Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rating Sukuk
Transcript of Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rating Sukuk
1
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Rating Sukuk
Oleh:
Kalia Melis
Universitas Brawijaya
This research aimed to analyze the influence of liquidity ratio (current
ratio), profitability ratio (return on assets), leverage ratio (debt to equity ratio) and
auditor reputation toward sukuk rating. The sample used are sukuk that listed in
Indonesian Stock Exchange and also rated by PT PEFINDO during 2009-2013.
Based on purposive sampling method, sample amount of 65 samples. The analysis
in this research used multiple analysis linier regression.
The result shown that liquidity (current ratio), profitability (return on
assets), leverage (debt to equity ratio) and auditor reputation simultaneously take
effect to sukuk rating. Liquidity partially take effect to sukuk rating. Meanwhile,
profitability, leverage and auditor reputation does not influence rating sukuk.
Keywords: sukuk rating, current ratio, return on assets, debt to equity ratio,
auditor reputation, multiple linier regression
PENDAHULUAN
Sudah ada dua dekade, prinsip syariah mulai bertumbuh dan berkembang di
Indonesia khususnya pada sektor perekonomian. Perkembangan pesat terjadi pada
sektor perbankan, asuransi dan juga pasar modal. Pasar modal syariah merupakan
bagian dari pasar modal.
Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal
sebagaimana yang diatur dalam UUPM (Undang-Undang Pasar Modal) yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah
bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan.
Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar
modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal
Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah.
Produk syariah yang berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Oleh karena itu efek tersebut dikatakan sebagai Efek Syariah. Dalam
Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
disebutkan bahwa Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM
dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi
landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip – prinsip syariah di
2
Pasar Modal. Sampai dengan saat ini, Efek Syariah yang telah diterbitkan di pasar
modal Indonesia meliputi saham syariah, sukuk dan unit penyertaan dari reksa dana
syariah.
Pada tahun 2002, PT Indosat pertama kali menerbitkan sukuk senilai 175
miliar yang direspon baik oleh pasar. Sejak saat itu, sukuk mulai dikembangkan
dalam pasar modal Indonesia dan diikuti sampai sekarang. Hingga tahun 2013, total
nilai sukuk yang beredar yaitu 8,387 miliar rupiah.
Pada tahun 2009, terjadi lonjakan penerbitan emisi sukuk dari 29 menjadi
43. Di tahun 2009 terjadi kenaikan emisi sukuk mencapai 48%. Di tahun 2008
tercatat nilai sukuk 5,4 Triliun di akhir tahun 2009 tercatat nilai emisi sukuk sebesar
7 Triliun. Kenaikan sebesar 1,6 Triliun ini adalah kenaikan terbesar dibanding
tahun-tahun lain yang rata-rata kenaikannya tidak mencapai 1 Triliun.
Salah satu pendukung perkembangan sukuk adalah adanya peringkat atau
rating. Rating atau peringkat sukuk menjadi pertimbangan penting sebagai sumber
informasi dan signal mengenai probabilitas kegagalan hutang dan risiko perusahaan
yang menjadi emiten. Sama halnya dengan obligasi konvensional, seorang investor
yang akan berinvestasi pada sukuk pasti akan memperhatikan rating dari sukuk
tersebut. Rating sukuk sangat membantu para investor yang ingin berinvestasi
dalam bentuk obligasi, sehingga investor akan mengetahui return yang diperoleh
beserta resiko yang ditanggung. Hal ini dikatakan menjadi pertimbangan penting
karena semakin tinggi peringkat suatu sukuk maka semakin kecil pula probabilitas
gagal bayar oleh emiten.
Peringkat obligasi syariah memberikan pernyataan informatif dan
memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan. Peringkat juga
berfungsi untuk membantu kebijakan publik untuk membatasi investasi spekulatif
para investor. Sehingga kualitas obligasi dapat dinilai dari peringkatnya (Pertiwi,
2013).
PT Pemeringkat Efek Indonesia atau yang lebih dikenal dengan PEFINDO
merupakan rating agency tertua di Indonesia. Hingga saat ini PEFINDO telah
memberi peringkat kepada lebih dari 500 perusahaan dan pemerintah daerah. Selain
itu, instrumen pasar modal seperti obligasi, sukuk, medium-term notes telah
diperingkat oleh PEFINDO.
PEFINDO juga merupakan market leader rating agency di Indonesia.
Dengan menggunakan peringkat yang diberikan oleh PEFINDO diharapkan
penelitian ini dapat mencakup sebagian besar sukuk yang telah diterbitkan di
Indonesia. Karena kebanyakan sukuk diperingkat oleh PEFINDO.
Peringkat obligasi yang diberikan oleh agen pemeringkat dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade dan non-investment grade.
Obligasi investment grade memiliki peringkat AAA, AA, A, dan BBB. Sedangkan
untuk non-investment grade dengan peringkat BB, B, CCC, dan D. Investment
grade merupakan obligasi dengan risiko kredit yang rendah sehingga berperingkat
3
tinggi. Non investment grade merupakan obligasi yang memiliki risiko tinggi
sehingga berperingkat rendah.
Inkonsistensi hasil dari berbagai penelitian juga menjadi salah satu motivasi
penulis. Sejumlah penelitian mengenai sukuk maupun obligasi yang penulis
sebutkan sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pemilihan variabel
yang bervariasi dalam model penelitian diasumsikan dapat mempengaruhi
peringkat sukuk. Adanya gap penelitian ini yang membuat penulis tertarik untuk
meneliti kembali mengenai pemeringkatan sukuk.
