Caecilia Arita Sri Puji Astuti
-
Upload
hanifa-bi-barito -
Category
Documents
-
view
23 -
download
10
description
Transcript of Caecilia Arita Sri Puji Astuti
![Page 1: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/1.jpg)
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DI IGD RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
THE CORELATION BETWEEN WORKLOAD AND IMPLEMENTATION
OF EMERGENCY NURSING CARE IN THE EMERGENCY ROOM
AT PANTI RAPIH HOSPITAL
IN YOGYAKARTA
Nama : Caecilia Arita Sri Puji Astuti
NIM : 03/172474/EIK/00351
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005
![Page 2: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/2.jpg)
RELATIONSHIP BETWEEN WORKLOAD AND IMPLEMENTATION OF EMERGENCY NURSING CARE IN PANTI RAPIH HOSPITAL
Caecilia Arita Sri Puji Astuti1, Sutono2, Syahirul Alim2
ABSTRACT
Background : The patients average were 14 patient per shift in the 3 years latest. There were 5 nurses on the morning shift, 5 nurses on the evening shift, and 4 nurses on the night shift. The patients who came in the emergency room could not be predicted their number, condition and times. The amount of nurses sometimes was not balance to the situation and condition. So, implementation of nursing care was not fit with has to do. Objective : The aim of this study was to analyze nurses’ workload, implementation of emergency nursing care, and the correlation between workload and implementation of emergency nursing care in the emergency room of Panti Rapih Hospital, Yogyakarta. Method : Correlation with quantitative survey design Result : Nurses’ workload on the morning shift was 250,143 minutes, on the evening shift was 267,143 minutes and on the night shift was 432,286 minutes. Implementation of emergency nursing care was 66,75 (enough). The correlation between workload and implementation of emergency nursing care was r close to 0 and p>0,05 per shift or all in one day. Conclusion : There was not correlation between workload and implementation emergency nursing care in the emergency room of Panti Rapih Hospital, Yogyakarta. Keyword : Workload, implementation of emergency nursing care, emergency nurses
1 Undergraduate Student 2 Lecturer of School of Nursing Faculty of Medicine, Gadjah Mada University
1
![Page 3: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/3.jpg)
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DI IGD RS PANTI RAPIH
Caecilia Arita Sri Puji Astuti1, Sutono2, Syahirul Alim2
INTISARI
Latar belakang : Rata-rata pasien per shift dalam 3 tahun terakhir berjumlah 14 pasien. Jumlah perawat IGD yang dinas pagi berjumlah minimal lima perawat, shift siang minimal lima perawat, shift malam harus empat. Pasien yang masuk IGD tidak dapat diperkirakan kondisi, jumlah, dan waktunya. Dengan jumlah perawat yang ada pada suatu shift kadang-kadang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang harus dihadapi pada shift itu pula, sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan kadang-kadang tidak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Tujuan : Untuk mengetahui gambaran beban kerja perawat di IGD RS Panti Rapih Yogyakarta, untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat di IGD RS Panti Rapih Yogyakarta, untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat di IGD RS Panti Rapih. Metode : Korelasional dengan pendekatan survei secara kuantitatif. Hasil : Beban kerja perawat pada shift pagi 250,143 menit, shift siang 267,143 menit, shift malam 432,286 menit. Pelaksanaan asuhan keperawatan sebesar 66,75% (cukup). Hubungan beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada setiap shift maupun secara keseluruhan dalam satu hari mempunyai nilai r mendekati 0 dan nilai P > 0,05. Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat di IGD RS Panti Rapih. Kata kunci : Beban kerja, pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat, perawat IGD.
1 Mahasiswa PSIK FK UGM 2 Dosen PSIK FK UGM
2
![Page 4: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/4.jpg)
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DI IGD RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
LATAR BELAKANG
Banyak sisi-sisi dari hubungan perawat-pasien
yang mengandung keadaan aversive (keadaan yang tidak
mengenakkan). Secara tidak disadari keadaan aversive
dapat mendorong pasien diperlakukan sebagai obyek
semata-mata yang membutuhkan treatment mekanistik.
