APPLICATION GEOMAGNETIC METHOD TO...

download APPLICATION GEOMAGNETIC METHOD TO …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel8A9C0D2C40441D94141E10C... · konservasi dan upaya untuk kelestarian fungsi ... geofisika eksplorasi

If you can't read please download the document

Transcript of APPLICATION GEOMAGNETIC METHOD TO...

  • 1

    APPLICATION GEOMAGNETIC METHOD TO IDENTIFICATION CHROMIT

    MINERALS IN SUKOREJO VILLAGE, KALIDAWIR DISTRICT,

    TULUNGAGUNG REGENCY

    Onisan Aqil Perdana, Daeng Achmad Suaidi, Sujito

    Physics Department, State University of Malang

    E-mail : [email protected]

    ABSTRACT

    Rocks as a source of natural minerals valuabled, it is a potential resource of natural resources

    which needed and used for human life. Chromit rocks is witch one natural resources in

    Sukorejo Village, Kalidawir District, Tulungagung Regency. However goverment hasnt

    stold detail information about the deposit potential in their mineral resource. The purpose of

    this reseach to predicted distribution of chromit minerals influence in this area.

    This reseach done used magnetometer type Proton magnetometer Procession (PPM). Point of

    Earth's magnetic field to be measured, 5 times at any point which distance about 5 meters.

    Data processing using software Microsoft Excel, software Surfer 11, software MagPick, and

    software Mag2DC.

    Determination of the magnetic at chromit rocks done reduction to pole of magnetic, it is use

    for determination anomaly magnetic field. This research are found minerals potential that

    influence of chromit at local magnetic field abaout 800nT. Interpretation of Mag2DC have

    value at chromit minerals about 0,1083 and 0,1184.

    Keywords : Geomagnetic, Chromit Mineral, Proton Procession magnetometer.

    PENDAHULUAN

    Secara geologi Indonesia memiliki

    potensi sumber kekayaan mineral yang cukup

    besar dan belum semuanya dimanfatkan secara

    optimal. Sumber daya mineral adalah semua

    bahan galian yang terdapat di bumi yang dapat

    dipakai untuk kebutuhan hidup manusia.

    Sumber daya mineral merupakan modal

    nasional yang perlu dikembangkan dan

    dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang

    pembangunan. Namun, pemanfaatan sumber

    daya mineral tersebut harus memperhatikan

    konservasi dan upaya untuk kelestarian fungsi

    ekosistem [1].

    Kabupaten Tulungagung adalah salah

    satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki

    potensi alam terutama dalam hal tambang

    mineral. Salah satu hasil tambang yang

    terkenal dan menjadi ciri khas kabupaten ini

    adalah marmer [2]. Selain itu terdapat pula

    mangan, kaolin dan pasir besi. Kecamatan-

    kecamatan yang menyimpan potensi tambang

    tersebut adalah kecamatan Besuki,

    Tanggunggunung, Kalidawir, Pucanglaban,

    dan Rejotangan [3].

    Potensi kromit di wilayah ini

    diperkirakan cukup besar, hal ini dikarenakan

    kromit terbentuk pada batuan induknya yaitu

    ofiolit, sedangkan penyebaran ofiolit di

    Indonesia diperkirakan lebih dari 80 ribu km2.

    Kromit merupakan salah satu jenis mineral

    yang berkomposisi kimia FeCr2O3 dan ternyata

    memiliki nilai strategis, karena mineral

    tersebut berasal dari ektrasi mineral dan sangat

    di butuhkan dalam perkembangan industri-

    industri : rekayasa, pesawat terbang, ruang

    angkasa dan kemiliteran serta industri hi-tech

    lainnya [3].

    Metode geomagnet merupakan metode

    yang digunakan untuk eksplorasi dengan hasil

    data yang bisa untuk sebagai rujukan. Akurasi

    pengukuran metoda magnetik ini relatif tinggi

    serta pengoperasian di lapangan cukup

    sederhana, mudah, cepat, dan akurat. Teknik

    Geomagnet pada metode kemagnetan batuan

    telah sukses dan secara ekstensif mampu

    melukiskan kontras parameter geomagnet pada

    lapisan bawah tanah berdasarkan anomali

    kemagnetan dari batuan.

    http://bosstambang.com/http://bosstambang.com/

  • 2

    TEORI

    1. Kromit

    Kromit merupakan satu-satunya mineral

    yang menjadi sumber logam kromium.

