Chapter II status gizi anak
-
Upload
nishibuchi -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of Chapter II status gizi anak
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
1/20
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anak
2.1.1. Definisi anak
Anak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang dimulai dari
neonatus (< 4 minggu), infant (< 1 tahun), balita (1-2 tahun), pra-sekolah (2-5
tahun), usia sekolah (6-11 tahun) hingga remaja (12-18 tahun) (Lissauer et al.,
2007). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
seorang anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan.
2.1.2 Status gizi anak
2.1.2.1. Definisi status gizi
Menurut Supariasa (2002) status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan
dari bentuk variabel-variabel tertentu. Status gizi juga merupakan hasil dari
keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi
tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi didalam tubuh.
2..1.2.2. Pengkajian status gizi
Pengkajian status gizi merupakan suatu tindakan evaluasi secara
komprehensif dalam menilai status nutrisi, termasuk riwayat medis, riwayat
nutrisi/diet, pemeriksaan antropometri, dan penunjang/laboratorium. Penilaian
status gizi merupakan salah satu langkah awal dalam penanganan pasien rawat
inap karena status nutrisi ikut mempengaruhi perjalanan dan prognosis penyakit,
sehingga sebaiknya dilakukan pada pasien saat masuk dan selama perawatan
secara berkala. Status nutrisi yang baik telah terbukti dapat mempercepat
kesembuhan pasien dan mengurangi komplikasi penyakit, sehingga
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
2/20
5
mempersingkat masa perawatan dan menurunkan biaya perawatan pada pasien
yang dirawat di rumah sakit (Nasar et al., 2007).
2.1.2.3. Penilaian Status Gizi
Status gizi dapat ditentukan secara langsung dan secara tidak langsung
(Widardo, 1997). Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi secara langsung
dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :
1.
Antropometri
Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara
umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini dapat terlihat pada pola pertumbuhan
fisik.
2. Klinis
Penilaian klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih
zat gizi. Disamping itu, survei tersebut juga digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
3.
Biokimia
Penilaian satus gizi secara biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
3/20
6
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain:
darah, urin, tinja, hati dan otot. Metode ini digunakan sebagai suatu
peringatan awal bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
sehingga penentuan secara tepat dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4.
Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Secara umum, dapat
digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik
(epidemic of night blindness), dimana cara yang digunakan adalah tes
adaptasi gelap.
Menurut Supriasa (2002) penilaian status gizi secara tidak langsung dapat
dibagi tiga yaitu :
1.
Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di
konsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan
dan kekurangan zat gizi.
2.
Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan angka kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaan penilaian status gizi dengan statistik vital
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
4/20
7
3. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi
dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di
suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi
gizi.
2.1.2.4. Penilaian antropometri
Penilaian antropometri merupakan pemeriksaan yang tidak mahal, tidak
invasif dan dapat digunakan untuk menilai status nutrisi seseorang baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Penilaian ini dilakukan untuk memeriksa
jaringan tubuh terkatabolisasi selama proses kelaparan ataupun dalam keadaan
stress, yaitu otot, lemak, dan cadangan protein viseral. Pemeriksaan antropometri
yang umum dilakukan pada anak dan remaja meliputi:
Berat badan
Tinggi badan (terlentang pada bayi berusia dibawah 2 tahun)
Lingkar kepala (sampai anak berusia 6 tahun)
Lingkar lengan atas
Tebal lipatan kulit (trisep, subskapula, toraks dan daerah lainnya)
Peneliti memilih metode penilaian antropometri lingkar lengan atas untuk
menilai status gizi anak karena selain penilaian antropometri merupakan
pemeriksaan yang tidak mahal dan tidak invasif, penilaian ini juga tidak dibatasi
oleh usia anak (Tabel 2.1).
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
5/20
8
Tabel 2.1. Perbandingan berbagai indikator untuk skrining dan deteksi kasus
malnutrisi
Sumber: Nasar et al., 2007.
2.1.2.5. Penilaian status gizi anak penderita kanker
Walaupun terdapat banyak cara untuk mendeskripsikan malnutrisi, tidak
terdapat konsensus yang secara spesifik mengidentifikasi anak yang beresiko.
