BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

12
BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG (Lampung Language among Youth of Lampung) Achril Zalmansyah Jalan Beringin II No. 40 Kompleks Gubernuran Telukbetung, Bandarlampung Telepon (0721) 486408, (0721) 480705 Faksimile (0721) 486407 [email protected] Diajukan: 7 Agustus 2019, direvisi: 21 November 2019 Abstract The use of Lampung language among youthof Lampung in public places shows a tendency to decrease. However, from this study, it is known that 72% of respondents use Lampung language in their family. This number is categorized as good or positive. On the other hand, in this study, it is also known that only 45% of respondents use Lampung language in the community, which means that this percentage is not good or less when viewed in terms of the use of Lampung language itself. The purpose of this study is to provide an overview of the sociolinguistic interactions of Lampung language retention by youth of Lampung to other local languages and Indonesian. Furthermore, the majority of respondents agreed that Lampung language should be encouraged by its quality and use in formal education, at least at the elementary school level. Therefore, the role of local government and related agencies is very important in the socialization and development of Lampung language. Key words: Lampung language, youth of Lampung Abstrak Penggunaan bahasa Lampung di kalangan anak muda Lampungketika berada di lingkungan masyarakat umum cenderung menurun jumlahnya. Namun, dari penelitian ini diketahui bahwa 72% responden menggunakan bahasa Lampung di dalam lingkungan keluarga. Angka ini termasuk dalam kategori baik atau positif. Di sisi lain,pada penelitian ini juga diketahuibahwa hanya 45% responden yang menggunakan bahasa Lampung di dalam lingkungan masyarakat, yang berarti tidak atau kurang baik. Adapun tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran tentang interaksi sosiolinguistik pemertahanan bahasa La mpung oleh anak muda Lampung terhadap bahasa daerah lain dan bahasa Indonesia. Selain itu, sebagian besar responden setuju jika mutu dan penggunaan bahasa Lampung di dalam jenjang pendidikan formal, minimal tingkat sekolah dasar, perlu didorong. Oleh ka rena itu, peran pemerintah daerah dan instansi terkait sangat penting di dalam pemasyarakatan da n pengembangan bahasa Lampung. Kata kunci : bahasa Lampung, anak muda Lampung

Transcript of BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Page 1: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

(Lampung Language among Youth of Lampung)

Achril Zalmansyah

Jalan Beringin II No. 40 Kompleks Gubernuran Telukbetung, Bandarlampung

Telepon (0721) 486408, (0721) 480705 Faksimile (0721) 486407 [email protected]

Diajukan: 7 Agustus 2019, direvisi: 21 November 2019

Abstract

The use of Lampung language among youthof Lampung in public places shows a tendency to decrease. However, from this study, it is known that 72% of respondents use Lampung language in their family. This number is categorized as good or positive. On the other hand, in this study, it is also known that only 45% of respondents use Lampung language in the community, which means that this percentage is not good or less when viewed in terms of the use of Lampung language itself. The purpose of this study is to provide an overview of the sociolinguistic interactions of Lampung language retention by youth of Lampung to other local languages and Indonesian. Furthermore, the majority of respondents agreed that Lampung language should be encouraged by its quality and use in formal education, at least at the elementary school level. Therefore, the role of local government and related agencies is very important in the socialization and development of Lampung language.

Key words: Lampung language, youth of Lampung

Abstrak

Penggunaan bahasa Lampung di kalangan anak muda Lampungketika berada di l ingkungan masyarakat umum cenderung menurun jumlahnya. Namun, dari penelitian ini diketahui bahwa 72% responden menggunakan bahasa Lampung di dalam lingkungan keluarga. Angka ini termasuk dalam kategori baik atau positif. Di sisi lain,pada penelitian ini juga diketahuibahwa hanya 45% responden yang menggunakan bahasa Lampung di dalam lingkungan masyarakat, yang berarti tidak atau kurang baik. Ada pun tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran tentang interaksi sosiolinguistik pemertahanan bahasa La mpung oleh anak muda Lampung terhadap bahasa daerah lain dan ba hasa Indonesia. Se lain i tu, sebagian besar responden setuju jika mutu dan penggunaan bahasa Lampung di dalam jenjang pendidikan formal, minimal tingkat sekolah dasar, perlu didorong. Oleh ka rena i tu, peran pemerintah daerah dan instansi terkait sangat penting di dalam pemasyarakatan da n pengembangan bahasa Lampung.

