anestesi inhalasii
Transcript of anestesi inhalasii
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
1/15
Anestesi Inhalasi
PENDAHULUANNitrous oksida (N2O), kloroform, dan eter adalah agen pembiusan umum pertama yang
diterima secara universal. Etil klorida, etilen, dan siklopropan kemudian menyusul, dengan
zat yang terakhir cukup digemari pada saat itu karena induksinya yang singkat dan
pemulihannya yang cepat tanpa disertai delirium. Sayang sekali sebagian besar agen-agen
anestetik yang telah disebutkan tadi telah ditarik dari pasaran.
Sebagai contoh, eter sudah tidak digunakan secara luas karena mudah tersulut api dan
berisiko mengakibatkan kerusakan hepar. Di samping itu, eter juga mempunyai beberapa
kerugian yang tidak disenangi para anestetis seperti berbau menyengat dan menimbulkan
sekresi bronkus berlebih. Kloroform juga kini dihindari karena toksik terhadap jantung dan
hepar. Etil klorida, etilen, dan siklopropan pun tidak lagi digunakan sebagai anestetik, baik
karena toksik ataupun mudah terbakar.
Metoksifluran dan enfluran termasuk agen anestetik generasi baru yang sempat
digunakan bertahun-tahun tetapi jarang digunakan lagi karena toksisitas dan efikasinya.
Metoksifluran adalah anestetik inhalasi yang paling poten, tetapi induksi dan pemulihannya
relatif lambat. Lebih lanjut, sebagian metoksifluran dimetabolisme oleh sitokrom P-450menghasilkan florida bebas (F–), asam oksalat, dan bebrapa komponen lain yang bersifat
nefrotoksik. Sementara itu, enfluran mengurangi kontraksi myokardial dan meningkatkan
sekresi likuor serebrospinal (CSF). Selama anestesia, enfluran menginduksi perubahan
elektroensefalograf yang dapat berprogresi pada pola spike-and-wave yang biasa ditemukan
pada kejang tonik-klonik. Oleh karena itulah, dewasa ini baik metoksifluran maupun enfluran
penggunaannya telah dibatasi.
Dengan ditariknya berbagai zat anestetik dari peredaran seperti yang dikemukakan di
atas, kini terdapat lima agen inhalasi yang masih digunakan dalam praktik anestesi yakni
nitrous oksida, halotan, isofluran, desfluran, dan sevofluran. Anestetik inhalasi paling banyak
dipakai untuk induksi pada pediatri yang mana sulit dimulai dengan jalur intravena. Di sisi
lain, bagi pasien dewasa biasanya dokter anestesi lebih menyukai induksi cepat dengan agen
intravena. Meskipun demikian, sevofluran masih menjadi obat induksi pilihan untuk pasien
dewasa, mengingat baunya tidak menyengat dan onsetnya segera. Selain induksi, agen
inhalasi juga sering digunakan dalam praktik anestesiologi untuk rumatan.
http://ivan-atjeh.blogspot.com/2012/01/anestesi-inhalasi.htmlhttp://ivan-atjeh.blogspot.com/2012/01/anestesi-inhalasi.html
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
2/15
Studi mengenai kaitan antara dosis obat, konsentrasi jaringan, dan waktu kerja obat
disebut sebagai farmakokinetik (bagaimana tubuh memengaruhi obat); sedangkan studi
mengenai mekanisme aksi obat, termasuk respons toksik, disebut farmakodinamik
(bagaimana obat memengaruhi tubuh). Setelah penjelasan secara umum tentangfarmakokinetik dan dinamik anestetik inhalasi, akan dibahas farmakologi klinis dari masing-
masing agen.
A. Farmakokinetik Anestesi Inhalasi Meskipun mekanisme aksi anestetik inhalasi masih belum diketahui secara pasti, para
ahli mengasumsikan bahwa efek anestesia diperoleh dari konsentrasi terapetik di sistem saraf
pusat. Sesuai dengan gambar berikut, terdapat beberapa langkah yang diperlukan zat
anestetik inhalasi mulai dari vaporisasi di mesin anestesi hingga terdeposisi di jaringan otak.
