case 2 ramadi 1

download case 2 ramadi 1

of 36

Transcript of case 2 ramadi 1

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    1/36

    LAPORAN KASUS

    DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI E.C VIRUS

    Oleh:

    Husna Ofi Latifah, S.Ked

    Salvitri Puspa Aryago, S.Ked

    Pembimbing:

    Dr. dr. Rosiana, SpA

    RS UMUM DAERAH BATURAJA

    FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA

    PALEMBANG

    2014

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    2/36

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    I. Identifikasi

    Nama : An. R

    Usia : 2 bulan

    Jenis Kelamin : laki-laki

    Berat Badan : 3100 gram

    Panjang Badan : 5 cm

    Agama : Islam

    Alamat : Pasar Tempel Baturaja

    Dikirim oleh : Sendiri

    MRS : 27 Maret 2014

    II. Anamnesis

    (Alloanamnesis dengan ibu penderita, 27 Maret 2014 pukul 15.00)

    Keluhan Utama : BAB cair

    Keluhan Tambahan : muntah

    Riwayat Perjalanan Penyakit :

    Sejak 2 hari SMRS, penderita mengalami BAB cair, frekuensi 10 kali/ hari,

    banyaknya 2 sendok makan /BAB, air> ampas, darah (-), lendir (-), warna kuning

    kehijauan. Sebelum mengalami diare, penderita mengalami muntah, frekuensi 4

    kali/ hari, banyaknya 1 sendok makan setiap kali muntah, isi muntahan susu,

    muntah tidak menyemprot, demam (-), batuk (-), pilek (-). BAK seperti biasa,

    Frekunsi 7-8 kali/hari, warna kuning jernih. Penderita dibawa berobat ke IGD

    RSUD Ibnu Sutowo Baturaja.

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    3/36

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat mengalami keluhan yang sama berupa BAB cair sebelumnya disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat mengalami keluhan yang sama dalam keluarga berupa BAB cair

    disangkal

    Riwayat Keluarga

    Riwayat Sosial Ekonomi :

    Penderita merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Penderita memiliki 2 kakak

    laki-laki. Kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh ayah penderita yang bekerja sebagai

    sopir dengan penghasilan rata-rata Rp. 1.200.000,00 sementara ibu penderita adalah

    ibu rumah tangga.

    Kesan : status ekonomi menengah

    Riwayat Higienitas Rumah dan Keluarga:

    Penderita sekeluarga tinggal di rumah kontrakan bedeng di pasar tempel Baturaja,

    rumah terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur, satu dapur dan satu WC.

    Kamar tidur memiliki satu jendela dan di ruang tamu ada dua jendela.WC terletak

    di luar rumah dan digunakan oleh dua keluarga.Aktivitas mencuci, masak,

    mandimenggunakan air ledeng PDAM, air minum menggunakan air galon isi

    ulang.

    Kesan : Ventilasi dan sanitasi baik.

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    4/36

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    5/36

    Campa = -

    Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap

    III. Pemeriksaan Fisik

    Tanggal pemeriksaan : 27 Maret 2014

    Keadaan Umum

    Kesadaran : compos mentis

    Nadi : 130 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

    Pernafasan : 40 x/menit

    Suhu : 36,5 C

    Berat Badan : 3100 gram

    Tinggi Badan : 50 cm

    Status Gizi

    BB/U : di bawah -3 SD

    TB/U : antara 0 dan -2 SD

    BB/TB : dibawah -3 SD

    Kesan : Status gizi buruk

    Keadaan Spesifik

    - Kepala

    Bentuk : Simetris, lingkar kepala 36 cm (normosefali), UUB cekung (-)

    Rambut : Warna hitam, distribusi normal, tidak mudah dicabut

    Mata : Mata cekung (-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),

    pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)

    Telinga : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), mukosa hiperemis (-

    /-), sekret (-/-), konka hipertrofi (-/-)

    Mulut : Mukosa bibir basah, chelitis (-), uvula di tengah, T1-T1, dinding

    faring hiperemis (-/-)

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    6/36

    -

    Leher : Pembesaran KGB (-)

    -

    Thoraks

    Paru-paru

    Inspeksi : Statis : tidak dapat dinilai, Dinamis : simetris,

    retraksi (-)

    Palpasi : Stem freitus kanan dan kiri sama

    Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

    Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

    Jantung

    Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

    Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

    Perkusi : Batas atas jantung : ICS III linea midklavikularis

    sinistra

    Batas kanan jantung : ICS IV linea para sternalis

    kiri

    Batas kiri jantung : ICS IV linea aksilaris anterior

    sinistra

    Auskultasi : HR : 130 x/menit, reguler. BJ I dan II normal,

    murmur (-), gallop(-)

    -

    Abdomen

    Inspeksi : Cembung

    Palpasi : Lemas, hepar dan lien tak teraba, cubitan kulit

    kembali cepat.

