Post on 11-Jan-2016
description
05/04/201505/04/2015 11
PROSES
•DESULFURISASI
•REFORMING•REFORMING- PRIMARY
- SECONDARY
DESULFURISASI
REFORMING
KONVERSISHIFT
CO2REMOVAL
GASALAM
UDARASTEAM GAS CO2
H2S + ZnO ZnS +H2O 2H2 + O2 2H2O 2 CO + HO2 2CO2 + H2
CH4
PEMBUATAN AMMONIABLOCK DIAGRAM
METHANASI
SINTHESA
NH3
REFRIGERASI
RECYC. H2
PRODUKAMMONIA
SEKSI PEMURNIAN GAS
CH4 + H2O CO2 + H2
CO2 + H2 CO + H2O
K2CO3 + CO2 + H2O 2KHCO3
CO + 3H2 CH4 + H2O
CO2 + 3H2 CH4 + H2O
N2 + 3H2 2NH3
UNIT DESULFURISASIFungsi : Untuk menghilangkan kandungan
Sulfur di dalam Gas Alam
* SULFUR merupakan RACUN Permanen bagiKATALIS ( Reformer dan LTS ).
Jenis-jenis SULFUR : 1. Sulfur Organik (RSH)
2. Sulfur Anorganik (H2S)
Proses : Adsorbsi dengan mempergunakan penyerapZink Oksida (ZnO)
1. RSH + H2 RH + H2S
2. H2S + ZnO ZnS + H2O
3. COS + ZnO ZnS + CO2
DESULFURISASI☺REAKSI ENDOTERMIS☺Tidak boleh kemasukan steam.
Sulfur akan lepas pada temp. ±150 – 220 ° C
☺ Kondisi Operasi : 300 - 400 ° C☺Tekanan operasi 30 – 40 bar
Hydrogenerator
CoMoReaksi 1
ZnOReaksi 2,3
Umpan Reformermengandung sulfur max
0.1 ppm ( dry basis )
Sulfur Adsorber
Katalis Cobalt-molybdenum tidak boleh kontak dengan gas alam tanpaada hydrogen.- Sulfur organic slip- Carbon formation karena cracking gas alam
Untuk mengaktifkan CoMo melalui proses sulfidasi. CoMo bersifat phyrophoric, akan teroksidasi bila kontak dengan udara
pada temperatur di atas 70 °C. Bila gas alam mengandung CO2 dan CO :
CO2 + H2 CO + H2OCO2 + H2S COS + H2O
HYDROGENERATOR Katalis Cobalt-molybdenum tidak boleh kontak dengan gas alam tanpa
ada hydrogen.- Sulfur organic slip- Carbon formation karena cracking gas alam
Untuk mengaktifkan CoMo melalui proses sulfidasi. CoMo bersifat phyrophoric, akan teroksidasi bila kontak dengan udara
pada temperatur di atas 70 °C. Bila gas alam mengandung CO2 dan CO :
CO2 + H2 CO + H2OCO2 + H2S COS + H2O
SULFUR ADSORBER
Terbagi atas 2 bagian katalis : ZnO ( atas ) yg berfungsisebagai adsorbent anorganic sulfur dan Cu ( bawah ) ygberfungsi menangkap sulfur dengan jumlah besar.
Katalis ZnO tidak bersifat phyrophoric sedangkan Cubersifat phyrophoric.
Terbagi atas 2 bagian katalis : ZnO ( atas ) yg berfungsisebagai adsorbent anorganic sulfur dan Cu ( bawah ) ygberfungsi menangkap sulfur dengan jumlah besar.
Katalis ZnO tidak bersifat phyrophoric sedangkan Cubersifat phyrophoric.
Proses Desulfurisasi
UNIT REFORMING
Fungsi : Untuk pembentukan gas sinthesayaitu gas H2 dan N2.
• Gas H2 diperoleh dari Reaksi Gas Alam(CH4) melalui reaksi Steam (H2O)reforming
• Gas N2 diperoleh dari Udara
Udara yang sebagian besar mengandungN2 dan O2, dapat dipisahkan denganmereaksikan O2 dengan gas H2.
• Gas H2 diperoleh dari Reaksi Gas Alam(CH4) melalui reaksi Steam (H2O)reforming
• Gas N2 diperoleh dari Udara
Udara yang sebagian besar mengandungN2 dan O2, dapat dipisahkan denganmereaksikan O2 dengan gas H2.
ISTILAH DAN KONSEP DASAR
REAKSI KIMIA
• KECEPATAN REAKSI
• TEORI TUMBUKAN
• KESETIMBANGAN KIMIA
REAKSI KIMIA
• KECEPATAN REAKSI
• TEORI TUMBUKAN
• KESETIMBANGAN KIMIA
Kecepatan Reaksi
V = k Cn
k = exp [ -Ea/RT ]
Dengan :
- Ea : energi aktivasi
- R : konstanta gas ideal
- T : temperatur
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecepatan Reaksi :
1. Sifat Zat : Ea
2. Konsentrasi : Ca
3. Temperatur
4. Katalisator : Ea
k = exp [ -Ea/RT ]
Dengan :
- Ea : energi aktivasi
- R : konstanta gas ideal
- T : temperatur
ISTILAH DAN KONSEP DASAR
Teori Tumbukan
Panas Reaksi = Energi peruraian – Energi aktifasi
Kesetimbangan Kimia1. Hukum Kesetimbangan
Keadaan Kesetimbangan Kimia tercapai bila Kecepatan Reaksi ke Kiri danke Kanan sama
1. Hukum Kesetimbangan
Keadaan Kesetimbangan Kimia tercapai bila Kecepatan Reaksi ke Kiri danke Kanan sama
Reaksi : a A + b B c C + d D Kc = (C)c (D)d/(A)a (B)b
* Untuk sistem yang Heterogen (Fase tidak sama), harga Kc hanyadipengaruhi oleh fase gas saja.
