160-230-1-SM

22
MANFAAT DAN FUNGSI KOMITE AUDIT DALAM MEWUJUDKAN TATA PENGELOLAAN PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPO- RATE GOVERNANCE): PERSEPSI MANAJEMEN PERUSAHAAN GO PUBLIC Indriani Nurkholis Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Abstract Good corporate governance is a management way that aims at im- proving performance and giving economic value added for the stake- holders. Basic principles in implementing good corporate gover- nance include: fairness, responsibility, accountability, and trans- parency. Audit committee possess very important role in implement- ing good corporate governance principles. The audit committee help commissioners in applying control into management activities. But, in the case of Indonesia recently, the role and function of audit committee might still be questionable. The purpose of this research is to understand the perception of public companies management towards benefits and function of audit committee. This research examined 5 variables including (1) the level of understanding, (2) qualification of audit committee staff, (3) Junction of audit commit- tee, (4) benefits for the management and (5) benefits for the com- pany. This research used Mann Withney U test to examine the difference between 2 groups and Kruskal Wallis test to examine the difference among many groups. The results showed that, in general, threre was no different perception among groups of man- agement. Different peception towads the role and functions of audit committee was only found between financial related departments (accounting, finance, and internal auditor) and non-finance depart- ments. Keywords: good corporate governance, audit committee, manage- ment perception. I. Pendahuluan Good corporate governance (GCG) merupakan prinsip pengelolaan perusahaan yang bertujuan untuk mendorong kineija perusahaan serta memberikan nilai ekonomis bagi pemegang saham. Dalam konsep good corporate governance terdapat prinsip-prinsip dasar yang meliputi: fairness, responsibility, accountabil- 37

description

FREE

Transcript of 160-230-1-SM

MANFAAT DAN FUNGSI KOMITE AUDIT DALAM MEWUJUDKAN TATA PENGELOLAAN PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPO­

RATE GOVERNANCE): PERSEPSI MANAJEMEN PERUSAHAAN GO PUBLIC

IndrianiNurkholis

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

AbstractGood corporate governance is a management way that aims at im­proving performance and giving economic value added fo r the stake­holders. Basic principles in implementing good corporate gover­nance include: fairness, responsibility, accountability, and trans­parency. Audit committee possess very important role in implement­ing good corporate governance principles. The audit committee help commissioners in applying control into management activities. But, in the case o f Indonesia recently, the role and function o f audit committee might still be questionable. The purpose o f this research is to understand the perception o f public companies management towards benefits and function o f audit committee. This research examined 5 variables including (1) the level o f understanding, (2) qualification o f audit committee staff, (3) Junction o f audit commit­tee, (4) benefits fo r the management and (5) benefits fo r the com­pany. This research used Mann Withney U test to examine the difference between 2 groups and Kruskal Wallis test to examine the difference among many groups. The results showed that, in general, threre was no different perception among groups o f man­agement. Different peception towads the role and functions o f audit committee was only found between financial related departments (accounting, finance, and internal auditor) and non-finance depart­ments.Keywords: good corporate governance, audit committee, manage­

ment perception.

I. Pendahuluan

Good corporate governance (GCG) merupakan prinsip pengelolaan perusahaan yang bertujuan untuk mendorong kineija perusahaan serta memberikan nilai ekonomis bagi pemegang saham. Dalam konsep good corporate governance terdapat prinsip-prinsip dasar yang meliputi: fairness, responsibility, accountabil-

37

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

ity, dan transparency. Prinsip-prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk memberikan laporan bukan saja kepada pemegang saham, calon investor, kreditur dan pemerintah saja, akan tetapi juga kepada stakeholder lainnya, seperti masyarakat umum dan karyawan. Laporan ini berfungsi sebagai media pertanggungjawaban perusahaan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Laporan yang diberikan perusahaan menunjukkan tingkat kineija yang dicapai oleh perusahaan dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan nilai tambah kepada stakeholders.

Laporan keuangan tersebut merupakan sumber informasi yang digunakan berbagai pihak untuk menilai kinerja perusahaan. Namun, di sisi lain laporan keuangan juga merupakan celah yang dapat digunakan untuk menyembunyikan informasi tentang perusahaan yang harus dilaporkan kepada pemegang saham. Oleh karena itu diperlukan laporan keuangan yang dapat menjadi sumber informasi serta memiliki kredibilitas di mata publik. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu sistem yang mendukung independensi dan akuntabilitas fungsi audit di mata pemegang saham.

Komite audit merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan penerapan prinsip good corporate govemance. Keberadaan komite audit ini, merupakan usaha perbaikan terhadap cara pengelolaan perusahaan terutama cara pengawasan terhadap manajemen perusahaan, karena akan menjadi penghubung antara manajemen perusahaan dengan dewan komisaris maupun pihak ekstern lainnya. Komite audit juga berperan dalam mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk mewujudkan laporan keuangan yang disusun melalui proses pemeriksaan dengan integritas dan >byektivitas dari auditor.

Berbagai manfaat potensial dari keberadaan komite audit dalam perusahaan tersebut mengakibatkan banyaknya perhatian yang diberikan untuk pembentukan komite audit. Perhatian terhadap penerapan fungsi komite audit diwujudkan baik dalam bentuk peraturan maupun berbagai penelitian yang berguna sebagai pedoman pelaksanaan aktivitas komite audit. Kebijakan pembentukan komite audit pada perusahaan go public di Indonesia telah direkomendasikan oleh Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam) melalui surat edaran No SE.03 IPM/2000, yang diterbitkan tanggai 5 Mei 2000. Dengan tujuan yang sama, Dewan Direksi Bursa Efek Jakarta pun merespon positif dengan menerbitkan peraturan bagi perusahaan yang tercatat di bursa. Sebagaimana cermuat pada surat keputusan dewan direksi PT Bursa Efek Jakarta No. Kep-35/ BEJ/062000 yang berlaku mulai 1 Juli 2000, pada butir C -l surat keputusan ersebut disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan

perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen, komite audit dan sekretaris perusahaan (corpo­rate secretary).

Namun, berbagai kebijakan ini dalam kenyataannya masih menimbulkan sikap pro dan kontra antar perusahaan go public (emiten) sendiri, karena masing- masing emiten memiliki pendapat dan sudut pandang pemikiran yang berbeda. Di samping itu, emiten belum memahami sepenuhnya fungsi komite audit yang direkomendasikan Bapepam. Sehingga masih banyak perusahaan yang meragukan tnanfaaat serta fungsi komite audit dalam meningkatkan kinerja manajemennya. ■salah satu alasannya adalah kegagalan dalam penerapan dewan audit di oerbankan oleh Bank Indonesia (Media Akuntansi, 1997). Oleh karena itu melalui survei yang dilakukan, peneliti berusaha untuk mengetahui tingkat pemahaman

38

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

manajemen terhadap konsep good corporate governance dan komite audit serta persepsi manajemen terhadap manfaat dan fungsi komite audit.

II. Review Literatur

Pengertian pengelolaan perusahaan (corporate governance) antara lain diungkapkan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD, 1998), yaitu:

“seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”.

OECD (1998) juga mengungkapkan bahwa dalam prinsip corporate gover­nance terdapat empat unsur penting, yaitu:

a. Fairness (keadilan). Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para in­vestor.

b. Transparency (transparansi). Mewajibkan adanya suatu sistem informasi yang terbuka, tepat waktu, jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

c. Accountability (akuntabilitas). Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana diawasi oleh dewan komisaris.

d. Responsibility (pertanggungjawaban). Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.

