repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web...
Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web...
i
STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SEMI REFINED CARRAGEENAN (Eucheuma cottonii) DAN BUBUK
BUNGKIL KACANG TANAH TERHADAP MUTU PERMEN COKELAT (Chocolate)
Oleh
NUR RAHMAH KR. BAJENGG 611 06 008
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
ii
STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SEMI REFINED CARRAGEENAN (Eucheuma cottonii) DAN BUBUK
BUNGKIL KACANG TANAH TERHADAP MUTU PERMEN COKELAT (Chocolate)
Oleh
NUR RAHMAH KR. BAJENGG 611 06 008
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada
Jurusan Teknologi Pertanian
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SEMI REFINED CARRAGEENAN (Eucheuma cottonii) DAN BUBUK BUNGKIL KACANG TANAH TERHADAP MUTU PERMEN COKELAT (Chocolate)
Nama : NUR RAHMAH KR. BAJENGStambuk : G 611 06 008Program Studi : ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
Disetujui
1. Tim Pembimbing
Ir. Nandi K. Sukendar, M. App. Sc. Dr. Ir. Mariyati Bilang, DEA
NIP. 19571103 198406 1 001 NIP. 195403271983022001
Mengetahui
2. Ketua Jurusan 3. Ketua Panitia Ujian Sarjana
Prof. Dr. Ir. Hj. Muliyati M. Tahir, MS Prof. Dr. Ir. Elly Ishak, M.Sc
NIP. 19570923 198312 2 001 NIP.19430717 196903 2 001
Tanggal Lulus: Mei 2012
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur yang mendalam
yang patut penulis puji kepada Allah subhanahuwata’ala dengan segala
rahmat dan hidayah-Nya yang memberikan kekuatan, kesehatan dan
keteguhan kepada penulis sehingga dapat menyelesaiakan skripsi ini.
Shalawat dan salam kepada manusia terbaik dan suri tauladan terbaik
bagi ummat manusia yaitu Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam,
beserta keluarganya, para sahabatnya, para tabi’in dan atba’at tabi’in.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin Makassar.
Penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ir. Nandi K. Sukendar, M. App. Sc dan Dr. Ir. Mariyati
Bilang, DEA selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, kritikan, saran dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan
skripsi. Tak lupa ucapan terima kasih kepada Dr. rer-nat. Zainal, STP,
M.FoodTech dan Februadi Bastian, STP., MS selaku penguji yang telah
meluangkan waktunya guna memberikan masukan dan petunjuk menuju
kesempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.
v
Melalui kesempatan yang berharga ini penulis juga tak lupa
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ketua Jurusan dan Staf Dosen beserta seluruh karyawan Jurusan
Teknologi Pertanian yang telah banyak memberikan pengetahuan
kepada penulis selama menempuh pendidikan.
2. Dekan Fakultas Pertanian dan para Pembantu Dekan, Karyawan dan
Staf dalam lingkup Fakultas Petanian.
3. Ketua Panitia Seminar Bapak Februadi Bastian, STP, M.Si dan Panitia
Ujian Sarjana Ibu Prof. Dr. Ir. Elly Ishak M.Sc atas luang waktunya
dalam penyelesaian berkas-berkas ujian sarjana.
Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna,
sama halnya dengan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan tetapi penulis sadari bahwa kesalahan
merupakan motivasi dan pelajaran dalam meraih kesuksesan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
kesempurnaan lebih lanjut pada skripsi ini.
Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan
mendapat imbalan dan limpahan rahmat yang berlipat ganda dari Allah
subhanahu wata’ala. Dan semoga laporan akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca, khususnya penulis, amin.
WassalamMakassar, Mei 2012
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini didukung dan dibantu oleh
orang-orang yang ada disekeliling penulis. Melalui kesempatan yang
berharga ini penulis haturkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda Jamaluddin Kr. Bulu’, SH dan Ibunda Wallo Aruan tercinta
yang dengan penuh ketulusan dan kasih sayang selama ini telah
membimbing dan membesarkan penulis serta senantiasa memberikan
dukungan, semangat dan doa yang tak ternilai harganya. Juga tak lupa
untuk saudaraku Nur Rahmi Kanna Kr. Luwu dan Sri Hastuti Putri
Kr. Ti’no yang telah menjadi guru berharga bagi penulis, agar penulis
bersabar, dan telah memberikan bantuan serta motivasi untuk
penyelesaian skripsi ini.
2. Teman-teman Jurusan Teknologi Pertanian Angkatan 2006 khususnya
Prodi ITP, semangat karena Allah dimanapun kita berada, terkhusus
Nurlaela, STP thanks friend. Dan tim chocolate, terus berkarya dengan
chocolate. Adik-adik ITP ‘07, ’08, ’09, ’10, ’11 belajarlah dengan giat
dan beraktivitaslah karena Allah.
3. Kepada sahabat-sahabatku, Kurniati, SP., Fauziah Ramdani, S.Sos.,
Padlia Bahar, S.S., Wahyuni, SE., Zuhrawati Latief, S.Si., Andini, S.S,
Rumah Qur’ani crew, Salemo 2 crew, pengurus akhwat LDF Ulul
Albaab FP UH, Ristin and ida Sohib Forever and dinda Zahwa, CSP.
Thanks for all.
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
NUR RAHMAH KR. BAJENG, lahir
di Bontosungguh, Jeneponto pada tanggal
23 Mei 1988, anak pertama dari 6 (enam)
bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan
Jamaluddin Kr. Bulu’, S.H dan Wallo Aruan.
Pendidikan formal yang pernah dijalani
adalah :
Sekolah Dasar Negeri 370 LagaLigo. Tahun 1994-2000.
MTsN. Model PalopoTahun 2000-2003.
Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Palopo, Tahun 2003-2006.
Padatahun 2006 penulis diterima diperguruan tinggi negeri Universitas
Hasanuddin melalui jalur SPMB pada program Strata Satu (SI) dan
tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,
Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
Selama menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin, penulis
pernah menjadi asisten Laboratorium Teknologi Pati dan Gula tahun 2009,
asisten Analisa Sensori tahun 2011, Makassar.
viii
NUR RAHMAH KR. BAJENG (G61106008) STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SEMIREFINED CARAGENAN (Eucheumacottonii) DAN BUBUK BUNGKIL KACANG TANAH TERHADAP MUTU PERMEN COKELAT (Chocolate) (DI BAWAH BIMBINGAN IR. NANDI K. SUKENDAR, M. App, Scdan DR. IR. MARIYATI BILANG, DEA).
RINGKASAN
Telah dilakukan penelitian mengenai studi pengaruh penambahan
semi refined carageenan (Eucheuma cottonii) dan bubuk bungkil kacang
tanah terhadap mutu permen cokelat yang dihasilkan. Tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk menghasilkan cokelat yang mengandung
dietary fiber dan tidak mengandung kolesterol. Tingkat perlakuan dari
semi refined carageenan adalah 0%, 5%, dan 10%. Sedangkan, untuk
bubuk bungkil kacang tanah sebanyak 0% dan 10%. Produk permen
cokelat diamati stabilitas, fat blooming dan sifat organoleptik meliputi
warna, aroma, rasa, kelembutan dan kepadatan.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan semi refined carageenan dan bubuk
bungkil kacang tanah menghasilkan sifat organoleptik yang sama meliputi
warna, aroma, dan rasa tapi memiliki perbedaan pada stabilitas,
kepadatan dan kelembutan permen cokelat. Penggunaan semi refined
carageenan menghasilkan titik leleh yang stabil atau lebih rendah tapi
memiliki tekstur yang kasar untuk kadar 10% semi refined carageenan.
Cokelat yang dibuat dari 10% bubuk bungkil kacang tanah memiliki titik
leleh yang lebih tinggi dengan tekstur cokelat yang lebih lembut.
Kata kunci :permen cokelat, semi refined carrageenan, bubuk bungkil
kacang tanah, stabilitas, kepadatan.
ix
NUR RAHMAH KR. BAJENG (G61106008) Studi The Influence of Addition of Semi Refined Carrageenan (SRC) and Defated Peanut Powder to the Quality of Chocolate (SUPERVISED BY IR. NANDI K. SUKENDAR, M. App, Scdan DR. IR. MARIYATI BILANG, DEA).
ABSTRACT
The influence of addition of semi refined carrageenan (SRC) and
defated peanut powderin chocolate making has been studied. The main
goal of this study is to produce chocolate containing dietary fiber and
having low cholesterol. The treatment levels of semi refined carageenan
were 0%, 5%, and 10%. While 0% and 10% for defated peanut powder.
The chocolate produced was examined for its stability, fat blooming, and
organoleptik properties, i.e. color, odor, taste, smoothness and firmness.
The results indicated that the addition of semi refined carageenan
and defated peanut powder produced similar organoleptic properties, i.e.
color, odor, and taste but having different stability, firmness, and
smoothness of chocolate. The use of semi refined carageenan provided
more stable or lower melting point but having harsh or smoothless texture
of chocolate for 10% of semi refined carageenan level. Chocolate made
from 10% of defated peanut powder has higher melting point with having
chocolate texture more smoothness.
Key word: chocolate, semi refined carageenan, defated peanut powder,
stability, and firmness.
x
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kakao ..................................................................................….. 5
B. Permen Cokelat........................................................................... 8
C. Lemak Kakao.............................................................................. 12
D. Karagenan................................................................................... 18
E. Proses Produksi Karagenan........................................................ 22
F. Bubuk Bungkil Kacang Tanah…………………………………….. 23
G. Bubuk Gula Pasir………………………………………………….. 26
H. Bubuk Kakao………………………………………………………. 27
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat...................................................................... 29
B. Alat dan Bahan............................................................................ 29
C. Prosedur Penelitian..................................................................... 30
1. Metode Pelaksanaan............................................................... 30
xi
2. Prosedur Penelitian................................................................. 30
D. Perlakuan Penelitian.................................................................. 33
E. Parameter Pengamatan.............................................................. 33
F. Pengolahan Data ........................................................................ 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PenelitianPendahuluan............................................................... 38
B. PenelitianUtama.......................................................................... 40
1. StabilitasPermenCokelat......................................................... 40
2. Fat Blooming padaPermenCokelat......................................... 42
3. UjiOrganoleptik........................................................................ 45
a. Warna................................................................................. 46
b. Aroma................................................................................. 46
c. Rasa................................................................................... 47
d. Tekstur............................................................................... 47
e. Kepadatan.......................................................................... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................. 51
B. Saran .......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 52
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ 55
xii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman1. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Biji Kakao SNI 01-2323-2000 7
2. Komposisi Lemak Kakao/100gr 15
3. Karakteristik Lemak Cokelat 16
4. Syarat Mutu Lemak Cokelat
(SNI.01-3748-1995) 17
5. Komposisi Kimia Rumput Laut
Jenis Eucheuma Cottonii 20
6. Komposisi Kimia Bubuk Bungkil Kacang Tanah 24
7. Formula Bahan Pembuatan Permen Cokelat 31
8. Perlakuan Penelitian Penambahan Semi Refined
Carrageenaan dan Bubuk Bungkil Kacang Tanah 33
Pada Pembuatan Permen Cokelat
9. Hasil Pengujian Tingkat Stabilitas
Produk Permen Cokelat pada Suhu 370C 41
10.Nilai Rata-Rata Uji Organoleptik Permen Cokelat
Terhadap Warna, Aroma, Rasa, Tekstur dan Kepadatan 45
xiii
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL HALAMAN
1. Fat Blooming pada Permen Cokelat 11
2. Struktur Molekul Lemak 18
3. Struktur dasar Kappa Karagenan 22
4. Diagram Alir Penyediaan Bubuk Kacang Tanah 36
5. Diagram Alir Pembuatan Permen Cokelat 37
6. Produk Permen Cokelat yang Belum Mengalami
Fat Blooming 43
7. Produk Permen Cokelat yang Mengalami
Fat Blooming 44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL HALAMAN
1. Bahan-Bahan yang digunakan dalam Pembuatan
Permen Cokelat 55
2. Tabel Hasil Pengujian Terhadap Tingkat Perbedaan
Produk Permen Cokelat 56
3. Tabel Hasil Pengujian Organoleptik terhadap Aroma
Permen Cokelat 57
4. Tabel Hasil Pengujian Organoleptik terhadap Warna
Permen Cokelat 58
5. Tabel Hasil Pengujian Organoleptik terhadap Rasa
Permen Cokelat 59
6. Tabel Hasil Pengujian Organoleptik terhadap Tekstur
Permen Cokelat 60
7. Tabel Hasil Pengujian Organoleptik terhadap Kepadatan
Permen Cokelat 61
8. Gambar Uji Tingkat Stabilitas pada Permen Cokelat
Pada Suhu 37 0C 62
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan yang cukup
penting, memiliki banyak kegunaan dan peranannya antara lain pada
industri bahan makanan dan permen cokelat. Produk kakao berupa
permen cokelat, salah satu permen yang sedang popular yang banyak
digemari olehanak-anak maupun orang dewasa. Bahan utama dari
pembuatan permen cokelat berasal dari lemak kakao yang merupakan
produk setengah jadi dan hasil ekstraksi paling berharga dari biji kakao
kering karena sekitar 29,5% bahan penyusunnya adalah lemak kakao
(Minifie, 1989).