Gambar 1. Perjalanan gas anestetik inhalasi dari mesin anestesia ke otak
Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsentrasi Inspiratori (FI)
Gas segar yang keluar dari mesin anestesia bercampur dengan gas di sirkuit pernapasan
sebelum dihirup oleh pasien. Oleh karena itu, pasien tidak serta-merta mendapatkan
konsentrasi yang sesuai dengan pengaturan di vaporiser. Komposisi aktual campuran gas
yang diinspirasi dipengaruhi oleh laju aliran gas segar, volume dalam sirkuit pernapasan, dan
absorpsi mesin anestesia. Agen inhalasi yang terhirup akan semakin dekat dengan konsentrasi
yang keluar dari mesin anestesia apabila laju aliran gas segar tinggi, volume sirkuit napas
sedikit, dan absorpsi mesin rendah. Secara klinis, atribut-atribut demikian ditampilkan
sebagai kecepatan induksi dan pemulihan.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsentrasi Alveolar (FA)
Terdapat tiga faktor yang menentukan konsentrasi alveolar, yakni ambilan, ventilasi,
dan konsentrasi.
Ambilan. Jika tidak ada ambilan (uptake) zat anestetik oleh tubuh, konsentrasi alveolar
(FA) akan segera mencapai konsentrasi inspiratori (FI). Karena agen inhalasi diambil oleh
sirkulasi pulmoner selama induksi, konsentrasi alveolar berkisar di bawah konsentrasi
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
3/15
inspiratori (FA /FI < 1). Semakin besar ambilan, semakin lambat peningkatan konsentrasi
alveolar dan semakin rendah pula rasio FA:FI.
Karena konsentrasi suatu gas sebanding dengan tekanan parsialnya, maka tekanan
parsial gas anestetik di alveolus juga lambat peningkatannya. Tekanan parsial alveolar inipenting karena turut menentukan tekanan parsial agen anestetik tersebut di darah dan lebih
lanjut di otak. Kembali lagi, tekanan parsial gas anestetik di otak secara langsung
memengaruhi konsentrasi zat di jaringan otak, yang menentukan efek klinis pada pasien. Jadi,
semakin besar ambilan agen anestetik, semakin besar pula perbedaan antara konsentrasi
alveolar dengan konsentrasi inspiratori, dan semakin lambat kecepatan induksi.
Terdapat tiga hal yang dapat memengaruhi ambilan anestetik: solubilitas dalam darah,
aliran darah alveolar, dan perbedaan tekanan parsial antara udara alveolar dan darah vena.
Zat yang insolubel seperti nitrous oksida diambil oleh darah lebih lambat daripada zat
yang solubel seperti halotan. Akibatnya, konsentrasi alveolar nitrous oksida meningkat lebih
cepat daripada halotan, dan induksinya lebih cepat. Solubilitas relatif dari anestetik dalam
udara, darah, dan jaringan diekspresikan dalam koefisien partisi, seperti tampak pada tabel di
atas. Masing-masing koefisien adalah rasio konsentrasi gas anestetik di dua medium saat
terjadi kesetimbangan.
Tabel 1. Koefisien parsial anestetik inhalasi pada 37°C
Anestetik Darah/Udar
a
Otak/Darah Otot/Darah Lemak/Dara
h
Nitrous oksida 0.47 1.1 1.2 2.3
Halotan 2.4 2.9 3.5 60
Isofluran 1.4 2.6 4.0 45
Desfluran 0.42 1.3 2.0 27
Sevofluran 0.65 1.7 3.1 48
Faktor lain yang ikut memengaruhi ambilan adalah aliran darah alveolar, yang kurang
lebih sama dengan curah jantung. Seiring dengan meningkatnya curah jantung, ambilan
anestetik turut meningkat, dan peningkatan tekanan parsial alveolar semakin melambat, dan
induksi menjadi lebih lambat. Pengaruh mengubah curah jantung kurang bermakna untuk
anestetik insolubel, mengingat yang dapat terdifusi ke darah alveolar memang sedikit, baik
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
4/15
aliran darah di sana lebih deras ataupun lebih tenang. Keadaan curah jantung yang sedikit
merupakan berisiko mengakibatkan overdosis dengan anestetik sobulel, karena peningkatan
konsentrasi alveolar yang terlalu cepat. Bahkan halotan, yang mempunyai efek depresi
myokardial, apabila kadar alveolarnya lebih dari yang diharapkan akan semakin menurunkancurah jantung dan menciptakan umpan balik positif yang membahayakan pasien.
Satu faktor lagi yang memengaruhi ambilan anestetik oleh sirkulasi pulmoner adalah
perbedaan tekanan parsial antara gas alveolar dan darah vena. Gradien ini bergantung pada
ambilan oleh jaringan. Transfer anestetik dari darah ke jaringan ditentukan oleh tiga faktor
yang analog dengan ambilan sistemik, yakni solubilitas agen di jaringan (koefisien partisi
jaringan/darah seperti pada tabel halaman sebelumnya), aliran darah jaringan, dan perbedaan
tekanan parsial antara darah arterial dengan jaringan.
