Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)
-
Upload
arief-rahman-hakim -
Category
Documents
-
view
382 -
download
0
Transcript of Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)
Halaman 1
J U M A T , 2 6 J U L I 2 0 1 3 E D I S I 2 2
TOPIK BERITA
ARH LIBRARY NEWS
DEWAN PENASIHAT
Ir. H.. Ahmad Saifudin Mutaqi
Mln. Shagir Ahmad
PENANGGUNGJAWAB
Suseno
KOORDINATOR
Nasir Ahmad
KONTRIBUTOR
Iin Quratul Ain
Rizqi Baihaqi
TIM REDAKSI
K atakan,di manak-
ah Islam member-
imu hak untuk
membakar ken-
daraan dan mem-
buat kerusuhan di jalan-jalan?
Jelaslah apa sebenarnya prioritas
kalian. Untuk satu hal, saya katakan
ini bukan ajaran Islam tapi ada hal
lain.
Kita tidak serta merta men-
jadi Muslim dengan hanya meletak-
kan peci di atas kepala atau dengan
memamerkan janggut.
Apakah itu yang kalian sebut
Islam? Apakah itu yang diajarkan
Islam kepada kita? Melakukan pe-
rusakkan di bulan suci Ramadhan?
Bulan yang merupakan bulan iba-
dah, bulan yang mendekatkan kita
kepada Allah
Saya kira kalian tidak peduli,
semua yang kalian inginkan adalah
memanipulasi agama untuk keun-
tungan politik. Kalian katakan bah-
wa kalian adalah revolusionaris dan
pembaharu Islam, namun kalian
justeru melakukan tindakan-
tindakan yang dalam bahasa seder-
hana tak lain disebut tindakan meru-
gikan Islam.
Katakan,di manakah Islam
memberimu hak untuk membakar
kendaraan dan membuat kerusuhan
di jalan-jalan? Jelaslah apa
sebenarnya prioritas kalian.
Alamat : Jl. Atmosukarto 15 Kotabaru Yogyakarta 55224 Telp./Fax (0274) 586723 website : www.arhlibrary.com twitter : @arhlibrary e-mail : [email protected]
BERANIKAH ME-
NYEBUT ITU ISLAM! 1
SILAT LIDAH ‘ALA
MENDAGRI TEN-
TANG FPI 3
ALLAMA SIR MO-
HAMMAD IQBAL 4
MODERAT ISLAM 6
PERANG JILBAB
PERANCIS:
‘SERANGAN ATAS
KEBEBASAN’
7
BERANIKAH MENYEBUT ITU ISLAM!
Halaman 2
Untuk satu hal, saya katakan ini bukan
ajaran Islam tapi ada hal lain. Saya ingin ka-
takan bahwa sikap fundamentalis kalian benar-
benar merusak.
Apa yang bisa diharapkan dari seseorang
yang tidak menghormati bulan Ramadhan, yang
merupakan hadiah berharga bagi orang-orang
beriman? Ramadhan yang merupakan anugerah
dan keutamaannya yang bisa kita berikan adalah
penghormatannya yang tidak bisa dilampaui. Ta-
pi kalian tidak peduli.
Saya menemukan tanpa cukup kata pili-
han, saat saya berusaha menjelaskan mengapa
mereka (orang-orang yang merusak) melakukan
tindakan yang mereka inginkan.
Bagi saya satu hal sebagai praktisi Muslim dan
kefundamentalan saya berdasar pada ajaran-
ajaran awal Islam. Dengan kata lain, saya beru-
paya membaurkan Islam ortodoks sebanyak
yang saya mampu. Ada sebuah konsep dalam
jihad Islam dan itu merupakan bagian ortodoks,
namun saya tidak mengenal tindakan-tindakan
berandalan sebagai jihad.
Saya jelaskan kepada kalian apa yang
saya pahami tentang jihad. Jihad saya adalah ji-
had yang tidak membunuh orang-orang tak ber-
dosa, jihad yang tidak menyebarkan kekerasan,
jihad saya tidak mentolerir penekanan, jihad
saya yang melindung hak Asasi manusia, terma-
suk hak pendidikan bagi kaum wanita dan juga
hak-hak mereka lainnya.
Jihad milik saya yang tidak gentar terhadap caci
maki dan tudingan karena tidak ada keberatan
dalam pemahaman saya tentang apa yang harus
dilindungi dan dilawan.