Reaksi : C (s) + CO2 2 CO (g) Kc = (CO)2/(CO2) (C)
ISTILAH DAN KONSEP DASAR2. Pergeseran Kesetimbangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesetimbangan :
- Perubahan Konsentrasi
- Perubahan Temperatur
- Perubahan Tekanan dan Volume
Reaksi : a A + b B c C + d D H = - 3 kkalReaksi : a A + b B c C + d D H = - 3 kkal
- Jika tekanan naik maka kesetimbangan bergeser ke kiri (jumlah mole 2)*
- Jika tekanan turun maka kesetimbangan bergeser ke kanan (jumlah mole 3)
Reaksi : 2 SO3 (g) 2 SO2 (g) + O2 (g)
- Jika konsentrasi A dan B di tambah kesetimbangan bergeser ke kanan
- Jika konsentrasi C dan D di tambah kesetimbangan bergeser ke kiri
- Jika Temperatur naik, maka kesetimbangan bergeser ke kiri (endoterm)
- Jika temperatur turun, maka kesetimbangan bergeser ke kanan (eksoterm)
SIDE WALL FURNACE :Arah api pembakaran dari samping kearah radiant sectiontdengan konfigurasi tube katalis berjejer (Proses Topsoe)
TERRACE FURNACE :Arah api pembakaran dari samping kearah radiant sectiontdengan konfigurasi tube katalis berselang-seling.
TOP FIRE FURNACE :Arah api pembakaran dari atas furnace ke arah radiant sectiondengan konfigurasi tube katalis berjejer. (Proses Kelog)
SIDE WALL FURNACE :Arah api pembakaran dari samping kearah radiant sectiontdengan konfigurasi tube katalis berjejer (Proses Topsoe)
TERRACE FURNACE :Arah api pembakaran dari samping kearah radiant sectiontdengan konfigurasi tube katalis berselang-seling.
TOP FIRE FURNACE :Arah api pembakaran dari atas furnace ke arah radiant sectiondengan konfigurasi tube katalis berjejer. (Proses Kelog)
TYPE BURNER P-1 DENGANKONFIGURASI TUBE STAGER
BURNER YANG TERDAPAT DI PABRIKAMONIAK K3/K4/P-1A
SIDE FIRE FURNACE TYPE
BURNER YANG TERDAPATPABRIK NH3 P-2
TOP FIRE FURNACE TYPE
TYPE COMBUSTIONTYPE COMBUSTION
convection
Side firing : pengaturan temperatur tube
lebih merata Tipikal Topsoe firing
management dilengkapi ID FanCarbon deposit minimal Primary Reformer K3, K4, P-1A,
Side firing : pengaturan temperatur tube
lebih merata Tipikal Topsoe firing
management dilengkapi ID FanCarbon deposit minimal Primary Reformer K3, K4, P-1A,
Top Firing : Temperatur pada top tube
lebih tinggi dibanding bottomtube Tipikal Kelog firing
management dilengkapi ID FanCarbon deposit banyak Primary Reformer K2
Top Firing : Temperatur pada top tube
lebih tinggi dibanding bottomtube Tipikal Kelog firing
management dilengkapi ID FanCarbon deposit banyak Primary Reformer K2
convection
Terrace Firing : Memiliki auxilary burner Tipikal Lurgi firing management
dilengkapi ID FanCarbon deposit banyak Primary Reformer K1
Terrace Firing : Memiliki auxilary burner Tipikal Lurgi firing management
dilengkapi ID FanCarbon deposit banyak Primary Reformer K1
A. PRIMARY REFORMERFungsi : Untuk pembentukan gas sinthesa yaitu
gas H2 dari Reaksi Gas Alam (CH4) denganSteam (H2O).
• Reaksi yang terjadi :
1. CnHm + 2H2O Cn-1Hm-2 + 3H2 +CO2 (-Panas)
2. CH4 + 2H2O CO + 3 H2 (-Panas)
3. CO2 + H2 CO + H2O (-Panas)
• Reaksi yang terjadi :
1. CnHm + 2H2O Cn-1Hm-2 + 3H2 +CO2 (-Panas)
2. CH4 + 2H2O CO + 3 H2 (-Panas)
3. CO2 + H2 CO + H2O (-Panas)
Reaksi Carbon Formation :
CO + H2 C + H2O
2CO CO2 + C ( Boudourd reaction )
CnHm nC + m/2 H2
CONTOH KOMPOSISI GAS ALAM : CH4 : 89.75 % C2H6 : 6,57 % C3H8 : 0,24 % i-C4H10 : 0,06 % n-C4H10 : 0,16 % i-C5H12 : 0,08 % C6H14 : 0,1 % CO2 : 2,98 % Sulfur : 3 ppm
Total : 100 %
Untuk Fuel Gas :Komposisi hydrokarbonberat lebih besar dibandinggas proses ( CH4 = 82 % )Sehingga nilai kalor lebihbesar.
HC
berat
CH4 : 89.75 % C2H6 : 6,57 % C3H8 : 0,24 % i-C4H10 : 0,06 % n-C4H10 : 0,16 % i-C5H12 : 0,08 % C6H14 : 0,1 % CO2 : 2,98 % Sulfur : 3 ppm
Total : 100 %
Untuk Fuel Gas :Komposisi hydrokarbonberat lebih besar dibandinggas proses ( CH4 = 82 % )Sehingga nilai kalor lebihbesar.
Proses pada primary reformer dan secondary reformer
PENGENDALIAN PROSES DI PRIMARYREFORMER.
1. Parameter utama performance PR adalah CH4 leaks 10 – 11 %.Utk memenuhi nilai ini dengan menjaga T Out 750 - 780 °C.Maksud CH4 leak tersisa adalah untuk menyediakan media penyerappanas yang terjadi pada secondary reformer.
2. Steam to Carbon ( S/C ) ratio dijaga 3,0 – 3,3Secara stoikiometri S/C ratio sekitar 2,6 – 2,8
Beberapa pabrik tua ( K1, K2 ), S/C = 3,3 – 3,4
Maksud S/C ratio besar ( > 3,2 ) : Mengurangi kondisi temperatur tinggi ( HOT SPOT )
pada tube katalis ataupun pada furnace Reformer. Steam sbg sumber panas. Mencegah metal dusting
K4 / P1A : S/C = 2,9 – 3,0
Maksud S/C ratio dibuat kecil : Efisiensi energi Mengurangi pressure drop katalis Mengurangi pengenceran larutan penyerap di CO2 removal
1. Parameter utama performance PR adalah CH4 leaks 10 – 11 %.Utk memenuhi nilai ini dengan menjaga T Out 750 - 780 °C.Maksud CH4 leak tersisa adalah untuk menyediakan media penyerappanas yang terjadi pada secondary reformer.
