BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB...

36
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Pamela S. Lewis, Stephan H. Goodman, dan Patricia M. Fandt dalam bukunya yang berjudul “Management Challenges For Tomorrow’s Leaders(2004) Manajemen adalah: Management is defined as the process of administering and coordinating resources effectively, efficiently, and in an effort to achieve the goals of the organization.” Yang artinya: “Manajemen didefinisikan sebagai proses dari mengadministrasikan dan mengkoordinasi sumber daya secara efektif, efisien untuk mencapai tujuan organisasi.” Stephen P. Robbins dan Mary Coulter dalam buku “Management(2003), mendefinisikan Manajemen sebagai berikut: Management is the process of coordinating work activities so that they are completed efficiently and effectively with and through other people.” Yang berarti:

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen

Menurut Pamela S. Lewis, Stephan H. Goodman, dan Patricia M. Fandt dalam

bukunya yang berjudul “Management – Challenges For Tomorrow’s Leaders” (2004)

Manajemen adalah:

“Management is defined as the process of administering and coordinating

resources effectively, efficiently, and in an effort to achieve the goals of the

organization.” Yang artinya:

“Manajemen didefinisikan sebagai proses dari mengadministrasikan dan

mengkoordinasi sumber daya secara efektif, efisien untuk mencapai tujuan

organisasi.”

Stephen P. Robbins dan Mary Coulter dalam buku “Management” (2003),

mendefinisikan Manajemen sebagai berikut:

“Management is the process of coordinating work activities so that they are

completed efficiently and effectively with and through other people.” Yang berarti:

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

9

“Manajemen adalah proses pengkoordinasian aktivitas-aktivitas kerja

sehingga dapat diselesaikan secara efisien dan efektif baik bersama maupun melalui

orang lain.”

Sedangkan pengertian Manajemen menurut James AF Stoner, yang dialih

bahasakan oleh T. Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul “Manajemen” (2003)

adalah sebagai berikut:

“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-

sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah proses perencanaan

(planning), pengorganisasian (organization), pengarahan (leading) dan pengawasan

(controlling) usaha-usaha aktivitas para anggota organisasi dan mengkoordinasikan

sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien secara bersama ataupun melalui

organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

10

2.1.2 Pengertian Manajemen Operasi

Menurut F. Robert Jacobs, Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam

bukunya yang berjudul “Operation and Supply Management” (2009), Manajemen

Operasi adalah:

“Operation Management (OM) is defined as the design, operation and

improvement of the system that create and deliver the firm’s primary products and

services.” Yang artinya:

“Manajemen Operasi didefinisikan sebagai desain, operasi dan pelaksanaan

sistem pembuatan dan pengiriman produk utama suatu perusahaan dan jasa.”

Sedangkan menurut Jay Heizer dan Barry Render dalam buku “Operation

Management” (2006) mendefinisikan Manajemen Operasi sebagai berikut:

“Operation Management is the set of the activities that creates goods and

services by transforming inputs into outputs.” Yang berarti:

“Manajemen Operasi adalah serangkaian aktivitas menciptakan suatu barang

dan jasa dengan merubah input menjadi ouput.

Jadi dapat disimpulkan Manajemen Operasi adalah serangkaian aktivitas

desain, operasi dan pelaksanaan sistem untuk menciptakan suatu barang dan jasa

dengan merubah input menjadi output.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

11

2.2 Persediaan

2.2.1 Pengertian Persediaan

Menurut F. Robert Jacobs, Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam

bukunya yang berjudul “Operations and Supply Management” (2009), Persediaan

adalah:

“Inventory is the stock of any item or resources used in an organization”.

Yang artinya:

“Inventory adalah persediaan berbagai jenis barang atau sumber daya yang

digunakan dalam suatu organisasi.”

Sedangkan menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul

“Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis” (2004), Persediaan adalah:

“Persediaan merupakan bahan-bahan yang disediakan, dan bahan-bahan

dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-

barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen

atau pelanggan setiap waktu.”

Jadi dapat disimpulkan persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang

disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk

proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk

memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu yang disimpan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

12

dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam

keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam bentuk buku perusahaan.

