf of botltthe h mah resource and the technologl and science to develop an economic ptogtam,especia y in the com agicultural sectol. n is expecrcd tuat lnis research Uiaslo

"nimprovemenr tou)ard the develophent acceleration in com agricultural seclor.

KeJwords : Depoliticization, bureaucract, agicultural, c:om.

Direrima : I I Agusfirs 2016, diserujui : 25 Agus$s 2016

PENDAIIULUANPemerintah provinsi Corontalo alalam melaksanakan pembangjnan di bidang pertanian berupaya

untuk me ngkatkaD kesejahteraall para petani dengan cara meDgembangkan sumberdaya petani dcmimengurangi rnasalah kerniskinan. Meskiput pemerintah daeralmya saat ini memprioritas kebijakanpembangunan dalam tiga bidang yaitu sekol ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Narnun sekor!€mbangrnan pertaniaD masih tetap dilaksanakan, karena sekior ini paling bat ,ak m€nampung tenaga kerjayang pada umunmya di daerah pedesaan.

Kebijakan pada sekor ini sesungguhnya sangat baik, namtm demikian masih banyak perftasalahanierutama kebijakan tcrsebut belum mampu meningkatkan kesejahteran masyamkat mjsalnya angkakemiskinan tahun 2016 masih berkisar l8,l%. Persoalan lainnya adalah kebijakan agopolitan meskipunpada awalnya dihrjulan untuk meningkatkan p€ndapaian petani untuk meraih kesejateraan, namun tidak bisadihindari kebijakanaya masih bersifat politis. Dengan alasan kebiiakan tersebut lebih berodmrasi paalanuansa politik anggamn yang b€gitu besar yaitu dengan mendatangkft modal pembiayaan dari peme.intahpusat yang kurang lebih ratusatr millrr. Namon demikian kebijakan politik anggaran yang dit€mpuh olehpemerintah provinsi itu tidak disertai dengan manajernon pengelolaanrya yalg fuilai kurang tepat, sehingga

Page 6: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

gpzopultoJ1wluDp2d$qotaPJ DS oquStuJ lotoLnN lt1uluas Eutplto"q zst

q€lusE(u lul8rmueul lt$m uqrncruIp BuE.( uElESSuc r?8eqes psnd qeluuotuod Busp rnl?lettl q"Idru u?rEdllut

,resnp-, rc,{crqrp qppns 3u",{ e,{uu"rt€ftqol us)lsnlnruettr €qPsruoq ltpeJ qs]turetlred e6Sqqes t?tsbpodlp

epE 3uetr lulled l?ryIP,{seltr ?.{osnsnql IDI?r€^s?u uouodnq qnmlos B6nl ?1oI undnem uel?drqe)l

{€$!p qe}uuirrrAd IrQded r"Dp {tlllod uegun{np trup wln'cd l.!r.e.t Dplo'!2lo's qruqos us)o!q{5lu ?q€stulq

*Ao"p ol*ojog Isur^ord q"luuoutd €€q SuEnr uaqnolu'sEnl rllqel 3u?{ qs-rc?P rurouolo uBuaquEd

sq€qoulep Susi lqqoal ualsrs u€Stmlnp qolo 8un{npP 3u?.4 SunBPt u€lllodol8€ uoPltqel leleued-;unBEt u€lllodol8e mFlaur uelef{slo{ !uroso{' mpF ls uwfPPnqured urul !l?}u€

3ue,{ qprsBp u?un5ueqlllod Fpou! rc8Pqos lgEq leIDI 8u?I nnouo{o mDlruls u?)Ffueqlued 6€q Ieuolseu

u?u&3u€queal Sun)lnpu.ur le8ues 8ua( ueIuEEd urunguequod uel8?q usp rssBp lepour nr8sqcs duSSwrp

3un3€t u?lrlodo.6v Sun8el uslrlodor8e Ep?d rsElueuoIeq 3ue^ ustueuod ueun8u?quod uE8rcp u?8u?qnqDq

3u"^ u€p rul?q uesoqoml tanquroEl Iqrloal lseru-IoJ rEruF8uew 3u?'4 nE qeu4 lp {pllod uBqeq ad

rle;u.p u€€uIssl.q O00t rmr{Prr eI?rn rsaaElns Isur^ord "P

urp oqrPitul'rrl SuPl oPluoJoD !s$r^ord

rp le)FrtdsEur sped IrE eUed ueunBue+ued l{sw ?.!Jeur q?r5?p le{Ere^sPur tFlep? Suqu'd uered Sw8eulalu

8uetr stst?4nesoP lp?fuall sqsqtilsesral €trunlnp Susd ueun8uequrod trq"trqo{ ueqPqnjed

q"rrnq u"onEo"q*"6 FdtrraalEetr{l urBlep 3un33f uclllodo.r8v usluEued us)IE[qeI Felslls

