A · Web viewTahap berikutnya mahasiswa diminta mengerjakan latihan untuk menulis a good paragraph...
Transcript of A · Web viewTahap berikutnya mahasiswa diminta mengerjakan latihan untuk menulis a good paragraph...
EFEKTIFITAS METODA COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS ESSAY MAHASISWA
PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS FKIP UNRI
Mahdum Dosen FKIP Universitas Riau
Abstract. This research is intended (1) to identify students’ ability in writing an essay
through cooperative learning type CIRC, (2) to know the contribution of cooperative
learning type CIRC to improve students’ ability in writing an essay, and (3) to know the
advantages and disadvantages of cooperative learning type CIRC in teaching learning
process. This action reseach was conducted at Prodi Bahasa Inggris FKIP UNRI. The
subject of the research was the third semester students academic year 2006-2007. To
know the students’ ability in writing the essay, pre-test and post-test were given. Between
pre-test and post-test, they were treated by cooperative learning method type CIRC.
Procedure of data analysis was done by scoring the score of pre and pos-test. The result
showed that to = 3.05. df = N – 1 = 65 – 1 = 64. After consulting the table, df = 64 was
not found, as a result, the nearest df was used, that was 60. With df = 60, “t” critical value
was gained, tt on significant level 5% = 2.00 and 1% = 2.65. It means 2.00 < 3.05 > 2.65.
As a result, null hypothsis was rejected and alternative hypothsis was accepted. In
conclusion Cooperative Learning method type CIRC played a significant role to increase
the students’ ability in writing an essay.
Keywords: The Role of Cooperative Learning Method Type CIRC
1
PENDAHULUAN
Program Studi Bahasa Inggris adalah salah satu Program Studi yang bernaung
dibawah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Dalam menjalankan
tugasnya, Prodi Bahasa Inggris merumuskan Visinya yaitu: Mewujudkan Prodi Bahasa
Inggris sebagai pusat pendidikan yang unggul dalam penelitian, pelayanan dan
pemeliharaan perkembangan pembelajaran Bahasa Inggris bagi calon guru sekolah
menengah dan pemakai Bahasa Inggris. Sedangkan Misinya yaitu: Melaksanakan
pembelajaran pendidikan Bahasa Inggris bagi calon guru di Provinsi Riau dan daerah
lainnya di Indonesia; Melaksanakan penelitian di bidang pendidikan Bahasa Inggris di
sekolah dan institusi lainnya khususnya di Provinsi Riau dan Indonesia umumnya;
Memberikan pelayanan berupa konsultasi dan kerjasama di bidang pembelajaran Bahasa
Inggris di Riau.
Adapun tujuan Prodi Bahasa Inggris adalah memotivasi staf pengajar dan
mahasiswa untuk lebih memacu diri dalam bersaing secara profesional dan terampil di
bidangnya. Disamping memberikan kontribusi terhadap Visi dan Misi FKIP maupun
UNRI dalam mewujudkan Universitas Riset pada 2020, tujuan Prodi Bahasa Inggris
adalah juga menunjang pembangunan dan perkembangan pendidikan di Provinsi Riau.
Disamping itu tujuan lainnya adalah untuk mendidik para mahasiswa untuk
menjadi guru-guru Bahasa Inggris yang berkualifikasi baik sesuai dengan kebutuhan
masyarakat ataupun para pemakai jasa didunia kerja yang membutuhkan seseorang yang
mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik komunikasi tulisan maupun lisan.
Seorang mahasiswa yang diterima pada Program Studi Bahasa Inggris mungkin
saja tidak tahu tujuan pengajaran Bahasa Inggris. Diantara mereka mungkin ada yang
kebetulan lulus di Program Studi Bahasa Inggris sebagai pilihan kedua atau sebagai
alternatif saja. Akan tetapi, Robert Lado (1964:25) mengatakan bahwa: “The goal in
learning a foreign language is the ability to use it, understand its meaning and connotation
in terms of target language and culture, and the ability to understand the speech and
writing of natives of the target culture in terms of their meaning as well as their great
ideas and achievement.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang itu dikatakan berhasil dalam
belajar Bahasa Inggris bila ia dapat memahami ucapan yang disampaikan native speaker,
2
dapat memberikan respon terhadap ucapan tersebut dan juga dapat mengekspresikan
kemauan, keinginan dan pendapatnya secara spontan. Tambahan pula ia harus dapat
membaca dan menulis dalam bahasa Inggris.
Untuk dapat menyelesaikan studinya di Program Studi Bahasa Inggris FKIP
UNRI, seorang mahasiswa harus menyelesaikan sejumlah matakuliah yang keseluruhannya
terdiri atas 157 SKS, yang terdiri dari sejumlah Mata Kuliah Umum, Mata Kuliah Dasar
Kependidikan, dan Mata Kuliah Keahlian. Salah satu dari Mata Kuliah Keahlian yang
diberikan adalah Matakuliah Writing. Karena dianggap penting, matakuliah Writing
diberikan dalam 5 semester atau sebanyak 10 sks, yang terdiri atas Writing IC dan Writing
I sampai Writing IV. Semua itu dimaksudkan agar mahasiswa dapat menjawab tuntutan
dunia kerja. Dengan kata lain, setelah mahasiswa menyelesaikan matakuliah Writing IV, ia
sudah memiliki kemampuan untuk menulis berbagai jenis bentuk essay, berbagai jenis
business correspondence dan mampu menulis karangan ilmiah (scientific writing).