2.2.2 Jenis Persediaan

Menurut Jay Heizer dan Barry Render dalam bukunya yang berjudul

“Operation Management” (2006) mengemukakan bahwa ada 4 (empat) Jenis

Persediaan, yaitu:

1. Persediaan Bahan Baku (raw material).

2. Persediaan Barang dalam Proses (work-in-process).

3. Persediaan Barang Sparepart (purchase parts/components).

4. Persediaan Barang Jadi (finished goods).

Sedangkan menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul

“Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis” (2004) ada 5 (lima) Jenis

Persediaan, yaitu:

1. Persediaan Bahan Mentah (raw material).

2. Persediaan Komponen Rakitan (purchased parts/components).

3. Pesediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies).

4. Persediaan Barang dalam Proses (work-in-process).

5. Persediaan Barang Jadi (finished goods).

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

13

2.2.3 Fungsi Persediaan

Menurut Freddy Rangkuti dalam buku yang berjudul “Manajemen Persediaan,

Aplikasi di Bidang Bisnis” (2004) menyebutkan bahwa Fungsi Persediaan adalah

sebagai berikut:

1. Fungsi Decoupling

Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi

permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan

mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada

pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau

potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah

dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian

dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena

besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko dan

sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi

Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data historis,

yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan

persediaan musiman (seasonal inventories). Disamping itu, perusahaan

juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

14

permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini

perusahaan memerlukan persediaan lebih yang disebut persediaan

pangaman (safety stock).

2.2.4 Biaya Persediaan

Menurut F. Robert Jacobs, Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam

bukunya yang berjudul “Operations and Supply Management” (2009) ada 4 (empat)

jenis Biaya Persediaan (inventory cost), yaitu:

1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost), yaitu terdiri atas

biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan.

Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas

bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin

tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:

Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin

ruangan dan sebagainya).

Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif

pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.

Biaya keusangan/kadaluarsa.

Biaya perhitungan fisik.

Biaya asuransi persediaan.

Biaya pajak persediaan.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

15

Biaya pencurian, perusakan atau perampokan.

Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.

2. Biaya Pemesanan atau Pembelian (ordering cost atau procurement cost).

Biaya-biaya ini meliputi:

Proses pemesanan dan biaya pengiriman/ekspedisi.

Upah.

Biaya telepon.

Pengeluaran surat menyurat.

Biaya pengepakan dan penimbangan.

Biaya pemeriksanaan (inspeksi) penerimaan.

Biaya pengiriman ke gudang.

Biaya utang lancar dan sebagainya.

Pada umumnya, biaya pemesanan (diluar biaya bahan dan potongan

kuantitas (discount)) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah

besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali

pesan, jumlah pemesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total

per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap

periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

16

3. Biaya Penyiapan (setup cost)

Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri

“dalam pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan

untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:

Biaya mesin-mesin menganggur.

Biaya penyiapan tenaga kerja langsung.

Biaya penjadwalan.

Biaya ekspedisi dan sebagainya.

4. Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan (shortage cost)

Biaya kehabisan atau kekurangan bahan adalah biaya yang timbul apabila

persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang

termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:

Kehilangan penjualan.

Kehilangan pelanggan.

Biaya pemesanan khusus.

Biaya ekspedisi.

Selisih harga.

Terganggunya operasi.

Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

17

2.2.5 Pengawasan Persediaan

Adapun tujuan dari Pengawasan Persediaan adalah sebagai berikut:

Menjaga agar jangan sampai terjadi kehabisan persediaan (stock out).

Supaya pembentukan persediaan stabil.

Menghindari pembelian kecil-kecilan.

Terjadi pemesanan yang ekonomis.

2.3 Q-Model (Fixed-Order Quantity Model)

Menurut F. Robert Jacobs, Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam

bukunya yang berjudul “Operations and Supply Management” (2009), jumlah

pemesanan yang meminimalkan total biaya persediaan disebut Economic Order

Quantity (EOQ). Secara klasik model persediaan yang dianggap ideal adalah seperti

diperlihatkan Gambar 2.1

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

18

Gambar 2.1 Gambar Q-Model

Sumber : F. Robert Jacobs, Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano, Operation and Supply

Management, 12th

ed. (McGraw-Hill International Edition), p.556

(quantity) adalah jumlah pembelian dan ketika pesanan diterima jumlah

persediaan sama dengan . Dengan tingkat penggunaan tetap, persediaan akan habis

dalam waktu tertentu dan ketika persediaan hanya tinggal sebanyak kebutuhan selama

tenggang waktu (lead time) pemesanan kembali (Reorder Point = ROP) harus

dilakukan.

Jika tidak terjadi kekurang persediaan (stock out), maka total biaya persediaan

per tahun dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Inventory

On hand

R

L L L

TIME

Q-Model

Q Q Q

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

19

Dimana:

= Total Biaya (total cost).

= Jumlah Kebutuhan (demand) (dalam unit).

= Biaya Pembelian per unit (cost per unit) (dalam unit).

= EOQ (quantity) (dalam unit).

= Biaya Pemesanan (cost of placing an order) per pesan.

= Biaya Penyimpanan (holding cost) per unit dan per tahun.

Untuk memperoleh jumlah pemesanan optimal untuk setiap kali pesan, dapat

digunakan rumus EOQ sebagai berikut:

Dimana:

= Jumlah Kebutuhan (demand) (dalam unit).

