BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2...

50
9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul “The Social Construction of Reality, a Treatise in the Sociological of Knowledge” (1966). Mereka meggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksi, di mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami secara subjektif. 1 Suparno dalam Bungin menjelaskan asal mula kontruksi sosial dari filsafat konstruktivisme yang diawali dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Gagasan-gagasan pokok konstruktivime sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistimolog dari Italia, ia merupakan cikal bakal konstruktivisme. 2 Selain itu, Bertens dalam Bungin menjelaskan dalam aliran filsafat, gagasan konstrukivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia dan sejak Plato menemukan akal budi dan ide. 3 Hasil pemikiran tersebut lebih konkret setelah Aristosteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, substansi, materi, esensi, dan sebagainya. 1 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.13 2 Ibid., hlm.13. 3 Ibid., hlm.13.

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konstruksi Sosial

Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan oleh Peter

L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul “The Social

Construction of Reality, a Treatise in the Sociological of Knowledge” (1966).

Mereka meggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksi, di mana

individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan

dialami secara subjektif.1

Suparno dalam Bungin menjelaskan asal mula kontruksi sosial dari

filsafat konstruktivisme yang diawali dari gagasan-gagasan konstruktif

kognitif. Gagasan-gagasan pokok konstruktivime sebenarnya telah dimulai

oleh Giambatissta Vico, seorang epistimolog dari Italia, ia merupakan cikal

bakal konstruktivisme.2

Selain itu, Bertens dalam Bungin menjelaskan dalam aliran filsafat,

gagasan konstrukivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam

tubuh manusia dan sejak Plato menemukan akal budi dan ide.3 Hasil

pemikiran tersebut lebih konkret setelah Aristosteles mengenalkan istilah,

informasi, relasi, individu, substansi, materi, esensi, dan sebagainya.

1 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.13 2 Ibid., hlm.13. 3 Ibid., hlm.13.

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

10

Aristosteles menyebutkan bahwa manusis adalah makhluk social, setiap

pernyataannya harus dibuktikan kebenarannya, kunci pengetahuan adalah

logika dan dasar pengetahuan adalah fakta.

Suparno dalam Bungin menyebutkan ada tiga macam konstruktivisme

yaitu pertama, konstruktivisme radikal. kedua, konstruktivisme realisme

hipotesis; ketiga, konstruktivisme biasa. 4 Konstruktivisme radikal hanya bisa

mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran manusia. Kaum konstruktivisme

radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan

sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi kaum ini tidak

merefleksikan suatu realitas ontologis objektif, namun sebagai sebuah realitas

yang dibentuk oleh pengalaman seseorang.

Dalam konstruktivisme realisme hipotesis, pengetahuan adalah

sebuah anggapan dasar dari struktur realitas yang mendekati realitas dan

menuju kepada pengetahuan yang hakiki. Selanjutnya konstruktivisme biasa

mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan

sebagai gambaran dari realitas itu. Sehingga berdasarkan ketiga macam

konstruktivisme terdapat kesamaan di mana konstruktivisme dilihat sebagai

sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada,

karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang

disekitar.

4 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.14

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

11

Berger dan Luckmann dalam Bungin mengawali penjelasan realitas

sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”.

Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas,

yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada

kehendak kita sendiri. Sementara itu, pengetahuan didefiniskan sebagai

kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik yang

spesifik.

Berger dan Luckmann dalam Bungin mengatakan, pranata

masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan

interaksi manusia. Walaupun masyarakat dan pranata sosial terlihat nyata

secara objektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi

subjektif melalui proses interaksi. Singkat kata Berger dan Luckmann

mengatakan terjadi dialetika antara individu menciptakan masyarakat dan

masyarakat menciptakan individu. Proses dialetika ini terjadi melalui

eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.5

• Eksternalisasi

Ekternalisasi menjadi bagian penting dalam kehidupan individu dan

menjadi bagian dari dunia sosiso-kulturalnya. Artinya eksternalisasi

terjadi pada tahap yang sangat mendasar, dalam satu perilaku interaksi

antara individu dengan produk-produk sosial masyarakatnya. Dengan kata

lain eksternalisai berlangsung ketika produk sosial tercipta di suatu

masyarakat, kemudian individu mengeksternalisasi (melakukan

5 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.15

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

12

penyuasaian diri) ke dalam dunia sosio-kulturalnya sebagai bagian dari

produk manusia.

• Objektivasi

Tahap objektivitas terjadi dalam dunia intersubjektif masyarakat

yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Sedangkan

individu mewujudkan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang

tersedia baik bagi produsennya ataupun bagi orang lain sebagai unsur dari

dunia bersama. Artinya objektifitas dapat terjadi melalui penyebaran opini

sebuah produk sosial yang berkembang di masyarakat, melalui gagasan

opini masyarakat tentang produk sosial dan tanpa harus terjadi sebuah

tatap muka antar personal dan pencipta produk sosial tersebut.

Salah satu hal penting dalam objektivitas ialah pembuatan

signifikasi , yaitu pembuatan tanda-tanda oleh manusia. Suatu tanda dapat

dibedakan dari objektivitas-objektivitas lain, karena memiliki tujuan yang

eksplisit untuk digunakan sebagai indeks bagi pemaknaan subjektif.

• Internalisasi

Internalisasi dalam arti umum merupakan dasar bagi pemahaman

mengenai “sesama saya”, yakni pemahaman individu dan orang lain serta

pemahaman mengenai dunia sebagai suatu yang maknawi dari kenyataan

sosial. Pemahaman ini bukan dari hasil penciptaan makna secara otonom

oleh individu yang terisolasi, melainkan diawali dengan individu yang

“mengambil alih” dunia di mana sudah terdapat orang lain.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

13

Pemahaman langsung dari sesuatu peristiwa objektif sebagai

proses pengungkapan suatu makna. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai

perwujudan dari proses-proses subjektif orang lain serta pemahaman

mengenai dunia sebagai suatu yang maknawi dari kenyataan sosial.

2.1.1 Konstruksi Sosial Media

1. Tahap Konstruksi Sosial Media

Teori dan pendekatan konstruksi sosisal atas realitas terjadi

secara stimulan melalui tiga proses sosial, yaitu eksternalisasi,

objektivitas, dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi diantara satu

individu dengan individu lainnya dalam masyarakat. Teori dan

pendekatan konstruksi sosial atas realitas dari Berger dan

Luckmann merupakan proses stimulan yang terjadi secara alami

melalui bahasa di dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah

komunitas primer dan semi-sekunder. Di mana basis sosial dari

teori dan pendekatan ini ialah masyarakat transisi modern di

Amerika sekitar tahun 1960-an, dalam hal ini media massa belum

menjadi sebuah fenomena yang menarik unuk dibicarakan.6

Bungin berpendapat bahwa pada kenyataannya konstruksi

sosial atas realitas berlangsung lamban, membutuhkan waktu

cukup lama, bersifat berkenaan dalam ruang dan waktu, dan

berlangsung sceara hierarkis-vertikal. Di mana konstruksi sosial

berlangsung dari atasan kepada bawahan, atasan kepada massanya,

kyai kepada santrinya, guru kepada muridnya, dan sebagainya.

6 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.206

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

14

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas reliatas dari Peter

L. Berger dam Thomas Luckmann telah direvisi oleh Bungin

dengan memperhatikan fenomena media massa menjadi sangat

substansi dalam proses eksternalisasi, subjektivitas, dan

internalisasi. Hal ini kemudian dikenal dengan kosntruksi media

massa. Inti dari konstruksi sosial media massa terletak pada

sirkulasi informasi yang cepat dan penyebarannya merata. Realitas

yang terkontruksi tersebut akhirnya membentuk opini massa,

massa cenderung beranggapan atas sesuatu yang belum diketahui

kebenarannya dan opini massa cenderung sinis. Dalam memahami

proses konstruksi sosial media massa, terdapat empat tahapan

sebagai berikut:

• Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Tahap menyiapkan materi konstruksi sosial media massa

adalah tugas dari redaksi media massa. Tugas tersebut

didistribusikan pada bagian editor yang terdapat di media

massa. Isu-isu penting menjadi fokus media massa, khususnya

yang berkaitan dengan kedudukan, tahta, dan perempuan. Selain

tiga hal tersebut juga terdapat fokus lain, misalnya informasi

yang bersifat menyentuh perasaan khalayak yakni permasalahan

sensivitas, sensualitas, maupun ketakutan. Sensivitas terkait

tentang persoalan-persoalan sensitif di masyarakat seperti isu-

isu yang menggelisahkan masyarakat atau agama tertentu.

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

15

Sensualitas yakni berkaitan dengan seks, aurat, syahwat,

pornomedia, dan sebagainya.

Selain itu, terdapat tiga hal penting dalam menyiapkan

materi konstruksi sosial yakni:

⎯ Keberpihakan media massa kepada kapitalisme

Seperti telah diketahui bahwa kini hampir tidak ada lagi

media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalam

artian, media massa digunakan oleh kekuatan kapital untuk

menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang

dan melibat gandakan modal. Semua elemen media massa,

termasuk orang-orang di dalamnya berpikir untuk melayani

kapitalisme, di mana ideologi mereka adalah membuat

media massa yang laku di masyarakat.