    Perkusi : Timfani pada seluruh regio abdomen,

    Auskultasi : Bisng usus (+) meningkat

    - Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-), fimosis (-)

    - Ekstremitas : Akral dingin (-), akral pucat (-), edema (-), CRT < 2

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    7/36

    IV. Pemeriksaan Laboratrium

    V. Diagnosis Banding

    -

    Diare akut tanpa dehidrasi e.c virus

    - Diare akut tanpa dehidrasi e.c bakteri

    -

    Diare akut tanpa dehidrasi e.c parasit

    VI. Diagnosis Kerja

    Diare akut tanpa dehidrasi e.c virus

    VII. Pemeriksaan Penunjang

    - Pemeriksaaan feses rutin

    -

    Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit

    VIII. Penatalaksanaan

    -

    Edukasi

    - Teruskan pemberian susu formula

    - Berikan oralit 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

    ( oralit diminumkan sedikit demi sedikit tapi sering dari mangkuk /cangkir/

    gelas.Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih

    lambat )

    - Pemberian tablet zinc1/2 tablet selama 10 hari

    - Fase stabilisasi :

    IX. Prognosis

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    8/36

    Quo ad Vitam : Bonam

    Quo ad Functionam : Bonam

    Follow up

    Tanggal Keterangan

    27 Maret 2014 S: -

    O: Keadaan Umum

    Sens :

    TD :

    Nadi :

    RR :

    T :

    Keadaan Spesifik

    - Kepala

    Bentuk : normosefali, simetris,

    lingkar kepala cm

    Rambut : Warna hitam, distribusi

    normal, tidak mudah dicabut

    Mata : Edema palpebra (-),

    konjungtiva pucat (-/-), sklera

    ikterik (-/-), pupil bulat, isokor,

    3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)

    Telinga : Nafas cuping hidung (-/-

    ), deformitas (-/-), mukosa

    hiperemis (- /-), sekret (-/-),

    konka hipertrofi (-/-)

    Mulut : Mukosa bibir nasah,

    chelitis (-), uvula di tengah, T1-

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    9/36

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    10/36

    gallop(-)

    - Abdomen

    Inspeksi : Cembung , darm steifung

    (+)

    Palpasi :

    Lemas, hepar dan lien tak teraba

    Perkusi :

    Timfani pada seluruh regio abdomen,

    shifting dullness (+)

    Auskultasi :

    Bisng usus (+) normal

    - Lipat paha dan genitalia :

    Pembesaran KGB (-), fimosis (-)

    - Ekstremitas : Akral dingin (-),

    akral pucat (-), edema pretibial (-

    ), CRT < 2

    A:

    P:

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    11/36

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DIARE

    A. DEFINISI

    Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah

    cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari

    200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar

    encer lebih dari 3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Diare akut

    adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai

    dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan

    darah yang berlangsung kurang dari 14 hari.1

    B. EPIDEMIOLOGI

    Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada

    anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta

    episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5% daripadanya akan

    menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera

    ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.2

    Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain:

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    12/36

    a.

    Faktor lingkungan, yaitu kebersihan lingkungan dan perorangan seperti

    kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun kebersihan air

    yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.

    b.

    Faktor gizi, misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun

    anak telah berusia 4-6 bulan.

    c. Faktor pendidikan, yaitu pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan.

    d. Faktor kependudukan, insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang

    padat dan miskin atau kumuh.

    e. Faktor perilaku orangtua dan masyarakat, misalnya adalah kebiasaan ibu yang

    tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau

    membuang tinja anak.3

    C. ETIOLOGIPenyebab timulnya diare dibagi menjadi dua, yaitu infeksi dan non infeksi utama.

    Timbulnya diare akibat infeksi umumnya adalah golongan virus, bakteri dan

    parasit.

