Asia Newsletter1 Indonesia

download Asia Newsletter1 Indonesia

of 36

Transcript of Asia Newsletter1 Indonesia

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    1/36

    www.eenet.org.uk

    EENET Asia: Pengantar

    EENET asiaEdisi Perdana JUNI 2005

    Saya telah mengambil kesimpulan yang menakutkan bahwa sayaunsur penentu di kelas. Pendekatan pribadi sayalah yangmenciptakan iklim kelas. Suasana hati sehari-hari saya yangmembentuk iklim itu. Sebagai guru, saya mempunyai kekuatan yangluar biasa untuk membuat hidup seorang anak menjadi mengerikanatau menyenangkan. Saya bisa menjadi alat pembunuh kreasi ataupembangkit inspirasi. Saya bisa mempermalukan atau,membanggakan, menyakiti atau menyembuhkan. Dalam segala

    situasi, tanggapan sayalah yang menentukan apakah sebuahkemelut akan meningkat atau menurun dan karena tanggapan sayaseorang anak dapat diperlakukan secara manusiawi atau tidak.

    Poster Departemen Pendidikan Pakistan

    Hadirnya EENET (Jaringan PemberdayaanPendidikan) Asia adalah prakarsa yangtepat bagi Asia Selatan, Tenggara, danTengah, karena itu usaha para pemrakarsaini selayaknya dihargai. Jaringan kerjaseperti ini, dan buletin berita yang dapatmembantu kerjasama itu, kehadirannyahanyalah untuk memberi inspirasi dan

    mendorong kerjasama yang lebih erat sertapertukaran informasi yang sangat pentingdiantara mereka pembuat kebijakan, paraperencana dan pelaksana yang menaruhperhatian terhadap Pendidikan Inklusi.

    Sangatlah jelas bahwa Pendidikan UntukSemua (PUS) tidak akan dapat tercapaikecuali bila sistem pendidikannyamenempatkan program-program pendidikaninklusif bagi semua anak yang belajar baikmelalui jalur formal maupun nonformal. Apayang harus dilakukan untuk mewujudkanhal ini?

    Pertama, dinas-dinas pendidikan harusmeningkatkan lagi angka siswa terdaftar disekolah sampai dengan 90% atau 95% ataubahkan 98% dan berkomitmen untukmengurangi jumlah yang tidak bersekolah,dari 2% atau 5% atau 10%, angka ini di

    beberapa negara dapat berarti jutaan anak.Dinas harus melakukan ini denganmendata, kelompok anak yang tidakbersekolah, mungkin terdaftar namun tidak

    belajar karena kemiskinan, jender,kecacatan, keterpencilan, perbedaanbahasa atau budaya, atau penderita HIV/AIDS. Mereka harus menjawab beberapapertanyaan tentang anak-anak ini: Siapakahmereka? Dimanakah tempat tinggalmereka? Mengapa mereka tidakbersekolah? Mereka harus bekerja danmengambil langkah untuk membuatkebijakan yang memudahkan kelompok ini

    untuk masuk sekolah dan tetap bersekolah.Dinas-dinas pendidikan juga hendaknyamenetapkan sebuah kebijakan umummempromosikan sekolah-sekolah yangramah terhadap anak atau tindakan-tindakan yang lebih nyata seperti subsidiuntuk anak-anak perempuan, programpendidikan individual untuk anakpenyandang cacat, pengajaran membacapermulaan dalam bahasa ibu untuk merekayang berbahasa minoritas atau undang-undang yang melarang diskriminasiterhadap anak yang terkena dampak HIV/AIDS. Tentu saja analisa serupa juga harusdilakukan terhadap kaum muda dandewasa yang buta huruf. Ini berarti perlu

    RuangkelasdiBangladesh

    [olehElsHeijnen]

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    2/36

    2] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI 2005

    Pendahuluan

    Dari Tim Redaktur

    Apakah arti sebuah Nama

    Inklusi Pendidikan bukanlah tentang Kecacatan

    atau Kebutuhan Khusus

    Sekolah Ramah terhadap Anak Minoritas Etnis

    Peran Pusat Sumber dalam Proses Menuju

    Pendidikan Inklusif

    Anak yang Terabaikan di Bangladesh

    Inklusi melalui Pendekatan Sekolah secara

    Menyeluruh di Hong Kong

    Pengajaran Multi-Kelas di Mongolia: Pendidikan

    Inklusif bagi Semua Anak dari Masyarakat

    Sekolah Proyek Berbasis Masyarakat dengan suatu

    Perbedaan

    Mengamati lebih dekat Monster Kurikulum:Menggunakan Diferensiasi Kurikulum untuk

    Merespon Keberagaman Siswa

    Mempersiapkan Guru Pendidikan Inklusif untuk

    Anak Berkebutuhan Khusus: Kursus

    Pengembangan Sistem Belajar Terbuka

    Program Magister bidang Inklusi dan Pendidikan

    Kebutuhan Khusus

    Menggalakkan Pendidikan Inklusif di Wilayah Asia

    Pasifik

    Wawancara EENET Asia

    Ekonomi dan Perkembangan suatu Negara

    tergantung pada Kesehatan yang Baik

    Perhelatan

    Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif: Deklarasi

    Bandung

    Lokakarya Regional Pendidikan Inklusif 19-21

    Oktober

    Deklarasi Islamabad tentang Pendidikan Inklusif

    Peluncuran oleh Presiden RI Perangkat Adaptasi

    Versi Indonesia: Merangkul Perbedaan

    Diskusi Meja Bundar tentang Aksi Mainstreaming:

    Isu Pendidikan Inklusif

    Pendidikan Inklusif Satu-satunya Cara untukMemberantas Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan

    Symposium Internasional di Indonesia

    Publikasi Penting

    Perkenalan dengan Redaktur

    Dafar Isi mengunakan pendekatan yang berorientasipada hak-hak asasi terhadap perkembanganpendidikan yang, diantaranya, menekankanpernyataan bahwa semua orang memilikihak untuk mendapatkan pendidikan yang

    berkualitas.

    Kedua, tiap sekolah dan masyarakat harussecara aktif mencari anak-anak yang tidakbersekolah dan mencari cara agar merekadapat bersekolah serta mengupayakanmereka tetap bersekolah. Pengalamanmenunjukkan bahwa banyak mekanismeyang dapat dilakukan untuk merealisasikanhal ini. Institusi pemerintahan setempat,asosiasi orangtua murid dan guru, bahkanpara murid sendiri dapat melakukanpemetaan di masyarakat. Namun usahaseperti itu tidak selalu dapat diterima.Banyak guru dan juga orangtua murid tidakingin sekolah mereka dibarangi oleh anak-anak yang bermasalah atau sulit diajarkarena kemiskinan, ketidakmampuan,perbedaan bahasa, atau terinfeksi AIDS.Sebagian mungkin senang mengajar siswayang mau bersekolah dan belajar namun

    tidak memiliki keinginan untuk meningkatkanukuran kelas mereka atau berupayamengajar di kelas yang muridnyaberanekaragam. Tujuannya adalah agarorangtua bertanggung jawab terhadappendidikan tidak hanya anak sendiri, namunjuga anak-anak tetangga. Para guruseharusnya juga mempunyai keinginan dandapat memandang keanekaragaman didalam sebuah kelas sebagai satukesempatan bukan sebagai masalah.

    Mereka yang terkucil dari pendidikan seringkali tidak terlihat; jika terlihat, mereka tidakdiperhitungkan, jika diperhitungkan, merekatidaklah dilayani. Pendidikan Inklusifsebenarnya berarti membuat yang tidaktampak menjadi tampak dan memastikansemua siswa mendapatkan hak memperolehpendidikan dengan kualitas yang baik.Merupakan harapan saya bahwa EENETAsia akan memberikan kontribusi besar

    untuk mencapai tujuan ini.

    Sheldon Shaeffer adalah Direktur UNESCOsPROAP, Bangkok. Ia dapat dihubungi [email protected]

    1

    3

    4

    6

    8

    10

    12

    15

    16

    17

    18

    20

    22

    23

    24

    26

    27

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    34

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    3/36

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    4/36

    4] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI 2005

    Bahasa negatif dan merendahkan akanmenghasilkan citra negatif dan jugamerendahkan. Kata-kata sangatlah pentingdan para guru khususnya, harusmemastikan kata yang digunakan tidakmenyinggung atau memancing stereotipnegatif.

    Bahasa digunakan untuk membentuk ide,persepsi dan sikap. Kata-kata yang

    digunakan menggambarkan perilaku yangberlaku di masyarakat. Perilaku ini seringmenjadi penghalang yang sulit diubah.Bagaimanapun juga, perilaku positif danpenuh hormat dapat dibentuk melaluipenggunaan kata secara bijaksana, yangmenjelaskan secara obyektif tanpa maksudmenghakimi.

    Kata-kata seperti kelainan, kecacatan danhamabtan sering digunakan secarabergantian. Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) dengan seksama mendefinisikanketiga kata ini (lihat di kotak), denganmempertimbangkan hak asasi manusia,perbedaan dan keragaman. Kecacatan saatini dipandang sebagai kumpulan kondisirumit, yang kebanyakan diciptakan olehlingkungan sosial. Karenanya manajemenmasalah ini membutuhkan aksi sosial danadalah tanggung jawab bersama untuk

    memodifikasi lingkungan agar anak danorang dewasa yang cacat dapatberpartisipasi penuh dalam seluruh aspekkehidupan.

    Ketika berbicara tentang orang cacat,masyarakat sering menggunakan sebutanyang secara tidak langsung menyatakanpenilaian negatif. Orang-orang melabeldengan sebutan si cacat, si tuli atau siterbelakang mental seakan-akan hanya

    itulah karakteristik mereka. Padahal merekamungkin mempunyai kelainan, kecacatan,hambatan sebagai salah satu dari banyakkarakteristik lainnya.

    Membicarakan tentang si terhambat, sicacat, si tuli sangatlah menghina danmenyakiti martabat seseorang. Inimelabelkan mereka ke dalam satukelompok yang dianggap sejenis danstereotip. Sebutan itu memfokuskan padakecacatannya bukan pada orangnya.

    Keterbelakangan mental adalah sebutannegatif lainnya yang dapat melukai

    perasaan seseorang dan anggotakeluarganya. Akan sangat lebih baik jikamenggunakan istilah KecacatanIntelektual.

    Istilah baru seperti OPC (OrangPenyandang Cacat), APC (AnakPenyandang Cacat), OTL (Orang TerinfeksiLepra) adalah pengertian baru yang samasaja dengan sebutan lalu. Orangseharusnya tidak dibuat menjadi singkatan.Kita tidak menggunakan singkatan untukkelompok apapun dan terhadap orang-orang yang memiliki kecacatan.

    Sangatlah penting untuk disadari bahwakeragaman di antara manusia adalahnormal dan demikian juga berbagai kategoriorang dengan kecacatan berbeda. Seorangguru bisa saja mempunyai dua muridtunanetra yang membutuhkan pendekatan

    pembelajaran yang sangat berbeda karenakeragaman itu normal baik di antara orang-orang yang tanpa dan yang memilikikecacatan.

    Pendidikan dan Pebelajar yangBerkelainan/Cacat:Mainstreaming, integrasi dan inklusimerupakan penjabaran situasi dimana anakberkelainan/dengan kecacatandiperbolehkan belajar bersama dengan

    teman sebayanya tanpa kecacatan dengananggapan mereka dapat menyesuaikankepada sistem maintream dan peraturannya(mainstreaming/integrasi). Hanya inklusi

    Apakah arti sebuah Nama ... Sebutan danIstilah berkenaan dengan Kecacatan danKebutuhan Pendidikan Khusus Els Heijnen

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    5/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [5

    Kelainan: mengacu pada ketidaknormalan fungsi sistem organ. Kelainan biasanya

    mengacu pada keadaan medis atau organik, contohnya keterbatasan jarak pandang(myopic), gangguan jantung, cerebral palsy atau gangguan pendengaran.Kecacatan: konsekuensi fungsional dari kelainan. Seorang anak yang memiliki spinabifida, yang karenanya tidak dapat berjalan tanpa bantuan tongkat penopang, berarti iamemilikikecacatan. Namun, seseorang yang myopic yang diberikan kacamata sehinggabisa melihat dengan baik maka disebut memiliki kelainan tapi bukankecacatan!Hambatan: konsekuensi sosial atau lingkungan akibat kecacatan. Banyak orang dengankecacatan tidak merasa hambatan. Masyarakat sering membuatmereka menjadihambatan karena adanya penolakan, diskriminasi, prasangka dan akses fisik yangmembatasi mereka dalam membuat keputusan dan pilihan yang mempengaruhihidupnya. Contohnya: Jika anak yang berkursi roda tidak dapat memasuki komunitas

    sekolah, dia memiliki hambatan dalam memanfaatkan sarana sekolah. Ketika sekolahdapat diakses oleh pengguna kursi roda, maka hambatan ini hilang. Hambatan seringmengurangi fleksibilitas, sumber daya dan sikap masyarakat.

    mencerminkan hak asasi manusia dan isukeadilan sosial dari pendidikan eksklusifmungkin akibat kebijakan dan praktek yangkaku dalam sistem pendidikan mainstream.