Kita tidak serta merta menjadi Muslim
dengan hanya meletakkan peci di atas kepala
atau dengan memamerkan janggut. Islam
menuntut kita untuk menjadi toleran dan me-
mahami lannya. Tidak dimanapun juga Islam
mengajari kita untuk menimbulkan kesulitan
bagi orang-orang tak berdosa, yang dengan
nyata sedang dilakukan beberapa kelompok ini.
Namun,sebaliknya dengan penekanan-
penekanan berat tersebut, mereka masih
mengaku Muslim karena mereka tetap di ling-
kungan orang beriman dan belum menjadi orang
-orang kafir.
Karenanya, kita harus mendoakan mereka
dengan tulus dan memohonkan kepada Allah
agar menunjuki mereka kepada kebenaran. Saya
berharap mereka akan memperbaiki jalan-jalan
mereka ke arah kebaikan dan menghargai
keindahan kehidupan bersama dengan lainnya
dengan keyakinan mereka masing-masing dalam
kebersamaan.
Sumber:http://www.dhakatribune.com/op-ed/2013/jul/22/don%
E2%80%99t-you-dare-call-it-islam
Alih bahasa: Iin Qurrotul Ain Dapat diakses melalui www.arhlibrary.com
Halaman 3
Berita
M enteri Dalam Negeri Gamawan
Fauzi menanggapi pidato SBY
yang menyatakan tak akan mem-
beri toleransi kepada FPI terkait
kerusuhan di Kendal, Jawa Tengah. Namun, Gama-
wan menyatakan kasus tersebut
bukan kewenangannya. “Kalau
memang itu bersangkutan
dengan masalah hukum, itu ha-
rus diproses. Tapi kalau
menyangkut organisasi, itu kan
kewenangan dari Kabupaten/
Kota yang bersangkutan,” kata
Gamawan usai upacara pelanti-
kan rektor IPDN di Kampus
Cilandak, Jakarta Selatan, Senin
(22/7/2013). Gamawan menerangkan, Kemendagri
tak bisa serta merta membubarkan FPI gara-gara
kerusuhan itu. Skala kerusuhan 18 Juli kemarin itu
masih terlalu kecil untuk ditindak oleh Kemendagri.
(detik.com)
Opini
Mendagri Gamawan mengatakan skala kerusuhan di
Kendal masih terlalu kecil untuk ditindak oleh Ke-
mendagri. Pak Menteri ini masalah bukan soal tin-
dak menindak, tetapi Anda mengatakan masalah
terlalu kecil, awak pikir ada nada kesombongan
disana. Janganlah melihat perseteruan antar warga
sebagai masalah yang kecil apalagi bila kerusuhan
itu telah menimbulkan korban jiwa. Apakah
menunggu korban rakyat menjadi lebih banyak, baru
Mendagri menyatakan kerusuhan itu adalah masa-
lah besar. ? So what Pak Gamawan.
Kendal itu masih dalam kawasan nusantara toh ?
Atau Pak Menteri menganggap Kendal merupakan
bagian dari negara lain sehingga dengan demikian
menjadi syah lah pernyataan beliau. Secara defacto
dan de jure Kendal adalah bagian dari Indonesia
Raya, pemerintahan disana belum lagi mau mem-
bebaskan diri menjadi negara bagian nan merdeka.
Oleh karena itu pernyataan Mendagri sungguh
membingungkan, apakah Kendal dibiarkan
menghadapi FPI sendiri, padahal aksi FPI adalah
masalah nasional. FPI bergerak dimana mana, tidak
saja di Ibukota tetapi hampir setiap pelosok wila-
yah. Aksi FPI lebih terasa dan semakin semarak
ketika bangsa ini masuk kedalam bulan suci rama-
dhan.
Kebijakan Pemerintah yang tarik ulur tentang ormas
kebablasan menyebabkan aparat keamanan menjadi
gamang. Lebih tepat Polisi menjadi serba salah, di
satu pihak keamanan harus tetap dijaga disatu pihak
lain “rasa sugesti” menyeruak berbeda di setiap
wilayah. Apakah ini menunjukkan bahwa hukum di
negeri ini belum dijadikan sebagai panglima ?. Data
dan Fakta situasi kondisi
kemanan dalam negri yang bisa
menjawab. Ketidak tegasan
pemerintah dalam hal penegakan
hukum menyebabkan tim-
bul kekuatan kekuatan
terselubung dan kekuatan
nyata yang secara tidak langsung
mengambil alih peran aparatur
keamanan.