    Mineral ini mempunyai komposisi kimia

    FeCr2O3. Kromit mempunyai sifat antara lain

    berwarna hitam, bentuk kristal massif hingga

    granular, sistem kristal oktahedral, goresan

    berwarna coklat, kekerasan 5,5 (skala mohs),

    dan berat jenis 4,5 sampai 4,8. Komposisi

    kimia kromit sangat bervariasi karena terdapat

    usur-unsur lain yang mempengaruhinya,

    kromit dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

    kromit kaya krom, kaya aluminium, dan kaya

    besi [4].

    Kromit dapat terjadi sebagai endapan

    primer, yaitu: tipe cebakan stratiform dan

    podiform, atau sebagai endapan sekunder

    berupa pasir hitam dan tanah laterit. Endapan

    primer ditafsirkan berasal dari proses

    kristalisasi satu fase kromit dari suatu massa

    magma yang bersifat basa sedangkan endapan

    sekunder merupakan hasil proses pelapukan

    batuan yang mengandung kromit.

    Penggunaannya jenis ini dikenal dengan

    kromit metalurgi, refraktori dan kromit kimia

    [4].

    2. Metode Geomagnet Metode magnetik merupakan suatu

    metode yang dapat digunakan untuk eksplorasi

    berdasarkan perubahan besaran medan magnet

    akibat adanya variasi kemagnetan dari formasi

    batuan bumi. Metode magnetik ditunjukkan

    oleh pengukuran intensitas dari medan magnet

    bumi, metode ini didasarkan pada sifat

    kemagnetan (kerentanan magnet) batuan, yaitu

    kandungan magnetiknya sehingga efektifitas

    metode ini bergantung kepada kontras

    magnetik di bawah permukaan.

    Dasar dari metode magnetik adalah gaya

    Coulomb antara dua kutub magnetik m1 dan

    m2 yang berjarak r (cm) dalam bentuk:

    rF

    r

    mm2

    0

    21

    (dyne) (1)

    dengan 0 adalah pemeabilitas medium dalam

    ruang hampa, tidak berdimensi dan besarnya

    dalam SI adalah 4 x 10-7

    [5].

    Kuat medan magnet (H) pada suatu titik yang

    berjarak r dan m1 didefinisikan sebagai gaya

    persatuan kuat kutub magnet, dapat dituliskan

    sebagai :

    rF

    H

    r

    mm

    2

    0

    1

    2 (2)

    dengan r adalah jarak antar titik pengukuran

    dari Hm mempunyai satuan A/m dalam SI

    sedangkan dalam cgs H mempunyai satuan oersted [5].

    Bila dua kutub magnet yang

    berlawanan mempunyai kuat kutub magnet

    dan , keduanya terletak dalam jarak , maka momen magnetik , dapat dituliskan sebagai:

    rmlM (3)

    dengan M adalah vektor dalam arah unit

    vektor r dari arah kutub negatif ke kutub

    positif. Arah momen magnetik dari atom

    bahan non magnetik adalah acak sehingga

    momen magnetik resultannya menjadi nol.

    Sebaliknya di dalam bahan-bahan magnetik

    arah momen magnetik atom-atom bahan itu

    teratur sehingga momen magnetik resultannya

    tidak menjadi nol. Momen magnet mempunyai

    satuan dalam cgs adalah gauss.cm3 atau emu

    dan dalam SI mempunyai satuan A.m2 [6].

    Sejumlah benda-benda magnet

    dapat dipandang sebagai sekumpulan

    benda magnetik. Apabila benda magnetik tersebut diletakkan dalam medan magnet luar,

    benda tersebut menjadi termagnetisasi karena

    induksi. Dengan demikian intensitas

    kemagnetan I adalah tingkat kemampuan

    menyearahkan momen-momen magnetik

    dalam medan magnet luar, atau didefinisikan

    sebagai momen magnet persatuan volume:

    V

    rml

    V

    MI

    (4)

    satuan magnetisasi dalam cgs adalah gauss

    atau emu.cm-3

    dan dalam SI A.m-1

    [5].