    Mainstream adalah sistem pendidikan yang

    menempatkan anak-anak cacat di sekolah-sekolah umum, hanya jika mereka dapatmengikuti kurikulum akademis yangberlaku, dan guru juga tidak harusmelakukan adaptasi kurikulum. Mainstreamkebanyakan diselenggarakan untuk anak-anak yang sakit yang tidak berdampak padakemampuan kognitif, seperti epilepsi, asmadan anak-anak dengan kecacatan sensori(dengan fasilitas peralatan, seperti alatbantu dengar dan buku-buku Braille) dan

    juga mereka yang memiliki tunadaksa.

    Integrasi berarti menempatkan siswa yangberkelainan dalam kelas dengan teman-teman sebaya mereka yang tidak memilikikecacatan. Sering terjadi di sekolahintegrasi dimana anak-anak hanyamengikuti pelajaran-pelajaran yang dapatmereka ikuti dari gurunya, dan untukkebanyakan mata pelajaran akademis,

    anak-anak ini menerima pelajaranpengganti di kelas berbeda, terpisah dariteman mereka. Penempatan terintegrasitidak sama dengan integrasi pengajarandan integrasi sosial, karena ini sangattergantung pada dukungan yang diberikansekolah (dan dalam komunitas yang lebihluas).

    Inklusi adalah sebuah filosofi pendidikandan sosial. Mereka yang percaya inklusimeyakini bahwa semua orang adalahbagian yang berharga dalam kebersamaanmasyarakat, apapun perbedaan mereka.Dalam pendidikan ini berarti bahwa semua

    anak, terlepas dari kemampuan maupunketidak mampuan mereka, latar belakangsosial-ekonomi, suku, latar belakangbudaya atau bahasa, agama atau jender,menyatu dalam komunitas sekolah yangsama.

    Filosofi Inklusi adalah mengenai;kepemilikan, keikutsertaan dalamkomunitas sekolah dan keinginan untukdihargai. Lawan katanya adalah eksklusi

    yang berarti penolakan, keterbatasan danketidakberdayaan dan sering mengarahkepada frustasi dan kebencian. Inklusi danPendidikan Inklusif tidakmempermasalahkan apakah anak dapatmengikuti program pendidikan, namunmelihat pada guru dan sekolah agar dapatmengadaptasi program pendidikan bagikebutuhan individu.

    Els Heijnen adalah Penasehat ProyekSTEP [Support for Teacher EducationProject].Ia dapat dihubungi di:National Institut of Education [NIE] Paro,Bhutan, Email: [email protected]

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    6/36

    6] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI 2005

    Inklusi Pendidikan bukanlah tentangKecacatan atau Kebutuhan KhususBagaimana kita dapat menciptakan

    sekolah-sekolah yang akan membantusiswa terjun ke masyarakat yang beragam?

    Bayangkan skenario ini: Tom, seorang anakpendiam yang duduk di kelas 6, berusiasekitar 11 tahun, mendapatkan makansiang di sekolahnya. Dia mulai menaruhmakanan di atas piringnya, di sebuah mejayang sebelumnya telah ditempati oleh anak-anak lain. Salah satu dari anak laki-laki ituberkata, Pergi sana! Tom meninggalkan

    meja tersebut dan mendekati meja lainyang sudah ditempati. Di sana ia dibentakEnyahlah dari sini! Tom pergi lalumenaruh piringnya pada meja ketiga, sadarbahwa ia lupa sendoknya, kemudian iakembali ke konter untuk mengambilnya.Ketika ia kembali ke meja piringnya telahhilang.

    Bagaimana anda menilai situasi ini?Adakah masalah di sana? Jika demikian,

    masalah siapakah ini? Apakah yangseharusnya dilakukan oleh paraguru/kepala sekolah terhadap situasi ini?Haruskah Tom dipindahkan ke sekolah lainkarena anak-anak lainnya tidak mau dudukdengannya? Mungkin penilaian andamengenai iklim sosial di sekolah tersebutbermasalah dan ada sesuatu yangseharusnya dilakukan untuk membangunmasyarakat dan mengembangkankemampuan sopan santun bersosial di

    antara siswa. Mungkin anda akanmengembangkan analisa ini menjadi isutentang ras, kasta, bahasa, orientasiseksual, jender, atau etnis, danmempertanyakan masalah apa yang terjadidi sekolah serta bagaimana mengatasinya.Mungkin anda akan mendapati sikap siswa-siswa lainnya yang tidak sopan, tidak dapatditerima menjadi warga masyarakatnantinya dari komunitas global. Bagaimanajika saya beritahukan bahwa sesungguhnyaTom adalah seorang anak dengan selerahumor yang mengagumkan, seorangpecinta buku-buku fiksi ilmu pengetahuan,

    memiliki antusias tinggi terhadap sepak

    bola, dan juga seorang Down Syndrome.Akankah analisa anda berubah? Akankahanda kini melihat situasinya secaraberbeda? Akankah anda mengatakan, Oh,dia seorang murid sekolah luar biasa!Akankah anda menyimpulkan, seperti yangdilakukan kepala sekolah Tom tentanginklusi, Baiklah, tingkah laku inimenunjukkan bahwa inklusi tidak berhasildan bahwa Tom harus berada di sekolahluar biasa dengan anak-anak lainnya

    seperti dia, sehingga ia tidak akandiperlakukan seperti di sekolah reguler itu.Ini adalah kisah nyata.

    Situasi ini memunculkan banyak pertanyaanlainnya. Jika anak-anak memperlakukanTom demikian, bagaimana tanggapanmereka terhadap seorang anak perempuanyang kelebihan berat badan, anak laki-lakiyang berjerawat, seorang siswa dengandua orang ibu yang lesbian, atau anak

    perempuan yang baru saja tiba dariKamboja dengan keterbatasan kemampuanBahasa Indonesia?

    Yakinkah kita bahwa murid-murid di sekolahini menyambut dan menerima seluruhbentuk keragaman kecuali kecacatan dan bahwa masalah ini hanyalah tentangpendidikan luar biasa? Atau apakah kisahini membantu kita berpikir tentang cara-carayang dapat dilakukan sekolah-sekolah yang

    mencerminkan masyarakat yang luas.Bagaimana kita menggunakan kisahperlakuan salah terhadap Tom untukmemikirkan perlunya kebijakan-kebijakan,praktek-praktek, dan norma-norma disekolah kita yang dapat menumbuhkanatau menghalangi tanggapan positifterhadap perbedaan dan keberagaman?

    Kehadiran dan pengalaman Tom di sekolahini merupakan indikator ketidaksempurnaankurikulum sekolah kita, pengajaran/pedagogi, iklim sosial dan persiapan guru suatu asesmen kebutuhan dan laporan

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    7/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [7

    kemajuan untuk menciptakan sekolah dandunia yang inklusif.

    Ejekan dan perlakuan kasar merupakan isuyang lebih luas dibandingkan dengankecacatan. Salah satu prinsip penting

    berhubungan dengan tingkah laku sepertiini yang terjadi di masyarakat ialah agarpara guru menanggapinya melalui layananpendidikan dan tanggapan publik (yangmengacu pada menghargai kesetaraan).

    Iklim sosial di dalam kelas berperan pentingdalam penyetaraan martabat dan belajar,tetapi para guru sering kali terlalu sibukdengan urusan kurikulum atau menyiapkanulangan serta ujian. Dengan hanya

    menciptakan siswa yang dapat lulus ujian,tetapi memperlakukan satu sama lainnyadengan kejam atau kasar bukan suatuformula untuk keberhasilan sekolah ataumasyarakat demokratis.

    Setiap orang memerlukan strategi-strategiuntuk menanggapi secara berani bahasadan tingkah laku yang menindas. Parasiswa, orang tua, guru dan tata usaha

    seharusnya ikut serta dalammengembangkan strategi-strategi itu.

    Kita dapat memulai dengan menelaahlelucon. Hampir setiap orang pernahmenerima lelucon yang menyinggung atautidak lucu. Apakah orang tersebutmemberi tanggapan? Mengapa ataumengapa tidak? Apakah konsekuensi nyatadengan mengatakan, Saya rasa itu tidaklucu atau Saya tidak suka lelucon yang

    menertawakan orang-orang dari negaralain?" Apa yang akan anda katakan jikayang melontarkan lelucon itu adalahorangtua anda atau guru anda, seorangsiswa yang terkenal di kelas, atau bahkanpimpinan anda?

    Para siswa di kelas inklusif belajar untukbertanya, Apa yang harus kita pikirkanagar semua orang berpartisipasi aktif danbelajar dan Apa yang seyogyanya anak-

    anak bawa ke dalam lingkungan belajaragar setiap orang dapat mengambilmanfaatnya.

    Jika kita memandang inklusi lebih darisekedar konteks pendidikan luar biasa, danmemandangnya lebih dari sekadarmemasukkan anak-anak cacat, maka kitamemiliki potensi untuk memberikantantangan dan mengubah lebih jauh lagi ke

    dalam sekolah dan masyarakat kita.

    Kita perlu mengkaji istilah-istilah yangdigunakan selama ini: Benarkah apa yangkita sebut pendidikan luar biasa sebenarnyamemisahkan pendidikan bagi banyaksiswa? Mengapa hanya sebagian siswasaja yang masuk dalam kelas inklusif?Bagaimana dengan komitmen bahwaSEMUA siswa harus dilibatkan, lalumengganti nama kelas inklusif menjadi

    kelas saja ataupraktek baku? Inklusihanyalah masalah keadilan sosial untuksemua.

    Diadpatasi dari Teaching All Studentshal.25-28, Inclusion: A matter of SocialJustice oleh Mara Sapon Shelvin[Educational Leadership 2005]

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    8/36

    8] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI 2005

    Selama beberapa tahun Marc Wetzbertanggung jawab di bidang pendidikan dikantor perwakilan UNICEF untuk wilayahThailand Utara. Sejak ia memegang jabatanbarunya sebagai Perwakilan Negara bagiEnfants et Developpement pada bulanOktober 2003, ia menerapkan konsep Ramahterhadap Anak di dua proyek untuk minoritas

    etnis di wilayah pegunungan terpencil diVietnam Utara. Dalam artikel ini iamemaparkan beberapa faktor pentingpendorong kesuksesan konsep Sekolah yangRamah terhadap Anak [SRA] dalam konteksminoritas etnis.

    Semua Sekolah perlu menjadi SekolahRamah terhadap Anak-tidak hanya SekolahDasarSaya terkejut ternyata banyak organisasi yang

    masih berencana menerapkan SRA hanya disekolah dasar. Manfaat dari penerapankonsep SRA di TK, SD dan SLTP/SLTAsangatlah jelas. Apakah kita ingin

    mengekspos anak-anak kepada kritikan

    pedas, siksaan fisik di Sekolah Menengah jikamereka tidak berpartisipasi dalam kelaskarena keingintahuan dan bersikap proaktifseperti ketika mereka belajar di SD yangRamah Terhadap Anak? Dalam keadaanseperti itu lebih baik kita membiarkan sajadaripada membingungkan anak-anak, paraguru dan anggota masyarakat.

    Melengkapi Inisiatif SRA melalui inisiatifDesa yang Ramah terhadap Anak/Keluarga

    Ada banyak alasan ditemukan di masyarakatmengapa anak-anak memiliki kesulitan untukbersekolah dan kesulitan untuk tetapmeneruskan sekolah. SRA mendorongsekolah untuk terlibat secara proaktif dalammembangkitkan inisiatif masyarakat. Kitaharus menghubungkan SRA dengan inisiatifmasyarakat/keluarga yang ramah terhadapanak yang dapat meningkatkan standar hidupdi desa serta membantu mencari solusirendahnya tingkat kehadiran di sekolah.

    Implementasi Seluruh Komponen/DimensiSRA secara bersamaan.Di daerah minoritas etnis yang tantangannyabesar dalam hal akses dan ritensi, cenderunghanya memfokuskan pada persiapan kelasyang aksesibel dalam lingkungan fisiknyasaja. Bagaimanapun juga lingkungan sosial-psikologis (cth; pembelajaran aktif, metodologipengajaran yang terpusat pada anak dan

    keterampilan hidup) itu penting dan harusditerapkan secara tepat sejak awal. Seluruhdimensi SRA saling berhubungan dan salingmendukung satu sama lain. Aktifitas-aktifitasdalam cakupan lingkungan sosial psikologismerupakan faktor penarik yang sangat pentingdan jika tidak disertakan dalam strategipenerapan SRA kita, bisa menjadi faktorpenolak.