Dari gap penelitian diatas, penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi peringkat sukuk. Penelitian ini menggunakan faktor
akuntansi yaitu rasio keuangan dan faktor non-akuntansi yaitu kualitas auditor. Dari
faktor akuntansi dan non-akuntasi tersebut diteliti pengaruhnya terhadap peringkat
sukuk.
Rumusan Masalah
1. Apakah rasio keuangan (likuiditas, profitabilitas dan leverage)
mempengaruhi peringkat sukuk?
2. Apakah faktor non-akuntansi (reputasi auditor) mempengaruhi peringkat
sukuk?
KAJIAN PUSTAKA
Teori Sinyal
Teori sinyal merupakan sebuah teori yang berkaitan dengan hubungan
manajemen dan pihak penerima informasi. Teori ini didasarkan pada asimetri
informasi, yaitu ketidakseimbangan perolehan informasi. Dalam teori ini
menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan dan
berbagai pihak eksternal, berkaitan dengan informasi yang dikeluarkan tersebut.
Hal ini menjadikan alasan bagi pihak manajemen untuk mengungkapkan informasi
terkait laporan keuangan. Asimetri informasi dapat terjadi diantara dua kondisi
ekstrem yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi
manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh
terhadap manajemen dan harga saham.
Scott (2003) menjelaskan mengenai pemberian sinyal yang didefinisikan
sebagai tindakan manajemen puncak yang tidak rasional jika dilakukan oleh
manajemen yang lebih rendah. Pemberian sinyal merupakan usaha manajemen
yang memiliki informasi lebih ketimbang investor (asymetric information) tetapi
berusaha untuk menyajikannya pada investor guna meningkatkan keputusan
investasi. Sehingga dapat diperoleh “kabar baik” (good news) dan “kabar buruk”
(bad news) mengenai tindakan manajemen terkait dengan kondisi perusahaan dan
keputusan investasi (Myers, 1989).
4
Informasi yang diterima tidak sama oleh karena satu pihak memiliki
informasi yang lebih baik dibanding dengan pihak lain. Oleh sebab itu, pihak
manajemen perlu memberikan informasi yang diperlukan pihak-pihak penerima
informasi baik di dalam maupun di luar perusahaan. Informasi sangat berguna
dalam memberikan catatan mengenai apa yang telah dilakukan perusahaan di masa
lalu dan gambaran keadaan perusahaan di masa depan dan manfaatnya bagi
kelangsungan hidup perusahaan.
Asimetri informasi terjadi dikarenakan salah satu pihak memiliki informasi
lebih dibanding pihak-pihak lainnya. Contohnya, manajer memiliki informasi
mengenai kondisi terkini dan prospek perusahaan dibanding investor lain. Atau
asimetri informasi dapat terjadi ketika salah satu pihak atau lebih memiliki
kesempatan untuk mengamati tindakan-tindakan atas transaksi yang terjadi maupun
akan terjadi.
Informasi berupa pemberian peringkat sukuk yang dipublikasikan
diharapkan dapat menjadi sinyal mengenai kondisi keuangan perusahaan dan
menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.
Kualitas informasi dari peringkat sukuk diharapkan menjadi sinyal yang
menyatakan kondisi keuangan dan sinyal mengenai kinerja manajemen perusahaan
terkait oleh karena manajer turut memberikan informasi yang berkualitas dalam
peringkat obligasi sehingga dapat mengurangi asimetri informasi.
Sukuk
Sukuk berasal dari bahasa Arab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak) yang
memiliki arti sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan
bukti (claim) kepemilikan. Sebuah sukuk mewakili kepentingan, baik penuh
maupun proposional dalam sebuah atau sekumpulan aset. Sukuk juga dapat dilihat
sebagai sebuah persamaan dari obligasi islami.
Definisi Obligasi Syariah atau sukuk menurut Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional Nomor: 32/DSN-MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang
Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil serta membayar kembali pada saat
jatuh tempo. Pendapatan/hasil investasi yang dibagikan oleh Emiten (Mudharib)
kepada pemegang Obligasi Syariah (Shahibul Mal) bebas dari unsur non halal.
Obligasi syariah atau sukuk berbeda dengan obligasi konvensional. Obligasi
konvensional merupakan fixed income security yang memberikan bunga kepada
pemegangnya sebagai pendapatan bondholder, sedangkan obligasi syariah tidak
mendasarkan pada bunga tetapi pada bagi hasil/margin/fee. Jumlah margin fee
tersebut telah disepakati di awal perjanjian sehingga jelas berapa return yang akan
diperoleh investor dari investasinya.
Menurut Zuraidah (2012) disebutkan bahwa sukuk atau obligasi syariah
memiliki keunggulan dibandingkan obligasi konvensional yakni:
5
1. Penggunaan dana dari hasil penerbitan sukuk sejenak awal sudah jelas untuk
mengembangkan proyek tertentu
2. Risiko sukuk terdefinisi sejak awal oleh proyek yang di biayai
3. Tuntutan kedisiplinan penggunaan dana sukuk, karena sudah jelas sifat
peruntukan penggunaan dana untuk proyek tertentu.
Namun meskipun sukuk memiliki underlying assets yang jelas, investasi
sukuk tetap memiliki resiko. Pada dasarnya setiap instrumen investasi, saham atau
obligasi, memiliki 2 macam resiko yaitu systematic risk dan nonsystematic risk.
Kedua risiko inilah yang mempengaruhi tingkat return dari instrumen investasi.