Lemak kakao memiliki karakteristik yang unik yaitu memiliki titik
leleh yang tajam sekitar 32-350C, dan bersifat padat pada suhu kamar
28-300C dan bila dikonsumsi akan meleleh pada suhu tubuh 370C
(O’Brian, 1998). Karena sifat-sifat tersebut sehingga lemak kakao
sangat cocok dijadikan sebagai bahan makanan terutama
cokelat.Permen cokelat biasanya menggunakan bahan-bahan
tambahan berupa susu (susu full cream) sebagai bahan pengisi untuk
produk permen cokelat, dan lesitinkedelai sebagai emulsifier pada
produk permen cokelat. Akan tetapi, untuk melakukan sebuah
diversifikasi pangan dalam menghasilkan produk cokelat yang lebih
variatif, maka dibutuhkan bahan tambahan untuk mengganti susu dan
lesitinkedelai tapi tidak mengganti fungsinya dan salah satu alternatif
2
yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan
permen cokelat adalah bubuk bungkil kacang tanah dan semi refined
carrageenan.
Bubuk bungkil kacang tanah merupakan produk hasil ikutan
penggilingan biji kacang tanah setelah diekstraksi minyaknya secara
mekanis, memiliki sumber lesitin dan merupakan sumber protein yang
berkualitas baik. Sedangkan, semi refined carrageenan merupakan
hasil olahan produk setengah jadi dari Eucheuma cottonii, rumput laut
merah (Rhodophyta) yang memiliki fungsi pengemulsi, pembentuk gel,
penstabil dan pengental. Semi refined carrageenan juga sebagai
sumber serat pangani karena pada rumput laut mengandung
karbohidrat berupa manosa, galaktosa, agarosa, dan sebagainya yang
tidak dapat dicerna oleh pencernaan manusia. Walaupun tidak dapat
dicerna serta diserap saluran pencernaan manusia, serat memiliki
fungsi yang sangat penting untuk menjaga kesehatan, pencegahan
terhadap penyakit degeneratif, dan sebagai komponen penting dalam
terapi gizi. Menurut Idet Haryanto bahwa kebutuhan ideal manusia
akan serat hingga mencapai 25 gr–35 gr setiap hari. Salah satu upaya
untuk mengkonsumsi rumput laut sebagai sumber serat adalah dengan
meningkatkan penggunaan rumput laut dalam makanan/cemilan
sehari-hari yaitu dengan cara penambahan tepung rumput laut semi
refined carrageenan pada bahan pangan dan salah satunya adalah
pada permen cokelat.
3
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini akan
dilakukan diversifikasi produk pangan hasil olahan rumput laut yakni
semi refined carrageenan dan bubuk bungkil kacang tanah dengan
melakukan penambahan kedalam pembuatan produk permen cokelat.
B. Rumusan Masalah
Produk permen cokelat yang berbahan pengisi semi refined
carrageenan belum pernah dilaporkan sebelumnya. Penambahan semi
refined carrageenan dan bubuk bungkil kacang tanah pada pembuatan
permen cokelat digunakan sebagai pengganti susu (susu full cream)
dan lesitin kedelai. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penambahan bahan tersebut terhadap mutu
produk permen cokelat.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitin ini adalah :
1. untuk mengetahui proses pembuatan permen cokelat,
2. untuk mengetahui pengaruh penambahan semi refined
carrageenan dan bubuk bungkil kacang tanah terhadap mutu
permen cokelat
3. sebagai bentuk diversifikasi pangan yaitu untuk meghasilkan
produk permen cokelat yang mengandung serat pangani.
4
Kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dasar tentang cara pembuatan permen
cokelat dengan berbagai variasi bahan-bahan yang digunakan,
menjadi bahan informasi, dan bahan pertimbangan bagi industri
pangan dan masyarakat dalam pemanfaatan dan pengembangan
rumput laut sebagai diversifikasi produk pangan terutama dalam hal
diversifikasi permen cokelat sebagai permen kesehatan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kakao (Theobroma cacao L.)
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud
pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini
dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Delapan
negara penghasil kakao terbesar adalah (data tahun panen 2005)
adalah Pantai Gading (38%), Ghana (19%), Indonesia (13%, sebagian
besar kakao curah), Nigeria (5%), Brasil (5%), Kamerun (5%), Ekuador
(4%) dan Malaysia (1%). Negara-negara lain menghasilkan 9%
sisanya (Warintek, 2008).
Sistematika tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988)
dapat disebutkan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : dicotyledoneae
Sub class : dialypetalae
Ordo : malvales
Family : sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
Jenis kakao dibagi atas 3 jenis, yakni jenis kakao criolo (kakao
mulia), jenis kakao forestero (kakao lindak) dan jenis kakao trinitario.
Kakao jenis criolo menghasilkan mutu biji yang memiliki mutu yang
6
baik, buahnya berwarna merah/hijau, kulitnya tipis berbintik-bintik
kasar dan lunak, bijinya berbintik bulat telur dan berukuran besar
dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. Jenis forestero
menghasilkan biji kakao yang mutunya sedang, buahnya berwarna
hijau, kulitnya tebal, biji buahnya tipis dan gepeng. Kotiledon berwarna
ungu pada waktu basah. Jenis trinitario bentuknya heterogen, buahnya
berwarna hijau merah dan bentuknya bermacam-macam. Biji buahnya
juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda
sampai ungu tua pada waktu basah (Hatta, 1992).
Biji kakao didefinisikan sebagai biji tanaman kakao
(Theobroma cacao Linn.) yang telah difermentasi, dibersihkan dan
dikeringkan. Biji kakao yang diekspor diklasifikasikan berdasarkan
jenis tanaman, jenis mutu, dan ukuran berat biji. Berdasarkan jenis
tanaman dibedakan atas dua klasifikasi, yaitu jenis mulia (fine cocoa)
dan jenis lindak (bulk cocoa). Sementara berdasarkan jenis mutunya
terdapat dua golongan, yaitu Mutu I dan Mutu II. Menurut ukuran
bijinya dinyatakan dalam jumlah biji/100 gram (Wahyudi, T., dkk,
2008).
Standar mutu biji kakao disusun sebagai pedoman pengolahan
biji kakao pada tingkat petani sebagai dasar penetapan harga pada
tingkat petani/produsen dan dapat menjamin serta memenuhi
kepentingan produsen kalangan dagang maupun industry pengguna.
7
Menurut Anonim (2010), bahwa standar nasional untuk biji kakao
Indonesia adalah sebagai berikut:
Table 01. Standar Nasional Indonesia (SNI) Biji Kakao SNI 01-2323-2000
No Karakteristik Mutu I Mutu II Mutu III
1 Jumlah biji/100g ** ** **
2 Kadar air, %(b/b)maks 7,5 7,5 7,5
3 Berjamur, %(b/b)maks 3 4 4
4 Tak terfermentasi, %(b/b)maks 3 8 8
5Berserangga, hampa,
berkecambah, %(b/b)maks3 6 6
6 Biji pecah, %(b/b)maks 3 3 3
7 Benda asing, %(b/b)maks 0 0 0
8 Kemasan kg, netto/karung 62,5 62,5 62,5
Sumber : Anonim, 2010a
Biji kakao merupakan tanaman yang memilliki kandungan
lemak yang cukup tinggi. Kandungan lemak pada biji kakao berkisar
55-60%. Proses pemisahan lemak dan tepung ini dilakukan terhadap
biji kakao yang telah terfermentasi. Pemisahan lemak cokelat dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya ekstraksi dengan
menggunakan pelarut atau dengan pengepresan (Venter dkk., 2007).
Fermentasi pada awal sejarahnya hanya digunakan untuk
membebaskan biji kakao dari pulp, mencegah pertumbuhan,
memperbaiki kenampakan, dan mempermudah pengolahan
berikutnya dipabrikan cokelat. Namun, pada perkembangan
8
selanjutnya, fermentasi menjadi proses yang mutlak harus dilakukan.
Tujuannya agar diperoleh biji kakao kering yang bermutu baik
dan memiliki calon aroma serta cita rasa khas cokelat
(Wahyudi, T., dkk, 2008).
Biji kakao yang tidak difermentasi warnanya lebih pucat,
sedangkan biji kakao yang difermentasi warnanya cokelat. Fermentasi
akan mempermudah pengeringan dan menghancuran lapisan pulp
yang mendekat pada biji (Nuraeni, 1995). Dan ditambahkan juga oleh
(Wahyudi, T., dkk, 2008), bahwa biji kakao yang tidak difermentasi
ditandai dengan ciri-ciri bertekstur pejal, berwarna slaty (keabu-abuan),
memiliki rasa sangat pahit dan sepat, serta bercita rasa cokelat. Biji
kakao yang difermentasi dengan baik bertekstur agak remah atau
mudah pecah, warna keeping biji cokelat sampai cokelat dengan sedikit
warna ungu, cita rasa pahit dan sepat tidak dominan dan tentunya
berkualitas baik.
Beberapa macam produk dapat dihasilkan dari kakao, baik
yang berasal dari kulit, pulp maupun dari biji. Kulit kakao dapat
dijadikan kompos, pakan ternak, substrat budidaya jamur, ekstraksi
theobromin, dan bahan bakar. Secara garis besar, biji kakao dapat
diolah menjadi tiga olahan akhir, yaitu lemak kakao, bubuk kakao dan
permen atau makanan cokelat yang dalam pengolahannya saling
tergantung satu dengan yang lainnya (Wahyudi, T., dkk, 2008).
9
B. Permen Cokelat (Chocolate candy)
Permen (boiled sweet) merupakan salah satu produk pangan
yang digemari. Sebagai produk confectionery, candy dibedakan
menjadi dua golongan berdasarkan bahan bakunya, yaitu sugar
confectionery dan chocolate confectionery. Sesuai dengan namanya,
penggolongan itu didasarkan pada jenis bahan baku utamanya. Sugar
confectionery bahan bakunya berbasis gula, sedangkan chocolate
confectionery merupakan candy dengan basis bahan baku cokelat.
Selain itu, penggolongan candy juga dapat didasarkan pada perbedaan
tekstur dan cara pengolahannya (Faridah, dkk., 2008).
Cokelat merupakan salah satu produk kakao yang istimewa
dibandingkan produk-produk lainnya. Cokelat memiliki tiga sifat utama
yang membedakannya dari produk-produk lain, yaitu kekhasan cita
rasa, tekstur dan warnanya. Padatan cokelat berperan sebagai pemberi
cita rasa dan warna, sedangkan lemak dalam cokelat berperan dalam
mengendalikan tekstur produk.
Permen cokelat merupakan permen yang banyak digemari oleh
anak-anak dan masyarakat. Permen cokelat ini dibuat dari campuran
gula, pasta, susu skim dan lemak kakao. Akan tetapi, permen cokelat
juga banyak dijumpai dengan kombinasi bahan pengisi berupa kacang
tanah, kacang mete dan kismis. Pembuatan permen cokelat ini meliputi
tahapan diantaranya pencampuran bahan, refining (menghaluskan
10
adonan), conching (mencampur dan menghaluskan adonan), tempering
(pengaturan suhu), dan pencetakan (Minifie, 1999).