Kata kunci: bahasa Lampung, anak muda Lampung

Page 2: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

146

Berbeda dengan kenyataan di

desa/kampung, anak muda suku Lampung lebih suka menggunakan

bahasa ibunya (bahasa Lampung) dibandingkan bahasa lain yang mereka

kuasai, misalnya bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, dalam komunikasi

sehari-hari. Masyarakat suku Lampung, khususnya anak muda, tidak merasa

gengsi atau malu menggunakan bahasa Lampung ketika berkomunikasi dengan

temannya sesama suku Lampung. Oleh

karena itu, penelitian, pengembangan, dan pembinaan terhadap bahasa

Lampung perlu dilakukan sebagai upaya pelestarian bahasa daerah sebagai salah

satu aset budaya bangsa.

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156

muda Lampung. Fenomena seperti ini terlihat amat jelas di dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat Lampung,

terutama mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Anak muda Lampung lebih

suka menggunakan bahasa Indonesia dengan logat bahasa Melayu Betawi (lu–

gue) dibandingkan menggunakan bahasa ibunya, bahasa Lampung. Pada

kenyataan yang dijumpai, anak muda Lampung kurang merasa bangga ketika

mereka menggunakan bahasa Lampung dalam pergaulan sehari-hari. Kalangan

anak muda Lampung sepertinya merasa

tidak “PD” jika menggunakan bahasa ibu

mereka ketika bercakap-cakap dengan

temannya sesama suku Lampung. Hal ini tentu bertolak belakang dengan

program pemerintah daerah Lampung

untuk menjadikan bahasa Lampung

sebagai bahan ajar muatan lokal (mulok), mulai dari tingkat sekolah

dasar hingga sekolah menengah

pertama.

Di dalam Politik Bahasa Nasional, bahasa daerah, khususnya bahasa

Lampung, berfungsi sebagai (1)

lambang kebanggaan daerah; (2)

lambang identitas daerah; dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan

masyarakat daerah. Oleh sebab itu,

pembinaan, pengembangan, dan pe-

lestarian bahasa Lampung sebagai

bahasa asli di provinsi Lampung menjadi sangat penting. Bahasa yang

digunakan masyarakat pada umumnya

memiliki kecenderungan untuk menjadi

dominan dan tidak dominan. Apabila bahasa pertama (bahasa ibu) jarang

digunakan, bahasa Indonesia berperan

sangat penting dalam komunikasi

sehari-hari. Dalam hal ini, bahasa

Indonesia bisa disebut superior terhadap bahasa pertama penutur

(bahasa Lampung) karena lebih sering dan bahkan lebih dominan digunakan

oleh penuturnya, terutama oleh anak

masyarakat heterogen yang terdiri atas

berbagai suku dengan beragam bahasa daerah memungkinkan bahasa

Indonesia berperan sebagai bahasa per-mersatu bangsa. Berbagai macam suku

di Provinsi Lampung adalah bentuk dari kemultietnikan masyarakat Lampung

sebagai akibat program transmigrasi sejak zaman kolonial Belanda hingga era

Orde Baru. Hal ini berdampak terhadap penggunaan bahasa di lingkungan

mereka, yaitu bahasa Lampung yang di-

pakai oleh masyarakat suku Lampung. Dengan demikian, sudah sepatutnya

penggunaan bahasa Lampung di-

galakkan dan dimasyarakatkan.

1. Pendahuluan Penduduk Lampung sebagai

Page 3: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Bahasa Lampung...( Achril Zalmansyah)

147

Rumusan Masalah

Masalah utama pada penelitian ini adalah apakah bahasa Lampung

masih dipertahankan penggunaannya oleh kaum muda Lampung dalam

komunikasi sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam

lingkungan masyarakat. Beberapa poin yang perlu

menjadi perhatian dalam penelitian iniadalah bagaimanakah penggunaan

bahasa Lampung oleh anak muda

Lampung: a. ketika berbicara dengan orang

lain? b. ketika berbicara dengan orang

tua? c. ketika berbicara dengan orang

yang lebih tua? d. ketika berbicara dengan orang

yang lebih muda? e. ketika berbicara dengan guru? f. ketika berbicara dengan orang

yang baru dikenal? g. ketika berada di tempat yang

menggunakanbahasa Lampung? h. bagaimana sikap bahasa anak

muda Lampung?

Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk

memberi gambaran tentang interaksi sosiolinguistik pemertahanan bahasa Lampung anak muda Lampung terhadap bahasa daerah lain dan bahasa Indonesia, baik di dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat tempat tinggal penutur.

Hasil penelitian ini, di samping

dapat menambah khazanah ke-pustakaan sosiologuistik, juga dapat

menjadi masukan bagi pembinaan bahasa, khususnya pembinaan bahasa

Lampung sebagai aset budaya. Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat

menjadi bahan masukan dalam me-

nentukan kebijakan pengajaran bahasa

daerah, sebagai bahan ajar muatan lokal di tingkat sekolah dasar dan menengah

di Provinsi Lampung. Masyarakat suku Lampungyang

merupakan masyarakat bilingualisme cenderung menguasai setidaknya dua

bahasa, yaitu bahasa Lampung sebagai bahasa ibu atau bahasa pertamanya dan

bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya. Secara sosiolinguistik,

bilingualisme diartikan sebagai

penggunaan dua bahasa oleh penutur dalam pergaulannya dengan orang lain

secara bergantian (Fishman 1972).

