Bab 2 Pasien Safety

download Bab 2 Pasien Safety

of 39

Transcript of Bab 2 Pasien Safety

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    1/39

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Program Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

    Penulis menggunakan beberapa tinjauan pustaka terkait program keselamatan

     pasien di rumah sakit yang telah resmi diterbitkan oleh Pemerintah melalui

    Kementerian Kesehatan RI dan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Nasional.

    Penyelenggaraan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan Peraturan

    Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011,

    Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Buku panduan yang digunakan dalam

     praktek keselamatan pasien di rumah sakit saat ini telah terbit sejak tahun 2006 oleh

    KKP-RS Nasional dengan judul ”Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah

    Sakit”. Untuk pelaporan kejadian keselamatan pasien juga telah diterbitkan sejak tahun

    2008 oleh KKP-RS Nasional dengan judul “Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan

    Pasien”. Adapun beberapa bagian yang perlu di jelaskan dalam bab ini adalah sebagai

     berikut:

    2.1.1 Definisi keselamatan pasien di rumah sakit

    Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

     pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

    inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kementerian Kesehatan RI, 2009).

    Intervensi keselamatan pasien di rumah sakit adalah segala bentuk kegiatan

    yang dapat mengurangi kemungkinan kejadian yang tidak diharapkan yang dihasilkan

    akibat sistem pelayanan kesehatan rumah sakit, tidak hanya akibat tindakan dan

     prosedur aktif namun juga terkait pelayanan rumah sakit sederhana yang berhubungan

    dengan infeksi nosokomial (Ranji & Shojania, 2008).

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    2/39

     

    Program keselamatan pasien ( patient safety) adalah program yang bertujuan

    untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena sebagian besar KTD dapat

    merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui

    rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan hak-

    haknya (Departemen Kesehatan RI, 2006).

    Program keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah

    sakit menerapkan asuhan pasien yang lebih aman, meliputi kegiatan pengkajian risiko,

    identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko, implementasi solusi

    untuk meminimalkan timbulnya risiko, pelaporan dan analisis kejadian, proses belajar

    dari kejadian, perencanaan tindak lanjut kejadian, serta strategi pencegahan terjadinya

    cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

    mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

    2.1.2 Standar keselamatan pasien di rumah sakit

    Standar keselamatan pasien uang diuraikan dalam bagian ini mengacu pada

    standar yang telah terbit sejak tahun 2006 oleh KKP-RS Nasional dengan judul ”Buku

    Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. Standar tersebut terdir i dari

    tujuh standar, yaitu: 1. Hak pasien, 2. Mendidik pasien dan keluarga, 3. Keselamatan

     pasien dan kesinambungan pelayanan, 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan

    kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, 5.

    Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, 6. Mendidik staf

    tentang keselamatan pasien, dan 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk

    mencapai keselamatan pasien. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    3/39

     

    2.1.2.1 Standar I. Hak pasien

    Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang

    rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak

    Diharapkan. Kriteria dari standar I ini adalah:

    a.  Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.

     b. 

    Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

    c.  Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas

    dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,

     pengobatan atau prosedur, termasuk kemungkinan terjadinya KTD.

    2.1.2.2 Standar II. Mendidik pasien dan keluarga

    Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan

    tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriteria dari standar II ini adalah:

    Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan

    keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di

    rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang

    kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan

    tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:

    a.  Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.

     b. 

    Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

    c. 

    Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

    d. 

    Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

    e. 

    Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.

    f.  Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.

    g.  Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    4/39

     

    2.1.2.3 Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

    Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi

    antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriteria dari standar III ini adalah sebagai

     berikut:

    a.  Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,

     pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan

    dan saat pasien keluar dari rumah sakit.

     b.  Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan

    kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap

     pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.

    c.  Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk

    memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,

    konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

    d. 

    Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga

    dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

    2.1.2.4 Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan

    evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

    Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

    memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara

    intensif kejadian tidak diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan

    kinerja serta keselamatan pasien. Kriteria dari standar IV ini adalah:

    a. 

    Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,

    mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas

     pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    5/39

     

    faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh Langkah

    Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. 

     b. 

    Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain

    terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu

     pelayanan, keuangan.

    c. 

    Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua

    kejadian tidak diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses

    kasus risiko tinggi.

    d.  Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

    untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan

    keselamatan pasien terjamin.

    2.1.2.5 Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

    a. 

    Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien

    secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju 

    Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. 

     b.  Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko

    keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak

    Diharapkan.

    c. 

    Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit

    dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan

     pasien.

    d. 

    Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,

    dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.

    e.  Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan

    kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    6/39

     

    Kriteria dari standar V ini adalah sebagai berikut:

    a.  Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

     b. 

    Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program

    meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan

     perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” ( Near Miss) sampai dengan

    “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse Event ).

    c.  Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah

    sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

    d.  Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada

     pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian

    informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

    e.  Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden

    termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar

    Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” ( Near Miss) dan “Kejadian Sentinel’

     pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.

    f.  Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya

    menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event ) atau kegiatan proaktif untuk

    memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan

    dengan “Kejadian Sentinel”. 

    g. 

    Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar

     pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.

    h. 

    Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan

     perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk

    evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    7/39

     

    i.  Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria

    objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan

    keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

    2.1.2.6 Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

    a.  Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap

     jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas

     b.  Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

    untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung

     pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

    Kriteria dari standar VI ini adalah sebagai berikut:

    a.  Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi

     bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya

    masing-masing.

     b. 

    Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap

    kegiatan inservice training  dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan

    insiden.

    c.  Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama

    kelompok (team work ) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif

    dalam rangka melayani pasien.

    2.1.2.7 Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai

    keselamatan pasien

    a. 

    Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi

    keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.

     b.  Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    8/39

     

    Kriteria dari standar VII ini adalah sebagai berikut:

    a.  Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses

    manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan

    keselamatan pasien.

     b.  Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi

    manajemen informasi yang ada.

    2.1.3 Langkah menuju keselamatan pasien di rumah sakit

    Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka rumah sakit harus

    merancang program keselamatan pasien dengan memperbaiki proses yang ada,

    memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara

    intensif setiap kejadian keselamatan pasien, dan melakukan perubahan untuk

    meningkatkan kinerja staf.

    Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah

    sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, ketentuan klinis terkini, praktik

     bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai

    dengan ” Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”. Berkaitan hal tersebut

    diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit

    sesuai dengan ”Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit” sebagai

     berikut:

    2.1.3.1 Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

    Langkah pertama ini dilakukan dengan menciptakan kepemimpinan dan

     budaya yang terbuka dan adil dalam segala aspek pelayanan rumah sakit. Langkah

    kongkrit penerapannya adalah sebagai berikut:

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    9/39

     

    a.  Bagi rumah sakit

    1)  Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang mejabarkan apa yang harus

    dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah

     pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan

    kepada staf, pasien dan keluarga

    2) 

    Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan

    akuntabilitas individual bilamana ada insiden

    3)  Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.

    4)  Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.

     b.  Bagi unit/tim

    1)  Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian

    mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden

    2) 

    Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah sakit anda

    untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses

     pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.

    2.1.3.2 Pimpin dan dukung staf rumah sakit

    Langkah kedua ini dilakukan dengan membangun komitmen dan fokus yang

    kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di rumah sakit. Langkah kongkrit

     penerapannya adalah sebagai berikut:

    a. 

    Untuk rumah sakit

    1) 

    Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas

    Keselamatan Pasien

    2)  Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk

    menjadi ”penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien 

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    10/39

     

    3)  Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan maupun

    rapat-rapat manajemen rumah sakit

    4) 

    Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit

    anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.

     b.  Untuk unit/tim:

    1) 

     Nominasikan ”penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan

    Keselamatan Pasien

    2)  Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka

    dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien

    3)  Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden.

    2.1.3.3 Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko

    Langkah ketiga ini dilakukan dengan mengembangkan sistem dan proses

     pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial

     bermasalah. Langkah penerapan adalah sebagai berikut:

    a.  Untuk rumah sakit

    1)  Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan

    non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan

    keselamatan pasien dan staf.

    2) 

    Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang

    dapat dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit.

    3) 

    Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan

    insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian

    terhadap pasien.

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    11/39

     

     b.  Untuk unit/tim

    1)  Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu keselamatan

     pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait.

    2)  Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko

    rumah sakit.

    3) 

    Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas

    setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko

    tersebut

    4)  Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses

    asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.

    2.1.3.4 Kembangkan sistem pelaporan

    Langkah keempat ini dilakukan dengan memastikan staf agar dengan mudah

    dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada

    Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Langkah penerapannya adalah

    sebagai berikut:

    a.  Untuk rumah sakit

    Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke

    luar, yang harus dilaporkan ke KPP-RS.

     b. 

    Untuk unit/tim

    Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap

    insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena

    mengandung bahan pelajaran yang penting.

    2.1.3.5 Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien

    Langkah kelima ini dilakukan dengan mengembangkan cara-cara komunikasi

    yang terbuka dengan pasien. Langkah penerapannya yaitu sebagai berikut:

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    12/39

     

    a.  Untuk rumah sakit

    1)  Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-cara

    komunikasi terbuka tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya

    2)  Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas

     bilamana terjadi insiden

    3) 

    Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu

    terbuka kepada pasien dan keluarganya.

     b.  Untuk unit/tim

    1)  Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan

    keluarganya bila telah terjadi insiden

    2)  Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden,

    dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat

    3) 

    Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan

    keluarganya.

    2.1.3.6 Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

    Langkah keenam ini dilakukan dengan mendorong staf anda untuk melakukan

    analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.

    Langkah penerapannya yaitu sebagai berikut:

    a. 

    Untuk rumah sakit

    1) 

    Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara

    tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab

    2) 

    Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan

    analisis akar masalah ( Root Cause Analysis/ RCA) atau Failure Modes and Effects

     Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, yang harus mencakup semua insiden

    yang telah terjadi dan minimum satu kali per tahun untuk proses risiko tinggi.

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    13/39

     

     b.  Untuk unit/tim

    1)  Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden

    2) 

    Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan

    dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

    2.1.3.7 Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

    Langkah ketujuh ini dilakukan dengan menggunakan informasi yang ada

    tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

    Langkah penerapannya yaitu sebaga berikut:

    a.  Untuk rumah sakit

    1)  Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,

    asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi

    setempat Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan

     proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan

    instrumen yang menjamin keselamatan pasien.

    2)  Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.

    3)  Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKP-RS.

    4)  Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden

    yang dilaporkan.

     b. 

    Untuk unit/tim

    1) 

    Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan

     pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.

    2) 

    Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan

     pelaksanaannya.

    3)  Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden

    yang dilaporkan.

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    14/39

     

    Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang

    komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut

    secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan,

    tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-

    langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di rumah sakit. Bila

    langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum

    dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat

    menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.

    2.2 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

    2.2.1 Pengertian

    Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan

    insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan

     pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

    Adapun beberapa definisi terkait pelaporan insiden keselamatan pasien di

    rumah sakit adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 2008b):

    a.  Keselamatan atau safety adalah bebas dari bahaya (hazard ) atau risiko.

     b.  Keselamatan pasien atau  patient safety  adalah pasien bebas dari harm/ cedera

    yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi

    (penyakit, cedera fisik /sosial / psikologis, cacad, kematian dan lain-lain), terkait

    dengan pelayanan kesehatan.

    c. 

    Cedera atau harm  adalah dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau

     penurunan fungsi tubuh dapat berupa fisik, sosial dan psikologis. Cedera atau

    harm  terdiri dari: penyakit, trauma, penderitaan, cacad, dan kematian. Adapun

    masing-masing penjelasannya adalah sebagai berikut:

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    15/39

     

    1)  Penyakit/ desease merupakan disfungsi fisik atau psikis.

    2)  Trauma/ injury merupakan kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh agen atau

    keadaan.

    3)  Penderitaan/  suffering   merupakan pengalaman atau gejala yang tidak

    menyenangkan termasuk nyeri, malaise, mual, muntah, depresi, agitasi dan

    ketakutan.