Systematic risks karena risiko ini berhubungan dengan tingkat bunga, pasar,
dan risiko inflasi. Faktor politik dan ekonomi suatu negara juga merupakan
penyebab dari risiko ini. Risiko ini tidak dapat dihindari oleh investor
bagaimanapun diversifikasi investasi dilakukan. Jika pasar sedang menurun tajam
atau sedang menguat, kebanyakan efek akan terpengaruh. Risiko ini sangat penting
untuk diperhatikan investor. Nonsystematic Risk merupakan risiko yang dimiliki
oleh masing-masing sekuritas secara unik dan tidak berhubungan dengan
keragaman return dalam pasar. Risiko ini berhubungan dengan faktor-faktor seperti
risiko bisnis dan keuangan perusahaan yang akan mempengaruhi likuiditas
perusahaan (Aliansyah dan Dahlan, 2013).
Peringkat Sukuk
Peringkat sukuk merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran pokok
utang dan bagi hasil obligasi syariah, yaitu mencerminkan skala risiko dari semua
obligasi syariah yang diperdagangkan. Peringkat (rating) yang diberikan oleh
rating agency akan menyatakan apakah obligasi berada pada peringkat investment
grade atau non investment grade.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/19/DPNP tanggal 30
April 2008 mengenai pemberian peringkat sukuk, di Indonesia memiliki 6 lembaga
yang diakui dan berhak memberikan peringkat. Lembaga tersebut antara lain
Moody's, Standard and Poor's, Fitch Rating, Pefindo, PT Moody's Indonesia dan
PT Fitch Rating Indonesia. PT Pefindo adalah lembaga resmi yang mendapat lisensi
dari BAPEPAM pada tahun 1993. Sedangkan 5 lembaga lainnya adalah afiliasi
lembaga pemeringkat internasional dan perwakilan pemeringkat efek internasional.
Lembaga pemeringkat efek akan mengevaluasi dan menganalisis
probabilitas gagal bayar surat utang. Laporan keuangan yang diterbitkan dan
menyangkut materialitas dan dampak kemampuan pembayaran kewajiban utang
akan mempengaruhi peringkat. Tujuannya untuk mendapat penilaian jujur,
independen dan objektif mengenai risiko surat utang. Dengan begitu rating dapat
memberikan informasi akurat berkaitan dengan kinerja keuangan dan posisi emiten
dalam bentuk peringkat kepada calon investor.
Peringkat obligasi, secara umum peringkat obligasi dibagi menjadi dua,
yaitu investment grade (AAA, AA, A, dan BBB) dan non investment grade (BB,
B, CCC, dan D).
6
Rasio Likuiditas
Tingkat rasio likuiditas yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan
tersebut memiliki kemampuan untuk membayar seluruh kewajiban lancarnya dan
menunjukkan kuat kondisi keuangan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang
mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang,
persediaan. Jadi semakin tinggi rasio likuiditas ini berarti semakin besar
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio
likuiditas dalam penelitian ini diproksikan menjadi current ratio (CR).
Menurut Ross dkk (2008) karena aset lancar dan kewajiban lancar menurut
prinsipnya dapat diubah menjadi kas dalam jangka 12 bulan ke depan, rasio lancar
adalah ukuran dari likuiditas jangka pendek. Current ratio merupakan rasio paling
umum yang digunakan untuk mengukur kesanggupan pemenuhan liabilitas jangka
pendek. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan kreditor jangka pendek
dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang
sama dengan jatuh tempo utang (Sihombing, 2008).
Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan
keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran efektivitas
manajemen perusahaan dan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Sawir,
2005).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas
ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga
memberikan keuntungan bagi perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang
tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diproksikan sebagai Return
On Asset (ROA).
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan, dan juga memberikan
ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan
efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan
dan dapat menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam
kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini memberikan indikasi kepada kita
tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun
pengelolaan hartanya. Semakin besar rasio ini semakin baik karena berarti semakin
besark kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kuswadi, 2006 dalam
Sihombing, 2008).
Rasio Leverage
7
Ross dkk (2008) menyebutkan bahwa rasio ini ditujukan untuk melihat
kemampuan jangka panjang perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, atau lebih
umum lagi, pengungkitan keuangannya. Menurut Linandarini (2010) menyatakan
bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur keseimbangan proporsi antara aktiva
yang didanai oleh kreditor (utang) dan yang didanai oleh pemilik perusahaan
(ekuitas). Ratio leverage dalam penelitian ini diproksikan menggunakan Debt to
Equity Ratio (DER).
Debt to Equity Ratio menghitung perbandingan total hutang yang digunakan
oleh perusahaan dengan total modal yang dimiliki. Jika rasio ini cukup tinggi, maka
hal tersebut menunjukkan tingginya penggunaan utang, sehingga hal ini dapat
membuat perusahaan mengalami kesulitan keuangan, dan biasanya memiliki risiko
kebangkrutan yang cukup besar.
Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham
terhadap pemberi pinjaman. Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sihombing, 2008).
Reputasi Auditor
Salah satu faktor yang berkaitan dengan reputasi dari KAP adalah kualitas
dan prestis dari auditor. Seringnya terjadi expectation gap yaitu perbedaan antara
apa yang masyarakat dan pemakai laporan keuangan percaya atau harapkan dari
auditor dengan apa yang auditor yakin tanggung jawab yang diberikan. Maka untuk
memberikan kepercayaan kepada klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat
tentang kualitas dan mutu jasa (Pakarinti, 2012).
Kualitas audit dapat didefinisikan dalam dua dimensi, yaitu kemampuan
auditor dalam menemukan pelanggaran pada sistem akuntansi klien dan
melaporkan pelanggaran tersebut (DeAngelo 1981). Berdasarkan kerangka kerja
DeAngelo (1981) mengartikan bahwa kualitas audit adalah suatu fungsi (penilaian
pasar) kompetensi dan independensi auditor. Persepsi kualitas audit dapat dilihat
dari kacamata berbeda yaitu kacamata investor dan komite audit (IAASB, 2011).