= Biaya Pemesanan (cost of placing an order) per pesan.

= Biaya Penyimpanan (holding cost) per unit dan per tahun.

Pemesanan kembali (ROP) ditentukan berdasarkan kebutuhan selama waktu

tenggang (lead time), maka pemesanan kembali harus dilakukan sebanyak Qopt atau

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

20

EOQ. Untuk memperoleh jumlah unit untuk melakukan pemesanan kembali (ROP)

dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:

= ROP (dalam unit).

= Rata-rata Permintaan dalam setahun (dalam unit).

= Tenggang Waktu (lead time) (dalam hari/minggu/bulan/tahun).

Model EOQ tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai

berikut:

1. Kebutuhan bahan baku dapat ditentukan, relatif tetap dan terus-menerus.

2. Tenggang waktu (lead time) pemesanan dapat ditentukan dan relatif tetap.

3. Tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan, artinya setelah

kebutuhan dan tenggang waktu (lead time) dapat ditentukan secara pasti

berarti kekurangan persediaan dapat dihindari.

4. Pemesanan datang sekaligus dan akan menambah persediaan.

5. Struktur biaya tidak berubah, biaya pemesanan atau penyimpanan sama

tanpa memperhatikan jumlah yang dipesan, biaya simpan adalah

berdasarkan fungsi linear terhadap rata-rata persediaan dan harga beli atau

biaya pembelian per unit adalah konstan (tidak ada potongan (discount)).

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

21

6. Kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli

pesanan.

7. Pembelian adalah satu jenis item.

2.4 P-Model (Fixed-Time Period Model)

Menurut F. Robert Jacobs, Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam

bukunya yang berjudul “Operations and Supply Management” (2009),

mengemukakan sistem pemesanan interval tetap (Economic Order Interval = EOI)

sebagai berikut:

Metode P-Model (Fixed-Time Period Model) digunakan dalam menentukan

jumlah pemesanan per periode tertentu (dalam mingguan atau bulanan). Menghitung

persediaan dan melakukan pemesanan secara periodik berdasarkan kepada situasi

seperti ketika vendor membuat rutinitas melakukan kunjungan kepada klien atau

pelanggannya dan mengambil pesanan untuk memenuhi kebutuhan produksinya atau

ketika pembeli ingin melakukan kombinasi pemesanan untuk memotong biaya

transportasi. Tipe sistem pemesanan interval tetap dapat dilihat dalam Gambar 2.2

seperti berikut ini.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

22

Gambar 2.2 Gambar P-Model

Sumber : F. Robert Jacobs, Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano, Operation and Supply

Management, 12th

ed. (McGraw-Hill International Edition), p.560

Untuk menghitung jumlah barang yang akan dipesan menggunakan EOI dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:

= Jumlah Pemesanan (quantity) (dalam unit).

= Rata-rata Permintaan (dalam unit).

= Waktu Tinjauan.

= Tenggang Waktu (lead time) (dalam hari/minggu/bulan/tahun).

Inventory

On hand

R

L Stockout

Time

Q

Range of demand

Safety Stock

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

23

= Tingkat Kepercayaan/Probabilitas Standart Deviasi.

= Standart Deviasi.

= Tingkat Persediaan Sekarang.

2.5 Perbedaan P-Model dan Q-Model

Dalam mengoptimalkan persediaan barang-barang bebas digunakan Order

Point System, yang dapat dibagi dalam dua model, yaitu Quantity-based System, yang

sering disebut juga dengan Q-Model (Fixed-Order Quantity Models) yaitu pemesanan

dilakukan pada saat tingkat pemesan kembali dan Period-Based System, yang sering

disebut juga dengan P-Model (Fixed-Time Period Models) dimana pemesanan akan

dilakukan ketika sisa stok jatuh sebelum titik pesannya.

Beberapa perbedaan yang mempengaruhi dalam pemilihan model tersebut,

antara lain:

1. P-Model memiliki rata-rata persediaan yang lebih besar karena pada

model ini harus mempertimbangkan dan mengantisipasi kekurangan

barang (stockout) selama periode peninjauan. Sedangkan pada Q-Model

tidak ada periode tinjauan.

2. Q-Model lebih banyak digunakan untuk barang-barang yang cukup mahal

karena rata-rata persediaan yang dibutuhkan rendah.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

24

3. Q-Model dibutuhkan pengawasan yang terus menerus, sehingga akan

cepat tanggap terhadap kekurangan stok yang terjadi.

4. Pada Q-Model dibutuhkan lebih banyak waktu untuk menjaga tingkat

persediaan karena setiap penambahan ataupun penarikan dilakukan secara

logged (bergelondongan).