    4)  Cacad/ disability merupakan segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh,

    keterbatasan aktifitas dan atau restriksi dalam pergaulan sosial berhubungan

    dengan cedera yang terjadi sebelumnya atau saat ini.

    d.  Bahaya atau hazard adalah suatu “keadaan, perubahan atau tindakan” yang dapat

    meningkatkan risiko kepada pasien. Keadaan yang dimaksud adalah setiap faktor

    yang berhubungan atau mempengaruhi suatu peristiwa keselamatan pasien/

     patient safety event, agent atau personal. Agen adalah substandi, obyek atau sistem

    yang menyebabkan perubahan.

    e.  Insiden keselamatan pasien/ patient safety incident merupakan kejadian atau

    situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang

    tidak seharusnya terjadi (dapat dicegah). Adapun beberapa jenis insiden adalah

    sebagai berikut:

    1) 

    Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event   yaitu insiden yang

    mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

    mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit

    dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau

     bukan kesalahan medis.

    2)  Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang tidak

    menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    16/39

     

    (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission),

    dapat terjadi karena:

    a) 

    "keberuntungan" (misalnya pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi

    tetapi tidak timbul reaksi obat).

     b)  "pencegahan" (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan suatu

    obat dengan dosis lethal, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya

    sebelum obat diberikan).

    c)  "peringanan" (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan suatu obat

    dengan dosis lethal, segera diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya,

    sehingga tidak menimbulkan cidera yang berarti).

    2.2.2 Jenis Pelaporan

    Berdasarkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008),

    dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan rumah sakit wajib untuk melakukan

     pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD),

    kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian sentinel. Pelaporan insiden dilakukan

    secara internal dan eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur

     pelaporan keselamatan pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit.

    Pelaporan eksternal dilakukan dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS

    nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit

    melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan

    kepada Direktur rumah sakit.

    2.2.3 Metode pelaporan

    Banyak metode yang digunakan mengidentifikasi resiko, salah satu caranya

    adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis insiden

    keselamatan pasien. Sehingga, dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    17/39

     

    mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya

    yang dapat terjadi kepada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor

    upaya pencegahan terjadinya error   sehingga diharapkan dapat mendorong

    dilakukannya investigasi selanjutnya. Beberapa ketentuan terkait pelaporan insiden

    sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008) akan di

     jabarkan sebagai berikut:

    a.  Insiden sangat penting dilaporkan karena akan menjadi awal proses pembelajaran

    untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.

     b.  Memulai pelaporan insiden dilakukan dengan membuat suatu sistem pelaporan

    insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan

     prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan.

    c.  Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi

    ataupun yang nyaris terjadi.

    d. 

    Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama menemukan

    kejadian atau yang terlibat dalam kejadian.

    e.  Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari

    maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi

    formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian yang

    digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.

    2.2.4 Alur pelaporan

    Berdasarkan buku Pedoman Penyelenggaraan Keselamatan Pasien di RSUP

    Sanglah Denpasar yang diterbitkan tahun 2011, adapun alur pelaporan secara Internal

    dan Eksternal adalah sebagai berikut (RSUP Sanglah Denpasar, 2011):

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    18/39

     

    a.  Pelaporan internal

    Adapun alur pelaporan secara internal yang dilaksanakan di RSUP Sanglah

    denpasar sejak tahun 2011 adalah sebagai berikut:

    1)  Apabila terjadi suatu insiden (KNC/ KTD) di rumah sakit, wajib segera

    ditindaklanjuti (dicegah/ ditangani) untuk mengurangi dampak/ akibat yang tidak

    diharapkan oleh pihak yang terkait.

    2)  Setelah ditindak Ianjuti, segera dibuat laporan insiden dengan mengisi formulir

    laporan insiden pada akhir jam kerja/ shift yang ditujukan kepada atasan langsung

    (paling lambat 2 x 24 jam). Pelaporan insiden tidak boleh ditunda terlalu lama.

    3)  Setelah selesai mengisi format laporan, segera serahkan kepada atasan langsung

     pelapor. Atasan langsung disepakati sesuai keputusan manajemen, yaitu:

    supervisor/ kepala unit/ kepala instalasi/ kepala bagian/ Kepala SMF/ ketua

    komite medis.

    4) 

    Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading resiko terhadap

    insiden yang dilaporkan.

    5)  Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan

    dilakukan sebagai berikut:

    a)  Grade biru: Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1

    minggu.

     b) 

    Grade hijau: Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2

    minggu.

    c) 

    Grade kuning: Investigasi komprehensif/ analisis akar masalah /RCA oleh

    Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.

    d)  Grade merah: Investigasi komprehensif/ analisis akar masalah / RCA oleh

    Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    19/39

     

    6)  Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan

    laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.

    7) 

    Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan insiden

    untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan

    melakukan re-grading .

    8) 

    Untuk grade kuning/ merah, Tim KP di RS akan melakukan analisis akar masalah/

    RCA.

    9)  Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan rekomendasi

    untuk perbaikan serta “pembelajaran” berupa petunjuk ” safety alert ” untuk

    mencegah kejadian yang sama terulang kembali.

    10) Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.

    11) Rekomendasi untuk “perbaikan dan pembelajaran” diberikan umpan balik kepada

    unit kerja terkait.

    12) 

    Unit Kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan kerjanya masing -

    masing.

    13) Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh tim KP di RS.

     b.  Pelaporan eksternal

    Adapun pelaporan eksternal yang dilaksanakan setelah proses pelaporan

    internal adalah sebagai berikut:

    1) 

    Laporan hasil investigasi sederhana/ analisis akar masalah/ RCA yang terjadi pada

     pasien dilaporkan oleh Tim KP di RS (Internal)/ Pimpinan RS ke KKP-RS

    nasional dengan mengisi formulir laporan insiden keselamatan pasien.

    2)  Laporan dikirim ke KKP-RS lewat POS atau KURIR ke alamat: Sekretariat KPP-

    RS d/a Kantor Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) Jalan Boulevard Artha

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    20/39

     

    Gading Blokn A-7A No 28, Kelapa Gading-Jakarta Utara 14240, Telp.(021)

    45845303/304.

    2.2.5 Grading risiko insiden keselamatan pasien

    Pada saat melaporkan sebuah kejadian keselamatan pasien diperlukan prosedur

    analisis grading risiko kejadian keselamatan pasien untuk menetukan tindak lanjut dari

    sebuah insiden yang telah terjadi terkait bentuk investigasi insiden (RSUP Sanglah

    Denpasar, 2011). Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisis kualitatif untuk

    menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.

    Penilaian dampak/ akibat (concequences) suatu insiden adalah seberapa berat akibat

    yang dialami pasien mulai dan tidak ada cedera sampai meninggal (tabel 2.1).

