anestesi inhalasii

download anestesi inhalasii

of 15

Transcript of anestesi inhalasii

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    1/15

    Anestesi Inhalasi 

    PENDAHULUANNitrous oksida (N2O), kloroform, dan eter adalah agen pembiusan umum pertama yang

    diterima secara universal. Etil klorida, etilen, dan siklopropan kemudian menyusul, dengan

    zat yang terakhir cukup digemari pada saat itu karena induksinya yang singkat dan

    pemulihannya yang cepat tanpa disertai delirium. Sayang sekali sebagian besar agen-agen

    anestetik yang telah disebutkan tadi telah ditarik dari pasaran.

    Sebagai contoh, eter sudah tidak digunakan secara luas karena mudah tersulut api dan

    berisiko mengakibatkan kerusakan hepar. Di samping itu, eter juga mempunyai beberapa

    kerugian yang tidak disenangi para anestetis seperti berbau menyengat dan menimbulkan

    sekresi bronkus berlebih. Kloroform juga kini dihindari karena toksik terhadap jantung dan

    hepar. Etil klorida, etilen, dan siklopropan pun tidak lagi digunakan sebagai anestetik, baik 

    karena toksik ataupun mudah terbakar.

    Metoksifluran dan enfluran termasuk agen anestetik generasi baru yang sempat

    digunakan bertahun-tahun tetapi jarang digunakan lagi karena toksisitas dan efikasinya.

    Metoksifluran adalah anestetik inhalasi yang paling poten, tetapi induksi dan pemulihannya

    relatif lambat. Lebih lanjut, sebagian metoksifluran dimetabolisme oleh sitokrom P-450menghasilkan florida bebas (F–), asam oksalat, dan bebrapa komponen lain yang bersifat

    nefrotoksik. Sementara itu, enfluran mengurangi kontraksi myokardial dan meningkatkan

    sekresi likuor serebrospinal (CSF). Selama anestesia, enfluran menginduksi perubahan

    elektroensefalograf yang dapat berprogresi pada pola spike-and-wave yang biasa ditemukan

    pada kejang tonik-klonik. Oleh karena itulah, dewasa ini baik metoksifluran maupun enfluran

    penggunaannya telah dibatasi.

    Dengan ditariknya berbagai zat anestetik dari peredaran seperti yang dikemukakan di

    atas, kini terdapat lima agen inhalasi yang masih digunakan dalam praktik anestesi yakni

    nitrous oksida, halotan, isofluran, desfluran, dan sevofluran. Anestetik inhalasi paling banyak 

    dipakai untuk induksi pada pediatri yang mana sulit dimulai dengan jalur intravena. Di sisi

    lain, bagi pasien dewasa biasanya dokter anestesi lebih menyukai induksi cepat dengan agen

    intravena. Meskipun demikian, sevofluran masih menjadi obat induksi pilihan untuk pasien

    dewasa, mengingat baunya tidak menyengat dan onsetnya segera. Selain induksi, agen

    inhalasi juga sering digunakan dalam praktik anestesiologi untuk rumatan.

    http://ivan-atjeh.blogspot.com/2012/01/anestesi-inhalasi.htmlhttp://ivan-atjeh.blogspot.com/2012/01/anestesi-inhalasi.html

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    2/15

    Studi mengenai kaitan antara dosis obat, konsentrasi jaringan, dan waktu kerja obat

    disebut sebagai farmakokinetik (bagaimana tubuh memengaruhi obat); sedangkan studi

    mengenai mekanisme aksi obat, termasuk respons toksik, disebut farmakodinamik 

    (bagaimana obat memengaruhi tubuh). Setelah penjelasan secara umum tentangfarmakokinetik dan dinamik anestetik inhalasi, akan dibahas farmakologi klinis dari masing-

    masing agen.

     

    A. Farmakokinetik Anestesi Inhalasi Meskipun mekanisme aksi anestetik inhalasi masih belum diketahui secara pasti, para

    ahli mengasumsikan bahwa efek anestesia diperoleh dari konsentrasi terapetik di sistem saraf 

    pusat. Sesuai dengan gambar berikut, terdapat beberapa langkah yang diperlukan zat

    anestetik inhalasi mulai dari vaporisasi di mesin anestesi hingga terdeposisi di jaringan otak.

    Gambar 1. Perjalanan gas anestetik inhalasi dari mesin anestesia ke otak 

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsentrasi Inspiratori (FI)

    Gas segar yang keluar dari mesin anestesia bercampur dengan gas di sirkuit pernapasan

    sebelum dihirup oleh pasien. Oleh karena itu, pasien tidak serta-merta mendapatkan

    konsentrasi yang sesuai dengan pengaturan di vaporiser. Komposisi aktual campuran gas

    yang diinspirasi dipengaruhi oleh laju aliran gas segar, volume dalam sirkuit pernapasan, dan

    absorpsi mesin anestesia. Agen inhalasi yang terhirup akan semakin dekat dengan konsentrasi

    yang keluar dari mesin anestesia apabila laju aliran gas segar tinggi, volume sirkuit napas

    sedikit, dan absorpsi mesin rendah. Secara klinis, atribut-atribut demikian ditampilkan

    sebagai kecepatan induksi dan pemulihan.

