Caecilia Arita Sri Puji Astuti

20
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI IGD RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA THE CORELATION BETWEEN WORKLOAD AND IMPLEMENTATION OF EMERGENCY NURSING CARE IN THE EMERGENCY ROOM AT PANTI RAPIH HOSPITAL IN YOGYAKARTA Nama : Caecilia Arita Sri Puji Astuti NIM : 03/172474/EIK/00351 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2005

description

skripsi keperawatan

Transcript of Caecilia Arita Sri Puji Astuti

Page 1: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DI IGD RUMAH SAKIT PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

THE CORELATION BETWEEN WORKLOAD AND IMPLEMENTATION

OF EMERGENCY NURSING CARE IN THE EMERGENCY ROOM

AT PANTI RAPIH HOSPITAL

IN YOGYAKARTA

Nama : Caecilia Arita Sri Puji Astuti

NIM : 03/172474/EIK/00351

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2005

Page 2: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

RELATIONSHIP BETWEEN WORKLOAD AND IMPLEMENTATION OF EMERGENCY NURSING CARE IN PANTI RAPIH HOSPITAL

Caecilia Arita Sri Puji Astuti1, Sutono2, Syahirul Alim2

ABSTRACT

Background : The patients average were 14 patient per shift in the 3 years latest. There were 5 nurses on the morning shift, 5 nurses on the evening shift, and 4 nurses on the night shift. The patients who came in the emergency room could not be predicted their number, condition and times. The amount of nurses sometimes was not balance to the situation and condition. So, implementation of nursing care was not fit with has to do. Objective : The aim of this study was to analyze nurses’ workload, implementation of emergency nursing care, and the correlation between workload and implementation of emergency nursing care in the emergency room of Panti Rapih Hospital, Yogyakarta. Method : Correlation with quantitative survey design Result : Nurses’ workload on the morning shift was 250,143 minutes, on the evening shift was 267,143 minutes and on the night shift was 432,286 minutes. Implementation of emergency nursing care was 66,75 (enough). The correlation between workload and implementation of emergency nursing care was r close to 0 and p>0,05 per shift or all in one day. Conclusion : There was not correlation between workload and implementation emergency nursing care in the emergency room of Panti Rapih Hospital, Yogyakarta. Keyword : Workload, implementation of emergency nursing care, emergency nurses

1 Undergraduate Student 2 Lecturer of School of Nursing Faculty of Medicine, Gadjah Mada University

1

Page 3: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DI IGD RS PANTI RAPIH

Caecilia Arita Sri Puji Astuti1, Sutono2, Syahirul Alim2

INTISARI

Latar belakang : Rata-rata pasien per shift dalam 3 tahun terakhir berjumlah 14 pasien. Jumlah perawat IGD yang dinas pagi berjumlah minimal lima perawat, shift siang minimal lima perawat, shift malam harus empat. Pasien yang masuk IGD tidak dapat diperkirakan kondisi, jumlah, dan waktunya. Dengan jumlah perawat yang ada pada suatu shift kadang-kadang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang harus dihadapi pada shift itu pula, sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan kadang-kadang tidak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Tujuan : Untuk mengetahui gambaran beban kerja perawat di IGD RS Panti Rapih Yogyakarta, untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat di IGD RS Panti Rapih Yogyakarta, untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat di IGD RS Panti Rapih. Metode : Korelasional dengan pendekatan survei secara kuantitatif. Hasil : Beban kerja perawat pada shift pagi 250,143 menit, shift siang 267,143 menit, shift malam 432,286 menit. Pelaksanaan asuhan keperawatan sebesar 66,75% (cukup). Hubungan beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada setiap shift maupun secara keseluruhan dalam satu hari mempunyai nilai r mendekati 0 dan nilai P > 0,05. Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat di IGD RS Panti Rapih. Kata kunci : Beban kerja, pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat, perawat IGD.

1 Mahasiswa PSIK FK UGM 2 Dosen PSIK FK UGM

2

Page 4: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DI IGD RUMAH SAKIT PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

LATAR BELAKANG

Banyak sisi-sisi dari hubungan perawat-pasien

yang mengandung keadaan aversive (keadaan yang tidak

mengenakkan). Secara tidak disadari keadaan aversive

dapat mendorong pasien diperlakukan sebagai obyek

semata-mata yang membutuhkan treatment mekanistik.