WHO merekomendasikan pengukuran indeks BB/TB untuk menilai status gizi
anak dan remaja. Akan tetapi, anak penderita keganasan tidak dapat dinilai
berdasarkan indeks yang direkomendasikan WHO tersebut.
Kehilangan berat badan ≥ 5% mengidentifikasikan sebagai malnutrisi akut
dan perbandingan berat badan dengan umur dibawah persentil 5
mengidentifikasikan sebagai malnutrisi kronis. Ironisnya, banyak anak penderita
kanker tidak memenuhi kriteria tersebut khususnya pada anak yang menderita
tumor solid dengan masa pada bagian abdomen. Mereka dapat memiliki berat
Sifat
Indikator
Klinis BB/U TB/U BB/TB LiLA LiLA/U LiLA/
TB
Sederhana Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya
Akseptabilitas Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya
Biaya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya
Objektivitas Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya
Kuantitatif Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Tidak
bergantung usia
Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya
Reliabilitas Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya
Akurasi Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya
Sensitivitas Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya
Spesifisitas Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya
Nilai Prediktif Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
6/20
9
badan normal meskipun mereka mengalami malnutrisi berat. Penurunan
nutrisi/gizi pada anak penderita kanker mungkin juga dapat tertutupi oleh
penggunaan kortikosteroid yang dapat menimbulkan edema (Bauer et al., 2011).
Penilaian status gizi sangat sulit karena tidak ada standar baku yang
ditetapkan. Penilaian ini dapat dilakukan dalam beberapa dimensi baik dari diet,
antropometrik, biokimia, dan metode-metode lain. Penggunaan pengukuran
antropometri untuk lengan dalam menilai status gizi anak penderita kanker dapat
dilakukan karena pengukuran lengan tidak dipengaruhi masa tumor. Akan tetapi,
penilaian diet telah dibuktikan memiliki keterbatasan dan kegunaan yang sedikit
(Sala et al., 2004). Sehingga, dalam karya tulis ini akan dilakukan pengukuran
antropometri lengan.
2.2. Kanker
2.2.1. Definisi Kanker
Menurut WHO (2013), kanker atau yang disebut juga sebagai tumor ganas
atau neoplasma merupakan suatu istilah umum yang digunakan dalam suatu
kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh.
Menurut National Cancer Institute (2013), kanker adalah suatu istilah untuk
penyakit dimana sel-sel membelah secara abnormal tanpa terkendali dan dapat
menyerang jaringan disekitarnya. Neoplasma adalah massa jaringan yang
abnormal yang pertumbuhannya berlebihan, tidak terkoordinasi dan terus
demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti
(Kumar et al., 2007).
Kanker merupakan istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan
neoplasma ganas, dan terdapat banyak jenis tumor atau neoplasma lain yang tidak
bersifat kanker (Price et al., 2006). Neoplasma adalah pertumbuhan jaringan yang
bersifat otonom dimana sel-sel mengalami proliferasi dan menunjukkan berbagai
tingkat ketaatan terhadap prekursor mereka. (Rubin et al., 2009). Secara umum,
neoplasma bersifat permanen dan sebagian besar mengalami pertumbuhan yang
autonom. Menurut Rubin et al. (2009) beberapa hal penting yang perlu
diobservasi dalam neoplasma:
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
7/20
10
Neoplasma berasal dari sel-sel yang memiliki kapasitas proliferasi.
Oleh karena itu, neuron yang matang dan miosit jantung tidak
menimbulkan tumor.
Tumor dapat menunjukan berbagai tingkat diferensiasi sehingga sel
asal tidak dapat diidentifikasi.
Stimulus pasti yang bertanggungjawab terhadap proliferasi yang
tidak terkendali mungkin tidak dapat diidentifikasi.
Neoplasia terjadi akibat mutasi pada gen yang mengatur
pertumbuhan sel, apoptosis, atau perbaikan DNA.