Untuk dapat menggunakan dua bahasa,

tentu seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, ia harus menguasai

bahasa ibunya dan kedua menguasai

bahasa lain sebagai bahasa keduanya.

Orang yang dapat menggunakan kedua

bahasa disebut orang yang bilingual (dwibahasawan).

Seseorang yang dapat menguasai lebih dari dua bahasa termasuk dalam

kelompok multilingualisme atau bisa juga disebut dengan istilah ke-

anekabahasaan (Inggris: multi-lingualism), yakni keadaan digunakan-

nya lebih dari dua bahasa oleh

seseorang dalam pergaulannya dengan

orang lain secara bergantian (Chaer dan

Agustina, 1995).Penggunaan bahasa Lampung sebagai bahasa ibu atau

bahasa pertamanya (B1) yang jarang digunakan akan digantikan oleh bahasa

Indonesia sebagai bahasa keduanya (B2). Gejala kecenderungan seseorang

berbahasa ibu dan berbahasa Indonesia dapat diamati dalam kehidupan sehari-

hari, terutama di kalangan anak muda, khususnya mereka yang tinggal di

perkotaan, seperti Tanjungkarang dan

Telukbetung.

Page 4: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156

148

Garvin dan Mathiot (1968) me-

nyatakan bahwa sikap bahasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) kesetiaan

bahasa (language loyalty) yang men-dorong masyarakat suatu bahasa

mempertahankan bahasanya, (2) ke-banggaan bahasa (language pride) yang

mendorong dan mengembangkan bahasanya dan menggunakannya se-

bagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat; (3) kesadaran adanya

norma bahasa (awareness of the norm)

yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun;

dan merupakan faktor yang sangat

besar pengaruhnya terhadap perbuatan,

yakni perbuatan menggunakan bahasa (language use).

Kemampuan seseorang dalam ber-

bahasa sangat dipengaruhi oleh sikap

kebahasaannya. Adapun sikap ke-

bahasaan, menurut Anderson (1974), dibagi dalam dua macam, yaitu (1) sikap

kebahasaan dan (2) sikap nonke-bahasaan (sikap politik, sikap sosial,

sikap estetis, dan sikap keagamaan). Kedua jenis sikap ini dapat menyangkut

keyakinan dan kognisi mengenai bahasa. Anderson berpendapat bahwa

sikap bahasa adalah tata keyakinan atau

kognisi yang relatif berjangka panjang,

mengenai bahasa, objek bahasa. Namun,

perlu dicatat bahwa sikap bahasa bisa positif (kalau dinilai dengan baik atau

disukai) dan bisa negatif (kalau dinilai tidak baik atau tidak disukai).

Pemertahanan bahasa daerah menjadi salah satu fenomena sekaligus

langkah yang muncul di tengah polemik pergeseran bahasa daerah. Baik

pemertahanan maupun pergeseran bahasa menjadi dua sisi mata uang.

Keduanya hadir secara bersamaan.

Artinya, fenomena kebahasaan tersebut

merupakan akibat dari hasil kolektif

pilihan bahasa (language choice).

Pilihan bahasa diartikan sebagai hasil dari proses memilih suatu bahasa yang

dilakukan oleh masyarakat bahasa atau penutur multibahasawan. Artinya, pe-

nutur tersebut menguasai dua bahasa atau lebih sehingga dapat memilih

bahasa yang digunakan dalam tindak tutur melalui variasi tunggal bahasa,

alih kode, dan campur kode (Widianto, 2018).

2. Metode Penelitian Ranah penelitian ini adalah

penggunaan bahasa yang digunakan

anak muda Lampung yang berdomisili

di Kabupaten Lampung Selatan dalam lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, dan lingkungan masyarakat,

serta bagaimana sikap bahasa mereka

terhadap penggunaan bahasa Lampung

ketika berkomunikasi dan sikap mereka terhadap pengajaran bahasa Lampung

di sekolah. Data yang diperoleh dalam

penelitian ini selanjutnya diolah ber-dasarkan analisis data kualitatif dan

kuantitatif sederhana. Tolok ukur penelitian ini dibuat dalam bentuk

persentase (%). Analisis data kuantitatif

digunakan untuk menghitung tingkat

kekerapan pemilihan bahasa yang

digunakan responden. Langkah se-lanjutnya adalah menganalisis data

kualitatif yang berisi uraian atau deskripsi untuk menjelaskan sifat

(karakteristik) data yang diperoleh dan menghubungkannya dengan faktor-

faktor yang melatarbelakanginya. Kemudian, tahap selanjutnya adalah

menyimpulkan hasil analisis. Untuk menentukan tingkat

pemertahanan bahasa Lampung yang

digunakan responden, batasan yang

Page 5: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Bahasa Lampung...( Achril Zalmansyah)

149

digunakan adalah sebagai berikut

(Astar, dkk., 2003). (1) Persentase pemertahanan antara

80—100 dianggap pemertahanan bahasa Lampungnya baik.