Conching berfungsi untuk mencampur dan untuk
menghaluskan sehingga akan menghasilkan tekstur cokelat yang halus
dan padat. Sedangkan refining berfungsi untuk menghaluskan adonan
permen cokelat. Tempering bertujuan memberikan perubahan bentuk
kristal lemak sehingga menghasilkan lemak yang lebih stabil pada saat
penyimpanan. Bila proses ini tidak dilakukan biasanya akan diperoleh
cokelat yang mudah meleleh (lengket), terjadi blooming, terjadi
blooming dan warnanya agak buram. Proses tempering ini dapat
mempengaruhi penampakan cokelat dari segi warna, dan ada tidaknya
blooming pada permukaan cokelat. Lemak cokelat akan stabil dalam
bentuk β. Tempering awal produk cokelat biasanya pada suhu 17 oC
dan lemak dalam bentuk γ, dilanjutkan dengan 21 oC – 24 oC bentuk
lemak α, kemudian pada suhu 27 oC – 29 oC lemak dalam bentuk β’ dan
terakhir penyimpanan 34 oC – 35 oC sehingga perubahan kristal lemak
menjadi β (Minifie, 1999).
Pencetakan bertujuan untuk memperoleh permen cokelat
dengan bentuk, kenampakan, dan ukuran yang menarik. Cetakan dapat
terbuat dari logam plastik. Permen cokelat gelap membutuhkan suhu
adonan siap cetak 32-33 oC dan permen cokelat susu membutuhkan
suhu adonan siap cetak 30-31 oC. Suhu yang terlalu rendah
menyebabkan permen cokelat mudah patah, sedangkan jika terlalu
11
tinggi menyebabkan terjadinya blooming, yaitu pengkristalan lemak
kakao pada permukaan permen (Wahyudi, T., dkk, 2008).
Blooming adalah bintik-bintik putih pada permukaan permen
cokelat akibat kristal lemak pada cokelat belum stabil. Blooming tidak
dikehendaki pada permen karena akan memberikan kenampakan yang
kurang baik. Faktor penyebab terbentuknnya blooming pada cokelat
adalah 1) proses tempering yang kurang baik, 2) metode pendinginan
yang salah, 3) adanya lemak pada cokelat, 4) kondisi penyimpanan
dengan suhu yang tinggi, 5) adanya penambahan pada cokelat
yang tidak cocok dengan lemak kakao, 6) kondisi suhu yang tinggi
(Minifie, 1999).
Gambar 01 . Fat blooming pada permen cokelat (Anonim, 2009a).
Upaya pencegahan blooming pada cokelat menurut
(Minifie, 1999), adalah sebagai berikut:
a. Blooming diakibatkan oleh kristal lemak yang besar pada
permukaan cokelat karena bentuk lemak dalam cokelat belum
stabil
b. Kondisi pertama terbentuknya blooming karena cokelat resisten
terhadap perubahan suhu. Bentuk lemak kakao harus stabil,
12
sebelum dibekukan dan ditempering atau sebelum dicampur dan
didinginkan.
c. Tempering pada saat mencampur dan didinginkan harus
disesuaikan dengan karakteristik sifat leleh pada lemak kakao.
d. Di dalam cokelat, pertama-tama lemak kakao akan berbentuk β’
yang kemudian mengalami perubahan ke bentuk β sesuai
bentuknya semula.
e. Jika laju pada pendinginan cokelat tidak kritis maka mungkin
bentuk lemak kakao juga tidak stabil
f. Asumsi blooming pada lemak kakao adalah hasil dari perubahan
bentuk lemak kakao yang tidak stabil sehingga cokelat perlu
dikemas dengan baik
g. Lemak lain seperti minyak kacang-kacangan, memiliki sifat leleh
yang lebih rendah dibandingkan dengan lemak kakao sehingga
blooming akan terbentuk. Lemak yang sifat lelehnya lebih tinggi
dapat mengurangi terbentuknya blooming.
C. Lemak Kakao
Lemak merupakan komponen termahal dari biji kakao, selain
oleh bahan tanah dan musim kandungan lemak dipengaruhi oleh
perlakuan pengolahan, jenis bahan tanaman dan faktor musim.
Biji kakao yang berasal dari pembuahan musim hujan mempunyai
kadar lemak tinggi. Sedangkan karakter fisik biji kakao pasca
pengolahan seperti kadar air tingkat fermentasi dan kadar kulit
13
berpengaruh pada rendemen lemak biji kakao. Krisaran lemak biji
kakao Indonesia adalah antara 49-52% (Mulato, 2005).
Lemak kakao merupakan lemak nabati alami yang mempunyai
sifat unik, yaitu tetap cair pada suhu di bawah titik bekunya.
Oleh karena itu, pabrik makanan cokelat menggunakan teknik
tempering khusus dengan mengubah struktur kristal lemak sedemikian
rupa sehingga lemak kakao tetap padat meskipun sudah mencapai titik
lelehnya, 34-35oC. Lemak mempunyai warna putih-kekuningan dan
mempunyai bau khas cokelat. Lemak ini mempunyai sifat rapuh
(brittle) pada suhu 25 oC dan tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
alkohol dingin. Lemak kakao larut sempurna dalam alkohol murni
panas dan sangat mudah larut dalam chloroform, bensen, dan
potreleum eter. Lemak kakao mempunyai tingkat kekerasan (pada
suhu kamar) yang berbeda, bergantung asal dan tempat tumbuh
tanamannya. Lemak kakao dari Indonesia, khususnya dari Sulawesi,
mempunyai tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan lemak
kakao asal Afrika Barat. Sifat ini sangat disukai oleh pabrik makanan
cokelat karena produknya tidak mudah meleleh saat didistribusikan ke
konsumen (Anonim, 2009b).
Lemak kakao diperoleh dari penyerupaan hidrolis nib kakao
berwarna kuning tipis, berbentuk padat dan keras serta menunjukkan
retakan yang nyata pada suhu di bawah 20 oC. Titik leleh yang sangat
tajam adalahpada suhu 35 oC (25 oF) dengan peleburan atau
14
pelunakan pada suhu sekitar 30-32 oC. Lemak kakao terdiri atas
sejumlah gliserida dan asam-asam lemak stearat, palmitat dan oleat
serta sedikit linoleat. Kadar lemak biji bergantung pada jenis
tanamannya. Jenis Criollo mempunyai kadar lemak sekitar 35% dan
Forastero sekitar 55-60% (Djatmiko dan Ketaren, 1980).
Lemak kakao adalah produk setengah jadi, dan merupakan
hasil ekstraksi paling berharga dari biji kakao kering. Lemak kakao
sebagian besar dimanfaatkan sebagai bahan baku manisan/makanan
cokelat dan sebagian kecil lainnya langsung dicampur susu, gula, dan
bahan tambahan lain menjadi permen cokelat putih, yang lebih dikenal
sebagai white chocolate. Lemak kakao diperoleh dari ekstraksi nib
kakao. Ada tiga cara ekstraksi lemak kakao, yaitu pengempaan
hidrolik, pengempaan ulir (expeller press) dan ekstraksi dengan
pelarut. Lemak kakao yang berkualitas baik berasal darinib yang
baik dan biasanya diperoleh dengan cara pengempaan hidrolik
(Wahyudi, T., dkk, 2008).
Lemak kakao merupakan campuran trigliserida, yaitu senyawa
gliserol dan tiga asam lemak, lebih dari 70% dari gliserida penyusun
tersebut dari tiga senyawa tidak jenuh tunggal, yaitu oleodipaltimin
(POP), oleodistearin (SOS), dan oleopalmtearin (POS). Di dalam
lemak kakao juga terdapat sedikit unsaturated trigliserida.Komposisi
asam lemak menentukan karakterisitik lemak, yaitu kekerasannya.
15
Karakteristik lemak kakao yang sesuai untuk makanan cokelat adalah
yang mempunyai titik cair sekitar suhu badan dan mempunyai
kekerasan (hardness) pada suhu kamar. Sifat lemak kakao lainnya
yang sering menjadi pertimbangan konsumen adalah kandungan FFA.
Kandungan FFA merupakan salah satu indikator kerusakan pada
lemak. Biji kakao yang diolah dan disimpan dengan baik, memiliki
kadar FFA dibawah 1 %. Lemak mulai mengalami kerusakan pada
kadar ffa 1,3%. Oleh karena itu, salah satu persyaratan tentang kadar
FFA adalah kurang dari 1,3%. Hanya saja Codex
Allimentarius member toleransi sampai batasmaksimum 1,75%
(Wahyudi, T., dkk, 2008).
Komposisi kimia lemak kakao dalam 100gr dapat dilihat pada
tabel 02 berikut ini :
Tabel 02. Komposisi Lemak Kakao/100gKomposisi Jumlah (g)- Trisaturated (3 asam lemak jenuh) 2,5 - 3,0- Triunsaturated (3 asam lemak tidak jenuh) 1,0- Diunsaturated (2 asam lemak tidak jenuh)
Stearo – diolein 6 – 12 Palmito – diolein 7 – 8
- Monounsaturated (1 asam lemak tidak jenuh) Oleo – distearin 18 – 23 Oleo – palmitostearin 52 – 57 Oleo – dipalmitin 4 – 6
Sumber : Rohan, T.A., 1963.
Cokelat memiliki dua sifat utama yang perlu diperhatikan yaitu
flavor dan tekstur. Cokelat memiliki cita rasa yang khas, teksturnya
berbentuk padat pada suhu kamar, cepat meleleh di mulut, menjadi
16
cair dan terasa lembut di lidah. Karakteristik produk cokelat ini
dipengaruhi oleh karakteristik kristal lemak cokelat yang terbentuk
(Susanto, 1994).
Karakteristik sensori lemak cokelat dapat dilihat pada tabel 03
berikut ini :
Tabel 03.Karkteristik Sensori Lemak CokelatKristal Suhu Leleh Efek Rasa
I 170C (630 F) Lunak, mudah hancur, terlalu mudah melumer
II 210C (700 F) Lunak, mudah hancur, terlalu mudah melumer
III 260C (780 F)Padat, patah kurang sempurna, terlalu mudah
lumer
IV 280C (820 F)Padat, patah kurang sempurna, terlalu mudah
lumer
V 340C (940 F)Mengkilap, padat, renyah, leleh pada suhu
tubuh (370C)
VI 360C (970 F) Keras, sulit menjadi padat
Sumber : Susanto (1994).
Lemak kakao yang akan digunakan pada berbagai produk
olahan kakao harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Standar
SNI lemak kakao menurut Anonim (2008a) adalah sebagai berikut:
17
Tabel 04. Syarat Mutu Lemak Cokelat (SNI.01-3748-1995).No. Test Kriteria Satuan Persyaratan
A Keadaan (Bau, Rasa dan Warna - normal, khas
lemak kakaoB Indeks Bias Nd4O - 1.456 – 1.459
C Titik Leleh Awal 0 C, Akhir 0 C C awal = 30 – 34;
akhir = 31 – 35
D Asam Lemak Bebas (Sebagai Asam Oleat) % maks 1.75
E Bilangan Penyabunan Mg KOH/g lemak 181 – 198 F Bilangan Iod (Wijs) g/100 g 33 – 42 G Bahan Tak Tersabunkan % maks 0.35
H Cemaran Logam (Pb, Cu, Fe) - maks 0.5, maks
0.4, maks 2.0 I Arsen - maks 0.5J Kandungan Timbal (Pb) mg/kg maks 0.5K Kandungan Tembaga (Cu) mg/kg maks 0.4L Kandungan Besi mg/kg maks 2.0M Kandungan Arsen (As) mg/kg maks 0.5
Sumber: (SNI.01-3748-1995).
Lemak kakao mengandung asam oleat, palmitat dan stearat.
Lemak kakao yang digunakan dalam pembuatan permen cokelat harus
memiliki ciri-ciri yakni akan mencair pada suhu 32 – 350C
(suhu badan), mempunyai tekstur yang keras dan sedikit rapuh, serta
warnanya tidak buram dan tetap cerah jika dicampur pada bahan lain
serta memadat pada suhu kamar. Retensi waktu untuk penyimpanan
juga harus disesuaikan dengan kondisi cokelat, karena jika tidak maka
dapat menyebabkan cokelat akan melekat pada cetakan,
menghasilkan warna yang buram serta menimbulkan blooming
di permukaan cokelat. Dimana fungsi dari lemak kakao pada
pembuatan cokelat yakni untuk memadatkan (Ketaren, 1986).