⎯ Keberpihakan semu kepada masyarakat

Adapun bentuk dari keberpihakan ini ialah empati,

simpati, dan berbagai partisipasi kepada masyarakat,

namun pada akhirnya adalah untuk menjual berita dan

menaikkan kepentingan kapitalis. Contoh kasus yang dapat

dilihat dari keberpihakan ini adalah pemberitaan bencana

Tsunami yang terjadi di Aceh dan sekitarnya dalam

kemasan berita “Indonsia Menangis” dan sejenisnya secata

terus menerus diekspose bahkan sampai pada sisi yang telah

meninggalkan hak-hak sumber berita. Begitu juag dengan

reality show seperti bedah rumah, rezeki nomplok, KDI,

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

16

Indonesian Idol, yang mengekspos kesedihan dan air mata,

sejenis acara derap hukum, kriminal, dan sebagainya,

berbagai sinetron yang mengumbar empati, simpati, atau

pun kontroversi.

⎯ Keberpihakan pada kepentingan umum

Bentuk dari keberpihakan ini dalam arti sesungguhnya

adalah visi dari setiap media massa, di mana akhir-akhir ini

visi tersebut tidak pernah menunjukkan jati dirinyaa, namun

slogan-slogan tentang visi ini tetap didengar.

• Tahap Sebaran Konstruksi

Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi

media massa. Konsep pasti strategi sebaran masing-masing

media massa berbeda, namum prinsip utamanya yaitu real-time.

Sebab sifatnya yang langsung (live) makan yang dimaksud real-

time ialah seketika disiarkan maka sekita itu juga pemberitaan

sampai pada pemirsa atau pendengar. Namun untuk sifat real-

time dari media cetak terdiri dari beberapa konsep hari, minggu,

atau bulan. Meskipun media cetak memiliki konsep real-time

yang sifatnya dalah tertunda, namun prinsip aktualitas menjadi

pertimbangan utama. Sehingga pembaca merasa tepat waktu

memperoleh berita tersebut.

Pilihan-pilihan wilayah sebaran adalah strategi lain dalam

sebaran konstruksi media berdasarkan segmentasi. Informasi

tentang profil olahragawan tinju yang amu bertanding minggu

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

17

ini adalah milik segmentasi yang berbeda dengan informasi

tentang kosmetika. Pilihan sumber informasi juga dapat dipilih

berdasarkan pemetaan kekuasaan sosial sumber informasi itu di

masyarakatnya. Misalnya pilihan Menteri Pendidikan sebagai

sumber informasi kenaikan gaji guru adalah berdasarkan

wilayah kekuasaan Menteri Pendidikan dalam mengatur

kesejahteraan guru, dan sebagainya.

Umumnya sebaran konstruksi sosial media massa

menggunakan model satu arah, di mana media menyodorkan

informasi sementara konsumen media tidak memiliki pilihan

lain selain mengonsumsi informasi tersebut. Model satu arah ini

khususnya terjadi di media cetak. Sedangkan untuk media

lainnya seperti media eletronik khususnya radio yang dapat

dilakukan dua arah, meskipun konstruksi masih didominasi oleh

media. Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa

ialah seluruh informasi harus sampai pada pemirsa atau

pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda

media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi

penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

• Tahap Pembentukan Konstruksi

a. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas

Setelah pemberitaan sampai pada pembaca atau

pemirsa, yaitu terjadi pembentukan konstruksi di

masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

18

umum. Pertama, konstruksi realitas pembenaran. Tahap ini

sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang

terbangun di masyarakat, di mana cenderung membenarkan

apa saja yang disajikan di media massa sebagai suatu

pembenaran. Dapat diartikan bahwa informasi media massa

sebagai otoritas sikap untuk membenarkan sebuah kejadian.

Kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media. Tahap ini

merupakan sikap umum dari tahap sebelumnya. Ketika

seseorang memilih untuk menjadi pembaca dan pemirsa

dari suatu media massa, maka bersedia pikirannya untuk

dikonstruksi oleh media massa. Ketiga, sebagai pilihan

konsumtif. Pada tahap ini seseorang secara habit tergantung

pada media massa. Media massa merupakan bagian dari

suatu kebiasaan hidup yang tidak dapat dipisahkan.

b. Pembentukan Konstruksi Citra

Pembentukan konstruksi citra adalah bangunan yang

diinginkan oleh tahap konstruksi. Di mana bangunan

konstruksi citra yang dibangun oleh media massa ini

terbentuk dalam dua model; (1) model good news, sebuah

konstruksi yang cenderung mengkonstruksi suatu

pemberitaan sebagai pemberitaan yang baik. Pada model ini

objek pemberitaan dikonstruksi sebagai suatu yang

memiliki citra baik, sehingga terkesan lebih baik dari

sesungguhnya kebaikan yang terdapat pada objek tersebut.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

19

(2) Model bad news, suatu konstruksi yang cenderung

mengonstruksi kejelekan atau memberi citra buruk pada

objek pemberitaan sehingga terkesan lebih jelek, lebih

buruk, lebih jahat dari sesungguhnya sifat jelek, buruk,

yang ada pada objek pemberitaan itu sendiri. Setiap

pemberitaan memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam model

pencitraan di atas. Sehingga misalnya pada pembertitaan

kriminal, maka model bad news menjadi tujuan akhir. Di

mana terbentuknya citra buruk sebagai penjahat, koruptor,

terdakwa dan sebagainya.

• Tahap Konfirmasi

Konfirmasi merupakan tahapan ketika media massa

maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan

akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap

pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai

bagian untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasannya

konstruksi sosial. Sementara untuk pemirsa dan pembacanya,

tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia

bersedia dan terlibat dalam proses kontruksi sosial.

Alasan-alasan yang sering digunakan dalam tahap

konfirmasi ini adalah (a) kehidupan modern menghendaki

pribadi yang selalu berubah dan menjadi bagian dari produksi

media massa. (b) Kedekatan dengan media adalah life style

orang modern. Di mana orang modern menyukai popularitas,

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

20

terutama sebagai subjek media massa itu sendiri. (c) Walaupun

media massa memiliki kemampuan mengkonstruksi realitas

media berdasarkan subjektivitas media, namun kehadiran media

massa dalam kehidupan seseorang merupakan sumber

pengetahuan tanpa batas yang sewaktu-waktu dapat diakses.

2. Realitas Media; Realitas yang Dikonstruksi oleh Media

Mengenai proses konstruksi realitas, prinsipnya setiap usaha

“menceritakan” sebuah peristiwa, keadaan, atau benda tanpa

pengecualian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan

merupakan sebuah usaha dari mengkonstruksikan realitas.7

Laporan tentang kegiatan orang yang berkumpul di lapangan untuk

mendengarkan pidato pemilu merupakan hasil konstruksi realitas

mengenai peristiwa yang biasa disebut dengan kamapanye pemilu.

Sebab sifat dan fakta tentang pekerjaan media adalah

menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan media adalah

mengkonstruksi berbagai realitas yang akan disiarkan. Media

menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga

menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Media sebenarnya

berada ditengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai

kepentingan, konflik, dan fakta ang kompleks dan beragam.8 Hal

7 Ibnu Hamad, “Konstruksi Realitas Sosial dalam Media Massa Sebuah Studi Critical Discourse

Analysis terhadap Berita-berita Politik”, (Jakarta: Granit, 2004), hlm. 11

(https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=BkEB7gJQMLQC&oi=fnd&pg=PA5&dq=konst

ruksi+realitas&ots=khYZeSkezD&sig=R94i1RzMzlMCWmvZOas8k3j136k&redir_esc=y#v=one

page&q=konstruksi%20realitas&f=false diakses pada tanggal 15 April 2019) 8 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan

Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 29-30

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

21

ini mengartikan bahwa di satu sisi media dapat berperan sebagai

sarana penyebaran ideologi kekuasaan, alat legitimasi, dan kontrol

atas wacana publik.

Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian,

atau gambaran umum tentang banyak hal, media mempunyai

kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat

membentuk opini publik karena media juga dapat berkembang

menjadi kelompok penekan atas ide atau gagasan terentu, bahkan

suatu kepentingan atau citra yang merepresentasikan untuk

diletakkan dalam konteks kehidupan. Dengan demikian,

sebenarnya media berada pada posisi mendua, dalam pengertian

bahwa media dapat memberikan pengaruh positif ataupun negatif.

Media tidak hanya memberikan informasi dan hiburan

namun juga memberikan pengetahuan kepada khalayak, sehingga

proses berpikir dan menganalisis sesuatu menjadi berkembang

yang pada akhirnya membawa pada suatu kerangka berpikir sosial

bagi terbentuknya sebuah kebijakan publik yang merupakan

implikasi dari proses tersebut. Hal tersebut merupakan bagian cara

media mengkonstruksi realitas sosial di masyarakat. Berdasarkan

penjelasan tersebut, makan berdasarkan kemungkinan yang dapat

diperankan, media merupakan sebuah kekuataan raksasa yang

sangat perlu diperhitungkan.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

22

2.1.2 Bahasa Sebagai Realitas Sosial

Menurut Berger dan Luckmann dalam Hamad, dalam proses

konstruksi realitas bahasa merupakan unsur utama. Bahasa

merupakan unsur pokok untuk menceritakan realitas. Di samping itu

bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Selanjutnya

penggunaan bahasa (simbol) tertentu menentukan format narasi dan

makna tertentu. Lebih dari itu, keberadaan bahasa khususnya dalam

media tidak lagi sebagai alat untuk mengkonstruksi realitas, namun

dapat menentukan gambaran atau makna citra mengenai suatu

realitas-realitas media yang akan muncul di benak khalayak.