Petugas kesehatan menjadi robot-robot yang tidak
berperasaan. Keadaan yang sama sering kali terjadi di
Unit Gawat Darurat (UGD). Penanganan kasus-kasus di UGD
sifatnya intense dan frekuensinya amat tinggi sehingga
mudah menyebabkan kelelahan baik fisik maupun mental.1
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta berusaha agar
perawat yang bekerja di RS Panti Rapih mampu memberikan
asuhan keperawatan secara profesional kepada klien.
Dari studi pendahuluan juga didapatkan data
jumlah pasien yang masuk IGD RS Panti Rapih pada tahun
2001 adalah 15.805, tahun 2002 adalah 15.099, tahun
2003 adalah 15.865. Dengan demikian didapatkan rata-
rata pasien per hari per shift dalam 3 tahun terakhir
3
![Page 5: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/5.jpg)
berjumlah 14 pasien. Dalam 3 tahun terakhir itu pula
didapatkan data jumlah pasien tertinggi yang masuk di
IGD berada pada shift siang/sore pada pukul 17-20 WIB.
Data jumlah perawat yang dinas di IGD berjumlah 23
perawat, yang terdiri dari 19 karyawan tetap, 1
karyawan kontrak, dan 3 peserta magang. Pembagian
jadual dinas diatur oleh kepala ruang dengan pembagian
sebagai berikut : pada shift pagi perawat yang dinas
minimal 5, pada shift siang minimal 5, pada shift malam
harus 4. Pembagian ini juga memperhatikan tingkat
senioritas (senior, medior, yunior, pra yunior).
Sedangkan menurut hasil penghitungan rumus kebutuhan
jumlah tenaga perawat IGD dari Dep.Kes.RI (2002),
kebutuhan jumlah perawat di IGD RS. Panti Rapih adalah
29,5 perawat.
Menurut penjelasan wakil kepala ruang dan beberapa
perawat yang bertugas di IGD RS. Panti Rapih, pasien
yang masuk ke IGD tidak dapat diperkirakan kondisi,
jumlah, dan waktunya. Dengan jumlah tenaga perawat yang
ada pada suatu shift kadang-kadang tidak sesuai dengan
situasi dan kondisi yang harus dihadapi pada shift itu
pula, sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
seharusnya dilakukan.
4
![Page 6: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/6.jpg)
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui gambaran beban kerja perawat di IGD
RS Panti Rapih Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan gawat darurat di IGD RS Panti Rapih
Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat di IGD
RS Panti Rapih Yogyakarta.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan rancangan korelasional
dengan pendekatan survey secara kuantitatif.
Pengambilan sampel untuk perawat dilakukan secara total
sampling dengan kriteria inklusi. Pengambilan sampel
untuk dokumentasi asuhan keperawatan menggunakan teknik
purposive sampling.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
variabel bebas yaitu beban kerja perawat dan variabel
terikat yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan gawat
darurat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah instrumen karakteristik perawat, formulir
kegiatan perawat,2 instrumen tingkat kegawatan pasien,3
instrumen studi dokumentasi penerapan asuhan
keperawatan (instrumen A),4 dan instrumen observasi
5
![Page 7: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/7.jpg)
pelaksanaan tindakan keperawatan di rumah sakit
(instrumen C)4. Data karakteristik perawat dihitung
frekuensi dan prosentase dari masing-masing
karakteristik.
Analisis data yang dilakukan adalah :
1. Data karakteristik perawat dihitung frekuensi dan
prosentasenya.
2. Data kategori pasien dihitung frekuensi dan
prosentase dari masing-masing kategori setiap
shift.
3. Data kegiatan perawat setelah diolah, lalu dihitung
waktu masing-masing kegiatan.
4. Data studi dokumentasi asuhan keperawatan dihitung
prosentase masing-masing tahapan asuhan
keperawatan. Selain itu juga dihitung jumlah
prosentase status kesehatan pasien yang dilakukan
pencatatan asuhan keperawatan.
5. Data pelaksanaan tindakan gawat darurat dihitung
prosentase pada setiap shift. Selain itu juga
dicari prosentase rata-rata untuk mengetahui
pelaksanaan tindakan secara keseluruhan.