Jaringan dapat digolongkan menjadi empat grup berdasarkan perfusi dan solubili-
tasnya. Grup tinggi vaskularisasi (otak, jantung, liver, ginjal, dan organ endokrin) adalah
yang pertama mengambil anestetik dalam jumlah yang signifikan. Grup otot (kulit dan otot)
tidak mempunyai perfusi sebaik grup yang pertama, sehingga ambilannya lebih pelan.
Kapasitasnya pun lebih besar; ambilan oleh grup kedua ini berlangsung dalam beberapa jam.
Berlanjut ke grup berikutnya, perfusi di grup lemak kurang lebih sama dengan grup otot;
tetapi solubilitas anestetik pada grup lemak yang luar biasa sekaligus volume jaringan yang
relatif besar menghasilkan kapasitas total yang memerlukan beberapa hari untuk diisi. Grup
terakhir beranggotakan jaringan perfusi minimal dengan vaskularisasi rendah (tulang,
ligamen, gigi, rambut, dan kartilago) hampir tidak memberi kontribusi terhadap ambilan
anestetik.
Tabel 2. Klasifikasi jaringan berdasarkan perfusi dan solubilitas
Karakteristik Vessel Rich Otot Lemak Vessel Poor
Persentase berat badan 10 50 20 20
Persentase curah jantung 75 19 6 0
Perfusi (mL/min/100 g) 75 3 3 0
Solubilitas relatif 1 1 20 0
Diagram 1. Laju peningkatan konsentrasi alveolar anestetik inhalasi
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
5/15
Ambilan anestesi meng-hasilkan kurva konsentrasi alveolar per waktu yang khas untuk
masing-masing anestetik (diagram 1). Bentuk dari setiap grafik tersebut ditentukan oleh
ambilan jaringan sesuai dengan grupnya (diagram 2). Mula-mula konsentrasi alveolar
meningkat tajam oleh karena pengisian alveolar melalui ventilasi. Peningkatan tersebut
kemudian melambat seiring dengan ambilan jaringan, terutama oleh grup kaya vaskuler dan
grup otot, hingga mencapai kapasitas totalnya.
Diagram 2. Pengaruh ambilan jaringan terhadap peningkatan tekanan parsial alveolar
Ventilasi. Penurunan tekanan parsial alveolar oleh ambilan jaringan, seperti tampak
pada diagram 2, dapat kembali ditingkatkan dengan ventilasi. Dengan kata lain, memberikan
anestetik secara konstan dapat menstabilisasi konsentrasi alveolar. Meningkatkan ventilasi
secara langsung akan meningkatkan rasio FA:FI untuk anestetik solubel. Berlawanan dengan
agen inhalasi yang mendepresi curah jantung, anestetik yang mendepresi ventilasi (misalnya
halotan) akan menurunkan laju peningkatan konsentrasi alveolar dan justru menghasilkan
umpan balik negatif.
Konsentrasi. Efek ambilan juga dapat dikurangi dengan peningkatan konsentrasi
inspirasi (FI). Menariknya, meningkatkan konsentrasi inspirasi tidak hanya meningkatkan
konsentrasi alveolar, tetapi juga laju peningkatan tersebut (dengan kata lain meningkatkan
FA:FI). Secara khusus, konsentrasi membawa dua fenomena yang disebut efek konsentrasi
(concentration effect ). Mungkin agak membingungkan, fenomena yang pertama adalah efek
pengonsentrasian (concentrating effect ). Misalkan 50% dari gas anestetik diambil oleh
sirkulasi pulmoner, maka konsentrasi inspiratori sebesar 20% (20 bagian anestetik per 100
bagian gas) akan menghasilkan konsentrasi alveolar sebesar 11% (10 bagian anestetik tersisa
dari total 90 bagian gas). Di sisi lain, jika konsentrasi inspirasi ditingkatkan menjadi 80% (80
bagian anestetik per 100 bagian gas), konsentrasi alveolar menjadi 67% (40 bagian anestetik
tersisa dari volume 60 bagian gas). Melihat dua sampel tersebut, konsentrasi inspiratori yang
lebih tinggi akan menghasilkan konsentrasi alveolar yang lebih tinggi secara disproporsional.
Di contoh tadi, peningkatan 4 kali konsentrasi inspiratori akan menghasilkan 6 kali
konsentrasi alveolar.
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
6/15
Fenomena yang kedua adalah efek aliran teraugmentasi (augmented inflow effect ).