DeFleur dan Ball-Rokeach dalam Hamad mengatakan bahwa

terdapat beberapa cara media dalam mempengaruhi bahasa dan makna

yaitu mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya,

memperluas makna dan istilah-istilah yang ada, mengganti makna

yang lama menjadi sebuah istilah makna yang baru, memantapkan

konvensi makna yang sudah ada dalam sebuah sistem bahasa.9 Maka

dari itu persoalan makna tersebut, membuat penggunaan bahasa

menjadi berpengaruh terhadap konstruksi realitas. Penggunaan bahasa

tertentu berdampak pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang

dikandungnya. Pemilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut

menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul

9 Ibnu Hamad, “Konstruksi Realitas Sosial dalam Media Massa Sebuah Studi Critical Discourse

Analysis terhadap Berita-berita Politik”, (Jakarta: Granit, 2004), hlm. 12

(https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=BkEB7gJQMLQC&oi=fnd&pg=PA5&dq=konst

ruksi+realitas&ots=khYZeSkezD&sig=R94i1RzMzlMCWmvZOas8k3j136k&redir_esc=y#v=one

page&q=konstruksi%20realitas&f=false diakses pada tanggal 19 Januari 2020)

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

23

darinya. Melalui perspektif ini bahasa tidak hanya mampu untuk

mencerminkan relitas, namun juga mampu menciptakan suatu realitas.

Berdasarkan penjelasan di atas maka terdapat tiga tindakan yang biasa

dilakukan media khususnya oleh komunikator ketika ingin melakukan

konstruksi realitas yaitu pemilihan symbol (fungsi bahasa), pemilihan

fakta yang akan disajikan, dan kesediaan memberi tempat.

2.2 Media Baru

Media komunikasi saat ini yang sedang mengalami pertumbuhan

pesat ialah media baru yang sebagian besarnya berupa media digital,

komputer, dan jaringan informasi dan komunikasi di abad ke-20.10

Komputer dan internet merupakan beberapa contoh nyata media dari hasil

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang sedang

banyak digunakan. Bahkan penggunaan internet kini sudah menjadi bagian

dari kehidupan yang tidak dapat dilepaskan.

Perkembangan teknologi informasi mengubah kebiasaan

masyarakat untuk berkomunikasi, mengonsumsi barang ataupun jasa, dan

sebagainya. Beberapa perkembangan digital dapat ditandai dengan

pengutamaan pada personalia, partisipasi, dan kemitraan, serta penggunaan

platform media sosial.11 Teknologi informasi inilah yang saat ini populer

dikenal dengan new media (media sosial).12 Eksistensi media baru banyak

10 Yesi Puspita, “Pemanfaatan New Media dalam Memudahkan Komunikasi dan Transaksi

Pelacur Gay”, Jurnal Pekommas Vol. 18 No. 3, 2015, hlm.204

(https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/pekommas/article/view/1180306/256 diakses pada tanggal

28 April 2019) 11 Agung Laksamana, Public Relations in the Age of Disruption, (Yogyakarta: Bentang Pustaka,

2018), hlm. 49 12 Yesi Puspita, “Pemanfaatan New Media dalam Memudahkan Komunikasi dan Transaksi

Pelacur Gay”, Jurnal Pekommas Vol. 18 No. 3, 2015, hlm.204

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

24

membawa manfaat baik dari sisi positif ataupun negatif. Beberapa manfaat

yang dapat dirasakan dari adanya new media ialah kemudahan masyarakat

dalam memperoleh informasi. Selain itu, kini banyak juga instansi ataupun

organisasi yang menggunakan new media untuk menjangkau audience

mereka.

Youtube merupakan bagian dari new media yang saat ini sedang

banyak diminati masyarakat. Sambutan masyarakat terhadap Youtube

dinilai sangat fantastis. Lebih dari 1,9 miliar pengguna yang mengunjungi

youtube di setiap bulannya dan juga lebih dari dari satu miliar orang setiap

harinya menonton youtube.13 Hal ini merupakan sepertiga dari seluruh

pengguna internet di dunia. Popularitas Youtube diprediksi akan terus

mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah pengguna.14

Tingginya popularitas yang didapatkan oleh Youtube dilatar belakangi oleh

meningkatnya nilai fungsi Youtube sebagai bagian dari new media. Kini

Youtube dapat diakses dalam 80 bahasa dan telah meluncurkan versi

lokalnya di 91 negara. Selain itu, dikutip dari globalwebindex dalam

katadataco.id bahwa YouTube merupakan platform media sosial yang

paling sering digunakan dengan persentase sebanyak 43%.15

(https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/pekommas/article/view/1180306/256 diakses pada tanggal

28 April 2019) 13 Youtube, www.youtube.com diakses tanggal 14 April 2019 14 Diaz Praditya, “3 Fakta Menarik dari Riset Google Tentang Perkembangan Youtube di

Indonesia”, (https://id.techinasia.com/fakta-perkembangan-youtube-di-indonesia, diakses pada

tanggal 14 April 2019 15 Katadata, “Ini Media Sosial Paling Populer di Indonesia”,

(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/01/media-sosial-apa-yang-paling-sering-

digunakan-masyarakat-indonesia, diakses pada tanggal 14 April 2019).

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

25

2.2.1 Youtube Sebagai Media Dakwah

Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa dakwah melalui

media sosial merupakan pilihan dari banyak dai. Salah satunya yaitu

Youtube. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini akan sangat

menguntungkan apabila dimanfaatkan dengan maksimal dan bijak

oleh para dai. Sebagai platform yang berisikan konten video,

YouTube diklasifikasikan sebagai kategori media audio visual.

Sehingga jika digunakan sebagai media dakwah di era saat ini akan

memberikan informasi yang efektif karena mudah diterima oleh

masyarakat.

Salah satu pertimbangan utama untuk menjadikan YouTube

sebagai media dakwah tentu saja berkaitan erat dengan posisi dari

YouTube itu sendiri sebagai platfrom media sosial terkemuka dan

paling diminati saat ini. YouTube sebagai media dakwah merupakan

hasil dari pemanfaatan dan penerapan hasil teknologi modern. Selain

itu, memanfaatkannya sebagai media dakwah juga merupakan

bagian dari kulturasi dakwah, yakni dakwah yang

mempertimbangkan potensi dan kecenderungan kultural yang ada di

masayarakat.16 Di mana nantinya dengan pemanfaatan dan

penerapan ini diharapkan dapat mecapai sasaran dakwah yang lebih

optimal.

16 Abdullah, Ilmu Dakwah Kajian Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah,

(Depok: Rajawali Pers, 2018), hlm. 161

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

26

2.3 Analisis Wacana

Wacana banyak digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Mulai dari

studi bahasa, komunikasi, sastra, psikologi, politik dan sebagainya. Namun

secara spesifik definisi, pengertian, atau arti dari wacana itu sendiri sesuai

dengan konteks disiplin ilmu tersebut. Sehingga banyak ahli yang

mendefinsikan dan memberikan batasan yang berbeda-beda. Istilah wacana

saat ini digunakan sebagai terjemahan dari perkataan bahasa Inggris yaitu

discourse. Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus, dis : ‘dari,

dalam arah yang berbeda’, dan currere ‘lari’.17

Yoce Aliah menjelaskan bahwa wacana ialah satuan bahasa yang

lengkap, sehingga dalam urutan tingkatan tata bahasa merupakan satuan tata

bahasa tertinggi dan terbesar.18 Sementara itu Sobur mengartikan wacana

sebagai rangkaian kata atau tindak tutur yang mengungkapkan akan suatu hal,

disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang berhubungan,

baik yang dibentuk secara segmental ataupun nonsegmental bahasa.19 Jika

berpegang dari definisi di atas, maka semua tulisan yang teratur, yang sesuai

dengan urut-urutan semestinya, atau logis dapat dikatakan sebagai wacana.

Oleh karena itu, wacana harus memiliki dua unsur yaitu kesatuan dan

kepaduan.

Pembahasan wacana dari segi lain dikemukakan oleh Muslimin

Machmud yang berpendapat bahwa wacana adalah proses pengembangan

dari komunikasi, menggunakan simbol-simbol, yang berkaitan dengan

17 Alex Sobur, AnalisisTteks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,

dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2015), hlm. 9 18 Yoce Aliah, Analisis Wacana dalam Multiperspektif, (Bandung: Refika Aditama, 2014), hlm. 6 19 Alex Sobur, Op.Cit., hlm 11.

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

27

interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam sistem kemasyarakatan yang

luas.20 Dalam pengertian lain juga, Hawthorn dalam Aris Badara menyebut

wacana merupakan komunikasi kebahasaan yang terlibat sebagai sebuah

pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas

personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.21

Sara Mills dalam Eriyanto memberikan gambaran terkait perbedaan

disiplin ilmu analisis wacana.22 Menurut pandangan sosiologi, wacana

menjelaskan khususnya pada hubungan konteks sosial dari pemakaian

bahasa. Perspektif psikologi sosial, analisis wacana diartikan sebagai

pembicaraan. Wacana yang dimaksud di sini sedikit mirip dengan struktur

dan bentuk wawancara dan praktik dari pemakaiannya. Sementara dalam

lapangan politik analisis wacana adalah praktik pemakaian bahasa, terutama

politik bahasa. Sebab bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu

objek, dan lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya, maka aspek inilah

yang dipelajari dalam analisis wacana.

