05_hipercci Neuro Modul
-
Upload
imam-setiawan -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of 05_hipercci Neuro Modul
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
1/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
74
PENGANTAR SISTEM NEUROLOGI
Ahmat Pujianto
HIPERCCI JATENG/ PSIK FK UNDIP
Sistem neurologi atau sistem saraf merupakan suatu susunan jaringan saraf yang
kompleks, dengan fungsi spesifik dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya
(Feriyawati, 2006). Adanya sistem saraf akan membuat tubuh berfungsi sebagai unit
yang harmonis karena terjadi komunikasi antar sistem tubuh. Satu fungsi saraf
terganggu secara fisiologis akan mempengaruhi fungsi tubuh yang lainnya (Tarwoto,
Wartonah & Suryati, 2007). Sistem saraf pada manusia memiliki 3 (tiga) fungsi
utama, yaitu input sensori, penggabungan data (integrasi), dan output motorik. Akibat
aktivitas sistem saraf tersebut, maka akan membuat individu sadar, mampu berpikir,
mampu mengingat, mengungkapkan bahasa, merasakan sensasi, serta mampu
mengkoordinasikan gerakan.
1. Anatomi Sel Saraf (Neuron)
Neuron merupakan suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional
pada sistem saraf. Secara fungsional, berdasarkan arah transmisi impulsnya neuron
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu neuron sensorik, neuron motorik, dan neuron
asosiasi (interneuron). Neuron sensorik (aferen) berfungsi untuk menghantarkan
impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internal ke
susunan saraf pusat. Neuron motorik berfungsi untuk menghantarkan impuls dari
susunan saraf pusat ke efektor. Interneuron (neuron asosiasi) ditemukan seluruhnya
dalam susunan saraf pusat. Neuron ini berfungsi untuk menghubungkan neuron
sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
2/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
75
Gambar 1 : Struktur sel saraf/Neuron (Sumber: http://hubpages.com)
Sel saraf/neuron terdiri dari beberapa bagian, diantaranya (Tarwoto, Wartonah &
Suryati, 2007) :
1. Soma (badan sel)
Badan sel terdiri atas nucleus, nucleolus, dan organel-organel lain seperti
mitokondria, apartus golgi, dan lisosom.2. Dendrit
Dendrit merupakan serat pendek seperti sikat yang melekat pada bagian sel luar.
Dendrit memiliki cabang-cabang serat yang pendek dan banyak. Fungsi dari
dendrit adalah melanjutkan impuls yang diterima ke badan sel saraf dan ke akson.
3. Akson
Akson merupakan suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari
dendrit. Fungsi dari akson adalah menghantar impuls menjauhi badan sel ke
neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke neuron yang menjadi asal
akson.
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
3/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
76
4. Myelin
Myelin terbentuk dari susunan kompleks protein lemak berwarna putih yang
berfungsi untuk mengisolasi axon. Myelin tidak menutupi seluruh bagian axon.
Bagian axon yang tidak mengandung myelin disebut dengan nodus Ranvier. Pada
susunan saraf pusat, serabut saraf yang kaya akan myelin merupakan penyusun
utama substansi Alba (white matter ) sedangkan serabut saraf yang tidak
mengandung myelin banyak terdapat pada substansi Grisea ( gray matter ).
2. Impuls Saraf
Informasi dan komunikasi dari sel saraf terjadi karena adanya proses listrik dan
kimia. Hantaran impuls dari neuron satu ke neuron lainnya melalui sinap
(Stufflebeam, 2008). Sinap merupakan titik pertemuan antara neuron satu dengan
neuron lainnya dan ke otot. Struktur dari sinap terbagi atas pre sinap yaitu bagian
akson terminal sebelum sinap, celah sinap yaitu ruang diantara pre dan post sinap dan
post sinap yang terdapat pada bagian dendrit. Pada celah sinap terdapat senyawa
kimia yang berfungsi untuk menghantarkan impuls yang disebut dengan
neurotransmitter . Neurotransmitter memiliki dua sifat, yaitu sifat eksitasi
(meningkatkan impuls) dan inhibisi (menghambat impuls). Contoh neurotransmitter
yang bersifat eksitasi diantaranya asetilkolin, norepinefrin, sedangkan
neurotransmitter yang bersifat inhibisi diantranya Gamma Aminobutyric Acid
(GABA) pada jaringan otak dan glisin pada medulla spinalis. Proses penghantaran
impuls melalui sinap disebut dengan transmisi sinap.