Dari kaca mata investor persepsi kualitas audit diwakili laporan auditor,
reputasi auditor, dan ekspektasi audit, sedangkan dari sisi komite audit, persepsi
kualitas audit diwakilkan dari penilaian kualitas dari auditor, penilaian kualitas
proses audit, dan komunikasi dan interaksi auditor (IAASB, 2011).
Pada tahun 1979, awalnya dikenal “Delapan Besar” atau big 8 perusahaan
jasa profesional dan akuntansi internasional yang menangani mayoritas pekerjaan
audit. Kemudian berkurang menjadi “Lima Besar” melalui serangkaian merger.
“Lima Besar” menjadi “Empat Besar” atau big 4 setelah keruntuhan kantor auditor
Arthur Andersen pada tahun 2002 karena keterlibatan dalam Skandal Enron.
Auditor big 4 tersebut adalah Pricewaterhouse Coopers, Deloitte Touche Tohmatsu,
Ernst & Young, dan KPMG.
Allen (1994) melakukan pengujian mengenai persepsi agen pemeringkat
atas manfaat informasi akuntansi yang dinilai dengan pengujian hubungan antara
8
informasi akuntansi dan bond ratings. Dalam hal ini pengguna informasi keuangan
merasa bahwa auditor big 8 menyediakan kualitas audit yang lebih baik untuk
perusahaan dan pemerintah daerah (municipal). Analisis empiris mendukung
hipotesis bahwa audit big 8 berhubungan dengan kemampuan informasi akuntansi
untuk memprediksi secara akurat keputusan bond rating.
Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek yang dimiliki. Jadi semakin tinggi rasio
likuiditas ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Hasil dalam penelitian Afiani (2013) menunjukkan
bahwa ada pengaruh variabel likuiditas terhadap peringkat sukuk. Jadi, perubahan
kenaikan maupun penurunan likuiditas akan berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
Didukung oleh penelitian Rahmawati (2009) dan Tamara (2013) yang
menunjukkan rasio likuiditas dengan proksi current ratio merupakan salah satu
variabel prediksi dari pemeringkatan sukuk. Dari uraian diatas maka hipotesis dari
penelitian ini adalah:
H1: Terdapat pengaruh positif rasio likuiditas (current ratio) terhadap
peringkat sukuk.
Profitabilitas merupakan faktor yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Purwaningsih (2013),
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko
ketidakmampuan membayar (default), sehingga semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan tersebut.
Hasil penelitian Afiani (2013), menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel
profitabilitas terhadap peringkat sukuk. Jadi, perubahan kenaikan maupun
penurunan profitabilitas akan berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Didukung
Peringkat Sukuk
(Y)
Likuiditas (X1)
Profitabilitas (X2)
Leverage (X3)
Reputasi Auditor (X4)
9
dengan hasil penelitian Aliansyah dan Dahlan (2013) yang juga menunjukkan
return on assets yang berpengaruh signifikan terhadap pemeringkatan obligasi
syariah. Dari uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah:
H2: Terdapat pengaruh positif rasio profitabilitas (Return on Assets) terhadap
peringkat sukuk.
Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham
terhadap pemberi pinjaman. Debt to Equity Ratio untuk mengukur proporsi
penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki.
Semakin rendah rasio leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan
terhadap perusahaan (Burton dkk, 1998). Dimana semakin rendah leverage
perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut.
Berbeda dengan penelitian Sudaryanti dkk (2011) yang menunjukkan
dikatakan bahwa pengaruh leverage ratio terhadap peringkat sukuk tidak
signifikan. Sedangkan menurut penelitian Leonardo Tarigan (2005) rasio leverage
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan. Dari
uraian diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
H3: Terdapat pengaruh negatif rasio leverage (Debt to Equity) terhadap
peringkat sukuk.
Argumentasi yang mendasari dimasukkannya reputasi auditor adalah
semakin tinggi reputasi auditor maka akan memberikan hasil audit yang dapat
dipercaya sehingga semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan.
KAP Big-4 akan memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan
KAP non Big-4. Karena audit oleh KAP Big-4 diharapkan akan dapat memberikan
peringkat lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non
Big-4. KAP Big-4 sudah mempunyai standar internasional dalam prosedur sehingga
diharapkan opini yang dihasilkan independen, maka akan mengurangi agency risk,
dan menurunkan default risk yang pada akhirnya meningkatkan peringkat sukuk.
Didukung oleh hasil penelitian dari Pakarinti (2012) yang menunjukkan
adanya pengaruh kualitas auditor terhadap obligasi. Damayanti dan Fitriyah (2013)
menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penelitian dari Pakarinti (2012). Dari
uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah:
H4: Terdapat pengaruh positif reputasi auditor terhadap peringkat sukuk.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Menggunakan metode ini untuk mengetahui pengaruh faktor akuntansi
dan faktor non-akuntansi terhadap peringkat sukuk serta untuk mengetahui
perbandingan besar tingkat signifikansi antara variabel independen terhadap
peringkat sukuk. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
10
rasio keuangan dan reputasi auditor. Rasio keuangan yaitu rasio likuiditas yang
diproksikan Current Ratio, rasio profitabilitas yang diproksikan Return on Assets,
dan rasio leverage yang diproksikan Debt to Equity. Faktor non-akuntansi yang
diteliti adalah reputasi auditor. Variabel dependennya adalah rating sukuk.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sukuk yang diterbitkan emiten
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia 2009-2013. Populasi dipilih menggunakan
metode purposive sampling dengan kriteria:
1. Sukuk diperingkat oleh PT. Pefindo
2. Sukuk diterbitkan dan beredar selama periode pengamatan 2009 - 2013 dan
terdaftar dalam BEI.