NVSYHVfl'TIu T NV(I .IISVE

-uElnalulsel ue)lu€ued ueP "$p

usr[?,{uod 'pl4 rsrlnp (urctr 's$IlBu? tl3uodluo)l ?34 o?p urplo}

Buetr (2661 'u€uuoqnH uep sell^l) JtDI?Jolul lepolu slslleue uppunSSuaui u?385p ?lep eslleue u€)FIt[p

opur'!lep r!?lnduttBuod ueln:plp qeleps dolSuolsd ?t?p &qums r!8sqes deSSuslp 3u?'{ D'{ul?8uqes

u?p doqs.4ro,,tr 'usu\zrsndoq 'Elpaur 'lPq?refsEur 'qejo?p qsuuatttod II?p )IEq Erpeser 8uE'{ uorun)op

€l€p mlEleur galoledlp sSol P4Ep loqllns lenpax :(slndwo !lep) rseulroJul uqpdepuetll :{nlun UP)I1IJISIp

'(/ttalMatul-1.ltlaT 4) w?lepueEl ?ls.u?l ?,{\ ntl qelales ue4rl5rled u?q?ps?uEd ue6uep uop&uolEq

ancs*rp -s;f

,"q*n"-r"qo*" uPl6[mul {e^rmqss u?)l?'{uuueul uep Is?^resqo mdn?ur uEl?uls8md

*1n-1n1r* *3o"p ol"rooroo Istlt oral qedel^{ tp y"p et(I?ln ul?P le+(ms '€uleuod :rul?'{ raqums lBSuqroq

u€p €lrmaftuos uep u? oler 3u€^ €]sp_elsp !?q{o!u ue8uop a^llorEau! emxes u8{lndurl1)lrp 31€C

'l?rsos ?ueltlous] rusns

s$rpue8ue[r ueBuep qruq3.{uclu uep {!s}loq Susd {nlmq u!)tlFruoru ]€d€p I1lI uelllauad lur SurdtuPsrp

'*,rlt"*o ,qo.r us8u3p uelrqreq 3u?,{ strusnsnr?l 'tst'txloJur ?ururou3J rc8eqlaq delSueueul uletep E{ed

l.llq"1_rut o"u,r"*d **rn{ Jqetlpq J0dlqsep uep-rleue d uqedn.IeLu tur ueqlruod sruol qeiell.tr' ttuouole

,.uriou pa"q". Sm8sf u?l{odor8B tt€rusl$al us8u€quro8uod uqtfiqq u€p mrqorLq lsesqllo'lep u!3u'p

uell?ljeq 8u3I uq?llqq Is?ruellraldtul uElep {Iun l.t)l?r€I DIIllEr'Itr 3u?'{ €uauoueJ ru?ns ue)lnrueuelu rEp

uDlrsdrDlsopuow qqeuad eu€ulp 3ll?l[en]I epoFtu ue)IEunSSuaE ue8uap ue)F'ue$pllp rul u?qreued

u(oJsnl

'8un8e I uelu€ljad mltoslp ueun8uequad ust€decrdd dspYqra e^usnsnQl

u!3u?quo8usd nlens o?>lllsDq8uolll l€clep $g)ld?J"rllp Jul u€llleuod wnlnl nll ul?les 8un?e! ug]llodo$?

u?uiriuequod uurJeftqe{ l?s"p Isnu uep Smalltll.{ru 3u?'{ ueluel-l d ulun8ueqwed {Flod ?'{qEnFrrelx

rpsftq ryprl ?Stulqos 'lslsq{od qtlo u€)Irlu.lry le8u?s 3u?'{ u?r-uEred ueunBueqned )lllod ue8umpueca{

i**tq** 3u",{ 3sn3?l ulrueutil }s?tl stlr, rqnpord ue8ucp srun! Butpu?$aq 8ue'{ uIuEPod

**tunq,rr".t u?p uqen8uad uollselsrdlsN€ueu sep stslpuP8uour qzppe rur uepgeusd uenlnl'ru€lad Dl€lued 'jBssd eulsumlle'rt'sa nosat uDwnq lpqallz^

-l.qelw^ usrsq€8ueil uqqpq?srp rul Fuopd u?)lle€Jueu!'Irl uul?8?8el elnd u€lIlurofl IBrulqBIr unlaq

Fqosiol 3un3?l u?lllodo.€€ luerSod ?prd u?Jmu'd ltuoso{a Isuelod uEllleeJu?untll ur€l€p uesnus$Ppqa{

''S nEDr uotlto(lotBy uollla.tad utBuoqtuzSuad uol|llqat uDP lsoatulg lsosrllodDo : 111 'oaslls Dp I'{ uDusn

Page 7: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

g

ti

g

cn

ls

fida

an

ah

(lsntdtt, M da sdstto, W : Depolitisasi Birokrasi ddn Kebijdktn Pengenba sa Petut ia Agtopolilai Jaguns'

p€ftanian jagung ali Gorcntalo. Energi dan gaya kepemimpinan yang mengandalkan simpati masyarakat

terutsma di ped€saan sangat dibutuhlGn dalam memuluskan dan mensukseskan programkebijakan lersebut'

sehingga dengan kesunggulan alalam menangaDi dan mengamankan kebijaLan Fogram jagung

memunculkan gaya kepemimpinan ]lang kelihatarmya cenderung benindak fasjlitator, stimulator dan

promotor alan seritg pula eksekulor lewat satuan keia bitokasi daerah yang dimotori langsung oleh Dinas

PerLaniar dan Pangan proviffi Gorontalo.