Meneruskan contoh di atas, untuk mencegah kolapsnya alveoli, 10 bagian anestetik yang
diabsorpsi oleh sirkulasi pulmoner harus digantikan oleh gas campuran dengan konsentrasi
inspirasi 20%. Dengan demikian, konsentrasi alveolar menjadi 12% (10+2 bagian anestetik dari total 100 bagian gas). Lebih kontras, setelah absorpsi 50% anestetik dari gas 80% yang
diinspirasi, perlu penggantian sebanyak 40 bagian menggunakan gas 80% pula. Dalam kasus
ini akan diperoleh konsentrasi alveolar meningkat dari 67% menjadi 72% (40+32 bagian
anestetik dari total volume 100 bagian gas).
Kedua fenomena yang termasuk efek konsentrasi di atas lebih dirasakan pada
penggunaan nitrous oksida daripada agen inhalasi lainnya, karena anestetik tersebut dapat
digunakan dalam konsentrasi yang jauh lebih tinggi. Sebagai tambahan, konsentrasi nitrous
oksida yang tinggi akan teraugmentasi tidak hanya dipengaruhi oleh ambilan agen itu sendiri,
melainkan juga oleh konsentrasi anestetik inhalasi lainnya. Fenomena yang satu ini disebut
efek gas kedua (second gas effect ) yang secara klinis tidak terlalu bermakna.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsentrasi Arterial (Fa)
Hanya terdapat satu faktor yang memengaruhi konsentrasi arterial secara bermakna,
yakni ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Normalnya, tekanan parsial anestetik di alveoli
diasumsikan sama dengan darah arteri. Akan tetapi kenyataannya tekanan parsial arterial
secara konstan kurang dari yang diperkirakan. Alasan di balik kejanggalan ini adalah
pencampuran di darah vena, ruang rugi alveolar, dan distribusi gas di alveoli yang tidak
merata. Lebih lanjut, adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi akan semakin
meningkatkan perbedaan konsentrasi alveolar dengan arterial. Ketidakseimbangan ini dapat
diasumsikan sebagai restriksi: meningkatkan tekanan di depan restriksi, menurunkan tekanan
di belakang restriksi, dan mengurangi aliran di restriksi itu sendiri.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Eleminasi
Pemulihan pascaanestesia bergantung pada penurunan konsentrasi anestetik di jaringan
otak. Anestetik dapat dieleminasi dengan biotransformasi, kehilangan transkutaneus, atau
ekshalasi. Biotransformasi biasanya tidak terlalu berkontribusi terhadap penurunan tekanan
parsial alveolar. Pengaruh terbesar metode ini adalah pada eleminasi anestetik solubel yang
mengalami metabolisme ekstensif seperti metoksifluran. Biotransformasi halotan yang lebih
tinggi daripada isofluran mengakibatkan eleminasi halotan lebih cepat daripada isofluran.
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
7/15
Beberapa isoenzim sitokrom P-450 terutama CYP 2EI tampak memegang peran penting
dalam eleminasi beberapa agen anestetik inhalasi. Sementara itu, difusi transkutaneus juga
terhitung tidak terlalu signifikan.
Rute terpenting dalam eleminasi anestetik inhalasi adalah ekshalasi melalui alveolus.
Banyak faktor yang mempercepat induksi rupanya juga mempercepat eleminasi: rebreathing,
tingginya aliran gas segar, rendahnya volume sirkuit, rendahnya absorpsi oleh sirkuit dan
mesin anestesia, rendahnya solubilitas, tingginya aliran darah serebral, dan besarnya ventilasi.
Eleminasi nitrous oksida sangat cepat sedemikian sehingga oksigen dan CO2 alveolar menjadi
terdilusi; akibatnya terjadi hipoksia difusi. Risiko demikian dicegah dengan administrasi
oksigen 100% selama 5–10 menit setelah menghentikan nitrous oksida. Laju pemulihan
biasanya lebih cepat daripada induksi karena jaringan yang belum mencapai kesetimbangan
akan terus mengambil anestetik dari darah hingga tekanan parsial alveolar menjadi lebih
rendah daripada tekanan parsial jaringan. Lebih konkret, jaringan lemak akan terus
mengambil anestetik dan mempercepat pemulihan hingga tekanan parsial di sana sama atau
lebih tinggi daripada di alveoli. Redistribusi demikian tidak terjadi setelah anestesia yang
sudah berlangsung lama; jadi kecepatan pemulihan juga dipengaruhi oleh durasi anestesia.