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    13/36

    Disamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada

    anak antara lain:

    Kesulitan makanan Neoplasma

    Neuroblastoma

    Phaeochromocytoma

    GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN PARASIT

    Aeromonas

    Bacillus cereus

    Canpilobacter jejuni

    Clostridium perfringens

    Clostridium defficile

    Eschercia coli

    Plesiomonas shigeloides

    Salmonella

    Shigella

    Staphylococcus aureus

    Vibrio cholera

    Vibrio parahaemolyticus

    Yersinia enterocolitica

    Astrovirus

    Calcivirus (Norovirus,

    Sapovirus)

    Enteric adenovirus

    Corona virus

    Rotavirus

    Norwalk virus

    Herpes simplek virus

    Cytomegalovirus

    Balantidiom coli

    Blastocystis homonis

    Crytosporidium parvum

    Entamoeba histolytica

    Giardia lamblia

    Isospora belli

    Strongyloides stercoralis

    Trichuris trichiura

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    14/36

    Sindroma Zollinger Ellison

    Defek anatomis

    Malrotasi

    Penyakit Hirchsprung

    Short Bowel Syndrome

    Atrofi mikrovilli

    Stricture

    Lain-lain:

    Infeksi non gastrointestinal

    Alergi susu sapi

    Penyakit Crohn

    Defisiensi imun

    Colitis ulserosa

    Ganguan motilitas usus

    Pellagra

    Malabsorbsi

    Defesiensi disakaridase

    Malabsorbsi glukosa dan galaktosa

    Cystic fibrosis

    Cholestosis

    Penyakit celiac

    Keracunan makanan

    logam berat

    Mushrooms

    Endokrinopati

    Thyrotoksikosis

    Penyakit Addison

    Sindroma Androgenital

    D. PATOGENESIS

    a. Virus

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    15/36

    Beberapa jenis virus sepertiRotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus

    halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-

    sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian

    sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan

    usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan

    dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi

    bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.

    b.Bakteri

    Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus

    pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari

    penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar,

    disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini

    terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera 01. Pada

    beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan

    epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau

    menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli enteropatogenik atau

    enteroaggrerasi).

    Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae 01,

    dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel

    epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin

    meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan

    elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang

    sehat setelah 2-4 hari.

    Invasi mukosa. Shigella, C. jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat

    menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa.

    Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin

    diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang

    menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya

    darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    16/36

    kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari

    mukosa.2

    c. Parasit

    Penempelan mukosa. G. lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel

    usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan

    menyebabkan diare.

    Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi

    epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus.

    Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.

    d.Obat-obatan

    Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare.

    Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang

    tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang

    bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga

    memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah

    antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang merubah flora flora tinja

    secara intesif walaupun diberikan secara parental. Antibiotik juga bisa

    menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin, kanamisin, basitrasin,

    polmiksin, dan neomisin.5

    E. PATOFISIOLOGI

    Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

    a. Diare Sekretorik

    Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus

    halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi

    chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah

    sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh

    sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi

    perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin

    bakteri seperti toksinE.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    17/36

    b.Diare Osmotik

    Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit

    diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang

    larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila

    substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan

    beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus

    sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah.

    Hal in meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena

    kehilangan cairan tubuh.2

    Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan

    asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull,

    hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi.4

    F. MANIFESTASI KLINIS

    Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EICE Kolera

    Gejala klinis

    Masa tunas

    Panas

    Mual, muntahNyeri perut

    Nyeri kepala

    Lamanya sakit

    17-72 jam

    +

    dari awaltenesmus

    -

    5-7 hari

    24-48 jam

    ++

    JarangTenesmus,

    kramp

    +

    >7 hari

    6-72 jam

    ++

    SeringTenesmus,

    kolik

    +

    3-7 hari

    6-72 jam

    -

    +-

    -

    2-3 hari

    6-72 jam

    ++

    -Tenesmus,

    kramp

    -

    variasi

    48-72 jam

    -

    SeringKramp

    -

    3 hari

    Sifat tinja

    Volume

    Frekuensi

    Konsistensi

    Sedang

    5-10x/hr

    Cair

    Sedikit

    >10x/hari

    Lembek

    Sedikit

    Sering

    berlendir

    Banyak

    Sering

    Cair

    Sedikit

    Sering

    Lembek

    Banyak

    Sering

    Cair

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    18/36

    Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila

    terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala

    gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasisistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1

    G. DIAGNOSIS

    a. Anamnesis

    1) Riwayat diare sekarang :

    Sudah berapa lama diare berlangsung

    Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah

    tinja

    Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)

    Muntah (frekuensi dan jumlah)

    Demam

    Buang air kecil terakhir

    Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun

    Jumlah cairan yang masuk selama diareTindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)

    Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya.

    Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare

    Kontak dengan orang yang sakit

    Penggunaan antibiotik

    2)

    Riwayat diare sebelumnya: kapan, berapa lama

    mukus

    Darah

    BauWarna

    Leukosit

    Lain-lain

    jarang

    -

    LanguKuning-

    hijau

    -

    anoreksia

    +

    +

    -Merah-

    hijau

    -

    kejang

    +

    Kadang

    BusukKehijauan

    +

    Sepsis +

    +

    -

    -Tidak

    brwarna

    -

    Meteoris

    mus

    +

    +

    -Merah-

    hijau

    -

    Infeksi

    sistemik

    -

    Amis khasSeperti air

    cucian

    beras

    -

    -

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    19/36

    3)

    Riwayat penyakit penyerta saat ini

    4) Riwayat imunisasi: lengkap atau tidak

    5) Riwayat makanan sebelum diare: ASI, susu formula, makan makanan yang

    tidak biasa.5,6

    b. Pemeriksaan fisik

    - Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital

    - Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,

    rasahaus, turgor kulit abdomen menurun

    -

    Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa

    bibir,mulut, dan lidah

    - Berat badan

    -

    Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas

    cepatdan dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo

    atauhipernatremia)

    -

    Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:

    i.

    Skor Maurice King7

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    20/36

    B

    e

    r

    d

    a

    s

    ar

    k

    a

    n

    n

    i

    lai skor dapat ditentukan derajat dehidrasi :

    Nilai 0 -2 : dehidrasi ringan

    Nilai 3 -6 : dehidrasi sedang

    Nilai 7 -12 : dehidrasi berat

    ii. Skor dehidrasi WHO

    Bagian tubuh yang

    diperiksa

    Ni lai un tuk gejala yang di temukan

    0 1 2

    Keadaan umum Sehat Gelisah,

    cengeng,

    apatis,

    mengantuk

    Mengigau,

    koma/syok

    Kekenyalan kulit Normal Sedikit

    kurang

    Sangat kurang

    Mata Normal Sedikit

    cekung

    Sangat cekung

    UUB Normal Sedikit

    cekung

    Sangat cekung

    Mulut Normal Kering Kering &

    sianosis

    Denyut nadi/menit Kuat < 120 Sedang

    (120-140)

    Lemah > 140

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    21/36

    B

    erdas

    arkan

    nilai

    skor

    dapat

    ditent

    ukanderaj

    at

    dehidrasi :

    13 : Dehidrasi berat

    Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi:4

    Dehidrasi isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150

    mEq/L

    dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+150 mEq/L

    1 2 3

    KeadaanUmum

    Baik Lesu/haus Gelisah,lemas,

    ngantuk

    Mata Tidak cekung Agak cekung Sangat cekung

    Mulut Biasa Kering Sangat kering

    Pernapasan 40x / menit

    Turgor Baik Kurang Jelek

    Nadi < 120x / meni t 120- 140x /

    menit

    >140x / menit

    Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik

    Rasa haus - + +

    Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun

    Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    22/36

    c. Pe

    me

    rik

    saa

    n

    Penunjang

    - Pemeriksaaan tinja

    Makroskopis: bau, warna, lendir, darah, konsistensi

    Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit

    Kimia: PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

    Biakan dan uji sensitivitas

    - Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama

    Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar urum dan

    kreatinin darah.

    - Pemeriksaan urin: urin rutin.4

    H. TATALAKSANA

    Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi,

    pemberian zinc, antibiotik dan edukasi pada orang tua. Prinsip penatalaksanaan diare

    yaitu:

    a. Mencegah terjadinya dehidrasi

    Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah

    terjadinyadehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan

    minum lebih banya, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh.Bila tidak

    memberikan cairan yang dianjurkan, berikan air matang.Jangan diberikan

    cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepetisoft drink.

    b. Mengobati dehidrasi

    Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa

    kepetugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan

    Kulit/ selaput

    lender

    Basah Kering Kering sekali

    Gejala SSP Apatis Koma Irritable, apatis,hiperfleksi

    Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik

    Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat, dan keras

    Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah

    Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    23/36

    yang cepatdan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita

    harus segeradiberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum

    dilanjutkan terapi oral.

    c.