Senada dengan pernyataan dari OECD di atas, Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG, undated.3) mengungkapkan bahwa penerapan cor­porate governance ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

a. Meraih kembali kepercayaan investor dan kreditor nasional dan intemasional.

b. Memenuhi tuntutan standar global.c. Meminimalkan biaya kerugian dan biaya pencegahan atas penyalahgunaan

wewenang oleh pengelola.d. Meminimalkan cost of capital dengan menekan risiko yang dihadapi

kreditor.e. Meningkatkan nilai saham perusahaan.f. Mengangkat citra perusahaan.

Corporate governance sebagai sebuah sistem dimana perusahaan dikelola dan dikendalikan memerlukan beberapa elemen yang menentukan efektivitas pelaksanaannya. Elemen-elemen ini meliputi: lingkungan manajemen,

39

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

kepemimpinan, manajemen risiko, pengawasan, akuntabilitas dan sistem komunikasi (Hui, et.al. 2000).

Pelaksanaan good corporate govemance yang efektif dalam perusahaan akan memberikan berbagai manfaat yaitu (Media Akuntansi 2000):a. Entitas bisnis akan menjadi efisien.b. Meningkatkan kepercayaan publik.c. Menjaga going concem perusahaan.d. Dapat mengukur target kerja manajemen perusahaan.e. Meningkatkan produktivitas.f. Mengurangi distorsi (management risk)

Senada dengan pernyataan tersebut, Melvill (Media Akuntansi 2000:5) mengungkapkan bahwa ada beberapa keuntungan dari penerapan good corpo­rate govemance, yaitu antara lain mengurangi resiko, membantu menjamin kepatuhan terhadap peraturan yang ada, meningkatkan kepemimpinan di dalam perusahaan, memacu kinerja, membantu perusahaan dalam upaya go public, meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan akuntabilitas sosial yang akari terungkap secara jelas .

Good corporate govemance berkaitan pula dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika nilai sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya (Hasan 2000).

Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih dari dewan komisaris perusahaan yang bertanggung jaw ab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen (Arens dan Loebbecke 1994). Dalam lampiran surat keputusan dewan direksi PT Bursa Efek Jakarta No Kep- 315/BEJ/06/2000 poin 2f disebutkan bahwa:

“komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan tercatat yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris perusahaan tercatat untuk membantu dewan komisaris perusahaan tercatat melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan tercatat” (BEJ 2000).

Said, et.al. (2000) mengungkapkan bahwa tujuan utama dari pembentukan komite audit dalam perusahaan adalah untuk meningkatkan efektivitas, akuntabilitas, transparansi, dan obyektivitas dewan komisaris dan dewan direksi. Lebih dari itu, komite audit banyak memberikan manfaat lain bagi perusahaan, yaitu: ’

a. Memperbaiki kualitas pelaporan keuanganb. Memungkinkan dewan komisaris untuk memberikan penilaian yang

independen atas kinerja keuangan perusahaan.c. Memperkuat posisi auditor eksternal dalam memberikan

rekomendasi perbaikan.d. Memperkuat independensi dan obyektivitas auditor internal.e. Meningkatkan keyakinan publik, khususnya investor, terhadap

perusahaan.

40

TBMA, Volume III, Nomor I, Maret 2002

f. M engurangi peluang terjad inya kecurangan (fraud ) dalam perusahaan.

Hingga saat ini keberadaan komite audit masih menjadi perdebatan berbagai pihak posisi komite audit dalam perusahaan dapat dikatakan berada pada “daerah abu-abu”, karena menghubungkan manajemen dengan dewan komisaris (Tugiman 1995). Hal ini mendorong dilakukannya berbagai penelitian yang berkaitan dengan keberadaan komite audit. Penelitian-penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Jaiyos (1999) yang melaporkan hasil survei tentang komite audit di Thailand. Dari survei tersebut diketahui sebanyak 44% responden menjawab bahwa tindakan yang dilakukan untuk mengembangkan corporate governance adalah dengan membentuk komite audit. Responden juga menyetujui (87%) akan adanya peraturan tentang pembentukan komite audit yang dikeluarkan oleh The Stock Exchange of Thailand (SET). Pada tahun 1999 juga, New York Stock Exchange (NYSE) dan the National Association of Securities Dealers (NASD) melalui Blue Ribbon Committee menerbitkan rekomendasi yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja komite audit pada perusahaan yang listing di NYSE khususnya dan semua perusahaan pada umumnya. Secara ringkas rekomendasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:(1) Perusahaan terdaftar membentuk “direktur independen”.(2) Perusahaan terdaftar mempunyai komite audit yang terdiri atas “direktur

independen”.(3) Perusahaan terdaftar mempunyai komite audit minimal tiga orang yang

memiliki tingkat kemampuan dan keahlian yang memadai dibidang keuangan (financial literacy dan financial expertise).

(4) Perusahaan terdaftar membentuk pedoman dasar (charter) yang tertulis yang ditinjau setiap tahun.

(5) Perusahaan mengungkapkan apakah mereka mempunyai program kerja audit komite dan apakah mereka telah menjalankan program tersebut.

(6) Anggaran dasar kom ite audit menetapkan bahwa auditor eksternal bertanggung jawab pada dewan komisaris dan komite audit.

(7) Komite audit m engum pulkan inform asi dari auditor eksternal dan mengambil tindakan untuk memastikan independensi auditor eksternal.

(8) Komite audit mengadakan diskusi dengan auditor eksternal tentang kualitas prinsip-prinsip akuntansi perusahaan.

(9) Komite audit mengungkapkan aktivitas komite audit dan meyakini bahwa laporan keuangan perusahaan telah diungkapkan secara wajar (fair).

(10) Komite audit membahas sifat review keuangan interim dengan auditor untuk memastikan bahwa laporan interim perusahaan tersebut konsisten dengan laporan tahunan serta dapat merefleksikan tindakan yang diambil perusahaan.

Penelitian lain yang berhubungan dengan komite audit dilakukan oleh Jones (1986). Dalam penelitiannya Jones menguji preferensi yang signifikan dari pemegang saham terhadap 78 perusahaan yang tercatat di New York Stock Ex­change (NYSE) dengan hasil yang menyebutkan tidak ada perbedaan antara perusahaan yang memiliki komite audit dengan yang tidak. Hasil penelitian Jones(1986) tersebut berbeda dengan yang diperoleh oleh McMullen (1996) yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh positif pada perusahaan yang mempunyai komite audit yaitu dengan relatif sedikitnya: (1) gugatan pemegang saham terhadap

41

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

suatu kecurangan, (2) koreksi terhadap laporan keuangan, (3) penindakan hukum oleh Stock Exchange Commission (SEC), (4) pelanggaran hukum, (5) turn over auditor eksternal jika terjadi ketidaksepakatan dengan klien (Kurnianingsih dan Supomo, 1999).

Fungsi dan Tanggung Jawab Komite AuditFungsi utama dari keberadaan komite audit dalam perusahaan adalah

membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab untuk me- review informasi keuangan yang disediakan untuk pemegang saham maupun pihak lain, menilai sistem pengendalian internal serta proses audit eksternal. Berkaitan dengan fungsi komite audit tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu (SET, 1999):(1) Komite audit ditugaskan dan disetujui oleh dewan komisaris. Fungsinya

harus sesuai dengan ukuran bisnis, kompleksitas bisnis, jenis industri dan struktur organisasi.

(2) Fungsi komite audit dinyatakan secara jelas dalam term of reference dan diungkapkan kepada seluruh pemegang saham.

(3) Fungsi komite audit di-review dan di-update secara periodik.(4) Komite audit harus melaporkan setiap perubahan fungsi komite audit.(5) Komite audit mempunyai lingkup aktivitas antara lain:

* Meninjau kecukupan, kredibilitas dan obyektivitas laporan keuangan dengan berkoordinasi dengan auditor eksternal, sedangkan manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan keuangan baik secara kuartal maupun tahunan.