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsentrasi Alveolar (FA)

    Terdapat tiga faktor yang menentukan konsentrasi alveolar, yakni ambilan, ventilasi,

    dan konsentrasi.

    Ambilan. Jika tidak ada ambilan (uptake) zat anestetik oleh tubuh, konsentrasi alveolar

    (FA) akan segera mencapai konsentrasi inspiratori (FI). Karena agen inhalasi diambil oleh

    sirkulasi pulmoner selama induksi, konsentrasi alveolar berkisar di bawah konsentrasi

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    3/15

    inspiratori (FA /FI  < 1). Semakin besar ambilan, semakin lambat peningkatan konsentrasi

    alveolar dan semakin rendah pula rasio FA:FI.

    Karena konsentrasi suatu gas sebanding dengan tekanan parsialnya, maka tekanan

    parsial gas anestetik di alveolus juga lambat peningkatannya. Tekanan parsial alveolar inipenting karena turut menentukan tekanan parsial agen anestetik tersebut di darah dan lebih

    lanjut di otak. Kembali lagi, tekanan parsial gas anestetik di otak secara langsung

    memengaruhi konsentrasi zat di jaringan otak, yang menentukan efek klinis pada pasien. Jadi,

    semakin besar ambilan agen anestetik, semakin besar pula perbedaan antara konsentrasi

    alveolar dengan konsentrasi inspiratori, dan semakin lambat kecepatan induksi.

    Terdapat tiga hal yang dapat memengaruhi ambilan anestetik: solubilitas dalam darah,

    aliran darah alveolar, dan perbedaan tekanan parsial antara udara alveolar dan darah vena.

    Zat yang insolubel seperti nitrous oksida diambil oleh darah lebih lambat daripada zat

    yang solubel seperti halotan. Akibatnya, konsentrasi alveolar nitrous oksida meningkat lebih

    cepat daripada halotan, dan induksinya lebih cepat. Solubilitas relatif dari anestetik dalam

    udara, darah, dan jaringan diekspresikan dalam koefisien partisi, seperti tampak pada tabel di

    atas. Masing-masing koefisien adalah rasio konsentrasi gas anestetik di dua medium saat

    terjadi kesetimbangan.

      Tabel 1. Koefisien parsial anestetik inhalasi pada 37°C

    Anestetik Darah/Udar

    a

    Otak/Darah Otot/Darah Lemak/Dara

    h

    Nitrous oksida 0.47 1.1 1.2 2.3

    Halotan 2.4 2.9 3.5 60

    Isofluran 1.4 2.6 4.0 45

    Desfluran 0.42 1.3 2.0 27

    Sevofluran 0.65 1.7 3.1 48

    Faktor lain yang ikut memengaruhi ambilan adalah aliran darah alveolar, yang kurang

    lebih sama dengan curah jantung. Seiring dengan meningkatnya curah jantung, ambilan

    anestetik turut meningkat, dan peningkatan tekanan parsial alveolar semakin melambat, dan

    induksi menjadi lebih lambat. Pengaruh mengubah curah jantung kurang bermakna untuk 

    anestetik insolubel, mengingat yang dapat terdifusi ke darah alveolar memang sedikit, baik 

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    4/15

    aliran darah di sana lebih deras ataupun lebih tenang. Keadaan curah jantung yang sedikit

    merupakan berisiko mengakibatkan overdosis dengan anestetik sobulel, karena peningkatan

    konsentrasi alveolar yang terlalu cepat. Bahkan halotan, yang mempunyai efek depresi

    myokardial, apabila kadar alveolarnya lebih dari yang diharapkan akan semakin menurunkancurah jantung dan menciptakan umpan balik positif yang membahayakan pasien.

    Satu faktor lagi yang memengaruhi ambilan anestetik oleh sirkulasi pulmoner adalah

    perbedaan tekanan parsial antara gas alveolar dan darah vena. Gradien ini bergantung pada

    ambilan oleh jaringan. Transfer anestetik dari darah ke jaringan ditentukan oleh tiga faktor

    yang analog dengan ambilan sistemik, yakni solubilitas agen di jaringan (koefisien partisi

     jaringan/darah seperti pada tabel halaman sebelumnya), aliran darah jaringan, dan perbedaan

    tekanan parsial antara darah arterial dengan jaringan.