B. Farmakodinamik Anestesi InhalasiTeori-teori mengenai Mekanisme Kerja Anestetik Inhalasi
Anestesia umum adalah keadaan fisiologis yang sengaja disimpangkan, ditandai dengan
kehilangan kesadaran secara reversibel, analgesia seluruh tubuh, amnesia, dan sedikit
relaksasi otot. Zat-zat yang dapat menghasilkan keadaan anestesia umum sangat beragam
mulai dari elemen inert (xenon), substansi organik sederhana (nitrous oksida), hidrokarbon
terhalogenasi (halotan), dan struktur irganik kompleks (barbiturat). Teori yang dapat
menyatukan mekanisme kerja anestetik harus dapat mengakomodasi diversitas struktur yang
telah tergambarkan tadi. Pada kenyataannya, berbagai agen mungkin menghasilkan anestesia
melalui metodenya masing-masing.
Diduga kuat tidak terdapat satu situs aksi makroskopik bersama antara semua agen
inhalasi. Area spesifik otak dipengaruhi oleh berbagai macam anestetik termasuk reticular
activating system (RAS), korteks serebral, nukleus kaudatus, korteks olfaktorius, dan
hipokampus. Anestetik juga menekan transmisi eksitatori pada medula spinalis, terutama di
interneuron kornu dorsalis yang berperan dalam menyampaikan impuls nyeri. Aspek
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
8/15
anestesia yang berbeda mungkin dilatarbelakangi oleh mekanisme yang berbeda pula.
Misalnya, ketidaksadaran dan amnesia mungkin dimediasi oleh aksi anestetik di korteks,
sementara supresi nyeri mungkin berkaitan dengan struktur subkortikal seperti medula
spinalis atau batang otak. Suatu studi mencit bahkan menunjukkan bahwa pengangkatankorteks serebral tidak mengubah potensi anestetik!
Pada level mikroskopik, transmisi sinaptik lebih sensitif terhadap anestesia umum
daripada konduksi aksonal. Hipotesis ini beranggapan bahwa semua agen inhalasi
mempunyai suatu mekanisme yang sama di tingkat molekuler. Hal ini didukung oleh
observasi di mana potensi agen-agen inhalasi berkorelasi secara langsung dengan
solubilitasnya dalam lemak (aturan Meyer–Overton). Implikasinya, anestesia dihasilkan oleh
kinerja molekul anestetik di suatu situs lipofilik tertentu. Relasi antara potensi anestetik dan
solubilitasnya dalam lemak secara kasar dapat dilihat pada diagram 3.
Diagram 3. Relasi potensi anestetik inhalasi dengan solubilitasnya dalam lemak
Membran neuron mengandung situs hidrofobik beragam di bilayer fosfolipidnya. Ikatan
anestetik di situs tersebut dapat memperluas bilayer melebihi jumlah kritisnya dan
mengganggu fungsi membran; hal ini tertuang sebagai hipotesis volume kritis. Meskipun
tampaknya terlalu disimplifikasikan, teori ini dapat menjelaskan fenomena reversal anestesia
akibat peningkatan tekanan: laboratorium mencit yang terekspos tekanan hidrostatik yang
meningkat ternyata resisten terhadap anestetik. Kemungkinan tekanan tersebut menggantikan
sejumlah molekul di membran neuron, sehingga meningkatkan jumlah anestetik yang
diperlukan untuk memberikan efek. Anestesia umum dapat muncul akibat alterasi satu atau
beberapa sistem seluler seperti kanal ion, fungsi perantau kedua, atau reseptor
neurotransmiter terutama GABA.
Konsentrasi Alveolar Minimum
Konsentrasi alveolar minimum atau minimum
alveolar concentration (MAC) anestetik inhalasi adalah
konsentrasi alveolar yang dapat menghambat gerakan
pada 50% pasien terhadap stimulus standar seperti insisi
Agen MAC%
Nitrous oksida 105
Halotan 0.75
Isofluran 1.2
Desfluran 6.0
Sevofluran 2.0
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
9/15
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
10/15
urin. Efek terhadap hepar adalah penurunan aliran darah hepatik (namun dalam jumlah yang
lebih ringan dibandingkan dengan agen inhalasi lain). Efek terhadap gastrointestinal adalah
adalanya mual muntah pascaoperasi, yang diduga akibat aktivasi dari chemoreceptor trigger
zone dan pusat muntah di medula. Efek ini dapat muncul pada anestesi yang lama.Biotransformasi dan Toksisitas
N2O sukar larut dalam darah, dan merupakan anestetik yang kurang kuat sehingga kini
hanya dipakai sebagai adjuvan atau pembawa anestetik inhalasi lain karena
kesukarlarutannya ini berguna dalam meningkatkan tekanan parsial sehingga induksi dapat
lebih cepat (setelah induksi dicapai, tekanan parsial diturunkan untuk mempertahankan
anestesia). Dengan perbandingan N2O:O2 = 85:15, induksi cepat dicapai tapi tidak boleh
terlalu lama karena bisa mengakibatkan hipoksia (bisa dicegah dengan pemberian O 2 100%
setelah N2O dihentikan). Efek relaksasi otot yang dihasilkan kurang baik sehingga
dibutuhkan obat pelumpuh otot. N2O dieksresikan dalam bentuk utuh melalui paru-[aru dan
sebagian kecil melalui kulit.