    Suatu bahan magnetik yang diletakkan

    dalam medan magnet luar , akan menghasilkan medan sendiri yang meningkatkan nilai total medan magnetik

    bahan tersebut. Medan magnet totalnya disebut

    induksi magnet , ditulis sebagai:

    HB mr atau 'HHB (5)

    dengan dan disebut sebagai permeabilitas relatif dari suatu bahan

  • 3

    magnetik. Satuan B dalam cgs adalah gauss,

    sehingga:

    MHB 4 (6) hubungan medan sekunder . Dalam geofisika eksplorasi dipakai satuan gamma (g)

    dan dalam SI adalah Tesla (T), dengan 1g =

    10-5

    gauss = 1 nT [6].

    Potensial magnetosatik didefinisikan

    sebagai tenaga yang diperlukan untuk

    memindahkan satu satuan kutub magnet dari

    titik tak terhingga ke suatu titik tertentu dan

    dapat dituliskan sebagai:

    r

    drrHrA )()(

    (7)

    untuk benda tiga dimensi, material didalamnya

    memberikan sumbangan momen magnetik per

    satuan volume . Jadi potensialnya merupakan hasil intergrasi sumbangan momen

    dwikutub persatuan volume dan dapat

    dituliskan sebagai:

    dVrMArr

    rr

    0

    0

    1)()(

    r

    dVMrr0

    1

    (8)

    sehingga medan magnet benda sebagai

    penyebab timbulnya anomali dapat dituliskan

    sebagai:

    dVrMHrr

    rr

    0

    0

    1)()(

    (9)

    Dalam melakukan pengukuran, medan

    magnetik yang terukur oleh magnetometer

    adalah medan magnet induksi termasuk efek

    magnetisasinya dengan mengabaikan efek

    medan magnet remanen (sementara).

    Persamaan rumus induksi medan magnet dapat

    di tuliskan sebagai berikut [7]:

    (10) dimana

    B : induksi medan magnet (T)

    M : magnetisasi (Wb/m)

    H : medan magnet luar

    0 : 410-7

    adalah Permebilitas

    magnetik pada ruang hampa.

    : suseptiblitas

    Benda magnet dapat di pandang

    sebagai sekumpulan dari sejumlah momen

    momen magnetik. Bila benda magnetik

    tersebut di letakkan dalam suatu medan luar,

    maka benda tersebut akan terinduksi dan

    menjadi termagnetisasi.

    Kemampuan untuk di magnetisasinya

    suatu benda magnetik, di tentukan oleh nilai

    suseptibilitas kemagnetan atau k atau yang di

    tuliskan sebagai [5] :

    (11)

    dimana

    I = Magnetisasi (T)

    = suseptibilitas batuan (SI)

    H = medan magnet luar (T)

    besaran yang tidak berdimensi ini merupakan

    parameter dasar yang dipergunakan dalam

    metode magnetik. Harga pada batuan semakin besar apabila dalam batuan tersebut

    semakin banyak dijumpai mineral-mineral

    magnet yang bersifat magnetik [8].

    Berdasarkan kemagnetanya batuan

    dapat diklasifikasikan :

    a. Batuan diamagnetik. Batuan yang atom-atom pembentuk batuannya memiliki

    elektron yang telah jenuh, yaitu tiap

    elektron berpasangan dan mempunyai

    spin berlawanan dalam setiap pasangan.

    Contohnya yaitu: batuan kuarsa, marmer,

    graphite, rock salt, dan anhydrite atau

    gipsum [6].

    b. Batuan paramagnetik. Batuan yang memiliki nilai susebtibilitas yang positif

    dan kecil. Paramagnetik muncul dalam

    bahan yang atom-atomnya memiliki

    momen magnetik yang permanen yang

    berinteraksi satu sama lain secara sangat

    lemah. Contohnya yaitu: Olivine,

    pyroxene, amphibole, dan biotite [6].

    c. Batuan ferromagnetik. Batuan yang didalamnya terdapat banyak kulit elektron

    yang hanya diisi oleh satu elektron

    sehingga mudah terinduksi oleh medan

    magnet luar. Memiliki nilai susebtibiltas

    yang positif dan sangat tinggi. Dalam

    bahan ini sejumlah kecil medan magnet

    luar menyebabkan derajat penyearahan

    yang tinggi pada momen dipol magnetik

    atomnya. Momen magnet ini dapat

    bertahan sekalipun medan pemagnetanya

    telah hilang. Daerah ruang tempat momen

    dipol magnetik disearahkan ini disebut

    daerah magnetik. Pada temperatur diatas

    suhu kritis yang disebut titik curie, gerak

    termal acak sudah cukup besar sudah

    cukup besar untuk merusak keterauran

    momen magnetik. Dan bahan

    ferromagnetik berubah menjadi

    paramagnetik [6].