    Adaptasi SRA ke dalam konteks lokal

    melalui identifikasi prioritas unik setiapdaerah (indikator eksternal dan internal)Sekolah-sekolah di wilayah minoritas etnislebih disoroti dari konteks ekonomi dan

    Sekolah Ramah terhadap Anak-Anak dariMinoritas Etnis Marc Wetz

    Foto

    olehMarcWetz

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    9/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [9

    sosialnya daripada di wilayah etnis mayoritas.Ini berarti sekolah harus menyiapkanprioritasnya sendiri daripada hanyamempergunakan prioritas dari mayoritasetnis . Jika ini dilaksanakan dengan partisipasidari anak-anak dan anggota masyarakat, akan

    memberikan kontribusi signifikan terhadaptumbuhnya rasa memiliki kepada inisiatif SRA.Sangatlah penting jika prioritas utama adalahanak (cth; guru harus berbicara dengan nadabicara yang menyenangkan dan lembut) dananggota masyarakat dihargai ketika kriteriafinal ditetapkan.

    Membangun Partisipasi Tinggi bagi Anak-Anak dan Anggota MasyarakatIni sangat penting karena melihat kenyataan

    bahwa minoritas etnis sering memilikikepercayaan diri rendah, tidak memahamibahasa nasional yang digunakan oleh guru.Biasanya mereka merasa tidak memilikikapasitas untuk terlibat urusan sekolah.Walaupun ini berat tantangannya, manfaatmelibatkan mereka dalam setiap langkahinisiatif SRA sangatlah besar. Bukti prosespartisipasi adalah dengan melibatkan merekasejak awal dalam sensitisasi Konvensi Hak

    Anak [KHA], visualisasi sekolah impianmereka, menyusun kriteria SRA merekasendiri, penilaian sekolah sendiri, menyusunrencana pengembangan sekolah tahunan danmonitoring proses implementasi seyogyanyadengan menggunakan perangkat monitoringyang tepat dan diadaptasikan bagi anak-anakdan anggota masyarakat.

    Implementasi kurikulum lokal untukmembuat pendidikan lebih sesuai dengan

    konteks dan sebagai langkah pertamauntuk sekolah menjadi ramah terhadapmasyarakatCara baik untuk membuat kurikulum sekolahlebih sesuai dengan konteks lokal adalahdengan mengembangkan kurikulum lokal.Semua komunitas etnis memiliki nara sumberyang kaya akan pengetahuan daerahnya (cth;keterampilan mata pencaharian sepertibertenun, bahasa, kepercayaan, sejarah, lagu,dsb). Memang para nara sumber ini

    membutuhkan pelatihan in-servicedandukungan guru-guru karena mereka belummemiliki kapasitas mengajar di sekolah.Dengan melibatkan kurikulum lokal dalam

    inisiatif SRA tidak hanya bermanfaat untukpenyelenggaraan pendidikan yang lebihsesuai dengan konteks daerah tapimenjadikan sekolah sebagai bagian darikomunitas daerah karena keterlibatan anggotamasyarakatnya. Proses ini akan

    mengembalikan kepercayaan diri minoritasetnis. Ini mengurangi jurang pemisah antaramasyarakat dan sekolah juga merupakansebuah landasan yang tepat bagipembelajaran untuk orang dewasa sertamembuat sekolah-sekolah tidak hanya ramahterhadap anak dan guru tetapi juga ramahterhadap masyarakat.

    Fasilitas asrama tidak boleh dilupakankarena asrama memberikan kesempatan

    yang baik untuk pengenalan AktifitasKeterampilan HidupKebanyakan wilayah minoritas etnis tidaklahpadat maka jarak sekolah dan rumah jadikendala. Oleh karena itu fasilitas asrama yangmemadai adalah suatu keharusan bagi tiapSRA. Fasilitas itu harus sehat, aman danprotektif (ini sangat penting bagi anakperempuan) serta menyediakan kesempatanyang baik untuk membuat aktifitas-aktifitas

    dalam ekstra kurikulum seperti klub-klubberdasarkan minat dengan pelatihan untukmata pencaharian dan keterampilan hidupyang dapat menjadi titik awal yang baik untukmemperkenalkan aktifitas tersebut di sekolah.

    Advokasi untuk kebijakan yang ramahterhadap minoritas etnis.Inisiatif SRA harus melibatkan usaha-usahayang membuat kebijakan pemerintah menjadilebih ramah terhadap anak dari kelompok

    minoritas etnis. Sebagai contoh; tahun ajaransekolah yang fleksibel harus dapatmengakomodasi masa panen dan musimdingin untuk menaikan tingkat kehadiransiswa di sekolah. Disini dibutuhkan kurikulumyang fleksibel dan teradaptasi, begitu jugabagi sekolah-sekolah yang bersikap proaktifdalam melibatkan anak-anak yang sudahmenikah usia dini.

    Marc Wetz adalah Perwakilan Negara untuk

    Enfants et Developpement (Dulu "Save theChildren France"), Ia dapat dihubungi di:103 Van Phuc Building, No 2 Nui Truc, KimMa, Hanoi, Vietnam, [email protected]

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    10/36

    10] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    Peran Pusat Sumber dalam Proses MenujuPendidikan Inklusif Dewi MarzaIndonesia baru-baru ini telah memulai

    langkah-langkah menuju pendidikaninklusif. Pendidikan inklusif didasarkan padakeyakinan bahwa tiap anak, siapapunmereka, dapat belajar dan harus dihargaiserta harus menerima pelayanan yang iabutuhkan.

    Hingga saat ini anak-anak kurang mampuharus belajar di sekolah-sekolah luar biasa,hanya sedikit dari mereka yang tergabungdalam sekolah-sekolah umum. Belajar di

    sekolah luar biasa menjauhkan anak darimasyarakat pada umumnya. Hal ini akanmenjadi tantangan bagi mereka dikemudian hari untuk menjadi anggotakomunitas yang aktif di daerahnya.Solidaritas, empati, penghargaan yangsama, persahabatan, dan karakter dibentukketika anak-anak di lingkungan yang samadengan kemampuan yang berbeda belajardan bermain bersama.

    Payakumbuh di Propinsi Sumatra Barat,Indonesia, menerapkan pendidikan inklusibagi anak-anak yang lemah penglihatandan bagi guru-guru kelas di sekolah-sekolah umum. Pusat Sumber memberikandukungan bagi anak-anak yangberkebutuhan khusus. Pada saat itu, PusatSumber menawarkan alat-alatpembelajaran dan pengajaran, buku-bukuBraille dan cetakan tambahannya sertatenaga pengajar yang terlatih untuk

    mendukung dan membimbing anak-anakberkebutuhan khusus di sekolah-sekolahumum. Pendidikan inklusif dapat diterapkandi Indonesia dengan memperhatikan kondisidaerah masing-masing.

    Hal ini membutuhkan pemahaman yangmendalam tentang sistem pendidikan diberbagai tingkat yang berbeda. PusatSumber mendapat dukungan dariDepartemen Pendidikan Nasional melaluiDirektorat Pendidikan Luar Biasa danBraillo Norway, Departemen PendidikanPropinsi Sumatra Barat, Departemen

    Pendidikan Kota Payakumbuh dan dari

    masyarakat itu sendiri.

    Fungsi dan Tugas Pusat Sumber: Kegiatan penilaian. Pelatihan guru-guru khusus. Pelayanan dan bimbingan bagi sekolah-

    sekolah umum untuk siswa dengankelainan penglihatan.

    Produksi dan distribusi buku-buku Brailledan alat-alat pengajaran danpembelajaran bagi siswa dengan kelainan

    penglihatan. Program pelatihan individu untuk

    mengembangkan kemampuan dan bakatsiswa dengan kelainan penglihatan.

    Kerjasama dengan orang tua, masyarakatdan pihak-pihak yang terkait.

    Kegiatan peduli anak-anak yangberkebutuhan khusus melalui seminar danmedia.

    Semua aktifitas tersebut telah diterapkan

    dengan menggunakan sumber dayamanusia yang tersedia pada Pusat Sumber.Melalui proses perencanaan danpenerapan, banyak pelajaran danpengalaman penting yang telahdikumpulkan. Hal ini telah membantu kitadalam mengembangkan Pusat Sumberyang telah ada saat ini.

    Mengunjungi sekolah-sekolah umum adalahkegiatan utama Pusat Sumber. Di

    Payakumbuh terdapat 26 anak lemahpenglihatan di SD, SMP dan SMU.Pelayanan ini telah meluas ke kota-kotasekitar terdekat. Sumber tenaga pengajaryang terlatih melakukan pekerjaan pentinguntuk mendukung siswa berkebutuhankhusus di sekolah-sekolah umum danmembantu meningkatkan kualitaspendidikan mereka.

    Program strategis kedua yang dibentukpenting untuk dilaksanakan ialah produksibuku-buku Braille dan alat-alat pengajaranyang memusatkan pada siswa yang

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    11/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [11

    Anak-anakdisekolahrintisanpendidikaninklusif

    diPayakum

    buh,

    SumatraBarat[Fotodarithe

    NordicClub

    ]

    berkebutuhan khusus. Tugas lain unitproduksi Braille ialah membuat soal-soaltest ujian-ujian dalam huruf Braille. Inidilakukan bekerjasama dengan sekolah-sekolah di daerah. Akhir-akhir ini siswalemah penglihatan yang belajar di sekolah

    umum mendirikan Asosiasi Siswa diSekolah Inklusif. Mereka ini bertemu secaraberkala di Pusat Sumber tersebut.Organisasi ini sangat penting karenamereka dapat saling berbagi pengalamanselama berada di sekolah-sekolah umum.Mereka juga menerbitkan majalah dalamhuruf Braille yang terbit setiap tiga bulansekali.

    Kami juga menemukan seorang anak

    berumur 8 tahun yang lemah penglihatandan belum bersekolah. Orang tuanya tidakingin anak mereka tinggal dalam asrama disekolah luar biasa, karena mereka tidakingin terpisah dari anaknya. Oleh karena ituPusat Sumber mendata sekolah umumyang dapat menawarkan lingkungan yanginklusif dengan mengikuti langkah-langkahberikut ini: Mengunjungi rumah anak tersebut dan

    sekolah-sekolah umum. Mengundang orangtua ke Pusat Sumber

    untuk mendiskusikan program pendidikanbagi anak mereka.

    Memberikan pelatihan awal bagi anak-anak, orangtua serta guru sekolah umumyang terpilih.

    Unit produksi Braille mempersiapkanbuku-buku yang diperuntukkan anak disekolah barunya.

    Melalui program ini Pusat Sumber mencobamembuktikan bahwa pendidikan inklusifadalah solusi bagi para orangtua yang ingin

    anaknya belajar di lingkungan sekolahumum daripada di sekolah luar biasa. Untukmengembangkan lebih jauh proses ke arahinklusi, sekolah luar biasa harus diubahmenjadi pusat sumber. Pusat sumber iniharus bekerjasama dengan sekolah umumuntuk memberi pelayanan maksimal bagisemua anak yang membutuhkan dukunganekstra secara berkesinambungan, padawaktu tertentu atau di wilayah tertentu.Guru-guru khusus dari pusat sumber ini

    dapat mendukung anak dan guru kelasmereka untuk meningkatkan kualitaspendidikan bagi seluruh anak berkebutuhankhusus, jika tidak tujuan pendidikan tidaktercapai.

    Pendidikan inklusif adalah usaha dari timdan ini semua adalah sebuah penghargaan,sebuah tantangan dan keistimewaan yangmendorong anggota TIM!

    Dewi Marza adalah Kepala Pusat SumberRegional untuk Inklusi dan Pendidikan LuarBiasa Sumatra Barat dan anggota TimSumber Nasional untuk Pendidikan Inklusif.Ia dapat dihubungi di:Pusat Sumber Pendidikan Inklusi danBerkebutuhan Khusus

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    12/36

    12] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    Bangladesh merupakan salah satu negarapertama yang menguatkan dukungannyaterhadap Hak-hak Asasi Anak. Namun

    masih banyak anak yang terabaikan haknyabersekolah karena diskriminasi jender,bahasa, agama, kecacatan, kemiskinanatau termarjinalisasi . Satu studi dilakukanoleh UNESCO Bangladesh menekankanpada asesmen obyektif tentang situasiterakhir pendidikan inklusif di negaratersebut.