(2) Persentase pemertahanan antara 66—79 dianggap pemertahanan bahasa Lampungnya cukup baik.

(3) Persentase pemertahanan antara 56—65 dianggap pemertahanan bahasa Lampungnya cukup.

(4) Persentase pemertahanan antara 45—55 dianggap pemertahanan bahasa Lampungnya kurang.

(5) Persentase pemertahanan antara 1—44 dianggap pemertahanan bahasa Lampungnya sangat kurang.

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan data

dari penyebaran angket atau kuesioner

terhadap lima puluh orang responden

yang berdomisili di Kabupaten

Lampung Selatan yang tersebar di tiga

titik sebaran. Kuesioner disesuaikan

dengan masalah dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini.

Kuesioner tersebut tidak men-cantumkan identitas responden agar

responsen dapat bersikap jujur dan objektif serta tidak ragu-ragu atau takut

dalam menjawab pertanyaan. Dengan demikian, hasil penelitian dapat lebih

objektif dan maksimal.

3. Hasil dan Pembahasan

Objek penelitian ini adalah anak muda Lampung yang berusia sekolah

dasar hingga perguruan tinggi, yakni usia antara 10—25 tahun yang tersebar

di tiga wilayah yang berbeda di Kabupaten Lampung Selatan. Ketiga

wilayah tersebut adalah wilayah selatan

Kabupaten Lampung Selatan (14

responden), wilayah barat Kabupaten Lampung Selatan (15 responden), dan

wilayah utara Kabupaten Lampung Selatan (21 responden). Penyebaran

kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran penggunaan

bahasa Lampung oleh anak muda Lampung. Penyebaran pada satu titik

sebaran sengaja dihindari pada penelitian ini agar mendapatkan data

yang maksimal dan berimbang.

Data diperoleh dari penyebaran kuesioner yang dilakukan terhadap anak

muda Lampung, khususnya mereka yang

berdomisili di Lampung Selatan. Data

meliputi usia, tempat lahir, pendidikan, dan bahasa pertama (bahasa ibu).

Variabel usia dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu 10—14 tahun dan 15—

25 tahun. Variabel tempat lahir dibagi

dalam dua kelompok, yaitu Lampung dan luar Lampung. Variabel pendidikan

dibagi dalam empat kelompok, yaitu sekolah dasar, sekolah menengah

pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi. Sementara itu, variabel

bahasa pertama atau bahasa ibu meliputi bahasa Lampung, bahasa

Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa

lainnya (diisi oleh responden).

Sebelum membahas lebih dalam mengenai masalah-masalah yang ber-kaitan dengan penelitian ini, perlu dijelaskan bahwa dari total lima puluh responden, terdapat tiga puluh responden (60%) anak muda pria dan dua puluh responden (40%) anak muda putri. Usia responden yang masuk kategori anak muda dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia 10—25 tahun, dengan rincian lima responden (10%) berlatar pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama usia antara 10—14 tahun dan mayoritas empat puluh responden (80%) berlatar

Page 6: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156

150

pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas, dan sisanya lima responden berusia antara 15—25 tahun berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi atau mahasiswa sebagaimana terlihat dalam Tabel 1. TABEL 1

Jenis Kelamin dan Rentang Usia Responden

No Varia-bel

Klasifi-kasi

Jum-lah

Per-senta

se 1. Jenis

Kela-min

Pria 30 60%

Wanita 20 40%

2. Ren-tang usia

10—15 tahun

10 20%

15—25 tahun

40 80%

Hal menarik yang didapat dari

data yang diperoleh pada penelitian ini adalah tiga puluh tujuh responden (74%) menyatakan bahwa bahasa ibu mereka adalah bahasa Lampung, dua responden (4%) mengakui bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa pertama sekaligus bahasa kedua mereka, sepuluh responden (20%) menyatakan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa ibunya, dan hanya satu responden (2%) saja yang menyatakan bahasa Melayu Palembang adalah bahasa ibunya (lih. Grafik 1).