2. Steam to Carbon ( S/C ) ratio dijaga 3,0 – 3,3Secara stoikiometri S/C ratio sekitar 2,6 – 2,8
Beberapa pabrik tua ( K1, K2 ), S/C = 3,3 – 3,4
Maksud S/C ratio besar ( > 3,2 ) : Mengurangi kondisi temperatur tinggi ( HOT SPOT )
pada tube katalis ataupun pada furnace Reformer. Steam sbg sumber panas. Mencegah metal dusting
K4 / P1A : S/C = 2,9 – 3,0
Maksud S/C ratio dibuat kecil : Efisiensi energi Mengurangi pressure drop katalis Mengurangi pengenceran larutan penyerap di CO2 removal
PENGENDALIAN PROSES DI PRIMARYREFORMER.
3. Udara ekses pada pembakaran dijaga 5 – 10 %4. Tekanan dijaga rendah untuk meningkatkan konversi5. Terbentuknya carbon deposit :
Ratio S/C rendah Methane crackingCH4 C + H2
Fraksi hydrokarbon berat banyak Heat flux tinggi Aktivitas katalis rendah
3. Udara ekses pada pembakaran dijaga 5 – 10 %4. Tekanan dijaga rendah untuk meningkatkan konversi5. Terbentuknya carbon deposit :
Ratio S/C rendah Methane crackingCH4 C + H2
Fraksi hydrokarbon berat banyak Heat flux tinggi Aktivitas katalis rendah
Heat flux tinggi pada katalis ( top fired reformer )Gas alam mengandung hydrocarbon berat yang
tinggiAktivitas katalis rendahH2O kurang ( S/C rendah )
akibatakibat
Presurre drop tinggiPresurre drop tinggi Konsumsi energi tinggiKonsumsi energi tinggi Aktifitas katalis turunAktifitas katalis turun
05/04/2015 29
30
05/04/2015
3030 4/5/20154/5/2015
B. SECONDARY REFORMER
Fungsi : Untuk pembentukan gas sinthesa yaitugas N2 dari Reaksi Udara bebas (O2)dengan gas Hidrogen (H2).
• Reaksi yang terjadi :
1. 2 H2 + O2 2H2O (+Panas)
2. CH4 + H2O CO + 3 H2 (-Panas)
3. CO + H2O CO2 + H2 (+Panas)
• Reaksi yang terjadi :
1. 2 H2 + O2 2H2O (+Panas)
2. CH4 + H2O CO + 3 H2 (-Panas)
3. CO + H2O CO2 + H2 (+Panas)
PENGENDALIAN PROSESPENGENDALIAN PROSESSECONDARY REFORMERSECONDARY REFORMER..
1. CH4 leak dijaga 0,4 – 0,5 % untuk memenuhi ratio H/N = 3 pada synloopParameter : temperature outlet SR sekitar 800 ( K3, K4 ), 930 ( K1 /P1A).
2. Diinginkan kondisi temperatur tinggi dan tekanan rendah.3. Temperatur pembakaran pada bagian atas SR sekitar 1100 – 1200 oC
melalui reaksi :H2 + ½ O2 H2O Q = + 57.800 kcal/kgmol ( eksotermis )Sedangkan reaksi pengambilan panas ( endotermis ) berlangsung disepanjangbed katalis.
CH4 + 2H2O CO2 + 4 H2 Q = - 39.400 Kcal/kgmol
1. CH4 leak dijaga 0,4 – 0,5 % untuk memenuhi ratio H/N = 3 pada synloopParameter : temperature outlet SR sekitar 800 ( K3, K4 ), 930 ( K1 /P1A).
2. Diinginkan kondisi temperatur tinggi dan tekanan rendah.3. Temperatur pembakaran pada bagian atas SR sekitar 1100 – 1200 oC
melalui reaksi :H2 + ½ O2 H2O Q = + 57.800 kcal/kgmol ( eksotermis )Sedangkan reaksi pengambilan panas ( endotermis ) berlangsung disepanjangbed katalis.
CH4 + 2H2O CO2 + 4 H2 Q = - 39.400 Kcal/kgmol
Shift ConverterMengubah CO menjadi CO2 dan mendapatkanlebih banyak H2.
◦ Diubah menjadi CO2 agar dapat diserap di CO2Removal
Dilakukan pada dua converter, yaitu:◦ High Temperature Shift Converter (HTSC)◦ Low Temperature Shift Converter (LTSC)
Shift ConverterMengubah CO menjadi CO2 dan mendapatkanlebih banyak H2.
◦ Diubah menjadi CO2 agar dapat diserap di CO2Removal
Dilakukan pada dua converter, yaitu:◦ High Temperature Shift Converter (HTSC)◦ Low Temperature Shift Converter (LTSC)
PEMURNIAN GAS SINTESISShift ConverterReaksi yang terjadi:
CO + H2O ↔ CO2 + H2 + QKatalis: HTSC : berbasis Fe LTSC : berbasis Cu
Dilakukan pada dua converter karena reaksi ini: Membutuhkan kecepatan reaksi Diinginkan konversi yang besar
Shift ConverterReaksi yang terjadi:
CO + H2O ↔ CO2 + H2 + QKatalis: HTSC : berbasis Fe LTSC : berbasis Cu
Dilakukan pada dua converter karena reaksi ini: Membutuhkan kecepatan reaksi Diinginkan konversi yang besar
Proses pada unit shift converter
HTSHTSReaksiReaksi CO + H2O <=> CO2 + H2 (CO + H2O <=> CO2 + H2 (--∆∆HHoo
298298 = 9.84 kcal/mol)= 9.84 kcal/mol)
KatalisKatalis Fe3O4Fe3O4 / Cr/ Cr22OO33
KondisiKondisi T: 350T: 350 –– 500500ooC, P = 30 kg/cmC, P = 30 kg/cm22
SifatSifat Aktivitas, Selektivitas, Umur.Aktivitas, Selektivitas, Umur.
UmurUmur 22 –– 6 tahun6 tahun
05/04/2015 36
UmurUmur 22 –– 6 tahun6 tahun
KeteranganKeterangan ∆T = 5.5∆T = 5.5ooC / 1 % CO pada S/G =1C / 1 % CO pada S/G =1Komposisi gas keluaran 2Komposisi gas keluaran 2ndnd ref CO 10ref CO 10--15 % vol ,artinya dapat15 % vol ,artinya dapat
menaikkan suhu sekitar 50menaikkan suhu sekitar 50 –– 8080 ooCCPerformance katalis dapat dilihat dariPerformance katalis dapat dilihat dari
--Trend kenaikkan pressure drop dibanding designTrend kenaikkan pressure drop dibanding design--Trend kenaikkan CO leak dibanding designTrend kenaikkan CO leak dibanding design--∆T approach < 40∆T approach < 40ooCC
LTSLTSReaksiReaksi CO + H2OCO + H2O CO2 + H2 (CO2 + H2 (--∆∆HHoo
298298 = 9.84 kcal/mol)= 9.84 kcal/mol)
KatalisKatalis CuCu / ZnO / Al/ ZnO / Al22OO33
KondisiKondisi T: 200T: 200 –– 250250ooC, P = 30 kg/cmC, P = 30 kg/cm22
SifatSifat Aktivitas, Selektivitas, Umur.Aktivitas, Selektivitas, Umur.