    Berikut ini adalah tabel nilai suseptibilitas

    berbagai macam batuan dan mineral:

  • 4

    Tabel 2.2 Nilai Suseptibilitas Batuan [5]

    Batuan Tipe Suseptibiltas x 10-3 (SI)

    Ring Rata-rata

    Sedimen

    Dolomite 0-0,9 0,1

    Batugamping 0-3 0,3

    Batupasir 0-20 0,4

    Serpih 0,01-15 0,6

    Metamorf

    Amphibiolite 0,7

    Sekis 0,3-3 1,4

    Filit 1,5

    Gneiss 0,1-25

    Kuarsit 4

    Serpentin

    Sabak 0-35 6

    Beku

    Granit 0-50 2,5

    Riolit 0,2-35

    Dolorit 1-35 17

    Augite-Syenite 30-40

    Olivin-diabas 25

    Diabas 1-160 55

    Porphyry 0,3-200 60

    Gabro 70

    Basalt 0,2-175 70

    Diorit 0,6-120 85

    Piroksenit 125

    Peridotit 90-200 150

    Andesit 160

    Tabel 2.3 Nilai Suseptibilitas Mineral [5]

    Tipe Mineral Suseptibiltas x 10

    -3 (SI)

    Ring Rata-rata Grafit 0,1

    Kuarsa -0,01

    Rock Salt -0,01

    Gypsum -0,01

    Kalsit -0,001- (-0,01)

    Batubara 0,002

    Lempung 0,2

    Kalkopirit 0,4

    Spalerit 0,7

    Kasiterit 0,9

    Siderit 1-4

    Pirit 0,05-5 1,5

    Limonit 2,5

    Arsenopirit 3

    Hematit 0,5-35 6,5

    Kromit 3-110 7

    Franklinit 430

    Pirotit 1500

    Ilmenit 300-3500 1800

    Magnetit 1200-19200 6000

    3. Medan Magnet Bumi Asal mula medan magnetik bumi hingga

    sejauh ini belum dapat dipahami secara tuntas,

    tetapi keberadaanya didasari oleh pemikiran

    bahwa arus listrik yang menimbulkan medan

    magnetik bumi ditimbulkan oleh dua hal yang

    saling bersinergi yaitu efek-efek konveksi dan

    rotasi dari cairan metalik yang terdiri dari besi

    dan nikel yang berada antara inti bagian luar

    dan mantel bagian dalam bumi. Mekanisme ini

    dinamakan dengan efek dinamo [9].

    Medan magnet utama bumi secara teoritis

    disebabkan oleh sumber dalam bumi,

    magnetisasi permanen oleh aliran arus listrik

    atau arus listrik yang keluar dan masuk bumi.

    Beberapa teori menganggap inti bumi tersusun

    oleh besi dan nikel, dua materi yang dikenal

    sebagai konduktor yang sangat baik. Adapun

    penyusun inti bumi, sumber magnetik

    merupakan dinamo berkonduktivitas tinggi

    dan bergerak dengan mekanisme yang

    kompleks, seperti arus atau senyawa kimia dan

    variasi thermal beserta alirannya. Kombinasi

    gerak dan arus tersebut disebabkan terjadinya

    medan magnet [5].

    Medan magnet bumi adalah salah satu

    besaran vektor yang mempunai besaran

    (magnitude) dan arah, besaran ini dapat

    diuraikan menjadi komponen-komponennya.

    Medan magnet utama timbul karena adanya

    arus listrik yang mengalir berputar di dalam

    inti luar yang membentang dari jari-jari 1.300

    km hingga 1.500 km. Medan utama ini tidak

    konstan terhadap waktu dan perubahannya

    relatif lamban.Penelitian mengenai sumber

    medan magnet utama bumi yaitu sumber dari

    luar dan dari dalam bumi dilakukan oleh

    Gauss pada tahun 1838 yang menyimpulkan

    bahwa medan magnet utama bumi yang

    terukur dipermukaan bumi hampir seluruhnya

    disebabkan oleh sumber dari dalam bumi,

    sedangkan sumber dari luar bumi pengaruhnya

    sangat kecil [5].