Grafik 1

Bahasa yang digunakan

Kedudukan bahasa Lampung yang diakui sebagai bahasa ibu oleh tiga puluh tujuh responden ternyata bertolak belakang dengan hasil yang diperoleh dari angket tersebut yang menyatakan bahwa ada empat puluh responden yang bisa berbahasa Lampung atau pemakai aktif bahasa Lampung, sembilan responden bukan pemakai bahasa Lampung, dan satu responden cenderung untuk tidak memilih. Fakta ini menunjukkan bahwa bahasa Lampung tidak hanya digunakan oleh anak muda Lampung yang berlatar belakang suku Lampung, tetapi juga mereka yang berlatar belakang bukan suku Lampung. Ada sembilan responden (18%) yang merupakan pemakai bahasa Lampung aktif.Alasan responden meng-gunakan bahasa Lampung beragam, antara lain kekhawatiran mereka akan menurunnya jumlahpenutur bahasa Lampung itu sendiri. Dalam hal ini, lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pemakaian bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari.

Anak muda yang tinggal di suatu

wilayah yang mayoritas masyarakatnya suku Lampung, walaupun bukan berlatar

belakang suku Lampung, memungkinkan

yang bersangkutan dapat menguasai

lebih dari satu bahasa. Anak mudayang hidup di lingkungan suku Lampung,

walaupun bukan berlatar belakang suku

Lampung,mampu menguasai dua bahasa

daerah, yakni bahasa Jawa dan bahasa

Lampung. Demikian pula dengan bahasa-bahasa daerah lain, seperti

bahasa Sunda, bahasa Banten, bahasa

Komering, bahasa Bali, bahasa Basemah,

dan bahasa-bahasa lain yang tumbuh dan berkembang di Provinsi Lampung

menunjukkan bahwa bahasa-bahasa tersebut memang digunakan oleh

masyarakat Lampung yang terdiri atas

berbagai macam suku dan etnik. Para

pendatang (transmigran atau urban) 0

20

40

60

80

bhs Lampung

bhs Indonesia

bhs Jawa

Page 7: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Bahasa Lampung...( Achril Zalmansyah)

151

masuk dan menyebar ke wilayah

Lampung dengan membawa bahasa dan dialeknya masing-masing. Bahasa dan

dialek itu umumnya digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama suku

dalam kehidupan sehari-hari. Mereka umumnya membentuk komunitas suku

yang mendominasi wilayah tertentu. Wajar jika hal tersebut memungkinkan

terciptanya kawasan bahasa (daerah) tertentu di provinsi ini (Kantor Bahasa

Provinsi Lampung, 2008).

Penggunaan Bahasa Lampung oleh Responden ketika Berbicara dengan

Orang Lain

Jawaban atas tanyaan kapan bahasa Lampung digunakan responden

dapat diketahui dari bahasa yang

mereka gunakan ketika berbicara

dengan orang lain dalam kehidupan

sehari-hari. Dari lima puluh responden diketahui bahwa bahasa Indonesia

menduduki peringkat pertama, yaitu dua puluh delapan responden (56%), disusul

bahasa Lampung sebanyak dua puluh

responden (40%), dan sisanya dua

responden (4%) menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari.

3ahasa yang Digunakan Responden

ketika Berbicara dengan Orang tua

Bahasa yang digunakan

responden ketika berbicara dengan

orangtuanya sebagian besar meng-

gunakan bahasa Lampung (tiga puluh

lima responden atau 70%), tujuh

responden (14%) menggunakan bahasa

Indonesia, dan sisanya delapan

responden (16%) menggunakan bahasa

Jawa.

Bahasa yang Digunakan Responden ketika Berbicara dengan Orang yang

Lebih Tua

Ketika berbicara dengan orang

yang lebih tua, jumlah responden yang menggunakan bahasa Lampung

sebanyak dua puluh empat responden (48%), sementara jumlah responden

yang menggunakan bahasa Indonesia sebanyak dua puluh empat responden

(48%) juga, sedangkan jumlah responden yang menggunakan bahasa

Jawa hanya dua responden (4%) saja.

Bahasa yang Digunakan Responden ketika Berbicara dengan Orang yang

Lebih Muda

Ketika responden berbicara

dengan orang yang lebih muda, sebagian

besar responden menggunakan bahasa Indonesia (tiga puluh empat responden

atau 68%), lima belas responden (30%)

menggunakan bahasa Lampung, dan

hanya satu responden (2%) yang

menggunakan bahasa Jawa.

Bahasa yang Digunakan Responden

ketika Berbicara dengan Guru

Data yang diperoleh me-nunjukkan bahwa seluruh responden

menggunakan bahasa Indonesia dalam pertemuan resmi di sekolah. Begitupun

dengan bahasa yang digunakan responden ketika berbicara dengan

gurunya di sekolah, responden

cenderung menggunakan bahasa

Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa

bahasa Lampung cenderung digunakan

dalam situasi yang tidak resmi sebagai

bahasa pergaulan di kalangan anak

muda.