Orientasi kebijakan tersebut lebill bemuansa pada dominasi aktor-aktor birokasi yang menjadi

bawahannya untuk mengembangkan keativitas masyarakat petani yang masih sebagtan besar cenderung

lambatrunn*menyambutkebijakarnya,karenaoyakebijakanseringkalikelihatanlebihdiwarnaiolehmobilisasi besar-besamn dimana pemerintah daerahnya keliahatan sebagai tbcal gowmment drive ydng

seharusnya bertindak untuk merangsang people drhen. Kondisi yang demikian masih dimaklumi

mengingat kebijakan yang alibangm melalur program agropolitan j agung tidak diirilgi oleh kesadaran petani

bahwa kebjjakannya bertujuan urnrk membebaskan kondisi masyamkat pedesaar yang sebaglan bosar

berlata$elakang petani darirantai kemiskinan

Pengembangan kebijakan pemban$man pertanian pada seldor alropolitan -iafung be4luna untuk

mengurangi tingkat kemiskinan yang sudah lama menjadi bagian dari kondisi rrlas]amkat yang sejak tahun

2000 menjadi provinsi baru. Kurang lebih enam belas iahun ber&d proporsi jumlah penduduk miskin

berdasarkan data tahun 2003 masift 18,01 pelsen dari penduduk yang krrang tdoih ls] 990 jiwa oleh

karena itu, pemerintah Provinsi Gorontalo sangat bertanggungiawab tefiadap kebija'l(an uDruk penurunan

pmporsi angka penduduk miskin yang sebagian besar para petani dan nelayan berdomisili pada wilayah

pedesaan. Usaha untuk meDgurangi populasi penduduk miskin, maka tentu perlu adanya upaya kebijakan

pemeriniah daerah untuk mendorong kembali sebuah program untuk member'layalan pembangunan

peftanian alalam rdngka tidak hanya mengurangi kerniskinan mmnn pula metingkatkan kesqiahieraan

rnasyamkat.

Pengurangan angka kemiskinan di daeruh Gorontalo yang sudah sempat menembus rangking empat

nasional sebagai dnerah temdskin di Indonesia (data Metro TV tahun 20lO) lerEedui maka salai satu solusi

kebiiakan program agopolitan jagung sangat penting untuk dilanjutkan atau diberdayakan kembali oleh

pemerintah daerah baik di lingkat provinsi maupun kabupalen kota Hal ini cuL:up bemlasan dengan

pertimbangan balwa memperccpat pembangunn pertanian pada sektor agropolita[ jagung sebagai salah

satu program )ang sangat didukung dan dikawal oleh pemerintah pusat dapat memberikan nanfaat b€sar

bagi masyaratr?t Gorcntalo yang sealang melepaskan diinya dari kemiskinan dan selarjuttrya mengimpikan

kesejahleraan hidupnya lebih baik sebagai berikul:

(l). Program agopolitan jagung masih tergolong sebagai penyedia lapaagan pekerjaan di daeral

pedesaan yang dapat mengatasi masalah pergangguran dan migrasi ?erdudok droi desa ke kota;

(2). Program agropolitan jagung untuk masyarakat Gorontalo sangat cocok tmtuk mmjadi sumber

pendapatan bagi masyarakat desa, sehingga dengaB program ini pembangwan desa dapat beialar

dengan baik s€iring dengan perbaikan perekonomian desa yang secara langsung 'lapat

memb€rikan

nilai tambah bagi masyarakat untuk m€nambah pendapatan dan mengurangi k€miskinan di desa;

(3). Ptogram agropolitan jagung sebagai lanaman untuk kebutuhan pokok yang sudah lama dilaksanakan

oleh masyarakat p€desaan s€bagai pilar yang mampu menyediakan swasembada pangan dalan

rangka ketahanan pangan nasional maupun daemh;

(4). Program agropolitan jagmg sebagai bagian )?ng pentirg dalam p€mbargtfitm Ferlaniar di da€ral

sebagai bahan pokok yang memiliki harga yang tidak tcrlalu jauh dengan bahan pokok b€ras' yang

tentunya dapat berpengarui teftadap laju inflasi dan perdagargan yang sesungguhnya sebagai

peiargga t€rhadap stabilitas perkonomian nasional maupun daeBhi

Pt otidinE Semihar N8ional Pengenbangw Tetuokg Pertanian lPotineh 2016 353

Page 8: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

9I0Z Qawod j uauoyad $oloalal snSwluaBuad FuoltoN 1t1u!1t1.s 8u!l'!9otd ,s€

3uE^ q"J€s?ru usp uuqn]nqq lue}luunl u?Busp uu^sle.r4q)loJo ueP urouole lselq?l]]lreq .Idn{nruoul Sued

sd.l1las lqnd vcp spooS rllqnd tmeqef,sad ]dsndtrrctua1 trlsPp q ue{pntr&rp Srr?X Fl{"r ue"l" .d.{us{qnqumueur ndtleul 8ue^ IIs?q rsp]sard Eep rsTe rse]s5id uu&d?trlod sped ue)FereQlpqlP 3u€I ?qssnuJl^\

uuqEuseuodol rse^oul 1I) :1rlrJrreq rc8sqes u?q?lmouod efI€uDI SurlsSuel u?8lmgnqj5q spuege enp :nlled