6. Data hasil prosentase studi dokumentasi asuhan
keperawatan dan pelaksanaan tindakan gawat darurat
dijumlahkan kemudian dirata-rata. Hasil prosentase
6
![Page 8: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/8.jpg)
yang didapatkan kemudian ditafsirkan hasilnya
dengan menggunakan ketentuan Arikunto.5
7. Data hubungan beban kerja dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan di IGD RS Panti Rapih didapatkan dengan
menggunakan analisis product moment. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Perawat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Perawat di IGD RS. Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004 Karakteristik Frekuensi Prosentase
1. Jenis kelamin Laki-laki 3 15 Perempuan 17 85
2. Umur 21-25 5 25 26-30 9 45 31-35 4 20 36-40 1 5 >41 1 5
3. Pendidikan terakhir SI Keperawatan 0 0 D III Keperawatan 16 80 SPK 4 20
4. Keikutsertaan diklat PPGD Sudah pernah mengikuti 13 65 Belum pernah mengikuti 7 35
5. Lama bekerja <1 3 15 1-2 1 5 2-3 0 0 3-4 1 5 >4 15 75
6. Status kepegawaian Karyawan tetap 16 80 Karyawan kontrak 1 5 Peserta magang 3 15
Sumber : Data Sekunder
7
![Page 9: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/9.jpg)
Mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan.
Perempuan dianggap sebagai komunikator yang lebih
baik, mereka lebih banyak tersenyum, memandang lebih
langsung pada orang lain, duduk atau berdiri lebih
dekat dengan orang lain, dan membaca tanda-tanda non
verbal seperti ekpresi wajah, gerakan tubuh, dan
perubahan suara yang lebih akurat.6 Hal ini dapat
berpengaruh lamanya waktu yang digunakan perawat
dalam melakukan kegiatan langsung dan tidak
langsung. Karakteristik perawat IGD RS Panti Rapih
adalah mayoritas berusia 26-30 tahun. Pada tahapan
usia ini, seorang perawat akan cenderung lebih aktif
dalam membangun karirnya, yaitu dengan mengejar
pengetahuan, keterampilan, dan bergerak ke arah
kemajuan.
Pendidikan perawat IGD RS Panti Rapih 80%
menempuh pendidikan tinggi DIII keperawatan. Hal ini
telah sesuai dengan Munas PPNI yang menyatakan bahwa
perawat profesional adalah tenaga keperawatan yang
berasal jenjang pendidikan tinggi keperawatan.
Sebagian besar perawat IGD RS. Panti Rapih yaitu 65%
sudah mengikuti PPGD.
Perawat yang berstatus karyawan kontrak sebesar
5% dan peserta yang magang sebesar 15%. Perawat
8
![Page 10: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/10.jpg)
menginginkan penghargaan ekonomi dengan nilai-nilai
yang sama dengan pegawai lain terdapat penampilan
kerja dengan tingkat kesulitan yang sama.
Penghargaan ekonomi dapat berupa gaji, kenaikan
tingkat, kekuasaan, dan status. Gaji merupakan
bagian dari dimensi sosial atau psikologis perawat.2
2. Beban Kerja Perawat
Tabel 2 Deskripsi Beban Kerja Perawat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004
Beban Kerja Shift Jaga
Jumlah Perawat Minimum Maksimum Rata-
rata Standar Deviasi
Pagi Sore Malam
7 6 4
181 203 377
323 315 466
250,143 267,143 432,286
54,75 41,84 31,79
Sumber : Data Primer
Nilai mean untuk variabel beban kerja shift
pagi, sore, dan malam yang tertinggi adalah shift
malam (432,286 menit) artinya rata-rata perawat
banyak melakukan kegiatan langsung dan tidak
langsung terhadap pasien atau beban kerja perawat
lebih besar pada shift malam. shift malam mempunyai
beban kerja yang lebih berat dibanding shift pagi
dan sore. Hal ini dapat terjadi karena jumlah jam
kegiatan langsung dan tidak langsung pada shift
malam lebih tinggi daripada shift pagi dan sore.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja
diantaranya tindakan keperawatan langsung dan tidak
9
![Page 11: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/11.jpg)
langsung yang dibutuhkan oleh masing-masing tindakan
perawatan langsung dan tidak langsung yang
dibutuhkan oleh masing-masing pasien, rata-rata
waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan masing-
masing tindakan.7 Pada shift malam jumlah perawat
yang bertugas lebih sedikit dibanding dengan
perawat yang dinas pagi dan sore. Beban kerja
perawat dipengaruhi oleh distribusi perawat pada
setiap shift dan kondisi pasien yang berubah-ubah.8
Selain itu lama jam kerja pada shift malam juga
lebih panjang daripada shift pagi dan sore. Lamanya
jam kerja pada shift malam adalah sepuluh jam, jam
kerja pada shift pagi dan sore tujuh jam.