Bagi mahasiswa, matakuliah Writing merupakan salah satu matakuliah yang
menakutkan dan dianggap sulit. Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajarkan
matakuliah Writing II pada semester ganjil tahun akademis 2005-2006, banyak kesulitan-
kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam menulis. Setelah mengikuti perkuliahan Writing
II diharapkan mahasiswa dapat menulis berbagai jenis essay dengan baik dan benar. Akan
tetapi, pada kenyataannya bila kepada mahasiswa diberikan sebuah thesis statement untuk
dikembangkan menjadi sebuah essay, hasilnya masih belum memuaskan. Diantara
kesalahan-kesalahan yang dibuat mahasiswa adalah (a) Sebahagian besar dari mahasiswa
belum dapat menuliskan supporting paragraphs dengan baik, karena mereka seolah-olah
tidak punya ide untuk dituangkan dalam kalimat-kalimat; (b) Kalimat-kalimat yang dibuat
mahasiswa dipenuhi kesalahan-kesalahan tentang structure, seolah-olah mereka belum
dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka dibidang structure kedalam bentuk kalimat-
kalimat yang benar; (c) Choice of words yang digunakan mahasiswa kadang-kadang belum
tepat; dan (d) Punctuation yang digunakan mahasiswa terkadangpun tidak benar.
Salah satu metode pembelajaran yang paling digalakkan dewasa ini adalah guru
atau dosen harus dapat menciptakan suasana belajar yang cooperative dan communicative.
Artinya, mahasiswa tidak hanya sebagai pendengar dan mengerti bahasa Inggris secara
lisan tetapi mahasiswa harus ikut ambil bagian menggunakan bahasa itu secara aktif
3
sebagai communication skills. Sehingga suasana belajar itu tidak lagi teacher-centered
melainkan student-centered.
George M Rooks (1999:xv) dalam bukunya Paragraph Power mengemukakan
tentang pengajaran writing melalui communicative learning method. Dimana pada
pengajaran dengan metoda ini mahasiswa diransang untuk dapat mengkomunikasikan
idenya dengan lebih jelas dan efektif, umpamanya terlebih dahulu dosen dapat membuka
wawasan mahasiswa tentang topik yang akan mereka tulis dengan memperlihatkan
gambar-gambar yang berhubungan dengan topik yang akan mereka tulis, lalu dilanjutkan
dengan membicarakan kosa kata yang berhubungan dengan topik. Kegiatan ini
dimaksudkan agar mahasiswa termotivasi dan tidak merasa menulis itu sebagai suatu
beban yang menakutkan.
Para ahli dan peneliti lain juga mengemukakan dan mengembangkan berbagai
jenis pembelajaran kooperatif sesuai dengan tahap serta aktivitas dalam pembelajaran.
Slavin (1995:6-9) dalam bukunya Cooperative Learning, mengemukakan berbagai jenis
pembelajaran kooperatif diantaranya: Student Teams- Achiement Devisions (STAD),
Teams Games-Tournament (TGT), Jigsaw, Team Acceterated Instruction (TAI) dan
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Lebih jauh Slavin mengatakan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe CIRC baik untuk pengajaran bahasa. Karena itu
penelitian ini bejudul Efektifitas Metoda Cooperative Learning Tipe CIRC Terhadap
Kemampuan Menulis Essay Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris FKIP UNRI.
Berdasarkan fenomana yang telah diungkapkan, maka permasalahan penelitian
ini adalah (1) Apakah Metoda Cooperative Learning Tipe CIRC memberikan kontribusi
yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan menulis essay mahasiswa Prodi Bahasa
Inggris FKIP UNRI? (2) Apakah Metoda Cooperative Learning Tipe CIRC efektif dalam
pembelajaran menulis essay mahasiswa Prodi Bahasa Inggris FKIP UNRI? (3) Apakah ada
kelemahan dan kelebihan Metoda Cooperative Learning Tipe CIRC didalam proses
pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis essay mahasiswa Prodi
Bahasa Inggris FKIP UNRI?
Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi: (a) Kemampuan
menulis essay mahasiswa Prodi Bahasa Inggris FKIP UNRI dengan menggunakan Metoda
Cooperative Learning Tipe CIRC; (b) Peranan Metoda Cooperative Learning Tipe CIRC
4
dalam meningkatkan kemampuan menulis essay mahasiswa Prodi Bahasa Inggris FKIP
UNRI; (c) Kelehaman dan kelebihan Metoda Cooperative Learning Tipe CIRC dalam
pembelajaran menulis essay.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Huckin (1991:5) menulis adalah suatu sistem komunikasi interpersonal
yang menggunakan tanda-tanda atau simbol dipermukaan yang datar seperti kertas, kain
ataupun lempengan batu. Setiap bahasa mempunyai simbol-simbolnya sendiri. Bahasa
Inggris menggunakan 26 buah simbol (a, b, c, d, .......z).