    Jaringan dapat digolongkan menjadi empat grup berdasarkan perfusi dan solubili-

    tasnya. Grup tinggi vaskularisasi (otak, jantung, liver, ginjal, dan organ endokrin) adalah

    yang pertama mengambil anestetik dalam jumlah yang signifikan. Grup otot (kulit dan otot)

    tidak mempunyai perfusi sebaik grup yang pertama, sehingga ambilannya lebih pelan.

    Kapasitasnya pun lebih besar; ambilan oleh grup kedua ini berlangsung dalam beberapa jam.

    Berlanjut ke grup berikutnya, perfusi di grup lemak kurang lebih sama dengan grup otot;

    tetapi solubilitas anestetik pada grup lemak yang luar biasa sekaligus volume jaringan yang

    relatif besar menghasilkan kapasitas total yang memerlukan beberapa hari untuk diisi. Grup

    terakhir beranggotakan jaringan perfusi minimal dengan vaskularisasi rendah (tulang,

    ligamen, gigi, rambut, dan kartilago) hampir tidak memberi kontribusi terhadap ambilan

    anestetik.

     Tabel 2. Klasifikasi jaringan berdasarkan perfusi dan solubilitas

    Karakteristik Vessel Rich Otot Lemak Vessel Poor

    Persentase berat badan 10 50 20 20

    Persentase curah jantung 75 19 6 0

    Perfusi (mL/min/100 g) 75 3 3 0

    Solubilitas relatif 1 1 20 0

     Diagram 1. Laju peningkatan konsentrasi alveolar anestetik inhalasi

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    5/15

    Ambilan anestesi meng-hasilkan kurva konsentrasi alveolar per waktu yang khas untuk 

    masing-masing anestetik (diagram 1). Bentuk dari setiap grafik tersebut ditentukan oleh

    ambilan jaringan sesuai dengan grupnya (diagram 2). Mula-mula konsentrasi alveolar

    meningkat tajam oleh karena pengisian alveolar melalui ventilasi. Peningkatan tersebut

    kemudian melambat seiring dengan ambilan jaringan, terutama oleh grup kaya vaskuler dan

    grup otot, hingga mencapai kapasitas totalnya.

     

    Diagram 2. Pengaruh ambilan jaringan terhadap peningkatan tekanan parsial alveolar

    Ventilasi. Penurunan tekanan parsial alveolar oleh ambilan jaringan, seperti tampak 

    pada diagram 2, dapat kembali ditingkatkan dengan ventilasi. Dengan kata lain, memberikan

    anestetik secara konstan dapat menstabilisasi konsentrasi alveolar. Meningkatkan ventilasi

    secara langsung akan meningkatkan rasio FA:FI untuk anestetik solubel. Berlawanan dengan

    agen inhalasi yang mendepresi curah jantung, anestetik yang mendepresi ventilasi (misalnya

    halotan) akan menurunkan laju peningkatan konsentrasi alveolar dan justru menghasilkan

    umpan balik negatif.

    Konsentrasi. Efek ambilan juga dapat dikurangi dengan peningkatan konsentrasi

    inspirasi (FI). Menariknya, meningkatkan konsentrasi inspirasi tidak hanya meningkatkan

    konsentrasi alveolar, tetapi juga laju peningkatan tersebut (dengan kata lain meningkatkan

    FA:FI). Secara khusus, konsentrasi membawa dua fenomena yang disebut efek konsentrasi

    (concentration effect ). Mungkin agak membingungkan, fenomena yang pertama adalah efek 

    pengonsentrasian (concentrating effect ). Misalkan 50% dari gas anestetik diambil oleh

    sirkulasi pulmoner, maka konsentrasi inspiratori sebesar 20% (20 bagian anestetik per 100

    bagian gas) akan menghasilkan konsentrasi alveolar sebesar 11% (10 bagian anestetik tersisa

    dari total 90 bagian gas). Di sisi lain, jika konsentrasi inspirasi ditingkatkan menjadi 80% (80

    bagian anestetik per 100 bagian gas), konsentrasi alveolar menjadi 67% (40 bagian anestetik 

    tersisa dari volume 60 bagian gas). Melihat dua sampel tersebut, konsentrasi inspiratori yang

    lebih tinggi akan menghasilkan konsentrasi alveolar yang lebih tinggi secara disproporsional.

    Di contoh tadi, peningkatan 4 kali konsentrasi inspiratori akan menghasilkan 6 kali

    konsentrasi alveolar.

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    6/15

    Fenomena yang kedua adalah efek aliran teraugmentasi (augmented inflow effect ).