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
4/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
77
Gambar 2 : Struktur Sinaps (Sumber : http://en.wikipedia.org )
Jaringan saraf dan otot merupakan jaringan eksitabel yang mempu
menghantarkan signal listrik dan kimia dalam tubuh. Kemampuan hantaran
tergantung pada kondisi lingkungan intra dan ekstra sel saraf. Dalam kondisi istirahat,
konsentrasi ion intrasel pada sel saraf bermuatan negatif (-), sedangkan pada ekstrasel
bermuatan positif (+). Elektrolit yang berperan pada proses terjadinya impuls adalah
kalium (K) dan natrium (Na). Adanya pompa ion kalium (K
+
) dan Natrium (Na
+
)akan menimbulkan perbedaan konsentrasi ion dalam sel saraf. Perbedaan konsentrasi
ion pada membran sel saraf disebut dengan potensial membrane istirahat. Besarnya
potensial membrane istirahat adalah -70 mV, sedangkan pada sel jantung dan sel
skeletal besarnya -90 mV.
Pada kondisi istirahat, sel saraf tidak menghantarkan impuls. Membran sel yang
mempunyai muatan listrik/impuls saraf disebut dengan potensial aksi. Peningkatan
muatan positif akan menimbulkan arus listrik dari -70 mV menjadi +30 mV. Kondisi
ini disebut dengan depolarisasi. Depolarisasi terjadi di sepanjang serabut saraf.
Setelah depolarisasi gerakan ion natrium akan kembali seperti semula. Kondisi ini
disebut dengan repolarisasi.
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
5/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
78
Gambar 3 : Impuls saraf yang terjadi akibat perbedaan muatan listrik pada intra
dan ekstra neuron (Sumber : http://www.anselm.edu)
3. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pada manusia dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu
susunan saraf pusat / Central Nervous System (CNS) dan susunan saraf perifer /
Peripheral Nervous System (PNS) (Tarwoto, Wartonah & Suryati, 2007). Susunan
saraf pusat terdiri dari otak, dan medulla spinalis, sedangkan saraf perifer terdiri atas
saraf-saraf yang keluar dari otak (12 pasang) dan saraf-saraf yang keluar dari medulla
spinalis (31 pasang).
a. Otak
Otak terletak di dalam rongga kranium yang dilindungi oleh tulang tengkorak.
Tulang-tulang tengkorak dihubungkan oleh sutura. Otak dan medulla spinalis dilapisi
oleh membrane yang disebut dengan meninges. Ada tiga lapisan meninges, yaitu
durameter, arachnoid dan piameter. Durameter adalah lapisan luar meninges,
merupakan lapisan yang liat, kasar, dan mempunyai dua lapisan membran. Arachnoid
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
6/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
79
merupakan membran bagian tengah, tipis dan berbentuk seperti laba-laba. Sedangkan
piameter merupakan lapisan yang paling dalam, tipis, dan merupakan membrane
vascular yang membungkus seluruh permukaan otak. Antara tulang tengkorak dan
lapisan duramater yang paling luar terdapat lapisan epidural, sedangkan lapisan
subarachnoid merupakan lapisan diantara arachnoid dan piamater. Pada lapisan
subarachnoid terdapat cairan cerebrospinal/ Liquor Cerebrospinal (LCS).
b. Sistem Vaskularisasi Otak
Secara umum, otak mendapatkan suplai darah dari dua arteri, yaitu arteri vertebra
dan arteri karotis interna. Kedua arteri ini membentuk jaringan pembuluh darah
kolateral yang disebut dengan sirkulasi Willis. Arteri vertebra menyuplai kebutuhan
darah otak bagian posterior, diensefalon, batang otak, cerebellum dan lobus oksipital.