■ Meninjau kesesuaian dan efektivitas struktur pengendalian internal perusahaan dan fungsi audit internal.

m Meninjau kepatuhan perusahaan terhadap segala undang-undang yang berlaku.

■ Memberikan saran dan pertimbangan untuk menentukan auditor eksternal termasuk dalam menentukan audit fee berdasarkan kemampuan profesional auditor eksternal tersebut.

* Menilai kesesuaian semua transaksi yang berhubungan atau pengungkapan dari permasalahan kepentingan.

■ Melaksanakan penugasan-penugasan lain yang telah ditetapkan.* Melaporkan aktivitas komite audit dalam laporan tahunan perusahaan dan

harus disetujui oleh ketua komite audit. Laporan aktivitas komite audit tersebut berisi informasi tentang:♦ Pendapat atas proses pelaporan keuangan perusahaan dan

pengungkapan informasi keuangan yang harus benar, lengkap dan kredible.

♦ Pendapat tentang kecukupan struktur pengendalian intern perusahaan.♦ Pernyataan akan kesesuaian auditor perusahaan yang akan dituniuk

kembali.♦ Pendapat atas kepatuhan perusahaan dengan undang-undang yang

berlaku.♦ Informasi lain yang kemungkinan menjadi bahan pertimbangan

pemegang saham maupun investor secara umum.

■ Komite audit mempunyai hak untuk mengetahui berbagai informasi yang berasal dari saran-saran profesional independen.

42

TBMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

Senada dengan pengungkapan fungsi komite audit dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan, Wolnizer (1995) mengungkapkan bahwa fungsi komite audit secara spesifik dapat diidentifikasikan ke dalam tiga aspek yang saling berkaitan, yaitu berhubungan dengan akuntansi dan pelaporan keuangan, audi­tor dan pengauditan, serta organisasi perusahaan (Kurnianingsih dan Supomo 1999:149). Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Fungsi Akuntansi dan Pelaporan Keuangan(1) Menelaah seluruh laporan keuangan untuk menjamin obyektivitas,

kredibilitas, réhabilitas, integritas, akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan.

(2) Menelaah kebijakan akuntansi dan memberikan perhatian khusus terhadap dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan "kebijakan akuntansi.

(3) M enelaah e fek tiv itas struktur pengendalian in ternal (SPI) dan memastikan tingkat kepatuhan SPI.

(4) Mengevaluasi kemungkinan terjadinya penipuan dan kecurangan.(5) Menelaah seluruh transaksi yang signifikan, khususnya transaksi non­

rutin dan yang kemungkinannya ilegal, menimbulkan pertanyaan dan kurang etik.

(6) M en ila i es tim as i, k eb ijakan dan pen ila ian m ana jem en yang dipertimbangkan mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan.

Fungsi Auditor dan Pengauditan(1) Merekomendasikan kesepakatan dan besarnya fe e untuk auditor

eksternal.(2) Menelaah perencanaan dan efektivitas audit internal dan eksternal.(3) Menelaah pembagian dan koordinasi tugas antara auditor internal

dengan auditor eksternal.(4) Menelaah surat perintah kerja manajemen kepada auditor eksternal.(5) Menentukan bahwa auditor bebas dari pembatasan, campur tangan,

dan pengaruh dari manajemen.(6) Meminta penjelasan jika terjadi perselisihan antara auditor eksternal

dengan manajemen.(7) Memonitor sumber-sumber yang dialokasikan untuk menjalankan

fungsi auditor internal.(8) Menelaah sifat dan besarnya pembayaran fee auditor untuk jasa non­

audit.

Fungsi Organisasi Perusahaan(1) Memfasilitasi dan sebagai media komunikasi antara auditor eksternal

dengan dewan direksi.(2) Menelaah kebijakan dan praktik perusahaan dipandang dari sudut

pertimbangan etik.(3) M em onitor pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk

memastikan aplikasi dan kesesuaiannya dengan peraturan perusahaan yang diterapkan.

Tanggung jawab komite audit ini antara lain tanggung jawab atas hal-hal

43

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

yang berkaitan dengan pelaporan keuangan perusahaan, sistera pengendalian perusahaan dan a;:as pengelolaan perusahaan {corporate govemance). Tanggung jawab komite audit berkaitan dengan pelaporan keuangan adalah memastikan bahwa pengungkapan keuangan vang dibuat oleh manajemen adalah relevan dengan kondisi keuangan perusahaan, merupakan hasil dari operasi perusahaan serta sesuai dengan komitmen jangka panjang perusahaan. Dalam area pengendalian internal, komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pengendalian internal dirancang untuk menjaga kekayaan (assets) perusahaan serta meyakinkan bahwa semua transaksi telah diotorisasi dan dicatat. Sedangkan dalam pengelolaan perusahaan, komite audit mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku, sesuai dengan etika yang akan mengendalikan adanya konflik kepentingan antar karyawan sekaligus mencegah terjadinya kecurangan (BRC 1998).

• Komposisi dan Kualifikasi Komite AuditPada umumnya komite audit terdiri atas tiga orang dan sebanyak-

banyaknya lima orang anggota yang merupakan pihak independen (IICG 2000). Jumlah anggota komite audit ini pada dasarnya dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan berkaitan dengan ukuran perusahaan serta fungsi dan tanggungjawab yang dibebankan kepada komite audit. Berkaitan dengan masalah ini terdapat beberapa hal yang merupakan ciri-ciri dari komite audit, yaitu (Sheridan dan Kendall, undated: 191):

{a) Mereka adalah komite-komite dari majelis penyelia dan bertanggung jawab terhadapnya.

(b) Pekerjaan mereka adalah meninjau laporan keuangan dan keefektifan kontrol internal, termasuk kontrol terhadap operasional perbendaharaan.

(c) Mereka dapat memiliki pengaruh penting pada penyajian laporan keuangan kepada dunia luar dan memastikan adanya pelaporan yang berkualitas.

(d) Mereka dapat memperoleh pokok informasi apapun yang mereka butuhkan dari bagian manapun dalam perusahaan.

(e) Jumlah rapat yang diadakan selama setahun beragam menurut keadaan.(f) Komite ini melapor kepada majelis penyelia

(a) Komite audit memegang peranan penting dalam meningkatkan akuntabilitas perusahaan kepada pemegang saham serta dalam menyeimbangkan hubungan auditor dengan manajemen. Namun, Kirk (2000) mengungkapkan bahwa komite audit tidak akan dapat berfungsi secara efektif tanpa anggota yang kompeten, independen dan aktif. Efektivitas komite audit juga ditentukan oleh kejelasan tentang komposisi, kualifikasi, tugas, maupun fungsi dan tanggung jawabnya. Dan kualifikasi anggota komite audit faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi komite audit adalah independensi. Independensi merupakan faktor kritis yang menentukan terlaksananya keseluruhan peran komite audit secara obyektif serta pencapaian manajemen yang accountable bagi pemegang saham. Dari beberapa penelitian sebelumnya ditemukan bahwa dengan tingkat independensi yang tinggi maka akan memberikan dua manfaat penting, yaitu tingkat pengawasan yang tinggi dan rendahnya tingkat kecurangan laporan keuangan (NYSE, 2001). Di samping itu, independensi komite audit pun harus didukung dengan kemampuan lain, yang akan bermanfaat dalam proses pelaksanaan fungsi komite audit. Hal

44

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

ini mendukung apa yang diungkapkan oleh Said et.al. (2000) bahv/a terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan keanggotaan komite audit, yaitu:

(1) Independensi, untuk menjaga agar komite audit tetap independen terhadap manaiemen dan memiliki kredibilitas di rnata publik dan pemegang saham.