Iur uesrFt u€8rcp uelr€{rq }e8u?s mr pq upp uP)lmslsfrp ue)le 3u?^ u€un8rmquled lolod €pue8E (l"due) tu?p (enp) Z ?p? €)pIII lnqesret €duuol8usquc{Ip 8uP,( sl8qe.gs uenln] uPp rsttrl 'Isl^ redecoeur ulspp lopeC

€{?ru TtrdN nelE wawua^oD 3u4ua u!21B].lf.luot ek&tqefrqa{ uDSuep uell€)lloq nll eLIcrg)I qalorsPqslunnpe u€p lqrtod ?.r€luu uuolo{tp

ue)ueq"Uedllrolu puolsrp?Jl ueluefsuslu u?plaPuod {odtuop)i u?p uErDlued e)1l30'l rs€4slulurp?

u?p {qllod BlDlu? ruroto}p Ds{trErt"ledEsrr 3u".{ }rrosrp€4 ueue[eueur rmleI.pued uEp Ee.Ll)Ilu.rsd q€olu?8uep ueu?,{?[aq l?8tr?s 3u€,{ {rlqnd ue)pftqq rs8tn!. upp ]4IIod Bsurllt8sl Dlllutour lepll lllqnd leq?led

llseq u?I8!qas ug)pl?,(seul se8el p,rEcas 3tr?,{ rlelllsteuBtu uqP{opmd uep srrtuoJer l4nq ue}?{apuod

€I!3ol e.rcqteu.Iu Bs"'^ El Brrpog)ls Ip ele8ou-ele8eu E?P pu"Pez rleN tIIe4snV 's[63q ryedrse.r?8as ry uE{eun8e ledueq e.{$Belueuroldn: uIEIcp I IdN €^\qeq (t:9002) {nqc^Prt Eep Eoolquasou

qelo rrE{Er{nrrre]ip eueurs8eqas €lsSeu ed€laq5qp {oDl€jd qelo FuPqlIp }?3u?s'ole}uoro5 rcm^ord

p q?re?p qeuuoured i.ew $auarDaDw rlnnd dau +elnstn 8u€que{rcq uelpmuo{ u?p uaaua oS

3r4 r.imar uul{eq?ldruelu ulepp Iep€c usrt?lqry 1Z I0Z-9002 '?pulsuou) snorS{ar 8up.{ oplsoroous{pnfn-^\cw (C) $r)Fpord Sutd l€dlgl lrlrouo)lo unBuD+n,I I (Z) :ulpnBtu Suud oleluo.tog ue)pnfn{1al^I'(t) :rqg"q rc8eqes ZI0Z-L002 opluoloar u?un8usqur.d qepp€ edusl8el?Jrs usn(nl SueI'snl3lleuuep lD{npord 'urpueN SuEl olEtuoroo un8uBqtuaj^l rure{ IsFu mlplew u"Wnli,{lry 8u?,{Jue oq lsul,\otd

oP$oroo q?lep? Zl0Z-l002 ol€luorcO usun8uP+ued Ist^ tu?Fp ue)Fumlp 3u?,{ $eqorq uePpued

qq8uel-qe)l8u?l u')lnlqel]I {B,fu?q peuureqnl^ lep?J muleqnS qelo }Bnqlp 3u",{ uotetrqo)'peurumJnr{ lap€c ole}uoro5 ru?ued mgloqn8 qqep?

r./.uia]rsm SueA tuawa{Da'u Tqnd ^au

utEl qelq$ us8mp nEe tI€,?u-!a^oD 8u4aa^ul uel?leg ue8uep

E^uu?qelulreurad merlorrq uB8ull>Furl ue)I{etlp,rdrtrelll 8tI?,{ r{sreup rc8uq.s edump u?>Funp€3uolu nflesruarq D"tsnetel {sftlrq q.lo s.srlns d€88u€IP Sued q*eep re8?q5s olsluoIo{) rstrI^ord qEra€p q€puaur"d

lulerll€uaEr le8ues u?cq?snu \e{ ulru e \q€q (II0Z) nls€A\ lpn]s ls€q Fup r€t{lllp ledsp ltrl rolrupqods

le8ues r?lurp 3ue,( ubpftqol q!)lSu?.I ls)lol srDlol "-pad dlqs,nabrda,qua rcpu eped dlsuudteq ucp u.tepoul

lsssllellsnpw ?ppal B?tuouoreq Sued ?susnu ue8uop 8un8ea I'3 odo.r8€ urerSord snuoco{a ?l€tes'u?unBue+uod sell^rl)le uele-Ie38uatt! ledtp !)l?Lu 'q?Dep qeluuaulad ue{cflqe{ IpBEqes

ue}nfueplt.q ?-i?ces elole{p nEFI 31ln-3?f u€lllodo€e ue)pftqa) qeDep un8ueqtr|etu ?ttles-suresl5q