Selama belum ada kepastian hukum tentang ormas
kebablasann dan salah kaprah itu, maka Mendagri
dan aparatur terkait lainnya akan bersilat
lidah. Mereka berbicara dalam lingkup men-
justifikasi pidato Presiden. Pejabat terkait akan
bicara yang tidak jelas arahnya. Bolehlah cuap cuap
para pejabat itu dikategorikan kepada sikap lepas
tangan. Mengupas kondisi emosional para birokrat
yang semu tersebut maka nampaknya mereka harus
membaca lagi buku buku kewiraan yang terdiri dari
wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Mak-
sudnya tidak lain agar mereka memahami (lagi) bah-
wa negara ini secara integral tidak sepotong
sepotong seperti pola pikir saat ini. Yes kondisi
yang memprihatinkan ini menunjukkan bahwa
Bhineka Tunggal Ika nampaknya hanya sekedar
berupa burung garuda yang tertempel di atas dinding
kantor pemerintah.
Marilah kita melihat masalah FPI ini dari skala na-
sional. kebijakan makro Presiden SBY akan mem-
berikan pengaruh besar terhadap keberadaan ormas
ini. Yes, kondisi dinamis yang berkembang di-
masyarakat adalah kondisi yang diciptakan, kondisi
yang diatur dan dikawal agar rakyat dapat menik-
mati kehidupan nan nyaman dan aman. Kondi-
si Ipoleksosbudhankam bukan lah kondisi hadiah
dari Tuhan, situasi kondisi ini wajib lagi
dikendalikan oleh aparatur keamanan pemerintah
dengan segala sumberdaya yang tersedia. Untuk itu-
lah negara membayar gaji Bapak Menteri Dalam
Negeri, gaji yang sangat cukup, bukan di gunakan
untuk bersilat lidah. Sumber:http://hankam.kompasiana.com/2013/07/23/silat-lidah-
ala-mendagri-578892.html
Halaman 4
A llama Sir Mohammad Iqbal adalah
seorang Muslim Ahmadi hingga be-
berapa tahun sebelum kewafatannya
Catatan Editor The Muslim Times: Hal
ini kontroversial, walaupun jelas bagian penting
dari keluarga Allama Iqbal bahkan hingga hari
ini adalah bagian dari Jemaat Muslim Ahmadi-
yah. Referensi terbaik
mengenai hal tersebut dapat
ditemukan di dalam buku ber-
bahasa urdu ber-
judul IQBAL & AHMADIY-
YAT : ZINDA RAWAD PAR
TABSARA oleh Sheikh Abdul
Majid yang juga berasal dari
keluarganya dan telah menu-
lis dengan tegas sanggahan
atas semua versi yang menen-
tang fakta tersebut. (bahwa
Alama Sir Mohammad Iqbal,
seorang Ahmadi)
Artikel berikut diambil
dari sebuah blog seorang
pengarang:
Rehan Qayoom adalah
seorang satrawan, editor dan penerjemah lu-
lusan Birkbeck College, Universitas London.
Dia menulis banyak literatur yag dipublikasikan
dan dia banyak tampil di acara-acara Inter-
nasional. Dia juga mengarang beberapa buku
termasuk Prose 1997 – 2008(2009), After Par-
veen Shakir and About Time(2011): Sebuah
koleksi puisi bahasa Inggris. Dia adalah editor
prosa dan puisi di Morney Wilson, yang telah
diterbitkan dengan judul-judul Martyr
Doll, Remains dan The Recordings (2011).
Sir Muhammad Iqbal & Ahmadiyah
Disebutkan bahwa Pujangga terkenal Sir Mu-
hammad Iqbal, yang merupakan pujangga
terbesar abad ke-20 yang berasal dari anak
benua India ini diperdebatkan mendapat
pengaruh sangat besar dari pendiri Jemat Mus-
lim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ah-
mad (1835 – 1908). Pemikiran sangkalan ini
disebabkan keterkejutan para Muslim yang ber-
harap mewartakan Iqbal sebagai jawara di anta-
ra pemikir-pemikir Muslim di abad ke-20.