Tabel 3 Deskripsi Tindakan Langsung Dan Tidak Langsung Pada Setiap Shift Di Ruang IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004
Beban kerja (dalam menit) No Variabel beban kerja setiap shift Minimal Maksimal Mean SD
1 Shift pagi: a. Langsung b. Tidak langsung
48 54
131 207
96,429
153,714
33,4948,15
2 Shift siang: a. Langsung b. Tidak langsung
88 68
240 162
152,857 114,286
52,3736,37
3 Shift malam: a. Langsung b. Tidak langsung
152 136
317 272
228,857 203,429
57,0743,07
Sumber : Data Primer
Nilai mean untuk tindakan langsung keperawatan
yang tertinggi pada shift malam (228,857) sedangkan
10
![Page 12: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/12.jpg)
mean tindakan tidak langsung tertinggi terdapat pada
shift malam juga (203,429).
Tabel 4 Deskripsi Kategori Pasien Gawat Darurat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004
Kategori pasien per shift Frekuensi Prosentase I 3 3,2 II 15 16 III 76 80,8
Pagi IV 0 0 I 1 0,9 II 12 10,5 III 101 88,6
Sore IV 0 0 I 5 6,4 II 17 21,8 III 56 71,8
Malam IV 0 0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, pada setiap shift
pasien yang masuk IGD dengan kategori III merupakan
pasien dengan jumlah terbanyak.
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat
a. Studi dokumentasi asuhan keperawatan gawat darurat
Tabel 5 Deskripsi Hasil Studi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Gawat Darurat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004
Status Pasien yang dilakukan dokumentasi asuhan keperawatan
Shift Jumlah pasien opname
Jumlah Prosentase
Pelaksanaan Studi Asuhan
KeperawatanPagi 28 8 28.6 51 Sore 24 9 37.5 56,4 Malam 34 6 17.6 53,35
Sumber : Data Primer
Pada shift pagi, jumlah pasien yang opname
adalah 28 pasien. Dari 28 pasien tersebut,
11
![Page 13: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/13.jpg)
perawat hanya melakukan dokumentasi asuhan
keperawatan pada 8 status pasien (28,6%). Nilai
dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan
adalah 51%. Pada shift sore, jumlah pasien yang
opname adalah 24 pasien. Dari 24 pasien tersebut,
perawat hanya melakukan dokumentasi asuhan
keperawatan pada 9 status pasien (37,5%). Nilai
dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan
adalah 56,4%. Pada shift malam, jumlah pasien
yang opname adalah 34 pasien. Dari 34 pasien
tersebut, perawat hanya melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan pada 6 status pasien (17,6%).
Nilai dokumentasi asuhan keperawatan yang
dilakukan adalah 53,35%.