3. Memiliki laporan keuangan selama periode pengamatan dan data terkait
yang diperlukan.
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah seluruh populasi. Dari
kriteria populasi tersebut diperoleh sampel sebanyak 13 sukuk. Dari 13 sukuk
dengan periode pengamatan selama 5 tahun diperoleh unit analisis sebanyak 65.
Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2012) uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah
model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Model
regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau mendekati normal.
Dari hasil output SPSS variabel independen menunjukkan signifikansi
diatas 0,05 yang menunjukkan data terdistribusi secara normal. Sedangkan reputasi
auditor tidak di uji normalitas karena merupakan variabel dummy. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini memiliki distribusi
data yang normal.
Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujian untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji
multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF).
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak terjelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance tidak sama
dengan 1. Nilai cutoff untuk VIF adalah kurang dari sama dengan 10.
Hasil SPSS menunjukkan bahwa seluruh variabel independen dalam
penelitian ini memiliki nilai tolerance tidak sama dengan 1. Tolerance ini
menunjukkan tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari
95%. Nilai VIF dari seluruh variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai
11
lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar
variabel independen dalam model regresi.
Hasil Uji Autokorelasi
Asumsi dari model regresi linier adalah bahwa kesalahan yang masuk ke
dalam fungsi regresi populasi adalah random atau tidak berkorelasi. Model regresi
yang mengalami gejala autokorelasi memiliki standard error yang sangat besar,
sehingga kemungkinan besar model regresi menjadi tidak signifikan.
Penelitian ini menggunakan uji autokorelasi dengan metode uji Durbin
Watson. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan
adanya konstanta dalam model regresi.
Nilai Durbin Watson sebar 2,144, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai
tabel menggunakan signifikansi 5%. Oleh karena nilai DW 2,144 lebih besar dari
batas atas (du) 1,314 dan kurang dari 4 – 1,568 (4 – du), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak
terdapat autokorelasi.
Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Model regresi yang adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas atau homoskedasitas.
Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada
variabel independen yang secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Hal ini
terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat
disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedasitas.
Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis Regresi
Linear Berganda (multiple linier regression method) digunakan untuk mengukur
pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel
terikat. Analisis regresi berganda menggunakan software SPSS (Statistical
Package for Social Science).
Rating Sukuk (Y) = 1,994 + 1,029 CR + 2,894 ROA - 0,455 DER + 0,678 Reputasi
Auditor
Konstanta (β) dalam model regresi linier penelitian ini menunjukkan angka
1,994. Nilai konstanta dari persamaan regresi ini adalah positif. Hal ini
menunjukkan variabel dependen Y akan bertambah secara konstan jika variabel X1,
X2, X3 dan X4 bernilai nol. Sedangkan nilai β sebesar 1,994 menunjukkan bahwa
apabila variabel Current Ratio, Return on Asset, Debt to Equity Ratio dan Reputasi
Auditor diabaikan atau tidak ada maka rating Sukuk akan mengalami kenaikan
1,994.
12
Koefisien β2 dalam model regresi sebesar 1,029. Koefisien yang positif
akan menunjukkan hubungan positif. Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa
apabila terdapat kenaikan 1% pada variabel current ratio (X1) dan variabel lainnya
dianggap konstan atau sama dengan nol, maka terjadi peningkatan pada rating
sukuk sebesar 1,029.
Koefisien β3 dalam model regresi adalah 2,894. Koefisien variabel ini
menunjukkan apabila terjadi kenaikan 1% pada variabel return on asset (X2), maka
akan terjadi peningkatan rating sukuk sebesar 2,894 dengan asumsi variabel lain
dalam keadaan konstan/tetap.
Koefisien β4 dalam model regresi ini sebesar -0,455. Nilai koefisien ini
dapat diartikan apabila variabel debt to equity ratio (X3) meningkat 1%, maka akan
diikuti oleh penurunan rating sukuk sebesar 0,455 dengan asumsi variabel lain
dalam keadaan konstan.
Koefisien β5 dalam model regresi ini sebesar 0,678. Angka ini mengartikan
bahwa sukuk yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP Big-4 memiliki rating
yang lebih tinggi daripada sukuk yang laporan keuangannya diaudit oleh non Big-
4 sebesar 0,678.
Koefisien Determinasi (R2)
Pada intinya koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Semakin kecil nilai R2 menandakan kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas,
berlaku juga sebaliknya.
Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error
1 ,586 ,343 ,300 1,131
Sumber: data diolah (2015)
Dari tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted R2 adalah
0,300. Hal ini dapat diartikan bahwa 30% variasi rating sukuk dapat dijelaskan oleh
variasi dari keempat variabel independen current ratio, return on asset, debt to
equity ratio dan reputasi auditor. Sedangkan sisanya, sebesar 70%, menjelaskan
bahwa variasi rating sukuk dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
13
Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Hasil dari uji signifikansi simultan menggunakan uji statistik F
adalah sebagai berikut:
Uji Statistik F
F Sig
Model 7,845 ,000
Sumber: data diolah (2015)
Dari hasil output SPSS uji F didapat nilai F hitung sebesar 7,845 dengan
probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi rating sukuk. Dapat disimpulkan
bahwa variabel current ratio, return on asset, debt to equity ratio dan reputasi
auditor secara bersama-sama berpengaruh terhadap rating sukuk.
Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Berikut adalah hasil uji statistik t:
Uji Statistik t
Model t Sig. Kesimpulan
(Constant) 2,073 ,042
Current Ratio 2,407 ,019 H1 diterima
Return on Assets 1,129 ,264 H2 ditolak
Debt to Equity Ratio -1,641 ,106 H3 ditolak
Reputasi Auditor 1,194 ,237 H4 ditolak
Sumber: data diolah (2015)
Hasil uji pengaruh parsial variabel current ratio memperoleh hasil uji t
sebesar 2,407 dengan nilai signifikansi 0,019. Signifikansi yang diperoleh variabel
current ratio berada dibawah 0,05 menandakan adanya pengaruh terhadap rating
sukuk.
14
Hasil uji pengaruh parsial variabel return on asset memperoleh hasil uji t
sebesar 1,129 dengan nilai signifikansi 0,264. Nilai signifikansi ini lebih besar dari
0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel return on asset tidak berpengaruh
terhadap rating sukuk.
Hasil uji pengaruh parsial variabel debt to equity ratio memperoleh hasil uji
t sebesar -1,641 dengan nilai signifikansi 0,106. Nilai signifikansi ini lebih besar
dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel debt to equity ratio tidak
berpengaruh terhadap rating sukuk.
Hasil uji pengaruh parsial variabel reputasi auditor memperoleh hasil uji t
sebesar 1,194 dengan nilai signifikansi 0,237. Nilai signifikansi ini lebih besar dari
0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi auditor tidak berpengaruh
terhadap rating sukuk.
Interpretasi Hasil
Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap rating Sukuk
Hipotesis satu dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh rasio likuiditas
terhadap rating sukuk. Dalam pengujian statistika diperoleh beta sebesar 1,029
dengan nilai signifikansi 0,019. Hal ini dapat diartikan bahwa rasio likuiditas
mempunyai pengaruh positif terhadap rating sukuk. Dapat disimpulkan bahwa H1
diterima.
Signifikannya hasil penelitian ini disebabkan karena perusahaan penerbit
sukuk yang mempunyai likuiditas yang tinggi menunjukkan jumlah aset lancar
yang lebih besar dari hutang lancarnya. Likuiditas yang tinggi dapat mengantisipasi
apabila terjadi perubahan kondisi ekonomi ataupun keuangan maka aset lancar
terebut dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan yang terkait
dengan sukuk pada saat jatuh tempo. Jadi dapat disimpulkan para pemegang sukuk
(investor) merasa aman untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut karena
likuiditas yang tinggi akan memperkecil risiko kegagalan sukuk.
Hal ini mendukung hasil penelitian Tamara (2013) dan Rahmawati (2009)
yang menemukan bahwa adanya pengaruh positif rasio likuiditas terhadap rating
sukuk yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia. Likuiditas yang tinggi
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar yang
segera jatuh tempo sehingga dapat mempengaruhi peringkat sukuk.
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Rating Sukuk
Hipotesis dua dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh rasio
profitabilitas terhadap rating sukuk. Dalam pengujian parsial t diperoleh hasil uji t
sebesar 2,894 dengan nilai signifikansi 0,264. Hal ini menyimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh rasio profitabilitas terhadap rating sukuk. Dapat disimpulkan
bahwa H2 ditolak.
15
Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Linandarini (2010) dan
Tamara (2013) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh variabel profitabilitas
terhadap peringkat sukuk. Jadi, perubahan kenaikan maupun penurunan
profitabilitas akan berpengaruh terhadap peringkat sukuk.
Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan proksi yang digunakan oleh
penelitian lain. Pada penelitian Rahmawati (2009) dan Tamara (2013) digunakan
variabel profitabilitas dengan proksi operating profit margin. Operating profit
margin diperoleh dari perbandingan operating profit terhadap penjualan bersih.
Sedangkan, ROA adalah perbandingan income before tax terhadap total aset.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Amilia dan Devi (2007) dan
Rahmawati (2009). Kedua penelitian tersebut menemukan bahwa rasio
profitabilitas tidak mempengaruhi peringkat sukuk.
Pengaruh Rasio Leverage Terhadap Rating Sukuk
Hipotesis tiga dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh rasio leverage
terhadap rating sukuk. Hasil uji statistik variabel debt to equity ratio memperoleh
beta sebesar -0,455 dengan nilai signifikansi 0,106. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh rasio leverage terhadap rating sukuk. Dapat disimpulkan
bahwa H3 ditolak.
Hasil ini bertentangan dengan Silaban dan Kardinal (2014) yang
menemukan pengaruh rasio leverage, dengan proksi debt to equity ratio, terhadap
rating sukuk. Targani (2005) juga menemukan bahwa terdapat pengaruh rasio
leverage terhadap rating obligasi. Nilai leverage yang semakin rendah menandakan
nilai penggunaan utang untuk membiayai investasi.
Tidak signifikan rasio leverage disebabkan adanya substitusi resiko dan
manfaat dari penggunaan hutang sendiri. Tingginya penggunaan hutang
meningkatkan potensi kerugian atau gagal bayar atau kebangkrutan (Hanafi, 2004).
Dilihat dari sisi lain, peningkatan hutang memberi manfaat penghematan pajak
(Hanafi, 2004). Oleh karena itu, penggunaan leverage sebagai variabel dianggap
tidak relevan karena substitusi tersebut. Argumentasi ini diperkuat oleh Husnan
(2000) yang membenarkan penggunaan hutang diharapkan memberikan rentabilitas
ekonomi daripada bunga dari hutang itu sendiri.