18
Struktur molekul lemak dapat dilihat pada gambar 02 dibawah
ini :
Gambar 02. Struktur Trigliserida (Lemak) (Anonim, 2011).
D. Karagenan (Carrageenan)
Rumput laut sebagai salah satu sumber hayati laut bila diproses
akan menghasilkan senyawa hidrokoloid yang merupakan produk
dasar (hasil dari metabolisme primer). Senyawa hidrokoloid yang
berasal dari rumput laut disebut juga senyawa fikokoloid.Senyawa
hidrokoloid sangat diperlukan keberadaannya dalam suatu produk
karena berfungsi sebagai pembentuk gel (gelling agent), penstabil
(stabilizer), pengemulsi (emulsifier), pensuspensi (suspending agent).
Senyawa hidrokoloid pada umumnya dibangun oleh senyawa
polisakarida rantai panjang dan bersifat hidrofilik (suka air)
(Anggadiredja, dkk., 2006).
Karagenan merupakan suatu filakoid yang berupa polisakarida.
Selain itu juga merupakan sumber hidrokoloid penting sehingga hasil
ekstraksinya dapat digunakan sebagai penebal, pengemulsi, penstabil,
19
pengental, dan pengikat substansi pada industri makanan, farmasi,
kosmetik, tekstil, keramik, dan karet. Karagenan dipasaran merupakan
tepung berwarna kekuning-kuningan. Karagenan mudah larut dalam
air membentuk larutan kental atau jel yang tergantung dari proporsi
fraksi kappa atau iota (Setyowati et al., 1998). Rumput laut penghasil
karaginan yaitu Eucheuma cottonii,E. isiforme, E. spinosum, Gigartina,
dan Gymnogongrus sp(Poncomulyo et.al., 2006).
Klasifikasi Kappaphycus alvarezii menurut Chapman dan
Chapman (1980) adalah sebagai berikut:
Filum : Rhodophyta
Sub kelas : Floridae
Kelas : Rhodopyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Soliriaceae
Genus :Kappaphycus
Spesies :Kappaphycus alvarezii (Doty)
= Eucheuma cottonii (nama dagang)
20
Tabel 05. Komposisi Kimia Rumput Laut Jenis Eucheuma cottonii
Jenis analisa Jumlah(Sul Sel)%
Kadar air 11,80Protein (Crude protein) 9,20
Lemak 0,16Karbohidrat 10,64Serat kasar 1,73
Abu 4,79Mineral:Ca 69,25 ppm
Fe 0,326 ppmCu 1,869 ppmPb 0,015 ppm
Vitamin B1 (Thiamin) 0,10 mg/100gVitamin B2 (Riboflacin) 8,45 mg/100g
Vitamin C 41 mg/100gCarrageenan 67,51%
Agar =Sumber : hasil analisa di FTDC
Berbagai produk karagenan yang terdapat dipasaran yaitu
1) karagenan murni (refined carrageenan), 2) kombinasi karagenan
murni, 3) kombinasi karagenan murni dan garam, gula atau bahan lain,
4) karagenan semi murni (semirefined carrageenan), 5) kombinasi
karagenan murni dan karagenan semi murni, 6) kombinasi karagenan
semi murni dan garam, gula atau bahan lain, 7) kombinasi karagenan
murni, karagenan semi murni dan garam, gula atau bahan lain
(Anonim, 2007).
Karagenan dapat menyerap air sehingga menghasilkan tekstur
yang kompak.Karagenan juga meningkatkan rendemen, meningkatkan
daya mengikat air, menambah kesan juiciness, meningkatkan
21
kemampuan potong produk dan melindungi produk dari efek
pembekuan dan thawing (Keeton, 2001). Karagenan diberi nama
berdasarkan persentase kandungan ester sulfatnya, yaitu : Kappa
(25-30%), Iota (28-35%), dan Lamda (32-39%). Karagenan dapat
diaplikasikan pada berbagai produk sebagai pembentuk gel atau
penstabil, pensuspensi, pembentuk tekstur emulsi, terutama pada
produk-produk jelly, permen, sirup, dodol, nugget, produk susu,
bahkan untuk industry kosmetik, tekstil, cat, obat-obatan dan pakan
ternak (Suptijah, 2002).
Karagenan digunakan untuk mengontrol kadar air, tekstur dan
sebagai penstabil, selain itu digunakan pada industri makanan untuk
membentuk gel dan menambah ketebalan (thickening). Karagenan
mempunyai berat molekul tinggi dan merupakan polisakarida linier
yang tersusun dari unit-unit galaktosa.Terdapat tiga tipe karagenan
yaitu kappa, iota, dan lamda (Thomas, 1992).
Standar mutu karagenan dalam bentuk tepung adalah 99% lolos
saringan 60 mesh, tepung yang terendap alkohol 0,7 dan kadar air
15% pada RH 50 dan 25% pada RH 70. Penggunaan ini biasanya
dilakukan pada konsentrasi serendah 0,005% sampai setinggi 3%
tergantung dari produk yang ingin diproduksi (Winarno, 1996).
Karagenan dapat digunakan sebagai bahan penstabil karena
mengandung gugus sulfat yang bermuatan negatif di sepanjang rantai
polimernya dan bersifat hidrofilik yang dapat mengikat air atau gugus
22
hidroksil lainnya (Mirano, 1977). Berdasarkan sifatnya yang hidrofilik
tersebut, maka penambahan karagenan dalam produk emulsi
akanmeningkatkan viskositas fase continue sehingga emulsi menjadi
stabil (Frashier dan Parker, 1985). Karagenan merupakan senyawa
polisakarida yang mudah mengikat air dengan adanya gugus
sulfat pada rantai molekulnya yang bersifat reversible
(Chapman dan Chapman, 1980).
Rumput laut dapat bersaing dengan produk-produk susu
sebagai sumber nutrisi. Peneliti yang terdiri dari Dr Maria Hayes,
Ciaran Fitzgerald, Eimear Gallagher, dan Deniz Tasdemir dari Teagasc
Food Research Centre, Irlandia melakukan kajian terhadap
pemanfaatkan rumput laut sebagai sumber protein yang memiliki
khasiat seperti bioaktif peptida. Rumput laut yang juga dikenal dengan
nama macroalga merupakan sumber pangan alternatif yang kaya
nutrisi. Masyarakat di Asia Timur dan budaya lainnya sudah selama
berabad-abad mengonsumsi rumput laut (Maharani, 2011).
E. Proses Produksi Karagenan
Karagenan terbagi menjadi 3 tipe yaitu kappa, iota dan lambda
karagenan yang dibedakan oleh jumlah dan posisi ester sulfat dan
kandungan dari 3,6 anhidro galaktosa. Karagenan yang berasal dari
rumput laut Eucheuma cottonii yaitu jenis kappa karagenan, proses
produksi karagenan semi refine lebih banyak diaplikasikan, dan
produk SRC ada yang berbentuk chips da nada pula berbentuk
23
tepung (flour). Proses SRC flour merupakan kelanjutan produk SRC
chips. Caranya dengan menghancurkan (grinding) produk chips
menjadi tepung berukuran 40-60 mesh. Proses produksi SRC perlu
diperhatikan bahwa produk SRC flour dapat digunakan dalam industri
makanan (food grade) maupun industri lainnya (nonfood grade)
(Anggadiredja, dkk.,2006).
Struktur dasar kappa karagenan dapat dilihat pada gambar 03
sebagai berikut :
Gambar 03. Struktur dasar kappa karagenan
Kappa karagenan memiliki gugus sulfat yang paling sedikit dan
mudah untuk membentuk gel (Arda et al. 2007). Kappa karagenan
tersusun dari α(1,3)-D-Galaktosa-4 sulfat dan β(1,4) 3,6-anhydro
D-Galaktosa (Winarno 2008). Iota karagenan terdiri dari ikatan 1,3-D-
galaktosa-4-sulfat dan ikatan 1,4 dari unit 3,6-anhidro-D-galaktosa-2-
sulfat. Kappa karagenan dapat membentuk gel yang paling kuat
(Glicksman 1983). Disamping itu karagenan sering mengandung
D-galaktosa 6-sulfat dan ester 3.6 anhidro D-galaktosa 2-sulfat
mengandung gugusan 6-sulfat, dapat menurunkan daya gelasi dari
karagenan, tetapi dengan pemberian sekali mampu menyebabkan
terjadinya transeliminasi gugusan 6-sulfat, yang menghasilkan
terbentuknya 3.6 anhidro-D-galaktosa.
24
F. Bungkil Kacang Tanah
Kacang-kacangan merupakan bahan pangan yang kaya akan
karbohidrat dan protein sehingga menjadi makanan pokok manusia
dan mempunyai daya guna yang sangat luas. Bahan pangan memiliki
kadar air yang berbeda-beda untuk penyimpanannya tergantung dari
jenis bahan pangan tersebut. Menurut standar analisa bahan makanan
kadar air untuk jenis kacang-kacangan memiliki kadar air sebesar
9-11% (Somaatmadja, 1993).
Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang
tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan
Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan
protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi
dari daging, telur dan kacang soya. Tanaman kacang kedelai, kacang
tanah, jagung, dan bunga matahari memiliki kandungan senyawa kimia
yang dinamakan lesitin. Lesitin merupakan campuran fosfatidadan
senyawa-senyawa lemak yang meliputi fosfatidil kolin, fosfatidil
etanolamin, fosfatidil inositol (penentu mutu dan khasiatnya)
(Anonim, 1999).
Bungkil kacang tanah merupakan limbah dari pengolahan
minyak kacang tanah. Bungkil kacang tanah mengandung protein
kasar 46,62% dan serat kasar 5,5%. Bungkil kacang tanah mempunyai
protein tercerna 42,2% dan total nutrient tercerna 84,5%. Nilai ini lebih
tinggi dari bungkil kedelai (Anonim, 2006).
25
Komposisi kimia dari bungkil kacang tanah menurut Dewan
Standarisasi Nasional (2008):
Tabel 06. Komposisi Kimia Bubuk Bungkil Kacang TanahKomposisi Kimia Rata-Rata (%)
Air 12
Protein Kasar (minimum) 46
Serat Kasar (maksimum) 12
Abu (maksimum) 7
Lemak (maksimum) 3,5
Ca 0,1-0,3
P 0,40-0,74
Aflatoksin (ppb) 200
Sumber: Dewan Standarisasi Nasional, 2008.
Bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan permen
cokelat adalah lemak kakao dan gula dari golongan sukrosa dan
bahan tambahan yaitu lesitin.Lesitin ini dipergunakan untuk
menurunkan viskositas adonan makanan cokelat sehingga
penggunaan lemak kakao dapat dikurangi.Selain itu, lesitin juga dapat
berfungsi untuk menjaga stabilitas lemak adonan sehingga lemak tidak
mudah keluar (Arafat, 2003).
Lesitin dapat bersumber dari telur maupun kedele. Lesitin
mempunyai struktur seperti lemak tetapi mengandung asam fosfat,
gugus polar dan gugus non polar. Gugus polar yang terdapat pada
ester, fosfatnya bersifat hidrofilik (cenderung larut air), sedang gugus
non polar yang terdapat pada ester asam lemaknya bersifat lifofilik
(cenderung larut dalam lemak). Beberapa zat pengemulsi diantaranya
26
gom arab, tragakan, gelatin, pektin, lesitin, stearil alkohol, bentonit, dan
zat pembasah atau surfaktan. Berdasarkan strukturnya zat pengemulsi
bersifat amfifilik karena memiliki molekul-molekul yang terdiri dari
bagian hidrofobik (oleofilik) dan hidrofilik (oleofobik) (Swarbrick, 1995).
Emulsifier memberikan kemampuan untuk mempertahankan
tekstur dari pelelehan, hal tersebut sebagai akibat adanya dispersi
lemak bahan dengan struktur sel udara yang menghasilkan karakter
tekstur yang keras dan kering (Ketaren, 1986). Salah satu contoh
emulsifier yang sering digunakan adalah lesitin.