Tabel 6 Deskrisi Pelaksanaan Dokumentasi Pada Setiap Tahapan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004
Pelaksanaan Dokumentasi Pada Setiap Tahapan Asuhan Keperawatan
Hasil (%)
Pengkajian 81,5 Diagnosa 62,3 Perencanaan 59,4 Tindakan 47,8 Evaluasi 0 Pencatatan Asuhan keperawatan 71,3 Pencapaian Rata-rata 53,7 Sumber : Data Primer
Nilai rata-rata penerapan asuhan keperawatan
di IGD RS Panti Rapih yang diperoleh dari
12
![Page 14: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/14.jpg)
penjumlahan penilaian pada dokumentasi pada setiap
tahapan adalah 53,7%. Hal ini didukung bahwa masih
ada 20% perawat IGD RS. Panti Rapih yang
berpendidikan SPK. Pendidikan yang tinggi
berhubungan dengan profesionalisme, artinya
pendidikan dengan lebih tinggi akan menghasilkan
dokumentasi yang baik pula.9 Selain itu di RS
Panti Rapih juga belum ada standar asuhan
keperawatan gawat darurat termasuk standar
dokumentasi keperawatan. Dokumentasi mempunyai
tujuan utama yaitu mengidentifikasi status
kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan
klien, merencanakan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi tindakan. Selain itu
dokumentasi juga untuk keperluan penelitian,
keuangan, hukum, dan etika. Dokumentasi
keperawatan mempunyai makna penting bila dilihat
dari aspek hukum, komunikasi, keuangan,
penelitian, jaminan mutu, pendidikan, dan
akreditasi.10
Faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Instalasi
Gawat Darurat (IRD) yaitu unsur masukan sarana dan
dana. Sedangkan faktor-faktor yang cukup
13
![Page 15: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/15.jpg)
berpengaruh terhadap pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan di IRD yaitu motivasi,
lama/waktu pelaksanaan, pelatihan, kepentingan/
kegunaan, pendidikan, unsur masukan tenaga,
lingkungan: manajemen, organisasi, kebijakan.11
b. Pelaksanaan tindakan keperawatan gawat darurat
Tabel 7 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Gawat Darurat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004
Shift Rata-rata jumlah tindakan gawat
darurat
Pelaksanaan tindakan gawat darurat (%)
Pagi 10 79,3 Sore 10 79,9 Malam 13 78,9
Sumber : Data Primer
Pelaksanaan tindakan gawat darurat di IGD RS.
Panti Rapih pada shift pagi menghasilkan nilai
tindakan gawat darurat 79,3%, pada shift sore
79,9%, pada shift malam 78,9%. Asuhan keperawatan
kritis membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan
situasi kritis dengan kecepatan dan ketepatan yang
tidak selalu dibutuhkan pada situasi keperawatan
lain. Hal ini membutuhkan keahlian dalam penyatuan
informasi, membuat keputusan, dan membuat
prioritas, karena saat penyakit menyerang sistem
tubuh, sistem yang lain terlibat dalan upaya untuk
mengatasi adanya ketidakseimbangan. Esensi asuhan
keperawatan kritis tidak berdasarkan pada
14
![Page 16: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/16.jpg)
lingkungan yang khusus atau alat-alat khusus
tetapi dalam proses pengambilan keputusan yang
didasarkan pada pemahaman yang sungguh-sungguh
tentang fisiologi dan psikologi.12
Dari hasil penilaian secara keseluruhan diperoleh
bahwa penerapan asuhan keperawatan di IGD RS. Panti
Rapih sebesar 66,75(cukup).
4. Hubungan Beban Kerja dengan Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan
beban kerja perawat dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan gawat darurat menggunakan uji korelasi
parametrik product moment,5 dengan taraf
sifnifikansi 0,05.
Hasil analisis disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 8 Hubungan Beban Kerja dengan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat di IGD RS Panti Rapih, 3-9 Oktober 2004
Variabel r p Beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada shift pagi
0,138 0,767
Beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada shift sore
0,212 0,649
Beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada shift malam
0,455 0,305
Beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat secara keseluruhan dalam satu hari
0,294 0,195
Sumber : Data Primer
15
![Page 17: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/17.jpg)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hubungan
antara beban kerja dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan gawat darurat pada setiap shift maupun
secara keseluruhan dalam satu hari mempunyai nilai r
mendekati 0 sehingga hubungan antara kedua variabel
tersebut lemah dan karena nilai p > 0,05 maka
hubungan keduanya tidak bermakna. Variabel beban
kerja tidak cukup kuat untuk mempengaruhi terjadinya
kenaikan/penurunan pelaksanaan asuhan keperawatan
gawat darurat. Hal ini dikarenakan hal-hal yang
mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan tidak
hanya beban kerja perawat saja. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu
unsur masukan tenaga dan sarana, motivasi intrinsik
dan ektrinsik, unsur lingkungan:sensus klien, beban
kasus, geografis, standar asuhan keperawatan,
protap.13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitin ini adalah beban kerja
pada shift malam lebih tinggi daripada shift pagi dan
siang, pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat
cukup, dan tidak ada hubungan antara beban kerja dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat di IGD RS
Panti Rapih.