    Meneruskan contoh di atas, untuk mencegah kolapsnya alveoli, 10 bagian anestetik yang

    diabsorpsi oleh sirkulasi pulmoner harus digantikan oleh gas campuran dengan konsentrasi

    inspirasi 20%. Dengan demikian, konsentrasi alveolar menjadi 12% (10+2 bagian anestetik dari total 100 bagian gas). Lebih kontras, setelah absorpsi 50% anestetik dari gas 80% yang

    diinspirasi, perlu penggantian sebanyak 40 bagian menggunakan gas 80% pula. Dalam kasus

    ini akan diperoleh konsentrasi alveolar meningkat dari 67% menjadi 72% (40+32 bagian

    anestetik dari total volume 100 bagian gas).

    Kedua fenomena yang termasuk efek konsentrasi di atas lebih dirasakan pada

    penggunaan nitrous oksida daripada agen inhalasi lainnya, karena anestetik tersebut dapat

    digunakan dalam konsentrasi yang jauh lebih tinggi. Sebagai tambahan, konsentrasi nitrous

    oksida yang tinggi akan teraugmentasi tidak hanya dipengaruhi oleh ambilan agen itu sendiri,

    melainkan juga oleh konsentrasi anestetik inhalasi lainnya. Fenomena yang satu ini disebut

    efek gas kedua (second gas effect ) yang secara klinis tidak terlalu bermakna.

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsentrasi Arterial (Fa)

    Hanya terdapat satu faktor yang memengaruhi konsentrasi arterial secara bermakna,

    yakni ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Normalnya, tekanan parsial anestetik di alveoli

    diasumsikan sama dengan darah arteri. Akan tetapi kenyataannya tekanan parsial arterial

    secara konstan kurang dari yang diperkirakan. Alasan di balik kejanggalan ini adalah

    pencampuran di darah vena, ruang rugi alveolar, dan distribusi gas di alveoli yang tidak 

    merata. Lebih lanjut, adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi akan semakin

    meningkatkan perbedaan konsentrasi alveolar dengan arterial. Ketidakseimbangan ini dapat

    diasumsikan sebagai restriksi: meningkatkan tekanan di depan restriksi, menurunkan tekanan

    di belakang restriksi, dan mengurangi aliran di restriksi itu sendiri.

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Eleminasi

    Pemulihan pascaanestesia bergantung pada penurunan konsentrasi anestetik di jaringan

    otak. Anestetik dapat dieleminasi dengan biotransformasi, kehilangan transkutaneus, atau

    ekshalasi. Biotransformasi biasanya tidak terlalu berkontribusi terhadap penurunan tekanan

    parsial alveolar. Pengaruh terbesar metode ini adalah pada eleminasi anestetik solubel yang

    mengalami metabolisme ekstensif seperti metoksifluran. Biotransformasi halotan yang lebih

    tinggi daripada isofluran mengakibatkan eleminasi halotan lebih cepat daripada isofluran.

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    7/15

    Beberapa isoenzim sitokrom P-450 terutama CYP 2EI tampak memegang peran penting

    dalam eleminasi beberapa agen anestetik inhalasi. Sementara itu, difusi transkutaneus juga

    terhitung tidak terlalu signifikan.

    Rute terpenting dalam eleminasi anestetik inhalasi adalah ekshalasi melalui alveolus.

    Banyak faktor yang mempercepat induksi rupanya juga mempercepat eleminasi: rebreathing,

    tingginya aliran gas segar, rendahnya volume sirkuit, rendahnya absorpsi oleh sirkuit dan

    mesin anestesia, rendahnya solubilitas, tingginya aliran darah serebral, dan besarnya ventilasi.

    Eleminasi nitrous oksida sangat cepat sedemikian sehingga oksigen dan CO2 alveolar menjadi

    terdilusi; akibatnya terjadi hipoksia difusi. Risiko demikian dicegah dengan administrasi

    oksigen 100% selama 5–10 menit setelah menghentikan nitrous oksida. Laju pemulihan

    biasanya lebih cepat daripada induksi karena jaringan yang belum mencapai kesetimbangan

    akan terus mengambil anestetik dari darah hingga tekanan parsial alveolar menjadi lebih

    rendah daripada tekanan parsial jaringan. Lebih konkret, jaringan lemak akan terus

    mengambil anestetik dan mempercepat pemulihan hingga tekanan parsial di sana sama atau

    lebih tinggi daripada di alveoli. Redistribusi demikian tidak terjadi setelah anestesia yang

    sudah berlangsung lama; jadi kecepatan pemulihan juga dipengaruhi oleh durasi anestesia.