Iqbal telah menjadi pecinta berat Hadhrat Ha-
dhrat Ahmad, mengikuti bai’at ayah dan ka-
kaknya Shaikh Ata Muhammad. Iqbal sendiri
berbai’at pada tahun 1897
dan bahkan merayakannya
dalam sebuah syair. [1] Dia
berkunjung ke Qadian dan
dalam syair-syairnya dia sela-
lu melakukan pembelaan
kepada Hadhrat Ahmad baik
sebelum berbai’at maupun
sesudahnya. Saat Hadhrat
Ahmad berkunjung ke Sial-
kot pada 1904, Iqbal dan ka-
wannya Sir Fazli Husain ber-
mulaqat dengan beliau as.[2]
Merupakan sejarah yang
terkenal, Iqbal menjadi
perantara memilih Hadhrat
Mirza Bashiruddin Mahmood
Ahmad untuk memimpin
semua India Kashmir Committee pada tahun
1931.[3] Dia memiliki hubungan erat dengan
Hadhrat Sir Chaudhry al-Hajj Muhammad
Zafarullah Khan, yang juga seorang Ahmadi
terkemuka.[4]
Pada tahun 1900, Iqbal menerbitkan sebuah pa-
per dalam bahasa Inggris tentang sufi suci
terkenal, Abdul Karim ibn Ibrahim al-
Jilli. Menyebut kebesaran kecendekiawan wali
tersebut, Iqbal menulis:
Pernah nampak bagaimana menyoloknya wali
ini mengantisipasi masa kepemimpinan dialek-
tika Hegelian dan bagaimana kuatnya dia
menekankan doktrin Logos—sebuah doktrin
yag selalu mendasari semua kalangan pemikir
besar Islam dan pada masa-masa kini hal itu
dianjurkan kembali oleh M. Ghulam Ahmad
Qadiani, kiranya beliaulah ahli agama terbesar
di antara Muslim India modern.[5]
Halaman 5
Selama periode kekhalifahan Hadhrat al-Hajj
Hafiz Hakeem Maulana Nooruddin, Iqbal meni-
kah dengan cucunya. Khalifah sendiri yang
memimpin akad nikah tersebut di Qadian pada
26 Agustus 1910.[6] Iqbal juga berkorespon-
densi dengan Khalifah tentang berbagai perma-
salahan hukum Islam, teologi maupun literatur
Arab. Selanjutnya bahkan dia mengirim Mirza
Jalaludin ke Qadian untuk
memintakan fatwa dari Kha-
lifah berkenaan masalah per-
ceraian dengan istrinya (dia
berkehendak bercerai dan
tidak yakin bagaimana per-
ceraian menurut pandangan
hukum Islam, yang atas hal
ini dia tindaklanjuti segera:
Maulana bersabda bahwa
perceraian dibolehkan
menurut Islam, namun bila
pemikirannya dalam ke-
bimbangan, dia bisa
melakukan akad nikah lagi.
Maka Maulvi dipanggil dan
Allama menikah dengan
wanita ini. Kejadian terse-
but terjadi pada tahun 1913.
[7]
Iqbal menyebut Jemaat ini
sebagai “model sejati ke-
hidupan Islami” dalam ce-
ramahnya di Aligarh[8] dan mengirim putra ter-
tuanya dari pernikahan pertama dengan Karim
Bibi ke Qadian untuk dididik di Taleem-ul-Islam
High School.[9]
Dia terus aktif berperan, baik di Qadiani mau-
pun Lahore di sisa hidupnya. [10] Menyanjung
pekerjaan dan penerbitan-penerbitan ber-
pengaruh mereka. Namun akhirnya menjadi
berkurang karena permintaan sufi dari Qadiriyya
(sebuah tarekah) atas dasar-dasar perbedaan
doktrin, dalam tahun-tahun terakhir kehidupann-
ya.
Referensi
[1] Makhzan, vol 2, p 48. See al-
so AlHakm. (10 January 1903). 8, 9.
[2] Maulana Muhammad Ali. Sir Muhammad
Iqbal’s Statement re the Qadianis.
[3] Shahid, Maulana Dost Muham-
mad. Tahrikh eAhmadiyya v. [History of Ahmad-
iyya v]. 418.
[4] Perwazi, Professor
Pervez. The Reminiscences
of Sir Muhammad Zafrullah
Khan. (Oriental Publishers,
2004). 15 – 19.
[5] Indian Antiquary, vol.
29. (September 1900). 239.
[6] Nooruddin, Hadhrat al-
Hajj Maulana Hafiz Ha-
keem. Khutbat e Noor.
(Nizarat Nashar o Ishaat,
Qadian. 2003). 477.
[7] Salik, Abdul
Majeed. Zikr e Iq-
bal. 70. See also Ahmad,
Syed Hasanat.
Hakeem Noor-ud-Deen –
Khalifatul Masih I – The
Way of the Righteous.
(Islam International Publi-
cations Ltd, 2003). 126,
127.
[8] Iqbal, Sir Muham-
mad. Millat Baiza Per Ayk Imranı Nazar. 84,
85.
[9] Al Fazl, 2 August 1935.