Kadar lesitin yang ditambahkan pada pembuatan permen
cokelat lazimnya antara 0,3-0,8 % dan hal ini akan menghemat
penggunaan cocoa butter sekitar 5%. Proses penambahan lesitin yaitu
sepertiga dimasukkan pada awal saat pengadukan dan dua pertiga
sisanya sekitar 1 jam sebelum pengadukan selesai. Penambahan
pengemulsi lesitin meningkatkan kualitas pelelehan dalam mulut, dan
menambah lezat citarasanya (Hartomo, 1993).
G. Bubuk Gula Pasir
Jumlah gula yang ditambahkan pada pembuatan cokelat pada
umumnya berkisar 27%. Gula yang digunakan adalah gula kering
dengan kadar air yang sangat rendah supaya permen cokelat tidak
mudah meleleh. Pada pembuatan cokelat diusahakan tidak ada air
yang masuk walau hanya setetes. Gula yang umum dijumpai memiliki
27
kandungan air yang tinggi maka jika akan digunakan untuk pembuatan
cokelat maka akan cepat meleleh (Minifie, 1999).
Gula pasir yang dibutuhkan untuk pembuatan permen cokelat
adalah yang bermutu tinggi (SHS 1), kering dan bebas dari gula invert.
Secara kuantitatif, sebaiknya gula terdiri dari 99,8% sukrosa dengan
kadar air antara 0,01-0,02%, mineral 0,006-0,03%, dan gula invert
0,03-0,2%. Kadar air yang terlalu tinggi akan menyulitkan
proses refining atau conching. Gula dihaluskan sebelum digunakan
(Wahyudi, dkk., 2008).
Gula dapat berfungsi untuk memberikan rasa manis, ada
beberapa jenis gula yang dapat ditambahkan pada produk makanan
diantaranya adalah sukrosa. Sukrosa merupakan senyawa disakarida.
Secara komersial, sukrosa diproduksi dari tebu dan bit. Berat molekul
sukrosa yaitu 342,30 dan titik cairnya 1860C. Monosakarida merupakan
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana. Sebagaimana disakarida,
monosakarida berasa manis, larut air dan bersifat kristalin (Syarief dan
Anies, 1988).
Sukrosa merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam
golongan karbohidrat, memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat
anhydrous dan kelarutannya dalam air mencapai 67,7% pada
suhu 20°C (w/w). Sifat-sifat gula yang penting diketahui karena sangat
vital dalam mempengaruhi proses pembuatan candy adalah: inversi,
titik didih gula, dan tingkat kelarutan gula. Sukrosa memiliki peranan
28
penting dalam teknologi pangan karena fungsinya yang beraneka
ragam, yaitu sebagai pemanis, pembentuk tekstur, pengawet,
pembentuk citarasa, sebagai substrat bagi mikroba dalam proses
fermentasi, bahan pengisi dan pelarut (Faridah, 2008).
H. Bubuk Kakao
Proses pembuatan bubuk kakao pada pabrikan umumnya
melalui penyangraian biji, pemisahan nib dari kulit biji, penghancuran
dan penghalusan nib, pengempaan, penepungan bungkil kakao
dan pengayakan, serta pemberian aroma-aroma tambahan
(Wahyudi, dkk., 2008). Produk-produk cokelat dan cocoa
(bubuk cokelat) merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, vitamin
dan mineral. Bubuk cokelat non alkali per 100g mengandung kalsium
115,93 mg, besi 11,34 mg, magnesium 488,51mg, posfor 716,66 mg,
kalium 448,56 mg, natrium 20,12 mg, Zn 6,306 mg, Cu 3,62 mg, dan
mangan 3,77 mg (Hui. YH., 1992).
Jenis hasil olahan akhir bubuk kakao yang beredar dipasaran,
diantaranya adalah bubuk kakao minuman (drinking cocoa) dan bubuk
kakao instant (cocoa instant). Bubuk kakao minuman (drinking cocoa)
biasa digunakan untuk bahan tambahan minuman susu dan untuk
pembuatan kue. Beberapa aroma tambahan digunakan pada produk
ini, antara lain vanilli atau kayu manis. Sedangkan, bubuk kakao
instant (cocoa instant) menggunakan bahan tambahan pengemulsi,
terutama lesitin antara 1,5-3,0%, sehingga mudah terdispersi di dalam
29
air. Bubuk ini dapat digunakan sebagai pemberi aroma susu dan kue
(Wahyudi, dkk., 2008).
30
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Maret sampai
Mei 2011, kemudian dilanjutkan pada bulan September sampai
November 2011, bertempat di Laboratorium Pengolahan Pangan untuk
Pembuatan Produk Cokelat, Laboratorium Analisa, Kimia dan
Pengawasan Mutu Pangan untuk Uji organoleptik, dan Laboratorium
Bioteknologi dan Mikrobiologi Pangan untuk uji Stabilitas, Program
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan
analitik, alat pengempa, wadah, sendok, penangas, cetakan, grinder,
panci, termometer, sendok, mangkuk dan mixer.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lemak
kakao diperoleh dari KIMA Makassar PT. Mars Symbioscience
Indonesia, gula pasir, semi refined carrageenan (E.cottonii) diperoleh
dari PT. Bantimurung Indah Maros, bubuk bungkil kacang tanah, dan
bubuk kakao.
31
C. Prosedur Penelitian
1. Metode Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan melalui 2 tahapan yaitu:
a. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan
konsentrasi semi refined carrageenan yang akan digunakan
dalam proses pembuatan permen cokelat. Konsentrasi tepung
rumput laut yaitu 25%, 20%, 15%, 10%, 5%. Hasil yang
diperoleh setelah melakukan pengujian organoleptik yaitu 10%
dan 5%.
b. Penelitian Utama
Penelitian utama ditujukan untuk melihat pengaruh
penambahan tepung rumput laut dengan konsentarsi 10% dan
5% terhadap sifat organoleptik, stabilitas, dan uji fat blooming.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah sebgi berikut:
a. Penyiapan Bubuk Bungkil Kacang Tanah sebagai sumber
Protein
1. Kacang tanah direndam dalam air mendidih 1000C selama 5
menit
2. Dipisahkan dengan kulit arinya
3. Kacang tanah dikeringkan lalu dikempa atau dipress
sehingga menghasilkan bungkil kacang tanah
32
4. Bungkil kacang tanah dihaluskan dengan memakai grinder
lalu diayak dengan menggunakan ayakan biasa (20 mesh)
sehingga menghasilkan bubuk bungkil kacang tanah
5. Kemudian disangrai dengan api sedang sekitar 15 menit
b. Penyiapan Semi Refined Carrageenan sebagai Emulsifier
Semi refined carrageenan diperoleh dari PT Bantimurung
Indah, Maros.
c. Penyiapan Lemak Kakao
Lemak kakao diperoleh dari pengrajin kakao.
d. Penyiapan Gula Halus
Gula yang digunakan yaitu gula pasir “Gulaku” yang
kemudian dihaluskan dengan menggunakan grinder lalu diayak.
e. Formula Bahan Pembuatan Permen Cokelat
Tabel 07. Formula Bahan Pembuatan Permen Cokelat
Bahan (gr) Perlakuan (gr)A B C D E
A.Bahan Utama- Lemak Kakao (gr)
- Bubuk Bungkil Kacang Tanah*
(gr)
- Semi refined carrageenan** (gr)
- Gula Halus (gr)
60
10
0
20
60
0
5
20
60
10
5
20
60
0
10
20
60
10
10
20Jumlah (J) 90 85 95 90 100
B. Bahan TambahanBubuk Kakao (5%) x Jumlah Bahan Utama
4,5 4,25 4,75
4,5 5
33
f. Pembuatan Permen Cokelat
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
penelitian ini
2. Lemak kakao 60% ditim pada suhu 500C sehingga dihasilkan
lemak kakao cair
3. Dilakukan pencampuran bahan yaitu gula halus 20%, bubuk
kakao (5%), bubuk kacang tanah dan tepung rumput laut
(sesuai perlakuan),
4. Bahan-bahan yang telah dicampurkan diaduk rata.
Kemudian, dimasukkan dalam lemak kakao cair dan
dilakukan pengadukan secara sederhana (mixer) selama 20
menit hingga tercampur rata.
5. Kemudian, dilakukan proses tempering yaitu mula-mula
dilakukan pada suhu 270C selama 10 menit, lalu suhunya
dinaikkan menjadi 500C selama 20 menit, lalu diturunkan
suhunya menjadi 300C selama 10 menit, lalu dinaikkan lagi
pada suhu 350C selama 10 menit.
6. Tahap selanjutnya yaitu dilakukan pencetakan adonan
(32-330C). Tetapi sebelum pengisian, cetakan dipanaskan
terlebih dulu sampai hampir sama dengan suhu adonan.
Untuk uji stabilitas, produk permen cokelat dicetak dengan
menggunakan cetakan berbentuk segitiga.
7. Kemudian didinginkan dalam ruang pendingin.
34
8. Dilakukan penyimpanan produk selama 12-24 jam pada
suhu 15,5-210C.
9. Dilakukan pengemasan, dalam penelitian ini produk permen
dikemas dengan menggunakan plastik klim.
10.Tahap akhir adalah dilakukan uji organoleptik, uji stabilitas
dan fat blooming.
D. Perlakuan Penelitian
Perlakuan pada penelitian ini yaitu penambahan semi
refined carrageenan dan bubuk bungkil kacang tanah dengan
konsentrasi yang berbeda adalah sebagai berikut:
Tabel 08. Perlakuan Penelitian Penambahan Semi Refined Carrageenan dan Bubuk Bungkil kacang Tanah pada Pembuatan Permen Cokelat
Perlakuan Semi RefinedCarrageenan
Bubuk Bungkil Kacang Tanah
A 0 % 10 %B 5 % 0 %C 5 % 10 %D 10 % 0 %E 10 % 10 %
E. Parameter Pengamatan
Parameter pengujian dalam penelitian ini yaitu uji
organoleptik, uji satabilitas dan fat blooming. Pengujian sifat
organoleptik dilakukan dengan menggunkan uji segitiga, uji hedonik
dan menggunkan metode scoring, dimana uji segitiga dilakukan
untuk mengetahui tingkat perbedaan mutu produk dan uji hedonik
untuk melihat tingkat kesukaan panelis terhadap produk. Metode
35
scoring digunakan untuk mengetahui tingkat kepadatan produk.
Uji stabilitas dilakukan untuk melihat tingkat stabilitas produk dan
pengujian fat blooming dilakukan untuk mengetahui adanya
bintik-bintik putih pada produk.
1. Uji organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan meliputi rasa, aroma,
kepadatan, tekstur dan warna terhadap produk yang dihasilkan.
Pengujian ini dilakukan dengan metode uji segitiga dan metode
uji hedonik. Metode uji segitiga dilakukan dengan melihat tingkat
perbedaan dari permen cokelat yang dihasilkan. Kemudian uji
hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis
terhadap produk dengan menggunakan panelis yang akan
memberikan penilaiannya berdasarkan tingkat kesukaannya
terhadap produk pada quesioner yang disediakan. Sedangkan,
untuk mengetahui tingkat kepadatan produk permen cokelat
dilakukan dengan menggunakan uji scoring,
2. Uji Stabilitas Permen Cokelat
Produk permen cokelat disimpan pada inkubator suhu tetap
37 0C selama satu jam.Sebelum produk dimasukkan kedalam
inkubator, suhu dinetralkan terlebih dahulu selama satu jam
pada suhu 370C lalu dimasukkan benda yang bersifat isolator
panas agar produk tidak bersentuhan langsung dengan
36
inkubator.Kemudian diamati terhadap perubahan bentuk kerucut
dari produk permen cokelat.
3. Uji Fat Blooming
Produk permen cokelat yang dihasilkan disimpn pada suhu
ruang (30-330C) selama 21 hari kemudian dilakukan
pengamatan setiap hari selama 3 minggu untuk melihat
perubahan permen cokelat ada atau tidak adanya fat blooming.
F. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini disajikan dengan
menggunakan metode deskriptif berdasarkan data hasil
pengamatan terhadap parameter pengujian dengan dua kali
ulangan.