    B. Farmakodinamik Anestesi InhalasiTeori-teori mengenai Mekanisme Kerja Anestetik Inhalasi

    Anestesia umum adalah keadaan fisiologis yang sengaja disimpangkan, ditandai dengan

    kehilangan kesadaran secara reversibel, analgesia seluruh tubuh, amnesia, dan sedikit

    relaksasi otot. Zat-zat yang dapat menghasilkan keadaan anestesia umum sangat beragam

    mulai dari elemen inert (xenon), substansi organik sederhana (nitrous oksida), hidrokarbon

    terhalogenasi (halotan), dan struktur irganik kompleks (barbiturat). Teori yang dapat

    menyatukan mekanisme kerja anestetik harus dapat mengakomodasi diversitas struktur yang

    telah tergambarkan tadi. Pada kenyataannya, berbagai agen mungkin menghasilkan anestesia

    melalui metodenya masing-masing.

    Diduga kuat tidak terdapat satu situs aksi makroskopik bersama antara semua agen

    inhalasi. Area spesifik otak dipengaruhi oleh berbagai macam anestetik termasuk reticular 

    activating system  (RAS), korteks serebral, nukleus kaudatus, korteks olfaktorius, dan

    hipokampus. Anestetik juga menekan transmisi eksitatori pada medula spinalis, terutama di

    interneuron kornu dorsalis yang berperan dalam menyampaikan impuls nyeri. Aspek 

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    8/15

    anestesia yang berbeda mungkin dilatarbelakangi oleh mekanisme yang berbeda pula.

    Misalnya, ketidaksadaran dan amnesia mungkin dimediasi oleh aksi anestetik di korteks,

    sementara supresi nyeri mungkin berkaitan dengan struktur subkortikal seperti medula

    spinalis atau batang otak. Suatu studi mencit bahkan menunjukkan bahwa pengangkatankorteks serebral tidak mengubah potensi anestetik!

    Pada level mikroskopik, transmisi sinaptik lebih sensitif terhadap anestesia umum

    daripada konduksi aksonal. Hipotesis ini beranggapan bahwa semua agen inhalasi

    mempunyai suatu mekanisme yang sama di tingkat molekuler. Hal ini didukung oleh

    observasi di mana potensi agen-agen inhalasi berkorelasi secara langsung dengan

    solubilitasnya dalam lemak (aturan Meyer–Overton). Implikasinya, anestesia dihasilkan oleh

    kinerja molekul anestetik di suatu situs lipofilik tertentu. Relasi antara potensi anestetik dan

    solubilitasnya dalam lemak secara kasar dapat dilihat pada diagram 3.

     

    Diagram 3. Relasi potensi anestetik inhalasi dengan solubilitasnya dalam lemak 

    Membran neuron mengandung situs hidrofobik beragam di bilayer fosfolipidnya. Ikatan

    anestetik di situs tersebut dapat memperluas bilayer melebihi jumlah kritisnya dan

    mengganggu fungsi membran; hal ini tertuang sebagai hipotesis volume kritis. Meskipun

    tampaknya terlalu disimplifikasikan, teori ini dapat menjelaskan fenomena reversal anestesia

    akibat peningkatan tekanan: laboratorium mencit yang terekspos tekanan hidrostatik yang

    meningkat ternyata resisten terhadap anestetik. Kemungkinan tekanan tersebut menggantikan

    sejumlah molekul di membran neuron, sehingga meningkatkan jumlah anestetik yang

    diperlukan untuk memberikan efek. Anestesia umum dapat muncul akibat alterasi satu atau

    beberapa sistem seluler seperti kanal ion, fungsi perantau kedua, atau reseptor

    neurotransmiter terutama GABA.

    Konsentrasi Alveolar Minimum

    Konsentrasi alveolar minimum atau minimum

    alveolar concentration  (MAC) anestetik inhalasi adalah

    konsentrasi alveolar yang dapat menghambat gerakan

    pada 50% pasien terhadap stimulus standar seperti insisi

    Agen MAC%

    Nitrous oksida 105

    Halotan 0.75

    Isofluran 1.2

    Desfluran 6.0

    Sevofluran 2.0

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    9/15

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    10/15

    urin. Efek terhadap hepar adalah penurunan aliran darah hepatik (namun dalam jumlah yang

    lebih ringan dibandingkan dengan agen inhalasi lain). Efek terhadap gastrointestinal adalah

    adalanya mual muntah pascaoperasi, yang diduga akibat aktivasi dari chemoreceptor trigger 

     zone dan pusat muntah di medula. Efek ini dapat muncul pada anestesi yang lama.Biotransformasi dan Toksisitas

    N2O sukar larut dalam darah, dan merupakan anestetik yang kurang kuat sehingga kini

    hanya dipakai sebagai adjuvan atau pembawa anestetik inhalasi lain karena

    kesukarlarutannya ini berguna dalam meningkatkan tekanan parsial sehingga induksi dapat

    lebih cepat (setelah induksi dicapai, tekanan parsial diturunkan untuk mempertahankan

    anestesia). Dengan perbandingan N2O:O2  = 85:15, induksi cepat dicapai tapi tidak boleh

    terlalu lama karena bisa mengakibatkan hipoksia (bisa dicegah dengan pemberian O 2 100%

    setelah N2O dihentikan). Efek relaksasi otot yang dihasilkan kurang baik sehingga

    dibutuhkan obat pelumpuh otot. N2O dieksresikan dalam bentuk utuh melalui paru-[aru dan

    sebagian kecil melalui kulit.