Menurut Eriyanto (2003) dan Yoce Aliah (2014) dalam penerapannya

ada beberapa sudut pandang dalam menganalisis wacana. Perbedaan tersebut

didasari akan adanya perbedaan sudut pandang mengenai bahasa. Setidakya

terdapat tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana yakni

sebagai berikut: Pertama pandangan kaum positivisme-empiris, melihat

bahwa bahasa sebagai perantara antara manusia dengan objek di luar dirinya.

20 Muslimin Machmud, Tuntunan Penulisan Tugas Akhir Berdasarkan Prinsip Penelitian Ilmiah,

(Malang: Selaras, 2016), hlm. 162 21 Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta:

Kencana, 2012), hlm. 16 22 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2003), hlm. 3

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

28

Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat diekpresikan secara

langsung melalui bahasa tanpa adanya kendala atau distorsi, sejauh

dinyatakan dengan pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki

keterkaitan dengan pengalaman empiris. Dalam hubungannya dengan analisis

wacana, konsekuensi logis dari pandangan ini ialah orang tidak perlu

mengetahui makna-makna atau nilai-nilai yang mendasari pernyataannya.

Bagian terpentingnya ialah dalam analisis wacana dimaksudkan untuk

menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama.

Kemudia tolak ukurnya dengan pertimbangan benar atau tidak benar

berdasarkan sintaksis dan semantik. Kedua pandangan konstruktivisme, di

mana pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi.

Paradigma ini menganggap bahwa bahasa diatur dan dihidupkan oleh

penyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap peryataan merupakan sebuah

tindakan dari pembuatan makna seperti, tindakan pembentukan diri serta

pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena itu, analisis wacana

dalam paradigma ini dimaksudkan sebagai suatu upaya membongkar atau

mengungkapkan maksud tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu

pernyataan.

Ketiga pandangan paradigma kritis. Pandangan ini mengoreksi

pandangan konstruktivisme yang dianggap kurang sensitif pada proses

produksi dan reproduksi makna yang terjadi baik secara historis ataupun

institusional. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada

konstelasi (pengontrolan) kekuatan yang terjadi saat proses produksi dan

reproduksi makna. Subjek tidak dianggap sebagai pihak netral yang dapat

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

29

menafsirkan secara bebas sesuai dengan pemikirannya, akan tetapi sangat

berkaitan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada di dalam

masyarakat. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi

yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema wacana tertentu,

maupun strategi di dalamnya. Oleh karena itu dalam paradigma ini, analisis

wacana digunakan untuk membongkar kuasa yang ada di dalam setiap proses

produksi bahasa.

2.3.1 Pendekatan Analisis Wacana

Eriyanto (2003) dan Aliah (2014) dan Machmud (2016)

mengemukakan bahwa terdapat lima pendekatan dalam analisis

wacana kritis yang disampaikan para ahli. Pendekatan-pendekatan

tersebut antara lain:

a. Pendekatan Bahasa Kritis atau Analisis Bahasa Kritis

(Critical Linguistics)

Pendekatan bahasa kritis ini dibangun pada tahun 1970-an

oleh sekelompok pengajar di Universitas East Anglia. Pendekatan

ini memusatkan analisis wacana pada bahasa atau struktur tata

bahasa dan menghubungkannya dengan ideologi. Artinya

bagaimana tata bahasa membawa posisi dan makna ideologi

tertentu. Aspek ideologi dapat diamati dengan melihat pilihan

bahasa dan struktur tata bahasa yang digunakan. Bahasa dipahami

sebagai pilihan kata atau struktur bahasa yang akan dipilih dan

diungkapkan untuk menciptakan suatu makna ideologi tertentu.

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

30

Ideologi dalam taraf umum memperlihatkan cara suatu

kelompok berusaha mendapatkan dukungan publik, dan

kelompok lain berusaha untuk dimarginalkan lewat pemakaian

bahasa dan struktur tata bahasa tertentu. Bahasa merupakan suatu

sistem kategorisasi, di mana kosakata tertentu dapat dipilih

sehingga memberikan makna tertentu. Pemilihan penggunaan

kosa kata akan menunjukkan perbedaan satu kelompok dengan

kelompok lainnya. Dengan kata lain, sebuah peristiwa yang sama

dapat dibahasakan dengan bahasa yang berbeda tergantung pada

pengalaman budaya, politik, dan juga sosialnya.

b. Analisis Wacana Pendekatan Perancis (French Discourse

Analysis)

Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh teori ideologi

Althusser dan teori wacana Foucalt. Dalam pandangan ini, kata

yang digunakan serta makna dari kata-kata tersebut

memperlihatkan posisi seseorang dalam kelas tertentu. Bahasa

adalah tempat pertarungan, berbagai kelompok dan kelas sosial

berusaha menanamkan keyakinan dan pemahamannya.

Pendekatan ini berusaha memusatkan perhatian pada efek

ideologi dan bagaimana mengkomunikasikan sesuatu yang

memposisikan seseorang sebagai subjek dalam situasi sosial

tertentu.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

31

c. Pendekatan Kognisi Sosial (Socio Cognitive Approach)

Pendekatan kognisi sosial ini dikembangkan oleh pengajar

Universitas Amsterdam, Belanda, dengan tokoh utamanya Teun

A. Van Dijk. Pendekatan ini disebut juga dengan kognisi sosial.

Van Dijk memandang bahwa faktor kognisi sebagai elemen

terpenting dalam produksi wacana. Dalam hal ini wacana bukan

saja berdasarkan struktur wacana, tetapi juga menyertakan

bagaimana proses wacana itu dihasilkan. Berdasarkan analisis

teks misalnya dapat diketahui bahwa wacana cenderung

memojokkan kelompok minoritas dalam berbagai pembicaraan

publik. Sedangkan menurut Van Dijk munculnya wacana seperti

itu hanya tumbuh dalam suasana kognisi pembuat teks yang

berpandangan cenderung memojokkan kelompok minoritas.

Terkait hal ini, dengan melakukan penelitian yang lebih luas dan

mendalam mengenai kognisi sosial akan dapat dilihat sejauh

mana keterkaitan tersebut, sehingga wacana dapat dilihat secara

lebih utuh.

d. Pendekatan Perubahan Sosial (Sociocultural Change

Approach)

Analisis wacana ini memusatkan perhatian pada bagaimana

wacana dan perubahan sosial. Pendekatan ini melihat wacana

sebagai praktik sosial. Memandang wacana sebagai praktik

sosial, ada keterkaitan dialektis antara praktik diskursif tersebut

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

32

dengan identitas dan relasi sosial. Wacana juga melekat pada

situasi, institusi, dan kelas sosial tertentu.

e. Pendekatan Wacana Sejarah (Discourse Historical

Approaches)

Pendekatan wacana sejarah ini dikembangkan oleh

sekelompok pengajar di Vienna di bawah Ruth Wodak dan

koleganya. Wodak dan keloganya dipengaruhi oleh pemikiran

dari sekolah Frankfurt, khususnya Jurgen Habermas.

Penelitiannya terutama untuk menunjukkan bagaimana wacana

seksisme, antisemit dan rasialisme dalam media dan masyarakat

kontemporer. Analisis wacana yang dikembangkan oleh Ruth

Wodak disebut juga wacana historis. Menurut Wodak dkk

analisis wacana harus mengikutsertakan konteks sejarah,

bagaimana wacana tentang suatu kelompok dijelaskan. Sebagai

contoh penggambaran yang buruk atau rasis tentang suatu

kelompok, menurut Wodak hal tersebut terbangun melalui proses

sejarah yang panjang. Prasangka, bias, dan sebagainya harus

dibuka dengan melakukan tinjauan sejarah.

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

33

2.4 Dakwah

2.4.1 Pengertian Dakwah

Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa Arab yakni

da’a, yad’u, da’watan yang artinya seruan, ajakan, panggilan.23

Sedangkan secara terminilogis banyak para ahli telah

mendefinisikan apa itu dakwah. Setiap ahli memberikan definisi

yang berbeda-beda, sehingga istilah dari satu ahli ke ahli lainnya

sering kali terdapat kesamaan ataupun perbedaan. Menurut Wahyu

Ilaihi dakwah adalah ajakan atau seruan kepada manusia untuk ke

jalan kebaikan dan menjadi yang lebih baik.24

Toha Yahya menjelaskan bahwa dakwah merupakan proses

mengajak manusia untuk ke jalan Tuhan dengan cara yang bijaksana

agar memperoleh keselamatan serta kebahagiaan di dunia dan

akhirat.25 Sementara itu, Kustadi Suhandang mengartikan dakwah

dengan perspektif komunikasi. Istilah dakwah dapat diartikan

sebagai mengkomunikasikan ajaran Islam dengan artian kegiatan

pelaku dakwah dalam menyerukan kepada manusia untuk menganut

ajaran Islam, memberikan informasi pesan-pesan dakwah tentang

amar makruf nahi mungkar baik secara lisan ataupun tulisan agar

terwujudnya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 26

23 Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 1 24 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 17 25 Toha Yahya, Islam dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2004), hlm.67 26 Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2018), hlm. 12

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

34

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa dakwah merupakan kegiatan untuk menyerukan, mengajak,

dan memanggil manusia untuk beriman dan taat kepada Allah SWT

sesuai dengan aqidah dan syariat Islam yang dilakukan dengan

berbagai cara demi tercapainya kemaslahatan dan kebahagiaan di

dunia maupun di akhirat.