    Pengkajian menunjukkan bahwa selamabeberapa tahun ini Bangladesh telahmenunjukkan peningkatan besar dalampendidikan dasar. Kampanye-kampanyeperluasan dan peningkatan fasilitaspendidikan serta insentif dari pemerintahdan LSM ikut memberikan kontribusi bagipencapaian ini. Kelompok utama yangberuntung adalah anak-anak perempuandan anak-anak yang hidup dalamkemiskinan. Namun ketertinggalan sosialdan budaya tetap menjadi rintangan utama

    bagi kelompok tersebut. Sekarang inipendidikan inklusif lebih dipahami dalamkonteks anak berkebutuhan khusus sajadan dalam cakupan ini pula anaktunagrahita tidak lagi dianggap mampudidik dan ini sangat diskriminatif.

    Kebijakan, dan pelaksanaan pendidikaninklusif memang berada pada tahap awalperkembangan di negara tersebut. Seorangpembuat kebijakan berkata: Sekolah kami

    terbuka untuk semua anak jadi kami inginmengadopsi pendidikan inklusif.Namunbanyak kelompok anak terabaikan daripendidikan umum. Ada keterbatasan

    akuntabilitas untuk melihat apakah semuaanak bersekolah atau untuk mencari datasiapa yang tidak bersekolah dan juga

    alasan-alasan apa sajakah yangmenyebabkannya.

    Anak-anak tak bersekolahAnalisa berdasarkan pengamatan lapanganmengungkapkan bahwa anak-anak tidakbersekolah karena banyak alasan lain diluarkemiskinan. Sebagian orangtuamenganggap tidak penting untukmenyekolahkan anak mereka dan tidakmelihat bagaimana sekolah dapat

    meningkatkan taraf hidup mereka.Meskipun si anak ingin disekolahkan namunorangtua tetap menolaknya.

    Beberapa anak di sekolah menganggapperjuangan untuk tetap bersekolah tidaklahberarti, karena mereka sering dibuat tidaknaik kelas. Alasan lain adalah karena terlalujauhnya letak sekolah. Sebagian lainnyalebih memilih bermain di lapangan, karenasekolah telah menjadi tempat yangmengerikan dimana mereka dibentak/dipukuli/atau mendapat masalah karenaberkemampuan rendah.

    Ada sebagian lainnya yang duduk di kelasnamun mereka benar-benar tidak dianggapsebagai bagian dari kelas itu. Merekamerasa terabaikan karena berbagai alasan.Beberapa diantaranya tidak memahamibahasa yang digunakan oleh guru. Isi buku

    juga tidak mewakili kenyataan hidupmereka maka dari itu mereka menganggapbelajar tidaklah menarik atau bermakna.Sementara sebagian lainnya merasa bahwaguru memiliki pengharapan rendahterhadap mereka karena latar belakangmereka. Hanya sedikit dari anak-anak iniyang dapat melihat apa yang tertulis dipapan tulis dari tempat duduk mereka.Banyak juga yang tidak senang ketikadibentak karena tidak mempelajari lagi

    pelajaran tsb di rumah. Seorang anakberkata, Guru tampaknya tidak memahamibahwa tak ada waktu lagi bagiku untukbelajar karena ketika saya kembali ke

    Anak-Anak yang Terabaikan di BangladeshAnupam Ahuja

    RuangkelasdiBangladesh[olehElsHeijnen]

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    13/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [13

    rumah yang berjarak lima mil dari sekolahsaya melihat banyaknya pekerjaan yang harussaya kerjakan di rumah. Saya tidak memilikibuku pegangan selain buku lama yang pernahdiberikan pada saya di sekolah pada tahun inikarena buku itu telah terkoyak.

    Masalah seperti ini jelaslah akibat kebijakandan pelaksanaan yang tidak sesuai di sekolah,bukan masalah yang ada pada anak itusendiri. Kepatuhan kaku terhadap kurikulumdan metode pengajaran yang tidak fleksibel,tidak membuat sekolah menjadi tempat belajaryang baik bagi anak. Sistem pendidikantradisional cenderung memperlebar jurangantara anak-anak yang beruntung, yangdilibatkan dengan anak-anak yang tidakberuntung dan tidak dilibatkan. Anak-anak dari

    golongan ekonomi menengah keatas memilikikesempatan yang lebih. Anak-anak yanghidup di perkampungan kumuh, mendapatkesempatan pendidikan yang lebih sedikit.Begitulah lingkaran kemiskinan dan kurangnyakesempatan terus berlanjut.

    Tak ada seorang anakpun yang memilih hidupterpencil; lahir dari keluarga miskin; hidupdengan orangtua yang tidak terpelajar atau

    orangtua yang tidak melihat pentingnyapendidikan; berbicara dengan bahasa yanglain dari media pembelajaran di sekolah; atauuntuk menjadi anak rendah prestasinya dikelas.

    Banyak orangtua yang tidak menyekolahkananak mereka karena biaya pendidikan tidaktransparan. Penelitian dan diskusi dengananak menemukan bahwa banyak anakterdaftar di sekolah di tahun ajaran baru,

    bahkan melebihi kapasitas yang ada. Namunmereka pada akhirnya putus sekolah. Merekasering putus sekolah karena sakit, menjagaorangtua atau sanak saudara yang sakit, atauharus bekerja dan membantu keluarga merekauntuk tetap bertahan hidup. Banyak anak yangpada akhirnya dapat menyelesaikan sekolahmereka namun tetap tidak bisa membaca danmenulis. Banyak pula anak yang mengakuibahwa belajar dari buku dan mengerjakantugas adalah hal yang membosankan dan

    para orangtua di komunitas tersebut jugamerasa bahwa apa yang dipelajari anak-anakdi sekolah sangat tidak relevan.

    Ada anak yatim piatu atau hidup denganorangtua tunggal karena ayah merekamenikah lagi dan tinggal entah dimana. Anakini terpaksa memikul tanggung jawab rumahtangga serta terhadap adik-adiknya sehinggatak ada waktu lagi untuk bersekolah.

    Anak-anak yang terkucilkan secara sosialdan terabaikan pendidikannyaAnak-anak dari kelompok yang hidupberpindah-pindah, anak-anak dari parapekerja seks, dan mereka yang tergolongkomunitas ekonomi lemah, anak-anak jalananserta anak-anak dari minoritas etnis seringjuga mendapat penolakan dalam bidangpendidikan dan sosial.

    Anak-anak dari kelompok Bede (sering disebutorang-orang jipsi sungai) sering terkucil danterdiskriminasi dari sekolah. Kelompok Bedeadalah orang-orang yang hidup berpindah-pindah di Bangladesh yang waktu merekasering dipakai untuk bepergian, hidup di kapal-kapal dan mencari penghidupan denganmemancing atau menyelam di air untukmencari sisa-sisa peninggalan dari kolam-kolam atau sumur-sumur. Norma hidup

    mereka adalah pernikahan dini. Komunitasnyadidominasi oleh kaum pria, namun para wanitajuga memikul beban untuk mempertahankanhidup selain melakukan pekerjaan rumahtangga. Kunjungan lapangan menunjukkanbahwa siswa, orangtua, dan guru tidakmenghargai kelompok Bede, mereka dianggapkotor. Meskipun khalayak juga berinteraksidengan mereka, namun sebenarnya orang-orang tersebut tidak mengenal mereka,terutama mengenai penindasan-penindasan

    yang dialami.

    Anak-anak dari komunitas ekonomi lemahjuga sering menderita karena bentukpenghinaan berlebihan, oleh karena itumereka membutuhkan perhatian sesegeramungkin. Komunitas ini menetap di wilayahperkotaan untuk melakukan pekerjaan yangrendah dan kotor untuk orang lain. Merekabersihkan saluran pembuangan, dsb. Merekadianggap patut dihindari, dan di tempat umum

    mereka harus makan dan minum dariperalatan makan mereka sendiri yangterpisah. Mereka hidup di kelompoknya sendiridan di perkampungan kumuh yang tidak

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    14/36

    14] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    OlehElsHeijnen

    higienis serta tidak diizinkan untuk seringberinterksi dengan masyarakat. Stigmasosial ini menyebabkan anak-anakterabaikan total dari sekolah umum.

    Kelompok lain yang dianggap sangat hinaialah para pekerja seks dan anak-anaknya.Anak dari para pekerja seks adalah yangpaling menderita, sangat terdiskriminasi dansering mendapat tekanan psikologi yangsangat hebat. Hak-hak asasi merekadilanggar dan kesehatan para ibu sertaanak-anaknya berada dalam resiko tinggi.Anak-anak perempuan menghadapi takdirmereka seperti ibunya dan berakhir denganmenjalani profesi sama. Sedangkan anaklaki-laki menghadapi masa depan yangpenuh kehinaan dan ketidakpastian.

    Kelompok anak lain yang terabaikan hak-haknya adalah anak-anak jalanan. DiBangladesh jumlah mereka cukup besar.Kebanyakan anak ini mengungkapkanbahwa biasanya mereka bertahan denganmencari nafkah sendiri dan/atau hidup dibawah belas kasihan orang lain. Jalanan

    adalah tempat mereka bekerja, makan,bersosialisasi, bermain, belajar, mencucidan tidur.

    Kebutuhan kelompok lain yang perludimasukkan ke dalam kerangka kerja inklusiadalah anak-anak dari komunitas minoritasetnis. Kebutuhan mereka beragam karenamereka hidup di lokasi yang sulit dijangkau.

    Kurangnya kepekaan dan kurangnyapemahaman bahasa dan budaya sertadiskriminasi dalam masyarakat padaumumnya tercermin dalam pendidikanmereka. Sebagian besar campur tangan

    NGOs terhadap pendidikan minoritas etnismenekankan pada sekolah-sekolahminoritas yang eksklusif daripada yanginklusif.

    Pendidikan inklusif memegang perananyang penting dalam mengubah perilakudiskriminatif sosial di Bangladesh. Otoritaspendidikan harus menyadari tantangananak-anak yang termarjinalisasi ini danmembuat tindakan yang tepat. Seluruhintervensi menuju perubahan sosial untukkomunitas yang termarjinalisasi ini harusdilakukan bersamaan dan dengan usaha-usaha mempromosikan pendidikan inklusif.

    Oleh penulis artikel ini telah diadaptasi darilaporan: Sebuah Asesmen PendidikanInklusi di Bangladesh(2004).

    Anupam Ahuja adalah konsultan lepas

    dengan 20 tahun pengalaman dalam bidangpendidikan dan memfokuskan padapengembangan pelaksanaan inklusif. Iadapat dihubungi di:[email protected] NagarNew Delhi 1100017Tel: +911126681303Mobile: +9810652249

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    15/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [15

    Inklusi melalui Pendekatan Sekolah secaraMenyeluruh di Hong Kong Vivian HeungApakah kita perlu melibatkan sekolah

    secara menyeluruh dalam mengembangkanpendidikan inklusif? Ketika banyak sekolahmencari calon guru untuk murid-muriddengan kesulitan belajar, pemerintah HongKong menganjurkan keterlibatan sekolahsecara menyeluruh untuk mengatasikeberagaman siswa sejak 1997,berdasarkan evaluasi dari 2 tahun proyekrintisan integrasi. Di tahun 2003, 117 dari1300 sekolah di Hong Kong ikut sertadalam proyek ini. Pengalaman sekolah

    tersebut menunjukkan bahwa inklusimemerlukan proses penerimaan danbudaya kolaborasi yang besar diantara paraguru dan siswa menuju terciptanya ilmupendidikan yang inovatif yang lebihmerespon kebutuhan semua siswa di dalamkelas.

    Sejak 2004, Hong Kong mulaimenggunakan sistem pembiayaan baruuntuk mengintegrasikan beragam proyek

    yang dialokasikan untuk sekolah-sekolahmenurut jumlah siswa berkebutuhan belajardengan fleksibilitas dalam memanfaatkansumber daya yang mendukung. Sebanyak169 sekolah dasar ikut terlibat dan dimintauntuk mempersiapkan rencanapengembangan tahunannya. TimPendukung Siswa harus dibentuk disekolah untuk mengkoordinasi danmengawasi program pengembangan yangberdasarkan pada pendataan awal

    kebutuhan siswa, pemberdayaan guru,dukungan teman sebaya, pembelajarankooperatif, adaptasi kurikulum dan penilaianserta keterlibatan orangtua.

    Semakin banyak sekolah berkeinginanuntuk mengadopsi pendidikan inklusif diHong Kong tapi ini tidak selaras dengandukungan profesional untuk membantu paraguru dalam melaksanakannya. InstitutPendidikan Hong Kong telah mengambilinisiatif untuk melakukan restrukturisasiprogram persiapan guru dan modul intiyang menghargai keberagaman akandisisipkan secara bertahap ke dalam

    kurikulum semua program yang dimulai

    pada tahun 2005. Dengan memfokuskanpada in-service training saja tidak cukup.