(2) Koinpetensi, yaitu berkaitan dengan adanya pemahaman yang memadai yang harus dimiliki oleh anggota komite audit termasuk atribut-atribut yang mendukung pelaksanaan tugasnya, yaitu sifat tidak mudah percaya (suspicious mind), memiliki rasa ingin tahu (inquisite mind), dapat berpikir logis (logical mind) dan memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah (analitical ability)

(3) Komitmen, yaitu kesadaran akan tanggung jawab legal dan profesionalmereka sarna dengan manajer yang mengelola tugas-tugas eksekutif dalarn perusahaan.

(4) Kompensasi. Anggota kom ite audit harus d idukung dengan paket kompensasi yang memadai untuk menjaga independensi, obyektivitas dan mutu pekerjaan mereka.

• Tugas dan Wewenang Kom ite AuditDalam pelaksanaan aktivitasnya, komite audit harus berdasarkan pada

tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas-tugas komite audit, dapatdibagi menjadi beberapa bagian, yaitu (Tugiman 1995):a. Terhadap proses pemeriksaan yang merupakan tanggung jawab tertinggi dan

komite audit, antara lain:(1) Meyakini bahwa semua temuan atau rekomendasi dari auditor telah

ditanggapi dan ditindaklanjuti oleh manajemen dengan persetujuan/ pemberitahuan kepada auditor.

(2) Melakukan penelaahan dan pengujian bersama-sama dengan auditor terhadap hasil pemeriksaan.

(3) Melakukan penelaahan terhadap audit program dari auditor eksternal.(4) Membahas ruang lingkup pemeriksaan setelah berkonsultasi dengan au­

ditor.(5) Melakukan penelaahan atas efektivitas dari external auditor.

Wewenang dan tanggung jawab komite audit kepada auditor internal, yaitu:(1) Melakukan penelaahan terhadap program kerja dan fungsi internal audit.(2) Melakukan pekerjaan untuk bisa membangun dan mengembangkan fungsi

internal audit.(3) Melakukan investigasi yang diperlukan dengan atau di bawah kewenangan

dari kepala internal audit ke dalam semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan komite audit.

(4) Melakukan penelaahan dan pengujian terhadap perencanaan dan mengadakan koordinasi antara external auditor dan internal auditor untuk memberikan pelayanan yang efektif.

b. Terhadap Laporan Keuangan(1) Melihat dan mengamati pembuatan laporan tahunan gabungan dan akun-

akun terkait serta memberikan rekomendasi yang diperlukan.(2) Melakukan penelaahan tengah tahunan dan tahunan terhadap ikhtisar

45

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

keuangan termasuk juga prospektus perusahaan sebelum diserahkan kepada dewan komisaris dan sebagai dasar persetujuan.

(3) Mengadakan diskusi dengan auditor dan manajemen tentang dasar atau kebijaksanaan akuntansi yang diterapkan, kebijakan dan aplikasi dalam penyiapan akun termasuk kejadian luar biasa yang sekiranya akan menjadi pertanyaan di akhir tahun serta menyajikan angka yang sebenarnya, ikhtisar keuangan disertai dengan semua rincian yang diperlukan secara lengkap.

(4) Mengadakan penelaahan terhadap kemungkinan adanya perubahan perlakuan akuntansi di masa yang akan datang.

(5) Melakukan penelaahan terhadap semua perlakuan akuntansi serta pengaruhnya terhadap hukum perusahaan dan melaporkannya kepada dewan komisaris.

c. Terhadap masalah keuangan dan pembelanjaan(1) Melakukan penelaahan terhadap posisi keuangan gabungan dengan

referensi anggaran kas, deviden yang mungkin diterima atau dibayarkan dan laba yang diinginkan.

(2) Tanggap terhadap proposal dari pejabat berwenang yang berhubungan dengan:a. Target keuangan termasuk target tahunan.b. Mengadakan pertemuan dengan kelompok penyandang dana dan

memberikan metode alternatif dalam pemilihan mitra penyandang dana.c. Mengadakan analisa terhadap batas pembelanjaan modal dalam satu

tahun termasuk di dalam alokasi sumber-sumber permodalan dan bisnis.(3) M em buat catatan terhadap proposal khususnya untuk kegiatan

pembelanjaan di atas jumlah tertentu dan memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris yang berhubungan dengan:a. Pembelanjaan modal yang lebih dari jumlah tertentu jika termasuk dalam

anggaran.b. Pembelanjaan modal lebih dari jumlah tertentu jika tidak termasuk dalam

anggaran.(4) Melakukan penelaahan terhadap progres pekerjaan untuk kontrak yang

nilainya lebih dari jumlah tertentu.(5) Melakukan penelaahan terhadap dasar disetujuinya investasi yang tidak

ada dalam program.

d. Terhadap sistem informasi manajemen(1) Meyakini akan kebenaran dari sistem informasi manajemen yang dihasilkan

oleh perusahaan.(2) Bertindak sebagai standing committee dari dewan komisaris apabila dewan

komisaris, memberikan hal-hal yang positif tentang kelayakan laporan keuangan dengan obyek atau perusahaan.

e. Terhadap sistem dan pengendalian(1) Melakukan penelaahan terhadap efektivitas dari pengendalian manajemen

dan pengendalian.(2) Melakukan penelaahan terhadap sistem pengendalian intern.(3) Melakukan penelaahan dan pengujian yang memadai terhadap sistem au­

dit dan pengendalian operasi.

46

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

(4) Melakukan pengawasan dan koordinasi pada kebijaksanaan pengendalian gabungan dalam hubungannya dengan sistem akuntansi.

(5) Tanggap terhadap rekomendasi yang diberikan oleh external auditor khususnya yang menyangkut akun, pengendalian intern dan masalah lainnya.

(6) Menggunakan internal auditor untuk menguji dan melaporkan setiap aktivitas, prosedur atau sistem pada waktu tertentu dan di lain waktu pada tahun-tahun berikutnya.

(7) Melakukan monitoring untuk mengetahui tingkat ketaatan dengan kebijaksanaan/peraturan yang telah ditetapkan anggaran, perintah dan prosedur termasuk yang berhubungan dengan perilaku dan sikap pejabat/ personil perusahaan.

Untuk selanjutnya, komite audit juga bertanggung j awab untuk melaporkan aktivitas yang dilaksanakan. Laporan dari komite audit ini diperlukan oleh pihak- pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan, misalnya pemegang saham serta investor. Sebagaimana diungkapkan dalam SET (1999), laporan dari komite audit tersebut antara lain:> Laporan kepada Dewan Komisaris, berkaitan dengan:

1. Kinerja dan operasi komite audit, yang berisi informasi:a. Bahwa komite audit telah memberikan berbagai rekomendasi atas

permasalahan yang bersifat material.b. Laporan dari aktivitas dan hasil kerja komite audit pada tahun/periode

tersebut.c. Pendapat akan laporan keuangan perusahaan serta program dan kerja

dari auditor internal.d. Informasi lain yang mungkin diperlukan oleh dewan komisaris.

2. Laporan atas permasalahan yang material yang memerlukan pemecahan secepatnya dari dewan komisaris, yaitu:a. Transaksi-transaksi yang menimbulkan konflik kepentingan.b. Hasil temuan atas kecurangan maupun kegagalan dari sistem

pengendalian internal.c. Hasil temuan permasalahan yang berkaitan dengan penyimpangan

peraturan yang berlaku.d. Informasi lain yang diperlukan oleh dewan komisaris.