2.2.2. Karsinogenesis
Dua golongan utama gen yang memainkan peranan penting dalam
mengatur sinyal pertumbuhan dan siklus sel, yaitu protoonkogen yang mendorong
pertumbuhan dan antionkogen yang merupakan gen penekan kanker (tumor
suppressor gene) yang menghambat pertumbuhan (Kumar et al., 2007).
Protoonkogen merupakan gen seluler yang sangat penting dalam
mempertahankan fungsi normal sel dan mengkode banyak jenis protein, termasuk
faktor-faktor transkripsi, faktor pertumbuhan, dan reseptor-reseptor faktor
pertumbuhan. Protein-protein tersebut merupakan komponen vital dalam
mempengaruhi signal transduksi yang meregulasi pertumbuhan sel, pembelahan
dan diferensiasi. Protoonkogen dapat diubah menjadi onkogen yang dapat memicu
pertumbuhan sel menjadi ganas.
Gen penekan kanker (contohnya TP53) mendeteksi adanya kerusakan
DNA melalui mekanisme yang belum diketahui dan membantu perbaikan DNA
dengan menyebabkan penghentian G1 dan memicu gen yang memperbaiki DNA.
Sel yang mengalami kerusakan DNA dan tidak dapat diperbaiki diarahkan oleh
TP53 untuk mengalami apoptosis. Berdasarkan aktivitas ini, TP53 layak disebut
pengawal genom. Apabila terjadi kehilangan TP53 secara homozigot, kerusakan
DNA tidak dapat diperbaiki dan mutasi akan terfiksasi di sel yang membelah
sehingga sel akan masuk jalan satu-arah menuju transformasi keganasan (Kumar
et al., 2007).
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
8/20
11
Hubungan antara kelainan genetik yang mendasari dengan kejadian
keganasan menimbulkan dugaan tentang mekanisme selain onkogen dan gen
penekan tumor yang bertangggung jawab terhadap karsinogenesis. Anak dengan
kelainan perbaikan DNA seperti xeroderma pigmentosum, sindrom Bloom, dan
anemia Fanconi mempunyai resiko meningkat untuk menderita keganasan.
Demikian pula, anak dengan berbagai status imunodefisiensi, seperi sindrom
Wiskott-Aldrich atau imunodefisiensi terkait-X kongenital, mempunyai
keganasan limfoid yang berkembang dengan kecepatan yang nyata lebih tinggi
daripada anak normal.
2.2.3. Kanker pada Anak
Kanker pada anak berbeda dengan dewasa dalam sifat, penyebaran, dan
prognosis. Kanker pada anak secara garis besar berupa keganasan
limfohematopoetik (seperti leukemia limfoblastik akut, limfoma) tercatat sekitar
40%, keganasan sistem saraf pusat sekitar 30% serta embrional dan sarkoma
tercatat sekitar 10%. Sebaliknya, tumor epitel pada organ seperti paru, payudara,
usus besar, dan prostat lebih sering terjadi pada usia dewasa. Pada dewasa dimana
kecenderungan terjadi kanker meningkat sebanding dengan meningkatnya usia
sedangkan pada anak kecenderungan terjadinya kanker meningkat pada anak usia
dini dan remaja (Lootick, 2007).
Keganasan pada anak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tumor solid
nonhematologi dan keganasan hematologi. Tumor solid nonhematologi terdiri dari
osteosarkoma , tumor-tumor pada sistem saraf pusat, neuroblastoma III dan IV ,
tumor Wilms III dan IV, rabdomiosarkoma , Ewing’s sarcoma dan sebagainya.
Keganasan hematologi terdiri dari acute lympocytic leukemia, acute myelocytic
leukemia, non-Hodgkin’s lymphoma dan Hodgkin’s disease.
2.2.4. Faktor pencetus kanker pada anak
Perkembangan dari kebanyakan kanker melibatkan faktor lingkungan
maupun genetik. Namun, kanker pada anak cenderung berasal dari jaringan yang
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
9/20
12
tidak langsung terpajan dengan lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa faktor
hospes mungkin lebih penting dibandingkan dengan faktor lingkungan.