[10] See Muhammad, Hafiz Sher. Dr. Sir Mu-
hammad Iqbal & the Ahmadiyya Move-
ment. (Ahmadiyya Anjuman Ishaat Islam La-
hore, 1995)
Sumber:http://www.themuslimtimes.org/2013/07/
uncategorized/allama-iqbal-was-an-ahmadi-muslim-until-a-few
-years-before-his-death#ixzz2ZoeXuRLs
Alih bahasa: Iin Qurrotul Ain
Dapat diakses melalui www.arhlibrary.com
Halaman 6
“Ah sudahlah, tidak perlu dibicarakan
lagi,” ujar seorang teman ketika ormas Islam dan
sebagian Muslim di negeri ini memperlihatkan
sikap intoleran. Padahal Nabi Muhammad SAW
jelas mengajarkan tentang tasamuh (toleran) pa-
da orang yang berbeda pandang.
Sedih, sudah pasti. Disaat banyak orang
sudah berfikir memajukan “ummat” nya dengan
kesejahteraan ekonomi, pencapaian ilmu penge-
tahuan yang moempuni, kok masih ada yang be-
lum beranjak dari problem ketidakpercayaan diri
ummat (meminjam istilah Prof Din Syamsuddin,
ketua umum PP Muhammadiyah).
Prihatin, melihat ada sebagian Moslem
yang mengangkat simbol Islam untuk mem-
benarkan aksi kekerasan, dan bahkan menyerang
kelompok yang masih dalam keluarga besar
Moslem juga. Bukankah Nabi Muhammad SAW
juga mengingatkan bahwa ummat Islam itu satu
kesatuan. Satu dicolek semua merasa ikut di-
colek. Satu terluka, semua ikut bersedih. Apakah
ini berarti perintah Nabi Muhammad tidak
didengar lagi oleh ummat Nya, yang celakanya
mengaku sebagai ummat terpilih Rasulullah
SAW. Apakah lupa, kalau Nabi Muhammad
SAW menegaskan “innama bu’itstu liutammima
makarimal akhlaq,” Nabi diutus untuk menyem-
purnakan akhlak yang mulia.
Masih maraknya sikap kaum Moslem In-
donesia yang memperlihatkan akhlak rendah,
bahkan pada sesama Moslem, sesungguhnya
menjadi bukti bahwa masih banyak saudara
Moslem Indonesia yang belum mengukuhkan
etika dan moralitas dalam berperilaku.
“ah sudahlah, malas saya membahasnya
lagi,” ujar seorang teman, mengulangi lagi
pernyataannya. Membuat anganku terhenti.
Sumber:http://hankam.kompasiana.com/2013/05/18/hidup-
ahmadiyah-hidup-ahmadiyah-561427.html
MODERAT ISLAM
Halaman 7
G uardian: Putra Youssra yang
berusia tiga setengah tahun mulai
masuk sekolah play group,
menginginkan ibunya ikut wisata
sekolah. Lalu ibunya mendaftarkan putranya
mengikuti ‘cinema visit’. Dia memakaikan
jaket anaknya di luar kelas dan
menemaninya berkumpul di hall depan.
Namu sayang sesampainya di sana dia
dicegat oleh kepala sekolah yang berkata di
depan anak-anak polos itu: “Anda tidak
berhak menemani kelas ini karena Anda
mengenakan penutup kepala.” Dia diminta
kepala sekolah itu untuk membuka jilbabnya,
karena katanya hal itu penghinaan terhadap
sekularitas Perancis. “Saya membela diri,”
katanya. “Saya kemukakan semua argumen
tentang kesamaan dan kebebasan bagi semua.
Namun saya dipaksa untuk pulang, dan
dihinakan. Saya melihat anak laki-laki saya
mencucurkan air mata. Dia tidak paham
kenapa saya diusir.”
Para aktifis badan amal Perancis
sekarang merapat ke kelompok
protes Mamans Toutes Égales,atau Kaum
ibu semua setara. Grup berbasis di
Montreuil , luar Paris ini memblokade bis-bis
sekolah, memboikot acara-acara tamasya dan
turun ke jalan memprotes makin
meningkatnya kaum ibu berkerudung yang
dilarang mengikuti wisata-wisata sekolah.
“Ini merupakan serangan terhadap kebebasan
dan demokrasi di sekolah-sekolah negeri.
Mereka terlihat ingin menghapus wanita
muslim dari pandangan,” ujar Youssra, 36.
Sumber:http://www.themuslimtimes.org/2013/07/
europe/frances-headscarf-war-its-an-attack-on-
freedom#ixzz2ZsICELya
Alih bahasa: Iin Qurrotul Ain
Dapat diakses melalui www.arhlibrary.com
PERANG JILBAB PERANCIS
‘SERANGAN ATAS KEBEBASAN’