    Medan magnet bumi terkarakterisasi

    oleh elemen medan magnet bumi, yang

    berakibat arah dan intensitas kemagnetannya.

    Elemen tersebut meliputi: Deklinasi (D)

    ,Inklinasi(I) , Intensitas Horizontal (H) [6].

    Medan magnet utama bumi berubah terhadap

    waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai

    medan utama magnet bumi, dibuat standar

    nilai yang disebut International Geomagnetics

    Reference Field (IGRF) yang diperbaharui

    setiap 5 tahun sekali [7].

    METODE PENELITIAN 1. Prosedur Penelitian

    Kawasan penelitian terletak di antara

    811'50.7"811'53.07"BT dan 11158'51.99"

    11158'52.38"LS dengan berada di kawasan

    perbukitan. Penelitian ini dilakukan pada hari

    Minggu tanggal 23 Juni 2013 jam 09.00-15.30

    WIB di Lereng Sukorejo Desa Sukorejo Kec.

    Kalidawir, Kab. Tulungagung.

  • 5

    Gb 1 Peta Lokasi Pengamatan

    Pengambilan data menggunakan alat

    GEOMETRICS G-856 Memory-Mag PPM.

    Mengukur titik medan magnet bumi yang akan

    di ukur dengan mengambil data setiap titik 5

    kali dengan jarak antar titik 5 meter. Proses

    pengambilan data sebanyak 120 titik dengan

    titik yang menyebar di daerah penelitian.

    2. Pengolahan Data Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

    kondisi di bawah permukaan tanah.

    Pengolahan data dilakukan dengan

    menggunakan software Microsoft Exceel,

    Surfer 11, MagPick, dan Mag2DC.

    Setelah menemukan nilai rata rata setiap

    titik , kemudian mencari koreksi diurnal harian

    yang merupakan penyimpangan nilai medan

    magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu

    dan posisi matahari dalam satu hari, dengan

    menggunakan rumus :

    [

    ]

    Dimana :

    tn = t pada titik n

    Hakh = Nilai medan magnet di titik akhir

    Hawl = Nilai medan magnet di titik awal

    Kemudian mencari nilai besaran koreksi

    normal (IGRF). Koreksi IGRF adalah koreksi

    yang dilakukan terhadap data medan magnet

    terukur untuk menghilangkan pengaruh medan

    utama magnet bumi dan koreksi ini bersifat

    global untuk mendapatkan nilai medan

    anomali lokal yang di teliti, dimana untuk

    menghitung menggunakan persamaan :

    Ha : Medan Anomali

    Hrata2 : Medan hasil rata2 data

    Hvar : Medan koreksi Harian

    Higrf : Medan koreksi IGRF

    Dalam pencarian nilai H IGRF itu didapat

    dengan cara memasukkan nilai H IGRF lokal

    yang dapat di cari dengan alamat website

    http://www.ngdc.noaa.gov/geomag-

    web/#igrfwmm dengan memasukkan titik

    titik koordinat penelitian dan waktu penelitian.

    Anomali medan magnetik total inilah yang

    selanjutnya digunakan untuk analisis data

    berikutnya.

    Peta Contour anomali medan magnet

    yang telah muncul kemudian dilakukan Filter

    Upward Continuation dengan tujuan

    menghilangkan noise-noise atau benda-benda

    kecil yang memiliki sifat kemagnetan yang

    letaknya dekat dengan permukaan. Untuk

    melakukan filter ini digunakan Software

    MagPick.

    Data anomali medan magnet total hasil

    kontinuasi ke atas kemudian direduksi ke

    kutub dengan tujuan dapat melokalisasi

    daerah-daerah dengan anomali maksimum

    tepat berada di atas tubuh benda penyebab

    anomali, sehingga dapat dengan mudah

    melakukan interpretasi. Reduksi ke kutub

    adalah salah satu filter pengolahan data

    magnetik untuk menghilangkan pengaruh

    sudut inklinasi magnetik. Reduksi ke kutub

    dilakukan dengan cara membuat sudut

    inklinasi benda menjadi 900 dan deklinasinya

    00, Filter tersebut diperlukan karena sifat

    dipole anomali magnetik menyulitkan

    interpretasi data lapangan yang pada umumnya

    masih berpola asimetris menjadi monopole

    yang simetris.