Petugas kesehatan menjadi robot-robot yang tidak

berperasaan. Keadaan yang sama sering kali terjadi di

Unit Gawat Darurat (UGD). Penanganan kasus-kasus di UGD

sifatnya intense dan frekuensinya amat tinggi sehingga

mudah menyebabkan kelelahan baik fisik maupun mental.1

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta berusaha agar

perawat yang bekerja di RS Panti Rapih mampu memberikan

asuhan keperawatan secara profesional kepada klien.

Dari studi pendahuluan juga didapatkan data

jumlah pasien yang masuk IGD RS Panti Rapih pada tahun

2001 adalah 15.805, tahun 2002 adalah 15.099, tahun

2003 adalah 15.865. Dengan demikian didapatkan rata-

rata pasien per hari per shift dalam 3 tahun terakhir

3

Page 5: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

berjumlah 14 pasien. Dalam 3 tahun terakhir itu pula

didapatkan data jumlah pasien tertinggi yang masuk di

IGD berada pada shift siang/sore pada pukul 17-20 WIB.

Data jumlah perawat yang dinas di IGD berjumlah 23

perawat, yang terdiri dari 19 karyawan tetap, 1

karyawan kontrak, dan 3 peserta magang. Pembagian

jadual dinas diatur oleh kepala ruang dengan pembagian

sebagai berikut : pada shift pagi perawat yang dinas

minimal 5, pada shift siang minimal 5, pada shift malam

harus 4. Pembagian ini juga memperhatikan tingkat

senioritas (senior, medior, yunior, pra yunior).

Sedangkan menurut hasil penghitungan rumus kebutuhan

jumlah tenaga perawat IGD dari Dep.Kes.RI (2002),

kebutuhan jumlah perawat di IGD RS. Panti Rapih adalah

29,5 perawat.

Menurut penjelasan wakil kepala ruang dan beberapa

perawat yang bertugas di IGD RS. Panti Rapih, pasien

yang masuk ke IGD tidak dapat diperkirakan kondisi,

jumlah, dan waktunya. Dengan jumlah tenaga perawat yang

ada pada suatu shift kadang-kadang tidak sesuai dengan

situasi dan kondisi yang harus dihadapi pada shift itu

pula, sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan yang

diberikan kadang-kadang tidak sesuai dengan yang

seharusnya dilakukan.

4

Page 6: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui gambaran beban kerja perawat di IGD

RS Panti Rapih Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan

keperawatan gawat darurat di IGD RS Panti Rapih

Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan

pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat di IGD

RS Panti Rapih Yogyakarta.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan rancangan korelasional

dengan pendekatan survey secara kuantitatif.

Pengambilan sampel untuk perawat dilakukan secara total

sampling dengan kriteria inklusi. Pengambilan sampel

untuk dokumentasi asuhan keperawatan menggunakan teknik

purposive sampling.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

variabel bebas yaitu beban kerja perawat dan variabel

terikat yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan gawat

darurat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah instrumen karakteristik perawat, formulir

kegiatan perawat,2 instrumen tingkat kegawatan pasien,3

instrumen studi dokumentasi penerapan asuhan

keperawatan (instrumen A),4 dan instrumen observasi

5

Page 7: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

pelaksanaan tindakan keperawatan di rumah sakit

(instrumen C)4. Data karakteristik perawat dihitung

frekuensi dan prosentase dari masing-masing

karakteristik.

Analisis data yang dilakukan adalah :

1. Data karakteristik perawat dihitung frekuensi dan

prosentasenya.

2. Data kategori pasien dihitung frekuensi dan

prosentase dari masing-masing kategori setiap

shift.

3. Data kegiatan perawat setelah diolah, lalu dihitung

waktu masing-masing kegiatan.

4. Data studi dokumentasi asuhan keperawatan dihitung

prosentase masing-masing tahapan asuhan

keperawatan. Selain itu juga dihitung jumlah

prosentase status kesehatan pasien yang dilakukan

pencatatan asuhan keperawatan.