Bahasa yang Digunakan Responden

ketika Berbicara dengan Orang yang

Baru Dikenal

Adapun ketika responden ber-

bicara dengan orang yang baru mereka

kenal, hampir semua responden (empat

Page 8: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156

152

puluh delapan responden atau 96%)

menggunakan bahasa Indonesia, sementara hanya dua responden (4%)

yang tidak memilih.

Situasi pengguaan Bahasa Lampung

Bahasa Lampung cenderung di-gunakan anak muda sebagai alat komunikasi antarmereka dalam ke-hidupan sehari-hari. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa bahasa Lampung mempunyai kedudukan yang tidak sama dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Di mana bahasa Lampung digunakan dapat diketahui dari latar lingkungan atau tempat ketika responden berbicara dalam bahasa Lampung.

Grafik 2 Dimana Bahasa Lampung Digunakan

Bahasa Lampung ketika Digunakan di

Sekolah

Bahasa Indonesia memainkan peranan sebagai bahasa resmi negara dan

digunakan sebagai bahasa resmi/formal di sekolah. Sebanyak empat puluh

delapan responden (96%) menyatakan bahwa bahasa Indonesia mereka

gunakan di sekolah, sementara sisanya satu responden (2%) meng-gunakan

bahasa Lampung dansatu responden

(2%) menggunakan bahasa Jawa.

Bahasa Lampung Digunakan di

Tempat Umum

Bahasa Lampung sama sekali

tidak digunakan responden ketika berbicara di tempat umum. Sebagian

besar responden (empat puluh sembilan responden atau 98%) menggunakan

bahasa Indonesia ketika berada di tempat umum. Hanya satu responden

(2%) yang menggunakan bahasa Jawa.

Bahasa Lampung Digunakan di Rumah

Bahasa Lampung sangat dominan

digunakan di rumah. Hal ini terlihat dari tiga puluh empat responden (68%) yang

menggunakan bahasa Lampung di

rumah, sementara bahasa Indonesia

hanya digunakan oleh tujuh responden (14%). Bahasa Jawa ternyata juga

menjadi pilihan responden untuk

digunakan di dalam rumah, dengan

jumlah responden sembilan orang

(18%). Hal ini menunjukkan bahwa di samping bahasa Lampung, anak muda

Lampung umumnya dapat menguasai bahasa Jawa sebagai bahasa pergaulan.

Bahasa Lampung Digunakan ketika

Berbicara di Lingkungan Rumah

Bahasa Lampung Digunakan ketika Berbicara di Muka Umum

Bahasa yang digunakan

responden ketika berbicara di muka umum, misalnya di depan kelas atau di

depan orang banyak, adalah bahasa

Indonesia. Kesadaran anak muda

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Sekolah Rumah Lingkungan Tempat Umum

Di manaBahasaLampungDigunakan

Bahasa Lampung juga menjadi

pilihan responden untuk digunakan.

Sebanyak dua puluh sembilan responden

(58%) menggunakan bahasa ini ketika

berbicara di lingkungan keluarganya,

enam belas responden (32%)

menggunakan bahasa gh Indonesia,

sementara sisanya lima responden

(10%) menggunakan bahasa Jawa.

Page 9: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Bahasa Lampung...( Achril Zalmansyah)

153

Lampung untuk menggunakan bahasa

Indonesia sangat tinggi. Hal ini terbukti dari data kuesioner yang menunjukkan

bahwa seluruh responden (100%) menggunakan bahasa Indonesia untuk

berbicara di muka umum.

Sikap Bahasa

Sikap bahasa dalam penelitian ini mencakup sikap bahasa anak muda Lampung, khususnya yang berdomisili di wilayah Lampung Selatan, terhadap pemakaian bahasa Lampung di radio atau televisi; sikap responden terhadap pemakaian bahasa Lampung di sekolah; sikap bahasa responden terhadap pemakaian bahasa Lampung di dalam lingkungan keluarga, teman dan masyarakat; dan bagaimana sikap responden terhadap pengajaran dan pemakaian bahasa Lampung di kalangan anak muda.

Grafik 3 Sikap Bahasa

Sikap Bahasa Anak Muda Responden

ketika Mendengarkan Siaran Radio

atau Televisi Berbahasa Lampung

Sikap bahasa responden terhadap

pemakaian bahasa Lampung pada siaran televisi atau radio berbahasa Lampung

adalah sembilan belas responden (38%)

menyatakan sering mendengarkan

siaran radio atau televisi berbahasa Lampung, sebelas responden (22%)

menyatakan kadang-kadang

mendengarkan siaran radio atau televisi

berbahasa Lampung, lima belas responden (30%) menyatakan jarang

mendengarkan siaran radio atau televisi berbahasa Lampung, dan lima

responden (10%) menyatakan tidak pernah mendengarkan siaran televisi

atau radio berbahasa Lampung.