Dengan secara ireversibel mengoksidasi atom kobalt pada vitamin B12, N2O
menginhibisi enzim yang tergantung pada vitamin B12, seperti metionin sintetase yang
penting untuk pembentukan myelin, serta thimidilar sintetase yang penting untuk sintesis
DNA. Pemberian yang lama dari gas ini akan menghasilkan depresi sumsum tulang (anemia
megaloblastik) bahkan defisiensi neurologis (neuropati perifer). Oleh karena efek
teratogeniknya, N2O tidak diberikan untuk pasien yang sedang hamil (terbukti pada hewan
coba, belum diketahui efeknya pada manusia).
Interaksi Obat
Kombinasinya dengan agen anestetik inhalasi lain dapat menurunkan MAC agen
inhalasi tersebut sampai 50%, contohnya halotan dari 0,75% menjadi 0,29% atau enfluran
dari 1,68% menjadi 0,6%.
Halotan
Merupakan alkana terhalogenisasi dengan ikatan karbon-florida sehingga bersifat tidak
mudah terbakar atau meledak (meski dicampur oksigen). Halotan berbentuk cairan tidak
berwarna dan berbau enak. Botol berwarna amber dan pengawet timol berguna untuk
menghambat dekomposisi oksidatif spontan. Halotan merupakan anestetik kuat dengan efek
analgesia lemah, di mana induksi dan tahapan anestesia dilalui dengan mulus, bahkan pasien
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
11/15
akan segera bangun setelah anestetik dihentikan. Gas ini merupakan agen anestestik inhalasi
paling murah, dan karena keamanannya hingga kini tetap digunakan di dunia.
Efek terhadap Sistem Organ
2 MAC dari halotan menghasilkan 50% penurunan tekanan darah dan curah jantung.Halotan dapat secara langsung menghambat otot jantung dan otot polos pembuluh darah serta
menurunkan aktivitas saraf simpatis. Penurunan tekanan darah terjadi akibat depresi langsung
pada miokard dan penghambatan refleks baroreseptor terhadap hipotensi, meski respons
simpatoadrenal tidak dihambat oleh halotan (sehingga peningkatan PCO2 atau rangsangan
pembedahan tetap memicu respons simpatis). Makin dalam anestesia, makin jelas turunnya
kontraksi miokard, curah jantung, tekanan darah, dan resistensi perifer. Efek bradikardi
disebabkan aktivitas vagal yang meningkat. Automatisitas miokard akibat halotan diperkuat
oleh pemberian agonis adrenergik (epinefrin) yang menyebabkan aritmia jantung. Efek
vasodilatasi yang dihasilkan pada pembuluh darah otot rangka dan otak dapat meningkatkan
aliran darah.
Efek terhadap respirasi adalah pernapasan cepat dan dangkal. Peningkatan laju napas
ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan volume tidal, sehingga ventilasi alveolar turun
dan PaCO2. Depresi napas ini diduga akibat depresi medula (sentral) dan disfungsi otot
interkostal (perifer). Halotan diduga juga sebagai bronkodilator poten, di mana dapat
mencegah bronkospasme pada asma, menghambat salivasi dan fungsi mukosiliar, dengan
relaksasi otot maseter yang cukup baik (sehingga intubasi mudah dilakukan), namun dapat
mengakibatkan hipoksia pascaoperasi dan atelektasis. Efek bronkodilatasi ini bahkan tidak
dihambat oleh propanolol.
Dengan mendilatasi pembuluh darah serebral, halotan menurunkan resistensi vaskular
serebral dan meningkatkan aliran darah otak, sehingga ICP meningkat, namun aktivitas
serebrum berkurang (gambaran EEG melambat dan kebutuhan O2 yang berkurang). Efek
terhadap neuromuskular adalah relaksasi otot skeletal dan meningkatkan kemampuan agen
pelumpuh otot nondepolarisasi, serta memicu hipertermia malignan.
Efek terhadap ginjal adalah menurunkan aliran darah renal, laju filtrasi glomerulus, dan
jumlah urin, semua ini diakibatkan oleh penurunan tekanan darah arteri dan curah jantung.