5. Data pelaksanaan tindakan gawat darurat dihitung

prosentase pada setiap shift. Selain itu juga

dicari prosentase rata-rata untuk mengetahui

pelaksanaan tindakan secara keseluruhan.

6. Data hasil prosentase studi dokumentasi asuhan

keperawatan dan pelaksanaan tindakan gawat darurat

dijumlahkan kemudian dirata-rata. Hasil prosentase

6

Page 8: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

yang didapatkan kemudian ditafsirkan hasilnya

dengan menggunakan ketentuan Arikunto.5

7. Data hubungan beban kerja dengan pelaksanaan asuhan

keperawatan di IGD RS Panti Rapih didapatkan dengan

menggunakan analisis product moment. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Perawat

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Perawat di IGD RS. Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004 Karakteristik Frekuensi Prosentase

1. Jenis kelamin Laki-laki 3 15 Perempuan 17 85

2. Umur 21-25 5 25 26-30 9 45 31-35 4 20 36-40 1 5 >41 1 5

3. Pendidikan terakhir SI Keperawatan 0 0 D III Keperawatan 16 80 SPK 4 20

4. Keikutsertaan diklat PPGD Sudah pernah mengikuti 13 65 Belum pernah mengikuti 7 35

5. Lama bekerja <1 3 15 1-2 1 5 2-3 0 0 3-4 1 5 >4 15 75

6. Status kepegawaian Karyawan tetap 16 80 Karyawan kontrak 1 5 Peserta magang 3 15

Sumber : Data Sekunder

7

Page 9: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

Mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan.

Perempuan dianggap sebagai komunikator yang lebih

baik, mereka lebih banyak tersenyum, memandang lebih

langsung pada orang lain, duduk atau berdiri lebih

dekat dengan orang lain, dan membaca tanda-tanda non

verbal seperti ekpresi wajah, gerakan tubuh, dan

perubahan suara yang lebih akurat.6 Hal ini dapat

berpengaruh lamanya waktu yang digunakan perawat

dalam melakukan kegiatan langsung dan tidak

langsung. Karakteristik perawat IGD RS Panti Rapih

adalah mayoritas berusia 26-30 tahun. Pada tahapan

usia ini, seorang perawat akan cenderung lebih aktif

dalam membangun karirnya, yaitu dengan mengejar

pengetahuan, keterampilan, dan bergerak ke arah

kemajuan.

Pendidikan perawat IGD RS Panti Rapih 80%

menempuh pendidikan tinggi DIII keperawatan. Hal ini

telah sesuai dengan Munas PPNI yang menyatakan bahwa

perawat profesional adalah tenaga keperawatan yang

berasal jenjang pendidikan tinggi keperawatan.

Sebagian besar perawat IGD RS. Panti Rapih yaitu 65%

sudah mengikuti PPGD.

Perawat yang berstatus karyawan kontrak sebesar

5% dan peserta yang magang sebesar 15%. Perawat

8

Page 10: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

menginginkan penghargaan ekonomi dengan nilai-nilai

yang sama dengan pegawai lain terdapat penampilan

kerja dengan tingkat kesulitan yang sama.

Penghargaan ekonomi dapat berupa gaji, kenaikan

tingkat, kekuasaan, dan status. Gaji merupakan

bagian dari dimensi sosial atau psikologis perawat.2

2. Beban Kerja Perawat

Tabel 2 Deskripsi Beban Kerja Perawat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004

Beban Kerja Shift Jaga

Jumlah Perawat Minimum Maksimum Rata-

rata Standar Deviasi

Pagi Sore Malam

7 6 4

181 203 377

323 315 466

250,143 267,143 432,286

54,75 41,84 31,79

Sumber : Data Primer

Nilai mean untuk variabel beban kerja shift

pagi, sore, dan malam yang tertinggi adalah shift

malam (432,286 menit) artinya rata-rata perawat

banyak melakukan kegiatan langsung dan tidak

langsung terhadap pasien atau beban kerja perawat

lebih besar pada shift malam. shift malam mempunyai

beban kerja yang lebih berat dibanding shift pagi

dan sore. Hal ini dapat terjadi karena jumlah jam

kegiatan langsung dan tidak langsung pada shift

malam lebih tinggi daripada shift pagi dan sore.

Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja

diantaranya tindakan keperawatan langsung dan tidak

9

Page 11: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

langsung yang dibutuhkan oleh masing-masing tindakan

perawatan langsung dan tidak langsung yang

dibutuhkan oleh masing-masing pasien, rata-rata

waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan masing-

masing tindakan.7 Pada shift malam jumlah perawat

yang bertugas lebih sedikit dibanding dengan

perawat yang dinas pagi dan sore. Beban kerja

perawat dipengaruhi oleh distribusi perawat pada

setiap shift dan kondisi pasien yang berubah-ubah.8

Selain itu lama jam kerja pada shift malam juga

lebih panjang daripada shift pagi dan sore. Lamanya

jam kerja pada shift malam adalah sepuluh jam, jam

kerja pada shift pagi dan sore tujuh jam.

Tabel 3 Deskripsi Tindakan Langsung Dan Tidak Langsung Pada Setiap Shift Di Ruang IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004

Beban kerja (dalam menit) No Variabel beban kerja setiap shift Minimal Maksimal Mean SD

1 Shift pagi: a. Langsung b. Tidak langsung

48 54

131 207

96,429

153,714

33,4948,15

2 Shift siang: a. Langsung b. Tidak langsung

88 68

240 162

152,857 114,286

52,3736,37

3 Shift malam: a. Langsung b. Tidak langsung

152 136

317 272

228,857 203,429

57,0743,07

Sumber : Data Primer

Nilai mean untuk tindakan langsung keperawatan

yang tertinggi pada shift malam (228,857) sedangkan

10

Page 12: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

mean tindakan tidak langsung tertinggi terdapat pada

shift malam juga (203,429).

Tabel 4 Deskripsi Kategori Pasien Gawat Darurat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004

Kategori pasien per shift Frekuensi Prosentase I 3 3,2 II 15 16 III 76 80,8

Pagi IV 0 0 I 1 0,9 II 12 10,5 III 101 88,6

Sore IV 0 0 I 5 6,4 II 17 21,8 III 56 71,8

Malam IV 0 0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas, pada setiap shift

pasien yang masuk IGD dengan kategori III merupakan

pasien dengan jumlah terbanyak.

3. Pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat

a. Studi dokumentasi asuhan keperawatan gawat darurat

Tabel 5 Deskripsi Hasil Studi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Gawat Darurat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004

Status Pasien yang dilakukan dokumentasi asuhan keperawatan

Shift Jumlah pasien opname

Jumlah Prosentase

Pelaksanaan Studi Asuhan

KeperawatanPagi 28 8 28.6 51 Sore 24 9 37.5 56,4 Malam 34 6 17.6 53,35

Sumber : Data Primer

Pada shift pagi, jumlah pasien yang opname

adalah 28 pasien. Dari 28 pasien tersebut,

11

Page 13: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

perawat hanya melakukan dokumentasi asuhan

keperawatan pada 8 status pasien (28,6%). Nilai

dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan

adalah 51%. Pada shift sore, jumlah pasien yang

opname adalah 24 pasien. Dari 24 pasien tersebut,

perawat hanya melakukan dokumentasi asuhan

keperawatan pada 9 status pasien (37,5%). Nilai

dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan

adalah 56,4%. Pada shift malam, jumlah pasien

yang opname adalah 34 pasien. Dari 34 pasien

tersebut, perawat hanya melakukan dokumentasi

asuhan keperawatan pada 6 status pasien (17,6%).

Nilai dokumentasi asuhan keperawatan yang

dilakukan adalah 53,35%.