    Pemberian ASI / makanan

    Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk

    memberikan gizipada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan

    tumbuh serta mencegahberkurangnya berat badan.

    d. Pemberian Zinc

    Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.

    Lebih dari 90macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai

    kofaktornya, termasuk enzimsuperoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini

    berfungsi untuk metabolisme radikalbebas superoksida sehingga kadar

    radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Padaproses inflamasi, kadar radikal

    bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusakberbagai jenis jaringan

    termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).

    Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat

    seorang anakmenderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti

    zinc yang hilang dalamproses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga

    kesehatannya di bulan-bulanmendatang.

    Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc

    untuk terapidiare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah

    hari lamanyaseorang anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan

    penyakit tersebut, sertamenurunkan kemungkinan anak kembali mengalami

    diare 2-3 bulan berikutnya.Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa

    suplemen Zinc sangat bermanfaat untukmembantu penyembuhan diare. Zinc

    sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupundiarenya sudah sembuh.

    Zinc dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.

    Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :

    - Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg)

    sekali sehariselama sepuluh hari berturut-turut.

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    24/36

    -

    Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali

    sehariselama sepuluh hari berturut-turut.

    - Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau

    ASI dalamsendok teh.

    - Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit

    - Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare

    telah berhentisebelum 10 hari)

    - Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet

    zinc, berikan lagitablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih

    kecil dan berikan beberapa kalihingga satu dosis penuh.

    - Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap

    berikan tablet zinc segera setelah anak dapat minum atau makan

    e.

    Pemberian Probiotik

    Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri

    atau jamur yangtumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan

    manusia, yang bila diberikansesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat

    diharapkan dapat memberikan keuntunganbagi kesehatan dengan cara

    meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumensaluran cerna

    sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteriprobiotik

    melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati phenomena

    tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan

    pengobatandiare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun

    mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan

    oleh karena pemakaianantibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated

    diarrhea ) dan travellerss diarrhea.Terdapat banyak laporan tentang

    penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akutpada anak. Hasil meta

    analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman danefektif dalam

    pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diarekira-kira

    2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke

    duapemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    25/36

    dalampengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus,

    produksi bahananti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien,

    mencegah adhesi pathogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor

    toksin, efektrofik pada mukosa usus danimunno modulasi.

    Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering

    digunakansebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah

    Lactic AcidBacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan

    karbohidrat menjadi asamlaktat, yang berfungsi menurunkan kadar pH

    saluran gastrointestinal, sehinggamenghambat pertumbuhan bakteri patogen.

    Contoh strain golongan LAB adalahLactobacillus dan Bifidobacterium.Sejak

    dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff,

    padaawal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak

    dilakukan untukmenguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk

    komersial yang mengandungprobiotik sebagai suplemen banyak tersedia di

    pasaran. Kemanfaatan probiotikterutama banyak dilihat dari aspek

    pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakitalergi dan infeksi.

    Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang

    palingbanyak dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara

    teoritis, probiotikdapat mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi

    dengan patogen,imunomodulator, meningkatkan sekresi IgA mukosa usus,

    dan mengurangi kejadianintoleransi laktosa.

    Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut.

    Meta-analisisyang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa

    pemberian suplemenLactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih

    cepat dibandingkan placebo (95% CI) dengan level of evidence 1a.

    Efektivitasnya terutama lebih baik pada merekadengan etiologi rotavirus,

    yang merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.

    f. Pemberian Antibiotik

    Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika

    olehkarena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    26/36

    diperlukanpada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella,

    karena penyebabterbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus).

    Kecuali pada bayi berusia dibawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis

    oleh karena bakteri mudahmengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau

    pada anak/bayi yang menunjukkansecara klinis gajala yang berat serta

    berulang atau menunjukkan gejala diare dengandarah dan lendir yang jelas

    atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat danloperamid dapat

    menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterialovergrowth,

    gangguan absorpsi dan sirkulasi. Beberapa antimikroba yang sering dipakai

    antara lain:

    Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau

    Erytromycin 12,5mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari

    Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau

    Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.

    Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada

    kasusberat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5

    mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

    Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

    g. Mengobati masalah lain

    Obat-obatan anti diare dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak

    dengan diare.Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti

    mengenai diare yang berdayaguna, sehingga penggunaan anti diare hanya

    menimbulkan beban biaya.

    h.