2.4.2 Tujuan Dakwah

Kegiatan dakwah adalah serangkaian kegiatan untuk

mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk

memberikan arahan, pedoman, petunjuk, dan metode pada aktivitas

dakwah. Di mana para pelaku dakwah harus dapat memahami apa

tujuan akhir dari semua aktivitas dakwah yang dilaksanakan. Lebih

dari itu tujuan dakwah juga menentukan dan berpegaruh terhadap

penggunaan metode, media, sasaran, hingga strategi dakwah. Oleh

karena itu, dengan adanya tujuan yang jelas dapat memudahkan

pelaku dakwah dalam melaksanakan aktivitas dakwah.

a. Secara khusus Wahyu Illahi membedakan tujuan dakwah

menjadi beberapa segi yaitu:27

• Segi mitra dakwah

⎯ Tujuan perseorangan, terbentuknya pribadi muslim

dengan memiliki iman yang kuat, berperilaku sesuai

dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah SWT

dan berakhlak karimah.

27 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 39

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

35

⎯ Tujuan untuk keluarga, terbentuknya keluarga bahagia

yang penuh dengan ketentraman dan cinta kasih antara

anggota keluarga.

⎯ Tujuan untuk masyarakat, terciptanya kesejahteraan

masyarakat yang dikelilingi dengan suasana keislaman.

⎯ Tujuan untuk umat manusia di seluruh dunia, terciptanya

kehidupan masyarakat dunia yang dikelilingi dengan

kedamaian dan ketentraman seperti tegaknya keadilan,

persamaan hak dan kewajiban, tidak mendiskriminasi,

saling membantu dan menghormati antar umat manusia.

• Segi Pesan

⎯ Tujuan Akidah, tertanamnya suatu akidah yang mantap

di dalam hati umat manusia, sehingga tidak ada lagi

keraguan yang muncul terhadap ajaran-ajaran Islam.

⎯ Tujuan Hukum, terbentuknya pribadi muslim yang

berakhlakul karimah, patuh terhadap hukum-hukum

yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.

b. Jalaluddin Rakhmat dalam Wahyu Ilaihi juga mengungkapkan

tujuan dakwah dalam perpektif komunikasi yaitu:28

• Informatif (Memberitahukan)

Ditujukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

penerima dakwah. Dalam hal ini pelaku dakwah selaku

28 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 39

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

36

komunikator memberikan penjelasan dan keterangan-

keterangan terkait topik yang dibahas.

• Persuasif (Mempengaruhi)

Ditujukan agar orang percaya terhadap apa yang

disampaikan sehingga tumbuh kesadaran, semangat, dan

antusias untuk melalukannya.

• Rekreatif (Menghibur)

Pada tujuan ini, reaksi pendengar adalah yang

diharapkan terhadap humor, perhatian, dan kesenangan

dalam menerima dakwah. Sehingga dalam menyampaikan

dakwah menggunakan bahasa yang ringan dan mudah

dimengerti oleh penerima dakwah.

Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah

adalah terwujudnya ajaran-ajaran Islam dari segala aspek kehidupan

sehingga dapat mendatangkan kedamaian, ketentraman, dan

kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

2.4.3 Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah merupakan salah satu hal penting di

dalam kegiatan dakwah. Sebab, jika unsur-unsur tersebut tidak

terpenuhi maka kegiatan dakwah akan mengalami hambatan hingga

kegagalan. Unsur-usur dakwah merupakan komponen yang ada pada

setiap aktivitas dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah menurut Aziz

(2004) dan Ilaihi (2010) meliputi Da’i (pelaku dakwah), Mad’u

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

37

(penerima dakwah), Maddah (materi dakwah), Wasilah (media

dakwah), Atsar (efek dakwah), dan Thariqah (metode dakwah).

Adapun Tata Sukayat mengklasifikasikan unsur-unsur

dakwah meliputi Da’i, Mad’u, Mawdhu’al-da’wah (pesan

dakwah), Uslub al-Da’wah (metode dakwah), Wasilah al-Da’wah

(media dakwah).29 Secara garis besar unsur-unsur dakwah yang

diklasifikasikan oleh Tata sama dengan Ilaihi dan Aziz. Hanya saja

letak perbedaan terdapat pada efek dakwah. Dalam

mengklasifikasikan unsur-unsur dakwah Tata tidak memasukkan

efek dakwah ke dalamnya. Pada penelitian ini yang peniliti gunakan

ialah milik Ilaihi dan Aziz. Sebab, selain karena mengikuti

pernyataan terbanyak di sini peneliti menganlisis dalam konteks

komunikasi dakwah. Di mana dalam unsur-unsur komunikasi

terdapat efek di dalamnya agar dapat membangun sebuah

komunikasi yang sempurna. Adapun penjelasan unsur-unsur

dakwah secara lebih dalam antara lain:

a. Dai (Pelaku Dakwah)

Dai merupakan orang yang melakukan aktivitas dakwah

secara lisan, tulisan, ataupun perbuatan dan baik dilaksanakan

secara individu, kelompok, maupun organisasi atau lembaga.30 Di

dalam masyarakat Islam Indonesia istilah dai juga sering disebut

dengan mubaligh, ulama, dan kiai. Ketiga aspek tersebut

memiliki makna yang lebih sempit atau dapat dikatakan bahwa

29 Tata Sukayat, Quantum Dakwah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 25 30 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 19

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

38

ketiga istilah tersebut digunakan untuk aspek yang menonjol dari

kepemimpinan agama tersebut.

Faktor pelaku dakwah cukup menentukan sebagai salah

satu keberhasilan dakwah. Maka para pelaku dakwah hendaknya

mampu menjadi penggerak dakwah yang profesional. Selain itu,

pelaku dakwah juga harus paham dan menguasai tentang apa

yang akan disampaikan dalam berdakwah, serta dapat

memberikan solusi terhadap problema yang dihadapkan manusia,

menghadirkan metode-metode agar pemikiran dan perilaku

manusia tidak melenceng. Sehubungan dengan hal tersebut

adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang dai yaitu:31

• Memahami serta mendalami Al-Qur’an, As-Sunnah, dan

sejarah kehidupan Rasul, serta lemah lembut dan bijaksana.

• Paham akan keadaan masyarakat yang akan menerima

dakwah.

• Memiliki keberanian dalam mengungkapkan kebenaran.

• Ikhlas dalam melaksanakan aktivitas dakwah dan tidak

tergoda dengan nikmat materi.

• Memiliki keseimbangan antara apa yang dikatakan dengan apa

yang dilakukan.

• Dapat menghindari dan terjauh dari hal-hal yang dapat

menjatuhkan harga diri.

b. Mad’u (Penerima Dakwah)

31 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 81

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

39

Mad’u adalah pihak yang menerima atau menjadi sasaran

dakwah untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini pihak yang

menerima pesan adalah semua orang yang dijadikan sasaran

aktivitas dakwah dapat berupa individu maupun kelompok.

Syamsuddin mengungkapkan, jika ditinjau dari segi kerisalahan

Rasulullah SAW maka mad’u (penerima dakwah) dapat

digolongkan menjadi dua kelompok:32 pertama, umat dakwah

yakni umat yang belum meyakini, menerima, dan mengamalkan

ajaran-ajaran Islam. Kedua, umat ijabah yakni umat yang secara

ikhlas telah memeluk agama Islam dan disamping itu kepada

mereka juga diberikan tanggung jawab untuk melakukan aktivitas

dakwah. Sedangkan Abduh dalam Wahyu Ilaihi membagi mad’u

menjadi tiga golongan sebagai berikut:33

• Golongan cerdik cendikiawan: golongan ini merupakan

golongan yang cinta akan kebenaran, dapat berpikir kritis dan

juga dapat cepat menangkap persoalan.

• Golongan awam: kebanyakan orang pada golongan ini belum

dapat berpikir secara kritis dan mendalam. Selain itu golongan

ini juga belum dapat menangkap dan memahami makna yang

tinggi.

32 Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 14

(https://books.google.co.id/books?id=Q9xDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=sosiologi+dak

wah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjP2bm71LbhAhVZfX0KHb9pCF8Q6AEIKTAA#v=onepage

&q=sosiologi%20dakwah&f=false diakses tanggal 06 April 2019). 33 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 20

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

40

• Golongan yang berbeda dengan golongan di atas adalah

mereka yang suka membahas sesuatu, tapi hanya dalam batas-

batas tertentu, serta tidak sanggup mendalami dengan benar.