    HKIEd melihat pentingnya meresponkebutuhan banyak guru in-service yangmerasa tidak siap dalam meresponpeningkatan keberagaman dan komplesitasdi kelas-kelas saat ini. Pada 2000, HKIEdmendirikan Centre untuk KebutuhanKhusus dan Studi Pendidikan Inklusif(CSNSIE) yang merupakan penyedia utama

    pendidikan guru berbasis sekolah untukinklusi di Hong Kong. Pada tahun 2004-2005, HKIEd mulai menawarkan ProgramSarjana Pendidikan (Kebutuhan Khusus)yang sekarang diikuti oleh 63 calon guru.Juga, Institut tersebut telah mengubahPelatihan bagi Guru untuk AnakBerkebutuhan Khusus untuk membuat gurukelas reguler dapat menggali pengetahuandan keterampilan untuk bekerja secarainklusif dalam program penataran

    profesional bernama PemenuhanKeberagaman Kebutuhan Belajar.Permintaan untuk program ini ternyatamelampaui tempat yang disediakan.

    CSNSIE juga menawarkan pelatihan bagiorangtua dan pelayanan konsultasi individudan pengadaan program pelatihan berbasissekolah untuk inklusi. Selain itu, CSNSIEjuga memimpin proyek penelitian 1 tahunmengenai bagaimana membuat pelajaran

    yang sudah ada menjadi lebih inklusif bagianak berkebutuhan khusus. Telah terpilih 2sekolah dari 20 sekolah yang secara sukarela ikut ambil bagian. Respon yang sangatbesar menggambarkan ada kebutuhanyang luar biasa tentang penelitian tersebut.

    Vivian Heung, Ph.D adalah Kepala PusatKebutuhan Khusus dan Studi PendidikanInklusi di Institut Pendidikan Hong Kong. Iadapat dihubungi di: 10, Lo Ping Road,Taipo, New Territories, Hong Kong, China.Email: [email protected], Website:www.ied.edu.hk/csnsie

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    16/36

    16] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    Salah satu proyek yang sedang diterapkandi Mongolia ialah penggunaan pendekatanPengajaran Multi Kelas. Alam yang unik,keadaan geografis, wilayah luas yangjarang penduduk dan gaya hidup yang unikanggota masyarakat di negara inimenyarankan penting serta relevannya

    memperkenalkan pengajaran multi kelasdalam sistem pendidikan formal maupuninformal. Pengajaran ini bertujuan untukmeningkatkan akses dan kualitaspendidikan anak yang berasal dari keluargayang rentan dan mempertinggi kapasitaspara guru. Implementasinya ialah untukmemberikan kontribusi terhadapmenurunnya jumlah anak-anak putussekolah dan menciptakan kondisi yang

    mendukung untuk memasukkan kembalianak-anak tersebut ke dalam sistempendidikan formal. UNICEF Mongoliamenyediakan dukungan teknis dan finansialbagi pelaksanaan proyek ini di Mongolia.

    Pengajaran Multi Kelas ternyata merupakancara efektif untuk menghemat dana sertasumber daya manusia di sekolah-sekolahkecil di wilayah pedesaan terpencil padatingkat Bagh. Bagh adalah unit administrasi

    terkecil di Mongolia dimana jumlah populasirata-ratanya sekitar 200 rumah tanggadengan wilayah 100-200 km persegi. Kinisekitar 57 % sekolah-sekolah di Baghdiorganisir sebagai kelompok Pengajaran

    Multi Kelas dan 7 % dari para gurunya telahdilatih.

    Pengajaran Multi Kelas digunakan untukpelatihan baca tulis dan pelatihan ulangbagi mereka yang putus sekolah ( pelatihanPersamaan) dan dilaksanakan di PusatPendidikan Non-Formal di wilayahpedesaan. Anak-anak dengan umur,pengetahuan, kemampuan dan

    keterampilan yang berbeda membentukPendidikan Non-Formal Multi Kelas.

    Selama 3 tahun terakhir, pusat pendidikannon-formal melakukan asesmen terhadappengalaman orang-orang Mongolia dalammenggunakan metodologi yang serupa dankebutuhan Pengajaran Multi Kelas. Hal inimembuktikan bahwa inilah bentukpengajaran yang baik. Hal-hal serupamuncul di sekolah-sekolah keagamaan dan

    baca tulis namun telah menjadi tradisipendidikan yang terlupakan. Para praktisipendidikan dan orangtua di negara tersebutsekarang telah siap untuk menerimanyalagi.

    Para ahli profesional dari universitaskeguruan dan pusat pendidikan non-formalmengembangkan metodologi tersebut untukdigunakan di kelompok Pengajaran Multi

    Kelas dan sebuah panduan manual bagiguru tentang Bagaimana mengorganisirkelas yang terdiri dari anak dari berbagaikelas. Mereka bekerja bersama untukmengembangkan modul pelatihan bagi paraguru mengenai Pendidikan BerbasisKeterampilan Hidup yang Terpusat PadaAnak, yang berorientasi pada kompetensi,komunikasi berbasis keterampilan,keterampilan hidup, pemecahan masalah,pendidikan sipil, partisipasi, pengetahuan

    dan pembelajaran terintegrasi.

    Proyek Pengajaran Multi Kelasyangdiimplementasikan oleh DepartemenPendidikan, Ilmu pengetahuan dan

    OlehBudragchaaUranchimeg

    Pengajaran Multi Kelas di Mongolia:Pendidikan Inklusif bagi Semua Anak diMasyarakat Budragchaa Uranchimeg

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    17/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [17

    Teknologi dan Pusat Pendidikan Non-Formal memegang peranan penting dalammeningkatkan kualitas dan akses menujupelatihan pengajaran multi kelas diMongolia. Meskipun tidak ada kurikulumkhusus, sistem pelatihan gurupre-service

    dan materi pengajaran dan pembelajarantelah dikembangkan untuk pengajaran multikelas selama 2 tahun terakhir . Materinyaadalah: Matematikadan BahasaMongolia.Buku-buku pedoman untukpelajar NFE berbagai usia, buku kecil PMKdi Mongolia, buku pedoman MetodologiPMK, Modul-modul Pelatihan TentangPMK, kaset video pelatihan yangmerupakan sebuah panduan bagi para guru

    untuk mengorganisir pengajaran multi kelasmelalui pendidikan formal maupun non-formal. Materi video tambahanmenunjukkan bahwa pengajaran multi kelasdan proses pembelajaran seperti kerjakelompok, bertukar peran, dsb. Pelatihan

    guru in-service yang sebenarnya sangatlahpenting bagi guru-guru yang bekerja diwilayah terpencil; sekolah-sekolah dasaryang kecil dan sekolah-sekolah Bagh.

    Budragchaa Uranchimeg bekerja diUNICEF, Mongolia dan dapat dihubungimelalui e-mail; [email protected];Tel: 976-11-312185

    Sekolah Proyek Berbasis Masyarakatdengan Suatu Perbedaan Olof SandkullPendidikan keterampilan hidup untuk anak-anak Kamboja yang rentan adalah sebuahsekolah proyek yang berbasis masyarakatdi wilayah perkampungan miskin PhnomPenh, ibukota Kamboja. Proyek inibertempat di sebuah wilayah yang dikenal

    sebagai Kilometer 6 ke arah propinsiKompong Cham. Dalam proyek sekolahtersebut, sekitar 250 anak terdaftar dalamkelas bahasa Inggris dan sebagian lainnyaterdaftar dalam kelas komputer yangdipimpin oleh 5 orang guru. Mereka terbagimenjadi kelas pagi dan sore. Proyek inicukup unik dalam hal perekrutan anakdalam jumlah besar yang dulunya bekerjadan mengemis di jalanan. Proyekdilaksanakan dengan persetujuan para

    orangtua, termasuk kontrak yang harusditanda-tangani oleh orangtua, yang berjanjiuntuk mengizinkan anak-anak mereka ikutdalam kelas selama paling tidak 2 jamsehari, dengan imbalan diberikannya buku-buku dan pendidikan dasar gratis (yangdisediakan oleh proyek ini). Proyek inimenjalin hubungan baik dengan sekolah

    dasar dan sekolah menengah umum diwilayah kilometer 6, begitu juga dengankuil. Staf proyek ini dapat mengurangi ataumenghapus iuran wajib tidak formal yangditarik dari para siswa di sekolah-sekolahumum dengan kondisi kemiskinan yang

    amat parah melalui usaha-usaha advokasi.Hasilnya, semakin banyak anak-anak yangpada awalnya terkucilkan dari pendidikanmenjadi dapat bersekolah di sekolah-sekolah umum. Proyek ini dimulai padatahun 2001 dan didukung oleh UNESCOBangkok, kegiatan pengumpulan dana lokaldan bantuan dari negara Belanda. Sejak itutelah dicapai sekitar 500 anak yangbersekolah.

    Olof Sandkull adalah tokoh utama dalampendidikan inklusif Kantor PerwakilanUNESCO Asia Pasifik untuk Pendidikan diBangkok. Ia dapat dihubungi di:UNESCO Bangkok, 920 Sukhumvit Road10110 Bangkok, ThailandTel: +6623910880 (ext 321)Email: [email protected]

    Pada kenyataannya saat ini, kebanyakan pelayanan pendidikan bukanlah pendidikan inklusi.

    Mereka masih menggunakan metoda lama dalam pengajaran dan organisasi sekolah yang hanya

    cocok untuk sejumlah kecil murid sekolah di mana mereka adalah yang secara fisik dankemampuan intelektual, kebudayaan, bahasa, dan kehidupan memungkinkan mereka belajar dari

    sebuah sistem standar tetap yang disampaikan tanpa pertimbangan di mana proses pengajaran

    mengambil tempat. Kesalahan antisipasi mengarah kepada non-registrasi dan kegagalan aktual

    mengarah pada pengulangan dan putus sekolah. (Janet Holdsworth)

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    18/36

    18] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    Mengamati lebih dekat Monster Kurikulum:Menggunakan Diferensiasi Kurikulum untukMerespon Keberagaman Siswa Anupam AhujaTak ada dua orang anak yang sama. Kitasering menggunakan dan mendengarpernyataan ini, namun mengapa semuasiswa diharuskan mempelajari hal yangsama pada saat yang bersamaan dandengan menggunakan alat dan metodeyang sama? Apakah kita memenuhi hak-hak semua anak atas pendidikan ketikamengikuti kurikulum yang telah ditentukandan menyelesaikan dalam alokasi waktu

    yang telah ditentukan tanpamempertimbangkan adanya perbedaankebutuhan belajar dan gaya belajar siswa?

    Apakah kurikulum itu? Apakah hanya bukupedoman yang harus diajarkan dari awalhingga akhir tahun ajaran? Apakah tepatuntuk pengawas sekolah dengan hanyamenilai segi kemampuan guru untukmenyelesaikannya dalam kerangka waktuyang diberikan? Jelas, jawabannya tidak.

    Kurikulum terdiri dari apa yang diajarkan(isi), juga apa yang dipelajari danbagaimana cara menyampaikannya.

    Di banyak negara di wilayah kita, kurikulumdirancang secara terpusat, kaku, hanyasedikit ruang bagi guru untuk membuatadaptasi lokal dengan mencobapendekatan baru. Isinya berbeda jauhdengan kenyataan dimana siswa tinggal,dan oleh karenanya kurang mengena dantidak dapat memberikan motivasi.Kemungkinan juga karena bias jender,meremehkan atau mengasingkan kelompoksosial budaya tertentu, dan ini membatasikemajuan dan pengakuan bagi semuasiswa.

    Pendekatan responsif mengkritikpengajaran berdasarkan kriteria rata-rata.Pendekatan ini menempatkan siswa pada

    pusat pembelajaran berdasarkan apresiasiperbedaannya dalam pemahaman,perasaan, ketrampilan sosial dan persepsi,serta mendorong guru untuk kreatif, berbagi

    dan mencari solusi yang sesuai dengankebutuhan dan kemampuan masing-masingsiswa. Kurikulum ini menjamin akses bagisemua.

    Beberapa strategi yang digunakan adalah:

    Menyediakan waktu fleksibel bagi siswauntuk mempelajari berbagai matapelajaran.

    Memberikan kebebasan kepada gurudalam memilih metode kerja mereka.

    Memberi kesempatan pada guru untukmemberikan dukungan yang dibutuhkandalam mata pelajaran praktis (cth;orientasi mobilitas) di dalam dan di luarjam pelajaran.

    Menekankan pada aspek pelatihan pra-kejuruan.