> Laporan kepada Badan Pembuat Undang-undang (Regulatory Entities)Laporan ini dilakukan apabila terdapat permasalahan penting yang dpat

mengganggu status keuangan perusahaan dan hasil operasi serta telah mendapat persetujuan dari dewan komisaris maupun manajemen, akan tetapi komite audit memandang bahwa pemecahan yang dihasilkan belum memuaskan.

> Laporan kepada pemegang saham dan investorLaporan yang diberikan kepada pemegang saham dan investor ini memuat

informasi-informasi yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Laporan ini harus mendapat persetujuan dari ketua komite audit.

47

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

III. Metode Penelitian

Jika ditinjau dari segi tujuannya, penelitian ini merupakan exploratory research dan tidak mengajukan hipotesis karena masih terbatasnya literatur dan penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian. Dari segi permasalahannya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang difokuskan pada penelitian opini (opinion research). Penelitian opini adalah penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki pandangan, persepsi, atau penilaian responden terhadap masalah tertentu (Indriantoro & Supomo 1999). Sedangkan obyek dalam penelitian adalah manfaat dan fungsi komite audit dalam perusahaan go public untuk mewujudkan tata pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Sampel yang dipilih adalah manajemen (pengelola) perusahaan go public.

* Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah manajemen perusahaan-perusahaan

go public. Jumlah sampel ditentukan dengan mengacu pada JSX Fact Book 2001 yaitu 304 perusahaan, Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling yang penentuannya berdasarkan pertim bangan (judgem ent sam pling). Ind rian toro dan Supomo (1999) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan judgement sampling merupakan tipe pem ilihan secara tidak acak yang in form asinya d iperoleh dengan m enggunakan pertim bangan tertentu . Untuk m em enuhi pem bahasan permasalahan dalam penelitian ini, maka sampel yang dipilih adalah sampei dengan kriteria sebagai berikut:1. Merupakan manajemen dari perusahaan go public, baik yang terdaftar

(listing) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan/atau Bursa Efek Surabaya (BES).2. Merupakan manajemen yang termasuk dalam manajem en tingkat

menengah (middle management) dan/atau manajemen tingkat atas (top management).

Pengumpulan data yang dilakukan dengan metode survei dengan kuesioner yang didistribusikan kepada responden dengan metode mail survey dan secara langsung. Jumlah kuesioner yang didistribusikan adalah 392 eksemplar untuk 98 perusahaan. Pengembalian yang diperoleh adalah 73 eksemplar yang mewakili 33 perusahaan. Setelah dilakukan proses validasi, terdapat 11 kuesioner tidak memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut, sehingga jumlah kuesioner sebagai sampel adalah 62 kuesioner. Dengan demikian jika ditinjau dari total kuesioner yang didistribusikan, peneliti memperoleh response rate sebesar 18,62%, sedangkan ditinjau dari jumlah perusahaan maka respose rate yang diperoleh sebesar 32,65%.

• Instrumen PenelitianInstrumen penelitian dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang

didesain sedemikian rupa dengan harapan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berisi daftar pertanyaan yang terbagi dalam tiga bagian. Bagian pertama kuesioner berupa pertanyaan terbuka dan tertutup tentang data pribadi responden. Bagian selanjutnya merupakan pertanyaan terbuka dan tertutup tentang perusahaan. Sedangkan bagian ke-tiga ini berisi

48

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

daftar pertanyaan tentang pendapat responden berkaitan dengan manfaat dan fungsi komite audit. Pada bagian terakhir ini pertanyaan responden diminta untuk mengungkapkan pendapatnya atas pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuesioner untuk mengetahui tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan tersebut.

Tabel 1Variabel dan Indikator Penelitian

No Variabe i In d ik a to rA. Pemahaman

terhadap konsep komite audit (X 1)

Î, Pemahaman terhadap konsep good corporate govem ance-II. Pengetahuan tentang pem bentukan Komite Nasional Untuk Pengelolaan

Perusahaan yang Baik (KNGCGj.III. Pemahaman terhadap isi dari Indonesian Code o f Corporate Govem ance

(ICCG).IV. Pemahaman terhadap tugas dan wew enang komite audit.V. Pemahaman terhadap posisi kom ite audit dalam pengelolaan perusahaan.VI. Kesadaran untuk m eng-up date wawasan tentang peraturan yang berkaitan

dengan pengelolaan perusahaan,VII. Dukungan terhadap penerapan fungsi komite audit dalam perusahaanVIII. Kaitan antara komite audit dengan qood corporate qovem ance

B. Kualifikasi Anggota Komite Audit (X2)

I. Independensi • 2 Financial literacy3 . Financial expertise4. Kemampuan di bidang akuntansi5. Kemampuan anaiisis laporan keuangan6. Com munication skiü.7. Kemampuan berorganisasi.8. Leadership skill9. Kemampuan di bidang auditing10. Memahami bisnis dan operasi perusahaan.I I . Memahami SPI perusahaan.12. Memiliki komitmen terhadap perusahaan.13. Memahami etika bisnis dan profesi

C. Fungsi Komite Audit (X3)

1. Meng-up date pengetahuan.2. Mempunyai program k e ija tertulis.3. Mengadakan pertemuan rutin.4. Mengawasi proses pelaporan keuangan.5. Membantu peningkatan kualitas laporan keuangan.6. Menelaah kebijakan akuntansi perusahaan.7. Bekerja sama dengan auditor.8. Memfasilitasi komunikasi auditor dengan dewan direksi.9. Menelaah audit program dari auditor eksternal.10. Menelaah efektivitas auditor eksternal.11. Membantu penentuan auditor eksternal.12. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada dewan komisaris.13. Menelaah efektivitas SPI perusahaan dan menilai kepatuhan terhadap SPI.14. Meninjau kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.

D. Manfaat Komite Audit bagi Manajem en (X4)

1. Pengambilan keputusan.2. Pengelolaan perusahaan.3. Komunikasi m anajemen dengan dewan komisaris.4. Pengawasan.5. Pencapaian tujuan.6. Peningkatan kineija.

E. Manfaat Komite Audit bagi Perusahaan (X5)

a. Efektivitas fungsi audit.b. Kepercayaan stockholders-c. Kepercayaan publik.d. Pelaksanaan tugas dewan komisaris.e. K ineija perusahaan.f. Harga saham.g. Penerapan qood corporate qovem ance dalam perusahaan.

Skala pengukuran yang digunakan dalam menyusun pernyataan ini adalah skala ordinal. Pendapat responden terhadap pernyataan tersebut diberi skor sesuai dengan pendapatnya, yaitu:

49

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

• “SS” = Sangat Setuju skor 5• “S” = Setuju skor 4• “TT” = Tidak Tahu skor 3• “TS” = Tidak Setuju skor 2• “STS” = Sangat Tidak Setuju skor 1

Sedangkan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 1.

• Validitas dan ReliabilitasValiditas suatu alat ukur ditunjukkan dengan indeks yang menggambarkan

kemampuan alat ukur tersebut untuk mengukur. Penentuan nilai signifikansi suatu item pertanyaan ditentukan berdasarkan tabel r product moment dengan tingkat signifikansi 5% dan 1%. Hasil pengujian, sebagaimana tercantum pada Tabel 2 berikut menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan dinyatakan memenuhi syarat validitas.