Dengan demikian mengingat keberadaan mad’u yang beraneka

ragam baik dari strata ekonomi, tingkat pendidikan, usia, jenis

kelamin, dan lain sebagainya maka dai sebagai pelau dakwah perlu

memperhatikan hal tersebut. Selain itu nantinya juga dapat dijadikan

pertimbangan dalam menentukan model berdakwah. Sehingga

aktivitas dakwah yang dilakukan berhasil menyentuh persoalan

kehidupan umat manusia dan dapat berjalan secara efektif.

c. Maddah (Materi Dakwah)

Materi dakwah adalah isi pesan yang ingin disampaikan

dari dai kepada mad’unya yaitu tentang ajaran-ajaran Islam

sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran ataupun Al-Hadist.34

Pada dasarnya materi dakwah yang disampaikan tergantung

dengan tujuan yang ingin dicapai dalam aktivitas dakwah. Oleh

karena itu, pelaku dakwah perlu memperhatikan siapa yang akan

menjadi penerima dakwahnya. Berikut ini beberapa klasifikasi

materi dakwah menurut beberapa ahli:

a. Wahyu Ilaihi mengkelompokkan materi dakwah menjadi tiga

yaitu akidah, syariah, dan akhlak.35

34 Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 15

(https://books.google.co.id/books?id=Q9xDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=sosiologi+dak

wah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjP2bm71LbhAhVZfX0KHb9pCF8Q6AEIKTAA#v=onepage

&q=sosiologi%20dakwah&f=false diakses tanggal 06 April 2019). 35 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 20

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

41

b. Menurut Enung Asmaya (2004) dan Samsul Munir (2009)

materi dakwah disesuaikan pada tujuan dakwah yang ingin

dicapai. Namun, secara umum kategorisasi pesan dakwah

tersebut antara lain keimanan (akidah), masalah keislaman

(syariah), masalah budi pekerti (akhlaq al-karimah).

c. Syahidin dkk mengkategorisasikan materi dakwah ke dalam

empat hal yaitu: aqidah, syariah (ibadah), syari’ah

(muamalah), dan akhlaq dan tasawuf.36

Dengan demikian di sini peneliti mengklasifikaikan materi

dakwah menjadi tiga yakni akidah, syariah, dan akhlak sesuai dengan

penjelasan sumber-sumber terbanyak. Berikut ini penjelasan dari

masing-masing materi dakwah:

• Akidah

Secara bahasa Akidah berasal dari kata “aqada , ya’qidu,

aqdan” yaitu “mengikatkan atau mempercayai atau meyakini.37

Jadi, akidah memiliki arti yaitu ikatan, kepercayaan atau

keyakinan dengan apa yang telah ditetapkan dan diwajibkan oleh

Allah SWT. Pesan Akidah dalam Islam erat kaitannya dengan

rukun iman. Hal ini seperti yang dijelaskan Wahyu Ilaihi bahwa

pesan aqidah meliputi Iman kepada Allah SWT, Iman kepada

Malaikat, Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT, Iman kepada

36 Syahidin dkk, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 91 37 Ibid., hlm. 91.

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

42

Rasul-rasul Allah SWT, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada

Qadha dan Qadhar.38

• Syari’ah

Syari’ah menurut etimologis berarti jalan, aturan, ketentuan

ataupun undang-undang yang telah dibuat oleh Allah SWT.

Sedangkan secara terminologis syari’ah ialah aturan, ketentuan,

atau hukum-hukum dari Allah SWT yang berisikan tentang tata

cara pengaturan perilaku hidup manusia dalam menjalin

hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan lingkungan untuk

mendapatkan ridha Allah SWT.39 Ruang lingkup Syariah

mencakup dua persoalan pokok yaitu :

⎯ Ibadah khusus atau ibadah Mahdlah, yakni ibadah yang

dalam pelaksanaannya telah dicontohkan secara langsung

oleh Nabi Muhammad SAW seperti shalat, zakat, puasa,

thaharah, haji.

⎯ Ibadah umum atau Ghair Mahdlah dapat disebut juga

muamalah. Muamalah adalah bentuk ibadah yang bersifat

umum dan dalam pelaksanaannya tidak semuanya

dicontohkan langsung oleh Rasulullah. Hanya prinsip-

prinsip dasar yang diberikan oleh Rasulullah. Ruang lingkup

Muamalah mencakup seperti aturan-aturan dasar hubungan

antar manusia, hukum perdata meliputi hukum niaga, hukun

38 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 101-102 39 Syahidin dkk, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 115

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

43

nikah, hukum waris, dan sebagainya. Selain hukum perdata

juga mencakup hukum publik yang meliputi hukum pidana,

hukum tata negara, hukum perang dan damai, dan

sebagainya.

• Akhlak

Secara etimologis kata akhlak berasal bahasa arab jama’

yakni khuluqun (perangai, budi pekerti, dan tingkah laku) atau

dari kata khalqun (kejadian, ciptaan, dan buatan).40 Sehingga

akhlak dapat didefinisikan sebagai terbentuknya sistem nilai yang

didalamnya mengatur pola sikap dan tindakan manusia di bumi.

Dengan demikian, ruang lingkup akhlak mencakup hal-hal

sebagai berikut:

⎯ Akhlak terhadap Allah SWT seperti bertaqwa kepada Allah,

memohon pertolongan Allah, berdzikir siang atau malam,

bertawakal kepada Allah

⎯ Akhlak terhadap makhluk yakni: pertama, terhadap manusia

seperti kepada Rasulullah (menegakkan sunnah Rasul,

bersholawat untuk Rasul), kepada diri sendiri (bersyukur atas

nikmat Allah, tawadhu, tidak sombong, jujur dan

sebagainya), kepada keluarga (berbakti kepada orang tua,

baik bertutur kata, dan sebagainya), kepada tetangga atau

masyarakat ( menegakkan keadilan, membela orang-orang

lemah, menjaga perasaan sesama manusia, mentaati

62 Syahidin dkk, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 235

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

44

pemimpin, terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan, dan

sebagainya). Kedua, akhlak terhadap lingkungan seperti

menjaga kelestarian alam, tidak membuang sampah

sembarangan, tidak membunuh binatang secara liar, dan

sebagainya.

d. Wasilah (Media Dakwah)

Agar aktivitas dakwah yang dilakukan dapat berjalan

dengan cepat, tepat, dan sinergis maka diperlukan sebuah media

untuk menyampaikan pesan dakwah. Enung Asmaya

menjelaskan media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menjadi alat dalam mencapai tujuan dakwah

yang telah ditetapkan.41 Abdullah juga mendefinisikan media

dakwah adalah sebuah alat atau sarana yang dapat dipergunakan

untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam dari dai kepada

mad’u.42 Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa

media dakwah merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk

mencapai tujuan dalam menyampaikan materi dakwah dari dai

kepada jamaahnya.

Media dakwah merupakan salah satu unsur penting dalam

mengembangkan aktivitas dakwah saat ini. Oleh sebab itu, dalam

memilih dan menentukan media dakwah terlebih dahulu melihat

keadaan masyarakat yang ingin ditargetkan. Hal ini bertujuan

41 Enung Asmaya, AA Gym Dai Sejuk dalam Masyarakat Majemuk, (Jakarta: Hikmah, 2004), hlm.

39-40 42 Abdullah, Ilmu Dakwah Kajian Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah,

(Depok: Rajawali Pers, 2018)., hlm. 147

Page 37: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

45

agar memudahkan dai dalam menyampaikan pesan-pesan

dakwah kepada mad’u-nya. Selain itu, agar pesan-pesan dakwah

yang disampaikan juga dapat berjalan dengan efektif para ahli

telah mengklasifikasikan media dakwah sebagai berikut:

a. Ali Aziz mengklasifikasikan bentuk dakwah berdasarkan

dari segi sifatnya yakni:43

• Media tradisional: berbagai macam seni pertunjukan yang

dipentaskan di depan khalayak secara tradisional, seperti

ludruk, wayang, drama, dan sebagainya.

• Media modern: media yang terlahir dari teknologi, seperti

televisi, radio, surat kabar, dan sebagainya.

b. Berikut ini berbagai macam media dakwah yang telah

diklasifikasikan oleh Abdullah:

• Media Cetak

Semua jenis tulisan atau barang yang di cetakan

dapat disebut media cetak. Sebuah media cetak dapat

dikatakan sebagai media dakwah apabila isi cetakan

mengandung pesan ajaran Islam. Adapun jenis-jenis

media cetak yaitu :

⎯ Surat Sebagai Media Dakwah

Media surat telah dipraktekkan pada zaman Nabi

Sulaiman as dan Nabi Muhammad SAW untuk

berdakwah. Nabi Sulaiman as saat berkomunikasi

43 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 149

Page 38: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

46

dengan Ratu Balqis menggunakan dua media sekaligus

yaitu surat dan burung Hud-hud. Surat dapat dikatakan

media sebab dapat menghubungkan antara komunikator

dan komunikan. 44

⎯ Brosur dan Buletin

Brosur dan buletin memiliki makna yag berbeda.

Jika brosur biasanya tidak diterbitkan secara berkala

namun sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan untuk

buletin biasanya diterbitkan secara berkala seperti

mingguan, dua minggu sekali ataupun bulanan. Namun

yang paling penting ialah bahwa dua media ini dapat

dijadikan sebagai media dakwah yang efektif untuk

berdakwah.

⎯ Surat Kabar

Surat kabar merupakan salah satu media yang

dapat membentuk opini masyarakat, karena fungsi

pertama dan utamanya ialah menyiarkan informasi.45

Umumnya orang membeli surat kabar untuk

memperoleh informasi atau berita terkait peristiwa yang

baru terjadi. Namun melalui surat kabar, orang juga

dapat memperoleh gagasan atau pikiran orang lain. Surat

kabar juga memuat dan mempublikasikan tulisan-tulisan

44 Abdullah, Ilmu Dakwah Kajian Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah,

(Depok: Rajawali Pers, 2018), hlm. 154 45 Ibid., hlm 155.