Tabel 2.2. Faktor Lingkungan Pemicu Kanker
Penyebab Kanker
Agen fisik
Radiasi pengionisasi Leukemia, tiroid, payudara
Radiasi ultraviolet Melanoma, sel basal dan sel gepeng dalam
seroderma pigmentosum
Agen Kimia
Rokok, tembakau Paru, orofaring, laring
Dietilstilbestrol Karsinoma vagina pada anak perempuan
Asbestos Mesotelioma
Androgen Hepatoma
Obat alkilasi Leukemia
Obat imunosupresan Limfoma
Aflatoksin Karsinoma hati
Vinil klorida Angiokarsinoma hati
Fenitoin Limfoma
Fenitoin prenatal Neuroblastoma
Siklofosfamid Kanker kandung kemih, leukemia
Alkohol (janin sindrom alkohol) Neuroblastoma
Benzen Leukemia
Kloramfenikol Leukemia
Besi intramuskular Sarkoma pada tempat injeksi
Agen mikrobiologik
Hepatitis B, C Karsinoma hati
Human Immunodeficiency Virus Sarkoma kaposi, limfoma
Schistosoma haematobium Karsinoma kandung kemih
Clonorsis sinensis Kanker saluran empedu
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
10/20
13
Virus Ebstein-Barr Limfoma Burkitt Afrika, karsinoma
nasofaring
Papillomavirus Kanker serviks
Virus limfotropik-T manusia I Limfoma sel T
Virus monyet 40 Tumor pleksus koroid
Sumber: Crist et al., 2000
Kelainan Kanker Keterangan
Sindrom Kromosomal
Kromosom 11p—(delesi)
dengan aniridia sporadik
Tumor Wilms Berkaitan dengan
anomali urogenital,
retardasi mental
Kromosom 13q—(delesi) Retinoblastoma Berkaitan dengan
retardasi mental ,
malformasi skeletal,
dominan autosomal atau
mutasi baru sporadik
Trisomi 21 Leukemia limfositik
atau nonlimfositik
Mempunyai resiko 15
kali dibandingkan orang
normal
Sindrom Klinefelter (47,
XXY)
Kanker payudara,
tumor sel induk
ekstragonad
Disgenesis gonad
XO/XY
Gonadoblastoma Gonad harus dibuang
Trisomi 8 Preleukemia
Sindrom Noonan Schwannoma
Monosomi 5 atau 7 Sindrom mielodisplasia Infeksi berulang dapat
mendahului neoplasia
Tabel 2.3. Faktor Genetik Pemicu Kanker
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
11/20
14
Sumber: Crist et al., 2000.
2.2.5. Malnutrisi pada Anak penderita Kanker
Malnutrisi merupakan suatu gangguan yang berhubungan dengan status
nutrisi, termaksud defisiensi asupan nutrisi (gizi kurang), gangguan metabolisme,
dan gizi lebih (American Society for Parenteral and Enteral Nutrition Board of
Fragilitas DNA
Xeroderma pigmentosum Kanker kulit sel basal
dan gepeng
Resesif autosomal
Anemia fanconi Leukemia Resesif autosomal
Sindrom Bloom Leukemia, limfoma Resesif autosomal
Ataksia-telangiektasia Limfoma, leukemia Resesif autosomal
Sindrom nevus displastik Melanoma Dominan autosomal
Sindrom immunodefisiensi
Sindrom Wiskott-Aldrich Limfoma, leukemia Imunodefisiensi, resesif
terkait-X
Imunodefisiensi terkait-X
(Sindrom ducan)
Limfoma Virus Epstein-Barr
adalah agen yang
mendorong
Agamaglobulinemian
terkait-X
Limfoma, leukemia Imunodefisiensi
Imunodefisiensi
gabungan berat
Leukemia, limfoma Imunodefisiensi, resesif
terkait-X
Lain-lain
Neurofibromatosis 1 Neurofibroma, glioma,
optik, neuroma
Dominan autosom
Hemokromatosis Hepatoma sirosis
Retinoblastoma Sarkoma Peningkatan resiko
keganasan sekunder 10-
20 tahun kemudian.
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
12/20
irectors, 1
asupan nutri
Pen
unggal mel
energi dan
Gangguan
oksidasi dar
Gambar 2.1.