    Penilaian tingkat probabilitas/ frekuensi (likelihood ) risiko adalah seberapa seringnya

    insiden tersebut terjadi (tabel 2.2).

    Tabel 2.1 Penilaian Dampak/ Akibat (Concequences) Suatu Insiden

    Grade Deskripsi Keterangan Deskripsi

    1 Insignificant Tidak ada cedera

    2 Minor a.  Cedera ringan

     b. Dapat diatasi dengan pertolongan pertama

    3 Moderate a.  Cedera sedang

     b.  Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis atau

    intelektual secara reversibel dan tidak berhubungan

    dengan penyakit yang mendasarinya

    c.  Setiap kasus yang memperpanjang perawatan

    4 Major a.  Cedera luas / berat

     b. 

    Kehilangan fungsi utama permanent (motorik, sensorik,

     psikologis, intelektual) / irreversibel, tidak berhubungan

    dengan penyakit yang mendasarinya

    5 Cathastropic Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit

    yang mendasarinya

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    21/39

     

    Tabel 2.2 Penilaian Tingkat Probabilitas/ Frekuensi ( Likelihood ) Suatu Insiden

    Grade Frekuensi Kejadian Aktual

    1 Sangat Jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun

    2 Jarang Dapat terjadi dalam 2 –  5 tahun

    3 Mungkin Dapat terjadi tiap 1 –  2 tahun

    4 Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun

    5 Sangat Sering Terjadi dalam minggu / bulan

    Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam tabel

    matriks grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.

     Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu: Biru,

    Hijau, Kuning dan Merah. Warna Bands akan menentukan investigasi yang akan

    dilakukan. Bands warna biru dan hijau akan mengarahkan tindak lanjut insiden dengan

    investigasi sederhana.  Bands  kuning dan merah suatu insiden harus dilakukan

    investigasi komprehensif /RCA (tabel 2.3).

    Tabel 2.3 Matrik Grading Risiko (Bands Risiko)

    Frekuensi/

     Likelihood

    Dampak/ Concequences 

     Insignificant

    1

     Minor

    2

     Moderate

    3

     Major

    4

    Catastropic

    5

    Sangat Sering

    5

     Moderate Moderate High Extreme Extreme

    Sering

    4

     Moderate Moderate High Extreme Extreme

    Mungkin

    3

     Low Moderate High Extreme Extreme

    Jarang

    2

     Low Low Moderate High Extreme

    Sangat jarang

    1

     Low Low Moderate High Extreme

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    22/39

     

    2.2.6 Formulir laporan kejadian keselamatan pasien

    Proses pelaporan insiden keselamatan pasien menggunakan formulir khusus

    yang telah diterbitkan oleh KKP-RS Nasional (Departemen Kesehatan RI, 2008b).

    Formulir Laporan Insiden terdiri dan dua macam:

    a.  Formulir laporan insiden internal: adalah formulir laporan yang dilaporkan ke Tim

    KP di RS dalam waktu maksimal 2 x 24 jam/ akhir jam kerja/ shift. Laporan berisi:

    data pasien, rincian kejadian, tindakan yangakan dilakukan saat terjadi insiden,

    akibat insiden, Pelapor dan penilaian grading.

     b.  Formulir laporan insiden eksternal: adalah formulir laporan yang dilaporkan ke

    KKP-RS Nasional setelah dilakukan analisis dan investigasi.

    2.3 Penilaian Budaya Keselamatan Pasien

    2.3.1 Pengertian

    Budaya keselamatan pasien adalah kepercayaan, sikap dan nilai sebuah

    organisasi kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan

    struktur, praktek, peraturan dan kontrol keselamatan pasien. Budaya ini mencakup tiga

    komponen yaitu budaya kerja, budaya pelaporan (insiden) dan budaya belajar (Croll,

    Coburn, & Pearson, 2012).

    Budaya keselamatan pasien terfokus pada nilai, kepercayaan, dan asumsi staf

    terhadap iklim organisasi (pelayanan kesehatan) dalam peningkatan program

    keselamatan pasien (The Health Foundation, 2013).

    Budaya keselamatan pasien adalah produk dari nilai, sikap, persepsi,

    kompetensi, dan pola perilaku dari individu dan kelompok dalam sebuah organisasi

    (pelayanan kesehatan) yang menentukan komitmen, gaya dan kemahiran dalam

    manajemen keselamatan pasien. Organisasi (pelayanan kesehatan) yang memiliki

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    23/39

     

     budaya keselamatan pasien yang cenderung positif dapat dilihat dari komunikasi saling

     percaya (mutual trust ) antar komponen, dengan persepsi yang sama tentang

     pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan akan besarnya manfaat tindakan

     pencegahan ( Agency for Healthcare Research and Quality, 2004).

    2.3.2 Elemen budaya keselamatan pasien

    Berbagai definisi terkait buadaya keselamatan pasien mencakup banyak

    elemen umum dalam pelayanan kesehatan. Elemen budaya keselamatan pasien

    mengacu pada peningkatan kepercayaan dan perilaku dari staf dalam mengidentifikasi

    dan belajar dari kesalahan (Jones, Skinner, Xu, & Sun, 2007). Menurut The Institute

    Of Medicine  (IOM) dalam Jones, Skinner, Xu, & Sun (2007), budaya keselamatan

     pasien membutuhkan tiga elemen penting yaitu:

    a.  Kepercayaan, walaupun proses pelayanan kesehatan memiliki risiko yang tinggi,

    namun dirancang kegiatan yang dapat mencegah kesalahan.

     b. 

    Komitmen, dari organisasi untuk mengidentifikasi dan belajar dari kesalahan

    c.  Lingkungan kerja, kedisiplinan manajer yang dirasakan saat staf diketahui

    meningkatkan risiko cedera pasien dan keluarga.

    Budaya keselamatan dapat dilihat dari kehandalan rumah sakit yang memiliki

    karakteristik kompleks, proses pelayanan yang sangat berisiko namun dapat menekan

    angka insiden kesalahan. Rumah sakit yang dapat menyandang gelar handal/ mahir

    hanya jika dapat “bekerja sama” dengan kesalahan, peka terhadap staf yang dapat

    mempengaruhi proses pelayanan, memberikan kesempatan kepada orang-orang yang

     benar-benartahu proses untuk mengambil keputusan dan anti budaya menyalahkan

     pada saat terjadi kesalahan pada proses yang kompleks.