Arteri karotis interna menyuplai kebutuhan darah sebagian besar hemisfer kecuali
lobus oksipital, ganglia basalis, dan 2/3 atas ensefalon.
Otak memiliki barier darah otak (sawar otak) yang sangat selektif terhadap
keadaan lingkungan internal di otak dan berfungsi sebagai pengatur substansi yang
masuk dari ruang ekstrasel otak. Secara fisiologis, sawar otak membantu
mempertahankan dan menjaga keseimbangan konsentrasi ion di lingkungan otak.
Sawar otak sangat peka terhadap elektrolit seperti sodium, potassium dan klorida.
Selain itu, sawar otak juga sangat peka terhadap air, karbondioksida, oksigen,
alkohol, obat-obat tertentu, racun, plasma protein.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aliran darah otak, diantaranya :
1) Faktor metabolisme
Ada tiga faktor metabolik yang mempengaruhi aliran darah di otak, yaitu
konsentrasi karbondioksida, oksigen, dan hidrogen. Pada kondisi hiperkapnia
(PaCO2 lebih dari 45 mmHg), hipoksia (PaO2 kurang dari 60 mmHg), dan
asidosis akan mengakibatkan aliran darah ke otak meningkat sebagai upaya
kompensasi terhadap pemenuhan kebutuhan otak.
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
7/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
80
2) Glukosa
Kadar glukosa darah normalnya 70-100 mg/100 ml. Menurunnya kadar glukosa
darah di bawah 70 mg/100 ml akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah ke
otak.
3) Suhu
Meningkatnya aktivitas metabolic seperti pada kasus peningkatan suhu tubuh
akan meningkatkan aliran darah ke otak. Hal ini disebabkan kebutuhan oksigen
dan glukosa akan meningkat.
4)
Faktor hemodinamik
Adanya autoregulasi untuk mempertahankan fungsi otak diperlukan pengaturan
suplai dan kebutuhan sehingga tetap stabil. Hal tersebut berkaitan juga dengan
mean arterial pressure (MAP).
5) Pengaturan oleh sistem saraf otonom
Saraf simpatis dan parasimpatis merupakan cabang dari sistem saraf otonom
yang di dalamnya juga terdapat reseptor khusus seperti baroreseptor (sensitive
terhadap perubahan tekanan) dan kemoreseptor (sensitif terhadap perubahan
kimia) yang berfungsi untuk mempertahankan kestabilan aliran darah otak. Saat
terjadi penurunan tekanan darah secara sistemik dan juga penurunan
karbondioksida, serta peningkatan hydrogen, reseptor-reseptor ini secara cepat
menstimulus refleks pernapasan dan pusat vasomotor dalam medulla untuk
melakukan kompensasi. Jika penurunan tekanan darah sistemik sudah berat maka
akan menyebabkan iskemia pada otak sehingga medulla akan berespon dengan
cara meningkatkan simpatis pada jantung untuk meningkatkan kontraktilitas dan
kardiak output.
c. Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan korda jaringan saraf yang terletak dalam kolumna
vertebra dan memanjang dari medulla oblongata sampai ke area vertebra lumbal
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
8/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
81
pertama. Fungsi utama medulla spinalis adalah mengendalikan berbagai aktivitas
refleks dalam tubuh dan mentransmisikan impuls ke dan dari otak melalui traktus
ascenden dan decenden. Medulla spinalis mengandung substansi Alba berbentuk
seperti huruf H dan dikelilingi oleh substansi Grisea. Substansi Alba dibagi ke
dalam kolumna posterior, lateral, dan anterior, sedangkan substansi Grisea terbagi
atas bagian posterior, intermediolateral, dan anterior. Pada bagian posterior
substansi Grisea merupakan tempat penerimaan sensori dan jalur ascenden
sensorik. Bagian intermediolateral (T1-L2,3) tempat keluarnya serabut simpatik,
reseptor sensorik visceral dan serabut motorik visceral. Bagian anterior substansi
Grisea adalah tempat keluarnya lower motor neuron.