Dalam kehidupan sehari-hari kita berhadapan dengan banyak sekali jenis-jenis
tulisan: surat kabar, iklan, tagihan, surat dan lain sebagainya. Akan tetapi bila kita disuruh
menulis berbagai jenis tulisan tersebut, tidak semua kita mampu melakukannya. Semua
orang mampu berbicara, baik dirumah, disekolah, dilingkungan kerja tanpa suatu instruksi
yang sistematis sekalipun. Tapi dalam menulis, hal ini sangat berbeda. Kita harus terlebih
dahulu belajar menulis sebelum memiliki kepampuan untuk menulis (writing ability).
Biasanya disekolah kita belajar bagaimana menulis.
Sebagai seorang guru atau dosen kita harus familiar dengan semua aspek menulis:
mengapa orang menulis, jenis tulisan apa yang ditulis, apa tujuan menulis dan bagaimana
cara menulis yang baik supaya seseorang dapat dikatakan able to write successfully. Kita
juga harus tahu langkah-langkah dalam menulis dan bagaimana mengembangkan
kemampuan menulis. Kita juga harus tahu isu terbaru tentang pengajaran menulis sehingga
kita dapat mempraktekkannya dalam pengajaran menulis (writing).
Dalam kehidupan sehari-hari tujuan menulis itu juga bermacam-macam,
diantaranya: to get things done, to inform, to persuade, to maintain relationship, to
document occurrences, events, etc, or to record things, experiences, observation etc.
(Huckins, 1991:7). Sedang sesuai fungsinya James Britten seperti dikutip oleh Chitravelu
(2004:136) membagi menulis itu menjadi: expressive, transactional, dan poetic. Malaysian
Education Chitravelu (2004:137) mengklasifikasikan tulisan itu sebagai personal writing,
transactional dan creative writing. Personal writing biasanya bersifat informal dan tidak
begitu memperhatikan atau mementingkan tatabahasa (structure). Transactional writing
5
biasanya selalu well-organized dan sangat memperhatikan informasi atau pesan yang akan
disampaikan. Sedang Creative writing adalah ekspresi seseorang untuk kesenangan dan
kepuasan sendiri, sipenulis biasanya tertarik pada bahasa. Lihat tabel dibawah ini untuk
contoh tiap-tiap jenis tulisan.
Personal writing Transactional writing Creative writing
Shopping list
Notes
Diaries
Journals
Letters
Messages
Greetings
Business letters
Insructions
Memos
Plans
Proposals
Rules and Regulations
Reports
Adverticements
Poetry
Short stories
Songs
Anecdotes
Fictions
Jokes
Riddles
Lebih jauh menurut beliau, secara tradisional Writing dapat diklasifikasikan atas
beberapa tipe: (a) Narrative writing berisikan serangkaian kegiatan atau kejadian bersama-
sama dengan karakter dan keadaan seperti: story, autobiography, science fiction; (b)
Descriptive writing memberikan keterangan atau menggambarkan atribut fisik ataupun
kualitas seseorang, suatu benda, ataupun tempat dengan menyertakan pendengaran,
penglihatan, penciuman perasaan ataupun gambaran seperti: details of people, places,
things, concepts; (c) Expository writing menghadirkan fakta dan informasi dan penjelasan
sesuatu sebagaimana adanya. Jenis tulisan ini tidak memberikan interpretasi dan sikap
seperti: explanation, factual information, instruction; (d) Persuasive writing memaparkan
sudut pandang penulis tentang suatu hal dan kalimat-kalimatnya bertujuan mempengaruhi
pembaca untuk setuju atau menerima sesuatu; dan (e) Argumentation writing adalah
sebuah essay yang mendiskusikan saran atau rencana atau fakta secara rinci untuk dapat
diterima seperti: adverticements, political essays, brochure, opinions, discussions,
evaluations.
Sebahagian besar mahasiswa menganggap pelajaran Writing merupakan pelajaran
tersulit dan kurang diminati, tambahan pula tidak seperti matakuliah Speaking atau
6
Reading. Matakuliah Writing dirasakan tidak langsung memberikan manfaat pada saat
dipelajari, begitupula kegunaan matakuliah Writing hampir tidak dirasakan oleh
mahasiswa dalam periode belajar dikelas. Untuk itulah pentingnya peranan guru atau dosen
untuk menciptakan kegiatan perkuliahan Writing itu menarik bagi mahasiswa.