Inlsn plsos l?pou uqlDl8u€quloto eslq eFd unlneu 'lu$tro{e roqes eped esuens.Dq s,{ueq ryPll 3s?,{

lppou rc3uqes sl8elerts reilu lefundlueru Sun8ef uerueu?t urel €lBlue uelu?lled rotles eped tprmq 1u.touo1e

.Fqr.ms l!s.q r-rs€uq.s &l?f, olsruolo9 lP)ple,{se-ur I3!q pfrrqrl-8Buasas Surl8pf usr{odo6€ ue8u?qIII5BEad

qredes lg{ol lq8uq p sg?,soe8 Isrpuo)J u"n&usur.I ep?d srs?q.q Suei u?rue ad uEEn8ueqlued 'll1llod4!15

leqsled roDle ered Ep8u4usdq sqSo$n8ueE elsEr-Pl?Eles 3u?,{ Tlllod Isumsuol eped qsl?8u.ur

8ue^ uq"frqq u?)Ffurp e,{urq rypq 3ue'( u?tnlu"lqleq Susf qdeep u"un8u?quod $eNeuo plrlueul 3u?,{

uopftqel Wnqes ue)lqrunqltrour olPluomg SrnBul o?lrtodo]?€ ueu?uod u?>pftqe)l u?unBu?quFd

Jctlo.J lsBssllod ?uerY mBIEc le{tiEr{ser{ ueB.ralqeleset tr$Ils{Augatr l EdBdo

'puorseujalur sep psolsss

'IP,rlol rq8urr lp Sures ?,(ep DIIIrurclu 3s?,{ u?Srr?BEpl5d lnpod rs8€qas 3un3?l uelrlodo.6? uts$ord 0):qe$?p s?r{uouolorod

I8eq ue)I?puslP lpdEp 8ue,{ uodqo Inpord rq?s q?ps I?BEqos Sun8sf uetllodoJ8€ ttl€.6ord 19):uo8eu J?nl uep ueSoo Lu€Fp

IIDq lqsnpq $?qqnq.{ rcldnsuou pdsp 8u"tr {o1od lsqsq t"Ssqos 3un3?[ u?llodo.€e ltr?sord (s)

' 'AunEbI aDtaodolar' utt uoual uo8uoqwaEua.I ublDnqax uDp tsot4ong tsosilodal : ,11 ol,srs uDp l,{ uDesn

Page 9: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

us,ntln. M dan sastro, w : Depolitisasi B:ro]r'usi ddn Kebiidlan PensenbanSan Perta ian Ag,oPolitun Jlstt,tg '

dihadapi raryat. (2). Inovasi pengembangan sumb€rdaya malusia yang berori€ntasi wirausaha' mandiri datr

religiu; melalui pembangunan pendidikan yang berorientasi pada pengembangan-keman'firian individu dan

pen;naInarl semangat kedasama kelompok, pencenhan keagamaan dan bu'laya yang membangkitkan etos

kerja wirausaha semangat kedasama dan toleransi, pembangunan kesehatan ullhrk meningkatkan kualitas

kesehatan rnasyarakat (Wanhr, 201 1).

Implemeniasi kebijakarnya dibangun melalui program agropolitan jagung, dapat dipastikan sargat

terkait d€ngan mimpi sebuah alaerah yang memprakeklQn pemerintah daerah vangberorientasi pada nilai-

nilai adminilrasi publik yang menga.al pada nilai-nl7ai rei l)enting goven eld dan kemudian berkembang

menjaili new public manaiement. Proses asimilasi kebij&kdl yarg bemuansa pembanguoan hampamn

pertanian disektor jaguEg tlengan memprakekkan nilai-nilai birokasi modem yang sudah iama diadopsi

oleh negnra anglo scJ..on seperti dikatakan di atas, menjaaiikan agopolitan sebagai progra besar yang yfig

sesugguhnya sebagai tanaman yang sudah lama digeluti oleh masyaxakat &mi di Gorontalo secara turun

temurun namun dikelola secara modem. Meskipun nilai pembangunan pertanian ini dipandang sebelah mata

oleh segelintir orang terutana dari para elit, namun resonansi di tingkat pusal sangat menggema luar biasa

baik seiara nasional bahkan di benua Afiika seperti dr negara Zambia, sehingtta ;$bern111 Fadel dianggap

sebagai pemimpin dae{ah yang pertama kali mencetuskan agropolitan jagung Namun, nuansa politik sangat

tental dan menlaaitan prografl komoditi ini memitiki nilai politik yang sangat tinggi Ekskalasi

pertarungan poliiik lang memainkan kobijakatr agropolit'n jagung itu send i ssbetrarrrva pada satu sisi

aiIn"iotuo ot"t ut o. utama Fadel dengan kel:uatan birokasi yalg dipimpinya yaog membangun pencittaan

politit dan mendatangkan politik anggaran di tingkat pusat 'lan

pula membangun kekuatan politik di daerah

yang sempat menolak kepemimpinannya pada pemilihatr dirinya sebagai gubemur Pertama Sementara pada

sisi lain p"rmalon politik jagung diperan pula oleh aktor-aktor politjk yang sebagian besai sangat

kontadik;f dan kriris rcrhadap kebijakan g$bemur Fadel yang secara langsung dimainkan oleh para bupati

dan walikota dimasa kepemimpinannya sejak tahu12001 hidgga 2009'