    Pemberian nasehat

    Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa

    anaknyakepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau

    menderita sebagaiberikut:

    Buang air besar cair lebih sering

    Muntah berulang-ulang

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    27/36

    Rasa haus yang nyata

    Makan atau minum sedikit Demam

    Tinja berdarah

    Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi

    yang

    sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:9

    1. Pengobatan Diare tanpa dehidrasi

    TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )

    Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk

    mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayr-sayuran dan

    sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita.

    Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    28/36

    dengan kecepatan 20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi,

    apakah membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan membaikdan dehidrasi

    teratasi pengobatan dapat dilanjutkan di rumah dengan memberikan oralit dan

    makanan dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi.

    3. Pengobatan diare dehidrasi berat

    TRP ( Terap Rehidrasi Parenteral )

    Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit

    sampai cairan infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit selama

    pemberian cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apbila anak dapat minum

    dengan baik biasanya dalam 3-4 jam ( untuk bayi ) atau 1-2 jam (untuk anak

    yang lebih besar ). Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat

    dengan dosis 100ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk 150 mmol/L

    memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan

    kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang

    cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi

    oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.

    Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45%

    saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat

    badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8jam. Bila normal

    lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    29/36

    kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-

    5% dekstrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada

    setiap 500 ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian

    diet normal dapat mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap

    BAB, sampai diare berhenti.

    Hiponatremia, Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang

    hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan

    pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10menit dengan monitor detak jantung.1

    Hipokalemia, dikatakan hipokalemia bila K

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    30/36

    sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul

    akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat

    hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.

    Pengobatan: kompres dan/ antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.3

    3. Edema/overhidrasi

    Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala

    yang tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila

    ada edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi

    berat yang diberi larutan garan faali. Pengobatan dengan pemberian cairan

    intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang.

    4. Asidosis metabolic

    Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay basa

    cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang

    ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian

    oralit yang cukup mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki

    asidosis.

    5. Ileus paralitik

    Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil

    sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut

    kembung, muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan

    dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung

    banyak Kalium.

    6. Kejang

    Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah

    dehidrasi terjadi penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan

    elektrolit (terutama hipernatremi), hipoglikemi dan ensefalitis.

    7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa

    Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula

    selama diare dapat menyebabkan:

    Volume tinja bertambah

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    31/36

    berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasimemburuk

    dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak

    8. Malabsorbsi glukosa

    Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi,

    atau penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan,

    berikan cairan intravena.

    9. Muntah

    Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang

    menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan

    infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan

    oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1

    sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic sebaiknya tidak diberikan karena

    sering menyebabkan penurunan kesadaran.

    J. PENCEGAHAN

    Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare

    1.

    Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.

    Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara

    penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:

    o Pemberian ASI yang benar

    o Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI

    o Menggunakan air bersih yang cukup

    o Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis

    buang air besar dan sebelum makan

    o Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota

    keluarga

    o Membuang tinja bayi yang benar

    2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    32/36

    Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh

    anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:

    a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun

    b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam

    jumlah yang cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.

    c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare behrunbungan dengan

    campak, dan diare yang etrjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah

    diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus.

    Diperkirakan imunisasi campak yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11

    bulan dapat mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-

    25% kematian karena diare pada balita.1,3

    d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi

    alamiah, tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan, manifestasi

    diare. Di dunialah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6

    bulan dalam 2-3 kali pemberiian dengan interval 4-6 minggu.1,8,10,11

    K.

    PROGNOSIS

    Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar

    (90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,

    sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian

    kecil (5%) akan menjadi diare persisten.8

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    33/36

    BAB III

    ANALISIS KASUS

    Penderita datang dengan keluhan utama BAB cair. Sejak 2 hari SMRS,

    penderita mengalami BAB cair, frekuensi 10 kali/ hari, banyaknya 2 sendok makan

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    34/36

    /BAB, air> ampas, darah (-), lendir (-), warna kuning kehijauan. Sebelum mengalami

    diare, penderita mengalami muntah, frekuensi 4 kali/ hari, banyaknya 1 sendok

    makan setiap kali muntah, isi muntahan susu, muntah tidak menyemprot, demam (-),

    batuk (-), pilek (-).BAK seperti biasa, Frekuensi 7-8 kali/hari, warna kuning jernih.