d. Liquor Cerebrospinal (LCS)/Cairan Cerebrospinal
Cairan Cerebrospinal merupakan hasil penyaringan darah yang masuk ke
plexus Choroideus yang terdapat di ventrikel otak. Otak memiliki sistem ventrikel
yang saling berhubungan dengan antara yang satu dengan yang lainnya. Di dalam
sistem ventrikel banyak menyimpan cairan cerebrospinal. Ventrikel yang ada di
dalam otak manusia adalah ventrikel lateral, ventrikel tiga, dan ventrikel empat.
Ventrikel lateral berhubungan dengan ventrikel tiga melalui foramen Monroe,
sedangkan ventrikel tiga berhubungan dengan ventrikel empat melalui aquaductus
Sylvi.
Cairan cerebrospinal merupakan plasma yang tidak berwarna, jernih dan
normalnya mengandung protein dan glukosa. Pada orang dewasa, cairan
cerebrospinal rata-rata diproduksi sebanyak 500 ml/hari (Rohkamm, 2004). Pada
bagian otak kira-kira terdapat 150 ml. Normalnya tekanan cairan cerebrospinal 60-
180 mmH2O atau 0-15 mmHg. Setelah bersirkulasi di otak dan medulla spinalis
cairan cerebrospinal kemudian kembali ke otak dan diabsorbsi lagi di vili
arachnoid, kemudian selanjutnya cairan masuk ke sistem vena melalui vena
jugularis ke vena cava superior dan akhirnya masuk ke sirkulasi sistemik.
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
9/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
82
4. Struktur dan Fungsi Otak
a. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian dari otak yang paling besar. Berat cerebrum kira-
kira 80% dari berat otak. Cerebrum memiliki dua hemisfer yang dihubungkan oleh
korpus kallosum. Setiap hemisfer terbagi atas empat lobus yaitu lobus frontal,
parietal, temporal dan oksipital. Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik,
intelektual, emosi dan fungsi fisik (Tarwoto, Wartonah & Suryati, 2007), membuat
keputusan, kepribadian, dan menahan diri (Batticaca, 2011). Pada bagian frontal
bagian kiri terdapat area Broca yang berfungsi sebagai pusat motorik bahasa
(Tarwoto, Wartonah & Suryati, 2007). Lobus parietal terdapat sensori primer dari
korteks cerebri. Fungsinya adalah sebagai proses input sensori, sensasi posisi, sensasi
raba, tekan dan perubahan suhu ringan. Selain itu, lobus parietal juga berfungsi untuk
mengetahui posisi dan letak bagian tubuh (Batticaca, 2011). Lobus temporal
mengandung area auditorius, yang merupakan tempat tujuan sensasi yang datang dari
telinga. Befungsi sebagai input perasa pendengaran, pengecap, penciuman, dan proses
memori jangka pendek. Lobus oksipital mengandung area visual otak, berfungsi
sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna, reflek visual (Tarwoto,
Wartonah & Suryati, 2007).
b. Diencephalon
Diencephalon terletak di atas batang otak. Diencephalon terdiri dari thalamus,
hypothalamus. Thalamus merupakan massa sel saraf besar yang berbentuk seperti
telur dan terletak pada substansi Alba. Thalamus berfungsi sebagai stasiun relay dan
integrasi dari medulla spinalis ke korteks cerebri dan bagian lain dari otak.