Sikap Bahasa Responden terhadap Perlunya Pengajaran Bahasa Lampung di Sekolah

Dari keseluruhan responden, sebanyak delapan belas responden

(36%) menyatakan bahwa pengajaran bahasa Lampung di sekolah sangat perlu,

dua puluh tujuh responden (54%) menyatakan pengajaran bahasa

Lampung di sekolah perlu dilakukan, tiga responden (6%) menyatakan

pengajaran bahasa Lampung di sekolah

tidak perlu, sementara sisanya, masing-

masing satu responden (4%) tidak

memilih dan menyatakan tidak peduli terhadap pengajaran bahasa Lampung.

Sikap Bahasa Responden terhadap Perlunya Pemakaian Bahasa Lampung dalam Percakapan Sehari-hari

Sikap bahasa responden terhadap

pemakaian bahasa Lampung dalam

kehidupan sehari-hariadalahtiga puluh

dua orang (64%) menyatakan bahasa Lampung perlu dipakai dalam

percakapan sehari-hari, delapan

responden (16%) menyatakan sangat

perlu, dan sisanya sepuluh responden

(20%) menyatakan tidak perlu.

Sikap Bahasa Responden terhadap

Pemakaian Bahasa Lampung di dalam Keluarga

Sikap bahasa responden terhadap

pemakaian bahasa Lampung di dalam

0

10

20

30

40

50

60

70

Radi o/TV S ehari-hari Tem an

Sikap

Positif

Page 10: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156

154

lingkungan keluarga sangat positif. Data

yang diperoleh menunjukkan bahwa dua puluh satu responden (42%)

menyatakan bahwa bahasa Lampung sangat perlu digunakan di dalam

keluarga, sembilan belas responden (38%) menyatakan bahasa Lampung

perlu digunakan, dan sisanya sepuluh responden (20%) menyatakan bahasa

Lampung tidak perlu digunakan di dalam keluarga.

Sikap Bahasa Responden tentang Perlunya Pemakaian Bahasa Lampung ketika Berbicara dengan Teman

Besarnya persentase yang menyatakan bahasa Lampung tidak

perlu digunakan oleh anak muda

Lampung tentu perlu dicermati dan

diadakan penelitian lanjutan. Di satu sisi, sebagian besar responden setuju untuk

menggunakan bahasa Lampung di dalam

lingkungan keluarga, tetapi di sisi lain

mereka cenderung tidak menggunakan

bahasa Lampung ketika berbicara

dengan temannya.Dari data yang

didapatkan diketahui bahwa empat orang responden (8%) menyatakan

bahwa bahasa Lampung sangat perlu digunakan ketika berbicara dengan

teman, dua puluh lima responden (50%) menyatakan perlu, dan dua puluh satu

responden (42%) menyatakan tidak perlu.

Sikap Bahasa Responden terhadap

Kemampuan Anak Muda Lampung Berbahasa Lampung

Sikap bahasa responden terhadap

pemakaian bahasa Lampung oleh anak muda Lampung sangat positif. Dari lima

puluh responden, dua puluh empat

responden (46%) menyatakan sangat

peduli kalau anak muda Lampung

mampu berbahasa Lampung, sementara

sisanya dua puluh enam responden (54%) menyatakan tidak peduli kalau

anak muda Lampung mampu berbahasa Lampung.

Pemakai Bahasa Lampung

Dari lima puluh responden, empat puluh orang (80%) menyatakan bahwa mereka adalah pemakai aktif bahasa Lampung dan sepuluh responden (20%) tidak aktif menggunakan bahasa Lampung. Dari empat puluh responden pemakai bahasa Lampung aktif tersebut, tiga puluh enam orang (90%) adalah mereka yang menggunakan bahasa Lampung sebagai bahasa ibunya dan sisanya empat responden (10%) adalah mereka yang bukan suku Lampung tapi mampu berbahasa Lampung dan aktif menggunakannya.