Page 39: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

47

yang bernuansa ilmu pengetahuan. Kaitannya dengan

dunia dakwah, berdakwah menggunakan media ini dapat

berwujud seperti berita-berita Islam, artikel-artikel

Islam, dan sebagainya.

• Media Audio

Media audio merupakan alat yang dapat digunakan

untuk menunjang kegiatan dakwah melalui indera

pendengaran. Jenis-jenis media yang tergolong dalam

media ini yakni radio, tape recorder. Di era modern media

audio masih cukup diminati dan disukai oleh masyarakat.

Faktor lain yang menyebabkan radio masih menjadi salah

satu pilihan untuk dinikmati ialah radio memiliki tiga

unsur sumber daya tarik yang serba hidup yakni musik,

kata-kata, dan efek suara.

Radio juga akan sangat efektif bila digunakan

sebagai media dakwah. Sebab radio merupakan alat

komunikasi yang dapat menjangkau hingga ke tempat-

tempat terpencil. Daerah-daerah terpencil yang sulit

dijangkau dakwah melalui media lain, dapat diatasi

dengan media audio ini. Radio juga dianggap memiliki

kekuatan yang tidak mengenal jarak dan ruang selain

waktu.

Page 40: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

48

Selain itu, berdakwah menggunakan tape recorder

juga dapat berjalan dengan efektif. Mengingat fungsi dari

media ini ialah untuk merekam suara ke dalam pita kaset.

Dengan menggunakan tape recorder informasi yang

disampaikan oleh dai dapat direkam secara utuh. Selain

itu, kelebihan dari media ini ialah rekaman dakwah dapat

diputar secara berulang-ulang.

• Media Audio Visual

Media audio visual ialah sebuah sarana atau alat

yang dapat menampilkan unsur visual dan suara secara

bersamaan untuk menyampaikan sebuah pesan dan

informasi.

⎯ Televisi Sebagai Media Dakwah

Media televisi merupkan salah satu media yang

sangat diminati oleh masyarakat. Berbagai perubahan

sosial yang terjadi di masyarakat tidak dapat

dipisahkan dari peran media televisi. Jika berdakwah

dengan memanfaatkan media televisi dengan baik,

maka jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan

keagamaan yang ditimbulkan akan lebih mendalam.

Aktivitas dakwah melalui televisi dapat dilakukan

dengan berbagai cara seperti ceramah, sandiwara,

drama, dan sebagainya.

Page 41: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

49

⎯ Film

Film hingga saat ini masih sangat diminati oleh

masyarakat Indonesia. Salah satu kelebihan

berdakwah melalui media film dapat memberikan

gambaran secara langsung kepada penontonnya.

Banyak hal yang terkadang sulit untuk dijelaskan,

dapat divisualkan melalui adegan-adegan di dalam

film. Berdakwah melalui film juga dapat

mempengaruhi dan menyentuh emosi penonton

secara tidak langsung.

• Media Internet

Perkembangan teknologi komunikasi telah

melalui proses perubahan yang signifikan. Saat ini hampir

tidak ada lagi batasan bagi manusia untuk berkomunikasi

kapan saja dan di mana saja. Terlebih lagi memasuki era

transisi yakni dari era globalisasi menuju era digitalisasi,

yang dimana saat ini peranan new media dan media sosial

dalam dunia dakwah sangat penting dan mulai banyak

digunakan. Kini aktivitas dakwah tidak hanya dilakukan

di masjid saja tetapi juga dapat dilakukan di internet. Bagi

masyarakat perkotaan internet sudah sangat dekat dengan

kehidupan kesaharian mereka, karena informasi telah

menjadi kebutuhan pokok yang dapat diakses melalui

smartphone. Melalui dunia maya, berikut ini media-media

Page 42: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

50

yang dapat dijadikan untuk media dakwah yaitu blog,

email, mailing list, forum diskusi, dan wikipedia.46

Selain itu media sosial seperti facebook juga

sangat dapat digunakan untuk berdakwah.47 Melihat

beberapa tahun terakhir facebook merupakan salah satu

jejaring sosial yang cukup banyak digunakan oleh

masyarakat. Facebook memiliki jutaan pengguna dengan

berbagai macam latar belakang pendidikan, profesi, dan

sebagainya. Mulai dari anak muda hingga orang dewasa,

dari masyarakat terpelajar hingga orang awam.

Berdakwah menggunakan facebook memiliki beraneka

ragam kelebihan. Misalnya seperti berbagi pesan-pesan

dakwah yang ringan dan mudah dipahami, saling

mengingatkan kepada kebaikan, mengundang untuk hadir

pada acara-acara keagamaan yang terdekat. Sehingga

pesatnya teknologi informasi harus dimanfaatkan dan

ditentukan ke arah mana media tersebut akan digunakan.

Berdasarkan diskusi para ahli terkait bentuk-bentuk media

dakwah, pada dasarnya semua jenis media dapat digunakan sebagai

alat atau sarana dalam menyampaikan pesan dakwah. Masing-masing

media tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan. Untuk itu,

46 Abdullah, Ilmu Dakwah Kajian Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah,

(Depok: Rajawali Pers, 2018), hlm. 160 47 Abdullah, Ilmu Dakwah Kajian Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah,

(Depok: Rajawali Pers, 2018), hlm. 160

Page 43: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

51

bagaimana pelaku dakwah nantinya dalam memilih media yang

efektif dan efisien untuk dijadikan alat mencapai tujuan dakwahnya.

Salah satu yang perlu diperhatikan ialah bahwa saat ini telah

memasuki era teknologi informasi. Di mana banyak media-media baru

yang bermunculan dan juga sangat dekat dengan keseharian

masyarakat. Oleh karena itu untuk peningkatan dan pengembangan

sekaligus efisiensi dakwah, semua media tersebut harus dimanfaatkan

dengan baik. Keberhasilan media dakwah untuk era teknologi ini

tentunya berpeluang pada kesiapan pengemban dakwah, terutama

calon-calon pelaku dakwah yang memiliki kreativitas, keterampilan ,

dan intelektualitas yang mendukung. Satu hal yang perlu dilakukan

dalam konteks dakwah di era teknologi informasi ini yaitu kesiapan

dalam mengkonstruksi ataupun mendekonstruksi konsep para pelaku

dawkah.

e. Thariqah (Metode Dakwah)

Metode dakwah adalah cara-cara yang dipilih oleh dai

untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u baik

secara individu, kelompok, dan masyarakat agar pesan dakwah

mudah diterima, diyakini, dipahami, dan diamalkan.48 Selain itu,

metode dakwah juga perlu digunakan sebagai cara agar tujuan

dakwah dapat berhasil. Enung Asmaya (2004) dan Wahyu Ilaihi

48 Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 15

(https://books.google.co.id/books?id=Q9xDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=sosiologi+dak

wah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjP2bm71LbhAhVZfX0KHb9pCF8Q6AEIKTAA#v=onepage

&q=sosiologi%20dakwah&f=false diakses tanggal 07 April 2019).

Page 44: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

52

(2010) dan Syamsuddin (2016) dan Abdullah (2018) sependapat

dalam menjelaskan prinsip-prinsip menggunakan metode dakwah

yang menjadi dasar dalam melakukan aktivitas dakwah yaitu:

• Hikmah, yakni berdakwah dengan memperhatikan keadaan

dan kondisi mad’u dengan menekankan pada kepandaian

mereka melalui kata-kata bijak. Sehingga di dalam

menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak

mengalami keterpaksaan.

• Mauizhah Hasanah, yakni berdakwah dengan menggunakan

nasihat-nasihat atau menyampaikan dengan kasih sayang

seperti menggunakan perumpaan yang menyentuh hati sesuai

dengan tingkat pengetahuan mereka yang sederhana.

• Mujadalah, yakni berdakwah dengan cara bedebat atau

bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang terbaik

yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari

kekerasan dan umpatan, serta tidak menjelakkan yang menjadi

mitra dakwah.

f. Atsar (Efek Dakwah)

Dalam ilmu komunikasi efek biasa disebut dengan feed

back yaitu umpan balik dari respon dalam proses aktivitas

dakwah. Apabila feed back dakwah yang didapatkan sesuai

dengan tujuannya, maka kegiatan dakwah tersebut dapat

Page 45: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

53

dikatakan berhasil. Ali Aziz dalam Jalaludin Rahmat membagi

efek menjadi 3 tataran:49

• Efek Kognitif : efek ini terjadi jika ada perubahan dari apa

yang telah diketahui, dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak.

Efek ini merupakan trasnmisi dari pengetahuan, keterampilan,

informasi maupun kepercayaan.

• Efek Afektif : efek ini dapat muncul jika ada perubahan pada

perasaan seperti apa yang dirasakan, disenangi, dan dibenci

oleh khalayak meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan

emosi, sikap, dan nilai.

• Efek Behavioral : efek ini dapat dilihat dari perilaku nyata

yang dapat diamati meliputi pola-pola tindakan, sikap,

kegiatan, maupun kebiasaan dalam berperilaku.