Hal ini sejalan dengan teori struktur modal oleh Modigliani-Miller (MM).
Dalam model MM dengan perhitungan pajak preposisi II menyebutkan dengan
digunakannya hutang pada struktur modal maka value perusahaan akan meningkat
karena adanya keuntungan dari tax shield. Dengan memasukkan faktor pajak maka
perhitungan cost of equity dari perusahaan yang menggunakan hutang (levered)
akan lebih tinggi dibanding dari perusahaan yang unlevered. Perhitungan cost of
capital akan menurun seiring dengan penambahan hutang pada struktur modal
karena penambahan hutang meningkatkan keuntungan dari tax shield (Ross, 2008).
16
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Afiani (2013) dan
Rahmawati (2009). Oleh Afiani (2013) dan Rahmawati (2009) menemukan bahwa
rasio leverage tidak mempengaruhi peringkat sukuk.
Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Rating Sukuk
Hipotesis empat dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh reputasi
auditor terhadap rating sukuk. Hasil uji statistika diperoleh beta sebesar 0,678
dengan nilai signifikansi 0,237. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh reputasi auditor terhadap rating sukuk. Dapat disimpulkan bahwa H4
ditolak.
Hasil ini bertentangan dengan Allen (1994) dan Pakarinti (2012) yang
menunjukkan adanya pengaruh kualitas auditor terhadap obligasi. Damayanti dan
Fitriyah (2013) juga menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penelitian dari
Pakarinti (2012).
Argumentasi yang mendasari hipotesis ini adalah KAP Big-8 yang sekarang
berkurang menjadi Big-4 memberikan kualitas audit lebih baik untuk perusahaan.
Hasil ini tidak sesuai dengan yang diharapkan, dimana auditor seharusnya
mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat peringkat sukuk. Sehingga
berarti para investor di pasar sekunder tidak perlu mempertimbangkan informasi
kualitas auditor yang digunakan perusahaan penerbit dalam mengambil keputusan
membeli, menjual, atau menyimpan sukuk yang dimilikinya.
Kantor Akuntan Publik yang memiliki reputasi tinggi pernah terlibat dalam
skandal keuangan. Misalnya saja KAP Arthur Andersen yang merupakan anggota
dari KAP big 5 terbukti melakukan kecurangan akuntansi dengan kliennya, yaitu
Enron. Sedangkan di Indonesia, KAP Hanks Tuanakota yang merupakan afiliasi
dari Deloitte yang terkait manipulasi laporan keuangan PT Kimia Farma. KAP
Prasetio, Sarwoko & Sandjaja yang merupakan afiliasi dari Ernst & Young juga
pernah tersandung kasus Bank Lippo terkait pembuatan dua laporan keuangan yang
berbeda untuk kepentingan perusahaan. Oleh karena itu, reputasi auditor yang
tinggi tidak menjamin sebuah sukuk mendapatkan peringkat yang tinggi dari
PEFINDO.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Kusbandiyah dan
Wahyuni (2014) yang menemukan bahwa reputasi auditor tidak mempengaruhi
peringkat sukuk. Hasil yang sama juga diperoleh Sejati (2010).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data, beberapa kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel rasio likuiditas
(current ratio) berpengaruh secara positif terhadap rating sukuk. Sedangkan
rasio profitabilitas (return on assets), rasio leverage (debt to equity ratio)
17
dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap rating sukuk. Hasil ini
menunjukkan bahwa hipotesis 2,3 dan 4 ditolak.
2. Secara simultan, variabel rasio likuiditas (current ratio), rasio profitabilitas
(return on assets), rasio leverage (debt to equity ratio) dan reputasi auditor
bersama-sama mempengaruhi rating sukuk. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa model ini dapat dipakai untuk memprediksi rating sukuk.
18
Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan
,tentunya, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan faktor akuntansi yaitu rasio likuiditas,
rasio profitabilitas dan rasio leverage. Sedangkan, 3 rasio tersebut hanyalah
sekian dari banyaknya faktor akuntansi seperti pertumbuhan perusahaan
(growth), ukuran perusahaan (size) dan masih banyak lagi.
2. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu faktor non akuntansi yaitu
reputasi auditor. Faktor non akuntansi lain misalnya jaminan sukuk,
maturity dan lain sebagainya.
3. Jangka waktu pengamatan yang relatif pendek yaitu 5 tahun, mulai dari
2009 hingga 2013. Periode pengamatan yang terbatas tentunya akan
mempengaruhi hasil penelitian ini.
4. Dari hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa model regresi
yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan rating sukuk sebesar
30%. Sisa 70% dijelaskan oleh sebab-sebab diluar model.
Saran
Saran yang didasarkan pada keterbatasan-keterbatasan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menggunakan
objek penelitian seluruh sukuk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dengan demikian dapat diperoleh model prediksi yang lebih valid.
2. Variabel lain hendaknya dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya.
Variabel lain, baik berupa faktor akuntansi maupun non akuntansi,
mungkin menjadi model prediksi yang lebih tepat dalam memprediksi
peringkat sukuk. Variabel akuntansi dapat diperluas seperti menggunakan
variabel pertumbuhan perusahaan (growth) atau ukuran perusahaan (size)
atau variabel akuntansi lain. Variabel non akuntansi dapat diperluas dengan
menambahkan variabel penjamin sukuk atau maturity sukuk.
DAFTAR PUSTAKA
Accounting and Auditing Organization for Islamic Institutions (AAOIFI). Shari’a
Standard No. 17. Investment Sukuk.