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    24/39

     

    2.3.3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien

    Menurut Geller dalam Chooper (2000), tentang Total Safety Culture,

    menyebutkan bahwa ada tiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi budaya

    keselamatan pasien, yaitu sebagai berikut (Chooper, 2000):

    a.  Faktor personal yaitu cenderung dari orang/ manusia yang bekerja dalam suatu

    orgaisasi rumah sakit. Faktor personal ini terdiri dari:

    1)  Pengetahuan

    2)  Sikap

    3)  Motivasi

    4)  Kompetensi

    5)  Kepribadian

     b.  Faktor perilaku organisasi yaitu kondisi lingkungan kerja yang diukur dari segi

    organisasi pelayanan kesehatan secara umum. Faktor perilaku organisasi yaitu:

    1) 

    Kepemimpinan

    2)  Kewaspadaan Situasi

    3)  Komunikasi

    4)  Kerja Tim

    5)  Stress

    6) 

    Kelelahan

    7) 

    Kepemimpinan Tim

    8) 

    Pengambilan Keputusan

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    25/39

     

    c.  Faktor lingkungan merupakan pendukung proses pelayanan dalam organisasi

    kesehatan, yang terdiri dari:

    1) 

    Perlengkapan

    2)  Peralatan

    3)  Mesin

    4) 

    Kebersihan

    5)  Teknik

    6)  Standar prosedur operasional

    2.3.4 Instrumen survey budaya keselamatan pasien

    Salah satu survey budaya keselamatan yang dikembangkan oleh  Agency for

     Health Care Research and Quality (AHRQ) adalah The Hospital Survey on Patient

    Safety  dengan 12 elemen yang dikembangkan sejak tahun 2004 untuk mengukur

     budaya keselamatan pasien dari perspektif staf. Adapun beberapa penjelasan terkait

    instrumen survey budaya keselamatan pasien adalah sebagai berikut:

    a.  Responden

    Responden yang dapat mengisi instrumen survey budaya keselamatan pasien

    adalah seluruh jenis staf yang berada di pelayanan rumah sakit. Survey ini sangat

    cocok dilaksanakan pada:

    1) 

    Staf rumah sakit yang secara langsung bersentuhan dengan pasien (staf klinik

    seperti dokter, perawat, fisiotherapist. Staf non klinik seperti billing ruangan dan

    lain-lain).

    2) 

    Staf rumah sakit yang kemungkinan tidak bersentuhan langsung dengan pasien,

    namun pelayanannya dapat mempengaruhi pasien (staf farmasi, analis

    laboratorium, dan lain-lain)

    3)  Pimpinan, manajer dan petugas administrasi rumah sakit.

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    26/39

     

     b.  Dimensi pertanyaan

    Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang

    dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan kedalam 9 bagian pada

    kuesioner yang telah dilaksanakn uji validitas dan reliabilitas. Adapun penjelasannya

    sebagai berikut:

    1) 

    Kelompok outcome (hasil) yang terdiri dari dua dimensi pertanyaan, yaitu sebagai

     berikut:

    a)  Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien, merupakan pendapat

    secara subjektif kondisi keseluruhan budaya keseamatan pasin yang

    dirasakan saat ini ditempat kerjanya. Pendapat ini dituangkan kedalam angka

    satu sampai dengan 5, semakin besar angka yang dipilih maka persepsi

    tentang keselamatan pasien dinyatakn lebih baik.

     b) 

    Frekuensi pelaporan kejadian/ insiden, merupakan jumlah nominal pelaporan

    insiden yang pernah dilaporkan yang diketahui oleh staf, dituangkan dengan

    angka 0 sampai dengan tak terhingga, dengan skoring 0 untuk 0 insiden, 1

    untuk 1 insiden, 2 untuk 2 insiden, 3 untuk 3 insiden, 4 untuk 4 insiden, dan

    5 untuk 5 insiden atau lebih. Hal ini akan membuktikan kesadaran akan

    insiden dan pelaporannya dalam unit masing-masing.

    2) 

    Kelompok budaya keselamatan yang terdiri dari 10 dimensi pertanyaan, yaitu

    sebagai berikut:

    a) 

    Teamwork  dalam unit

     b) 

    Ekspektasi dan aksi pimpinan dalam mempromosikan keselamatan pasien

    c)  Proses belajar organisasi, perbaikan berkelnjutan

    d)  Dukungan manajemen rumah sakit dalam keselamatan pasien

    e)  Umpan balik dan komunikasi kejadian kesalahan

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    27/39

     

    f)  Keterbukaan komunikasi

    g)  Teamwork  antar unit dalam rumah sakit

    h) 

    Staffing

    i)   Handoffs (serah terima) dan transisi

     j)  Respon tidak menyalahkan terhadap kejadian kesalahan

    Adapun item soal dalam setiap dimensi pertanyaan dari survey budaya

    keselamatan pasien tersebut dijelaskan pada lampiran 5 (Instrumen Penelitian).

    2.4 Penelitian Terdahulu

    Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, terkait dengan penelitian

    ini adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.4 Daftar Penelitian Terdahulu

     No Penelitian Terdahulu

    1 Peneliti Ariyani

    Institusi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang

    Tahun 2009

    Judul Analisis Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Yang

    Mempengaruhi Sikap Mendukung Penerapan Program Patient

    Safety Di Instalasi Perawatan Intensif RSUD DR Moewardi

    Surakarta Tahun 2008

    Tujuan

     penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengetahuan

    dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung

     penerapan program patient safety.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan

     pendekatan rancangan penelitian cross sectional . Populasi

     penelitian adalah seluruh perawat pelaksana di Instalasi

    Perawatan Intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Analisis

    statistik yang digunakan analisis bivariat  dengan uji chi square 

    dan analisis multivariat  dengan uji regresi logistik metode enter .