2.5 Penelitian Terdahulu

Kajian yang membahas tentang analisis wacana ataupun pesan dakwah

bukanlah suatu hal baru, banyak peneliti yang telah mengkaji pada berbagai

macam latar belakang dan fokus penelitian yang berbeda-beda. Penelitian

tersebut antara lain:

No Judul Hasil Penelitian Relevansi Penelitian

1 Analisis Wacana

Teun A. Van

Dijk Terhadap

Hasil penelitian pada Film

“Perempuan Punya Cerita”

yakni membahas mengenai

Relevansi penelitian yang

dilakukan oleh Umam

dengan penelitian yang akan

49 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 139

Page 46: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

54

Skenario Film

“Perempuan

Punya Cerita”

oleh Haiatul

Umam pada tahun

2009.

permasalahan yang menimpa

sebagian perepuan di

Indonesia. Diantaranya tentang

hak-hak perempuan, kesehatan

reproduksi perempuan, dan

kekerasan terhadap perempuan.

Penyampaian informasi dalam

film dikemas dengan gaya

Bahasa yang ekspresif dan

sederhana. Selain itu,

penokohan di dalam film juga

terlihat kuat. Mealui analisis

wacana Van Dijk juga

menangkap bahwa dalam film

“Perempuan Punya Cerita”

merupakan salah satu

representasi dari keadaan

perempuan di Indonesia yang

mengalami berbagai macam

persoalan.

dilakukan peneliti memiliki

kesamaan. Persamaan

tersebut yakni dalam

penggunaan teknis analisis

data yang menggunakan

model Teun A. Van Dijk.

Perbedaan terdapat dalam

ruang lingkup penelitian, di

mana penelitian Umam

mengkaji tentang pesan

tekstual yang terdapat dalam

skenario film “Perempuan

Puna Cerita”. Perbedaan

selanjutnya terdapat pada

media yang digunakan yakni

Umam menggunakan media

film.

2 “Analisis

Wacana Pesan

Dakwah dalam

Novel Rumah

Tanpa Jendala

Karya Asma

Nadia” oleh Suci

Gusti Gunarti

pada tahun 2014.

Hasil dari penelitian bahwa

novel yang ditulis oleh Asma

Nadia banyak menghimpun

kisah-kisah yang bermuatan

nilai ajaran Islam berlandaskan

Al-Quran dan Hadist. Dalam

novel tersebut banyak

mengandung pesan dakwah

tentang percaya dan pasrah

kepada Allah SWT. Karya

Asma Nadia ini dikemas

Penelitian ini memiliki

relevansi dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh

peneliti. Secara garis besar

pembahasan memiliki

kesamaan dengan yang akan

dilakukan oleh peneliti yakni

mengkaji tentang pesan

dakwah, dengan teknis

analisis data menggunakan

model Teun A. Van Dijk.

Page 47: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

55

dengan bahasa yang ringan,

lugas, sederhana, tidak

tersekan menggurui, dan

menghindari kejenuhan dari

bahasa formal dan budaya

tradisional.

Kognisi sosial yang didapat

pada penelitian ini adalah

bahwa novel “Rumah Tanpa

Jendela” merupakan

representasi nilai-nilai

kehidupan dari Asma Nadia.

Di dalam novel dapat ditemui

pernyataan-pernyataan tokoh

utama tentang impian,

berjuang, dan konsisten dalam

menggapai mimpi. Selain itu,

dalam menulis novel Asma

Nadia dipengaruhi oleh

konsep-konsep kepercayaan

dalam Islam. Pada segi konteks

sosial dalam penelitian ini

yakni penulis ingin

membuktikan bahwa pesan

dakwah dan sosial dapat

menjadi sebuah pesan yang

menarik apabila diolah secara

kreatif. Sebagai seorang

muslimah dan aktifis yang

memiliki jiwa sosial, dalam

menulis Asma Nadia

Perbedaan terdapat dalam

ruang lingkup penelitian dan

media dakwah yang

digunakan. Pada penelitian

Suci ruang lingkupnya adalah

pesan dakwah yang terdapat

dalam Novel “Rumah Tanpa

Jendela”. Sementara ruang

lingkup peneliti ialah

transkrip video dakwah

Ustadz Hanan Attaki ditiga

video yang telah peneliti

tentukan.

Page 48: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

56

dipengaruhi oleh realitas yang

terjadi. Sehingga dalam karya-

karyanya lebih banyak

menonjolkan nilai-nilai sosial

dibandingkan dengan kisah

fiksi semata.

3 “Analisis Isi

Pesan dakwah

Ustadz Hanan

Attaki dalam

Akun Youtube

Pemuda Hijrah”

oleh Anis Fitriani

di tahun 2018.

Adapun hasil dari penelitian

ini bahwa pesan dakwah yang

disampaikan Ustadz Hanan

Attaki mengandung tiga unsur

yakni aqidah, syariah, dan

akhlak. Sementara itu, isi pesan

dakwah yang paling dominan

disampaikan oleh Ustadz

Hanan dalam akun YouTube

Pemuda Hijrah ialah pesan

akhlak dengan perolehan

persentase 58,15% diikuti

dengan pesan aqidah 29,08%

dan terakhir pesan syariah

12,77%.

Penelitian ini memiliki

relevansi dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh

peneliti. Anis mengangkat

judul “Analisis Isi Pesan

dakwah Ustadz Hanan Attaki

dalam Akun Youtube Pemuda

Hijrah” yang secara general

pembahasan memiliki

kesamaan dengan yang ingin

diteliti yakni pesan dakwah

Ustadz Hanan Attaki dan

menggunakan media

YouTube. Perbedaanya

terdapat pada metode

penelitian yang digunakan

Anis yakni analisis isi.

4 “Pesan Dakwah

Ustadz Hanan

Attaki (Analisis

Isi Kajian Fathi

“Pegang Janji

Allah” Episode

27 September

2017 Via

Hasil dari penelitian ini

bahwa pesan dakwah yang

paling dominan pada video

akun YouTube Kajian Fathi

“Pegang Janji Allah” Episode

27 September 2017 adalah

pesan aqidah dengan

persentase 52,5%. Selanjutnya

Relevansi penelitian ini

dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan secara umum

juga memiliki kesamaan yaitu

pesan dakwah Ustadz Hanan

Attaki dan menggunakan

media YouTube. Perbedaanya

terletak pada metode

Page 49: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

57

YouTube)” tahun

2018.

diikuti dengan pesan akhlak

dengan perolehan persentase

35% dan terakhir pesan

syariah dengan persentase

12,5%.

penelitian yang digunakan

oleh Ulfa yakni analisis isi

dan subjek penelitian channel

YouTube Kajian Fathi

dengan video “Pegang Janji

Allah”.

5 “Retorika

Ustadz Hanan

Attaki dalam

Berceramah di

Masjid Agung

Bandung

(Analisis

Semiotik Model

Ferdinand De

Saussure)” pada

tahun 2018.

Hasil dari penelitian ini

adalah dalam berdakwah

Ustadz Hanan Attaki

menggunakan gaya bahasa

yang ringan, tidak resmi,

sederhana yang disampaikan

dengan suara dan nada normal

serta lembah lembut. Selain itu,

dalam melakukan aktivitas

dakwah, Ustadz Hanan Attaki

sesekali tersenyum kepada

mad’u apabila menyajikan

sebuah humor yang sesuai

dengan anak muda. Beliau juga

menggunakan pakaian yang

santai dan gaul untuk

mengimbangi mad’u yang

dominan anak muda.

Adapun penelitian ini

memiliki relevansi dengan

penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti.

Secara general mempunyai

kesamaan pembahasan yakni

pesan dakwah Ustadz Hanan

Attaki. Perbedaan terdapat di

metode penelitian yang

digunakan Nadiatan yaitu

analisis semiotik dan subjek

penelitian yakni video “Math

of God”.

2.6 Fokus Penelitian

Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi pembahasan studi atau

bidang yang sedang dikaji. Adapun fokus penelitian pada penelitian ini yaitu

pesan dakwah yang terdapat pada video dakwah “Keep Happy” episode 29

Page 50: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosialeprints.umm.ac.id/58860/3/BAB II.pdf · 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Sosial Istilah konstruksi menjadi terkenal setelah diperkenalkan

58

September 2017, “Kangen” episode 06 Desember 2017, dan “Sabar” episode

12 April 2018. Peneliti akan mengkaji konstruksi pesan dakwah Ustadz

Hanan Attaki dengan menggunakan pendekatan Teun A. Van Dijk.

Adapun yang akan dikaji meliputi tiga hal yakni, pertama peneliti

akan mengkaji teks pesan dakwah Ustadz Hanan Attaki dengan menggunakan

struktur elemen wacana Teun A. Van Dijk meliputi struktur makro,

superstruktur, dan struktur mikro. Kedua, peneliti akan menganalisis tentang

kognisi Ustadz Hanan Attaki. Maksud dari kognisi di sini adalah dengan

melihat pemahaman yang dilakukan oleh Ustadz Hanan Attaki dalam video

yang berjudul “Keep Happy” episode 29 September 2017, “Kangen” episode

06 Desember 2017, dan “Sabar” episode 11 April 2018. Ketiga, peneliti akan

menganalisis konteks sosial atau faktor-faktor yang mempengaruhi teks yang

berasal dari luar, sehingga menjadi salah satu alasan dari komunikator dalam

membuat video yang berjudul “Keep Happy” episode 29 September 2017,

“Kangen” episode 06 Desember 2017, dan “Sabar” episode 11 April 2018.