Tabel 6 Deskrisi Pelaksanaan Dokumentasi Pada Setiap Tahapan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004

Pelaksanaan Dokumentasi Pada Setiap Tahapan Asuhan Keperawatan

Hasil (%)

Pengkajian 81,5 Diagnosa 62,3 Perencanaan 59,4 Tindakan 47,8 Evaluasi 0 Pencatatan Asuhan keperawatan 71,3 Pencapaian Rata-rata 53,7 Sumber : Data Primer

Nilai rata-rata penerapan asuhan keperawatan

di IGD RS Panti Rapih yang diperoleh dari

12

Page 14: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

penjumlahan penilaian pada dokumentasi pada setiap

tahapan adalah 53,7%. Hal ini didukung bahwa masih

ada 20% perawat IGD RS. Panti Rapih yang

berpendidikan SPK. Pendidikan yang tinggi

berhubungan dengan profesionalisme, artinya

pendidikan dengan lebih tinggi akan menghasilkan

dokumentasi yang baik pula.9 Selain itu di RS

Panti Rapih juga belum ada standar asuhan

keperawatan gawat darurat termasuk standar

dokumentasi keperawatan. Dokumentasi mempunyai

tujuan utama yaitu mengidentifikasi status

kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan

klien, merencanakan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan mengevaluasi tindakan. Selain itu

dokumentasi juga untuk keperluan penelitian,

keuangan, hukum, dan etika. Dokumentasi

keperawatan mempunyai makna penting bila dilihat

dari aspek hukum, komunikasi, keuangan,

penelitian, jaminan mutu, pendidikan, dan

akreditasi.10

Faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan

pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi

Gawat Darurat (IRD) yaitu unsur masukan sarana dan

dana. Sedangkan faktor-faktor yang cukup

13

Page 15: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

berpengaruh terhadap pelaksanaan pendokumentasian

asuhan keperawatan di IRD yaitu motivasi,

lama/waktu pelaksanaan, pelatihan, kepentingan/

kegunaan, pendidikan, unsur masukan tenaga,

lingkungan: manajemen, organisasi, kebijakan.11

b. Pelaksanaan tindakan keperawatan gawat darurat

Tabel 7 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Gawat Darurat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004

Shift Rata-rata jumlah tindakan gawat

darurat

Pelaksanaan tindakan gawat darurat (%)

Pagi 10 79,3 Sore 10 79,9 Malam 13 78,9

Sumber : Data Primer

Pelaksanaan tindakan gawat darurat di IGD RS.

Panti Rapih pada shift pagi menghasilkan nilai

tindakan gawat darurat 79,3%, pada shift sore

79,9%, pada shift malam 78,9%. Asuhan keperawatan

kritis membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan

situasi kritis dengan kecepatan dan ketepatan yang

tidak selalu dibutuhkan pada situasi keperawatan

lain. Hal ini membutuhkan keahlian dalam penyatuan

informasi, membuat keputusan, dan membuat

prioritas, karena saat penyakit menyerang sistem

tubuh, sistem yang lain terlibat dalan upaya untuk

mengatasi adanya ketidakseimbangan. Esensi asuhan

keperawatan kritis tidak berdasarkan pada

14

Page 16: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

lingkungan yang khusus atau alat-alat khusus

tetapi dalam proses pengambilan keputusan yang

didasarkan pada pemahaman yang sungguh-sungguh

tentang fisiologi dan psikologi.12

Dari hasil penilaian secara keseluruhan diperoleh

bahwa penerapan asuhan keperawatan di IGD RS. Panti

Rapih sebesar 66,75(cukup).

4. Hubungan Beban Kerja dengan Pelaksanaan Asuhan

Keperawatan Gawat Darurat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan

beban kerja perawat dengan pelaksanaan asuhan

keperawatan gawat darurat menggunakan uji korelasi

parametrik product moment,5 dengan taraf

sifnifikansi 0,05.

Hasil analisis disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 8 Hubungan Beban Kerja dengan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004

Variabel r p Beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada shift pagi

0,138 0,767

Beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada shift sore

0,212 0,649

Beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada shift malam

0,455 0,305

Beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat secara keseluruhan dalam satu hari

0,294 0,195

Sumber : Data Primer

15

Page 17: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hubungan

antara beban kerja dengan pelaksanaan asuhan

keperawatan gawat darurat pada setiap shift maupun

secara keseluruhan dalam satu hari mempunyai nilai r

mendekati 0 sehingga hubungan antara kedua variabel

tersebut lemah dan karena nilai p > 0,05 maka

hubungan keduanya tidak bermakna. Variabel beban

kerja tidak cukup kuat untuk mempengaruhi terjadinya

kenaikan/penurunan pelaksanaan asuhan keperawatan

gawat darurat. Hal ini dikarenakan hal-hal yang

mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan tidak

hanya beban kerja perawat saja. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu

unsur masukan tenaga dan sarana, motivasi intrinsik

dan ektrinsik, unsur lingkungan:sensus klien, beban

kasus, geografis, standar asuhan keperawatan,

protap.13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitin ini adalah beban kerja

pada shift malam lebih tinggi daripada shift pagi dan

siang, pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat

cukup, dan tidak ada hubungan antara beban kerja dengan

pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat di IGD RS

Panti Rapih.