    Dengan secara ireversibel mengoksidasi atom kobalt pada vitamin B12, N2O

    menginhibisi enzim yang tergantung pada vitamin B12, seperti metionin sintetase yang

    penting untuk pembentukan myelin, serta thimidilar sintetase yang penting untuk sintesis

    DNA. Pemberian yang lama dari gas ini akan menghasilkan depresi sumsum tulang (anemia

    megaloblastik) bahkan defisiensi neurologis (neuropati perifer). Oleh karena efek 

    teratogeniknya, N2O tidak diberikan untuk pasien yang sedang hamil (terbukti pada hewan

    coba, belum diketahui efeknya pada manusia).

    Interaksi Obat

    Kombinasinya dengan agen anestetik inhalasi lain dapat menurunkan MAC agen

    inhalasi tersebut sampai 50%, contohnya halotan dari 0,75% menjadi 0,29% atau enfluran

    dari 1,68% menjadi 0,6%.

    Halotan

    Merupakan alkana terhalogenisasi dengan ikatan karbon-florida sehingga bersifat tidak 

    mudah terbakar atau meledak (meski dicampur oksigen). Halotan berbentuk cairan tidak 

    berwarna dan berbau enak. Botol berwarna amber dan pengawet timol berguna untuk 

    menghambat dekomposisi oksidatif spontan. Halotan merupakan anestetik kuat dengan efek 

    analgesia lemah, di mana induksi dan tahapan anestesia dilalui dengan mulus, bahkan pasien

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    11/15

    akan segera bangun setelah anestetik dihentikan. Gas ini merupakan agen anestestik inhalasi

    paling murah, dan karena keamanannya hingga kini tetap digunakan di dunia.

    Efek terhadap Sistem Organ

    2 MAC dari halotan menghasilkan 50% penurunan tekanan darah dan curah jantung.Halotan dapat secara langsung menghambat otot jantung dan otot polos pembuluh darah serta

    menurunkan aktivitas saraf simpatis. Penurunan tekanan darah terjadi akibat depresi langsung

    pada miokard dan penghambatan refleks baroreseptor terhadap hipotensi, meski respons

    simpatoadrenal tidak dihambat oleh halotan (sehingga peningkatan PCO2  atau rangsangan

    pembedahan tetap memicu respons simpatis). Makin dalam anestesia, makin jelas turunnya

    kontraksi miokard, curah jantung, tekanan darah, dan resistensi perifer. Efek bradikardi

    disebabkan aktivitas vagal yang meningkat. Automatisitas miokard akibat halotan diperkuat

    oleh pemberian agonis adrenergik (epinefrin) yang menyebabkan aritmia jantung. Efek 

    vasodilatasi yang dihasilkan pada pembuluh darah otot rangka dan otak dapat meningkatkan

    aliran darah.

    Efek terhadap respirasi adalah pernapasan cepat dan dangkal. Peningkatan laju napas

    ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan volume tidal, sehingga ventilasi alveolar turun

    dan PaCO2. Depresi napas ini diduga akibat depresi medula (sentral) dan disfungsi otot

    interkostal (perifer). Halotan diduga juga sebagai bronkodilator poten, di mana dapat

    mencegah bronkospasme pada asma, menghambat salivasi dan fungsi mukosiliar, dengan

    relaksasi otot maseter yang cukup baik (sehingga intubasi mudah dilakukan), namun dapat

    mengakibatkan hipoksia pascaoperasi dan atelektasis. Efek bronkodilatasi ini bahkan tidak 

    dihambat oleh propanolol.

    Dengan mendilatasi pembuluh darah serebral, halotan menurunkan resistensi vaskular

    serebral dan meningkatkan aliran darah otak, sehingga ICP meningkat, namun aktivitas

    serebrum berkurang (gambaran EEG melambat dan kebutuhan O2 yang berkurang). Efek 

    terhadap neuromuskular adalah relaksasi otot skeletal dan meningkatkan kemampuan agen

    pelumpuh otot nondepolarisasi, serta memicu hipertermia malignan.

    Efek terhadap ginjal adalah menurunkan aliran darah renal, laju filtrasi glomerulus, dan

     jumlah urin, semua ini diakibatkan oleh penurunan tekanan darah arteri dan curah jantung.