.2.5.1.Efe
Pen
engakibat
itu sendiri.
operasi, ya
enyakit-pe
95). Dala
si (gizi kura
ebab malnu
ainkan men
etabolisme
ada komp
i substrat en
Patogenesi
Metabolik
obatan yan
an efek sis
Kombinasi
g biasa di
yakit yang
karya tulis
ng).
trisi pada p
akup beber
substrat, (
artemen
ergi dan ke
s Malnutrisi
pada peng
g digunaka
emik yang l
dari pengo
unakan dal
beresiko tin
ini, malnut
nderita kan
apa faktor,
) Kompone
etabolik.
ilangan pro
(Tsang et a
batan kan
dalam pe
uas yang da
atan radiot
am mengob
ggi.
isi didefinis
er bukanla
aitu (1) Int
hormonal
al ini me
ein tubuh (
l., 1997, dal
ker
anganan ka
pat memper
rapi, obat-
ati kanker
ikan sebaga
merupaka
raksi komp
dan inflam
percepat
auer et al.,
am Sala et a
nker pada
berat gejala
batan kem
pada anak,
15
i defisiensi
penyebab
leks antara
si, dan (3)
mobilisasi,
2011).
l., 2004)
anak dapat
dari tumor
terapi dan
khususnya
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
13/20
16
Radioterapi, biasa digunakan dalam terapi leukemia dan tumor otak,
diketahui dapat mengakibatkan kerusakan organ fokal. Diare dan malabsorbsi
dengan kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi sebagai efek samping dari
dilakukannya radiasi pada daerah abdomen dan pelvis. Radiasi pada daerah kepala
dan leher mungkin memiliki efek yang sama dalam mengakibatkan kerusakan
pengecapan, mengunyah dan fungsi menelan. Status nutrisi juga dapat
dipengaruhi oleh intervensi pembedahan yang bergantung pada lokasi tumor dan
luasnya daerah reseksi. Proses digestif, ingesti, absorbsi dan utilisasi merupakan
proses yang kompleks. Gangguan pembedahan dengan terganggunya proses
menelan, penurunan reserve lambung, atau penurunan panjang intestinal dapat
mengakibatkan penurunan pemasukan oral sama seperti absorbsi nutrisi.
Agen-agen kemoterapi diketahui dapat mengakibatkan anorexia, dengan
atau tanpa nausea dan muntah, enteritis dengan malabsorpsi dan diare, mukositis
dan konstipasi. Persepsi pengecapan juga mengalami gangguan pada pasien
kanker yang menerima kemoterapi; fenomena ini dapat mengakibatkan anoreksia
dan penurunan intake makanan.
Tabel 2.4. Efek Samping pada Penggunaan Agen Kemoterapi pada Anak
penderita KankerAgen Kemoterapi Target
Pengobatan
Toksisitas
Alkylating agents
Mechlorethamine
(nitrogen mustard)
Penyakit Hodgkin Mual dan muntah, Plebitis,
mukositis
Cyclosphosphamide Limfoma,
leukemia, sarkoma,
neuroblastoma
Mual dan muntah, sistitis,
retensi cairan, jantung (Dosis
tinggi)
Ifosfamide Sarkoma, sel
germinal
Mual dan muntah, sistitis, renal,
jantung (dosis tinggi)
Melphalan Rabdomiosarkoma,
sarkoma,
Mual dan muntah, mukositis,
diare (dosis tinggi)
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
14/20
17
neuroblastoma,
leukemia (Dosis
tinggi)
Lomustine,
carmustine
(CCNU, BCNU)
Tumor otak,
limfoma, penyakit
Hodgkin
Mual dan muntah, renal,
pulmonari
Busulfan CML, leukemia
(HSCT)
Pulmonari, Mual dan Muntah,
mukositis, hepatik (Dosis
tinggi)
Cisplatin Testikular, sel
germinal lainnya,
tumor otak,
osteosarkoma,
neuroblastoma
Mual dan muntah, renal
Carboplatin Tumor otak, sel
germinal,
neuroblastoma,
sarkoma
Mual dan muntah, hepar
Dacarbazine Neuroblastoma,
sarkoma, Penyakit
Hodgkin
Mual dan muntah, flulike
syndrome, hepar
Temozolomide Mual dan Muntah Tumor otak
Procarbazine Tumor otak,