Kacang Tanah (KA≤8,6%)
Perendaman dalam air mendidih(T = 1000C, t = 5 menit )
Pemisahan Kacang dan Kulit Ari Kulit Ari
Kacang Tanah tanpa Kulit
Pengepresan Minyak Kacang Tanah
Bungkil Kacang Tanah
Penghalusan dengan Grinder
Pengayakan(20 mesh)
Bubuk Kacang Tanah Halus
Penyangraian dengan api sedang(± 15 menit)
Bubuk Bungkil Kacang Tanah (KA=6,3 % )
Gambar 04. Diagram Alir Bubuk Bungkil Kacang Tanah
37
Diagram Alir Penyediaan Bubuk Kacang Tanah
Lemak Kakao 60 %
Pengetiman Lemak Kakao(T = 50 0C)
Lemak Kakao Cair
Pencampuran bahan dengan lemak kakao cair (mixer pada suhu ruang 300C dengan kecepatan sedang selama 15 menit)
Pencampuran dan penghalusan bahan: gula halus 20%, bubuk kakao 5 %
PERLAKUANSemi Refined Carrageenan:
Bubuk Bungkil Kacang Tanah1= 0% : 10 %2= 5 % : 0 %3= 5 % : 10 %4= 10 % : 0 %5= 10 % : 10 %
Pengadukan(t = 20 menit)
Tempering (T:t =270C:10’, 500C:20’, 300C:10’,
350C:10’)
Pencetakan
PERMEN COKELAT
Penyimpanan dalam ruang pendingin(15,5-210C)
Pengemasan (Plastik Klim)
Pengujian Produk(Sifat Organoleptik, uji Stabilitas, Uji Kepadatan, dan Uji Fat Blooming)
Gambar 05. Diagram Alir Pembuatan Permen Cokelat
38
Diagram Alir Pembuatan Permen Cokelat
39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penelitian Pendahuluan
Proses pembuatan permen cokelat dilakukan secara sederhana
dari bahan-bahan yang mudah diperoleh. Formulasi bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lemak kakao 60%, bubuk
gula pasir 20%, bubuk kakao 5%, bubuk kacang tanah, dan semi
refined carrageenan (sesuai dengan perlakuan). Bubuk kacang tanah
terlebih dahulu dipress untuk mengeluarkan minyaknya sebanyak 51%
(Kasmawati, 2011). Konsentrasi semi refined carrageenan diperoleh
melalui proses pembuatan permen cokelat kemudian dilakukan
pengujian organoleptik dengan konsentrasi penambahan semi refined
carrageenan 25%. Hasil yang diperoleh adalah produk permen cokelat
yang memiliki sifat mengikat saliva yang sangat kuat sehingga
konsentrasi dikurangi menjadi 10% dan 5% untuk penambahan dalam
pembuatan permen cokelat.
Permen cokelat merupakan salah satu produk permen yang
banyak digemari oleh masyarakat, mulai dari kalangan anak-anak
sampai orang tua. Permen cokelat yang biasanya beredar
dimasyarakat adalah permen cokelat yang mengandung susu atau
biasa disebut permen cokelat susu. Kebutuhan akan susu atau hasil
olahannya tergantung pada resep yang digunakan biasanya berbentuk
susu bubuk fullcrem. Akan tetapi, tidak semua kalangan masyarakat
cocok dengan mengkonsumsi permen cokelat susu terutama pada
40
orang tua karena perolehan bahan baku susu berasal dari hewan
ternak mamalia yang mengandung lemak 3,9% (Buckel, at all. 2007).
Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya kolesterol sehingga akan
mempengaruhi kesehatan bagi penderita jantungdan konsumen yang
tidak cocok. Berdasarkan sifat fisik,susu memiliki titik leleh 23-330C
dan titik beku -55-0,610C (Anonim, 2010) dan fungsi penambahan susu
pada pembuatan permen cokelat adalah sebagai bahan pengisi untuk
memadatkan permen. Penambahan susu dalam pembuatan permen
cokelat akan menambah kandungan kalori yang secara tidak langsung
akan membahayakan jantung. Selain itu, struktur lemak dalam susu
yang digunakan pada permen cokelat bisa berubah selama
pengolahan sehingga menjadi lemak jahat. Menurut Maharani (2011d),
mengatakan bahwa dalam sebuah penelitian oleh Maria Hayes, dkk.,
menemukan bahwa rumput laut dan sejenis "alga" sehat untuk jantung
dan bisa sebagai alternatif lainuntuk menggantikan produk susu
sebagai sumber "peptida bioaktif". Sehingga dalam penelitian
pendahuluan ini dilakukan sebuah diversifikasi dari olahan rumput laut,
yang akan dijadikan sebagai pengganti susu. Olahan rumput laut yang
digunakan berupa semi refined carrageenan. Fungsi utama semi
refined carrageenan dalam formulasi produk pangan adalah sebagai
emulsifier, pensuspensi, pengental, dan stabilisator.
41
Sumber lesitin yang biasa digunakan dalam pembuatan permen
cokelat adalah lesitin kedelai, tetapi dalam penelitian ini akan
digunakan lesitin kacang tanah. Bubuk bungkil kacang tanah memiliki
peran yang penting sebagai emulsifier dalam produk permen cokelat
yaitu membuat adonan lebih kompak, menghasilkan tekstur
yang kompak dan kokoh, dan memiliki titik leleh yang rendah
dibandingkan lesitin kedelai yang memiliki titik leleh yang tinggi.
Menurut Kasmawati (2011) bahwa bubuk kacang tanah yang
digunakan dalam pembuatan produk permen cokelat memiliki
titik leleh yang rendah yaitu 30C. Sedangkan menurut pernyataan
Anonim (2008b) bahwa titik cair yang dimiliki minyak kedelai sangat
tinggi, yaitu sekitar -16oC. Menurut Kayu dan Allison (1981, dalam Soy
center, 2005) bahwa lesitin kacang tanah berkisar 1,11 %, dan
merupakan sumber protein yang berkualitas baik.
B. Penelitian Utama
Indikator pada penelitian utama adalah tingkat stabilitas, fat
blooming dan penerimaan panelis terhadap sifat organoleptik produk
permen cokelat, seperti warna, aroma, rasa, tekstur, dan kepadatan.
a. Stabilitas Permen Cokelat
Stabilitas permen cokelat diamati dengan cara melihat sifat
meleleh produk permen cokelat pada suhu 370C. Hasil dari stabilitas
permen cokelat lengkap dapat dilihat pada Tabel 09 :
42
Tabel 09.Hasil Pengujian Tingkat Stabilitas Produk Permen Cokelat pada Suhu 370C
Perlakua
nSRC* BBKT**
Waktu (menit.detik) Rata-rata
(menit.detik
)
Ulangan
1
Ulangan
2
A 0% 10% 14.44 16.43 15.44
B 5% 0% 15.02 19.55 17.29
C 5% 10% 22.23 23.46 23.25
D 10% 0% 44.51 46.00 45.26
E 10% 10% 15.57 30.27 23.32
Ket. SRC* = Semi Refined CarrageenanBBKT = Bubuk Bungkil Kacang Tanah
Berdasarkan hasil pengamatan tingkat stabilitas produk permen
cokelat menunjukkan bahwa pada perlakuan D (SRC 10% : BBKT 0%
= 45 menit 26 detik). Waktu meleleh permen cokelat yang dihasilkan
yaitu 45 menit 26 detik Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi SRC yang ditambahkan maka akan semakin
mempertahankan stabilitas permen cokelat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anggadiredja (2006) bahwa karagenan dapat berfungsi
sebagai penstabil dan emulsifier terhadap produk. Sedangkan, produk
permen cokelat pada perlakuanA (SRC 0% : BBKT 10% = 15 menit 44
detik). Waktu meleleh permen cokelat yang dihasilkan 15 menit 43
detik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi BBKT
yang ditambahkan maka akan semakin cepat permen cokelat
melumer/meleleh pada kondisi 370 C. Hal ini dapat disebabkan oleh
43
titik cair dari minyak kacang tanah yang rendah dibandingkan dengan
titik cair dari lemak kakao. Sesuai pernyataan Kasmawati (2011)
bahwa titik leleh kacang tanah cukup rendah yakni 30C, dan
ditambahkan oleh pendapat Wahyudi bahwa titik leleh lemak kakao
yaitu suhu 350C dengan peleburan atau pelunakan pada suhu sekitar
30-320 C. Oleh karena itu perlu adanya penambahan SRC untuk
mempertahankan tingkat stabilitas dari permen cokelat, karena SRC
memiliki sifat emulsifier dan penstabil terhadap produk yang dihasilkan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suptijah (2002) bahwa karagenan
dapat diaplikasikan pada berbagai produk sebagai pembentuk gel atau
penstabil, pensuspensi, pembentuk tekstur emulsi, terutama pada
produk-produk jelly, permen, sirup, dodol, nugget, produk susu,
bahkan untuk industry kosmetik, tekstil, cat, obat-obatan dan pakan
ternak.
Penambahan SRC memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap stabilitas dari permen cokelat yakni menstabilkan tingkat
kelelehan produk permen cokelat, karena disebabkan SRC yang
mengandung protein bersifat hidrofilik sehingga dengan penambahan
SRC akan menyebabkan protein mengikat lemak dan air. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mirano (1977), bahwa karagenan dapat
digunakan sebagai bahan penstabil karena mengandung gugus sulfat
yang bermuatan negatif di sepanjang rantai polimernya dan bersifat
hidrofilik yang dapat mengikat air atau gugus hidroksil lainnya.
44
b. Fat Blooming pada Permen Cokelat
Uji fat blooming dilakukan untuk mengatahui ada/tidak
bintik-bintik putih pada permen cokelat. Pengujian ini dilakukan dengan
cara menyimpan permen cokelat selama 21 hari pada suhu ruang
kemudian diamati setiap hari. Blooming pada permen cokelat tidak
dikehendaki karena akan memberikan kenampakan yang kurang baik
(Minifie, 1999). Akan tetapi, permen yang dihasilkan bukan berarti
kurang baik dari segi rasa tapi dari segi kenampakan akan sangat
mempengaruhi permen cokelat tersebut sehingga kurang untuk
diminati.
Gambar 06. Produk Permen Cokelat yang Belum Mengalami Fat Blooming
Berdasarkan pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa
selama 21 hari pada suhu ruang terlihat pada permen cokelat belum
terjadi fat blooming atau pemisahan lemak. Ciri dari blooming yang
45
tidak dikehendaki yakni adanya bintik-bintik putih pada permukaan
cokelat akibat kristal lemak pada cokelat belum stabil. Blooming terjadi
karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yakni dari bahan
yang digunakan, selama proses pengolahan dan pasca pengolahan.
Menurut Minifie (1999), bahwa faktor penyebab terbentuknya fat
bloming pada cokelat yaitu 1) proses tempering yang kurang baik,
2) metode pendinginan yang salah, 3) adanya lemak pada cokelat,
4) kondisi penyimpanan dengan suhu yang tinggi, dan 5) adanya
penambahan pada cokelat yang tidak cocok dengan lemak kakao.
Gambar 07. Produk Permen Cokelat yang Mengalami Fat Blooming
Produk permen cokelat yang baik juga dipengaruhi oleh proses
tempering. Tujuan dari tempering yaitu untuk menghindari terjadinya fat
blooming atau tidak terjadi pemisahan lemak pada permen cokelat,
sehingga produk yang dihasilkan memiliki kenampakan yang baik
terutama dari segi warna. Proses tempering dilakukan dengan suhu yang
fluktuatif yaitu mula-mula dilakukan pada suhu 270C selama 10 menit, lalu
suhunya dinaikkan menjadi 500C selama 20 menit, lalu diturunkan
suhunya menjadi 300C selama 10 menit, lalu dinaikkan lagi pada suhu
46
350C selama 10 menit. Hal ini didukung oleh pernyataan Minifie (1999),
bahwa tujuan tempering adalah memberikan perubahan bentuk kristal
lemak sehingga menghasilkan lemak yang lebih stabil pada saat
penyimpanan. Lemak cokelat akan stabil dalam bentuk β.
c. Uji Organopleptik
Uji organoleptik merupakan pengujian yang sangat penting dalam
pengembangan suatu produk, karena sangat menentukan penerimaan
konsumen terhadap produk tersebut. Uji organoleptik pada produk
permen cokelat ini menggunakan uji hedonik yang bertujuan menentukan
tingkat kesukaan panelis dengan criteria mutu yang ditetapkan yaitu
warna, aroma, rasa, tekstur dan kepadatan. Uji organoleptik pada produk
permen cokelat menggunakan 9 skala hedonik yaitu (1) amat sangat tidak
suka, (2) sangat tidak suka, (3) tidak suka, (4) kurang suka, (5) biasa, (6)
agak suka, (7) suka, (8) sangat suka, (9) amat sangat suka. Hasil rataan
uji hedonik dapat dilihat pada tabel 08.