    Setelah data yang didapat dari hasil filter

    reduksi ke kutub akan dikolerasikan dengan

    data hasil Filter Upward Continuation untuk

    dilakukan slashing untuk memetakan struktur

    bawah permukaan tanah dengan software

    Mag2DC.

    Hasil Penelitian dan Pembahasan

    1. Hasil penelitian

    Gb 2 Anomali Magnetik Total

    http://www.ngdc.noaa.gov/geomag-web/#igrfwmmhttp://www.ngdc.noaa.gov/geomag-web/#igrfwmm

  • 6

    Gb 3 Peta Anomali Regional Hasil Upward

    170m

    Gb 4 Peta Anomali Residu

    Gb 5 Peta Anomali Hasil reduksi ke Kutub

    2. Pembahasan

    Gb 6 Penarikan garis polyline dalam peta

    contour

    Gb 7 Pemodelan penampang 12 dalam

    Mag2DC

    Gambar 7 merupakan hasil pemodelan

    penampang melintang anomali residual dari

    lintasan 12, dimana pada sumbu Y positif

    merupakan nilai anomali pengamatan (dalam

    nT), sumbu Y negatif merupakan kedalaman

    (yang mencapai 100 m) sedangkan sumbu X

    merupakan nilai jarak lintasan (yang mencapai

    63 meter).

    Pada penampang melintang anomali

    residual lintasan 12 pada Y positif

    memperlihatkan bentuk kurva berupa pola

    tinggian dan rendahan yang menunjukkan nilai

    anomali residual yang dilewati oleh lintasan 12

    dengan nilai terendah yaitu -566nT dan nilai

    tertinggi yaitu 566nT. Pada Y negatif

    memperlihatkan bentuk model bawah

    permukaan dari lintasan 12.

    Terdapat 10 body jenis batuan pada

    pemodelan anomali yang menyusun lapisan

    tanah sepanjang lintasan 12. Batuan pertama

  • 7

    (posisi 12 meter dari titik awal) memiliki

    suseptibilitas sebesar -0,033 ditafsirkan

    sebagai batuan grafit. Batuan kedua (posisi 13

    meter sampai 23 meter) memiliki suseptibilitas

    sebesar 0,039 ditafsirkan sebagai batuan beku

    jenis olivin-diabes. Batuan ketiga (posisi 25

    meter sampai 30 meter) memiliki suseptibilitas

    sebesar 0,0108 ditafsirkan sebagai batuan

    metamorf jenis sabak. Batuan keempat (posisi

    30 meter sampai 36 meter) memiliki

    suseptibilitas sebesar -0,012 ditafsirkan

    sebagai batuan quartz. Batuan kelima (posisi

    39 meter sampai 48 meter) memiliki

    suseptibilitas sebesar 0,1083 ditafsirkan

    sebagai batuan mineral kromit yang diduga

    sebagai sumber anomali kemagnetan atau

    batuan yang mempunyai kandungan logam.

    Batuan keenam (posisi 48 meter sampai 63

    meter) memiliki suseptibilitas sebesar 0.0222

    ditafsirkan sebagai batuan beku jenis olivin-

    diabas. Batuan ketujuh (posisi 20 meter

    kedalaman 50 meter) memiliki suseptibilitas

    sebesar -0,039 ditafsirkan sebagai batuan

    grafit. Batuan kedelapan (posisi 20 meter

    sampai 32 meter kedalaman 50 meter)

    memiliki suseptibilitas sebesar 0,0760

    ditafsirkan sebagai batuan beku jenis gabro.

    Batuan kesembilan (posisi 32 meter sampai 37

    meter kedalaman 40 meter) memiliki

    suseptibilitas sebesar -0,012 ditafsirkan

    sebagai batuan quartz. Batuan kesepuluh

    (posisi 37 meter sampai 63 meter kedalaman

    30 meter) memiliki suseptibilitas sebesar

    0,0022 ditafsirkan sebagai mineral limonit.