UmurUmur 22 –– 6 tahun6 tahun
05/04/2015 37
UmurUmur 22 –– 6 tahun6 tahunKeteranganKeterangan ∆T = 5.5∆T = 5.5ooC / 1 % CO pada S/G =1C / 1 % CO pada S/G =1
Reaksi samping yang sering terjadi adalah metanasi danReaksi samping yang sering terjadi adalah metanasi danmetanol,reaksinya sbb :metanol,reaksinya sbb :
–– CO + 3H2 === CH4 + H2O ∆H =CO + 3H2 === CH4 + H2O ∆H = --49.271 kcal/gmol CO49.271 kcal/gmol CO–– CO + 3H2 === CH3OH + H2O ∆H =CO + 3H2 === CH3OH + H2O ∆H = --21.68 kcal/gmol CO21.68 kcal/gmol CO
Performance dapat dilihat dari trend kenaikkan pressure drop, CO leak dan ∆T approachPerformance dapat dilihat dari trend kenaikkan pressure drop, CO leak dan ∆T approachDeaktivasi katalis karena bertambahnya kristal Cu (sintering), keracunan sulfur dan clorida sertaDeaktivasi katalis karena bertambahnya kristal Cu (sintering), keracunan sulfur dan clorida serta
effek condensasieffek condensasi
4/5/20154/5/2015
HTS-LTS
CO2 REMOVAL SYSTEMFUNGSI
Untuk menyerap gas CO2 yang terdapat dalam gas proses,sehingga gas synthesa bebas dari CO2.
Kaltim I, Kaltim II & Kaltim III Menggunakan BenfieldKaltim IV, Kaltim V & I A menggunakan BASF
Pada Prinsipnya sama, perbedaannyaterletak pada larutan dan activator yang digunakan serta jumlahperalatan yang terlibat dalam proses tersebut.
Pada Prinsipnya sama, perbedaannyaterletak pada larutan dan activator yang digunakan serta jumlahperalatan yang terlibat dalam proses tersebut.
Proses Benfield menggunakan larutan hot Potasium Carbonate dan activatorDEA (diethanol amine) dalam suatu larutan dengan komposisi tertentu.
Sedangkan Proses BASF menggunakan MDEA (Methyl diethanol amine)
Konsep Dasar CO2 Removal
Reaksi penyerapan gas CO2 di Kolom Absorber :
CO2 + K2CO3 + H2O 2 KHCO3 + Q ........................................ (1)
• Reaktan gas harus dapat terlarut dalam reaktan cair.• Agar gas CO2 dapat terlarut dalam karbonat, maka tekanan parsialgas CO2 harus dibuat rendah / diturunkan, yaitu denganmenggunakan zat activator dalam larutan.Activator berfungsi sebagai katalis untuk melangsungkan reaksi (1)
Contoh Activator: DEA (Di-Ethanol Amine)
CO2 REMOVAL SYSTEM
40
40
Konsep Dasar CO2 Removal
Reaksi penyerapan gas CO2 di Kolom Absorber :
CO2 + K2CO3 + H2O 2 KHCO3 + Q ........................................ (1)
• Reaktan gas harus dapat terlarut dalam reaktan cair.• Agar gas CO2 dapat terlarut dalam karbonat, maka tekanan parsialgas CO2 harus dibuat rendah / diturunkan, yaitu denganmenggunakan zat activator dalam larutan.Activator berfungsi sebagai katalis untuk melangsungkan reaksi (1)
Contoh Activator: DEA (Di-Ethanol Amine)
CO2 REMOVAL SYSTEM
Reaksi penyerapan CO2 dengan keterlibatanactivator DEA yang diberi notasi R2NH:
R2NH + CO2 R2NCOOH ……………………..… (2)R2NCOOH + K2CO3 + H2O 2 KHCO3 + R2NH ……… (3)CO2 + K2CO3 + H2O 2 KHCO3 + Q …………….... (4)
CO2 akan bereaksi dengan aktivator (R2NH) yang berlangsungdalam
tempo cepat dan membentuk R2NCOOH sehingga tekananparsial CO2 lebih rendah yang berarti makin banyak CO2 yang
terlarut.
Tekanan parsial CO2 adalah tekanan gas CO2 murni dalamcampuran gas yang terdiri dari H2, N2, CH4 dan Ar.
41
41
Reaksi penyerapan CO2 dengan keterlibatanactivator DEA yang diberi notasi R2NH:
R2NH + CO2 R2NCOOH ……………………..… (2)R2NCOOH + K2CO3 + H2O 2 KHCO3 + R2NH ……… (3)CO2 + K2CO3 + H2O 2 KHCO3 + Q …………….... (4)
CO2 akan bereaksi dengan aktivator (R2NH) yang berlangsungdalam
tempo cepat dan membentuk R2NCOOH sehingga tekananparsial CO2 lebih rendah yang berarti makin banyak CO2 yang
terlarut.
Tekanan parsial CO2 adalah tekanan gas CO2 murni dalamcampuran gas yang terdiri dari H2, N2, CH4 dan Ar.
PERALATAN DAN FUNGSINYA
1. ABSORBER
Merupakan suatu kolom tempat terjadinya proses penyerapan CO2 olehlarutan Karbonat (Proses Benfield) atau Larutan MDEA (Proses BASF).
Reaksi :
CO2 REMOVAL SYSTEM
K2CO3 + CO2 + H2O 2 KHCO3 + Q Kcal
2. REGENERATOR ( STRIPPER)
Merupakan kolom untuk melepaskan kembali CO2 yang telah diserap,dengan penurunan tekanan dan stripping dengan steam LP.
Reaksi pelepasan CO2 tersebut merupakan kebalikan dari Absorbsi.