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    28/39

     

    Hasil analisis diskriptif, sikap mendukung tinggi (76,3%),

     pengetahuan perawat baik (76,3%), motivasi perawat baik

    (71,1%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada

    hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan motivasi

    terhadap sikap mendukung penerapan program patient safety

    (p

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    29/39

     

     pegawai terhadap keselamatan pasien sebagai dasar pemetaan

     budaya keselamatan pasien pegawai, sementara kuantitatif

    dilakukan dengan kuesioner untuk mengetahui gambaran faktor

    individu dan faktor organisasi pegawai. Dari 118 responden

    yang diteliti didapatkan 55,9% responden memiliki pengetahuan

    dan sikap yang baik, 52,5% responden memiliki motivasi baik,

    57,6% responden memiliki tingkat kompetensi yang baik, 61%

    responden memiliki kewaspadaan situasi yang baik, 73,7%

    responden mengalami tingkat stress kerja yang rendah, 50,5%

    reponden menyatakan tingkat kelelahan yang dialami juga

    cukup baik. Untuk faktor organisasi diperoleh informasi 53,4%

    responden menyatakan kepemimpinan baik, 51,7%. Responden

    memandang kerja tim baik, 53,4% responden menyatakan

    kepemimpinan tim baik, dan 55,1% responden menyatakan

     pengambilan keputusuan sudah dilakukan dengan baik.

    Gambaran faktor lingkungan diperoleh melalui observasi

    dengan checklist. Semua informasi yang diperoleh akan

    dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pengembangan

    model budaya keselamatan pasien yanng baru. Hasil temuan

    faktor individu, faktor organisasi, dan faktor lingkungan cukup

    mendukung peneliti untuk mengembangkan budaya

    keselamatan pasien yang dapat menunjang terciptanya standar

    keselamatan pasien yang optimal. Usulan pengembangan

     budaya tersebut kemudian dipresentasikandidalam diskusi

    kelompok terarah untuk mengetahui respon pegawai danmanejemen serta sasaran yang hendak ditekankan melalui

     budaya yang baru. Disepakati bahwa Safety, Good

    Communication, Team Work, Home Sweet Hospital, dan Better

     Everyday  menjadi elemen kunci budaya keselamatan pasien

    yang baru yang sesuai di RSIA Tumbuh Kembang

    (Ayudyawardani, 2012).

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    30/39

     

    3 Peneliti Bea, Pasinringi, & Noor

    Institusi Bagian Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan

    Masyarakat, UNHAS, Makassar

    Tahun 2013

    Judul Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit

    Universitas Hasanuddin Tahun 2013

    Tujuan

     penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan

    untuk mengetahui Gambaran Budaya Keselamatan Pasien di RS

    Unhas.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner

     budaya keselamatan pasien diadaptasi dari kuesioner Hospital

    Survey on Patient Safety Culture dipublikasikan oleh The

     Agency for Healthcare Research and Quality  (AHRQ) tahun

    2004. Responden penelitian yaitu seluruh petugas di bidang

     pelayanan medik dan keperawatan, serta seluruh petugas di

     bidang pelayanan penunjang dan sarana medik di RS Unhas.

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik cluste

    random sampling dengan populasi 302 responden yang

    dijadikan sampel 204 responden. Data penelitian dianalisis

    menggunakan teknik analisis deskriptif dengan bantuan

     program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya

    keselamatan pasien RS Unhas tergolong kuat dengan persentasi

    71,57% (146 responden). Instalasi yang memiliki budaya

    keselamatan pasien sangat kuat terdapat pada instalasi

    kemotherapy sebesar 100%, sedangkan instalasi yang memiliki budaya keselamatan pasien yang sedang terdapat pada inslatasi

    Ambulance dan Evakuator sebesar 90,9%. Adapun dilihat

     berdasarkan dimensi maka sebagian besar dimensi budaya

    keselamatan pasien di RS Unhas tergolong tinggi dengan

    dimensi tertinggi terdapat pada dimensi kerjasama dalam unit

    sebesar 95,10%, sedangkan dimensi respon persepsi tentang

    keselamatan pasien tergolong sedang dengan persentasi

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    31/39

     

     berturut-turut 51,47%, 76,47%, dan 56,86% (Bea, Pasinringi, &

     Noor, 2013).

    4 Peneliti Beginta

    Institusi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

    Tahun 2012

    Judul Pengaruh Budaya Keselamatan Pasien, Gaya Kepemimpinan,

    Tim Kerja, Terhadap Persepsi Pelaporan Kesalahan Pelayanan

    oleh Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum daerah

    Kabupaten Bekasi Tahun 2011

    Tujuan

     penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persepsi perawat

     pelaksana dalam melaporkan kesalahan pelayanan serta mencari

    hubungannya dengan budaya keselamatan pasien, gaya

    kepemimpinan, dan kerja tim.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Penelitian dirancang dengan disain cross sectional   dengan

    menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Pengambilan data

    dilakukan pada bulan November 2011.Responden merupakan

    keseluruhan perawat pelaksana di unit rawat inap RSUD Kab.

    Bekasi dan didapatkan 77 kuesioner yang dapat dianalisa. Data

    yang diperoleh dianalisa secara univariat dan multivariat dengan

    menggunakan metode component based structural equation

    modeling  dengan aplikasi komputer SmartPLS . Hasil penelitian

    menunjukkan budaya keselamatan pasien, gaya kepemimpinan,

    kerja tim dan persepsi pelaporan kesalahan pelayanan oleh

     perawat dalam penilaian sedang. Didapatkan pula adanya

     pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung budaya

    keselamatan pasien, gaya kepemimpinan, dan kerja tim terhadap

     persepsi pelaporan kesalahan pelayanan oleh perawat. Total

     pengaruh sebesar 89%. Persamaan linier yang didapat dari

     penelitian ini adalah persepsi pelaporan kesalahan = 0,12,

     budaya keselamatan pasien + 0,30, kepemimpinan transaksional

     – 0,22, kepemimpinan transformasional + 0,37, kerja tim + 0,26.

    Dari penelitian ini dapat disimpulkan perlunya peningkatan

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    32/39

     

    faktor-faktor yang terbukti memberikan pengaruh positif

    terhadap peningkatan pelaporan dapat menjadi dasar usaha

     perbaikan. Terdapat pula faktor-faktor lain yang tidak masuk

    dalam model penelitian ini yang mempengaruhi perawat dalam

    melaporkan kesalahan pelayanan yang masih perlu digali agar

     pelaporan kesalahan pelayanan di masa depan dapat meningkat

    (Beginta, 2012).