Tabel 2.1 dibawah ini memberikan ilustrasi singkat mengenai perbedaan

yang signifikan antara Model P dan Model Q

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

25

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Q-Model dan P-Model

Q-Model

Fixed-Order Quantity

Model

P-Model

Fixed-Time Period

Model

Jumlah pemesanan – Constant. – Variable.

Waktu pemesanan – ketika posisi

persediaan jatuh kepada

titik reorder point.

– pada saat periode

waktu tinjauan.

Recordkeeping Setiap kali ada penarikan

atau penambahan.

Hanya pada saat waktu

tinjauan.

Ukuran persediaan Lebih kecil daripada

Fixed-Time Period

Model.

Lebih besar daripada

Fixed-Order Quantity

model.

Waktu maintain Lebih tinggi karena

adanya recordkeeping

yang terus menerus.

Jenis barang Harga barang yang mahal,

kritis dan penting.

Sumber : F. Robert Jacobs, Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano, Operation and Supply

Management, 12th

ed. (McGraw-Hill International Edition), p.554

Pada Gambar 2.3 dibawah ini memberikan ilustrasi perbedaan sistem

Reordering Point (ROP) pada persediaan antara Fixed-Order Quantity dan Fixed-

Time Period.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

26

P-Model

Fixed-Time Period Reordering System

Tidak

Iy

Iya

Q-Model

Fixed-Order Quantity System

Tidak

Iya

Gambar 2.3 Gambar Perbedaan antara Fixed-Order Quantity dan Fixed-Time

Period pada Reordering Point (ROP) Inventory System

Sumber : F. Robert Jacobs, Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano, Operation and Supply

Management, 12th

ed. (McGraw-Hill International Edition), p.555

Waktu Menunggu

Menunggu untuk permintaan Waktu Menunggu

Menunggu untuk permintaan

Adanya Permintaan

Barang diambil dari persediaan atau pemesanan kembali

Adanya Permintaan

Barang diambil dari persediaan atau pemesanan kembali

Menghitung Posisi Persediaan

Persediaan = barang yang tersedia – pemesanan kembali

Waktu tinjauan telah tiba?

Persediaan ≤

titik pemesanan?

Menghitung Posisi Persediaan

Persediaan = barang yang tersedia – pemesanan kembali

Menghitung jumlah pemesanan untuk memenuhi tingkat persediaan tertentu

Membuat pemesanan sejumlah

Q unit

Membuat pemesanan sejumlah

Q unit

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

27

2.6 Perencanaan

2.6.1 Pengertian Perencanaan

Perencanaan merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu

keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa

sebenarnya persoalan dalam pengambilan keputusan itu.

Perencanaan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan

terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang. Pada hakekatnya

perencanaan hanya merupakan suatu perkiraan, tetapi dengan menggunakan teknik-

teknik tertentu, maka peramalan menjadi lebih sekedar perkiraan. Perencanaan dapat

dikatakan perkiraan yang ilmiah (educated guess). Setiap pengambilan keputusan

yang menyangkut keadaan dimasa yang akan datang, maka pasti ada perencanaan

yang melandasi pengambilan keputusan tersebut.

Dalam kegiatan produksi, perencanaan dilakukan untuk menentukan jumlah

permintaan terhadap suatu produk dan merupakan langkah awal dari proses

perencanaan dan pengendalian produksi. Dalam perencanaan ditetapkan jenis produk

apa yang diperlukan (what), jumlahnya (how many), dan kapan dibutuhkan (when).

Tujuan perencanaan dalam kegiatan produksi adalah untuk meredam ketidakpastian,

sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Suatu

perusahaan biasanya menggunakan prosedur 3 (tiga) tahap untuk sampai pada

perencanaan penjualan, yaitu diawali dengan melakukan peramalan lingkungan,

diikuti dengan peramalan penjualan industri, dan diakhiri dengan perencanaan

penjualan perusahaan.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

28

Peramalan lingkungan dilakukan untuk meramalkan inflasi, pengangguran,

tingkat suku bunga, kecenderungan konsumsi dan menabung, iklim investasi, belanja

pemerintah, ekspor dan berbagai ukuran lingkungan yang penting bagi perusahaan.

Hasil akhirnya adalah proyeksi Produk Nasional Bruto, yang digunakan bersama

indikator lingkungan lainnya untuk meramalkan penjualan industri. Kemudian,

perusahaan melakukan perencanaan penjualan dengan asumsi tingkat pangsa tertentu

akan tercapai.

2.6.2 Definisi Tujuan Perencanaan

Tujuan perencanaan dilihat dengan waktu:

1. Jangka pendek (Short Term)

Menentukan kuantitas dan waktu dari item dijadikan produksi. Biasanya

bersifat harian ataupun mingguan dan ditentukan oleh Low Management.