Matakuliah writing itu merupakan matakuliah yang membutuhkan skill yang
kompleks yang melibatkan: (1) Subject matter. Mahasiswa harus mempunyai informasi
yang relevan tentang topik yang akan ditulisnya. Hal ini bisa berupa general knowledge
atau informasi yang didapatnya dari referensi seperti buku atau jurnal atau bisa juga
gabungan dari pengamatan dan hasil observasi; (2) Purpose. Mahasiswa harus mempunyai
tujuan yang jelas tentang tujuannya menulis karena hal ini akan mempengaruhi cara
mahasiswa itu menulis; (3) Interaction and a sense of audience. Mahasiswa harus tahu
bahwa tulisannya akan melibatkan interaksi, baik interaksi dengan dirinya sendiri maupun
interaksi dengan para pembaca; (4) Language. Mahasiswa membutuhkan sederetan
pengetahuan tentang bahasa yang sesuai dengan kebutuhan tulisannya. Diantaranya
mahasiswa harus tahu tentang sentence patterns, choice of words, ataupun stylistic variants
yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai ide; (5) Conventions. Menulis adalah
sebuah kegiatan sosial yang mempunyai kaidah-kaidah yang harus diikuti; (6) Thinking
Skills. Mahasiswa membutuhkan berbagai jenis thinking styles yang berbeda. Mahasiswa
juga harus bisa menentukan mana yang terpenting. Ia juga harus bisa berimajinasi dan
berkreatifitas untuk membuat hasil tulisannya menarik. Pada kenyataannya semua orang
setuju bahwa menulis itu adala suatu proses berfikir; (7) Organizational skills. Seorang
mahasiswa harus dapat menghasilkan well-formed paragraph dengan main idea dan
supporting details yang jelas. Mahasiswa harus dapat menggabungkan idenya secara logis
dengan menggunakan cohesive devices yang sesuai seperti penggunaan logical connectors
seperti: because, therefore, as a result, firstly, secondly; (8) Value system. Mahasiswa
hidup dan berada diantara nilai-nilai seperti: (Apa hal penting tentang apa yang akan
ditulisnya. Bagaimana bentuk tulisan yang bagus. Bagaimana cara yang tepat untuk
berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Apakah tulisannya bisa mempengaruhi
pembaca. Nilai-nilai tersebut dapat mempengaruhi cara mahasiswa menulis; (9) Mechanics
(handwriting, spelling, layout, punctuation). Mahasiswa harus bisa menulis dengan baik
dan terang. Ia harus dapat menuliskan apa yang ia mau tulis. Harus juga tahu tentang tanda
baca dan layout dari berbagai jenis teks; (10) The writing process. Mahasiswa harus tahu
7
proses-proses yang harus dilaluinya dalam menulis seperti: selecting a topic, getting ideas,
drafting, revising. editing, proof-reading dan publishing. (Chitravelu, 2004:139-140)
Secara tradisional pada pengajaran Writing biasanya digunakan gabungan antara
metode ceramah, tanya jawab, diskusi kelas, drill. Pada metode ceramah, dosen
menerangkan materi atau topik yang akan diajarkan. Umpamanya topik yang akan
diajarkan adalah Characteristics of a Good Paragraph. Dosen menerangkan materi itu
secara detail dan kemudian mahasiswa diberi kesempatan bertanya tentang hal-hal yang
belum mereka pahami. Tahap berikutnya mahasiswa diminta mengerjakan latihan untuk
menulis a good paragraph dengan pilihan topic sentence yang diberikan. Tapi biasanya
hasil yang dicapai mahasiswa belum memuaskan walaupun kadang-kadang materi itu
sudah dijelaskan secara menyeluruh lengkap dengan contoh-contoh paragraph yang baik.
Kesalahan terbanyak biasanya terdapat pada kesalahan structure dan mechanics seperti:
kesalahan pada sentence pattern, tenses, choice of words dan punctuations.
Menurut Rooks (1999:2-8) ada tahapan-tahapan yang dilalui dalam proses
menulis agar pengajaran itu menjadi kooperatif: (1) Pre-writing, (2) Writing, (3) Sharing,
(4) Revising, dan (5) Editing.
Pada kegiatan Pre-writing inilah barangkali dosen dapat menciptakan
communicative activities yang salah satu tujuannya adalah untuk meransang kreatifitas
mahasiswa. Pada pengajaran secara tradisional dosen hanya memberikan instruksi “Please
continue this topic sentence: Computer technology will oneday eliminate the use of
libraries” dan selanjutnya mahasiswa menulis. Tentu saja mahasiswa akan merasa
bingung, bertanya-tanya dan kehabisan kata-kata “What should I write?” karena mereka
belum mempunyai wawasan.
Pada kegiatan pengajaran communicative dan cooperative activities terlebih
dahulu dosen bisa memperlihatkan gambar sebuah computer dan membuat pertanyaan-
pertanyaan dari gambar tersebut, misalnya: (Do you know what picture is this, What kind of
thing is this? Who use this?)
Setelah itu dosen bisa melanjutkan perbincangan dengan membicarakan secara
aktif tentang vocabulary yang berhubungan dengan komputer dan perpustakaan.