    5 Peneliti Sigit Kusuma Jati

    Institusi Fakultas Ekonomi Universitas Jember

    Tahun 2013

    Judul Pengaruh Peningkatan Mutu Layanan Dan Fasilitas Fisik

    Terhadap Budaya Dan Insiden Keselamatan Pasien Di RS Paru

    Jember

    Tujuan

     penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

     peningkatan mutu layanan dan fasilitas fisik terhadap budaya

    dan insiden keselamatan pasien.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Hasil studi menunjukkan bahwa peningkatan mutu layanan

    secara langsung berpengaruh signifikan terhadap insiden

    keselamatan pasien akan tetapi peningkatan fasilitas fisik tidak

     berpengaruh secara langsung terhadap insiden keselamatan

     pasien, sedangkan budaya keselamatan pasien secara langsung

     berpengaruh signifikan terhadap insiden keselamatan pasien.

    Peningkatan mutu layanan dan fasilitas fisik secara tidak

    langsung berpengaruh signifikan terhadap insiden keselamatan

     pasien melalui budaya keselamatan pasien. Temuan ini

    mengimplikasikan bahwa peningkatan mutu layanan dan

    fasilitas fisik dapat berdampak mencegah insiden keselamatan

     pasien melalui budaya keselamatan pasien di RS Paru Jember

    (Jati, 2013).

    6 Peneliti Yully Harta Mustikawati

    Institusi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

    Tahun 2011

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    33/39

     

    Judul Analisis Determinan Kejadian Nyaris Cedera Dan Kejadian

    Tidak Diharapkan Di Unit Perawatan Rumah Sakit Pondok

    Indah Jakarta

    Tujuan

     penelitian

    Penelitian retrospektif ini bertujuan untuk mengidentifikasi

    faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Nyaris Cedera

    (KNC) dan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Unit

    Perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Pengumpulan data menggunakan data sekunder dari 95

    dokumen laporan kejadian. Instrumen yang digunakan adalah

    kertas kerja yang dirancang sendiri oleh peneliti. Hasil

     penelitian didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

    training dan edukasi, kompetensi, status kawin, tingkat

     pendidikan, kompleksitas pengobatan pasien, alur pekerjaan,

    kahadiran dan ketidakhadiran staf, peralatan, tingkat

    ketergantungan pasien, lokasi pelayanan terhadap KNC dan

    KTD (P=0.13-1.00). Variabel yang berhubungan dengan KNC

    dan KTD adalah masa kerja (P=0.03), umur perawat (P=0.04)

    dan umur pasien (P=0.02). Rekomendasi untuk rumah sakit

    dalam penerimaan perawat baru perlu dipertimbangkan faktor

    umur dan pengalaman kerja perawat saat melamar, pembuatan

    kebijakan penerimaan pasien baru sesuai umur pasien dan

     penempatan pasien beresiko mengalami cedera, pendampingan

    ( perseptorship program) yang optimal untuk perawat dengan

    masa kerja yang baru (perawat dengan level novice)

    (Mustikawati, 2011).7 Peneliti Dhinamita Nivalinda, M.C. Inge Hartini, Agus Santoso

    Institusi Departemen DKKD PSIK FK Universitas Diponegoro

    Tahun 2013

    Judul Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya Kepemimpinan Kepala

    Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh

    Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Semarang

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    34/39

     

    Tujuan

     penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi

     perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap

     penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksana

    di RS Pemerintah di Semarang.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Jenis penelitian kuantitatif non eksperimental dengan

     pendekatan cross sectional pada 105 responden menggunakan

    kuesioner. Analisis data dengan Product moment, regresi

    sederhana, regresi linier berganda. Hasil penelitian adalah ada

     pengaruh motivasi perawat terhadap penerapan budaya

    keselamatan pasien sebesar 10,3%, ada pengaruh gaya

    kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya

    keselamatan pasien sebesar 36,8%. Ada pengaruh secara

     bersama-sama antara motivasi perawat dan gaya kepemimpinan

    kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan pasien

    sebesar 39,2%. Terdapat pengaruh antara motivasi perawat dan

    gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya

    keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RS Pemerintah di

    Semarang (Nivalinda, Hartini, & Santoso, 2013).

    8 Peneliti Devi Nurmalia

    Institusi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

    Tahun 2012

    Judul Pengaruh Program Mentoring Keperawatan Terhadap

    Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap

    RS Islam Sultan Agung Semarang

    Tujuan

     penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program

    mentoring terhadap penerapan budaya keselamatan pasien di

    ruang rawat inap RS Islam Sultan Agung Semarang.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Metode penelitian ini menggunakan quasi experiment design:

     pretest-posttest with control group design, sampel yang

    digunakan 90 perawat (45 pada kelompok intervensi dan 45

     pada kelompok kontrol). Data dianalisis dengan menggunakan

    chi-square  dan  McNemar . Hasil menunjukkan terdapat

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    35/39

     

     pengaruh antara penerapan budaya kelompok kontrol dengan

    kelompok intervensi sesudah progam mentoring (p= 0.056,?2=

    4.5 ?= 0.1) dan RR 2.5. Penelitian ini merekomendasikan

     perlunya pengembangan metode pengarahan untuk

    meningkatkan budaya keselamatan pasien (Nurmalia, 2012).

    9 Peneliti Agustina Pujilestari, Alimin Maidin, Rini Anggraeni

    Institusi Bagian Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan

    Masyarakat, UNHAS, Makassar

    Tahun 2013

    Judul Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Dalam

    Melaksanakan Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

    Wahidin Sudirohusodo Tahun 2013

    Tujuan

     penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran budaya

    keselamatan pasien oleh perawat dalam melaksanakan

    keselamatan pasien di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.