Grafik 4 Keaktifan Menggunakan Bahasa Lampung

Selanjutnya, jika dilihat dari kemampuan menulis aksara Lampung, data menunjukkan bahwa memiliki kemampuan untuk menulis aksara Lampung tidak menjadi jaminan bahwa mereka juga mampu berbahasa Lampung. Hal itu dapat dilihat dari data yang menunjukkan bahwa tiga puluh sembilan responden (78%) mampu menulis dalam aksara Lampung, sementara sebelas responden (22%) menyatakan tidak mampu menulis dalam aksara Lampung.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

PenggunaanBahasa Lampung

KemampuanMenulis Aksara

Lampung

aktif

pasif

Page 11: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Bahasa Lampung...( Achril Zalmansyah)

155

4. Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemertahanan bahasa Lampung

oleh anak muda Lampung ketika berbicara di dalam lingkungan

keluarganya cukup baik (72%). Di dalam pergaulan sehari-hari, anak muda

Lampung cenderung menggunakan bahasa Lampung ketika berkomunikasi.

Demikian juga halnya ketika mereka

berada di dalam lingkungan keluarga, mereka cenderung menggunakan

bahasa Lampung sebagai bahasa ibunya.

Hal positif yang didapat dari penelitian

ini adalah anak muda bukan suku Lampung banyak yang mampu

berbahasa Lampung, baik ketika

berbicara dengan temannnya maupun

ketika berada di tempat umum yang memungkinkan untuk berbahasa

Lampung. Tentu ini akan menjadi

sesuatu yang menarik jika dilakukan penelitian lanjutan.

Sementara itu, kecenderungan responden menggunakan bahasa

Indonesia sebagai bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari

memungkinkan penggunaan bahasa

Lampung semakin berkurang.

Keengganan mereka menggunakan bahasa Lampung tentu memiliki alasan

tersendiri, yang tentunya memerlukan

penelitian lebih lanjut mengenai hal-hal

apa saja yang berpengaruh terhadap

keengganan mereka menggunakan bahasa Lampung di dalam pergaulan

sehari-hari.Dari data yang didapat

ketika berbicara di lingkungannya,

sebagian besar responden masih menggunakan bahasa Lampung dalam

pergaulan sehari-hari. Dari hasil penyebaran angket yang dilakukanpada

penelitian ini, hanya 45% yang

menggunakan bahasa Lampung dalam

pergaulan sehari-hari.Hal ini menunjukkan bahwa pemertahanan

bahasa Lampung oleh anak muda ketika berbicara di lingkungannya adalah

kurang. Sikap positif yang ditunjukkan

responden ternyata memberi andil yang besar terhadap perkembangan bahasa

Lampung di wilayah ini. Hal ini tentu diyakini dapat menjadi dasar bagi

peningkatan mutu dan kualitas

pemertahanan bahasa Lampung oleh anak muda Lampung. Sikap bahasa anak

muda Lampung terhadap penggunaan

bahasa Lampung yang sangat positif ini

ditunjukkan dengan banyaknya responden yang menyatakan sering

mendengarkan siaran radio atau televisi

berbahasa Lampung. Responden juga

menyatakan bahwa bahasa Lampung

juga perlu digunakan oleh masyarakat Lampung. Sebagian besar responden

menyatakan keinginannya agar anak muda atau masyarakat Lampung mampu

berbahasa Lampung dan menggunakannya dalam pergaulan

sehari-hari. Keinginan mereka agar bahasa Lampung tetap digunakan di

kalangan anak muda merupakan hal

positif yang perlu terus dipelihara.

Kecenderungan anak muda Lampung

menggunakan bahasa Lampung menunjukkan sikap positif anak muda

Lampung yang ingin mempertahankan bahasa Lampung.

Daftar Acuan Anderson, Edmund A. 1974. Language

Attitudes, Beliefs, and Value: Study in Linguistics Cognitive Frameworks. Disertasi Georgetown University.

Astar, Hidayatul. dkk. 2003. Pemertahanan

Bahasa Cina di Jakarta. Jakarta:

Page 12: BAHASA LAMPUNG DI KALANGAN ANAK MUDA LAMPUNG

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 145—156

156

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,

Kemdikbud, 2011. Politik Bahasa (Risalah Seminar Politik Bahasa). Jakarta.

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995.

Sosiolinguistik, Suatu Pengantar Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2003.

Kamus Inggris – Indonesia. An English – Indonesian Dictionary. Cetakan XXV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Fishman, Joshua A, 1972. Sociolinguistics:

ABrief Introduction. Massachusetts: Newbury House Publisher.

Garvin dan Mathiot. 1968. The Urbanization of

Guarani Language. Problem in Language dan Culture. Paris: The Haque.

Kantor Bahasa Lampung. 2008. Persebaran

Bahasa-Bahasa di Provinsi Lampung. Bandarlampung.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,

Kemdikbud. 2018.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta.

Widianto, Eko. 2018. “Pemertahanan Bahasa Daerah Melalui Pembelajaran dan Kegiatan di Sekolah”. Jurnal Kredo: Jurnal I lmiah Bahasa dan Sastra, Volume 1 Nomor 2, April 2018. Kudus.