2. Jangka Menengah (Medium Term)

Menentukan kuantitas dan waktu dari kapasitas produksi. Biasanya

bersifat bulanan ataupun kuartal dan ditentukan oleh Middle Management.

3. Jangka Panjang (Long Term)

Merencanakan kuantitas dan waktu dari fasilitas produksi. Biasanya

bersifat tahunan, 5 (lima) tahun, 10 (sepuluh) tahun, ataupun 20 (dua

puluh) tahun dan ditentukan oleh Top Management.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

29

2.6.3 Karakteristik Perencanaan yang Baik

Perencanaan sebenarnya upaya untuk memperkecil resiko yang timbul akibat

pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan produksi. Semakin besar upaya

yang dikeluarkan tentu resiko yang dapat dihindari semakin besar pula. Namun upaya

memperkecil resiko tersebut dibatasi oleh biaya yang dikeluarkan akibat

mengupayakan hal tersebut.

1. Horison Waktu

Ada 2 (dua) aspek dari horison waktu yang berhubungan dengan masing-

masing metode perencanaan, yaitu:

Cakupan waktu dimasa yang akan datang

Untuk mana perbedaan dari metode perencanaan yang digunakan

sebaiknya disesuaikan.

Jumlah periode untuk mana rencana diinginkan

Beberapa teknik dan metode hanya dapat disesuaikan untuk

perencanaan satu atau dua periode dimuka, sedangkan teknik dan

metode lain dapat dipergunakan untuk peramalan beberapa periode

dimasa mendatang.

2. Tingkat Ketelitian

Tingkat ketelitian yang dibutuhkan sangat erat hubungannya dengan

tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan. Untuk

beberapa pengambilan keputusan mengharapkan variasi atau

penyimpangan atas rencana yang dilakukan antara 10 (sepuluh) persen

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

30

sampai dengan 15 (lima belas) persen bagi maksud-maksud yang mereka

harapkan, sedangkan untuk hal atau kasus lain mungkin menganggap

bahwa adanya variasi atau penyimpangan atas rencana sebesar 5 (lima)

persen adalah cukup berbahaya.

3. Ketersediaan Data

Metode yang dipergunakan sangat besar manfaatnya, apabila dikaitkan

dengan keadaan atau informasi yang ada atau data yang dipunyai. Apabila

dari data yang lalu diketahui adanya pola musiman, maka untuk

perencanaan satu tahun ke depan sebaiknya digunakan metode variasi

musim. Sedangkan apabila dari data yang lalu diketahui adanya pola

hubungan antara variabel-variabel yang saling mempengaruhi, maka

sebaiknya dipergunakan metode sebab-akibat (causal) atau korelasi

(correlation).

4. Bentuk Pola Data

Dasar utama dari metode perencanaan adalah anggapan bahwa macam

dari pola yang didapati data yang diramalkan akan berkelanjutan. Sebagai

contoh, beberapa deret yang melukiskan suatu pola musiman, demikian

pula halnya dengan suatu pola tren. Metode perencanaan yang lain

mungkin lebih sederhana, terdiri dari suatu nilai rata-rata, dengan fluktuasi

yang acakan atau random yang terkandung. Oleh karena adanya

perbedaan kemampuan metode perencanaan untuk mengidentifikasi pola-

pola data, maka perlu adanya usaha penyesuaian antara pola data yang

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

31

telah diperkirakan terlebih dahulu dengan teknik dan metode perencanaan

yang akan digunakan.

5. Biaya

Umumnya ada 4 (empat) unsur biaya yang tercakup dalam penggunaan

suatu prosedur perencanaan, yaitu biaya-biaya pengembangan,

penyimpanan (storage) data, operasi pelaksanaan dan kesempatan

penggunaan teknik-teknik dan metode lainnya. Adanya perbedaan yang

nyata dalam jumlah biaya, mempunyai pengaruh atas dapat menarik

tidaknya penggunaan metode tertentu untuk suatu keadaan yang dihadapi.

6. Jenis dari Model

Sebagai tambahan perlu diperhatikan anggapan beberapa pola dasar yang

penting dalam data. Banyak metode perencanaan telah menganggap

adanya beberapa model dari keadaan yang direncanakan. Model-model ini

merupakan suatu deret dimana waktu digambarkan sebagai unsur penting

untuk menentukan perubahan-perubahan dalam pola, yang mungkin

secara sistematik dapat dijelaskan dengan analisis regresi atau korelasi.