8
Setelah mahasiswa merasa enjoy dan feel confidence baru dosen mengarahkan
mahasiswa pada kegiatan Pre-writing. Pada kegiatan inipun mungkin mahasiswa masih
merasa bingung “harus mulai dari mana?” Dosen bisa mengarahkan mereka untuk terlebih
dahulu membuat Cluster sebelum menulis paragraph. Hal ini dimaksudkan agar kalimat
mereka tersusun rapi dan ceritanya tidak bolak-balik atau lari kemana-mana.
Tahapan berikutnya adalah Writing. Pada tahapan ini mahasiswa menuliskan
idenya dalam rangkaian kalimat-kalimat berdasarkan cluster sehingga terbentuk sebuah
paragraf. Disini mahasiswa bekerja secara individu. Paragraph yang dihasilkan belum lagi
untuk dikumpulkan pada dosen, tetapi untuk mahasiswa itu diskusikan bersama-sama
dengan temannya dalan suatu kelompok kecil. Proses ini disebut Sharing. Dalam proses
ini mahasiswa duduk bersama untuk membicarakan tulisan mereka, dan berdiskusi tentang
segala sesuatunya saling memberikan pendapat.
Setelah proses sharing selesai mahasiswa kembali bekerja secara individu untuk
merevisi paragraf yang mereka tulis. Proses ini disebut Revising. Pada kegiatan ini
mahasiswa me re-write paragraphnya, merobah apa saja yang mereka inginkan
berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh pada proses sharing. Tahapan berikutnya
adalah Editing. Disini mahasiswa bisa memberi perhatian lebih dibidang grammar, atau
memperbaiki kalimatnya dari kalimat yang simple menjadi complex dan flowery.
Perhatikan juga spelling dan punctuation.
Dengan menerapkan pengajaran yang menggunakan metode seperti diatas telah
diciptakan suatu kegiatan atau suasana yang kooperetive dan komunikatif, dimana dalam
proses pembelajaran mahasiswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya.
Artinya mahasiswa harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar serta berkontribusi
dalam membangun pengetahuan, serta bertanggung jawab terhadap apa yang ia
konstruksikan. Dosen tidak lagi mendominasi proses pembelajaran dengan menyajikan
pengetahuan dalam bentuk yang “siap” kepada mahasiswa yang akan menerimanya secara
pasif. Dosen harus menciptakan suasana yang memberikan kesempatan-kesempatan
kepada mahasiswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan
masalah. Dalam kelompoknya mahasiswa dapat bertukar fikiran secara bebas tanpa merasa
malu pada temannya sekelas. Dalam kelompok kecil juga terbuka kesempatan bagi
9
mahasiswa untuk berinteraksi, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, membahas ide-ide,
belajar dari mahasiswa lainnya, mengemukakan kritik yang bersifat membangun.
Pengertian essay dalam bahasa Inggris agak berbeda dengan pengertian essay
dalam bahasa Indonesia. Oshima (1999:100) mengatakan “An essay is a piece of writing
several paragraphs long instead of just one or two paragraphs. It is written about one
topic, just as a paragraph. However, the topic of an essay is too long and too complex to
discuss in one paragraph”
Dari kutipan diatas tampak ada persamaan antara menulis paragraf dengan
menulis essay, yakni paragraph dan essay sama-sama membicarakan satu topik. Menulis
essay tidak lebih sulit dari menulis paragraph. Perbedaannya hanyalah bahwa essay itu
lebih panjang dari paragraph. Dapat dikatakan, bila seorang mahasiswa dapat menulis
paragraph dengan baik, ia juga akan dapat menulis essay dengan baik.
Telah disinggung diatas bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
metode mengajar yang digalakkan dewasa ini. Slavin (1995:6-9) mengatakan bahwa
metoda pembelajaran kooperatif tipe CIRC baik untuk pengajaran bahasa.
CIRC adalah singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition.
Perkembangan CIRC berasal dari analisis masalah-masalah yang timbul pada pengajaran
reading, writing dan language arts secara konvensional.
Pada CIRC siswa dikelompokkan atas dua atau tiga orang mahasiswa yang
mempunyai kemampuan berbeda. Menurut Slavin (1995:108-109) dalam pengajaran
Writing digunakan “writer’s workshops” dimana mahasiswa menulis topik yang sudah
ditentukan, sedang guru membimbing dan mengarahkan kegiatan sesuai dengan skill yang
ingin dicapai, setelah itu mahasiswa membuat draf tulisannya setelah berkonsultasi dengan
teamnya. Kemudian mahasiswa bekerja dalam team untuk merevisi content of composition
yang sudah dibuat dan mengeditnya berdasarkan peer editing form dengan penekanan
pada grammar dan mechanics. Dan ahirnya baru mahasiswa menulis final composition
dalam team.