c. Batang Otak
Batang otak terdiri atas mesencephalon (otak tengah), pons dan medulla oblongata
(Batticaca, 2011). Batang otak berfungsi sebagai pengaturan refleks untuk fungsi vital
tubuh. Otak tengah memiliki fungsi utama sebagai relay stimulus pergerakan otot dari
dan ke otak (Tarwoto, Wartonah & Suryati, 2007). Pons merupakan penghubung otak
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
10/18
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
11/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
84
Doktrin Kellie-Monroe menyatakan bahwa volume total dalam kranium selalu
tetap karena tulang tengkorak tidak elastis sehingga tidak bisa mengembang jika ada
penambahan volume. Peningkatan volume dari salah satu komponen tersebut, atau
adanya tambahan komponen patologis (misalnya hematom intrakranial), akan
menimbulkan kompensasi melalui penurunan volume dari komponen lainnya untuk
mempertahankan tekanan. Bila terdapat penambahan masa seperti hematoma akan
menyebabkan tergesernya LCS sehingga LCS akan terdesak melalui foramen
magnum ke arah rongga sub-arakhnoid spinalis dan vena akan segera kolaps karena
darah akan dipompa keluar dari ruangan intrakranial melalui vena jugularis atau
melalui vena emisaria dan kulit kepala. Mekanisme kompensasi ini hanya
berlangsung sampai batas tertentu saja. Namun jika mekanisme kompensasi ini
terlampaui maka kenaikan volume sedikit saja akan menyebabkan kenaikan TIK yang
tajam.
Otak mampu mengkompensasi atau menerima perubahan minimal pada tekanan
intrakranial dengan cara pengalihan LCS ke dalam spasium subaraknoid spinal,
peningkatan absorbsi LCS, penurunan pembentukan LCS dan pengalihan darah vena
ke luar dari tulang tengkorak (Hudak & Gallo, 2010).
Gambar 5 : Hubungan antara tekanan intra kranial (ICP) dengan volume ronggakranial
Aliran darah otak normalnya 50 - 65 mL/100 gr jaringan otak/menit. Bila aliran
darah otak menurun sampai 20-25 mL/100gr/menit maka aktifitas EEG akan hilang
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
12/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
85
dan pada nilai 5 mL/100gr/menit sel-sel otak mengalami kematian dan terjadilah
kerusakan sel yang menetap. Pada penderita non trauma, fenomena autoregulasi
mempertahankan aliran darah pada tingkat yang konstan apabila MAP (mean arterial
pressure) berada dikisaran 50-160 mmHg. Bila MAP dibawah 50 mmHg, aliran
darah otak sangat berkurang dan bila MAP diatas 160 mmHg terjadi dilatasi pasif
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah meningkat.
Mekanisme autoregulasi sering mengalami gangguan pada penderita cedera otak
sekunder karena iskemia akibat hipotensi yang tiba-tiba. Sekali mekanisme
kompensasi tidak bekerja diikuti kenaikan TIK yang curam, perfusi otak akan
berkurang jauh terutama pada keadaan hipotensi. Oleh karena itu bila terdapat
hematom intrakranial, haruslah dikeluarkan sedini mungkin dan tekanan darah yang
adekuat tetap harus dipertahankan.
Tekanan perfusi serebral/Cerebral Perfusion Pressure (CPP) adalah tekanan
aliran darah ke otak, normalnya konstan karena adanya autoregulasi. CPP ditentukan
dengan pengurangan TIK dengan Mean Arterial Pressure (MAP), dapat ditulis
dengan rumus :
CPP = MAP - TIK
Dalam posisi supinasi, nilai TIK normal adalah 5-15 mmHg (Luks, 2009). Nilai
normal CPP adalah 60 – 100 mmHg (Grundy, 2009). Jika mekanisme autoregulasi dari
otak mengalami kerusakan maka akan menyebabkan CPP lebih dari 150 mmHg atau
kurang dari 60 mmHg. Klien dengan CPP kurang dari 50 mmHg memperlihatkan
disfungsi neurologis yang bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena penurunan
perfusi serebral yang mempengaruhi perubahan keadaan sel dan mengakibatkan
hipoksia serebral (Smeltzer & Bare, 2002).