Perlawanan terhaalap kebijakannya sangal terasa dimainkan oteh pejabt politik dan mereka berusaha

memilggirkan dan secala torang_terangan alengan menolak kebijakannya anlara lain yang be*ubugdn

aengan agopolital.;agung. Pasca kepemimpinan gubemur Fadel yang scsungguhnya bemkhir sampai iahun

201i, narnun tidak sampai mmyelesaikan masa tugasnya sebagai gubernur, karena lantik sebagai Menteri

Kclautan dan Perikana pada kabinet presiden Susilo Bambang Yuilhoyono periode kedtra rahun 2009-2014'

walaupun Faalel sendiri ierkma rcshrtfrte kabnrct seb€lum masa lugasnya pada kabinet tersebul Sejak

beraklimla kepemirnpinan gubemw Failel tihun 2009, dapat terlihat kebijakannya mengalami masa declme

ftemunduran) daltntt ^rti

design program agopolitar jugung yang menjadi andalan pemerintah dan

masyaGkat di propinsi Gorontalo alapat dikatakatr terpinggirkan sebagai sebuah kebijatan utama' kalauptm

ada hanya t€rbatas sebagai program ydng ada di setiap Dinas Pertaniatr dai pimBan prtrinsi rnaupu

kabupater/kota deryan kehilangan resonansi di tingkat nasional

Namun demikian ketika peralihan kepemimpinan nasional b€ryanti dari presiden Susilo Bambang

Yudhoyono-Budiono kepada presiden Jokovd-Yusuf Kalla kebijakan poliiik pertanian mulai digalakkan

kembali dcngan m€mpercepat akselarasi pembangunanan perianian yang mampu dia.nggap scbagai pilaf

maupnn foniusi Ll]at untuk menjaga stabilitas ekonomi baik di tingkat pusat maupun daerah Perubahan

kebijakan yang kembali menempatkan ltrimaalona pertanian dinilai di tingkat lokal sebagai sebuah kebijakan

y*g t"put, rn*gingut "ektor

pertanian jagung di Gorontalo memiliki prospek yang bailq karena tidak hanya

-o.rrpo -"oy"Oiutun tu-tong ketaharan pangatr unlrrk menenuhi kebututan alternatrfterhadap kebutuhan

pokok selain beras di tingkat masyarakat pealesaan yang saat ini mengalami ketiadalTastian terhadap

ieter:ediaan maupun ha.ga yang fluktuatif dan berdampak pada ekonomi masyarakat yang masih baayak

hidup pada garis kemiskimn.

Oleh karena itu tanaman iagmg yang $ralah lama menjadi bagian dari sumber kehidupar pala petani

Ptusiding Seninar Na$ofut Pengmb@ean Tek ologiPeflanib V-PoLireIa 2016 355

Page 10: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

9I0Z qewd I ttotuDwd rsololnral uoStuqwaSua{ ItuoleN rou'uas 3ulplsotd 99t

uqudruolu uep ytoz umpl ue)lSslpusqp (%zr'8) uol €lof 99'I Ircu ne]? uol Pln[ r9'!02 Sun8ef lqnpod

!,$r{?q ue)plnlunuotrl lnqeslolsdg l_l &tv elsP uE)ll?ssploq teuolsBu eleces €lup rs?F{se l?qllet\

(9102*q"t S,IA rN\.{V€lBC) S l0Z-0102 unqel SrmBEf rslnPord ueBu?qtuoflad Z leqwcD

Fuolseu Slm8el ue8u?qff5$od ui?lep {ns€u or 8ue'{ qele?p Pgeqes Trs?Lulol

?83mqts Ieu€oFeu 8un8el8un+ImJ rc8?qos op:)uoro5 Isw^ord reqllrel p8u?s lq el€p u!{ns?preg

(uol) oFlooroD SunB?t sruorri?I(:I EleC l r?$ue..)