Adapun saran yang bisa penulis sampaikan bagi
institusi RS adalah perlu ditinjau ulang uraian tugas
16
![Page 18: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/18.jpg)
perawat IGD, perlu adanya pelatihan kembali
pendokumentasian dan pelaksanaan tindakan kepearwatan,
perlu pemantauan khusus pelaksanaan asuhan keperawatan,
perlu dipertimbangkan pembuatan SAP, perlu
dipertimbangkan penambahan jumlah tenaga perawat pada
shift malam. Bagi perawat adalah sebaiknya menganalisis
kondisi dan situasi rumah sakit yang dihadapi,
menyadari arti pentingnya dokumentasi keperawatan,
mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan tindakan
kepearwatan. Bagi peneliti lain adalah peenlitian ini
dapat dijadikan bahan dasar penelitian selanjutnya
memperhatikan faktor-faktor karakteristik perawat
terhadap hubungan beban kerja dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan gawat darurat
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan antara lain
kepada:
1. Ibu dr. Sunartini, Sp. A(K). Ph.D selaku Ketua
Program studi Ilmu Keperawatan FK UGM Yogyakarta.
2. Bapak Sutono, S.Kp. selaku Pembimbing I, terima
kasih atas bimbingannya
3. Bapak Syahirul Alim, S.Kp. selaku Pembimbing II,
terima kasih atas bimbingannya
4. Ibu Sri Setiyarini, S.Kp. selaku Penguji, terima
kasih atas saran dan masukan yang bermanfaat.
17
![Page 19: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/19.jpg)
5. Bapak Dr. St. Arif Haliman, MPH terima kasih atas
ijin untuk penelitian di IGD RS Panti Rapih.
6. Ibu Yustina, AMK dan rekan-rekan perawat di IGD RS
Panti Rapih yang telah membantu penulis
7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu
penyusunan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA 1. Wimbarti, S., Kecerdasan Emosi Untuk Eksekutif Dalam
Manajemen Pelayanan Kesehatan, Program Pasca Sarjana UGM, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Magister Manajemen Pelayanan Kesehatan UGM, Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan, Yogyakarta.
2. Swanburg, R.C., 1996, Management and Leadership and Management Concepts and Practice, FA. Davis Company, Philadelphia.
3. _______, 1999, Materi Seri Pelatihan PPGD Sistem Pelayanan Gawat Darurat dan Kebijakan Nasional, Edisi I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
4. _______, 1995, Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit, cetakan pertama, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, Jakerta.
5. Arikunto, S., 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta, Jakarta.
6. Ellis, R. B., Gates, R. J., Kenworthy, N., 2000, Komunikasi Interpresonal Dalam Keperawatan: Teori dan Praktek, RGC, Jakarta.
7. Gillies,D.A., 1994, Nursing Management A System Approach, Third Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
8. Person, M.K.,Scoltrito, S., Vondle, D.P., 1990. Program To Manage Nurse Staffing Cost Nursing Management.
9. Tappen, R.M., 1995, Nursing Leadership and Management Concept and Practice, FA Davis Company, Philadelphia
10. Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
18
![Page 20: Caecilia Arita Sri Puji Astuti](https://reader038.fdocuments.us/reader038/viewer/2022102714/5695d3de1a28ab9b029f78c0/html5/thumbnails/20.jpg)
11. Fikri, 2001, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr. Sardjito, Skripsi, UGM Yogyakarta.
12. Hudak & Gallo, 1997, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Vol I Edisi VI, EGC, Jakarta.
13. Nancy Roper, 1996, Prinsip-Prinsip Keperawatan, Penerjemah Hartono, Yayasan Essentika Medika, Yogyakarta.
19