Tabel 08 : Nilai Rata-Rata Uji Organoleptik Permen Coklat Terhadap Warna, Aroma, Rasa, Tekstur Dan Kepadatan
Kriteria
SRC:BBKT
Konsentrasi SCR : BBKT(%)
A B C D E0 : 10 5 : 0 5 : 10 10 : 0 10 : 10
Warna 5,79 6,21 5,67 6,54 7,17Aroma 6,79 6,67 6,67 6,13 6,13Rasa 6,58 6,17 6,58 5,96 6,46
Tekstur 6,38 6,33 6,33 6,08 5,67Kepadatan 5,71 5,96 6,25 7,3 7,33
47
c.1 Warna
Warna merupakan komponen yang sangat penting dalam
menentukan kualitas atau derajat penerimaan dari suatu produk yang
dihasilkan. Respon panelis terhadap warna permen cokelat yang
dihasilkan berkisar 5,67-7,17. Warna permen cokelat yang disukai adalah
formula E (SRC 10% : BBKT 10%). Sedangkan nilai terendah pada
formula A (SRC 0% : BBKT 10%). Ini berarti, penambahan SRC 5%
sampai dengan 10% dapat meningkatkan kecerahan warna dan
mengkilap.Warna permen cokelat yang dihasilkan berwarna paling
cokelat. Menurut Aggadiredja et.al., (1993), bahwa karagenan berfungsi
sebagai flocculating agent (mengkilap dan mengikat bahan-bahan lain).
Warna yang dihasilkan dari permen cokelat juga disebabkan oleh proses
tempering yaitu dengan melewatkan adonan pada proses pendinginan
dan pemanasan kembali atau terjadinya fluktuatif suhu. Proses tempering
bertujuan untuk mencegah terjadinya perubahan warna dan timbulnya
semacam jamur atau fat bloom dengan mencegah terbentuknya kristal
tertentu pada minyak cokelat yang terkandung pada cokelat itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Minifie (1999), bahwa tempering bertujuan
memberikan perubahan bentuk kristal lemak sehingga menghasilkan
lemak yang lebih stabil pada saat penyimpanan.
48
c.2 Aroma
Aroma merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan
tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk, sebab sebelum
dimakan. Menurut Winarno (2002), bahwa aroma yang enak dapat
menarik perhatian konsumen dan kemungkinan besar memiliki rasa yang
enak pula sehingga konsumen lebih cenderung menyukai makanan dari
aromanya.
Respon panelis terhadap aroma permen cokelat yang dihasilkan
berkisar antara 6,13-6,79. Aroma yang disukai oleh panelis adalah
perlakuan penambahan bubuk bungkil kacang tanah kadar 10% dan tanpa
adanya (0%) penambahan semi refined carrageenan, dengan nilai 6,79.
Sedangkan, nilai terendah 6,13 pada formula SRC kadar 10%. Hal ini
berarti, respon panelis terhadap aroma permen cokelat yang dihasilkan
menurun dengan penambahan SRC sampai dengan kadar 10%. Ini
disebabkan aroma rumput laut sedikit amis tetapi tidak terlalu kuat,
sedangkan bubuk bungkil kacang tanah memiliki aroma yang enak khas
kacang tanah.
c.3 Rasa
Produk pangan yang dihasilkan harus memenuhi kriteria
penerimaan dari konsumen, dalam penilaian bahan pangan sifat yang
menentukan diterima atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya
49
seperti indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis dapat
dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan
pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian
belakang lidah.
Nilai tingkat kesukaan rasa permen coklat berdasarkan uji Hedonik
dapat diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap rasa permen
coklat berkisar antara 5,96-6,58. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A
(SRC 0% :BBKT 10%) respon panelis menyukai rasa permen cokelat,
sedang nilai terendah pada perlakuan D(SRC 10% : BBKT 0%) respon
panelis agak menyukai. Hal ini disebabkan semi refined carrageenan
memiliki rasa yang tawar, sehingga semakin tinggi konsentrasi
penambahan maka akan menghasilkan rasa yang sepat dan mengikat
saliva (air liur) pada saat dikonsumsi. Sedangkan, adanya penambahan
bubuk bungkil kacang tanah akan dapat menetralisir rasa dari semi refined
carrageenan dan adanya lesitin mampu untuk mendispersi bahan, sesuai
dengan pendapat Wade (1994), bahwa lesitin digunakan sebagai zat
pendispersi, pengemulsi dan penstabil (stabilizing agent).
Rasa permen cokelat juga dipengaruhi oleh gula pasir yang
ditambahkan, fungsi gula untuk membentuk citarasa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Faridah (2008), bahwa sukrosa digunakan sebagai
pemanis, pembentuk tekstur, pengawet, pembentuk citarasa, sebagai
substrat bagi mikroba dalam proses fermentasi, bahan pengisi dan
pelarut.
50
c.4Tekstur
Respon panelis terhadap tekstur permen coklat berkisar antara
5,67-6,38, ini berarti rata-rata panelis menyatakan agak suka terhadap
tekstur permen cokelat. Nilai penerimaan panelis terhadap tekstur permen
cokelat semakin menurun pada formula E (SRC 10% : BBKT 10%)
dengan nilai 5,67, tekstur yang dihasilkan terasa berpasir dan agak kasar.
Hal ini menunjukkan bahwa pencampuran antara SRC dan BBKT dalam
pembuatan permen cokelat akan semakin mempengaruhi tekstur permen
cokelat yang dihasilkan karena kedua bahan tersebut berbentuk tepung.
Tekstur permen cokelat yang diinginkan adalah lembut, tidak berasa
berpasir, dan tidak lengket serta cepat melumer ketika dimulut. Menurut
Susanto (1994), bahwa cokelat memiliki dua sifat utama yang perlu
diperhatikan yaitu flavor dan tekstur. Cokelat memiliki cita rasa yang khas,
teksturnya berbentuk padat pada suhu kamar, cepat meleleh di mulut,
menjadi cair dan terasa lembut di lidah.Karakteristik produk cokelat ini
dipengaruhi oleh karakteristik kristallemak cokelat yang terbentuk.
Tekstur pada permen cokelat juga dipegaruhi oleh conching dan
refining. Menurut Minifie (1999), bahwa conching berfungsi untuk
mencampur dan untuk menghaluskan sehingga akan menghasilkan
tekstur cokelat yang halus dan padat. Sedangkan refining berfungsi untuk
menghaluskan adonan permen cokelat.
51
c.5 Kepadatan
Nilai tingkat kepadatan permen coklat berdasarkan Uji Hedonik
dapat diketahui bahwa tingkat kepadatan permen coklat berkisar antara
5,71-7,33. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan D (SRC 10% : BBKT
0%) dan perlakuan E (SRC 10% : BBKT 10&) dengan nilai sebesar 7,33,
sedang nilai terendah terdapat pada perlakuan A (SRC 0% : BBKT 10%)
dengan nilai sebesar 5,71. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi SRC yang ditambahkan maka akan semakin padat produk
permen cokelat. Thomas (1992) bahwa karagenan digunakan pada
industri makanan untuk membentuk gel dan menambah ketebalan
(thickening). Dan didukung pula pendapat Keeton (2001), bahwa
karagenan dapat meningkatkan daya mengikat air, menambah kesan
juiciness, meningkatkan kemampuan potong produk dan melindungi
produk dari efek pembekuan dan thawing.
Kepadatan permen cokelat juga dipengaruhi oleh lemak kakao,
karena salah satu fungsi dari lemak kakao adalah untuk memadatkan
(Ketaren, 1986). Dan menurut Wahyudi, T., dkk (2008), bahwa komposisi
asam lemak menentukan karakterisitik lemak, yaitu kekerasannya.
Karakteristik lemak kakao yang sesuai untuk makanan cokelat adalah
yang mempunyai titik cair sekitar suhu badan dan mempunyai kekerasan
(hardness) pada suhu kamar.
52
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan semi refined carrageenan sampai dengan kadar 10%
dapat memperbaiki stabilitas dan kepadatan permen cokelat. Namun
respon panelis dari segi aroma dan rasa permen cokelat yang
dihasilkan agak disukai.
2. Penggunaan bubuk bungkil kacang tanah sampai dengan kadar 10%
memberikan produk permen cokelat yang bersifat mudah meleleh,
namun memiliki sifat organoleptik yang relatif lebih disukai panelis dari
segi rasa dan aroma.
3. Penambahan bubuk bungkil kacang tanah pada kadar 10% ke dalam
formula produk permen cokelat melemahkan fungsi stabilisator semi
refined carrageenan yang sama produk pada kadar 5% dan 10%.
B. Saran
Sebaiknya bubuk bungkil kacang tanah dikurangi konsentrasi
penggunaannya agar produk permen cokelat yang dihasilkan tidak cepat
meleleh atau menggunakan bubuk bungkil kacang tanah yang bebas
minyak tetapi menambahkan kuning telur asin sebagai sumber lesitin,
53
karena penyebab dari menurunnya tingkat stabilitas pada permen cokelat
adalah adanya minyak pada kacang tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, Jana, T., Zatnika, A., Purwoto, H., Istini, Sri., 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonim, 1999. Kacang Tanah. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kacang_tanah. Akses tanggal 19 September 2011, Makassar.
Anonim, 2006.Bungkil Kacang Tanah.http://cisaruafarm.com/category/bahan-baku-pakan/bungkil-kacang-tanah. akases Tanggal 5 November 2010, Makassar.
Anonim, 2007.Karagenan Apaan sich??.http:// jlcome .blogspot.com/2007/10/karagenan-apaan - sich.html. akses tanggal 19 september 2011, Makassar.
Anonim, 2008.Standar Nasional Indonesia Lemak Cokelat.http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/083B0D70-E46B-445B-BFE1-F3B7E5E5D593/16227/Coklat2.pdf. Akses Tanggal 22 November 2009, Makassar.
Anonim, 2009a.How to Melt and Temper Chocolate*with picture at every step*.http://www.giverslog.com. 20 september 2011. Makassar.
Anonim, 2009b.Disain Teknologi Pengolahan Pasta, Lemak, dan Bubuk Cokelat untuk Kelompok Tani.http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr261041.pdf. Akses Tanggal 22 November 2009, Makassar.
Anonim, 2010.Pengolahan Kakao.www.pustaka.deptan.go.id.pdf. Akses tanggal, 25 oktober 2010.Makassar.
Anonim, 2011.Lemak dan Minyak.http://www.google.co.id/. Akses tanggal 20 September 2011, Makassar.
Arafat, 2003.Beberapa Produk Olahan Biji Kakao (Theobroma cacao L.). Universitas Hasanuddin, Makassar.
54
Buckle, K. A., R. A. Edward., G. H. Fleet and M. Woolton., 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Chapman, V. J. and D. J. Chapman., 1980.Seaweds and Their Uses.Chapman and Hall in Association with Metheun, Inc. New York.
Dewan Standarisasi, 2008.Standar Mutu Bungkil Kacang Tanah.http://wordpress.com/2008/05/sni-kacang-tanah.pdf. akses Tanggal 17 Mei 2011, Makassar.
Djatmiko B., dan S. Ketaren, 1980. Kerusakan Lemak. Teknologi Industri, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Faridah, A., Kasmita, S.P., Yulastri, A., Yusuf, L., 2008. Patiseri, Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.
Fashier, L. R. and Parker. N. S., 1985. How do Food Emulsion Stabilizers Work ?.CRISRO Food Research Quarterley.
Hartomo dan Widiatmoko, 1993.Emulsi dan Pangan Instan Berlesitin. Andi offset, Yogyakarta.
Hatta, Sunanto, 1992. Cokelat Budidaya, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonomisnya. Kanisisus, Yogyakarta.
Hui, Y. H., 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology Vol. I. John Wiley & Sons Inc 10.