    Beberapa langkah praktis berikut bisadilakukan untuk membuat kurikulum lebihresponsif. Beberapa permasalahan yangperlu dipertimbangkan adalah:

    Apakah nilai-nilai kemanusiaan yangmempromosikan pendidikan inklusifdikembangkan melalui kurikulum?

    Apakah hak asasi manusia dan hak anakmenjadi bagian dari kurikulum? Apakahkurikulum memusatkan pada

    keseimbangan antara hak dan kewajiban,dan bagaimana kurikulum dapat diajarkandan menjadi panutan?

    Apakah isi kurikulum itu relevan dengankehidupan anak dan masa depannya?

    Apakah kurikulum mempertimbangkanjender, identitas budaya dan latarbelakang bahasa?

    Apakah kurikulum menggunakanpendidikan lingkungan hidup?

    Apakah metode pengajarannya terpusat

    pada anak dan interaktif? Respon yang bagaimanakah yang dapat

    dimasukkan ke dalam revisi kurikulum?

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    19/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [19

    Bagaimana hubungan kurikulum dengansistem penilaian nasional?

    Sejauh mana otoritas sekolahbertanggung jawab dalam mengawasisekolah dalam hubungannya denganrevisi kurikulum?

    Sejalan dengan kurikulum yang fleksibel,metodologi belajar mengajar yang fleksibeljuga perlu diperkenalkan. Maka perubahankebijakan diperlukan yaitu mengubahpelatihanpre-serviceguru yang teoritismenjadi pembangunan kapasitas in-serviceyang berkesinambungan, denganmenggunakan pendekatan menyeluruh.Sekolah-sekolah sangat perlu dibantu untukmemodifikasi mata pelajaran dan metodekerjanya, hal ini harus terkait denganpelatihan keterampilan yang sesuai sertamengedepankan pentingnya mengenalsiswa secara individual. .

    UNESCO membantu mengembangkanbanyak program inklusif dan responsif diseluruh dunia dan menghasilkan banyakmateri. Mengubah kebiasaan Mengajardengan Diferensiasi Kurikulum untuk

    Merespon Keberagaman Siswa adalahuntuk mendukung penciptaan kelas-kelasinklusif dengan menekankan pada strategiguru dalam memberikan pengalamanbelajar bermakna bagi semua siswa dikelas.

    Kebutuhan materi ini berasal dari kinerjaguru dalam di kelas di seluruh dunia.Kebanyakan para guru menyadari bahwamereka harus mengadaptasi, memodifikasi,

    dan membedakan pengajaran merekasebagai jaminan bahwa semua siswabelajar berdasarkan potensi yang merekamiliki. Bagaimanapun juga, guru jugamerasa bahwa kurangnya keterampilan danpengetahuan siswa adalah karena materiini. Sumber daya manusia yang sedikit,namun jumlah siswa terlalu besar.

    Perkembangan materi ini berdasarkanpengalaman para ahli pendidikan dari

    berbagai wilayah dan respon yang diberikanguru terhadap keberagaman siswa sepertilatar belakang, pengalaman, kegemaran,

    metode belajar, kemampuan dan kebutuhanuntuk memodifikasi dan mengadaptasikurikulum. Inilah praktek pendidikan inklusifyang sebenarnya dengan partisipasi yangbermakna bagi semua anak di sekolah,dalam satu kelas dan satu pelajaran. Hal ini

    terus perlu dikembangkan.

    Banyak diskusi dalam materi ini adalahtentang bagaimana pengajaran bagisemua anak dengan menghilangkankerumitan melalui akal.

    Sebagian teks ini diadaptasi dari UNESCO(2003) Mengatasi Eksklusi MelaluiPendekatan Inklusif dalam Pendidikan:Tantangan dan Visi.Konsep Makalah,

    Paris.

    Anupam Ahuja adalah konsultan lepasdengan 20 tahun pengalaman dalam bidangpendidikan dan memfokuskan padapengembangan implementasi inklusi. Iatelah bekerja di tingkat nasional daninternasional di Afrika, Asia dan EropaTimur; Ia dapat dihubungi di:[email protected]

    A-59Malviya NagarNew Delhi 1100017Tel: +911126681303, Mobile: +9810652249Fax: +911124360850

    INKLUSI

    Inklusi itu masa depanInklusi itu milik satu ras - ras manusiaInklusi itu suatu hak asasi manusia

    Inklusi itu pengupayaan agar bisa hidupberdampingan dengan satu sama lainInklusi itu bukanlah suatu hal yang harusdilakukan kepada seseorangatau untuk seseorangInklusi itu sesuatu yang dilakukan bersamabagi satu sama lainInklusi itu bukanlah sesuatu yang kitalakukan sedikit saja

    Jadi antara sesuatu atau

    bukanlah sesuatu

    Marsha Forest

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    20/36

    20] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    Mempersiapkan Guru Pendidikan Inklusifbagi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus:Kursus Pengembangan Sistem Belajar

    Terbuka Debbie Kramer RoyUniversitas Aga Khan, InstitutPengembangan Pendidikan [AKU-IED] diKarachi, Pakistan menyediakan In-serviceTraining Pengembangan Profesionalismeguru dan tata usaha yang bergelar Diplomadan Magister Pendidikan [M.Pd]. Wilayahlayanannya mencakup Pakistan, AfrikaTimur (4 negara), Asia Tengah [2 negara],

    Siria dan Bangladesh. Ini berarti kelompok-kelompok mahasiswanya beragam budaya,bahasa dan pengalamannya.

    Meskipun Berkebutuhan Khusus telahdijadikan salah satu fokus programpendidikan guru, baru tahun 2000,pertimbangan dan waktu diberikan terhadapmasalah-masalah pengajaran di kelasdengan siswa yang memiliki kemampuanberagam.

    Ketika modul yang dipilih diperkenalkanpada program gelar M Pd, kesempatanuntuk mengembangkan pelatihan singkatpun meningkat. Dalam kurun waktu yangsama AKU-IED dapat menggalikemungkinan menawarkan beberapapelatihan tersebut melalui PembelajaranTerbuka dan para penulis bersedia untukmerancang salah satu Pelatihan Percobaanyang Pertama yang membantupengembangan pelatihan selanjutnya.

    Hingga saat ini modul M.Pd dalampembelajaran terbuka telah ditawarkansebanyak empat kali dan satu kali untukPelatihan Sertifikasi. Setelah tiap materiperlatihan, pengelolaan kontak online danpertemuan langsung serta metode penilaianditinjau ulang dan diperbaiki. Keduapelatihan tersebut akan terus ditawarkan

    setahun sekali.

    Materi-materi pelatihan terdiri dari:

    Garis besar pelatihan yang berisipendahuluan dan informasi nyata tentangpelatihan

    Panduan belajar, yang merupakan bukuutama, diperuntukan untuk mahasiswa .Panduan ini meliputi banyak aktifitas danreferensi untuk bacaan tambahan

    Paket bacaan, berisi materi bacaan yang

    diambil dari berbagai sumber Sebuah video berisi tentang beberapa

    rumah produksi dan beberapa materiUNESCO

    Meskipun materi-materinya sangat miripuntuk kedua level, persyaratanakademisnya lebih mudah bagi pelatihanbersertifikasisebagai contoh: beberapaaktifitasnya berbeda, bacaan-bacaan yangsulit telah dihilangkan dan penilaiantugasnya lebih mudah

    Tujuan pelatihan ini adalah agar parapeserta dapat: Memahami kebutuhan pengembangan

    sistem pendidikan inklusif. Memperoleh peningkatan pemahaman

    tentang perkembangan anak danbagaimana kebutuhan khusus dapatdimengerti dari sudut pandangperkembangan anak.

    Menggali pengetahuan dari berbagai tipekebutuhan khusus(kesulitan belajar,masalah perilaku, tunagrahita, tunadaksa,tunanetra dan tunarungu).

    Menyelidiki isu-isu asesmen danbagaimana hal ini mempengaruhi anakberkebutuhan khusus.

    Belajar tentang bagaimana mengadaptasilingkungan kelas, materi pengajaran danstrategi mengajar agar dapat mengajarkananak-anak berkebutuhan khusus dengan

    lebih efektif. Menyelidiki aspek sosial-politik pendidikan

    inklusif di dalam sekolah maupunmasyarakat.

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    21/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [21

    RuangkelasdiQuetta[olehTerjeM.agnussnnWatterdal]

    Masukan dari para peserta tentangpelatihan dan pembelajaran mereka secarakeseluruhan sangat positif dan berikut iniadalah beberapa komentar mereka: Mengajari anak dengan kesulitan

    membuat Anda menjadi guru yang lebih

    baik dan handal. Saya mengembangkan pandangan yang

    lebih menyeluruh bagi tiap anak, apakahmereka berkebutuhan khusus atau tidak,karena inklusi membantu anak-anak lainjuga.

    Adanya hubungan yang kuat denganmodul M.Pd lainnya, sepertinya merekasaling memperluas.

    Belajar untuk membuat RencanaPendidikan Individual dan Rencana

    Pengajaran Inklusif sangatlah bergunakarena membantu Anda untuk melibatkananak-anak secara efektif.

    Hakekat balikan dalam merespon aktifitassangatlah berguna bila dilakukan secaratepat, cepat dan tertulis. Hal ini selalumendorong, menantang kita untuk berpikirlebih jauh atau memandu kita saat kitakehilangan arah.

    Sekali saya memakai Panduan Belajar,saya tidak mau melepaskannya lagi, iniditulis dengan sangat baik.

    Sejauh ini pelatihan ini hanya ditawarkanuntuk masyarakat yang berada di Karachi,tetapi AKU-IED sedang mempersiapkanPusat Studi di wilayah geografis lainnya,dimulai dari wilayah paling utara Pakistan.Karena materi tertulisnya diberikan

    penghargaan tinggi oleh para mahasiswa,maka adaptasi akan dilakukan untukdipublikasikan sebagai panduan belajarmandiri agar dapat diakses oleh pembacayang lebih luas.

    Garis besar pelatihan terbaru untuk M Eddapat dilihat di: http://www.iedolu.net/inclusiveeducation/oldmoduleinformation.asp

    Debbie Kramer Roy adalah seorang terapisokupasi, ia bekerja di Pendidikan Guru diUniversitas-Institut Aga Khan bidangPengembangan PendidikanIa dapat dihubungi di :PO Box 13688, Karachi 75950, PakistanEmail: [email protected] : 92-21-6347611-4

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    22/36

    22] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    Program Magister Bidang Inklusi danPendidikan Kebutuhan KhususUniversitas Pendidikan Indonesia [UPI], Bandung Miriam D. SkjrtenProgram ini direncanakan berdasarkanpengalaman Master Filosofi Internasionalbidang Pendidikan Kebutuhan Khusus, diUniversitas Oslo yang telah disesuaikandengan konteks budaya, kebutuhan danperaturan Universitas Pendidikan Indonesia[UPI] dan telah dikembangkan bekerjasamadengan staf akademis UPI.

    Program ini adalah bagian dari kerjasamaantara Pemerintah Indonesia yang diwakili

    oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa danPemerintah Norwegia diwakili oleh BrailloNorway dan Universitas Oslo dalammengimplementasikan Pendidikan Inklusi disembilan propinsi di Indonesia. Tujuannyauntuk memberikan re-orientasi bagi gurupendidikan luar biasa serta guru reguleryang memegang gelar Sarjana (S1).

    Program belajar dua tahun ini mencakuppenelitian dan penulisan thesis. Ruang

    lingkup re-orientasi mencakup pendekatanmenyeluruh yang terpusat pada anakdengan pembelajaran melalui:

    Pemahaman perkembangan anak. Pemahaman kebutuhan dan nilai

    interaksi, komunikasi dan pentingnyadialog didalam kelas.

    Pemahaman pentingnya meningkatkanharga diri anak berhubungan denganperkembangan, motivasi dan pelajaran

    melalui interaksi positif yang berorientasipada sumber. Pemahaman Konvensi Hak-Hak Anak

    dan implikasinya terhadap pendidikan danperkembangan.

    Pemahaman pentingnya menciptakanlingkungan belajar yang ramah berkaitandengan isi, hubungan sosial, pendekatandan metode pengajaran juga materibelajar mengajar.

    Pemahaman arti dan pentingnya belajar

    aktif dan pengembangan pemikiran yanglogis dan kreatif.

    Pemahaman pentingnya evaluasi danasesmen secara kontinyu oleh guru.

    Pemahaman konsep inklusi dan

    pengayaan dan cara-caramengimplementasikannya melaluidiferensiasi belajar mengajar.

    Pemahaman hambatan belajar danperkembangan termasuk hambatandisebabkan oleh kecacatan fisik danmental.

    Pemahaman konsep pendidikanberkualitas dan kebutuhanmengimplementasikan metode-metodedan pendekatan-pendekatan baru.