LARUTAN MDEA
MDEA = Methyl Di-ethanol AmineFungsi sama dengan larutan Benfield
Tidak bersifat korosif (tidak perlu zat anti korosi) Pada temperatur ambient, MDEA berwujud cair sehingga
peristiwa solidifikasi praktis tidak akan terjadi. Zat activator (piperazine) pada umumnya telah dicampur menjadi satu
dengan MDEA. Lean solution mengandung MDEA = 37% dan Piperazine 3%.
Dengan istilah lain, “Total Amine” = 40%. Energi yang diperlukan untuk proses stripping relatif rendah,
sehingga steam/carbon ratio di unit primary reformerbisa dibuat rendah (misalnya S/C = 2.8).
CO2 REMOVAL SYSTEM
43
43
LARUTAN MDEA
MDEA = Methyl Di-ethanol AmineFungsi sama dengan larutan Benfield
Tidak bersifat korosif (tidak perlu zat anti korosi) Pada temperatur ambient, MDEA berwujud cair sehingga
peristiwa solidifikasi praktis tidak akan terjadi. Zat activator (piperazine) pada umumnya telah dicampur menjadi satu
dengan MDEA. Lean solution mengandung MDEA = 37% dan Piperazine 3%.
Dengan istilah lain, “Total Amine” = 40%. Energi yang diperlukan untuk proses stripping relatif rendah,
sehingga steam/carbon ratio di unit primary reformerbisa dibuat rendah (misalnya S/C = 2.8).
Tinggi rendahnya CO2 yang lolos dari absorber,dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Jumlah sirkulasi larutan
2) Temperatur
3) Jumlah split larutan
4) Konsentrasi larutan
CO2 REMOVAL SYSTEM
44
44
Tinggi rendahnya CO2 yang lolos dari absorber,dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Jumlah sirkulasi larutan
2) Temperatur
3) Jumlah split larutan
4) Konsentrasi larutan
• Penyerapan yang optimum bila : [K2CO3] > 2 x [KHCO3]
• Efektivitas penyerapan CO2 oleh larutan karbonatdinyatakan
sebagai “Fraction Convertion” disingkat Fc:
Fc = 1 - …………………..(5)
• Fc rich solution berkisar pada 0.82 sampai 0.91Fc lean solution berkisar pada 0.25 sampai 0.40.
• Fraction Convertion (Fc) diartikan sebagai jumlahK2CO3 yang terkonversi menjadi KHCO3.
• “Carrying Capacity” = Fc Rich – Fc Lean(Nm3 CO2 / m3 Solution)
CO2 REMOVAL SYSTEM
K2CO3K2CO3 + 0.691 KHCO3
45
45
• Penyerapan yang optimum bila : [K2CO3] > 2 x [KHCO3]
• Efektivitas penyerapan CO2 oleh larutan karbonatdinyatakan
sebagai “Fraction Convertion” disingkat Fc:
Fc = 1 - …………………..(5)
• Fc rich solution berkisar pada 0.82 sampai 0.91Fc lean solution berkisar pada 0.25 sampai 0.40.
• Fraction Convertion (Fc) diartikan sebagai jumlahK2CO3 yang terkonversi menjadi KHCO3.
• “Carrying Capacity” = Fc Rich – Fc Lean(Nm3 CO2 / m3 Solution)
K2CO3K2CO3 + 0.691 KHCO3
Regenerasi
Regenerasi larutan berfungsi untuk memperoleh kembalilarutan K2CO3 yang mengandung sedikit CO2 (konsentrasiKHCO3 rendah).
Rich solution dari absorber dengan tekanan + 28 kg/cm2G,di-flash hingga tekanannya turun sampai + 6 kg/cm2G.
Karena flashing (penurunan tekanan) tersebut, maka terjadipergeseran kesetimbangan reaksi (1) ke kiri dan sebagian CO2terlepas dari larutan.
Pelepasan CO2 kemudian dilakukan di dalam stripper denganpenurunan tekanan dan penambahan panasdari luar sistem.
CO2 REMOVAL SYSTEM
46
46
Regenerasi
Regenerasi larutan berfungsi untuk memperoleh kembalilarutan K2CO3 yang mengandung sedikit CO2 (konsentrasiKHCO3 rendah).
Rich solution dari absorber dengan tekanan + 28 kg/cm2G,di-flash hingga tekanannya turun sampai + 6 kg/cm2G.
Karena flashing (penurunan tekanan) tersebut, maka terjadipergeseran kesetimbangan reaksi (1) ke kiri dan sebagian CO2terlepas dari larutan.
Pelepasan CO2 kemudian dilakukan di dalam stripper denganpenurunan tekanan dan penambahan panasdari luar sistem.
KOROSI
• Korosi dapat terjadi karena tidak adanya lapisanpelindung(passive layer) di permukaan logam.
• Dengan penambahan garam-garam vanadium(V2O5 / KVO3) maka korosi lebih lanjut dapat dicegah.
• Vanadium merupakan oksidator kuat, sehingga dapatmengoksidasi ion-ion Fe2+ menjadi Fe3+
• Reaksi yang terjadi adalah:1) Fe Fe2+ + 2e- .................................... (6)
solid solution (Fe2O3): korosi
2) Fe2+ + V5+ Fe3+ + V4+ ............................ (7)solution Solid (Fe3O4) : lapisan pasif
CO2 REMOVAL SYSTEM
4747
KOROSI
• Korosi dapat terjadi karena tidak adanya lapisanpelindung(passive layer) di permukaan logam.
• Dengan penambahan garam-garam vanadium(V2O5 / KVO3) maka korosi lebih lanjut dapat dicegah.
• Vanadium merupakan oksidator kuat, sehingga dapatmengoksidasi ion-ion Fe2+ menjadi Fe3+
• Reaksi yang terjadi adalah:1) Fe Fe2+ + 2e- .................................... (6)
solid solution (Fe2O3): korosi
2) Fe2+ + V5+ Fe3+ + V4+ ............................ (7)solution Solid (Fe3O4) : lapisan pasif
SOLIDIFIKASI
Larutan Karbonat Normal:K2CO3 : 27.5% + 2.5%KHCO3 : + 13%DEA : 2.5% + 0.5%V2O5 : 0.5 – 0.8% (sebagai KVO3)
• Kelarutan KHCO3 lebih kecil daripada K2CO3.• Kenaikan jumlah KHCO3 pada penurunan temperatur
akan dapat mengakibatkan pengendapan / solidifikasi.
• Untuk menjaga agar larutan tidak mengendap, makatemperatur dan Fc dari larutan dijaga tidak melewati garisjenuhnya “saturation line”.