Ketaren, S., 1986.Pengantar Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Keeton, J. T., 2001. Formed and Emulsion Product. In : A. R. Shams (Ed.). Poultry Meat Processing. CRC Press. Boca Raton.
Maharani, Kartika, 2011. Alternatif Lain Pengganti Susu. http://pengajarplus.com/berita-pendidikan/378-alternatif-lain-pengganti-susu.html. Akses Tanggal 26 Maret 2012, Makassar.
Minifie, W.B., 1999. Chocolae, Cacao and Confectionary Sains Technology. An Aspen Publication, London.
Mulato, Sri Sukrisno Widyatomo, Misnawati, Edy Suharyanto., 2005. Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao.Pusat penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.Jember.
55
Nuraeni, 1995.Coklat Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rohan, T. A., 1963. Processing of Raw, Cacao For The Market Fao, Roma.
Suptijah, P. 2002. Rumput Laut: Prospek dan Tantangannya.http://rudyct.tripod.eom/sem2-012/.html.
Susanto, F.X., 1994. Tanaman Kakao. Kanisius, Yogyakarta.
Somaatmadja, Sadikin. 1993. Kacang-kacangan, Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Syarief, Rizal., Anies, 1988. Pengantar Bahan Industri Hasil Pertanian. Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermathopyta). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pantzaris, T.P. 1997. Pocketbook of Palm Oil Uses, PORIM, Kualalumpur, Malaysia.
Venter, M. J., Kuipers, N. J. M., de Haan, A. B., 2007.Modelling and experimental evaluation of high pressure expression of cocoa nibs, Journal of Food Engineering, 80, 1157-1170.Akses Tanggal 25 Oktober 2010, Makassar.
Wahyudi, T., Pangabean, T.R., dan Pujiyanto.Panduan Lengkap Kakao: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Winarno, F. G., 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
56
LAMPIRAN
Lampiran 01. Bahan-Bahan yang digunakan dalam Pembuatan Permen Cokelat
Bubuk Kacang Tanah Tepung Rumput Laut
Bubuk Kakao Bubuk Gula Pasir
57
Lemak Kakao
Lampiran 02. Proses Pembuatan Produk Permen Cokelat
Proses Pengetiman Lemak Kakao Proses Pengadukan (conching)
Proses Tempering Proses Pencetakan
58
Permen Cokelat Permen Cokelat dalam Kemasan
Lampiran 03. Tabel Hasil Pengujian Terhadap Tingkat Perbedaan Produk Permen Cokelat
PanelisSampel
Ulangan 1 Ulangan 2Benar Salah Benar Salah
1 √ √
2 √ √
3 √ √
4 √ √
5 √ √
6 √ √
7 √ √
8 √ √
9 √ √
10 √ √
11 √ √
12 √ √
13 √ √
14 √ √
59
15 √ √
16 √ √
17 √ √
18 √ √
19 √ √
20 √ √
21 √ √
60
Lampiran 04.Hasil Pengujian Organoleptik terhadap Aroma Produk Permen Cokelat
Panelis
A Rata-Rata
B Rata-Rata
C Rata-Rata
D Rata-Rata
E Rata-RataU1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 7 6 6,5 7 8 7,5 8 8 8 6 8 7 9 8 8,5
2 6 7 6,5 6 6 6 8 6 7 9 5 7 8 6 7
3 7 7 7 7 9 8 9 7 8 7 7 7 7 6 6,5
4 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 7 6,5 6 7 6,5
5 7 7 7 4 6 5 5 5 5 5 5 5 6 5 5,5
6 8 7 7,5 6 6 6 7 7 7 4 6 5 3 5 4
7 8 9 8,5 9 8 8,5 7 7 7 7 8 7,5 6 6 6
8 8 7 7,5 6 6 6 7 4 5,5 4 4 4 4 4 4
9 3 4 3,5 4 8 6 7 5 6 6 5 5,5 5 9 7
10 6 8 7 6 8 7 6 7 6,5 8 7 7,5 9 5 7
11 7 7 7 7 7 7 8 6 7 5 6 5,5 5 6 5,5
12 7 6 6,5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6,79 6,67 6,67 6,13 6,13
Lampiran 05.Hasil Pengujian Organoleptik terhadap Warna Produk Permen Cokelat
61
Panelis
A Rata-Rata
B Rata-Rata
C Rata-Rata
D Rata-Rata
E Rata-Rata
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 4 7 5,5 5 8 6,5 5 7 6 8 5 6,5 9 8 8,5
2 5 9 7 6 6 6 4 7 5,5 7 5 6 8 7 7,5
3 6 7 6 7 9 8 7 7 7 9 7 8 9 9 9
4 6 7 6 7 8 7,5 7 7 7 7 8 7,5 8 7 7,5
5 5 7 6 5 6 5,5 5 6 5,5 6 5 5,5 4 6 5
6 3 7 5 3 7 5 4 5 4,5 6 5 5,5 7 4 5,5
7 4 8 6 6 9 7 5 7 6 7 6 6,5 9 7 8
8 4 8 6 4 7 5,5 4 5 4,5 7 7 7 8 7 7,5
9 4 7 5,5 4 7 5,5 5 3 4 5 7 6 7 7 7
10 6 9 7,5 6 6 6 6 7 6,5 8 7 7,5 9 5 7
11 3 6 4,5 7 6 6,5 6 7 6,5 6 7 6,5 6 7 6,5
12 4 5 4,5 5 6 5,5 4 6 5 6 6 6 7 7 7
5,79 6,21 5,67 6,54 7,17
Lampiran 06.Hasil Pengujian Organoleptik terhadap Rasa Produk Permen Cokelat Paneli A Rata- B Rata- C Rata- D Rata- E Rata-
62
s Rata Rata Rata Rata RataU1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 7 5 6 7 5 6 7 8 7,5 7 7 7 8 8 82 8 8 8 4 4 4 4 8 6 7 6 6,5 6 8 7
3 7 7 7 9 9 9 6 7 6,5 7 7 7 9 7 84 7 7 7 6 7 6,5 8 7 7,5 6 6 6 7 7 7
5 5 6 5,5 4 6 5 5 7 6 5 6 5,5 5 6 5,56 4 3 4 5 4 4,5 6 5 5,5 4 3 3,5 4 4 4
7 8 6 7 6 8 7 8 9 8,5 6 8 7 9 7 88 8 7 7,5 7 5 6 8 5 6,5 5 4 4,5 7 4 5,5
9 7 7 7 7 4 5,5 7 3 5 4 4 4 6 4 510 6 7 6,5 7 7 7 8 6 7 9 7 8 8 5 6,5
11 7 8 7,5 7 7 7 6 7 6,5 6 6 6 6 6 612 7 5 6 7 6 6,5 7 6 6,5 7 6 6,5 7 7 7
6,58 6,17 6,58 5,96 6,46
Lampiran 07.Hasil pengujian Organoleptik terhadapTekstur Produk Permen Cokelat Paneli A Rata B Rata- C Rata- D Rata- E Rata-
63
s -Rata Rata Rata Rata RataU1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 7 7 7 7 5 6 7 7 7 7 7 7 8 7 7,5
2 6 5 5,5 6 4 5 6 6 6 6 5 5,5 5 8 6,5
3 7 8 7,5 7 9 8 7 8 7,5 9 8 8,5 8 8 8
4 6 7 6,5 7 7 7 8 6 7 6 6 6 7 6 6,5
5 6 6 6 5 6 5,5 5 5 5 5 5 5 6 6 6
6 4 5 4,5 4 5 4,5 7 6 6,5 4 4 4 3 4 3,5
7 8 8 8 9 8 8,5 7 7 7 6 9 7,5 6 7 6,5
8 8 6 7 7 6 6,5 7 6 6,5 6 5 5,5 6 5 5,5
9 5 7 6 7 4 5,5 7 3 5 4 4 4 7 5 6
10 6 7 6,5 6 8 7 8 6 7 9 7 8 8 5 6,5
11 5 8 6,5 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6
12 5 6 5,5 5 6 5,5 5 6 5,5 6 6 6 7 7 7
6,38 6,33 6,33 6,08 5,67Lampiran 08. Hasil Pengujian Organoleptik terhadap Kepadatan Produk Permen Cokelat
Paneli A Rata- B Rata- C Rata D Rata- E Rata-
64
s Rata Rata -Rata Rata RataU1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 7 9 8 8 9 8,5 7 8 7,5 9 8 8,5 9 9 9
2 6 8 7 8 8 8 7 8 7,5 9 7 8 8 8 8
3 4 7 5,5 5 8 6,5 4 8 6 8 8 8 7 9 8
4 7 7 7 7 7 7 8 7 7,5 8 8 8 7 6 6,5
5 7 7 7 6 5 5,5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 4 4 4 4 4 4 4 5 4,5 6 6 6 7 5 6
7 6 6 6 5 7 6 9 8 8,5 9 9 9 8 6 7
8 6 7 6,5 8 8 8 5 8 6,5 8 8 8 8 8 8
9 2 3 2,5 3 4 3,5 5 4 4,5 8 7 7,5 9 9 9
10 7 3 5 4 5 4,5 6 7 6,5 8 8 8 9 9 9
11 4 6 5 4 5 4,5 5 7 6 5 8 6,5 5 8 6,5
12 5 5 5 6 5 5,5 4 6 5 5 6 5,5 6 6 6
5,71 5,96 6,25 7,33 7,33
65
Lampiran 09. Uji Tingkat Stabilitas pada Permen Cokelat pada Suhu 370C
Ulangan 1
Keadaan sampel sebelum
dimasukkan kedalam inkubator
Ulangan 2
Keadaan sampel sebelum
dimasukkan kedalam inkubator
10 menit dalam incubator 10 menit dalam incubator
30 menit dalam inkubator 30 menit dalam incubator
40 menit dalam inkubtor 40 menit dalam inkubtor
66
50 menit dalam inkubator 50 menit dalam inkubator
67
60 menit dalam inkubator 60 menit dalam inkubator
Lampiran 10. Hasil Pengukuran Kadar Air dan Rendemen Lemak
Bahan-Bahan yang digunakan dalam Pembuatan
Permen Cokelat
Kacang Tanah
Berat Cawan = 14,7386
Berat Awal = 16,7392
Berat Akhir = 16,5668
KA = berat Awal − berat Akhirberat Awal − berat Cawan
x 100 %
= 16 ,7392 − 16 ,566816 ,7392 − 14 ,7389
x 100 %
= 0 ,17242 ,0003
x 100 %
= 8,6 %
Bubuk Bungkil Kacang Tanah
Berat Cawan = 14,5530
Berat Awal = 16,5536
Berat Akhir = 16,4251
68
KA = berat Awal − berat Akhirberat Awal − berat Cawan
x 100 %
= 16 ,5536 − 16 ,425116 ,5536 − 14 ,5530
x 100 %
= 0 ,12752 ,0006
x 100%
= 6,3 %
Bubuk Gula Halus
Berat Cawan = 13,8960
Berat Awal = 15,8960
Berat Akhir = 15,8930
KA = berat Awal− berat Akhirberat Awal− berat Cawan
x 100 %
= 15 ,8960 − 15 ,893015 ,8960 − 13 ,8960
x 100 %
= 0 ,0032
x 100 %
= 0 ,15 %
Lampiran 11. Rendemen Minyak Kacang Tanah yang Dihasilkan dari
Pengempaan Hidrolik
Berat Kacang Tanah Awal = 1.863,15 gr
Perkiraan Total Minyak = ± 931,575 gr (50%)
Berat Kacang Tanah setelah diPress = 1.387,97 gr
Berat Minyak yang Keluar = 1.863,15 gr – 1.387,97 gr
= ± 475,18 gr
Berat Minyak yang Tinggal = 931,575 gr – 475,18 gr
= 456,395 gr
Minyak yang Keluar (%)
69
=
475 ,18931 ,575
x 100 %
= 51 % dari total minyak dalam bahan
Perkiraan Minyak dalam Bahan Kacang Tanah Press :
=
456 ,3951387 ,97
x 100 %
= 32,9 %
Perkiraan jumlah Lesitin dalam Bubuk Bungkil Kacang Tanah :
Jumlah Lesitin = Sisa Minyak dalam Kacang Tanah Pr essJumlah Minyak pada Kacang Tanah
x 10 %
= 32,9 %931 ,575
x 10 %
= 0 ,35 %