    Efek terhadap hati adalah penurunan aliran darah hepatik, bahkan dapat menyebabkan

    vasospasme arteri hepatik. Selain itu, metabolisme dan klirens dari beberapa obat (fentanil,

    fenitoin, verapamil) jadi terganggu.

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    12/15

    Biotransformasi dan Toksisitas

    Eksresi halotan utamanya melalui paru, hanya 20% yang dimetabolisme dalam tubuh

    untuk dibuang melalui urin dalam bentuk asam trifluoroasetat, trifluoroetanol, dan bromida.

    Halotan dioksidasi di hati oleh isozim sitokrom P-450 menjadi metabolit utamanya, asamtrifluoroasetat. Metabolisme ini dapat dihambat dengan pemberian disulfiram. Bromida,

    metabolit oksidatif lain, diduga menjadi penyebab perubahan status mental pascaanestesi.

    Disfungsi hepatik pascaoperasi dapat disebabkan oleh: hepatitis viral, perfusi hepatik yang

    terganggu, penyakit hati yang mendasari, hipoksia hepatosit, dan sebagainya. Penggunaan

    berulang dari halotan dapat menyebabkan nekrosis hati sentrolobular dengan gejala

    anoreksia, mual muntah, kadang kemerahan pada kulit disertai eosinofilia.

    Kontraindikasi dan Interaksi Obat

    Halotan dikontraindikasikan pada pasien dengan disfungsi hati, atau pernah mendapat

    halotan sebelumnya. Halotan sebaiknya digunakan secara hati-hati pada pasien dengan massa

    intrakranial (kemungkinan adanya peningkatan TIK). Efek depresi miokard oleh halotan

    dapat dieksaserbasi oleh agen penghambat adrenergik (seperti propanolol) dan agen

    penghambat kanal ion kalsium (seperti verapamil). Penggunaannya bersama dengan

    antidepresan dan inhibitor monoamin oksidase (MAO-I) dihubungkan dengan fluktuasi

    tekanan darah dan aritmia. Kombinasi halotan dan aminofilin berakibat aritmia ventrikel.

    Isofluran

    Merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Memiliki struktur kimia yang

    mirip dengan enfluran, isofluran berbeda secara farmakologis dengan enfluran. Isofluran

    berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi menyebabkan pasien menahan

    napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit, di mana

    umumnya digunakan barbiturat intravena untuk mempercepat induksi. Tanda untuk 

    mengamati kedalaman anestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi

    napas, serta peningkatan frekuensi denyut jantung.

    Efek terhadap Sistem Organ

    Secara in vivo, isofluran menyebabkan depresi kardiak minimal, curah jantung dijaga

    dengan peningkatan frekuensi nadi. Stimulasi adrenergik meningkatkan aliran darah otot,

    menurunkan resistensi vaskular sistemik,dan menurunkan tekanan darah arteri (karena

    vasodilatasi). Dilatasi juga terjadi pada pembuluh darah koroner sehingga dipandang lebih

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    13/15

    aman untuk pasien dengan penyakit jantung (dibanding halotan atau enfluran), namun

    ternyata dapat menyebabkan iskemia miokard akibat coronary steal (pemindahan aliran darah

    dari area dengan perfusi buruk ke area yang perfusinya baik).

    Efek terhadap respirasi serupa dengan semua agen anestetik inhalasi lain, yakni depresinapas dan menekan respons ventilasi terhadap hipoksia, selain itu juga berperan sebagai

    bronkodilator. Isofluran juga memicu refleks saluran napas yang menyebabkan hipersekresi,

    batuk, dan spasme laring yang lebih kuat dibanding enfluran. Isofluran juga mengganggu

    fungsi mukosilia sehingga dengan anestesi lama dapat menyebabkan penumpukan mukus di

    saluran napas.

    Efek terhadap SSP adalah saat konsentrasi lebih besar dari 1 MAC, isofluran dapat

    meningkatkan TIK, namun menurunkan kebutuhan oksigen. Efek terhadap neuromuskular

    adalah merelaksasi otot skeletal serta meningkatkan efek pelumpuh otot depolarisasi maupun

    nondepolarisasi lebih baik dibandingkan enfluran. Efek terhadap ginjal adalah menurunkan

    aliran darah renal, laju filtrasi glomerulus, dan jumlah urin. Efek terhadap hati adalah

    menurunkan aliran darah hepatik total (arteri hepatik dan vena porta), fungsi hati tidak 

    terganggu.

    Biotransformasi dan Toksisitas

    Isofluran dimetabolisme menjadi asam trifluoroasetat, dan meski kadar fluorida serum

    meningkat, kadarnya masih di bawah batas yang merusak sel. Belum pernah dilaporkan

    adanya gangguan fungsi ginjal dan hati sesudah penggunaan isofluran. Penggunaannya tidak 

    dianjurkan untuk wanita hamil karena dapat merelaksasi otot polos uterus (perdarahan

    persalinan). Penurunan kewaspadaan mental terjadi 2-3 jam sesudah anestesia, tapi tidak 

    terjadi mual muntah pascaoperasi.