:lrDFsq

reSeqes I rpqtue8 Lrr€Fp tun)l6u?rp uepnue)t 8uc,{ s^urnleqes ?lep LIlp luqllp Pdsp euewre8sqos lsuors?u

rqnpord e4ues le3?qss ds88u€Ip m qPrrep ?u?urp ol?luo.loD Sungef u?llodo€€ e^ugu4ued ed"Fg'l1'}lol le{€ul} lp undneu puotseu $!3u?d uEqeF{

u?p ueleF?pel e8sfuour ul?pp Jrl?ruetl€ uetrrsu?| wfeqes el?fluot unu?N q?pu'r r?llu tlfundureur gu?'{

8u"pu?drp €srq {epD SueI lll€.Goral lesB re8eqss qepns BfuqnSSsnses lep?c ueudwfi edo)l {BlosflIr 8ue^

xle ".r?d

?[I€ln-rol oPluolog Il5 eleal {p{od ueEo-{n8 leSeqes de83u"q u?p p€udeqnlr'\tr I5peJ mlr-reqn8 qelo

u€)lsueu?3rp exup,tl? Eped 8uB,t gunSet uledord puorsEluolul undnetu FUoIseu u?tFlnqe{ IlFuetuaul {qrmus'{3us$rc)p rUred re8ues 3u?,{ I'uolseu tl?8u?d {npold r€8Eqes lnsEEuel olsruoloO 8un8El uP'lqodoi8e

tlllels)lrp ledsp e)lerx 'elsouoPul Ip Sunget Sunqunl re8eqes oPluoros Isw^od tstsod pqllour uEBueO

(9IOZ's^\o$mquJ) ulunp 3un3? I tqnpord d€p?qFr 90'Z $nqrquo{ u€Euep

8 SuDISu?J Dlllltuelll :ve^ elunp 3sn3€l Sunqnq c3?q5s €Iseuopul us)Dedueueul qelel srsouopq qnmles

tp rsur^old unalnsur ual?alnq?)l q?,&l1,ld wrE{ftueq usQ €'(trurul uep lnlnrJ, Stmdurel 'qe8ual Sundttl?'I

'ppua)'8s?Ft{'ueqr['Fpua)'u?ioqorDrueo'rsllg'Itrpt)'?rurg'u'{equrns'op}trolor_)ul?l€leluelsuors?u 8un€?f rcldns €!q usqnqnn!.d }?snd rpefuoD 3u€,4 uelednq?)l ("urll qtlnd l€&uo) Sf o"p Isul old

(seleq Bnp) zI uBlep $sPuuol olsluorcC rPleed l€Iuol ue)iEd €?q u?q"q rsSeqes urcl {€pq e8nf {npnpued

l3?q u?8uBd sruetn $qums rE8eqos "fueq Wpll Sulrued l€Bu€s 8ue( Iellu pllJuleru Bun33[ €8gurqos

'Ip?d u?ureu?l ui?les q"re€p rp lq"uolp uESu?d r5+(ms lpEfue(u qepns u?IEu5d ioDles epsd olelsoloD

--suna1fuatodottYuoluoua.IutBuoqtu'sualu|lt'ttqa\uP?lsDt|ottglsDsllltodaA:fi'oqsDsuDptI uDtusn

Page 11: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

Usna,,MdarSdstto,W:DepolinsasiBirotuasidanKebiakdnPensebdnganPertaiianAgtololitaJagun&'

produksi tertinggi selarM iima tahun terakhir. Pedngkatan Foduksi ini membe'i nilai tambah ekooomi Rp'

;,3 ffiliun. Data di lapangan pada bulan Agustus 2015 menunjukkan luas panen 3,04'5 nbu la dan produ*si

1,5 juta ton. Sementara bulan SePt€mber luas paren 233,5 ribu ha dan produksi l'59 juta ton Dengan data

ini iapat dikatan bahwa setiap bulan terdapat panen dan prcduksi jagung bulanan di atas l'0 juta ton'

Kecenderungan scperti ini menunjukkan kebutuhan akan adanya produksi dan stok jagung lokal cukuP

M€ngamankan kenaikan Fodutsi jagung yang sangai menjanjikan sebagai salah satu alternatifpangatr

non beras, yang tentu alapat mengamantan ekoromi nasional dirnana seiak talNn 2015 telah nampu

menghemat devisa dari jagung sebesar US$ 585 juta atau setara Rp ?,6 triliun (ARAMI BPS' 2015) Untuk

lebih mersangsadg kebijakan ini, maka pemedntah pusat sangat berkepentingan mengamankan pangan

nasional yang sualah mulai memp€rlihat kecenderongan mulai membaik' mafta saiafi sarunya adaiah upaya

mengantisipasi kondisi €konomi nasional yang berdampak pada masyarakat, maka pefiimbangan utama

p".J.int^hp*ut *"ngitrtrusikan kebijakan tentang perlunla membangun sekor p€rtadan m€lalui kebiiakan

palAl-f Croai, juelrog aan kedelei) yang dikawal latrgsuog aparat negara baik kepolisian, TNI' Kejaksaan'

Camat, Kepala Desa dan instansi terkait lainnya di pemerintahan daerah) Sehingga pengawalan ini

aLiperuntukan untuk memenuhi kebuluhan pangan yang memerlukan kebljakan untuk mengawal ketahanan

pangan alalam mencapai k€daulatan pangan msional maupun daerah'

Keaiaulalan pangan itu sendiri bagi kepentikan masyarakar Corontalo memiliki nili urgensi yang tinggi

dalam rangka untuk meiindungi k€butuhar alasar masayarakat daeBh s6agaimana diarnanatkan dalam