Pendapat senada dikemukakan oleh Muhammad Nur dkk (2000:28). Menurut
beliau, CIRC adalah sebuah program komprehensif yang luas dan lengkap untuk
pengajaran membaca dan menulis untuk kelas tinggi maupun kelas rendah. Siswa bekerja
10
dalam tim belajar kooperatif yang beranggotakan 4 orang. Mereka terlibat dalam sebuah
rangkaian kegiatan bersama, termasuk saling membacakan satu dengan yang lain,
membuat prediksi tentang bagaimana cerita naratif akan muncul, saling membuat ikhtisar
dan tanggapan serta berlatih tentang pengejaan dan perbendaharaan kata.
Penilaian terhadap tulisan mahasiswa dilakukan dengan menggunakan metoda
yang dikemukakan oleh Hughes (1993:86) yakni: (1) holistic method, dan (2) analytic
method.
Pada holistic method penilaian diberikan berdasarkan kesan secara keseluruhan
terhadap hasil tulisan mahasiswa. Kebaikan pada penilaian dengan cara ini adalah proses
penilaian itu dapat dilakukan dengan cara cepat. Seorang scorer yang berpengalaman dapat
memberikan penilaian dalam waktu hanya beberapa menit terhadap suatu tulisan. Akan
tetapi bila penilaian hanya diberikan oleh satu orang scorer, penilaian bisa menjadi sangat
subjektif. Karena itu, untuk mendapatkan suatu realibilitas, penilaian hendaknya diberikan
oleh 3 atau 4 orang scorers.
Pada analytic method penilaian diberikan berdasarkan rentangan skala 1 – 6
untuk setiap aspek komponen penilaian. Skala dibawah ini adalah skala yang diberikan
Hughes (1993: 91-93) yang dikutip dari Harris (1968).
Grammar
- 6. Few (if any) noticeable errors of grammar or word order.
- 5. Some errors of grammar or word order which do not, however, interfere with
comprehension.
- 4. Errors of grammar or word order fairly frequent.
- 3. Errors of grammar or word order frequent; efforts of interpretation somtimes
required on reader’s part.
- 2. Errors of grammar or word order very frequent; reader often has to rely on own
interpretation.
- 1. Errors of grammar or word order so severe as to make comprehentiob virtually
impossible.
Vocabulary
- 6 Use of vocabulary and idiom rarely (if it any).
11
- 5. Occationally uses inappropriate terms or relies on circumlocutions; expression of
ideashardly impaired.
- 4. Uses wrong or inappropriate words fairly frequently; expressions of ideas may be
limited because of inadequate vocabulary.
- 3. Limited vocabulary and frequent errors clearly hinder expressions of idea.
- 2. vocabulary so limited and so frequently misussed that reader must often rely on own
interpretation.
- 1. vocabulary limitationss so extreme as to make comprehention virtually impossible.
Mechanics
- 6. (Few if any) noticeable lapses in punctuation and spelling.
- 5. Occational lapses in punctuation or spelling which do not, however, interfere with
comprehension.
- 4. Errors in punctuation or spelling fairly frequent; occational re-reading necessary for
full comprehension.
- 3. Frequent errors in spelling or punctuation; lead sometimes to obscurity.
- 2. Errors in spelling or punctuation so frequent that reader must often rely on own
interpretation.
- Errors in spelling or punctuation se severe as to make comprehension virtually
impossible.
Fluency (style and ease of communication)
- 6. Choice if structures and vocabulary consistentlly appropriate; like that of educated
native speakers.
- 5. Occational lack of consistency in choice of structures and vocabulary which doesn’t,
however, impair overall ease of communication.
- 4. “Patchy”, with some stuctures or vocabulary items noticeable inappropriate to
general style.
- 3. Structures or vocabulary items sometimes not only inappropriate but also misussed;
little sense of ease of communication.
- 2. Communication often impaired by completely inappropriate or misussed structures
or vocabulary items.
12
- 1. A “hotch-potch” of half-learned misussed structures and vocabulary items rendering
communication almost impossible.
Form (organization)
- 6 Highly organized; clear proggression of ideas well linked; like educated native
speaker.
- 5. Material well organized; links could occationally be clearer but communication not
impaired.
- 4. Some lack of organization; re-reading required for clarificatioin of ideas.
- 3. Little or no attempt at connectivity, though reader can deduce some organization.
- 2. Individual ideas may be clear, but very difficult to deduce connection between them.
- 1. Lack of organization so sever that communication is seriously impaired.
Score : Gramm. ___ + Voc. ___ + Mech. ___ + Fluency ___+ Form = _____
Ada beberapa kebaikan pada penilaian dengan cara analytic method ini,
diantaranya dengan penilaian ini dosen dapat mengetahui komponen-komponen mana yang
sudah dikuasai oleh mahasiswa dan komponen mana yang masih perlu perbaikan.
Kebaikan lainnya adalah penilaian yang diberikan berdasarkan skala tersebut akan lebih
reliable. Yang perlu diperhatikan pada proses penilaian adalah bahwasanya penelitian
hendaknya dilakukan pada tempat yang tenang dan nyaman, jauh dari kebisingan. Dan
scorers hendaknya jangan sampai terlalu lelah.