Penyakit Hodgkin
Mual dan muntah, ruam,
mukositis
Antimetabolites
Methotrexate Leukemia,
limfoma,
osteosarkoma
Mukositis, ruam, hepar, renal
Mercaptopurine
(6MP)
Leukemia (ALL,
CML)
Hepar, mukositis
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
15/20
18
Thioguanine Leukemia (ALL,
AML)
Mual dan muntah, mukositis,
hepar (VOD)
Cytarabine (Ara-C) Leukemia, limfoma Mual dan muntah, mukositis,
gastrointestinal, flulike
syndrome, okular, kulit (Dosis
tinggi)
Fluorouracil (5FU) Karsinoma, tumor
hepar
Mukositis, Mual dan muntah,
diare, kulit, okular, jantung
Antitumor antibiotics
Doxorubicin
(adriamycin),
daunomycin,
idarubicin
Leukemia (ALL,
ANLL), limfoma,
tumor solid
Mukositis, Mual dan muntah,
diare, jantung
Mitoxantrone Leukimia (ALL,
ANLL), limfoma
Mukositis, mual dan muntah,
warna biru pada urin, vena,
sklera, kuku
Bleomycin Limfoma,
testikular, sel
germinal lainnya
Paru, kulit, demam, mukositis,
Raynaud’s, mual dan muntah
Dactinomycin
(actinomycin-D)
Sarkoma Wilm Mual dan muntah, mukositis,
hepar (VOD)
Plant products
Vincristine Leukemia (ALL),
limfoma, tumor
solid
SIADH, hipotensi, konstipasi
Vinblastine Histiositosis, penyakit Hodgkin,
testikular
Mukositis
Etoposide Leukemia (ALL,
ANLL), limfoma,
Mual dan muntah, mukositis,
hipotensi, leukemia sekunder,
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
16/20
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
17/20
20
2.2.5.2. Efek Metabolik pada kanker
Keberadaan kanker mengakibatkan beberapa perubahan penting pada
metabolisme makronutrien dan gangguan metabolik yang dapat mengganggu
keseimbangan energi. Efek metabolik sangat bervariasi dan tergantung pada tipe
dan ukuran tumor, protokol pengobatan kemoterapi, faktor individu, dan status
nutrisi. Terdapat beberapa nutrien yang mengalami gangguan metabolisme, yaitu:
1.
Karbohidrat
Pergeseran metabolik multipel dalam homeostasis glukosa
mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah pada
kanker. Hal ini termaksud peningkatan glukoneogenesis. Peningkatan
konversi laktat menjadi glukosa mungkin disebabkan oleh peningkatan
produksi laktat pada tumor-tumor tertentu. Hal ini diikuti dengan
resistensi insulin, peningkatan produksi glukosa sehingga menyediakan
substrat yang cukup bagi tumor yang siap untuk dimetabolisme dalam
kondisi aerobik dan anaerobik.
2. Lemak
Perubahan multipel dalam metabolisme lemak pada kanker
termasuk peningkatan pemecahan asam lemak bebas, peningkatan
oksidasi asam lemak bebas, peningkatan pemecahan gliserol, lipolisis
yang meningkat, dan penurunan laju lipogenesis. Faktor yang
memobilisasi lemak telah didapati dalam urin pasien penderita kanker
kaheksia dan menunjukan bioaktivitas dengan mengisolasi adiposit
murine.
3.
Protein
Kanker sering dihubungkan dengan respon fase akut profil
darah dengan sintesis yang rendah dari albumin, prealbumin dan
transferin, dan peningkatan laju sintesis protein C-reaktif, fibrinogen
dan ferritin. Beberapa tumor seperti kanker hepatoseluler menunujukan
laju pemecahan protein yang sangat cepat dan meningkatkan degradasi
protein. Peningkatan pemecahan protein otot memobilisasi asam amino
yang dapat meningkatkan pertumbuhan tumor sama seperti bahan bakar
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
18/20
gl
m
in
bi
m
di
h
m
4.