    Desfluran

    Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat absorben

    dan tidak korosif untuk logam. Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser khusus untuk 

    desfluran. Dengan struktur yang mirip isofluran, hanya saja atom klorin pada isofluran

    diganti oleh fluorin pada desfluran, sehingga kelarutan desfluran lebih rendah (mendekati

    N2O) dengan potensi yang juga lebih rendah sehingga memberikan induksi dan pemulihan

    yang lebih cepat dibandingkan isofluran (5-10 menit setelah obat dihentikan, pasien sudah

    respons terhadap rangsang verbal). Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    14/15

    atau bedah rawat jalan. Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme

    laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan untuk induksi. Desfluran bersifat ¼ kali lebih

    poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi 17 kali lebih poten dibanding N2O.

    Efek terhadap Sistem OrganEfek terhadap kardiovaskular desfluran mirip dengan isofluran, hanya saja tidak seperti

    isofluran, desfluran tidak meningkatkan aliran darah arteri koroner. Efek terhadap respirasi

    adalah penurunan volume tidak dan peningkatan laju napas. Secara keseluruhan terdapat

    penurunan ventilasi alveolar sehingga terjadi peningkatan PaCO2. Efek terhadap SSP adalah

    vasodilatasi pembuluh darah serebral, sehingga terjadi peningkatan TIK, serta penurunan

    konsumsi oksigen oleh otak. Tidak ada laporan nefrotoksik akibat desfluran, begitu juga

    dengan fungsi hati.

    Kontraindikasi dan Interaksi Obat

    Desfluran memiliki kontraindikasi berupa hipovolemik berat, hipertermia malignan,

    dan hipertensi intrakranial. Desfluran juga dapat meningkatkan kerja obat pelumpuh otot

    nondepolarisasi sama halnya seperti isofluran.

    Sevofluran

    Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin. Peningkatan

    kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk induksi inhalasi

    yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi inhalasi 4-8% sevofluran

    dalam 50% kombinasi N2O dan oksigen dapat dicapai dalam 1-3 menit.

    Efek terhadap Sistem Organ

    Sevofluran dapat menurunkan kontraktilitas miokard, namun bersifat ringan. Resistensi

    vaskular sistemik dan tekanan darah arterial secara ringan juga mengalami penurunan, namun

    lebih sedikit dibandingkan isofluran atau desfluran. Belum ada laporan mengenai coronary

    steal oleh karena sevofluran. Agen inhalasi ini dapat mengakibatkan depresi napas, serta

    bersifat bronkodilator. Efek terhadap SSP adalah peningkatan TIK, meski beberapa riset

    menunjukkan adanya penurunan aliran darah serebral. Kebutuhan otak akan oksigen juga

    mengalami penurunan. Efeknya terhadap neuromuskular adalah relaksasi otot yang adekuat

    sehingga membantu dilakukannya intubasi pada anak setelah induksi inhalasi. Terhadap

    ginjal, sevofluran menurunkan aliran darah renal dalam jumlah sedikit, sedangkan terhadap

  • 8/18/2019 anestesi inhalasii

    15/15

    hati, sevofluran menurunkan aliran vena porta tapi meningkatkan aliran arteri hepatik,

    sehingga menjaga aliran darah dan oksigen untuk hati.

    Biotransformasi dan Toksisitas

    Enzim P-450 memetabolisme sevofluran. Soda lime  dapat mendegradasi sevofluranmenjadi produk akhir yang nefrotoksik. Meski kebanyakan riset tidak menghubungkan

    sevofluran dengan gangguan fungsi ginjal pascaoperasi, beberapa ahli tidak menyarankan

    pemberian sevofluran pada pasien dengan disfungsi ginjal. Sevofluran juga dapat didegradasi

    menjadi hidrogen fluorida oleh logam pada peralatan pabrik, proses pemaketannya dalam

    botol kaca, dan faktor lingkungan, di mana hidrogen fluorida ini dapat menyebabkan luka

    bakar akibat asam jika terkontak dengan mukosa respiratori. Untuk meminimalisasi hal ini,

    ditambahkan air dalam proses pengolahan sevofluran dan pemaketannya menggunakan

    kontainer plastik khusus.

    Kontraindikasi dan Interaksi Obat

    Sevofluran dikontraindikasikan pada hipovolemik berat, hipertermia maligna, dan

    hipertensi intrakranial. Sevofluran juga sama seperti agen anestetik inhalasi lainnya, dapat

    meningkatkan kerja pelumpuh otot.