    Penderita masih mau minum susu. Lalu penderita dibawa berobat ke IGD RSUD Ibnu

    Sutowo Baturaja.

    Dari hasil anamnesis, didapatkan bahwa penderita; mengalami diare selama 2

    hari, frekuensi 10 kali/ hari, banyaknya 2 sendok makan /BAB, air> ampas, warna

    kuning kehijauan, diare didahuli dengan muntah, frekuensi 4 kali/ hari, banyaknya 1

    sendok makan setiap kali muntah, isi muntahan susu. Sedangkan untuk BAK nya tidak

    ada kelainan. Sehingga dari anamnesis dapat mengarahkan diagnosis diare akut

    dikarenakan penderita mengalami BAB cair dengan frekuensi >3 kali/ hari ( pada

    penderita : 10x/hari) selama 2 hari ( ampas, berwarna kuning kehijauan sehingga penyebab dari diare

    akut mengarah ke rotavirus, namun biasanya pada diare akibat rotavirus di dapatkan

    demam, walaupun pada diare akibat infeksi, terjadi peningkatan suhu yang lebih

    signifikan.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan berat badan penderita 3100 gram dan panjang

    badan 50 cm, sehingga berdasarkan interpretasi menurut WHO, maka status gizi

    penderita (BB/TB = < -3SD ) adalah gizi buruk. Kesadaran kompos mentis, tanda-tanda

    vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan kepala, UUB cekung (-), Mata cekung (-),

    Nafas cuping hidung (-/-), Mukosa bibir basah. Pada pemeriksaan abdomen cubitan

    kulit kembali cepat. Pemeriksaan lainnya, seperti thorax dan ekstremitas juga dalam

    batas normal. Dari hasil pemeriksaan fisik, menurut skor dehidrasi WHO didapatkan

    nilai 4, dengan interpretasi tidak mengalami dehidrasi.

    Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan LED, peningkatan

    neutrofil segmen dan limfosit, namun DDR (-) dan titer widal dalam batas normal,

    sehingga hanya mengarahkan pada suatu kondisi inflamasi yang terjadi pada pasien,

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    35/36

    yang kemungkinan disebabkan oleh bakteri dan lebih condong pada diagnosis

    Tonsilofaringitis.

    Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang,

    maka diagnosis pada pasien ini adalah diare akut ec virus tanpa dehidrasi. Untuk

    pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan feses rutin dan

    pemeriksaan darah (elektrolit dan analisa gas darah).

    Pada pasien ini diberikan tatalaksana berupa edukasi kepada orang tua pasien

    (mengenai cara pemberian oralit, tablet zink, dan pencegahan untuk terjadinya diare

    berulang), teruskan pemberian susu formula, berikan oralit 50 sampai 100 ml setiap

    kali BAB. Pemberian tablet zinc1/2 tablet selama 10 hari. Karena prinsip

    penatalaksanaan dari diare akut adalah rehidrasi, dukung nutrisi, pemberian zinc dan

    edukasi kepada orangtua.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/11/2019 case 2 ramadi 1

    36/36

    1. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-

    Hepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010:87-110

    2. Departemen Kesehatan RI. Buku Ajar Diare: Pendidikan medik pemberantasan

    diare. Jakarta: Ditjen. PPM dan PLP 1999.

    3. Irwanto. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika.

    Jakarta. 2002. h. 7379.

    4.

    Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani W. I., Setiowulan W (ED).. Kapita Selekta

    Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Kedua. Penerbit Media Aesculapius FK UI. Jakarta.

    2000. h.470478.

    5. IDAI. Standar Pelayanan Medis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004.h.49-52.

    6. Soebagyo B. Diare Akut pada Anak. UNS Press. Surakarta. 2008.

    7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI :1985, 283 : 312 Buku Kuliah Ilmu

    Kesehatan Anak, Jilid I, Editor Husein Alatas dan Rusepno Hasan, Bagian Ilmu

    Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    8. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan

    Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.

    9. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit

    Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta:

    WHO Indonesia.2009.

    10. Comitte Infection Disease. Prevention of Rotavirus Diseases: Upadated Guidelines

    for use of Rotavirus Vaccine. Pediatrics 123,1412,2009.

    11. Boom et al. Effectiveness of Pentavalent Rotavirus Vaccine in a large Urban

    population in The United States. Pediatrics:125e,e199,2010.