Adapun saran yang bisa penulis sampaikan bagi

institusi RS adalah perlu ditinjau ulang uraian tugas

16

Page 18: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

perawat IGD, perlu adanya pelatihan kembali

pendokumentasian dan pelaksanaan tindakan kepearwatan,

perlu pemantauan khusus pelaksanaan asuhan keperawatan,

perlu dipertimbangkan pembuatan SAP, perlu

dipertimbangkan penambahan jumlah tenaga perawat pada

shift malam. Bagi perawat adalah sebaiknya menganalisis

kondisi dan situasi rumah sakit yang dihadapi,

menyadari arti pentingnya dokumentasi keperawatan,

mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan tindakan

kepearwatan. Bagi peneliti lain adalah peenlitian ini

dapat dijadikan bahan dasar penelitian selanjutnya

memperhatikan faktor-faktor karakteristik perawat

terhadap hubungan beban kerja dengan pelaksanaan asuhan

keperawatan gawat darurat

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan antara lain

kepada:

1. Ibu dr. Sunartini, Sp. A(K). Ph.D selaku Ketua

Program studi Ilmu Keperawatan FK UGM Yogyakarta.

2. Bapak Sutono, S.Kp. selaku Pembimbing I, terima

kasih atas bimbingannya

3. Bapak Syahirul Alim, S.Kp. selaku Pembimbing II,

terima kasih atas bimbingannya

4. Ibu Sri Setiyarini, S.Kp. selaku Penguji, terima

kasih atas saran dan masukan yang bermanfaat.

17

Page 19: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

5. Bapak Dr. St. Arif Haliman, MPH terima kasih atas

ijin untuk penelitian di IGD RS Panti Rapih.

6. Ibu Yustina, AMK dan rekan-rekan perawat di IGD RS

Panti Rapih yang telah membantu penulis

7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu

penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA 1. Wimbarti, S., Kecerdasan Emosi Untuk Eksekutif Dalam

Manajemen Pelayanan Kesehatan, Program Pasca Sarjana UGM, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Magister Manajemen Pelayanan Kesehatan UGM, Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan, Yogyakarta.

2. Swanburg, R.C., 1996, Management and Leadership and Management Concepts and Practice, FA. Davis Company, Philadelphia.

3. _______, 1999, Materi Seri Pelatihan PPGD Sistem Pelayanan Gawat Darurat dan Kebijakan Nasional, Edisi I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

4. _______, 1995, Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit, cetakan pertama, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, Jakerta.

5. Arikunto, S., 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta, Jakarta.

6. Ellis, R. B., Gates, R. J., Kenworthy, N., 2000, Komunikasi Interpresonal Dalam Keperawatan: Teori dan Praktek, RGC, Jakarta.

7. Gillies,D.A., 1994, Nursing Management A System Approach, Third Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

8. Person, M.K.,Scoltrito, S., Vondle, D.P., 1990. Program To Manage Nurse Staffing Cost Nursing Management.

9. Tappen, R.M., 1995, Nursing Leadership and Management Concept and Practice, FA Davis Company, Philadelphia

10. Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek, Penerbit Salemba Medika, Jakarta

18

Page 20: Caecilia Arita Sri Puji Astuti

11. Fikri, 2001, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr. Sardjito, Skripsi, UGM Yogyakarta.

12. Hudak & Gallo, 1997, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Vol I Edisi VI, EGC, Jakarta.

13. Nancy Roper, 1996, Prinsip-Prinsip Keperawatan, Penerjemah Hartono, Yayasan Essentika Medika, Yogyakarta.

19