Model yang lain adalah model sebab-akibat atau “causal model”, yang

menggambarkan bahwa ramalan yang dilakukan sangat tergantung pada

terjadinya sejumlah peristiwa yang lain, atau sifatnya merupakan

campuran dari model-model yang telah disebutkan diatas. Model-model

tesebut sangat penting diperhatikan, karena masing-masing model tersebut

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam analisis keadaan untuk

pengambilan keputusan.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

32

7. Mudah tidaknya Penggunaan dan Aplikasinya

Satu prinsip umum dalam penggunaan metode ilmiah dari perencanaan

untuk management dan analisis adalah metode-metode yang dapat

dimengerti dan mudah diaplikasikan yang akan dipergunakan dalam

pengambilan keputusan dan analisa. Prinsip ini didasarkan pada alasan

bahwa, bila seorang manajer atau analisa yang dilakukan, maka manajer

sudah tentu tidak menggunakan dasar yang tidak diketahuinya atau tidak

diyakininya. Jadi, sebagai ciri tambahan dari teknik dan metode

perencanaan adalah bahwa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

dari keadaan ialah teknik dan metode perencanaan yang dapat disesuaikan

dengan kemampuan dari manajer atau analisis yang akan menggunakan

metode perencanaan tersebut.

2.6.4 Jenis Perencanaan

Jenis peramalan dibagi menjadi 2 (dua) model, yaitu:

1. Model kualitatif.

2. Model kuantitatif.

Model kualitatif dibagi menjadi 4 (empat) model, yaitu:

1. Dugaan Manajemen (management estimate) atau Panel Consensus.

2. Metode Delphi.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

33

3. Metode Kelompok Terstruktur (structured group methods).

4. Riset Pasar (market research).

Sedangkan Metode kuantitatif dibagi menjadi 2 (dua) model, yaitu:

1. Time Series.

2. Kausal.

Metode Time-Series dibagai menjadi 5 (lima) model, yaitu:

1. Metode Rata-rata Bergerak (Simpel Moving Average),

2. Rata-rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average),

3. Metode Penghalusan secara Eksponential (Exponential Smoothing),

4. Metode Linear Regression.

5. Metode Dekomposisi.

Sedangkan Metode Kausal hanya dibagi menjadi Multiple Regression

Analysis.

Metode Time-Series adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis

serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini mengasumsikan

beberapa pola atau kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu, dan pola

dasarnya dapat diidentifikasi semata-mata atas dasar data historis dari serial itu.

Dengan analisis deret waktu dapat ditunjukkan bagaimana permintaan

terhadap suatu produk tertentu bervariasi terhadap waktu. Sifat dari perubahan

permintaan dari tahun ke tahun dirumuskan untuk merencanakan penjualan pada

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

34

masa yang akan datang. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Time-

Series.

Metode Time-Series dibagi menjadi:

1. Model Rata-rata Bergerak (Moving Average)

Perencanaan rata-rata bergerak atau moving average menggunakan sejumlah

data aktual masa lalu untuk dapat menghasilkan peramalan. Moving average berguna

jika dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang

diramalkan. Secara matematis, simple moving average (merupakan prediksi

permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai:

Dimana:

= Peramalan untuk Periode Mendatang.

= Jumlah Periode Rata-rata.

= Data Aktual pada Periode yang Lalu.

= Data aktual pada dua, tiga sampai n Periode.

Saat ada tren atau pola terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan

penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktek ini membuat teknik peramalan lebih

tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot

yang lebih berat. Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

35

rumus untuk menempatkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang mana

yang digunakan, membutuhkan pengalaman.

Model Weighted moving Average atau rata-rata bergerak dengan pembobotan

dapat digambarkan secara matematis sebagai berikut:

Dimana:

= Bobot yang diberikan untuk Data Aktual pada Periode .

= Bobot yang diberikan untuk Data Aktual pada Periode .

= Bobot yang diberikan untuk Data Aktual pada Periode .

= Jumlah Total Periode yang diramalkan.

Dimana bobot yang diberikan harus sama dengan 1.

Baik model simple moving average maupun model weighted moving average

sangat efektif dalam meredam fluktuasi pada pola permintaan untuk menghasilkan

prediksi yang stabil. Moving average mempunyai 3 (tiga) masalah:

1. Bertambahnya jumlah (jumlah periode yang dirata-rata) memang

meredam fluktuasi dengan lebih baik, tetapi membuat metode ini kurang

sensitif terhadap perubahan nyata pada data.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

36

2. Model moving average tidak dapat menggambarkan tren dengan baik.

Karena merupakan rata-rata, mereka akan selalu berada dalam tingkat

yang sebelumnya dan tidak akan memprediksikan perubahan ke tingkat

yang lebih tinggi atau lebih rendah, yang merupakan nilai aktual

sesungguhnya.