METODA
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris
FKIP Universitas Riau Pekanbaru tahun akademis 2006-2007. Diantara mereka, semua
mahasiswa yang sedang mengikuti matakuliah Writing II diambil sebagai sampel, dengan
demikian jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak 65 orang.
Hipotesis yang diajukan untuk menjawab perumusan masalah penelitian ini dapat
dijabarkan sebagai berikut: Cooperative Learning Method tipe CIRC memainkan peranan
yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa Program Studi
Bahasa Inggris FKIP Universitas Riau.
13
Tes merupakan alat utama yang dipergunakan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan. Bentuk tes yang digunakan adalah written test. Treatment adalah kegiatan
pengajaran yang merupakan bagian metoda cooperative dan communicative learning yang
dikemukakan oleh Rooks dan Slavin. Dalam penelitian ini ada tiga jenis data yang akan
didapatkan: yang pertama adalah data hasil pre-test mahasiswa, kedua data tentang
pelaksanaan treatment atau pengajaran bertujuan untuk melihat tingkat kemajuan mereka
sebelum diberikan post test, dan data ketiga tentang skor post-test mahasiswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti melakukan tindakan
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC, yang terdiri dari dua siklus
dengan 8 kali pertemuan. Pertemuan pertama dan terakhir digunakan untuk pre-test dan
pos-test.
Pada tahap persiapan dosen membuat persiapan materi, worksheet, peer editing
form, dan evaluation form. Kemudian mahasiswa dibagi atas kelompok yang terdiri atas 4
orang mahasiswa untuk tiap kelompoknya. Lalu mahasiswa diberikan pre-test sebagai nilai
dasar. Tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan treatment yaitu pembelajaran kooperatif
dengan meggunakan langkah-langkah yang sudah digariskan dalam CIRC. Tahap obsevasi
dilakukan sejalan dengan pelaksanaan treatment. Tahap refleksi dilaksanakan setelah
selesai treatment untuk melihat apakah pelaksanaan treatment sudah sesuai dengan
prosedur dan untuk melihat apakah hasil yang diharapkan sudah memadai atau dilanjutkan
ke siklus kedua.
Setelah pre-test kemampuan menulis mahasiswa diolah, maka dapat
diinformasikan bahwa sekor rara-rata mahasiswa dibidang Grammar adalah 3,60; dibidang
vocabulary 3,55; dibidang Mechanics 3,61; dibidang Fluency 3,57; dan dibidang Form
(organization) 3,83. Secara keseluruhan berada pada angka rata-rata 18,17 atau berada
pada kategori Average.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembelajaran dengan Metoda CIRC ini
dilaksanakan dalam 8 kali tatap muka yang dibagi atas dua tahap kegiatan, tiap tahap
terdiri atas 3 kali pembelajaran dan satu kali tes. Gunanya adalah untuk evaluasi terhadap
14
pelaksanaan kegiatan tersebut. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, mahasiswa
diberikan penjelasan menyeluruh tentang kegiatan-kegiatan yang akan mereka lalui dalam
6 kali pembelajaran itu, khususnya tentang partisipasi yang harus mereka berikan terhadap
kelompoknya dan tentang pentingnya mereka bekerja dalam kelompok itu. Setelah
semuanya dipahami baru kegiatan pembelajaran dimulai.
Evaluasi pada kegiatan tahap pertama memberikan gambaran bahwa kerjasama
dalam kelompok masih belum optimal. Mahasiswa masih cendrung bekerja sendiri-sendiri
dalam menyelesaikan tugas. Terutama dalam kegiatan sharing, mahasiswa masih banyak
diam. Mungkin hal ini disebabkan karena mereka belum begitu paham akan tujuan
kegiatan dan belum merasakan pentingnya bekerjasama, sehingga mahasiswa yang
“pintar” merasa dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan mahasiswa yang “masih
kurang” cendrung diam saja karena merasa nilai mereka sudah “diangkat” oleh nilai tugas
yang dikerjakan oleh mahasiswa yang pintar. Akhirnya dijelaskan lagi tentang aturan-
aturan penilaian pada pembelajaran kooperatif itu. Selanjutnya, kegiatan tahap kedua
dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan tahap kedua tampak lebih baik, secara keseluruhan
mahasiswa sudah memahami arah atau tujuan kegiatan. Setelah pelaksanaan pembelajaran
siklus kedua selesai, kepada mahasiswa diberikan post-test.
Dari hasil yang ditemukan pada tahap pertama dan kedua, tampak bahwa CIRC
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa. Ditambah lagi
dengan meningkatnya rasa keakraban diantara mahasiswa. Mahasiswa yang “kurang” tidak
lagi “malu” mengungkapkan pertanyaan pada temannya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan hasil belajar
mahasiswa, meningkatkan ketuntasan belajar mahasiswa, meningkatkan nilai
perkembangan dan penghargaan kelompok mahasiswa, meningkatkan aktifitas mahasiswa
dan dosen, dan meningkatkan minat belajar mahasiswa.