Efek terhadap hati adalah penurunan aliran darah hepatik, bahkan dapat menyebabkan
vasospasme arteri hepatik. Selain itu, metabolisme dan klirens dari beberapa obat (fentanil,
fenitoin, verapamil) jadi terganggu.
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
12/15
Biotransformasi dan Toksisitas
Eksresi halotan utamanya melalui paru, hanya 20% yang dimetabolisme dalam tubuh
untuk dibuang melalui urin dalam bentuk asam trifluoroasetat, trifluoroetanol, dan bromida.
Halotan dioksidasi di hati oleh isozim sitokrom P-450 menjadi metabolit utamanya, asamtrifluoroasetat. Metabolisme ini dapat dihambat dengan pemberian disulfiram. Bromida,
metabolit oksidatif lain, diduga menjadi penyebab perubahan status mental pascaanestesi.
Disfungsi hepatik pascaoperasi dapat disebabkan oleh: hepatitis viral, perfusi hepatik yang
terganggu, penyakit hati yang mendasari, hipoksia hepatosit, dan sebagainya. Penggunaan
berulang dari halotan dapat menyebabkan nekrosis hati sentrolobular dengan gejala
anoreksia, mual muntah, kadang kemerahan pada kulit disertai eosinofilia.
Kontraindikasi dan Interaksi Obat
Halotan dikontraindikasikan pada pasien dengan disfungsi hati, atau pernah mendapat
halotan sebelumnya. Halotan sebaiknya digunakan secara hati-hati pada pasien dengan massa
intrakranial (kemungkinan adanya peningkatan TIK). Efek depresi miokard oleh halotan
dapat dieksaserbasi oleh agen penghambat adrenergik (seperti propanolol) dan agen
penghambat kanal ion kalsium (seperti verapamil). Penggunaannya bersama dengan
antidepresan dan inhibitor monoamin oksidase (MAO-I) dihubungkan dengan fluktuasi
tekanan darah dan aritmia. Kombinasi halotan dan aminofilin berakibat aritmia ventrikel.
Isofluran
Merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Memiliki struktur kimia yang
mirip dengan enfluran, isofluran berbeda secara farmakologis dengan enfluran. Isofluran
berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi menyebabkan pasien menahan
napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit, di mana
umumnya digunakan barbiturat intravena untuk mempercepat induksi. Tanda untuk
mengamati kedalaman anestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi
napas, serta peningkatan frekuensi denyut jantung.
Efek terhadap Sistem Organ
Secara in vivo, isofluran menyebabkan depresi kardiak minimal, curah jantung dijaga
dengan peningkatan frekuensi nadi. Stimulasi adrenergik meningkatkan aliran darah otot,
menurunkan resistensi vaskular sistemik,dan menurunkan tekanan darah arteri (karena
vasodilatasi). Dilatasi juga terjadi pada pembuluh darah koroner sehingga dipandang lebih
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
13/15
aman untuk pasien dengan penyakit jantung (dibanding halotan atau enfluran), namun
ternyata dapat menyebabkan iskemia miokard akibat coronary steal (pemindahan aliran darah
dari area dengan perfusi buruk ke area yang perfusinya baik).
Efek terhadap respirasi serupa dengan semua agen anestetik inhalasi lain, yakni depresinapas dan menekan respons ventilasi terhadap hipoksia, selain itu juga berperan sebagai
bronkodilator. Isofluran juga memicu refleks saluran napas yang menyebabkan hipersekresi,
batuk, dan spasme laring yang lebih kuat dibanding enfluran. Isofluran juga mengganggu
fungsi mukosilia sehingga dengan anestesi lama dapat menyebabkan penumpukan mukus di
saluran napas.
Efek terhadap SSP adalah saat konsentrasi lebih besar dari 1 MAC, isofluran dapat
meningkatkan TIK, namun menurunkan kebutuhan oksigen. Efek terhadap neuromuskular
adalah merelaksasi otot skeletal serta meningkatkan efek pelumpuh otot depolarisasi maupun
nondepolarisasi lebih baik dibandingkan enfluran. Efek terhadap ginjal adalah menurunkan
aliran darah renal, laju filtrasi glomerulus, dan jumlah urin. Efek terhadap hati adalah
menurunkan aliran darah hepatik total (arteri hepatik dan vena porta), fungsi hati tidak
terganggu.
Biotransformasi dan Toksisitas
Isofluran dimetabolisme menjadi asam trifluoroasetat, dan meski kadar fluorida serum
meningkat, kadarnya masih di bawah batas yang merusak sel. Belum pernah dilaporkan
adanya gangguan fungsi ginjal dan hati sesudah penggunaan isofluran. Penggunaannya tidak
dianjurkan untuk wanita hamil karena dapat merelaksasi otot polos uterus (perdarahan
persalinan). Penurunan kewaspadaan mental terjadi 2-3 jam sesudah anestesia, tapi tidak
terjadi mual muntah pascaoperasi.