    Gb 8 Pemodelan penampang 34 dalam

    Mag2DC

    Gambar 8 merupakan hasil pemodelan

    penampang melintang anomali residual dari

    lintasan 34, dimana pada sumbu Y positif

    merupakan nilai anomali pengamatan (dalam

    nT), sumbu Y negatif merupakan kedalaman

    (yang mencapai 100 m) sedangkan sumbu X

    merupakan nilai jarak lintasan (yang mencapai

    106 meter).

    Pada penampang melintang anomali

    residual lintasan 34 pada Y positif

    memperlihatkan bentuk kurva berupa pola

    tinggian dan rendahan yang menunjukkan nilai

    anomali residual yang dilewati oleh lintasan 34

    dengan nilai terendah yaitu -1206nT dan nilai

    tertinggi yaitu 200nT. Pada Y negatif

    memperlihatkan bentuk model bawah

    permukaan dari lintasan 34.

    Terdapat 6 body jenis batuan pada

    pemodelan anomali yang menyusun lapisan

    tanah sepanjang lintasan 34. Batuan pertama

    (posisi 17 meter dari titik awal) memiliki

    suseptibilitas sebesar -0,031 ditafsirkan

    sebagai batuan grafit. Batuan kedua (posisi 17

    meter sampai 30 meter) memiliki suseptibilitas

    sebesar 0,012 ditafsirkan sebagai batuan beku

    jenis dolorit. Batuan ketiga (posisi 30 meter

    sampai 50 meter) memiliki suseptibilitas

    sebesar -0.012 ditafsirkan sebagai batuan

    quartz. Batuan keempat (posisi 50 meter

    sampai 75 meter) memiliki suseptibilitas

    sebesar -0,001 ditafsirkan sebagai batuan

    kapur. Batuan kelima (posisi 75 meter sampai

    105 meter) memiliki suseptibilitas sebesar

    0,0139 ditafsirkan sebagai batuan beku jenis

    dolorit. Batuan keenam (posisi 20 meter

    sampai 50 meter kedalaman 25 meter)

    memiliki suseptibilitas sebesar 0.1184

    ditafsirkan sebagai batuan mineral kromit yang

    diduga sebagai sumber anomali kemagnetan

    atau batuan yang mempunyai kandungan

    logam.

    KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan

    pembahasan yang telah dilakukan di Desa

    Sukorejo Kecamatan Kalidawir Kabupaten

    Tulungagung dengan menggunakan metode

    geomagnet, dapat disimpulkan bahwa di area

    ditemukan batuan yang mengandung mineral

    kromit dengan nilai medan magnet lokal

    (sekitar 800nT) dalam interpretasi Mag2DC

    memiliki nilai 0,1083 dan 0,1184

  • 8

    DAFTAR PUSTAKA

    1. BSN. 2002. Penyusunan Neraca Sumber Daya Bagian 4- Sumber

    Daya Mineral Spasial. Badan

    Standarisasi Nasional.

    2. Bhirawa, Media Online. 2010. Potensi Tulungagung yang Menakjubkan:

    Tulungagung News.

    3. ESDM, Dinas. 2006. Potensi Bahan Galian. Departemen Energi dan

    Sumber Daya Mineral: Pusat Sumber

    Daya Geologi.

    4. Suhandi. Susanto,H. Hutamadi,R. 2011. Penelitian Bahan Galian Lain

    dan Mineral Ikutan pada Wilayah

    Pertambangan Kabupaten Kowane,

    Provinsi Sulawesi Tenggara. Pusat

    Sumber Daya Geologi.

    5. Telford,W,M. 1976. Aplied Geophysic.London:Cambridge

    University.

    6. Siahaan, Mangatur. 2009. Penentuan Struktur Pada Zona Hydrokarbon

    Daerah X Menggunakan Metode

    Magnetik. Jakarta: Universitas

    Indonesia.

    7. Qomariyah, Nurul. 2011. Analisis Zona Potensi Panas Bumi di Daerah

    Bittuarang, Kabupaten Tana Toraja,

    Sulawesi Selatan Berdasarkan

    Anomali Magnetik-Pseudogravitasi.

    Jurusan Fisika, FMIPA Universitas

    Brawijaya, Malang

    8. Burger, H.R, Sheehan, anne F., Jones, Craig H., 2006, Introduction to Aplied

    Geophysics, W.W. Norton &

    Company, New York.

    9. Zulaikah, Siti. 2007. Kemagnetan Batuan dan Aplikasinya. Jakarta:

    Universitas Negeri Jakarta