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
13/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
86
6. Pengkajian Pada Sistem Saraf
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan. Dalam
keperawatan kritis, pengkajian pada sistem saraf tetap diawali dengan pengkajian
pada Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE).
a. Pengkajian Status Mental
1) Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran merupakan indikator utama adanya perubahan status
neurologi pasien karena berhubungan dengan fungsi hemisfer cerebral dan reticular
acticity system (RAS). Untuk mengkaji tingkat kesadaran dapat dilakukan secara
kuantitatif dan kualitatif. Cara kuantitatif yang sering digunakan adalah dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). Ada tiga parameter yang dilihat pada
pemeriksaan kesadaran menggunakan GCS, yaitu respon membuka mata, respon
verbal dan respon motorik. Berikut adalah penilaian tingkat kesadaran menggunakan
GCS (Tarwoto, Wartonah & Suryati, 2007) :
Tabel 1. Penilaian kesadaran dengan GCS
Parameter yang dinilai Nilai/Skor
1. Membuka Mata/ Eye (E)
Klien dapat membuka mata spontan Klien dapat membuka mata dengan perintah
Klien dapat membuka mata dengan rangsang nyeri
Klien tidak berespon
432
1
2. Respon Motorik (M)
Klien dapat melakukan gerakan sesuai instruksi
Klien hanya mampu melokalisir nyeri
Klien hanya mampu menghindar sumber nyeri
Adanya gerakan fleksi abnormal (dekortikasi)
Adanya gerakan ekstensi abnormal (decerebrasi)
Klien tidak berespon
65
4
3
21
3. Respon Verbal (V)
Klien mampu menjawab dengan benar, orientasi sempurna
Klien mengalami disorientasi, bingung
Kata-kata tidak dapat dimengerti/tidak bermakna
Suara tidak jelas/hanya mengerang
Klien tidak berespon
5
4
32
1
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
14/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
87
2) Orientasi
Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar dengan
pengalaman lampau. Untuk mengkaji orientasi pasien, perawat bisa menanyakan
tentang tempat, waktu, orang dan situasi. Misal: Siapakah nama pasien?, Hari
apakah sekarang?, Dimanakah posisi pasien sekarang?, dst.
b. Pemeriksaan Saraf Kranial
Berikut adalah cara pemeriksaan saraf kranial pada pasien (Tarwoto, Wartonah &
Suryati, 2007).
Tabel 2. Pemeriksaan saraf kranial
Saraf Kranial Fungsi Cara Pemeriksaan
Olfaktorius(I) Penciuman, penghidu Anjurkan klien menutup salah satulubang hidung
Anjurkan menebak bau yang diberikan
dengan menutup mata klien
Lakukan hal tersebut pada kedua lubang
hidung pasien.
Optikus (II) Tajam penglihatan dan
lapang pandang Pemeriksa berdiri di belakang klien
Telunjuk jari pemeriksa digerakand ari
belakang ke depan Anjurkan klien mengangkat tangan bila
telah melihat tangan pemeriksa
Okulomotorius,
troklearisdanabducen
(III,IV,VI)
Keadaan pupil,
pergerakan bola, matadan kelopak mata
Pemeriksa berdiri didepan klien
Anjurkan klien mengikuti jari tangan pemeriksa
N III sudut lateral atas dan sudut medialatas, sudut lateral bawah dan medial
N VI Lateral
N IV sudut medial bawah
Trigeminus (V) Sensasi wajah, rasa
pada lidah bagian belakang, kekuatanotot mengunyah,
reflek kornea
Anjurkan klien menutup mata, pemeriksa
memberikan sentuhan halus, tajam dan
tumpul di area wajah, suruh klienmenebak rasa dan tempat sentuhan
Pemeriksa berdiri dibelakang klien,letakan tangan di depan telinga untuk
memeriksa otot temporo mandibula
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
15/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
88
Pemeriksa berdiri di samping klien,sentuh kornea dengan ujung tisu. Nilai
reflekFasialis (VII) Ekspresi wajah, otot,
otot wajah, sensasilidah 2/3 bagian depan
Anjurkan klien untuk tersenyum, bersiul,
meringis, menggembungkan pipi
Beri rasa pada lidah bagian depan,anjurkan klien menebak rasa
Akustikus (VIII) Pendengaran (Test
Weber dan Rinne) dan
keseimbangan
Lakukan tes Rinne: bunyikan garpu tala,letakan tepat ditengah parietal. Tanyakan
apakah ada pendengaran yang lebih
tajam?