Desfluran
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat absorben
dan tidak korosif untuk logam. Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser khusus untuk
desfluran. Dengan struktur yang mirip isofluran, hanya saja atom klorin pada isofluran
diganti oleh fluorin pada desfluran, sehingga kelarutan desfluran lebih rendah (mendekati
N2O) dengan potensi yang juga lebih rendah sehingga memberikan induksi dan pemulihan
yang lebih cepat dibandingkan isofluran (5-10 menit setelah obat dihentikan, pasien sudah
respons terhadap rangsang verbal). Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
14/15
atau bedah rawat jalan. Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme
laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan untuk induksi. Desfluran bersifat ¼ kali lebih
poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi 17 kali lebih poten dibanding N2O.
Efek terhadap Sistem OrganEfek terhadap kardiovaskular desfluran mirip dengan isofluran, hanya saja tidak seperti
isofluran, desfluran tidak meningkatkan aliran darah arteri koroner. Efek terhadap respirasi
adalah penurunan volume tidak dan peningkatan laju napas. Secara keseluruhan terdapat
penurunan ventilasi alveolar sehingga terjadi peningkatan PaCO2. Efek terhadap SSP adalah
vasodilatasi pembuluh darah serebral, sehingga terjadi peningkatan TIK, serta penurunan
konsumsi oksigen oleh otak. Tidak ada laporan nefrotoksik akibat desfluran, begitu juga
dengan fungsi hati.
Kontraindikasi dan Interaksi Obat
Desfluran memiliki kontraindikasi berupa hipovolemik berat, hipertermia malignan,
dan hipertensi intrakranial. Desfluran juga dapat meningkatkan kerja obat pelumpuh otot
nondepolarisasi sama halnya seperti isofluran.
Sevofluran
Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin. Peningkatan
kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk induksi inhalasi
yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi inhalasi 4-8% sevofluran
dalam 50% kombinasi N2O dan oksigen dapat dicapai dalam 1-3 menit.
Efek terhadap Sistem Organ
Sevofluran dapat menurunkan kontraktilitas miokard, namun bersifat ringan. Resistensi
vaskular sistemik dan tekanan darah arterial secara ringan juga mengalami penurunan, namun
lebih sedikit dibandingkan isofluran atau desfluran. Belum ada laporan mengenai coronary
steal oleh karena sevofluran. Agen inhalasi ini dapat mengakibatkan depresi napas, serta
bersifat bronkodilator. Efek terhadap SSP adalah peningkatan TIK, meski beberapa riset
menunjukkan adanya penurunan aliran darah serebral. Kebutuhan otak akan oksigen juga
mengalami penurunan. Efeknya terhadap neuromuskular adalah relaksasi otot yang adekuat
sehingga membantu dilakukannya intubasi pada anak setelah induksi inhalasi. Terhadap
ginjal, sevofluran menurunkan aliran darah renal dalam jumlah sedikit, sedangkan terhadap
-
8/18/2019 anestesi inhalasii
15/15
hati, sevofluran menurunkan aliran vena porta tapi meningkatkan aliran arteri hepatik,
sehingga menjaga aliran darah dan oksigen untuk hati.
Biotransformasi dan Toksisitas
Enzim P-450 memetabolisme sevofluran. Soda lime dapat mendegradasi sevofluranmenjadi produk akhir yang nefrotoksik. Meski kebanyakan riset tidak menghubungkan
sevofluran dengan gangguan fungsi ginjal pascaoperasi, beberapa ahli tidak menyarankan
pemberian sevofluran pada pasien dengan disfungsi ginjal. Sevofluran juga dapat didegradasi
menjadi hidrogen fluorida oleh logam pada peralatan pabrik, proses pemaketannya dalam
botol kaca, dan faktor lingkungan, di mana hidrogen fluorida ini dapat menyebabkan luka
bakar akibat asam jika terkontak dengan mukosa respiratori. Untuk meminimalisasi hal ini,
ditambahkan air dalam proses pengolahan sevofluran dan pemaketannya menggunakan
kontainer plastik khusus.
Kontraindikasi dan Interaksi Obat
Sevofluran dikontraindikasikan pada hipovolemik berat, hipertermia maligna, dan
hipertensi intrakranial. Sevofluran juga sama seperti agen anestetik inhalasi lainnya, dapat
meningkatkan kerja pelumpuh otot.