    Teknik pengambilan sampel mengunakan  proportionate

     stratified random sampling . Responden pada penelitian ini

     berjumlah 75 perawat. Analisis yang digunakan adalah analisis

    univariat. Alat analisis data yang digunakan adalah program

    SPSS 16.0. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 75 responden,

    37 reponden (49,3%) memiliki budaya keselamatan pasien

    rendah dan 38 responden (50,7%) memiliki budaya keselamatan

     pasien tinggi. Responden dengan budaya keselamatan rendah

    diantaranya terdapat 23 perawat (62,2%) dengan pelaksanaan

     pelayanan yang kurang baik dan 14 perawat (37,8%) dengan

     pelaksanaan pelayanan yang baik. Sementara responden dengan

     budaya keselamatan pasien yang tinggi seluruhnya (100%) telah

    melaksanakan pelayanan dengan baik. Peneliti menyarankan

    agar pihak rumah sakit mempertimbangkan mengevaluasi

    aspek- aspek yang dinilai dalam budaya keselamatan pasien. Hal

    ini dengan dasar pemikiran bahwa semakin tinggi tingkat

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    36/39

     

     budaya keselamatan pasien oleh perawat akan berpengaruh pada

    tingkat pelaksanaan pelayanan dan akhirnya akan berdampak

     pada menurunnya angka KTD di rumah sakit (Pujilestari,

    Maidin, & Anggraeni, 2013).

    10 Peneliti Emma Rachmawati

    Institusi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

    Prof. DR. Hamka

    Tahun 2011

    Judul Model Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien Di RS

    Muhammadiyah-Aisyiyah Tahun 2011

    Tujuan

     penelitian

    Studi ini bertujuan untuk membuat model pengukuran Budaya

    Keselamatan Pasien di RS Muhammadiyah-Aisyiyah (RSMA)

    dengan nilai psikometrik yang baik.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Kuesioner Budaya Keselamatan Pasien didistribusikan ke

    seluruh pegawai di 5 RS Muhammadiyah-Aisyiyah, kecuali

    Direksi RS, di beberapa provinsi di Pulau Jawa, yang dilakukan

    selama bulan Januari-Juni 2011. Tingkat respon mencapai 1198

    (79.8%) dan kuesioner yang bersih (no-missing data) adalah 936

    (62.40%). Disain studi ini adalah cross sectional . Analisis

    model pengukuran dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA)

    dan Structural Equation Model (SEM) 2nd level. Melalui CFA

    diperoleh 4 faktor yang saling berhubungan secara bermakna

    untuk model pengukuran iklim keselamatan pasien, yaitu

    Kepemimpinan Transformasional (di tingkat direksi RS dengan

    4 indikator), Kesadaran Individual (di tingkat Individu dengan 5

    indikator), Kerjasama Tim (di Tingkat Unit Kerja dengan 3

    indikatora): serta Budaya Keselamatan Pasien (di Tingkat

    Organisasi/RS dengan indikator. Nilai validitas setiap indikator

     baik (pada α=0.05: t>1,96 dan SLF>0,70) dan reliabilitas yang

     juga baik (CR=0.90>0.70, dan VE>0.50), serta Goodness of Fit  

    (GoF) yang baik: nilai RMSEA=0.047

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    37/39

     

    Keselamatan Pasien di kelima RSMA. Kepemimpinan

    Transformasional paling berpengaruh positif langsung terhadap

     budaya keselamatan pasien dibanding kerjasama tim dan

    kesadaran individual.Semua variabel berhubungan secara

     bermakna secara statistik. Instrumen pengukuran budaya

    keselamatan pasien di RSMA mempunyai karakteristik

     psikometrik yang baik dan dapat mengukur serta

    membandingkan kondisi budaya keselamatan pasien RSMA.

    Model ini dapat mendeteksi awal perhatian di setiap tingkatan

    yang ada di RS terhadap keselamatan pasien sehingga dapat

    dikembangkan menjadi rencana intervensi yang lebih

    komprehensif untuk memperbaiki budaya keselamatan pasien

    (Rachmawati, 2011).

    11 Peneliti Dwi Setiowati

    Institusi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

    Tahun 2012

    Judul Hubungan Kepemimpinan Efektif  Head Nurse  Dengan

    Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana

    Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

    Tujuan

     penelitian

    Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kepemimpinan

    efektif Head Nurse dengan penerapan budaya keselamatan

     pasien.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Desain yang digunakan analisis korelasi secara cross sectional  

     pada 206 perawat pelaksana. Analisis data dengan  Pearson,

    Spearman, t-independent , dan regresi linear . Hasil analisis

    menunjukkan hubungan lemah dan positif antara kepemimpinan

    efektif Head Nurse dengan penerapan budaya keselamatan

     pasien. Penelitian merekomendasikan peningkatan pengetahuan

    Head Nurse pada fungsi pengorganisasian dengan pembentukan

    struktur organisasi, uraian tugas, pelatihan budaya keselamatan

     pasien, pendidikan keperawatan berlanjut, diskusi keselamatan

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    38/39

     

     pasien, atas sistem penghargaan atas penerapan budaya

    keselamatan pasien (Setiowati, 2010).

    12 Peneliti Solha Elrifda

    Institusi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Jambi

    Tahun 2011

    Judul Budaya Patient Safety dan Karakteristik Kesalahan Pelayanan:

    Implikasi Kebijakan di Salah Satu Rumah Sakit di Kota Jambi

    Tujuan

     penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya patient safety 

    dan karakteristik kesalahan pelayanan di salah satu rumah sakit

    di Kota Jambi.

    Metode dan

    hasil

     penelitian

    Desain penelitian ialah cross sectional  dan kualitatif. Populasi

    dan sampel adalah petugas yang melayani pasien secara

    langsung di ruang rawat inap rumah sakit yang diteliti (dokter,

     perawat, dokter gigi, dan bidan) dengan jumlah sampel 191

    orang. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara tidak

    langsung dengan menyebarkan angket yang diadopsi dari

    kuesioner yang telah distandardisasi oleh Agency for Healthcare

     Research and Quality  dengan penambahan untuk pertanyaan

    tentang kesalahan pelayanan secara kualitatif. Analisis data

    dilakukan secara univariat dan kualitatif. Hasil penelitian

    menunjukkan budaya  patient safety  secara umum direspons

     positif hanya 14,7% responden pada tingkat unit dan 26,2%

     pada tingkat rumah sakit. Variasi kesalahan pelayanan

    menyangkut disiplin, komunikasi, dan kesalahan teknis yang

    disebabkan oleh faktor manusia dan kegagalan sistem.

    Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah budaya patient safety 

    di salah satu rumah sakit di kota Jambi kurang baik dan

    ditemukan berbagai kesalahan pelayanan. Saran kepada pihak

    manajemen untuk menetapkan kebijakan pelaksanaan standar

    keselamatan pasien sesegera mungkin (Elrifda, 2011).

  • 8/17/2019 Bab 2 Pasien Safety

    39/39