3. Model moving average membutuhkan data masa lalu yang ekstensif.

2. Model Penghalusan secara Eksponensial (Exponential Smoothing)

Model Exponential Smoothing atau penghalusan secara eksponensial

merupakan salah satu dari beberapa teknik matematika yang secara langsung dapat

diterapkan pada sistem peramalan. Prosedur peramalan ini memiliki semua sifat dari

model moving average, dan peramalan dengan model exponential smoothing tidak

memerlukan data historis dalam jumlah besar. model exponential smoothing

memberikan bobot yang semakin menurun pada setiap data historis dimana

penurunan bobot ini mengikuti pola eksponensial.

Peramalan dengan menggunakan model exponential smoothing ini akan

dipengaruhi oleh faktor pemulusan yang disimbolkan dengan variable α. Biasanya

nilai dari α berkisar antara 0 (nol) sampai 1 (satu). Apabila rata-rata permintaan masa

yang akan datang diinginkan lebih reaktif terhadap permintaan masa lalunya, maka

nilai dari α harus semakin besar dan apabila diinginkan yang sebaliknya maka nilai

dari α harus semakin kecil. Bentuk umum yang dapat digunakan untuk menghitung

peramalan dengan metode ini adalah sebagai berikut:

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

37

Dimana:

= Peramalan exponential smoothing untuk periode t.

= Peramalan exponential smoothing pada periode sebelumnya.

= Permintaan aktual pada periode sebelumnya.

= Konstanta smoothing.

Model ini banyak mengurangi masalah penumpukan data, karena tidak perlu

lagi menyimpan semua data historis atau sebagian daripadanya (seperti dalam model

moving average). Sepertinya yang harus disimpan hanyalah pengamatan terakhir,

ramalan terakhir dan suatu nilai α.

3. Model Regresi Linear (Linear Regression)

Salah satu bentuk perencanaan yang paling sederhana adalah model linear

regression. Dalam aplikasi model linear regression diasumsikan bahwa terdapat

hubungan antara variable yang ingin direncanakan (variable dependent) dengan

variable lain (variable independent). Selanjutnya, perencanaan ini didasarkan pada

asumsi bahwa pola pertumbuhan dari data historis bersifat linier (walaupun pada

kenyataannya tidak selalu demikian). Pola pertumbuhan ini didekati dengan suatu

model yang menggambarkan hubungan yang terkait dalam suatu keadaan. Model

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

38

Dimana adalah fungsi terhadap waktu. Sehingga variabel dan adalah

parameter yang akan ditentukan dalam perhitungan. Rumus yang dapat digunakan

dalam menghitung variable dan adalah sebagai berikut:

Dimana:

= Intercept .

= Kemiringan Garis.

= Rata-rata Semua .

= Rata-rata Semua .

= Nilai dari Setiap Data.

= Nilai dari Setiap Data.

= Jumlah Data.

= Nilai Variable Dependent dihitung dengan Perhitungan Regresi.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

39

2.7 ABC Inventory System

2.7.1 Identifikasi Material Menggunakan ABC Inventory

System

Klasifikasi ABC atau sering juga disebut sebagai ABC Inventory System

merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material dalam susunan menurut

berdasarkan biaya penggunaan material itu per periode waktu (harga per unit

dikalikan volume penggunaan dari material itu selama periode tertentu). Periode

waktu yang umum digunakan adalah satu tahun. ABC Inventory System juga dapat

ditetapkan menggunakan kriteria lain dan bukan semata-mata berdasarkan kriteria

biaya tergantung pada faktor –faktor penting apa saja yang menentukan material

tersebut. ABC Inventory System umum dipergunakan dalam pengendalian inventory

(inventory control). Beberapa contoh penerapan seperti: pengendalian inventory

material pada pabrik, inventory product akhir pada gudang barang jadi, inventory

obat-obatan pada apotek, inventory suku cadang pada bengkel atau toko, inventory

product pada supermarket atau toko serba ada (toserba), dan sebagainya.

Pada dasarnya terdapat sejumlah faktor yang menentukan kepentingan suatu

material, yaitu:

1. Nilai total biaya dari material.

2. Biaya per unit dari material.

3. Kelangkaan atau kesulitan memperoleh material.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

40

4. Ketersediaan sumber daya, tenaga kerja, dan fasilitas yang dibutuhkan

untuk membuat material.

5. Panjang dan variasi tenggang waktu (lead time) dari material, sejak

pemesanan material itu pertama kali sampai kedatangannya.

6. Ruang yang dibutuhkan untuk menyimpan material itu.

7. Resiko penyerobotan atau pencurian material itu.

8. Biaya kehabisan stok atau persediaan (stock out) dari material itu.

9. Kepekaan material terhadap perubahan desain.

2.7.2 Penggunaan ABC Inventory System

Penggunaan ABC Inventory System adalah untuk menetapkan:

1. Frekuensi perhitungan inventory (cycle inventory), dimana material-

material kelas A harus diuji lebih sering dalam hal akurasi catatan

(recordkeeping) inventory dibandingkan material-material kelas B atau C.