Setelah pos-test kemampuan menulis mahasiswa diolah, maka dapat
diinformasikan bahwa skor rara-rata mahasiswa dibidang Grammar adalah 4,75; dibidang
vocabulary 4,89; dibidang Mechanics 5,46; dibidang Fluency 5,01; dan dibidang Form
(organization) 5,59. Secara keseluruhan berada pada angka rata-rata 25,71 atau dapat
dikatakan berada pada kategori Very Good.
15
Berdasarkan tabel distribusi frekwensi, perbedaan skor kemampuan menulis bahasa
Inggris mahasiswa, antara nilai pre-test (Varibel X) dan post-test (Variabel Y), adalah
dengan menghitung “t” atau “to” dengan menggunakan rumus Sudijono, (2006:316):
M1 - M2 18.17 – 25.71 - 7.54
to = = = = 3.05
SEM1 - M2 7.89 – 10.36 - 2.47
Dari angka tersebut memberikan interpretasi terhadap to. df = N – 1 = 65 - 1 = 64.
Ternyata dalam tabel tidak dijumpai df sebesar 64. Karena itu kita pergunakan df yang
terdekat yaitu df sebesar 60. Dengan df sebesar 60 itu diperoleh harga kritik “t” pada tabel
atau tt sebesar pada taraf signifikansi 5% : tt = 2,00 dan taraf signifikan 1% = 2,65.
Dengan demikian t0 lebih besar dari tt yaitu: 2.00 < 3,05 > 2,65. Karena itu hipotesis
alternatif diterima. Hal ini berarti antara kedua variabel tersebut diatas terdapat perbedaan
yang signifikan.
Oleh karena itu, kesimpulan yang dapat diambil adalah, dengan digunakannya
Cooperative Learning tipe CIRC dalam pengajaran writing essay, secara menyakinkan
dapat merubah kemampuan menulis essay mahasiswa dari “average” menjadi “very good”.
Ini mengandung pengertian pula bahwa pengajaran dengan metoda Cooperative Learning
tipe CIRC secara signifikan telah dapat menunjukkan keampuhan atau efektifitasnya
sebagai metode yang dapat digunakan dalam pengajaran writing essay.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil adalah, dengan menggunakan Cooperative
Learning tipe CIRC dalam pengajaran writing, secara menyakinkan dapat merubah
kemampuan menulis bahasa Inggris mahasiswa dari level “Average” menjadi “Very
Good”. Ini juga mengandung pengertian bahwa pengajaran dengan Cooperative Learning
tipe CIRC secara signifikan telah dapat menunjukkan keampuhan atau efektifitasnya
sebagai metode yang dapat digunakan dalam pengajaran writing. Cooperative Learning
tipe CIRC ini terbukti secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan menulis
mahasiswa dan sekaligus meningkatkan percaya diri mereka (self confidence) dan dapat
pula menciptakan keakraban diantara mereka.
16
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan sebagai berikut: 1) Para guru
atau dosen harus mampu memilih metode mengajar yang sesuai dalam mengajar writing
dikelas guna meningkatkan kemampuan menulis bahasa Inggris mahasiswa. 2) Para guru
atau dosen disarankan dalam mengajarkan writing supaya dapat menggunakan metoda
Cooperative Learning tipe CIRC. 3) Para guru dan dosen dalam mengajar writing
disarankan dapat menggunakan metode Cooperative Learning tipe CIRC. 4) Disarankan
juga pada guru dan dosen untuk dapat mencoba menggunakan metode cooperative learning
lainnya seperti TAI, STAD, TGT, dan lain sebagainya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-
Ruang Kelas: Grasindo, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Chitravelu, Nasamalar et.al. 2004. ELT Methodology and Practiceion, Penerbit Fajar Bakti
Sdn. Bhd, Selangor.
Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research, (2nd ed.) Philadelphia: Open
University Press.
Hughes, Arthur, 1993. Testing for Language Teachers, Cambridge University Press, USA.
Huckin, Thomas N, and Leslie A. Olsen. 1991. Technical Writing and Professional
Communication for Nonnative Speakers of English., McGrow-Hill, Singapore.
Lado. Robert. 1964. Language Teaching. Mc. Grow Hill. Inc. New York.
Mohamad Nur, dan Prima Retno Wikandari, 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa
dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Universitas Negeri Surabaya.
Oshima, A., and Hogue. 1999. Writing Academic English. Addison – Wesley Publishing
Company. London.
Rooks, George M. 1999. Share your Paragraph: An Interactive Approach To Writing,
Prentice Hall Regents, USA.
Rooks, George M. 1999 Paragraph Power: Communic ATING Ideas Through
Paragraphs, Prentice Hall Regents, USA.
Sagor, R. 1992. How to Conduct Collaborative Action Research, Alexandria: Association
for Supervision and Curriculum Development.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice, Boston: Allyn
and Bacon
Sudijono, A., 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Manajemen PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Tim Pelatih Penelitian Tindakan Universitas Negeri Yogyakarta. 2000. Penelitian
Tindakan (Action Research). Jakarta: Direktorat Pendidikan Menngah Umum.
18