    Program ini mengajak mahasiswa berdialogsaat kuliah, diskusi kelompok dan kerjakelompok. Tujuannya adalahmenggabungkan teori dan praktekmenggunakan pengalaman mahasiswa dantugas-tugas praktis. Ujian menggunakanpresentasi kelompok dan diskusi pleno.Tujuannya untuk mendorong kemampuanmahasiswa dalam berbagi dan bekerjasamayang memang diperlukan saat

    melaksanakan pendidikan berkualitasdalam setting inklusi.

    Para dosen membuat rencana dan bekerjabersama sebagai satu tim. Kami berharapbahwa pendekatan menyeluruh dalamProgram ini secara perlahan akan memilikidampak pada pendidikan secara umum danbahwa semua anak termasuk mereka yangmemiliki hambatan belajar akan menikmatipendidikan yang menyenangkan dimasa

    datang.

    Miriam Donath Skjrten telah berperanserta dalam mengembangkan gelar Sarjanadan Magister bidang Inklusi dan PendidikanKebutuhan Khusus di Uganda danIndonesia. Ia adalah mantan KepalaProgram Master Filosofi InternasionalPendidikan Kebutuhan Khusus diUniversitas Oslo.Beliau dapat dihubungi di:University of OsloDepartment of Special Needs EducationP.O. Box 1140, N-0318 Oslo, [email protected]

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    23/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [23

    Mempromosi Pendidikan Inklusif di WilayahAsia Pasifik Olof SandkullPrinsip-prinsip Pendidikan Inklusif

    ditekankan dalam pernyataan padaKoferensi Dunia dalam bidang PendidikanLuar Biasa di Salamanca pada tahun 1994.Pernyataan kemudian diadopsi ulang dalamKerangka Aksi pada Forum PendidikanDunia Dakar pada tahun 2000 dan menjadidasar bagi seluruh aktivitas UNESCO diwilayah ini. Kantor UNESCO untuk wilayahAsia dan Pasifik di Bangkok mendukungPendidikan untuk Semua [EFA] di negara-negara dengan penekanan khusus

    penghapusan hambatan mengakses danbelajar bagi anak-anak perempuan, anak-anak cacat, anak-anak dari minoritas etnisdan anak-anak yang hidup di daerahterpencil. Karena setiap anak memiliki hakasasi yang mendasar atas pendidikanberkualitas. Pendidikan Inklusif dipandangsebagai suatu proses menanggapikeragaman kebutuhan semua pembelajardan guna meningkatkan kualitaspendidikan.

    UNESCO Bangkok mempunyai tujuanmeningkatkan Pendidikan Inklusif melaluikoordinasi regional dan denganmemberikan bantuan teknis bagi 13 kantorperwakilan UNESCO dan 45 negara-negaraanggota di wilayah Asia Pasifik. Kantor tsbmemberikan bantuan dana kepada proyek-proyek negara dari pemerintah Jepang,termasuk juga pembangunan kapasitas,jejaring dan pengembangan materi.

    Merangkul Keberagaman: Perangkatuntuk Menciptakan Lingkungan Inklusif,Ramah terhadap Pembelajaran.UNESCO Bangkok baru-baru ini,mengembangkan: Perangkat untukmenciptakan Lingkungan Inklusif, RamahPembelajaran. Perangkat ini menawarkancara menyeluruh dan praktis tentangbagaimana sekolah dan kelas menjadi lebihinklusif, ramah pembelajaran dan pekaterhadap jender. Hal ini dikembangkandalam rangka menjamin anak-anak tetapberada di sekolah, dan belajar sesuai

    dengan kapasitas mereka sepenuhnya.

    Perangkat dimaksudkan untuk digunakanoleh para guru, tata usaha sekolah daninstruktur pendidikan dalam InstitusiPendidikan Keguruan. Perangkat ini terdiridari enam buku kecil. Buku pertamamenjelaskan tentang karakteristik danmanfaat lingkungan inklusif, lingkunganramah terhadap pembelajaran. Buku keduamenawarkan saran tentang bagaimanabekerja dengan keluarga dan masyarakat,yang ketiga menjelaskan cara praktis untuk

    merangkul anak-anak yang terpisahkan,buku keempat dan kelima memberikanperangkat dan ide untuk membuat ruangkelas lebih inklusif, berpusat pada anakdan peka jender. Yang terakhir, buku keenam membahas cara-cara membuatkebijakan dan kebiasaan sekolah yangsehat dan aman. Perangkat ini dapatdigunakan sebagai Panduan BelajarMandiri dan ke enambuku ini dapatdigunakan baik secara terpisah maupun

    satu paket. Perangkat ini telahditerjemahkan dan diadaptasikan dibeberapa negara di wilayah Asia Pasifik.Versi berbahasa Inggris tersedia secaraonline di: www.unesco.org/education/appeal

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    24/36

    24] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    Ekonomi dan Perkembangan suatu NegaraTergantung pada Kesehatan yang Baik:Wawancara dengan Prof. Anita Ghulam Ali, Direktor Pelaksana,Yayasan Pendidikan Sindh, Pakistan Parvez AhmedPromosi dan Pendidikan KesehatanSekolah berperan penting dalammenyebarkan kesadaran akan kesehatandalam masyarakat. Hal ini telah ditegaskanoleh sebuah proyek penelitian tindakanyang berjudul Proyek Sekolah-SekolahAksi Kesehatan [HAS] oleh Universitas

    Aga Khan Institut PengembanganPendidikan [AKU-IED]. Proyek HAS dimulaiselama tiga tahun pertama [1998-2001]dalam proyek penelitian tindakan yangmenggunakan pendekatan kerjasama antaranak dengan mitra organisasi Save theChildrenUK.Didasari kesuksesan hasil proyekpercobaan terdahulu, sebuah tahapperluasan dimulai guna mempengaruhiorganisasi lainnya dan sekolah-sekolah

    untuk memprakarsai Program Promosi danPendidikan Kesehatan Sekolah. Pada tahun2001, Profesor Anita Ghulam Ali, seorangpendidik handal dan Direktur Pelaksanapada Yayasan Pendidikan Sindh [SEF],sebuah organisasi independen,menunjukan ketertarikannya untukmemprakarsai Program Promosi danPendidikan Kesehatan dalam 100 Sekolahyang Didukung Masyarakat [SDM] bagianak-anak perempuan didaerah pedalaman

    provinsi Sindh, Pakistan. Sudah hampirempat tahun dan hingga kini ProgramPromosi dan Pendidikan Kesehatanberjalan dengan sukses di SDM.

    Baru-baru ini Tim Promosi dan PendidikanKesehatan mengadakan wawancaradengan Profesor Anita Ghulam Ali, untukmembahas Tantangan dan Keberhasilandari Promosi dan Pendidikan Kesehatan diSDM. Dalam wawancara, Profesor Anita

    Ghulam Ali menjelaskan pentingnyapendidikan kesehatan sebagai berikut;Saya yakin bahwa kesehatan dan

    pendidikan harus selaras. Karena semakindalam kita masuk ke masyarakat semakinbanyak dijumpai masalah-masalahkesehatan. Masalah-masalah fisiknyatampak lebih nyata, tetapi disana terdapatjuga maslah-masalah lainnya. Contohnya,jika seorang anak sedang sakit, khususnya

    jika dia memiliki kelainan sepertiketunarunguan atau disleksia, anda tidakdapat melihat masalah ini, maka anak itudirugikan, anda tidak menilainya secaraadil. Kami merasa bahwa para guruseharusnya dapat mengidentifikasi segalajenis kelemahan dalam hal inderapendengaran, pengelihatan, pemahamandan sebagainya. Agar kita tidak perlumengeluarkan anak dari sekolah danmemasukkannya kedalam Rumah Sakit

    atau diajarkan secara terpisah. Tetapi jikapara guru dapat memahami bahwa anaktersebut memiliki kelainan, lalu memberikanlebih banyak perhatian ataumemperlakukan anak tersebut dengansedikit berbeda, karena saya pikir hanyagurulah yang bisa berbuat sesuatuuntuknya. Karena anda mempunyaikesempatan untuk lebih mengenal seoranganak.

    Profesor Anita Ghulam Ali, lebih jauhmenjelaskan: Pendidikan Kesehatan tidakberarti hanya mengenai kesehatan tubuh,tetapi juga berkaitan dengan kesehatanmental, perubahan sikap, perubahankebiasaan dan perubahan cara pandang.Pencegahan dan penyadaran harusmenjadi prioritas utama, kita sebaiknyamengatakan pada anak-anak tentang caramencegah dan melindungi diri dari sakit.Kita perlu mempersiapkan vaksin bagi

    mereka terlebih dahulu dan mengajarkanhal-hal yang kecil dan sederhana yangdapat mereka lakukan sendiri tentang

    Wawancara EENET Asia

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    25/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [25

    kesehatan. Karena anak-anak yang sehatakan membentuk siswa yang lebih baik.

    Dalam kaitannya dengan dampakpendidikan kesehatan di SDM, ProfesorAnita Ghulam Ali berbagi: Ada banyak

    perubahan positif. Khususnya perilakumasyarakat terhadap tim kami telahberubah, karena mereka berpikir bahwakami perduli pada mereka. Juga tampaksecara jelas perubahan dalam kebiasaanhidup, khususnya pada anak-anak. Merekaamat bangga dan menceritakan tentangseseorang yang terkena diare danbagaimana mereka membuat ORS danmemberikannya pada orang tersebut dankemudian orang tersebut menjadi sehat.

    Dalam hal ini generasi muda dapatmengilhami anggota masyarakat lainnyadan dapat mengarahkan untuk melakukansesuatu tentang kesehatan di masyarakat.

    Profesor Anita meyakini bahwa sekolahseharusnya memiliki waktu tersendiri untukmembahas masalah kesehatan. Beliaumenambahkan Saya kira para guru lebihmemiliki kebebasan dibanding siapapun.

    Tidak ada halangan bagi guru untukmemprakarsai hal ini? Ada banyak carauntuk memperkenalkan dan menyatukanhal-hal baru. Yang terpenting adalah bahwaanda memiliki komitmen untukmendapatkan pengetahuan dan kemudianbersedia menyampaikan pada orang lain.

    Tentang tantangan-tantangan yangdihadapi, dia mengatakan bahwa, adatantangan-tantangan juga; khususnya

    tantangan-tantangan ketertinggalanmasyarakat dalam arti kata; jika kitameminta mereka untuk meminum airmatang, masalah pertama mereka adalahkekurangan air dan jikalau airnyatersediapun, mereka tidak memiliki kayubakar untuk memasaknya. Tantangan yanglain bahwasannya tim kami adalah anak-anak muda sementara para sesepuhmasyarakat berpikir apa perlunya merubah

    kebiasaan padahal mereka telah melakukanhal ini selama bertahun-tahun. Jadi sulituntuk merubah mereka. Saya meminta timagar bersabar dan tenggang rasa. Kitaharus memahami masyarakat untukberkomunikasi dengan mereka. Kita jangan

    mengharapkan keajaiban dan janganmengharapkan hasil terlalu cepat.

    Akhirnya Profesor Anita Ghulam Alimenekankan bahwa sekolah-sekolah dapatberperan penting dalam mempromosikankesehatan, karena anak-anak akanmenumbuhkan ide-ide dan sikap dankesadarannya dikembangkan dari sekolah.Beliau yakin bahwa pendidikan kesehatanharus menjadi bagian dari kebijakan. Beliau

    menyimpulkan Kita perlu meyakinkanpemerintah untuk lebih memfokuskanprogram pendidikan kesehatan, karena haltersebut sangat penting dan seharusnyadiberikan prioritas. Menurut saya,perkembangan dan ekonomi suatu negaratergantung pada kesehatan yang baik.Anda seharusnya menyediakan lingkunganyang memungkinkan bagi anak-anaksecara tepat agar memberikan kontribusi

    bagi ekonomi dan perkembangan.

    Profesor Anita Ghulam Ali adalah seorangpendidik handal dan sebagai DirekturPelaksana pada Yayasan PendidikanSindh, sebuah organisasi independen.

    Wawancara dengan: Parvez Pirzado danZohra NisarPenyatu naskah: Parvez Ahmed Pirzado

    Parvez Ahmed Pirzado bekerja untukbidang Promosi dan Pendidikan Kesehatanpada Universitas Aga Khan InstitutPengembangan Pendidikan Karachi,Pakistan.

    Beliau dapat dihubungi di:Telp.: 92-21-6347611-4Email: [email protected] [email protected]

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    26/36

    26] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    PerhelatanIndonesia Menuju Pendidikan PendidikanInklusif, Deklarasi Bandung Alexander Thomas Hauschild

    Konferensi Nasional tentang Inklusidiadakan di Bandung, Indonesia mulaitanggal 8 hingga 14 Agustus 2004.Konferensi tersebut diselenggarakan ataskerjasama antara Departemen PendidikanNasional [DitPLB], Braillo Norway danUNESCO Jakarta.