Afiani D. (2013) Pengaruh Likuiditas, Produktivitas, Profitabilitas, Dan Leverage
Terhadap Peringkat Sukuk (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah Dan
Unit Usaha Syariah Periode 2008-2010). Accounting Analysis Journal 2 (1).
Aliansyah, M. dan Dahlan, M. (2013) Pengaruh Current Ratio, Return On Asset,
Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Pemeringkatan Obligasi Syariah
(Survey Pada Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Vol.
VIII No. 2.
19
Allen, Arthur C. (1994) The Effect of Large Firm Audits on Municipal Bond Rating
Decisions. A Journal of Practice & Theory, Vol. 13.
Almilia, L. Dan Devi, V. (2007) Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Prediksi
Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta. Proceeding Seminar Nasional Manajemen SMART.
Antonio, Muhammad Syafi’i. (1999) Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum.
Bank Indonesia dan Tazkia Institute. Jakarta.
Bank Indonesia. (2008) Surat Edaran Nomor 10/19/DPNP tentang Lembaga
Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia. Jakarta.
Brigham, Houston. (2010) Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Essentials of
Financial Management. Jakarta: Salemba Empat.
Burhanuddin, S. (2009) Pasar Modal Syariah (Tinjauan Hukum). Yogyakarta: UII
Press.
Burton, B., Mike Adams, and Philip Hardwick. 1998. The Determinants of Credit
Ratings in United Kingdom Insurance Industry. The Journal of Risk and
Insurance.
Damayanti, E. dan Fitriyah. (2013) Pengaruh Corporate Governance Dan Rasio
Akuntansi Terhadap Peringkat Obligasi. IQTISHODUNA.
DeAngelo, L.E. (1981) Auditor Size and Audit Quality. Jurnal of Accounting &
Economics.
Dewan Syariah Nasional MUI. (2000) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor:
07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah. Jakarta.
Dewan Syariah Nasional MUI. (2000) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor:
08/DSN- MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah. Jakarta.
Dewan Syariah Nasional MUI. (2000) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor:
09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah. Jakarta.
Dewan Syariah Nasional MUI. (2002) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor:
32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syari’ah. Jakarta.
Elliot, Robert K. and Peter D Jacobson. (1994) Cost of Benefit of Business
Information Disclosure. Accounting Horizon 8.
Ghozali, Imam. (2012) Aplikasi Analisis Multiverate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, M. M. (2004). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Hartutik, T. (2014) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Sukuk
Pada Perusahaan Non Keuangan. Skripsi: universitas islam negeri sunan
kalijaga Yogyakarta.
Husnan, Suad. (2000) Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE.
20
Linandarini, E. (2010) Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Peringkat Obligasi Perusahaan Di Indonesia. Skripsi: UNIVERSITAS
DIPONEGORO.
Margreta, dan Poppy Nurmayanti. (2009) Faktor-FaktorYang Mempengaruhi
Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau Dari Faktor Akuntansi Dan Non
Akuntansi. Dalam Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 11 No. 3.
Myers, Stewart C. (1989) Signaling and Accounting Information. NBER Working
Paper Series.
Pakarinti, Adia. (2012) Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Instistusional, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage
Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP.
Purwaningsih, S. (2013) Faktor Yang Mempengaruhi Rating Sukuk Yang Ditinjau
Dari Faktor Akuntansi Dan Non-Akuntansi. Accounting Analysis Journal 2
(3). Hal. 360-368
Rahardjo, Sapto. (2004) Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: Gramedia.
Rahmawati, L. (2009) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rating
Obligasi Syariah. Skripsi: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Riyanto, B. (1993) Fundamentals of Corporate Spendings. Yogyakarta: BPFE.
Ross, Westerfield and Jaffe. (2008) Corporate Finance. Seventh Edition. McGraw Hill, America: New York.
Sari, M. (2007) Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk Memprediksi
Peringkat Obligasi (PT PEFINDO). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) Vol.
14, No.2.
Sawir, Agnes. (2005) Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Scott, William R. (2003) Financial Accounting Theory, Third Edition, University
of Waterloo.
Sejati, G. (2010) Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi dalam Memprediksi
Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur. Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu
Administrasi dan Organisasi Volume 17, Nomor 1.
Setyapurnama, Yudi Santara dan A.M. Vianey Norpratiwi. (2006) Pengaruh
Corporate Governance terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi.
Jurnal Akuntansi & Bisnis. Vol. 7. No. 2, Agustus 2007.
Sihombing, Daulat. (2008) Peranan Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi
Kesehatan Perusahaan Tekstil dan Alas Kaki yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Medan.
Solikah, B. (2007) Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going
Concern. Skripsi: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
21
Sudaryanti, N., Mahfhudz, A. dan Wulandari, R. (2011) Analisis Determinan
Peringkat Sukuk Dan Peringkat Obligasi Di Indonesia. TAZKIA Islamic
Finance & Business Review Vol. 6 No.2.
Tamara, K. (2013) Analisis Model Prediksi Pemeringkat Obligasi Syariah
Perusahaan Dengan Pendekatan Rasio Keuangan Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Penelitian Vol. 10 No.2.
Tunggal, Amin. (1995) Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta :
Rhineka Cipta.
Van Horne dan Wachowicz, Jr. (1995) Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Wicaksana, Moch. Zulfiqar Agung dan Permatasari, Ika. (2014) Peluang Dan
Tantangan Obligasi Syariah Di Indonesia: Sebuah Tinjauan Konseptual.
Jurnal Akuntansi UNESA Vol. 2 No.3.
Zuraidah. (2012) Sukuk Negara Sebagai Pendorong Pertumbuhan Pasar Keuangan
Syariah Indonesia. Malang.