CO2 REMOVAL SYSTEM
48
48
SOLIDIFIKASI
Larutan Karbonat Normal:K2CO3 : 27.5% + 2.5%KHCO3 : + 13%DEA : 2.5% + 0.5%V2O5 : 0.5 – 0.8% (sebagai KVO3)
• Kelarutan KHCO3 lebih kecil daripada K2CO3.• Kenaikan jumlah KHCO3 pada penurunan temperatur
akan dapat mengakibatkan pengendapan / solidifikasi.
• Untuk menjaga agar larutan tidak mengendap, makatemperatur dan Fc dari larutan dijaga tidak melewati garisjenuhnya “saturation line”.
FOAMING
Foaming atau busa dapat terjadi pada larutankarbonat karena adanya kandunganimpurities (pengotor) seperti:
Suspended solid Hydrocarbon terlarut Hasil degradasi DEA Corrosion inhibitor Anti foam Oil / grease
CO2 REMOVAL SYSTEM
49
49
FOAMING
Foaming atau busa dapat terjadi pada larutankarbonat karena adanya kandunganimpurities (pengotor) seperti:
Suspended solid Hydrocarbon terlarut Hasil degradasi DEA Corrosion inhibitor Anti foam Oil / grease
Kecenderungan terjadinya foamingdapat diketahui dari:
DP yang tinggi di kolom absorber dan stripper Terikutnya sebagian karbonat oleh CO2 (carryover) Naiknya CO2 leak Indikasi level acak Foaming height (FH) dan Collapse Time
(CT) dari analisa laboratorium.
CO2 REMOVAL SYSTEM
50
50
Kecenderungan terjadinya foamingdapat diketahui dari:
DP yang tinggi di kolom absorber dan stripper Terikutnya sebagian karbonat oleh CO2 (carryover) Naiknya CO2 leak Indikasi level acak Foaming height (FH) dan Collapse Time
(CT) dari analisa laboratorium.
PEMURNIAN GAS SINTESIS
Proses pada unit CO2 removal
M E T H A N A T O R
Merupakan unit pemurnian gas synthesa yang berfungsi untuk mengubahCO dan CO2 menjadi CH4 dalam vessel berkatalis Nickel.
Thermodynamika reaksi :
CO + 3 H2 CH4 + H2O DH(25oC) = -49.27 kkcal/mol ……. (1)
CO + 3 H2 CH4 + H2O DH(25oC) = -49.27 kkcal/mol ……. (2)
1%-mol CO ~DT = 72 oC1%-mol CO2 ~DT = 61 oCPERALATAN DAN FUNGSINYA1. Methanator
Tempat berlangsungnya reaksi CO/CO2 dengan H2 membentuk CH4Reaktor ini berbentuk Silindris dan berisi Katalis aktif Ni
2. Methanator HEAlat penukar panas antara gas masuk dan keluar Methanator
Type exchanger ini adalah Shell and Tube
CO + 3 H2 CH4 + H2O DH(25oC) = -49.27 kkcal/mol ……. (1)
CO + 3 H2 CH4 + H2O DH(25oC) = -49.27 kkcal/mol ……. (2)
1%-mol CO ~DT = 72 oC1%-mol CO2 ~DT = 61 oC
M E T H A N A T O R
3. Methanator Trim HeaterBerfungsi untuk menaikkan temperature gas Inlet methanator
melalui pertukaran panas dengan gas outlet HTS
4. CoolerMerupakan HE yang berfungsi untuk menurunkan temperatur gas
outlet Methanator, sehingga uap air dalam gas dapat terkondensasi
5. SeparatorBerfungsi untuk memisahkan air dari gas proses
Kondensate yang diperoleh disebut Proses Kondensate
CO dan CO2 outlet Methanator < 10 ppm
Proses pada unit methanasi
MethanatorMethanatorReaksiReaksi COCO22 + 3H+ 3H22 --CHCH44 + H+ H22O ∆H =O ∆H = --39.5 kcal/mol CO39.5 kcal/mol CO
CO + 4 H2CO + 4 H2 --CHCH44 + H+ H22O ∆H =O ∆H = --49.3 kcal/mol CO49.3 kcal/mol COKatalisKatalis NiNi / Al/ Al22OO33
KondisiKondisi T: 250T: 250 –– 350350ooC, P = 30 kg/cmC, P = 30 kg/cm22
SifatSifat Aktivitas, Umur.Aktivitas, Umur.
05/04/2015 55
UmurUmur 55 –– 10 tahun10 tahunKeteranganKeterangan Min T inlet = 260Min T inlet = 260ooC max T outlet 420C max T outlet 420--450450ooC (tergantung dari materialC (tergantung dari material
vessel), max space velocity 8500vessel), max space velocity 8500Nikel CarbonylNikel Carbonyl
–– Nikel carbonyl di udara dibatasi 0.001 ppmV (USA) dan 0.1 ppmV (diNikel carbonyl di udara dibatasi 0.001 ppmV (USA) dan 0.1 ppmV (diJerman)Jerman)–– Bila gas mengandung CO tinggi dan kontak dengan nikel yang tereduksiBila gas mengandung CO tinggi dan kontak dengan nikel yang tereduksipada temperatur dibawah 150pada temperatur dibawah 150ooC maka akan terbentuk nikel carbonyl denganC maka akan terbentuk nikel carbonyl denganreaksi :reaksi :–– Ni (S) + 4CO(g)Ni (S) + 4CO(g) Ni(CO)Ni(CO)44 (g)(g)
4/5/20154/5/2015
SYNTHESIS LOOP( SINTESA AMONIAK)
Berfungsi untuk mereaksikan gas synthesa, Hydrogen dan Nitrogen dalamsuatu reaktor (Converter) dengan Katalis Fe, pada kondisi Operasi tertentu.
Peralatan dan Fungsinya1. Converter
Tempat berlangsungnya reaksi pembentukan NH3, dengan bantuanKatalis Fe, pada rasio, tekanan dan temperature tertentu.Tempat berlangsungnya reaksi pembentukan NH3, dengan bantuanKatalis Fe, pada rasio, tekanan dan temperature tertentu.
2. Compressor Syn-GasBerfungsi untuk menaikkan tekanan (Kompresi) gas synthesa hinggatekanan reaksi (tekanan synthesa)
3. Waste Heat BoilerAlat penukar panas di down stream Converter yang berfungsi untukmembangkitkan steam tekanan tinggi, dengan memanfaatkan panasreaksi yang dibawa oleh gas outlet Converter.