Si
k
ol
P
k
p
p
m
G
S
ukoneogen
enderita ka
sulin-like g
nding prote
erupakan h
ketahui sec
l yang ser
asalah dala
tokin
Sitokin
heksia ada
eh makrof
mberian T
nker kah
ningkatan
otein tubu
eningkatka
ambar 2.2.
la et al., 20
sis. Penin
nker mun
rowth fact
in. Pada pas
l utama ya
ra pasti, ke
ing ditemu
pertumbu
roinflamasi
ah TNF, I
g dan lim
NF kepada
ksia yait
emecahan
. TNF da
lipolisis.
fek Metab
04)
katan pem
kin berhub
r-1 (IGF-1
ien lain, pe
ng penting.
hilangan pr
an pada k
an anak.
yang bias
-6, dan IL
fosit sebag
manusia
peningka
gliserol, da
IL-6 me
olit pada K
cahan pro
ungan den
), dan insu
urunan sint
Walaupun
tein dalam
ganasan d
nya berhub
-1. Sitokin-
i respon
menunjuka
tan peme
peningkat
ghambat l
nker (Susk
ein pada
an penuru
lin-like gro
esis protein
mekanisme
otot skelet
n hal ini
ungan den
sitokin ini
ost terhad
gejala se
ahan asa
an pemecah
ipoprotein
ind et al., 1
21
nak yang
nan kadar
wth factor
otot skelet
nya belum
erupakan
erupakan
an kanker
diproduksi
p kanker.
perti pada
lemak,
an seluruh
lipase dan
993 dalam
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
19/20
22
2.2.6. Epidemiologi malnutrisi pada anak penderita tumor solid dan anak
penderita keganasan hematologi
Kejadian kanker pada anak di United States selama tahun 2000 — 2003
adalah 16,4 kasus per 100.000 anak dibawah 18 tahun. Keganasan yang paling
sering terjadi pada anak adalah leukemia limfositik akut diikuti dengan tumor
pada otak dan sistem saraf pusat (Bechard et al., 2008). Pada penelitian Garofalo
et al. pada tahun 2005 dari 59 anak yang menderita keganasan hematologi
didapati 15 anak mengalami malnutrisi yaitu sekitar 25,4% sedangkan dari 68
anak yang menderita tumor solid nonhematologi didapati 30 anak yang
mengalami malnutrisi yaitu sekitar 44,1%.
Beberapa data mengidentifikasikan malnutrisi berhubungan dengan tipe,
tingkat, dan status metastasis dari penyakit dan juga efek toksisitas dari terapi
kanker. Secara umum, terdapat dua klasifikasi pasien dengan resiko tinggi dan
resiko sedang untuk terjadinya malnutrisi, dan faktor resiko terjadinya obesitas
akibat terapi kanker (Bauer et al., 2011).
Tabel 2.5. Jenis-jenis tumor yang berhubungan dengan malnutrisi pada pasien
onkologi anak.
Resiko Tinggi Malnutrisi Resiko Sedang
Malnutrisi
Resiko Tinggi Akumulasi
Lemak
Tumor solid tahap lanjut Tumor solid
nonmetastasis
Leukemia limphoblastik akut
yang menerima irradiasi
kranial
-
Tumor Wilms Leukemia
limphoblastik akut
nonkomplikasi
Kraniofaringeoma
- Neuroblastoma III
dan IV
Remisi penyakit
yang berat selama
mendapat terapi
Keganasan dengan pemakaian
kortikosteroid dosis tinggi dan
berkepanjangan atau obat-obat
Universitas Sumatera Utara
-
8/18/2019 Chapter II status gizi anak
20/20
23
perawatan lain yang memicu peningkatan
penumpukan lemak tubuh
-
Rabdomiosarkoma Irradiasi kranial atau abdomen
Sarkoma Ewing
Meduloblastoma
Multipel leukemia kambuh
dan limfoma
Tumor kepala dan leher
Paska Transplantasi sel
induk
Tumor diencephalik
Sumber: Bauer et al., 2011.