Tabel 2 Hasil Uji Validitas

No Variabel llndikatorl Koefisien. Sia. (2-tailed) KeteranaanI. X I (X I.1 - X I . 9) 0,598-0.810 0.000 ValidII. X2ÍX2.1 -X2.13) 0,271- 0.694 0.000 ValidIII. X3ÍX3.1 -X3.15I 0,315-0,808 0.000 ValidIV. X4/X4.1 -X4.6) 0,661-0.814 0.000 ValidV. X5/X5.1 -X5.8I 0,603-0.784 0.000 Valid

Sedangkan uji realibilitas digunakan untuk menilai tingkat konsistensi internal suatu instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menilai konsistensi di antara butir-butir pernyataan kuesioner dengan melakukan uji koefisien korelasi alpha dari Cronbach yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Variabel . - Koef. Cronbach Aiaha Keteranaan1. Pemahaman (XI) 0.8993 Reliabel2. Kualifikasi (X2j 0.78213. Fungsi (X3J 0.8626 Reliabel4. Manfaat baai manaiemen (X4) 0.84505. Manfaat baai perusahaan (X5I 0.8398 Reliabel

Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa seluruh variabel dinyatakan reliabel, sehingga memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut. ’

Dalam pemrosesan data penelitian, peneliti menggunakan dua uji beda yaitu Mann-Whitney U test dan uji Kruskal-Wallis. Uji Mann-Whitney U digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi antara dua kelompok independen, sedangkan uji Kruskal-Wallis digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi antar tiga kelompok responden atau lebih. Pemilihan teknik pengolahan data ini

50

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

didasarkan pada skala pengukuran yang digunakan yaitu skala ordinal.Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, maka peneliti

mengelompokkan sampel menurut level manajemen, kepemilikan perusahaan atas komite audit, departemen, lama jabatan, latar belakang pendidikan, bidang usaha perusahaan dan lama go public. Uji Mann-Whitney U berdasarkan level manajemen, yaitu antara top management dengan middle management. Selain itu, uji Mann-Whitney U digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi responden pada perusahaan yang sudah mempunyai komite audit dengan responden pada perusahaan yang belum mempunyai komite audit. Sedangkan untuk klasifikasi responden menurut departemen, lama jabatan, latar belakang pendidikan, bidang usaha perusahaan serta lama go public peneliti menggunakan uji Kruskal-Wallis.

IV. Análisis Hasil Penelitian

• Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi Komite Audit Ditinjau dari Level Manajemen

Level manajemen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tingkat, yaitu manajemen tingkat menengah dan tingkat atas. Oleh karena itu untuk mengetahui perbedaan persepsi antara dua kelompok responden tersebut, peneliti menggunakan Mann-Whitney U Test yang dapat dijelaskan pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4Hasil Mann-Whitney U Test Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi

Komite Audit Menurut Level Manajemen

Variabel (simbol) Rata-rata /Mean| Slann-Whitneu U TestTop Mangt. Middle Mangt. Z-Score Sia. (2 tailedi

Penqetahuan (XI j 34,20 29,68 -0,977 0,328Kualifikasi (X2) 36,60 28,05 -1,836 0,066Funqsi komite audit (X3I 33,36 30,24 -0,669 0,504Manfaat baqi manajemen (X4) 34,78 29,28 -1,836 0,237Manfaat baqi perusahaan (X5) 35,04 29,11 -1,277 0,202Total i t e :-;.'■-.■.m 176,98 b - - S ’ :i4 6 .3 6 '^ y '::: -6.595 1.337

Sumber: Data Primer Diolah

Dari Tabel 4.5 di atas dapat diketahui nilai probabilitas masing-masing variabel mempunyai nilai probabilitas di atas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara responden dengan posisi sebagai manajemen tingkat menengah dengan tingkat atas. Kondisi ini merupakan kondisi yang diharapkan, karena peran dari masing-masing tingkatan manajemen tersebut pada dasarnya adalah sama. Meskipun secara struktural manajemen tingkat menengah berbeda dengan manajemen tingkat atas namun apabila dikaitkan dengan peran masing-masing fungsi tersebut pada pengambilan keputusan maupun penentuan kebijakan perusahaan dapat dikatakan saling mendukung fungsi masing-masing.

51

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

• Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi Komite Audit Ditinjau dari Kepemilikan Perusahaan Atas Komite Audit

Pada bagian ini responden diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yait u responden pada perusahaan yang sudah mempunyai komite audit dan responden pada perusahaan yang tidak mempunyai komite audit. Hasil pengujian Mann­Whitney U dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5Hasil Mann-Whitney U Test Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi

Komite Audit Ditinjau dari Kepemilikan Perusahaan Atas Komite Audit

Variabel (simbol) Rata-rata ¡Mean] Marin-Whitneu U TestPunya Tidak punua Z Sig. (2 tailed}

Pemahaman (XI} 33,07 24,96 -1,411 0,158Kualifikasi (X2) 33,34 23,83 -1,645 0,100Funqsi komite audit (X3j 32,31 28,13 -0,723 0,470Manfaat baqi manajemen (X4I 33,31 23,96 -1,621 0,105Manfaat baqi perusahaan (X5) 23,96 25,13 -1,371 0,170

' Total ' • ■■■■■■' ' : ■ ’ v . : ■ 155.99 126.01 -6.711 1.003Sumber: Data Primer Diolak

Dari tabel di atas dapat diketahui nilai masing-masing variabel lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara responden pada perusahaan yang sudah memiliki komite audit dengan responden pada perusahaan yang tidak/belum memiliki komite audit. Tidak adanya perbedaan ini diduga karena baik perusahaan yang sudah memiliki komite audit maupun yang belum pada dasarnya memiliki kewajiban untuk membentuk komite audit. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal perusahaan, misalnya tuntutan publik maupun pemenntah melalui institusi yang berwenang.

Sedangkan untuk variabel manfaat bagi perusahaan (X5) mengidikasikan adanya kontroversi. Dari nilai rata-rata kedua kelompok tersebut dapat diketahui bahwa responden pada perusahaan yang belum/tidak punya komite audit mempunyai persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan responden pada perusahaan yang sudah memiliki komite audit. Peneliti menduga hal ini dipengaruhi oleh faktor pengalaman, sehingga terdapat gap expectation antara kedua kelompok responden tersebut. Persepsi responden pada perusahaan yang sudah memiliki komite audit dipengaruhi oleh pengalaman sedangkan persepsi responden pada perusahaan yang tidak mempunyai komite audit banyak dipengaruhi pengetahuan secara teoritis.

• Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi Komite Audit Ditinjau dari Departemen

Pengelompokan responden menurut departemen dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) kelompok, yaitu internal auditor, akuntansi/keuangan, non- keuangan dan lain-lain. Hasil uji Kruskal-Wallis disajikan pada Tabel 6 berikut:

52

TEMA, Volume III, Nomor 1. Maret 2002

Tabel 6Hasil Uji Kruskal-Wallis Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi

Komite Audit Ditinjau dan Departemen

r ” : Variabel- _ .

.tic-. rcXa /Mesa* " K ru ïtra i-W a lÜ s 're s ï'In terna l A n d il yr

Akurta jis i/K&atmgan

Non- ■ A kuntansi

Lain-Utin Chi-squaxa Btg....'Pemahaman (XI j 30. 33,33 16.50 32,53 2,422 0,490Kualifikasi (X2j 29 37 30,05 30,17 35,45 1,337 1 0,720Fungsi (X3¡ 32 24 25,55 34,17 ' 36,92 4,115 0,249Manfaat bagi manajemen (X4)

33,95 25,79 16,17 37,79 7,005 0,072

Manfaat bagi perusahaan (X5j

28,71 31,00 7,17 36,68 9,041 0,029

Total* : ' .. 155.09 145,72" : " 1 0 4 J 8 i T 79.37 r ■ 23.92 1.56 ~

Sumber: Data Primer Diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui nilai probabilitas untuk masing-masing variabel, yaitu 0,490; 0,720; 0,249; 0,072; dan 0,029. Dengan melihat masing- masing nilai probabilitas maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan di antara keempat departemen tersebut berkaitan dengan variabel pemahaman (XI) , kualifikasi (X2), fungsi (X3), dan manfaat bagi manajemen (X4). Sedangkan untuk variabel manfaat bagi perusahaan (X5) terdapat perbedaan persepsi yang signifikan di antara keempat kelompok responden tersebut. Peneliti menduga bahwa adanya perbedaan yang signifikan ini berkaitan dengan lingkup kerja masing-masing departemen. Dari nilai rata- rata masing-masing kelompok dapat dilihat bahwa nilai mean untuk departemen internal auditor, akuntansi/keuangan, dan lain-lain jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan departemen non-keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga kelompok tersebut mempunyai persepsi terhadap manfaat komite audit bagi perusahaan yang lebih baik daripada departemen non-keuangan.

• Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi Komite Audit Ditinjau dari Lama Jabatan

Pengelompokan responden berdasarkan lama jabatan terdiri dari tiga kelompok, yaitu responden yang memegang jabatan kurang dari 5 tahun, antara 5 sampai 10 tahun, dan lebih dari 10 tahun. Pengujian dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dapat dijelaskan secara singkat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7Hasil Uji Kruskal-Wallis Persepsi Manajemen Terhadap

Manfaat dan Fungsi Komite Audit Ditinjau Dari Lama Jabatan■ . Variabel

■4 J T Rata raiafllejin)Chi-Square Sig.

Pemahaman (XI) 31,58 31,83 23,00 0,232 0,890Kualifikasi (X2j 30,04 -36,67 21,00 1,882 0,390Funqsi (X3j 32,14 30.20 21,50 0,445 0,801Manfaat bagi manajemen (X4)

32,80 29,27 5,00 2,655 0,265

Manfaat bagi perusahaan (X5) '

32,37 30,87 1,00 3,017 0,221

k-1' 2,3t>Ÿ'WÈ

Sumber: Data Primer Diolah

53

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

Pada tabel di atas dapat dilihat nilai probabilitas masing-masing variabel lebih dari 0,05 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan berkaitan dengan manfaat dan fungsi komite audit untuk kelompok responden berdasarkan lama jabatan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lama jabatan responden tidak berpengaruh pada persepsi yang terbentuk. Hasil ini dapat diterima karena persepsi yang terbentuk banyak dipengaruhi oleh sikap individu (manajemen) dalam mengembangkan diri baik dalam kemampuan maupun keahlian yang dimiliki tanpa dipengaruhi oleh lama jabatannya.

• Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi Komite Audit Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan

Pengelompokan responden menurut latar belakang pendidikan dilakukan dengan melihat bidang studi pendidikan responden. Klasifikasi responden menurut latar belakang pendidikan ini terdiri dari 3 (tiga) kelompok, yaitu akuntansi, ekonomi non-akuntansi, serta non-akuntansi dan non-ekonomi. Metode statistik yang digunakan dalam pengolahan data untuk menjawab permasalahan ini adalah uji yang dapat dijelaskan pada Tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8Hasil Uji Kruskal-Wallis Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi

Komite Audit Ditinjau Dari Latar Belakang PendidikanVariabel Rata-rata /Mean) Kruskal-Wallis Test

Akuntans Ekonominon-

akuntansi

Non- akuntansi & non-ekonomi

Chi-Square Sig

Pemahaman (XI) 34.13 32.18 25,47 2,382 0,304Kualifikasi (X2) 30,38 30,26 35,13 0,809 0,667Funqsi (X3) 28,78 30,59 37,97 2,661 0,264Manfaat bagi manajemen (X4j

29,23 34,44 32,70 1,002 0,606

Manfaat bagi perusahaan ..1X5)

27,22 37,44 33,33 3,731 0,155

M -'m :\A h-’ i 145.24 164,91 164.60 10.585 1.996Sumber: Data Primer Diolah

Dari nilai probabilitas pada tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh variabel mempunyai nilai probablitas di atas 0,05. Dengan demikian jika ditinjau dari latar belakang pendidikan maka tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara responden yang menempuh pendidikan di bidang akuntansi, ekonomi non-akuntansi maupun non-akuntansi dan non-ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pendidikan tidak mempengaruhi persepsi yang akan terbentuk. Dengan melihat data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa untuk variabel pemahaman nilai rata-rata kelompok akuntansi dan ekonomi non- akuntansi mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non- akuntansi dan non-ekonomi. Hal ini mendukung interpretasi bahwa pemahaman tentang konsep good corporate govemance dan komite audit untuk kedua kelompok (akuntansi dan ekonomi non-akuntansi) lebih baik daripada kelompok non- akuntansi dan non-ekonomi.

54

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

• Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi Komite Audit Ditinjau Dari Lama Go Public

Peneliti mengelompokkan responden menurut sudah berapa lama perusahaan tersebut go public ke dalam tiga kelompok, yaitu perusahaan yang sudah go public selama kurang dari 5 tahun, antara 5 sampai 10 tahun , dan lebih dari 10 tahun. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode statistik dengan uji Kruskal-Wallis dengan hasil yang dapat dijelaskan secara ringkas pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9Hasil Uji Kruskal-Wallis Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi

Komite Audit Ditinjau Dari Lama Go Public"t\- T ■ i? - ; Rata-rata /Mean Kruskal-Wallis Test

<5 tahun : 5-10 tahun >10 tahun Chi-Square Si«.Pemahaman (XI ) 25,64 29,41 36,70 3,929 0,140Kualifikasi (X2) 31,46 28,43 34,34 1,293 0,524Fungsi (X3) 39,82 26,09 31,82 5,077 0,079Manfaat baqi manajemen (X4) 36,46 21,41 38,00 11,614 0,003Manfaat bagi perusahaan 1X5)

36,04 23,63 36,20 7,036 0,030

Total 169.42 128.97 177.06 28.949 0.776Sumber: Data Primer Diolah

Dengan melihat data tersebut maka dapat diketahui bahwa untuk variabel pemahaman (XI), kualifikasi (X2), dan fungsi (X3) tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antar kelompok responden ditinjau dari lama go public karena sebagaimana tercantum pada tabel di atas, nilai probabilitas untuk masing-masing variabel tersebut di atas 0,05. Sedangkan untuk variabel manfaat komite audit bagi manajemen (X4) dan manfaat komite audit bagi perusahaan (X5) terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antar kelompok responden ditinjau dari lamanya perusahaan tempat responden bekerja telah go public. Hal ini dapat diketahui dengan melihat pada nilai probabilitas variabel manfaat bagi manajemen (X4) yaitu sebesar 0,003. Demikian pula dengan nilai probabilitas variabel manfaat bagi perusahaan (X5), yaitu 0,030. Hasil ini didukung pula oleh nilai rata-rata variabel X4 dan X5 untuk tiap kelompok responden. Dari data di atas dapat dilihat bahwa mean untuk kelompok responden pada perusahaan yang sudah go public selama 5-10 tahun mempunyai nilai paling rendah. Untuk dua kelompok responden lainnya dapat dikatakan mempunyai nilai rata-rata yang sama.

• Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi Komite Audit Ditinjau dari Bidang Usaha

Peneliti mengelompokkan responden menurut bidang usaha ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu responden pada perusahaan manufaktur, jasa, dan lain- lain. Untuk itu pengujian data menggunakan uji Kruskal-Wallis yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

55

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

Tabel 10Hasil Uji Kruskal-Wallis Persepsi Manajemen Terhadap Manfaat dan Fungsi

Komite Audit Ditinjau Dari Bidang Usaha Perusahaani Variabel Rata-rata /Mean) Kruskal-Wallis Test

ManufaktuW-

Jasa Lain-lain Chi-Square Sig.