SYNTHESIS LOOP
4. Boiler Feed Water Preheater
Untuk memanaskan air umpan boiler (air Demin), denganMemanfaatkan panas gas proses down stream WHB
5. Chiller Amoniak5. Chiller AmoniakMerupakan Exchanger (penukar panas), berfungsi untuk mendinginkangas outlet converter dengan media pendingin Amoniak
6. Water CoolerUntuk menurunkan temperature gas outlet Converter denganmenggunakan Cooling Water
SINTESA AMONIAK
E-0431V-0431
E-0432
V-0432
E-0433
V-0433
SYN GAS 1st
INTERCOOLERSYN GAS COMP.1st SEPARATOR
SYN GAS COMPRESSORK-0431
1st2nd 3rdRECYCLE
SYN GAS 2nd
INTERCOOLER
SYN GAS COMP.2nd SEPARATOR
SYN GAS COMP.AFTER SEPARATOR
SYN GASAFTER COOLER
RECYCLE GAS TOSYN LOOP HOT HEAT
EXCHANGER
RECYCLE GAS FROM1st COLD EXCHANGER
SYN GAS TO 2nd AMMONIACHILLER
CONDENSATE
RECOVERED H2FROM HRU
PROCESS GAS
CW
CW
CW
29 kg/cm2g, 41oC
48 kg/cm2g, 97oC
45oC
45oC
74 kg/cm2g,99oC
45oC
45oC
136 kg/cm2g,124oC
135,5 kg/cm2g, 41oC
135 kg/cm2g,41oC
RECYCLE H2TO E-0201
141 kg/cm2g,43oC
TS-0431STEAM TURBINE
FOR K-0431
E-0431V-0431
E-0432
V-0432
E-0433
V-0433
SYN GAS 1st
INTERCOOLERSYN GAS COMP.1st SEPARATOR
SYN GAS COMPRESSORK-0431
1st2nd 3rdRECYCLE
SYN GAS 2nd
INTERCOOLER
SYN GAS COMP.2nd SEPARATOR
SYN GAS COMP.AFTER SEPARATOR
SYN GASAFTER COOLER
RECYCLE GAS TOSYN LOOP HOT HEAT
EXCHANGER
RECYCLE GAS FROM1st COLD EXCHANGER
SYN GAS TO 2nd AMMONIACHILLER
CONDENSATE
RECOVERED H2FROM HRU
PROCESS GAS
CW
CW
CW
29 kg/cm2g, 41oC
48 kg/cm2g, 97oC
45oC
45oC
74 kg/cm2g,99oC
45oC
45oC
136 kg/cm2g,124oC
135,5 kg/cm2g, 41oC
135 kg/cm2g,41oC
RECYCLE H2TO E-0201
141 kg/cm2g,43oC
TS-0431STEAM TURBINE
FOR K-0431
Proses kompresi gas sintesis
SINTESA AMONIAK
Proses Ammonia Synthesis Loop
SINTESA AMONIAK
Proses Refrigerasi Amoniak
REAKSI UTAMA3 H2 (g) + N2 (g) ↔ 2 NH3 (g) ∆H (500oC) = -26 Kcal
Reaksi Eksothermis, kesetimbangan
Termodinamika:T rendah (kesetimbangan); reaksi bergeser ke kanan
T tinggi (kinetika); kecepatan reaksi tinggi
Faktor Yang Berpengaruh:• Aktivitas katalis (umur katalis)• Fouling di HE (kotoran)• Temperatur Sea Water• Jumlah gas make up• Komposisi gas make up
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
350 375 400 425 450 475 500 525 550
Temperature (oC)
NH
3 C
onte
nt (%
-mol
e)
Kurva keset.P=138 K/G
2nd Bed
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
350 375 400 425 450 475 500 525 550
Temperature (oC)
NH
3 C
onte
nt (%
-mol
e)
Kurva keset.P=100 K/G
1st Bed
RECOVERY AMONIAK DAN HIDROGEN
Proses Recovery Amoniak
RECOVERY AMONIAK DAN HIDROGEN
Proses Recovery Hidrogen
AmmoniaAmmonia synthesasynthesa looploop
START UP GUIDANCE :
1. Purging sistem dengan Nitrogen sampai kandungan oksigen < 0,2 %
2. Dry out Reformer
3. Sirkulasi Nitrogen
4. Heating up furnace dengan kenaikan 30 oC /jam
5. Heating up katalis dengan kenaikan 50 oC /jam
6. Syarat temperatur masuk di :
a. Desulfurizer : 300 – 400 oC
b. Tube Katalis PR : 350 – 500 oC
c. Katalis SR : 500 – 600 oC
7. Monitor temperatur design coil di convection section PR
1. Purging sistem dengan Nitrogen sampai kandungan oksigen < 0,2 %
2. Dry out Reformer
3. Sirkulasi Nitrogen
4. Heating up furnace dengan kenaikan 30 oC /jam
5. Heating up katalis dengan kenaikan 50 oC /jam
6. Syarat temperatur masuk di :
a. Desulfurizer : 300 – 400 oC
b. Tube Katalis PR : 350 – 500 oC
c. Katalis SR : 500 – 600 oC
7. Monitor temperatur design coil di convection section PR
PROSEDUR START UP :
1. Sirkulasi N2 dengan dengan flow 20.000 – 25.000 Nm3/j :
Kompresor N2 Primary Ref. Secondary Ref. HTS Kompresor N2
2. Sirkulasikan BFW
3. Start ID fan dan atur tekanan furnace
4. Start Firing sesuai dengan management burner
Apabila temperatur di convection mulai naik, masukkan fluida ke coil convectiontersebut, yaitu ;
a. Gas proses di venting di upstream Desulfurizer
b. Steam cooling ke coil udara proses di venting di upstream Secondary Ref.
c. Steam tekanan tinggi di venting pada steam drum
d. Sirkulasi BFW
1. Sirkulasi N2 dengan dengan flow 20.000 – 25.000 Nm3/j :
Kompresor N2 Primary Ref. Secondary Ref. HTS Kompresor N2
2. Sirkulasikan BFW
3. Start ID fan dan atur tekanan furnace
4. Start Firing sesuai dengan management burner
Apabila temperatur di convection mulai naik, masukkan fluida ke coil convectiontersebut, yaitu ;
a. Gas proses di venting di upstream Desulfurizer
b. Steam cooling ke coil udara proses di venting di upstream Secondary Ref.
c. Steam tekanan tinggi di venting pada steam drum
d. Sirkulasi BFW
5. Tambah firing sesuai kenaikan temperatur chamber PR
6. Heating up Desulfurizer ( gas proses venting di outlet Desulfurizer ).
Apabila temperatur sudah tercapai 300 – 350 oC, maka Desulfurizer bisa
dionline-kan.