Lakukan tes koordinasi jari-hidung:
anjurkan klien menutup mata gerakan jari
dari hidung ke jari tangan yang lain.Glososfaringius
(IX)
Kemampuan menelan,
pergerakan lidah
Anjurkan klien membuka mulut, anjurkan
lidah bergerak atas-bawah, kanan-kiri
Anjurkan klien meminum 2 sendok air
Vagus (X) Sensasi faring, laring,
dan kemampuan
menelan
Anjurkan klien menelan ludah
Pemeriksa berdiri di belakang klien, laluraba dan rasakan pergerakan faring klien
saat menelan.
Accesorius (XI) Pergerakan kepala,
otot leher dan bahu Pemeriksa berdiri dibelakang klien,
letakan kedua tangan pemeriksa diatas
bahu klien, anjurkan klien melawan
Anjurkan klien berpaling kearah kanan,letakan tangan aknan pemeriksa di pipi
kiri, dan berikan tahanan, anjurkan klien
melawan tangan pemeriksa, letakantangan kiri pemeriksa di otot
sternokleideomastoideus, rasakan
regangan
Hipoglosus (XII) Kekuatan lidah
(artikulasi, gerakan
lidah)
Anjurkan klien menjulurkan lidah, lihat pakah ada tremor atau tidak
Anjurkan klien mengucapkan huruf “d”“t” “n” “r”
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
16/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
89
c. Pengkajian Kekuatan Otot
Kekuatan otot dapat diukur dengan menggunakan skala 0-5 pada lokasi otot yang
akan dinilai. Kekuatan otot diukur dan dibandingkan antara ekstremitas bagian kanan
dan kiri (Batticaca, 2011).
Tabel 3. Pemeriksaan kekuatan otot
Keadaan Fungsi Otot Nilai % normal
Tidak terdapat kontraksi
Hanya terdapat kontraksi otot
Ada pergerakan, tidak mampu melawan gaya
gravitasiAda pergerakan, hanya dapat mengatasi gaya
gravitasiMampu melawan gravitasi dan melawansedikit tahanan
Mampu melawan gravitasi dan melawan
tahanan yang maksimal
0
1
2
3
4
5
0
10
25
50
75
100
d. Pemeriksaan Refleks
Ada beberapa pemeriksaan reflek yang biasa dilakukan pada pemeriksaan sistem
neurologi, yaitu : Reflek Bisep
1.
Reflek Trisep
2. Reflek patella
3. Reflek Aschilles
4. Reflek Patologis (Babinski, Oppenheim, gordon, Schaefer, Gonda, Chaddock)
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
17/18
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif
90
Gambar 6 : Cara Pemeriksaan Refleks
e. Pemeriksaan Rangsang Meningeal
Ada beberapa tanda rangsang meningeal yang dijumpai saat melakukan pemeriksaan
pada pasien dengan gangguan neuorologi, diantaranya :
1.
Kaku Kuduk2. Tanda Laseque
3. Tanda Kernig
4. Tanda Brudinski I
5. Tanda Brudinski II
-
8/17/2019 05_hipercci Neuro Modul
18/18