Undang-Undang No.l8 tahun 2012 )'ang menyatakan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia

y*g putiog utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yarlg dijamin dalarn

una*g-uod-g Dasar 1945 sebagai komponen dasar mtuk me[ujudkan sumberdaya manusia yang

ber(-ualitas. Pangan adalah segala sesuatu yang bemsal dari sumber hayati produk pertanian' perkebunan'

perilGnar, peteruakan, peraiaran dan air baik yang diolah riaupun yang tidak diolah yang diperuntukan

sebagai matanan atau minunan bagi konsumsi manusia Akses ke pangan adalah hak asasi manusia'

sehingga negara wajib menjamin ketersealian, kelerjanElauan dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup'

aman bernutu, bergizi seimbang, baik pada tingkal nasional mauptrn daetai imgga percrangan secara

m€rata diseluruh wilayah negam sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumbcrdaya, kelembagaan dan

budaya lokai (LPIKP, 2014).

Kebijakan untuk membangw ketahana[ pangan di provinsi Gorontalo tentu sangat tergantung pada

sejauhm.ala kebijakan pemeriDtah daerah memperbanyak terhadap ekspolitasi terhadap lahan perianian yang

masrh belum digunakan semaksimal mungkin u1tuk kepentingan pengembangan alropolitan jaguDg'

Langkah ini dapat dikmpuh m€lalui sebuah kebiiakan beffama antam p€me ntah pmvinsi dengan semua

kabupaten yang ada dithghngan pem€rintahan Provinsi Gorontalo dongao usaia melakukan pembukaan

dan pengembangan sentra atau kawasan tanaman jagung secara bersama-sama dengan memotivasi kinerja

lnu"yu.uLot tuoi untuk giat membuka lahan dan menanam jagung. Dengan demikian agropolitan jagung

sebagai program agrobisnis yang mampu yang mampu menjadi sebuah progam ketahanar patrgan juga

sebagai langkah untuk fteningkatkan kesejahteraan masyankat Gorontalo'

KESIMPIJLANKegiatan program agropolitan sebagai buffer area (ka*asat peryargga) suatu ketahanan pangan di

tingkat lokal sepatutnya aala keharmonisM terhadap pelaksanaan program ini axtam lain : Membangun

pemerintahan da€mh yang memiliki kepedulian terhadap pembangunan pertaman a ara lain pada sektor

appopolitan jagung ; Keharmonisan dalam p€laksanaan Peraturan Daerah (PERDA) yang telah dibentuk di

daerah seharusnya rlipatuhi dan dijalankan oteh semua pihak terutaina koordinasi antara pemedntah provinsi

alan kabupaten&ota alengaD melibatkan semna stdkeholder; Keharmonisan bersama pejabat politik untuk

mengi-ptemer,t si kebijakan berdasarkan atrlran main yang dituangkan dalam peratulan daerah dan

Prosidins SeninarNasional Pengdbans8 Tetunket Pednim ''Ponrcla

2016 357

Page 12: Depolitisasi Birokrasi dan Kebij...

9I0Z opu!|od 1q"qt'J lSoloupJ wSnEuaSuad tMrDN.balwas 'alplsord ist

sEFDrec eu?F"s ecsed u&jso'd .r,o**o.**Jf##ffiffi"ff ffitlirfi::l#xJ# Jryasrad uDIDO qoraoo uDttDtuUawEd tsd.tlorlg w3an!8utT ,O ,Dqb{ad *o4rrq"g ,1197,u1ng1r4ue16

uodq q)aJVpU EBnJ DBroE Bungef BunqunT Dlsauopq ,9lOZ ,ueruoi[d){,Eo3.seuunqut

orusduro3 lIrH-r[BrC.] l lorcas zlqn{ aq, u ^t)7

puD sz.trlodTuaaagDuof$ Supuotsapun :xovD4stulwpr, 41q"4 ,996z a:4rrqc/,iry'ir"qori p* p*ng .*oo1q*.og

sserd]trtelte{et lpblrpnx bpo psltouy,z66l |rF,;l,taqnH uep sollw

'4t,anqI ' t z pnqy BstpqotD l.t,uDnuod 1DBuaJ-qDBuaJ le Dls-axopuJ luDrad aal* *:#rff;#?::fr :olsaaopul utt8uod utttoflDpax .tIoZ .(dXaT) 4fqna uofetrqo) uepueOapq -u?rfe'I8se4 e*qule1

9 J 0Z-0 mZ mtlDJ Ban&ol Eppord xD\aDqua4ad I l\rnv ,

SIOZ ,Nsnd

]t,psltsrs tBsnd uBpEa

Y>IYISnd rIvJ.{vo

u,srsrs golo Bun{npry twr tre{efrqe>l .e8eqes Bun{npp so,eq B'ntef u'1{odo.6' **t"Jt""Hil::'AunAof uDtltotlorAf uoluo ad uDBuDqwaBbJ uotbtqaY Dp te^qorq sorulpdaT : A .o4srs ulp 7I

.uoucn