- Masukkan H2 sejumlah 1000 – 1500 Nm3/j
7. Masukkan steam proses bila T out PR 350 oC.
- Venting di inlet HTS dan jaga tekanan 5 kg/cm2
8. Switch N2 sirkulasi ke LTS- Naikkan T out tube PR sampai 650 oC
- Venting inlet HTS 10 – 15 kg/cm2
9. Masukkan Gas proses ke PR dan heating up HTS
- S/C ratio sekitar 10
- Venting di outlet LTS ( LTS masih sirkulasi N2 )
- Rate gas proses dinaikkan ke 40 %
PROSEDUR START UP :
5. Tambah firing sesuai kenaikan temperatur chamber PR
6. Heating up Desulfurizer ( gas proses venting di outlet Desulfurizer ).
Apabila temperatur sudah tercapai 300 – 350 oC, maka Desulfurizer bisa
dionline-kan.
- Masukkan H2 sejumlah 1000 – 1500 Nm3/j
7. Masukkan steam proses bila T out PR 350 oC.
- Venting di inlet HTS dan jaga tekanan 5 kg/cm2
8. Switch N2 sirkulasi ke LTS- Naikkan T out tube PR sampai 650 oC
- Venting inlet HTS 10 – 15 kg/cm2
9. Masukkan Gas proses ke PR dan heating up HTS
- S/C ratio sekitar 10
- Venting di outlet LTS ( LTS masih sirkulasi N2 )
- Rate gas proses dinaikkan ke 40 %
PROSEDUR START UP :
10. Apabila T inlet HTS sekitar 350 oC, HTS bisa di-online-kan11. Masukkan udara proses dan cabut steam cooling
- Kenaikan temperatur Secondary Ref. 50 o/j- Temperatur outlet 750 – 800 oC
Catt :a. Masukkan udara proses bertahap dengan memperhatikan
perubahan temperatur bed katalis SR. Bila temperatur turun berartiflow udara proses terlalu besar.
b. Bila tekanan steam drum > 2 kg/cm2, tutup venting manual steamdrum dan pindah ke control venting ( PIC ).
10. Apabila T inlet HTS sekitar 350 oC, HTS bisa di-online-kan11. Masukkan udara proses dan cabut steam cooling
- Kenaikan temperatur Secondary Ref. 50 o/j- Temperatur outlet 750 – 800 oC
Catt :a. Masukkan udara proses bertahap dengan memperhatikan
perubahan temperatur bed katalis SR. Bila temperatur turun berartiflow udara proses terlalu besar.
b. Bila tekanan steam drum > 2 kg/cm2, tutup venting manual steamdrum dan pindah ke control venting ( PIC ).
SHUT DOWN GUIDANCE
1. Shut down dilakukan menurut keperluan : emergency S/D dan normalS/D.
2. Secara prinsipil, S/D mengamankan peralatan dari kerusakan lebihjauh. Oleh karena itu, perlakuan proses S/D dilakukan secaraprosedural agar peralatan ( static dan rotating ), terutama katalis, tetapdalam kondisi baik.
3. Perhatikan temperatur proses setiap alat, karena pengurangan fluidaproses yang mengakibatkan transfer panas yang tidak seimbang, untukmenghindari over heating.
1. Shut down dilakukan menurut keperluan : emergency S/D dan normalS/D.
2. Secara prinsipil, S/D mengamankan peralatan dari kerusakan lebihjauh. Oleh karena itu, perlakuan proses S/D dilakukan secaraprosedural agar peralatan ( static dan rotating ), terutama katalis, tetapdalam kondisi baik.
3. Perhatikan temperatur proses setiap alat, karena pengurangan fluidaproses yang mengakibatkan transfer panas yang tidak seimbang, untukmenghindari over heating.
PROSEDUR SHUT DOWN PR dan SR
1. Venting gas di outlet SR ( bila tidak ada fasilitas, venting di inlet HTS )
- Turun rate ke 40 %
- Produksi steam akan turun, perhatikan steam ke turbin kompresor. Bila perluimport steam.
2. Cabut udara proses dan coil udara diganti dengan steam cooling.
1. Venting gas di outlet SR ( bila tidak ada fasilitas, venting di inlet HTS )
- Turun rate ke 40 %
- Produksi steam akan turun, perhatikan steam ke turbin kompresor. Bila perluimport steam.
2. Cabut udara proses dan coil udara diganti dengan steam cooling.
Steam Drum
XV-252
Deaerator S L
FIC-202
LIC-201
HP Steam
Fuel NG
FIC-201SYN LOOP
PIC-207
To 1-C-601
LTSLTS
Syn gas/H2
PRE HEATER
HV-101
KO Drum
Fuel NG
Process gas
Process air
PV-111
V-101
E-502E-501
P-201
FIC-201
UNIT PEMBENTUKAN GAS SINTHESA
PRE HEATER
HV-201
SecondaryReformer
HTS
TIC-130TIC-132
CO2Absorber
CO2Stripper
DW FROM1-E-304
WHB
No 2. BFW
PreHeater
Reboiler
MV-3001
FR0M 1-E-306
TO 1-R-301
LTSLTS
SULFURABSORBER
E-108 E-109
E-201
E-203
E-202
E-301
E-209
E-204
PV-201
PRIMARYREFORMER SECONDARY
REFORMER
Steam Drum
XV-252
Deaerator S L
FIC-202
LIC-201
HP Steam
Fuel NG
FIC-201SYN LOOP
PIC-207
To 1-C-601
LTSLTS
Syn gas/H2
NG PREHEATER
HV-101
KO Drum
Fuel NG
Process gas
Process air
PV-111
V-101
E-502E-501
P-201
FIC-201
UNIT PEMBENTUKAN GAS SINTHESA
HV-201
SecondaryReformer
HTS
TIC-130TIC-132
CO2Absorber
CO2Stripper
DW FROM1-E-304
WHB
No 2. BFW
PreHeater
Reboiler
MV-3001
FR0M 1-E-306
TO 1-R-301
LTSLTS
SULFURABSORBER
E-108 E-109
E-201
E-203
E-202
E-301
E-209
E-204
PV-201
PRIMARYREFORMER SECONDARY
REFORMER