2. Prioritas engineering, dimana material-material kelas A dan B

memberikan petunjuk pada Department Engineering dalam peningkatan

program reduksi biaya ketika mencari material-material tertentu yang

perlu difokuskan.

3. Prioritas pembelian, dimana aktivitas pembelian seharusnya difokuskan

pada bahan-bahan baku yang bernilai tinggi (high usage). Fokus pada

material-material kelas A untuk pemasokan (sourcing) dan negosiasi.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

41

4. Keamanan: meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih

baik dibandingkan nilai penggunaan (usage value), namun ABC Inventory

System boleh digunakan sebagai indikator dari material-material mana

(kelas A dan B) yang seharusnya aman disimpan dalam ruangan terkunci

untuk mencegah kehilangan, kerusakan atau pencurian.

5. Sistem pengisian kembali (replenishment systems), dimana ABC Inventory

System akan membantu mengindentifikasi metode pengendalian yang

digunakan. Akan lebih ekonomis apabila mengendalikan material kelas C

dengan two-bin system of replenishment dan metode-metode yang lebih

canggih untuk material-material kelas A dan B.

6. Keputusan investasi: karena material-material kelas A menggambarkan

investasi yang besar dalam inventory, maka perlu berhati-hati dalam

membuat keputusan tentang kuantitas pemesanan dan stok pengaman

(safety stock) material-material kelas A dibandingkan terhadap material-

material kelas B dan C. setidaknya implentasi Just-In-Time (JIT) pada

Department Purchasing diterapkan pertama kali dalam pembelian

material-material kelas A, kemudian material-material kelas B, dan pada

akhirnya pada material-material kelas C.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

42

2.7.3 Pengendalian Persediaan dengan Sistem ABC Inventory

System

Pengendalian Item Kelas A

Pengendalian terdekat dibutuhkan untuk persediaan yang mempunyai harga

pengeluaran stok dimana item dihitung untuk fraksi yang luas dari persediaan total.

Pengendalian terdekat mungkin dilakukan untuk bahan baku yang digunakan secara

terus-menerus dalam volume yang sangat berbeda. Department Purchasing boleh

melakukan kontrak dengan supplier untuk kesinambungan supplier bahan baku pada

laju pemakaian bahan. Seperti dalam hal ini, membeli bahan baku tidak berpedoman

pada jumlah ekonomis atau siklus ekonomi. Menggantikan laju aliran dibuat secara

periodik sesuai permintaan dan penggantian posisi persediaan. Pasokan minimum

dari pemeliharaan untuk menjaga fluktuasi permintaan dan kemungkinan berhentinya

supplier.

Untuk keseimbangan item kelas A, pesanan periodik diharapkan pada tiap

minggu, mengadakan pengawasan ketat tingkat persediaan yang melebihi. Variasi

laju pemakaian diserap secara tepat oleh ukuran pemesanan tiap minggu, menurut

sistem periodik atau sistem pilihan yang dibicarakan sebelumnya. Juga karena

pengawasan ketat, resiko sebuah perpanjangan pengeluaran stok lebih kecil. Walau

begitu, safety stock menyediakan tingkat pelayanan persediaan yang baik akan

dibenarkan untuk item-item yang mempunyai biaya pengeluaran stok yang besar.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB II_2013_0063.pdf · BAB II LANDASAN TEORI ... Biaya fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

43

Pengendalian Item Kelas B

Item ini seharusnya dimonitor oleh sistem komputer, dengan tampilan

periodik oleh manajemen. Biaya pengeluaran stok kelas B sedikit untuk peraturan dan

safety stock menyediakan pengawasan yang cukup untuk pengeluaran, bahkan

pemesanan terjadi sekurang mungkin.

Pengendalian Item Kelas C

Perhitungan item kelas C merupakan bagian terbesar dari item inventory dan

memodelkan secara hati-hati, tetapi pengawasan rutin harus memadai. Sistem reorder

point (ROP) tidak membutuhkan evaluasi fisik stok, seperti pada sistem “two bin”

yang mencukupi seperti biasa. Untuk tiap item, tindakan dicetuskan ketika persediaan

tepat reorder point (ROP). Jika penggunaan dirubah, pesanan akan dilaksanakan

lebih awal atau lebih lambat dari waktu rata-rata, menyediakan kompensasi

kebutuhan. Semi annual atau tampilan annual dari tiap parameter sistem harus

dilaksanakan tepat waktu, memperkirakan tenggang waktu (lead time) memastikan

dan biaya hasil yang mungkin pada perubahan dalam EOQ. Secara periodik

ditunjukkan pada interval panjang.