    Pesertanya adalah para pejabatpemerintahan dari Depdiknas, dari sembilandinas pendidikan tingkat propinsi [Bali,Jakarta, Jawa Tengah-Timur dan Barat,Sulawesi Utara, Sumatera Barat, NusaTenggara Barat dan Yogyakarta] dan paradosen dari berbagai universitas.

    Konferensi tersebut dipimpin oleh DirekturPendidikan Luar Biasa. Nara sumber danpembicaranya berasal dari DepartemenPendidikan dan Penelitian Norwegia,UNESCO Kantor Regional Bangkok, PusatDakwah Islam Jawa Barat, perwakilanorganisasi orangtua murid dan dua anaktunanetra.

    Konferensi nasional tersebut menghasilkantiga tujuan utama:

    Pembanggunan kapasitas dan kesadaranterhadap inklusi dikalangan stakehoderutama di sektor pemerintahan.

    Deklarasi Nasional menuju PendidikanInklusif di Indonesia. Deklarasi ini digagasdan ditandatangani oleh sebuah komiteyang mewakili seluruh stakeholder dan

    ditandatangani oleh seluruh peserta. Pengembangan rencana aksi nasional

    dan rencana-rencana aksi dari sembilanprovinsi. Rencana-rencana ini terdiri darilangkah-langkah kongkrit tentangbagaimana lebih jauh mengembangkankebijakan-kebijakan Pendidikan Inklusifdan memperkuat implementasinya.

    Jika anda berkeinginan membaca naskahdeklarasi ini silahkan kunjungi:www.idp-europe.org/indonesia/BandungDeclaration.pdf

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    27/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [27

    Pada tanggal 27 April 2005 lebih dari 40perwakilan senior Departemen Pendidikan,Departemen Kesejahteraan Sosial dan

    Pendidikan Luar Biasa, DepartemenKeuangan, Komisi Pendidikan Tinggi,Pemerintahan Propinsi Baluchistan, Punjab,perbatasan propinsi Sindh dan Utara Barat,Pemerintahan Islamabad, AJK dan wilayah-wilayah Utara, Universitas Punjab,Universitas Terbuka Allama Iqbal, KedutaanKerajaan Norwegia, Braillo Norway, IDPatau Internasional Development Partners[Indonesia dan Norwegia], Sight Savers,Hassan Academy juga UNESCO danUNICEF berkumpul di Islamabad untukmembahas, merumuskan danmenandatangani deklarasi mengenaiPendidikan Inklusif.

    Setelah enam jam diskusi dan konsultasiyang dinamis, Sekretaris pendidikan danSekretaris Kesejahteraan Sosial dan

    Pendidikan Luar Biasa, keduanyamenandatangani Deklarasi bersamadihadapan semua pengguna yang hadir.

    Penandatanganan Deklarasi Islamabad danupaya lain agar menjadi lebih responsifterhadap keberagaman pendidikan diseluruh wilayah negara, menunjukanPakistan sedang bergerak menujuPendidikan Inklusif.

    Naskah lengkap mengenai DeklarasiIslamabad dapat dijumpai di: www.idp-europe.org/pakistan

    Dalam rangka terus mempromosikan

    Pendidikan Inklusif di wilayah Asia Pasifikdan guna memperingati sepuluh tahunKonferensi Dunia Salamanca 1994, sebuahLokakarya Regional Pendidikan Inklusifdiadakan di Bangkok 19 21 Oktober 2004.Lokakarya ini diorganisir oleh UNESCOBangkok dan UNESCO Paris bidangPendidikan Inklusif dan EFA FlagshipHakPendidikan bagi Orang-orang PenyandangCacat: Menuju Inklusi. Sub-tema lokakaryatersebut adalah: Mengajak Semua Anak

    bersekolah dan Membantu Mereka Belajar

    Sekitar 100 peserta hadir dari 20 negara,mewakili dinas pendidikan, NGOs,universitas, pakar internasional, donor danagensi PBB. Presentasi utama disampaikanoleh Prof. Mel Ainscow dari UniversitasManchester, tentang peringatan 10 tahunSalamanca, dengan judul:Apakah dampakInternasional Pendidikan Inklusif?

    Pada hari pertama beberapa materiUNESCO ditampilkan dan Paket Perangkatuntuk Menciptakan Lingkungan Inklusif;

    Ramah terhadap Pembelajaran secara

    resmi diluncurkan. Pada hari kedua, pesertadapat memilih untuk menghadiri dua dariempat sesi tematis mengenai Kebijakandan Perundang-undangan, Pelatihan Guru,Pengembangan Kurikulum danPembangunan Kapasitas Lokal sertaPengembangan Masyarakat.

    Hari terakhir adalah berbagi pengalamandengan peserta dari pertemuan KoordinatorNasional EFA ke-6, yang berlangsung

    bersamaan dengan lokakarya. Presentasidan kelompok kerja menyoroti hubunganantara Pendidikan Inklusif dan EFA. Pesanutamanya ialah Pendidikan Inklusifmenawarkan cara agar Pendidikan untukSemua dapat dicapai oleh SEMUAbukanhampir semua. Kemudian pesertamembuat rekomendasi bagaimanamemajukan pendidikan inklusif lebih jauhlagi dan bagaimana mengintegrasikannyake dalam kerangka kerja EFA.Laporan lokakarya ini dapat ditemukan di:www.unescobkk.org/education/appeal

    Lokakarya Regional Pendidikan InklusifTanggal 19-21 Oktober Olof Sandkull

    Deklarasi Islamabad tentang Pendidikan InklusifTerje Magnussnn Watterdal dan Moch Sholeh Y.A. Ichrom

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    28/36

    28] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    Peluncuran oleh Presiden RIPerangkat Adaptasi Versi Indonesia:Terje Magnussnn Watterdal dan Moch. Sholeh Y.A. Ichrom

    Pada tanggal 2 Mei 2005 bertepatandengan Hari Pendidikan Nasional,Perangkat dari UNESCO yang telahdiadaptasikan ke dalam versi BahasaIndonesia: Merangkul PerbedaanMenciptakan Lingkungan Inklusif danRamah terhadap Pembelajaran, secararesmi diluncurkan ketika Bapak BambangSudibyo, Menteri Pendidikan Nasionalmemberikan buku ini kepada Bapak Susilo

    Bambang Yudhoyono, Presiden RepublikIndonesia.

    Perangkat tersebut diadaptasikan dalam

    rangka kerjasama antara DepartemenPendidikan Nasional, Braillo Norway danUNESCO dan Universitas Sebelas Maretdengan dukungan yang besar dariDepartemen Urusan Luar Negeri KerajaanNorwegia, Hellen Keller Internasional,Norwegian Association for The Blind andPartially Sighted, CBM Internasional,PERTUNI, IDP [Internasional DevelopmentPartners], Yayasan Mitra Netra, IBO

    [ International Baccalaureate Organization],Hotel Sheraton & Towers Bandung, Jotundan Nordic Club.EENET Asia, [email protected]

    Merangkul Perbedaan:Perangkat untuk Menciptakan

    Lingkungan Inklusif,

    Ramah Pembelajaran

    Perangkat tersebut akan membantu para guru, keluarga dan masyarakat gunamendapatkan panduan mengenai bagaimana mengembangkan inklusi. Melalui peranserta seluruh lapisan masyarakat, perangkat ini diharapkan dapat memprakarsaiperbaikan menyeluruh dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah kita.Mudjito, A.K. [Direktur Pendidikan Luar Biasa, Departemen Pendidikan Nasional]

    SusiloBambangYudhoyonodan

    BambangSudibyo

    [MiraFajar]

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    29/36

    EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia, EDISI 1 JUNI 2005 [29

    Diskusi Meja Bundar tentang AksiMainstreaming: Isu Pendidikan Inklusif

    Health Link Organising Committee

    Diskusi Meja Bundar ini, yang dilaksanakandi Phnom Penh, Kamboja pada bulan Mei2005 adalah perhelatan regional ketiga daritiga perhelatan yang diadakan sebagaibagian dari program Penelitian danPengetahuan tentang Kecacatan (DisabiliyKaR). Perhelatan ini dihadiri oleh 64peserta dari:

    Tim Pendidikan Inklusif. Kementerian Pendidikan, Pemuda dan

    Olah Raga, Kamboja (MoEYS) .Agensi PBB. Organisasi donor. Organisasi Non Pemerintahan

    Internasional (LSMI), dan Organisasi Penyandang Cacat (OPC)

    tingkat akar rumput, regional dannasional.

    Diskusi ini memfokuskan pada: Konsep pendidikan inklusif. Kekuatan, kelemahan, kesempatan dan

    ancaman terhadap Pendidikan Inklusif(Analisis SWOT).

    Strategi untuk mengatasi tantangan-tantangan yang diidentifikasikan melaluiAnalisa SWOT.

    Presentasi berupa: Latar belakang dan perkembangan

    pendidikan inklusif . Kerangka Milenium Biwako dan Draf

    Konvensi Internasional tentang Orang-orang Penyandang Cacat. UNESCO dan promosi pendidikan inklusif

    di wilayah Asia Pasifik. Pendidikan inklusif di Laos dan Kamboja.

    Presentasi mengenai Pendidikan Inklusif diKamboja dan Laos memberikankeleluasaan para peserta untukmempelajari program di berbagai tahapperkembangan yang bisa dicapai meskipun

    dengan keterbatasan sumber daya. AnalisaSWOT mengidentifikasi kekuatan dankelemahan dari pengalaman pribadi parapeserta mengenai pendidikan inklusif.Kekuatan Meliputi:

    Perkembangan dan implementasikebijakan pendidikan inklusif.

    Partisipasi dan dukungan masyarakat.Adanya pelatihan guru yang baik. Kepedulian terhadap program pendidikan

    inklusif.

    Sebaliknya, kelemahan-kelemahannyameliputi: Kurangnya kebijakan pendidikan iInklusif

    dan implementasinya.

    Kepercayaan budaya dan tingkah lakuyang negatif tentang kecacatan . Kurangnya kepedulian masyarakat dan

    partisipasi dalam program pendidikaninklusif.

    Ada perdebatan apakah dukungan pihakdonor untuk pendidikan inklusif menjadikekuatan atau kelemahan, karena itu akanmengacu pada ketergantungan terhadapdonor dan kaitannya dengan

    keberlangsungan program pendidikaninklusif. Peserta diberikan kesempatanuntuk berbicara dengan siswa penyandangcacat di sekolah-sekolah inklusif danmendengar pendapat mereka. Merekadapat mengunjungi sekolah luar biasamaupun sekolah reguler, dimana anak-anakpenyandang cacat bersekolah. Sebuahmateri supermaket tersedia bagi parapeserta untuk berbagi, menyarankan danberbicara tentang informasi mengenai

    sumber daya pendidikan inklusif yang telahdikembangkan atau diimplementasikan.

    Diskusi meja bundar yang dilakukan olehpara peserta menghasilkan: Kerangka aksi menuju implementasi

    pendidikan inklusif. Saran tentang riset lanjutan bidang

    pendidikan inklusif. Mengubah sikap masyarakat terhadap

    penyandang cacat. Rekomendasi untuk pendidikan inklusif di

    sektor pendidikan dan sektor lainnya. Pelaksanaan pendidikan inklusif yang baik Mengidentifikasi ketika pendidikan inklusif

    tidak sesuai.

  • 7/26/2019 Asia Newsletter1 Indonesia

    30/36

    30] EENET asiaENABLING EDUCATION, Versi Bahasa Indonesia EDISI 1 JUNI

    Pendidikan Inklusif Satu-satunya Cara untukMemberantas Ketidaksetaraan danKetidakadilan Abdul HameedUntuk pertama kalinya dalam sejarahpendidikan Pakistan, Jurusan PendidikanLuar Biasa, Universitas Punjabberkolaborasi dengan UNESCO Pakistan,ISS Karachi dan IDP/Braillo Norwaymengorganisir Seminar Pendidikan InklusifRegional selama 2 hari (16-17 Mei 2005).Lebih dari 400 peserta menghadiriperhelatan ini di Lahore. Tema dari seminarini adalah Meningkatkan Sekolah-sekolah

    untuk Inklusi Sosial. Dalam seminartersebut para pakar dari Bangladesh, India,Pakistan dan Sri Langka mempresentasikanmakalah mereka dalam sub tema yangberbeda. Diskusi ini memfokuskan padainisiatif kebijakan terkini, sekolah-sekolahdalam skenario perubahan, tantangan danpeluang pendidikan inklusif. Para penyajimenekankan pendidikan