Pemahaman 1X1) 25,31 35,41 31,63 3,500 0,174Kualifikasi (X2) 35,42 31,64 26,84 1,930 0,381Funqsi [X3j 34,53 27,71 34,72 2,258 0,323Manfaat baqi manajemen 1X41 32,86 29,89 32,78 0,410 0,815Manfaat baai perusahaan 1X5) 27,81 33,84 31.56 1,239 0,538Total Ki 155*93 158.49 1S7.53 9.337 2.231

Sumber: Data Primer Diolah

Dari Tabel 10 di atas dapat diketahui nilai probabilitas masing-masing variabel adalah lebih dari 0,05. Dengan demikian tidak ada perbedaan persepsi terhadap manfaat dan fungsi komite audit yang signifikan antara responden pada perusahaan manufaktur, jasa, dan lain-lain. Hasil pengolahan data ini didukung pula oleh total nilai rata-rata yang tidak berbeda jauh untuk masing-masing kelompok responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bidang usaha perusahaan tidak mempengaruhi persepsi manajemen tentang manfaat dan fungsi komite audit. Hasil ini dapat diterima karena dalam praktiknya suatu perusahaan akan memperoleh kepercayaan publik apabila dikelola dengan baik. Hal ini mendukung tujuan dibentuknya komite audit pada suatu perusahaan khususnya berkaitan dengan fungsi pengawasan.

V. Keterbatasan dan Implikasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui persepsi manajemen perusahaan go public terhadap manfaat dan fungsi komite audit. Peneliti berusaha untuk melaksanakan penelitian dengan prosedur yang memadai untuk mencapai tujuan penelitian. Namun peneliti menyadari masih banyak keterbatasan yang mungkin mengurangi kualitas hasil penelitian, yaitu antara lain:1. Masih terbatasnya literatur maupun penelitian terdahulu yang dapat

mendukung pelaksanaan penelitian, khususnya yang berkaitan dengan konsep good corporate governance di Indonesia.

2. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini hampir seluruhnya diperoleh dari perusahaan yang berlokasi di ibukota, sehingga memungkinkan kurangnya tingkat generalisasi hasil penelitian.

Dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan tersebut peneliti berharap bahwa untuk penelitian-penelitian berikutnya perlu memperhatikan perluasan responden, agar tidak terpusat pada satu wilayah tertentu, sehingga tingkat generalisasi hasil penelitian dapat ditingkatkan. Selain itu, akan lebih baik jika dalam sebuah perusahaan dapat terwakili oleh masing-masing bagian/ departemen.

56

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

Daftar Pustaka

Atkinson, Rita L., et.al., (1996), Pengantar Psikologi, edisi kedelapan. Terjemahan oleh Agus Dharma dan Michael Adryanto, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Bursa Efek Jakarta (BEJ), 2000, Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. Kep-315/BEJ/062000, Jakarta.

Bapepam, 2000, Surat Edaran No. SE.03 IPM/2000, Jakarta.Bishop, et.al., 2000, The Year o f Audit Committee, Internal Auditor, vol. 57.Blue Ribbon Company (BRC), 1999, The Company Audit Committee Charter.Forum for Corporate Goovernance of Indonesia (FCGI), 2000, Apa yang Dimaksud

GCG, www.fcgi.or.idFujinoma, Tsugoaki, 2000, Enhancing Corporate Governance - IFAC’s Initiative and

The Role o f The Accountancy Profession, makalah, Indonesian Institute of Accountans National Convention, Jakarta.

Hasan, Saifuddien, 2000, M em bangun Good C orporate G overnance pada Perusahaan; dari “Bubble Company” Menuju “Sustainable Company”, makalah.

Hui, Cheng Sze, et.al. 2000, Corporate Governance: Role and Responsibility o f The Audit Committee, makalah, Nanyang Business School, Nanyang Technol­ogy University.

Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), undated, Profil Indonesian Institute fo r Corporate Governance, Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.

Jaiyos, Deloitte Touche Tohmatsu 1999, Hasil Survei “Corporate Governance & Audit Committees”, http://www.us.deloitt.com/

Kirk, Donald J, 2000, Experience with The Public Oversight Board and Corporate Audit Committees, Commentary, Accounting Horizons, Vol. 4 no. 1.

Kurnianingsih, Retnodan Supomo, Bambang, 1999. Peran, Komposisi dan Kinerja Komite Audit, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 1, No. 2.

Kurniawan, Dudi M. dan Indriantoro Nur, 2000, Corporate Governance in Indone­sia, makalah, disajikan pada The Second Asian Roundtable on Corpo­rate Governance, Hong Kong - China 31 May - 2 June, www.oecd.org

KPMG, 2000, Audit Committee Survey 2000, www.us.kpmg.com/auditcommitteeLeavit, Harold J., 1992, Psikologi Manajemen, edisi keempat. Terjemahan oleh

Dra. Muslichah Zarkasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.Media Akuntansi, no 7/Th. I'/Maret 2000, Pentingnya Sebuah Corporate Gover­

nance, him. 5.Moskowitt, Merle J., Orgel, Arthur R, 1969, General Psichology, Houghton Miffin

Company, Boston.Mulyadi, Setyawan Johny, 1999, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen;

Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Aditya Media, Yogyakarta.Morrisey, John, 2000, Corporate Responsibility and The Audit Committee, makalah

disajikan pada General Audit Management Conference, http:// www.sec.gov/ news / speech / spch357. htm

New York Stock Exchange, 2001, The Audit Committee as Catalyst fo r Effective Financial Reporting, http://www.nyse.com/content/publications/

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), 1998, OECD Principles o f Corporate Governance, http://www.oecd.org/

57

Paimpo, 2000, Emiten Abaikan SE Bapepam, Media Akuntansi Edisi 11/Juni/ Tahun VII/2000.

Pambudi, Teguh S., 2001, Barisan Perusahaan Terpercaya, SWA No. 9/XVII/20 September-3 Oktober 2001.

Parawiyati, et.al., 1999, Penggunaan Informasi Keuangan untuk Memprediksi Keuntungan Investasi Bagi Investor di Pasar Modal, makalah disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi II dan Rapat Anggota II Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI KAPd), Malang.

Purwanto, Heri, 2000, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya dalam Menempuh Mata Kuliah Pengantar Akuntansi, Skripsi.

Safitri, Motik & Partner, undated, Pedoman Pengelolaan Perusahaan yang Baik.Said, et.al., 2000, Seputar Komite Audit, Indonesian Institute for Corporate Gover­

nance, JakartaSetyawan, Lucky Agus, 2000, Survey tentang Penerapan Prinsip Etika dan Aturan

Etika Profesi dalam Kode Etik Akuntan Indonesia 1998, Skripsi.Sheridan, Thomas, dan Kendall, Nigel, undated, C orporate Governance;

Pengendalian Perusahaan, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.Simanjuntak, Djisman S., 2001, Good Corporate Governance in Post-Crisis Indone­

sia: Initial Conditions, Windows o f Opportunity and Reform Agenda. http://www.unescap.org/publications

Stock Exchange of Thailand, The (SET), 1999, Best Practice Guidelines fo r The Audit Committee, The Stock Exchange of Thailand.

Suratman, Adji, 2000, Peranan Akuntan pada Good Corporate Governance, Media Akuntansi, No. 7/Th. I/Maret 2000.

Tugiman, Hiro, 1995, Komite Audit, PT Eresco, Bandung.Turner, Lynn E., 2001, Audit Committees: A Roadmap fo r Establishing Account­

ability, http: / / www. sec. gov/ news/ speech / spch469. htmWidayanti, Anna Retno, 2001, Analisis Keahlian A ud itor BPK-R1 Menuju

Pelaksanaan Fraud Audit, Skripsi.

TEMA, Volume III, Nomor 1, Maret 2002

58